• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KESALAHAN PELAFALAN BUNYI BAHASA JEPANG PADA PENUTUR BAHASA SUNDA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KESALAHAN PELAFALAN BUNYI BAHASA JEPANG PADA PENUTUR BAHASA SUNDA."

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KESALAHAN PELAFALAN BUNYI BAHASA JEPANG PADA PENUTUR BAHASA SUNDA

TESIS

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Bahasa

Jepang

Oleh

Astiya Hadiyani

NIM 1107281

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN BAHASA JEPANG SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

Oleh

Astiya Hadiyani

S.Pd UPI Bandung, 2011

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang

© Astiya Hadiyani 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

(3)
(4)
(5)

v

Astiya Hadiyani, 2014

Analisis Kesalahan Pelapalan Bunyi Bahasa Jepang pada Pebutur Bahasa Sunda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR BAGAN ... x

DAFTAR GRAFIK ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Sistematika Pembahasan ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Analisis Kesalahan ... 8

B. Fonetik ... 9

1. Lambang Bunyi Bahasa ... 9

2. Unsur Suprasegmental ... 10

3. Ciri Distingtif ... 13

4. Fonetik Bahasa Jepang ... ... 18

a. Alat Ucap dalam Fonetik Jepang ... 20

b. Bunyi Vokal Bahasa Jepang ... 21

c. Bunyi Konsonan Bahasa Jepang ... 24

5. Fonetik Bahasa Sunda ... 34

(6)

vi

Astiya Hadiyani, 2014

Analisis Kesalahan Pelapalan Bunyi Bahasa Jepang pada Pebutur Bahasa Sunda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. Penelitian Terdahulu ... 53

BAB III METODE PENELITIAN ... 59

A. Jenis Metode Penelitian ... 59

B. Langkah-Langkah Penelitian ... 60

C. Teknik Pengumpulan Data... 61

1. Instrumen Tes ... 61

2. Instrumen Wawancara ... 62

D. Sumber Data ... 62

E. Teknik Pengolahan Data ... 63

1. Pengolahan Data Tes ... 63

2. Pengolahan Data Wawancara ... 67

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 68

A. Pengambilan Data ... 68

B. Analisis Data Tes ... 68

1. Pelafalan Bunyi Bahasa Jepang dalam Bentuk Huruf ... 70

2. Pelafalan Bunyi Bahasa Jepang dalam Bentuk Kata, Kalimat, dan Wacana ... 77

C. Hasil Analisis Wawancara ... 85

D. Pembahasan ... 90

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 101

A. Kesimpulan ... 101

B. Saran ... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 104

(7)

ii

Astiya Hadiyani, 2014

Analisis Kesalahan Pelapalan Bunyi Bahasa Jepang pada Pebutur Bahasa Sunda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Astiya Hadiyani (2014)

Analisis Kesalahan Pelafalan Bunyi Bahasa Jepang Pada Penutur Bahasa Sunda

Dalam pembelajaran bahasa asing, berbicara merupakan salah satu keterampilan yang perlu dikuasai oleh pembelajar. Namun dalam pelaksanaannya seringkali terjadi kendala, salah satunya adalah perbedaan fonem pada kedua bahasa. Perbedaan fonem pada kedua bahasa ini pastinya akan menyebabkan kesulitan dalam melafalkan bunyi bahasa, hal ini akan berpengaruh terhadap keterampilan berbicara. Terkadang kesalahan dalam melafalkan bunyi bisa menghambat kelancaran dalam berkomunikasi. Penutur bahasa Sunda diprediksi memiliki beberapa kesulitan dalam melafalkan bunyi, selain itu terdapat beberapa perbedaaan antara bunyi bahasa Sunda dan bunyi bahasa Jepang. Maka dari itu peneliti bermaksud menganalisis kesalahan pelafalan bunyi bahasa Jepang pada penutur bahasa Sunda. Responden dalam penelitian ini adalah penutur bahasa Sunda yang sedang mempelajari bahasa Jepang. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui kesalahan pelafalan bunyi bahasa Jepang pada Penutur bahasa Sunda. Selain itu penelitian ini juga mencoba menjabarkan penyebab terjadinya kesalahan pelafalan bunyi bahasa Jepang pada penutur bahasa Sunda, dan yang terakhir penelitian ini bertujuan mencari solusi dalam mengatasi kesalahan pelafalan bunyi bahasa Jepang pada penutur bahasa Sunda. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, yang bermaksud memaparkan fenomena yang terjadi pada saat penutur Sunda melafalkan bunyi bahasa Jepang. Dalam penelitian ini, terdapat dua jenis data, yang pertama data hasil rekaman pelafalan dan yang kedua data hasil wawancara. Penelitian ini ditempuh dengan tiga tahap, yaitu pengumpulan data, analisis data, dan penyimpulan hasil analisa. Pengumpulan data dilakukan dengan metode simak dan teknik sadap rekam. Dalam proses menganalisis data dibantu dengan software Praat. Dari hasil penelitian ini, terdapat bunyi-bunyi bahasa Jepang yang sulit dilafalkan oleh penutur bahasa Sunda. Sebagian besar kesalahan pelafalan terjadi pada bunyi frikatif. Bunyi yang sulit dilafalkan rata-rata karena perbedaan tempat dan cara artikulasi, selain itu karena perbedaan bunyi yang memang tidak terdapat pada bunyi bahasa Sunda. Faktor lain yang mempengaruhi kesulitan penutur bahasa Sunda dalam melafalkan bunyi bahasa Jepang adalah lamanya belajar, faktor kesadaran saat melafalkan bunyi dan yang terakhir adalah kurangnya pengetahuan mengenai ilmu fonetik.

(8)

Astiya Hadiyani, 2014

Analisis Kesalahan Pelapalan Bunyi Bahasa Jepang pada Pebutur Bahasa Sunda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dalam pembelajaran bahasa asing, berbicara merupakan salah satu

keterampilan yang perlu dikuasai oleh pembelajar. Sebagaimana dikemukakan

oleh Tarigan (2008:1) bahwa:

“keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan membaca (reading skills), dan keterampilan menulis (writing skills). Setiap keterampilan itu, berhubungan erat sekali dengan tiga keterampilan lainnya dengan cara yang beraneka-ragam. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, biasanya kita melalui suatu hubungan urutan yang teratur: mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa, kemudian berbicara

sesudah itu kita belajar membaca dan menulis…”

Dalam proses pembelajaran bahasa asing ada beberapa faktor yang

perlu diperhatikan, agar empat keterampilan yang perlu dikuasai bisa tercapai

dengan baik. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sofianita (20011:24)

bahwa “….faktor-faktor yang berkaitan dengan keberhasilan dalam pembelajaran bahasa asing, adalah faktor usia, faktor motivasi, lingkungan,

dan juga faktor bahasa ibu‟‟.

Dalam mempelajari bahasa Jepang, khususnya dalam keterampilan

berbicara ada masalah yang sering muncul pada pembelajarannya. Salah satu

faktor yang mempengaruhinya adalah kesalahan dalam pelafalan. Kesalahan

dalam pelafalan pada proses berbicara dapat menghambat komunikasi. Hal ini

sejalan dengan pendapat Lado dalam Endang (2000:2) yang menyatakan

bahwa „pesan dalam komunikasi akan diterima dengan baik oleh komunikan apabila mempertimbangkan kaidah bahasa yang benar misalnya seperti kaidah

pelafalan, pembentukan kata struktur kalimat.‟Mengacu pada pendapat diatas

dapat disimpulkan bahwa pelafalan adalah suatu unsur penting dalam kegiatan

(9)

2

Astiya Hadiyani, 2014

Analisis Kesalahan Pelapalan Bunyi Bahasa Jepang pada Pebutur Bahasa Sunda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

“Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang

pada kehidupan anak, yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan

pada masa tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar dipelajari” (Tarigan,

2008:3). Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa keterampilan

berbicara erat hubungannya dengan keterampilan menyimak seorang anak.

Dimana keterampilan seorang anak dalam menyimak tidak lepas dari proses

pemerolehan bahasa ibunya. Dari proses penyimak biasanya seorang anak

akan meniru. Sebagaimana dikemukakan oleh Tarigan (2009:4) „Di dalam

PB1 (pemerolehan bahasa pertama), anak-anak menguasai bahasa ibunya

dengan peniruan.‟

Keterampilan seorang anak dalam berbicara tidak bisa terlepas dari

bahasa ibu yang digunakannya. Dari pemerolehan bahasa ibu biasanya akan

terjadi interferensi dalam pembelajaran bahasa asing, seperti yang

diungkapkan Tarigan (2008:6) dimana „penyebab utama atau penyebab

tunggal kesulitan belajar dan kesalahan dalam pengajaran bahasa asing adalah

interferensi bahasa ibu.‟

Pendapat lain yaitu Shirai (2004: 36) mengemukakan bahwa ”dalam

pelafalan terdapat interferensi bahasa ibu yang kuat. Begitu besarnya

interferensi bahasa ibu tersebut sehingga bahasa ibu seseorang dapat ditebak

dari karakteristik saat pelafalan dilakukan. Terkadang interferensi bahasa ibu

ini menimbulkan kesalahan pada pelafalan bahasa kedua. “

Di Indonesia pada proses pembelajaran bahasa Jepang, ilmu fonetik

masih belum begitu dipelajari secara khusus. Maka dari itu kesalahan

pelafalan pun masih sulit untuk diperbaiki. Walau bagaimana pun perlu waktu

dan proses untuk memperbaikinya, karena tidak mudah memperbaiki

kesalahan pelafalan pada bahasa asing. Perlu perhatiaan khusus untuk

mengatasi masalah dalam kesalahan pelafalan ini. Banyak yang mengabaikan

kesalahan pelafalan dalam proses pembelajaran, namun alangkah baiknya

(10)

Astiya Hadiyani, 2014

Analisis Kesalahan Pelapalan Bunyi Bahasa Jepang pada Pebutur Bahasa Sunda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mencari solusi dari setiap masalah. Khususnya bagi para pengajar, penting

untuk mencari solusi dari setiap masalah yang dihadapi siswanya. Sekecil apa

pun masalah itu pengajar sebaiknya memperbaikinya. Saat timbul masalah

pada pembelajar, alangkah lebih baik pengajar segera menyelesaikannya.

Seperti yang di ungkapakan (Muneo, 1988: 11), „upaya perbaikan lebih awal akan mendatangkan hasil yang lebih baik daripada setelah mereka terbiasa

dengan ucapan yang salah.‟

Sebagian besar masyarakat di Indonesia menggunakan bahasa ibunya

masing-masing mulai dari kanak-kanak sampai dewasa baik di lingkungan

rumah atau di lingkungan sosialnya. Oleh karena itu diperkirakan masyarakat

Indonesia akan terbiasa menggunakan alat-alat ujarnya dengan kebiasaan

bahasa ibunya. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, tidak sedikit yang

berpendapat bahwa faktor bahasa ibu menjadi penghambat pembelajaran

bahasa kedua atau bahasa asing, khususnya dalam bidang fonetik. Salah satu

penyebabnya adalah perbedaan fonem pada kedua bahasa, yaitu antara bahasa

ibu dan bahasa yang sedang dipelajari. Dampak yang ditimbulkan dari

kesalahan pelafalan ini dapat menimbulkan kekeliruan makna. Selain itu juga

dapat menimbulkan salah interpretasi. Contohnya pada saat pembelajar

berbicara dengan penutur asli. Saat kesalahan pelafalan itu muncul maka

lawan bicara akan merasa kebingungan dan akan menimbulkan komunikasi

yang tidak lancar. Perhatikan contoh berikut, ketika seorang pembelajar ingin

mengatakan “つき” yang artinya adalah “bulan” tetapi dilafalkan dengan kata “すき” yang berarti “suka” atau dilafalkan dengan kata “ちゅき”. Dari contoh

berikut terlihat adanya perubahan fonem bahasa Jepang yang diucapkan

pembelajar. Contoh lainnya, pada kata “ふらす” yang artinya “menurunkan” tetapi dilafalkan “ぷ ら す” yang artinya “tambahan”. Dari contoh kedua,

dengan pelafalan yang tidak tepat akan menghasilkan interpretasi yang salah

pada sebuah komunikasi, dimana pesan yang ingin disampaikan tidak dapat

diterima dengan baik oleh lawan bicara. Selain itu pada proses pembelajaran

(11)

4

Astiya Hadiyani, 2014

Analisis Kesalahan Pelapalan Bunyi Bahasa Jepang pada Pebutur Bahasa Sunda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

fonetik. Contohnya apabila pengajaran bahasa Jepang ditulis dengan huruf

romaji, maka pembelajar cenderung membacanya dengan apa adanya. Hal ini

pun merupakan salah satu faktor timbulnya kesalahan saat pelafalan.

Terkadang seseorang memahami bunyi [z] adalah [j] bukan [z],

begitu juga fonem /f/ yang harus dilafalkan [p] bukan [f]. Akan tetapi tidak

banyak yang bisa melafalkannya secara tepat sesuai dengan apa yang di

sadarinya. Di Indonesia masyarakat Sunda dianggap memiliki kesulitan dalam

melafalkan beberapa fonem. Fonem yang sering dianggap sulit dilafalkan

adalah fonem /f/ dan /z/. Sebenarnya fonem /f/ dan /z/ bukanlah fonem yang

asing atau baru dipelajari orang Sunda di Indonesia, karena mayoritas

penduduknya beragama Islam dan pastinya belajar membaca Al-Quran. Saat

belajar mengaji fonem /f/ dan /z/ pun dipelajari. Selain itu dalam bahasa

Indonesia fonem /f/ dan /z/ telah menjadi bahasa serapan. Akan tetapi tidak

banyak yang melakukan kesalahan pada saat melafalkannya. Hal ini

dikarenakan pada bahasa Sunda tidak mengenal fonem /f/ dan /z/.

Masyarakat Sunda ketika mempelajari bahasa Jepang diprediksi

memiliki kesulitan dalam pelafalan beberapa fonem-fonem tertentu. Hal ini

dikarenakan pada bahasa Sunda tidak memiliki fonem yang serupa dengan

yang terdapat dalam bahasa Jepang. Sebagaimana yang dikemukakan oleh

(Sudaryat, Prawirasumantri, dan Yudibrata, 2011: 21-22) bahwa konsonan

dalam bahasa Sunda ada 18 yaitu, /b/, /c/, /d/, /g/, /h/, /j/, /k/, /l/, /m/, /n/, /ny/,

/ng/, /p/, /r/, /s/, /t/, /w/, dan /y/. Dari hasil paparan di atas bisa terlihat bahwa

adanya perbedaan konsonan bahasa Sunda dengan bahasa Jepang, diantaranya

tidak terdapatnya huruf /f/ dan /z/. Selain terdapatnya perbedaan fonem, jika

dilihat dari cara dan tempat artikulasi pun terdapat perbedaan antara bunyi

bahasa Jepang dan bunyi bahasa Sunda. Contohnya vokal /a/ pada bahasa

Jepang jika dilihat dari cara artikulasinya diucapkan dengan bibir yang tidak

(12)

Astiya Hadiyani, 2014

Analisis Kesalahan Pelapalan Bunyi Bahasa Jepang pada Pebutur Bahasa Sunda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dari fenomena yang ada terlihat perbedaan fonem dua bahasa dapat

menyebabkan seseorang kesulitan dalam melafalkan bunyi dan cenderung

akan menggatinya dengan silabel yang di anggap mendekati atau mirip.

Contohnya orang Sunda sering melafalkan kata “fitnah” dan menggantinya

dengan kata “pitnah”, selain itu kata ”izin” sering dilafalkan “ijin”.

Dengan adanya permasalahan diatas, perlu upaya untuk mengurangi

bahkan menghindari permasalahan tersebut. Sebagaimana yang dikatakan

(Sutedi, 2011: 221), “Sekurang-kurangnya kesalahan berbahasa (goyou) akibat pengaruh atau interferensi bahasa ibu (bogo-kanshou) pada pembelajar kedua

bahasa tersebut bisa dikurangi bahkan bisa dihindari”.

Banyak orang yang perpendapat sulit dalam mengukur pelafalan

seseorang, dan salah satu cara terbaik adalah dengan menggunakan native

speaker. Namun di zaman modern seperti saat ini, masalah seperti yang telah

dipaparkan di atas bukanlah satu masalah yang besar jika native speaker tidak

ada, karena sekarang sudah ada software Praat yang bisa membantu meneliti

bidang fonetik.

Berdasarkan asumsi adanya masalah yang timbul dari kesalahan

pelafalan maka peneliti beranggapan pentingnya penelitian ini dilakukan.

Maka dari itu peneliti bermaksud meneliti tentang “Analisis Kesalahan

Pelafalan Bunyi Bahasa Jepang pada Penutur Bahasa Sunda”. B. Rumusan dan Batasan Masalah

Seperti sudah dipaparkan sebelumnya, rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. kesalahan bunyi bahasa Jepang apa yang terjadi pada penutur bahasa

Sunda?

2. apakah penyebab kesalahan tersebut?

(13)

6

Astiya Hadiyani, 2014

Analisis Kesalahan Pelapalan Bunyi Bahasa Jepang pada Pebutur Bahasa Sunda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Agar permasalahan lebih jelas dan tidak meluas, penulis membatasi

pada hal-hal yang berkaitan dengan masalah di atas, yaitu:

1. penelitian ini hanya akan meneliti kesulitan dalam pelafalan bunyi bahasa

Jepang yaitu [a] sampai [N] pada penutur bahasa Sunda;

2. penelitian ini hanya akan meneliti penyebab kesalahan pada pelafalan

bunyi bahasa Jepang pada penutur bahasa Sunda, khususnya yang

berbahasa ibu bahasa Sunda;

3. penelitian akan mencari upaya untuk mengatasi kesalahan pelafalan bunyi

bahasa Jepang pada penutur bahasa Sunda.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang diteliti maka penelitian ini bertujuan

untuk mendeskripsikan:

1. bunyi bahasa Jepang yang dianggap sulit dilafalkan oleh penutur bahasa

Sunda;

2. penyebab kesalahan pelafalan bunyi bahasa Jepang yang terjadi pada

penutur bahasa Sunda;

3. upaya untuk mengatasi kesalahan pelafalan bunyi bahasa Jepang pada

penutur bahasa Sunda.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini antara lain sebagai berikut:

1. hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan teori yang

dapat mendeskripsikan ilmu linguistik, khususnya dalam bidang fonetik;

2. membantu untuk memprediksi, memahami, dan menyelesaikan masalah

yang mungkin terjadi dalam kesalahan pelafalan khususnya pada huruf

yang diteliti;

3. bagi pembelajar diharapkan membantu menyadarkan, menghindari,

bahkan diharapkan bisa memperbaiki kesalahan yang dilakukan dalam

(14)

Astiya Hadiyani, 2014

Analisis Kesalahan Pelapalan Bunyi Bahasa Jepang pada Pebutur Bahasa Sunda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. bagi para pengajar diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan

untuk membantu dalam pengajaran ilmu lingusitik khususnya bidang

fonetik, agar dapat mengurangi bahkan menghindari kesalahan pada

pelafalan pembelajar;

5. bagi penulis sendiri penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan dalam ilmu

linguistik khusunya dalam bidang fonetik.

E. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian ini penulis membagi menjadi beberapa bab, yaitu

sebagai berikut:

Bab I

Pendahuluan, berisikan ringkasan mengenai latar belakang masalah, rumusan

dan batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika

penulisan.

Bab II

Kajian teori, berisikan ulasan teori mengenai analisis kesalahan, ilmu fonetik

(bahasa Jepang dan bahasa Sunda), penelitian terdahulu.

Bab III

Metodelogi penelitian, yang berisi sumber data, metode penelitian dan teknik

penelitian yang rinci mengenai teknik pengumpulan data dan teknik analisis

data.

Bab IV

Hasil penelitian, berisikan tentang hasil penelitian menganai Analisis

Kesalahan Pelafalan Bunyi Bahasa Jepang pada Penutur Bahasa Sunda.

Bab V

(15)

59

Astiya Hadiyani, 2014

Analisis Kesalahan Pelapalan Bunyi Bahasa Jepang pada Pebutur Bahasa Sunda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Metode Penelitian

Penelitian ini berupaya untuk menjabarkan suatu fenomena yang

terjadi akibat perbedaan bunyi antara dua bahasa, yaitu perbedaan antara ada

bunyi bahasa Jepang dan bunyi bahasa Sunda. Oleh karena itu penelitian ini

menggunakan metode kualitatif yang besifat deskriptif.

Metode kualitatif adalah penelitian yang datanya bukan berupa

angka-angka dan tidak perlu diolah dengan menggunakan metode statistik. Data

penelitian dapat berupa kalimat, rekaman atau dalam bentuk yang lainnya.

(Sutedi, 2009: 23).

Sedangkan penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan untuk

menggambarkan, menjabarkan suatu fenomena yang terjadi saat ini dengan

menggunakan prosedur ilmiah untuk menjawab masalah secara aktual (Sutedi,

2009: 58).

Dalam penelitian ini akan ditempuh tiga tahapan, yaitu dengan tahapan

pengumpulan data, analisis data, dan dan hasil analisis data. Pengumpulan

data dilakukan dengan metode simak dan teknik sadap rekam.

Alasan digunakannya metode simak karena penelitian ini diperoleh

dengan cara menyimak pelafalan bunyi bahasa Jepang yang dilafalakan oleh

penutur bahasa Sunda yang sedang mempelajari bahasa Jepang. Menurut

Mahsun (2011: 92) metode simak adalah cara memperoleh data dilakukan

dengan menyimak penggunaan bahasa.

Selanjutnya alasan memilih teknik rekam karena peneliti akan

merekam pelafalan bunyi bahasa Jepang yang dituturkan oleh penutur bahasa

Sunda yang sedang mempelajari bahasa Jepang. Menurut Mahsun (2011: 93)

teknik rekam ini memungkinkan terjadi jika bahasa yang diteliti adalah bahasa

(16)

Astiya Hadiyani, 2014

Analisis Kesalahan Pelapalan Bunyi Bahasa Jepang pada Pebutur Bahasa Sunda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Langkah-Langkah Penelitian

Untuk dapat menjawab masalah yang telah dirumuskan, peneliti

melakukan langkah sebagai berikut:

1. membuat instrumen penelitian;

2. merekam pelafalan orang Jepang;

3. memberikan tes pada sampel;

4. melakukan wawancara;

5. menganalisis pelafalan bunyi bahasa Jepang yang dilafalkan penutur

bahasa Sunda dengan dibantu software Praat;

6. menganalisis hasil wawancara;

7. menyajikan hasil analisis data rekaman dan hasil wawancara.

Langkah pertama adalah membuat instrumen tes yang berupa

bunyi bahasa Jepang. Instrumen ini dikumpulkan dari beberapa sumber yaitu,

buku Onsei o Oshieru, Nihon o shiru, kamus Kenji Matsura dan Asahi Shibun

Dejitaru.

Langkah kedua merekam instrumen tes yang telah disusun untuk

dibaca oleh expert yaitu orang Jepang yang berasal dari daerah Tokyo yang

dianggap sebagai dialek nasional dari bangsa Jepang. Data yang diperoleh

sebagai patokan untuk pembanding pada proses menganalisi data.

Langkah ketiga adalah adalah memberikan tes pada sampel yang

bertujuan untuk menyimak pelafalan bunyi bahasa Jepang pada mahasiswa

yang berbahasa ibu bahasa Sunda dengan cara di rekam di studio rekaman.

Alasan dilakukannya perekaman di studio adalah untuk menghindari faktor

lain yang tidak diharapkan, seperti suara bising yang mungkin akan

berpengaruh pada pelafalan sampel yang akan direkam.

Langkah keempat adalah melakukan wawancara pada sampel. Data

hasil wawancara ini sebagai data untuk menggali faktor penyebab terjadinya

kesalahan dalam pelafalan bahasa Jepang yang terjadi pada penutur bahasa

Sunda yang sedang mempelajari bahasa Jepang.

Langkah kelima menganalisis pelafalan bunyi bahasa Jepang yang

(17)

61

Astiya Hadiyani, 2014

Analisis Kesalahan Pelapalan Bunyi Bahasa Jepang pada Pebutur Bahasa Sunda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Praat adalah software yang biasa membantu penelitian di bidang fonetik.

Software Praat yang dibuat oleh Paul Boersma dan David Weenink dari

University of Amsterdam .

Langkah keenam adalah menganalisis data wawancara. Hasil dari

data angket yang diperoleh dari mahasiswa diharapkan bisa membantu

menjawab rumusan masalah.

Langkah terakhir adalah menyajikan hasil analisis data rekaman

dan data hasil wawancara. Hasil analisis data rekaman dan data hasil

wawancara akan disajikan dalam bentuk persentase dan dipaparkan secara

jelas. Dari hasil ini akan terlihat kesalahan pelafalan bunyi bahasa Jepang serta

faktor penyebab kesalahan pelafalan yang terjadi pada penutur bahasa Sunda

yang sedang mempelajari bahasa Jepang.

C. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu data tentang

pelafalan bunyi bahasa Jepang yang dilafalkan penutur bahasa Sunda yang

sedang mempelajari bahasa Jepang dan data pendukung untuk membantu

menjawab rumusan masalah.

Untuk memperoleh data tersebut digunakan instrumen penelitian

yang berupa tes dan wawancara.

1. Instrumen Tes

Tes yang diberikan bertujuan untuk memperoleh data rekaman

pelafalan bunyi bahasa Jepang pada penutur bahasa Sunda. Alasan

digunakannya tes adalah untuk menjaring data melalui perekaman mengenai

kemampuan pelafalan penutur bahasa Sunda yang sedang mempelajari bahasa

Jepang dalam melafalkan bunyi bahasa Jepang. Materi tes dalam penelitian ini

terdiri dari bunyi bahasa Jepang. Tes disajikan sebanyak 104 bunyi yang

dibagi ke dalam dua bagian yaitu, pertama yaitu bunyi bahasa Jepang dalam

bentuk silabel, kemudian yang kedua bunyi bahasa Jepang dalam bentuk

kosakata,kalimat, dan wacana. Alasan adanya dua jenis tes adalah untuk

(18)

Astiya Hadiyani, 2014

Analisis Kesalahan Pelapalan Bunyi Bahasa Jepang pada Pebutur Bahasa Sunda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bahasa Jepang dalam huruf cenderung akan lebih disadari dari jenis tes dalam

bentuk kosakata, kalimat maupun wacana.

Untuk menjaga validitas soal tes yang diberikan peneliti menyusun

setiap soal yang berupa kalimat dan wacana dengan tidak mengacu pada buku

teks yang biasa digunakan di FPBS UPI. Tujuannya agar mahasiswa tidak

mengenal kalimat maupun wacana yang diberikan saat tes. Tujuan dari tes ini

untuk mengetahui kesalahan pelafalan bunyi bahasa Jepang pada penutur

bahasa Sunda yang sedang mempelajari bahasa Jepang.

2. Wawancara

Wawancara pada penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data

kualitatif. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk

wawancara semiterstruktur. Wawancara Semiterstruktur termasuk dalam

kategori in-dept interview, di mana dalam pelaksanaanya lebih bebas bila

dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini

adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana fihak

yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya (Sugiyono, 2008:

233).

Bentuk wawancara yang dilakukan untuk menjaring data pribadi

termasuk informasi mengenai:

1. bahasa ibu, tempat yang pernah ditinggali, dan lamanya belajar bahasa

Jepang;

2. alasan tentang kesulitan dalam pelafalan termasuk kesulitan dalam

melafalkan bunyi bahasa Jepang; dan

3. pendapat tentang ilmu fonetik.

D. Sumber Data

Data pada penelitian ini berupa data kualitatif, sebagimana telah

dijelaskan sebelumnya bahwa data kualitatif diperoleh dengan tes dan

wawancara.

Sumber atau populasi penelitian ini adalah pembelajar bahasa Jepang,

(19)

63

Astiya Hadiyani, 2014

Analisis Kesalahan Pelapalan Bunyi Bahasa Jepang pada Pebutur Bahasa Sunda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sampel dari penelitian ini adalah mahasiswa tingkat I-IV yang berbahasa ibu

bahasa Sunda sebanyak sembilan mahasiswa yang terdiri dari tiga mahasiswa

dengan level Jyoukyuu, tiga mahasiswa dengan level Chuukyuu, dan tiga

mahasiswa dengan level Shokyuu. Teknik penyempelan yang digunakan

dalam penelitian ini adalah teknik stratifikasi. Alasan digunakannya teknik

stratifikasi ini karena karakter populasinya bervariasi (Sutedi, 2009: 181).

E. Teknik Analisis Data 1. Analisis Data Tes

Data hasil tes akan diolah dengan menggunakan software Praat

yang dibuat oleh Paul Boersma dan David Weenink dari University of

Amsterdam. Adapun teknik pengolahan datanya adalah sebagai berikut.

a. Mengelompokkan jenis data.

Data yang diolah akan dibedakan menjadi dua jenis yaitu untuk jenis

pertama huruf dan untuk jenis yang kedua adalah kosakata, kalimat, dan

wacana.

b. Memotong data.

Seluruh data hasil rekaman pada akhirnya akan dianalisis dalam bentuk

silabel. Untuk jenis kata langsung dipotong menjadi silabel, sedangkan

kalimat dipotong menjadi kata terlebih dahulu yang akhirnya dipotong

menjadi silabel, sedangkan bentuk wacana akan dipotong-potong menjadi

bentuk kalimat yang selanjutnya akan dipotong menjadi bentuk kata dan

akhirnya dipotong menjadi bentuk silabel.

c. Membuat Kategori Bunyi

Sebelum melakukan analisis dibuat kategori jenis bunyi, seperti dibawah

ini.

1. Kategori yang pertama ini terdiri dari lima bunyi vokal, seperti yang

terdapat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.1

Kategori 1

(20)

Astiya Hadiyani, 2014

Analisis Kesalahan Pelapalan Bunyi Bahasa Jepang pada Pebutur Bahasa Sunda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Kategori kedua terdiri dari 39 bunyi konsonan+vokal, seperti yang

terdapat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.2

Kategori 2

3. Kategori yang ketiga terdiri dari 21 bunyi konsonan+semi vokal, seperti

yang terdapat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.3

Kategori 3

4. Kategori keempat terdiri dari 20 bunyi konsonan+vokal (dakuon), seperti

yang terdapat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.4

Kategori 4

[ka] [ki] [kɯ] [ke] [ko]

[sa] [ʃi] [sɯ] se] [so]

[ta] [ʧi] [tsu] [te] [to]

[na] [ i] [nu] [ne] [no]

[ha] [çi] [ ɸi] [he] [ho]

[ma] [mi] [mu] [me] [mo]

[ɾa] [ɾi] [ɾɯ] [ɾe] [ɾo]

[kja] [kjɯ] [kjo]

[ʃa] [ʃɯ] [ʃo]

[ʧa] [ʧɯ] [ʧo]

[ a] [ ɯ] [ o]

[ça] [çɯ] [ço]

[mja] [mjɯ] [mjo]

[ɾja] [ɾjɯ] [ɾjo]

[ga] [gi] [gɯ] [ge] [go]

(21)

65

Astiya Hadiyani, 2014

Analisis Kesalahan Pelapalan Bunyi Bahasa Jepang pada Pebutur Bahasa Sunda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5. Kategori kelima terdiri dari sembilan bunyi konsonan+semi vokal (dakuon),

seperti yang terdapat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.5

Kategori 5

6. Kategori keenam terdiri dari lima bunyi konsonan+vokal (handakuon),

seperti yang terdapat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.6

Kategori 6

7. Kategori ketujuh ini terdiri dari tiga bunyi konsonan+semi vokal

(handakuon) , seperti yang terdapat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.7

Kategori 7

8. Kategori jenis kesalahan yang terakhir ini semi vokal dan bunyi khusus

terdiri dari enam huruf, seperti yang terdapat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.8

Kategori 8

[ja] [jɯ] [jo]

[wa] [N] [o]

[da] [dʓi] [dɯ] [de] [do] [ba] [bi] [bɯ] [be] [bo]

[gja] [gjɯ] [gjo]

[dʓa] [dʓɯ] [dʓo]

[bja] [bjɯ] [bjo]

[pa] [pi] [pɯ] [pe] [po]

(22)

Astiya Hadiyani, 2014

Analisis Kesalahan Pelapalan Bunyi Bahasa Jepang pada Pebutur Bahasa Sunda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d. Menganalisis data.

Pelafalan (per-silabel/kata) yang diperoleh dari sampel akan di bandingkan

dengan pelafalan orang Jepang yang telah direkam pelafalannya sesuai

dengan instrument tes yang telah disusun. Untuk menghindari subjektifitas

peneliti akan membandingkan pelafalan orang jepang dengan pelafalan

yang terdapat dalam CD buku pelajaran Onsei o oshieru , yang bertujuan

untuk membuktikan kemiripan dalam pembentukan sebuah bunyi dari

orang Jepang. Kemudian dua pelafalan orang Jepang akan dibandingkan

dan diliat perbedaannya dengan responden penutur bahasa Sunda yang

dibantu oleh software Praat.

Analisis pelafalan yang dibantu oleh software Praat ini telah

banyak dilakukan dan salah satunya oleh Wilson. Wilson menggunakan

software Praat untuk pengajaran pelafalan. Maka dari itu peneliti

bermaksud mengadopsi cara menganalisis pelafalan dengan cara yang

telah dilakukan Wilsom.

Dalam penelitian ini data yang dianalisis diinterpretasikan dengan

beberapa pedoman, yaitu melihat formant dan spectrogram yang

ditampilkan software Praat, dan yang terakhir dengan cara didengarkan.

Setelah pelafalan bunyi dianalisis akan dilakukan pentranskripsian data

dan akan dilakukan pendeskripsian hasil analisis. Perhitungan kesalahan

pelafalan bunyi bahasa Jepang pada penutur bahasa Sunda adalah sebagai

berikut:

� =� x 100%

Keterangan.

P: persentase frekuensi kesalahan pelafalan bunyi bahasa Jepang

f: jumlah kesalahan bunyi bahasa Jepang

(23)

67

Astiya Hadiyani, 2014

Analisis Kesalahan Pelapalan Bunyi Bahasa Jepang pada Pebutur Bahasa Sunda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut kemudian diinterpretasikan

sebagai berikut.

Tabel 3.9

Pedoman Interpretasi Tes

Persentase (%) Penafsiran

81%-100% Sangat tinggi

61%-80% Tinggi

41%-60% Sedang

21%-40% Rendah

0%-20% Sangat Rendah

e. Penyajian hasil analisis data.

Setelah proses pendeskripsian data selesai akan dilakukan identifikasi

data, dimana data akan di kelompokkan menjadi dua jenis, yaitu kesalahan

pelafalan pada dua jenis tes, kemudian akan dilakukan pemaparan hasil

dari kesalahan kedua jenis tes tersebut sesuai dengan kategori yang telah

disusun.

2. Pengolahan Data Wawancara

Selanjutnya untuk data hasil wawancara yang diperoleh dianalisis

melalui beberapa tahap yaitu:

1. memaparkan setiap jawaban hasil wawancara,

2. menginterpretasi serta membuat kesimpulan dari hasil yang diperoleh.

(24)

Astiya Hadiyani, 2014

Analisis Kesalahan Pelapalan Bunyi Bahasa Jepang pada Pebutur Bahasa Sunda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan data tes yang telah dianalisis, maka kesimpulan dari

penelitian ini adalah.

1. Kesalahan bunyi bahasa Jepang yang terjadi pada penutur bahasa

Sunda adalah.

a. Kesalahan pelafalan pada bunyi vokal terjadi pada silabel あ [a],

う[u], danお [o]. Penyebab terjadinya kesalahan pelafalan karena

perbedaan cara artikulasi.

b. Kesalahan pelafalan pada bunyi konsonan+vokal terjadi pada

silabel [tsu], [tʃi], [ʃi], [ɸɯ], ら[ɾa], [ɾɯ], [ɾe],

[ɾo], [ a], [ i], ず[ ɯ], ぜ[ e], ぞ[ o], [ i], [ ɯ].

Kesalahan pelafalan bunyi diatas sebagian besar adalah bunyi

frikatif. Penyebab terjadinya kesalahan pelafalan bunyi-bunyi

tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya tidak

terdapatnya beberapa bunyi tersebut pada bunyi bahasa Sunda.

Selain itu ada pengurangan dan penggantian fonem.

c. Kesalahan pelafalan pada bunyi konsonan+semi vokal+vokal

terjadi pada silabel ゃ[kja], ゅ[kjɯ], ょ[kjo], ゃ[ʃa],

ゅ[ʃɯ], ょ[ʃo], ゃ[tʃa], ゅ[tʃɯ], ょ[tʃo], にゃ[nja],

にゅ[njɯ], にょ[njo], ゃ[hja], ゅ[hjɯ], ょ[hjo], みゃ[mja],

み ゅ[mjɯ], み ょ[mjo], ゃ[gja], ゃ[gjɯ], ょ[gjo],

ゃ[ a], ゅ[ ɯ], ょ[ o], ゃ[bja], ゅ[bjɯ], ょ[bjo],

ゃ[pja], ゅ[pjɯ], ょ[pjo]. Faktor utama yang menyebabkan

kesalahan tersebut adalah penambahan fonem pada silabel bahasa

(25)

102

Astiya Hadiyani, 2014

Analisis Kesalahan Pelapalan Bunyi Bahasa Jepang pada Pebutur Bahasa Sunda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Beberapa penyebab yang terjadi pada kesalahan pelafalan bunyi

bahasa Jepang yang dilafalkan penutur bahasa Sunda adalah.

a. Faktor bahasa ibu;

b. Lama belajar;

c. Faktor kesadaran saat melafalkan bunyi bahasa Jepang; dan

d. Kurangnya pengetahuan tentang ilmu fonetik bahasa Jepang.

3. Upaya untuk mengatasi kesalahan pelafalan bunyi bahasa Jepang pada

penutur bahasa Sunda adalah.

a. Agar pembelajar memahami perbedaan yang terdapat antara bahasa

yang sedang di pelajari dengan bahasa ibunya, perlu diajarkan ilmu

fonetik bahasa Jepang. Dengan belajar ilmu fonetik, khususnya

dengan memahami lambang fonetik pembelajar dapat melafalkan

bunyi bahasa secara benar sesuai dengan cara dan tempat

artikulasinya; dan

b. Sebaiknya lebih banyak latihan pelafalan, seperti yang telah

dijelaskan sebelumnya bahwa semakin lama belajar kemungkinan

kesalahan semakin kecil. Pelafalan bunyi yang perlu dilatih yaitu

bunyi yang memiliki perbedaan tempat dan cara artikulasi, serta

bunyi-bunyi yang dianggap sulit karena tidak terdapatnya bunyi

tersebut pada bahasa ibu.

B. SARAN

1. Untuk mengetahui kesulitan dalam melafalkan setiap bunyi bahasa Jepang,

sebaiknya dalam pembuatan tes setiap huruf dibuat depan, tengah,

belakang. Khususnya untuk bunyi [n] sebaiknya di buat penelitian lebih

mendalam karena dalam penelitian ini [n] tidak diteliti dengan mendalam

sedangkan bunyi [n] itu adalah bunyi khusus, bunyi [n] ini dipengaruhi

oleh bunyi lain yang mengikutinya maka dari itu bunyinya pun akan

berbeda.

2. Karena dalam penelitian ini responden hanya penutur bahasa Sunda

(26)

Astiya Hadiyani, 2014

Analisis Kesalahan Pelapalan Bunyi Bahasa Jepang pada Pebutur Bahasa Sunda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penelitian ini belum dapat digeneralisasi. Untuk mendapat hasil yang lebih

objektif maka perlu dilakukan penelitian lanjutan, baik dengan responden

yang bukan hanya penutur bahasa Sunda tetapi jumlah responden yang

(27)

104

Astiya Hadiyani, 2014

Analisis Kesalahan Pelapalan Bunyi Bahasa Jepang pada Pebutur Bahasa Sunda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Asahi Shimbun Dejitaru [Online]

Tersedia di: http://asahishi.com [8 September 2013]

Chaer. A. (2007). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Dirgandini, M. (2006). “Karakteristik Konsonan dan Vokal Bahasa Jepang”. 5, (2).

40-52

Endang, E.S.S. (2000). “Variasi Fonetik Bahasa Inggris Mahasiswa Penutur Sunda”.

1,1-13

Irwan. (2006). Interferensi Bahasa Daerah Terhadap Perkembangan Bahasa Indonesia. Karya Ilmiah, Fakultas Sastra USU: tidak diterbitkan

Jimmy Wales, Larry Sanger, dkk. (2003). Wikipedia Ensiklopedia Bebas. [Online]

Tersedia di:

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/en/5/5e/IPA_consonants_2005.png [7 Januari 2012]

Kashima, Tanomu. (2002). Nihongo Kyouiku o Mezasu Hitonotameno Kisokara

Manabu Onseigaku. Tokyo: Kabushikikaisha

Isao, Matsumoto. (2009). Onsei o Oshieru. Tokyo: Kabushiki

Mahsun. (2011). Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: Raja Grafindo.

Marsono. (2008). Fonetik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Moto, Itasaka. (1996). Nihon o Shiru. Tokyo: Kabushiki

Munawar, C.T. (2012). Panduan Baca Tulis Aksara Sunda untuk: siswa SMA/ MA/ SMK, Mahasiswa dan Umum. Bandung: Yrama Widya

(28)

Astiya Hadiyani, 2014

Analisis Kesalahan Pelapalan Bunyi Bahasa Jepang pada Pebutur Bahasa Sunda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ogawara, Yoshiro. “Hatsuon Kyouseibamenni Okeru Gakushuushanohatsuonto Kikitorino Kankeinitsuite”. 92. 83-94.

Saito, Yoshiro. (2003). Nihongo Onseigaku Nyuumon. Tokyo: Sanseidou

Setiawan, E. (2012). Kamus Besar Bahasa Indonesia. [Online].

Tersedia di: http://kbbi.web.id/ [6 Januari 2012]

Sudaryat, Y, Prawirasumantri, A dan Yudibrata, K. (2011). Tata Basa Sunda Kiwari. Bandung: Yrama Widya.

Sudjianto dan Dahidi, A. (2007). Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta: Keisant Blanc.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sofianita, Dian. (2011). Implementasi Program Bilingual (Studi Kasus di SD Plus Qurrota A’yun Malang). Tesis, Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah UIN: tidak diterbitkan

Sunarni, N. (2011). “Campur Kode, Interferensi, dan Integrasi dalam Proses Penguasaan Bahasa Jepang (Studi Kasus di Program Sastra Jepang Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran)”. 3, (1). 35-44

Sutedi, D. (2011). Dasar-dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora.

---. (2009). Penelitian Pendidikan Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora.

Tarigan, H.G, (2008). Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa Bandung.

---, (2009). Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa. Bandung: Angkasa Bandung.

Tarigan, H. G dan Tarigan, D. (1995). Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung: Angkasa Bandung.

(29)

106

Astiya Hadiyani, 2014

Analisis Kesalahan Pelapalan Bunyi Bahasa Jepang pada Pebutur Bahasa Sunda

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Shirai, Yoshio. (2004). Gaikokugo Gakushuuni Seikousuruhito, Shinaihito. Tokyo: Kabushiki

Wicaksono, Galieh. (2013). Teknik Forensika Audio untuk Analisa Barang Bukti Digital. [Online]

Tersedia di: www.researchgate.net [4 November 2013]

Wilson, Ian. (2008). Using Praat and Moodle for TeachingSegmental and

Suprasegmental Pronunciation. [Online]

Tersedia di: web-ext.u-aizu.ac.jp [10 Agustus 2013]

Gambar

Tabel 3.3 Kategori 3
Tabel 3.5 Kategori 5
    Tabel 3.9    Pedoman Interpretasi Tes

Referensi

Dokumen terkait

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kontrastif dengan mengumpulkan data-data yang relevan mengenai gitaigo yang menunjukkan perasaan

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Data pada penelitian ini adalah potongan kalimat pada karangan mahasiswa semester VI yang dianggap tidak

Teknik pengambilan data pada penelitian ini yaitu dengan cara merekam pelafalan sampel satu persatu ketika melafalkan soal tes yang berupa daftar kosakata dan kalimat yang berbunyi

Basa loma merupakan ragam bahasa yang digunakan ketika seorang penutur berbicara dengan lawan tutur atau mengenai orang lain yang menjadi topik pembicaraan yang

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif dengan instrument penelitian berupa tes dan angket. Sampel penelitian ini yaitu Mahasiswa tingkat I, II,

Dengan menggunakan tingkat kepercayaan sebesar 90%, maka kami berkeyakinan bahwa kami bisa mengambil kesimpulan bahwa rata-rata bunyi panjang “ Chuumon ” yang

4 udara saat melafalkan huruf z[ts]. Dari 77 responden, sebanyak 2 mahasiswa yang melakukan kesalahan pelafalan dengan persentase kesalahan 3%. 8) Jawaban pada kode soal

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan metode yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu mendeskripsikan bentuk kesalahan penulisan bahasa Indonesia di surat kabar