V PENUTUP A. Kesimpulan
Garis keturunan ibu (matrelinial) di Minangkabau sampai saat sekarang ini masih terus terjaga. Kedudukan wanita di Minangkabau begitu sangat dihargai. Bundo kanduang yang merupakan wanita yang dituakan begitu penting perannya di suatu kaum karena suaranya didengar untuk mengambil keputusan-keputusan adat nagari di Minangkabau. Pada saat ini kedudukan bundo kanduang masih terjaga sesuai peranannya, banyaknya pertemuan-pertemuan bundo kaduang dari berbagai daerah untuk memajukan kaum perempuan disetiap daerah dengan membuat kegiatan yang positif. Menjadi seorang bundo kanduang dan pewaris harta pusaka tinggi tentu harus mempunyai prilaku dan tingkah laku yang baik, yang sesuai dengan ajaran agama dan ketetapan adat Minangkabau, sehingga hal-hal tidak bagus di pandang atau tidak pada tempatnya bisa diperhatikan kembali melalui sumbang duo baleh ini hal ini yang akan menjaga perempuan Minang dalam beretika dimana pun mereka berada. Namun dua belas aturan ini menjadi tanggung jawab yang besar bagi perempuan Minang, karena akan membatasi ruang gerak perempuan dalam mengekpresikan dirinya.
Sumbang duo baleh pada dasarnya tidak terlalu banyak diketahui perempuan pada seluruh daerah Minang, namun secara praktiknya batasan- batasan yang dilakukan untuk menjaga perempuan ini terjadi secara nyata.
Sampai saat ini aturan-aturan ini masih dirasakan dari beberapa perempuan di Minangkabau, banyak dari mereka untuk memilih merantau untuk mengembangkan diri mereka terlepas aturan-aturan yang sudah ditentukan melihat pertumbuhan zaman yang sangat pesat.
Jika dilihat aturan yang dibuat untuk perempuan tempo dulu sangat membatasi gerak perempuan dalam berekspresi, khususnya dalam berkesenian. Sehingga menumbulkan dobrakan-dobrakan dari beberapa tokoh Minang perempuan yang sangat memiliki peranan besar untuk pertumbuhan perempuan Minang hari ini. Adanya dobrakan tersebut merubah pandangan masyarakat terhadap nilai gerak ruang seorang perempuan. Pada saat sekrang ini, sumbang duo baleh akan mulai diperkenalkan pada anak PAUD guna untuk bisa menanamkan nilai-nilai adat, agama, etika, dan norma sejak dari dini. Jika metode yang digunakan dalam pengenalan sumbang duo baleh pada zaman sekrang ini menggunakan metode lama, hal serupa akan terus terjadi, akan banyak perlawanan-perlawanan terhadap aturan tersebut dan juga dua belas aturan ini juga terlalu banyak untuk menjadikan tanggung jawab seorang perempuan di Minangkabau
Sumbang duo baleh menjadikan ladasan utama bagi pengkarya dalam
menciptakan karya seni lukis, eksistensi wanita Minang dari tempo dulu hingga sekrang memperlihatkan fenomena perubahan prilaku wanita Minangkabau. Pada proses kreatif yang penulis alami banyak melakukan ekplorasi, dari pembuatan sketsa yang mengalami perubahan, dengan banyak
membuat ekplorasi di atas kertas serta arahan dari pembimbing penulis bisa menciptakan 10 karya. Karya pertama dalam penataan komposisi, warna dan objek masih terlihat teratur, namun pada karya selanjutnya penulis mencoba untuk lebih ekspresif dalam penggarapan objek, warna dan garis, sehingga pada karya 3 dari 10 karya mengalami penemuan dalam pengembangan ide penyajian. Penulis merespon pastparto, pasparto biasanya digunakan untuk pembatas antara karya dan figura namun penulis mencoba untuk merespon batasan ini sebagai bentuk dobrakan aturan-aturan pada perempuan Minang yang masih dalam hal yang positif dalam pemikiran-pemikiran serta ekrpesi perempuan Minang dalam kehidupannya yang masih mengingat citranya sebagai perempuan Minang yang berkarkter kuat. Capaian ini memperlihatkan dualitas kebuadayaan lama di era modren yang memiliki substansi yang berbeda di zamannya namun saling mengkuatkan sampai saat ini. Tentunya melalui metode penelitian artistik (David Cambell) yang meliputi proses dari konsep penciptaan, konsep bentuk, media dan teknik.
Serta proses penciptaan ini tidak hanya menghadapi objek, tetapi harus ada bersamaan dalam objek dan berbaur dalam pengerjaan objek.
B. Saran
Tema yang diambil pada penciptaan kali ini memiliki beberapa saran untuk penciptaan karya selanjutnya:
1. Karakter kuat pada perempuan Minang dibentuk dari lingkungan dan aturan-aturan yang sesuai dengan adat dan agama. Adanya sumbang duo baleh ini memperindah gerak perempuan di tengah
masyarakat guna untuk cikal bakal yang nantinya akan menjadi bundo kanduang namun, dua belas aturan ini terlalu banyak dan
memiliki tanggung jawab yang berat. Metode baru yang digunakan pada setiap zamanya akan terlihat lebih baik untuk memperlihkan tradisi yang tidak tradisional, dan juga aturan ini seharusnya tidak dikhususkan untuk perempuan saja.
2. Adanya penciptaan ini memperlihatkan eksistensi wanita Minang tanpa meninggalkan karakter dari dirinya dengan pembaharuan yang positif untuk kemajuan kaum perempuan di suatu nagari Minangkabau dengan mengambangkan nilai-nilai sini dan budaya dengan pandangan yang lebih terbuka
3. Penciptaan karya seni pada dasarnya tidak memiliki batasan terhadap ide-ide yang ditawarkan namun ada beberpa hal yang harus diperhatikan dalam menghadirkan karya seni, yaitu kebaharuan, metode dan nilai yang ingin disampaikan.
DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku :
Azwar Welhendri. (2021). Matrilokal dan status perempuan dalam tradisi bajapuik.studi kasus tentang perempuan dalam tradisi bajapuik
Campbell, D. (1986). Mengembangkan Kreativitas : Disadur A. M Mangun hardjana.Yogyakarta: Kanisius.
Dalimoenthe Ikhlasiah (2021). Sosiologi Gender . Jakarta Timur : PT Bumi Aksara
Gafar Abul, dkk (2022). Memfungsi (KAN) Peran Niniak Mamak terhadap Kemenakan dalam Pencegahan dan Pengurangan Risiko Penyakit HIV/AIDS di Minangkabau. Pekalongan : PT. Nasya Expanding Managements
Hanula, M.Suoronta, J.Vaden, T. (2005). Artistic Research, Theoris, Methods, and Practice.Finland: Cosmoprint Oy.
Hakimy, Idrus, (1994) . Pegangan penghulu, bundo kanduang, dan pidato alua pasambahan adat di Minangkabau.Remaja Rodaskarya.
Juwariah, Anik dan Prima Vidya Asteria (Ed). 2015.Konstelasi Kebudayaan Indonesia. Surabaya: Bintang Surabaya.
Karno karni. (2006). Psikologi Wanita 1, Mengenal Gadis Remaja dan Wanita Dewasa. Bandung: Mandar Maju
Kartika, Dharsono S. (2004). Seni Rupa Modren, Bandung: Rekayasa Sains Kartika, Dharsono S. (2007). Estetika. Bandung: Rekayasa Sains
Koentjaraningrat. (2002). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta
Mahat Selfi .(2018). Perempuan dan Modernitas Perubahan Adat Perkawinan Minangkabau Pada Awal Abad ke-20. Yogyakarta: Gre Prublishing
Mahardi, Dedi (2019). Kembalikan Marwah Minangkabau: Gramedia Pustaka Utama
Marianto Dwi. (2019). Seni dan Daya Hidup Dalam Perspektif Quantum: Scritto Books dan BP ISI Yogyakarta
Sachari, Agus. (2002). Estetika Makna, Simbol dan Daya : ITB, Bandung SP, Soedarso. (2006), Trilogi Seni: Penciptaan, Eksistensi, dan Kegunaan,
Institut Seni Indonesia Yogyakarta, Yogyakarta
Sukmawati Noni. (2021). Pendendang Perempuan Minangkabau Mendobrak Doksa Menuruskan Tradisi.
Sugiharto, Bambang. (2019), Kebudayaan dan Kondisi Post Tradisi, Kajian Filosofis atas permasalahan budaya Abad ke 21, Yogyakarta: PT Kanisius.
Supangkat Jim, Dkk. (2006). Ikatan Silang Budaya Seni Serat Biranul Anas.Art Fabrics & KPG.
Susanto Mike. (2011). Diksi Rupa. Yogyakarta : DictiArt Lab & Jagad Art Space, Bali
Sumber Jurnal :
Valentina dan Rhoni. (2008). Posisi Perempuan Etnis Minangkabau dalam Dunia Patriarki di Sumatera Barat dalam Perspektif Agama, Keluarga dan
Budaya. Jurnal Deokrasi
Ira Adriati Winarno. (2007) Persoalan Kesetaraan Gender dalam Karya Seni Rupa Kontemporer Indonesia. ITB Journal of Visual Art and Design
Referensi Webside
1. http://archive.ivaa-online.org/pelakuseni/astari-rasyid
2. https://docplayer.info/171831214-Syang-art-space-pameran-seni-rupa- tribute-to- ohd.html
3. https://indoartnow.com/uploads/documents/ecatalog/1356/15354 58381-catalogue- natisa_jones-grotesk_-medres.pdf
4. https://sarasvati.co.id/wp-content/uploads/2019/08/Untitled-1068x1609.jpg