ANALISIS KESALAHAN PELAFALAN BUNYI BAHASA JEPANG PADA PENUTUR BAHASA SUNDA
TESIS
diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Bahasa
Jepang
Oleh
Astiya Hadiyani
NIM 1107281
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN BAHASA JEPANG SEKOLAH PASCASARJANA
Oleh
Astiya Hadiyani
S.Pd UPI Bandung, 2011
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang
© Astiya Hadiyani 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
v
Astiya Hadiyani, 2014
Analisis Kesalahan Pelapalan Bunyi Bahasa Jepang pada Pebutur Bahasa Sunda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR BAGAN ... x
DAFTAR GRAFIK ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Sistematika Pembahasan ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
A. Analisis Kesalahan ... 8
B. Fonetik ... 9
1. Lambang Bunyi Bahasa ... 9
2. Unsur Suprasegmental ... 10
3. Ciri Distingtif ... 13
4. Fonetik Bahasa Jepang ... ... 18
a. Alat Ucap dalam Fonetik Jepang ... 20
b. Bunyi Vokal Bahasa Jepang ... 21
c. Bunyi Konsonan Bahasa Jepang ... 24
5. Fonetik Bahasa Sunda ... 34
vi
Astiya Hadiyani, 2014
Analisis Kesalahan Pelapalan Bunyi Bahasa Jepang pada Pebutur Bahasa Sunda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
E. Penelitian Terdahulu ... 53
BAB III METODE PENELITIAN ... 59
A. Jenis Metode Penelitian ... 59
B. Langkah-Langkah Penelitian ... 60
C. Teknik Pengumpulan Data... 61
1. Instrumen Tes ... 61
2. Instrumen Wawancara ... 62
D. Sumber Data ... 62
E. Teknik Pengolahan Data ... 63
1. Pengolahan Data Tes ... 63
2. Pengolahan Data Wawancara ... 67
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 68
A. Pengambilan Data ... 68
B. Analisis Data Tes ... 68
1. Pelafalan Bunyi Bahasa Jepang dalam Bentuk Huruf ... 70
2. Pelafalan Bunyi Bahasa Jepang dalam Bentuk Kata, Kalimat, dan Wacana ... 77
C. Hasil Analisis Wawancara ... 85
D. Pembahasan ... 90
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 101
A. Kesimpulan ... 101
B. Saran ... 102
DAFTAR PUSTAKA ... 104
ii
Astiya Hadiyani, 2014
Analisis Kesalahan Pelapalan Bunyi Bahasa Jepang pada Pebutur Bahasa Sunda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Astiya Hadiyani (2014)
Analisis Kesalahan Pelafalan Bunyi Bahasa Jepang Pada Penutur Bahasa Sunda
Dalam pembelajaran bahasa asing, berbicara merupakan salah satu keterampilan yang perlu dikuasai oleh pembelajar. Namun dalam pelaksanaannya seringkali terjadi kendala, salah satunya adalah perbedaan fonem pada kedua bahasa. Perbedaan fonem pada kedua bahasa ini pastinya akan menyebabkan kesulitan dalam melafalkan bunyi bahasa, hal ini akan berpengaruh terhadap keterampilan berbicara. Terkadang kesalahan dalam melafalkan bunyi bisa menghambat kelancaran dalam berkomunikasi. Penutur bahasa Sunda diprediksi memiliki beberapa kesulitan dalam melafalkan bunyi, selain itu terdapat beberapa perbedaaan antara bunyi bahasa Sunda dan bunyi bahasa Jepang. Maka dari itu peneliti bermaksud menganalisis kesalahan pelafalan bunyi bahasa Jepang pada penutur bahasa Sunda. Responden dalam penelitian ini adalah penutur bahasa Sunda yang sedang mempelajari bahasa Jepang. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui kesalahan pelafalan bunyi bahasa Jepang pada Penutur bahasa Sunda. Selain itu penelitian ini juga mencoba menjabarkan penyebab terjadinya kesalahan pelafalan bunyi bahasa Jepang pada penutur bahasa Sunda, dan yang terakhir penelitian ini bertujuan mencari solusi dalam mengatasi kesalahan pelafalan bunyi bahasa Jepang pada penutur bahasa Sunda. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, yang bermaksud memaparkan fenomena yang terjadi pada saat penutur Sunda melafalkan bunyi bahasa Jepang. Dalam penelitian ini, terdapat dua jenis data, yang pertama data hasil rekaman pelafalan dan yang kedua data hasil wawancara. Penelitian ini ditempuh dengan tiga tahap, yaitu pengumpulan data, analisis data, dan penyimpulan hasil analisa. Pengumpulan data dilakukan dengan metode simak dan teknik sadap rekam. Dalam proses menganalisis data dibantu dengan software Praat. Dari hasil penelitian ini, terdapat bunyi-bunyi bahasa Jepang yang sulit dilafalkan oleh penutur bahasa Sunda. Sebagian besar kesalahan pelafalan terjadi pada bunyi frikatif. Bunyi yang sulit dilafalkan rata-rata karena perbedaan tempat dan cara artikulasi, selain itu karena perbedaan bunyi yang memang tidak terdapat pada bunyi bahasa Sunda. Faktor lain yang mempengaruhi kesulitan penutur bahasa Sunda dalam melafalkan bunyi bahasa Jepang adalah lamanya belajar, faktor kesadaran saat melafalkan bunyi dan yang terakhir adalah kurangnya pengetahuan mengenai ilmu fonetik.
Astiya Hadiyani, 2014
Analisis Kesalahan Pelapalan Bunyi Bahasa Jepang pada Pebutur Bahasa Sunda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Dalam pembelajaran bahasa asing, berbicara merupakan salah satu
keterampilan yang perlu dikuasai oleh pembelajar. Sebagaimana dikemukakan
oleh Tarigan (2008:1) bahwa:
“keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan membaca (reading skills), dan keterampilan menulis (writing skills). Setiap keterampilan itu, berhubungan erat sekali dengan tiga keterampilan lainnya dengan cara yang beraneka-ragam. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, biasanya kita melalui suatu hubungan urutan yang teratur: mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa, kemudian berbicara
sesudah itu kita belajar membaca dan menulis…”
Dalam proses pembelajaran bahasa asing ada beberapa faktor yang
perlu diperhatikan, agar empat keterampilan yang perlu dikuasai bisa tercapai
dengan baik. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sofianita (20011:24)
bahwa “….faktor-faktor yang berkaitan dengan keberhasilan dalam pembelajaran bahasa asing, adalah faktor usia, faktor motivasi, lingkungan,
dan juga faktor bahasa ibu‟‟.
Dalam mempelajari bahasa Jepang, khususnya dalam keterampilan
berbicara ada masalah yang sering muncul pada pembelajarannya. Salah satu
faktor yang mempengaruhinya adalah kesalahan dalam pelafalan. Kesalahan
dalam pelafalan pada proses berbicara dapat menghambat komunikasi. Hal ini
sejalan dengan pendapat Lado dalam Endang (2000:2) yang menyatakan
bahwa „pesan dalam komunikasi akan diterima dengan baik oleh komunikan apabila mempertimbangkan kaidah bahasa yang benar misalnya seperti kaidah
pelafalan, pembentukan kata struktur kalimat.‟Mengacu pada pendapat diatas
dapat disimpulkan bahwa pelafalan adalah suatu unsur penting dalam kegiatan
2
Astiya Hadiyani, 2014
Analisis Kesalahan Pelapalan Bunyi Bahasa Jepang pada Pebutur Bahasa Sunda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
“Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang
pada kehidupan anak, yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan
pada masa tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar dipelajari” (Tarigan,
2008:3). Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa keterampilan
berbicara erat hubungannya dengan keterampilan menyimak seorang anak.
Dimana keterampilan seorang anak dalam menyimak tidak lepas dari proses
pemerolehan bahasa ibunya. Dari proses penyimak biasanya seorang anak
akan meniru. Sebagaimana dikemukakan oleh Tarigan (2009:4) „Di dalam
PB1 (pemerolehan bahasa pertama), anak-anak menguasai bahasa ibunya
dengan peniruan.‟
Keterampilan seorang anak dalam berbicara tidak bisa terlepas dari
bahasa ibu yang digunakannya. Dari pemerolehan bahasa ibu biasanya akan
terjadi interferensi dalam pembelajaran bahasa asing, seperti yang
diungkapkan Tarigan (2008:6) dimana „penyebab utama atau penyebab
tunggal kesulitan belajar dan kesalahan dalam pengajaran bahasa asing adalah
interferensi bahasa ibu.‟
Pendapat lain yaitu Shirai (2004: 36) mengemukakan bahwa ”dalam
pelafalan terdapat interferensi bahasa ibu yang kuat. Begitu besarnya
interferensi bahasa ibu tersebut sehingga bahasa ibu seseorang dapat ditebak
dari karakteristik saat pelafalan dilakukan. Terkadang interferensi bahasa ibu
ini menimbulkan kesalahan pada pelafalan bahasa kedua. “
Di Indonesia pada proses pembelajaran bahasa Jepang, ilmu fonetik
masih belum begitu dipelajari secara khusus. Maka dari itu kesalahan
pelafalan pun masih sulit untuk diperbaiki. Walau bagaimana pun perlu waktu
dan proses untuk memperbaikinya, karena tidak mudah memperbaiki
kesalahan pelafalan pada bahasa asing. Perlu perhatiaan khusus untuk
mengatasi masalah dalam kesalahan pelafalan ini. Banyak yang mengabaikan
kesalahan pelafalan dalam proses pembelajaran, namun alangkah baiknya
Astiya Hadiyani, 2014
Analisis Kesalahan Pelapalan Bunyi Bahasa Jepang pada Pebutur Bahasa Sunda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mencari solusi dari setiap masalah. Khususnya bagi para pengajar, penting
untuk mencari solusi dari setiap masalah yang dihadapi siswanya. Sekecil apa
pun masalah itu pengajar sebaiknya memperbaikinya. Saat timbul masalah
pada pembelajar, alangkah lebih baik pengajar segera menyelesaikannya.
Seperti yang di ungkapakan (Muneo, 1988: 11), „upaya perbaikan lebih awal akan mendatangkan hasil yang lebih baik daripada setelah mereka terbiasa
dengan ucapan yang salah.‟
Sebagian besar masyarakat di Indonesia menggunakan bahasa ibunya
masing-masing mulai dari kanak-kanak sampai dewasa baik di lingkungan
rumah atau di lingkungan sosialnya. Oleh karena itu diperkirakan masyarakat
Indonesia akan terbiasa menggunakan alat-alat ujarnya dengan kebiasaan
bahasa ibunya. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, tidak sedikit yang
berpendapat bahwa faktor bahasa ibu menjadi penghambat pembelajaran
bahasa kedua atau bahasa asing, khususnya dalam bidang fonetik. Salah satu
penyebabnya adalah perbedaan fonem pada kedua bahasa, yaitu antara bahasa
ibu dan bahasa yang sedang dipelajari. Dampak yang ditimbulkan dari
kesalahan pelafalan ini dapat menimbulkan kekeliruan makna. Selain itu juga
dapat menimbulkan salah interpretasi. Contohnya pada saat pembelajar
berbicara dengan penutur asli. Saat kesalahan pelafalan itu muncul maka
lawan bicara akan merasa kebingungan dan akan menimbulkan komunikasi
yang tidak lancar. Perhatikan contoh berikut, ketika seorang pembelajar ingin
mengatakan “つき” yang artinya adalah “bulan” tetapi dilafalkan dengan kata “すき” yang berarti “suka” atau dilafalkan dengan kata “ちゅき”. Dari contoh
berikut terlihat adanya perubahan fonem bahasa Jepang yang diucapkan
pembelajar. Contoh lainnya, pada kata “ふらす” yang artinya “menurunkan” tetapi dilafalkan “ぷ ら す” yang artinya “tambahan”. Dari contoh kedua,
dengan pelafalan yang tidak tepat akan menghasilkan interpretasi yang salah
pada sebuah komunikasi, dimana pesan yang ingin disampaikan tidak dapat
diterima dengan baik oleh lawan bicara. Selain itu pada proses pembelajaran
4
Astiya Hadiyani, 2014
Analisis Kesalahan Pelapalan Bunyi Bahasa Jepang pada Pebutur Bahasa Sunda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
fonetik. Contohnya apabila pengajaran bahasa Jepang ditulis dengan huruf
romaji, maka pembelajar cenderung membacanya dengan apa adanya. Hal ini
pun merupakan salah satu faktor timbulnya kesalahan saat pelafalan.
Terkadang seseorang memahami bunyi [z] adalah [j] bukan [z],
begitu juga fonem /f/ yang harus dilafalkan [p] bukan [f]. Akan tetapi tidak
banyak yang bisa melafalkannya secara tepat sesuai dengan apa yang di
sadarinya. Di Indonesia masyarakat Sunda dianggap memiliki kesulitan dalam
melafalkan beberapa fonem. Fonem yang sering dianggap sulit dilafalkan
adalah fonem /f/ dan /z/. Sebenarnya fonem /f/ dan /z/ bukanlah fonem yang
asing atau baru dipelajari orang Sunda di Indonesia, karena mayoritas
penduduknya beragama Islam dan pastinya belajar membaca Al-Quran. Saat
belajar mengaji fonem /f/ dan /z/ pun dipelajari. Selain itu dalam bahasa
Indonesia fonem /f/ dan /z/ telah menjadi bahasa serapan. Akan tetapi tidak
banyak yang melakukan kesalahan pada saat melafalkannya. Hal ini
dikarenakan pada bahasa Sunda tidak mengenal fonem /f/ dan /z/.
Masyarakat Sunda ketika mempelajari bahasa Jepang diprediksi
memiliki kesulitan dalam pelafalan beberapa fonem-fonem tertentu. Hal ini
dikarenakan pada bahasa Sunda tidak memiliki fonem yang serupa dengan
yang terdapat dalam bahasa Jepang. Sebagaimana yang dikemukakan oleh
(Sudaryat, Prawirasumantri, dan Yudibrata, 2011: 21-22) bahwa konsonan
dalam bahasa Sunda ada 18 yaitu, /b/, /c/, /d/, /g/, /h/, /j/, /k/, /l/, /m/, /n/, /ny/,
/ng/, /p/, /r/, /s/, /t/, /w/, dan /y/. Dari hasil paparan di atas bisa terlihat bahwa
adanya perbedaan konsonan bahasa Sunda dengan bahasa Jepang, diantaranya
tidak terdapatnya huruf /f/ dan /z/. Selain terdapatnya perbedaan fonem, jika
dilihat dari cara dan tempat artikulasi pun terdapat perbedaan antara bunyi
bahasa Jepang dan bunyi bahasa Sunda. Contohnya vokal /a/ pada bahasa
Jepang jika dilihat dari cara artikulasinya diucapkan dengan bibir yang tidak
Astiya Hadiyani, 2014
Analisis Kesalahan Pelapalan Bunyi Bahasa Jepang pada Pebutur Bahasa Sunda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dari fenomena yang ada terlihat perbedaan fonem dua bahasa dapat
menyebabkan seseorang kesulitan dalam melafalkan bunyi dan cenderung
akan menggatinya dengan silabel yang di anggap mendekati atau mirip.
Contohnya orang Sunda sering melafalkan kata “fitnah” dan menggantinya
dengan kata “pitnah”, selain itu kata ”izin” sering dilafalkan “ijin”.
Dengan adanya permasalahan diatas, perlu upaya untuk mengurangi
bahkan menghindari permasalahan tersebut. Sebagaimana yang dikatakan
(Sutedi, 2011: 221), “Sekurang-kurangnya kesalahan berbahasa (goyou) akibat pengaruh atau interferensi bahasa ibu (bogo-kanshou) pada pembelajar kedua
bahasa tersebut bisa dikurangi bahkan bisa dihindari”.
Banyak orang yang perpendapat sulit dalam mengukur pelafalan
seseorang, dan salah satu cara terbaik adalah dengan menggunakan native
speaker. Namun di zaman modern seperti saat ini, masalah seperti yang telah
dipaparkan di atas bukanlah satu masalah yang besar jika native speaker tidak
ada, karena sekarang sudah ada software Praat yang bisa membantu meneliti
bidang fonetik.
Berdasarkan asumsi adanya masalah yang timbul dari kesalahan
pelafalan maka peneliti beranggapan pentingnya penelitian ini dilakukan.
Maka dari itu peneliti bermaksud meneliti tentang “Analisis Kesalahan
Pelafalan Bunyi Bahasa Jepang pada Penutur Bahasa Sunda”. B. Rumusan dan Batasan Masalah
Seperti sudah dipaparkan sebelumnya, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. kesalahan bunyi bahasa Jepang apa yang terjadi pada penutur bahasa
Sunda?
2. apakah penyebab kesalahan tersebut?
6
Astiya Hadiyani, 2014
Analisis Kesalahan Pelapalan Bunyi Bahasa Jepang pada Pebutur Bahasa Sunda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Agar permasalahan lebih jelas dan tidak meluas, penulis membatasi
pada hal-hal yang berkaitan dengan masalah di atas, yaitu:
1. penelitian ini hanya akan meneliti kesulitan dalam pelafalan bunyi bahasa
Jepang yaitu [a] sampai [N] pada penutur bahasa Sunda;
2. penelitian ini hanya akan meneliti penyebab kesalahan pada pelafalan
bunyi bahasa Jepang pada penutur bahasa Sunda, khususnya yang
berbahasa ibu bahasa Sunda;
3. penelitian akan mencari upaya untuk mengatasi kesalahan pelafalan bunyi
bahasa Jepang pada penutur bahasa Sunda.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang diteliti maka penelitian ini bertujuan
untuk mendeskripsikan:
1. bunyi bahasa Jepang yang dianggap sulit dilafalkan oleh penutur bahasa
Sunda;
2. penyebab kesalahan pelafalan bunyi bahasa Jepang yang terjadi pada
penutur bahasa Sunda;
3. upaya untuk mengatasi kesalahan pelafalan bunyi bahasa Jepang pada
penutur bahasa Sunda.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini antara lain sebagai berikut:
1. hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan teori yang
dapat mendeskripsikan ilmu linguistik, khususnya dalam bidang fonetik;
2. membantu untuk memprediksi, memahami, dan menyelesaikan masalah
yang mungkin terjadi dalam kesalahan pelafalan khususnya pada huruf
yang diteliti;
3. bagi pembelajar diharapkan membantu menyadarkan, menghindari,
bahkan diharapkan bisa memperbaiki kesalahan yang dilakukan dalam
Astiya Hadiyani, 2014
Analisis Kesalahan Pelapalan Bunyi Bahasa Jepang pada Pebutur Bahasa Sunda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. bagi para pengajar diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan
untuk membantu dalam pengajaran ilmu lingusitik khususnya bidang
fonetik, agar dapat mengurangi bahkan menghindari kesalahan pada
pelafalan pembelajar;
5. bagi penulis sendiri penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan dalam ilmu
linguistik khusunya dalam bidang fonetik.
E. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini penulis membagi menjadi beberapa bab, yaitu
sebagai berikut:
Bab I
Pendahuluan, berisikan ringkasan mengenai latar belakang masalah, rumusan
dan batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika
penulisan.
Bab II
Kajian teori, berisikan ulasan teori mengenai analisis kesalahan, ilmu fonetik
(bahasa Jepang dan bahasa Sunda), penelitian terdahulu.
Bab III
Metodelogi penelitian, yang berisi sumber data, metode penelitian dan teknik
penelitian yang rinci mengenai teknik pengumpulan data dan teknik analisis
data.
Bab IV
Hasil penelitian, berisikan tentang hasil penelitian menganai Analisis
Kesalahan Pelafalan Bunyi Bahasa Jepang pada Penutur Bahasa Sunda.
Bab V
59
Astiya Hadiyani, 2014
Analisis Kesalahan Pelapalan Bunyi Bahasa Jepang pada Pebutur Bahasa Sunda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Metode Penelitian
Penelitian ini berupaya untuk menjabarkan suatu fenomena yang
terjadi akibat perbedaan bunyi antara dua bahasa, yaitu perbedaan antara ada
bunyi bahasa Jepang dan bunyi bahasa Sunda. Oleh karena itu penelitian ini
menggunakan metode kualitatif yang besifat deskriptif.
Metode kualitatif adalah penelitian yang datanya bukan berupa
angka-angka dan tidak perlu diolah dengan menggunakan metode statistik. Data
penelitian dapat berupa kalimat, rekaman atau dalam bentuk yang lainnya.
(Sutedi, 2009: 23).
Sedangkan penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan untuk
menggambarkan, menjabarkan suatu fenomena yang terjadi saat ini dengan
menggunakan prosedur ilmiah untuk menjawab masalah secara aktual (Sutedi,
2009: 58).
Dalam penelitian ini akan ditempuh tiga tahapan, yaitu dengan tahapan
pengumpulan data, analisis data, dan dan hasil analisis data. Pengumpulan
data dilakukan dengan metode simak dan teknik sadap rekam.
Alasan digunakannya metode simak karena penelitian ini diperoleh
dengan cara menyimak pelafalan bunyi bahasa Jepang yang dilafalakan oleh
penutur bahasa Sunda yang sedang mempelajari bahasa Jepang. Menurut
Mahsun (2011: 92) metode simak adalah cara memperoleh data dilakukan
dengan menyimak penggunaan bahasa.
Selanjutnya alasan memilih teknik rekam karena peneliti akan
merekam pelafalan bunyi bahasa Jepang yang dituturkan oleh penutur bahasa
Sunda yang sedang mempelajari bahasa Jepang. Menurut Mahsun (2011: 93)
teknik rekam ini memungkinkan terjadi jika bahasa yang diteliti adalah bahasa
Astiya Hadiyani, 2014
Analisis Kesalahan Pelapalan Bunyi Bahasa Jepang pada Pebutur Bahasa Sunda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Langkah-Langkah Penelitian
Untuk dapat menjawab masalah yang telah dirumuskan, peneliti
melakukan langkah sebagai berikut:
1. membuat instrumen penelitian;
2. merekam pelafalan orang Jepang;
3. memberikan tes pada sampel;
4. melakukan wawancara;
5. menganalisis pelafalan bunyi bahasa Jepang yang dilafalkan penutur
bahasa Sunda dengan dibantu software Praat;
6. menganalisis hasil wawancara;
7. menyajikan hasil analisis data rekaman dan hasil wawancara.
Langkah pertama adalah membuat instrumen tes yang berupa
bunyi bahasa Jepang. Instrumen ini dikumpulkan dari beberapa sumber yaitu,
buku Onsei o Oshieru, Nihon o shiru, kamus Kenji Matsura dan Asahi Shibun
Dejitaru.
Langkah kedua merekam instrumen tes yang telah disusun untuk
dibaca oleh expert yaitu orang Jepang yang berasal dari daerah Tokyo yang
dianggap sebagai dialek nasional dari bangsa Jepang. Data yang diperoleh
sebagai patokan untuk pembanding pada proses menganalisi data.
Langkah ketiga adalah adalah memberikan tes pada sampel yang
bertujuan untuk menyimak pelafalan bunyi bahasa Jepang pada mahasiswa
yang berbahasa ibu bahasa Sunda dengan cara di rekam di studio rekaman.
Alasan dilakukannya perekaman di studio adalah untuk menghindari faktor
lain yang tidak diharapkan, seperti suara bising yang mungkin akan
berpengaruh pada pelafalan sampel yang akan direkam.
Langkah keempat adalah melakukan wawancara pada sampel. Data
hasil wawancara ini sebagai data untuk menggali faktor penyebab terjadinya
kesalahan dalam pelafalan bahasa Jepang yang terjadi pada penutur bahasa
Sunda yang sedang mempelajari bahasa Jepang.
Langkah kelima menganalisis pelafalan bunyi bahasa Jepang yang
61
Astiya Hadiyani, 2014
Analisis Kesalahan Pelapalan Bunyi Bahasa Jepang pada Pebutur Bahasa Sunda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Praat adalah software yang biasa membantu penelitian di bidang fonetik.
Software Praat yang dibuat oleh Paul Boersma dan David Weenink dari
University of Amsterdam .
Langkah keenam adalah menganalisis data wawancara. Hasil dari
data angket yang diperoleh dari mahasiswa diharapkan bisa membantu
menjawab rumusan masalah.
Langkah terakhir adalah menyajikan hasil analisis data rekaman
dan data hasil wawancara. Hasil analisis data rekaman dan data hasil
wawancara akan disajikan dalam bentuk persentase dan dipaparkan secara
jelas. Dari hasil ini akan terlihat kesalahan pelafalan bunyi bahasa Jepang serta
faktor penyebab kesalahan pelafalan yang terjadi pada penutur bahasa Sunda
yang sedang mempelajari bahasa Jepang.
C. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu data tentang
pelafalan bunyi bahasa Jepang yang dilafalkan penutur bahasa Sunda yang
sedang mempelajari bahasa Jepang dan data pendukung untuk membantu
menjawab rumusan masalah.
Untuk memperoleh data tersebut digunakan instrumen penelitian
yang berupa tes dan wawancara.
1. Instrumen Tes
Tes yang diberikan bertujuan untuk memperoleh data rekaman
pelafalan bunyi bahasa Jepang pada penutur bahasa Sunda. Alasan
digunakannya tes adalah untuk menjaring data melalui perekaman mengenai
kemampuan pelafalan penutur bahasa Sunda yang sedang mempelajari bahasa
Jepang dalam melafalkan bunyi bahasa Jepang. Materi tes dalam penelitian ini
terdiri dari bunyi bahasa Jepang. Tes disajikan sebanyak 104 bunyi yang
dibagi ke dalam dua bagian yaitu, pertama yaitu bunyi bahasa Jepang dalam
bentuk silabel, kemudian yang kedua bunyi bahasa Jepang dalam bentuk
kosakata,kalimat, dan wacana. Alasan adanya dua jenis tes adalah untuk
Astiya Hadiyani, 2014
Analisis Kesalahan Pelapalan Bunyi Bahasa Jepang pada Pebutur Bahasa Sunda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bahasa Jepang dalam huruf cenderung akan lebih disadari dari jenis tes dalam
bentuk kosakata, kalimat maupun wacana.
Untuk menjaga validitas soal tes yang diberikan peneliti menyusun
setiap soal yang berupa kalimat dan wacana dengan tidak mengacu pada buku
teks yang biasa digunakan di FPBS UPI. Tujuannya agar mahasiswa tidak
mengenal kalimat maupun wacana yang diberikan saat tes. Tujuan dari tes ini
untuk mengetahui kesalahan pelafalan bunyi bahasa Jepang pada penutur
bahasa Sunda yang sedang mempelajari bahasa Jepang.
2. Wawancara
Wawancara pada penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data
kualitatif. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk
wawancara semiterstruktur. Wawancara Semiterstruktur termasuk dalam
kategori in-dept interview, di mana dalam pelaksanaanya lebih bebas bila
dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini
adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana fihak
yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya (Sugiyono, 2008:
233).
Bentuk wawancara yang dilakukan untuk menjaring data pribadi
termasuk informasi mengenai:
1. bahasa ibu, tempat yang pernah ditinggali, dan lamanya belajar bahasa
Jepang;
2. alasan tentang kesulitan dalam pelafalan termasuk kesulitan dalam
melafalkan bunyi bahasa Jepang; dan
3. pendapat tentang ilmu fonetik.
D. Sumber Data
Data pada penelitian ini berupa data kualitatif, sebagimana telah
dijelaskan sebelumnya bahwa data kualitatif diperoleh dengan tes dan
wawancara.
Sumber atau populasi penelitian ini adalah pembelajar bahasa Jepang,
63
Astiya Hadiyani, 2014
Analisis Kesalahan Pelapalan Bunyi Bahasa Jepang pada Pebutur Bahasa Sunda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sampel dari penelitian ini adalah mahasiswa tingkat I-IV yang berbahasa ibu
bahasa Sunda sebanyak sembilan mahasiswa yang terdiri dari tiga mahasiswa
dengan level Jyoukyuu, tiga mahasiswa dengan level Chuukyuu, dan tiga
mahasiswa dengan level Shokyuu. Teknik penyempelan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teknik stratifikasi. Alasan digunakannya teknik
stratifikasi ini karena karakter populasinya bervariasi (Sutedi, 2009: 181).
E. Teknik Analisis Data 1. Analisis Data Tes
Data hasil tes akan diolah dengan menggunakan software Praat
yang dibuat oleh Paul Boersma dan David Weenink dari University of
Amsterdam. Adapun teknik pengolahan datanya adalah sebagai berikut.
a. Mengelompokkan jenis data.
Data yang diolah akan dibedakan menjadi dua jenis yaitu untuk jenis
pertama huruf dan untuk jenis yang kedua adalah kosakata, kalimat, dan
wacana.
b. Memotong data.
Seluruh data hasil rekaman pada akhirnya akan dianalisis dalam bentuk
silabel. Untuk jenis kata langsung dipotong menjadi silabel, sedangkan
kalimat dipotong menjadi kata terlebih dahulu yang akhirnya dipotong
menjadi silabel, sedangkan bentuk wacana akan dipotong-potong menjadi
bentuk kalimat yang selanjutnya akan dipotong menjadi bentuk kata dan
akhirnya dipotong menjadi bentuk silabel.
c. Membuat Kategori Bunyi
Sebelum melakukan analisis dibuat kategori jenis bunyi, seperti dibawah
ini.
1. Kategori yang pertama ini terdiri dari lima bunyi vokal, seperti yang
terdapat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.1
Kategori 1
Astiya Hadiyani, 2014
Analisis Kesalahan Pelapalan Bunyi Bahasa Jepang pada Pebutur Bahasa Sunda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Kategori kedua terdiri dari 39 bunyi konsonan+vokal, seperti yang
terdapat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.2
Kategori 2
3. Kategori yang ketiga terdiri dari 21 bunyi konsonan+semi vokal, seperti
yang terdapat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.3
Kategori 3
4. Kategori keempat terdiri dari 20 bunyi konsonan+vokal (dakuon), seperti
yang terdapat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.4
Kategori 4
[ka] [ki] [kɯ] [ke] [ko]
[sa] [ʃi] [sɯ] se] [so]
[ta] [ʧi] [tsu] [te] [to]
[na] [ i] [nu] [ne] [no]
[ha] [çi] [ ɸi] [he] [ho]
[ma] [mi] [mu] [me] [mo]
[ɾa] [ɾi] [ɾɯ] [ɾe] [ɾo]
[kja] [kjɯ] [kjo]
[ʃa] [ʃɯ] [ʃo]
[ʧa] [ʧɯ] [ʧo]
[ a] [ ɯ] [ o]
[ça] [çɯ] [ço]
[mja] [mjɯ] [mjo]
[ɾja] [ɾjɯ] [ɾjo]
[ga] [gi] [gɯ] [ge] [go]
65
Astiya Hadiyani, 2014
Analisis Kesalahan Pelapalan Bunyi Bahasa Jepang pada Pebutur Bahasa Sunda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5. Kategori kelima terdiri dari sembilan bunyi konsonan+semi vokal (dakuon),
seperti yang terdapat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.5
Kategori 5
6. Kategori keenam terdiri dari lima bunyi konsonan+vokal (handakuon),
seperti yang terdapat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.6
Kategori 6
7. Kategori ketujuh ini terdiri dari tiga bunyi konsonan+semi vokal
(handakuon) , seperti yang terdapat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.7
Kategori 7
8. Kategori jenis kesalahan yang terakhir ini semi vokal dan bunyi khusus
terdiri dari enam huruf, seperti yang terdapat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.8
Kategori 8
[ja] [jɯ] [jo]
[wa] [N] [o]
[da] [dʓi] [dɯ] [de] [do] [ba] [bi] [bɯ] [be] [bo]
[gja] [gjɯ] [gjo]
[dʓa] [dʓɯ] [dʓo]
[bja] [bjɯ] [bjo]
[pa] [pi] [pɯ] [pe] [po]
Astiya Hadiyani, 2014
Analisis Kesalahan Pelapalan Bunyi Bahasa Jepang pada Pebutur Bahasa Sunda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
d. Menganalisis data.
Pelafalan (per-silabel/kata) yang diperoleh dari sampel akan di bandingkan
dengan pelafalan orang Jepang yang telah direkam pelafalannya sesuai
dengan instrument tes yang telah disusun. Untuk menghindari subjektifitas
peneliti akan membandingkan pelafalan orang jepang dengan pelafalan
yang terdapat dalam CD buku pelajaran Onsei o oshieru , yang bertujuan
untuk membuktikan kemiripan dalam pembentukan sebuah bunyi dari
orang Jepang. Kemudian dua pelafalan orang Jepang akan dibandingkan
dan diliat perbedaannya dengan responden penutur bahasa Sunda yang
dibantu oleh software Praat.
Analisis pelafalan yang dibantu oleh software Praat ini telah
banyak dilakukan dan salah satunya oleh Wilson. Wilson menggunakan
software Praat untuk pengajaran pelafalan. Maka dari itu peneliti
bermaksud mengadopsi cara menganalisis pelafalan dengan cara yang
telah dilakukan Wilsom.
Dalam penelitian ini data yang dianalisis diinterpretasikan dengan
beberapa pedoman, yaitu melihat formant dan spectrogram yang
ditampilkan software Praat, dan yang terakhir dengan cara didengarkan.
Setelah pelafalan bunyi dianalisis akan dilakukan pentranskripsian data
dan akan dilakukan pendeskripsian hasil analisis. Perhitungan kesalahan
pelafalan bunyi bahasa Jepang pada penutur bahasa Sunda adalah sebagai
berikut:
� =�� x 100%
Keterangan.
P: persentase frekuensi kesalahan pelafalan bunyi bahasa Jepang
f: jumlah kesalahan bunyi bahasa Jepang
67
Astiya Hadiyani, 2014
Analisis Kesalahan Pelapalan Bunyi Bahasa Jepang pada Pebutur Bahasa Sunda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut kemudian diinterpretasikan
sebagai berikut.
Tabel 3.9
Pedoman Interpretasi Tes
Persentase (%) Penafsiran
81%-100% Sangat tinggi
61%-80% Tinggi
41%-60% Sedang
21%-40% Rendah
0%-20% Sangat Rendah
e. Penyajian hasil analisis data.
Setelah proses pendeskripsian data selesai akan dilakukan identifikasi
data, dimana data akan di kelompokkan menjadi dua jenis, yaitu kesalahan
pelafalan pada dua jenis tes, kemudian akan dilakukan pemaparan hasil
dari kesalahan kedua jenis tes tersebut sesuai dengan kategori yang telah
disusun.
2. Pengolahan Data Wawancara
Selanjutnya untuk data hasil wawancara yang diperoleh dianalisis
melalui beberapa tahap yaitu:
1. memaparkan setiap jawaban hasil wawancara,
2. menginterpretasi serta membuat kesimpulan dari hasil yang diperoleh.
Astiya Hadiyani, 2014
Analisis Kesalahan Pelapalan Bunyi Bahasa Jepang pada Pebutur Bahasa Sunda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan data tes yang telah dianalisis, maka kesimpulan dari
penelitian ini adalah.
1. Kesalahan bunyi bahasa Jepang yang terjadi pada penutur bahasa
Sunda adalah.
a. Kesalahan pelafalan pada bunyi vokal terjadi pada silabel あ [a],
う[u], danお [o]. Penyebab terjadinya kesalahan pelafalan karena
perbedaan cara artikulasi.
b. Kesalahan pelafalan pada bunyi konsonan+vokal terjadi pada
silabel [tsu], [tʃi], [ʃi], [ɸɯ], ら[ɾa], [ɾɯ], [ɾe],
[ɾo], [ a], [ i], ず[ ɯ], ぜ[ e], ぞ[ o], [ i], [ ɯ].
Kesalahan pelafalan bunyi diatas sebagian besar adalah bunyi
frikatif. Penyebab terjadinya kesalahan pelafalan bunyi-bunyi
tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya tidak
terdapatnya beberapa bunyi tersebut pada bunyi bahasa Sunda.
Selain itu ada pengurangan dan penggantian fonem.
c. Kesalahan pelafalan pada bunyi konsonan+semi vokal+vokal
terjadi pada silabel ゃ[kja], ゅ[kjɯ], ょ[kjo], ゃ[ʃa],
ゅ[ʃɯ], ょ[ʃo], ゃ[tʃa], ゅ[tʃɯ], ょ[tʃo], にゃ[nja],
にゅ[njɯ], にょ[njo], ゃ[hja], ゅ[hjɯ], ょ[hjo], みゃ[mja],
み ゅ[mjɯ], み ょ[mjo], ゃ[gja], ゃ[gjɯ], ょ[gjo],
ゃ[ a], ゅ[ ɯ], ょ[ o], ゃ[bja], ゅ[bjɯ], ょ[bjo],
ゃ[pja], ゅ[pjɯ], ょ[pjo]. Faktor utama yang menyebabkan
kesalahan tersebut adalah penambahan fonem pada silabel bahasa
102
Astiya Hadiyani, 2014
Analisis Kesalahan Pelapalan Bunyi Bahasa Jepang pada Pebutur Bahasa Sunda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Beberapa penyebab yang terjadi pada kesalahan pelafalan bunyi
bahasa Jepang yang dilafalkan penutur bahasa Sunda adalah.
a. Faktor bahasa ibu;
b. Lama belajar;
c. Faktor kesadaran saat melafalkan bunyi bahasa Jepang; dan
d. Kurangnya pengetahuan tentang ilmu fonetik bahasa Jepang.
3. Upaya untuk mengatasi kesalahan pelafalan bunyi bahasa Jepang pada
penutur bahasa Sunda adalah.
a. Agar pembelajar memahami perbedaan yang terdapat antara bahasa
yang sedang di pelajari dengan bahasa ibunya, perlu diajarkan ilmu
fonetik bahasa Jepang. Dengan belajar ilmu fonetik, khususnya
dengan memahami lambang fonetik pembelajar dapat melafalkan
bunyi bahasa secara benar sesuai dengan cara dan tempat
artikulasinya; dan
b. Sebaiknya lebih banyak latihan pelafalan, seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya bahwa semakin lama belajar kemungkinan
kesalahan semakin kecil. Pelafalan bunyi yang perlu dilatih yaitu
bunyi yang memiliki perbedaan tempat dan cara artikulasi, serta
bunyi-bunyi yang dianggap sulit karena tidak terdapatnya bunyi
tersebut pada bahasa ibu.
B. SARAN
1. Untuk mengetahui kesulitan dalam melafalkan setiap bunyi bahasa Jepang,
sebaiknya dalam pembuatan tes setiap huruf dibuat depan, tengah,
belakang. Khususnya untuk bunyi [n] sebaiknya di buat penelitian lebih
mendalam karena dalam penelitian ini [n] tidak diteliti dengan mendalam
sedangkan bunyi [n] itu adalah bunyi khusus, bunyi [n] ini dipengaruhi
oleh bunyi lain yang mengikutinya maka dari itu bunyinya pun akan
berbeda.
2. Karena dalam penelitian ini responden hanya penutur bahasa Sunda
Astiya Hadiyani, 2014
Analisis Kesalahan Pelapalan Bunyi Bahasa Jepang pada Pebutur Bahasa Sunda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
penelitian ini belum dapat digeneralisasi. Untuk mendapat hasil yang lebih
objektif maka perlu dilakukan penelitian lanjutan, baik dengan responden
yang bukan hanya penutur bahasa Sunda tetapi jumlah responden yang
104
Astiya Hadiyani, 2014
Analisis Kesalahan Pelapalan Bunyi Bahasa Jepang pada Pebutur Bahasa Sunda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Asahi Shimbun Dejitaru [Online]
Tersedia di: http://asahishi.com [8 September 2013]
Chaer. A. (2007). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Dirgandini, M. (2006). “Karakteristik Konsonan dan Vokal Bahasa Jepang”. 5, (2).
40-52
Endang, E.S.S. (2000). “Variasi Fonetik Bahasa Inggris Mahasiswa Penutur Sunda”.
1,1-13
Irwan. (2006). Interferensi Bahasa Daerah Terhadap Perkembangan Bahasa Indonesia. Karya Ilmiah, Fakultas Sastra USU: tidak diterbitkan
Jimmy Wales, Larry Sanger, dkk. (2003). Wikipedia Ensiklopedia Bebas. [Online]
Tersedia di:
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/en/5/5e/IPA_consonants_2005.png [7 Januari 2012]
Kashima, Tanomu. (2002). Nihongo Kyouiku o Mezasu Hitonotameno Kisokara
Manabu Onseigaku. Tokyo: Kabushikikaisha
Isao, Matsumoto. (2009). Onsei o Oshieru. Tokyo: Kabushiki
Mahsun. (2011). Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: Raja Grafindo.
Marsono. (2008). Fonetik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Moto, Itasaka. (1996). Nihon o Shiru. Tokyo: Kabushiki
Munawar, C.T. (2012). Panduan Baca Tulis Aksara Sunda untuk: siswa SMA/ MA/ SMK, Mahasiswa dan Umum. Bandung: Yrama Widya
Astiya Hadiyani, 2014
Analisis Kesalahan Pelapalan Bunyi Bahasa Jepang pada Pebutur Bahasa Sunda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Ogawara, Yoshiro. “Hatsuon Kyouseibamenni Okeru Gakushuushanohatsuonto Kikitorino Kankeinitsuite”. 92. 83-94.
Saito, Yoshiro. (2003). Nihongo Onseigaku Nyuumon. Tokyo: Sanseidou
Setiawan, E. (2012). Kamus Besar Bahasa Indonesia. [Online].
Tersedia di: http://kbbi.web.id/ [6 Januari 2012]
Sudaryat, Y, Prawirasumantri, A dan Yudibrata, K. (2011). Tata Basa Sunda Kiwari. Bandung: Yrama Widya.
Sudjianto dan Dahidi, A. (2007). Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta: Keisant Blanc.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sofianita, Dian. (2011). Implementasi Program Bilingual (Studi Kasus di SD Plus Qurrota A’yun Malang). Tesis, Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah UIN: tidak diterbitkan
Sunarni, N. (2011). “Campur Kode, Interferensi, dan Integrasi dalam Proses Penguasaan Bahasa Jepang (Studi Kasus di Program Sastra Jepang Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran)”. 3, (1). 35-44
Sutedi, D. (2011). Dasar-dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora.
---. (2009). Penelitian Pendidikan Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora.
Tarigan, H.G, (2008). Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa Bandung.
---, (2009). Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa. Bandung: Angkasa Bandung.
Tarigan, H. G dan Tarigan, D. (1995). Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung: Angkasa Bandung.
106
Astiya Hadiyani, 2014
Analisis Kesalahan Pelapalan Bunyi Bahasa Jepang pada Pebutur Bahasa Sunda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Shirai, Yoshio. (2004). Gaikokugo Gakushuuni Seikousuruhito, Shinaihito. Tokyo: Kabushiki
Wicaksono, Galieh. (2013). Teknik Forensika Audio untuk Analisa Barang Bukti Digital. [Online]
Tersedia di: www.researchgate.net [4 November 2013]
Wilson, Ian. (2008). Using Praat and Moodle for TeachingSegmental and
Suprasegmental Pronunciation. [Online]
Tersedia di: web-ext.u-aizu.ac.jp [10 Agustus 2013]