• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANTARA REPUBLIK indonesia DAN MALAYSIA. MALAYSIA DI LAUT TERITORIAL DAN PERAIRAN NUSANTABA SERTA RUANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANTARA REPUBLIK indonesia DAN MALAYSIA. MALAYSIA DI LAUT TERITORIAL DAN PERAIRAN NUSANTABA SERTA RUANG"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

.

'

RANCANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR

TAHUN

.TENTANG

PENGESAHAN PERJANJIAN

ANTARA REPUBLIK iNDONESIA DAN MALAYSIA.

TENTANG REJIM HOKUM NEGARA NUSANTARA DAN HAK-HAK

MALAYSIA DI LAUT TERITORIAL DAN PERAIRAN NUSANTABA SERTA RUANG

UDARA DI ATAS LAUT TERITORIAL, PERAIRAN NUSANTARA DAN WILAYAH REPOBLIK INDONESIA YANG TERLETAK DI ANTARA MALAYSIA TIMUR DAN MALAYSIA BARAT

Menimbang

Mengingat

DENGAN RAHMAT TUH1'~ YANG l-1AHAESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

: a. bahwa dalam ranqka memantapkan kedudukan

negara Repu-

blik Indonesia sebagai Negara Nusantara,

~elab

diada- kan suatu Memorandum Pengerti~ Bersama antara Republik Indonesia -

dan

Malaysia tentang

asas Negara

Nusantara dan telah ditandatangani di Jakarta pada tanggal 27 Juli 1976;

b. bahwa sesuai denqan isi ketentuan-ketentuan sebagai- mana teJrcantum dalam Memorandum Pengertian Bersama an- tara Republik Indonesia di!ll Malaysia

terse~ut

pada huruf a d.i atas perlu diadakan perjanjian

antara ked!::~·:.

negara;

c. bahwa

Perjanji~

antara Republik Indonesia dan Malay-

sia tentang Rejim Hukum Negara Nusantara dan Hak-hak _

Malaysia di Laut Teritorial dan Perairan Nusantara serta ·-

l~uang

Udara di atas Laut Terl:t:o_:rial, Perairar:

Nusantara dan Wilayah

Republi~

Indonesia yang terletax .diantara Malaysia Tlitxur dari Malaysia Barat telah di-

. . .

tandatangani

di

jakarta pada tanggal 25 Pebruari 19 B:Z;

d. bahwa Pemerintah _Republik Indonesia :memandang perlu

men9es~1kan

"Perjanjian" tersebut pada huruf c di

atas dengan Undang-iJ:~:u:lang;

: 1. Pa·sal 5

ayil.t:

(1), Pasal 11 dan .Pasal 20

ayat

{1}

Undang-Undang Dasar 1945;

"")

...,_._..._ ___ _

(2)

I.,

2

2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik :Indonesia_

BOJ1lor

IV/MPB/19?8 tentang Gari·s-qaris Besar Baluan Negara;

~ '

Dengan

pers~tujoan

DEWAN PERHAXii.J\N RAKYA'l' REPUBLIK iNDONESIA

. .

• Jl

'I\.

Menetapkan : ~G-UBDABG n:ftANG PEN~ PE&J.NfJJ:AN AmARA

.,

REPUBLD :IROOKES:IA DAN MALAYSIA '!'Eift"ANG RBJIM BUlWH.

IIEGARA ...

NUSARTARA

DAN BAK-BAK MALAYSIA DI. LAOT 'l'ERI-

roRDiL

DAN PERAIRM HUSAN'l'ARA SERrA BUANG UDARA DI A'.rAS · LAUT

DBim~,

PERAXRAN NOSAmARA DAN

Wl:LAY.AH

REPUBL:r:K· 'INDONESIA YANG 'l'ERLE'.l'AK D:I Alft'ARA MALAYS':IA

':r:IMUR DAN MALAYSI.fl BARM'.

Pasal ·-1

Mengesabkan

Pe~janjian

·antara Repubiik Indonesia dan

Malaysia tentang

Rejim

Rukua Regara Nusantara dan ~ak­

hak

~l.aysia di

Laut 'l'eritorial dan Perairan .. Rusantara

serta Ruang Ddara di atas Laut. -~ritorial,

Perairan

. ... . ... .

Rusantara

dan

Wil.ayab Republik Indcinesia yang terletak

di

an tara Malaysia

T~

flan Hal.aysia Bar-:-t, yang sa- . l.i.Dan naskalmya dilaapirkan pada

Undang-~dang

ini.

Pasal 2

Undang-undang ini mulai berlaku pada tangga1 diundangkan.

(3)

'

.

3

Agar supaya setiap orang

menget~uinya,

memerintah- kan penqundangan Undanq-undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakarta pada

t~ggal

. ..

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Diundanqkan di Jakarta pada tanggal

S 0 E H A R T-0

MENTERI/SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

SUDHARMONO, S.H.

LEMBARAN h~GARA REPUB!.aii< INDONESIA TAHllN

NOM OR

(4)

PENJEIASAN

ATAS

UNOANG- UNDANG REPUBLIK INOONESIA

NOMOR . TAHUN TENTANG

PENGESAHAN P~RJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN MALAYSIA TENTANG RE.!I.M HUJCuM NEGARA NUSANTARA DAN

HAK-HAK MAIAYSIA DI LAUT · T.Elu:TOIUAL DAN PERAIRAN NuSANTA'RA SERTA RUANG UDARA DI ATAS LAUT TERITORIAL, PERAIRAN NUSANTARA DAN, WILAYAH REPUBLIK INDONESIA YANG TERLETAK .OI

ANTARA

MAlAYSIA TI~R DAN MALAYSIA BARAT

I . U M U M

Dalam rangka memantapkan kedudukan negara Republik Indonesia sebagai Negara.Nusanta~a dan memperhatikan kebijaks~~aan Pemerintah ..Republik Indonesia khususnya dalam menjaga serta lhelaksanakan

hubungan

bertetangga

baik, ·maka ~emerintah Republik Indonesia dan

.Ma~·aysia pada tanggal 1'7 ;Juli l.976 telah m.enandat-angani Me'tnoran- dum Pengertian Bers:ama ten tang Negara Nusa,ntara. Me111o-raninun Pe- nqertian Bersama tersebut intinya memuat ke~epakatan antar~ ~edua

negara. yang

mengandunq

ketentuan

babwa

pihak Malaysia ~eDgakni dan menyokong rej im hukum neqara nusanta.ra dan sebagai :i.'lUba~a·nnya 1

.,Pihak .I.ndonesl..a men·qakui hak-hak trlldisional dan kepentinvan-ke- pentin<Jan yang. sah Malaysia lli .1aut terlt.ox:.ial d-an -pe.rai.::t.an .n.usan-

-:tara .Indonesia yanq terletak di antara Malaysia !rimur .dan .Mal..ay.sia

~a:rat. "Disa1Dping

i

tu 'MelDOT'atn:ttna 'Ptm-g-e-rti:a:n 'BeTsama --:te1ah -mene'i:ap-

xan pUla agar znaonesia aan

Ma~aysia ~engadakan ~uat~~~~a~j~un

yang lliemuat pf)njltbaran l:e.bih. lanjut i s i ketentua~-ketentuan se- hagailllaha tercantum dalam Memorand·um Pengertian :Bersa-m.a te.r.se.b:ut:

·dan he.ndaknya perjanjian termaksud suda.b tdapat sele.s.a.i 7l.lan .dit:anda- tangani sebelu:m Konvensi tentang Bukum Laut dihasi~kan o.leh Xonpe---

·rensi P~B tentang Hukum La~t.

ke-III.

Ketentuan-ketentuan umum sebagaimana tercantum dalam· Memo- randum Pengertian Bersama tersebut paqa hakekatnya adalab sesoai dengan :Perumusan pasal 47 ayat .7 xonvens! Hukum Laut yang di-

hasilkan oleh Konperensi

P~B~B. tentanq Hukum Laut ke~III

yang

~e­

nentukan bahwa : "Ap~bila suatu

bagian

tertentu dari perairan ke- pulauan suatu n~gara kepulauan terletak di antara dua bagian dari suatu negara tetangga dekat, maka hal-hak dan kepentinqan-ke-

pentin·gan sa·h yan9 dimiliki o:leh negara tersebut belakangan dan yang telah

dimilikiriya·

secar• tradisional dalam perairan demikian serta segala hak yang. ditetapkan dalam suatu perjanjian antara

(5)

2

negara~negara demikian harus tetap berlaku dan dihormati."

Sebagaimana dimaklumi, sebag~an laut yang terletak di'

antara Malasyia Timur dan Malaysia· Barat, yang sekarang termasuk .kedaulatan teritorial Republik Indonetia berdasarkan Pengumuman

Pe~eri~tah mengenai ~ilayah Perairan Negara-Republik Indonesia pada t~nggal 13 Desember 1957 yan9 ke~udian 4ikenal sebaga~

I . ,, '

Deklarasi Djua~da dan yang selanjutnya t~lah dikukuhkan dengan Undang-Undang No.4/Prp tahun 1960 tent~ng Perairan Indonesia, semula adalah laut bebas.

Yang dimaksudkan dengan hak-hak tradisional dan kepentingan-ke- pentingan yang sah Malaysia yang telah ada di wilayah laut ter-

,. ~

sebut pada pokoknya meliputi hak akses dan komunikasi baik di laut maupun di udara bagi kapal-kapal

dan

pesawat~~dara Malaysia

I

untuk tujuan daga'ng, sipil dan mil iter· dan hak perikanan tra:disio- nal Malaysia di te1npat-tempat

.

"tertentu ·

c,.i

. .... wilayah ~aut, te.rmasu~.

hak memasang kabel telekomunik~si

dan

pip~-pipa bawab laut. ·

Dengan

adanya Perjanjia~ anta~a·Republik Indones~a

dan

Malaysia yang telab·

ditandatangani

di

Jaka-rta '"J>ada

-tan99al

I

25 Pebruari 1982~ Rejim Hukum Ne~ara Nu$antara telah mendapatkan -pengakuan yang sah oleh Ma1aysia. Mal i~i p~ti~9 ~rt~~ya ni

dalaln situasi dimana Konvensi .Hnkum Laut yang .baru .bel.'DD dit~naa­

~angani dan mempunyai da~pak baik di'bioa~v po1itik ~aup~

ni

bidang hukum internasional, terleb

1ih lagi k1l'X'1!'1l"a pengakuan 'S'et:a'Xo hukum telah diberikan oleh suatu

negara·tetangqa

~ndonesia

nan

yang letaknya terdekat di lingkungan AS'EAN (Association o£ .Snlli:.h

~ast Asian Nations}~

Sebagaimana diketahui dengan disahkannya perjan~ian ~ni

dengan Undanq-undang,:maka isi peijanjian tersebut menjadi baqia~

daripada tata hukum/p~rundang-undangan n~sional dan ~ntuk itu kiranya perlu diadakan penyesuaian terhadap peraturan perundan9- undangan nasiona·l RP-pu'blik Indonesia sepanjang yang menyangkut pelaksanaa~ isi ketentuan p•r~anji~n

ini.

·II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1

Cukup jelas ..

Pasal 2

Cukup jelas.

(6)

I

\.

.,;,;:-

(j) -\ .

.

. PERJANJIAN

ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN MALAYSIA TENTANG REJIM HUKUM NEGARA NUSANTARA DAN HAK-HAK MALAYSIA DI LAUT TERRITORIAL DAN PERAIRAN NUSANTARA SERTA RUANG UDARA DI ATAS LAUT TERRITORIAL, PBRAIRAN NUSANTARA DAN WI- LAYAH REPUBLTK .INDONESIA YANG TERLETAK DI ANTARA

MALAYSIA TIMUR DAN MALAYSIA BARAT

REPUBLIK INDONESIA DAN MALAYSIA ( selanjutnya disebut sebagai Pihak-pihak yanq Be.r.janji.) •

MENIMBANG kebijaksanaan Pemerintah Malaysia untuk mendukung rejim hukum Negara Nusantara Pemerintah Republik

Indonesia,

MENCATAT bahwa pelaksanaan rejim hukum tersebut oleh Pemerintah Republik Indonesia akan sangat mempengaruhi hak- hak dan kepentingan-kepentingan sah yang ada yang secaza tradisional dilaksanakan. oleh Malaysia,

MENIMBANG kebijaksanaan Pemerintah Republik Indon~sia

untuk mengakui dan menghormati hak-hak dan kepentingan-kepen- tingan sah lainnya yang secara tradisional dilaksanakan oleh Malaysia di laut ~erritorial dan perairan n~santara serta di ruang udara di atas laut t~rritorial, pera~ran nusantara dan wilayah Republik Indonesia yang terletak di anta~a Malaysia

I

Timur dan Malaysia Barat,

MEMPERHATIKAN perkembangan huk,um laut yang berkaitan den_gan rej im hukum Ne-gara · Nusant·ara,

MENCATAT bahwa ada bagian dari perairan nusantara Republik Ind0nesia terletak di antara Malaysia Timur dan Malaysia Barat serta adanya hasrat untuk membuat perjanjian

bilater~l guna menentukan dan mengatur hak-hak dan kepenting- an-kepentingan tradisional Malaysia di tempat tersebut seperti

. . I

(7)

2

yang dimaksudkan dalam Rancangan Konvensi tentang Hukum Laut yang dipersiapkan oleh Konperensi PBB tentang Hukum Laut yang Ketiga,

YAKIN akan perlunya mengadakan penyelesaian yang adi~

dan berimbang terhadap masalah-masalah yang timbul dari penerapan rejim hukum perairan Nusantara,

BERTEKAD untuk mengadakan perjanjian bilateral sesuai dengan Memorandum ·Pengertian Bersama yang dicapai pada tanggal.

27 Juli 1976 untuk tujuan penjabaran ketentuan-ketentuan dari Memorandum Pengertian Bersama tersebut,

MENYADARI adany~ kerjasama dan koordinasi yang erat yang 'telah terj alin· antara kedua Negar'a berdasarkan kebijak- s.anaan bertetangga baik dan Perjanjian ASEAN tentang Persa-

. .

habatan dan Kerjasama di Asia Tenggara Tahun 1~76,

BERHASRAT untuk meningkatkan lebih lanjut kerjasama dan koordinasi tersebut,

TELAH SEPAKAT SEBAGAI BERIKUT

BAGIAN I UMUM Pasal 1

·ni dalam perjanjian ini yang dimak~ud dengan

1. "perairan nusantara Republik Indonesia" adalah ~emua per- air~n yang dikelillngi oleh garis-garis pangkal nusantara yang ditarik berdasarkan peraturan perundang-undangan Republik Indonesia dan sesuai dengan hukum internasional.

. . I ...

I

(8)

\~

3

2 . 11 1 aut terri tor i a 1 Rep ub 1 i k In done s i a " ada 1 ah j a 1 u r 1 aut yang berbatasan dengan garis-garis pangkal nusantara yang ditarik berdasarkan peraturan perundang-undangan Republik Indonesia dan sesuai dengan hukum internasional, dengan lebar 12 mil laut diukur dari garis-garis pangkal tersebut.

3. 11kapal pemerintah" adalah kapal-kapal yang dimiliki atau digunakan oleh Pemerintah Malaysia, t~rmasuk kapal-kapal

4.

angkatan laut, yang dioperas~kan.untuk keperluan resmi dan non-komersial.

11kapal dagang" adalah kapal-kapal yang terdaftar atau mendapat ijin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Malaysia yang dioperasikan untuk maksud- maks'ud komers.ial, termasuk kapal-kapal dagang asing.

5. 11pesawat udara Negara11 adalah pesawat udara yang dimiliki·:.

atau digunakan oleh Pernerintah Malaysia, termasuk pesawat udara yang digunakan untuk tugas-tugas militer, bea-cukai··

6.

7 .

.. .

dan kepol is ian dan pe_saw.at __ udara lainnya yang digunakan untuk keperluan resmi atau non-komersial.

"pesa\vat udara sipil11 adalah semua pesawat udara, yang bukari pesawa~ udara Negara, yang terdaftar atau rnendapat

ijin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ber- laku di Malaysia;

"penangkapan ikan tradisional" ad~lah penangkapan ikan yang dilakukan o1eh nelayan-nelayan tradisional Malaysia

dengan menggunakan -cara-cara tr.adisi.onal di -daerah-daerah tradisional di laut territorial dan perairan nusantara Republik Indonesia yang terletak di antara Malaysia Timur dan Malaysia Barat sebelum penerapan rejim hukum Negara Nusantara Indonesia.

8. "nelayan tradisional11 adalah nelayan-nelayan Malaysia yang, sebagai sumber utama kehidupannya, secara langsung

. . I

I

(9)

I I

4

melakukan penangkapan ikan tradisional di Daerah Per- ikanan yang ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2(e) Pasal 2-Perjanjian ini.

9. "perahu penangkap ikan tradisional" adalah setiap perahu yang dimiliki dan digunakan oleh nelayan-nelayan tradisi- onal Malaysia khusus untuk penangkapan ikan tradisional di Daerah Perikanan yang ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2(e) Pasal 2 ~erjanjian ini.

10. "kapal penangkap ikan" ada~ah set.iap_kapaL yang bukan kapal penangkap ikan tradisional, yang dimiliki dan di- gunakan oleh nelayan-nelayan Malaysia.

11... "kapal penangkap ikan asing" adalah setiap kapal penangkap ikan asing yang dioperasikan berdasarkan usaha patungan dengan warganegara Malaysia atau berdasarkan pengaturan lainnya dengan Pemerintah Malaysja.

Pasal 2

Pengakuan terhadap Rej im ·Hukum ·Nega·ra Nus·an·t·ara· Republ·ik Indones·ia· ·da·n· 'Hak-hak .s·ert·a· ·Kep·e·n·ti·ng·a·n·-'kep·e·n·t·ing·a·n sah · Malaysia .

. 1. Malaysia mengakui. dan ·menghormati rejim hukum Negara Nusantara ya~1 diterapkan oleh Republ~k Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan Republik Indonesia dan sesuai dengan hukum internasional; berdasarkan rejim

I

hukum tersebut Republik Itidonesia mempuniai kedaulatan atas laut territorial dan perairan nusantara serta dasar laut dan tanah di ·bawahnya serta sumber-daya al·am yang

terkandung di. dalamnya, d2mikian pula ruang udara· di atas- · nya.

2. Walaupun·ada ketentuan ayat 1 Pasal ini, namun dengan tunduk pada ketentuan-ketentuan Perjanjian ini, Republik Indonesia tetap menghormati hak-hak dan kepentingan-

kepentingan sah lainnya yang ada yang secara tradisional telah dilaksanakan Malaysia di laut territorial dan per-

. . I

I

(10)

(

(

\

"--

5

airan nusantara, dan juga di ruang udara di atas laut territorial, perairan nusantara dan wilayah Republik Indonesia yang terletak di antara Malaysia Timur dan Malaysia Barat, terdi~i dari berikut ini :

(a) hak akses dan komunikasi kapal-kapal Pemerintah lewat Koridor7koridor yang ditetapkan yang ditentu- kan dengan serangkaian garis-garis pores yang tak terputus-putus di Peta yang terlampir pada Perjanjian

:i.n.i.. sebagai. Lam.p:Lran. I {se~anjutnya dis.ebu.t

"Koridor-korider"), yaitu :

( 1) Koridor I sebagaimana ditentukan oleh Pores I;

(2) Koridor JI sebagaimana ditentukan oleh Pores II.

(b) hak akses dan komunikasi kapal-kapal dagang dan .

kapal-kapal penangkap ikan, termasuk kapal penangkap._.

ikan asing, lewat Korider-koridor tersebut; - (c) hak akses dan komunikasi pesawat udara Negara;

(d) h~k akses dan komunikasi pesawat udara sipil;

(e) hak penangkapan ikan tradisional nelayan-nelayan tradisional Malaysia di daerah yang ditetapkan

sebagai~ana ~digambarkan dalam peta yang terlamp~r

pada Perjanjian ini sebagai Lampiran II (selanjutnya disebut "Dae-rah Perikanan");

(fJ kepentingan yang sah .tentang~adanya, perlindungan, pemeriksaan, pemeliharaan, perbaikan dan penggantian kabel-kabel dan· p{pa-p-1-pa bawah laut yang sudah di- pasang.serta pemasangan kabel-kabel dan pipa-pipa

ba"Y~ah laut lainnya di laut territori..al dan perairan nusantara Republik Indonesia yang terletak di antara Malaysia Timur dan Malaysia Barat serta dasar laut dan tanah di bawahnyai

(g) kepentingan yang sah dalam memajukan dan memelihara hukum dan ketertiban melalui kerjasama dengan

. . I

(11)

I

- - - -

6

pejabat-pejabat Pemerintah Republik Indonesia yang berwenang di laut territorial dan perairan nusantara Republik Indonesia dan di laut territorial Malaysia yang terletak di antara Malaysia Timur dan Malaysia Barat;

(h) kepentingan yang sah untuk melakukan kegiatan-kegiatan pencaharian dan pertolongan melalui koordinasi dan kerjasama dengan pejabat-pejabat Pemerintah Republik

Indonesia yang berwenang di laut territorial dan per- airan nusantara, dan juga di ruang udara di atas laut territorial, perairan nusantara dan wilayah Republik Indonesia yang terletak di antara Malaysia Timur dan Halaysia Barat;

{ i) kepentingan yang sah untuk bekerjasaroa dengan pejabat- pejabat yang berwenang Pemerintah R~publik Indonesia dalam kegiatan penelitian ilmiah mengenai kelautan di laut terr,itorial dan perairan nusantara Republik

Indonesia dan di laut territorial Malaysia.yang ter- letak di antara Malaysia Timur dan Malaysia Barat guna maksud-maksud yang berkaitan langsung dengan tindakan- tindakan untuk melindungi dan melestarikan lingkungan laut.

Pasal 3

Kewaj iban Malaysia dan -Repuhl-ik Tndones ia

1~ Dalam melaksanakan hak-hak dan memajukan kepentingan-kepen- tingan yang sah sesuai dengan ketentuan-ketentuan Perjanji- an ini, Malaysia wajib

(a). menghindarkan diri dari tindakan mengancam atau peng- gunaan kekerasan apapun terhadap kedaulatan, keutuhan wil~yah, kemerdekaan politik dan keamanan Republik Indonesia, atau dengan cara lain apapun yang melanggar asas-asas hukum internasional yang tercantum dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa;

. . I ...

_I

I

I

I

(12)

i

I

I

'I II

7

(b) melakukan tindakan-tindakan yang perlu guna mencegah, mengurangi dan me~anggulangi pencemaran lingkungan laut dari sumber apapun;

(c) mematuhi peraturan perundang-undangan Republik Indonesia yang tidak tak sesuai dengan ketentuan- ketentuan Perjanjian ini;

2. Dengan tunduk pada ketentuan-ketentuan Perjanjian ini, hak akses dan komunikasi yang dapat dil~ksanak~n oleh Malaysia menurut Perjanji~n ini tidak boleh ditangguhkan ataupun dihalang-halangi.

BAGIAN II KAPAL-KAPAL PEMERINTAH DAN KAPAL-KAPAL DAGANG

Pasal 4

Kapal-kapal Pem~rintah

1. Hak akses dan komunikasi yang dapat dilaksanakan oleh kapal-kapal angkatan laut menurut Pasal 2, sehubungart dengan hak akses dan kornunikasi tersebut, adalah ter- diri d?tri :

2 ..

(a) hak untuk melakukan pelayaran tanpa terputus, cepat dan tidak terhalang rnelalui Koridor-koridor;

(b) hak untu~ rnelakukan manuver kapal angkatan laut,

termasuk latihan-latihan taktis, pada waktu melintasi Koridor-koridor, dengan ketentuan bahwa selama latih- an-latihan taktis tersebut peletusan senjata dilarang.

Tanpa mengurangi ketentuan-ketentuan ayat 1 dari Pasal ini, Republik Indonesia dan Malaysia wajib mengadakan konsultasi dengan maksud untuk mencapai sesuatu pengaturan ~ang se- layaknya tentang manuver kapal-kapal angkatan laut tersebut.

3. Hak akses dan komunikasi yang dapat dilaksanakan oleh kapal- kapal pernerintah, yang bukan kapal-kapal angkatan laut~

. . I

I I

I

I I

II

(13)

I

8

menurut Pasal 2, sehubungan dengan hak akses dan komuni- kasi tersebut, adalah hak pelayaran tanpa terputus, cepat dan tidak terhalang melalui Koridor-koridor tersebut.

4. Dengan tunduk pada ketentuan-ketentuan Perjanjian ini, hak akses dan komunikasi tanpa terputus, cepat dan tidak ter- halang dari·kapal-kapal pemerintah yang diatur dalam Per-

janjian ini tidak mencakup kegiatan lainnya apapun yang tidak ada hubungannya secara langsung dengan hak akses

1 .

2.

3.

dan komunikasi tersebut.

Pas·ar· 5

Kapal-kapal Dagang

Hak akses dan komunikasi yang dapat dilaksanakan oleh kapal- kapal dagang menurut Pasal 2, sehubungan dengan hak akses dan komunikasi, adalah hak pelayarati tanpa terputus, cepat~_

dan tidak terhalang melalui Koridor-koridor untuk menuju·

kepelabuhan y~ng dituju di Malaysia atau ke laut bebas.

Dengan tunduk pada ketentuan-ketentuan Perjanjian ini,ka~ai­

kapal dagang asing yang terikat melakukan perdagangan den~an

Malaysia Timur dan Malaysia Barat, dapat melaksanakan hak akses dan komunikasi tanpa terputus, cepat dan tidak ter- halang lewat ·.Koridor-koridor semata-mata untuk pelayaran langsung anta~B M~laysia T~mur dan Malaysia Barat.

Dengan tunduk pada ketentuan-ketentuan Perjanjian ini,kapal- kapal penangkap ikan termasuk k~pal-kapal penangkap ikan asing dapat melaksanakan hak akses dan komunikasi tanpa terputus, cepat dan tidak te~halang lewat Koridor-koridor semata-mata untuk pelayaran langsung antara Malaysia Timur dan Malaysia Barat.

4. Dengan t~nduk pada ketentuan-ketentuan dari Perjanjian ini, hak akses dan komunikasi tanpa terputus, cepat dan tidak terhalang dari kapal-kapal dagang yang tercantum dalam ?er-

janjian ini tidaklah termasuk kegiatan lainnya apapun, yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan hak akses dan

komunikasi tersebut.

. . I ...

_________ _....

' -

I

I I

I i

I

I

(14)

I I

9

Pasal 6

Berhenti dan membuang sauh bagi kapal-kapal

Hak akses dan komunikasi tanpa terputus, cepat dan tidak terhalang menurut Perjanjian ini, yang menyangkut kapal-kapal Pemerintah dan kapal-kapal dagang, mencakup berhenti dan mem- buang sauh tetapi hanya .~sepanj ang hal tersebut berkai tan dengan navigasi yang lazim atau perlu dilakukan karena keadaan darurat atau mengalami kesulitan atau guna memberikan bantuan kepada orang-orang, kapal atau pesawat udara yang dalam bahaya atau kesulitan.

Pasal 7

Penyimpangan dari .Garis-garis por~s yang diperkenankan Kapal-kapal pemerintah, kapal-kapal dagang, kapal-kapal

·penangkap ikan dan perahu-perahu penangkap ikan tradisional Malaysia yang melaksanakan hak akses dan komunikasi tanpa ter- putus, cepat dan tidak terhalang melalui Koridor-koridor di- larang menyimpang lebih jauh dari 10 mil laut dari masing-

I I

li

.I

'· tl

II ,.

masing sisi garis-garis pores selama pelayaran, dengan keten~

I

tuan bahwa.kapal-kapal tersebut dilarang berlayar lebih dekat dari 3 mil laut dari pantai.

BAGIAN III PESAWAT UDARA NEGARA DAN PESAWAT UDARA SIPIL

Pasal 8

Pesawat Udara Negara

1. Hak akses dan komunikasi yang dapat dilaksanakan oleh pe- sawat udara Negara menurut Pasal 2, sehubungan dengan hak akses dan komunikasi tersebut, terdiri dari.hal-hal berikut:

(a) Hak lintas penerbangan tanpa terputus, cepat dan tidak terhalang melalui ruang udara di atas laut territorial, perairan nusantara dan wilayah Republik Indonesia yang terletak di antara Malaysia Timur dan Malaysia Barat;

(b) hak pesawat udara militer untuk melakukan manuver udara, termasuk latihan-latihan taktis, melalui ruang

.. I

(15)

I

I I

2 .

1.

2 .

10

udara di atas laut territorial, perairan nusantara dan wilayah Republik Indonesia, dengan ketentuan bahwa selarna latihan-latihan taktis tersebut pele- tusan senjata tidak diperkenankan.

Tanpa rnengurangi ketentuan-ketentuan ayat 1 Pasal ini, dan untuk rnaksud-rnaksud ayat tersebut, Republik

Indonesia dan Ma~aysia wajib rnengadakan konsultasi dengan rnaksud untuk rnencapai suatu pengaturan yang

mungkin layak untuk di buat mengenai lintas penerbangan dan manuver pesawat udara.

Pasal 9

Pesawat Udara Sipil

Hak akses dan ko~unikasi yang dapat dilaksanakan oleh pesawat udara sipil menurut Pasal 2, sehubungan denga~

hak akses dan komunikasi tersebut, terdiri dari hak lintas penerbangan tanpa terputus,-cepat dan tidak terhalang sesuai dengan ketentuan-ketentuan dan per- aturan-peraturan internasional yang ada melalui ruang·

udara di atas laut territorial, perairan nusantara dan wilayah Republik Indonesia yang terletak di antara

Malays~a Timur dan Mal~ysia Barat.

Malaysia merr.punyai hak untuk menggunakan route-route udara yang dit~tapkan yang telah ada melalui ruang udara di atas laut terrltorial, perairan nusantara dan wilayah Republik Indonesia yang terletak di antara Malaysia Timur dan Malaysia Barat.

3. Hak akses dan komunikasi tanpa terputus, cepat dan tidak t e r h a1 an g dar i pes a w at u dar a s i pi 1 yang d i at u r d a 1 am

Perja~jian ini tidak mencakup kegiatan lainnya apapun yang tidak ada hubungannya secara langsung dengan hak akses dan komunikasi tersebut.

. . I ...

I I I I

I I

I

(16)

11

Pasal 10

Pendaratan Pesawat Udara

Hak akses dan komunikasi tanpa terputus, cepat dan tidak terhalang menurut Perjanjian ini, yang menyangkut pesawat udara Negara dan pesawat udara sipil, mencakup hak untuk mendarat di wilayah Republik Indonesia sepanjang hal itu diperlukan oleh adanya keadaan darurat atau ke- sulitan ..

Pasal 11

Pelayanan Lalulintas Udara dan Komunikasi Penerbangan

Pelayanan lalulintas udara dan komunikasi penerbang- an bagi setiap pesawat udara dari Negara manapun di ruang udara di atas iaut territorial, perairan nusantara dan

wilayah Republik Indonesia yang terletak di antara Malaysia Timur dan Malaysia Barat akan diberikan oleh Republik

Indonesia atau dapat diberikan dengan pelimpahan tanggung jawab untuk pemberian pelayanan tersebut sesuai dengan perangkat hukum Organisasi Penerbangan Sipil Internasional yang bersangkutan.

BAGIAN IV KESELAMATAN PELAYARAN DAN KESELAMATAN PENERBANGAN

Pasal 12

Pelaksanaan dari Peraturan-peraturan, Prosedur dan Prak tek-praktek

1. Kapal-kapal yang melaksanakan hak ak~es dan komunikasi tanpa terputus, cepat dan tidak terhalang s~suai dengan ketentuan-ketentuan dari Perjanjian ini.wajib

. . I

(17)

I I

2 •

3 •

12

(a) mematuhi peraturan-peraturan, prosedur dan

praktek-praktek internasional tentang keselamatan di laut yang diterima secara umurn, terrnasuk Per- a turan-pera turan in tern as ional _untuk P encegahan Tubrukan di Laut;

(b) tunduk pada peraturan-peraturan, prosedur dan praktek-praktek internasional yang diterima se- cara umum guna pencegahan, pengurangan dan pe- nanggulangan·perrcemaran yang berasar dari kapal- kap al.

Tanpa mengurangi ketentuan-ketentuan Perjanjian ini (a) pesawat udara sipil yang rnelaksanakan hak akses

dan kornunikasi tanpa terputus1 cepat dan tidak terhalang sesuai dengan ketentuan-ketentuan Per- janjian ini setiap ~aat akan rnelakukan penerbangan dengan mengingat keselamatan lintas penerbangan dan untuk rnaksud tersebut akan tunduk pada per- aturan perundang~undangan Republik Indonesia yang sesuai dengan ketentuan~ketentuan dan peraturan- peraturan internasional yang diterima umum, serta ketentuan-ketentuan dan peraturan-p~raturan inter- nasional yang bersangkutan, yang berlaku bagi pesawat upara sipil; dan

(b) pesawat udara Negara yang melaksanakan hak akses dan komunikasi tanpa terpu.tus., cepat dan tidak terhal.ang s:e-suai · dengan ketentuan-ketentuan Per- janjian ini setiap saat akan melakukan penerbang- an dengan rnengingat keselarnatan penerbangan.

Pesawat udara sipil yang melaksanakan hak akses dan komunikasi t-anpa terputus, cepat dan· tidak terhalang sesuai dengan ketentuan-ketentuan Perjanjian ini se-

I

h I

i

IL II

(18)

I

I

4 .

1.

I

2.

I

I

I

I

13

tiap saat akan mengadakan komunikasi radio dengan pejabat pengawasan lalulintas udara yang berwenang.

Republik Indonesia dan Malaysia wajib mengadakan konsul t-asi dengan maksud u-ntuk menetapkan langkah- langkah sebagaimana diperlukan untuk menjamin ke- selamatan navigasi di laut territorial dan perairan nusantara serta keselamatan navigasi di ruang udara di atas laut territorial, perairan nusantara dan wi·layah'· dar± Repnb·l±·k····-rndones·ia· yanq terTetak di · antara Malaysia Tirnur dan Malaysia Barat.

BAGIAN V PENANGKAPAN IKAN TRADISIONAL

Pasal 13

Ketentuan-ketentuan Umum

Untuk maksud-maksud ayat 2(e) dari Pasal 2, Republik Ind?nesia wajib mengijinkan Malaysia untuk

(a) melanjutkan pelaksanaan dari hak penangkapan ikan tradisional nelayan-nelayan tradisional Malaysia di Daerah Perikanan;

(b) melaksanakan hak lintas damai kapal-kapal penangkap ikan tradisional Malaysia yang sesuai dengan hukum internasional yang tidak boleh dihalang-halangi di laut territorial dan perairan nusant-ara Republik Indonesia yang terletak di antara Malaysia Timur dan Malaysia Barat, termasuk hak lintas damai yang demikian itu dari pangkalan-pangkalan ke Daerah Perikanan dan sebaliknya.

Malaysia wajib mengambil langkah-la~gkah yang perlu untuk menjamin bahwa kegiatan-kegiatan penangkapan ikan tradisional sesuai dengan ketentuan-ketentuan Perjanjian in i t i d a k 1 ah

. . I

II I

I I

I

I

i i

I I

II I

II li

I I

1'1.

I I

I I

I

i

I i

I i

i i

i I

I I

I I

I I

L

(19)

I

l .

I I

I i

I

14

(a) merugikan kegiatan-kegiatan penangkapan ikan yang ada yang dilakukan oleh nelayan-nelayan Indonesia di Daerah Perikanan;

(b) rnelanggar atau rnengakibatkan gangguan eksplorasi dan eksploitasi sumber-daya alam mineral dari dasar laut yang dilakukan oleh atau atas nama Pemerintah Indonesia sesuai dengan peraturan .per- undang-undangan Republik Indonesia dan dengan hukurn ··inte rnasionar·.

Pasal 14

Pengaturan-pengaturan di Bidang Perikanan

Tanpa rnengurangi ketentuan-ketentuan ayat 1 Pasal 13 dan untuk maksud-maksud ayat 2(e) Pasal 2, Republik Indonesia dan·galaysia-wajib membuat pengaturan-peng- aturan tentang hal-hal berikut

(a) · pelaksanaan se-cara ben·a-r dan rasional da.ri hak penangkapan ikan tradisional dari nelayan-nelayan tradisional Malaysia di Daerah Perikanan;

(b) pelanggar~n hukurn karena kelalaian di laut territorial dan perairan nusantara Republik

Indonesia,yang terletak di antara Malaysia Timur dan Malaysi.a Barat yang dilakukan oleh kapal-kapal penangkap ikan tradisional Malaysia; dan

(c) pengguna·an pulau-pulau Indonesia ter.ten tu un t uk perlindungan sementara bagi perahu-perahu penangkap

ikan tradisional Malaysia dan nelayan-nelayan

tr~disional Malaysia yang b~~~d~ dalam kesulitan dan untuk perbekalan perahu-perahu penangkap ikan tradisional Malaysia di dalam keadaan darurat.

.

~

I

jl II

I I I

I

t

I

I

I I

i

I

n

I

I i

I

I

I i j

I

f

I

I

II II II

I

I I

I i

i I i

I

I

I I

i

i

I

I

I I I

I

(20)

i i

!

I

I I i

i

I I

I i

I

I ~

II

1.

15

BAGIAN VI KABEL-KABEL DAN PIPA-PIPA BAWAH LAUT

Pasal 15

Tanpa mengurangi ketentuan-ketentuan Konvensi apapun yang berhubungan dengan adanya. perLindungan, pemeli- haraan, perbaikan dan penggantian kabel-kabel dan pipa-pipa ba~ah laut di laut territorial atau di per- airan nusantara, dan sesuai dengan ayat 2(£) Pasal 2, Malaysia baik olehnya sendiri maupun oleh warganegara- warganegaranya atau bersama dengan warganegara-warga- negara, perusahaan-perusahaan atau Pemerintah Negara- negara ketiga dengan siapa Pemerintah Malaysia telah membuat per!?etujuan untuk .maksud-maksud tersebut,

setelah menyampaikan pemberitahuan dengan layak, harus·

diijinkan mengarr~il langkah-langkah sebagai berikut (a) Mengadakan survai tentang rute kabel-kabel dan

pipa-pipa untuk tujuan pemasangan kabel-kabel atau pipa-pipa bawah laut selain dari kabel- kabel 3an pipa-pipa bawah laut yang telah ada;

(b) Memasang kabel-kabel dan pipa-pipa bawah laut selain daripada kabel~kabel dan ~ipa-pipa bawah laut yang telah ada melalui laut territorial dan perairan nusantara Republik Indonesia yang ter- let·ak di an tara Malay-sia Timur dan ~Jlalays ia Barat; dan

(c) Hak akses yang cepat dan tidak terhalang pada kabel-kabel dan pipa-pipa bawah laut untuk maksud-maksud pemeriksaan, perlindungan1

pemeliharaan, pe.rbaik_an dan penggantian.

. . I

,I

i I

I

I

II II

i i

i I

I

u

I~

ll

I :

,.

tl

i i

II ll

II I

II ll

I i li I

II " I

t

~

I

g

t

f

~

J I

II I

I i!

.-1

(21)

I

I

I I

I I

2 .

3.

16

Untuk maksud-maksud ayat l(a) Pasal ini pemberitahuan yang layak wajib diberikan kepada pejabat Republik

Indon~sia yang berwenang dalam waktu tidak kurang dari enampuluh hari se.belum kegiatan-kegiatan menurut ayat tersebut mulai dilakukan. Pemberitahuan demikian akan dianggap sudah disampaikan bila Republik Indonesia telah menyampaikan berita penerimaan pemberitahuan tersebut melalui saluran diplomatik, dengan ketentuan bahwa berita penerimaan tersebut wajib dibuat dalam waktu tigapuluh hari terhitung sejak tanggal pemberi-

tahuan termaksud.

Untuk maksud-maksud ayat l(b) Pasal ini

(a) Pemberitahuan yang layak wajib diberikan kepada pejabat-pejabat Republik Indonesia yang berwenang_

dalam ~aktu tidak kurang dar~ enam bulan sebelum

kegiatan-k~giatan menurut ayat tersebut dimulai;

(b) Pemberitahuan tersebut akan dianggap sudah

dt-

sampaikan bila Republik Indonesia telah menyampai~

kan berita penerimaan pemberitahuan demikian

melalui saluran diplomatik, dengan ketentuan bahwa

(c)

berita pen·erimaan tersebut disampaikan dalam

jangka waktu tigapuluh hari terhitung sejak tanggal pemberitah,uan;

Pejabat-pejabat Malaysia yang berwenang wajib meng- adakan konsultasi-konsultasi dengan pejabat-pejabat Repub lik Indones··ia yang berwenang be rkenaan dengan lokasi kabel-kabel dan pipa-pipa bawah laut yang 2kan dipasang sebelum pemberitahuan tersebut di- sampaikan dan konsultasi-konsultasi termaksud wajib diadakan dalam waktu yang wajar.

4. Untuk maksud-maksud ayat l(c) Pasal ini, istilah "pem- beritahuan yang layak 11 akan dianqgap sudah diberikan

. . I

I

I

r ,,

·li I

I

I'

ll I

I

II I

u ii

li 1i

u

Ill

II

!

I

i

il I

II u

u

II

I

I

I

I

I

i I

t!

I :

I I

•!

II

I

(22)

I i

I

I

I I

I

I I

II I

I I

.

I I

I

1 .

2 .

3.

1.

17

bi1a Republik Indonesia telah diberitahu dengan 1ayak me1alui sa1uran diplornatik.

Pasal 16

Per1indungan atas Kabel-kabel dan Pipa-pioa Bawah Laut

Da1arn rnelaksanakan hak-haknya berdasarkan kedaulatan- nya berkenaan dengan eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alarn di 1aut territorial dan perairan nusantara Republik Indonesia yang terletak di antara Malaysia Timur dan Malaysia Barat dan dasar laut serta tanah di bawahnya, RepublLk Indonesia wajib menghormati hak Malaysia untuk memasang, rnemelihara, melindungi, memeriksa, memperbaiki dan mengganti kabel-kabel dan pipa-pipa bawah laut~

Republik Indonesia wajib mengambi1 tindakan-tindakan yang mungkin diperlukan, termasuk tindakan-tindakan legislatif, guna perlindungan kabel-kabel dan pipa- pipa bawah laut milik Malaysia di laut territorial dan perairan nusantara Republik Indonesia yang terletak di an ta_r_a Mal~. y s i a Tim u r dan Mal a y s i a Bar at dan d as a r 1 aut serta tanah dibawahnya.

Untuk tujuan perlindungan kabe1-kabel dan pipa-pipa bawah laut yang tersebut dalam Bagian ini akan diadakan

jalur-jalur kese-lamatan yang akan ditetapkan dengan mengingat hukum dan prak_tek-praktek internasional.

Pasal 17

Kewajiban-kewajiban Malaysia tentang Kabel-kabel dan pipa-pipa bawah laut

Pemerintah Malaysia wajib menjarnin bahwa pemasangan

. . I

I

II I

I

II

li·

u

IS

li I I I

il I

u

I i

,.

l ~

II li

n

II I

I f

!!

I

I

u u

il

f

! I

I

" I

i

I

i I

I

I I

~ I

(23)

I

I

t

I

I

I

18

kabel-kabel dan pipa-pipa sebagaimana diatur dalam ayat 2(f) Pasal 2 dan Pasal 15 PerJanJlan ini tidak melanggar atau mengakibatkan gangguan terhadap

eksplorasi dan eksploitasi sumber daya mineral di dasar laut laut t e r r i t o r i a l dan perairan nusantara Republik Indonesia yang terletak diantara Malaysia Timur dan Malaysia Barat yang dilakukan oleh atau atas nama Pemerintah Republik Indonesia sesuai

dengan peraturan perundang-undangan Republik Indonesia dan hukum internasional.

2. Pemerintah Malaysia wajib mengambil tindakan-tindakan yang perlu untuk mencegah, mengurangi dan menanggu~

langi pencemaran yang berasal dari kabel-kabel dan pipa-pipa bawah laut.

Pasal 18

Peningkatan dan Pemeliharaan Hukum dan Ketertiban

Untuk maksud-maksud ayat 2(g) Pasal 2 Perjanjian_

ini, Pihak-pihak yang Berjanji wajib, melalui pengaturan- pengaturan bilateral yang disetujui, bekerjasama dalam usaha peningka·.:an dan pemeliharaan hukum dan ketertiban di laut t e r r i t o r i a l dan perairan nusantara Republik

Indonesia dan di laut t e r r i t o r i a l Malaysia yang terletak di antara Malaysia Timur dari Malaysia Barat.

BAGIAN VIII PENCAHARIAN DAN PENYELAMATAN

Pasal 19

Koordinasi dan Kerjasama di bidang Pencaharian dan Pertolongan

1 . Untuk maksud-maksud ayat 2 (h) Pasal 2 Perjanjian ini1

I

(24)

I I

I I

I I

I I

i I

2 •

1n1.,

Republik Indonesia dan Malaysia wajib rnengadakan ko- ordinasi dan bekerjasarna rnelalui konsultasi-konsultasi untuk mernungkinkan Malaysia rnelakukan operasi-operasi pencaharian dan pertolongan di laut territorial dan perairan nusantara Republik Indonesia dan ruang udara di atas laut territorial, perairan nusantara dan wilayah Republik Indonesia yang terletak di antara Malaysia Timur dan Malaysia Barat untuk setiap kapal-_

kapal Pemerintah Malaysia, kapal-kapal dagang, kapal- kapal penangkap ikan, perahu-perahu penangkap ikan tradisional, kapal-kapal penangkap ikan asing sebagai- mana dimaksud dalam Pasal 1, pesawat udara i·Jeg ara Iv1alaysia,.

pesawat udara sipilT serta untuk awak kapal, penumpang dan barang angkutan dari kapal-kapal, perah u-perah u atau pesawat udara tersebut.

Koordinasi dan kerjasarna sebagaimana diatur dalarn ayat l Pasal. ini harus didasarkan pada pengaturan- pengaturan bilateral dan perjanjian-perjanjian multilateral baik regional maupun global.

BAGIAN IX PENELITIAN ILMIAH TENTANG KELAUTAN

Pasal 20

Kerjasama dalam Penelitian I lmi ah

Untuk maksud-maksud ~yat 2(i) Pasal 2 Perjanjian Pihak yang Berjanji dapat, atas permintaan Pihak. yang Berj anj i lainny-a, dan-melalui pengaturan-pengaturan

bilateral yang disepakati, mengadakan kerjasama mengenai penelitian ilmiah tentang kelautan di laut territorial dan perai:ran nusantara Republik Indonesia dan di laut territorial Malaysia yang terletak di antara Malaysia

. . I

I I

II_

I i

I I I

I ;;

a u

li i

I

I

,i i

II

i

I

II II

l !

I

i

ti I

11 II

Ji

;

II I

li ii

I~

i !

I

i

li

I

I i

I

·t

u I

---~Jj

(25)

20

Timur dan Malaysia Barat.

BAGIAN X TANGGUNGJAWAB INTERNASIONAL PUBLIK DAN TANGGUNGJAWAB PERDATA

Pasa1 21

Tanggungjawab Internasional Publik dan Tanggungjawab Perdata

1. Setiap Pihak yang Berjanji wajib memikul tanggungjawab internasional publik bagi setiap perbuatan yang dilaku- kan atau bagi setiap kelalaian yang bertentangan dengan Perjanjian ini atau hukum internasional yang mengakibat- kan ke~ugian atau kerusakan pada Pihak yang Berjanji lainnya, dan harus bertanggungjawab secara perdata sesiai denqan hukum internasional.

2. Malaysia wajib memikul tanggungjawab internasional

publik atas kerugian atau kerusakan apapun yang diderita oleh Republik Indonesia yang disebabkan oleh kapal atau pesawat udara Malaysia yang memiliki kekebalan berdaulat yang melak~kan tindakan secara bertentangan dengan

ketentuan-ketentuan Perjanjian ini atau peraturan per- undang-undangan Republik Indonesia yang sesuai:_dengan hukum internasional,itau dengan hukum internasional.

BAGIAN XI KETENTUAN-KETENTUAN UMUM

Pasal 22

Larangan Mengalihkan Hak-hak Kepada Pihak Ketiga

Dengan tunduk pada ketentuan-ketentuan Perjanjian ini, Malaysia dilarang mengambil tindakan apapun yang meng- akibatkan pengalihan hak-hak dan kepent~ngan-kepentingan

. . I

I c

I

~

I

II

li

I

(26)

21

yang sah manapun lainnya yang diatur dalam Perjanjian ini kepada pihak ketiga.

Pasal 23

Konsultasi-konsultasi

Kedua Pihak yang Berjanji wajib, atas permintaan salah-satu Pihak yang Berjanji, mengadakan konsultasi- konsultasi berkenaan 6engan penerapan dan pelaksanaan Perjanjian ini.

Pasal 24

Penyelesaian Sengketa

Jika timbul sengketa antara para Pihak yang Ber- janji berkenaan de·n-ga-n penafsiran atau penerapan Perjan- jian ·ini, para Pihak yang Berjanji wajib secepatnya meng- adakan pertukaran paridangan tentang penyelesaian sengketa tersebut melalui perundingan-perundingan atari cara-cara damai lainnya sebagai~ana diatur dalam Bab IV Perjanjian ASEAN tentang Persahabatan dan Kerjasama di Asia Tenggara tahun 1976.

BAGIAN XII ~ETENTUAN-KETENTUAN PENUTUP

Pasal 25

Ketentuan-ketentuan Penutup

l . Perjar~jian ini harus disahkan sesuai dengan syarat-

syarat konstitusional masing-masing Pihak yang Berjanji.

2. Perjanjian ini akan mulai berlaku pada tanggal per- tukaran piagam-piagam pengesahannya.

- - I

i I

!

II i

II

I

I

II li i

tl

il

li i

I

j

I

l

II u

t ~

H

Is:

li

li

I i I~

II

!!

~ i I I

I

tl

l!

II

H

I!

I Ia

li

e

I

~

II

l i

li !

f 51 f f,

I

II 'I

I I I

·I

I s

---~-~ i

(27)

3 •

4.

5 •

22

Perjanjian ini, pada waktu mulai berlaku, wajib di- daftarkan sesuai dengan Pasal 102 Piagam PBB.

SEBAGAI BUKTI, yang bertandatangan di bawah ini,

yang telah diberi ~uasa secara layak oleh Pemerintah- nya masing-masing,

ini.

telah menandatangani Perjanjian

DIBUJ.I.T di Jakarta pada tanggal 25 Pebruari 1982 dalam rangk~p tiga dalam Bahasa Indonesia, Bahasa Malaysia dan Bahasa Inggeris.

Dalam hal terdapat perbedaan penafsiran, maka naskah Bahasa Inggeris .yang diberlakukan.

UNTUK PEMERINTAH UNTUK PEMERINTAH

REPUBLIK INDONESIA MALAYSIA

I i

I i

I

I

I

i

I

~-

u u

i

u u u

'i I:;

:; ii

IIi

u

II ii

II

I !

II

fl ll

ii II

.! n

"' fi

/

~l. rJ}_._;... ' '

'i

'7~ ~~ ...

#

=4r \ - )_ '

1!

~~-· ~-- 1 ..

- l - - c,_, II

(PROF. DR. MOCHTAR KUSUMAATMADJA)

·~

GHAZA·LI SHAFIE )

I

Menteri Luar Negeri Menteri Luar Negeri

fi

;

i

!l

;

I i

II I

li II

I~

E ~

ij

tl

-~-=---:::ollllll I

(28)

fl j

(29)

·fr.

;.,.4

(30)

T RI T I

ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN

lv.IALA YSlA BERHUBUNG D.ENGAN REnM UI\1DANG- UNDANG 1\l-:EGARA KEPULA UAN DAN HAK-

HAK N.IALA YSIA DI DALAM LAUT WILA YAH DAN PER.AIRAN KEPULA

uANDAN J"UGA DI RUANG tJDARA DI

A TAS LA UT WILA YAH~ PE.RAIRAN KEPUl.A UAN DAN WILAYAH REPUBLIK INDONESIA YANG TERLETAKAI\TTARA

MALAYSIA

T!MIIR. DAN

MALAYSIA BA RAT

REPUBLIK INDONESIA DAN MALAYSIA (kemudian dari ini di- sebut ''Pihak-Pi~~k Pejanj'i-rr),

DENGAN J\.1E~Th1BANGKAN dasar Kerajaan Malaysia untuk menyokong rejim undang-undang Negara Kepulauan Kerajaan Republik Indonesia,

\ '

\\

DENGAN MENGAlvffiiL PERRA TIAN bahawa pemakaian rejim undang-undang itu oleh Kerajaan Republik Indonesia akan

'

sungguh- sungguh menjejaskan hak-hak sedia ada dan lain-lain kepentingan sah yang secara tradisional diguna oleh Malaysia,

DENGAN

MEI\TIMBANGKAN

dasar Kerajaan Republik Indonesia 1;ntuk mengiktira£ dan menghormati hak-hak sedia ada dan lain-lain kepentingan sah yang secara tradisional diguna oleh Malaysia di dalam laut wilayah dari. perairan kepulauan

(31)

1-

- 2 -

dan juga diruang udara. di atas laut wilayah, perairan kepulauan dan wilayah Republik Indonesia yang terletak antara Malaysia Timur dan 1vfalaysia Bara.t.

DENGAN 1vfENGAMBIL ingat perkembangan Undang- undang I...aut beihubung dengan rejun undang-undang Negara kepulauan,

DENGAN lvlENGAMBIL PER.HA TIAN bahawa sebahagian pera.iran kepula.uan Republik Indonesia terletak antara. Malaysia Timur dan 1vf.alaysia Barat dan beThasra.t'.hendfi.k mem.buat per-

\

janjian dwipihak urituk menetap dan mengawal hak-hak dan kepentingan-kepentingan tn.disional Malaysia _di dalamnya

.

.

sebagairnana diharapkan menurut Draf Konvensyen Undang- Undang Laut yang disediakan oleh Persidangan Bangsa-Bangsa Bersatu I\etiga .mengenai Undang- Undang Laut,

BERKEYAKINAN betapa perlunya mencapai penyelesaian

\ '

yang adil dan £aksarna. tentang masalah-n1a.salah yang he.rhangkit daTi·pe-rnakaian -rejim "Ulldang-:un.dang··Nega-ra kepulauan,

lv.lEMUTUSKAN untuk mem.buat suatu triti dwip3.¥k menurut Memorandum. Perse:fa.harnan yang dibuat pada 27hb

Julai 1976 bagi maksud menghura.ikan syarat- syarat Memorandum Persefahaman tersebut,

MENYEDARl akan kerjasama rapat dan penyelarasan yang wujud antara kedua-dua negara berasaskan dasar berjiran yang sempurna dan Triti _.1\.SE-.1\.N mengenai Persahabatan dan Kerjasama diAsia Tenggara tahun 1976,

I

_.j'':'

(32)

l

3 -

B~RHASRAT hendak mernajukan lagi kerjasama dan penyela ra san itu,

TELAH BERSETUJU SEPERTI BERTI<UT:-

BARA.GIAN I AM

Artikel 1

Takrif

Ba gi maksud T ri ti ini:

1.· "perairan kepulauan Republik·Indonesia" ertinya semua perairan yang terkeplli""lg oleh garis asas kepulauan yang digaris mengikut u..."'1.dang-undang dan peraturan-peraturan Republik Indonesia dan menepa.ti undang-undang antarabangsa;

2. rrlaut wilayah Republik Indonesia 11 ertinya kawasan laut yang bersempadanan dengan garis asas kepulauan yang digaris

\

mengikut undang-undang dan peraturan-peraturan Republik Indonesia dan mene-pati undang-undang antarabangsa, dan luas- nya ialah dua belas batu nautika yang diukur dari garis asas itu;

3. "kapal Kerajaan11 ertinya vesel yang dipunyai atau digun.a oleh Kerajaan Malaysia,termasuk kapal tentera laut~ yang di- kendalikan bagi rnaksud rasmi dan buk.an-perniagaan;

4. "kapal saudagar" ertinya vesel yang didaftarkan atau dilesenkan mengikut undang-undang dan peraturan-peraturan

(33)

;,

- 4 -

yang berkuatkuasa di Malaysia yang dikendalikan bagi maksud perdagangan, termasuk vesel saudagar negara asing;

5. "pesawat udara Negara" ertinya pesawat udara yang

dipunyai a tau diguna oleh Kerajaan Malaysia, termasuk pesawat udara yang diguna dalam perkhidrnatan tentera, kastam dan

polis dan lain-lain pesawat udara yang diguna bagi maksud rasrni atau bukan- perdagangan;

6.

"pesawat udara awamn ertinya semua pesawat udara, selain dari pesawat udara Negara, yang didaftarkan a tau di- lesenkan mengikut undang~undang dan pe:raturan-peraturan yang-bcrkuatktiasa··di.Malaysia;

7. '1penangkapan ikan secara tradisionalrr ertinya penangk-apan ikan oleh nelayan tradisional Malaysia dengan mengguna cara-_

cara tradisional di kawasan-kawasan tradisional di _dalam laut wilayah dan pyrairan kepulauan Republik Indonesia'yang ter-

letak an:tara Malaysia Timur dan Malaysia Barat sebelum pemakaian \ Rejim•·Undang~ Undang Negara Kepulauan Indonesia;

8. nnelayan tradisionaln ertinya nelayan Malaysia yang, sebagai nafkah hidup mereka yang utama, melibatkan diri seca ra lansung dalam penangka pan :ikan secara tradisional di dalam Kawasan Menangkap Ikan yang ditetapkan dan di sebut daJ.am perenggan Z(e) Perkara 2 Triti ini;

I

(34)

I

5 -

9.

"bot penangkap ikan tradisional" ertinya mana-mana bot yang dipunyai dan diguna oleh nelayan tradisional Malaysia khususnya untuk menangkap ikan secara tradisional di dalam Kawasan Menangkap Ik.an yang ditetapkan dan disebut dalam

pa.

ragraf 2(e) Artikel 2 Triti ini;

10. 11vesel penangkap ikan" ertinya mana-mana vesel, selain dari bot penangkap ikan tradisional, yang dipunyai dan diguna oleh nelayan Malaysia;

11. "vesel penangkap ikan negara asing" ertinya mana- mana vesel penangkap ikan negara asing yang diusahaniaga bersama dengan rakyat Malaysia atau mengikut apa-apa per- kiraan lain dengan Kerajaan Malaysia.

Artikel 2

Pengiktirafan Reiim Undang- Undang

. .

Negara Kepulauan Republik Indonesia dan Hak-Hak dan Kepentingan-Kepentingan Sah Malaysia

1.. Malaysia ·hendaklah mengiktiraf-dan menghormati rejim undang-undang Negara kepulauan yang dipakai oleh Republik Indonesia mengikut undang-undang dan peraturan-peraturan Republ:i.k Indonesia dan menepati undang-undang antarabangsa yang rnenurutnya Republik Indonesia rnernpunyai kedaulatan ke atas laut wilayah dan perairan kepulauan dan dasar laut dan tanihnya dan sumber- sumber yang didapati .di dalamnya dan juga ruang udara di atas laut wilayah dan perairan-kepulauan itu.

(35)

6 -

2. Walau apa puJl perunb.L.~an paragraf l A rtikel ini dan tertakluk kepada peruntukan- peruntukan T riti ini, Republik Indonesia hendaklah terus menghormati hak-hak sedia ada dan lain-lain kepentingan sah yang Malaysia telah secara tradisional mengguna di dalam laut wilayah dan perairan kepulauan dan juga ruang udara di atas laut wilayah, perairan kepulauan dan wilayah Republik Indonesia yang terletak antara Malaysia Timur dan Malaysia Barat, terdiri daripada berikut:

(a} hak akses dan komunikasi bagi kapal kerajaan melalui Koridor-Koridor ditetapkan yang ditanda dengan satu siri garisan paksi yang berterusan, dalam Pe\:a terlampir kepada Triti ini sebagai Lampiran I (kemudian dari ini disebut

"Koridor"), iaitu

(i) Koridor I sebagaimana ditetapkan mengikut Paksi I;

( ii) Koridor II sebagaimana ditetapkan mengikut Paksi II;

(b) hak akses dan komunikasi bagi kapal saudagar dan vesel penangkap ikan, termasuk vesel penangkap ikan

ne

ga ra a sing, melalui Koridor-Koridor itu;

(c) hak akses dan komunikasi bagi pesawat udara Negara;

\

{d) hak akses dan komunikasi bagi pesawat udara . awam;

I I

i

I

I

I

I

(36)

i t

II II

II

11

I

- 7 -

(e) hak menangkap ikan secara tradisional oleh nelayan tradisional Malaysia di dalam kav;asan ditetapkan sebagaimana ditanda dalam Peta terlampir kepada Triti ini sebagai Lampiran II (kemudian dari ini disebut "Kawasan Menangka p Ikan 11) ;

(f) kepentingan sah berhubung dengan kabel dan talian paip bawah laut yang ada, dilindungi, diperiksa,

disenggara, dibaiki dan diganti yang sedia terletak di situ dan pemasangan kabel dan talian paip lain di dalam laut wilayah dan perairan kepulauan Republik Indonesia yang terletak antara Malaysia Timur dan Malaysia Barat dan da sa r la ut dan tanihnya;

(g) kepentingan sah dalam memaju dan menjaga undang-undang dan ketenteraman menerusi kerjasarr...a dengan pihak-pihak berkuasa Kerajaan H.epublik Ind'onesia yang ber- kenaan di dalam laut wilayah dan perairan kepulauan Republik Indonesia dan di dalam laut wilayah Malaysia yang terletak antara Malaysia Timur dan Malaysia Barat;

(h) kepentingan sah untuk menjalankan kerja-kerja penyelidikan dan penyelanatan, menerusi penyelarasan dan kerjasama dengan pihak-pihak berkuasa Republik Indonesia yang berkenaan, di dalam laut wilayah dan perairan kepulauan dan juga di ruang udara di atas laut wilayah, perairan

kepulauan dan wilayah Republik Indonesia yang terletak antara Malaysia Timur dan Malaysia Barat; dan

(37)

- 8 -

( i) kepentingan sah untuk bekerjasama dengan pihak- pihak berkuasa Kerajaan Republik Indonesia ·yang berkenaan pada menjalankan penyelidikan saintifik lautan di dalam laut wilayah dan perairan kepulauan Republik Indonesia :l.an di dalam laut wilayah Malaysia yang terletak antara lvfalaysia Timur dan Malaysia Barat bagi maksud-maksud yang secara lansung ada kaitan dengan langkah-langkah untuk melindungi dan memelihara keadaan persekitaran lautan.

Artikel 3

Kewajipan-kewajipan Republik Indonesia dan Malaysia

1. Pada mengguna hak-hak dan memajukan kepentingan- kepentingan sah mengikut peruntukan-peruntukan Triti ini,

Malaysia hendaklah:

(a) jangan melakukan apa-apa pengancaman atau penggunaan kekerasan terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah, kehebasan politik dan keselamatan Republik Indonesia, a tau dertgan apa jua cara lain apa-apa pelanggaran ter- hadap prinsip-prinsip undang-undang antara- bangsa yang terrr..aktu.b dalam Piagam Bangsa- Bangsa Bersatu;

(b) mengambil langkah-langkah yang perlu untuk mencegah,. mengurangkan dan mengawal pencemaran alam sekitar lautan dari apa. jua punca;

I I

I

I

. i

I

I

I

I

I

(38)

- 9 -

(c) mematuhi undang-undang dan peraturan- pe ra turan Republik Indonesia yang tidak konsisten dengan peruntukan-peruntukan Triti ini.

2. Tertakluk kepa.da peruntukan-peruntukan Triti ini, hak akses dan komunikasi yang boleh diguna oleh Malaysia di bawah Triti ini tidak boleh digantung atau diganggu.

BAHAGIAN II - KAPAL-KAP_A..L KEAAJAAN DAN S.A...UDAGAR

_A.. rtikel 4

Kapal-Kapal Kerajaan

l. Hak akses dan komunikasi yang boleh diguna oleh kapal- kapal tentera laut di bawahArtikel 2 hendaklah, berhubungan dengan akses dan komunikasi itu, terdiri daripada yang berikut:

(a) hak navigasi terus-menerus, cepat dan tanpa gangguan melalui Koridor-Koridor itu;

(b) hak menjalankan manuver tentera laut termasuk la tihan taktik, manakala belaya r melalui

Koridor-Koridor itu, dengan syarat bahawa dalam masa menjalankan latihan taktik itu sebarang letupan senjatapi tidak dibenarkan.

I

I

(39)

10 -

2. Tanpa menyentuh peruntukan-peruntukan paragraf 1 A rtikel ini, Republik Indonesia dan Malaysia hendaklah meng-

adakan rundingan dengan tujuan dapat membuat apa-apa per- kiraan sebagaimana yang sesuai berkenaan dengan manuver tentera laut.

3. Hak akse s dan komunikasi yang boleh diguna oleh kapal-kapal kerajaan, selain dari kapal-kapal tentera laut, . di bawah A rtikel 2 hendaklah, berhubungan dengan akses dan

komunikasi itu, menjadi hak navigasi yang terus-menerus, cepat dan tanpa gangguan melalui Koridor-Koridor itu.

4. Tertakluk kepada peruntukan-peruntukan Triti ini, hak akses dan komunikasi yang terus- menerus, cepat dan tanpa gangguan bagi kapal-kapal kerajaan yang diperuntukkan dalam Triti ini tidaklah termasuk apa-apa aktiviti lain yang tidak kena-mengena lansung dengan akses dan komunikasi itu.

A rtikel 5

Kapal-kapal Saudagar

1. Hak akses dan konmnikasi. yang boleh diguna oleh kapal-kapal saudagar di bawah Artikel 2 hendaklah, ber- hubungan dengan akses dan komunikasi itu, menjadi hak na viga si te rus- mene rus, c epa t dan tanpa gangguan mela lui Koridor-Koridor itu bagi maksud meneruskan pelaya ran ke port yang ditujui di Malaysia atau ke lautan lepas.

i

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Bermain Konstruktif Terhadap Tingkat Kreativitas Ditinjau Dari Kreativitas Afektif Pada Anak Usia Sekolah.. Jurnal Penelitian Psikologi : Vol

Curriculum Analysis aims to analyze the students’ learning behavior of clus ter- ing results for each semester based on the alignment of the courses to curriculum guideline

1) Pada saat diawal akad, permohonan fasilitas pembiayaan yang diajukan oleh PT. X adalah fasilitas pembiayaan Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik, sehingga ketentuan penyusutan

1 Pengaruh Customer Relationship Management (CRM) Terhadap Loyalitas Konsumen (Studi Kasus Pada PT. Ultrajaya Milk Industry and Trading Company, Tbk.) Sabam Junijar

Diperoleh komponen kimia minyak atsiri yang berbeda baik jenis maupun jumah dari rimpang tanaman jahe yang diintroduksi dengan FMA disbanding tanaman tanpa

Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perputaran persediaan, perputaran piutang dan ukuran perusahaan terhadap profitabilitas baik secara

Segala puji bagi Allah SWT atas segala limpahan berupa nikmat iman dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ” Hubungan Personal Hygiene:

Keterlibatan stakeholder secara langsung dalam pengelolaan pemanfaatan jasa ekosistem TNB saat ini masih belum terjadi, hal ini dikarenakan pengaruh pengelolaan