• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN TEORI"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Persalinan Normal 1. Definisi persalinan

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta, dan selaput ketuban keluar dari uterus. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan (inpartu) dimulai sejak uterus berkontaksi dan menyebabkan perubahan pada serviks yang membuka dan menipis, dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak menyebabkan perubahan serviks.(6)

2. Tujuan asuhan persalinan

Tujuan dari asuhan persalinan adalah mengupayakan kelangsungan hidup dan meningkatkan derajat kesehatan bagi ibu dan bayinya melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal dengan asuhan kebidanan persalinan yang adekuat sesuai dengan tahapan persalinan sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal.(7)

3. Sebab mulainya persalinan a. Penurunan kadar progesterone

Progesterone menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, dan sebaliknya estrogen meningkatkan otot rahim. Selama hamil kadar hormone estrogen dan progesterone ini seimbang, namun pada akhir kehamilan hormon progestron akan mengalani penurunan sehingga menimbulkan kontraksi.(7)

Pada plasenta diatas umur kehamilan 28 minggu akan mengalami penuaan, yaitu terjadinya penimbunan jaringan ikat, dan pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu. Sehingga produksi progesterone akan mengalami penurunan, sehingga otot rahim akan sensitive terhadap oksitosin. Sehingga otot rahim akan mulai berkontaksi.(7)

b. Teori oxytocin

(2)

Perubahan keseimbangan antara hormone estrogen dan progesterone akan menyebabkan otot rahim lebih sensitive, sehingga akan terjadi kontaksi palsu atau Braxton Hicks. Pada akhir kehamilan, progesterone menurun sehingga akan menaikan oksitosin dan meningatkan kerja otot-otot rahim sehingga memicu terjadinya kontraksi hingga terdapat tanda-tanda persalinan.(7)

c. Keregangan otot rahim

Otot rahim memiliki kemapuan meregang dalam batas tertentu dan setelah melewati batas tertentu makan akan terjadi kontaksi sehingga mulailah tanda- tanda persalinan. Dengan semakin tuanya kehamilan otot-otot rahim akan semakin meregang maka akan timbul kontaksi.(7)

d. Teori iritasi mekanis

Dibelakang serviks terletak ganglion servikalis (fleksus frakenhauser). Bila ganglion ini digeser dan ditekan (misalnya oleh kepala janin), maka akan timbul kontraksi uterus.(8)

4. Tanda gejala persalinan

a. Tanda-tanda persalinan sudah dekat 1) Lightening

Lightening adalah sebutan untuk kepala janin yang sudah turun ke panggul.

Beberapa minggu sebelum persalinan ibu akan merasa tubuhnya lebih ringan dan sesak berkurang. Namun ibu akan merasakan lebih sulit berjalan dan nyeri perut bawah.(7)

2) Polikasuria

Pada akhir kehamilan kepala janin akan mulai masuk ke pintu atas panggul sehingga menyebabkan kandung kemih tertekan sehingga ibu merasa ingin sering kencing.(7)

3) False labor

Biasanya tiga sampai empat minggu sebelum persalinan akan mulai kontraksi-kontraksi pendahuluan yang merupakan peningkatan dari kontaksi Braxton Hicks. Biasanya kontaksi ini bersifat : (7)

a) Nyeri perut bawah b) Tidak teratur

(3)

c) Lamanya his pendek, tidak bertambah kuat seriring waktu dan jika dibawa jalan akan berkurang

d) Tidak berpengaruh terhadap pendataran atau pembukaan serviks.

4) Perubahan serviks

Pada saat kehamilan keadaan serviks akan menutup, panjang dannkurang lunak. Sedangkan pada awal persalinan serviks akan berubah menjadi lunak, mengalami sedikit penipisan, dan kemungkinan mengalami dilatasi.

Perubahan serviks ini tergantung pada individu dan paritasnya.(7) 5) Pengeluaran lendir darah

Lendir sekresi serviks dari hasil proliferasi kelenjar lendir pada awal kehamilan ini menjadi pelindung dan menutup jalan lahir. Sehingga saat memasuki awal persalinan akan terjadi pengeluran lendir darah ini yang disebut blood show.(7)

b. Tanda gejala persalinan

1) Timbulnya kontraksi uterus

Kontraksi persalinan atau yang biasa disebut his memiliki sifat sebagai berikut :

a) Nyeri melingkar dari punggung menjalar ke perut depan b) Sakit pinggang menjalar kedepan

c) His sifatnya teratur dengan interval semakin lama semakin sering dan semakin kuat

d) Berpengaruh terhadap pendataran, penipisan, dan pembukaan serviks e) Jika dibawa beraktifitas kontaksi akan semakin bertambah kuat f) Frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit.(7)

2) Penipisan dan pembukaan serviks

Penipisan dan pembukaan serviks ditandai dengan adanya pengeluaran lendir dan darah sebagai tanda awal.(7)

3) Keluar cairan lendir bercampur darah (blood show) melalui vagina.

Dengan pendataran dan pembukaan serviks, lendir dari canalis cervicalis keluar disertai dengan sedikit darah. Perdarahan ini disebabkan karena

(4)

lepasnya selaput janin pada bagian bawah segmen bawah rahim hingga beberapa capillair darah terputus.(7)

5. Tahapan Persalinan a. Kala I

Kala I yaitu dimulai dari adanya kontaksi uterus dengan frekuensi dan kekuatan yang teratur dan meningkat hingga serviks membuka lengkap 10 cm.

Kala I persalinan terdiri dari dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif.(6)

1) Fase laten di mulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap hingga membuka kurang dari 4 cm. Fase ini berlangsung selama 7-8 jam.(6)

2) Fase aktif dimulai dari pembukaan 4 cm hingga pembukaan lengkap atau 10 cm, dengan kecepatan pembukaan rata-rata 1 cm perjam pada primipara dan lebih dari 1 cm hingga 2 cm pada multipara. Frekuensi dan lama kontraksi akan meningkat secara bertahap dan terjadi penurunan bagian terbawah janin.

Fase aktif terbagi dalam 3 fase : (7)

a) Fase akselerasi, waktu 2 jam pembukaan dari 3 cm menjadi 4 cm

b) Fase dilatasi maksimal, waktu 2 jam pembukaan berlagsung cepat dari 4 cm menjadi 9 cm

c) Fase deselarasi, pembukaan menjadi sangat lambat dalam waktu 2 jam, pembukaan 9 cm menjadi 10 cm (lengkap)

Pembukaan yang terjadi pada multigravida memiliki jangka waktu lebih pendek yaitu kala 1 berlangsung ±8 jam sedangkan pada primigravida ±12 jam.(7)

b. Kala II

Persalinan kala II atau disebut sebagai kala pengeluaran bayi dimulai dari pembukaan serviks yang sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II biasanya berlangsung 2 jam pada primipara dan 1 jam pada multipara.(6)

Tanda gejala kala II

a. Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontaksi

(5)

b. Adanya tekanan pada anus dan vagina c. Perineum menonjol

d. Vulva vagina dan sfingter ani membuka

e. Pengeluran lendir bercampur darah semakin banyak.

f. His lebih kuat dan lebih cepat 2-3 menit sekali.

g. Pemantauan kala II

1) Tenaga dan kontraksi uterus

Periksa usaha mengedan dan palpasi kontraksi uterus (setiap 10 menit) meliputi frekuensi, lamanya, dan kekuatannya

2) Kondisi janin

Dipantau DJJ (setiap 15 menit), penurunan presentasi dan perubahan posisi, dan warna ketuban

3) Kondisi ibu

Periksa nadi dan tekanan darah setiap 30 menit. Respon ibu meliputi keadaan dehidrasi, perubahan sikap/perilaku, dan tingkat tenaga.

Tanda pastinya memasuki persalinan kala II ditentukan melalui periksa dalam dengan hasil pembukaan serviks telah lengkap (porsio tidak teraba) dan atau terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.(6)

c. Kala III

Persalinan kala tiga dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Pada kala tiga ini otot myometrium akan berkontraksi mengikuti penyusutan rongga uterus setelah bayi lahir. Penyusutan ukuran ini akan menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta.

Karena tempat perlekatannya semakin kecil dan ukuran plasenta tidak berubah, maka plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus.

Setelah lepas, plasenta akan turun ke segmen bawah rahim atau ke vagina.(6) 1) Tanda-tanda pelepasan plasenta

a) Perubahan bentuk dan tinggi fundus

Setelah uterus berkontaksi dan plasenta terdorong kebawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti buah alpukat atau pear dan fundus berada diatas pusat.

(6)

b) Tali pusat memanjang

Tali pusat terlihat menjulur keluar didepan vulva.

c) Terdapat semburan darah mendadak

Darah yang terkumpul dibelakang plasenta akan mendorong plasenta keluar. Apabila darah yang terkumpul melebihi kapasitas tampungnya maka darah akan tersembur dari tepi plasenta yang lepas.(6)

2) Kala III terdiri dari 2 fase, yaitu : a) Fase pelepasan plasenta

Beberapa cara pelepasan plasenta antara lain : (1) Schultze

Bagian yang terlepas teelebih dahulu adalah bagian tengah, lalu terjadi perdarahan yang berasal dari lepasnya plasenta mula-mula dari bagian tengah, lalu seluruhnya. Biasanya tidak ada perdarahan sebelum plasenta lahir dan perdarahan akan banyak setelah plasenta lahir.(5)

(2) Duncan

Bagian yang terlepas mulai dari bagian pinggir, sehingga darah akan mengalir keluar antara selaput ketuban. Pengeluran darah akan terjadi serempak dari tengah dan pinggir plasenta.(5)

b) Fase pengeluaran plasenta

Prasat-prasat untuk mengetahui lepasnya plasenta adalah : (1) Kustner

Meletakkan tangan disertai tekanan di atas simfisis, tali pusat ditengangkan. Jika tali pusat masuk kembali artinya plasenta belum lepas. Jika diam atau maju artinya plasenta sudah lepas.(5)

(2) Klein

Saat ada his, rahim di dorong sedikit. Jika tali pusat kembali artinya belum lepas, jika diam atau turun artinya sudah lepas. (namun cara ini sudah tidak digunakan lagi).(5)

(3) Strassman

(7)

Menegangkan tali pusat dan ketok pada fundus, jika tali pusat bergetar artinya plasenta belum lepas, jika tidak bergetar artinya plasenta sudah lepas.(5)

d. Kala IV

Kala empat persalinan yaitu dimulai setelah lahirnya plasenta sampai 2 jam postpartum. Kala ini terutama bertujuan untuk melakukan observasi karena perdarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Rata-rata jumlah perdarahan yang normal yaitu 250 cc, biasanya 100-300 cc. jika perdarahan lebih dari 500 cc, maka sudah dikategorikan sebagai perdarahan postpartum primer. Sebaiknya tidak meninggalkan ibu bersalin 1 jam sesudah bayi lahir dan plasenta lahir.(5) Sebelum meninggalkan ibu yang baru bersalin, periksa ulang ha-hal berikut :

1) Kontrkasi rahim: di palpasi untuk mengetahui baik atau tidaknya kontraksi dan dapat dengan melakukan masase fundus uteri.

2) Perdarahan: ada atau tidaknya, banyak atau tidaknya

3) Kandung kemih: harus kosong, jika penuh ibu dianjurkan berkemih atau jika tidak bisa lakukan kateterisasi.

4) Luka

Evaluasi laserasi dan perdarahan aktif pada perineum dan vagina. Nilai perluasan laserasi perineum. Derajat laserasi perineum terbagi atas :

a) Derajat I, meliputi mokosa vagina, fourchette posterior dan kulit perineum. Pada derajat i ini tidak perlu dilakukan penjahitan, kecuali jika terjadi perdarahan

b) Derajat II, meliputi mokosa vagina, fourchette posterior, kulit perineum dan otot perineum. Pada derajat ii dilakukan penjahitan dengan teknik jelujur

c) Derajat III, meliputi mokosa vagina, fourchette posterior, kulit perineum, otot perineum dan otot spingter ani external

d) Derajat IV, meliputi mokosa vagina, fourchette posterior, kulit perineum, otot perineum, otot spingter ani external, hingga dinding rectum anterior

(8)

Derajat III dan IV segera lakukan rujukan karena laserasi ini memerlukan teknik dan prosedur khusus.(7)

5) Plasenta dan selaput ketuban : periksa kelengakapannya

6) Keadaan umum ibu (tekanan darah, nadi, pernafasan, dan masalah lainnya) di pantau setiap 15 menit sekali pada 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada 1 jam kedua.

7) Bayi : dalam keadaan baik atau tidak.(7)

6. Perubahan Fisiologis dan Psikologis pada Persalinan a. Perubahan Fisiologis persalinan

1) Perubahan Fisiologis pada Kala I a) Tekanan darah

Tekanan darah meningkat selama terjadinya kontraksi (sistol naik 10-20 mmHg, diastol naik 5-10 mmHg). Rasa sakit, takut, dan cemas akan meningkatkan tekanan darah.(8)

b) Metabolisme

Metabolisme karbohidrat aerob dan anaerob akan meningkat secara berangsur-angsur disebabkan karena kecemasan dan aktivitas otot skeletal, peningkatan ini ditandai dengan adanya peningkatan suhu tubuh, denyut nadi, curah jantung dan pernafasan.(8)

c) Suhu Tubuh

Oleh karena adanya peningkatan metabolisme maka suhu tubuh sedikit meningkat sebelum persalinan. Selama dan setelah persalinan akan terjadi peningkatan sekitar 0,5-1 C.(8)

d) Detak jantung

Oleh karena adanya peningkatan metabolisme tubuh maka adanya peningkatan detak jantung secara dratis selama kontraksi.(8)

e) Pernapasan

Terjadi sedikit peningkatan laju pernapasan yang dianggap normal, hiperventilasi (pernapasan cepat ) yang lama dianggap tidak normal dan

(9)

menyebabkan alkalosis (kondisi tubuh dimana darah banyak mengandung basa atau alkali).(8)

f) Sistem Ginjal

Poliuria sering terjadi selama proses persalinan, dikarenakan adanya peningkatan cardiac ouput, peningkatan filtrasi glomerulus, dan peningkatan aliran plasma ginjal. Proitenuria yang sedikit dianggap normal dalam persalinan.(8)(8)

g) Sistem Gastrointestinal

Motilitas lambung dan absorpsi makanan padat secara subtansi berkurang sangat banyak selama persalinan. Selain itu, berkurangnya pengeluaran getah lambung menyebabkan pengosongan lambung menjadi lambat.(8) h) Sistem Hematologi

Hematologi meningkat 1,2 gr/100 ml selama persalinan dan akan kembali pascapersalinan kecuali jika terjadi pendarahan postpartum.(8)

2) Perubahan Fisiologis Kala II

a) Tekanan darah meningkat 15-25 mmHg selama kontraksi kala II, usaha meneran ibu dapat meningkatkan tekanan darah. Oleh sebab itu diperlukan evaluasi tekanan darah yang cermat di antara kontraksi.

b) Peningkatan metabolisme terus berlanjut sampai kala dua diakibatkan adanya peningkatan otot rangka karena adanya usaha meneran ibu.

c) Frekuensi nadi meningkat selama kala II.

d) Terjadinya peningkatan suhu 0,5-1 C.

e) Pernapasan sama pada saat kala I persalinan normal.

f) Penurunan motilitas lambung dan absorpsi yang hebat sampai kala II.

Maka pada kala II sering terjadi mual dan muntah, tetapi mual dan muntah sesekali merupakan hal yang normal kecuali jika konstan dan menetap selama persalinan merupakan hal yang abnormal dan merupakan indikasi komplikasi seperti ruptur uteri dan toksemia.

g) Perubahan ginjal dan hematologik sama dengan persalinan kala I.(9) 3) Perubahan Fisiologis Kala III

(10)

Pada kala III persalinan, otot uterus menyebabkan berkurangnya ukuran rongga uterus secara tiba-tiba setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran rongga uterus ini menyebabkan implantasi plasenta. Karena tempat implantasi menjadi semakin kecil sedangkan ukuran plasenta tidak berubah.

Oleh karena itu, plasenta akan menekuk, menebal, kemudian terlepas dari dinding uterus. Setelah lepas plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau bagian atas vagina.(8)

4) Perubahan Fisiologis Kala IV a) Tanda vital

Pemantauan tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, dan pernapasan), kontraksi uterus, kandung kemih, pengeluaran darah pada kala empat dilakukansetiap 15 menit pada jam pertama, dan setiap 30 menit pada jam kedua. Pemeriksaan suhu dilakukan 2 kali selama 2 jam, masing-masing setiap 1 jam.(9)

b) Tekanan darah

biasanya tidak berubah, akan tetapi tekanan darah berkemungkinan rendah setelah melahirkan karena adanya pendarahan. Jika tekanan darah tinggi menandakan terjadinya preeklampsia postpartum. Tekanan darah normal ˂ 140/90 mmHg. Jika tekanan darah ibu ˂ 90-60 mmHg dan nadi

˃ 100 kali permenit, hal ini terjadi karena adanya demam atau pendarahan pada ibu.(9)

c) Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali permenit. Setelah melahirkan biasanya denyut nadi akan lebih cepat, tetapi jika melebihi 100 kali permenit itu adalah hal abnormal dan ini disebabkab oleh infeksi atau pendarahan postpartum yang tertunda.(9)

d) Suhu

Suhu sedikit meningkat, tetapi dalam batas normal (di bawah 38˚C). Jika dalam 24 jam post-partum suhu tubuh ibu pasca bersalin mencapai 38˚C atau lebih, hal ini terjadi karena dehidrasi atau infeksi sebelum persalinan.(9)

(11)

e) Pernapasan

Jika suhu tubuh dan denyut nadi normal, maka pernapasan akan normal.

Pernapasan normal, teratur, dengan frekuensi 16-20 kali per menit, kecuali ada gangguan khusus pada sistem pernapasan.(9)

f) Sistem gastrointenstinal

Selama 2 jam pasca persalinan sering terjadi mual dan muntah, maka atasi dengan posisi tubuh setengah duduk atau duduk ditempat tidur. Perasaan haus pasti dirasakan oleh pasien, maka beri pasien minum agar tidak terjadi dehidrasi.(9)

g) Sistem ginjal

Selama 2-4 jam pasca persalinan kandung kemih masih dalam keadaan hipotonik akibat adanya alostaksis sehingga mengakibatkan kandung kemih penuh. Maka usahakan untuk selalu mengossongkan kandung kemih guna mencegah uterus berubah posisi dan tidak terjadi atonia uteri.

Karena uterus yang berkontraksi dengan buruk akan menyebabkan pendarahan dan nyeri.(9)

b. Perubahan Psikologis Persalinan 1) Perubahan Psikologis Kala I

Asuhan yang bersifat mendukung selama persalinan merupakan suatu standar pelayanan kebidanan. Ibu yang bersalin mengalami perubahan emosional yang tidak stabil.(8)

2) Perubahan Psikologis Kala II

Pada kala II, his terkoordinasi kuat, cepat, dan lebih lama kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun dan masuk ruang panggul, sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang menimbulkan rasa ingin meneran.

Karena tekanan pada rektum membuat ibu merasa ingin buang air besar, dengan tanda anus terbuka. Pada waktu terjadi his kepala janin mulai terlihat, vulva membuka, dan perineum meregang. Dengan adanya his meneran yang terpimpin maka akan lahir kepala diikuti oleh seluruh badan janin. Oleh, karena itu pada Kala II ibu mengalami perubahan emosi yang tidak stabil,

(12)

peran keluarga terdekat serta suami sangat penting untuk mendukung ibu agar ibu tidak cemas dan tidak khawatir.(8)

3) Perubahan Psikologis Kala III

a) Ibu senang, gembira dan bangga akan dirinya, ia juga merasa lelah.

b) Ibu ingin melihat anaknya, menyentuh, dan memeluknya.

c) Ia juga ingin segera plasenta atau ari-ari segera lahir.(8) 4) Perubahan Psikologis Kala IV

Kala IV dimulai setelah plasenta lahir dan 2 jam sesudahnya. Ibu sudah tenang karena bayi dan plasenta sudah lahir. Pada kala IV ini Ada hal yang diperhatikan dan di observasi yaitu tingkat kesadaran, pemeriksaan tanda- tanda vital, kontraksi uterus, dan pendarahan tidak boleh lebih dari 500 cc karena hal ini dianggap abnormal. Serta dilakukan pemantauan kala IV dan pemantauan keadaan umum ibu.(8)

7. Mekanisme persalinan normal a. Masuknya kepala janin dalam PAP

Masuknya kepala ke dalam PAP terutama pada primigravida terjadi pada bulan terakhir kehamilan tetapi pada multipara biasanya terjadi pada permulaan persalinan. Masuknya kepala ke dalam PAP biasanya dengan sutura sagitalis melintang menyesuaikan dengan letak punggung. Apabila dalam palpasi didapatkan punggung kiri maka sutura sagitalis akan teraba melintang kekiri/

posisi jam 3 atau sebaliknya apabila punggung kanan maka sutura sagitalis melintang ke kanan/posisi jam 9, dan pada saat itu kepala dalam posisi fleksi ringan.(7)

1) Sinklitismus

Jika sutura sagitalis pada posisi di tengah-tengah jalan lahir yaitu tepat di antara symphysis dan promontorium, pada posisi synclitismus os parietale depan dan belakang sama tingginya.(7)

2) Asinklitismus

Jika sutura sagitalis agak ke depan mendekati symphisis atau agak ke belakang mendekati promontorium.

(13)

a) Acynclitismus posterior adalah posisi sutura sagitalis mendekati symphisis dan os parietale belakang lebih rendah dari os parietale depan.

b) Acynclitismus anterior adalah posisi sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os parietale depan lebih rendah dari os parietale belakang.(7)

Pada saat kepala masuk PAP biasanya dalam posisi asynclitismus posterior ringan. Pada saat kepala janin masuk PAP akan terfiksasi yang disebut dengan engagement.(7)

Gambar 2.1 Synclitismus Sumber : (7)

Gambar 2.2 Asynclitismus anterior Sumber : (7)

(14)

Gambar 2.3 Asynclitismus posterior Sumber : (7)

b. Majunya kepala janin

Pada primi gravida majunya kepala terjadi setelah kepala masuk ke dalam rongga panggul dan biasanya baru mulai pada kala II, sedangkan pada multi gravida majunya kepala dan masuknya kepala dalam rongga panggul terjadi bersamaan.

Majunya kepala bersamaan dengan gerakan-gerakan yang lain yaitu: fleksi, putaran paksi dalam, dan ekstensi. Majunya kepala disebabkan karena:

a. Tekanan cairan intrauterine

b. Tekanan langsung oleh fundus uteri oleh bokong c. Kekuatan mengejan

d. Melurusnya badan bayi oleh perubahan bentuk rahim.(7) c. Fleksi

Fleksi yaitu dagu janin mendekati dada janin dimana kepala bayi mendekati HIII/Spina Ichiadika dan menyesuaikan dengan jalan lahir. Saat terjadi fleksi kepala janin memasuki ruang panggul dengan ukuran yang paling kecil yaitu dengan diameter suboccipito bregmatikus (9,5 cm) menggantikan suboccipito frontalis (11 cm).(7)

(15)

Gambar 2.4 Kepala fleksi Sumber : (7) d. Putaran paksi dalam

Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan memutar ke depan ke bawah symphisis. Pada presentasi belakang kepala bagian terendah adalah daerah ubun- ubun kecil (UUK) dan bagian ini akan memutar ke depan ke bawah symphisis.

Putaran paksi dalam mutlak diperlukan untuk kelahiran kepala, karena putaran paksi merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya bentuk bidang tengah dan pintu bawah panggul.(7)

Gambar 2.5 Putaran paksi dalam Sumber : (10)

e. Ekstensi

(16)

Setelah putaran paksi dalam selesai dan kepala sampai di dasar panggul, terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan dan ke atas, sehingga kepala harus mengadakan ekstensi untuk dapat melewati pintu bawah panggul.(7) Dalam rotasi UUK akan berputar ke arah depan, sehingga di dasar panggul UUK berada di bawah simfisis, dengan suboksiput sebagai hipomoklion (pusat pemutaran) kepala mengadakan gerakan defleksi untuk dapat dilahirkan. Dengan kekuatan his dan kekuatan mengejan, maka berturut-turut tampak : bregmatikus, dahi, muka, dan akhirnya dagu dengan gerakan ekstensi.(7)

Gambar 2.6 Ekstensi Sumber : (10)

f. Putaran paksi luar

Putaran paksi luar adalah gerakan kembali sebelum putaran paksi dalam terjadi, untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung janin. Bahu melintasi PAP dalam posisi miring. Di dalam rongga panggul bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya hingga di dasar panggul, apabila kepala telah dilahirkan bahu akan berada dalam posisi depan belakang. Selanjutnya dilahirkan bahu depan terlebih dulu baru kemudian bahu belakang, kemudian bayi lahir seluruhnya.(7)

(17)

Gambar 2.7 Putaran paksi luar Sumber : (10)

g. Ekspulsi

Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai dibawah simfisis dan menjadi hipomoklion untuk kelahiran bahu belakang. Setelah kedua bahu lahir, selanjutnya seluruh badan bayi dilahirkan searah dengan sumbu jalan lahir.(7) 8. Langkah-langkah Asuhan Persalinan Normal (APN)

Melihat Tanda dan Gejala Kala Dua.(10)

1. Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua.

a. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

b. Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan vaginanya.

c. Perineum menonjol.

d. Vulva dan spingter ani membuka.

Menyiapkan Pertolongan Persalinan

2. Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap digunakan.

Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set.

3. Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.

4. Lepaskan dan simpan semua perhiasan yang dipakai, cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.

5. Pakai sarung tangan DTT untuk melakukan pemeriksaan dalam.

6. Memasukkan oksitosin 10 unit ke dalam spuit dengan teknik one hand, gunakan tangan yang memakai sarung tangan DTT atau steril, pastikan tidak terjadi kontaminasi.

Memastikan Pembukaan Lengkap dan Keadaan Janin Baik

7. Membersihkan vulva dan perineum dan mengganti sarung tangan jika terkontaminasi

(18)

8. Melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.

9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5 % kemudian lepaskannya dan rendam dalam keadaan terbalik selama 10 menit. Cuci tangan setelah sarung tangan dilepas.

10. Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normai (120 - 160 kali/menit).

a. Mengambii tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.

b. Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ, dan semua hasil- hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.

Menyiapkan Ibu dan Keluarga untuk Membantu Proses Pimpinan Meneran 11. Beritahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.

Membantu ibu untuk menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya.

a. Tunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran, lakukan pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin, sesuai dengan pedoman penatalaksanaan fase aktif. Dokumentasikan semua temuan yang ada.

b. Menjelaskan kepada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran dengan benar.

12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi meneran. Jika timbul rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat maka bantu ibu dalam posisi setengah duduk atau posisi yang diinginkan serta pastikan ibu nyaman.

13. Laksanakan bimbingan meneran saat ibu merasa ada dorongan yang kuat untuk meneran:

a. Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif

b. Mendukung dan memberi semangat pada saat meneran dan perbaiki meneran apabila caranya tidak sesuai.

(19)

c. Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan pilihannya (tidak meminta ibu berbaring terlentang).

d. Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.

e. Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu.

f. Berikan asupan cairan per-oral (minum).

g. Menilai DJJ

h. Segera rujuk jika bayi belum lahir atau tidak segera lahir setelah 120 menit (2 jam) meneran (primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran (multigravida).

14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi yang nyaman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit, anjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak kontraksi dan beristirahat di antara kontraksi. Jika bayi belum lahir setelah 60 menit meneran maka lakukan rujukan pada ibu.

Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi

15. Letakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm (crowning).

16. Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu.

17. Membuka partus set

18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

Menolong Kelahiran Bayi Lahirnya Kepala

19. Saat kepala bayi dengan diameter 5 - 6 cm membuka vulva maka Iindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain bersih dan kering, sedangkan tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan sambil bernafas cepat dan dangkal.

20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi,dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi

a. Jika tali pusat melilit leher janin secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.

b. Jika tali pusat melilit leher bayi secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan potong diantara kedua klem tersebut.

(20)

21. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.

Lahirnya Bahu

22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan di masing- masing sisi muka bayi. Anjurkan Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan ke arah luar hingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior.

23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah bawah.

24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran lengan atas berlanjut ke punggung, bokong tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya.

Penanganan Bayi Baru Lahir

25. Lakukan penilaian BBL awal (selintas)

a. Apakah bayi menangis kuat atau bernafas tanpa kesulitan?

b. Apakah bayi bergerak dengan aktif ?

c. Jika bayi tidak menangis, tidak bernapas, megap-megap. Maka segera lakukan tindakan resusitasi (25 langkah ini berlanjut ke langkah-langkah prosedur resusitasi bayi baru lahir dengan asfiksia)

26. Keringkan dan posisikan tubuh bayi di atas perut ibu.

a. Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya tanpa membersihkan verniks kecuali bagian tangan.

b. Ganti handuk basah dengan handuk kering.

c. Pastikan bayi dalam kondisi aman di atas perut ibu.

27. Periksa kembali perut ibu untuk memastikan tidak ada janin kedua

28. Beritahu ibu bahwa penolong (bidan) akan menyuntikkan okstosin agar uterus berkontraksi dengan baik

29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit secara IM di 1/3 paha bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin).

(21)

30. Dengan menggunakan klem, jepit tali pusat (dua menit setelah bayi lahir) pada sekitar 3 cm dari tali pusar bayi. Dari sisi luar klem penjepit, dorong isi tali pusat kearah distal (ibu) dan lakukan penjepitan kedua 2 cm dari klem pertama.

31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat.

a. Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah dijepit kemudian lakukan pengguntingan tali pusat (lindungi perut bayi) diantara kedua klem tersebut.

b. Ikat tali pusat dengan benang kesisi berlawanan dan lakukan ikatan kedua menggunakan simpul kunci.

c. Lepaskan klem yang arah bayi dan mmasuk ke dalam wadah yang disediakan (bengkok).

32. Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke bayi (skin to skin).

a. Letakkan bayi posisi telungkup di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel dengan baik di dinding dada perut ibu dengan posisi lebih rendah dari putting payudara. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi.

Penatalaksanaan Aktif Kala III

33. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.

34. Letakkan satu tangan kiri diatas kain pada perut ibu, ditepi simfisis, tangan kanan menegangkan tali pusat.

35. Setelah uterus berkontaksi, tegangkan tali pusat kearah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus kearah belakang atas (dorso cranial) secara berhati- hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontaksi berikutnya dan ulangi prosedur di atas.

a. Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga untuk melakukan simulasi puting susu.

Mengeluarkan Plasenta

36. Lakukan penegangan dan dorongan dorso cranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat mengikuti posros/curva jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso cranial).

(22)

a. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5- 10 cm dari vulva dan melahirkan plasenta.

b. Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat, maka lakukan :

1) Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM.

2) Lakukan katerisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh.

3) Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan.

4) Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya.

5) Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir.

6) Bila terjadi perdarahan, lakukan plasenta manual.

37. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan.

Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang disediakan (wadahnya datar).

a. Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.

Rangsang Taktil (massage) Uterus

38. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan massage uterus, letakkan telapak tangan difundus dan lakukan massase dengan gerakan melingkat dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras).

a. Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik melakukan rangsangan taktil.

Menilai Pendarahan

39. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke tempat khusus.

40. Evaluasi kemungkinan robekan/laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.

Melakukan Asuhan Pasca Persalinan

41. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.

(23)

42. Mencuci tangan (masih menggunakan sarung tangan) dengan air bersih, lalu keringkan dengan handuk kering.

Evaluasi

43. Lanjutkan pemantauan kontraksi, kandung kemih dan mencegah perdarahan pervaginam.

a. 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan.

b. Setiap 15 mneit pada 1 jam pertama pascapersalinan.

c. Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan.

d. Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai untuk penatalaksana atonia uteri.

44. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan massase dan menilai kontraksi.

45. Evaluasi dan mengestimasi jumlah darah yang keluar.

46. Memeriksa nadi ibu setiap 15 menit selama 1 jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pascapersalinan.

a. Memeriksa suhu tubuh ibu setiap 15 menit selama sejam pertama.

b. Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.

47. Periksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60 x/menit) serta suhu tubuh normal (36,5 - 37,5ºC).

Kebersihan dan Keamanan

48. Tempatkan semua peralatan habis pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi.

49. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ketempat sampah sesuai.

50. Bersihkan badan ibu dengan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pembalut dan pakaian yang bersih dan kering.

51. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya.

52. Dekontaminasi tempat ebrsalin dengan larutan klorin 0,5% (lebih baik menggunakan spray atau semprotan).

53. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% balikkan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan tersebut selama 10 menit lalu lepaskan semua APD.

(24)

54. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemuan keringkan dnegan tissue.

Setelah 1 jam IMD

55. Pakai sarung tangan DTT di kedua tangan

56. Berikan salf mata antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1mg secara IM di paha kiri antrolateral. Lakukan pemeriksaan fisik BBL (penimbangan dan pengukuran).

57. Berikan suntikan imunisasi Hepatitis B (setelah 1 jam penyuntikan Vitamin K1), di paha kanan antrolateral.

a. Letakkan bayi dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan.

b. Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu didalam satu jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusui.

58. Celupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5%, balikkan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan tersebut selama 10 menit.

59. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan dengan tissue.

Dokumentasi

60. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda-tanda vital dan asuhan kala IV.

9. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan a. Passage (jalan lahir)

Passage atau jalan lahir terdiri dari jalan lahir lunak dan jalan lahir keras.

1) Bagian Keras Panggul a) Tulang panggul :

(1) Os coxae, Terdiri atas dua buah tulang, yaitu kanan dan kiri. os coxae terdiri atas : os ilium, os iscihium, os pubis.

(2) Os sacrum, berbentuk segitiga dengan lebar di bagian atas dan mengecil di bagian bawahnya. Tulang ini terletak diantara kedua tulang pangkal paha.

(3) Os cocygis, berbentuk segitiga dengan ruas 3-5 buah dan bersatu.

(25)

Gambar 2.8 Tulang Panggul Sumber : (5)

b) Bidang Hodge

Bidang hodge adalah bidang semu untuk menentukan kemajuan persalinan yaitu seberapa jauh penurunan kepala melalui pemeriksaan dalam. Adapun bidang hodge sebagai berikut:

a) Hodge I: Bidang yang setinggi Pintu Atas Panggul (PAP) yang dibentuk oleh promontorium, artikulasio sakro iliaca, sayap sacrum, linia inominata, ramus superior os pubis, dan tepi atas symfisis pubis.

b) Hodge II: Bidang setinggi pinggir bawah symfisis pubis berhimpit dengan PAP (Hodge I).

c) Hodge III: Bidang setinggi spina ischiadika berhimpit dengan PAP (Hodge I)

d) Hodge IV: Bidang setinggi ujung os coccygis berhimpit dengan PAP (Hodge I).(7)

Gambar 2.9 Bidang hodge Sumber : (10)

b. Passage (janin)

(26)

Faktor passage merupakan salah satu faktor yang memengaruhi proses persalinan yang biasa disebut dengan faktor penumpang yaitu janin dan plasenta. Hal-hal yang perlu diperhatikan dari janin yaitu ukuran kepala, sikap, letak, presentasi, dan posisi janin.(5)

a. Sikap janin menunjukan hubungan bagian-bagian janin dengan sumbu janin.

b. Letak janin dipengaruhi oleh struktur janin yang pertama memasuki panggul ibu. Letak dibagi menjadi tiga, yaitu letak membujur/longitudinal (letak kepala, dan letak sungsang/bokong), letak lintang, dan letak miring/oblique.

Gambar 2.10 letak janin (a) letak membujur/logtudinal (b) letak lintang (c) letak miring/ oblique

Sumber : (11)

c. Presentasi adalah bagian bawah janin yang masuk di bagian bawah rahim.

Presentasi dapat dikatetahui melalui cara palpasi abdomen atau pemeriksaan dalam. Jika saat pemeriksaan dalam didapatkan presentasi kepala, maka umumnya bagian yang menjadi presentasi adalah oksiput.

d. Posisi janin digunakan untuk menetapkan bagian janin yang berada dibagian bawah. Posisi janin dapat berada pada sebelah kanan, kiri, depan, atau belakang terhadap sumbu ibu.(5)

c. Power

Power adalah kekuatan atau tenaga yang dapat mendorong janin keluar.

Kekuatan tersebut yaitu his, kontraksi otot otot perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari ligamen.

1) His (kontraksi uterus)

a) Perbedaan antara his pendahuluan dan his persalinan

(1) His pendahuluan : datangnya tidak teratur, tidak nyeri, tidak kuat, dan tidak berpengaruh terhadap pembukaan serviks

(27)

(2) His persalinan : datangnya teratur, terasa nyeri,kontraksi tambah kuat dan sering, dan berpengaruh terhadap pembukaan serviks.

b) Pengkajian his

(1) Frekuensi : jumlah his dalam waktu tertentu

(2) Durasi : lamanya kontraksi berlangsung dalam satu kontraksi

(3) Intensitas : kekuatan kontraksi diukur dalam satuan mmhg dibedakan menjadi; kuat, sedang dan lemah

(4) Interval : masa relaksasi (diantara dua kontraksi)

(5) Datangnya kontraksi : dibedakan menjadi kadang-kadang, sering, teratur.

c) Cara mengukur kontraksi

Kontraksi diukur selama 10 menit. Contoh hasil pengukuran 3x/10’/40- 50” kuat dan teratur (dibaca : 3 kali dalam 10 menit lamanya his 40-50 detik)

2) Tenaga mengejan

a) Setelah pembukaan lengkap dan setelah ketuban pecah tenaga yang mendorong anak keluar selain his, terutama disebabkan oleh kontraksi otot-otot dinding perut yang mengakibatkan peninggian tekanan intra abdominal.

b) Tenaga ini serupa dengan tenaga mengejan saat buang air besar tapi lebih kuat.

c) Saat kepala sampai pada dasar panggul, timbul suatu reflek yang mengakibatkan ibu menutup glottisnya, mengkontraksikan otot-otot perutnya dan menekan diafragmanya kebawah.

d) Tenaga mengejan ini hanya dapat berhasil, bila pembukaan sudah lengkap dan paling efektif sat ada his.

e) Tanpa tenaga mengejan ini bayi tidak dapat lahir.

f) Tenaga mengejan ini juga melahirkan placenta setelah placenta lepas dari dinding rahim.(7)

d. Psikologi

(28)

Persalinan merupakan proses dramatis dari kondisi biologis dan psikologis yang dialami oleh sebagian besar ibu hamil. Faktor psikologi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kelancaran dari porses persalinan. (5)

Rasa takut dan cemas yang dialami ibu akan berpengaruh pada lamannya persalinan, his kurang baik, dan pembukaan yang kurang lancar perasaan takut dan cemas merupakan faktor utama yang menyebabkan rasa sakit dalam persalinan dan berpengaruh terhadap kontraksi rahim dan dilatasi serviks sehingga persalinan menjadi lama. Perasaan nyaman dan tenang ibu pada masa persalinan sehingga dapat membantu mempermudah proses persalinan, hal dapat diperoleh dari dukungan suami, keluarga, penolong persalinan, dan lingkungan.(5)

e. Penolong

Kompetensi yang dimiliki penolong sangat mempengaruhi kelancaran proses persalinan dan mencegah kematian ibu dan bayi.(5)

B. Kewenangan Bidan Dalam Pelayanan Asuhan Kebidanan

Kewenangan Bidan Dalam Pelayanan Asuhan Kebidanan Kewenangan bidan di atur dalam UU No 4 Tahun 2019 pasal 49 sampai pasal 51.(12) serta ketentuan pelayanan dalam melakukan tindakan diatur dalam Permenkes no 28 tahun 2017 pasal 18 sampai 21.(13) Menurut UU No 4 Tahun 2019 dan Permenkes No 28 tahun 2017 bidan berwenang untuk :

1. Memberikan Asuhan Kebidanan pada masa sebelum hamil Asuhan kebidanan pada masa sebelum hamil yang dapat dilakukan yaitu konseling pada masa sebelum hamil.

2. Memberikan Asuhan Kebidanan pada masa kehamilan normal Asuhan yang dapat dilakukan oleh bidan yaitu melakukan antenatal pada kehamilan, penyuluhan dan konseling, pemberian tablet penambah darah, bimbingan pada kelompok ibu hamil dan pemberian surat keterangan kehamilan.

3. Memberikan Asuhan Kebidanan pada masa persalinan dan menolong persalinan normal Asuhan pada masa persalinan yang dapat dilakukan yaitu melakukan pertolongan persalinan normal, melakukan episiotomi, penjahitan luka jalan lahir derajat 1 dan II, melakukan pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala III, dan memberikan surat keterangan kelahiran.

(29)

4. Memberikan Asuhan Kebidanan pada masa nifas. Asuhan yang dapat dilakukan oleh bidan yaitu bimbingan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan promosi air susu ibu ekslusif, penyuluhan dan konseling dan pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas.

5. Melakukan pertolongan pertama kegawatdaruratan ibu hamil, bersalin, nifas dan rujukan.

6. Melakukan deteksi dini kasus risiko dan komplikasi pada masa kehamilan, masa persalinan, pascapersalinan, masa nifas serta asuhan pascakeguguran dan dilanjutkan dengan rujukan.

7. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir, bayi, balita dan anak prasekolah Asuhan yang dapat diberikan oleh bidan yaitu konseling dan penyuluhan meliputi pemberian komunikasi, informasi, edukasi (KIE) kepada bu dan keluarga tentang perawatan bayi baru lahir, ASI eklusif, tanda bahaya pada bayi baru lahir, pelayanan kesehatan, imunisasi, gizi seimbang, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), dan tumbuh kembang.

8. Memberikan imunisasi sesuai program Pemerintah Pusat

9. Melakukan pemantauan tumbuh kembang pada bayi, balita dan anak prasekolah serta deteksi dini kasus penyulit, gangguan tumbuh kembang, dan rujukan. Asuhan yang dapat diberikan yaitu kegiatan penimbangan berat badan, pengukuran lingkar kepala, pengukuran tinggi badan, stimulasi deteksi dini, dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang balita dengan menggunakan Kusioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP).

10. Memberikan pertolongan pertama kegawatdaruratan pada bayi baru lahir dilanjutkan dengan rujukan

11. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana Asuhan yang dapat diberikan yaitu melakukan komunikasi, informasi, edukasi, konseling, dan memberikan pelayanan kontrasepsi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

Gambar

Gambar 2.3 Asynclitismus posterior  Sumber : (7)
Gambar 2.4 Kepala fleksi  Sumber : (7)  d.  Putaran paksi dalam
Gambar 2.6 Ekstensi  Sumber : (10)
Gambar 2.8 Tulang Panggul  Sumber : (5)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Latihan buang air besar atau buang air kecil pada anak atau dikenal dengan nama toilet training merupakan suatu hal yang harus dilakukan pada orang tua anak, mengingat dengan

Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air besar atau batuk yang kuat

Persalinan palsu terdiri dari kontraksi uterus yang sangat nyeri, yang memberi pengaruh signifikan terhadap serviks. Kontraksi pada persalinan palsu timbul akibat

Selain itu, pemantuan terhadap pemasukan cairan (melalui mulut atau infus) dan pengeluaran cairan (buang air besar, buang air kecil, muntahan penderita), juga

Kesukaran yang ditimbulkan dalam persalinan adalah karena besarnya kepala atau kepala yang lebih keras tidak dapat memasuki pintu atas panggul, atau karena bahu yang lebar sulit

Latihan buang air kecil atau buang air besar pada anak atau dikenal dengan latihan buang air besar dan buang air kecil merupakan suatu hal yang harus dilakukan oleh orang tua

Keluhan yang sering muncul pada ibu hamil berkaitan dengan eliminasi adalah konstipasi dan sering buang air kecil. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah

Biasanya sebelum timbul demam, penderita malaria akan mengeluh lesu, sakit kepala, nyeri pada tulang dan otot, kurang nafsu makan, rasa tidak enak pada perut,