• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Meningkatkan Kemampuan Kognitif pada Anak kelompok A melalui media gambar/foto di Pendidikan Anak Usia Dini Mutiara Hati Dawuhan Mumbulsari Jember Tahun Pelajaran 2019/2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Upaya Meningkatkan Kemampuan Kognitif pada Anak kelompok A melalui media gambar/foto di Pendidikan Anak Usia Dini Mutiara Hati Dawuhan Mumbulsari Jember Tahun Pelajaran 2019/2020"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

TAHUN PELAJARAN 2019/2020

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Kh. Achmad Siddiq Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini

Oleh :

Choirina Daroh Aini NIM : T20155017

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KH. ACHMAD SIDDIQ JEMBER FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

DESEMBER 2021

(2)
(3)
(4)

ىَلَعُذَلٌٌٍُدٌُل ٌَْم

،ِوِناَسِّجَمٌُ ًَْأ ِوِناَرِّصَنًٌَُْأ ِوِناَدٌَِّيٌُ ُهاٌََبَأَف ِةَرْطِفْلا )ملسم ً يراخبلا هاًر(

Artinya: “Dari Abu Hurairah Radiyallahu Anhu ia berkata: Rasulullah Sallallahu Alayhi Wasallam bersabda: “”Setiap anak yang lahir itu dalam keadaan suci, maka ke dua orang tuanya lah yang menjadikannya Yahudi, Majusi, atau Nasrani’”. (HR. Bukhori dan Muslim)

HR. Bukhori dan Muslim

(5)

segala rahmat dan kesempatan dalam menyelesaikan tugas akhir ini dengan segala kekurangannya. Segala Syukur saya ucapkan kepada Allah SWT karena telah menghadirkan orang-orang yang sangat berarti disekeliling saya, yang selalu memberikan semangat serta do’a sehingga saya mampu menyelesaikan tugas akhir ini.

Dengan penuh syukur skripsi ini saya persembahkan:

1. Ibunda Misnatun dan Ayanda Moh. Holil tercinta yang telah menjadi inspirator, motivator, dan pengaruh yang baik dalam hidup saya. Sehingga bisa menjalani hidup yang lebih baik dan semoga yang engkau ajarkan kepadaku menjadi pahala bagimu.

2. Kakakku Tersayang Baidowi yang tidak pernah bosan memberikan bimbingan, doa, semangat dan motivasi kepada penulis.

3. Teman-teman seperjuangan kelas PIAUD’15, Teman Kost Az-Zahra, dan juga teman squad : Oma, Yuni, Nurul, dan Imah, yang telah selalu mendukung dengan do’a agar penulis diberikan kemudahan dan kelancaran dalam mengerjakan skripsi.

4. Adik-adikku mahasiswi PIAUD UIN KHAS Jember yang selalu memberikan dukungan.

(6)

melimpahkan rahmat taufik dan hidayahnya serta sholawat dan salam semoga tetap terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa kabar bagi umat yag bertakwa. Dengan mengucapkan Al-Hamdulillahirobbil’alamin penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ‘’ Upaya Meningkatkan Kemampuan Kognitif Melalui Media Gambar/Foto Pada Anak Kelompok A di Pendidikan Anak Usia Dini Mutiara Hati Dawuhan Mumbulsari Jember Tahun Pelajaran 2019/2020.”

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yag telah membantu dan memberikan dukungan, baik moral maupun material selama skripsi berlangsung, ungkapan terimakasih ini penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE, MM, selaku Rektor UIN KHAS Jember yang telah menyediakan fasilitas di UIN KHAS Jember

2. Ibu Prof. Dr. Hj. Mukni’ah, M.Pd.I, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN KHAS Jember yang telah memberikan pengesahan skripsi.

3. Bapak Drs. H. Mahrus M.Pd. I, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini dan selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing, mengarahkan dan memotivasi peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.

(7)

Mutiara Hati Dawuhan Mumbulsari yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di lembaga hingga selesai.

6. Sahabat Seperjuangan PIAUD angkatan 2015 UIN KHAS Jember yang selalu membantu dalam penulisan skripsi ini baik moral maupun materil sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Semoga semua bantuan, jasa baik yang telah diberikan kepada penulis merupakan amal baik dan diterima oleh Allah SWT serta mendapat balasan yang berlipat ganda dari-Nya Aamiin. Penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk memperoleh hasil yang maksimal dan sempurna, akan tetapi karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan, penulis yakin skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik, saran dan masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini. Semoga karya ilmiah ini bisa bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya, Aamin.

Jember, 30 Oktober 2021 Penulis

Choirina Daroh Aini NIM T20155017

(8)

Kemampuan kognitif anak sangat penting untuk dikembangkan sejak dini.

Hal ini bertujuan agar anak mampu mengeksplorasi lingkungannya melalui panca inderanya. Termasuk dalam hal kemampuan anak dalam berpikir kritis, berpikir logis dan berpikir simbolik. Media menjadi salah satu cara yang tepat untuk membantu meningkatkan kemampuan kognitif anak. Namun dibeberapa sekolah PAUD masih jarang menggunakan media visual (gambar atau foto), karena guru hanya terfokus pada kegiatan yang lebih mudah seperti menggunakan lembar kerja anak.

Fokus penelitian yang diteliti dalam skripsi ini adalah 1) Bagaimana upaya meningkatkan kemampuan kognitif pada anak kelompok A dalam berfikir kritis melalui media gambar/foto di PAUD Mutiara Hati Dawuhan, Mumbulsari, Jember? 2) Bagaimana upaya meningkatkan kemampuan kognitif pada anak kelompok A dalam berfikir logis melalui media gambar/foto di PAUD Mutiara Hati Dawuhan, Mumbulsari, Jember? 3) Bagaimana upaya meningkatkan kemampuan kognitif pada anak kelompok A dalam berfikir simbolik melalui media gambar/foto di PAUD Mutiara Hati Dawuhan, Mumbulsari, Jember?

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan kognitif anak usia dini dalam berfikir kritis, berfikir logis dan berfikir simbolik melalui media gambar/foto di PAUD Mutiara Hati Dawuhan, Mumbulsari, Jember.

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif deskriptif. Lokasi penelitian ini di PAUD Mutiara Hati Dawuhan, Mumbulsari, Jember. Penentuan informan menggunakan teknik purposive. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Adapun teknik analisis data menggunakan pengumpulan data, kondensasi data (data condensation), penyajian data (data display) dan penarikan kesimpulan (conclusions drawing).

Sedangkan keabsahan data menggunakan teknik triangulasi sumber dan triangulasi teknik.

Hasil dari penelitian ini: 1) Meningkatkan kemampuan kognitif pada anak kelompok A dalam berfikir kritis melalui media gambar/foto, dengan cara guru menjelaskan materi pembelajaran kepada anak menggunakan media gambar sesuai dengan tema pembelajaran selanjutnya melakukan tanya jawab dengan anak secara klasikal, kemudian anak menjawab pertanyaan yang diberikan guru.

2) Meningkatkan kemampuan kognitif pada anak kelompok A dalam berpikir logis melalui media gambar/foto, dengan cara guru bercerita sesuai dengan mimik wajahnya untuk menarik perhatian anak. Guru juga mempraktekkan suatu kegiatan yang dilanjutkan pemberian tugas mengurutkan ukuran binatang dari gambar. 3) Meningkatkan kemampuan kognitif pada anak kelompok A dalam berfikir simbolik melalui media gambar/foto, dengan cara guru mulai menjelaskan tugas yang akan diberikan kepada anak berupa tugas membuat kolase yaitu kolase gambar lebah dan menghitung. Guru mengajarkan kepada anak bagaimana menghitung melalui gambar.

(9)

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Fokus Penelitian ... 6

C. Tujuan Penelitian... 7

D. Manfaat Penelitian... 7

E. Definisi Istilah ... 8

F. Sistematika Pembahasan ... 11

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Penelitian Terdahulu ... 13

B. Kajian Teori... 19

(10)

C. Subyek Penelitian ... 43

D. Teknik Pengumpulan Data ... 44

E. Analisis Data ... 47

F. Keabsahan Data ... 50

G. Tahap-tahap Penelitian ... 51

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS A. Gambaran Objek Penelitian ... 53

B. Penyajian Data dan Analisis ... 60

C. Pembahasan Temuan ... 82

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 93

B. Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 96 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(11)

2.2 Tingkat Pencapaian Perkembangan ... 26

4.1 Data Guru PAUD Mutiara Hati Mumbulsari Jember ... 57

4.2 Data Siswa Kelompok A PAUD Mutiara Hati ... 58

4.3 Data Siswa Kelompok B PAUD Mutiara Hati ... 58

(12)

4.2 Lokasi PAUD Mutiara Hati Mumbulsari Jember ... 56 4.3 Anak-anak Sedang berkumpul membentuk lingkaran sebelum

memasuki kelas ... 65 4.4 Anak-anak memperhatikan guru yang menjelaskan tentang

macam-macam binatang terbang melalui media Gambar/Foto ... .. 67 4.5 Anak-anak sedang mengerjakan kolase dengan gambar binatang

lebah ... 67 4.6 Anak-anak Sedang berkumpul membentuk lingkaran sebelum

memasuki kelas……… 74

4.7 Anak sedang menyisir rambut temannya, mempraktekkan

bagaimana cara mencari kutu rambut ... 74 4.8 Anak sedang mengurutkan gambar kutu dari yang terbesar

kegambar kutu yang terkecil ... 74 4.9 Anak-anak Sedang berkumpul membentuk lingkaran sebelum

memasuki kelas……… 81

4.10 Guru sedang mengajarkan anak-anak menghitung jumlah lebah

melalui media gambar lebah……… 81 4.11 Anak-anak sedang menghitung jumlah gambar lebah dengan

jarinya……….. 82

(13)

Lampiran 3 : Pedoman Penelitian Lampiran 4 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 5 : Surat Keterangan Selesai Penelitian Lampiran 6 : Jurnal Kegiatan Penelitian

Lampiran 7 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) Lampiran 8 : Dokumentasi Foto

Lampiran 9 : Biodata Penulis

(14)

A. Latar Belakang

Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek sedang mengalami masa yang cepat dalam rentang perkembangan hidup manusia.1 proses pembelajaran sebagai bentuk perilaku yang diberikan kepada anak harus memperhatikan karakteristik yang dimiliki tahapan perkembangan anak.2

Pada rentang usia lahir sampai 6 tahun merupakan masa peka bagi anak. Para ahli menyebut sebagai masa golden age, dimana perkembangan kecerdasan pada masa ini mengalami peningkatan sampai 50%. Pada masa ini terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Masa ini merupakan tempo untuk meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, seni, sosial emosional, disiplin diri, nilai-nilai agama, konsep diri dan kemandirian.3

1 Yuliani Nurani Sujiono,Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta barat: PT Indeks, 2013), 6.

2 Didith Pramunditya Ambara dkk, Asesmen Anak Usia Dini, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2014), 1.

3 Isjoni, model pembelajaran anak usia dini, (Bandung : ALFABETA, 2014), 19.

(15)

pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan pada pengembangan seluruh aspek kepribadian anak. Oleh karena itu, PAUD memberi kesempatan kepada anak untuk mengembangkan kepribadian dan potensi secara maksimal. Lembaga PAUD perlu menyediakan berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangan seperti: kognitif, bahasa, sosial, emosi, fisik, dan motorik.4

Secara yuridis, istilah anak usia dini di Indonesia ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Lebih lanjut pasal 1 ayat 14 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional menyatakan bahwa:

“Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”.5 Dalam UU perlindungan anak (No. 23 tahun 2002) setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. (pasal 4); Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasan sesuai minat dan bakatnya (pasal 9 ayat 1) dan selain hak anak sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1),

4 Suyadi, Konsep Dasar Paud (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2006), 17.

5 Undang-undang RI Nomor 20 Tahun2003, ( Bandung : Citra Umbara, 2014), 4.

(16)

pendidikan luar biasa, sedangkan anak yang memiliki keunggulan juga mendapat pendidikan khusus (pasal 9 ayat 2) Departemen sosial RI, 2002.6

Setiap anak tentu sudah dibekali potensi luar biasa sejak lahir, potensi ini harus dikembangkan dan digali dengan cara pemberian stimulasi yang sesuai. Oleh sebab itu, setiap anak berhak mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan bakat yang dimilikinya sesuai minatnya tanpa adanya usur-unsur paksaan dari luar dirinya.

Setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, khususnya kemampuan kognitif. mereka memiliki kemampuan kognitif yang disebut scemata, yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil dari pemahamannya terhadap semua objek yang ada dalam lingkungannya.7 Proses kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan atau pun intelegensi yang menandai seorang ide-ide belajar pada aspek-aspek perkembangan yang mampu stimulus salah satunya perkembangan kognitif supaya anak mampu bereksplorasi terhadap dunia sekitar melalui panca indra.

Sebagaimana firman Allah dalam Q.s. An-Nahl ayat 78 yang berbunyi:

































6 Mukhtar Lhatif, Orientasi baru anak usia dini, (Jakarta : PRENADAMEDIA GROUP,2013), 25.

7 Herdina Indrijati, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan Anak Usia Dini Sebuah Bunga Rampai, (Jakarta: Kencana,2017), 49.

(17)

Artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”.8 Kemampuan perkembangan kognitif bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berfikir anak, agar anak dapat mengelola perolehan belajarnya, dapat menemukan bermacam-macam alternatif pemecahan masalah, membantu anak untuk mengembangkan logika matematikanya dan pengetahuan ruang dan waktu, serta mempunyai kemampuan memilah dan milih, mengelompokan serta mempersiapkan pengembangan kemampuan berpikir teliti.9 Kemampuan kognitif dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengetahui sesuatu.10 Artinya mengerti menunjukan kemampuan untuk menangkap sifat, arti, atau keterangan mengenai sesuatu serta mempunyai gambaran yang jelas terhadap hal tersebut, perkembangan kognitif sendiri mengacu kepada kemampuan yang dimiliki seorang anak untuk memahami sesuatu.

Pengembangan kognitif pada dasarnya dimaksudkan agar anak mampu mengeksplorasi terhadap dunia sekitar melalui panca inderanya, sehingga dengan pengetahuan yang didapatnya anak akan memainkan perannya sebagai makhluk tuhan yang harus memberdayakan apa yang ada di dunia ini untuk kepentingannya orang lain. Apabila kognitif anak tidak dikembangkan, maka fungsi pikir tidak dapat digunakan dengan cepat dan

8 Al-Qur’an, 16:78

9 George S. Morrison, Pendidikan Anak Usia Dini Saat Ini, (Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2016), 239.

10 Khadijah, Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini, (Medan: Perdana publishing,2016), 31.

(18)

perkembangan kognitif meliputi pengetahuan umum dan sains, konsep bentuk, warna, ukuran konsep bilangan, lambang bilangan dan huruf.

Salah satu untuk mengatasi keadaan demikian ialah penggunaan media secara terintegrasi dalam proses belajar mengajar, karena fungsi media dalam kegiatan sebagai penyaji stimulus informasi, sikap, dan lain- lain, juga untuk meningkatkan keserasian dalam penerimaan informasi.

Dalam hal-hal tertentu media juga berfungsi untuk mengatur langkah- langkah kemajuan serta untuk memberikan umpan balik.11

Berdasarkan hasil observasi di PAUD Mutiara Hati Desa Dawuhan Kecamatan Mumbulsari kabupaten Jember kelompok A diusia 4-5 tahun.

Ditemukan bahwa ada beberapa anak yang memiliki kemampuan kognitif dalam mengenal angka belum bisa menentukan atau membedakan angka. Di temukan bahwa dari 13 anak, di temukan 11 anak sudah mulai bisa mengenal atau membedakan angka, sedangkan dua anak lainnya mengalami kesulitan dalam mengenal atau membedakan angka, yaitu anak bingung dalam membedakan angka sehingga dalam pembelajaran mereka hanya diam dan hanya memperhatikan temannya, ada pula anak yang menangis karena belum bisa mengenal atau membedakan angka.12

Ada beberapa faktor penyebab pertama, guru jarang menggunakan media visual (Gambar atau foto), karena guru hanya terfokus pada LKA (lembar kegiatan anak) saja yang hal itu lebih memudahkan guru dalam

11 M.Basyiruddin Usman dan asnawir, Media Pembelajaran, (Jakarta : Delia Citra Utama,2002), 13.

12 Hasil Observasi Awal, PAUD Mutiara Hati Mumbulsari Jember, 22 Oktober 2019.

(19)

cepat dalam menyampaikan materi sehingga banyak anak yang kurang memahami pembelajaran yang sudah berlangsung. Ketiga, kurangnya media pembelajaran yang bervariasi sehingga membuat anak lekas merasa bosan.

Maka upaya guru hendaknya menggunakan media yang dapat mempermudah anak dalam berfikir. Alasan inilah yang mendorong untuk melakukan penelitian Kualitatif yang berjudul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Kognitif Melalui Media Gambar/foto Pada Anak Kelompok A di Pendidikan Anak Usia Dini Mutiara Hati Dawuhan Mumbulsari Jember Tahun Pelajaran 2019/2020”.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka fokus penelitiannya sebagai berikut :

1. Bagaimana upaya meningkatkan kemampuan kognitif pada anak kelompok A dalam berfikir kritis melalui media gambar/foto di PAUD Mutiara Hati Dawuhan, Mumbulsari, Jember?

2. Bagaimana upaya meningkatkan kemampuan kognitif pada anak kelompok A dalam berfikir logis melalui media gambar/foto di PAUD Mutiara Hati Dawuhan, Mumbulsari, Jember?

3. Bagaimana upaya meningkatkan kemampuan kognitif pada anak kelompok A dalam berfikir simbolik melalui media gambar/foto di PAUD Mutiara Hati Dawuhan, Mumbulsari, Jember?

(20)

Berdasarkan dari fokus penelitian tersebut, maka penelitian yang dilaksanakan ini bertujuan untuk:

1. Untuk Mendeskripsikan kemampuan kognitif anak usia dini dalam berfikir kritis melalui media gambar/foto

2. Untuk Mendeskripsikan kemampuan kognitif anak usia dini dalam berfikir logis melalui media gambar/foto

3. Untuk Mendeskripsikan kemampuan kognitif anak usia dini dalam berfikir simbolik melalui media gambar/foto

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan sumbangsih guna memperkaya khazanah keilmuan dalam bidang pendidikan terutama pendidikan anak usia dini yang terkait dengan upaya meningkatkan kognitif anak melalui media gambar/foto pada anak kelompok A di PAUD Mutiara Hati Dawuhan, Mumbulsari, Jember.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan mampu mengembangkan wawasan, manfaat pengetahuan, pengalaman dan ilmu

(21)

untuk mengadakan penelitian pada masa yang akan datang.

b. Bagi UIN Khas Jember

Diharapkan dalam menambah literatur guna kepentingan akademik kepustakaan UIN Khas Jember serta referensi bagi mahasiswa yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut terkait dengan upaya meningkatkan kemampuan kognitif anak melalui media gambar/foto, serta dapat memberikan kontribusi positif, guna mempertahankan eksistensi dan sebagai sumbangan pemikiran yang diharapkan mampu menjadi sarana pengembangan pengetahuan.

c. Bagi PAUD Mutiara Hati

Penelitian ini dapat berguna sebagai masukan dalam meningkatkan kualitas pendidikan anak usia dini terutama mengenai upaya meningkatkan kognitif anak melalu media gambar/foto.

E. Definisi Istilah

Dalam rangka memberikan penjelasan dan dan penegasan istilah yang terdapat dalam judul “Peningkatan Kemampuan Kognitif Melalui Media Gambar/Foto” maka disertakan pula definisi peristilahan yang dimaksud.

Hal ini juga untuk menghindari kesalah fahaman terhadap judul diatas.

Maka peneliti berusaha menjelaskan istilah-istilah sebagai berikut.

(22)

Istilah kognitif berasal dari kata cognition yang padananya knowing, berarti mengetahui. Dalam arti yang luas, cognition adalah perolehan, penataan dan penggunaan pengetahuan. Kognitif juga dapat diartikan dengan kemampuan belajar atau berfikir atau kecerdasan yaitu kemampuan untuk mempelajari keterampilan dan konsep baru, keterampilan untuk memahami apa yang terjadi di lingkungannya, serta keterampilan menggunakan daya ingat dan menyelesaikan soal- soal sederhana. Sementara itu di dalam kamus besar bahasa Indonesia, kognitif diartikan sebagai sesuatu hal yang berhubungan dengan atau melibatkan kognisi berdasarkan kepada pengetahuan factual yang empiris.13

2. Media Gambar/Foto

Media adalah suatu bentuk peralatan, metode, atau teknik yang digunakan dalam menyalurkan pesan, membantu mempertegas bahan pelajaran, sehingga dapat membangkitkan minat dan motivasi murid atau anak didik dalam mengikuti proses belajar mengajar.14

Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, dan perhatian anak didik untuk tercapainya tujuan pendidikan.15selain itu media dalam pembelajaran adalah segala bentuk alat komunikasi yang dapat

13 Khadijah, pengembangan kognitif anak usia dini, 31.

14 Guslinda, media pembelajaran anak usia dini, (Surabaya : CV Jakad, 2018), 1.

15 Srikantono, kurikulum dan bahan ajar PAUD,(jember : SUPERIOR, 2015), 99.

(23)

yang bertujuan agar dapat merangsang pikiran, perasaan, minat, dan perhatian anak didik mengikuti kegiatan pembelajaran.

Gambar/Foto merupakan media reproduksi bentuk asli dalam dua dimensi. Foto ini merupakan alat visual yang efektif karena dapat divisualisasikan sesuatu yang akan dijelaskan dengan lebih konkrit dan realistis. Informasi yang disampaikan dapat dimengerti dengan mudah karena hasil yang diragakan lebih mendekati kenyataan melalui foto yang diperlihatkan kepada anak-anak, dan hasil yang diterima anak- anak akan sama.16

Berdasarkan definisi istilah tersebut yang dimaksud dengan upaya meningkatkan perkembangan kemampuan kognitif melalui media gambar/foto adalah mempelajari kemampuan belajar, berfikir, daya ingat, keterampilan dan konsep baru, untuk memahami apa yang terjadi di lingkungannya, serta menyelesaikan soal-soal sederhana, melalui penyampaian objek pembelajaran menggunakan media gambar/foto yang sesuai dengan pengetahuan dan tahapan perkembangan anak. Sehingga anak dapat menggabungkan antara pengetahuan dan media pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan kognitif anak.

16 Usman dkk, media pembelajaran, (Jakarta : Delia Citra Utama, 2002), 47.

(24)

Sistematika pembahasan berisi tentang deskripsi alur pembahasan skripsi yang dimulai dari bab pendahuluan hingga bab penutup. Format penulisan sistematika pembahasan adalah bentuk deskriptif naratif, bukan seperti daftar isi.17

Adapun sistematika pemabahasan dalam skripsi ini adalah:

1. Bab satu, pendahuluan. Memuat komponen dasar penelitian yaitu meliputi latar belakang penelitian, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah, dan sistematika pembahasan.

2. Bab dua kajian pustaka meliputi kajian terdahulu serta kajian teori fungsi dari bab ini adalah sebagai landasan teori pada bab berikutnya guna menganalisa data yang diperoleh dari penelitian.

3. Bab tiga membahas metode penelitian, dalam bab ini membahas tentang metode yang digunakan peneliti yang meliputi pendekatan dan jenis pendekatan, lokasi penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, dan tahap-tahap penelitian.

4. Bab empat berisi tentang penyajian data dan analisis data. Pada bab ini dijelaskan tentang gambaran obyek penelitian, penyajian data dan analisis data serta membahas temuan dari penelitian lapangan.

5. Bab lima penutup meliputi kesimpulan dan saran hasil penelitian yang telah dilaksanakan serta saran-saran yang bersifat konstruktif.

17 Tim penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Institut Agama Islam Negeri Jember, (Jember

; IAIN Jember Press, 2015),73.

(25)

sebagai pendukung didalam penelitian.

(26)

13

A.

Penelitian Terdahulu

pada bagian ini peneliti mencantumkan berbagai hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian yang hendak dilakukan, kemudian membuat ringkasannya, baik penelitian yang sudah terpublikasi (skripsi, tesis, disertasi dan sebagainya). Dengan melakukan langkah ini, maka akan dapat dilihat sampai sejauh mana orsinalitas dan posisi penelitian yang hendak dilakukan.18 Penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini diantaranya:

1. Nurul Amelia, 38133069, (2017), Pendidikan Anak Usia Dini, fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.

Dengan judul “Upaya meningkatkan kemampuan kognitif anak usia dini pada materi mengenal bentuk geometri melalui penerapan model pembelajaran make A match di Raudhatul athfal Al-farabi tanjung selamat kecamatan sunggal tahun ajaran 2016/2017”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran model pembelajaran make a match dalam meningkatkan kemampuan kognitif anak usia dini pada materi mengenal bentuk geometri lingkaran, segi tiga, segiempat, di Raudhatul Athfal Al-farabi tanjung selamat kecamatan sunggal.

18Tim penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Institut Agama Islam Negeri Jember, (Jember ; IAIN Jember Press, 2019), 93.

(27)

Untuk memperoleh data penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) dari data yang dihasilkan melalui observasi dan wawancara. Penelitian ini dilaksanakan di kelompok B Raudhatul Athfal Al-Farabi tanjung selamat kecamatan sunggal dengan jumlah siswa 16 orang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan kognitif anak pada materi mengenal bentuk geometri meningkat setelah adanya tindakan melalui model pembelajaran make a match. Pada saat dilakukan observasi pratindakan, persentase perkembangan kognitif sebesar 43,75%, kemudian mengalami peningkatan pada siklus 1 sebesar 62,67% dan pada pelaksanaan siklus II mengalami peningkatan yang sangat baik yaitu 81,51%. Langkah-langkah yang ditempuh sehingga perkembangan kognitif anak meningkat: kegiatan pra pengembangan, kegiatan pengembangan, dan kegiatan penutup. Pemberian pengarahan aktif dilakukan pada saat kegiatan pengembangan dan pada saat kegiatan penutup. 19

2. Winda Nuri Adinda, 38143017, (2018), pendidika anak usia dini, fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan. Dengan judul “Upaya meningkatkan kemampuan kognitif anak usia dini kelompok B melalui kegiatan senam otak di RA Rahmah Elyunusiah II Medan tahun ajaran 2017/2018”.

19 Nurul Amelia, upaya meningkatkan kemampuan kognitif anak usia dini pada materi mengenal bentuk geometri melalui penerapan model pembelajaran make A matchdi Raudhatul Athfal Al- Farabi tanjung selamat kecamatan sunggal tahun ajaran 2016/2017 (UIN Sumatera Utara : tidak diterbitkan, 2017)

(28)

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kegiatan senam otak yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak usia dini. Rumusan masalah dari penelitian ini adalah: (1) bagaimana kemampuan kognitif anak usia dini sebelum melakukan kegiatan senam otak?, (2) bagaimana pelaksanaan kegiatan senam otak dalam meningkatkan kemampuan kognitif anak usia dini?, (3) apakah kemampuan kognitif anak usia dini dapat ditingkatkan melalui kegiatan senam otak?.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) kemampuan kognitif anak usia dini sebelum penerapan kegiatan senam otak, (2) pelaksanaan kegiatan senam otak dalam meningkatkan kemampuan kognitif anak usia dini, (3) kemampuan kognitif anak usia dini sesudah melakukan senam otak.

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di RA Rahmah Elyunusiyah II Medan yang bertempat di jalan selambo No.29 Medan Amplas, pada tanggal 7,9,14,16 mei 2018. Dengan jumlah anak yang diteliti 14 orang anak. Penelitian ini dialai dengan melakukan kegiatan pra- siklus, selanjutnya dilakukan kegiatan siklus I dan silus II, setiap siklus dilakukan dua kali pertemuan.

Penelitian tindakan kelas ini dikatakan telah berhasil karena dapat dilihat pada observasi akhir siklus II dari 14 orang anak yang diteliti,

(29)

terdapat 12 orang anak yang berkembang sangat baik (85,71%) dan hanya 2 orang anak yang berkembang sesuai harapan (14,29%).20

3. Muti’ah Khoirul Ummah, 133131046, Pendidikan anak usia dini, Fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan, Institut agama islam negeri Surakarta. Dengan judul “Meningkatkan kemampuan kognitif anak melalui metode bernyanyi di TK Aisyiyah Al-Huda Jampen Kismoyoso Ngemplak Boyolali tahun ajaran 2016/2017”.

Masalah penelitian adalah masalah yang ada di lembaga sekolahan untuk dijadikan penelitian. Permasalahan dari penelitian ini adalah ditemukan anak yang masih mengalami kesulitan untuk mengenal dan memahami konsep bilangan dan lambang bilangan angka 1-10 dan penggunaan metode yang kurang menarik dalam proses mengjar. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak melalui metode bernyanyi di TK Aisyiyah Al-Huda Jampen kismoyoso Ngamplek Boyolali tahun ajaran 2016/2017.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas kolaboratif.

Penelitian dilaksanakan di TK Aisyiyah Al-Huda Jampen Kismoyoso Ngamplek Boyolali tahun ajaran 2016/2017, dilaksanakan pada bulan April – Mei 2017. Subjek penelitian ini ada 2, yaitu subjek yang melakukan tindakan yaitu ibu setiyoUtami S.Pd selaku guru TK Aisyiyah Al-Huda Jampen kelompok kelas A2, dan objek yang menerima tindakan yaitu siswa kelas A2 sebanyak 24 anak. Data dikumpulkan dengan

20 Winda Nuri Adinda, Upaya meningkatkan kemampuan kognitif anak usia dini kelompok B melalui kegiatan senam otak di RA Rahmah Elyunusiyah II Medan Tahun ajaran 2017/2018, (UIN Sumatera Utara Medan : tidak diterbitkan, 2018)

(30)

observasi, wawancara, dokumentasi, dan tes. Instrument penelitian yang digunakan berupa instrument lembar observasi yang berbentuk ceklis dan instrument wawancara untuk guru, indicator kinerja, prosedur tindakan, dan analisis data.

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dengan meningkatkan kemampuan kognitif anak melalui metode bernyanyi di TK Aisyiyah Al-Huda Jampen kismoyono Ngemplak Boyolali tahun ajaran 2016/2017 mengalami peningkatan disetiap siklusnya. Hal ini terbukti bahwa pada siklus I kemampuan kognitif anak meningkat menjadi 46%

atau 11 siswa yang semula sebelum tindakan hanya 21 % atau 5 siswa yang memiliki kognitif anak sesuai harapan atau sesuai indikator, kemudian pada siklus II meningkat menjadi 75% atau 18 siswa.21

Secara singkat uraian ketiga penelitian terdahulu tersebut dapat diamati pada tabel berikut:

Table 2.1

Persamaan dan Perbedaan

No Nama Judul Persamaan Perbedaan

1. Nurul Amelia, (2017)

Upaya meningkatkan kemampuan kognitif anak usia dini pada materi mengenal bentuk geometri melalui penerapan model pembelajaran make A match di Raudhatul athfal Al- farabi tanjung

Penelitian yang telah dilakukan ini sama-sama membahas kemampuan Kognitif

Penelitian Nurul

Amelia lebih menekankan pada

mengenal bentuk geometri

21 Muti’ah Khoirul Ummah, meningkatkan kemampuan kognitif anak melalui metode bernyanyi di TK Aisyiyah Al-Huda Jampen kismoyono Ngemplak Boyolali tahun ajaran 2016/2017, (IAIN Surakarta : tidak diterbitkan, 2017).

(31)

selamat kecamatan sunggal tahun ajaran 2016/2017

2. Winda Nuri Adinda, (2018)

Upaya meningkatkan kemampuan kognitif anak usia dini kelompok B melalui kegiatan senam otak di RA Rahmah Elyunusiah II Medan tahun ajaran

2017/2018

Penelitian yang

dilakukan ini sama-sama membahas kemampuan kognitif

Penelitian Winda Nuri Adinda lebih menekankan pada

kegiatan Senam Otak

3. Muti’ah Khoirul

Ummah, (2017)

Meningkatkan kemampuan kognitif anak melalui metode bernyanyi di TK Aisyiyah Al-Huda Jampen Kismoyoso Ngemplak Boyolali tahun ajaran

2016/2017

Penelitian yang telah dilakukan ini sama-sama membahas kemampuan kognitif

Penelitian Windria Muti’ah Khoirul Ummah lebih

menekankan dengan metode bernyanyi

Berdasarkan Uraian ketiga tabel diatas penelitian yang dilakukam memiliki sejumlah persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu, obyek penelitian sama-sama berlatar belakang pendidikan anak usia dini (PAUD), dan membahas kemampuan kognitif pada anak usia dini (AUD). Adapun yang berbeda dalam ketiga skripsi tersebut yaitu: penelitian Nurul Amelia lebih menekankan pada mengenal bentuk geometri, penelitian Winda Nuri Adinda lebih menekankan pada kegiatan senam otak, dan penelitian Windria Muti’ah Khoirul Ummah lebih menekankan dengan metode bernyanyi. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti lebih menekankan pada kemampuan kognitif dalam berfikir kritis, berfikir logis berfikir simbolik, melalui media gambar/foto.

(32)

B.

Kajian Teori

Bagian ini berisi tentang pembahasan teori yang dijadikan sebagai perspektif dalam melakukan penelitian. Pembahasan teori secara lebih luas dan mendalam akan semakin memperdalam wawasan peneliti dalam mengkaji permasalahan yang hendak dipecahkan sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian.

1. Kemampuan kognitif a. Pengertian kognitif

Kognitif adalah suatu proses berfikir, yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Proses kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan (intelegensi) yang menandai seseorang dengan berbagai minat terutama sekali ditujukan kepada ide-ide dan belajar.22

Pada dasarnya kemampuan anak sangat ditentukan oleh kualitas otak. segala aktivitas kehidupan, hingga yang sekecil kecilnya, hanya bisa terjadi melalui mekanisme yang diatur oleh otak.

setiap sel otak anak memiliki ribuan cabang atau kantakel. Sel-sel otak tersebut yang akan menghubungkan dengan sel otak yang lainnya. Semakin banyak stimulus yang diberikan maka sel-sel otak tersebut akan semakin berkembang dan hal ini sangat berpengaruh terhadap proses berfikir anak.23

22 Ahamad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini (pengantar dalam berbagai aspeknya), (Jakarta: KENCANA, 2011). 47

23 Didith Pramunditya Ambara dkk, Asesmen Anak Usia Dini, 16.

(33)

Proses kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan (intelegensi) yang menandai seseorang dengan berbagai minat terutama sekali ditujukan kepada ide-ide dan belajar. Dalam kehidupan sehari-hari intelegensi itu tidak berfungsi dalam bentuk murni, tetapi setiap individu memiliki campuran (blend) yang unik dari sejumlah intelegensi yaitu, intelegensi linguistic, logis, spasial, music, kinestetik, intrapribadi dan antarpribadi, dan naturalistis.

b. Tahapan perkembangan kognitif Piaget

Piaget menyatakan bahwa perkembangan kognitif terjadi dalam empat tahapan, masing-masing tahapan berhubungan dengan usia dan tersusun dari jalan pikiran yang berbeda-beda. Pigaet menjelaskan tentang perkembangan kognitif menjadi empat tahapan, yaitu tahapan sensormotor, pra oprasional, operasional konkrit, dan formal operasional. Berikut adalah penelasannya:24

1) Tahap sensorimotor

Tahap ini yang berlangsung pada usia 0-2 tahun. Pada tahap ini anak berada dalam suatu masa pertumbuhan yang ditandai oleh kecenderungan-kecenderungan sensori-motoris yang amat jelas.

Segala perbuatan merupakan perwujudan dari proses pematangan aspek sensori-motoris tersebut. Menurut piaget pada tahap ini interaksi anak dengan lingkungannya, termasuk orang tuanya, terutama dilakukan melalui perasaan dan otot-ototnya. Interaksi ini

24 Khadijah, Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini, 63.

(34)

terutama diarahkan oleh sensasi-sensasi dari lingkunganya. Dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya, termaksud dengan orang tuanya, anak mengembangkan kemampuannya untuk mempersepsi, melakukan sentuhan-sentuhan, melakukan berbagai gerakan, dalam secara perlahan-lahan belajar mengkoordinasikan tindakan-tindakannya, anak mulai mampu untuk melambungkan objek fisik ke dalam simbol-simbol, misalnya mulai bisa berbicara meniru suara kendaraan, suara binatang dan lain-lainya.

2) Tahap pra operasional

Perkembangan praoperasional (preoperational stage), berlangsung dari usia 2-7 tahun. Pada tahap ini konsep-konsep yang stabil dibentuk, penalaran mental muncul, egosentrisme mulai kuat dan kemudian melemah, serta terbentuknya keyakinan terhadap hal yang magis. Pemikiran praoperasional merupakan tahap awal dari pemikiran operasional. Pada tahap praoperasional mayoritas label-label yang digunakan anak belum menekankan pada tahap berfikir secara operasional.25

3) Tahap operasional konkrit

Tahap ini berlangsung pada usia 7-11 tahun disebut pemikiram operasional konkrit (concret operational thought).

Anak-anak pada tahap operasional konkrit sudah mengembangkan pikiran logis dan mulai mampu memahamioperasi sejumlah

25 Masganti Sit, psikologi perkembangan anak usia dini,(Jakarta : KENCANA,2017). 135

(35)

konsep. Mereka memahami alam sekitarnya tanpa terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari panca indra. Mereka mulai mampu membedakan apa yang tampak oleh mata dengan kenyataan sesungguhnya juga antara yang bersifat sementara dan yang bersifat menetap.

Proses-proses penting pada tahapan ini, yaitu:

a) Pengurutan

Pengurutan adalah kemampuan untuk mengurutkan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda paling besar ke yang paling kecil.

b) Classification

Klasifikasi adalah kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkain benda menurut tampiannya, ukurannya atau karakterisik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animsm (beranggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan).

c) Desentering

Kemampuan Anak mulai mempertimbangankan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya.

Sebagai contoh anak tidak akan menganggap cangkir lebar tapi

(36)

pendek lebih sedikit isinya dibandingkan cangkir kecil yang tinggi.

d) Reversibility

Kemampuan Anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat berubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8 dan 8-4 sama dengan 4.

e) Concervation

Konservasi adalah Memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan peraturan atau tampil dari objek atau benda-benda tersebut.

Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang ukurannya dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain.

f) Penghilang sifat egosentrisme

penghilang sifat egosentrisme kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berfikir dengan cara yang salah).26

26 Masganti Sit, psikologi perkembangan anak usia dini.., 140

(37)

4) Tahap formal operasional

Pada tahap ini anak sudah mulai berfikir abstrak dan hipotesis. Pada masa ini anak sudah mampu memikirkan sesuatu yang akan atau mungkin terjadi, sesuatu yang abstrak.

Disamping itu, pada tahap ini remaja juga sudah mampu berfikir secara sistematik. Remaja telah mampu memikirkan semua kemungkinan secara sistematik untuk memecahkan masalah, mereka juga memiliki kemampuan berfikir alternatif, sehingga kemungkinan menyelesaikan masalah yang mereka hadapi lebih beragam.

c. Faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif

Banyak factor yang dapat mempengaruhi perkembangan kognitif, namun sedikitnya factor yang mempengaruhi perkembangan kognitif dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Faktor hereditas/keturunan

Teori hereditas atau nativisme yang dipelopori oleh seorang ahli filsafat Schopenhauer, berpendapat bahwa manusia lahir sudah membawa potensi-potensi tertentu yang tidak dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Para ahli psikologi Lehrin, Lindzey, dan Spuhier berpendapat bahwa taraf intelegensi 75-80% merupakan warisan atau faktor keturunan.

(38)

2) Faktor lingkungan

Teori lingkungan atau empirisme dipelopori oleh John Locke, berpendapat bahwa, manusia dilahirkan dalam keadaan suci seperti kertas putih yang masih bersih belum ada tulisan atau noda sedikit pun. Berdasarkan pedapat Locke, taraf intelegensi sangatlah ditentukan oleh pengalaman dan pengetahuan yang diperolehnya dari lingkungan hidupnya.

3) Faktor kematangan

Tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan matang jika telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing- masing. Kematangan berhubungan erat dengan usia kronologis (usia kalender).

4) Faktor pembentukan

Pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelegensi. Pembentukan dapat dibedakan menjadi pembentukan sengaja (sekolah formal) dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam sekitar).

5) Faktor minat dan bakat

Minta mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik lagi. Adapun bakat diartikan sebagai kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan di latih agar dapat terwujud. Bakat seseorang akan mempengaruhi

(39)

kecerdasannya. Artinya, seseorang yang memiliki bakat tertentu, maka akan semakin mudah dan cepat mempelajarinya.

6) Farktor kebebasan

Kebebasan yaitu keleluasaan manusia untuk berfikir divergen (menyebar) yang berarti bahwa manusia dapat memilih metode- metode tertentu dalam memecahkan masalah-masalah, juga bebas dalam memilih masalah sesuai kebutuhannya.

d. Standart tingkat pencapaian perkembangan kognitif AUD

Tingkat pencapaian perkembangan menggambarkan pertumbuhan dan perkembangan yang diharapkan dicapai anak pada rentang usia tertentu. Perkembangan anak yang dicapai merupakan integrasi aspek pemahaman nilai-nilai agama dan moral, fisik, kognitif, bahasa, dan sosial-emosional.27 Selanjutnya tingkat pencapaian perkembangan anak (STPPA) dalam kemampuan kognitif sebagai Berikut:

Tabel 2.2

Standart Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak Standart Tingkat Perkembangan Kognitif Anak Usia 4-5 Tahun

Lingkup Perkembangan

Tingkat Pencapaian Perkembangan

Indikator

A. Pengetahuan Umum dan Sains

1. Mengenal benda berdasarkan fungsinya (pisau untuk memotong, pensil untuk menulis)

a) Memberikan informasi tentang benda secara fungsinya

b) Menyeburkan berbagai macam benda beserta fungsinya yang ada di

27 Mulyasa, Manajemen PAUD, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014). 241

(40)

sekitar 2. Menggunakan

benda-benda sebagai permainan simbolik (kursi sebagai mobil)

a) Melakukan permainan simbolik (pasaran, dokter- dokteran, perang-

perangan, dsb) 3. Mengenal sebab

akibat yang terkait pada dirinya

a) Menceritakan sebab akibat yang terjadi pada dirinya (mengapa kita lapar dsb)

1. Mengenal konsep sederhana dalam kehidupan sehari- hari (gerimis, hujan, gelap, dsb)

a) Memberi infornasi tentang suatu hal

b) Menoba dan memberikan (eksperimen apa yang terjadi jika warna yang dicampur, biji tanaman, benda-benda dimasukkan kedalam air)

c) Mengenal konsep satu hari (pagi, siang, sore, malam)

d) Mengenal konsep waktu lama (besok, kemaren, dulu, dan lusa)

e) Mengenal asal mula sesuatu (nasi dari beras, gula dari tebu)

2. Mengkreasikan sesuatu sesuai dengan idenya sendiri

a) Mengerjakan maze (mencari jejak) yang sederhana

b) Menciptakan sesuatu dengan menggunting, merobek, menempel, dsb B. konsep bentuk,

warna, ukuran, dan pola

1. Mengklasifikasikan benda berdasarkan bentuk atau warna atau ukuran

a) Mengelompokkan benda dengan berbagai cara yang diketahui anak (ukuran, jenis, dan ciri- ciri tertentu)

b) Mencari, menunjuk, dan

(41)

menyebutkan sebanyak- banyaknya benda atau gambar yang mempunyai bentuk atau ukuran menurut ciri tertentu.

2. Mengklasifikasikan benda kedalam kelompok yang sama/kelompok yang sejenis/ kelompok yang berpasangan 2 variasi

a) Mencari, menunjuk, menyebutkan, dan mengelompokkan benda/gambar kedalam kelompok yang sama b) Mencari, menunjuk,

menyebutkan, dan mengelompokkan benda/gambar ke dalam kelompok yang

berpasangan 3. Mengenal pola AB

AB dan pola ABC- ABC

a) Memperkirakan ukuran berikutnya setelah melihat bentuk lebih dari 2-3 pola berurutan.

4. Mengurutkan benda 5 seriasi ukuran atau warna

a) Menggerakkan benda/

gambar berdasarkan besar kecil

b) Mengurutkan benda/gambar

berdasarkan urutan dari panjang ke lebar, tinggi ke rendah.

c) Mengurutkan benda/gambar

berdasarkan urutan warna (gradasi warna)

C. Konsep bilangan, lambang bilangan dan huruf

1. Mengenal konsep banyak sedikit

a) Mencari, menunjuk, dan menyebutkan

benda/gambar konsep banyak sedikit.

2. Membilang banyak benda 1-10

a) Menyebutkan urutan bilangan

b) Membilang dengan

(42)

benda-benda/gambar 1-10 3. mengenal konsep

bilangan

a) Membilang dengan menunjuk benda/gambar untuk mengenal konsep bilangan

b) Menghubungkan/

memasangkan konsep bilangan dengan angka c) Menyebut kembali

penambahan dan pengurangan dengan memisahkan/

mengumpulkan benda- benda 1-5

4. mengenal lambang bilangan

a) Mencari, menunjuk dan menyebut lambang bilangan 1-6

b) Mengurutkan lambang bilangan 1-5 atau sebaliknya 5.mengenal lambang

huruf

a) Mencari, menunjuk, dan menyebutkan lambang bilangan huruf atau alfhabet.

Berdasarkan standart tingkat pencapaian perkembangan Anak (STPPA) diatas kemampuan kognitif anak usia dini dibagi menjadi 3 bagian sebagai berikut:

e. Kemampuan Kognitif Anak Usia Dini 1) Berpikir Kritis

Berpikir kritis atau belajar dan pemecahan masalah dalam Permendikbud no. 137 tahun 2014 tentang Standar Nasional PAUD adalah mencakup kemampuan memecahkan masalah

(43)

sederhana dalam kehidupan sehari-hari dengan cara fleksibel dan diterima sosial serta menerapkan pengetahuan atau pengalaman dalam konteks yang baru.28 Berpikir kritis didefinisikan sebagai kegiatan yang dilakukan seseorang dalam proses mental seperti mengidentifikasi masalah, sebuah asumsi dari argumen, menarik kesimpulan dari kumpulan data, menafsirkan apakah simpulan ditarik dari kesimpulan dan evaluasi bukti. Berpikir kritis adalah sebuah proses aktif dan cara berpikir teratur serta sistematis agar dapat memahami informasi secara mendalam sehingga terbentuk keyakinan mengenai kebenaran informasi yang didapatkan atau pendapat yang disampaikan. Berpikir kritis adalah kemampuan dalam mengambil keputusan rasional mengenai hal yang harus dilakukan atau hal apa yang harus diyakini.

Berpikir kritis merupakan kegiatan berpikir untuk menyelidiki secara sistematis proses berpikir itu sendiri, karena berpikir maksudnya adalah tidak hanya berpikir secara sengaja namun juga menelaah apa yang dipikirkan, dengan mempertimbangkan logika dan bukti-bukti.29 Ciri-ciri seseorang yang berpikir kritis antara lain; mencari kejelasan pernyataan atau pertanyaan, mencari alasan, mencoba memperoleh informasi yang benar, menggunakan sumber yang dapat dipercaya,

28 Permendikbud no. 137 tahun 2014 tentang Standar Nasional PAUD

29 Rini Herminastiti, Peran Kegiatan Fun cooking dan Country Project dalam Kemampuan Matematika Awal dan Berpikir Kritis Anak Usia Dini, KINDERGARTEN: Journal of Islamic Early Childhood Education, Vol. 2, No. 1, April 2019, hal. 6-14

(44)

mempertimbangkan keseluruhan situasi, mencari alternatif, bersifat terbuka, mengubah pandangan apabila ada bukti yang dapat dipercaya, mencari ketepatan suatu permasalahan, dan sensitif terhadap perasaan, tingkat pengetahuan, dan tingkat kecanggihan orang lain. Pada prinsipnya orang yang tidak begitu saja menerima atau menolak sesuatu, seseorang yang akan mencermati, menganalisis, dan mengevaluasi informasi sebelum menentukan apakah akan menerima atau menolak informasi menunjukkan seseorang tersebut memiliki kemampuan berpikir kritis.30

Kemampuan kognitif yang perlu di asah anak adalah semenjak dini adalah kemampuan berpikirnya. Berpikir merupakan salah satu bagian dari kemampuan kognitif tingkat tinggi yang harus di asah sedini mungkin, salah satu bagian kemampuan kognitif tingkat tinggi yaitu berpikir kritis.

Kemampuan berpikir kritis anak dapat dilhat dari pertanyaan tentang hal-hal yang kita anggap tidak akan di tanyakan oleh anak, tentang hal baru yang muncul dan ditanyakan oleh anak di lingkungan sekitarnya. Tujuan mengasah kemampuan berpikir kritis pada anak yaitu mendidik anak untuk mengkomunikasikan pemikirannya, menyelesaikan permasalahan serta dapat memilah informasi yang diterima. Selain itu dengan di ajarkan berfikir

30 Nurul Yusri, Menumbuh Kembangkan Berpikir Kritis Anak Usia Dini Melalui Pembelajaran Saintifik, Jurnal Adzkia Volume 2 (1), 2018, 39-50

(45)

kritis sejak dini anak di harapkan dapat menjadi pribadi yang lebih teliti, tidak mudah menyerah serta bertangung jawab.31 2) Berpikir Logis

Berfikir logis dalam Permendikbud no. 137 tahun 2014 tentang Standar Nasional PAUD adalah, mencakup berbagai perbedaan, klasifikasi, pola, berinisiatif, berencana, dan mengenal sebab-akibat.32 Kemampuan berpikir logis adalah kemampuan dalam berpikir yang berdasarkan pada fakta, rasional dan masuk akal manusia. Tahap praoprasional (2-7 tahun), tahap dimana anak sudah dapat mengklasifikasikan sekelompok objek serta mengurutkan benda berdasarkan urutan tertentu. Pada tahap ini pemikiran anak berdasarkan pada pengalaman secara konkrit daripada pemikiran logisnya sehingga apabila anak melihat benda-benda yang kelihatannya berbeda, maka anak akan mengatakannya berbeda pula. Kemampuan berpikir logis apabila diterapkan sejak usia dini akan berdampak terhadap kemampuan anak Ketika mengahadapi suatu permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.33

31 Herina Yunita, Sri Martini Meilanie dan Fahrurrozi, Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis melalui Pendekatan Saintifik, Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Volume 3 Issue 2 (2019) Pages 425-432

32 Permendikbud no. 137 tahun 2014 tentang Standar Nasional PAUD

33 Ni Nyoman Sriningsih, I Ketut Ardana dan Luh Ayu Tirtayani, Pengaruh Pendekatan Saintifik Terhadap Kemampuan Berpikir Logis Pada Anak Kelompok B PAUD Kumara Asri, Denpasar, e- Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 6 No. 1 Tahun 2018)

(46)

Kemampuan berpikir logis yang muncul adalah anak mampu mengelompokkan benda berdasarkan warna dan ukuran, anak mampu mengurutkan benda dari yang paling besar ke paling kecil begitu juga sebaliknya.34 Berpikir secara logis adalah suatu proses berpikir dengan menggunakan logika, rasional dan masuk akal. Logika adalah ilmu yang mengkaji pemikiran. Karena pemikiran selalu diekspresikan dalam kata-kata, maka logika juga berkaitan dengan kata sebagai ekspresi dari pemikiran. Dengan berpikir logis, anak akan mampu membedakan dan mengkritisi kejadian-kejadian yang terjadi pada anak saat ini apakah kejadian- kejadian itu masuk akal dan sesuai dengan ilmu pengetahuan atau tidak.

Cara berpikir logis yang biasa dikembangkan, dapat dibagi menjadi dua, yaitu berpikir secara deduktif dan berpikir secara induktif. Logika deduktif adalah penarikan kesimpulan yang diambil dari proposisi umum ke proposisi khusus. Sederhananya kata umum-khusus. Adapun logika induktif kebalikan dari logika deduktif. Jenis logika ini harus mengikuti penalaran yang berdasarkan pengalaman atau kenyataan. Artinya, jika tidak ada bukti maka kesimpulannya belum tentu benar atau pasti. Dengan demikian, dia tidak akan mempercayai suatu kesimpulan yang

34 Sharina Westhisi, Meningkatkan Kemampuan Berpikir Logis Anak Usia Dini Melalui Metode Bernyanyi pada Anak Kelompok B, JURNAL CERIA ISSN : 2614-6347 (Print) 2714-4107 (Online) Vol.2 No.6 Septemeber 2019

(47)

tidak berdasarkan pengalaman atau kenyataan lewat tangkapan panca indranya.35

3) Berpikir Simbolik

Berpikir simbolik, yang terjadi adalah anak-anak mulai menggunakan symbol-simbol ketika mereka menggunakan sebuah objek atau tindakan untuk mempersentasikan sesuatu yang tidak ada dihadapannya. Tahap simbolik termasuk dalam tahap belajar mengenai simbol. Hal tersebut membutuhkan kemampuan dalam merumuskan simbol yang dikemas dalam bentuk kata-kata maupun kalimat. Simbol dipelajari agar anak mengenal suatu objek namun tidak bergantung dengan objek nyata. Simbol juga sangat penting dipelajari untuk menjadi bekal dalam kehidupan anak di pendidikan serta kehidupan selanjutnya. Tahap berpikir simbolik anak sudah dapat mengungkapkan simbol yang ada dalam pikiran dan imajinasinya dan diungkapkan dalam bentuk kata-kata maupun kalimat. Berpikir simbolik merupakan kemampuan dalam mengenal lambang bilangan 1-10 serta lambang huruf vokal dan konsonan.36

Berfikir simbolik dalam Permendikbud no. 137 tahun 2014 tentang Standar Nasional PAUD mencakup kemampuan

35 Munifah Bahfen, Meningkatkan Keterampilan Berpikir Logis Matematis melalui Permainan Logico, Yaa Bunayya: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Volume 2 No. II November 2018

36 Salsabila Arum Zahwa, Titin Faridatun Nisa’ dan Yulias Wulani Fajar, Pengaruh Metode Bermain Peran Makro Terhadap Kemampuan Berpikir Simbolik Anak Kelompok B, Jurnal PG- PAUD Trunojoyo : Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Anak Usia Dini, Volume 5, Nomor 1, April 2018, hal 30 - 38

(48)

mengenal, menyebutkan, dan menggunakan konsep bilangan, mengenal huruf, serta mampu merepresentasikan berbagai benda dan imajinasinya dalam bentuk gambar.37 Berpikir simbolik kemampuan mengingat dan berpikir tentang simbol-simbol atau membayangkan secara mental suatu objek yang tidak ada dengan menggunakan simbol, kata, angka atau gambar. Berpikir simbolik merupakan kemampuan individu untuk menggunakan representasi mental atau menggunakan simbol-simbol seperti katakata, angka dan gambar.38

2. Media Gambar/Foto

a. Pengertian Media Gambar/Foto

Secara harfiah kata media memiliki arti “Perantara” atau

“Pengantar”. Association for Education and communication Technologi (AECT) mendefinisikan media yaitu segala bentuk yang dipergunakan untuk suatu proses penyaluran informasi. Sedangkan Education Association (NEA) Mendifinisikan sebagai bendaa yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrument yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar, dapat mempengaruhi efektifitas program instruktional.

Dari definisi-definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian media merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan

37 Permendikbud no. 137 tahun 2014 tentang Standar Nasional PAUD

38 Fajar, Pengaruh Metode Bermain…, hal 30 - 38

(49)

pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan audien (siswa) untuk belajar lebih baik dan dapat meningkatkan performan mereka sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. 39

Media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan pembelajaran yang dapat merangsangnya untuk berfikir. 40proses pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses komunikasi. Dalam proses komunikasi tersebut, guru bertindak sebagai komunikator (Communicator) yang bertugas menyampaikan pesan pembelajaran (message) kepada penerima pesan (communicant), yaitu anak/peserta didik. Agar pesan-pesan pembelajaran yang disampaikan guru dapat diterima dengan baik oleh anak maka dalam proses komunikasi pembelajaran tersebut diperlukan wahana penyalur pesan yang disebut media pembelajaran. 41

Media dalam peroses pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pembelajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya. Berbagai penelitian yang dilakukan terhadap penggunaan media dalam pembelajaran sampai pada kesimpulan, bahwa proses dan hasil belajar pada siswa menunjukkan perbedaan yang signifikan antara

39 M. Basyirudin Usman, media pembelajaran…,11

40 Dwi Puspitarini, Media pembelajaran Penggunaan dan pengembangan, (Jember : STAIN Jember Press, 2013). 4

41 Badru Zaman dan Asep Hery Hernawan, media dan sumber belajar PAUD,(Tangerang selatan : Universitas Terbuka, 2014). 3.3

(50)

pembelajaran tanpa media dengan pembelajaran menggunakan media.42

Menurut Briggs, media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang pelajar untuk belajar. Jadi, media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim dan penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, minat dan perhatian sedemikian rupa sehingga proses belajar dapat terjadi. Menurut Letuheru, media merupakan suatu wadah atau sarana dan menyampaikan suatu informasi dari pengirim kepada penerima. Media adalah segala bentuk dan saluran yang dapat digunakan dalam suatu proses penyajian informasi. Media pembelajaran adalah bahan, alat atau teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi komunikasi edukasi antara pembelajar dan pelajar dapat berlangsung secara tepat guna dan berdayaguna. 43

Sedangkan menurut Heinich,dkk, media merupakan alat saluran komunikasi. Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari “medium” yang secara harfiah berarti “perantara”

yaitu perantara sumber pesan “a soure” denga penerima pesan “a receiver”. Heinich mencontohkan media ini seperti film, televisi, diagram, bahan tercetak (printed materials), komputer, dan instruktur. Menurut Rita, media (alat) dalam pengajaran melalui

42 Mukhtar Latif dkk, Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini : Teori Aplikasi, (Jakarta : KENCANA, 2013). 151

43 Dwi Puspitarini, Media Pembelajaran pemilihan,penggunaan, dan pengembangan..,5-6.

(51)

simulasi dari inti pengajaran yang disampaikan baik secara deskriptif maupun demonstrasi yang tentunya ini menandakan pada fungsinya sebagai penyampai pesan, serta dalam konteks media pembelajaran bagi anak usia dini, media merupakan segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang anak didik untuk belajar.44

Selain itu menurut Hairudi media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber kepada penerima. Serta untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu yang sudah dirumuskan.

Gambar atau foto merupakan media yang paling umum dipakai. Foto merupakan media reproduksi bentuk asli dalam dua dimensi. Foto ini merupakan alat visual yang efektif karena dapat divisualisasikan sesuatu yang akan dijelaskan dengan lebih konkrit dan realitis. Informasi yang disampaikan dapat dimengerti dengan mudah karena hasil yang diragakan lebih mendekati kenyataan melalui foto yang diperlihatkan kepada anak-anak, dan hasil yang diterima oleh anak-anak akan sama.

b. Fungsi/Peranan Media Pembelajaran dengan Media Gambar/Foto Media selain dapat digunakan untuk mengantarkan pembelajaran secara utuh juga dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan bagian tertentu dari kegiatan pembelajaran,

44 Guslinda dan Rita Kurnia, media pembelajaran anak usia dini…,2.

(52)

memberikan penguatan maupun motivasi, berikut ini akan diuraikan berbagai peranan media dalam proses belajar mengajar:

1) memperjelas penyajian pesan dan mengurangi verbalitas

2) memperdalam pemahaman anak didik terhadap materi pelajaran.

3) Memperagakan pengertian yang abstrak kepada pengertian yang konkrit dan jelas.

4) Mengatasi keterbatasan ruang waktu dan daya indera manusia.

5) Penggunaan media pembelajaran yang tepat akan dapat mengatasi sikap pasif anak didik.

6) Mengatasi sifat unik pada setiap anak didik yang diakibatkan oleh lingkungan yang berbeda.

7) Media mampu memberikan variasi dalam proses belajar mengajar.

8) Memberikan kesempatan pada anak didik untuk mereview pelajaran yang diberikan.

9) Memperlancar pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan mempermudah tugas para guru.45

c. Kelemahan-kelemahan Media Gambar/Foto

Disamping media gambar/foto dapat memberikan keuntungan untuk digunakan dalam pengajaran, namun juga banyak kelemahannya, antara lain:

45 Ibid,5-8.

Referensi

Dokumen terkait

Banyak penelitian yang telah dilakukan berhubungan dengan fasilitas pembelajaran melalui web sebagai bagian dari kegiatan pembelajaran atau perkuliahan tatap muka

Pada penelitian ini yang dibicarakan adalah operator kompak dari suatu ruang Hilbert separabel ke ruang Hilbert separabel yang lain.. Barisan terbatas pada ruang

Instrumen Penilaian Unjuk kerja Nama : Usia/Kelas : 5-6 Th / B No Hari/Tanggal Kegiatan pembelajaran Aspek yang dinilai Capaian Hasil Mengetahui, Jatibarang.. Kepala

 Dari dalam negeri, pasar masih menunggu hasil kepu- tusan Bank Indonesia mengenai kebijakan suku bunga Bank Indonesia 7day (Reverse) Repo Rate yang saat ini berada di

Teknik analisis data yang digunakan yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan (conclusion drawing or

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data yang melalui proses data reduction (reduksi data), data display (penyajian data), dan Conclusions

Kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan artikel ilmiah berjudul “Penerapan Metode Perkuliahan E-Learning Berbasis Video Untuk Meningkatkan Kualitas Mahasiswa” adalah jarak

Kontribusi yang diharapkan dari penelitia.1 ini adalah dapat menjadi bahan masukan bagi para pengarnbil keputusan SDM, sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam