• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PEMBENTUKAN KARAKTER REMAJA ISLAM DI DESA KARANGREJO KECAMATAN PUCAKWANGI KABUPATEN PATI TAHUN 2017 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "STRATEGI PEMBENTUKAN KARAKTER REMAJA ISLAM DI DESA KARANGREJO KECAMATAN PUCAKWANGI KABUPATEN PATI TAHUN 2017 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PEMBENTUKAN KARAKTER REMAJA ISLAM DI DESA

KARANGREJO KECAMATAN PUCAKWANGI KABUPATEN PATI

TAHUN 2017

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh

MOHAMAD NURUL FAHMI

NIM 11112242

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(2)
(3)

i

STRATEGI PEMBENTUKAN KARAKTER REMAJA ISLAM DI DESA

KARANGREJO KECAMATAN PUCAKWANGI KABUPATEN PATI

TAHUN 2017

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh

MOHAMAD NURUL FAHMI

NIM 11112242

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(4)
(5)
(6)
(7)

v

MOTTO

SATU TELADAN JAUH LEBIH BAIK

DARIPADA SERIBU NASIHAT

(8)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

1. Keluargaku tercinta, yang tanpanya penulis bukanlah apa-apa. Orang tuaku, Bapak Mu‟ti, Ibu Supaati, serta adikku M Asrul Lutfi.

2. Teman-teman se-angkatan, yaitu PAI 2012 yang senantiasa menghiasi rutinitas di kampus menjadi menyenangkan, terutama sekali keluarga besar PAI kelas G 2012, yang sudah seperti keluarga sendiri, yang banyak sekali menghabiskan waktu bersama semasa perkuliahan.

3.

Teman-temanku Dita, Wildan, Aqil, Aklis, Azka, Rifki, Anis teman seperjuangan yang susah senang bersama.

4.

Saudara Andika Wisnu S.Pd yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

(9)

vii

KATA PENGANTAR

Atas segala rahmat Allah SWT yang tercurahkan kepada seluruh mahluk yang telah ia ciptakan, sepantasnya kita untuk lebih banyak bersyukur, serta selalu mengingat akan kuasa Allah yang begitu luas akan segala sesuatu, yang atas ridhanya, penulis telah dimudahkan segala urusannya untuk dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Strategi Pembentukan Karakter Remaja Islam di Desa Karangrejo Kec. Pucakwangi Kab. Pati. Selain sebagai tugas wajib untuk memperoleh gelar sarjana, skripsi ini dibuat dengan tujuan dapat menjadi strategi untuk menanamkan remaja sebuah karakter yang terpuji sebagai jawaban atas krisis moral, serta degradasi mental yang sedang melanda bangsa indonesia sekarang ini. Harapan penulis bahwa pencak silat sebagai budaya asli indonesia dapat berperan serta memajukan dan memproduksi sumber daya manusia yang berbudi luhur.

Rasa hormat penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah membimbing dan membantu dalam pembuatan skripsi ini. Terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M. Pd. Selaku Rektor IAIN Salatiga. 2. Bapak Suwardi, M. Pd. Selaku Dekan FTIK.

3. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag. Selaku Ketua Jurusan PAI.

4. Bapak Mukti Ali M.Hum. Selaku Dosen Pembimbing Akademik.

5. Bapak Dr. Muh Saerozi M,Ag. Selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu menjadi teman menyenangkan ketika membimbing penulis menyelesaikan skripsi ini.

(10)

viii

Semoga Allah membalas segala kebaikan yang telah membantu penulis sebaik-baiknya kebaikan, yaitu surga atas mereka.

Masih banyak kekurangan yang terdapat dalam tulisan ini, penulis sendiri pun juga mengakui sebagai permohonan maaf yang mendalam, kritik dan saran sangatlah masih penulis butuhkan untuk kedepannya.

Salatiga, 14 Maret 2017 Penulis

(11)

ix

ABSTRAK

Fahmi, Mohamad Nurul. 2017.Strategi Pembentukan Karakter Remaja Islam di Desa Karang rejo Kec. Pucakwangi Kab. Pati Tahun 2017. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Muh Saerozi, M.Ag.

Kata kunci: Strategi Pembentukan Karakter, remaja Islam

Penelitian ini membahas tentang Strategi Pembentukan Karakter Remaja Islam di Desa Karangrejo Kec. Pucakwangi Kab. Pati Tahun 2017. Rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana karakter remaja Islam di Desa Karangrejo dan bagaimana stratategi pembentukan karakter agar mempunyai karakter yang lebih baik.

Pendekatan penelitian ini bersifat kualitatif dan jenis penelitiannya lapangan (field

research). Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah metode observasi,

wawancara, dan dokumentasi. Subyek dalam penelitian ini adalah remaja Desa Karangrejo yang mempunyai karakter kurang baik.

(12)

x

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 5

A. Remaja Dalam Kajian Islam ... 16

B. Remaja Dalam Kajian Psikologi... 21

C. Karakter ... 32

D. Krisis Akhlak ... 33

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ... 41

A. Gambaran Umum Desa Karangrejo ... 41

B. Penyajian Data ... 46

C. Hambatan Proses Pembentukan Karakter Remaja Islam Desa Karangrejo49 BAB IV PEMBAHASAN ... 54

A. Strategi Pembentukan Karakter Metode dan Hambatan... 54

(13)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jumlah Penduduk Desa Karangrejo... 41

Tabel 2 Jumlah Masjid/Mushalla ... 43

Tabel 3 Kegiatan Mengaji Harian ... 43

Tabel 4 Jamaah Dzibaan ... 43

Tabel 5 Pekerjaan Masyarakat Desa Karangrejo ... 45

Tabel 6 Lembaga Pendidikan Formal dan Non Formal ... 47

Tabel 7 Karakter dan Penerapannya dalam Kehidupan Sehari-hari ... 47

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 3 menyebutkan:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Hidayatullah, 2009: 12).

Pemerintah pun sejak tahun 2010 yang lalu mencanangkan Pendidikan Karakter guna meminimalisir permasalahan sosial yang mungkin timbul di masa yang akan datang. Kehidupan masyarakat Indonesia sekarang sudah cukup mengkhawatirkan, banyaknya tawuran antar pelajar dimana-mana, banyak juga pelajar yang “hobi” membolos sekolah, pergaulan bebas, dan lain sebagainya.

Masalah-masalah tersebut merupakan beberapa contoh telah membuktikan mulai lunturnya nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.

(15)

2

tidak bersahabat, yang muda tidak menghormati orang yang lebih tua dan lain sebagainya.

Menurut Suyanto (2010), karakter adalah cara berfikir dan berprilaku yang menjadi ciri khas setiap individu unuk hidup dan bekerrja sama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berakter baik adalah individu yang siap membuat keputusan dan siap mempertanggung jawabkan tiap akibat dari keputusan ia buat. Sementara, pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan, perasaan, dan tindakan. Tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif.

Samani (2013: 45) mendefinisikan pendidikan karakter sebagai proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kabaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.

(16)

3

Dalam pengertian umum masyarakat, remaja yaitu adalah anak-anak yang masih berada di bangku SMP dan SMA. Pemerintah seperti yang penulis sebutkan sebelumnya sedang genjar dengan pendidikan karakter, serta banyak sekali tokoh-tokoh pendidikan dan agama yang menawarkan banyak teori tentang bagaimana karakter dapat ditanamkan.

Islam sendiri mempunyai tiga nilai utama atau nilai yang dijadikan pilar dalam pendidikan karakter dalam Islam, yaitu akhlak, adab, dan keteladanan. Akhlak merujuk kepada tugas dan tanggung jawab selain syari‟ah

dan ajaran Islam secara umum. Adab merujuk kepada sikap yang dihubungkan dengan tingkah laku yang baik. Sedangkan keteladanan merujuk kepada kualitas karakter yang ditampilkan oleh seorang muslim yang baik yang mengikuti keteladanan Nabi Muhammad saw (Majid, 2013: 58).

Dapat disimpulkan bahwa semua usaha dari mulai pemerintah, tokoh pendidikan, dan tokoh Agama sudah cukup maksimal, namun sayangnya hal ini belum berdampak banyak terhadap perilaku masyarakat khususnya remaja dimana mereka masih banyak yang berperilaku menyimpang.

Penulis merasa perlu untuk melakukan sebuah penelitian mengenai hal tersebut, dimana terjadi fenomena yang menurut penulis sangat menarik yang terjadi di lingkungan penulis sendiri di Desa Karangrejo. Perilaku remaja di lingkungan penulis beraneka ragam. Ada yang benar-benar “alim”, yang biasa -biasa saja, dan ada juga yang mereka dari pesantren dan sekolah madrasah.

(17)

4

akibat era globalisasi. Sebagian besar masyarakat Desa Karangrejo para remajanya merantau ke Jakarta. Jakarta merupakan kota metropalitan yaitu kota besar di mana di Jakarta kehidupannya yang berbagai macam. Ketika mereka tidak mempunyai pengetahuan agama yang kurang sehingga membuat mereka mudah ikut-ikutan gaya hidup orang Jakarta. Dan gaya hidup tersebut di bawa pulang oleh mereka di Desa yang mengakibatkan degradasi moral dan merubah karakter mereka yang dulunya baik menjadi tidak baik.

Bukan dari itu saja, sebagian juga yang mengubah perilaku mereka adalah media sosial seperti televisi, internet dan sebagainya, dan ketika mereka tidak bisa menyaring mana yang baik dan buruk sehingga membuat mereka terpengaruh dan membuat moral mereka berubah.

Dengan mengetahui fakta yang terjadi di lapangan, penulis berasumsi bahwa dari perbedaan perilaku remaja satu dengan yang lain pasti terdapat sebuah proses pembentukan karakter yang berbeda-beda pula, sehingga menghasilkan perilaku semacam itu. Sudah barang tentu ada perbedaan strategi dalam membentuk karakter mereka mulai dari orang tua, guru, kyai, dan juga lingkungan sosial.

Dari beberapa uraian tersebut, penulis merasa perlu melakukan penilitian lebih mendalam mengenai “Strategi Pembentukan Karakter Remaja Islam di

Desa Karang Rejo Kecamatan Pucak Wangi Kabupaten Pati Tahun 2017” dalam

(18)

5 B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang menjadi pembahasan, di antaranya:

1. Bagaimana karakter remaja Islam di Desa Karangrejo Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati Tahun 2017 ?

2. Bagaimana strategi pembentukan karakter remaja Islam di Desa Karangrejo Kecamatan Pucak Wangi Kabupaten Pati Tahun 2017 ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui karakter remaja Islam di Desa Karangrejo Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati.

2. Untuk mengetahui bagaimana strategi pembentukan karakter remaja Islam di Desa Karangrejo Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati.

D. Manfaat Penilitian 1. Manfaat Teoretis

Memberi kontribusi ilmiah terhadap referensi ilmu pendidikan, Islam khususnya dalam pendidikan karakter remaja yang mana menjadi alternatif pilihan dalam menerapkan strategi pembentukan karakter.

2. Manfaat Praktis

(19)

6 E. Penagasan Istilah

1. Strategi

Strategi menurut Stephanie K. Marrus seperti yang dikutip oleh Sukristono, “Strategi didefenisikan sebagai suatu proses penentuan rencana

para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai (Husein, 2001: 31)

Dalam KBBI Strategi adalah ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa-bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam perang dan damai; 2 ilmu dan seni memimpin bala tentara untuk menghadapi musuh dalam perang, dalam kondisi yang menguntungkan: 3 rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus; 4 tempat yang baik menurut siasat perang (http://kbbi.web.id/strategi. Diakses tanggal 24 November 2017 jam 17.44 wib).

Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu (https://id.wikipedia.org/wiki/Strategi). Di akses tanggal 24 November 2017 jam 19.38 wib).

(20)

7

Jadi kesimpulannya menurut penulis strategi adalah pendekatan yang dilakukan tehadap masalah-masalah, perencanaan atau usaha untuk mencapai sebuah sasaran yang tepat.

2. Karakter Remaja

Karakter adalah sebuah pola, baik itu pikiran, sikap, maupun tidakan, yang melekat pada diri seseorang dengan sangat kuat dan sulit di hilangkan (Munir, 2013: 3)

Thomas Licokna dalam Agus Wibowo (2012: 32) karakter merupakan sifat alami seseorang dalam merespon situasi secara bermoral. Sifat alami dimanifestasikan dalam tindakan nyata melalui tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati orang lain dan karakter mulia lainnya. Pendidikan karakter adalah usaha yang di sangaja untuk membantu seseorang sehingga ia dapat memahami, memperhatikan dan melakukan nilai-nilai etika yang inti.

(21)

8

Sedangkan remaja adalah masa peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk menuju kedewasaan usia 13-14 tahun (Rusmini dan Sundari, 2014: 53).

Remaja adalah suatu masa dari umur manusia, yang palin banyak mengalami perubahan sehingga membawanya pindah dari masa anak-anak menuju kepada masa dewasa. Perubahan-perubahan yang terjadi itu, meliputi segala segi kehidupan manusia, yaitu jasmani, rohani, pikiran perasaandan sosial. Biasanya di mulai dengan perubahan jasmani yang menyangkut segi-segi seksual, biasanya terjadi pada umur antara 13 dan 14 tahun, perubahan itu di sertai atau diiringi oleh perubahan-perubahan lain. Yang berjalan sampai umur 20 tahun karena itulah msa remaja dianggap terjadi mulai umur 13 sampai 20 tahun (Drajat, 1978: 35).

WHO remaja adalah suatu masa di mana individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda seksual sekundernya sampai ia mencapai kematangan seksual, individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak-anak menuju dewasa, batasan umur remaja menurut WHO adalah remaja awal 10 sampai 14 tahun dan remaja akhir 15 sampai 20 tahun.

(22)

9

Desa karangrejo adalah sebuah Desa yang teletak di daerah Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati. Desa Karangrejo terbagi menjadi 2 RW, 12 RT dengan luas wilayah adalah 180 Ha. Luas sawah +144 Ha, lain-lain (sungai, jalan, makam, dan sebagainya) 3,5 Ha dan dukuhnya terdiri 2 dukuh. Dan jumlah penduduk totalnya adalah 1.206 orang.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan dari penelitian ini bersifat kualitatif. Penelitian kualitatif dapat membantu peneliti untuk memperoleh jawaban atas suatu gejala, fakta, dan realita yang dihadapi, sekaligus memberikan pemahaman dan pengertian baru atas masalah tersebut sesudah menganalisis data yang ada (Raco, 2010: 33).

Penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian yang pengumpulan datanya dilakukan di lapangan, seperti dilingkungan masyarakat, lembaga-lembaga, organisasi kemasyarakatan dan lembaga pemerintahan (Sarjono, 2004: 21).

2. Lokasi Penelitian dan Penulis

(23)

10 3. Sumber Data

Sumber data diperoleh dari informan kunci (key informan) yaitu informan yang dipandang sangat mengetahui aspek-aspek dari yang akan diteliti. Adapun informan kunci dari penelitian ini antara lain adalah para remaja, baik yang bersekolah, yang tidak sekolah, remaja yang tinggal di pondok pesantren.

4. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara (Sugiyono, 2010: 193).

a. Metode Observasi

Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap suatu gejala yang tampak pada objek penelitian. Jenis observasi yang digunakan dalam penelitian ini merupakan observasi partisipatif, yakni peneliti terlibat langsung dalam kegiatan tersebut (Sugiyono, 2010: 204).

Objek observasi dalam penelitian kualitatif terdapat tiga komponen, yakni place (tempat), actor (pelaku), dan activities (aktivitas) (Sugiyono, 2010: 314). Adapun aktivitas yang diobservasi adalah realitas karakter remaja di Desa Karangrejo Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati.

b. Metode Wawancara (interview)

(24)

11

terwawancara. Wawancara digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan remaja dan perilakunya. Pedoman wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan. Tentu saja kreativitas pewawancara sangat di perlukan, bahkan hasil wawancara dengan jenis pedoman ini lebih banyak tergantung dari pewawancara. Pewawancaralah sebagai pengemudi jawaban responden.

Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur (structured interview) dan wawancara semi berstruktur (semi structured interview). Wawancara terstruktur digunakan dalam studi pendahuluan (pre-research) guna untuk mengetahui gambaran umum tentang karakter remaja di Desa Karangrejo Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati.

Wawancara terstruktur dan wawancara semi terstruktur digunakan untuk mendapatkan data mengenai perilaku para remaja di Desa Karangrejo Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati dan untuk mengkaji lebih dalam tentang karakter para remaja yang ada di Desa Karangrejo Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati.

c. Dokumentasi

(25)

12

Dokumentasi ini merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara. Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data seperti profil desa Karangrejo terutama pada karakter remajanya, arsip-arsip, peta atau gambar, serta dokumen yang relevan untuk membantu menganalisis data.

5. Anilisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis kualitatif. Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut atau perspektif partisipan. Pemahaman diperoleh melalui analisis berbagai keterkaitan dari partisipan dan melalui penguraian pemaknaan partisipan tentang situasi dan peristiwa (Sukmadinata, 2009: 94).

Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2010: 34) analisis data kualitatif terdiri atas tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Adapun langkah-langkah analisis data adalah sebagai berikut:

a. Reduksi Data (Data reduction)

(26)

13

Setelah data direduksi maka data yang diperoleh didisplay, yakni dengan menyajikan sekumpulan data dan informasi yang sudah tersusun dan memungkinkan untuk diambil sebuah kesimpulan.

c. Penarikan Kesimpulan (Conclusion drawing /Verification)

Prosedur penarikan kesimpulan didasarkan pada data informasi yang tersusun pada bentuk yang terpola pada penyajian data. Melalui informasi tersebut peneliti dapat melihat dan menentukan kesimpulan yang benar mengenai objek penelitian karena penarikan kesimpulan merupakan kegiatan penggambaran yang utuh dari objek penelitian (Sugiyono, 2010: 336-337).

6. Pengecekan Keabsahan data

Dalam menguji keabsahan data diperlukan teknik triangulasi agar data yang didapatkan dalam penelitian valid dan reliabel. Jenis teknik triangulasi yang digunakan antara lain:

a. Triangulasi sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Triangulasi sumber yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: Aparatur Desa, Tokoh Masyarakat, dan para remaja itu sendiri. b. Triangulasi teknik

(27)

14

menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi pada seorang sumber dengan data permasalahan yang sama.

c. Triangulasi waktu

Pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara dalam waktu yang berbeda dan telah ditentukan.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika pembahasan dalam penulisan ini memuat 5 (lima) bab, yang antara bab satu dengan bab berikutnya mempunyai keterkaitan yang saling mengisi terhadap subtansi yang ada. Adapun rincian sistematis penulisan ini sebagai berikut:

Bab I, berisi tentang pendahuluan. Merupakan uraian umum latar belakang penelitian. Pada bab ini dibahas beberapa sub bab, yakni: latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan dan kegunaan penelitian, kajian pustaka, penegasan istilah, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II, berisi tentang landasan teori dari penelitian, pada bagian ini di kemukakan teori-teori dan kajian, pada bagian ini berisi tentang kajian teori remaja islam, psikologi remaja dan akhlak.

Bab III, penulis menyajikan hasil penelitian tentang temuan penelitian dan penyajian data, yaitu gambaran umum tentang realitas remaja di Desa Karangrejo Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati, serta hasil wawancara yang dilakukan peneliti guna mengumpulkan data.

(28)

15

penelitian yaitu tentang strategi pembentukan karakter dengan metode-metode.

(29)

16 BAB II

LANDASAN TEORI A. Remaja dalam Kajian Islam

Masa remaja adalah masa peralihan, yang ditempuh oleh seseorang dari masa anak-anak menuju dewasa. Atau dapat dikatakan masa remaja adalah perpanjangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa (Zakiah, 1990: 69).

Masa remaja merupakan periode dimana individualisme semakin menampakkan wujudnya, pada masa tersebut memungkinkan mereka untuk menerima tanggung jawab atas perilaku mereka sendiri dan menjadi sadar terlibat pada perkara hal, keinginan, cita-cita yang mereka pillih. Masa muda merupakan tahap yang penting dalam pertumbuhan religius (Robert, 1994: 23)

Islam mempunyai tiga nilai utama atau nilai yang dijadikan pilar dalam pendidikan karakter dalam Islam, yaitu akhlak, adab,dan keteladanan. Akhlak merujuk kepada tugas dan tanggung jawab selain syari‟ah dan ajaran Islam secara umum. Adab merujuk kepada sikap yang dihubungkan dengan tingkah laku yang baik. Sedangkan keteladanan merujuk kepada kualitas karakter yang ditampilkan oleh seorang muslim yang baik yang mengikuti keteladanan Nabi Muhammad Saw (Majid, 2013: 58).

Implementasi akhlak dalam Islam tersimpul dalam karakter pribadi Rasulullah saw. Bersama nilai-nilai akhlak yang agung dan mulia (Majid, 2013: 59).

(30)

Anak-17

anak belum dibebankan kewajiban syariat sampai ia berakal dan baligh. sedangkan berakal dan baligh itulah yang membuat anak-anak dianggap dewasa. Menurut Islam kalau sudah aqil baligh meskipun baru usia 12 tahun, sudah wajib melakukan syariat agama Islam.

Sebagian besar ulama Ushul Fiqh mengatakan bahwa dasar adanya taklif (pembebanan hukum) terhadap seorang mukallaf adalah akal (مقعنا) dan pemahaman (ىهفنا). Seorang mukallaf dapat dibebani hukum apabila ia telah berakal dan dapat memahami taklif secara baik yang ditujukan kepadanya. Oleh karena itu, orang yang tidak atau belum berakal tidak dikenai taklif karena mereka dianggap tidak dapat memahami taklif dari al-Syari’. Termasuk ke dalam kategori ini adalah orang yang sedang tidur, anak kecil, gila, mabuk, khilaf dan lupa. Pendapat ini berdasarkan pada hadis Nabi Muhammad Saw: “Beban hukum diangkat dari umatku apabila mereka khilaf, lupa dan terpaksa”

(Haroen, 1997 :305).

Dari sini, ulama Ushul Fiqh memberi kesimpulan bahwa syarat seseorang itu dikenai taklif atau masuk sebagai predikat mukallaf terdapat dua syarat:

(31)

18

kemampuan akal yang mencukupi untuk memahami dalil taklif. Begitu juga dengan orang yang lupa, tidur, dan mabuk seperti hadis yang di atas.

2. Seseorang telah mampu bertindak hukum mempunyai kecakapan hukum

(تيههأ). Secara istilahi, ahliyyah didefinisikan sebagai “Kepatutan seseorang

untuk memiliki beberapa hak dan melakukan beberapa transaksi” (Wahbah

al-Zuhaylî, 1986: 156).

Agama Islam mengatur berbagai aspek dalam kehidupan, antara lain : fiqih, aqidah, muamalah, akhlaq, dan lain-lain. Seorang muslim bisa dikatakan sempurna apabila mampu menguasai dan menerapkan aspek-aspek tersebut sesuai dengan Al-Qur‟an dan Hadist.

Dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam pergaulan, seseorang mampu menilai perilaku seseorang, apakah itu baik atau buruk. Hal tersebut dapat terlihat dari cara bertutur kata dan bertingkah laku. Akhlak, moral, dan etika masing-masing individu berbeda-beda, hal tersebut dipengaruhi oleh lingkungan internal dan eksternal tiap-tiap individu.

Urgensi fase pemuda Islam merujuk pada sejumlah karakterisrik sebagai berikut :

1. Pemuda : Awal Permulaan Taklif

Fase pemuda adalah fase mengimpun ilmu pengetahuan dan kemampuan menunaikan beban syariat.

(32)

19

Maka seseorang pemuda mesti mendapat perhatian khusus guna membantunya memulai menapaki jalan ibadah, menjelaskan rambu-rambunya, menundukkan rintangan-rintangannya, dan menjelaskan perbekalannya. Sehingga si pemuda berjalan menuju Rabbnya dengan aman dan tenang, berdasarkan petunjuk dan kesadaran (Al-Qohthani, 2013: 191). 2. Pemuda : Fase Kekuatan

Di dalam kehidupannya manusia melewati beberapa fase dengan tingkat kekuatan dan kelemahan beragam. Ia hadir di dunia dengan bentuk fisik kecil dan lemah serta tidak mengetahui apapun. Kemudian sedikit demi sedikit ia menjadi besar, tubuhnya menjadi kuat, inderanya berkembang, kecerdasan dan pengetahuannya bertambah, hingga ia menjadi dewasa. Kekuaatan pada fase ini mencakup segala sisi, kekuatan fisik, kekuatan indera, kekuatan untuk bekerja dan berusaha, dan kekuatan untuk mencari ilmu.Sebagaimana fase pemuda adalah fase kekuatan untuk belajar, ia juga fase kekuatan untuk mengajar. Mengingat fase pemuda juga merupakan fase kekuatan fase syahwat seksual, maka mesti ada perhatian terhadap fase ini dan melindungi para pemuda agar tidak terjerumus ke dalam kemaksiatan. Untuk itulah Rasulallah Saw. begitu serius dalam melindungi para generasi muda generasi sahabat (Al-Qohthani, 2013: 191-195).

3. Pemuda : Fase Usia yang Paling Utama

(33)

20

kemampuan untuk belajar dan bekerja. Akan tetapi keutamaan ini bersifat mutlak berlaku bagi setiap orang, tetapi bisa jadi bagi sementara orang fase lain lebih utama dari fase pemuda. Itu terjadi bila pada fase-fase lain tersebut terwujud kekuatan iman dan kesinambungan hubungan dengan Allah Swt. Pada kondisi ini kesempurnaan hakiki terwujud, kemudian keutamaan menjadi sempurna ketika fase pemuda betemu dengan kekutan iman.

Pada umumnya kenyamanan dan kebahagaian hidup hanya bisa dinikmati pada masa muda. Ia adalah masa yang mana anak-anak yang mendamba bisa sampai kepadanya dan orang tua berangan-angan bisa kembali kepadanya (Al-Qohthani, 2013: 195-196).

4. Pemuda : Fase Usia Terpanjang

Jika umur manusia sekarang berkisar antara enam puluh hingga tujuh puluh tahun bagi mereka yang dipanjangkan Allah umurnya, sebagaimana disebutkan dalam hadist Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda, “Umur umatku antara enam puluh tahun hingga tujuh puluh tahun, sangat

sedikit diantara mereka yang melampaui usia itu.” Maka rata-rata umur manusia adalah 65 tahun. Juga bila masa anak-anak dihitung dari kelahiran hingga usia muda.

Usia muda adalah antara empat belas tahun pada umumnya hingga empat puluh tahun, sesuai dengan definisi diatas, Kemudian fase setengah baya dimulai dari berakhirnya fase muda hingga genap lima puluh tahun (Al-Qohthani, 2013: 197).

(34)

21

Menurut Sigmund Freud dalam Sunaryo (2004: 44), mengatakan bahwa fase remaja yang berlangsung dari usia 12-13 tahun hingga 20 tahun. Masa remaja merupakan masa pencarian jati diri seseorang dalam rentang masa kanak-kanak sampai masa dewasa. Pada masa ini, pola pikir dan tingkah laku remaja sangat berbeda pada saat masih kanak-kanak. Hubungan dengan kelompok (teman sebaya) lebih erat dibandingkan hubungan dengan orang tua.

1. Tahap Perkembangan Remaja

Tahap perkembangan remaja dimulai dari fase praremaja sampai dengan fase remaja akhir berdasarkan pendapat Sullivan (1892-1949). Pada fase-fase ini terdapat beragam ciri khas pada masing-masing fase-fase.

a. Fase Pra Remaja

Periode transisi antara masa kanak-kanak dan adolesens sering sikenal sebagai praremaja oleh profesional dalam ilmu perilaku (Potter&Perry, 2005). Fase pra remaja ini ditandai dengan kebutuhan menjalin hubungan dengan teman sejenis, kebutuhan akan sahabat yang dapat dipercaya, bekerja sama dalam melaksanakan tugas, dan memecahkan masalah kehidupan, dan kebutuhan dalam membangun hubungan dengan teman sebaya yang memiliki persamaan, kerja sama, tindakan timbal balik, sehingga tidak kesepian (Sunaryo, 2004: 56).

Tugas perkembangan terpenting dalam fase pra remaja yaitu,belajar melakukan hubungan dengan teman sebaya dengan cara berkompetisi, berkompromi dan kerjasama.

(35)

22

Fase remaja awal merupakan fase yang lanjutan dari pra remaja. pada fase ini ketertarikan pada lawan jenis mulai nampak. Sehingga, remaja mencari suatu pola untuk memuaskan dorongan genitalnya. Menurut Steinberg (dalam Santrock, 2002: 42) mengemukakan bahwa masa remaja awal adalah suatu periode ketika konflik dengan orang tua meningkat melampaui tingkat masa anak-anak.

Sunaryo (2004:56) berpendapat bahwa, hal terpenting pada fase ini, antara lain:

1) Tantangan utama adalah mengembangkan aktivitas heteroseksual. 2) Terjadi perubahan fisiologis.

3) Terdapat pemisahan antara hubungan erotik yang sasarannya adalah lawan jenis dan keintiman dengan jenis kelamin yang sama.

4) Jika erotik dan keintiman tidak dipisahkan, maka akan terjadi hubungan homoseksual.

5) Timbul banyak konflik akibat kebutuhan kepuasan seksual, keamanan dan keakraban.

6) Tugas perkembangan yang penting adalah belajar mandiri dan melakukan hubungan dengan jenis kelamin yang berbeda.

c. Fase Remaja Akhir

(36)

23

matang. Fase ini merupakan inisiasi ke arah hak, kewajiban, kepuasan, tanggung jawab kehidupan sebagai masyarakat dan warga negara.

Sunaryo (2004: 57) mengatakan bahwa tugas perkembangan fase remaja akhir adalah economically, intelectually, dan emotionallyself sufficient.

2. Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja a. Perkembangan Biologi

Perubahan fisik yang terjadi pada remaja terlihat pada saat masa pubertas yaitu meningkatnya tinggi dan berat badan serta kematangan sosial. Diantara perubahan fisik itu, yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh (badan menjadi semakin panjang dan tinggi). Selanjutnya, mulai berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandai dengan haid pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki) dan tanda-tanda seksual sekunder yang tumbuh (Sarwono, 2006: 52).

(37)

24

Potter & Perry (2005: 535) juga mengatakan bahwa setelah pertumbuhan awal jaringan payudara, puting dan areola ukurannya meningkat. Proses ini sebagian dikontrol oleh hereditas, mulai pada paling muda usia 8 tahun dan mungkin tidak komplet dalam usia 10 tahun. Kadar estrogen yang meningkat juga mulai mempengaruhi genital. Uterus mulai membesar dan terjadi peningkatan lubrikasi vaginal, hal tersebut bisa terjadi secara spontan atau akibat perangsangan seksual. Vagina memanjang, dan rambut pubis dan aksila mulai tumbuh.

Perry&Potter (2005: 690) mengungkapkan bahwa empat fokus utama perubahan fisik adalah: Peningkatan kecepatan pertumbuhan skelet, otot dan visera Perubahan spesifik-seks, seperti perubahan bahu dan lebah pinggul Perubahan distribusi otot dan lemak Perkembangan sistem reproduksi dan karakteristik seks sekunder.

Pada dasarnya perubahan fisik remaja disebabkan oleh kelenjar pituitary dan kelenjarhypothalamus. Kedua kelenjar itu masing-masing menyebabkan terjadinya pertumbuhan ukuran tubuh dan merangsang aktifitas serta pertumbuhan alat kelamin utama dan kedua pada remaja (Sunarto & Agung Hartono, 2002:94).

b. Perkembangan Kognitif

(38)

25

terdorong untuk memahami dunianya karena tindakan yang dilakukannya penyesuaian diri biologis. Secara lebih lebih nyata mereka mengaitkan suatu gagasan dengan gagasan lain. Mereka bukan hanya mengorganisasikan pengamatan dan pengalaman akan tetapi juga menyesuaikan cara berfikir mereka untuk menyertakan gagasan baru karena informasi tambahan membuat pemahaman lebih mendalam.

Menurut Piaget (dalam Santrock, 2003: 110) secara lebih nyata pemikiran opersional formal bersifat lebih abstrak, idealistis dan logis. Remaja berpikir lebih abstrak dibandingkan dengan anak-anak misalnya dapat menyelesaikan persamaan aljabar abstrak. Remaja juga lebih idealistis dalam berpikir seperti memikirkan karakteristik ideal dari diri sendiri, orang lain dan dunia. Remaja berfikir secara logis yang mulai berpikir seperti ilmuwan, menyusun berbagai rencana untuk memecahkan masalah dan secara sistematis menguji cara pemecahan yang terpikirkan.

Dalam perkembangan kognitif, remaja tidak terlepas dari lingkungan sosial. Hal ini menekankan pentingnya interaksi sosial dan budaya dalam perkembangan kognitif remaja

c. Perkembangan Sosial

(39)

26

Santrock (2003: 24) mengungkapkan bahwa pada transisi sosial remaja mengalami perubahan dalam hubungan individu dengan manusia lain yaitu dalam emosi, dalam kepribadian, dan dalam peran dari konteks sosial dalam perkembangan. Membantah orang tua, serangan agresif terhadap teman sebaya, perkembangan sikap asertif, kebahagiaan remaja dalam peristiwa tertentu serta peran gender dalam masyarakat merefleksikan peran proses sosial-emosional dalam perkembangan remaja.

John Flavell (dalam Santrock, 2003: 125) juga menyebutkan bahwa kemampuan remaja untuk memantau kognisi sosial mereka secara efektif merupakan petunjuk penting mengenai adanya kematangan dan kompetensi sosial mereka.

Pencarian identitas diri merupakan tugas utama dalam perkembangan psikososial adelesens. Remaja arus membentuk hubungan sebaya yang dekat atau tetap terisolasi secara sosial (Potter & Perry, 2005: 693). Pencarian identitas diri ini meliputi identitas seksual, identitas kelompok, identitas keluarga, identitas pekerjaan, identitas kesehatan dan identitas moral.

d. Ciri Khas Remaja

1) Hubungan dengan Teman Sebaya

(40)

27

220) mengemukakan bahwa anak-anak dan remaja mulai belajar mengenai pola hubungan yang timbal balik dan setara dengan melalui interaksi dengan teman sebaya.

Pada saat remaja, seseorang memperoleh kebebasan yang lebih besar dan mulai membangun identitasnya sendiri. Secara emosional, mereka menjalin hubungan yang lebih dekat dengan kelompoknya dibandingkan keluarga. Krisis identitas ini membuat remaja mengalami rasa malu, takut, dan gelisah yang menimbulkan gangguan fungsi di rumah dan di sekolah (Potter & Perry, 2010).

Namun, dalam beberapa hal, remaja mengalami ketegangan baik akibat tekanan kelompoknya, maupun perubahan psikososial. Sehingga remaja cenderung melakukan tindakan yang dapat mengurangi ketegangan tersebut, misalnya merokok dan memakai obat-obatan.

Ada beberapa beberapa strategi yang tepat untuk mencari teman menurut Santrock (2003: 206) yaitu :

a) Menciptakan interaksi sosial yang baik dari mulai menanyakan nama, usia, dan aktivitas favorit.

b) Bersikap menyenangkan, baik dan penuh perhatian.

c) Tingkah laku yang prososial seperti jujur, murah hati dan mau bekerja sama.

(41)

28

e) Menyediakan dukungan sosial seperti memberikan pertolongan, nasihat, duduk berdekatan, berada dalam kelompok yang sama dan menguatkan satu sama lain dengan memberikan pujian.

Ada beberapa dampak apabila terjadi penolakan pada teman sebaya. Menurut Hurlock (2000: 307) dampak negatif dari penolakan tersebut adalah:

a) Akan merasa kesepian karena kebutuhan social mereka tidak terpenuhi.

b) Anak merasa tidak bahagia dan tidak aman. Anak mengembangkan konsep diri yang tidak menyenangkan, yang dapat menimbulkan penyimpangan kepribadian.

c) Kurang mmemiliki pengalaman belajar yang dibutuhkan untuk menjalani proses sosialisasi.

d) Akan merasa sangat sedih karena tidak memperoleh kegembiraan yang dimiliki teman sebaya mereka.

e) Sering mencoba memaksakan diri untuk memasuki kelompok dan ini akan meningkatkan penolakan kelompok terhadap mereka semakin memperkecil peluang mereka untuk mempelajari berbagai keterampilan sosial.

(42)

29

g) Sering melakukan penyesuaian diri secara berlebihan, dengan harapan akan meningkatkan penerimaan sosial mereka

Sementara itu, Hurlock (2000: 298) menyebutkan bahwa ada beberapa manfaat yang diperoleh jika seorang anak dapat diterima dengan baik. Manfaat tersebut yaitu:

a) Merasa senang dan aman. Mengembangkan konsep diri menyenangkan karena orang lain mengakui mereka.

b) Memiliki kesempatan untuk mempelajari berbagai pola prilaku yang diterima secara sosial dan keterampilan sosial yang membantu kesinambungan mereka dalam situasi sosial. c) Secara mental bebas untuk mengalihkan perhatian meraka ke

luar dan untuk menaruh minat pada orang atau sesuatu di luar diri mereka.

d) Menyesuaikan diri terhadap harapan kelompok dan tidak mencemooh tradisi sosial.

2) Hubungan dengan Orang Tua Penuh Konflik

(43)

30

Collins dalam (Santrock, 2002: 42) menyimpulkan bahwa banyak orang tua melihat remaja mereka berubah dari seorang anak yang selalu menjadi seseorang yang tidak mau menurut, melawan, dan menantang standar-standar orang tua. Bila ini terjadi, orang tua cenderung berusaha mengendalikan dengan keras dan member lebih banyak tekanan kepada remaja agar mentaati standar-standar orang tua.

3) Keingintahuan tentang seks yang tinggi

Seksualitas mengalami perubahan sejalan dengan individu yang terus tumbuh dan berkembang (Potter & Perry, 2010: 30). Setiap tahap perkembangan memberikan perubahan pada fungsi dan peran seksual dalam hubungan. Masa remaja merupakan masa di mana individu menggali orientasi seksual primer mereka lebih banyak daripada masa perkembangan manusia lainnya.

(44)

31

kehamilan atau penyakit tidak akan terjadi pada mereka, dan karenanya tindak kewaspadaan tidak diperlukan. Penyuluhan kesehatan harus diberikan dalam konteks perkembangan ini (Potter & Perry, 2005: 535).

4) Mudah Stres

Menurut Potter & Perry (2005: 476), Selye (1976) berpendapat bahwa stres adalah segala situasi dimana tuntutan non-spesifik mengharuskan seorang individu untuk berespons atau melakukan tindakan.

Stres dapat menyebabkan perasaan negatif. Umumnya, seseorang dapat mengadaptasi stres jangka panjang maupun jangka pendek sampai stres tersebut berlalu. Namun, jika adaptasi itu gagal dilakukan, stres dapat memicu berbagai penyakit.

Remaja juga sangat rentan dengan stres. Sebab, di masa ini seseorang akan memiliki keinginan serta kegiatan yang sangat banyak. Namun, apabila keinginan dan kegiatan itu tidak berjalan atau tidak terwujudkan sebagaimana mestinya, remaja cenderung menjadikan hal tersebut sebagai beban pikiran mereka. Sehingga remaja mudah mengalami stres. Untuk mengobati itu, remaja menghibur diri atau meminimalisir stres mereka dengan berkumpul atau bersenang-senang dengan teman sebayanya.

(45)

32

Secara etimologi, kata karakter (inggris: character berasal dari bahasa yunani, eharassein yang berarti “to engrave” dapat di terjemahkan menjadi pengukir, melukis, memahat atau menggoreskan (sayudi, 2013: 5). Karakter dari bahasa yunani kharakter yang berakar dari diksi „kharassein’ yang berarti memahat atau mengukir (to inscribe/to engrave), sedangkan dalam bahasa latin karakter bermakna membedakan tanda. Dalam bahasa Indonesia, karakter dapat diartiikan sebagai sifat-sifat kejiwaan/tabiat/watak (Narwanti, 2011: 1).

Karakter berbeda dengan moral dan akhlak, moral adalah suatu tindakan manusia yang bercorak khusus, yaiu yang didasarkan pada pengertiannya mengenai baik buruk. Moral lah sebenarnya yang membedakan manusia dari pada makhluk tuhan lainnya dan menempatkannya bila telah menjadi tertib pada deajat di atas mereka. Sedangakan akhlak adalah kebiasaan atau kehendak, akhlak juga bias disebut menangnya keinginan dari beberapa keinginan manusia dengan langsung berturut-turut (Amin, 1983: 62).

a. Secara Istilah

Zubaedi, (2012: 8) mendenifikasikan karakter adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak. Adapun berkarakter adalah kepribadian, bersifat, dan berwatak.

Wayne dalam Mulyasa (2011: 3) mengemukakan bahwa karakter berasal dari bahasa yunani yang berarti “to mark” (menandai) dan memfokuskan

(46)

33

Karakter adalah suatu yang unik hanya ada pada individual Ataupun hanya pada suatu kelompok, bangsa. karakter karakter itu adalah landasan dari ksadaran budaya, keceerdasan budaya merupakan perekat budaya. Sedangkan core Values digali dan kembangkan dari budaya masyarakat itu sendiri (Narwanti, 2011: 27), berbeda dengan Muslich (2011: 75) yang memaparkan untuk dapat memahami pendidikan karakter perlu memahami struktur antropologis yang ada di dalam diri manusia, yaiu atas jasad, ruh dan akal.

D. Krisis Akhlak

Secara etimologi akhlak berasal dari bahasa arab akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan,

jama‟nya khuluqun yang berarti perangai (al-sajiyah), adat kebiasaan (al‟adat), budi pekerti, tingkah laku atau tabiat (ath-thabi‟ah), perbedaan yang baik (al-maru‟ah), dan agama (ad-din) (Tiswani, 2007: 1).

Akhlak adalah suatu istilah agama yang dipakai menilai perbuatan manusia apakah itu baik, atau buruk. Sedangkan ilmu akhlak adalah suatu ilmu pengetahuan agama islam yang berguna untuk memberikan petunjuk-petunjuk kepada manusia, bagaimana cara berbuat kebaikan dan menghindarkan keburukan. Dalam hal ini dapat dikemukakan contohnya:

1. Perbuatan baik termasuk akhlak, karena membicarakan nilai atau kriteria suatu perbuatan.

(47)

34

Akhlak merupakan domain penting dalam menempuh jalan kehidupan masyarakat di era globalisasi. Tidak adanya akhlak dalam tata kehidupan mayarakat akan menyebabkan hancurnya masyarakat itu sendiri. Hal ini bisa diamati pada kondisi yang ada di negeri ini hampir semua lini kehidupan masyarakat Indonesia tidak mencerminkan akhlak Islami. Atau dengan kata lain, bangsa Indonesia saat ini bukan hanya krisis ekonomi dan krisis kepercayaan, akan tetapi juga krisis akhlak.

Menurut Abudin Nata (2003: 222) krisis akhlak semacam ini pada awalnya hanya menerpa sebagian kecil elit politik (penguasa), tetapi kini telah menjalar kepada masyarakat luas termasuk kalangan pelajar. Pristiwa ini bisa disaksikan dari banyaknya keluhan tentang perilaku para remaja yang disampaikan orang tua, para guru, dan orang-orang yang bergerak dibidang sosial. Diantara mereka sudah banyak yang terlibat tawuran, penggunaan obat-obat terlarang, minuman keras, pelecehan sosial, dan tindakan kriminal lainnya. Bahkan, baik orang tua ataupun para guru disekolah merasa kehabisan akal untuk mengatasi krisis akhlak ini dari fenomena tersebut Abudin Nata memetakan bahwa terdapat empat akar terpenting yang menjadi penyebab timbulnya krisi akhlak yaitu:

(48)

35

2. Krisis akhlak terjadi pembinaan moral yang dilakukan oleh orang tua, sekolah, dan masyarakat sudah kurang efektif. Zakiah Daradjat mengatakan akhlak bukanlah suatu pelajaran yang bisa dicapai dengan mempelajari saja tanpa melakukan pembiasaan sejak kecil.

3. Krisis akhlak terjadi desebabkan karena derasnya arus budaya hidup materialistik, hedonistik, dan sekularistik. Berbagai produk budaya yang bernuansa demikian dapat dilihat dalam bentuk semakin maraknya tempat hiburan yang mengundang selera biologis, peredaran obat-obat terlarang, buku-buku atau VCD-DVC porno, alat kontrasepsi dan sebagainya.

Krisis akhlak terjadi karena belum adanya kemauan yang sungguh-sungguh dari pemerintah untuk melakukan pembinaan akhlak. Hal yang demikian diperparah oleh adanya ulah sebagian elit penguasa yang semata-mata mengejar kedudukan, kekayaan, dan jabatan dengan cara yang tidak mendidik seperti korupsi kolusi dan nepotisme.

(49)

36

tersebut akan eksis, sebaliknya jika akhlaknya bobrok maka bangsa tersebut akan segera musnah mengalami keterpurukan, begitulah peringatan Asy Saukani (Tantowi, 2008: 99)

Krisis moneter yang di ikuti oleh krisis ekonomi yang telah melanda bangsa Indonesia, berpangkal pada krisis akhlak dan krisis iman. Banyak kalangan menyatakan persoalan bangsa ini akibat merosoknya moral bangsa dengan mewabahnya korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) diberbagai bidang kehidupan berbangsa dan bernegara. Karena itu, tuntunan untuk melakukan reformasi secara menyeluruh harus menyentuh pada aspek yang berkaiatan dengan bidang akhlak dan aspek keimanan. Sebab, akhlak yang buruk serta kualitas keimanan dan ketakwaan masyarakat yang buruk merupakan faktor utama tumbuh suburnya praktik-praktik kolusi korupsi dan nepotisme. Tidak hanya itu, bahkan tumbuh dan berkembangnya kecendrungan sadisme, kriminalitas, serta merebaknya pornografi, pornoaksi dan prostitusi ditengah-tengah masyarakat (Mustofa, 2010: 222).

Dalam Islam pun diterangkan tentang pentingnya pendidikan bagi manusia yang di awali dengan mendidik anak sejak kecil yang diawali dari keluarga yaitu orang tua, seperti hadis Rasulullh Saw.

َ بْخَأ ِّيِرْىُّزلا ْنَع ِّيِدْيَ بُّزلا ْنَع ٍبْرَح ُنْب ُدَّمَحُم اَنَ ثَّدَح ِديِلَوْلا ُنْب ُبِجاَح اَنَ ثَّدَح

ُديِعَس يِنَر

ْنِم اَم َمَّلَسَو ِوْيَلَع ُوَّللا ىَّلَص ِوَّللا ُلوُسَر َلاَق ُلوُقَ ي َناَك ُوَّنَأ َةَرْ يَرُى يِبَأ ْنَع ِبَّيَسُمْلا ُنْب

ٍٍ وُلْوَم

ِوِناَسِّجَمُيَو ِوِناَرِّصَنُ يَو ِوِناٍَ ِّوَهُ ي ُهاَوَ بَأَف ِةَرْطِفْلا ىَلَع ُدَلوُي َّلَِّإ

(50)

37

Hurairoh, Rasulullah shollallahu „alaihi wasallam bersabda: Setiap (anak) yang dilahirkan (pasti) dilahirkan di atas fitrah,

kedua orang tuanyalah yang membuat dia jadi Yahudi atau Nasrani atau Majusi.” (Shohih Bukhori no. 1296)

Hadist tersebut menekankan pentingnya tugas orang tua dalam mengawali pendidikan pada anaknya. Orang tua mesti mengenalkan Islam secara dini, karena dengan memeluk agama Islam dan menjalankan syariat dengan benar akan menjadi benteng sekaligus penyelamat bagi hidupnya, baik di dunia maupun di akhirat.

Dan juga dalam Al-qur‟an di terangkan yang di turunkan yang mana Nabi Ibrahim mewasiatkan kepada anak-anaknya untuk selalu bepegang teguh pada Islam dalam Q.S. Surat Al-Baqarah ayat 132.

ٰ ىَّصَوَو

Selanjutnya keyakinan pada agama Islam ini dikuatkan dengan pelajaran tauhid, yakni penghambaan dan penyerahan diri kepada Allah Swt. dalam Q.S. Al-An‟am: 162-163 dan Q.S. Al-Ahzab: 36.

ِٰوَّلِلٰ ِتِاََمََوَٰياَيَْمََوٰيِكُسُنَوٰ ِتِلََصَّٰنِإْٰلُق

ٰ

(51)

38

Artinya: Katakanlah: „Sesungguhnya Shalatku, ibadatku, hidupku dan

matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah) (Departeman Agama, 2006 :150).

ِٰىِرْمَأْٰنِمُٰةَرَ يِْلْاُٰمَُلََٰنوُكَيْٰنَأٰاًرْمَأُٰوُلوُسَرَوُٰوَّللاٰىَضَقٰاَذِإٍٰةَنِمْؤُمٰ َلََّوٍٰنِمْؤُمِلَٰناَكٰاَمَو

ْٰم

ْٰنَمَو

اًنيِبُمٰ ًلَّ َلََضَّٰلَضْٰدَقَ فُٰوَلوُسَرَوَٰوَّللاِٰصْعَ ي

Artinya: Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak pula bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetaphan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan yang lain tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh dia telah sesat dengan kesesatan yang nyata (Departeman Agama, 2006: 423).

(52)

39 kepadamu beberapa perkataan: Jagalah Allah niscaya Dia akan menjagamu, jagalah Allah niscaya kamu akan mendapati Dia berada di depanmu, jika kamu meminta maka minta hanya kepada Allah dan jika kamu meminta pertolongan maka minta pertolongan hanya kepada Allah”(Sunan At Tirmidzi no 2516).

ْٰمُكَدلَّْوَأٰاوُرُمَٰمَّلَسَوِٰوْيَلَعٰوَّللاٰىَّلَصِٰوَّللاُٰلوُسَرَٰلاَقٰهِّدَجْٰنَعِٰويِبَأْٰنَعٰ ٍبْيَعُشِٰنْبٰوِرْمَعْٰنَع

Rasulullah saw. Bersabda: “perintahlah anak-anakmu mengerjakan salat ketika berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka karena meninggalkan salat bila berumur sepuluh tahun, dan pisahlah tempat tidur mereka (laki-laki dan perempuan! (Shahih Ibnu Majah no. 5868).

(53)

40

(54)

41 BAB III

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. GAMBARAN UMUM DESA KARANGREJO PUCAKWANGI

KABUPATEN PATI

1. Letak Geografis Desa Karangrejo

Desa karangrejo Kec.Pucakwangi Kab. Pati terletak antara batas-batas: a. Sebelah timur Desa Plosorejo

b. Sebelah barat Desa Grogolsari c. Sebelah utaraDesa Sarimulyo d. Sebelah selatan Desa Triguna

Jarak Desa Karangrejo dari kota (Kabupaten) + 35 km dan + 7 km dari Kecamatan. Desa Karangrejo terbagi menjadi 2 RW, 12 RT dengan luas wilayah adalah 180 Ha. Luas sawah +144 Ha, lain-lain (sungai,

jalan,makam, dan sebagainya) 3,5 Ha dan dukuhnya terdiri 2 dukuh. 2. Jumlah Penduduk

Menurut data yang diperoleh pada bulan januari tahun 2017 jumlah penduduk Desa Karangrejo Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati adalah sebagai berikut:

Tabel 1

Jumlah Penduduk Desa Karangrejo Kecamatan Pucakwang Kabupaten Pati Menurut Jenis Kelamin

(55)

42

Adapun susunan pejabat Desa Karangrejo Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati adalah sebagi berikut:

a. Kepala Desa : Bp. Anwar b. Sekretaris Desa : Bp. Sa‟dun c. Kepala Dusun : Bp. Mu‟ti d. Kaur Pemerintah : Bp. Ali Irham e. Kaur Pembangunan : Bp. NurRozaq f. Kaur Keuangan : Bp. Sutomo g. Kaur Kesra : Bp. Sihabul Huda 4. Struktur Sosial Masyarakat Desa Karangrejo

Mayoritas penduduk Desa Karangrejo Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati beragama Islam. Kegiatan keagamaan maju dan berkembang dengan baik, hal ini bisa dilihat beberapa kegiatan keagamaan di desa tersebut; setiap malam Jum‟at diadakan Dziba‟di setiap Musholla, setiap

(56)

43

shalat di masjid/musholla, kegiatan mengaji harian dan juga kegiatan dzibaan setiap malam jumat sebagai berikut:

Tabel. 2 Jamaah Masjid/Musholla

No Masjid/Musholla Ustadz Jamaah

1 Masjid Mujahiddin KH. Mudawwam Al-Hafidz

67 orang

2 AL-Mahfudz Bpk. Syaifuddin 42 orang

3 An-Nur Bpk. Nur Rofiq 48 orang

4 Al-Huda Bpk. Abdul Jabbar 54 orang

5 Ar-Rohman Bpk. Syafwan 32 orang

Tabel. 3 Kegiatan Mengaji Harian

No Masjid/Musholla Ustadz Jamaah

1 Masjid Mujahiddin KH. Mudawwam Al-Hafidz

35 orang

2 AL-Mahfudz Bpk. Syaifuddin 22 orang

3 An-Nur Bpk. Nur Rofiq 18 orang

4 Al-Huda Bpk. Abdul Jabbar 19 orang

5 Ar-Rohman Bpk. Syafwan 25 orang

Tabel. 4 Kegiatan Dzibaan

No Masjid/Musholla Ustadz Jamaah

(57)

44

Hafidz

2 AL-Mahfudz Bpk. Syaifuddin 22 orang

3 An-Nur Bpk. Nur Rofiq 18 orang

4 Al-Huda Bpk. Abdul Jabbar 19 orang

5 Ar-Rohman Bpk. Syafwan 23 orang

Perkembangan dan kegiatan keagamaan di Desa Karangrejo Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati maju dan kehidupan masyarakatnya religius, sehingga hubungan sesama penduduk bisa dikatakan harmonis dalam arti saling mengisi dan berta’awun (saling tolong-menolong) dalam kebaikan. 5. Aktifitas Penduduk Desa Karangrejo.

Masyarakat Desa Karangrejo Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati setiap harinya kebanyakan bekerja di sawah, sebagian ada yang menjadi pegawai negeri sebagian lagi ada yang menjadi buruh bangunan.

Masyarakat Desa Karangrejo masih memelihara kebudayaan dan kebiasaan suka tolong-menolong ataupun gotong-royong, seperti dalam pembuatan jalan, pembuatan rumah penduduk, maupun tempat-tempat ibadah.

(58)

45

Tabel. 5. Pekerjaan Masyarakat Desa Karangrejo

No Pekerjaan Jumlah

1 PNS 124

2 TNI/POLRI 5

3 Petani 356

4 Buruh Bangunan 194

5 Wiraswasta 27

6. Sarana dan Prasarana Desa Karangrejo.

Adapun sarana dan prasarana Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati adalah sebagai berikut:

a. Jumlah toko/warung = 21 b. Jumlah koperasi simpan pinjam = 1 c. Jumlah sekolah

1) PAUD = 1 2) TK = 1 3) MI = 1 4) MTs = 1 d. Jumlah tempat ibadah

(59)

46 B. Penyajian data

1. Realitas dan Pendidikan Remaja Desa Karangrejo

Remaja Desa Karangrejo pada umumnya mempunyai karakter yang baik. Karena pada masa saat masih kecil anak-anak itu diwajibkan untuk sekolah Diniyah dan juga setelah ba‟da Magrib para anak-anak itu diwajibkan untuk mengaji di langgar/musholla baik untuk anak laki-laki maupun anak perempuan. Di Desa Karangrejo hanya memiliki 1 sekolahan yang berbasis agama islam yaitu meliputi RA, MI, dan Mts.

Selain itu di Desa Karangrejo juga memiliki sebuah Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an (Hafalan Al qur‟an) untuk menghafal Al qur‟an, pondok

tersebut tidak hanya untuk hafalan. Tetapi juga untuk mengaji Al qur‟an

harian yang diperuntukan untuk warga masyarakat sekitar khususnya. Masyarakat Desa Karangrejo juga setelah anaknya lulus Dari Mts kebanyakan di Pondokkan di Pondok Pesantren di sekitaran kota Pati. Jadi kebanyakan guru yang mengajar di Desa karangrejo adalah lulusan Pondok Pesantren. Oleh karena itu orang-orang tetangga desa menyebut Desa Karangrejo adalah Desa Religius.

(60)

47

mengaji Al qur‟an dan mereka tidak turun dari Masjid atau Musholla sampai sholat jamaah Isya‟, apabila sudah malam para remaja untuk sekedar

tongkrong kebanyakan mereka memakai sarung untuk remaja laki-laki. Untuk remaja perempuan selalu memakai kerudung ketika keluar dari rumah karena hal tersebut sudah menjadi adat di Desa Karangrejo.

Tabel. 6. Lembaga Pendidikan Formal dan Non Formal No Lembaga Pendidikan Formal dan Non Formal Jumlah

1 PAUD 1

2 TK 1

3 MI 1

4 MTS 1

5 Ponpes 1

Penulis disini membuat Indikator karakter yang mengacu kepada keputusan Kemendiknas Tahun 2010, namun penulis hanya mengambil beberapa nilai pokok yang penulis anggap penting dan perlu untuk di bentuk dalam kehidupan sehari-hari remaja Desa Karangrejo, yaitu karakter religus, karakter jujur, karakter toleransi karakter peduli sosial dan karakter tanggung jawab. Tabelnya sebagai berikut:

Table. 7. Karakter dan Penerapan dalam Kesaharian

No KARAKTER INDIKATOR

PERILAKU PENERAPAN DALAM

(61)

SEHARI-48

HARI 1 RELIGIUS Sikap dan perilaku yang patuh

dalam melaksanakan ajaran

2 JUJUR Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,

(62)

49

4 PEDULI SOSIAL Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada

C. Hambatan Proses Pembentukan Karakter Remaja Islam Desa Karangrejo.

Penulis akan memaparkan data hasil wawancara dengan 20 orang informan sebagai gambaran realitas karakter remaja yang kurang baik dan orang sekitar informan untuk menguatkan kebenaran data dari informan.

1. Karakter Religus

Dari 20 orang informan yang di tanya, ternyata ada 16 orang yang menjawab “iya”, mereka melaksanakan shalat 5 waktu dalam

(63)

50

informan yang menjawab “terkadang”, mereka beralasan terbentur waktu dan malas seperti ketika sepulang sekolah sebab kecapekan dan ketika bekerja mereka lupa waktu karena kesibukan kerja. Contoh ketika salah satu orang informan yang ditanya tentang melaksanakan shalat lima waktu “saya melaksanakan shalat waktu, tapi kalau saya sedang capek,

saya malas ketika kalau sedang pulang dari pekerjaan dan langsung istirahat”(RM)

Untuk menguji kreadibilitas dan kevalidan data penulis mewawancarai orang terdekat informan yaitu teman bermain mereka “iya si RM itu kalau shalat dia jarang-jarang ya kaya sesukanya gitu,

kalau tobat ya dia shalat, tapi kalau lagi kumat jarang terkena air wudlu dia itu (HR)

2. Karakter Jujur

Dari 20 orang informan yang di tanya, ternyata ada 6 orang yang menjawab “iya” , mereka tidak pernah berbohong terhadap ke dua orang

tua mereka dan mengembalikan barang temuan. Ada 14 orang informan yang menjawab “terkadang”, mereka beralasan takut dimarahi orang tua

(64)

51

ingin memiliki uang tersebut. Contoh ketika salah satu orang informan di tanya tentang tentang ketika menemukan barang temua di jalan “iya saya

akan mengembalikan barang tersebut kepada yang punya, tetapi kalau dalam satu hari tidak ada yang mencari ya saya ambil buat saya sendiri, hitung-hitung rejeki dari Allah Swt.” (AM).

Untuk menguji kreadibilitas dan kevalidan data penulis mewawancarai orang terdekat informan yaitu teman bermain mereka “iya si AM tersebut bisa dikatakan baik dan kadang juga rada nakal, ya

begitulah pokoknya (S). 3. Karakter Toleransi

Dari 20 orang informan yang ditanya ternyata ada 17 orang yang menjawab “iya”, mereka menolong non muslim apabila tertimpa

musibah seperti bencana alam dan mau berteman dengan mereka. Ada 3 orang informan yang menjawab “terkadang” mereka beralasan malas

membantu dan berteman karena perbedaan agama. Contoh ketika salah satu orang informan ditanya tentang mau berteman dengan orang yang bearbeda agama “iya tergantung, kalau mereka memang cocok dengan

saya ya mau berteman tapi kalau mereka tidak ya saya malas, ya juga lihat-lihat dulu orangnya seperti apa (AH)

(65)

52

juga nggak welcome, tapi kalau sama temen yang udah kenal dia baik sekali dan suka membantu (J).

4. Karakter Peduli Sosial

Dari 20 orang informan yang ditanya ternyata ada 14 orang yang menjawab “iya”, mereka membantu tetangga apabila dalam kesusahan

dan ikut serta dalam kegiatan RT maupun RW. Ada 14 orang informan yang menjawab “terkadang”. Mereka beralasan tetangga tersebut tidak

baik dengan mereka akibat perselisihan dan kesalahpahaman, sehingga mereka tidak perduli dan mengabaikan tetangga tersebut, kemudian ketika di tanya keikut sertaan mereka dalam kegiatan RT maupun RW mereka beralasan malas. Contoh ketika salah satu informan ditanya tentang ketika ada tetangga yang perlu bantuan “iya tergantung, kalau

tetangga tersebut baik dan tidak ada masalah dengan saya ya saya bantu tapi kalu tidak ah malas” (AA)

Untuk menguji kreadibilitas dan kevalidan data penulis mewawancarai orang terdekat informan yaitu teman bermain mereka “ iya saya tidak bisa menilai si AA dengan sepenuhnya, yang saya tahu itu si AA baik sama teman , tapi kadang kalau punya masalah dengan kita itu suka di bawa hati , lama untuk memaafkan (AF)

5. Karakter Tanggung Jawab

(66)

53

orang informan yang menjawab “terkadang”, mereka beralasan malas

apabila pelajaran tersebut sulit, kemudian ketika ditanya mengenai norma atau aturan yang ada dalam masyarakat mereka malas mematuhinya karena enggan atau malas sebab di dalam norma atau aturan tersebut mereka tidak mempunyai kebebasan. Contoh ketika salah seorang informan ditanya tentang mentaati norma yang berlaku “iya saya

mau asalkan peraturan tersebut tertulis bukan dari ucapan orang, kalau dari ucapan orang ke orang saya malas” (PJ)

Untuk menguji kreadibilitas dan kevalidan data penulis mewawancarai orang terdekat informan yaitu teman bermain mereka “si PJ ini dia orangnya sesukanya gitu kaya orang pekok dan sembrono, koplak dia itu (AL)

(67)

54 BAB IV PEMBAHASAN A. Strategi Pembentukan Karakter Remaja

Dibawah penulis akan membuat tabel realitas karakter remaja Desa Karangrejo beserta hambatan dan strategi untuk menanganinya.

(68)
(69)

56 orang tua.

2. Mentaati norma atau aturan didalam masayarakat.

Kepuasan dengan Dialog 2. Metode

Peringatan Keras

1. Realitas Karakter Religius

Indikator realitas karakter religius remaja Desa Karangrejo adalah melaksanakan shalat lima waktu dalam kehidupan sehari-hari dan rutin mengaji Al-qur‟an. Adapun faktor penghambatnya yaitu malas dan terbentur waktu sebab kecapekan sepulang sekolah dan waktu kerja yang sibuk. Untuk strategi yang cocok digunakan adalah metode peringatan keras, karena usia remaja dalam Islam sudah dikategorikan baligh, yaitu wajib melaksanakan shalat lima waktu seperti hadis Nabi Saw. sebagai Berikut:

ْٰيَعُشِٰنْبٰوِرْمَعْٰنَع

ْٰمُىَوِٰةلَََّّلاِبْٰمُكَدلَّْوَأٰاوُرُمَٰمَّلَسَوِٰوْيَلَعٰوَّللاٰىَّلَصِٰوَّللاُٰلوُسَرَٰلاَقٰهِّدَجْٰنَعِٰويِبَأْٰنَعٰ ٍب

ِٰع ِجاَضَمْلاٰ ِفِْٰمُهَ نْ يَ بٰاوُقِّرَ فَوٍٰرْشَعُٰءاَنْ بَأْٰمُىَوٰاَهْ يَلَعْٰمُىوُبِرْضاَوَٰينِنِسِٰعْبَسُٰءاَنْ بَأ

Artinya : Dari „Amar bin Syu‟aib, dari ayahnya dari kakeknya ra., ia berkata:

(70)

57

tidur mereka (laki-laki dan perempuan! (Shahih Ibnu Majah no. 5868).

Metode alternatif yang ke dua adalah adalah metode pujian, seperti ketika mereka malas untuk mengaji. Mengaji Al-qur‟an didalam Islam merupakan suatu kaharusan, karena Al-qur‟an adalah pedoman bagi semua umat Islam sehingga anak harus dibiasakan mengaji dari kecil, walapun tidak bisa mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari tetapi setidaknya bisa fasih membacanya. Adakalanya ketika anak mempunyai kesalahan jangan terus di marahi dulu, tetapi dikasih tau dengan cara yang halus seperti dengan pujian, contoh ketika si anak anak lebih memilih menonton televisi di rumah daripada mengaji di mushalla “hai nak kamu ini

sebetulnya anak yang baik to, tahu agama to dari pada menonton televisi terus mending mengaji di mushalla yang jelas pahalanya dan bauat bekal di akhirat nanti, nanti nonton televisinya setelah mengaji aja”, kita harus

melihat-lihat kesalahan anak tidak semua ketika anak mempunyai masalah harus di marahi tetapi kadang juga dikasih tau dengan cara yang halus sehingga bisa memotivasi mereka.

2. Realitas Karakter Jujur

(71)

58

digunakan adalah metode teguran dan hukuman, karena di dalam Islam berbohong itu dosa, mereka harus diberi tahu seperti teguran. seperti hadis Nabi Saw. sebagai berikut:

kepada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan itu membawa ke surga. Dan terus-menerus seseorang berlaku jujur dan memilih kejujuran sehingga dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan jauhkanlah dirimu dari dusta, karena sesungguhnya dusta itu membawa kepada kedurhakaan, dan sesungguhnya durhaka itu membawa ke neraka. Dan terus menerus seseorang berdusta dan memilih yang dusta sehingga dicatat di sisi Allah sebagai pendusta (Shohih Muslim no 6586).

(72)

59

mengambil hak yang bukan milikmu kembalikanlah uang tersebut kepada yang punya”. Contoh diatas memberitahukan anak bahwa apa yang mereka

lakukan salah dan harus dihindari. Masa remaja adalah masa peralihan dimana mereka sedang labil-labilnya sehingga yang lebih menonjol adalah sifat keegoisan mereka.

3. Realitas Karakter Toleransi

Indikator realitas karakter toleransi remaja Desa Karangrejo adalah menolong orang non muslim ketika tertimpa musibah seperti bencana alam dan berteman dengan mereka. Faktor penghambat realitas karakter toleransi adalah kurang menghargai perbedaan dan keperdulian dengan agama lain. Strategi yang cocok digunakan adalah menggunakan metode kepuasaan dengan dialog, mereka diberitahu untuk selalu menolong orang non muslim, memberi masukan bahwasanya non muslim juga manusia sama seperti kita dan wajib untuk menolong mereka yang dalam kesusahan. Untuk masalah agama sudah menjadi hak mereka untuk memilih agama yang mereka yakini, seperti tercantum dalam Al-qur‟an Surat Al-Baqarah ayat 256 sebagai berikut:

ٓاَل

(73)

60

tali yang amat Kuat (Islam) yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui (Departeman Agama, 2006: 42).

Metode alternatif yang kedua adalah memberikan teguran dan hukuman, seperti memilih-milih dalam berteman atas dasar perbedaan agama. Dalam pergaulan janganlah memilih-milih, semua adalah sama-sama makhluk Tuhan makhluk sosial saling membutuhkan satu sama lain, jadi sudah seharusnya bisa berteman dengan siapa saja tanpa memandang status agama, apalagi di Indonesia. Indonesia merupakan negara multikultural yang didalamnya terdapat banyak agama yang berbeda-beda, sudah sewajarnya untuk bisa hidup bersosialisasi dan berdampingan sehingga menciptakan kerukan di masyarakat

4. Realitas Karakter Peduli Sosial

Gambar

Tabel. 3 Kegiatan Mengaji Harian
Tabel. 5. Pekerjaan Masyarakat Desa Karangrejo
Tabel. 6. Lembaga Pendidikan Formal dan Non Formal

Referensi

Dokumen terkait

Akhirnya makin besar pula proses transfer informasi (transfer of information) dan perpustakaan berfungsi sebagai media atau alat serta jembatan perantara antara

5) UPT SKB pada Dinas Pendidikan.. Bagan Struktur Organisasi Dinas Pendidikan sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dengan

Berdasarkan survey yang peneliti lakukan dari wawancara kepada salah satu mahasiswa Ekonomi Syari’ah angkatan 2015 IAIN Metro pelaku bisnis online yang menggunakan

Sistem manajemen basis data merupakan sistem pengelola data yang berfungsi untuk membentuk, mengupdate, menyimpan, mengeluarkan dan mengintegrasikan berbagai jenis

Tujuan penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui berapa kebutuhan air sawah untuk tanaman padi yang dibutuhkan pada daerah sekitar daerah Panei Tengah Kabupaten

Dari hasil penelitian juga dapat disimpulkan bahwa untuk specimen dengan dimensi 50 mm x 25 mm x 15 mm tepat untuk diberikan tegangan sebesar 26A.Lama waktu

Tujuan penelitian ini adalah memetakan lokasi dan kapasitas dari informasi inventarisasi mata air di Kecamatan Cidahu, mengkaji variasi dari data deret waktu mata air yang

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah