• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rusuh mempawah dan antipati terorisme.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Rusuh mempawah dan antipati terorisme."

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

d

W

'l

WORLD

-/

ttilltlrillrilrit

.*"

NEWSPAPER

m

oF THE YF-AR

20!!

Jaurla

hs

T

22

JANUARI

TAHUN 2016

(2)

OPINI

Jawa

Pos.

Jumalz2Jahuari 2016

Rusuh

Mempawah

dan

Antipati

Terorisme

BELUM genap satu minggu teror

Iakafla (r4l1), tragedi lain kembali

muncul

dalam

motif

dan

bentuk

yang berbeda.

Segerornbolan massa

dalam

jumlah

yang

ba-

'

nyak melakikan pembakaran

per-mukiman

dan pengusiran paksa

terhadap sekitar

700

warga

eks

pengikut Gerakan Fajar Nusantara

(Gafatar) di Mempawah,

Kaliman-tan Barat (19/1).

Hadirnya permukiman baru

yang dihrrni warga

eks Gafatar

asal Jawa Timu1, fawa Tengah, dan

Jogiakarta itu dinilai dapat menjadi

virus dan mengancam keamanan

Mempawah.

Mereka

meng-inginkan

eks Gafatar hengkang

dari sana.

Peristiwa tersebut, jika kita

cer-mati, tidak dapat dipisahkan dari aksiterorbom di Thamrin, Jakarta.

Aksi teroris yang lebih nekat dan

terbuka iru secara psikologis

mem-berikan

dampak

tidak

langsung terhadap warga. Warga

menjadi

semakin sensitif, geram, dan

anti-pati terhadap setiap gerakan yang

di n il ai [srp6lensr' melakukan

aksi-aksi teror. Aksi main hakim sendiri

seperti di Mempawah pun menjadi

tidak terelakkan.

Gafatar sejatinya telah berdiri sejak

2011. Secara resmi organisasi

itu

dideklarasikan'pada2l

laliinri

2012

dengan Ketua

Umum Mahful M.

Tumanurung. Gafatar m engklaim

sebagai organisasi kemasyarakatan

yang berasas Pancasila.

Menurut

pengamat

teroris Al

Chaidar, organisisi itu merupakan

metamorfosis dari

Milla[Abraham

pimpinan Ahmad Musadeq. Lantas

berkembang menjadi Negara Islam

Indonesia

(NII)

hingga kemudian

terbentuk Gafatar.

Itu

senada dengan pemyataan

Menteri Dalam Negeri Tjahjo

Ku-molo

yang pada

intinya

menga-takan bahwa organisasi tersebut memiliki pertalian dengan NII.

Na-ma organisasi

itu

mencuat ketika

dokter Rica

Tri

Handayani -yang

diduga pemah mengikrti organisasi

tersebut- dikabarkan menghilang

sejak 30 Desember 2015 dan

dite-mukan di Mempawah

(lr/1).

Dari peristiwa Mempawah dan

bom Thamrin

dapat

ditangkap

kesan bahwa betapa

mudahnya

warga kita terprovokasi melakukan tindakkekerasan (main hakim

sen-diri).

Dan begitu mudahnya pula

warga kita terpikat serta mengikuti

berbagai organisasi semacam

Ga-fatar. Mengapa demikian? .

Pertama,

pemerintah

kurang

memiliki

ketegasan bertindak

da-lam mengontrol dan menindak

tegas organisasi-organisasi yang

tidak

selaras dengan empat

pilar

kehidupan berbangsa, yakni

Pan-casila, Bhinneka Tunggal

lka,

UUD 1945, dan NI(RI. Dilihat dari sej arah perkembangan- radikglisme

di Indonesia, masa Orde Lama dan

Orde Baru (terlepas

dari praktik

manipulasi

di

era Orde Baru

ini)

jauh lebih tegas dalam meredam

gerakan

radikal

daripada era

re-Oleh

YULruS

DWI CAIIYONO*

formasi

ini.

Terbukti, ketika Orde Baru

tum-bang

beberapa kelompok radikal

mulai

bermunculan'dengan

memanfaatkan kebebasan

di

era

reformasi. Salah satu permasalahan

utama di era reformasi memang

ke-bebasan yang tidak terkontrol.

Da-lam prinsip

hidup

berdemokrasi,

kebebasan yang

tidak diatur

de-ngan baik dapat berbenturan

de-ngan kebebasan yang lain.

Dari kasus GafataL pemerintah

tergolong terlambat bertindak

mengingat organisasi

itu

telah

Iima tahun

berjalan. Kurangnya pengawasan

dan

ketegasan

Pe-merintah memunculkan rasa tidak

puas, tidak aman, dan surutnya

ke-percayaan masyarakat.

Antipati

terhadap

terorisme

tumbuh dalam bentukyang negatif.

Sebagai dampaknya, 700 warga eks

Gafatar yang

mungkin tidak

lagi

hidup sesuai dengan

prinsip-prin-sip

organisasi tersebut

menjadi

korban. Hak mereka sebagai warga

negera juga terampas.

Upaya

rehabilitasi

sebaiknya perlu dilakukan untuk warga eks

pengikut

organisasi-organisasi " radikal. Itu bertujuan untuk meng-hindarilabelisasi sebagaikelompok

teror dan demi menumbuhkan

kepercayaan serta rasa aman

war-ga

non-eks

organisasi radikal.

Rehabilitasi tersebut juga penting

untuk

mengarahkan

mereka

berdasar empat

pilar kehidupan

berbangsa di atas.

Kedua,

tedadi

degradasi

moral

bangsa. Dalam era reformasi

ini

sungguh masyarakat kita disuguhi

banyak praktik tidak terpuji.

Mulai

praktik korupsi; pelanggaran hu-ktrm, hingga tindakan amoral

la-innya. Menjadi contoh

antara lain kasus Setya Novanto dan Da-,

mayanti \disnu. Akibat degradasi

moral yang tidak ketulungan

itu,

sampai beredar istilah "Negeri Para

Mafia'

untuk negeri

ini.

Sungguh ironis, bukan?

Terkait dengan kasus radikalisme

di Indonesia, pada dasarnya radi- ,

kalisme

adalah

gliran

yang

me-nuntut

perubahan sosial

dan

politik

dalam suatu negara secara

keras. Sehingga secara tidak sadar

kemerosotan

moral

para

wakil

rakyat dan

krisis multidimensi

turut memicu/rhenyumbang

ber-kembang dan lahirnya gerakan

ra'

dikalisme.

Iuga

semakin banyak Pribadi

yang

tertarik untuk

bergabung

dengan

gerakan.semacam

itu

dengan alasan

ingfn merombak

keterpurukan tersebut. Realitas

ke-terpurukan

moralitas para

wakil

rakyat dan adanya ketidakadilan

menjadi rumus yang ampuh

untuk

merekrut anggota baru dalam ge-rakan mereka.

Ketiga, masyarakat secara umum

belum terbiasa

berpikir

kritis

ter-kait gerakan radikalisme saat

ini.

Prof Syafii Maarif, salah seorang

ulama

besar

Indonesia,.pernah

menyatakan bahwa khalifah saat

ini bukan rrierupakan produk

sya-riat

Islam. Melainkan produk

po-litik

pasca-Nabi.

Menurut

beliau, kekhalifahan

modern tidak memiliki

tempat

berpijak

di

dalam

Alquran

dan

Assunnah. Sederhan4nyd,

P€-maksaan syariat dalam

khalifah

modern yang sering diusung

ke-lompok radikal merupakan bentuk

politisasi agama.

Sebagaimana yang diungkapkan

Presiden Pertama

R[

Soekarno,

bangsa yang kuat adalah bangsa

yang masyarakatnya berkarakter.

Karena

itu,

perbaikan

kualitas

mental

bangsa

menjadi

bangsa

yang

kritis dan terbuka

sesuai

dengan

empat

pilar

kehidupan

berbangsa adalah

jalan

terbaik

untuk

meredam gerakan radikal.

fuga mencegah kekerdilan dalam

berpikir.

(*)

*Dos en Pend.id.ikan

.

Sejarahllniuersitas Sanata

Referensi

Dokumen terkait

Hasil Penelitian : Hasil uji chi square diperoleh nilai p>0,005 yang berarti bahwa tidak ada perbedaan persepsi konsumen yang membaca buku menu dan konsumen yang tidak

Apa yang muncul dari tarik-menarik kepentingan politis yang mewujud pada permasalahan gender ini tidak cuma terlihat dalam seni visual, tapi juga bisa tampak melalui pilihan cara

Tabel 4.7 Hasil Uji Mann-Whitney Data Pre-Test dengan Data Post-test pada Kelompok Eksperimen Berdasarkan Setiap Aspek Kompetensi Interpersonal.... ix Tenty

2.000.000 mempengaruhi rugi-laba, maka laporan rugi-laba akan salah saji material .Untuk tujuan perencanaan, auditor harus menggunakan perimbangan awal mengenai tingkat materialitas

No Tanggal Jam NIM Mahasiswa Ketua Penguji Pembimbing Pembimbing 127 08.00 - 09.00 Manik Retno Wahyunitisari, dr., M.Kes.. Kristanti Wanito Wigati,

Saran yang dapat diberikan yaitu mengoptimalkan sistem control landfill dalam pengelolaan TPA Mrican sebelum TPA baru dengan sistem sanitary landfill siap digunakan,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah mengikuti perkuliahan dengan pendekatan Reciprocal Teaching, 80,3% mahasiswa telah mengalami kemandirian belajar baik secara

3.0 Proses Sebelum beserta Kekuatan, kelemahan dan Cadangan Penambahbaikan beserta Kekuatan, kelemahan dan Cadangan Penambahbaikan Langkah pertama yang diambil adalah mengadakan