• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS BAURAN PEMASARAN TERHADAP EKUITAS MEREK PADA PRODUK PEMUTIH WAJAH MEREK “PONDS” (Study Di Rungkut Surabaya).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS BAURAN PEMASARAN TERHADAP EKUITAS MEREK PADA PRODUK PEMUTIH WAJAH MEREK “PONDS” (Study Di Rungkut Surabaya)."

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

(Study Di Rungkut Surabaya)

S K R I P S I

Diajukan Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Manajemen

Oleh :

EMILA KRISTI SAPUTRI 0312010517 / FE / EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN

JAWA TIMUR

(2)

(Study Di Rungkut Surabaya)

S K R I P S I

Oleh :

ERNA ANGGRAENI 0312010498 / FE / EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN

JAWA TIMUR

(3)

Oleh:

Emila Kristi Saputri

Abstraksi

Penelitian ini dilakukan pada Produk Pemutih Wajah Merek “Ponds” di Rungkut Surabaya. Berikut ini akan disajikan nilai Brand Value Produk Pemutih WajahMerek “Ponds” Periode Tahun 2007 -2009 diketahui bahwa selama 3 tahun terakhir dari tahun 2007-2009, telah terjadi penurunan brand value pada produk pemutih wajah merek “Ponds”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bauran pemasaran terhadap ekuitas merek pada produk pemutih wajah merek “Ponds” di Surabaya.

Penelitian ini menggunakan 2 variabel yaitu 1 variabel bebas yaitu bauran pemasaran dan 1 variabel terikat yaitu ekuitas merek. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non probability sampling yaitu penarikan sampel probabilitas dimana populasi dapat diidentifikasikan secara jelas dan tepat. Metode yang digunakan adalah purposive sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Adapun kriteria-kriteria itu adalah: responden berusia minimal 17 tahun, dan konsumen minimal pernah satu kali membeli dan menggunakan produk pemutih wajah merek “Ponds”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen produk pemutih wajah merek “Ponds” di Rungkut Surabaya, sedangkan jumlah sampel yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah sebesar 130 responden. Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah structural equation modelling (SEM).

Hasil pengujian menunjukkan bahwa Bauran pemasaran tidak berpengaruh dan negatif terhadap ekuitas merek pada produk pemutih wajahmerek “Ponds” di Surabaya.

Key Words: Bauran Pemasaran dan Ekuitas Merek

(4)

1.1. Latar Belakang Masalah

Dalam rangka menuju era perdagangan bebas, maka indonesia harus

mampu bersaing dengan negara lain baik dari sisi kualitas sumber daya manusia

maupun dari kualitas barang. Sebagai negara sedang berkembang maka saat ini

indonesia Indonesia sedang giat melaksanakan pembangunan di segala bidang

terutama dalam sektor Agro bisnis, tujuan pembangunan sendiri mengarah pada

pencapaian kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat adil dan merata, dimana

setiap orang memiliki penghasilan yang layak.

Untuk bertahan hidup, berkembang dan dapat bersaing maka perusahaan

harus menetapkan dan menerapkan strategi serta cara pelaksanaan pemasaran

pada perusahaannya. Salah satu unsur dalam sifat pemasaran adalah marketing

mix atau bauran pasar yang dilaksanakan perusahaan sehubungan dengan

penentuan oleh perusahaan mengenai bagaimana menempatkan penjualannya

pada segmen pasar tertentu yang merupakan sasaran pasarnya.

Para manajer pemasaran melakukan penetapan strategi-strategi perusahaan

guna menciptakan permintaan akan produk dan cara yang ditawarkan kepada

konsumen sasarannya. Kotler (2000:15) menguntip MC.Carly bahwa

perangkat-perangkat pemasaran dapat dibagi 4 kelompok yang di namakan marketing 4P

yang meliputi produk, harga, lokasi, dan promosi.

(5)

Lupiyoadi (2001: 58) menyatakan bahwa bauran pemasaran (marketing

mix) merupakan alat bagi merketer yang terdiri dari berbagai elemen suatu

program pemasaran yang perlu dipertimbangkan agar implementasi strategi

pemasaran dan positioning yang ditetapkan dapat berjalan dengan sukses. Farisa

(2003; 74) menyatakan bahwa bauran pemasaran (marketing mix) dibentuk oleh 4

dimensi terdiri dari: produk (product), harga (price), distribusi (distribution), dan

promosi (promotion).

Setiap usaha pemasaran diperkirakan akan secara positif berhubungan

dengan ekuitas merek. Untuk menciptakan, mengelola dan memanfaatkan ekuitas

merk, hubungan dari usaha-usaha pemasaran terhadap dimensi-dimensi dari

ekuitas merk harus ditetapkan. Merek sangat variatif dalam pengaruh maupun

ekuitasnya di pasaran, merek yang ampuh memiliki ekuitas merek yang tinggi.

Merek akan berekuitas tinggi apabila memiliki: loyalitas merek yang tinggi

(brand loyalty), kesadaran merek (brand awareness), kesan kualitas (perceived

quality), dan asosiasi-asosiasi merek (brand assosiation). Merek dengan ekuitas

merek yang tinggi adalah aset yang sangat berharga, ekuitas merek yang tinggi

dapat memberikan perusahaan begitu banyak keunggulan bersaing. Merek yang

kuat dapat memberikan kesadaran serta loyalitas merek konsumen yang tinggi.

(Sumber: Setiawan dan Afiff, 2007)

Adanya banyak tuntutan dari masyarakat terutama kaum wanita yang

menginginkan wajah yang lebih putih, menuntut perusahaan-perusahaan terutama

yang bergerak dalam bidang kosmetik untuk memproduksi produk yang mampu

(6)

PT. Unilever yang berusaha untuk memenuhi keinginan konsumen dengan

mengeluarkan produk pemutih wajah yaitu Pond’s Pemutih Wajah. Produk ini

merupakan salah satu varian dari produk Pond’s yang diproduksi oleh

PT. Unilever.

Diantara banyak merek dagang untuk produk pemutih wajah, penulis

tertarik pada produk pemutih wajahmerek “Ponds” di Rungkut Surabaya. Berikut

ini akan disajikan brand value (BV) pada produk pemutih wajah merek “Ponds”

menurut indonesian best brand periode Tahun 2007 -2009.

Tabel 1.1

Brand Value Produk Pemutih WajahMerek “Ponds” Periode Tahun 2007 -2009

No Merek TOM

Berdasarkan tabel 1.1, dapat diketahui bahwa selama 3 tahun terakhir dari

tahun 2007-2009, telah terjadi penurunan brand value pada produk pemutih wajah

merek “Ponds” (Sumber: SWA, 16 / XXV / 27 Juli – 5 Agustus 2009).

Brand value turun mengindikasikan kekuatan merek (brand equity) lemah.

brand value merupakan nilai suatu merek, yang biasanya dijadikan panduan atau

tolak ukur oleh para pemasar dan pemilik merek. Dengan demikian nilai merek

tersebut diharapkan dapat menjadi ukuran suatu merek. Brand value bukan

(7)

satu kategori.,melainkan juga bisa mengikuti naik turunnya kekuatan dan kinerja

merek mereka dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan bahwa naik turunnya

brand value mengindikasikan terjadinya naik turunnya ekuitas merek. Bangkitnya

kesadaran atas pentingnya peran merek sangat menggembirakan. Harus diakui,

salah salah satu kunci sukses suatu produk adalah kekuatan mereknya. (SWA,

14/XIX/10-23 Juli 2003).

Dalam mengukur keberhasilan dari sebuah merek tidak dapat dilakukan

tanpa mengukur performance dari kegiatan pemasaran. Merek akan diingat

dengan asosiasi yang kuat, dipersepsikan sebagai produk yang berkualitas, dan

loyalitas pelanggan akan terbangun melalui kegiatan-kegiatan pemasaran yang di

ukur dari bauran pemasaran secara berkesinambungan dan terukur. Pengukuran

keberhasilan kegiatan pemasaran itu dapat dilakukan dengan mengukur nilai yang

didapatkan perusahaan dan nilai yang didapatkan pelanggan (Yoo, 2000: 4).

Hal ini didukung oleh data rata-rata penjualan produk Pond’s di Rungkut

Surabaya dalam setiap bulannya yang terjadi pada tahun 2009 sebagai berikut:

Tabel 1.2

Penjualan Produk Pemutih WajahMerek “Ponds” di Rungkut Surabaya Periode Okt – Des 2009

Jumlah Ponds (satuan)

No Nama Toko Jumlah

Toko/Outlet Okt 2009 Nop 2009 Des 2009

1 Pasar Pahing (15 Toko) 15 toko 267 255 237

2 Pasar Soponyono (30 Toko) 30 toko 753 738 714

3 Alfamart 30 hari 114 105 93

4 Indomaret 30 hari 108 99 84

5 Giant 30 hari 201 192 177

6 Yakaya 30 hari 132 126 118

7 Carrefour 30 hari 171 159 146

Total 1746 1674 1569

(8)

Berdasarkan tabel 1.2, dapat diketahui bahwa Penjualan Produk Pond’s di

Rungkut Surabaya Periode Okt – Des 2009 terus mengalami penurunan dari 1746

unit Pond’s menjadi 1569 unit Pond’s.

Oleh karena itu, peneliti bermaksud melakukan penelitian berjudul:

“Pengaruh Bauran Pemasaran terhadap Ekuitas Merek pada Produk Pemutih WajahMerek “Ponds” di Rungkut Surabaya”

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dari

penelitian ini adalah: ”Apakah bauran pemasaran berpengaruh terhadap ekuitas

merek pada produk pemutih wajahmerek “Ponds” di RungkutSurabaya?”.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut: ”Untuk menganalisis pengaruh bauran pemasaran terhadap

ekuitas merek pada produk pemutih wajahmerek “Ponds”

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini akan diperoleh manfaat antara lain :

1. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan dan pengalaman secara praktik di bidang

pemasaran khususnya mengenai teoritik tentang bauran pemasaran dan ekuitas

(9)

2. Bagi Universitas

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat dan

menambah perbendaharaan perpustakaan serta sebagai bahan perbandingan

bagi rekan-rekan mahasiswa yang mengadakan penelitian dengan masalah

(10)

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang releven dengan penelitian ini adalah penelitian

yang dilakukan oleh :

1. Romi Setiawan dan Adi Zakaria Afiff (Usahawan, 2007) dengan judul

“Analisis Pengaruh Kegiatan Pemasaran Terhadap Ekuitas Merek Pada

Consumer-Convinience Goods”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

dan memahami pengaruh kegiatan pemasaran terhadap ekuitas merek. Metode

penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan convenience sampling.

Sampel yang digunakan adalah 780 responden. Jumlah responden tersebut

berdasarkan asumsi SEM bahwa besarnya sampel yaitu 5-10 responden untuk

setiap parameter, sedangkan teknik analisis yang digunakan adalah analisis

Structural Equation Models (SEM). Hasil penelitian tersebut menunjukkan

bahwa kegiatan pemasaran berpengaruh positif terhadap ekuitas merek pada

consumer-convinience goods.

2. Rico Farisa, dkk (Jurnal Aplikasi Manajemen, 2003) dengan judul “analisis

variabel marketing mix yang mempengaruhi kepuasan konsumen dalam

pembelian susu bubuk formula bayi di Kota Malang”. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui dan menganalisa ada tidaknya pengaruh produk, harga,

distribusi dan promosi terhadap kepuasan konsumen dalam pembelian susu

bubuk formula bayi di Kota Malang. Penelitian ini menggunakan analisis

(11)

Atas dasar penelitian terdahulu ini, maka dapat digunakan sebagai acuan

penelitian untuk penelitian sekarang dengan menggunakan analisis Structural

Equation Models (SEM) sehingga diharapkan dapat sebagai pembanding dari hasil

pengujian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu.

2.2. Landasan Teori

2.2.1 Pengertian Pemasaran

Banyak definisi pemasaran yang dikemukakan oleh para ahli dalam bidang

ini walaupun masing–masing memberikan penekanan yang berbeda namun pada

intinya tujuan mereka sama yaitu bertitik tolak pada pemenuhan kebutuhan dan

keinginan konsumen. Berikut ini dikutip beberepa definisi tentang pemasaran

yang dikemukakan beberapa ahli pemasaran :

Kotler (1997:8) mendefinisikan pemasaran sebagai suatu proses sosial dan

(12)

mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan

mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.

Swasta (1999:5) mendefinisikan pemasaran sebagai sistem keseluruhan

dari kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga,

mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan

kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.

Dari pengertian-pengertian pemasaran di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa pemasaran merupakan suatu bentuk kegiatan yang mencakup unsur

pemasaran seperti merencanakan, menentukan harga, mempromosikan serta

mendistribusikan barang dan jasa tersebut kepada konsumen yang

membutuhkannya.

2.2.1.1. Pengertian Manajemen Pemasaran

Manajemen pemasaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk

merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, dan mengendalikan

kegiatan-kegiatan pemasaran untuk membantu dan mendukung proses pertukaran yang

efisien dan efektif. Definisi manajemen pemasaran banyak diberikan para ahli

dalam pemasaran.

Adapun definisi manajemen pemasaran yang dikemukakan oleh Kotler

dan Amstrong (1997:13) adalah bahwa manajemen pemasaran sebagai analsis,

perencanaan, implementasi, dan pengendalian program yang dirancang untuk

menciptakan, membangun dan mempertahankan pertukaran yang menguntungkan

(13)

pemasaran termasuk olah permintaan yang akhirnya termasuk

menata-olah hubungan demi pelanggan.

Manajemen pemasaran menurut Philip Kotler yang dikutip oleh Swasta

dan Handoko (2000:4) adalah manajemen pemasaran adalah penganalisaan,

perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan program-program yang bertujuan

menimbulkan pertukaran dengan pasar yang dituju denga maksud untuk mencapai

tujuan perusahaaan. Titik berat diletakkan pada penawaran perusahaan dalam

memenuhi kebutuhan dan keinginan pasar tersebut serta menentukan harga,

mengadakan komunikasi dan distribusi yang efektif untuk memberi tahu,

mendorong serta melayani pasar.

2.2.1.2. Konsep Pemasaran

Konsep pemasaran selalu menekankan bahwa kunci sukses untuk

keberhasilan tujuan perusahaan adalah dengan mengutamakan pada pemuasan

kebutuhan dan keinginan konsumen melalui cara yang lebih efektif dan lebih

efisien daripada yang dilakukan oleh para pesaing.

Menurut Peter dan Olson (1996:3) menyatakan bahwa perusahaan harus

memahami dan tetap dekat dengan konsumen dalam menyajikan produk serta

pelayanan yang baik, yang akan dibeli dan digunakan konsumen.

Kotler dan Amstrong (1997:17) mengemukakan bahwa konsep pemasaran

merupakan falsafah manajemen pemasaran yang berkeyakinan bahwa pencapaian

(14)

sasaran dan penyampaian kepuasan yang didambakan itu lebih efektif dan efisien

ketimbang pesaing.

Konsep pemasaran menurut Lamb, Hair dan Mc.Daniel (2001:6) adalah

alasan keberadaan sosial dan ekonomi bagi suatu organisasi dalah memuaskan

kebutuhan konsumen da keinginan tersebut sesuai dengan sasaran perusahaan. Hal

tersebut tersebut didasarkan pada pengertian bahwa suatu penjualan tidak

tergantung pada agresifnya tenaga penjual tetapi lebih pada keputusan konsumen

untuk membeli suatu produk, bahkan apa yang konsumen pikirkan itulah yang

mereka beli-nilai yang mereka persepsikan-definisi suatu bisnis.

Konsep pemasaran menurut Lamb, Hair dan Mc.Daniel (2001:6) terdiri

dari sebagai berikut :

1. Fokus pada kemauan dan keinginan konsumen sehingga organisasi dapat

membedakan produknya dari produk yang ditawarkan oleh para pesaing

2.

Mengintegrasikan seluruh aktivitas organisasi, termasuk di dalamnya

produksi untuk memuaskan kebutuhan ini.

3. Pencapaian tujuan jangka panjang bagi organisasi dengan memuaskan

kebutuhan dan keinginan konsumen secara hukum dan bertanggung jawab.

2.2.1.3. Tujuan Pemasaran

Ada empat tujuan pemasaran atau sasaran alternatif yang diajukan menurut

(15)

1. Memaksimalkan konsumsi

Banyak eksekutif bisnis percaya bahwa jabatan pemasaran semestinya dapat

mendorong konsumsi maksimum, yang pada gilirannya akan menciptakan

produksi, kesempatan kerja, dan kemakmuran maksimum.

2. Memaksimalkan kepuasan konsumen

Pandangan lain menyatakan bahwa sistem pemasaran adalah untuk

memaksimalkan kepuasan konsumen, bukan jumlah konsumsinya.

3. Memaksimalkan pilihan

Memaksimalkan ragam produk dan pilihan konsumen akan memungkinkan

konsumen mendapatkan barang yang benar-benar memuaskan selera mereka.

4. Memaksimalkan mutu kehidupan

Mutu kehidupan ini tidak hanya mencakup kualitas, kuantitas, ketersediaan

dan harga barang, tetapi juga mutu lingkungan fisik dan budaya.

2.2.2. Bauran Pemasaran

Lupiyoadi (2001: 58) menyatakan bahwa bauran pemasaran (marketing

mix) merupakan tool atau alat bagi merketer yang terdiri dari berbagai elemen

suatu program pemasaran yang perlu dipertimbangkan agar implementasi strategi

pemasaran dan positioning yang ditetapkan dapat berjalan dengan sukses.

Marketing mix pada produk barang yang kita kenal selama ini berbeda dengan

marketing mix untuk produk jasa. Hal ini terkait dengan perbedaan karakteristik

(16)

Menurut Yoo, et al. (2000), ekuitas sebuah merek dapat diciptakan,

dikelola dan diperluas dengan memperkuat dimensi-dimensi sebuah ekuitas

merek. Kegiatan pemasaran yang merupakan anteseden (pra kondisi) dari dimensi

ekuitas merek mempunyai potensi untuk mempengaruhi ekuitas sebuah merek,

karena hal itu mempresentasikan pengaruh dari akumulasi pemasaran dari sebuah

merek. Pada penelitian ini, kegiatan pemasaran yang diteliti merupakan bagian

dari bauran pemasaran tradisional yang biasa disebut dengan “4P”, antara lain:

harga, distribusi, iklan dan promosi harga. (Setiawan dan Afiff, Usahawan, 2007)

Farisa (2003; 74) menyatakan bahwa bauran pemasaran (marketing mix)

dibentuk oleh 4 dimensi terdiri dari :

1. Produk (product)

Produk merupakan sesuatu yang ditawarkan ke dalam pasar untuk

diperhatikan, dimiliki, dipakai atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan

keinginan atau kebutuhan konsumen. (Kotler dan Keller, 2006)

Menurut Farisa (2003; 75), indikator yang digunakan untuk mengukur Produk

antara lain :

1. Desain 4. Gizi produk 7. Merek

2. Kualitas produk 5. Rasa / aroma

3. Ukuran kemasan 6. Variasi produk

2. Harga (price)

Harga adalah satuan moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa

lainnya) yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau pengunaan

(17)

Banyak konsumen menggunakan harga sebagai sebuah indikator sebuah

kualitas dari produk. Pemasar memahami bahwa konsumen sering secara

aktif memproses informasi harga, menintepretasikan harga berddasarkan dari

pengalaman pembelian sebelumnya. Konsumen sering membandingkan harga

sebuah produk berdasar internal reference price (informasi harga dari

pengalaman pribadi) atau sebuah external reference price. Contohnya harga

yang digunakan oleh ritel (regular retail price) (Kotler dan Keller, 2006)

Menurut Farisa (2003; 75), indikator yang digunakan untuk mengukur harga

antara lain :

1. Harga sesuai dengan kualitas

2. Potongan harga (discount)

3. Distribusi / Place

Distribusi / place berhubungan dengan bagaimana cara penyampaian produk

kepada konsumen dan dimana lokasi yang strategis. Lokasi berarti

berhubungan dengan dimana perusahaan harus bermarkas dan melakukan

operasi. (Lupiyoadi, 2001:80)

Distribusi sebuah produk akan intensif ketika produk itu ditempatkan di

banyak toko untuk memenuhi kebutuhan pasar. Untuk mengangkat citra

produk dan memperoleh bantuan dari ritel, perusahaan cenderung

mendistribusikan produknya secara eksklusif dan selektif dibandingkan

secara intensif. (Yoo, et al., 2000)

Menurut Farisa (2003; 75), indikator yang digunakan untuk mengukur

(18)

1. Supermarket

2. Toko-toko

3. Kontinuitas stok

4. Promosi (promotion)

Advertising adalah bentuk apapun yang disponsori oleh nonpersonal berupa

presentasi dan promosi dari ide, barang atau jasa (Kotler dan Keller, 2006).

Tujuan periklanan adalah tugas komunikasi yang spesifik dan tingkatan

pencapaian yang akan diselesaikan dengan konsumen yang spesifik pada

waktu tertentu, karenanya periklanan dapat mempengaruhi ekuitas merek

dalam berbagai cara. Hal ini dapat menciptakan awareness dari merek dan

peningkatan probabilitas bahwa merek dimasukkan ke dalam bentuk-bentuk

yang dapat membangkitkan awareness konsumen. (Cobb-Walgren, Ruble,

dan Donthu, 1995)

Menurut Farisa (2003; 75), indikator yang digunakan untuk mengukur iklan

antara lain :

1. TV

2. Majalah

3. Display

2.2.3. Ekuitas Merek (Brand Equity)

Definisi Ekuitas merek (brand equity) menurut Aaker (1996:8)

menyebutkan bahwa “Brand Equity is a set of assets (and liabilities) linked to a

(19)

product or service to a firm and or that firm’s customers”. Berdasarkan definisi

diatas dapat disimpulkan bahwa ekuitas merek adalah kekayaan (investasi jangka

panjang) yang berhubungan dengan suatu nama merek dan simbol yang dapat

menambah (atau mengurangi) suatu nilai yang diberikan oleh suatu produk atau

jasa bagi sebuah perusahaan dan atau konsumen.

Menurut Tandjung, J.W (2004:53) ekuitas merek (brand equity) yaitu

kumpulan sesuatu yang berharga (asets) yang melekat pada merek serta

kewajiban-kewajiban yang terjalin pada sebuah merek, nama, dan simbol yang

dapat menambah atau mengurangi ”nilai” suatu produk”.

Menurut Durianto. D, dkk (2004: 4) Ekuitas merek (brand equity) adalah

seperangkat aset dan liabilitas merek yang tekait dengan suatu merek, nama,

simbol, yang mampu menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh

sebuah produk atau jasa baik pada perusahaan maupun pada pelanggan”.

Menurut Aaker (1991) dalam Setiawan dan Afiff (2007: 5), bahwa ekuitas

merek (brand equity) mempunyai beberapa dimensi utama antara lain:, loyalitas

merek (brand loyalty), kesadaran merek (brand awareness), dan kesan kualitas

(perceived quality).

Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli tersebut, dapat diambil

kesimpulan bahwa ekuitas merek (brand equity) merupakan aset yang dapat

memberikan nilai tersendiri di mata pelanggannya. Aset yang dikandungnya dapat

membantu pelanggan dalam menafsirkan, memproses, dan menyimpan informasi

(20)

Menurut Durianto, dkk (2004: 6) Ekuitas merek dapat mempengaruhi rasa

percaya diri konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian atas dasar

pengalaman masa lalu dalam penggunaan atau kedekatan, asosiasi dengan

berbagai karakteristik merek

2.2.3.1. Loyalitas Merek (Brand Loyalty)

Dalam konsep brand loyalty produsen hanya mengkonsentrasikan pada

merek yang memiliki pelanggan yang loyal, Perusahaan tidak mengetahui siapa

saja pelanggan mereka, manajemen perusahaan hanya mengetahui bahwa mereka

memiliki pelanggan yang loyal. Sedangkan pada customer loyalty produsen

memperlakukan pelanggan sebagai masing–masing individu yang berbeda-beda

dan menjalin hubungan dengan pelanggan tersebut melalui konsep relationship

marketing. Sebab dalam konsep customer loyalty pembelian ulang dari pelanggan

yang telah ada dapat berpengaruh terhadap pelanggan baru.

Berikut ini beberapa definisi tentang loyalitas merek yang dikemukakan

beberapa ahli pemasaran:

Yoo, et al. (2000) dalam Setiawan dan Afiff (2007:5) mendefinisikan

bahwa loyalitas merek (brand loyalty) sebuah komitmen secara kuat dipegang

untuk kembali membeli atau terus berlangganan sebuah barang atau jasa secara

konsisten dimasa yang akan datang.

Menurut Chaudhuri dan Holbrook (2001:82): Loyalitas merek (brand

loyalty) adalah “Sebuah komitmen mendalam untuk membeli kembali atau

(21)

konsisten dimasa yang akan datang, dimana komitmen tersebut menyebabkan

pembelian yang berulang terhadap merek yang sama, meskipun

pengaruh-pengaruh situasional dan usaha-usaha pemasaran mempunyai kesanggupan atau

kemungkinan untuk mengakibatkan perubahan perilaku”.

Menurut Durianto.D, dkk (2004:127): Loyalitas merek (brand loyalty)

merupakan “Suatu ukuran keterkaitan pelanggan kepada sebuah merek”.

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Brand

loyalty merupakan inti ekuitas suatu merek karena saat konsumen mencapai

tahapan loyal pada merek tertentu maka dapat dipastikan mereka tidak akan

mudah berpindah ke merek yang lain, karena Brand loyalty terkait lebih erat pada

pengalaman menggunakan dan tidak bisa terjadi tanpa lebih dahulu melakukan

pembelian. Brand loyalty juga mencerminkan seberapa jauh kecenderungan

pelanggan untuk berganti ke merek lain, khususnya saat merek itu mengalami

perubahan baik harga maupun ciri-ciri atau jasanya.

Menurut Durianto.D, dkk (2004:128-129) loyalitas merek mempunyai

beberapa tingkatan, sebagai berikut:

a. Switcher (Berpindah-pindah)

Pelanggan yang berada pada tingkat loyalitas ini dikatakan sebagai pelanggan

yang berada pada tingkat paling dasar. Semakin tinggi frekuensi pelanggan

untuk memindahkan pembeliannya dari suatu merek ke merek-merek yang

lain mengindikasikan mereka sebagai pembeli yang sama sekali tidak loyal

atau tidak tertarik pada merek tersebut.

(22)

Pembeli yang berada pada tingkat loyalitas ini dapat dikategorikan sebagai

pembeli yang puas dengan merek produk yang dikonsumsinya atau setidaknya

mereka tidak mengalami ketidakpuasan dalam mengkonsumsi merek produk

tersebut.

c. Satisfied Buyer (Pembeli yang puas dengan biaya peralihan)

Pada tingkatan ini, pembeli merek masuk dalam kategori puas bila mereka

mengkonsumsi merek tersebut, meskipun demikian mungkin saja mereka

memindahkan pembeliannya ke merek lain dengan menanggung biaya

peralihan yang terkait dengan waktu, uang, atau resiko kinerja yang melekat

dengan tindakan mereka beralih merek.

d. Likes The Brand (Menyukai merek)

Pembeli yang masuk dalam kategori loyalitas ini merupakan pembeli yang

sungguh-sungguh menyukai merek tersebut. Pada tingkatan ini dijumpai

perasaan emosional yang terkait pada merek.

e. Committed Buyer (pembeli yang komit)

Pada tahapan ini pembeli merupakan pelanggan yang setia. Mereka memiliki

suatu kebanggan sebagai pengguna suatu merek dan bahkan mereka menjadi

sangat penting bagi mereka dipandang dari segi fungsinya maupun sebagai

suatu ekspresi mengenai siapa sebenarnya mereka. Pada tingkatan ini salah

satu aktualisasi loyalitas pembeli ditunjukkan dengan tindakan

merekomendasikan dan mempromosikan merek tersebut kepada pihak lain.

Menurut Setiawan dan Afiff (2007:10) bahwa model brand loyalty

(23)

1. Mempertimbangkan untuk setia terhadap sebuah merek

2. Merek tersebut menjadi pilihan utama

3. Lebih memilih merek tersebut dari pada yang lain bila ada di sebuah toko.

2.2.3.2. Kesadaran Merek (Brand Awareness)

Kesadaran merek merupakan suatu penerimaan dari konsumen terhadap

sebuah merek. Hal itu ditunjukkan dari kemampuan konsumen dalam mengingat

dan mengenali kembali sebuah merek serta mengaitkan ke dalam kategori

tertentu. Kesadaran merek sangatlah penting karena konsumen cenderung

membeli suatu merek yang sudah dikenal, mereka merasa aman, nyaman. dengan

asumsi bahwa merek yang sudah dikenal lebih dapat dihandalkan.

Menurut Aaker (1997:90): “Kesadaran merek meliputi suatu proses mulai

dari perasaan tidak menentu bahwa merek itu dikenal hingga keyakinan bahwa

merek itu satu-satunya dalam kelas produk atau jasa tertentu”.

Menurut Durianto, dkk (2004:54): “Kesadaran merek adalah kesanggupan

seorang calon pembeli untuk mengenali, mengingat kembali suatu merek sebagai

bagian dari suatu kategori produk tertentu”.

Menurut Tandjung, J.W (2004:54): Kesadaran merek adalah “Kemampuan

pembeli potensial untuk mengenali atau mengingat sebuah merek untuk kategori

produk tertentu”.

Menurut Durianto, dkk (2004:56) Peran kesadaran merek (brand

(24)

Brand awareness menciptakan suatu nilai. Penciptaan nilai ini dapat dilakukan

paling sedikit dengan 4 cara:

1. Anchor to which other association can be attached (Jangkar yang jadi

centelan asosiasi-asosiasi merek)

Suatu merek dapat digambarkan seperti suatu jangkar dengan beberapa rantai,

dimana rantai tersebut menggambarkan asosiasi dari merek tersebut.

2. Familiarity-liking (keakraban/rasa suka)

Mengenal merek akan menimbulkan rasa terbiasa terutama untuk

produk-produk yang bersifat low involvement (keterlibatan rendah). Suatu kebiasaan

dapat menimbulkan keterkaitan, kesukaan yang kadang-kadang dapat menjadi

suatu pendorong dalam membuat keputusan.

3. Commitment (komitmen)

Kesadaran akan nama dapat menandakan keberadaan, komitmen dan inti yang

sangat penting bagi suatu perusahaan. Secara logika, suatu nama dikenal

karena beberapa alasan. Mungkin karena program iklan perusahaan yang

ekstensif, jaringan distribusi yang luas, eksistensi yang sudah lama dalam

industri dan lain-lain. Jika kualitas dari dua merek yang berbeda adalah nama,

maka brand awareness akan menjadi faktor yang menentukan dalam

keputusan pembelian konsumen.

4. Brand to consider (memperhitungkan merek-merek)

Langkah pertama dalam suatu proses pembelian adalah menyeleksi dari suatu

kelompok merek-merek yang sudah dikenal sebagai pertimbangan merek

(25)

mempunyai nilai yang tinggi pula. Jika suatu merek tidak dapat tersimpan

dalam ingatan, maka merek tersebut tidak dipertimbangkan dalam benak

konsumen. Biasanya merek-merek yang disimpan dalam ingatan konsumen

adalah merek yang disukai atau bahkan merek yang dibenci.

Menurut Setiawan dan Afiff (2007:10) bahwa model brand awareness

mempunyai 6 indikator yang berupa variabel teramati (observed variable), tapi

dalam penelitian ini hanya menggunakan 5 indikator yaitu:

1. Tahu bentuk fisik dari merek tersebut

2. Bisa mengenali merek tersebut

3. Mengetahui merek tersebut

4. Mengetahui karakteristik merek tersebut dengan cepat

5. Mampu mengingat dengan cepat logo atau simbol merek tersebut.

2.2.3.3. Kesan Kualitas (Perceived Quality)

Kesan kualitas merupakan persepsi konsumen terhadap keunggulan suatu

produk atau jasa yang sesuai dengan harapan konsumen itu sendiri, sehingga

dapat memberikan masukan yang sangat penting kepada konsumen sebagai bahan

pertimbangan sebelum akhirnya konsumen memilih membeli suatu produk

tertentu. Merek-merek yang sudah terkenal akan mempermudah konsumen dalam

menentukan pilihannya dengan catatan keunggulan dari merek tersebut

(26)

Setiawan dan Afiff (2007:5) didefisikan sebagai pelanggan terhadap

keseluruhan prioritas atau superioritas dari sebuah produk produk atau jasa

dibandingkan dengan alternative-alternatif yang relevan.

Menurut Yoo, et al. (2000) dalam Setiawan dan Afiff (2007:5)

mendefinisikan perceived quality sebagai penilaian subyektif pelanggan tentang

keseluruhan keunggulan atau superioritas produk.

Menurut Aaker (1997:24) mendefinisikan “Perceived quality sebagai

persepsi secara keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa

berkenaan dengan harapan pelanggan”.

Menurut Tandjung, J.W (2004:64) mendefinisikan “Perceived quality

sebagai persepsi pelanggan terhadap kualitas secara keseluruhan dari sebuah

produk atau jasa”.

Menurut Durianto, dkk (2004:96): Definisi “Perceived quality sebagai

persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk

atau jasa layanan berkaitan dengan apa yang diharapkan oleh pelanggan”.

Menurut Setiawan dan Afiff (2007:10) bahwa model perceived quality

mempunyai 6 indikator yang berupa variabel teramati (observed variable), tapi

dalam penelitian ini hanya menggunakan 3 indikator yaitu:

1. Merek tersebut mempunyai kualitas yang tinggi

2. Nilai fungsional merek tersebut sangat tinggi

(27)

2.2.4. Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Ekuitas Merek

Menurut Yoo, et. al (2000: 4) bahwa untuk mengukur keberhasilan dari

sebuah merek tidak dapat dilakukan tanpa mengukur performance dari kegiatan

pemasaran. Merek akan diingat dengan asosiasi yang kuat, dipersepsikan sebagai

produk yang berkualitas, dan loyalitas pelanggan akan terbangun melalui

kegiatan-kegiatan pemasaran yang di ukur dari bauran pemasaran secara

berkesinambungan dan terukur. Pengukuran keberhasilan kegiatan pemasaran itu

dapat dilakukan dengan mengukur nilai yang didapatkan perusahaan dan nilai

yang didapatkan pelanggan. Sedangkan untuk mengukur nilai yang didapatkan

pelanggan dapat dilakukan dengan melihat persepsi pelanggan terhadap merek.

Menurut Baskoro, et.al, (2007) bahwa menurunkan harga akan

meningkatkan nilai suatu produk, menciptakan persepsi hemat. Bagaimanapun

ekuitas merek bisa turun apabila konsumen secara kuat menghubungkan harga

dengan kualitas produk dan menggunakan harga sebagai indikator suatu kualitas.

Intensitas distribusi yang tinggi bisa meningkatkan ekuitas merek bagi semua tipe

produk, tetapi pengaruhnya tergantung dari tipe dan tingkat kemewahan suatu

produk. Periklanan merupakan cara yang biasa digunakan untuk membangun,

membentuk dan memanajemeni suatu citra. Manajer dalam melakukan investasi

periklanan seharusnya tujuannya jelas, yaitu meningkatkan ekuitas merek.

Darmadi, dkk (2001; 3) menyatakan bahwa produk dengan ekuitas merek

yang kuat akan di cari oleh pedagang maupun konsumen karena mereka yakin

bahwa produk dengan merek tersebut akan memberikan keuntungan bagi mereka.

(28)

pertumbuhan dan perluasan merek kepada produk-produk lainnya. Persaingan di

antara merek yang beroprasi di pasar semakin meningkat dan hanya produk yang

memiliki ekuitas merek yang tinggi akan tetap mampu bersaing, merebut dan

menguasai pasar. Aaker (1997; 34) menyatakan bahwa suatu merek dengan

ekuitas merek yang tinggi akan sedikit kehilangan pangsa pasarnya terhadap harga

competitor yang lebih rendah, dan akan mendapatkan pangsa pasarnya ketika

harga relatifnya menurun.

Menurut Yoo (2000) bahwa Ekuitas merek terdiri 4 dimensi: 1. loyalitas

merek merupakan komitmen secara kuat dipegang untuk kembali membeli atau

berlangganan barang atau jasa secara konsisten dimasa datang, 2. Kesadaran

merek didefinisikan bahwa dimana merek yang telah diketahui pelanggan akan

diasosiasikan sesuai dengan yang dicitrakan pelanggan terhadap merek, 3. Kesan

kualitas didefinisikan perceived quality sebagai penilaian subyektif pelanggan

tentang keunggulan produk, 4. Asosiasi-asosiasi merek mendefinisikan secara

positif berhubungan dengan ekuitas merek karena mereka dapat menjadi isyarat

dari kualitas dan komitmen membantu pelanggan menentukan pilihan dimana

dipastikan melalui perilaku menyenangkan terhadap merek.

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:

Pengukuran keberhasilan bauran pemasaran itu dapat dilakukan dengan

mengukur nilai yang didapatkan perusahaan dan nilai yang didapatkan pelanggan.

Sedangkan untuk mengukur nilai yang didapatkan pelanggan dapat dilakukan

dengan melihat persepsi pelanggan terhadap merek. Hal ini menunjukkan bahwa

(29)

2.3. Kerangka Konseptual

Gambar 2.1.

(30)

2.4. Hipotesis

Berdasarkan tujuan penelitian tersebut di atas, maka dapat diuraikan

hipotesis penelitian sebagai berikut :

Diduga bauran pemasaran berpengaruh positif terhadap ekuitas merek pada

produk pemutih wajah merek “Ponds” di Rungkut Surabaya”, dimana bauran

pemasaran semakin baik maka ekuitas merek pada produk pemutih wajah merek

“Ponds” di Surabaya” akan semakin tinggi, begitu juga sebaliknya bauran

pemasaran semakin jelek maka ekuitas merek pada produk pemutih wajah merek

(31)

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.1.1. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel-variabel yang akan dibahas dalam penelitian

ini adalah :

1. Bauran Pemasaran (X) merupakan alat bagi merketer yang terdiri dari berbagai elemen suatu program pemasaran yang perlu dipertimbangkan agar

implementasi strategi pemasaran dan positioning yang ditetapkan dapat

berjalan dengan sukses. (Lupiyoadi, 2001: 58).

Bauran pemasaran (marketing mix) dibentuk oleh 4 dimensi yang terdiri dari

(Farisa, 2003; 74) :

X1 Produk (product)

Merupakan sesuatu yang ditawarkan ke dalam pasar untuk diperhatikan,

dimiliki, dipakai atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan keinginan

atau kebutuhan konsumen. Indikator produk (product) terdiri dari

(Farisa, 2003; 75):

X1.1 Desain produk merupakan bennntuk dan tampilan suatu produk

X1.2 Kualitas produk merupakan mutu dari suatu produk

X1.3 Ukuran kemasan merupakan ukuran dan desain produk yang

diluncurkan di pasaran

X1.4 Gizi produk merupakan kandungan gizi dari suatu produk

(32)

X1.5 Rasa / aroma merupakan aroma wangi yang ada dalam produk

X1.6 Variasi produk macam-macam dan jenis produk

X1.7 Merek sudah terkenal merupakan merek dari produk yang sudah

dikenal masyarakat secara luas

X2 Harga (price)

Merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang Dan

jasa lainnya) yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau

pengunaan suatu barang atau jasa. Indikator harga (price) terdiri dari

(Farisa, 2003; 75):

X2.1 Harga produk sesuai dengan kualitas merupakan biaya yang

dikenakan atas produk sesuai dengan kualitas produk.

X2.2 Potongan harga (discount) merupakan pemberian potonga

terhadap harga yang telah ditetapkan.

X3 Distribusi (distribution)

Berhubungan dengan bagaimana cara penyampaian produk kepada

konsumen dan dimana lokasi yang strategis. Lokasi berarti

berhubungan dengan dimana perusahaan harus bermarkas dan

melakukan operasi. Indikator distribusi (distribution) terdiri dari

(Farisa, 2003; 75):

X3.1 Produk tersedia di Supermarket merupakan ketersediaan produk

di supermarket- supermarket

X3.2 Produk tersedia di toko merupakan ketersediaan produk di

(33)

X3.3 Kotinuitas stok produk ketersediaan stok (ready stock)

produk secara kontinue.

X4 Promosi (promotion)

Merupakan bentuk apapun yang disponsori oleh nonpersonal berupa

presentasi dan promosi dari ide, barang / jasa. Indikator promosi

(promotion) terdiri dari (Farisa, 2003; 75):

X4.1 Promosi melalui TV merupakan pengenalan produk melalui TV.

X4.2 Promosi melalui majalah merupakan pengenalan produk melalui

majalah.

X4.3 Promosi melalui display merupakan pengenalan produk melalui

display.

2. Ekuitas Merek (Y) merupakan kumpulan sesuatu yang berharga (aset) yang melekat pada merek serta kewajiban-kewajiban yang terjalin pada sebuah

merek, nama, dan simbol yang dapat menambah atau mengurangi ”nilai” suatu

produk”. Ekuitas merek dibentuk oleh 3 dimensi (Setiawan dan Afiff (2007:5)

antara lain :

Y1 Loyalitas Merek

Merupakan sebuah komitmen yang secara kuat dipegang pelanggan

untuk kembali membeli dan terus berlangganan sebuah barang atau jasa

secara konsisten dimasa yang akan datang.

Loyalitas merek (Y1) dibentuk oleh 3 indikator (Setiawan dan Afiff,

(34)

Y1.1 Mempertimbangkan untuk setia terhadap produk merupakan sikap

konsumen yang selalu setia menggunakan produk tersebut.

Y1.2 Produk menjadi pilihan pertama merupakan sikap konsumen yang

selalu menjadikan produk tersebut sebagai pilihan utama.

Y1.3 Lebih memilih produk daripada merek yang lain merupakan sikap

konsumen yang lebih memilih produk tersebut daripada produk

sejenis merek lain.

Y2 Kesadaran Merek

Merupakan kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali,

mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari suatu kategori

produk tertentu. Kesadaran merek (Y2) dibentuk oleh 5 indikator

(Setiawan dan Afiff, 2007:10) yaitu:

Y2.1 Tahu bentuk produk merupakan kemampuan konsumen untuk

mengetahui bentuk produk.

Y2.2 Mengetahui merek produk tersebut merupakan kemampuan

konsumen untuk mengetahui merek produk tersebut.

Y2.3 Produk bisa dikenali merupakan kemampuan konsumen untuk

mengenali produk dengan cepat.

Y2.4 Mengetahui ciri-ciri produk dengan cepat merupakan kemampuan

konsumen mengenali ciri-ciri produk dengan cepat.

Y2.5 Dengan cepat mengingat logo/simbol produk merupakan

kemampuan konsumen mengingat logo/simbol produk dengan

(35)

Y3 Kesan Kualitas

Merupakan penilaian subyektif pelanggan tentang keseluruhan

keunggulan atau superioritas produk.

Kesan kualitas (Y3) dibentuk oleh 3 indikator (Setiawan dan Afiff,

2007:5) yaitu:

Y3.1 Persepsikualitas produk merupakan penilaian konsumen terhadap

kualitas dari produk.

Y3.2 Manfaat produk merupakan penilaian konsumen terhadap

manfaat dari produk.

dap produk.

Y3.3 Tingkat kepercayaan pada produk merupakan tingkat

kepercayaan konsumen terha

3.1.2. Pengukuran Variabel

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala interval dengan teknik

pengukuran menggunakan semantic differential scale. Analisis ini dilakukan

dengan meminta responden untuk menyatakan pendapatnya tentang serangkaian

pertanyaan yang berkaitan dengan obyek yang diteliti dalam bentuk nilai yang

berada dalam rentang dua sisi. Digunakan jenjang 7 dalam penelitian ini

mengikuti pola sebagai berikut :

1 7

(36)

Tanggapan atau pendapat konsumen dinyatakan dengan memberi skor

yang berada dalam rentang nilai 1 sampai dengan 7 pada kotak yang tersedia di

sebelahnya, dimana nilai 1 menunjukkan nilai terendah dan nilai 7 nilai tertinggi.

Jawaban dengan nilai antara 1-4 berarti kecenderungan untuk tidak setuju dengan

pernyataan yang diberikan, sedangkan jawaban dengan nilai antara 5-7 berarti

cenderung setuju dengan pernyataan yang diberikan.

3.2. Teknik Penentuan Sampel a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek atau subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2008:80).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen produk pemutih wajah

merek “Ponds” di Rungkut Surabaya.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut (Sugiyono, 2008:80).

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non probability sampling

yaitu penarikan sampel probabilitas dimana populasi dapat diidentifikasikan

secara jelas dan tepat. Metode yang digunakan adalah purposive sampling yaitu

pemilihan sampel berdasarkan kriteria-kriteria tertentu (Sugiyono, 2008: 85).

(37)

konsumen minimal pernah satu kali membeli dan menggunakan produk

pemutih wajahmerek “Ponds” di Rungkut Surabaya

Jumlah sampel didasari oleh asumsi SEM bahwa besarnya jumlah sampel yaitu

5-10 kali parameternya yang di estimasi (Augusty, 2002:48). Pada penelitian ini

ada 26 indikator, sehingga jumlah sampel yang diestimasi yaitu antara 130-260.

Adapun jumlah sampel yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah sebesar 130

responden. Hal ini dilakukan agar dapat memenuhi persyaratan jumlah minimal

sampel yang dikehendaki oleh alat analisis kuantitatif yang ditetapkan

3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitan ini adalah jenis data primer yaitu

jenis yang diperoleh dengan jalan penyebaran kuisioner secara langsung pada

konsumen yang sedang melakukan pembelian produk pemutih wajahmerek “Ponds”

di Rungkut Surabaya untuk mengetahui pendapat mereka secara langsung.

3.3.2. Sumber Data

Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah diperoleh dari

konsumen yang sedang melakukan pembelian produk pemutih wajahmerek “Ponds”

di Rungkut Surabaya.

3.3.3. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan riset lapangan yaitu

(38)

a. Kuesioner

yaitu cara pengumpulan data dengan jalan memberikan pertanyaan-pertanyaan

tertulis yang dibagikan kepada para responden.

b. Interview

yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan mengadakan wawancara secara

langsung terhadap responden untuk mengetahui pendapat mereka secara

langsung.

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1. Uji Reliabilitas dan Validitas

Variabel atau dimensi yang diukur melalui indikator-indikator dalam daftar

pertanyaan perlu dilihat reliabilitasnya dan validitasnya, dimana hal ini dijelaskan

sebagai berikut :

a. Uji Validitas

Validitas yang digunakan adalah validitas konstruk (construct validity) yang

merujuk pada sejauh mana uji dapat mengukur apa yang sebenarnya kita ukur.

Uji validitas diukur ditafsirkan dengan menggunakan item to total correlation,

jika nilai r > 0,5 maka indikator valid, dan jika nilai r < 0,5 maka indikator

tidak valid.

b. Uji Reliabilitas

Uji ini ditafsirkan dengan menggunakan koefisien Alpha Cronbach. Jika nilai

(39)

pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih,

dengan kata lain instrumen tersebut dapat diandalkan. (Augusty, 2002 : 193)

3.4.2. Uji Outlier Univariat dan Multivariat

Outlier adalah observasi yang muncul dengan nilai-nilai ekstrim baik

secara univariat maupun multivariat yaitu yang muncul karena kombinasi

kharakteristik unik yang dimilikinya dan terlihat sangat jauh berbeda dari

observasi-observasi lainnya (Augusty, 2002 : 52).

3.4.2.1. Uji Outlier Univariat

Deteksi terhadap adanya outlier univariat dapat dilakukan dengan

menentukan ambang batas yang akan dikategorikan sebagai outlier dengan cara

mengkonversi nilai data penelitian ke dalam standar score atau yang biasa disebut

dengan z-score, yang mempunyai rata-rata nol dengan standar deviasi sebesar

satu. Bila nilai-nilai itu telah dinyatakan dalam format yang standar (z-score),

maka perbandingan antar besaran nilai dengan mudah dapat dilakukan. Untuk

sampel besar (diatas 80 observasi), pedomana evaluasi adalah nilai ambang batas

dari z-score itu berada pada rentang 3 sampai dengan 4 (Hair dkk, 1995 dalam

Augusty, 2002 : 98). Oleh karena itu apabila ada observasi-observasi yang

memiliki z-score > 3,0 akan dikategorikan sebagai outlier.

3.4.2.2. Uji Outlier Multivariat

Evaluasi terhadap multivariat ouliers perlu dilakukan sebab walaupun data

(40)

observasi itu dapat menjadi outliers bila sudah saling dikombinasikan. Jarak

Mahalanobis (the Mahalanobis distance) untuk tiap observasi dapat dihitung dan

menunjukkan jarak sebuah observasi dari rata-rata semua variabel dalam sebuah

ruang multidimensional. Uji terhadap multivariat dilakukan dengan menggunakan

kriteria Jarak Mahalanobis pada tingkat  < 0,001. Jarak Mahalanobis itu dapat

dievaluasi dengan menggunakan nilai 2 pada derajat kebebasan sebesar jumlah

item yang digunakan dalam penelitian. Apabila nilai Jarak Mahalanobisnya lebih

besar dari nilai 2Tabel adalah Outlier Multivariat.

3.4.3. Uji Normalitas Data

Adapun metode yang digunakan untuk mengetahui apakah data tersebut

berdistribusi normal atau tidak adalah menggunakan uji critical ratio dari

Skewness dan Kurtosis dengan ketentuan sebagai berikut :

Kriteria Pengujian :

Pedoman dalam mengambil keputusan apakah sebuah distribusi data

mengikuti distribusi normal adalah :

1. Jika nilai critical yang diperoleh melebihi rentang + 2,58 maka distribusi

adalah tidak normal.

2. Jika nilai critical yang diperoleh berada pada rentang + 2,58 maka distribusi

(41)

3.4.4. Pemodelan SEM (Structural Equation Modeling)

Sebuah pemodelan SEM yang lengkap pada dasarnya terdiri dari

Measurement Model dan Structural Model. Measurement Model atau Model

Pengukuran ditujukan untuk mengkonfirmasikan sebuah dimensi atau faktor

berdasarkan indikator-indikator empirisnya. Structural Model adalah model

mengenai struktur hubungan yang membentuk atau menjelaskan kausalitas antara

faktor. (Augusty, 2002 : 34)

Untuk membuat pemodelan yang lengkap beberapa langkah berikut ini

yang perlu dilakukan :

a. Pengembangan model berbasis teori.

Langkah pertama dalam pengembangan model SEM adalah pencarian atau

pengembangan sebuah model yang mempunyai justifikasi teoritis yang kuat.

Setelah itu, model tersebut divalidasi secara empirik melalui program SEM.

b. Pengembangan diagram alur untuk menunjukkan hubungan kausalitas.

Pada langkah kedua, model teoritis yang telah dibangun pada langkah pertama

akan digambarkan dalam path diagram. Path diagram tersebut memudahkan

peneliti melihat hubungan-hubungan kausalitas yang ingin diujinya.

c. Konversi diagram alur kedalam persamaan.

Setelah teori / model dikembangkan dan digambarkan dalam sebuah diagram

alur, spesifikasi model dikonversikan kedalam rangkaian persamaan.

d. Memilih Matriks Input dan Estimasi Model.

Perbedaan SEM dengan teknik multivariat lainnya adalah dalam input data

(42)

menggunakan matriks varians kovarians atau matriks korelasi sebagai data

input untuk keseluruhan estimasi yang dilakukannya.

e. Menilai Problem Identifikasi.

Problem identifikasi prinsipnya adalah problem mengenai ketidakmampuan

dari model yang dikembangkan untuk menghasilkan estimasi yang unik.

Problem identifikasi dapat muncul melalui gejala-gejala berikut ini :

1. Standard error untuk satu atau beberapa koefisien sangat besar.

2. Program tidak mampu menghasilkan matrik informasi yang seharusnya

disajikan.

3. Muncul angka-angka yang aneh seperti adanya varians error yang negatif.

4. Muncul korelasi yang sangat tinggi antar korelasi estimasi yang didapat

(misalnya lebih dari 0,9).

f. Evaluasi Model.

Pada langkah ini kesesuaian model dievaluasi, melalui telaah terhadap bebagai

kriteria goodness-of-fit. Kriteria-kriteria tersebut adalah :

1. Ukuran sampel yang digunakan adalah minimal berjumlah 100 dan dengan

perbandingan 5 observasi untuk setiap astimated parameter.

2. Normalitas dan Linieritas.

3. Outliers.

(43)

3.4.5. Uji Hipotesis

Dalam analisis SEM umumnya berbagai jenis fit index yang digunakan

untuk mengukur derajad kesesuaian antara model yang dihipotesakan dengan data

yang disajikan. Berikut ini adalah index kesesuaian dan cut-off valuenya untuk

digunakan dalam menguji apakah sebuah model dapat diterima atau ditolak.

a. 2 (Chi Square Statistic).

Alat uji yang paling fundamental untuk mengukur overall fit adalah likehood

ratio Chi-Square Statistic. Model yang diuji akan dipandang baik atau

memuaskan apabila nilai chi-squarenya rendah. Semakin kecil nilai 2

semakin baik model itu dan diterima berdasarkan probabilitas dengan cut-off

value sebesar  > 0,05 atau  > 0,10.

b. RMSEA (The Root Mean Square Error of Approximation)

RMSEA adalah sebuah indeks yang dapat digunakan untuk mengkompensasi

chi-squre statistic dalam yang besar. Nilai RMSEA menunjukkan

goodness-of-fit yang dapat diharapkan bila model diestimasi dalam populasi. Nilai

RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0,08 merupakan index untuk dapat

diterimanya model yang menunjukkan sebuah close fit dari model itu

berdasarkan degree of freedom.

c. GFI (Goodness of Fit Index).

Indeks keseusaian (fit index) ini akan menghitung proporsi tertimbang dari

varians dalam matriks kovarians sampel yang dijelaskan oleh matriks populasi

(44)

mempunyai rentang nilai antara 0 (poor fit) sampai dengan 1.0 (perfect fit).

Nilai yang tinggi dalam indeks ini menunjukkan sebuah better fit.

d. AGFI (Adjusted Goodness-of-Fit Index).

GFI adalah analog dari R2 dalam regresi linier berganda yaitu suatu koefisien

yang mengukur ketepatan sebuah model yang digunakan. Tingkat penerimaan

yang direkomendasikan adalah bila AGFI mempunyai nilai sama dengan atau

lebih besar dari 0,90. GFI maupun AGFI adalah kriteria yang

memperhitungkan proporsi tertimbang dari varians dalam sebuah matriks

kovarians sampel.

e. CMIN/DF.

The Minimum Sample Discrepancy Function (CMIN) dibagi dengan degree of

freedomnya akan menghasilkan indeks CMIN/DF, yang umumnya dilaporkan

oleh para peneliti sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat fitnya

sebuah model. Nilai 2 relatif kurang dari 2.0 atau bahkan kadang kurang dari

3.0 adalah indikasi dari acceptable fit antara model dan data.

f. TLI (Tucker Lewis Indeks)

TLI adalah sebuah alternatif incremental fit index yang membandingkan

sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model. Nilai yang

direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya sebuah model adalah

penerimaan > 0.95 dan nilai yang sangat mendekati 1 menunjukkan a very

(45)

g. CFI (Comparative Fit Index).

Merupakan besaran indeks ini adalah pada rentang nilai sebesar 0 – 1, dimana

semakin mendekati 1, mengidentifikasikan tingkat fit yang paling tinggi (a

(46)

4.1. Deskripsi Hasil Penelitian

4.1.1. Deskripsi Karakteristik Responden

Tanggapan responden tentang pengaruh bauran pemasaran (X) terhadap

ekuitas merek (Y) pada produk pemutih wajah merek “Ponds” di Rungkut

Surabaya”, dimana kuisioner disebarkan pada 130 orang. Untuk jawaban

kuisioner dinyatakan dengan memberi skor yang berada dalam rentang nilai 1

sampai 7 pada masing-masing skala, dimana nilai 1 menunjukkan nilai terendah

dan nilai 7 menunjukkan nilai tertinggi.

1. Berdasarkan Jenis Kelamin

Dari 130 responden yang menjawab kuesioner yang telah diberikan dapat

diketahui karakteristik responden berdasarkan jenis kelaminnya, seperti yang

tersaji pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.1

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Domisili Jumlah Prosentase (%)

1 Wanita 87 66,92

2 Pria 43 33,08

Total 130 100,00

Sumber : Data diolah

Dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa responden wanita sebanyak 87 orang

(66,92 %) dan responden pria sebanyak 43 orang (33,08 %).

(47)

2. Berdasarkan Usia

Dari 130 responden yang menjawab kuesioner yang telah diberikan dapat

diketahui karakteristik responden berdasarkan usianya, seperti yang tersaji pada

tabel dibawah ini :

Tabel 4.2.

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah Prosentase (%) 1 17-30 tahun 83 63,85

2 31-45 tahun 35 26,92 3 > 45 tahun 12 9,23

Total 130 100,00

Sumber : Data diolah

Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa responden berumur 17-30 tahun

sebanyak 83 orang (63,85 %), berumur 31-45 tahun sebanyak 35 orang (26,92 %),

dan berumur lebih besar 45 tahun sebanyak 12 orang (9,23 %).

4.1.2. Deskripsi Bauran Pemasaran (X)

Bauran pemasaran (marketing mix) merupakan tool atau alat bagi merketer

yang terdiri dari berbagai elemen suatu program pemasaran yang perlu

dipertimbangkan agar implementasi strategi pemasaran dan positioning yang

ditetapkan dapat berjalan dengan sukses.

Menurut Farisa (2003; 74) menyatakan bahwa bauran pemasaran (marketing

(48)

4.1.2.1.Produk (X1)

Produk (X1) merupakan sesuatu yang ditawarkan ke dalam pasar untuk

diperhatikan, dimiliki, dipakai atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan

keinginan atau kebutuhan konsumen. Hasil tanggapan responden terhadap produk

(X1) dapat dilihat pada tabel. 4.3 dibawah ini :

Tabel 4.3.

Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Produk(X1)

Skor Jawaban

Desain baru Produk pemutih wajahmerek “Ponds” yang lebih baik dan menarik

0 0 0 9 29 48 44 5,98

2

Produk pemutih wajahmerek “Ponds” lebih cepat dalam memutihkan wajah dibandingkan dengan produk pemutih wajah merek lain

0 0 0 14 38 41 37 5,78

3

Ukuran kemasan produk pemutih wajahmerek “Ponds” sesuai dengan porsi kebutuhan pelanggan

0 0 0 12 24 56 38 5,92

4

Produk pemutih wajahmerek “Ponds” mempunyai kandungan gizi yang tinggi untuk kulit wajah

0 0 0 24 46 47 13 5,38

5

Produk pemutih wajahmerek “Ponds” mempunyai aroma yang wangi da menyegarkan

0 0 0 15 58 43 14 5,43

6

Produk pemutih wajahmerek “Ponds” memiliki beberapa variasi produk sehingga yang disesuaikan dengan selera konsumen

0 0 0 24 37 49 20 5,50

7

Menurut Anda, produk pemutih wajahmerek “Ponds” merupakan merek yang telah dikenal

konsumen

0 0 0 14 54 42 20 5,52

Mean Skor Keseluruhan 5,64

(49)

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa pernyataan “Desain baru

Produk pemutih wajah merek “Ponds” yang lebih baik dan menarik” memiliki

nilai rata-rata tertinggi sebesar 5,98, yang berarti responden cukup setuju bahwa

desain baru Produk pemutih wajah merek “Ponds” yang lebih baik dan menarik.

Sedangkan secara keseluruhan rata-rata tanggapan responden terhadap variabel

produk sebesar 5,64, yang berarti responden cukup setuju bahwa produk pemutih

wajahmerek “Ponds” cukup baik untuk digunakan mmeutihkan wajah.

4.1.2.2. Harga (X2)

Harga (X2) adalah satuan moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang

dan jasa lainnya) yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau

pengunaan suatu barang atau jasa. Hasil tanggapan responden terhadap harga (X2)

dapat dilihat pada tabel di bawah berikut ini :

Tabel 4.4.

Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Harga (X2)

Skor Jawaban

Harga produk pemutih wajah merek “Ponds” sesuai dengan kualitasnya

0 0 0 24 47 48 11 5,35

2

Produk pemutih wajahmerek “Ponds” sering memberikan potongan harga (discount)

kepada konsumen

0 0 0 13 26 52 39 5,90

(50)

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa pernyataan “Produk pemutih

wajah merek “Ponds” sering memberikan potongan harga (discount) kepada

konsumen” memiliki nilai rata-rata tertinggi sebesar 5,90, yang berarti responden

cukup setuju bahwa pada kenyataannya produk pemutih wajah merek “Ponds”

sering memberikan potongan harga (discount) kepada konsumen. Sedangkan

secara keseluruhan rata-rata tanggapan responden terhadap variabel harga sebesar

5,63, yang berarti responden cukup setuju bahwa harga produk pemutih wajah

merek “Ponds” cukup murah dan terjangkau.

4.1.2.3. Distribusi (X3)

Distribusi (X3) berhubungan dengan bagaimana cara penyampaian produk

kepada konsumen dan dimana lokasi yang strategis. Lokasi berarti berhubungan

dengan dimana perusahaan harus bermarkas dan melakukan operasi. Hasil

tanggapan responden terhadap distribusi (X3) dapat dilihat pada tabel di bawah

berikut ini:

Tabel 4.5

Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Distribusi (X3)

Skor Jawaban No Pertanyaan

1 2 3 4 5 6 7 Mean

Skor

1 Produk pemutih wajahmerek

“Ponds” tersedia di Supermarket 0 0 0 22 29 46 33 5,69 2 Produk pemutih wajahmerek

“Ponds” juga tersedia di toko-toko 0 0 0 11 29 49 41 5,92

3

Kotinuitas stok produk pemutih wajahmerek “Ponds” di Rungkut Surabaya cukup bagus

0 0 0 14 33 45 38 5,82

Mean Skor Keseluruhan 5,81

(51)

Berdasarkan tabel 4.6, diketahui bahwa pernyataan “Produk pemutih

wajahmerek “Ponds” juga tersedia di toko-toko” memiliki nilai rata-rata tertinggi

sebesar 5,92, yang berarti responden setuju bahwa produk pemutih wajah merek

“Ponds” juga tersedia di toko-toko. Sedangkan secara keseluruhan rata-rata

tanggapan responden terhadap variabel distribusi sebesar 5,81, yang berarti

responden setuju bahwa distribusi dan penyampaian produk pemutih wajah merek

“Ponds” kepada konsumen selama ini cukup baik.

4.1.2.4. Promosi (X4)

Promosi (X4)merupakan bentuk apapun yang disponsori oleh nonpersonal

berupa presentasi dan promosi dari ide, barang atau jasa. Hasil tanggapan

responden terhadap promosi (X4) dapat dilihat pada tabel di bawah berikut ini:

Tabel 4.6.

Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Promosi (X4)

Skor Jawaban

Produk pemutih wajahmerek “Ponds” melakukan promosi melalui TV

0 0 0 18 28 54 30 5,74

2

Produk pemutih wajahmerek “Ponds” juga melakukan promosi melalui majalah

0 0 0 12 29 44 45 5,94

3

Produk pemutih wajahmerek “Ponds” melakukan promosi lewat display

0 0 0 24 27 49 30 5,65

Mean Skor Keseluruhan 5,78

(52)

Berdasarkan tabel 4.6, diketahui bahwa pernyataan “Produk pemutih

wajah merek “Ponds” juga melakukan promosi melalui majalah” memiliki nilai

rata-rata tertinggi sebesar 5,94, yang berarti responden cukup setuju bahwa

produk pemutih wajah merek “Ponds” juga melakukan promosi melalui majalah.

Sedangkan secara keseluruhan rata-rata tanggapan responden terhadap variabel

promosi sebesar 5,44, yang berarti responden cukup setuju bahwa produk pemutih

wajahmerek “Ponds” melakukan promosi selama ini dengan baik.

4.1.3. Deskripsi Ekuitas Merek (Y)

Ekuitas Merek (Y) merupakan kumpulan sesuatu yang berharga (aset) yang

melekat pada merek serta kewajiban-kewajiban yang terjalin pada sebuah merek,

nama, dan simbol yang dapat menambah atau mengurangi ”nilai” suatu produk”.

Ekuitas merek (Y) menurut Setiawan dan Afiff (2007: 5) terdiri dari

3 dimensi, antara lain :

1. Loyalitas Merek (Y1)

Loyalitas merek (Y1) adalah sebuah komitmen yang secara kuat dipegang

pelanggan untuk kembali membeli dan terus berlangganan sebuah barang atau

jasa secara konsisten dimasa yang akan datang. Hasil tanggapan responden

(53)

Tabel 4.7.

Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Loyalitas Merek (Y1)

Skor Jawaban

Anda akan setia menggunakan dan mengkonsumsi produk pemutih wajahmerek “Ponds”

0 0 0 8 57 60 5 5,48

2

Produk pemutih wajahmerek “Ponds” merupakan merek pemutih wajahyang menjadi pilihan Anda

0 0 0 5 64 52 9 5,50

3

Anda cenderung melakukan pembelian produk pemutih wajah merek “Ponds” meskipun ada produk pemutih wajahsejenis dengan harga yang lebih murah

0 0 0 11 58 55 6 5,43

Mean Skor Keseluruhan 5,47

Sumber : Data diolah

Berdasarkan tabel 4.7, diketahui bahwa pernyataan “Produk pemutih

wajah merek “Ponds” merupakan merek pemutih wajah yang menjadi pilihan

Anda” memiliki nilai rata-rata tertinggi sebesar 5,50, yang berarti responden

cukup setuju bahwa produk pemutih wajah merek “Ponds” merupakan merek

pemutih wajah yang menjadi pilihan konsumen. Sedangkan secara keseluruhan

rata-rata tanggapan responden terhadap variabel loyalitas merek sebesar 5,47,

yang berarti responden cukup setuju bahwa komitmen yang dipegang pelanggan

untuk kembali membeli dan terus berlangganan sebuah barang atau jasa secara

(54)

2. Kesadaran Merek(Y2)

Kesadaran Merek (Y2) merupakan kesanggupan seorang calon pembeli

untuk mengenali, mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari suatu

kategori produk tertentu. Hasil tanggapan responden terhadap kesadaran merek

(Y2) dapat dilihat pada tabel di bawah berikut ini:

Tabel 4.8.

Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Kesadaran Merek(Y2)

Skor Jawaban No Pertanyaan

1 2 3 4 5 6 7 Mean

Skor

1 Anda tahu bentuk produk

pemutih wajahmerek “Ponds” 0 0 0 4 58 53 15 5,61

2

Anda mengetahui dan pernah menggunakan pemutih wajah merek “Ponds”

0 0 0 7 48 49 26 5,72

3

Anda bisa mengenali produk pemutih wajahmerek “Ponds” meskipun logo dan tulisannya agak pudar

0 0 0 1 57 50 22 5,72

4

Anda dapat mengetahui ciri-ciri produk pemutih wajahmerek “Ponds” dengan cepat

0 0 0 5 47 56 22 5,73

5

Anda mampu dengan cepat mengingat logo dan simbol produk pemutih wajahmerek “Ponds”

0 0 0 6 43 53 28 5,79

Mean Skor Keseluruhan 5,71

Sumber : Data diolah

Berdasarkan tabel 4.8, diketahui bahwa pernyataan “Anda mampu dengan

cepat mengingat logo dan simbol produk pemutih wajahmerek “Ponds” memiliki

nilai rata-rata tertinggi sebesar 5,79, yang berarti responden cukup setuju bahwa

Anda mampu dengan cepat mengingat logo dan simbol produk pemutih wajah

merek “Ponds”. Sedangkan secara keseluruhan rata-rata tanggapan responden

(55)

setuju bahwa kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali, mengingat

kembali suatu merek sebagai bagian dari suatu kategori produk tertentu cukup

baik.

3. Kesan Kualitas(Y3)

Kesan Kualitas (Y3) merupakan penilaian subyektif pelanggan tentang

keseluruhan keunggulan atau superioritas produk. Hasil tanggapan responden

terhadap kesan kualitas (Y3) dapat dilihat pada tabel. 4.9 dibawah ini:

Tabel 4.9.

Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Kesan Kualitas (Y3)

Skor Jawaban

Produk pemutih wajahmerek “Ponds” merupakan produk pemutih wajahyang berkualitas

0 0 0 2 62 51 15 5,61

2

Dengan menggunakan produk pemutih wajahmerek “Ponds” mampu memutihkan wajahdari hari ke hari

0 0 0 10 45 50 25 5,69

3

Anda percaya dengan produk pemutih wajahmerek “Ponds” berdasarkan pengalaman pribadi menggunakan produk tersebut

0 0 0 3 60 45 22 5,66

Mean Skor Keseluruhan 5,65

Sumber : Data diolah

Berdasarkan tabel 4.9, diketahui bahwa pernyataan “Dengan menggunakan

produk pemutih wajah merek “Ponds” mampu memutihkan wajah dari hari ke

hari” memiliki nilai rata-rata tertinggi sebesar 5,69, yang berarti responden cukup

setuju bahwa dengan menggunakan produk pemutih wajahmerek “Ponds” mampu

Gambar

Gambar 2.1.
Tabel 4.1
Tabel 4.2.
Tabel 4.3.
+7

Referensi

Dokumen terkait

5. Sahabat-sahabatku PGSD kelas B yang telah memotivasi dan banyak meluangkan waktu untuk berbagi, sehingga karya ilmiah ini dapat terselesaikan. Abdul Karim dan Hj. Nur

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa Yang Maha Kuasa atas segala berkat dan kasih-Nya sehingga penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul “Validasi

Pada Kabupaten Bogor, menggambarkan bahwa pada upaya berorientasi pada hasil, sebagian telah dapat diwujudkan, seperti orientasi pada peningkatan

sebagai pelaku bullying memiliki karakteristik diantaranya : a) memiliki.. sikap positif terhadap kekerasan, b) impulsif, c) ingin mendominasi orang. lain, d) kurang

Maka untuk mengatasi kelemahan dan kekurangan dari pengupasan kulit nanas secara manual perlu pengupas kulit nanas yang mampu mengupas kulit nanas dengan

Pengolahan air limbah industri minyak kelapa sawit ini tidak hanya menghasilkan produk berupa gas metan, tetapi juga air yang dapat digunakan sebagai air dan lumpur yang nantinya

Pas foto berwama terbaru diambil paling lambat 3 bulan terakhir dengan latar belakang putih ukuran 4,5 x 4,5 cm (berseragam pramuka tanpa tutup kepala dan kaca mata , bukan

Oleh karena itu terdapat alasan cukup rasional untuk mengategorikan korupsi sebagai sebuah kejahatan luarbiasa ( extraordinary crime ), sehingga pemberantasannya perlu dilakukan