• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

39

Berdasarkan landasan teori yang telah dijelaskan pada bab II, maka dalam bab ini penulis akan membahas penerapan akuntansi untuk pembiayaan ijarah pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk. dan perbedaan leasing dengan ijarah dilihat dari psak 30 dan 107.

A.

Penerapan Akuntansi Pembiayaan “Ijarah” pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk.

Untuk memperoleh pembiayaan dari PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk maka beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh calon nasabah. Syarat-syarat tersebut antara lain :

1. Kriteria Nasabah

a. Warga Negara lndonesia yang berdomisili di lndonesia b. Tidak cacat hukum

c. Usia minimum 21 tahun dan pada saat pembiayaan jatuh tempo maksimum berumur 55 tahun (untuk pegawai) dan 60 tahun (untuk wiraswasta/profesional)

d. Pegawai tetap dengan kriteria :

1) Minimum l tahun (termasuk masa kerja seberum diangkat menjadi pegawai tetap) di perusahaan saat ini.

(2)

2) Minimum l tahun diperusahaan saat ini dengan memiliki pengalaman 2 tahun sebagai pegawai tetap/kontrak di perusahaan terakhir sebelumnya.

e. Pegawai Kontrak dengan kriteria:

1) Minimum memiliki pengalaman kerja 2 tahun di perusahaan saat ini

2) Minimum l tahun diperusahaan saat ini dengan memiliki pengalaman 2 tahun sebagai pegawai kontrak/tetap di perusahaan terakhir sebelumnya

f. Wiraswasta/profesional dengan kriteria:

1) Memiliki pengalaman di bidang usahanya minimum 2 tahun berturut-turut (dibuktikan oleh izin usaha/praktek). 2) Memiliki penghasilan yang dapat diverifikasi

kebenarannya.

3) Telah beroperasi secara menguntungkan

4) Memiliki historical cash flow yang mampu memenuhi kewajiban sewa/angsuran

g. Membuka rekening di Bank Muamalat Indonesia 2. Persyaratan Dokumen Administratif

a. Asli formulir aplikasi diisi lengkap dan benar b. Fotocopy KTP Suami dan Istri

c. Fotocopy Kartu Keluarga d. Fotocopy Surat Nikah

(3)

e. Fotocopy sertifikat tanah obyek agunan

f. IMB/IPMB/ijin pendahuluan Mendirikan Bangunan atau Surat ijin sejenis

g. PBB tahun terakhir

h. Fotocopy Rekening Tabungan/Giro (R/K) pribadi 3 butan terakhir i. Laporan Keuangan perusahaan (Neraca dan r,/R) dan/atau

Fotocopy Bukti/catatan transaksi bisnis (untuk usaha) j. Asli slip gaji terakhir dan/atau Surat keterangan penghasilan k. Fotocopy ijin-ijin praktek profesi (untuk usaha/profesi) l. Fotocopy NPWP

m. Asli surat keterangan jabatan

1. Tahapan Prosedur Pembiayaan Pada Bank Muamalat Indonesia

Tahapan prosedur pembiayaan pada Bank Muamalat diperlukan untuk mengantisipasi resiko bank dalam memberikan pembiayaannya kepada nasabah, menerapkan azas-azas pembiayaan yang sehat dan prinsip kehati-hatian, meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam pengelolaan pembiayaan dan mengoptimalkan pendapatan.

Tabel 4.1

Tahapan Proses Pembiayaan

LANGKAH KEGIATAN

Pengumpulan Data Inisiasi Solisitasi

Verifikasi Data

Kunjungan setempat

Informasi Bank (Bank checking) Informasi dari

pembeli/pemasok/bowheer/pesaing

Pengajuan MUP Memorandum Usulan Pembiayaan (MUP): Analisa Pembiayaan (Analisa Kualitatif dan

(4)

Kuantitatif) Analisa Jaminan Analisa Resiko

Evaluasi Kebutuhan Dana Penetapan Struktur Fasilitas Pengajuan MUP ke KPP

Keputusan Pembiayaan Keputusan Pembiayaan oleh Komite melalui Rapat Komite dan Sirkulasi

Realisasi Keputusan

Pelaksanaan Keputusan KPP: Penyampaian SPP ke Nasabah Dokumentasi dan Administrasi

Penandatangan Akad Pembiayaan dan Jaminan

Pemantauan

Pemantauan Pembiayaan: Pemantauan Usaha Nasabah Pemantauan Jaminan Pembinaan Nasabah

Pemantauan Pembayaran Nasabah Pelunasan

Pelunasan Pembiayaan: Bukti Pelunasan Pelepasan Jaminan Sumber: Bank Muamalat Indonesia

2. Evaluasi Pembiayaan Akad Ijarah

Menurut data dari Bank Muamalat pembiayaan pada Bank Muamalat Indonesia mengalami peningkatan pada tahun 2011 mencapai Rp. 22.496,62 miliar dibandingkan dengan tahun 2010 yang tercatat Rp. 15.917,69 miliar ini disebabkan perkembangan kondisi ekonomi yang relatif stabil. Selain itu jika dilihat berdasarkan akad, portofolio pembiayaan ijarah pun mengalami peningkatan yang signifikan dari hanya 3,86% pada tahun 2009 menjadi 4,64% dari total pembiayaan pada tahun 2010.

Dalam menentukkan tarif sewa kepada musta‟jir Bank Muamalat Indonesia akan menetapkan margin terlebih dahulu, yaitu selisih antara harga beli objek sewa dengan harga jual objek sewa. Metode marjin ijarah dan ijarah

(5)

muntahiya bittamlik yang digunakan oleh Bank Muamalat Indonesia sama dengan metode margin untuk pembiayaan murabahah.

3. Penerapan Akuntansi Pembiayaan Ijarah di PT. Bank Muamalat Indonesia

PT. Bank Muamalat Indonesia,tbk Dalam menentukan tarif sewakepada musta’jir akan menetapkan margin terlebih dahulu, yaitu selisih antara harga beli objek sewa dengan harga jual objek sewa. Metode margin ijarah dan ijarah muntanhiyah bit tamlik yang digunakan oleh Bank Muamalat Indonesia sama dengan metode margin untuk pembiayaan murabahah yaitu metode margin keuntungan annuitas atau efektif.

Perbedaaanya mungkin terletak pada grace period yang umumnya ada pada ijarah dan ijarah muntanhiyah bit tamlik, yang dimaksud dengan grace period adalah masa dimana bank membolehkan musta’jir untuk hanya membayar uang sewa sebesar porsi margin saja tidak dengan porsi pokoknya dalam waktu beberapa bulan. Penentuan waktunya ditentukan berdasarkan kesepakatan antara bank dengan mustajir. Grace period biasa digunakan apabila ada musta’jir yang menggunakan pembiayaan dari bank untuk pembelian sebuah mesin, maka musta’jir membutuhkan waktu untuk beberapa bulan untuk menjalankan mesinnya sampai mesin tersebut bisa benar-benar digunakan secara optimal oleh musta’jir setelah grace period selesai.

Perhitungan jumlah angsuran, porsi margin, porsi pokok yang ada di Bank Muamalat Indonesia telah terkomputerisasi dengan menggunakan software Excel. Namun, perhitungan manual juga bisa diperhitungkan dengan menggunakan

(6)

rumus annuitas. Dibawah ini rumus annuitas yang digunakan untuk menghitung jumlah angsuran, porsi margin dan porsi pokok, yaitu :

a. Formula jumlah angsuran AT = P * m

1 – 1 (1 + m) n

Dimana: AT : Jumlah angsuran (per bulan) P : pokok pembiayaan

m : Persentase margin (per bulan) n : Jangka waktu pembiayaan b. Formula porsi margin

AMn = OSn * m

Dimana: AMn : Porsi margin yang ke-n, n = 1,2,3,…,12

OSn : Outstanding pembiayaan yang ke-n, n = 1,2,3,…,12 m : Persentase margin (per bulan)

c. Formulasi porsi pokok APn = ATn – AMn

Dimana: APn : Porsi pokok (dalam bulanan) ATn : Jumlah angsuran (dalam bulanan) AMn : Porsi margin (dalam bulanan)

(7)

Contoh Kasus

PT. X yang bergerak dibidang rental peralatan berat mengajukan permohonan pembiayaan ijarah muntanhiyah bit tamlik ke Bank Muamalat Indonesia untuk pembelian dan instalasi GE Jenbacher Gas Engine yaitu sebuah mesin genset berbahan bakar gas dengan fasilitas pembiayaan sebesar US$ 1.323.251. Seperti yang dijelaskan pada Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 27/DSN-MUI/III/2002 bahwa pihak-pihak yang melakukan ijarah muntanhiyah bit tamlik harus melaksanakan akad ijarah terlebih dahulu, maka PT. X selaku pihak yang ingin menggunakan fasilitas ijarah muntanhiyah bit tamlik harus terlebih dahulu melaksanakan akad ijarah dengan bank. Setelah permohonan pembiayaan diterima, Bank Muamalat Indonesia melalui account officer-nya akan menganalisa permohonan pembiayaan yang diajukan oleh PT. X, selanjutnya account officer mempresentasikan hasil analisanya kepada komite pembiayaan untuk memperoleh persetujuan pembiayaan. Setelah permohonan pembiayaan PT. X disetujui, lebih lanjut Bank Muamalat Indonesia akan menentukan jumlah angsuran yang akan dibebankan kepada PT. X sebagai tariff sewa melalui margin yang telah ditetapkan oleh Bank Muamalat Indonesia, dengan rincian sebagai berikut :

a. Harga beli barang dari supplier (PT. Showa) sebesar US$ 1.323.251 b. Harga jual mesin genset tersebut sebesar US$ 1.657.261.

c. Margin Bank Muamalat Indonesia setara 11% pa.

d. Jangka waktu fasilitas 48 bulan dengan grace period 4 bulan. e. Biaya administrasi US$ 500

(8)

f. Nilai sisa aset Ijarah yang ditetapkan BMI sebesar 20% untuk jangka waktu 4 tahun

g. Opsi perpindahan kepemilikan dengan penjualan sebesar harga sisa cicilan sewa

h. Angsuran dibayar setiap tanggal 19 Sumber: Data Bank Muamalat Indonesia

a. Perhitungan margin ijarah

1) Jumlah angsuran (lihat formula jumlah angsuran) AT = 1.323.251 * 0,0091

1 - 1 (1+0.0091) 44 = 36.680

Karena ada grace period selama 4 bulan, jadi n yang dipakai hanya 44 bulan yaitu setelah grace period selesai. Sehingga, jumlah angsuran / tariff sewa yang dibebankan kepada PT. X adalah $ 36.680.

2) Jumlah porsi margin (lihat formula porsi margin) AM1 = 1.323.351 * 0.11/12

= 12.130

Jadi jumlah porsi margin yang pertama kali harus dibayar oleh PT. X adalah $ 12.130.

3) Jumlah porsi pokok (lihat formula porsi pokok) AP5 = 36.680 – 12.130 = 24.550

(9)

Jadi jumlah porsi pokok yang ke-5 yang harus dibayar oleh PT. X adalalah $ 24.550.

b. Pencatatan ayat jurnal transaksi ijarah

Bank Muamalat Indonesia merupakan salah satu bank devisa yang diizinkan oleh pemerintah untuk bertransaksi dalam mata uang asing, sehingga pencatatan yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia dapat langsung mencatat jurnalnya dalam mata uang asing. Keuntungan atau kerugian dari selisih kurs akan diakui pada saat penyajian dalam neraca ketika Bank Muamalat Indonesia mengkonversi mata uang asing ke dalam rupiah dengan menggunakan system.

Berikut dibawah ini adalah pencatatan transaksi-transaksi yang terjadi selama masa akad ijarah berlangsung, yaitu :

1) Pada saat pembelian barang oleh bank dari supplier secara tunai Pada tanggal 14 September 2007 Bank Muamalat Indonesia membeli mesin genset dengan harga perolehan sebesar US$ 1,323,251 dari supplier (PT. Showa) dengan kurs Rupiah Rp. 9.123. Pencatatan yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia untuk pembelian aktiva ijarah, ialah :

Dr. aktiva US$ 1.323.251

Cr. kas US$ 1.323.251

(10)

Aktiva dan kas masuk pada Neraca pada Aktiva sebesar US$

1.323.251.

2) Pada saat pelaksanaan akad ijarah (transaksi ijarah antara bank

Muamalat Indonesia dengan PT. X)

Pada saat akad Ijarah dilaksanakan yakni tanggal 18 september 2007, antara bank mualamat Indonesia dengan PT.X, maka sejak saat itu (18 september2007) PT.X sudah berkewajiban membayar sewa setiap tanggal 19.

3) Pada saat bank mengakui pendapatan dari biaya administrasi Pada saat akad ijarah dilaksanakan yaitu tanggal 18 September 2007, ada biaya administrasi yang harus dibayar oleh PT. X yaitu sebesar US$ 500 dengan kurs Rupiah pada saat itu (18 september 2007) sebesar Rp. 9.138 dan bank akan mencatatnya sebagai pendapatan fee ijarah, maka pencatatan yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia, adalah :

Dr. kas US$ 500

Cr. Pendapatan administrasi US$ 500 (kurs pada tanggal 18 September 2007 sebesar Rp. 9.138.)

Kas masuk pada neraca sebesar US$ 500 dan pendapatan operasional masuk pada laba rugi sebesar US$ 500.

(11)

Pada tanggal 30 september 2007, terdapat margin yang sudai diakui, yaitu dari tanggal 18 september hinga 30 september, selama 13 hari. Pencatatan jurnalnya adalah :

Dr. Pendapatan yang masih harus diterma US$. 5.200

Cr. Pendapatan Margin US$. 5.200

(13 : 30 x 12.130)

(kura pada tanggal 30 September 2007 Rp. 9.235) Pencatatan jurnal untuk keuntungan selisih kurs: Pada saat dibukukan tanggal 30 September 2007:

($. 500 x 9.235) Rp.4.617.500

Biaya administrasi yang diterima pada tanggal 18 september 2006 :

($. 500 x 9.138 ) Rp. 4.569.000

Selisih kurs - keuntungan Rp. 48.500 Laporan Neraca Bank Muamalat Indonesia Per Tanggal 30 September 2007

Aktiva Kas

($ 500 x Rp. 9.235)

Aktiva yang dieroleh untuk Ijarah ($ 1.323.251 x Rp. 9.123)

Pendapatan yang harus masih diterima ($ 5.200 x Rp. 9.235) Total aset Rp. 4.617.500 Rp. 12.072.018.870 Rp. 48.022.000 Rp. 12.124.658.370

(12)

Keterangan:

a) Untuk akun Aktiva yang diperoleh untuk Ijarah sebesar US$. 1.323.251, dilaporkan dengan kurs tanggal transaksi,yakni sebesar Rp. 9.123. karna aktiva yang diperoleh untuk Ijarah termasuk kedalam pos non moneter. b) Untuk pendapatan yang masih harus diterima yang

sebagian marginya sudah diakui sebesar US$. 5.200 dilaporkan dengan kurs tanggal neraca,yakni sebesar Rp 9.235. sehingga muncul di neraca sebesar Rp. 48.022.000. c) Untuk akun Pendapatan administrasi sebesar US$.500

dilaporkan dengan kurs tanggal transaksi sebesar Rp. 9.235. sehingga muncul di laporan laba rugi sebesar Rp 4.617.500. Begitu juga pendapatan margin sebesar US$. 5.200 dilaporkan dengan kurs tanggal transaksi sebesar Rp. 9.235. sehingga angka yang muncul dalam laba rugi sebesar Rp. 48.022.000.

(13)

Laporan Laba Rugi Bank Muamalat Indonesia per Tanggal 30 September 2007 Pendapatan Administrasi ($ 500 x Rp. 9.138) Selisih kurs-keuntungan Pendapatan margin ($ 5.200 x Rp. 9.235) Total pendapatan Rp. 4.569.000 Rp. 48.500 Rp. 48.022.000 Rp. 52. 639.500

4) Pada saat bank menerima angsuran di grace period atau mengakui pendapatan sewa dari PT. X

Pada tanggal 19 Oktober Bank Muamalat Indonesia sepakat dengan PT. X bahwa uang sewa yang didapatkan bank tiap bulannya ialah US$ 36.680 (lihat tabel angsuran), kecuali pada saat grace period untuk 4 bulan pertama PT. X hanya membayar sebesar porsi marginnya saja yaitu US$ 12.130. Pencatatan yang dilakukan Bank Muamalat Indonesia padaa saat grace period, yaitu:

Dr. kas US$. 12.130

Cr. Pendapatan margin US$. 6.930 Cr. Pend. yang masih harus diterima US$. 5.200 (kurs tanggal 19 Oktober 2007 Rp. 9.158)

(14)

Terdapat selisih kurs terhadap pendapatan yang masih harus diterima per September dengan penerimaan secara cash di bulan Oktober, dengan rincian sebagai berikut:

Tanggal 30 September 2007 (sebagai pendapatan yang masih harus diterima) :

US$. 5200 x Rp. 9.235 = Rp. 48.022.000 Tanggal 19 oktober 2007 (diterima secara cash) :

US$. 5200 x Rp. 9.158 = Rp. 47.621.600 Selisih kurs – kerugian Rp. 400.400

Maka pencatatannya jurnalnya adalah:

Dr. selisih kurs – kerugian Rp. 400.400

Cr. Pendapatan yang masih harus diterima Rp. 400.400

Laporan Neraca Bank Muamalat Indonesia per Tanggal 31 Oktober 2007

Aktiva Kas

($ 12.130 x Rp. 9.158)

Aktiva yang diperoleh untuk Ijarah ($ 1.323.251 x Rp. 9.123)

Total Aktiva

Rp. 111.086.40

Rp. 12.072.018.870

(15)

Laporan Laba Rugi Bank Muamalat Indonesia per Tanggal 31 Oktober 2007 Pendapatan margin ($ 6.930 x Rp. 9.158) Selisih kurs-kerugian Total pendapatan Rp. 63.464.940 (Rp. 400.400 Rp. 63.064.540

Laporan Neraca per 30 November 2007

Aktiva Kas

($ 12.130 x Rp. 9.150)

Aktiva yang diperoleh untuk Ijarah (US$ 1.323.251 x Rp. 9.123) Total aset

Rp. 110.989.500

Rp. 12.072.018.870

Rp. 12.183.008.370

Laporan Laba Rugi per 30 November 2007

Pendapatan margin (US$ 12.130 x Rp. 9.150) Total pendapatan

Rp. 110.989.500

(16)

5) Pada saat PT. X membayar angsuran di bulan Desember yang telah jatuh tempo

Bank Muamalat Indonesia mengakui pembayaran sewa yang telah jatuh tempo sebaga pendapatan yang masih harus diterima. Pada saat angsuran sewa yang ketiga yang jatuh tempo pada tanggal 19 Desember 2007 dengan kurs rupiah sebesar Rp. 9.156 yaitu sebesar US$ 12.130. PT. X belum melakukan pembayaran, sehingga Bank Muamalat Indonesia mengakui adanya pendapatan yang masih harus diterima pada tanggal 31 Desember 2007. Pencatatan yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia untuk mengakui angsuran sewa ke-3 yang telah jatuh tempo, ialah:

Dr. Pendapatan yang masih harus diterima US$ 12.130 Cr. Pendapatan margin US$ 12.130

Dikarenakan Bank Muamalat Indonesia pada saat tanggal 31 Desember 2007 harus membuat pelaporan, sehingga aka nada penyesuaian untuk seluruh pendapatan sewa yang telah diterima. 6) Pencatatan yang dlakukan oleh PT. Bank Muamalat Indonesia

untuk mengakui pendapatan Ijarah pada saat grace period selesai

Dr. kas US$. 36.680

Cr. Pendapatan sewa ijarah US$. 36.680

Jumlah pendapatan Ijarah sebesar US$ 36.680 merupakan penjumlahan dari porsi pokok dan porsi margin

(17)

7) Pada saat mengakui adanya biaya perbaikkan rutin dan biaya pemeliharaan

Secara prinsip aktiva Ijarah adalah milik Bank Muamalat Indonesia, sehingga biaya perbaikkan rutin dan pemeliharaan atas aktiva Ijarah tersebut menjadi tanggung jawab Bank Muamalat Indonesia dan diakui pada saat terjadinya, tetapi bila biaya perbaikkan rutin dan pemeliharaan itu terjadi karena kelalaian atau kesalahan musta’jir. Bank Muamalat Indonesia akan melakukan penelitian terlebih dahulu terhadap biaya perbaikkan rutin dan pemeliharaan yang nantinya akan dibebankan kepada bank. Pada tanggal 12 Maret 2008, PT. X memberikan informasi kepada Bank Muamalat Indonesia bahwa ada biaya pemeliharaan aktiva Ijarah sebesar US$ 925 dengan kurs Rupiah pada saat itu sebesar Rp. 9.165.

Maka pencatatan yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia, adalah:

Dr. Beban perbaikan aktiva ijarah US$ 925

Cr. Kas US$ 925

(kurs pada tanggal 12 Maret 2008 sebesar Rp. 9.165) 8) Metode penyusutan aktiva Ijarah

Penyusutan aktiva Ijarah yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia menggunakan metode straight line method. Aktiva disusutkan hanya 80% dari nilai aktiva sebesar US$ 1.323.251.

(18)

(US$ 1.323.251 x 80%) = Rp. 1.058.600 x Rp. 9.123 = Rp. 9.657.607.800

Jadi nilai buku (sisa buku) adalah sebesar Rp. 2.414.411.073 (US$. 1.323.251 x Rp. 9.123 = Rp. 12.072.018.870 – Rp. 9.657.607.800)

c. Pencatatan ayat jurnal transaksi Ijarah Muntanhiyah Bit Tamlik

1) Pada saat diawal akad, permohonan fasilitas pembiayaan yang diajukan oleh PT. X adalah fasilitas pembiayaan Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik, sehingga ketentuan penyusutan yang berlaku pada Bank Muamalat Indonesia yaitu sesuai dengan masa sewanya, jadi besarnya penyusutan aktiva Ijarah tergantung berapa lama masa sewanya. Sesuai dengan contoh kasus diatas, nilai sisa dari aktiva Ijarah diperkirakan oleh Bank Muamalat Indonesia sebesar 20% dan masa sewa diketahui selama 4 tahun. Jadi penyusutan aktiva Ijarah perbulannya adalah:

= Harga perolehan – (20% * Harga Perolehan)

4

= 1.323.251 – (20% * 1.323.251) 4

= $ 264.650 (penyusutan pertahun)

Jadi, penyusutan tiap bulannya pada akhir pelaporan, ialah: = 1/12 * 264.650

(19)

2) Pada saat perpindahan hak milik objek sewa melalui penjualan objek sewa dengan harga sebesar sisa cicilan

Pada saat diawal akad, PT. X mempunyai hak opsi perpindahan kepemilikkan melalui penjualan objek sewa dengan harga sebesar cicilan sebelum berakhirnya masa sewa dan Bank Muamalat Indonesia nantinya akan mengakui keuntungan atau kerugian atas penjualan tersebut sebesar selisih antara harga jual dan nilai buku bersih objek sewa. Sesuai dengan contoh kasus diatas bahwa masa Ijarah selesai pada tanggal 19 September 2011, maka dengan itu penulis menggunakan asumsi bahwa pada tanggal 19 Maret 2011, PT. X menggunakan hak opsinya untuk membeli objek sewa sebesar sisa sewa yaitu 5 bulan sewa sebesar US$ 183.400. karena angsuran sudah berjalan selama 43 bulan dan beban penyusutan aktiva sampai dengan bulan Desember 2010 sebesar US$ 860.106 (US$ 22.054 x 39).

Pencatatan yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia untuk mengetahui nilai buku dari aktiva Ijarah:

Dr. Akumulasi penyusutan US$. 860.106

Cr. Aktiva Ijarah US$. 860.106

Beban penyusutan aktiva sampai dengan bulan Desember tahun 2010 sudah dilakukan selama 39 bulan.

(US$. 22.054 x 39) = US$ 860.106

(20)

Aktiva Ijarah (US$ 1.323.251 x Rp. 9.123) = Rp. 12.072.018.870 Sehingga nilai buku dari aktiva Ijarah menjadi sebesar Rp. 4.225.271.832 (Rp. 12.072.018.870 – Rp. 7.846.747.038)

Pencatatan yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia pada saat nasabah melakukan pelunasan dipercepat tanggal 19 Maret 2011:

Dr. Kas (US$. 183.400 x Rp. 9.125) Rp. 1.673.525.000

Cr. Aktiva Ijarah Rp. 1.673.525.000 Keterangan:

Saldo aktiva ijarah Rp. 4.225.271.832 Awal Maret 2011

Nasabah melakukan pelunasan Rp. 1.673.525.000 Tanggal 19 Maret 2011

Nilai buku aktiva setelah adanya Rp. 2.551.746.832 Pelunasan dipercepat oleh nasabah

Karena pada mesin tersebut sudah menjadi hak milik nasabah. Jurnalnya adalah:

Dr. Biaya kerugian aktiva ijarah Rp. 2.551.746.832

Cr. Aktiva ijarah Rp. 2.551.746.832 Pendapatan sewa bulan Februari diterima di bulan Maret:

Dr. Kas US$. 2.270

(21)

Laporan Neraca Bank Muamalat Indonesia per Tanggal 31Maret 2011 Aktiva Kas ($ 185.670 x Rp. 9.125) Aktiva Ijarah Total Aktiva Rp. 1.694.238.750 0 Rp. 1.694.238.750 Keterangan:

Kas sebesar US$. 249.901 (US$. 247.631 + 2.270) Menggunakan kurstanggal transaksi sebesar Rp. 9.125.

Untuk akun Aktiva yang diperoleh untuk Ijarah sebesar US$. 1.323.251, dilaporkan dengan kurs tanggal transaksi,yakni sebesar Rp. 9.123. karna aktiva yang diperoleh untuk Ijarah termasuk kedalam pos non moneter.

Laporan Laba Rugi Bank Muamalat Indonesia per Tanggal 31Maret 2011

Pendapatan dan beban operasional Pendapatan margin (19 Maret 2011) (US$ 2.270 x Rp. 9.125)

Beban operasional lainnya Kerugian penjualan aktiva

Rp. 20.713.750

(Rp. 2.551.746.832)

(22)

d. Kesesuaian perlakuan akuntansi transaksi Ijarah dan Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik dengan PSAK No. 107

Setelah memperhartikan bagaimana perlakuan akuntansi mengenai transaksi Ijarah dan Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik yang ada di Bank Muamalat Indonesia melalui contoh di atas, penulis akan mencoba menganalisa apakah perlakuan akuntansi yang ada di PT. Bank Muamalat Indonesia tentang pembiayaan Ijarah dan Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik telah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, yaitu PSAK 107 mengenai perlakuan akuntansi Ijarah. Analisa tersebut disesuaikan dengan contoh kasus yang ada, berikut dibawah ini analisa yang dapat diambil oleh penulis, yakni:

Tabel 4.2

Perbandingan Perlakuan Akuntansi Transaksi Ijarah dan Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik pada Bank Muamalat Indonesia dengan

PSAK 107

Pencatatan (Pengakuan dan Pengukuran)

No Perlakuan Akuntansi pada Bank Muamalat Indonesia

Perlakuan Akuntansi menurut PSAK

No. 107

Keterangan

1. Bank Muamalat Indonesia dalam mencatat pembelian aktiva yang diperoleh untuk ijarah dicatat sebesar harga perolehan dan diakui pada saat terjadinya pembelian aktiva ijarah. Objek sewa diakui sebesar harga biaya perolehan pada saat perolehan objek sewa. Pencatatan yang dilakukan oleh BMI pada saat membeli aktiva ijarah telah sesuai dengan PSAK No.107. 2. Pencatatan yang dilakukan

oleh Bank Muamalat Indonesia pada saat jatuh tempo pembayaran sewa yaitu diakui sebesar jumlah

Piutang ijarah adalah tagihan yang timbul karena adanya pendapatan sewa Pencatatan yang dilakukan oleh BMI pada saat mengakui piutang ijarah

(23)

sewa yang belum diterima oleh Bank Muamalat Indonesia

yang belum diterima, piutang ijarah diakui pada saat jatuh tempo sebesar

sewa yang

belum diterima.

yang telah jatuh tempo telah sesuai dengan PSAK No.107.

3. Pendapatan sewa ijarah Bank Muamalat Indonesia dicatat sebesar nilai bersihnya dan diakui selama masa akad, yang didalamnya terdapat nilai porsi pokok serta nilai porsi margin.

Pendapatan sewa ijarah diakui selama masa akad secara proposional dan dicatat sebesar nilai bersihnya. Pencatatan yang dilakukan oleh BMI pada saat mengakui adanya pendapatan sewa ijarah telah sesuai dengan PSAK No.107. 4. Pada saat mengakui

pendapatan dari biaya administrasi, Bank Muamalat Indonesia mencatat pendapatan operasional disebelah kredit dan uang cash yang diterima disebelah debit. PSAK 107 dan PAPSI belum mengatur secara rinci mengenai pencatatan pada saat Bank Muamalat Indonesia mengakui penpadapatan dari biaya administrasi. Karena belum ada aturan khusus dalam PSAK No.107 mengenai pencatatan pada saat mengakui Pendapatan ijarah dari biaya administrasi, maka BMI membuat pencatatan sendiri untuk mengakui pendapatan ijarah dari biaya administrasi yang nantinya akan masuk kedalam pendapatan operasinal utama lainnya.

6. Bank Muamalat Indonesia mengakui adanya penyusutan pada aktiva ijarah, metode penyusutan yang digunakn oleh Bank Muamalat

Objek sewa disusutkan sesuai dengan kebijakan penyusutan Pencatatan yang dilakukan oleh BMI pada saat mengakui adanya

(24)

Indonesia ialah Straight line method untuk transaksi ijarah, sedangkan untuk transaksi ijarah muntanhiyah bit tamlik, aktiva ijarah disusutkan sesuai dengan masa sewanya. pemilik objek sewa untuk aktiva sejenis jika merupakan transaksi ijarah dan masa sewa jika merupakan transaksi ijarah muntanhiyah bit tamlik. penyusutan pada aktiva ijarah telah sesuai dengan PSAK No.107.

7. Bank Muamalat Indonesia mengakui perpindahan hak milik objek sewa melalui penjualan objek sewa sebesar harga cicilan dalam transaksi ijarah muntanhiyah bit tamlik diakui ketika musta’jir membeli objek sewa. Bank juga mengakui keuntungan atau kerugian sebesar selisih harga jual dengan nilai buku.

Perpindahan hak milik objek sewa dalam ijarah muntanhiyah bit tamlik melalui penjualan objek sewa dengan harga sebesar sisa cicilan sewa sebelum

berakhirnya

masa sewa

diakui pada saat penyewa membeli objek sewa. Pemilik objek sewa mengakui keuntungan atau kerugian atas penjualan tersebut sebesar selisih antar harga jual dengan nilai buku bersih objek sewa Pencatatan yang dilakukan oleh BMI pada saat mengakui adanya perpindahan kepemilikan hak milik objek sewa sebesar harga cicilan dalam transaksi ijarah muntanhiyah bit tamlik telah sesuai dengan PSAK No.107

8. Bank Muamalat Indonesia dalam menyusun laporan keuangannya menggunakan asumsi dasar accrual basis, yaitu mengakui pendapatan dan beban pada saat terjadinya transaksi, kecuali untuk pendapatan yang ditujukan untuk bagi hasil

Asumsi dasar yang digunakan untuk membuat laporan keuangan adalah accrual basis, kecuali untuk pendapatan yang ditujukan untuk Untuk asumsi dasar yang digunakan untuk membuat laporan keuangan yang digunakan oleh BMI telah sesuai dengan PSAK

(25)

menggunakan cash basis. bagi hasil yaitu Menggunakan cash basis. No. 107 dan yaitu accrual basis, kecuali pendapatan yang ditujukan untuk bagi hasil yaitu menggunakan cash basis. Sumber : Data yang Diolah 2013

Tabel 4.3

Kesesuaian Penyajian Akuntansi Ijarah pada Bank Muamalat Indonesia dengan PSAK 107

Penyajian

No. Perlakuan Akuntansi Pada Bank Muamalat

Indonesia Perlakuan Akuntansi Menurut PSAK 107 Keterangan

1. Pada Bank Muamalat Indonesia, objek sewa yang dibeli sebesar harga perolehan dengan tujuan untuk disewakan kembali disajikan dalam neraca pada pos aktiva yang diperoleh untuk ijarah.

Objek sewa yang dibeli bank untuk disewakan kembali

disajikan dalam neraca pada pos aktiva ijarah.

Penyajian yang dilakukan oleh BMI untuk aktiva Ijarah yang diperoleh telah sesuai dengan PSAK 107. 2. Sedangkan untuk akumulasi penyusutan aktiva ijarah, BMI menyajikannya sebagai pos lawan dari aktiva yang diperoleh untuk ijarah.

Akumulasi penyusutan aktiva ijarah disajikan sebagai pos lawan (contra account) dari aktiva ijarah.

Penyajian yang dilakukan oleh

BMI untuk

akumulasi

penyusutan aktiva ijarah telah sesuai dengan PSAK 107. Sumber : Data yang Diolah 2013

(26)

Tabel 4.4

Kesesuaian Pengungkapan Akuntansi Ijarah Pada Bank Muamalat Indonesia dengan PSAK 107

Pengungkapan

No. Perlakuan Akuntansi Pada Bank Muamalat Indonesia

Perlakuan Akuntansi Menurut PSAK

107

Keterangan

1. Kebijakkan akuntansi yang

ada di BMI juga

diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan, yaiut kebijakkan bank dalam menggunakan metode penyusutan pada transaksi Ijarah dan Ijarah Muntanhiyah Bit Tamlik. Untuk transaksi ijarah, metode penyusutan yang dipakai adalah straight line method, sedangkan untuk transaksi Ijarah Muntanhiyah Bit Tamlik disusutkan sesuai dengan masa sewa.

Hal-hal yang harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan yaitu kebijakkan akuntansi yang digunakan oleh pihak-pihak atas transaksi Ijarah dan Ijarah Muntanhiyah Bit Tamlik. Pengungkapan yang dilakukan oleh BMI dalam hal

pengungkapan kebijakan

akuntansi yang ada di bank telah sesuai dengan PSAK 107.

Sumber: Data yang Diolah 2013

B. Perhitungan Leasing Sesuai dengan PSAK 30

Perhitungan leasing menggunakan contoh kasus yang hampir mirip dengan kasus dari Bank Muamalat hanya ada beberapa tambahan jenis nominalnya, ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara leasing dengan ijarah sesuai dengan PSAK 30 dan PSAK 107.

Contoh Kasus

PT. X yang bergerak di bidang rental membuat perjanjian lease dengan Bank Konvensional untuk mesin genset. Periode Lease 24 bulan (2 tahun) dimulai 17 Mei 2012, jatuh tempo pada tanggal 17 setiap bulannya.

(27)

Harga pembelian Rp. 100.000.000 Simpanan jaminan Rp. 40.000.000 Jumlah pembiayaan Rp. 60.000.000 Tingkat bunga flat : 18,90 % per tahun Biaya administrasi Rp. 500.000 Biaya transportasi Rp. 1.000.000

Pendapatan bunga yang ditanguhkan = Rp. 60.000.000 x 18,90 % x 2 = Rp. 22.752.000

Jumlah piutang = Rp. 60.000.000 + Rp. 22.752.000 = Rp. 82.752.000

Anguran per bulan = Rp. 82.752.000 / 24 = Rp. 3.448.000 Jurnal yang dicatat:

1. Jurnal pada awal periode lease

Aktiva tetap lease Rp.100.000.000

Hutang pada lease Rp. 60.000.000

Simpanan jaminan Rp. 40.000.000

Hutang pada lesee Rp. 60.000.000

Pendapatan jasa administrasi Rp. 500.000

Hutang lain-lain Rp. 1.000.000

Bank rekonsiliasi dislokasi kredit Rp. 58.500.000

2. Jurnal penerimaan angsuran jatuh tempo (penerimaan lease)

Kas Rp. 3.448.000

(28)

Pendapatan bunga yang ditangguhkan Rp. 1.650.000

Pendapatan bunga yang sudah direalisasikan Rp. 1.650.000

3. Jurnal pelunasan (lessee melunasi secara normal 17 April 2014)

Kas Rp. 3.448.000

Piutang Rp. 3.448.000

Pendapatan bunga yang belum direalisasi Rp. 88.460

Pendapatan bunga yang sudah direalisasi Rp. 88.460

4. Apabila lessee melakukan kelalaian sesuai dengan perjanjian maka lessor akan menarik mesin genset

Piutang barang tarikan Rp. xxx

Piutang lease Rp. xxx (jumlahnya sesuai dengan sisa hutang lease)

5. Jurnal mengakui pendapatan bunga

Piutang lease Rp. 82.752.000

Nilai residu Rp. 40.000.000

Aktiva tetap lease Rp. 100.000.000

Pendapatan bunga yang ditangguhkan Rp. 22.752.000

6. Jurnal mengakui pendapatan denda

Misal PT X membayar angsuran leasing tanggal 22 Juli 2012, maka tanggal 22 Juli 2012 bank akan mengenakan denda pada PT X sebesar

(29)

Kas Rp. 3.827.280 Pendapatan denda Rp. 379. 280 Piutang lease Rp. 3.448.000

7. Jurnal mengakui pendapatan penalti

Misal PT X melunasi seluruh hutang leasenya pada tanggal 28 Juli 2013. Sisa pokok pembiayaan Rp. 27.165.310. Besarnya penalti yang dikenakan pada PT x adalah

= 0.5% x Rp. 27.165.310 = Rp. 135.827

Kas Rp. 135.827

Pendapatan penalti Rp. 135.827

8. Jurnal mengakui pendapatan administrasi

Kas Rp. xxx

Pendapatan administrasi Rp. xxx (Jumlahnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku)

9. Jurnal pada saat lessee membeli aktiva lease

Misal PT X sebelum akhir periode ingin membeli mesin genset tersebut.

Kas Rp. xxx

Aktiva tetap Rp. xxx

(30)

C. Analisis Perbedaan Antara Pembiayaan Konvensional (Leasing) PSAK 30 dan Pembiayaan Syariah (Ijarah) PSAK 107

Dari pengertian di BAB II tentang leasing dan ijarah, sudah jelas bahwa leasing tidak sama dengan ijarah. Menurut PSAK 30 pengertian Leasing adalah suatu perjanjian dimana lessor memberikan kepada lessee hak untuk menggunakan suatu asset selama periode waktu yang disepakati. Sebagai imbalannya, lessee melakukan pembayaran atau serangkaian pembayaran kepada lessor. Sedangkan menurut PSAK 107 pengertian dari Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu asset dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah) tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikkan aset itu sendiri.

Jelaslah leasing tidak sama dengan pembiayaan ijarah. Leasing tunduk pada Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian dan Menteri Perdagangan no.KEP122/MK, no.32/M/SK, no. 30/Kpb semuanya tahun 1974. Yang dirinci dalam KMK no.649, Pengumuman Dirjen Moneter no.Peng-307; untuk aspek perpajakan diatur dalam KMK no.650, semuanya tahun 1974. Setelah berbagai aturan yang dikeluarkan di tahun 1974, ada beberapa peraturan lagi yang mengatur tentang leasing, termasuk untuk aspek perpajakan yang diatur dalam UU no.18/2000 dan PP 143 & PP 144 tahun 2000.Sedangkan pembiayaan ijarah tunduk pada UU no.10/1998, SK Dir BI no.32/34/1999, dan berbagai ketentuan perbankan lainnya.

(31)

Dari contoh kasus dari masing-masing juga terdapat perbedaan antara Ijarah dengan Leasing. Dalam Leasing mengakui adanya pendapatan bunga, pendapatan administrasi, pendapatan denda, pendapatan penalty. Sedangkan dalam Ijarah hanya ada pendapatan administrasi. Selain itu, perbedaannya terdapat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.5

Perbedaan antara Pembiayan Leasing dengan Ijarah

No. Item Ijarah Leasing

1. Objek Manfaat barang dan jasa Manfaat barang saja.

2. Metode Pembayaran Tergantung dan tidak tergantung pada kinerja objek sewa.

Tidak tergantung pada kondisi barang yang disewa

3. Alih Kepemilikkan Sangat jelas: Ijarah – tidak ada IMBT – ada Tidak semuanya jelas: Operating lease – tidak ada Financial lease – ada pilihan untuk membeli atau tidak pada akhir periode. 4. Sewa Beli Tidak boleh karena ada

unsure gharar ( tidak jelas) antara sewa dan beli

Boleh

5. Sale and Lease Back Boleh Boleh

Sumber: Data yang Diolah 2013 a. Objek

Objek yang disewakan dalam leasing hanya berlaku untuk sewa menyewa barang saja, terbatas pada manfaat barang saja, tidak berlaku untuk manfaat tenaga kerja. Sedangkan objek yang disewakan dalam ijarah bisa berupa barang dan jasa/tenaga kerja. Ijarah bila diterapkan untuk

(32)

mendapatkan manfaat barang disebut sewa menyewa dan untuk mendapatkan manfaat tenaga kerja/jasa disebut upah mengupah. Objek yang disewakan dalam ijarah adalah manfaat barang dan manfaat tenaga kerja. Dengan demikian, bila dilihat dari segi objeknya, ijarah mempunyai cakupan yang lebih puas dari pada leasing.

b. Metode Pembayaran

Dari segi metode pembayaran, leasing hanya memiliki satu metode pembayaran yaitu yang bersifat not contingent to finance artinya pembayaran tidak tergantung pada kinerja objek yang disewa.

Pembayaran ijarah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ijarah yang pembayarannya tergantung pada kinerja objek yang di sewa (contingent to formance) dan ijarah yang pembayarannya tidak tergantung pada kinerja objek yang disewa (not contingent to formance). Ijarah yang pembayarannya tergantung pada kinerja objek yang disewa disebut ijarah, gaji dan sewa. Sedangkan ijarah yang pembayarannya tidak tergantung pada kinerja objek yang disebut jualan atau success fee.

c. Pemindahan Kepemilikkan (Transfer of aTitle)

Dari aspek perpindahan kepemilikkan dalam leasing dikenal dua jenis yaitu operating lease dimana tidak terjadi pemindahan kepemilikkan baik di awal maupun di akhir periode sewa dan financial lease sebaliknya. Ijarah sama seperti operating lease yakni tidak ada transfer of title baik di awal maupun di akhir periode, namun pada akhir sewa dapat dijual barang yang disewakan kepada nasabah yang dalam perbankan syariah dikenal

(33)

dengan ijarah muntanhiyah bit tamlik. Harga sewa dan harga jual disepakati paa awal perjanjian.

Referensi

Dokumen terkait

Dampak perjuangan yang dilakukan oleh Raja Purnawarman bagi rakyat Tarumanegara berupa ladang milik mereka mendapatkan air dari aliran sungai sehingga menjadi subur dan tidak

Agar bahan bakar dapat dimasukkan ke dalam silinder dengan cara tepat diperlukan suatu mekanisme yang sangat teliti dan dapat dipercaya.(P.Vaan Maanen Hal.4.8 Jilid.1

Kata kunci: Senggani, Melastoma malabathricum, daya hambat, tanaman obat, Trichophyton mentagrophytees, Candida albicans, ekstrak etanol, difusi,

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa variabel Lokasi, Keragaman Produk, dan Promosi Penjualan memberikan kontribusi terhadap peningkatan keputusan pembelian

Melakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui efektifitas kombinasi RJMA dengan menggunakan dosis yang lebih tinggi (>36 mg) yang mampu menurunkan kadar PGE2 serum

Perubahan terjadi karena jarak , sertakemampuan gerak yang ondisi arus dan gelombang tinggi menyebabkan Hasil koreksi data kedalaman laut menunjukkan bahwa

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengetahui gambaran karakteristik pasien HIV yang sedang menjalani terapi ARV di Poli rawat Jalan RSUD Raden Mattaher

Hasil uji statistik di peroleh nilai ρ value =0,000, maka dapat disimpulkan secara statistik pada alpa 5% ada hubungan yang signifikan antara penggunaan kontrasepsi