Drs.Zulkifli,Apt
BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI PADANG
PENGAWASAN TERHADAP PEREDARAN
OBAT,OT,KOSMETIK DI SARANA KEFARMASIAN
1
Nama : Drs. Zulkifli, Apt.
Lahir : Pasir Kandang
NIP : 19640101 199401 1 001 Pangkat / Gol : Pembina Tk I/ IV b
Jabatan : Kepala Balai Besar POM di Padang
Alamat : Pasir Kandang,Kel Pasie Nan Tigo,Kec Koto Tangah:
Hp. 0811737841.
Riwayat Pekerjaan :
- Staf Pengujian obat (1994)
- Staf Pemeriksaan Obat (1995-2000)
-. KaSubsi Pemeriksaan Obat.(2000-2004)
- Kasi Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen(2004-2010) - Kepala Balai POM Bengkulu(2010- 2015)
- Kepala Balai Besar POM di Padang (2015- sekarang)
- Penyidik Pegawai Negeri Sipil BPOM (1995-sekarang)
3
4. PERATURAN PERUNDANG UNDANG
OUTLINE
1.
2. PENGAWASAN & TINDAK LANJUT
3. PERAN APOTEKER YANG DIHARAPKAN
5. KESIMPULAN PENDAHULUAN
1. PENDAHULUAN
Berita Hangat Minggu ini...
5
Obat Ilegal
7
KONDISI SAAT INI
Perubahan Lingkungan Strategis dan Kondisi Yang Diharapkan
•Maraknya produk impor
•Perubahan gaya hidup
•Kemajuan teknologi (iklan online)
•Pengadaan obat secara besar- besaran JKN
PERUBAHAN
LINGKUNGAN STRATEGIS?
Perubahan global
Harapan masyarakat dan suprastruktur Komitmen Indonesia
Obat Palsu/
Ilegal / substandar marak beredar
•BPOM yang mampu mengawal keamanan, mutu dan
khasiat/manfaat OM beredar
•Produsen/pelaku usaha yang bertanggung jawab
•Masyarakat yang berdaya untuk melindungi diri
PRODUSEN / PELAKU
Keamanan, mutu, khasiat/manfaat Obat dan
makanan meningkat
• Kesehatan masyarakat meningkat
• Daya saing obat dan makanan nasional meningkat
PEMERINTAH SEBAGAI REGULATOR
Tenaga Kefarmasian
Fasilitas
Kefarmasian Komoditas
Industri PBF Apotik Toko obat
Apoteker
Tenaga Teknis Kefarmasian
Sarana pelayanan lainnya
Praktik Kefarmasian
Kemkes, Dinkes, BPOM,
Asosiasi pelaku usaha
Kemkes,Dinkes, KFN, IAI
Kemkes Dinkes BPOM Sediaan
Farmasi IFRS
9
Pengadaan dari Sumber Legal & dokumen lengkap
Pengelolaan & Penyimpanan untuk Jaga Mutu (identitas, suhu dan kelembaban)
Penyerahan atas dasar penggunaan oleh pasien melalui KIE :
- Obat (risiko tinggi) atas resep dokter
- Informasi dosis, cara penggunaannya, efek samping dll
Peran Apoteker Dalam Pelayanan Kefarmasian
Sarana Tempat Praktek Kefarmasian oleh
Apoteker dengan menerapkan Standar Pelayanan
Kefarmasian
Pentingnya Peran APOTEKER
UU No 36/2009 ttg Kesehatan
- Praktek kefarmasian sesuai keahlian & kewenangan
- Prakter kefarmasain oleh non farmasi pelanggaran pidana
PP No 51/2009 ttg
Pekerjaaan Kefarmasian
Apoteker bertanggungjawab atas pengadaan, penyimpanan dan pelayanan/penjualan obat-
Permenkes No 35/2014 ttg Standar Pelayanan Kefarmasian - Pembinaan dan Pengawasan
oleh Menteri, Kepala Dinkes Propinsi, Dinkes Kab/Kota dan dapat melibatkan Organisasi Tenaga
Kefarmasian
Komoditas Fasilitas
Kefarmasian
Ekonomi
T eknologi Sosial
Posisi Strategis Sediaan Farmasi
11
- Awareness
masyarakat dalam menggunakan sediaan farmasi - Kesehatan
masyarakat - Bisnis berkembang - Berdaya saing
- Memenuhi syarat (aman, bermutu, berkhasiat)
Masyarakat Sehat dan Sejahtera
- Implementasi GMP - Optimalisasi proses - Inovasi
2. PENGAWASAN SARANA PELAYANAN
FARMASI & TINDAK LANJUT
13
Kota Kota Kota Kota Kota Kota Kota Kab Kab Kab Kab Kab Kab Kab Kab Kab Kab Kab Kab PDG BKT PPJ PARIS PYK SWT SLK AGAM DRMY SJJ 50 Kt PdPr PasBar PSM PESSEL SLK SolSel TADARKep MW JMLH
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
A OBAT
1 Rumah Sakit (P) 3 3 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 25
2 Rumah Sakit (S) 17 3 1 2 2 0 0 0 0 0 0 0 1 2 0 0 0 0 0 28
3 Gudang Farmasi /IFK 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 38
4 Puskemas 19 7 4 7 8 5 4 22 9 12 22 23 17 16 18 16 8 23 5 245
5 PBF 41 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 42
6 Apotek 181 53 18 15 29 6 27 34 21 11 17 11 19 7 13 5 13 16 0 496
7 Toko Obat 19 10 5 6 13 6 1 20 10 34 19 10 15 12 13 12 8 16 8 237
8 Klinik 0
9 RS Bersalin
10 NAPZA 0
JUMLAH 282 78 32 33 55 20 36 79 43 105 61 48 55 40 47 36 32 58 16 1111
DATA SARANA DISTRIBUSI DAN PELAYANAN OBAT PROPINSI SUMATERA BARAT
NO NAMA SARANA
JUMLAH SARANA DISTRIBUSI
APOTEK
APOTEK APOTEK RAKYAT
Permenkes :1332/2002 Permenkes : 284/2007
1. Apotek Rakyat 2. Apotek Group
3. Apotek Awalnya Toko Obat 4. Apotek dan PBF
5. Apotek dan Toko Obat 6. Apotek PSA nya Paramedis 7. Apotek PSA nya dokter 8. Apotek PSA nya Apoteker 9. Apotek dan Klinik
1. Apotek Awalnya Toko Obat
Tujuan Pengawasan
Untuk melindungi masyarakat dari pengguna an obat , obat tradisional(jamu), kosmetik
dan pangan yang dapat berisiko terhadap kesehatan…..
Jadi suatu produk itu harus memenuhi : persyaratan Keamanan, mutu dan
kemamfaatan
SARANA PRODUK
1. Sarana Produksi a. obat
b. obat tradisional c. kosmetik
d. Pangan olahan 2. Sarana Distribusi
a. Obat(PBF,GFK) b. pangan
3. Sarana Pelayanan Kes (Apt,PKM,RS,Klinik,TO)
1. Obat,Nar,Psiko 2. Obat tradisional 3. Kosmetika
4. Suplemen Kesehatan 5. Pangan Olahan
Sarana Produksi
Registrasi
(data khasiat,
keamanan dan mutu)
Persetujuan izin edar
& Persetujuan
informasi produk dan penandaan/label
Konsistensi Keamanan Konsistensi informasi
Pengawasan
Promosi/iklan dan Penandaan
Konsistensi Mutu
- Pemeriks aan sarana produksi & distribusi - Sampling dan
pengujian
Tahapan Pengawasan Sediaan Farmasi Yang Memerlukan Peran Apoteker
PP 72/th 1998 ttg Sediaan Farmasi
Badan POM
Obat, Bahan Obat, Obat Tradisional, Kosmetika dan Alkes
POST-MARKET PRE-MARKET
Pengembangan Produk
Keterangan : 1) CPB = Cara Pembuatan yang Baik; 2) MESO = Monitoring Efek Samping Obat; MESOT = Monitoring Efek Samping Obat Tradisional; MESKOS = Monitoring Efek Samping Kosmetik; KIPI = Kejadian
Ikutan Paska Imunisasi; PMS = Post Marketing Surveilance 17
Temuan Hasil Pengawasan Produk
Peningkatan temuan obat palsu antikonvulsi (diazepam,
fenobarbital), disfungsi ereksi (sildenafil, tadalafil, vardenafil), antitusif opioid (codein)
Antibiotik, Analgesik, Anti Inflamasi Steroid (AIS),
Antihistamin dan Vitamin paling banyak ditemukan Tidak Memenuhi Syarat (TMS)
Beberapa Mutu vaksin tidak terjaga mutunya karena penyimpanan tidak sesuai
Diversi obat di Apotek dan PBF (contoh : Tramadol dan Triheksifenidil)
Obat Tradisional mengandung Bahan Kimia Obat (BKO) dan cemaran mikroba cukup tinggi.
Kosmetika mengandung bahan berbahaya
P
O
S
T
M
A
R
K
E
T
Temuan Hasil Pengawasan Sarana
Apotek dan Apotek Rakyat yang menjual obat palsu
Peningkatan pelanggaran Napza (temuan terbanyak PBF diikuti
Apotek, RS, Industri Farmasi, Puskesmas, dan Pusat Terapi Rumatan Metadon (PTRM)
Operasional PBF tanpa Apoteker Penanggung Jawab (APJ), lokasi tidak sesuai izin, penyaluran obat tidak dapat
dipertanggungjawabkan, penyaluran obat ke sarana tidak berwenang dan penyaluran obat tidak berdasarkan surat pesanan
Sarana distribusi kosmetika menyalurkan kosmetika Tanpa Izin Edar (TIE)
Sarana distribusi obat tradisional menyalurkan obat tradisional mengandung Bahan Kimia Obat (BKO)
19
Sarana Distribusi dan Pelayanan Kefarmasian
P
O
S
T
M
A
R
K
E
T
Temuan Hasil Pengawasan Sarana
• Apoteker bekerja di Apotek tidak fulltime
• Beberapa form Surat Pesanan (SP) sudah ditandatangani, namun tidak terkontrol penggunaannya
• Beberapa pengadaan dengan Surat Pesanan (SP) ditandatangani tenaga non farmasi
• Penjualan obat keras tanpa resep antara lain antibiotika
• Fasilitas penyimpanan vaksin/cold chain product di beberapa Apotek tidak sesuai untuk jaga mutu vaksin
• Pengadaan narkotika RS melalui tender di PBF non penyalur narkotika (beberapa ditemukan codein palsu)
• Beberapa Apotek meracik kosmetika jumlah besar untuk dijual
Beberapa Apotek meracik
kosmetika jumlah besar untuk dijual
• Penjualan obat keras secara online
P O S T M A R K E T
Sarana Distribusi dan Pelayanan Kefarmasian
21
23
25
27
29
31
33
35
PEMBERIAN SANKSI TERHADAP APOTEK, PEDAGANG ECERAN/TOKO OBAT
1. Rekomendasi Peringatan, jika:
– ditemukan pelanggaran sedang (mayor); atau
– ditemukan pelanggaran ringan (minor) dalam 3 (tiga) kali inspeksi, atau
2. Rekomendasi PSK, jika:
ditemukan pelanggaran berat (kritikal);
ditemukan pelanggaran sedang (mayor) dalam 3 (tiga) kali inspeksi dalam kurun waktu maksimal 3 (tiga) tahun; atau
melakukan pelanggaran pidana.
3. Rekomendasi Pencabutan Izin, jika:
fasilitas berubah fungsi dan tidak ada aktivitas pelayanan kefarmasian pada alamat seperti tertuang dalam izin; atau
ditemukan pelanggaran berat (kritikal) dalam 3 (tiga) kali inspeksi dalam kurun waktu maksimal 3 (tiga) tahun.
Pemberian Sanksi Terhadap IFRS, puskesmas, instalasi farmasi dan klinik milik pemerintah 1. Rekomendasi Perbaikan, jika :
– ditemukan pelanggaran sedang (mayor) dan/atau berat (kritikal); atau
– ditemukan pelanggaran ringan (minor) dalam 3 (tiga) kali inspeksi.
2. Terhadap pelanggaran berat (kritikal) yang termasuk dalam tindak pidana, sanksi
mengacu pada Sanksi Pidana.
Pemberian Sanksi Terhadap IFRS, klinik
1. Rekomendasi Peringatan, jika :
– ditemukan pelanggaran sedang (mayor) dan/atau berat (kritikal); atau
– ditemukan pelanggaran ringan (minor) dalam 3 (tiga) kali inspeksi.
2. Terhadap pelanggaran berat (kritikal) yang termasuk dalam tindak pidana, sanksi
mengacu pada Sanksi Pidana.
1. Dinkes Kab/kota dapat mencabut izin apotik apabila :
a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi ketentuan yg dimaksud pasal 5 (SIK/SP, Tidak menjadi APA di apotik lain).
b. Apoteker tidak memenuhi kewajiban dimaksud dalam pasal 12 (menyediakan, menyimpan, menyerahkan obat yg bermutu) dan Pasal 15 ayat (2)( tidak mengganti obat generik dg paten)
c. APA terkena ketentuan dimaksud dalam pasal 19 ayat (5)(APA berhalangan lebih 2 tahun)
d. Terjadi pelanggaran terhadap ketentuan peraturan per UU
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31(melanggar UU Narkotika, UU Obat Keras, UU Kesehatan.
Kepmenkes No 1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan Peraturan Menkes RI No 922/MENKES/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek.
PENCABUTAN SURAT IZIN APOTEK
e. SIK APA dicabut
f. PSA terbukti terlibat dalam pelanggaran Perundang- undangan di bidang obat
g. Apotik tidak lagi memenuhi persyaratan dimaksud dalam pasal 6 (ada kerjasama APA dg PSA, melakukan kegiatan pelayanan)
(2). Kepala Dinkes Kab/kota sebelum melakukan pencabutan Izin berkoordinasi dengan Kepala Balai POM
(1) Pelaksanaan Pencabutan Izin Apotik sebagaimana dimaksud, dalam Pasal 25 huruf (g) dilakukan setelah dikeluarkan :
a. Peringatan secara tertulis kepada APA sebanyak 3 kali ber- turut-turut dg tenggang waktu masing-masing 2(dua) bulan b. Pembekuan Izin Apotik untuk jangka waktu selama-lamanya
6 (enam) bulan sejak ditetapkan pembekuan kegiatan apotik (2) Pembekuan Izin Apotik dapat dicairkan kembali apabila apotik
telah membuktikan memenuhi segala persyaratan sesuai dg ketentuan.
(3) Pencairan Izin Apotik dilakukan setelah menerima Laporan dr Tim Pemeriksa Dinkes Kab/kota.
PEMBINAAN Pasal 30
1. Pembinaan dilakukan secara berjenjang dari Pusat sampai Daerah
2. Dalam pelaksanaan Pembinaan dan pengawasan Apotik dilaksanakan oleh Depkes, Dinkes dan Badan POM
3. Tata cara pemeriksaan menggunakan Form APT-16
43
KASUS
Contoh Iklan
47
Contoh Jamu BKO banyak dijual saat ini...
PELANGGARAN KOSMETIKA
Kos Ilegal di pasar tradisional
Kos ilegal/ mgd BB di Apotik/klinik kecantikan dan salon:
• Meracik/memproduksi sendiri dlm jumlah banyak
• Meracik/memproduksi sendiri kos mengandung obat
• Memiliki apotek yang meracik dan menyimpan dalam jumlah banyak
• Melakukan pemesanan kos ilegal/ mgd BB kepada pihak lain/
produsen
• Mendistribusikan (mengedarkan) kos racikan/produksi sendiri ke klinik kecantikan/salon cabang
PENEGAKAN HUKUM OBAT & MAKANAN
Pengerebekan Kosmetik
Pengerebekan Obat Tradisional
Pengerebekan OT & Kosmetik
PENGAMANAN PRODUK
3. PERAN APOTEKER YANG DIHARAPKAN
55
Apotek, IFRS, Klinik &
Puskesmas
Industri Sediaan Farmasi
Distributor &
Sarana Distribusi Pemerintah
Resep Dokter
Pengawasan Sarana (Inspeksi)
Pengawasan Produk ( Sampling &
Pengujian )
Pengawasan Sediaan Farmasi Yang Memerlukan Peran Apoteker (2)
Peran Strategis Apoteker dalam setiap Lini untuk menjamin Keamanan,
Pengadaan dari Sumber Legal & dokumen lengkap
Pengelolaan & Penyimpanan untuk Jaga Mutu (identitas, suhu dan kelembaban)
Penyerahan atas dasar penggunaan oleh pasien melalui KIE :
- Obat (risiko tinggi) atas resep dokter
- Informasi dosis, cara penggunaannya, efek samping dll
Peran Apoteker Dalam Pelayanan Kefarmasian
Sarana Tempat Praktek Kefarmasian oleh
Apoteker dengan menerapkan Standar Pelayanan
Kefarmasian
Pentingnya Peran APOTEKER
UU No 36/2009 ttg Kesehatan
- Praktek kefarmasian sesuai keahlian & kewenangan
- Prakter kefarmasain oleh non farmasi pelanggaran pidana
PP No 51/2009 ttg
Pekerjaaan Kefarmasian
Apoteker bertanggungjawab atas pengadaan, penyimpanan dan pelayanan/penjualan obat- obatan
Permenkes No 35/2014 ttg Standar Pelayanan Kefarmasian - Pembinaan dan Pengawasan
oleh Menteri, Kepala Dinkes Propinsi, Dinkes Kab/Kota dan dapat melibatkan Organisasi Profesi
Tenaga Kefarmasian
Komoditas Fasilitas
Kefarmasian
57
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
1. Pengelolaan sediaan farmasi, Alkes, Bahan Medis Habis Pakai 2. Pelayanan Farmasi Klinik
1. Pengelolaan Sediaan Farmasi a. Perencanaan
b. Pengadaan c. Penerimaan d. Penyimpanan e. Pemusnahan f. Pengendalian
g. Pencatatan dan pelaporan
2. Pelayanan Farmasi Klinis a. Pengkajian Resep b. Dispensing
c. Pelayanan Informasi Obat(PIO) d. Konseling
e. Pelayanan Kefarmasian di rumah f. Pemantauan Terapi Obat (PTO) g. Monitoring Efek Samping Obat
(MESO)
Permenkes No 35 tahun 2014
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
1. Pengelolaan sediaan farmasi, Alkes, Bahan Medis Habis Pakai 2. Pelayanan Farmasi Klinik
1. Pengelolaan Sediaan Farmasi a. Pemilihan
b. Perencanaan kebutuhan c. Pengadaan
d. Penerimaan e. Penyimpanan f. Pendistribusian
g. Pemusnahan dan penarikan h. Pengendalian
i. administrasi
2. Pelayanan Farmasi Klinis
a. Pengkajian dan pelayanan Resep
b. Penelusuran riwayat penggunaan obat c. Rekonsiliasi Obat
d. Pelayanan Informasi Obat(PIO) e. Konseling
f. visite
g. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
h. Monitoring Efek Samping Obat (MESO) i. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)
j. Dispensing sediaan steril
k. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah Permenkes No 58 tahun 2014
Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
1. Pengelolaan sediaan farmasi, Alkes, Bahan Medis Habis Pakai 2. Pelayanan Farmasi Klinik
1. Pengelolaan Sediaan Farmasi a. Perencanaan kebutuhan b. Permintaan
c. Penerimaan d. Penyimpanan e. Pendistribusian f. Pengendalian
g. Pencatatan dan pelaporan, dan pengarsipan
h. Pemantauan dan evaluasi Pengelolaan
2. Pelayanan Farmasi Klinis
a. Pengkajian Resep , penyerahan obat dan pemberian informasi obat
b. Pelayanan nformasi Obat(PIO) c. Konseling
d. Ronde/visite pasien (rawat inap) e. Pemantauan dan pelaporan efek
samping Obat
f. Pemantauan Terapi Obat g. Evaluasi Penggunaan
Permenkes No 30 tahun 2014
Peran Apoteker
N
o Aspek Kondisi Saat Ini Harapan
1
Sarana Produksi Sediaan Farmasi
• Personal kunci fresh graduate, tidak
kompeten
• Kompetensi apoteker tidak sesuai dengan bidang kerjanya
• Pemahaman terhadap UU, persyaratan CPOB, farmakovigilans, teknologi dan proses
pembuatan
• Pengalaman dalam proses produksi
• Pengawalan secara ketat pemenuhan mutu dalam proses produksi & pengujian
2
Sarana Distribusi Sediaan Farmasi
• Apoteker kurang
memahami peraturan.
• Kondisi lingkungan kerja tidak mendukung
kewenangan Apoteker
• Pemahaman terhadap UU, persyaratan CDOB
• Peran serta peningkatan pemenuhan CDOB di sarana distribusi
• Menjaga integritas rantai suplai termasuk vaksin/cold chain product (CCP)
3
Sarana Pelayanan Kefarmasian
• Apoteker umumnya tidak bekerja full time sehingga tidak ada kontrol terhadap
pengadaan, penyimpanan dan pelayanan
• Beberapa Apoteker hanya berperan untuk
menandatangani Surat Pesanan (SP)
• Memahami dan melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan, Standar Pelayanan Kefarmasian (CPFB)
• Melaksanakan penyerahan obat dengan memberikan informasi
• Monitoring pasien di Rumah Sakit
• Menjaga integritas suplai obat termasuk vaksin/cold chain product (CCP)
61
SDM berkualitas Memiliki
Kompetensi
Komitmen pada organisasi
Selalu bertindak cost-effectiveness Bertindak selaras
antara tujuan pribadi dan tujuan
organisasi
- Knowledge - Skills
- Attitude Pelatihan
Penetapan Standar Kompetensi terkini
Kompetensi
Sertifikat
4. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG PERLU DIPAHAMI
63
TENAGA KEFARMASIAN
UU No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
UU No 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
PP No 51 tahun 2009 tentang Tenaga Kefarmasian
- Permenkes No 889 tahun 2011 tentang Registrasi, Izin Praktek dan Izin Kerja
- Permenkes No 35 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotik
- Permenkes No 58 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
- Permenkes No 30 tahn 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
PREKURSOR
UU No 35 tahun 2009 tentang NARKOTIKA PP No 44 tahun 2010 tentang Prekursor
PP No 40 tahun 2013 tentang Pelaksanaan UU No 35 tahun 2009
- Peraturan Kepala Badan POM RI No 40 tahun 2013 tentang Pedoman Pengelolaan Prekursor farmasi dan obat mengandung Prekursor
Farmasi
- PerKaBadan POM RI No 7 tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Obat-obat Tertentu(OOT) yang sering disalah gunakan
Permenkes No 3 tahun 2015 tentang Peredaran,Penyimpanan,Pemus Nahan,dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika dan Prekursor
Farmasi
Permenkes No 3 tahun 2015
tentang
Peredaran,Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan
Prekursor Farmasi
67
Defenisi
Obat-Obat Tertentu yang Sering Disalahgunakan, yang
selanjutnya disebut dengan Obat-Obat Tertentu, adalah obat- obat yang bekerja di sistem susunan syaraf pusat
selain Narkotika dan Psikotropika, yang pada penggunaan di atas dosis terapi dapat menyebabkanketergantungan dan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku, terdiri atas obat-obat yangmengandung Tramadol, Triheksifenidil,
Klorpromazin,Amitriptilin dan/atau Haloperidol
.Ruang Lingkup
OOT
a. Tramadol;
b. Triheksifenidil;
c. Klorpromazin;
d. Amitriptilin; dan/atau e. Haloperidol.
1.Pelayanan Kesehatan 2. Ilmu Pengetahuan
5. KESIMPULAN
69
Kesimpulan
1. Pelanggaran pengelolaan sediaan farmasi di sarana
produksi, distribusi dan sarana pelayanan kesehatan pada umumnya karena kurang kuatnya posisi Apoteker yang disebabkan faktor kompetensi (knowledge, skills dan attitude)
2. Apoteker harus memiliki kompetensi yang sesuai dengan bidang kerjanya
3. Peran aktif Apoteker diperlukan untuk menjamin
keabsahan, mutu dan khasiat obat dimulai dari sarana produksi sampai ke pasien
4. Peningkatan kompetensi Apoteker dilaksanakan melalui kerjasama antara pemerintah, perguruan tinggi, Industri, PBF dan asosiasi pelaku usaha serta IAI/asosiasi profesi.
5. Diperlukan review regulasi dan implementasinya untuk
peningkatan efektivitas pembinaan dan pengawasan
Berkah (Berkarya dengan Sepenuh Hati) memberdayakan masyarakat untuk berubah
MASYARAKAT SEHAT, SEJAHTERA DAN BERKEADILAN
71
Drs.Zulkifli,Apt