• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KEGIATAN DOA BERSAMA TERHADAP KEPRIBADIAN ROHANI ANAK PANTI ASUHAN SANTA MARIA DAN BRAYAT PINUJI BANJARASRI KALIBAWANG KULON PROGO YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH KEGIATAN DOA BERSAMA TERHADAP KEPRIBADIAN ROHANI ANAK PANTI ASUHAN SANTA MARIA DAN BRAYAT PINUJI BANJARASRI KALIBAWANG KULON PROGO YOGYAKARTA"

Copied!
179
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KEGIATAN DOA BERSAMA TERHADAP KEPRIBADIAN ROHANI ANAK PANTI ASUHAN SANTA MARIA DAN BRAYAT PINUJI BANJARASRI KALIBAWANG KULON PROGO YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh

Dedimus Berangka NIM: 071124009

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada

Semua orang yang telah ikut membantu dan mendukung dalam penyusunan skripsi ini, terutama kepada orang yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk menjalankan tugas perutusan studi di Jurusan Ilmu Pendidikan,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

(5)

v MOTTO

Ukuran manusia menjadi pribadi yang benar-benar hebat adalah sejauh mana ia berkarya bagi kesejahteraan sesamanya.

(6)
(7)
(8)

viii ABSTRAK

Skripsi ini berjudul PENGARUH KEGIATAN DOA BERSAMA TERHADAP KEPRIBADIAN ROHANI ANAK PANTI ASUHAN SANTA MARIA DAN BRAYAT PINUJI BORO. Penulis memilih judul ini berdasarkan fakta bahwa anak-anak Panti Asuhan Santa Maria dan Brayat Pinuji Boro selalu hadir dan terlibat pada kegiatan doa bersama, sehingga memberikan pengaruh berbeda terhadap kepribadian rohani mereka. Skripsi ini bertujuan untuk melihat seberapa besar pengaruh kegiatan doa bersama terhadap kepribadian rohani.

Kegiatan doa bersama merupakan suatu usaha untuk membangun persaudaraan dan iman yang satu, untuk ikut ambil bagian dalam menanggapi dan mewujudkan rencana Allah di dunia. Kegiatan doa bersama merupakan bagian dari pendidikan agama di panti asuhan dalam bentuk perayaan Ekaristi, doa malam dan doa makan bersama. Sementara kepribadian rohani ialah kepribadian yang beriman dalam bimbingan Roh Kudus untuk berjuang bersama Kristus mewujudkan Kerajaan Allah melalui pengetahuan, perasaan dan naluri yang dimilikinya. Kepribadian rohani dipengaruhi oleh faktor ingkungan sosial, lingkungan fisik, pendidikan agama dan kehendak bebas. Adapun hipotesis penelitian ini adalah, Ho: tidak ada pengaruh doa bersama terhadap kepribadian rohani anak Panti Asuhan Santa Maria dan Brayat Pinuji Boro, Ha: terdapat pengaruh doa bersama terhadap kepribadian rohani anak Panti Asuhan Santa Maria dan Brayat Pinuji Boro.

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif berbentuk regresi menggunakan teknik purposive sampling. Populasi anak Panti Asuhan Santa Maria Dan Brayat Pinuji yang menjadi sampel penelitian ini adalah anak dengan jenjang pendidikan kelas III SD sampai dengan IX SLTP yang berjumlah 93 orang dengan pertimbangan mereka sudah mampu dan ikut terlibat dalam kegiatan doa bersama di panti asuhan dan sudah bisa mengerjakan soal dengan baik. Instrumen yang digunakan ialah skala sikap diferensial semantik yang dikembangkan dalam 15 pernyataan yang berkaitan dengan doa bersama dan 25 pernyataan kepribadian rohani. Dari 93 responden, data yang bisa diolah sebanyak 90, sedangkan 3 data memiliki jawaban tidak lengkap. Dari hasil uji validitas pada taraf signifikansi 5%, N 90 orang dengan nilai kritis 0,207 diperoleh 0,26 - 0,72 yang menyatakan semua item adalah valid. Sedangkan dari hasil uji reliabilitas diperoleh alpha sebesar 0,707, dengan ini dinyatakan butir-butir instrumen dinyatakan reliabel.

(9)

ix ABSTRACT

This thesis is lutitled THE INFLUENCE OF PRAYING TOGETHER ON THE ORPHANS SPIRITUALITY OF SANTA MARIA ORPHANAGE CHILDREN AND BRAYAT PINUJI BORO. The author chose this topic based on the fact that the children of Santa Maria Orphanage and Brayat Pinuji Boro always attend and engange in praying together and these have a different effect on their spirituality. This thesis aims to see how much influence the activities of prayers on their spirituality life is.

Praying together is an attempt to build brotherhood and one faith, to take part in responding to and realizing the plan of God in the world. Praying together is a part of religious education at an orphanage in the form of the celebration of the Eucharist, prayers and praying before eating. While the spiritual personality is a personality in the guidance of the Holy Spirit to manifest Christ's struggle with the Kingdom of God through knowledge, feelings and instincts they have had. Their spiritual personality is influenced by social environment, physical environment, education, religion and free will. The hypothesis of this study is, Ho: praying together has no influence on the spiritual personality of Santa Maria Orphanage children and Brayat Pinuji Boro, Ha: there is an influence of the prayer on the spiritual personality of Santa Maria Orphanage children and Brayat Pinuji Boro.

This type of research is a quantitative form of regression used a purposive simple technique. Population of children of Santa Maria Orphanage And Brayat Pinuji became sample study in this case the students of primary school were children with primary school education from 3rd class grade to 9th grade students totally 93 students on account of they were capable to get involved in praying together in the orphanage house and could answer the items well. Data collection techniques in this thesis was the questionnaire method, while the type of instruments used is the attitude scale semantic diferensial developed in 15 statements pertaining to prayer and spiritual personality of 25 statements. Out of the 93 respondents, 90 were collected, meanwhile 3 data were deleted. A test of validity resulted a significance level of 5%, N 90 people with the critical value of 0.207 obtained from 0.26 to 0.72 which means that all the items were valid. While the realibity test resultsed an obtained alpha reliability of 0.707, with these they were realible.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Pujian dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

telah membimbing, menerangi dan mencerahkan penulis dengan Roh Kudus dan

Rahmat-Nya yang berlimpah kasih karunia-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul PENGARUH KEGIATAN DOA

BERSAMA TERHADAP KEPRIBADIAN ROHANI ANAK PANTI ASUHAN

PUTRA SANTA MARIA DAN PANTI ASUHAN PUTRI BRAYAT PINUJI

BORO. Penulisan skripsi ini dimaksud sebagai sumbangan bagi pembimbing

panti asuhan dalam meningkatkan kepribadian rohani anak panti asuhan. Di

samping itu skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian Program

Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan

Agama Katolik.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini dapat terselesaikan berkat

keterlibatan berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung yang dengan

setia mendampingi, memberi motivasi, membimbing dan memberi kritikan yang

membangun. Maka dari itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih dan

penghargaan yang tulus kepada:

1. F.X. Dapiyanta, SFK., M.Pd., selaku dosen utama dan sekaligus dosen

pembimbing akademik yang mendampingi, menuntun, mengembangkan ide

dan memberi semangat dengan penuh kesabaran dan sepenuh hati

(11)

xi

2. Dr.B. Agus Rukiyanto, SJ., selaku dosen penguji II yang memberi semangat

kepada penulis dalam mempertanggung jawabkan skripsi ini.

3. Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd., selaku dosen penguji III yang memberi

semangat kepada penulis dalam mempertanggung jawabkan skripsi ini.

4. Segenap Staf Dosen Prodi IPPAK, Fakultas Keguruan dan Ilmu Prndidikan

Universitas Sanata Dharma yang mendidik dan mendampingi penulis selama

belajar sampai terselesaikanya skripsi ini.

5. Sr.M.Yofina, OSF., selaku pimpinan Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro yang

telah memberi kesempatan dan menolong dengan sepenuh hati kepada penulis

untuk mengadakan penelitian di Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro dan juga

kepada pembimbing anak-anak Panti Asuhan Brayat Pinuji yang bersedia

meluangkan waktu dan berkorban dalam membantu selama proses penelitian

sampai terselesaikannya skrispsi ini.

6. Br. Edmondus Sukapdi, FIC., selaku pimpinan Panti Asuhan Santa Maria Boro

yang memberi kesempatan sepenuh hati kepada penulis untuk mengadakan

penelitian di Panti Asuhan Santa Maria Boro, membantu dalam proses

penelitian dan meluangkan waktu untuk bertemu dalam proses terselesaikannya

skripsi ini.

7. Teman-teman angkatan 2007/2008 yang selalu memberikan motivasi,

dukungan, masukan ide dan juga kerjasama selama belajar di IPPAK sampai

(12)
(13)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PESETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR SINGKATAN ... xviii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penulisan ... 7

F. Manfaat Penulisan ... 7

G. Metode Penulisan ... 8

H. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS ... 10

A. Doa Bersama ... 10

1. Pengertian Doa secara Umum ... 10

(14)

xiv

a. Doa dalam Nama Yesus ... 11

b. Doa Berpengantara Yesus Kristus ... 11

c. Doa dalam Roh Kudus ... 12

d. Doa Kepada Allah Bapa ... 13

3. Tujuan Doa ... 14

4. Bentuk-bentuk Doa ... 16

a. Dari Segi Rencana Keselamatan sebagai Prinsip Hidup ... 16

b. Dari Segi Perkembangan Rencana Keselamatan ... 17

c. Dari Segi Keselamatan yang Sedang Berlangsung ... 18

5. Pengertian Doa Bersama ... 19

6. Manfaat Doa Bersama ... 20

7. Sifat Doa Bersama ... 22

a. Perayaan Ekaristi ... 23

b. Doa malam Bersama ... 23

c. Doa Sebelum dan Sesudah Makan Bersama ... 25

8. Sakramentalitas Doa Bersama ... 26

9. Hubungan Timbal Balik dalam Beriman dengan Doa Bersama ... 27

B. Kepribadian Rohani ... 27

1. Pengertian Kepribadian menurut Ilmu Psikologi ... 27

2. Unsur-unsur Kepribadian ... 29

a. Pengetahuan ... 29

b. Perasaan ... 30

c. Naluri ... 31

3. Faktor Pembentuk Kepribadian ... 32

a. Faktor Lingkungan ... 32

b. Faktor Pendidikan Agama ... 36

c. Faktor Kehendak Bebas ... 38

4. Perkembangan Kepribadian ... 39

a. Tahap Laten: 6-12 Tahun ... 39

b. Tahap Genital: 12-18 Tahun ... 42

(15)

xv

6. Tanda-tanda Kepribadian Rohani ... 47

a. Perdamaian ... 48

b. Keadilan ... 49

c. Persaudaraan ... 50

d. Kepedulian ... 51

C. Penelitian yang Relevan ... 53

D. Kerangka Pikir ... 54

E. Hipotesis ... 56

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 57

A. Jenis Penelitian ... 57

B. Desain Penelitian ... 57

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 58

1. Tempat ... 58

2. Waktu Penelitian ... 58

D. Populasi dan Sampel ... 58

E. Definisi Operasional Variabel ... 59

1. Kegiatan Doa Bersama ... 60

2. Kepribadian Rohani ... 60

F. Instrumen Penelitian ... 61

1. Jenis Data ... 61

2. Instrumen Pengumpulan Data ... 61

3. Kisi-kisi Penelitian ... 62

G. Pengembangan Instrumen ... 66

1. Uji Coba Terpakai ... 66

(16)

xvi

1. Uji Normalitas ... 69

2. Uji Linieritas ... 69

3. Uji Homokedastisitas ... 69

I. Uji Hipotesis ... 70

BAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 71

A. Hasil Penelitian ... 71

1. Uji Persyaratan Analisis ... 71

a. Uji Normalitas ... 71

b. Uji Linieritas ... 73

c. Uji Homokedastisitas ... 73

2. Deskripsi Data ... 74

a. Kegiatan Doa Bersama ... 74

b. Kepribadian Rohani ... 80

B. Uji Hipotesis ... 86

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 90

D. Keterbatasan Penelitian ... 95

E. Usulan Program Kegiatan Doa Bersama ... 96

1. Latar Belakang Usulan Program ... 96

2. Tema dan Tujuan ... 98

a. Perayaan Ekaristi Bersama ... 99

b. Kegiatan Doa Malam Bersama ... 100

c. Kegiatan Doa Makan Bersama ... 100

3. Program Kegiatan Doa Bersama ... 102

a. Program Kegiatan Perayaan Ekaristi ... 102

b. Program Kegiatan Doa Malam Bersama ... 107

c. Program Kegiatan Doa Makan Bersama ... 111

4. Contoh Pelaksanaan Kegiatan Doa Bersama ... 116

a. Perayaan Ekaristi ... 116

b. Kegiatan Doa Malam Bersama ... 128

(17)

xvii

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 136

A. Kesimpulan ... 136

B. Saran ... 138

DAFTAR PUSTAKA ... 139

LAMPIRAN ... 141

Lampiran 1: Koesioner Penelitian ... (1)

Lampiran 2: Analisis Validitas Variabel Kepribadian Rohani ... (7)

Lampiran 3: Analisis Validitas Variabel Kegiatan Doa bersama ... (8)

Lampiran 4: Tabel Total Variabel X dan Y ... (9)

Lampiran 5: Reliability Statistics ... (10)

Lampiran 6: ANOVA Table ... (11)

Lampiran 7: Residuals Statistics ... (12)

Lampiran 8: Descriptive Statistics ... (13)

Lampiran 9: Model Summary ... (14)

Lampiran 10: Anova ... (15)

Lampiran 11: Coefficients ... (16)

Lampiran 12: Correlations ... (17)

Lampiran 13: Tabel Descriptives Statistics ... (18)

(18)

xviii

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini m engikuti singkatan yang terdapat dalam daftar singkatan Alk itab Deuterokanonika (1995) terbitan Lembaga Alkitab Indonesia.

B. Singkatan dalam Penelitian

ANOVA : Analisys of Variance

Ho : Hipotesis nol Ha : Hipotesis alternatif

SPSS : Statistical Product and Service Solutions

Std : Standard

C. Singkatan lain

(19)

 

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Roh Allah yang tinggal dalam diri seseorang merupakan kekuatan yang

dapat menjadi tenaga pendorong seseorang untuk mendayagunakan

potensi-potensi yang ada di dalam dirinya melalui pikiran dan perasaan yang mampu

mendorongnya untuk mewujudkan Kerajaan Allah di tengah-tengah kehidupan

manusia. Seseorang mampu menjadi seorang pribadi rohani yang hidup dalam

karya Roh Allah yang dibimbing dan dihidupi oleh Roh Kudus dalam

mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah.

Seorang pribadi rohani akan menampakkan sikap atau tindakan yang

berciri holistik dalam mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah dengan bimbingan

Roh kudus dalam konteks relasi dengan sesama. Kepribadian yang diharapkan

ialah yang memiliki kepekaan yang mendalam. Kepekaan itu antara lain ialah

kepekaan akan lingkungan tempat tinggal baik di lingkungan panti asuhan

maupun di luar panti asuhan dan kepekaan dengan sesama di dalam lingkungan

panti asuhan dan di sekitarnya.

Seseorang yang memiliki pribadi rohani mewujudkan perdamaian dengan

sesama dengan memaafkan kesalahan teman, meminta maaf kepada teman bila

bersalah sehingga mampu menciptakan suasana senang dalam dirinya. Ia

menciptakan keheningan dalam dirinya yang dapat membantunya mengolah

emosi dengan baik sehingga mampu meningkatkan relasi dengan Allah yang

(20)

 

Seorang pribadi rohani mewujudkan sikap adil dengan sesamanya seperti

dalam hal adil permainan, adil dalam pembagian hadiah atau juga makanan dan

sebagainya yang mencerminkan sikap atau tindakan adil bagi sesamanya. Ia juga

bersikap bersaudara pada semua makhluk Allah lainnya misalnya dengan merawat

dan melestarikan tanaman-tanaman di lingkungan tempat tinggalnya. Sikap

peduli pribadi rohani kepada sesamanya terwujud dalam sikap memberi

pertolongan atau bantuan kepada sesamanya baik itu berupa material, maupun non

material seperti menghibur yang sedih dan melayani yang sakit.

Situasi di atas sangat berbeda dengan situasi yang dialami oleh para anak

Panti Asuhan Putra Santa Maria dan Panti Asuhan Putri Brayat Pinuji. Hal ini

disebabkan masa anak-anak adalah suatu masa pertumbuhan seseorang yang

masih belum berkembang secara utuh, masih harus banyak belajar dan

mendapatkan pengalaman agar memperoleh tempat di masyarakat (Monks, 1982:

215). Sedangkan masa remaja ialah masa perkembangan seseorang yang mulai

menunjukkan dengan jelas sifat-sifat masa transisi, karena remaja belum

memperoleh status orang dewasa tetapi tidak lagi memiliki status anak-anak.

Maka sebagian besar di antara mereka memiliki kepribadian yang masih labil.

Labil dalam arti bahwa anak-anak masih sangat mudah dipengaruhi sedangkan

remaja masih dalam proses pencarian jati diri mereka.

Selain itu para anak panti asuhan putra dan putri yang tinggal di panti

asuhan datang dengan berbagai beban dan permasalahan hidup yang dialaminya,

karena memiliki latar belakang permasalahan kehidupan dalam keluarga yang

(21)

 

satu orang tuanya pergi atau kedua-duanya. Faktor-faktor tersebut ikut

mempengaruhi perkembangan kepribadian rohani yang berbeda dalam diri

mereka, sehingga sangat diperlukan suatu bimbingan dan arahan dari orang yang

lebih dewasa kepada anak-anak tersebut agar nantinya mampu mengembangkan

kepribadian rohaninya menjadi lebih baik.

Melihat kenyataan yang demikian, lembaga panti asuhan putra dan putri

sadar akan keadaan anak dan remaja yang masih harus dibimbing dan dibentuk

menjadi pribadi rohani melalui berbagai macam hal. Dalam hal ini, Panti Asuhan

St. Maria dan Brayat Pinuji Boro memiliki cara untuk mengarahkan anak asuhnya

pada kegiatan yang dapat mengembangkan iman dan kepribadian mereka yaitu

melalui kegiatan-kegiatan bersama. Salah satu kegiatan yang mereka lakukan

adalah kegiatan doa bersama melalui doa Rosario, doa pagi dan doa malam,

pendalaman iman, Ekaristi. Semua kegiatan ini dilakukan secara rutin dan

berkelanjutan.

Berdoa memang bukan saja urusan pribadi tetapi juga melibatkan orang

lain. Melalui doa pribadi seseorang memang menjalin komunikasi yang lebih

intim dengan Tuhan. Sedangkan doa bersama lebih menekankan aspek communio

(kebersamaan/ persekutuan/ relasi) dalam semangat persaudaraan dan cinta kasih.

Melalui doa bersama, seseorang akan lebih menghayati iman kepercayaannya dan

mengungkapkannya dalam suasana persaudaraan dan cinta kasih sehingga

imannya akan semakin diteguhkan.

Kepribadian rohani yang beriman tak pernah dapat dilepaskan dari hidup

(22)

 

membangun dan mengungkapkan komunikasi dan relasi dengan Allah. Doa yang

merupakan peristiwa perjumpaan dengan Allah, memiliki daya kekuatan untuk

membentuk hidup dan kepribadian manusia menuju kepenuhan dan keutuhan di

dalam Allah (Darminta, 1997:5). Hal ini menunjukan bahwa doa menggerakkan

seseorang untuk lebih mengenal Allah dalam hidupnya dan dirinya sendiri untuk

menjadi lebih dewasa dalam iman dan kepribadian yang terpuji. Hal ini dapat

terwujud apabila ia tekun dalam doa dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada

Allah sehingga mampu menampilkan sikap hidup yang lebih baik.

Dalam lingkungan Panti Asuhan St. Maria dan Brayat Pinuji Boro, berdoa

diwujudkan dalam kegiatan doa bersama secara rutin seperti Ekaristi pagi, doa

malam, doa sebelum dan sesudah makan. Selain jadwal kegiatan doa yang rutin

ini ada pula kegiatan-kegiatan doa bersama yang sifatnya insidental (tidak

terencana) dan periodik (waktu-waktu tertentu) seperti doa menjelang ujian dan

doa Rosario atau Novena.

Pada prinsipnya setiap anak panti asuhan memiliki kesempatan untuk

mengolah hidup beriman dan kepribadian rohani mereka masing-masing baik

secara individu maupun bersama-sama. Tujuannya tidak lain ialah agar mereka

lebih mampu mendekatkan diri kepada Allah dan mewujudkan Kerajaan Allah di

tengah hidup bersama.

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa doa bersama yang dilakukan

dengan tekun dan sepenuh hati serta penyerahan diri secara total kepada Allah

mampu mengantarkan anak panti asuhan pada suatu perkembangan iman dan

(23)

 

Buah dari doa dapat dilihat melalui tindakan dan sikap anak panti asuhan di dalam

kehidupannya sehari-hari yaitu melalui pengetahuan, perasaan, naluri dan

perilakunya yang sangat berperan dalam pembentukan kepribadian rohani.

Karena itu penulis merasa tertarik untuk meneliti “Pengaruh Kegiatan Doa

Bersama terhadap Kepribadian Rohani Anak Panti Asuhan St. Maria Boro dan

Panti Asuhan Brayat Pinuji.” Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi

masukan yang berguna bagi instansi terkait maupun masyarakat pada umumnya.

Dalam hal ini agar kita bersama mengetahui sejauh mana kegiatan doa bersama

dapat membantu anak untuk membantu kepribadiaan rohani mereka menjadi lebih

baik.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kepribadian rohani anak Panti Asuhan Santa Maria dan Brayat

Pinuji Boro?

2. Apakah anak Panti Asuhan Santa Maria dan Brayat Pinuji Boro memiliki

pengetahuan tentang perdamaian, keadilan, persaudaraan dan kepedulian?

3. Apakah anak Panti Asuhan Santa Maria dan Brayat Pinuji Boro memiliki

perasaan tentang perdamaian, keadilan, persaudaraan dan kepedulian?

4. Apakah anak Panti Asuhan Santa Maria dan Brayat Pinuji Boro memiliki

naluri tentang perdamaian, keadilan, persaudaraan dan kepedulian ?

5. Bagaimana kegiatan doa bersama di Panti Asuhan Santa Maria dan Brayat

(24)

 

6. Bagaimana motivasi anak Panti Asuhan Santa Maria dan Brayat Pinuji

Boro dalam menghayati doa bersama?

7. Apakah kegiatan doa bersama berpengaruh terhadap kepribadian rohani?

C. Pembatasan Masalah

Setelah melihat permasalahan-permasalahan yang telah diuraikan di atas,

penulis membatasi masalah pada kegiatan doa bersama di dalam panti asuhan dan

kepribadian rohani anak-anak panti asuhan putra dan putri dengan tujuan agar

penelitian lebih mendalam. Alasan lainnya yakni untuk melihat pengaruh yang

ditimbulkan dari kegiatan doa bersama terhadap kepribadian rohani anak Panti

Asuhan St. Maria dan Brayat Pinuji Boro. Ruang lingkup penelitian ini adalah

anak-anak Panti Asuhan St. Maria dan Brayat Pinuji yang beralamat di Banjarasri,

Kalibawang, Kulon Progo, Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diungkapkan di atas, maka

rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan kegiatan doa bersama dan kepribadian

rohani?

2. Bagaimana kepribadian rohani anak-anak di Panti Asuhan Santa Maria dan

Brayat Pinuji Boro?

3. Seberapa besar pengaruh kegiatan doa bersama di panti asuhan terhadap

kepribadian rohani anak Panti Asuhan Santa Maria dan Brayat Pinuji

(25)

 

E. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menguraikan pengertian doa bersama dan kepribadian rohani.

2. Memaparkan kepribadian rohani anak-anak di Panti Asuhan Santa Maria dan

Brayat Pinuji Boro.

3. Mendeskripsikan pengaruh kegiatan doa bersama terhadap kepribadian rohani

anak Panti Asuhan Santa Maria dan Brayat Pinuji Boro.

F. Manfaat Penulisan

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi Panti Asuhan St.

Maria dan Brayat Pinuji Boro, bagaimana seharusnya kegiatan doa bersama

itu dilakukan agar dapat membantu kepribadian rohani masing-masing anak

panti asuhan.

2. Untuk membantu anak Panti Asuhan Boro menyadari pentingnya kegiatan

doa bersama di panti asuhan yang dilakukan bukan hanya sebagai rutinitas

saja melainkan sebagai suatu kebutuhan hidup mereka untuk dapat memiliki

kepribadian rohani yang lebih baik.

3. Untuk membantu para anak panti asuhan Boro menemukan identitas diri bagi

perkembangan kepribadian rohaninya yang lebih baik melalui kegiatan doa

(26)

 

4. Sebagai sumber belajar bagi peneliti dalam merencanakan, melaksanakan dan

menyusun suatu penelitian pendidikan agar hasilnya dapat bermanfaat bagi

banyak pihak yang berkepentingan.

G. Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan adalah deskriptif analitis berdasarkan

penelitian. Data yang dibutuhkan dikumpulkan menggunakan angket berskala

yang jawabannya bersifat tertutup. Selain itu penulis juga mengembangkan

refleksi pribadi dengan bantuan buku-buku pendukung.

H. Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai penulisan ini, penulis

akan menyampaikan pokok-pokok gagasn dalam penulisan.

BAB I berisi pendahuluan, yang meliputi latar belakang penulisan,

identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan,

manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II berisi Tinjauan Teoritis dan Hipotesis yang meliputi: Doa bersama

dan kepribadian rohani, penelitian yang relevan, kerangka pikir dan hipotesis. Doa

bersama terdiri dari pengertian doa secara umum, ciri-ciri doa, tujuan doa,

bentuk-bentuk doa, pengertian doa bersama, manfaat doa bersama, sifat doa bersama,

sakramentalitas doa bersama dan hubungan timbale balik dalam beriman dengan

doa bersama. Kepribadian rohani terdiri dari pengertian kepribadian menurut ilmu

psikologi, unsur-unsur kepribadian, faktor pembentuk kepribadian, perkembangan

(27)

 

BAB III menjelaskan metodologi penelitian yang meliputi jenis penelitian,

desain penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel, definisi

operasional variabel, instrumen penelitian, pengembangan instrument, uji

persyaratan analisis dan hipotesis.

BAB IV menguraikan tentang hasil penelitian yang terdiri dari uji

persyaratan analisis, deskripsi data hasil penelitian, uji hipotesis, pembahasan

hasil penelitian, keterbatasan penelitian; usulan program kegiatan doa bersama

yang terdiri dari latar belakang penyususunan program, tema dan tujuan, progam

kegiatan doa bersama dan contoh pelaksanaan kegiatan doa bersama.

BAB V penulis menyampaikan tentang kesimpulan yang terdiri dari

(28)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A. Doa Bersama

Secara Kristiani, memanjatkan doa kepada Allah tidak dibatasi baik secara

pribadi maupun secara bersama. Untuk itu pada bagian ini akan diuraikan tentang

doa secara umum dan tentang doa bersama.

1. Pengertian Doa secara Umum

Doa adalah bekerja sama dengan Tuhan untuk menggenapi rencana-Nya,

dan bukan berusaha untuk mencondongkan Dia kepada keinginan kita. Saat kita

membuang keinginan kita sendiri dan tunduk kepada Dia yang mengetahui

keadaan kita lebih dari kita sendiri dan yang “Mengetahui apa yang kamu

perlukan sebelum kamu minta kepada-Nya (Matius 6:8)” doa kita mencapai

tingkat yang tertinggi. Karena itu, doa yang dinaikkan dalam ketaatan kepada

kehendak Ilahi selalu dikabulkan, baik didoakan secara pribadi atau bersama.

Selain itu doa juga merupakan suatu relasi, perjumpaan dan pertemuan

dengan pribadi lain, yakni dengan Allah dan juga sesama. Doa merangkul kita

dengan sesama dalam cinta Tuhan yang mengantar kita ke arah transformasi diri

menjadi pribadi yang lebih baik. Karena doa merupakan sesuatu yang secara

spontan muncul dari kedalaman hati kita untuk menanggapi situasi-situasi nyata

yang menghimpit hidup kita (Rex A. Pai, 2003:1-2).

Menurut Darminta (1983: 40) doa merupakan gerak pertemuan kerinduan

(29)

inilah yang menjadi kenyataan konkret bahwa manusia ikut ambil bagian dalam

hidup ilahi di dunia ini. Hidup manusia menuju kepada Allah dan merindukan

kepenuhan hidup dalam Allah.

2. Ciri-ciri Doa

Sebagai orang Kristiani, doa diungkapkan kepada Allah dengan berbagai

cara baik secara pribadi maupun secara bersama sebagai tanda ikut ambil bagian

dalam misteri keselamatan yang disampaikan oleh Kristus. Maka ciri-ciri pokok

doa adalah sebagai berikut:

a. Doa dalam Nama Kristus

Doa dalam nama Yesus mengungkapkan rasa kesatuan orang Kristiani

dalam nama Yesus Kristus. Gereja dalam berdoa selalu menyebutkan nama Yesus

Kristus (Kis. 7:59; 9:14). Gereja berkumpul dalam nama Yesus dan berdoa dalam

nama-Nya, Yesus ada di tengah-tengah mereka (Mat. 18:20). Yesus menghendaki

agar doa dalam nama-Nya selalu dilandasi oleh cinta kasih. Tanpa perkembangan

cinta doa tidaklah bermakna dan hidup (Mrk. 11:25). Doa dalam nama Yesus

secara konkret berarti doa yang dilandasi cinta yang operatif (Yak. 1:27)

(Darminta, 1983: 20).

b. Doa Berpengantara Yesus Kristus

Bagi orang Kristiani berdoa dengan pengantara Yesus Kristus

mengungkapkan kesatuaan dan persekutuan dengan Kristus. Doa dengan

pengantara Yesus Kristus tertuju kepada terpenuhinya penyelesaian keselamatan.

(30)

rencana keselamatan seperti yang terjadi dalam diri Yesus, dengan harapan agar

yang terjadi dalam diri Yesus Kepala Tubuh, terjadi dalam umat manusia sebagai

tubuh. Doa itu tumbuh dari kesadaran iman bahwa hanya dengan kekuatan Yesus

mulia yang selalu hadir di tengah-tengah manusia keselamatan dapat menjadi

kenyataan dalam hidup manusia. Singkatnya doa Kristen merupakan pengakuan

iman bahwa kekuatan Kristus sedang bekerja dalam manusia karena berharap agar

kuasa keselamatan ini terlaksana dan cinta erat dengan Kristus menjadi aktual

(Darminta, 1983: 21).

Doa umat Kristiani senantiasa dipanjatkan di dalam nama Yesus Kristus

dan bersama-sama dengan Dia. Maka di dalam liturgi dan doa-doa Gereja, pribadi

Yesus dan nama-Nya menjadi pusat doa setiap orang yang berdoa. Semua doa-doa

kita disampaikan kepada Bapa dengan perantaraan Yesus Kristus Tuhan kita

seorang Pribadi yang yang terus menjadi pengantara kita kepada Allah (Ibr 7:25).

Sesungguhnya doa Yesus itu dan doa-doa yang lain yang dipanjatkan dalam

nama-Nya telah memberikan dan akan tetap memberikan suka cita bagi setiap

orang yang berseru kepada-Nya melalui Putera-Nya (Rex. A. Pai, 2003:46). Oleh

karena itu doa berarti mengambil bagian dalam hidup Allah Tritunggal sendiri.

Karena doa itu suatu gerakan dinamis: dalam roh, bersama Kristus sebagai

perantara-Nya, menghadap Bapa (KWI 1996: 196).

c. Doa dalam Roh Kudus

Yesus mengutus Roh Kudus kepada setiap umat-Nya yang berdoa. Doa

Kristiani itu dilakukan dalam kekuatan Roh Kudus. Roh Kudus inilah yang

(31)

mengungkapkan doanya. Doa dalam Roh Kudus berarti orang berdoa dalam

kedalamannya, sebab Roh Kudus adalah Roh Kristus dan jiwa tubuh mistik-Nya

yaitu Gereja.

Roh Kuduslah yang membuat doa setiap manusia layak di hadapan Allah.

Roh Kudus pula yang menuntun dan mengajarkan kepada manusia bagaimana

berdoa secara benar. Roh Kudus mengajari manusia agar membuka diri ke

hadapan Allah dan dengan sabar menanti saat terpenuhinya keselamatan di dalam

dirinya. Roh Kudus membuat keselamatan itu menjadi realita hidup manusia

sehari-hari sehingga manusia disebut anak-anak Allah (Darminta, 1983: 21).

d. Doa Kepada Allah Bapa

Doa yang dipanjatkan kepada Allah Bapa itu berasal dari Bapa sendiri dan menuju kepada Bapa (Ef 1:14). Bapa merupakan sumber dan asal dari hidup dan

segala kebaikan semua manusia, maka doa orang Kristen merupakan ungkapan

kepercayaan dan penyerahan diri sebagai anak-anak Allah, sebab Allah Bapa

merupakan sumber segala kebaikan, bahkan bagi orang-orang pendosa (Rm

5:6-8). Doa Kristiani berarti mengangkat hati kepada kemerdekaan Allah agar

manusia mengalami kemerdekaan dalam keselamatan sebagai anak-anak Allah

Bapa (Darminta, 1983: 22).

Kemerdekaan dalam keselamatan itu telah mereka peroleh dalam hidup

mereka bersama orang lain maupun melalui ciptaan-Nya. Keselamatan dan

kebahagiaan yang mereka peroleh itu akan terpenuhi selamanya pada akhir jaman.

Orang Kristiani berdoa dalam harapan bahwa Kristus yang telah memenuhi karya

(32)

3. Tujuan Doa

Pada umumnya setiap orang mempunyai tujuan tertentu dalam berdoa,

sesuai dengan permasalahan hidup yang sedang dihadapi maupun yang akan

dijalaninya. Artinya mereka menyesuaikan tujuan doa itu sesuai dengan situasi

yang sedang dihadapi. Maka tujuan doa mereka juga berbeda-beda

(Mangunwijaya, 1986: 55).

Setiap orang yang menjalin komunikasi dengan Allah melalui doa,

memiliki tujuan masing-masing di dalam berdoa sesuai dengan keadaan dan

kebutuhan seluruh hidup yang diperlukan seseorang dari Allah sendiri.

Kebanyakan orang berdoa dengan tujuan memohon, mengucap syukur dan

melambungkan pujian kepada-Nya.

Kepada Allah kita menyampaikan permohonan, permohonan yang

dipanjatkan selain untuk diri kita sendiri juga untuk orang lain. Biasanya isi dari

doa permohonan untuk kesehatan dan keselamatan dalam hidup serta keberhasilan

atau kesuksesan hidup si pendoa maupun untuk orang lain yang didoakannya. Bila

permohonan seseorang dikabulkan Allah, maka hatinya tergerak untuk mengucap

syukur kepada Allah atas berkat dan semua cinta-Nya yang berlimpah di dalam

hidup seseorang.

Seseorang selalu menyadari dan berusaha untuk menemukan kahadiran

Allah dalam perjalanan hidupnya. Sebagai orang yang semakin beriman dan

percaya akan Allah, maka seseorang akan melambungkan pujian untuk

mengagungkan kebesaran Allah dan meninggikan nama-Nya, selain itu, tujuan

(33)

orang sebagai pelaku doa benar-benar merindukan dan mencari kehendak Allah.

Kerinduan akan Allah merupakan tatanan penting dalam hidup kita. Kerinduan

dan seruan akan kehadiran Allah di dalam hidup kita menjadi faktor pembentuk

doa-doa kita. Sedangkan mencari kehendak Allah yaitu apa yang penting untuk

Kerajaan Allah merupakan tujuan dari doa kita.

Doa juga bertujuan menumbuhkan kedewasaan tiap pribadi dalam arti doa

juga betujuan mengenal diri pribadi pendoa itu sendiri. Mengenal diri berarti

mengenal kekuatan dan kelemahan dalam diri. Apa yang telah dilakukan terhadap

sesama temannya dan juga orang disekitarnya baik itu disadari atau tidak tetapi

dapat mempengaruhi hubungan mereka dengan sesamanya dan juga Allah. Dalam

berdoa, mereka diharapkan si pendoa menemukan gambaran-gambaran sikap dan

tingkah laku yang negatif terhadap sesama dan juga Tuhan. Kesadaran itu

merupakan langkah awal bagi mereka untuk berbuat baik kepada sesama dan juga

Tuhan.

Pada waktu berdoa setiap orang perlu merefleksikan apa yang telah

dilakukan kepada sesama terlebih kepada Tuhan agar mereka mampu membentuk

sikap yang lebih baik untuk mendukung kepribadian yang baik pula. Dengan kata

lain doa bertujuan untuk mengalami Allah di dalam hidup seseorang. Karena

pengalaman akan Allah di dalam hidup seseorang menyangkut seluruh hidup yang

dijalaninya, maka doa berperan bagi pembentukan pribadi yang utuh dan dinamis.

Doa mempunyai fungsi pengaturan dan penataan kembali pribadi dan hidup

manusia baik yang internal maupun yang eksternal, baik sikap maupun tindakan

(34)

dalam arti segala tingkah laku, sikap dan tindakan menjadi kenyataan yang patut

kepada kehendak Allah (Darminta, 1983:62-63).

Doa juga bertujuan mendatangkan kedamaian sejati bagi yang berdoa dan

mampu membangun relasi yang intim dengan Tuhan di dalam doa sehingga

membawa ketenangan dan damai dalam hati. Ketenangan dan kedamaian dalam

arti tidak mudah cemas dan gelisah akan hidup yang dijalani sehingga mampu

mendukung dan memberi kekuatan untuk melakukan kesaksian hidup dengan

sesama di sekitarnya (Mardi Prasetya, 1992: 334). Dengan demikian doa mampu

mengubah pribadi yang berdoa dan menyiapkannya untuk menerima kenyataan

dalam hidupnya sehari-hari. Berkat doa kita semakin mampu mengubah

kepribadian kita menjadi lebih baik karena doa menciptakan hubungan yang dekat

antara dua pribadi si aku dan Engkau yang kekal.

4. Bentuk-bentuk Doa

Bentuk di sini dilihat dari hakekat doa Kristiani yaitu komunikasi antara

Allah dan manusia. Komunikasi ini dapat dilakukan secara pribadi maupun secara

bersama. Komunikasi melalui doa yang diungkapkan oleh orang Kristiani sesuai

dengan apa yang sedang dialami di dalam hidupnya.

a. Dari Segi Rencana Keselamatan sebagai Prinsip Hidup

Dari segi rencana keselamatan Allah, sebagai prinsip hidup semua orang

Kristen dan sebagai tanda cinta lekat manusia kepada-Nya, doa dapat berbentuk

dua macam; pertama, doa pujian, doa ini memandang Allah di dalam diri-Nya

yaitu sebagai Pribadi yang tak terjangkau kekal dan sumber dari segala sesuatu.

(35)

Tritunggal. Pujian merupakan doa yang mengangkat hati manusia kepada Allah

yang biasanya dirumuskan dalam bentuk nyanyian.

Kedua, doa kebaktian, doa ini memandang Allah sebagai Pencipta dan

Tuhan. Doa kebaktian orang Kristiani didasari oleh kesadaran bahwa manusia

adalah ciptaan-Nya. Berhadapan dengan kesadaran diri sebagai ciptaan Allah

yang agung itu, timbul rasa gentar dan takut sebagai seorang anak yang tidak mau

dipisahkan dari Allah. Rasa takut penuh hormat sebagai sikap mengakui bahwa

Allah jauh (Darminta, 1983: 25).

b. Dari Segi Perkembangan Rencana Keselamatan

Dari segi perkembangan dan gerak dinamika rencana keselamatan dari

Allah, doa diungkapkan dalam bentuk-bentuk sebagai berikut; pertama, doa

syukur yang mengungkapkan rasa syukur atas kebaikan Allah yang dialami oleh

manusia di dalam hidupnya. Doa ini merupakan pengangkatan jiwa dan hati

kepada Allah yang selalu memberikan anugerah dan karunia melalui rahmat

penciptaan-Nya dan keselamatan yang dinikmatinya di dalam hidup seseorang.

Maka doa syukur merupakan reaksi manusia mengakui bahwa Allah

menganugerahkan segala sesuatu yang diperlukan untuk hidup terlebih karena

cinta Allah yang dialami seseorang (Darminta, 1983: 25)

Kedua, doa permohonan, pada dasarnya meminta kepada Allah agar

rencana keselamatan Allah dapat terlaksana di dalam hidupnya. Doa permohonan

bergerak dalam harapan yang muncul di dalam diri manusia agar terlaksananya

keselamatan Allah di dalam setiap karya hidup yang akan dilakukan. Doa

(36)

bisa mengantarkan seseorang ke hubungan pribadi dengan Allah didasarkan

kepentingannya tetapi juga dapat dilakukan demi kepentingan orang lain sehingga

mampu memperdalam pula rasa kesatuaan umat seperti yang dilakukan oleh

Yesus Kristus (Darminta, 1983: 25-26).

Ketiga, doa tobat, adalah doa memohon ampun kepada Allah dan

merupakan usaha untuk mengatasi hambatan dosa. Doa tobat merupakan aspek

batiniah yaitu penyesalan hati. Bila doa tobat ini dilakukan bagi dosa-dosa orang

lain karena orang merasa senasib dan solider dengan yang dicintai maka doa ini

menjadi doa pemulihan (Darminta, 1983: 26).

Dengan semangat tobat yang ada dalam diri kita, maka hati kita menjadi

bersih dan menjadi “Bait Tuhan” di dalam diri kita. Tuhan akan selalu

bersemayam di dalam diri kita sehingga kita mampu berkomunikasi dengan

Tuhan. Dengan demikian hidup kita menjadi damai, gembira, bermakna dalam

semangat cinta Tuhan sendiri (Djono Moi, 2008: 49).

c. Dari Segi Keselamatan yang Sedang Berlangsung

Jika orang berdoa berdasarkan keinginan untuk membangun kelekatan

cinta dengan Allah yang sedang bergiat dalam hidup manusia, doa berbentuk

kontemplasi yaitu usaha melekatkan hati dan budi kepada Allah untuk bersatu

dengan-Nya. Kontemplasi dilakukan harus berdasarkan kenyataan bahwa

Kerajaan Allah sudah hadir dalam diri manusia dan di dunia, dalam Gereja dan

dalam Kitab Suci. Kontemplasi merupakan sarana yang menjawab kerinduan

(37)

Komunikasi dengan Allah akan terjadi kalau kita sungguh percaya,

terbuka, mencintai dan membuka diri sepenuhnya dengan membiarkan diri

disemangati oleh cinta Allah. Dalam semangat cinta Allah sendirilah kita dapat

berbicara dengan Allah untuk diri kita maupun untuk sesama agar kita semakin

bersatu dengan Allah.

5. Pengertian Doa Bersama

Ada berbagai ragam pengertian tentang doa bersama, karena berasal dari

pengalaman hidup rohani banyak orang. Dengan berdoa mereka dapat merasakan

kehadiran Kristus di dalam hidup mereka dan dapat berkomunikasi dengan Allah

secara bebas dan terbuka. Demikian juga kehendak Allah dapat mereka rasakan

melalui pengalaman hidup mereka sehari-hari. Dari berbagai pengalaman itulah

mereka dapat memberi pengertian tentang doa bersama.

Doa bersama merupakan bagian pendidikan agama yang amat penting

dalam hidup menggereja. Kesatuaan orang-orang yang memiliki kerinduan yang

sama akan Tuhan dipersatukan oleh Roh Kudus sebagai anggota Gereja. Kesatuan

orang-orang inilah yang dikumpulkan oleh Roh Kudus dan selalu dikumpulkan

kembali di satu tempat (Kis 1:15) dalam bahasa dan tanda yang sama untuk

melambungkan syukur dan permohonan sehingga dengan sehati sejiwa

memuliakan Allah (Roma 15:6) dan bernyanyi bersama-sama dengan melagukan

mazmur-mazmur pujian yang diilhamkan oleh Roh (Ef 5:19). Keinginan dan

kerinduan beriman dalam menjalin komunikasi dan relasi dengan Tuhan lebih

dekat dengan cara berdoa secara ekklesial ini dibenarkan oleh Tuhan. Dia sendiri

(38)

berdoa dalam nama-Nya (Roma 18:20). Doa bersama merupakan sarana dalam

membangun kebersamaan kita dengan Allah dan memampukan kita membangun

kehidupan cinta dalam relasi dengan orang lain dalam kasih Allah yang melimpah

(Djono Moi, 81: 2008).

Doa bersama juga berarti mengangkat hati secara bersama-sama,

mengarahkan hati kepada Tuhan, menyatakan diri dengan rendah hati sebagai

anak Allah dan mengakui-Nya sebagai Bapa. Doa adalah kata cinta seorang anak

kepada Bapanya sebagai ungkapan dari kerinduan kasih Bapanya tetapi juga

kebingungan mereka dalam mengarungi hidupnya. Maka dapat timbul dari

kesusahan hati yang bingung, tetapi juga dari kegembiraan jiwa menuju ke masa

depan yang bahagia (KWI, 1996:194).

Dari beberapa uraian mengenai pengertian doa maka dapat ditarik suatu

pengertian mengenai doa bersama yang merupakan bagian dari pendidikan agama,

yaitu suatu gerak hati umat beriman yang karena kerinduan hatinya berkumpul

dan berhimpun bersama dalam suasana persaudaraan dan cinta kasih untuk

bersama-sama mengarahkan hati dan pikirannya kepada Tuhan melalui madah,

pujian, doa-doa dan ungkapan hati.

6. Manfaat Doa Bersama

Doa bersama yang merupakan bagian dari pendidikan agama, menjadi

sarana untuk membangun dan menyatukan kita dalam iman yang satu dan

harapan akan kebahagiaan hidup yang baru. Roh Kudus yang sama yang berdiam

(39)

mendengar pujian kepada Tuhan dan Juruselamat kita, merajut dan menyatukan

kita dalam ikatan yang unik yang tidak ditemukan di tempat lain.

Bagi mereka yang kesepian dan bergumul dengan beban kehidupan,

mendengarkan orang berdoa bersama membantu memberi mereka semangat yang

besar. Mendoakan mereka juga membangun kasih dan perhatian terhadap orang

lain. Doa bersama juga mengajar orang-orang yang baru percaya bagaimana

berdoa dan membawa mereka kepada persekutuan yang intim dalam tubuh

Kristus. Maka dalam doa bersama kita perlu memupuk kesadaran bersama untuk

menyatukan perasaan hati, pikiran dan kehendak kita dengan umat lainnya.

Kesadaran bersama mampu menyatukan kita untuk satu dalam cinta tanpa

membeda-bedakan satu dengan yang lainnya. Selain itu kita harus menjadi satu

dalam doa dengan melakukan doa sama dengan intensi secara

bersama-sama. Dengan itu doa-doa kita kepada Tuhan akan bergema lebih dahsyat,

mendalam dan sempurna (Djono Moi, 2008: 64).

Doa bersama pada umumnya juga menjadi kesempatan untuk

mengutarakan permintaan kita bersama termasuk keinginan untuk masuk ke

dalam persekutuan yang intim dengan Tuhan kita yang kudus, sempurna dan adil.

Bahwa Tuhan yang demikian bersedia mencondongkan telinga-Nya kepada

ciptaan-Nya yang telah dipersatukan untuk mendengarkan doa dan kerinduan

umat-Nya.

Dalam suatu situasi kebersamaan ini, semakin membangun keakraban

antar peserta, memupuk rasa kekeluargaan sebagai anak-anak Allah. Selain itu

(40)

mampu menanamkan nilai kesetiakawanan, mampu menerima kehadiran orang

lain yang ikut berdoa serta menghargai kemampuan orang lain di dalam mengikuti

kegiatan doa bersama.

Secara psikologis doa bersama mampu membentuk kepribadian seseorang

terutama dalam sikap dan perilaku dalam diri pendoa. Sikap dan perilaku yang

ditunjukan memberikan dampak positif dalam dirinya terutama dalam mengolah

emosi dalam diri seseorang saat akan mengikuti doa bersama.

7. Sifat Doa Bersama

Secara Kristiani, doa bersama ada banyak macamnya, ada doa formal dan

tidak formal. Doa bersama yang dilakukan secara formal adalah doa bersama

yang sifatnya prinsipial, wajib dan harus diikuti seluruh umat Katolik sesuai

dengan aturan yang ditetapkan dalam Gereja Katolik seperti Perayaan Ekaristi,

Perayaan Liturgi Gereja, Perayaan 7 Sakramen, Ibadat Harian.

Di samping doa formal ada pula doa bersama tidak formal yaitu doa

bersama yang sifatnya dianjurkan dan tidak wajib bagi tiap umat Katolik untuk

melaksanakannya seperti ibadat rosario, ibadat jalan salib, ibadat lingkungan,

ziarah, ibadat tirakatan, dan sebagainya. Mengingat ada banyak doa bersama baik

formal maupun tidak formal dalam agama Kristen, penulis membatasi penguraian

tentang doa bersama yang formal dan tidak formal di lingkungan Panti Asuhan

St.Maria dan Brayat Pinuji Boro sebagai sasaran penelitian. Adapun doa bersama

formal adalah perayaan Ekaristi sedangkan doa bersama yang tidak formal yang

dilaksanakan oleh anak-anak Panti Asuhan St.Maria dan Brayat Pinuji Boro

(41)

a. Perayaan Ekaristi

Dalam lembaga Panti Asuhan St.Maria dan Brayat Pinuji Boro, doa

bersama secara formal dan rutin diikuti dan dilaksanakan adalah Perayaan

Ekaristi. Perayaan Ekaristi merupakan doa bersama formal karena perayaan

Ekaristi merupakan acara perjamuan yang diwariskan Yesus Kristus. Perayaan

Ekaristi adalah perayaan seluruh Tubuh Mistik Yesus yang menunjukan makna

kebersamaan dan menjawab kebutuhan dan kerinduan aktual dari umat beriman

(Martasudjita, 2005: 106).

Perayaan Ekaristi sebagai perayaan kenangan akan Tuhan yang Kudus dan

sebagai perjamuan Kudus. Di dalam perjamuan itu, Yesus membagi-bagikan Roti

dan Anggur sebagai lambang tubuh dan darah-Nya yang dikurbankan demi

keselamatan semua umat manusia yang terwujud dalam penyaliban diri-Nya pada

kayu Salib. Perayaan Ekaristi juga merupakan ibadat syukur dan ungkapan

persatuan diri dengan Allah sambil menantikan kedatangan Yesus Kristus untuk

kedua kalinya untuk menghakimi orang hidup dan mati.

Dengan demikian perayaan Ekaristi merupakan perayaan pengenangan

karya keselamatan Allah yang terlaksana dalam diri Putera-Nya yakni Yesus

Kristus dan menjelaskan kehadiran sakramental misteri keselamatan Allah bagi

semua umat beriman ((Martasudjita, 2005: 348).

b. Doa Malam Bersama

Untuk doa bersama yang tidak formal dan selalu dilaksanakan setiap hari

oleh anak-anak Panti Asuhan St. Maria dan Brayat Pinuji Boro adalah doa malam

(42)

dipimpin atau dipandu oleh salah satu anak yang bertugas. Kreativitas dalam

berdoa malam bersama tergantung dari pemandu doa malam, peserta

menyesuaikan saja. Namun inti dari tiap doa malam bersama merupakan

ungkapan syukur atas bimbingan Tuhan pada hari yang lalu dan memohon

perlindungan dalam istirahat. Dengan demikian doa malam bersama berarti

menutup hari dalam nama Tuhan. Dengan berdoa seperti ini, Gereja menguduskan

seluruh hari dan seluruh kegiatan manusia. Adapun langkah-langkah secara umum

dalam doa malam bersama yang selalu dilaksanakan oleh anak Panti Asuhan St.

Maria dan Brayat Pinuji Boro yakni:

1) Pembuka

Pada langkah ini, biasanya pemandu mengajak peserta untuk

mempersiapkan diri dalam suasana tenang untuk masuk kedalam suasana doa

bersama. Pada langkah ini pula menjadi awal menciptakan ketenangan dan

kesunyiaan hati serta pikiran masing-masing peserta doa. Selain itu, bagian ini

anak-anak panti asuhan membuka doa dengan bernyanyi sesuai dengan krativitas

pemandu doa bersama yang bertugas.

2) Kegiatan inti doa bersama

Dalam langkah ini, peserta doa memanjatkan doa bersama secara bersama

dengan buku doa yang sudah dibuatkan oleh petugas doa sesuai dengan

kreativitasnya dalam membawakan doa bersama. Namun terkadang pada langkah

ini peserta doa bersama memanjatkan doa secara spontan saja. Untuk isi doa

bersama yang dipanjatkan kepada Allah biasanya ucapan syukur atas bimbingan

(43)

bersama bisa saja pujian dan tobat kepada Bapa sesuai dengan yang memimpin

doa bersama. Pada langkah ini biasanya ditutup dengan doa yang diajarkan Yesus

sendiri yaitu Bapa Kami dan doa kepada Bunda Maria yakni Salam Maria.

3) Penutup

Pada langkah ini dibacakan doa penutup doa bersama. Bila ada

pengumuman terkait ada tugas yang harus dikerjakan pagi hari atau petugas doa

serta hal-hal yang terkai dengan kegiatan doa bersama besoknya, maka

pengumuman dibacakan pada langkah ini. Setelah itu kegiatan doa bersama

ditutup dengan lagu penutup.

c. Doa Sebelum dan Sesudah Makan

Untuk doa sebelum dan sesudah makan bersama diungkapkan kepada

Tuhan dengan berbagai bentuk doa baik itu memohon, bersyukur atau pujian

semua tergantung yang memimpin doa. Namun yang paling penting bahwa acara

yang mempersatukan dan bahkan menjadi puncak pertemuan seluruh anggota

anak-anak Panti Asuhan St. Maria dan Brayat Pinuji Boro adalah acara makan

bersama. Dengan makan bersama seluruh persaudaraan dan keakraban hubungan

seluruh warga panti asuhan dibangun dan dikembangkan.

Dari situlah doa sebelum dan sesudah makan mengambil suatu peranan

yang cukup penting untuk membangun suatu relasi yang dekat dan hangat di

antara warga panti dan secara khusus membangun suatu relasi dan komunikasi

yang lebih dekat pada kepada Allah.

Pada kesempatan doa sebelum makan bersama yang dilakukan di pagi

(44)

syukur atas penyertaan bimbingan Allah dan hari baru yang telah Ia berikan.

Sedangkan pada doa sesudah makan bersama, menjadi kesempatan untuk

memohon perlindungan dan penyertaan dalam perjalanan kesekolah dan berkat

untuk semua kegiatan yang akan dilakukan sepanjang hari itu.

8. Sakramentalitas Doa Bersama

Orang Kristiani menyadari dirinya sebagai tanda sekaligus alat bagi karya

Allah dalam mempersatukan semua orang. Cara mempersatukan semua orang

dengan cara doa bersama, dimana secara bersama-sama memasuki kehadiran

Allah dengan penuh kesadaran dan sikap saling pengertiaan antar sesama. Maka

di situ pula persaudaraan universal dari Putera terbentuk. Sebagaimana diberikan

pengertian bahwa Dia hidup dan berkarya untuk mengumpulkan segala anak

Allah yang tersebar menjadi satu (Yoh 11:52).

Sakramentalitas berarti komunikasi penyelamatan secara manusiawi yang

direalisasikan juga di dalam kasatuaan kita bersama atas nama Dia. Kesatuan

bersama yang terbentuk ini merupakan suatu jawaban atas tantangan yang datang

dari Allah. Umat Gereja bukanlah sekedar suatu perkumpulan yang timbul dari

kebutuhan-kebutuhan religius saja. Tetapi Gereja adalah ‘ekklesia’ yang dalam

kata Yunaninya bergema arti asalnya yang permanen: pertemuan yang diundang

untuk datang berkumpul.

Kata itu berhubungan dengan kesetiakawanan yang tetap dari

‘Orang-orang yang dikuduskan karena terpanggil’ (Rom.1:7) maupun dengan ‘pertemuan

mereka yang dikuduskan dan berseru kepada Allah (1 Kor.1,2). Di dalam

(45)

tanda sekaligus alat bagi karya panggilan Allah karena kesatuan di dalam Kristus

(Lescrauwaet, 1985: 13-15).

9. Hubungan Timbal Balik dalam Beriman Dengan Doa Bersama

Doa bersama merupakan salah satu komunikasi biasa bagi penyelamatan

antara para peserta sendiri. Maksudnya bahwa komunikasi yang diungkapkan

secara bersama-sama mampu menghadirkan suatu karunia keselamatan dari

Tuhan bagi setiap orang yang berdoa bersama. Bukankah beriman merupakan

suatu karunia Tuhan yang menjadikan kita mampu oleh sesama orang-orang

beriman sehingga semakin menyadari diri sebagai anggota Gereja Allah?.

Doa bersama juga berarti peneguhan beriman secara timbal balik pada

zaman sekarang. Setia dan kehendak untuk berkumpul bersama untuk berdoa

bersama dengan satu tujuan untuk memperoleh rahmat dan kasih Tuhan sebagai

pegangan untuk menjalani kehidupan sehari-hari. Selain itu, untuk saling

membantu dalam hal menumbuhkembangkan iman dan kepercayaan dengan satu

keyakinan kepada Tuhan. Selain itu juga saling menjelaskan iman yang dimiliki

tiap individu dalam hal mengkomunikasikan iman kepada Tuhan melalui

komunikasi doa dan saling mengaktifkan dalam keterlibatan dan kehadirannya di

dalam doa bersama (Lescrauwaet 1985: 15-17).

B. Kepribadian Rohani

1. Pengertian Kepribadian menurut Ilmu Psikologi

Rismawaty (2008:3-4) menguraikan mengenai pengertian kepribadiaan,

(46)

pengalaman-pengalaman hidupnya. Mereka mengartikan diri mereka dalam sikap

dan tingkah laku sesuai dengan konsep diri mereka dan berdasarkan pengalaman

hidup mereka dimana mereka dibina dan dididik dalam lingkungan hidupnya.

Begitu juga dengan kepribadian anak panti asuhan St. Maria dan Brayat

Pinuji Boro. Kepribadian merupakan cara mengaktualisasikan dirinya dengan

caranya masing-masing sesuai dengan permasalahan hidup yang dijalaninya

dalam lingkungan keluarga dan juga lingkungan masyarat dimana dia berinteraksi

dengan orang lain sebelum berada dalam lembaga yang membinanya tersebut.

Kepribadian merupakan aspek kehidupan emosional seseorang yang

berbeda-beda khususnya bagi anak Panti Asuhan St. Maria dan Brayat Pinuji

Boro, karena hidup mereka terpisah dari orang lain yang di harapkan setiap saat

seperti keluarga sehingga menciptakan kepribadian baru dengan cara imitasi atau

meniru orang-orang yang menjadi idola bagi mereka.

Gordon Allport merumuskan kepribadian sebagai ”Sesuatu yang terdapat

dalam diri individu yang memiliki peran dalam membimbing dan memberi arah

kepada seluruh tingkah laku individu yang bersangkutan dalam berinteraksi

dengan orang lain di sekitar hidupnya”. Dalam arti bahwa kepribadian individu

dapat membedakan dirinya dari individu yang lain dengan menyesuaikan diri

dengan lingkungannya.

Kepribadian adalah sesuatu yang memberi tata-tertib dan keharmonisan

terhadap segala macam tingkah laku berbeda-beda yang dilakukan oleh si individu

(Calvin S. Hall, 1993: 27). Kepribadian merupakan bagian dari individu yang

(47)

membedakan individu tersebut dari orang-orang lain, tertapi yang lebih penting,

bahwa itulah yang sebenarnya.

Kepribadian adalah kumpulan sifat atau pun tabiat seperti senang humor,

memikirkan orang lain, murah hati dan sebagainya yang umumnya kita capai

sementara kita menjadi dewasa. Kepribadian ialah sikap mudah bergaul, menonjol

dan bertingkah laku menarik dalam pergaulan sehingga banyak orang yang

tertarik. Kepribadian adalah sesuatu yang dapat dipakai atau dilepaskan semaunya

menurut situasi dan perkembangan hidup seseorang (Heuken,1997: 8-10).

Dari beberapa pendapat mengenai kepribadian di atas, maka dapat ditarik

suatu kesimpulan mengenai kepribadian yaitu suatu pola yang menyeluruh dari

seseorang mengenai semua kemampuan, perbuatan serta kebiasaannya, baik dari

segi fisik, mental, rohani atau spiritual, emosional dan sosial yang terintegrasi dan

terwujud dalam tingkah laku, watak, sifat, gaya hidup dan pola pikir atau cara

pandang dalam usahanya menjadi manusia sebagaimana yang dikehendakinya.

2. Unsur-unsur Kepribadian

Pembentukan kepribadian seorang individu seperti diungkapkan oleh

Koentjaraningrat dalam Taufiq Rohman Dhohiri (2003: 108-109) dipengaruhi

oleh unsur-unsur sebagai berikut :

a. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan suatu unsur yang mengisi akal dan alam jiwa

sadar seseorang. Pengetahuan didapatkan dari interaksi dengan orang lain dan

juga yang diterimanya melalui panca inderanya. Bentuk yang diterima dapat

(48)

hal yang diamati atau pengamatan yang dilakukan terhadap suatu hal secara

intensif dan terfokus.

Pengetahuan yang didapatkan dari hasil persepsi dan pengamatannya

dituangkan dalam kreativitasnya sendiri untuk mengungkapkan pendapat

(konsep) tersebut. Keseluruhan persepsi, pengamatan dan konsep tersebut

merupakan unsur-unsur pengetahuan yang dapat mempengaruhi kepribadian

seorang individu.

b. Perasaan

Perasaan merupakan suatu unsur yang dimiliki oleh setiap manusia. Reaksi

apapun yang kita alami selalu melalui perasaan. Menurut Koentjaraningrat

perasaan adalah suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang karena pengaruh

pengetahuannya sendiri menilai sesuatu sebagai nilai positif atau negatif. Nilai

positif seperti senang, gembira dan diterima sedangkan negatif seperti marah dan

emosi. Perasaan mengisi penuh alam kesadaran manusia pada tiap saat dalam

hidupnya dan selalu bersifat subjektif karena adanya unsur penilaian yang

menimbulkan suatu kehendak dalam kesadaran seorang individu. Jika perasaan itu

masuk dalam kesadaran kita maka otak kita akan menilai sejauh mana perasaan

itu beralasan. Maka kita mengambilnya dengan mengungkapnya melalui doa dan

tindakan atau perbuatan. Perasaan kita dapat menjadi sarana kita dengan Allah

untuk berbicara dan menyapa kita dan menyapa sesama. Oleh karena itu nyatalah

betapa pentingnya perana dalam diri kita karena kalau kita memberikan perasaan

untuk masuk dalam kesadaran kita, pengaruhnya dalam diri kita akan sangat besar

(49)

c. Naluri

Naluri merupakan suatu gerakan berupa tindakan atau perbuatan yang

diakibatkan oleh adanya suatu rangsangan dari luar setelah dari dalam dirinya.

Woodworth dalam (Martin, 1992: 22) mengartikan dorongan sebagai suatu tenaga

dari dalam diri kita yang membuat kita berbuat sesuatu atau menimbulkan dan

mengarahkan tingkah laku manusia. Kebutuhan yang dirasakan oleh individu

yang ditimbulkan oleh suatu dorongan dan kebutuhan yang ada dalam dirinya

tersebut menimbulkan dan mengarahkan pada keadaan siap untuk berbuat

memenuhi kebutuhan dirinya yang diwujudkan dalam suatu tingkah laku.

Keadaan siap ini diarahkan pada satu tujuan kongkret yang diharapkan

dapat memuaskan kebutuhan yang ia rasakan atau ia perlukan. Setelah melihat

suatu tujuan kongkrit dalam rangka memuaskan kebutuhannya itu, maka individu

berbuat sesuatu untuk mencapai tujuan kongkret itu (Martin, 1992: 50).

Naluri atau dorongan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup baik

yang bersifat rohaniah atau jasmaniah. Kebutuhan hidup yang bersifat rohani

biasanya adalah berdoa secara individu maupun bersama, mengikuti perayaan

Ekaristi di gereja, ikut kegiatan-kegiatan rohani lainnya. Dorongan dalam sikap

atau perbuatan bisa dilihat dalam dorongan untuk berbakti, dorongan untuk

bergaul dengan sesama dan dorongan untuk mewujudkan nilai-nilai rohani

lainnya.

Sedangkan kebutuhan jasmaniah seperti kebutuhan primer dan sekunder.

Semua ini merupakan motivasi sadar berfungsi atas dorongan rasional dan

(50)

dirinya dan juga sesama (Prastetya, 1992: 54). Naluri semacam ini tidak

semata-mata bersumber dari pengetahuan yang diperloleh individu dalam hidupnya atau

akal pikiran seorang individu tetapi juga merupakan olahan perwujudan dari

perasaan yang sedang dialaminya.

3. Faktor Pembentuk Kepribadian

Kepribadian seseorang khususnya kepribadian rohani dipengaruhi oleh

berbagai faktor sepanjang hidupnya di antaranya faktor lingkungan, faktor

kehendak bebas dan faktor pendidikan agama.

a. Faktor lingkungan

Faktor lain yang memberi pengaruh cukup besar terhadap pembentukan

karakter kepribadian seorang anak atau individu adalah lingkungan dimana

seseorang tumbuh dan dibesarkan serta dididik dalam sebuah lembaga.

Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan sosial dan lingkungan fisik dimana

seseorang berinteraksi dan tumbuh di dalamnya. Faktor lingkungan ini memiliki

peran dalam membentuk kepribadian seseorang.

1) Lingkungan sosial

Lingkungan sosial sangat berperan dalam pembentukan kepribadian

seseorang individu yang meliputi lingkungan dalam keluarga, lingkungan di

sekolah, lingkungan tempat bekerja dan juga lingkungan di masyarakat. Dalam

lingkungan keluarga, anak berada dalam lingkungan sosial yang pertama

dibandingkan dengan kelompok sosial yang lainnya. Anak lebih banyak

(51)

membentuk kepribadiaan seorang anak dan pengaruh keluarga jauh lebih luas

dibandingkan pengaruh lain dalam membentuk kepribadiaan anak (Hurlock,

1990: 257).

Dalam keluarga, orang tua dan juga anggota keluarga lain mencurahkan

perhatian dan kasih sayang untuk mendidik anak agar mendapat dasar-dasar pola

pergaulan hidup yang benar dan baik sehingga dapat membentuk kepribadiaan si

anak. Bila terjadi sesuatu yang berlainan dan menyimpang dari sikap yang baik

dan benar dalam kepribadianya, biasanya dia agak mengalami kekecewaan selama

dalam pola asuh orang tua. Anak perlu di didik dalam bentuk sosialisasi represif

(repressive socialization) diantaranya menghukum prilaku atau sikap yang keliru,

kepatuhan anak, dan solisasi partisipasi (participatory socializatio) salah satunya

memberikan imbalan bagi perilaku yang baik (Taufiq Rohman Dhohiri, 2005:

109-110).

Dalam berinteraksi dengan teman-temannya pada saat sekolah dan

kelompok bermain memberi peranan dalam membentuk kepribadiaan anak.

Karena mereka berinteraksi dengan teman yang mereka jumpai dalam hidupnya

sehari-hari sehingga dapat mengembangkan sikap, prilaku dan keterampilan

sosial yang bisa membentuk pola prilaku yang mendorong menjadi orang yang

memiliki kepribadian yang baik dan kepribadian yang kurang baik pula sesuai

dengan pengamatan dan persepsi yang dilihatnya dan dialaminya.

Interaksi dengan kelompok sosial biasanya didapatkan seseorang

khusunya anak dalam bekerja atau berada di tengah masyarakat dan ini

(52)

di sekitar hidupnya sering menimbulkan konflik batin dalam diri seseorang

khususnya anak dan remaja karena menentukan sikap mana yang harus

dilaksanakan dan mana yang tidak. Masalah seperti ini menuntut pada penerimaan

sosial seseorang dengan persetujuan kelompok teman sebayanya. Penerimaan

sosial memegang peranan penting bagi konsep diri anak. Bila dia diterima dalam

kelompok sosial lebih mampu mengmbangkan diri ke arah pola sikap dan prilaku

yang positif namun begitu sebaliknya bila jarang diterima dalam kelompok akan

menimbulkan pola prilaku yang negatif.

Setiap lingkungan sosial dimana anak tumbuh dan berkembang pasti

memiliki kebudayaan masing-masing. Kebudayaan ini paling nampak dalam

lingkungan sosial di masyarakat tempat anak tinggal. Setiap kebudayaan

memberikan pengaruh besar terhadap perilaku maupun pembentukan kepribadian

seseorang. Hal ini karena seseorang mengalami pengaruh kebudayaan yang sangat

kuat sejak ia masih kecil sebagai hasil belajarnya melalui proses interaksi,

sosialisasi dan internalisasi nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung dalam setiap

kebudayaan dalam diri seseorang di masyarakat.

Dari uraian di atas dapat diketahui, bahwa berbagai sikap dan perilaku

seseorang merupakan akibat pengalaman-pengalaman yang seseorang peroleh

sejak masa kanak-kanak sehingga menjadi ciri khas atau watak dari masyarakat

yang bersangkutan. Jadi, kepribadian yang terbentuk dari hasil pola pendidikan

dan sosialisasi dalam diri setiap individu dapat saja bertentangan antara antara

satu dengan yang lainnya karena faktor perbedaan kebudayaan atau adat istiadat

(53)

2) Lingkungan fisik

Selain lingkungan sosial di mana seseorang tumbuh dan berkembang di

dalamnya, lingkungan fisik pun ikut berperan dalam pembentukan kepribadian

seseorang. Lingkungan fisik di sini mencakup keadaan geografis seperti bentang

alam, keadaan iklim, sumber daya alam dan letak geografis. Lingkungan fisik juga

mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas-fasilitas umum serta

kondisi lingkungan sekitar di tempat seseorang tinggal.

Lingkungan fisik ikut menentukan kebiasaan-kebiasaan dan gaya hidup

seseorang. Misalnya kita bandingkan saja orang yang biasa hidup di daerah

pegunungan dengan orang yang tinggal di daerah landai seperti pesisir pantai pasti

memiliki perbedaan sikap dan perilaku misalnya dalam bertutur kata, berjalan,

bekerja, dll. Selain itu kondisi alam yang berbeda juga memberikan

tuntutan-tuntutan yang berbeda bagi masing-masing orang dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya. Misalnya ada orang yang cukup puas dengan apa yang alam berikan

karena mungkin lingkungannya cukup kaya dengan sumber daya alam dan ada

pula orang yang selalu kekurangan dan harus bekerja keras untuk dapat

mencukupi kebutuhan hidupnya karena lingkungannya tidak memiliki sumber

daya alam yang memadai. (Dhohiri, 2005: 116).

Jadi lingkungan fisik pun ikut berpengaruh terhadap pembentukan

kepribadian seseorang. Karena lingkungan fisik tempat dimana seseorang tinggal

secara langsung telah mengkondisikan dirinya sedemikian rupa sesuai dengan

keadaan alam sekitarnya entah lingkungan yang keras atau bersahabat dalam

(54)

b. Faktor Pendidikan Agama

Pendidikan agama mempunyai peranan amat besar dalam pembentukan

kepribadian seseorang. Pendidikan agama memberi pandangan hidup yang

mengarahkan pada cita-cita, cara seseorang berpikir dan bersikap. Berkat inilah

kepribadian seseorang yang sedang berkembang dapat menjadi utuh dan

seimbang. Nilai-nilai dalam pendidikan agama diantaranya iman, harapan dan

kasih mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembentukan kepribadian

seseorang. Iman memberi keyakinan bahwa kepribadian ideal yang dicita-citakan

seseorang adalah kepribadian yang semakin baik. Harapan menumbuhkan sikap

optimis dan yakin bahwa seseorang mempunyai keyakinan dan mampu

berkembangan semakin baik sedangkan kasih atau cinta mengasihi diri sendiri

dengan tulus untuk mencapai kepribadian yang semakin dewasa (Heuken, 2002:

24).

Ketiga nilai di atas menjadi penggerak bagi seseorang dalam

pembentukkan kepribadiannya. Iman harapan dan cintakasih yang hidup dalam

dirinya mendorong seseorang untuk bergumul dan membangun kehidupan doa

sebagai bagian dari pendidikan agama yang dilaksanakan seseorang secara rutin

dan tekun. Menurut J.Sunarka (1985: 1-6) bahwa kepribadiaan dapat

dikembangkan lewat doa sebagai pemenuhan diri, perkembangan pribadi, dan

perwujudan pribadi seseorang yang berdoa. Maksudnya bahwa manusia hanya

dapat pula berkembang kepribadiannya oleh karena adanya relasi dengan-Nya

Gambar

Tabel - 2:Ditribusi sampel Brayat Pinuji
Tabel - 4: Sub variabel pengetahuan
Tabel – 6:Kisi-kisi variabel kepribadian rohani anak panti asuhan
Tabel - 9: Kriteria  kepribadian rohani
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan menalar dapat diamati dari aktivitas peserta didik ketika mengemukakan pendapat, didik diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses, dan

Pasal 10 ayat (1) tidak lagi memenuhi dan melaksanakan Standar Usaha Jasa Konsultan Pariwisata yang berlaku berdasarkan Sertifikat Usaha Jasa Konsultan Pariwisata yang

Anak di luar nikah yang lahir tanpa perkawinan yang sah tidak dapat diberikan perlindungan melalui itsbat nikah, karena tidak memiliki dasar hukum untuk

Perobahan itu menurutnya adalah hasil dari meminjam alat-alat elaborasi (teori sosial) yang dimiliki oleh ilmuan di luar Islam. Dari sini muncullah

Menurut Dewan Pertimbangan Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia (DPP PPNI) tahun 1999, standar praktik keperawatan merupakan komitmen profesi keperawatan dalam

perkembangan karier tersebut adalah memiliki kesadaran akan kebutuhan untuk memperoleh kejelasan minat karier, mampu memanfaatkan sumber-sumber belajar yang mengarah

Tutkimuksessa tarkasteltiin maahanmuuttajataustaisten oppilaiden ystävyys- suhteita ja näiden suhteiden vaikutusta oppimiseen. Sekä Josin että Levin koulupäivistä

Sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku, Dewan Komisaris adalah organ perusahaan yang mewakili Pemegang Saham untuk melakukan fungsi pengawasan atas pelaksanaan kebijakan