SKRIPSI
Oleh : : NURUL INDAH K. 0513010322/FE/EA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
melimpahkan berkah rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, dengan judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay Perusahaan Wholesale and Retail yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi (S-1) Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun skripsi ini, karena keterbatasan kemampuan dan pengalaman. Oleh karena itu, penulis sadar bahwa skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan, bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak, untuk itu atas bantuan dan dorongan yang telah diberikan, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada: 1. Ibu (Alm), Ayah, serta seluruh keluarga besar yang telah memberikan doa
restu dan dukungan moral serta spiritual.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Dr. H. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, MSI, sebagai Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembanguan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
i
ii
membimbing penulis selama di bangku kuliah.
7. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf pengajar Fakultas Ekonomi khususnya Jurusan Akuntansi yang telah membekali penulis dengan ilmu pengetahuan serta wawasan yang cukup sehingga penulis mampu menyelesaikan kegiatan akademik sampai dengan menyusun skripsi sebagai tugas akhir studi di Universitas Pembangunan Nasioanal “Veteran” Jawa Timur.
Semoga Allah SWT. melimpahkan berkah dan karunia-Nya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga tulisan ini dapat menjadi pelajaran bagi penulis dan bermanfaat bagi pembaca.
Surabaya, Februari 2010
………..
Daftar Tabel ... vi
Daftar Gambar ... vii
Daftar Lampiran ... viii
Abstraksi ……….. ix
BAB I : PENDAHULUAN ………. 1
1.1. Latar Belakang ………. 1.2. Perumusan Masalah ……….. 1.3. Tujuan Penelitian ………... 1.4. Manfaat Penelitian ………. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ……….. 12 2.1. Penelitian Terdahulu ………. 2.1.1. Perbedaan dan Persamaan Penelitian Terdahulu dengan
Sekarang ……….
2.2.8. Ukuran KAP ………. 2.2.9. Pengaruh Antara Ukuran KAP dengan Audit Delay ………… 2.3. Diagram Kerangka Pikir ……… 2.4. Hipotesis ……….. BAB III : METODE PENELITIAN ……… 45 3.1. Definisi Penelitian dan Pengukuran Variabel ………. 3.2. Populasi, Sampel, Dan Teknik Pengambilan Sampel………
3.3. Data dan Metode Pengumpulan Data
………..
3.3.1. Jenis Data ……… 3.3.2. Sumber Data ………. 3.3.3. Metode Pengumpulan Data ……… 3.4. Teknik Analsisi dan Uji Hipotesis ……….. 3.4.1. Teknik Analisis ……….. 3.4.2. Analisis Deskriptif ……….. 3.4.3. Uji Normalitas ……… 3.4.4. Uji Asumsi Klasik ……… 3.4.4.1. Uji Multikolinieritas ……….. 3.4.4.2. Uji Heteroskedastisitas ……… 3.4.4.3. Uji Autokorelasi ……….. 3.4.5. Uji Hipotesis ………. a. Uji Statistik F ……….
b. Uji Statistik t ……… BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………. 58 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ………. 4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan Ditinjau dari Ruang Lingkup
Kegiatan ………..
iv
4.2.3. Ukuran KAP ……… 4.2.4. Audit Delay ……….. 4.3. Uji Normalitas ………..……… 4.4. Uji Asumsi Klasik ………..……… 4.4.1. Multikolinieritas ……… 4.4.2. Heteroskedastisitas ……….. 4.4.3. Autokolerasi ……….
4.5. Analisis Regresi Linier Berganda ……….. 4.5.1. Persamaan Regresi ……….. 4.5.2. Uji Hipotesis ……… 4.5.2.1. Uji F ………. 4.5.2.2. Uji t ………... 4.6. Pembahasan …..……….. 4.6.1. Implikasi Penelitian ………. 4.6.2. Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Perbedaan Hasil
Penelitian Sekarang dan Penelitian Terdahulu ………. 4.6.3. Konfirmasi Hasil Penelitian dengan Tujuan dan Manfaat
Penelitian ……… 4.6.4. Keterbatasan Penelitian ……… BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ………..………. 104 5.1. Kesimpulan ………..……….. 5.2. Saran ………..………. DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
Tabel 2 : Keputusan Uji Autokorelasi ……….. Tabel 3 : Deskripsi Variabel Ukuran Perusahaan ….………... Tabel 4 : Deskripsi Variabel Jenis Pendap at Auditor ……….... Tabel 5 : Deskripsi Variabel Ukuran KAP ……….……….. Tabel 6 : Deskripsi Variabel Au dit Delay ……….….………... Tabel 7 : Hasil Uji Normalitas ……….. Tabel 8 : Hasil Uji Multikolineritas ….………. Tabel 9 : Hasil Uji Heteroskedastisitas ….………... Tabel 10: Hasil Uji Autokorelasi ….……….……….. 84 Tabel 11: Hasil Estimasi Koefisien Regresi ….………..….. Tabel 12: Hasil Uji F ………..……… Tabel 13: Nilai Koefisien Determinasi………... Tabel 14: Hasil Uji t ……… Tabel 15: Perbedaan Hasil Penelitian Sekarang dengan Penelitian Terdahulu ……
vi
vii
viii
Lampiran 2 : Uji Normalitas
Nurul Indah Kusumawati
ABSTRAK
Laporan keuangan akan memenuhi kegunaannya apabila disajikan dengan akurat dan tepat waktu. Ketepatan waktu dalam menyampaikan laporan keuangan yang telah diaudit ke publik akan sangat dipengaruhi oleh lamanya auditor dalam menyelesaikan auditnya. Audit delay adalah lamanya hari yang dibutuhkan untuk memperoleh laporan auditor independen atas laporan keuangan tahunan perusahaan sejak tutup tahun sampai dengan tanggal yang tertera pada laporan auditor independen. BAPEPAM sendiri mengharuskan perusahaan go public untuk mempublikasikan laporan keuangan tidak melebihi waktu 90 hari. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang dapat mempengaruhi audit delay perusahaan wholesale and retail yang go public di Bursa Efek Indonesia.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan 13 perusahaan wholesale and retail yang go public di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2004-2008 dan laporan auditor independen untuk variabel bebas (ukuran perusahaan, jenis pendapat auditor, ukuran KAP) dan untuk variabel terikat (audit delay). Analisis statistik yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan variabel dummy.
Berdasarkan hasil análisis regresi linier berganda disimpulkan bahwa variabel ukuran perusahaan, jenis pendapat auditor dan ukuran KAP tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap audit delay perusahaan wholesale and retail yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2004-2008. Disimpulkan pula bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh negatif, sementara jenis pendapat auditor dan ukuran KAP memiliki pengaruh positif. Key Word : Audit Delay, Ukuran Perusahaan, Jenis Pendapat Auditor, Ukuran
KAP
1 1.1. Latar Belakang
Setiap laporan keuangan akan memenuhi kegunaannya bila disajikan dengan akurat dan tepat waktu. Ketepatan waktu informasi laporan keuangan sangat dibutuhkan oleh pemakai informasi laporan keuangan (kreditor, calon kreditor, investor, calon investor, karyawan, pelanggan, pemerintah, masyarakat, dan manajemen perusahaan itu sendiri). Hal ini dikarenakan laporan keuangan merupakan unsur penting yang sangat dibutuhkan oleh pemakai informasi untuk membuat keputusan ekonomi baik keputusan investasi maupun kredit serta mempunyai peran yang penting dalam proses pengukuran dan penilaian kinerja perusahaan.
Saat ini perkembangan pasar modal di Indonesia mengalami kemajuan yang sangat pesat. Perkembangan ini mengakibatkan permintaan akan audit laporan keuangan juga semakin meningkat. Hal ini dikarenakan adanya peraturan Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) yang menyatakan bahwa setiap perusahaan yang go public diwajibkan untuk menyampaikan laporan keuangan yang disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan dan telah diaudit oleh akuntan publik yang terdaftar di BAPEPAM (Imam Subekti dan Novi Wulandari, 2004).
kepada masyarakat umum dan kepada BAPEPAM karena ketepatan waktu ini tergantung dari ketepatan waktu auditor dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya. Rentang waktu penyelesaian pelaksanaan audit atas laporan keuangan tahunan, diukur berdasarkan lamanya hari yang dibutuhkan untuk memperoleh laporan auditor independen atas audit laporan keuangan tahunan perusahaan, sejak tanggal tahun tutup buku perusahaan yaitu per 31 Desember sampai tanggal yang tertera pada laporan auditor independen inilah yang dinamakan audit delay (Sistya Rachmawati, 2008).
sanksi administrasi sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam undang-undang. Namun, dengan adanya syarat laporan keuangan yang telah audit maka dapat memperlama publikasi laporan keuangan tersebut.
Lamanya waktu penyelesaian audit ini dapat mempengaruhi ketepatan waktu informasi tersebut dipublikasikan sehingga akan berdampak pada reaksi pasar terhadap keterlambatan informasi tersebut dan mempengaruhi tingkat ketidakpastian keputusan yang didasarkan pada informasi yang dipublikasikan. Keterlambatan informasi akan menimbulkan reaksi negatif dari pelaku pasar modal. Karena laporan keuangan auditan yang didalamnya memuat informasi yang dihasilkan oleh perusahaan yang bersangkutan dijadikan sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan untuk membeli atau menjual kepemilikan yang dimiliki oleh investor. Terlambat tersedianya laporan keuangan auditan akan meningkatkan ketidakpastian investor dalam mengambil keputusan dan hasil keputusan tidak akan optimal. Selain itu, lamanya proses audit juga akan berdampak pada terlambatnya pembayaran pajak kepada pemerintah yang menyebabkan terlambatnya pemasukan pemerintah.
laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama”. Salah satu kriteria profesionalisme seorang auditor adalah ketepatan waktu penyampaian laporan auditnya (Imam Subekti dan Novi Wulandari, 2004).
Audit merupakan aktivitas yang memerlukan waktu. Hal ini dikarenakan adanya standar-standar yang harus dipatuhi oleh akuntan publik. Khususnya tentang standar umum yang ketiga yang menyatakan bahwa audit harus dilaksanakan dengan penuh kecermatan dan ketelitian serta standar pekerjaan lapangan yang mengatur tentang prosedur dalam penyelesaian pekerjaan lapangan seperti perlu adanya perencanaan atas aktivitas yang akan dilakukan, pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern dan pengumpulan bukti-bukti kompeten yang diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan (SPAP SA seksi 150 par. 2). Karena adanya standar inilah, memungkinkan akuntan publik untuk menunda publikasi audit atau laporan keuangan auditan apabila dirasakan perlu memperpanjang masa audit (Varianda Halim (2000) dalam Soegeng Soetedjo, 2006).
pekerjaan audit semakin pendek waktu yang diperlukan, namun hasil auditnya kurang dapat diandalkan.
Untuk menyediakan informasi yang tepat waktu, sering kali perlu melaporkan sebelum seluruh aspek transaksi atau peristiwa lainnya diketahui, sehingga mengurangi keandalan informasi. Sebaliknya, jika pelaporan ditunda sampai seluruh aspek diketahui, informasi yang disajikan mungkin sangat andal tetapi kurang bermanfaat bagi pengambil keputusan (IAI, 2009:8).
Ketepatan waktu ini terkait dengan manfaat dari laporan keuangan itu sendiri. Apabila terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan keuangan, maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Hal ini berpengaruh terhadap pengambilan keputusan ekonomi. Apabila laporan keuangan tersebut tidak disajikan tepat waktu maka akan terjadi keterlambatan dalam pengambilan keputusan yang mungkin akan mempengaruhi kondisi perusahaan.
dipercayakan kepada mereka. Dalam laporan keuangan ini dimuat laporan informasi keuangan yang lengkap dan terinci, termasuk laporan keuangan yang telah diaudit (Arens & Loebbecke (Amir Abadi Jusuf), 2003:26).
Tujuan audit atas laporan keuangan oleh Akuntan Publik (auditor independen) adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berlaku Umum di Indonesia (PSA No. 2 paragraf 1, SPAP 2001). Bagi BAPEPAM sendiri syarat adanya penyajian laporan keuangan auditan bagi perusahaan go public adalah karena BAPEPAM mempunyai wewenang untuk merumuskan persyaratan pelaporan yang dipandang perlu untuk memberikan informasi yang benar kepada pemodal.
Manajemen mungkin perlu menyeimbangkan manfaat relatif antara pelaporan tepat waktu dan ketentuan informasi andal. Dalam usaha untuk mencapai keseimbangan antara relevansi dan keterandalan, kebutuhan pengambil keputusan merupakan pertimbangan yang menentukan (IAI, 2009:8).
kompleksitas pelaporan, umur perusahaan, kejadian luar biasa dan faktor lainnya (Soegeng Soetedjo, 2007).
Penelitian yang dilakukan Imam Subekti dan Novi Wulandari Widiyanti (2004) dengan menggunakan lima variabel independen antara lain tingkat profitabilitas, ukuran perusahaan, jenis industri, opini auditor dan ukuran KAP. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa kelima variabel yaitu tingkat profitabilitas, ukuran perusahaan, jenis industri, opini auditor dan ukuran KAP berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Hal ini berarti bahwa tingkat profitabilitas yang tinggi membutuhkan waktu yang lebih pendek untuk menyelesaikan proses audit. Variabel ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap audit delay berarti bahwa semakin besar perusahaan maka semakin pendek waktu yang diperlukan untuk proses audit. Hal ini disebabkan oleh semakin baiknya sistem pengendalian intern perusahaan sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan yang memudahkan auditor dalam melakukan audit laporan keuangan.
memberikan hasil tidak signifikan namun arah pengaruhnya negatif yang berarti perusahaan besar (nilai aktiva besar) juga membutuhkan waktu yang lama dalam proses audit, tingkat profitabilitas yang tinggi tidak membuat perusahaan mempercepat proses audit, dan untuk mendapatkan jenis opini unqualified opinion juga membutuhkan waktu yang lama untuk proses audit. Sedangkan variabel debt to equity ratio mempunyai arah pengaruh positif yang berarti semakin besar tingkat debt to equity maka memperlama audit delay. Hal ini dapat disebabkan berkurangnya rasa tanggung jawab
perusahaan terhadap pihak kreditor.
Penelitian yang dilakukan Sistya Rachmawati (2008) menunjukkan hasil bahwa ukuran perusahaan dan ukuran kantor akuntan publik mempunyai pengaruh terhadap audit delay. Hasil ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Soegeng Soetedjo (2006). Namun untuk variabel ukuran perusahaan menunjukkan hasil yang berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Supriyati dan Yuliasri Rolinda (2007). Selain itu, penelitian Sistya Rachmawati (2008) menunjukkan hasil bahwa tingkat profitabilitas, solvabilitas dan internal auditor tidak mempunyai pengaruh terhadap audit delay. Untuk variabel tingkat profitabilitas menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian Supriyati dan Yuliasri Rolinda (2007).
adalah 84,45 hari. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Imam Subekti dan Novita Wulandari Widiyanti (2004) rata-rata lamanya audit delay yang terjadi di Indonesia pada tahun 2001 adalah 98,38 hari.
Menurut penelitian yang di lakukan oleh Sistya Rachmawati (2008) rata-rata lamanya audit delay yang terjadi Indonesia pada tahun 2003-2005 adalah 76 hari. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Yuliana dan Aloysia Yanti Ardiati (2004) rata-rata lamanya audit delay yang terjadi Indonesia pada tahun 1997-2001 mencapai 65,7796 hari. Sedangkan rata-rata lamanya audit delay di Indonesia yang paling tinggi mencapai 119 hari yang terjadi pada tahun 1999, 2000 dan 2001 yaitu penelitian yang dilakukan oleh Soegeng Soetedjo (2006).
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah:
Apakah ukuran perusahaan, jenis perusahaan, ukuran auditor (KAP),
jenis pendapat auditor (opini) mempunyai pengaruh terhadap lamanya penyelesaian audit (audit delay) pada perusahaan go public di Indonesia?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah
Untuk mengidentifikasi pengaruh ukuran perusahaan, jenis perusahaan,
ukuran auditor (KAP), dan jenis pendapat auditor (opini) terhadap lamanya penyelesaian audit (audit delay).
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain: a. Bagi Peneliti
b. Bagi Universitas
Dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti yang lain dengan materi yang berhubungan dengan penelitian ini.
c. Bagi Pihak Lain
45 2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat
digunakan sebagai bahan pengkajian yang berkaitan dengan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Imam Subekti dan Novi Wulandari Widiyanti (Simposium Nasional
Akuntansi Denpasar Bali, 2004)
a. Judul
“Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Audit delay di
Indonesia.”
b. Permasalahan
Penelitian ini akan menginvestigasi tentang faktor-faktor yang
menjadi penyebab panjang-pendeknya audit delay.
c. Hipotesis
Profitabilitas perusahaan, ukuran perusahaan, jenis industri, opini
auditor, dan ukuran auditor berpengaruh signifikan terhadap audit
delay.
d. Kesimpulan
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa kelima variabel
(ukuran KAP) berpengaruh signifikan terhadap variabel audit
delay.
2. Yuliana dan Aloysia Yanti Ardiati (MODUS, Vol. 16 (2), 2004)
a. Judul
“Faktor-faktor yang mempengaruhi Audit delay Di Indonesia.”
b. Permasalahan
Mengkonfirmasi penelitian sebelumnya dan menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay di Indonesia.
c. Hipotesis
Ukuran perusahaan, debt to equity ratio, laba/rugi usaha, opini
auditor dan kualitas audit berpengaruh terhadap audit delay di
Indenesia.
d. Kesimpulan
Rata-rata audit delay di Indonesia pada tahun 1997-2001 mencapai
65,7796 hari. Dalam penelitian ini terbukti bahwa audit akan cepat
selesai apabila perusahaan memiliki total asset yang besar dan
menggunakan akuntan publik yang tergabung dalam the big five.
Dan audit akan lama jika perusahaan mempunyai debt to equity
ratio yang tinggi.
3. Supriyati dan Yuliasri Rolinda (Ventura, vol. 10, No. 3, 2007)
a. Judul
b. Permasalahan
Menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi audit
delay di Indonesia.
c. Hipotesis
Ukuran perusahaan, Debt to equity ratio, profitabilitas, ukuran
KAP, jenis pendapat dan jenis industri perusahaan berpengaruh
terhadap audit delay di Indonesia.
d. Kesimpulan
Ukuran KAP dan jenis industri perusahaan memberikan hasil
signifikan mempengaruhi audit delay, sedangkan ukuran
perusahaan, debt to equity ratio, tingkat profitabilitas dan jenis
pendapat / opini menunjukkan hipotesis yang diajukan tidak dapat
terbukti.
4. Sistya Rachmawati (Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 10, No. 1,
2008)
a. Judul
“Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan Terhadap
Audit delay dan Timeliness.”
b. Permasalahan
1. Mengetahui pengaruh faktor internal (profitabilitas,
solvabilitas, internal auditor dan size perusahaan) dan faktor
2. Mengetahui pengaruh faktor internal (profitabilitas,
solvabilitas, internal auditor dan size perusahaan) dan faktor
eksternal (ukuran KAP) terhadap Timeliness.
c. Hipotesis
a. Terdapat pengaruh faktor internal (profitabilitas, solvabilitas,
internal auditor dan size perusahaan) dan faktor eksternal
(ukuran KAP) terhadap Audit delay.
b. Terdapat pengaruh faktor internal (profitabilitas, solvabilitas,
internal auditor dan size perusahaan) dan faktor eksternal
(ukuran KAP) terhadap Timeliness.
d. Kesimpulan
1. Faktor internal yang mempengaruhi Audit delay adalah size
perusahaan dan faktor eksternal ukuran kantor akuntan publik
sedangkan variabel profitabilitas, solvabilitas, internal auditor
tidak mempunyai pengaruh terhadap audit delay.
2. Faktor internal yang mempunyai pengaruh terhadap timeliness
adalah size perusahaan, solvabilitas sedangkan faktor eksternal
seperti ukuran kantor akuntan publik, profitabilitas, internal
auditor tidak mempunyai pengaruh terhadap timeliness
3. Faktor internal dan eksternal perusahaan seperti profitabilitas,
solvabilitas, internal auditor, size perusahaan, dan KAP secara
bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan baik
2.1.1. Perbedaan dan Persamaan Penelitian Terdahulu dan Sekarang Tabel 1. Perbedaan dan Persamaan Penelitian Terdahulu dan Sekarang
No. Nama Judul Variabel Alat Uji Hipotesis Objek Penelitian Terhadap Audit delay di industri, opini auditor, dan ukuran auditor berpengaruh signifikan terhadap audit delay.
Perusahaan
manufaktur dan finansial yang terdaftar di BEJ selama tahun 2001.
2 Variabel X:
Ukuran perusahaan, Debt to equity ratio, laba/rugi usaha, opini auditor dan kualitas audit. Audit delay di Indonesia.” debt to equity ratio, laba/rugi usaha, opini auditor dan kualitas audit berpengaruh terhadap audit delay di Indenesia.
Perusahaan dalam industri manufaktur yang terdaftar di BEJ selama tahun 1997-2001.
3 Variabel X:
Ukuran perusahaan, debt to equity ratio, profitabilitas, Debt to equity ratio, profitabilitas, ukuran KAP, jenis pendapat dan jenis industri perusahaan
berpengaruh terhadap audit delay di Indonesia.
Perusahaan
manufaktur dan finansial yang terdaftar di BEJ selama tahun 2004-2005. auditor dan size perusahaan) dan faktor eksternal (ukuran KAP) terhadap Audit delay. Terhadap Audit delay dan auditor dan size perusahaan) dan faktor eksternal (ukuran KAP) terhadap Timeliness.
Perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI selama tahun 2003-2005. Audit Delay pada perusahaan
whlosale and retail yang terdaftar di Bursa
efek Indonesia. Audit Delay.
Analisis
Diduga bahwa terdapat pengaruh ukuran perusahaan, jenis pendapat auditor (opini) dan ukuran KAP terhadap Audit Delay pada perusahaan dagang / retail di BEI.
Berdasarkan tabel perbedaan dan persamaan yang ada di atas dapat
disimpulkan bahwa penelitian yang sekarang dilakukan memiliki perbedaan
dengan penelitian-penelitian terdahulu yang pernah dilakukan. Perbedaan
tersebut terletak pada variabel serta populasi penelitian yang digunakan.
Kebanyakan penelitian terdahulu populasi yang digunakan adalah
perusahaan manufaktur dan finansial sedangkan pada penelitian sekarang
mengunakan perusahaan wholesale and retail selama tahun 2004-2008.
Persamaan antara penelitian sekarang dan terdahulu terletak pada
alat uji yang digunakan yaitu regresi linier berganda dengan variabel
dummy.
Berdasarkan persamaan dan perbedaan di atas maka dapat
dikatakan bahwa penelitian yang akan dilakukan dimaksudkan untuk
mengkonfirmasikan penelitian sebelumnya, mengingat perbedaan tahun
penelitian dan variabel-variabel yang diteliti. Selain itu, juga untuk
mengembangkan penelitian yang sebelumnya.
2.2. Landasan Teori 2.2.1. Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan
keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca,
laporan laba/rugi, laporan perubahan posisi keuangan (dapat disajikan
sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain
keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan
yang berkaitan dengan laporan tersebut (SAK, 2009:1).
Manajemen perusahaan bertanggung jawab atas penyusunan dan
penyajian laporan keuangan perusahaan. Perusahaan dapat pula
menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup
dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri
di mana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan
bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna
laporan yang memegang peranan penting (PSAK No. 1, 2009:1.2).
Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yang membuat
informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pengguna, yaitu: dapat
dipahami, relevan, keandalan, dan dapat diperbandingkan.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa laporan
keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan
keuangan adalah suatu informasi yang berisikan mengenai posisi
keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan perusahaan yang
bersifat historis. Sedangkan pelaporan keuangan tidak hanya terdiri dari
laporan keuangan melainkan juga laporan non keuangan.
2.2.1.1. Tujuan Laporan Keuangan
Menurut Standar Akuntansi Keuangan 2009, tujuan laporan
a. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah
besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
b. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan
manajemen (stewardship), atau pertanggungjawaban
manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
Pemakai yang ingin menilai apa yang telah dilakukan atau
dipertanggungjawabkan manajemen berbuat demikian, agar
mereka dapat membuat keputusan.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan, laporan
keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi yang berguna bagi
para pemakai yang menunjukkan posisi keuangan beserta perubahannya,
menilai kinerja perusahaan, mengambil keputusan ekonomi misalnya
keputusan untuk berinvestasi dan kredit serta menunjukkan tanggung
jawab manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
2.2.2. Auditing
2.2.2.1. Pengertian Auditing
Auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan
bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas
ekonomi yang dilakukan oleh seorang yang kompeten dan independen
dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan (Arens dan Loebbecke
(Amir Abadi Jusuf, 2003:1)).
Berdasarkan definisi yang telah diungkapkan di atas, dapat
disimpulkan bahwa setidaknya ada tiga elemen fundamental dalam
auditing, yaitu:
1. Seorang auditor harus independen.
2. Auditor harus bekerja mengumpulkan bukti untuk mendukung
pendapatnya.
3. Hasil pekerjaan auditor adalah laporan. Laporan merupakan hasil
yang harus disampaikan auditor kepada pengguna laporan
keuangan (Supriyati dan Yuliasri, 2007).
2.2.2.2. Tujuan Auditing
Tujuan audit atas laporan keuangan oleh Akuntan Publik (auditor
independen) berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik adalah
untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal
material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas
sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berlaku Umum di Indonesia (IAI, PSA
No. 2 paragraf 1, 2001).
Berdasarkan tujuan yang telah diungkapkan di atas, dapat
disimpulkan bahwa tujuan dari audit adalah untuk mengevaluasi dan
menentukan kewajaran laporan keuangan yang telah disusun oleh suatu
Umum serta dapat menambah keandalan laporan keuangan yang disusun
oleh manajemen.
2.2.2.3. Manfaat Auditing
Menurut Holmes dan Burns, (1993:5) dalam Finadini Rosida
(2007) manfaat auditing dapat dibedakan dalam beberapa kelompok,
yaitu:
1. Manfaat bagi pihak yang diaudit
a. Audit berguna mengurangi kekurangan di kalangan manajemen
dan para karyawan yang diaudit.
b. Laporan keuangan yang telah diaudit memberikan dasar yang
lebih dipercaya untuk penyiapan surat pemberitahuan pajak dan
laporan keuangan lain yang diserahkan kepada pemerintah.
c. Audit yang independen menambah kredibilitas laporan keuangan.
d. Laporan keuangan yang sudah diaudit membuka pintu bagi
masuknya sumber-sumber pembiayaan dari luar.
e. Audit yang independen seringkali menyingkap kesalahan dan
penyimpangan moneter dalam catatan keuangan klien.
f. Audit memberikan sumber jaminan yang tidak memihak, artinya
kebijakan dan prosedur betul dan ditaati dengan cermat dan
2. Manfaat yang akan dinikmati oleh anggota-anggota lain dalam dunia
usaha:
a. Informasi yang sudah diaudit memberikan dasar yang lebih baik
menyakinkan kepada rekanan dan para kreditur untuk mengambil
keputusan yang menyangkut pemberian kredit.
b. Laporan yang sudah diaudit memberikan dasar yang terpecaya
kepada investor dan calon investor untuk menilai prestasi
investasi dan kepengurusan manajemen.
c. Laporan keuangan yang sudah diaudit memberikan dasar yang
lebih menyakinkan kepada perusahaan-perusahaan asuransi
untuk menyelesaikan sengketa mengenai upah dan tunjangan.
d. Laporan keuangan auditan memberikan dasar yang independen
kepada pembeli maupun penjual untuk menentukan syarat-syarat
pembelian / penjualan / penggabungan usaha.
e. Laporan keuangan auditan memberikan dasar yang obyektif
kepada serikat buruh dan pihak yang diaudit menyelesaikan
sengketa mengenai upah dan tunjangan.
f. Laporan yang sudah diaudit memberikan keyakinan kepada para
pengguna / klien untuk menilai profitabilitas / rentabilitas
3. Manfaat yang dinikmati pemerintah
a. Laporan keuangan auditan memberikan kepastian yang
independen kepada pemerintah tentang kecermatan dan
keterandalan laporan keuangan suatu perusahaan.
b. Laporan yang sudah diaudit memberikan dasar yang independen
kepada mereka yang bergerak di bidang hukum untuk mengurus
harta warisan dan harta titipan, menyelesaikan masalah dalam
kebangkrutan, menentukan pelaksanaan perjanjian dengan cara
semestinya.
2.2.2.4. Standar Auditing
Standar auditing berbeda dengan prosedur auditing, yaitu
“prosedur” berkaitan dengan tindakan yang harus dilaksanakan,
sedangkan standar berkaitan dengan kriteria atau ukuran mutu kinerja
tindakan tersebut. Standar auditing, yang berbeda dengan prosedur
auditing, berkaitan tidak hanya kualitas profesional auditor namun juga
berkaitan dengan pertimbangan yang digunakan dalam pelaksanaan
auditnya dan dalam laporannya (IAI, PSA No. 01, 2001:150.1).
Standar Auditing merupakan pedoman bagi auditor dalam
menjalankan tanggung jawab profesionalnya. Standar-standar ini
meliputi pertimbangan mengenai kualitas profesional mereka, seperti
keahlian dan independensi, persyaratan pelaporan, dan bahan bukti
Pedoman utama adalah 10 standar auditing. Kesepuluh standar
auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI, PSA No. 01, 2001:150.1) adalah sebagai berikut:
a. Standar Umum
1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis cukup sebagai auditor.
2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh
auditor.
3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor
wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat
dan seksama.
b. Standar Pekerjaan Lapangan
1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan semestinya.
2. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern
harus diperoleh untuk merecanakan audit dan menentukan sifat,
saat, dan lingkup pengujian yang harus dilakukan.
3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui
inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan dan konfirmasi
sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas
c. Standar Pelaporan
1. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
2. Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang didalammnya
prinsip akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam
penyusunan laporan keuangan periode berjalan dalam
hubungannya dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus
dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit.
4. Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat
mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi
bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat
secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus
dinyatakan. Dalam semua hal yang mana auditor dihubungkan
dengan laporan keuangan, laporan auditor harus memuat
petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan auditor, jika ada,
dan tingkat tanggung jawab yang dipikulnya.
2.2.2.5. Laporan Auditor
Laporan penting sekali dalam suatu audit atau proses atestasi
lainnya karena laporan menginformasikan pemakai informasi mengenai
apa yang dilakukan auditor dan kesimpulan yang diperolehnya (Arens
Laporan audit bentuk baku harus terdapat tujuh bagian berikut ini:
1. Judul laporan
Standar auditing mengharuskan pemberian judul pada
laporan dan judul ini harus memuat kata independen.
2. Alamat yang dituju laporan audit
Laporan ini biasanya ditujukan kepada perusahaan
bersangkutan, pemegang saham, atau dewan direksi, atau
komisarisnya.
3. Paragraf pendahuluan
Ditujukan untuk tiga hal:
Pertama, paragraf ini merupakan pernyataan sederhana
bahwa kantor akuntan publik bersangkutan telah melakukan suatu
audit.
Kedua, paragraf itu mencantumkan laporan keuangan yang
diaudit, termasuk tanggal neraca, dan periode-periode akuntansi
untuk laporan laba/rugi dan laporan arus kas.
Ketiga, paragraf pendahuluan yang menyatakan bahwa
laporan keuangan tersebut merupakan tanggung jawab manajemen
dan bahwa tanggung jawab auditor adalah untuk menyatakan suatu
pendapat atas laporan itu berdasarkan suatu audit.
4. Paragraf lingkup audit
Pernyataan aktual mengenai apa yang dilakukan auditor
5. Paragraf pendapat
Memuat kesimpulan auditor berdasarkan hasil audit.
Paragraf ini dengan tegas menyatakan bahwa yang diberikan adalah
suatu pendapat dan bukan suatu pernyataan mutlak atau jaminan.
Tujuannya adalah untuk menunjukkan bahwa kesimpulan tersebut
didasarkan atas pertimbangan profesional.
6. Tandatangan dan nama akuntan publik
Nama ini menunjukkan partner akuntan publik atau auditor
yang bertanggung jawab atas audit yang dilakukannya.
7. Tanggal laporan audit
Tanggal yang dipakai di dalam laporan ini adalah tanggal
saat auditor telah menyelesaikan bagian terpenting dari prosedur di
lapangan (Arens dan Loebbecke, 2003:37).
2.2.3. Audit Delay
Penelitian Finadini Rosida (2007) menyatakan bahwa sejauh ini
belum ada teori yang membahas secara mendalam tentang audit delay,
meskipun sudah banyak penelitian yang dilakukan berkaitan dengan audit
delay.
Menurut Sistya Rachmawati (2008) audit delay adalah rentang
waktu penyelesaian pelaksanaan audit atas laporan keuangan tahunan,
diukur berdasarkan lamanya hari yang dibutuhkan untuk memperoleh
perusahaan, sejak tanggal tahun tutup buku perusahaan yaitu per 31
Desember sampai tanggal yang tertera pada laporan auditor independen.
Terdapat tiga kriteria keterlambatan dalam penelitian menurut Dyer
dan McHugh (1975) dalam Novita (2004), yaitu:
1. Preleminary lag: interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai penerimaan laporan akhir preleminary oleh bursa.
2. Auditor’s report lag: interval jumlah hari tanggal laporan keuangan sampai tanggal laporan auditor ditandatangani.
3. Total lag: interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai
tanggal penerimaan laporan dipublikasikan oleh bursa.
Kriteria keterlambatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
auditor’s report lag yaitu interval jumlah hari antara tanggal laporan
keuangan sampai tanggal laporan auditor ditandatangani. Hal ini sesuai
dengan Standar Akuntansi Seksi 530 pemberian atas laporan keuangan
independen menyebutkan bahwa tanggal selesainya pekerjaan lapangan
harus digunakan oleh auditor sebagai tanggal laporan auditnya.
2.2.3.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay
Beberapa faktor yang diperkirakan mempengaruhi audit delay telah
dikaji dalam beberapa penelitian sebelumnya. Faktor-faktor tersebut
1. Ukuran perusahaan
Penelitian-penelitian yang telah dilakukan seperti penelitian
Courtis (1976), Gilling (1977), Asthon dan Elliot (1987)
menunjukkan bahwa faktor ukuran perusahaan dengan indikator total
aktiva memiliki pengaruh yang besar terhadap audit delay. Pengaruh
ini ditunjukkan dengan semakin besar nilai aktiva perusahaan maka
semakin pendek audit delay dan sebaliknya. Perusahaan besar diduga
akan menyelesaikan proses auditnya lebih cepat dibandingkan
perusahaan kecil. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
manajemen perusahaan yang berskala besar cenderung diberikan
insentif untuk mengurangi audit delay dikarenakan
perusahaan-perusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas
permodalan dan pemerintah. Pihak-pihak ini sangat berkepentingan
terhadap informasi yang termuat dalam laporan keuangan. Oleh
karena itu, perusahaan-perusahaan berskala besar cenderung
menghadapi tekanan eksternal yang lebih tinggi untuk
mengumumkan audit lebih awal (Dyer dan Mchugh, 1975). Di
samping itu perusahaan besar pada umumnya telah memiliki sistem
pengendalian internal yang lebih baik sehingga memudahkan auditor
menyelesaikan pekerjaannya.
2. Jenis perusahaan
Courtis (1980), Asthon dan Elliot (1987) menemukan
pendek dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan dalam jenis
industri lain. Hal ini dikarenakan perusahaan-perusahaan finansial
tidak memiliki saldo perusahaan yang cukup signifikan sehingga
audit yang dilakukan cenderung tidak membutuhkan waktu yang
lama. Selain itu kebanyakan aset yang dimiliki adalah berbentuk nilai
moneter sehingga lebih mudah diukur bila dibandingkan dengan
asset yang berbentuk fisik seperti persediaan, aktiva tetap dan aktiva
tidak berwujud (Anthony dan Govindarajan, 1995)
3. Opini
Hasil penelitian Whittred (1980) membuktikan bahwa audit
delay yang lebih panjang dialami oleh perusahaan yang menerima
pendapat qualified opinion. Hal ini terjadi karena proses pemberian
pendapat qualified tersebut melibatkan negosiasi dengan klien,
konsultasi dengan partner audit yang lebih senior atau staf teknis dan
perluasan lingkup audit. Namun penelitian Na’im (1998) di
Indonesia menunjukkan bahwa opini yang dikeluarkan oleh auditor
tidak berpengaruh terhadap ketidaktepatan pelaporan keuangan.
4. Tingkat profitabilitas
Faktor lain yang diperkirakan berpengaruh adalah
perusahaan yang mengumumkan rugi atau tingkat profitabilitas yang
rendah. Ini berkaitan dengan akibat yang dapat ditimbulkan oleh
pasar terhadap pengumuman rugi tersebut bagi perusahaan.
profitabilitas yang lebih rendah memacu kemunduran publikasi
laporan keuangan. Ada beberapa alasan yang mendorong terjadinya
kemunduran publikasi yaitu: pelaporan laba atau rugi sebagai
indikator good news atau bad news atas kinerja manajerial
perusahaan dalam setahun (Ashton dan Elliot, 1987). Berdasarkan
penelitian Carslaw and Kaplan (1991) perusahaan yang melaporkan
kerugian mungkin akan meminta auditor untuk mengatur waktu
auditnya lebih lama dibandingkan biasanya. Sebaliknya jika
perusahaan melaporkan laba yang tinggi maka perusahaan berharap
laporan keuangan auditan dapat diselesaikan secepatnya, sehingga
good news tersebut dapat disampaikan kepada investor dan
pihak-pihak yang berkepentingan lainnya.
5. Auditor
Faktor auditor (ukuran KAP) yang mengaudit juga
diperkirakan akan berpengaruh terhadap audit delay. Imam (2001)
melakukan penelitian tentang audit delay di Bangladesh membagi
auditor (ukuran KAP) manjadi KAP lokal-besar dan KAP lokal-kecil
berdasarkan:
a. Jumlah partner
b. Kualifikasi dari partner
c. Adanya ikatan/hubungan dengan KAP yang memiliki
Penelitian Gilling (1977) menunjukkan bahwa kantor akuntan
publik internasional atau yang lebih dikenal di Indonesia sebagai The
Big Six membutuhkan waktu yang lebih singkat dalam menyelesaikan audit, karena KAP tersebut dianggap dapat melaksanakan audit secara
lebih efisien dan memiliki tingkat fleksibilitas jadwal waktu yang lebih
tinggi untuk menyelesaikan audit tepat pada waktunya. Di samping itu
KAP besar memperoleh insentif yang lebih tinggi untuk menyelesaikan
pekerjaan auditnya lebih cepat dibandingkan KAP lainnya. Waktu audit
yang lebih cepat juga merupakan cara KAP besar untuk
mempertahankan reputasi mereka. KAP yang besar biasanya juga
didukung oleh kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang lebih
baik sehingga akan berpengaruh pada kualitas jasa yang dihasilkan
(Hossain, 1998).
2.2.4. Ukuran Perusahaan
Setiap perusahaan memiliki skala usaha yang berbeda satu sama
lain. Perbedaan skala ini dapat dilihat dari berbagai segi. Secara umum
semakin besar perusahaan klien akan semakin beragam penggunaan
laporan keuangan. Ukuran perusahaan ini, yang dapat diukur melalui total
aktiva ataupun pendapatan (Arens dan Loebbecke, 2003:227). Menurut
Charles H. Gibson (2001:176) “Be aware of the diferrent size of firms
bahwa ukuran aktiva dipakai sebagai wakil pengukur (proxy) besarnya
perusahaan.
Sedangkan Gorge Foster (1986:111) menunjukkan bahwa firm size
:total assets, sales, or market capitalization.
Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa ukuran
perusahaan dapat dilihat dari berbagai segi diantaranya: total aktiva,
penjualan/pendapatan, ukuran laba (profit), dan market capitalization.
Penelitian ini menggunakan wakil pengukur (proxy) untuk ukuran
perusahaan adalah total aktiva (assets). Aktiva adalah manfaat ekonomi
yang mungkin diperoleh di masa depan atau dikendalikan oleh entitas
tertentu sebagai hasil dari transaksi atau kejadian masa lalu (Kieso,
Weygandt, dan Warfield, 2001:219). Aktiva adalah sumber daya yang
dimiliki oleh perusahaan (Warren, Reeve, dan Fess, 2005:18).
Ukuran perusahaan menunjukkan besar atau kecilnya kekayaan
yang dimiliki suatu perusahaan. Dari pernyataan di atas dapat dikatakan
semakin besar aktiva suatu perusahaan maka semakin besar ukuran
perusahaan tersebut.
Ukuran perusahaan terkait merupakan fungsi dari kecepatan
pelaporan keuangan. Besar kecilnya ukuran perusahaan juga dipengaruhi
oleh kompleksitas operasional, variabilitas dan intensitas transaksi
perusahaan tersebut yang tentunya akan berpengaruh terhadap kecepatan
dalam menyajikan laporan keuangan kepada publik (Sistya Rachmawati,
2.2.5. Pengaruh Ukuran Perusahaan dengan Audit Delay
Ukuran peruasahaan merupakan variabel yang sering digunakan
dalam penelitian ini. Dalam beberapa penelitian yang dilakukan
memperoleh hasil yang berbeda-beda antara penelitian yang satu dengan
penelitian yang lain.
Menurut SPAP SA Seksi 319 paragraf 41, sifat dan luasnya
prosedur audit yang dilaksanakan umumnya bervariasi dari satu entitas ke
entitas lain serta dipengaruhi oleh ukuran dan kompleksitas entitas
tersebut. Ini berarti semakin besar ukuran dan kompleksitas suatu entitas
maka semakin luas prosedur audit yang dilakukan sehingga kemungkinan
akan memperpanjang audit delay.
Penelitian Yuliana dan Aloysia Ardiati (2004) dengan wakil
pengukur total aset menunjukkan hasil bahwa ukuran perusahaan
berpengaruh signifikan dan arahnya negatif terhadap audit delay. Ini
berarti bahwa semakin besar ukuran perusahaan (besar aset) maka semakin
pendek / cepat laporan keuangan auditan (audit delay).
Hal ini dapat terjadi mungkin disebabkan oleh semakin baiknya
sistem pengendalian internal perusahaan sehingga dapat mengurangi
tingkat kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan yang memudahkan
auditor dalam melakukan pengauditan (Ashton dan Newton, 1989).
Semakin baik sistem pengendalian intern maka semakin sedikit bukti audit
yang harus dikumpulkan auditor sebagai dasar pernyataan pendapat
(2008) menyatakan manajemen perusahaan besar cenderung diberikan
insentif untuk mengurangi audit delay dikarenakan perusahaan-perusahaan
tersebut dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas permodalan, dan
pemerintah. Oleh karena itu perusahaan-perusahaan besar cenderung
menghadapi tekanan eksternal yang lebih tinggi untuk mengumumkan
laporan audit lebih awal.
Namun arah penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Sistya Rachmawati (2008) dan Soegeng Soetedjo (2006)
yaitu positif yang menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki total
aktiva besar juga membutuhkan waktu yang lama dalam penyelesaian
laporan auditannya. Meskipun pengaruh yang dihasilkan signifikan antara
ukuran perusahaan terhadap audit delay.
Penelitian yang dilakukan oleh Supriyati dan Yuliasri Rolinda
(2007) menunjukkan arah penelitian yang sama dengan Sistya
Rachmawati (2008) dan Soegeng Soetedjo (2006) yaitu positif yang
menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki total aktiva besar juga
membutuhkan waktu yang lama dalam penyelesaian laporan auditannya
namun pengaruh yang dihasilkan tidak signifikan.
Hasil penelitian Sistya Rachmawati (2008), Supriyati dan Yuliasri
Rolinda (2007), Soegeng Soetedjo (2006) sesuai dengan literatur yang ada.
Berdasar literatur Boynton dan Kell (2002:207), semakin besar populasi
suatu perusahaan akan semakin besar pula jumlah bukti audit yang
kesimpulan atau menyatakan pendapat. Hal ini berkaitan dengan semakin
banyaknya jumlah sampel yang harus diambil dan semakin luas prosedur
audit yang harus ditempuh agar mendapatkan keyakinan yang memadai
dalam menarik kesimpulan atau menyatakan pendapat.
Berdasarkan literatur dan ketidakkonsistenan hasil penelitian yang
telah dilakukan sebelumnya baik dengan landasan teori yang ada maupun
dengan penelitian lainnya maka dapat ditarik kesimpulan bahwa diduga
ukuran perusahaan secara signifikan berpengaruh terhadap audit delay.
H1: Ukuran Perusahaan (total aktiva) secara signifikan
berpengaruh terhadap audit delay.
2.2.6. Jenis Pendapat Auditor (Opini)
Terdapat lima jenis pendapat / opini auditor (Boynton, Johnson
dan Kell, 2002: 73-82), yaitu:
1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) yang menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam
semua hal material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Laporan ini
merupakan bentuk laporan audit yang paling umum atau disebut
laporan audit standar dengan pendapat wajar tanpa pengecualian.
berlaku umum, namun terdapat beberapa kondisi yang mengharuskan
auditor menambahkan paragraf penjelas.
3. Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion) yang menyatakan bahwa kecuali dampak dari hal-hal yang berkaitan dengan
pengecualian tersebut, laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai
dengan prinsip akuntansi berlaku umum. Menurut Arens dan
Loebbecke (2003:41) pendapat wajar dengan pengecualian dapat
diberikan baik karena adanya pembatasan lingkup audit atau tidak
ditaatinya prinsip akuntansi berlaku umum.
4. Pendapat tidak wajar (adverse opinion) yaitu menyatakan bahwa laporan keuangan tidak disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip
akuntansi berlaku umum.
5. Menolak memberikan pendapat (disclaimer opinion) yang menyatakan bahwa auditor tidak memberikan pendapat atas laporan
keuangan. Pernyataan tidak memberikan pendapat timbul karena
adanya pembatasan ruang lingkup audit, hubungan yang tidak
independen antara auditor dan klien menurut kode etik profesional,
atau tidak ditaatinya prinsip akuntansi berlaku umum (Arens dan
2.2.7. Pengaruh Perbedaan Jenis Pendapat Auditor (Opini) Terhadap Audit Delay
Jenis pendapat audit yang diberikan auditor tergantung dari hasil
audit yang dilakukannya. Untuk mendapatkan keyakinan yang memadai
dalam memberikan pendapatnya, auditor melakukan prosedur audit. Salah
satu prosedur audit yang dilakukan adalah menganalisa laporan keuangan
untuk mnegetahui tingkat kesehatan keuangan perusahaan. Salah satu
analisa laporan keuangan adalah rasio leverage. Penelitian Carslaw dan
Kaplan (1991) merupakan penelitian pertama yang menggunakan rasio
leverage sebagai variabel independen yang mempengaruhi audit delay.
Carslaw dan Kaplan (1991) menyatakan bahwa perbandingan dari
hutang terhadap total aset (Debt Proportion) diduga mempunyai hubungan
yang positif terhadap audit delay. Alasan yang dikemukakan oleh Carslaw
dan Kaplan (1991) yang mendasari dugaan ini adalah perbandingan hutang
terhadap total aset menunjukkan kesehatan keuangan perusahaan. Proporsi
yang tinggi dari hutang terhadap total aset akan meningkatkan
kemungkinan kegagalan perusahaan dan dapat menimbulkan pemikiran
auditor bahwa kemungkinan laporan keuangan tersebut kurang dapat
dipercaya. Rendahnya kesehatan keuangan manajemen (proporsi hutang
terhadap total aset yang tinggi) kemungkinan menimbulkan kecurangan
manajemen atau kesalahan manajemen. Dengan adanya pemikiran auditor
menimbulkan kemungkinan auditor akan memberikan pendapat selain
unqualified opinion.
Menurut penelitian yang dilakukan Whittred (1980) dalam Ainun
Na’im (1999) kualifikasi audit dapat diberikan dalam beberapa bentuk:
pendapat pengecualian, pendapat penolakan, dan pernyataan tidak
memberikan pendapat. Kualifikasi auditor tersebut dapat menyebabkan
penundaan laporan keuangan karena kualifikasi audit dianggap sebagai
tanda akan kinerja manajemen yang buruk. Konsekuensinya, manajemen
merasa enggan untuk menerima kualifikasi audit. Dengan kondisi yang
semacam ini manajemen kemungkinan akan melakukan beberapa usaha
seperti melakukan negosiasi kembali dengan pihak auditor untuk
memperluas prosedur audit dan mengumpulkan lebih banyak bukti. Proses
ini membutuhkan waktu audit yang lebih lama yang kadang menunda
penyampaian laporan keuangan auditan.
Hasil penelitian Whittred (1980) membuktikan bahwa audit delay
yang lebih panjang dialami oleh perusahaan yang menerima pendapat
qualified opinion.
Kesimpulan dari dua penelitian diatas adalah dengan rasio leverage
yang tinggi dapat menimbulkan pemikiran auditor bahwa kemungkinan
laporan keuangan tersebut kurang dapat dipercaya sehingga menimbulkan
kemungkinan auditor akan memberikan pendapat selain unqualified
tanda akan kinerja manajemen yang buruk. Konsekuensinya, manajemen
merasa enggan untuk menerima kualifikasi audit.
Pemberian pendapat selain unqualified opinion tersebut melibatkan
negosiasi dengan klien, konsultasi dengan partner audit yang lebih senior
atau staf teknis dan dilakukannya perluasan lingkup audit (Imam Subekti
dan Novi Wulandari, 2004).
Kualifikasi audit yang digunakan di Indonesia adalah unqualified
opinion, unqualified with explanatory paragraph opinion, qualified
opinion, adverse opinion, dan disclaimer opinion.
Berdasarkan literatur dan hasil penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya oleh Whittred (1980) maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
diduga jenis pendapat / opini auditor secara signifikan berpengaruh
terhadap audit delay.
H2: Perbedaan Jenis Pendapat Auditor / Opini secara signifikan
berpengaruh terhadap audt delay.
2.2.8. Ukuran KAP
Faktor auditor (ukuran KAP) yang mengaudit juga diperkirakan
akan berpengaruh terhadap (audit delay) lamanya penyelesaian audit.
Dalam Arens dan Loebbecke (2003:11) mengategorikan empat ukuran
a. Kantor akuntan publik internasional
Sejak tahun 2002 terdapat empat akuntan publik yang disebut
sebagai akuntan publik internasional dan mempunyai julukan “The
Big Four”.
b. Kantor akuntan publik nasional
c. Kantor akuntan publik lokal dan regional
d. Kantor akuntan publik lokal kecil
Dalam penelitian ini variabel ukuran KAP dikategorikan ke dalam
dua kelompok yaitu KAP Big Four dan KAP Non Big Four.
a. KAP The Big Four
Kantor akuntan The Big Four merupakan kantor akuntan
internasional yang terbesar di dunia.
KAP Big Four adalah suatu kelompok kantor akuntan internasional yang menangani bagian terbesar pekerjaan audit dari
perusahaan-perusahaan publik (http://id.wiki.detik.com/wiki/The
Big Four auditors).
Kategori KAP Big Four sesuai urutan berdasarkan jumlah
penghasilan dan sumber daya beserta mitranya di Indonesia adalah
sebagai berikut:
1. KAP Price Waterhouse Coopers, yang bekerjasama dengan
KAP Haryanto Sahari & rekan
2. KAP Deloitte Touche Tohmatsu (DTT), yang bekerjasama
3. KAP Ernest & Young, yang bekerjasama dengan KAP
Hanadi, Sarwoko & Sandjaja dan KAP Drs. Prasetio,
Utomo & Co.
4. KAP KPMG (Klynveld Peat Marwick Goerdeler), yang
bekerjasama dengan KAP Sidharta-Sidharta dan Harsono
Widjaja
b. KAP Non The Big Four
KAP Non Big Four dapat dikatakan adalah KAP yang tidak
mempunyai hubungan kerja sama dengan KAP Big Four atau KAP
negara lain. Biasanya hanya melayani klien di dalam jangkauan
wilayahnya. Di Indonesia KAP ini dapat dikatakan KAP lokal dan
regional. Beberapa lainnya memiliki kantor cabang di daerah lain.
Banyak di antaranya yang berafiliasi dengan organisasi KAP
internasional untuk bertukar pandangan dan pengalaman mengenai
hal-hal seperti teknis informasi dan pendidikan lanjutan (Arens dan
Loebbecke, 2003:12).
2.2.9. Pengaruh Perbedaan Ukuran KAP dengan Audit Delay
KAP yang termasuk dalam kategori The Big Four cenderung
melakukan audit lebih cepat dibanding KAP yang tidak termasuk dalam
KAP Non Big Four.
Menurut Carslaw dan Kaplan (1991) menyatakan audit delay untuk
pendek dari Kantor Akuntan lainnya. Karena Kantor Akuntan
Internasional, yaitu The Big Four akan melakukan audit lebih efisien dan
lebih fleksibel dalam merencanakan audit sehingga dapat menyelesaikan
audit dengan tepat waktu. Selain itu, menurut Asthon dan Newton (1989)
menyatakan bahwa Kantor Akuntan Besar lebih tepat waktu dalam
menyelesaikan audit karena pengalaman mereka dalam mengaudit
perusahaan-perusahaan publik.
Hal ini kemungkinan dikarenakan KAP Big Four umumnya
memiliki kualitas dan kuantitas sumber daya yang lebih baik dibandingkan
dengan KAP Non Big Four sehingga dapat melakukan audit lebih cepat
dan efisien. Selain itu, KAP Big Four cenderung menyajikan audit yang
lebih baik dibandingkan dengan KAP Non Big Four karena mereka
memiliki nama baik yang dipertaruhkan (Supriyati dan Yuliasri Rolinda,
2007).
Waktu audit yang lebih cepat juga merupakan cara KAP Big Four
untuk mempertahankan reputasi mereka. Jika tidak maka untuk tahun yang
akan datang ada kemungkinan mereka akan kehilangan kliennya (Imam
Subekti dan Novi Wulandari, 2004).
Berdasarkan literatur dan hasil penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya dapat ditarik kesimpulan bahwa diduga ukuran KAP secara
signifikan berpengaruh terhadap audit delay.
H3: Perbedaan Ukuran KAP secara signifikan berpengaruh
2.3. Diagram Kerangka Pikir
Berdasarkan uraian di atas, dapat disusun diagram kerangka pikir
sebagai berikut:
Gambar 1
Variabel Bebas Variabel Terikat
Regresi Linier Berganda
Dengan Variabel Dummy
2.4. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah dan landasan teori
yang telah dikemukakan, maka diajukan hipotesis sebagai berikut:
a. Diduga bahwa terdapat pengaruh ukuran perusahaan terhadap audit
delay pada perusahaan-perusahaan go public di BEI.
b. Diduga bahwa terdapat pengaruh perbedaan jenis pendapat auditor
(opini) terhadap audit delay pada perusahaan-perusahaan go public di
BEI.
c. Diduga bahwa terdapat pengaruh perbedaan ukuran KAP terhadap
audit delay pada perusahaan-perusahaan go public di BEI.
Ukuran Perusahaan (X1)
Jenis Pendapat Auditor (D1)
Ukuran KAP (D2)
45
3.1. Definisi Penelitian dan Pengukuran Variabel
Sub bagian ini akan menguraikan definisi dari masing-masing
variabel yang digunakan dalam penelitian. Perincian dari masing-masing
variabel yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Variabel Bebas (X), antara lain:
1. Ukuran Perusahaan (X1)
Ukuran perusahaan yaitu besarnya perusahaan yang diukur
berdasarkan total asset atau total aktiva perusahaan klien yang
tercantum pada laporan keuangan perusahaan akhir periode yang
telah diaudit. Skala pengukurannya adalah rasio. Satuan yang
digunakan adalah rupiah.
2. Jenis Pendapat Auditor (D1)
Merupakan variabel dummy yaitu variabel yang pada
dasarnya bersifat kualitatif yang menunjukkan jenis pendapat
auditor. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala nominal.
Variabel jenis pendapat auditor terbagi menjadi dua kelompok,
yaitu:
D1.0 : Unqualified Opinion, ditunjukkan dengan kode 0.
Pendapat ini dipisahkan dari keempat pendapat lainnya dan diberi
menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar,
dalam semua hal material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus
kas entitas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Laporan ini merupakan bentuk laporan audit yang paling umum
atau disebut laporan audit standar dengan pendapat wajar tanpa
pengecualian dan merupakan pendapat yang paling baik diantara
pendapat auditor yang lain.
D1.1 : Pendapat selain Unqualified Opinion. Jenis pendapat
selain unqualified opinion ditunjukkan dengan kode 1. Kode 1
terdiri dari unqualified with explanatory paragraph opinion,
qualified opinion, adverse opinion, dan disclaimer opinion.
Keempat pendapat ini dipisahkan dan diberi kode 1 karena
keempat pendapat ini merupakan pendapat yang kurang baik
bahkan tidak baik atas laporan keuangan.
3. Ukuran Auditor (KAP) (D2)
Variabel ini merupakan variabel dummy yaitu variabel yang
pada dasarnya bersifat kualitatif yang menunjukkan ukuran KAP.
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala nominal. Variabel
ini terbagi menjadi dua kelompok yaitu:
D2.0 : KAP Non The Big Four, yang ditunjukkan dengan
kode 0. KAP Non The Big Four adalah kantor akuntan publik yang
tidak termasuk dalam empat besar dan merupakan Kantor Akuntan
membutuhkan waktu yang lebih lama, karena dalam pelaksanaan
auditnya kurang efisien.
D2.1: KAP The Big Four, yang ditunjukkan dengan kode 1.
KAP The Big Four diberi kode 1 karena KAP The Big Four adalah
kantor akuntan publik internsaional yang membutuhkan waktu
lebih singkat dalam menyelesaikan audit, dan KAP tersebut
dianggap dapat melaksanakan audit secara lebih efisien dan
memiliki tingkat fleksibilitas jadwal waktu yang lebih tinggi untuk
menyelesaikan audit tepat waktunya.
b. Variabel Terikat (Y) adalah:
Audit Delay (Y)
Lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari
tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal diterbitkannya
laporan audit (tanggal opini). Skala pengukuran yang digunakan
adalah rasio. Satuan yang digunakan untuk mengukur variabel ini
adalah satuan hari.
3.2. Populasi, Sampel, Dan Teknik Pengambilan Sampel a. Populasi
Populasi merupakan himpunan individu / unit / unsur / elemen
yang memiliki ciri atau karakteristik yang sama (Anonim, 2008).
Populasi yang dijadikan obyek dalam penelitian ini adalah
selama periode 2004-2008. Populasi dalam penelitian ini adalah 23
perusahaan dagang yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang
terdiri dari:
1. PT Ace Hardware Indonesia Tbk. (ACES)
2. PT Artha Graha Investama Sentral Tbk. (AGIS)
3. PT Akbar Indo Makmur Stimec Tbk. (AIMS)
4. PT Alfa Retailindo Tbk. (ALFA)
5. PT Catur Sentosa Adiprana Tbk. (CSAP)
6. PT Court Indonesia Tbk. (MACO)
7. PT Enseval Putera Megatrading Tbk. (EPMT)
8. PT FKS Multi Agro Tbk. (PT Fishindo Kusuma Sejahtera
Tbk./FISH)
9. PT Hero Supermarket Tbk. (Hero)
10.PT Kokoh Inti Arebama Tbk. (KOIN)
11.PT Matahari Putra Prima Tbk. (MPPA)
12.PT Millennium Pharmacon Internasional Tbk. (SDPC)
13.PT Mitra Adiperkasa Tbk. (MAPI)
14.PT Multi Indocitra Tbk. (MICE)
15.PT Nusantara Infrastructure Tbk. (META)
16.PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk. (RALS)
17.PT Rimo Catur Lestari Tbk. (RIMO)
18.PT Singer Indonesia Tbk. (SING)
20.PT Tigaraksa Satria Tbk. (TGKA)
21.PT Toko Gunung Agung Tbk. (TKGA)
22.PT Triwira Insanlestari Tbk. (TRIL)
23.PT Wicaksana Overseas Internasional Tbk. (WICO)
b. Sampel
Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi yang
memenuhi syarat untuk dijadikan obyek penelitian (Sujoko Efferin,
2004:58).
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan
dagang (wholesale dan retail) yang go public di BEI tahun 2004-2008.
Alasan digunakannya sampel ini adalah perusahaan-perusahaan
yang memiliki aset yang berbentuk fisik seperti persediaan, aktiva
tetap, dan aktiva tidak berwujud diperkirakan mengalami waktu
penerbitan laporan keuangan auditan yang lebih panjang karena aset
berbentuk fisik lebih sulit diukur dari pada yang bersifat moneter
(Anthony dan Govindarajan, 1995 dalam Soegeng Soetedjo, 2006).
Pengambilan sampel penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode purposive sampling yaitu merapatkan metode
penetapan sampel dengan cara menentukan target elemen populasi
yang diperkirakan paling cocok untuk dikumpulkan datanya. Ada dua
metode pemilihan sampel secara purposive yaitu pemilihan sampel
berdasarkan pertimbangan (judgment sampling) dan berdasarkan kuota
sampling yaitu jenis sampling ini dipilih, jika peneliti menentukan
subyek sampel yang terpilih berdasarkan penilaian (judgment) peneliti
semata (Sujoko Efferin, 2004:68).
Sampling yang diambil dalam penelitian ini diambil dengan
pertimbangan sebagai berikut:
1. Perusahaan-perusahaan tersebut terdaftar pada Bursa Efek
Indonesia (BEI) tahun 2004-2008.
2. Perusahaan tersebut termasuk dalam kategori perusahaan dagang
(wholesale dan retail).
3. Perusahaan-perusahaan tersebut memiliki laporan keuangan
lengkap termasuk laporan auditor independen.
Berdasarkan kriteria-kriteria diatas, maka perusahaan yang
dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah 13 perusahaan wholesale
and retail yaitu:
1. PT Artha Graha Investama Sentral Tbk. (AGIS)
2. PT Akbar Indo Makmur Stimec Tbk. (AIMS)
3. PT Alfa Retailindo Tbk. (ALFA)
4. PT Enseval Putera Megatrading Tbk. (EPMT)
5. PT Hero Supermarket Tbk. (Hero)
6. PT Matahari Putra Prima Tbk. (MPPA)
7. PT Millennium Pharmacon Internasional Tbk. (SDPC)
8. PT Mitra Adiperkasa Tbk. (MAPI)
10.PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk. (RALS)
11.PT Rimo Catur Lestari Tbk. (RIMO)
12.PT Tigaraksa Satria Tbk. (TGKA)
13.PT Toko Gunung Agung Tbk. (TKGA)
3.3. Data dan Metode Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data yang
berasal dari data sekunder berupa laporan keuangan dan laporan auditor
independen. Data laporan keuangan tahunan di peroleh dari laporan
keuangan auditan yang diwajibkan oleh BAPEPAM.
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang berasal dari
pihak lain atau pihak ketiga, misalnya perpustakaan atau lembaga lain
yang bukan sebagai objek penelitian itu sendiri (Sujoko Efferin, 2004:14).
3.3.2. Sumber Data
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari
www.idx.co.id dan ICMD (Indonesian Capital Market Directory) periode