• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN 1.1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "I. PENDAHULUAN 1.1"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor pertanian yang ada di Indonesia memiliki peranan yang penting dalam pembangunan negara baik untuk pemenuhan kebutuhan pokok, serta untuk meningkatkan sektor sosial, sektor perekonomian, dan sektor perdagangan. Sektor pertanian sangat berperan penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Hal tersebut dapat dilihat setelah terjadinya krisis ekonomi sekitar tahun 1997-1998 yang menyebabkan sektor industri dan jasa mengalami penurunan, akan tetapi perekonomian Indonesia terbantu dengan adanya sektor pertanian. Sektor pertanian memiliki kontribusi yang positif terhadap kondisi perekonomian nasional. Sektor pertanian merupakan sumber pemenuhan kebutuhan pokok bagi manusia, mulai dari sandang, pangan, dan papan.

Sektor pertanian terbagi menjadi beberapa subsektor. Secara umum subsektor pertanian terdiri dari subsektor tanaman pangan, subsektor perkebunan, subsektor tanaman hortikultura, subsektor peternakan, subsektor kehutanan, dan subsektor perikanan. Salah satu subsektor pertanian yang banyak dikembangkan di Indonesia yaitu subsektor hortikultura. Subsektor hortikultura menjadi salah satu aspek yang mempengaruhi pertumbuhan pada sektor pertanian, karena memiliki prospek permintaan pasar yang cenderung tinggi.

Melihat angka pertumbuhan penduduk yang semakin bertambah, maka dapat diperkirakan bahwa permintaan masyarakat terhadap komoditas hortikultura semakin meningkat.

Terlebih pada era pandami covid-19, dimana pada kondisi tersebut subsektor hortikultura mengalami peningkatan yang signifikan. Peningkatan tersebut disebabkan tingginya angka konsumsi buah, sayur, dan rempah-rempah yang dipercaya dapat meningkatkan kekebalan atau imun tubuh (Kementrian Pertanian Indonesia, 2020). Subsektor hortikultura terbagi menjadi

(2)

beberapa kelompok yaitu tanaman olerikultura, tanaman biofarmaka, tanaman florikultura, dan tanaman frutikultura. Komoditas hortikultura, terutama jenis buah-buahan (frutikultura) dapat menjadi prospek pemasaran yang menguntungkan.

Jeruk merupakan salah satu tanaman hortikultura jenis frutikultura yang banyak digemari serta dikembangkan di Indonesia. Tanaman jeruk tergolong dalam jenis tanaman tahunan yang berasal dari Asia. Wilayah yang dipercayai sebagai tempat tumbuhnya jeruk untuk pertama kalinya yaitu di Negara Cina (Naharsari, 2007). Semenjak ratusan tahun yang lalu, jeruk mulai tumbuh di Indonesia baik secara alami atau dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia. Tanaman jeruk yang ada di Indonesia sampai sekarang yakni jeruk siam dan jeruk keprok yang merupakan peninggalan bangsa Belanda yang didatangkan langsung dari Amerika dan Italia (Prihatman, 2000). Jeruk mampu tumbuh dan diusahakan oleh petani di wilayah dataran rendah sampai didataran tinggi, dengan varietas yang berbeda, serta dapat dikonsumsi oleh masyarakat yang memiliki pendapatan rendah sampai masyarakat yang memiliki pendapatan tinggi (Lesmana, 2009). Buah jeruk banyak digemari oleh masyarakat karena rasa segarnya ketika dikonsumsi secara langsung ataupun dalam bentuk olahan. Selain itu buah jeruk juga mengandung cukup banyak vitamin C yang baik untuk kesehatan tubuh.

Produksi buah jeruk siam di Indonesia pada tahun 2020 mencapai 2.593.384 ton. Di tahun-tahun sebelumnya produksi buah jeruk di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 1.

(3)

Tabel 1. Pertumbuhan Luas Lahan, Produksi, Dan Produktivitas Usahatani Jeruk Siam Di Indonesia Tahun 2016-2020

Tahun Luas Lahan (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)

2016 62.363 2.014. 214 32,29

2017 51.811 2.165.189 41,79

2018 64.099 2.408.043 37,56

2019 66.901 2.444.518 36,53

2020 69.736 2.593.384 37,18

Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia, 2021

Pada tabel 1 memaparkan mengenai hubungan antara luas lahan dan hasil produksi jeruk siam yang ada di Indonesia. Diketahui bahwa produksi jeruk siam di Indonesia terus meningkat walaupun luas lahannya cenderung mengalami penurunan atau peningkatan. Pada tahun 2016 luas lahan jeruk siam di Indonesia mencapai 62.363 hektar. Dengan luas lahan tersebut mampu menghasilkan produksi jeruk siam sebanyak 2.014.214 Ton. Pada tahun 2017 luas lahan jeruk siam di Indonesia mengalami penurunan, namun dengan menurunnya luas lahan tersebut tidak mempengaruhi hasil produksi. Hasil produksi yang diperoleh pada tahun 2017 justru meningkat yaitu 2.165.189 Ton dengan luas lahan yang menurun yaitu 51.811 hektar. Kemudian ditahun berikutnya yaitu tahun 2018, 2019, hingga 2020 luas lahan jeruk siam terus meningkat yang juga diiringi dengan meningkatnya hasil produksi.

Produksi jeruk siam tertinggi di Provinsi Jambi terjadi pada tahun 2019 yaitu sebesar 37.525 Ton. Namun pada tahun 2020 produksi jeruk siam di Provinsi Jambi justru mengalami penurunan yaitu menjadi 33.498 Ton, padahal di tahun tersebut luas lahannya meningkat. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Pertumbuhan Luas Lahan, Produksi, Dan Produktivitas Usahatani Jeruk Siam Di Provinsi Jambi Tahun 2016-2020

Tahun Luas Lahan (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)

2016 398 17.397 43,71

2017 308 21.195 68,81

2018 891 28.585 32,08

2019 1.053 37.252 35,37

2020 1.107 33.498 30,26

Sumber : BPS 2021, Provinsi Jambi Dalam Angka

(4)

Berdasarkan tabel 2 luas lahan jeruk siam di Provinsi Jambi pernah mengalami penurunan yaitu pada tahun 2017. Akan tetapi walaupun di tahun 2017 luas lahan jeruk siam mengalami penurunan, hasil produksinya terus meningkat dari tahun sebelumnya. Kemudian di tahun 2016 luas lahan jeruk siam di Provinsi Jambi lebih besar dibanding tahun 2017, namun hasil produksinya lebih sedikit. Selanjutnya di tahun 2018-2019 peningkatan luas lahan jeruk siam juga diikuti dengan meningkatnya hasil produksi. Selanjutnya di tahun 2020, luas lahan jeruk siam mengalami peningkatan yaitu 1.107 hektar, akan tetapi peningkatan luas lahan tersebut tidak diikuti dengan meningkatnya hasil produksi. Penurunan hasil produksi disebabkan karena penggunan input yang belum tepat dan efisien. Input yang dimaksud yaitu meliputi luas lahan, pupuk kandang, pupuk KCl, Pupuk Urea, pestisida, dan tenaga kerja. Sehingga terjadi ketidakseimbangan antara luas lahan dengan hasil produksi yang diperoleh.

Pada tahun 2020 di Provinsi Jambi tercatat 3 kabupaten sebagai sentra produksi jeruk siam tertinggi yakni Kabupaten Kerinci, Kabupaten Sarolangun, dan Kabupaten Muaro Jambi.

Kabupaten Kerinci tetap menempati posisi pertama sebagai wilayah sentra produksi buah jeruk siam tertinggi dari tahun 2019 - 2020. Kabupaten Tanjung Jabung Barat menduduki posisi kedua pada tahun 2019, namun pada tahun 2020 hasil produksi jeruk siam di Kabupaten tersebut menurun drastis sehingga posisinya tergeser dan digantikan oleh Kabupaten Sarolangun. Posisi ketiga tetap duduki oleh Kabupaten Muaro Jambi tetapi dengan hasil produksi yang menurun dari tahun 2019 ke tahun 2020. Hal tersebut telah disajikan pada tabel 3.

(5)

Tabel 3. Produksi Jeruk Siam (Kuintal) Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi Tahun 2019 dan 2020

Kabupaten / Kota Jeruk siam

2019 2020

Kerinci 157.757 215.049

Merangin 4.158 15.034

Sarolangun 14.164 32.991

Batanghari 6.347 4.089

Muaro Jambi 58.477 17.441

Tanjung Jabung Timur 11.436 13.529

Tanjung Jabung Barat 102.609 16.719

Tebo 4.062 5.771

Bungo 7.019 9.683

Kota Jambi 105 92

Kota Sungai Penuh 6.382 3.688

Jambi 372.516 334.086

Sumber : BPS 2021, Provinsi Jambi Dalam Angka

Dilihat dari tabel 3 tertulis bahwa Kabupaten Kerinci merupakan wilayah yang mengalami peningkatan produksi paling besar yaitu dengan total produksi sebesar 157.757 kuintal pada tahun 2019 dan meningkat pesat sebesar 36,31% pada tahun 2020 menjadi 215.049 kuintal. Kabupaten Sarolangun menduduki posisi kedua sebagai kabupaten dengan produksi buah jeruk siam terbanyak di Provinsi Jambi yaitu sebesar 14.164 kuintal pada tahun 2019 dan mengalami peningkatan sebesar 13,29 % pada tahun 2020 sehingga hasil produksinya menjadi 32.991 kuintal. Kabupaten Muaro Jambi merupakan kabupaten yang menempati posisi ketiga sebagai wilayah sentra produksi jeruk siam di Provinsi Jambi. Akan tetapi produksi jeruk siam di Kabupaten Muaro Jambi mengalami penurunan hingga 70% dari tahun 2019 ke tahun 2020.

Kabupaten Kerinci menjadi wilayah sentra produksi buah jeruk siam di Provinsi Jambi.

Hal tersebut dikarenakan Kabupaten Kerinci memiliki iklim serta topografi yang mendukung untuk mengembangkan usahatani jeruk siam. Sebagian besar penduduk Kabupaten Kerinci

(6)

bermata pencaharian sebagai petani, salah satunya yaitu sebagai petani jeruk siam. Tidak hanya jeruk siam, di Kabupaten Kerinci juga membudidayakan jenis jeruk gerga, dan jeruk keprok.

Produksi buah jeruk siam di Kabupaten Kerinci pada tahun 2020 mencapai 215.049 kuintal atau setara dengan 21.504,9 ton (BPS Kabupaten Kerinci, 2021). Di tahun-tahun sebelumnya produksi buah jeruk siam di Kabupaten Kerinci terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, kecuali di tahun 2017. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Pertumbuhan Luas Lahan, Produksi, dan Produktivitas Usahatani Jeruk Siam di Kabupaten Kerinci Tahun 2016-2020

Tahun Luas Lahan (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)

2016 129,64 5.120,1 39,49

2017 115,36 4.402,3 67,35

2018 235,76 11.210,1 47,54

2019 292,40 15.775,7 53,95

2020 276,54 21.504,9 77,76

Sumber : BPS Kabupaten Kerinci, 2021

Pada tabel 4 memaparkan mengenai hubungan antara luas lahan dengan produksi jeruk siam yang ada di Kabupaten Kerinci. Pada tahun 2016 Kabupaten Kerinci memiliki lahan jeruk seluas 129,64 Ha, akan tetapi produksi yang diperoleh pada tahun 2016 hanya 5.120,1 ton.

Sedangkan pada tahun berikutnya yaitu tahun 2017 mengalami penurunan luas lahan menjadi 115,36 Ha. Dengan menurunnya luas lahan tersebut juga mempengaruhi menurunnya hasil produksi. Kemudian pada tahun 2018 dan 2019 luas lahan jeruk siam di Kabupaten Kerinci terus mengalami peningkatan yang juga diikuti dengan meningkatnya produksi. Kemudian pada tahun 2020 luas lahan jeruk siam di Kabupaten Kerinci mengalami penurunan, namun penurunan tersebut tidak berdampak pada hasil produksinya. Hasil produksi pada tahun 2020 justru meningkat dari tahun sebelumnya.

Kecamatan Keliling Danau merupakan sentra produksi buah jeruk siam tertinggi yang ada di Kabupaten Kerinci dengan total produksi mencapai 12.232,80 ton yaitu setara dengan

(7)

122.328 kuintal pada tahun 2020 atau berkontribusi sebesar 56% terhadap produksi buah jeruk siam yang ada di Kabupaten Kerinci (BPS Kabupaten Kerinci, 2021). Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Produksi Jeruk Siam (Kuintal) Menurut Kecamatan di Kabupaten Kerinci Tahun 2019 dan 2020

Kecamatan Jeruk Siam

2019 2020

Gunung Raya 28.200 57.100

Bukit Kerman 23.460 24.074

Batang Merangin 100 -

Keliling Danau 79.302 122.328

Danau Kerinci Barat - -

Danau Kerinci 500 800

Tanah Cogok - -

Sitinjau Laut 50 400

Air Hangat - -

Air Hangat Timur 230 3.305

Depati VII 185 212

Air Hangat Barat 356 968

Gunung Kerinci 3.500 1.578

Siulak 783 1.481

Siulak Mukai 292 1.875

Kayu Aro 204 213

Gunung Tujuh 19.000 -

Kayu Aro Barat 1.595 715

Kerinci 157.757 215.049

Sumber : BPS Kabupaten Kerinci, 2021

Dilihat dari tabel 5 tertulis bahwa Kecamatan Keliling Danau mengalami peningkatan produksi yang tinggi dari tahun 2019 yaitu sebesar 79.302 kuintal sampai tahun 2020 sebesar 122.328 kuintal dengan persentase peningkatan mencapai 54%. Dengan demikian Kecamatan Keliling Danau dapat disebut sebagai wilayah sentra produksi jeruk siam terbesar di Kabupaten Kerinci.

Namun di Kecamatan Keliling Danau pernah mengalami hasil produksi terendah yaitu sebesar 783 ton pada tahun 2017. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 6.

(8)

Tabel 6. Pertumbuhan Luas Lahan, Produksi, dan Produktivitas Usahatani Jeruk Siam di Kecamatan Keliling Danau Tahun 2016-2020

Tahun Luas Lahan (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)

2016 62,76 879,10 14,00

2017 53,44 783,00 58,25

2018 185,56 6.634,70 35,75

2019 186,42 7.930,20 42,53

2020 180,54 12.232,80 67,75

Sumber : BPS Kabupaten Kerinci, 2021

Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat bahwa di tahun 2016 luas lahan jeruk siam di Kecamatan Keliling Danau yaitu 62,76 Ha, dan mampu menghasilkan produksi sebesar 879,10 Ton. Di tahun 2017 luas lahan jeruk siam mengalami penurunan menjadi 53,44 Ha, dan penurunan luas lahan tersebut juga diikuti dengan menurunnya hasil produksi menjadi 783,00 Ton. Kemudian di tahun 2018-2019 luas lahan jeruk siam mengalami peningkatan yang juga diimbangi dengan meningkatnya hasil produksi. Dan ditahun 2020 luas lahan jeruk siam di Kecamatan Keliling Danau mengalami penurunan menjadi 180,54 Ha, namun penurunan lahan tersebut tidak berpengaruh terhadap hasil produksinya. Hasil produksi di tahun 2020 justru meningkat menjadi 12.232,80 Ton.

Kecamatan Keliling Danau merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Kerinci yang terdiri dari 17 desa yaitu Desa Tanjung Batu, Desa Pidung, Desa Keluru, Desa Talang Lindung, Desa Koto Agung, Desa Koto Baru, Desa Pasar Jujun, Desa Jujun, Desa Benik, Desa Telago, Desa Limok Manaih, Desa Koto Dian, Desa Koto Tuo, Desa Pulau Tengah, Desa Dusun Baru, Desa Jembatan Merah, dan Desa Lempur Danau. Varietas jeruk yang paling banyak di budidayakan di Kecamatan Keliling Danau yaitu jeruk siam dengan luas lahan sekitar 180,54 hektar pada tahun 2020 (BPS Kabupaten Kerinci, 2021).

Kerapatan Adat 5 Desa Negeri Jujun merupakan satu kesatuan adat yang terdiri dari 5 Desa yaitu Desa Jujun, Desa Pasar Jujun, Desa Koto Agung, Desa Koto Baru, dan Desa Talang

(9)

Lindung. Berdasarkan hasil observasi di 5 desa tersebut banyak petani yang telah melakukan alih fungsi lahan dari komoditas kopi, kayu manis, dan surian menjadi perkebunan jeruk siam. Alih fungsi lahan ini dilakukan karena komoditas buah jeruk siam lebih cepat berproduksi dibandingkan dengan komoditas tersebut. Varietas jeruk yang paling banyak dibudidayakan di Kerapatan Adat 5 Desa tersebut yaitu jeruk siam. Jenis jeruk ini banyak dipilih oleh petani karena buahnya yang lebat, dan cepat berbuah dibandingkan dengan jenis jeruk yang lain.

Namun dari segi ekonominya jenis jeruk siam ini memiliki harga jual yang rendah dan persaingan yang ketat.

Berdasarkan hasil observasi rata-rata buah jeruk dijual dengan harga Rp8.000 - Rp 10.000 /Kg untuk jenis jeruk siam, Rp18.000 – Rp20.000 /Kg untuk jenis jeruk gerga, dan Rp 15.000/Kg untuk jenis jeruk keprok. Harga jeruk siam di wilayah Kerapatan Adat 5 Desa Negeri Jujun cenderung tidak stabil. Harga jeruk siam di Kerapatan Adat 5 Desa Negeri Jujun ditetapkan berdasarkan beberapa hal, seperti kala musim buah tiba maka harga jeruk siam mengalami penurunan, dan ketika stok buah jeruk siam sedang melimpah juga mempengaruhi penurunan harga buah tersebut. Sedangkan untuk harga jeruk keprok dan gerga relatif stabil, hal tersebut dikarenakan petani yang menanam jenis jeruk tersebut masih sedikit, sehingga harganya lebih tinggi dari jeruk siam.

Usahatani jeruk siam di Kerapatan Adat 5 Desa Negeri Jujun merupakan salah satu komoditas yang baru dikembangkan di wilayah tersebut. Berdasarkan hasil observasi masih banyak petani jeruk siam yang belum melakukan pemanenan. Petani diwilayah tersebut masih mengelola usahtaninya secara konvensional. Hal tersebut dibuktikan dengan belum berjalannya manajemen usahatani dengan baik, sehingga para petani jeruk siam di Kerapatan Adat 5 Desa

(10)

Negeri Jujun belum memperoleh keuntungan secara maksimal. Hal tersebut terjadi karena petani tidak pernah memperhitungkan efisiensi penggunaan faktor produksi pada usahataninya.

Menurut Sukirno (2003) fungsi produksi merupakan hubungan antara faktor produksi dengan hasil produksi. Faktor produksi biasanya disebut dengan istilah input, sedangkan hasil produksi disebut juga dengan istilah output. Input merupakan hal pendukung untuk menghasilkan produksi. Dalam proses produksi petani menggunakan beberapa faktor produksi agar mendapatkan hasil yang optimal.

Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil produksi yaitu dengan mengoptimalkan penggunaan faktor produksi (input) yang dipergunakan secara efektif dan efisien. Adapun faktor produksi (input) yang digunakan yaitu luas lahan, pupuk kandang, pupuk KCl, Pupuk Urea, pestisida, dan tenaga kerja. Kolaborasi beberapa penggunaan faktor produksi serta pengelolaan usahatani yang tepat dan efisien akan menghasilkan produksi yang optimal.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Usahatani Jeruk Siam di Kerapatan Adat 5 Desa Negeri Jujun Kecamatan Keliling Danau Kabupaten Kerinci”.

1.2 Rumusan Masalah

Kecamatan Keliling Danau merupakan kecamatan penghasil buah jeruk siam terbanyak di Kabupaten Kerinci dengan luas lahan sekitar 180,54 hektar pada tahun 2020. Kecamatan Keliling Danau terdiri dari 17 desa, 5 diantara nya merupakan desa yang tergabung dalam satu kesatuan adat yang dinamakan Kerapatan Adat 5 Desa Negeri Jujun yang mana terdiri dari Desa Jujun, Desa Pasar Jujun, Desa Koto Baru, Desa Koto Agung, dan Desa Talang Lindung.

Jeruk siam merupakan salah satu komoditas baru yang diusahakan di Kerapatan Adat 5 Desa Negeri Jujun. Tujuan dalam kegiatan usahatani jeruk siam adalah untuk memperoleh

(11)

keuntungan yang tinggi. Tingkat produksi dan produktivitas sangat erat kaitannya dengan faktor- faktor produksi (input) untuk meningkatkan produksi dan produktivitas. Petani jeruk siam di Kerapatan Adat 5 Desa Negeri Jujun masih menggunakan faktor-faktor produksi yang terbatas, namun disamping itu petani juga ingin meningkatkan hasil produksinya.

Dalam penggunaan faktor produksi tetap harus diperhatikan agar tidak terjadi adanya pemborosan. Dalam usahatani jeruk siam petani perlu memperhitungkan tingkat efisiensi.

Pencapaian efisiensi dapat terjadi jika faktor-faktor produksi yang berpengaruh telah diketahui.

Penggunaan input atau faktor produksi dengan jumlah yang terbatas dapat mengurangi biaya produksi dan menghasilkan usahatani yang efisien.

Berdasarkan dari uraian diatas maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini yaitu :

1. Bagaimana gambaran usahatani jeruk siam di Kerapatan Adat 5 Desa Negeri Jujun, Kecamatan Keliling Danau, Kabupaten Kerinci ?

2. Apa saja faktor produksi yang mempengaruhi usahatani jeruk siam di Kerapatan Adat 5 Desa Negeri Jujun, Kecamatan Keliling Danau, Kabupaten Kerinci?

3. Bagaimana tingkat efisiensi penggunaan faktor produksi usahatani jeruk siam di Kerapatan Adat 5 Desa Negeri Jujun, Kecamatan Keliling Danau, Kabupaten Kerinci?

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan gambaran usahatani jeruk siam di Kerapatan Adat 5 Desa Negeri Jujun, Kecamatan Keliling Danau, Kabupaten Kerinci

2. Menganalisis faktor produksi yang mempengaruhi usahatani jeruk siam di Kerapatan Adat 5 Desa Negeri Jujun, Kecamatan Keliling Danau, Kabupaten Kerinci

(12)

3. Menganalisis tingkat efisiensi penggunaan faktor produksi usahatani jeruk siam di Kerapatan Adat 5 Desa Negeri Jujun, Kecamatan Keliling Danau, Kabupaten Kerinci 1.3.2 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini yaitu :

1. Mampu menambah wawasan serta pengalaman bagi peneliti dalam mengaplikasikan teori terhadap fenomena yang terjadi dilapangan.

2. Memberikan kontribusi pengembangan ilmu, sumbangan ide, kritik dan saran.

3. Memberikan informasi bagi pihak-pihak yang memerlukan sehubungan dengan penelitian ini

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan Pendapatan usahatani jeruk siam di Desa Pupuan, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar pada satu tahun terakhir yaitu tahun

Berdasarkan hasil dan pembahasan tersebut maka diperoleh simpulan sebagai berikut: (1) Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jeruk siam di Kecamatan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan pemekaran calon Kecamatan Danau Kerinci Barat Kabupaten Kerinci berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan

Produksi kopi Arabika yang berasal dari Kecamatan Kayu Aro Kabupaten Kerinci, sudah dijual ke beberapa daerah di Indonesia seperti Payakumbuh, Solok, dan Medan bahkan

Untuk mengetahui manajemen usahatani jeruk siam yang ada di Desa Limau Manis Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar adalah dengan cara menggunakan metode Deskripsi

Analisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jeruk siam dapat dijelaskan berdasarkan hasil pendugaan fungsi produksi rata-rata yaitu dengan memasukkan faktor

Hasil analisis regresi berganda model Cobb- Douglas diperoleh bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi usahatani jeruk siam adalah di Desa Karangwidoro Kecamatan Dau

Faktor produksi manakah yang paling berpengaruh terhadap pendapatan usahatani jeruk di Agrowisata Petik Jeruk Desa Selorejo Kecamatan Dau Kabupaten Malang2. 1.3 Tujuan Penelitian