ANALISIS KEMAMPUAN PEMBELAJAR BAHASA JEPANG DALAM
PELAFALAN BUNYI ZA, ZU, ZE DAN ZO
(PenelitianDeskriptifterhadapMahasiswaPendidikanBahasaJepang FPBS
UPI )
SKRIPSI
DiajukanuntukMemenuhiSebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang
Oleh:
ARIANI ARIFIN
0906434
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JEPANG
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
ANALISIS KEMAMPUAN PEMBELAJAR BAHASA JEPANG DALAM
PELAFALAN BUNYI ZA, ZU, ZE DAN ZO
(PenelitianDeskriptifterhadapMahasiswaPendidikanBahasaJepang FPBS
UPI )
Oleh Ariani Arifin
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
© Ariani Arifin 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Desember 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
LembarPengesahan
Nama :ArianiArifin
NIM : 0906434
No. SK : 228/UN40.3.5.3/DT/2013
Judulskripsi :AnalisisKemampuanPembelajarBahasaJepangdalam
PelafalanBunyiZa, Zu, ZedanZo (PenelitianDeskriptif
MahasiswaBahasaJepang FPBS UPI)
Tanggalpengesahan : 17 Desember 2013
Disahkanoleh:
Pembimbing I Pembimbing II
DianniRisda, M.Ed. Dra.NenengSutjiatiM.Hum
NIP. 197105261998032002 NIP. 196011081986012001
Mengetahui
KetuaJurusanPendidikanBahasaJepang
Dra.NenengSutjiati, M.Hum.
Abstrak
Analisis Kemampuan Pembelajar Bahasa Jepang dalam Pelafalan bunyi Za, Zu, Ze dan Zo (Penelitian Deskriptif terhadap Mahasiswa Pendidikan Bahasa Jepang
FPBS UPI)
Ariani Arifin 0906434
Ketika kita menggunakan bahasa Lisan maka kita harus memperhatikan pelafalan dalam mengucapkan kata-kata dalam bahasa Jepang. Pelafalan yang salah sering kali dapat mengakibatkan lawan bicara tidak dapat memahami maksud pembicara dan dapat pula menyebabkan perbedaan arti.
Pada penelitian ini penulis akan meneliti tentang pelafalan bunyi frikatif khusunya bunyi “Z”. Bagi pembelajar asing khususnya Indonesia bunyi “Z” ini sering sekali mengalami kesalahan dalam pelafalannya. Bunyi “Z” ini sering keluar menjadi bunyi “J”, sedangkan dalam bahasa Jepang “Z” sangat berbeda dengan “J”.
Bunyi “Z” termasuk bunyi konsonan frikatif dental alveolar yang bersuara, yaitu bunyi yang dikeluarkan dengan menggunakan alat ucap antara gigi atas dan gusi (alveolum) dengan ujung lidah, dan bunyi ini mengeluarkan suara desis karena arus udara pernafasan (pada alat ucap) yang menyempit. ( Dahidi, Ahmad dan Sudjianto. 2004 : 33, 35)
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif dengan instrument penelitian berupa tes dan angket. Sampel penelitian ini yaitu Mahasiswa tingkat I, II, III, IV JPBJ FPBS UPI dengan masing-masing tingkat 10 orang.
Dalam penelitian ini penulis merekam suara responden ketika membaca bunyi Za, Zu, Ze dan Zo dalam bentuk kalimat dan kata. Kata rekaman tersebut diperiksa oleh native lalu dianalisis.
Hasil penelitian ini adalah 1) tingkat kemampuan Mahasiswa Pendidikan Bahasa Jepang UPI melafalkan bunyi Za, Zu, Ze dan Zo adalah cukup. 2) faktor-faktor yang mempangaruhi kesalahan pelafalan bunyi Za, Zu, Ze dan Zo dilihat dari data tes adalah karena faktor letak, sedangkan dilihat dari data angket antara lain karena bahasa ibu dan karena terburu-buru.
Berdasarkan F test menggunakan teknik ANAVA hasilnya menujukan tidak ada perbedaan yang signifikan antara tingkat I, II, III dan IV dalam mlafalkan bunyi Za, Zu, Ze dan Zo dalam bentuk kalimat maupun kata. Ini berarti lamanya belajar tindak mempengaruhi tingkat kemampuan mahasiswa dalam melafalkan bunyi Za, Zu, Ze, dan Zo.
Abstract
Analysis of the capability of Japanese language learners in pronouncing the sound of Za, Zu, Ze and Zo (Descriptive Research to Student of Japanese
Language Education FPBS UPI ) Ariani Arifin
0906434
When we use the spoken language then we must pay attention to prounounciation in pronouncing the words in Japanese. The incorrect pronounciation often result in caller is not able to understand the intent of the speaker and can cause a difference in meaning.
On this research the author will researching about fricative sound pronounciation especially the sound of Z. for foreign learners especially Indonesia learners the sound of Z often encounter errors in pronounciation. The sound of Z are often out into the sound of J.
The sound of Z included dental fricative alveolar consonant, which is a sound that resulted by using tone between upper teeth and alveolum with tongue tip. And, this pronounce produces a rattle-like sound caused by compressed breath.
This research using quantitative descriptive research method with a research instrument is a test and question form. The sample of this research is Japanese student FPBS UPI of 1st,2nd , 3rd and 4th grade with each level is 10 person.
In this research author record sound of student when reading a sound of Za, Zu Ze and Zo in the form of sentences and words.the recording of result then in the analysis by native speaker.
The result of this research is 1) ability of student in pronouncing the sound of Za, Zu, Ze and Zo is quite. 2)when we view of test result factors the sound of Z often encounter errors in pronounciation is because the position of the sound, and when we view of question form is because mother tongue and in a hurry when them read a test.
Based on the F test using the technique of ANAVAthe results showed no significant difference between Japanese student FPBS UPI of 1st,2nd , 3rd and 4th grade. It is mean length of study do not effect the level of ability of pronouncing the sound of Za, Zu, Ze and Zo.
DAFTAR ISI
BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Fonologi Bahasa Indonesia 2.1.1 Proses Pembentukan Bunyi………. 13
2.1.2Dasar Klasifikasi Bunyi Segmental ……….………… 14
2.2 Bunyi Bahasa di dalam Bahasa Jepang 2.2.1 Bunyi Vokal... ………15
2.2.2 Bunyi Konsonan... 16
2.2.3 Aksen, Intonasi, Prominen………25
2.3 Penelitian Terdahulu……….26
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 29
3.2 Populasi dan Sampel
3.3.3 Follow up interview……….32
3.4.2 Pengolahan Data Angket………..36
3.4.3 Pengolahan follow up Interview………..37
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Data 4.1.1 Analisis Data Tes ... 38
4.1.2 Pengolahan Data Angket... 52
4.1.3 Analisis Data Follow up Interview………...63
4.2 Pembahasan...63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 74
5.2 Saran ... 75
DAFTAR PUSTAKA ...77 LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1LATAR BELAKANG
Dalam bahasa kita mengenal istilah ragam bahasa lisan dan ragam
bahasa tulisan. Ragam bahasa lisan adalah bahasa yang di hasilkan alat ucap
dengan fonem sebagai unsur dasar. Sedangkan ragam bahasa tulisan adalah
bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai
unsur dasar. ( Dahidi, Ahmad dan Sudjianto. 2004 : 54)
Ketika kita menggunakan bahasa Lisan maka kita harus
memperhatikan pelafalan dalam mengucapkan kata-kata dalam bahasa Jepang.
Pelafalan yang salah sering kali dapat mengakibatkan lawan bicara tidak dapat
memahami maksud pembicara dan dapat pula menyebabkan perbedaan arti.
Ada beberapa huruf yang apabila di ucapkan akan berbeda artinya.
Pada penelitian ini penulis akan memneliti tentang pelafalan bunyi
frikatif khusunya bunyi “Z”. Bagi pembelajar asing khususnya Indonesia bunyi “Z” ini sering sekali mengalami kesalahan dalam pelafalannya. Bunyi “Z” ini sering keluar menjadi bunyi “J”, sedangkan dalam bahasa Jepang “Z” sangat berbeda dengan “J”.
Bunyi “Z” termasuk bunyi konsonan frikatif dental alveolar yang bersuara, yaitu bunyi yang dikeluarkan dengan menggunakan alat ucap antara
gigi atas dan gusi (alveolum) dengan ujung lidah, dan bunyi ini mengeluarkan
suara desis karena arus udara pernafasan (pada alat ucap) yang menyempit.
( Dahidi, Ahmad dan Sudjianto. 2004 : 33, 35)
bunyi “Z” baik di awal kata, tengah kata, maupun akhir kata yang sering di
baca menjadi bunyi “J”, padahal dia tahu bahwa huruf “ ” ini di baca “ZA”.
Dalam bahasa Indonesia terdapat huruf Z, tetapi kata yang menggunakan
huruf Z ini sangat sedikit dan kebanyakan adalah kata-kata serapan, seperti
rizki, zakat, izin dan lain-lain. Hal ini pun menjadi salah satu penyebab terjadinya kesalahan pada pelafalan bunyi “Z” karena jarang digunakan dalam percakapan sehari-hari.
Karena sering kali terjadinya kesalahan pelafalan dalam bunyi “Z”
khususnya pada pembelajar bahasa Jepang di Universitas Pendidikan
Indonesia jurusan Pendidikan Bahasa Jepang, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang hal tersebut dalam penelitian yang berjudul “Analisis Kemampuan Pembelajar Bahasa Jepang dalam Pelafalan Bunyi Frikatif “Z” (Penelitian Deskriptif terhadap mahasiswa tingkat I, II, III, dan
IV Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI tahun ajaran 2012/2013 )”.
1.2Rumusan dan Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas penulis merumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat kemampuan mahasiswa tingkat I, II, III, dan IV jurusan
Pendidikan Bahsa Jepang FPBS UPI dalam pelafalan bunyi frikatif “Z” ?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kesalahan pelafalan bunyi
frikatif “Z” ?
3. Apakah perbedaan lama waktu belajar pembelajar mempengaruhi
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini hanya meneliti bagaimana tingkat kemampuan
mahasiswa tingkat I, II, III, IV jurusan Pendidikan Bahasa Jepang
FPBS UPI tahun ajaran 2012/2013 dalam pelafalan bunyi frikatif “Z”.
2. Penelitian ini hanya meneliti tetatang faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi kemampuan pelafalan bunyi frikatif “Z”.
3. Penelitian ini hanya meneliti apakah perbedaan lama waktu belajar
mempengaruhi kemampuan pelafalan bunyi frikatif “Z”.
1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui tingkat kemampuan mahasiswa tingkat I, II, III, dan IV
jurusan Pendidikan bahasa Jepang dalam pelafalan bunyi frikatif “Z”.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesalahan pada
pelafalan bunyi frikatif “Z”.
3. Untuk mengetahui apakah lamanya belajar mempengaruhi kemampuan
dalam pelafalan bunyi frikatif “Z”.
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi penulis, dapat lebih memperdalam pengetahuan mengenai fonetik terutama bunyi “Z” (konsonan dental alveolar frikatif)
2. Bagi pengajar memberikan gambaran bagaimana kemampuan mahasiswa
dijadikan umpan balik oleh pendidik untuk mencari pemecahan masalah
dalam pembelajaran di kelas.
3. Bagi mahasiswa , dapat dijadikan pedoman bagi para mahasiswa jurusan
Pendidikan Bahasa Jepang UPI tentang bunyi frikatif “Z” sehingga
diharapkan dapat menghindari kesalah pahaman dalam berkomunikasi .
1.4Landasan Teoristik
Bagian-bagian tubuh manusia yag digunakan untuk mengeluarkan atau
mengucapakan bunyi bahasa disebut onsei kikan. (katou, 1991 :24). Dengan
onsei kikan (alat ucap) tersebut bunyi bahasa dibentuk dengan memanfaatkan
arus udara pernafasan yang dimanfaatkan untuk mengucapkan bunyi bahasa
keluar dari paru-paru (hai) melewati tenggorokan (kikan) dan setelah
mengalami proses pengolahan oleh alat ucap, lalu di hembuskan melalui
rongga mulut (kookoo/ kuchimuro) atau ada pula yang melalui rongga hidung
(bikoo/hanamuro). ( Dahidi, Ahmad dan Sudjianto. 2004 : 24)
Dengan mengunakan berbagai alat ucap maka akan di hasilkan
bunyi-bunyi bahasa yang berbeda-beda. Bunyi-bunyi-bunyi tersebut pada umumnya terdiri
atas bunyi vokal (boin), bunyi konsonan (shi’in), dan bunyi semi vokal
(hanboin).
Katoo Akihiko menjelaskan bahwa konsonan (shi’in) ialah bunyi suara
yang dibentuk dengan arus udara pernafasanyang keluar melewati pita suara
yang mengalami rintangan, hambatan, halangan atau gangguan seperti dengan
penutupan atau penyempitan alat ucap manusia (katoo, 1991 : 26). Diantara
konsonan-konsonan itu ada yang berupa bunyi bersuara (yuuseion) dan ada
Ada dua macam klasifikasi konsonan di dalam bahasa Jepang yaitu,
kalsifikasi konsonan berdasarkan jeis hambatan, dan kalsifikasi konsonan
berdasarkan cara keluarnya arus udara pernafasan (Iwabuchi, 1989 : 129).
Berdasarkan jenis hambatanya bunyi “Z” termasuk pada dental
alveolar atau bunyi yang dikeluarkan antara gigi atas dan gusi ( Dahidi,
Ahmad dan Sudjianto. 2004 : 33). Dan berdasarkan cara-cara keluar arus
udara pernafasan termasuk pada konsonan frikatif atau arus udara keluar
melewati celah-celah jalannya pernafasan (pada alat ucap) yang menyempit
sehingga mengeluarkan suara mendesis ( Dahidi, Ahmad dan Sudjianto.
2004 : 35).
1.5 Metode Penelitian
1.5.1 Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan unutk
menggambarkan, menjabarkan suatu fenomena yang terjadi saat ini
denagn menggunakan prosedur ilmiah untuk menjawab masalah secara
actual. (Dedi Sutedi, 2009 : 58). Metode lain yang digunakan adalah
metode penelitian kepustakaan (library research), yaitu studi
kepustakaan atau pengumpulan data – data dan informasi yang
bersumber dari buku – buku kepustakaan yang ada kaitannya dengan
kata- kata yang ada bunyi frikatif “Z” di dalamnya serta mengenai
pelafalan atau bunyi itu sendiri.
1.5.2 Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006: 130).
Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Jurusan Pendidikan
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006:
131). Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan
Bahasa Jepang FPBS UPI tahun ajaran 2012/2013 yang di ambil dari
tingkat I sampai tingkat IV masing-masing 10 orang. Teknik penyampelan
yang digunakan adalah teknik stratifikasi. Teknik ini digunakan karena
karakter populasinya bervariasi.
1.5.3 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yaitu alat yang digunakan untuk mengumpulkan
atau menyediakan berbagai data yang diperlukan dalam kegiatan penelitian.
Terdapat 3 instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulakan data
penelitian ini, yaitu :
1. Rekaman
Penulis mengumpulkan beberapa kata yang di dalamnya terdapat bunyi “Z” yang terdiri dari bunyi “Za”, “Zu”, “Ze”, dan “Zo”.kata kata itu diklasifikasikan menjadi 2 yaitu kata yang bermakna dan kata yang tidak
bermakna.
a. Kata bermakna
Bunyi ZA
Kata yang mengandung bunyi “ZA” pada awal kata seperti,
んねん : menyesal
ん ょう: lembur
Kata yang mengandung bunyi “ZA” pada pertengahan kata seperti,
あ う いま : terimakasih
Kata yang mengandung bunyi “ZA” pada akhir kata seperti, : tikar
ひ : lutut
Bunyi ZU
Kata yang mengandung bunyi “ZU” pada awal kata seperti,
ズボン : celana
: mencabik; menyobek (sobek) kertas
kecil-kecil
Kata yang mengandung bunyi “ZU” pada pertengahan kata seperti,
んズボン : celana pendek
い : kenakalan
Kata yang mengandung bunyi “ZU” pada akhir kata seperti,
あん : buah aprikot
: pasti; tentu; memang
Bunyi “ZE”
Kata yang mengandung bunyi “ZE” pada awal kata seperti,
ゼミ : seminar
ぜんぶ : semua
Kata yang mengandung bunyi “ZE” pada pertengahan kata seperti,
ぜん : lima ribu
んぜん : tiga ribu
Kata yang mengandung bunyi “ZE” pada akhir kata seperti,
ぜ : angin
Bunyi “ZO”
Kata yang mengandung bunyi “ZO” pada awal kata seperti,
う : gajah
ろ ろ : berjalan; berturut-turut;
berduyun-duyun
Kata yang mengandung bunyi “ZO” pada pertengahan kata seperti, : keluarga
あ : langit biru
Kata yang mengandung bunyi “ZO” pada akhir kata seperti,
ち う : gedung; konstruksi
う : sialahkan
b. Kata tidak bermakna
Bunyi ZA
Kata yang mengandung bunyi “ZA” pada awal kata seperti,
Kata yang mengandung bunyi “ZA” pada pertengahan kata seperti,
ま ま
Kata yang mengandung bunyi “ZA” pada akhir kata seperti,
あ
Bunyi ZU
Kata yang mengandung bunyi “ZU” pada awal kata seperti,
Kata yang mengandung bunyi “ZU” pada pertengahan kata seperti,
Kata yang mengandung bunyi “ZU” pada akhir kata seperti,
あひ
ゅ
Bunyi ZE
Kata yang mengandung bunyi “ZE” pada awal kata seperti,
ぜひ
ぜ
Kata yang mengandung bunyi “ZE” pada pertengahan kata seperti,
ぜ
ひぜ
Kata yang mengandung bunyi “ZE” pada akhir kata seperti,
ぜ
ぜ
Bunyi ZO
Kata yang mengandung bunyi “ZO” pada pertengahan kata seperti,
ひ め
Kata yang mengandung bunyi “ZO” pada akhir kata seperti,
てい
Perekaman suara responden dibagi menjadi 2 bagian . tes bagian pertama adalah membaca bunyi “Z” dalam bentuk kata, sedangkan tes bagian kedua membaca bunyi “Z” dalam bentuk kalimat.
2. Angket
Penulis memberikan angket pada responden untuk mengetahui data
kualitatif berupa sejumlah informasi mengenai lamanya pengalaman
belajar mahasiswa, bahasa ibu yang digunakan, kesulitan dan penyebab kesalahan mahasiswa dalam pelafalan bunyi “Z”, serta pendapat siswa tentang materi pelafalan bunyi “Z”.
3. Follow up interview
Penulis melakukan interview kepada responden setelah mengetahui hasil
dari tes. Follow up interview ini dilakukan unutk mengetahui penyebab
kesalahan yang terjadi yang tidak terjawab lewat angket, seperti tingkat
kegugupan responden ketika dilakukan tes dan lain-lain.
1.5.4 Teknik Pengolahan Data
a. Data perekaman
Teknik pengolahan data pada penelitian ini akan ditempuh melalui
1. Data yang diperoleh dari tes dalam bentuk rekaman dengan
menggunakan voice recorder, dan di alihkan kedalam komputer
dengan jenis file 3gp.
2. Apakah responden melafalkan bunyi “Z” atau “J” akan di ketahui
dengan bantuan native speaker.
3. Pengelompokan kata diklasifikasikan berdasarkan tingkat.
4. Pembuatan tabel analisis data, pelafalan yang benar dan salah dalam
melafalkan bunyi Za, Zu, Ze dan Zo.
5. Analisis data
a. Menghitung rata-rata nilai tingkat I, II, III, IV untuk mengetahui
kemampuan mahasiswa tiap tingkat.
b. Menguji perbedaan rata-rata nilai dengan menggunakan teknik
ANAVA untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kemampuan
yang signifikan antara tingkat I, II, III dan IV.
c. Menginterpretasikan data dan menyimpulkan.
b. Data Angket
Data yang diperoleh dari hasil angket akan di analisis dengan cara :
1. Menjumlahkan jawaban setiap angket
2. Menyusun frekuensi dan presentase jawaban
3. Menginterpretasi data dan menyimpulkan
c. Data Follow up Interview
Data yang diperoleh dari follow up interview akan dianalisis denagn cara :
1. Mendengarkan hasil rekaman interview
2. Menuliskan alasan responden yang tidak terdapat dalam angket untuk
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1Metode Penelitian
Dalam kamus besar bahasa Indonesia metode adalah cara yabg
teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud (dalam ilmu
pengetahuan dsb); cara kerja yang bersistem untuk memudahkan
pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.
Penelitian adalah pemeriksaan yang teliti; penyelidikan; kegiatan
pengumpulan, pengolahan analisis, dan penyajian data yang dilakukan
secara sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan atau
menguji suatu hipotesis untuk mengembangkan prinsip-prinsip umum.
Dalam kegiatan penelitian metode dapat diartikan sebagai cara atau
prosedur yang harus ditempuh untuk menjawab masalah penelitian.
Prosedur ini merupakan langkah kerja yang bersifat sistematis, mulai dari
perencanaan, pelaksanaan dan pengambilan kesimpulan. Adapun masalah
teknik berkaitan dengan teknik pengumpulan data dan teknik pengolahan
(analisa) data. Teknik pengumpulan data berkaitan dengan jenis instrumen
yang digunakan, sedangkan teknik pengolahan data berkaitan dengan
prosedur atau langkah konkret yang ditempuh pada saat analisa data
dilakukan. (Dedi sutedi. Penelitian Pendidikan Bahasa Jepang. 2009 : 53)
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian
deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan untuk
menggambarkan, menjabarkan suatu fenomena yang terjadi saat ini
dengan menggunakan prosedur ilmiah untuk menjawab masalah secara
actual. Masalah dalam penelitian deskriptif adalah masalah-masalah actual
yang terjadi pada masa penelitian ini dilakukan. Oleh karena itu, dalam
bidang pendidikan, penelitian deskriptif dapat difungsikan untuk
memecahkan masalah praktis yang timbul di lapangan. (Dedi sutedi.
Penulis memilih menggunakan metode deskriptif ini karena penulis
nmengganggap bahwa masalah ini berkenaan dengan fenomena yang
terjadi saat ini yaitu tentang kesalahan pelafalan yang sering terjadi oleh
pembelajar bahasa Jepang.
3.2Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. (Arikunto, 2006:130)
Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa jurusan Pendidikan
Bahasa Jepang Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas
Pendidikan Indonesia tahun ajaran 2012/2013.
3.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil ppopulasi yang di teliti (Arikunto,
2006:131). Sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa jurusan
pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI tahun ajaran 2012/2013 yang
diambil dari tingkat I sampai dengan tingkat IV masing-masing 10
orang. Teknik penyampelan yang diambil adalah teknik stratifikasi.
Teknik ini digunakan karena karakter populasi nya bervariasi.
3.3Instrumen Penelitian
3.3.1 Rekaman
Penulis mengumpulkan beberapa kata yang di dalamnya terdapat bunyi “Z” yang terdiri dari bunyi “Za”, “Zu”, “Ze”, dan “Zo”.kata kata itu diklasifikasikan menjadi 2 yaitu kata yang bermakna dan kata yang
tidak bermakna.
Proses perekaman yang pertama dilakukan dengan cara responden di
berikan kertas tes yang didalam nya berisi beberapa kosa kata yang
mengandung bunyi Z. Untuk kevalidan dari proses perekaman penulis
tidak hanya memasukkan kata yang mengandung bunyi Z saja tetapi
responden mengucapkan kata tersebut sesuai kemampuan mereka
dalam melafalkan bunyi frikatif Z.
Kata-kata yang akan direkam di susun kesamping menyerupai
paragraph dan disusun secara acak.
Tabel 3.1
Tabel kisi-kisi penulisan kosa kata perekaman
Materi Jumlah
Kata yang mengandung bunyi ZA 7
Kata yang mengandung bunyi ZU 6
Kata yang mengandung bunyi ZE 6
Kata yang mengandung bunyi ZO 6
Kata yang mengandung Za, Zu, Ze, Zo yang tidak
bermakna
5
Kata pengecoh 10
Perekaman suara responden dibagi menjadi 2 bagian . tes bagian pertama adalah membaca bunyi “Z” dalam bentuk kata, sedangkan tes bagian kedua membaca bunyi “Z” dalam bentuk kalimat. Kalimat yang akan di teskan berjumlah 20 kalimat.
3.3.2 Angket
Pada penelitian ini penulis juga menggunakan angket. Angket
adalah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
Angket ini terdiri dari 10 pertanyaan dalam bentuk jawaban
tertutup, tetapi terdapat beberapa jawaban yang pada jawaban akhirnya
diberikan secara terbuka. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan
kesempatan kepada responden menjawab secara bebas.
Penulis memberikan angket pada responden untuk mengetahui data
kualitatif berupa sejumlah informasi mengenai lamanya pengalaman
belajar mahasiswa, bahasa ibu yang digunakan, kesulitan dan penyebab kesalahan mahasiswa dalam pelafalan bunyi “Z”, serta pendapat siswa tentang materi pelafalan bunyi “Z”.
3.3.3 Follow up interview
Penulis melakukan interview kepada responden setelah mengetahui
hasil dari tes. Follow up interview ini dilakukan unutk mengetahui
penyebab kesalahan yang terjadi yang tidak terjawab lewat angket,
seperti tingkat kegugupan responden ketika dilakukan tes dan lain-lain.
Pertanyaan yang di ajukan sebanyak 2 buah pertanyaan.
3.4Teknik Pengolahan Data
3.4.1 Data Perekaman
Tes pertama terdiri dari 35 kosa kata yang terdiri dari 25 kata yang
mengandung hasatsuon Z dan 10 kata pengecoh. Lalu pada tes kedua
responden membaca 10 kalimat yang didalamnya mengandung bunyi
hasatsuon Z. setelah data perekaman selesai lalu penulis mencoba
menganalisis dengan di bantu oleh native speaker untuk mengetahui
apakah pelafalan yang telah diucapkan oleh responden itu tepat,
kurang tepat, atau bahkan salah. Kuisioner yang di berikan kepada
native adalah yang berisi kosa kata yang di teskan kepada responden
Setelah kuisioner di isi penulis juga meminta kepada native untuk
di rekam suaranya dengan kertas tes yang sama dengan responden,
yaitu membaca kosa kata dan kalimat yang mengandung bunyi
hasatsuon.
Setelah suara dari native di ambil lalu surara native tesebut di
perdengarkan kepada responden mahasiswa, lalu di berikan kuisioner
yang sama dengan yang diisi oleh native. Pengisian kuisioner ini untuk
mengetahui apakah para responden bias membedakan pelafalan bunyi
z atau bunyi lain yang diucapkan oleh native speaker.
Setelah semua data terkumpul dan dimasukkan dalam tabel yang di
bedakan menurut warnanya, penulis menghitung persentase jumlah
bunyi yang di anggap hasatsuaon bunyi Z oleh native, dan persentase
jumlah responden yang menjawab benar isi kuisioner dari setiap
angkatan. Rumus ini dikutip dari Anisa Arianingsing, 2011: 45.
Perhitungan nya adalah sebagai berikut :
P =
Keterangan :
P: persentase pengucapan hasatsuon bunyi Z setiap angkatan
f : jumlah bunyi yang dianggap bunyi hasatsuon z oleh native
n : jumlah soal
Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kemampuan yang
signifikan antara tingkat I, II, III, dan VI dalam pelafalan bunyi
hasatsuon Z maka dianalisis dengan menggunakan ANAVA. Teknik
ini digunakan karena dalam penelitian ini terdiri dari 4 sampel, yaitu
Setelah mengumplkan data dari tes yang telah dilakukan, data
tersebut kemudian diolah, dianalisis dan di interpretasikan dengan
menggunakan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Memeriksa dan menghitung banyaknya data
b. Membuat tabel distribusi hasil tes (tabel persiapan) tes
membaca hasatsuon bunyi Z dalam bentuk kata dan kalimat.
c. Mencari jumlah kuadrat keseluruhan dengan menggunakan
rumus.
Keterangan
: jumlah kuadrat total
: jumlah kuadrat keseluruhan nilai dari seluruh
kelompok
: factor koreksi yang muncul berkali-kali
d. Mencari jumlah kuadrat kelompok dengan menggunakan
rumus:
Keterangan
: jumlah kuadrat kelompok
: jumlah keseluruhan dari nilai tiap kelompok
: jumlah responden dalam kelompok
f. Mencari derajat kebebasan dengan rumus sebagai berikut :
1)
2)
3)
Keterangan :
N : jumlah seluruh sampel
K : banyaknya kelompok
g. Mencari mean kuadrat kelompok (MKk) dan mean kuadrat
(MKd)dalam dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
1) MKk = JKk : dbk
2) MKd = JKd : dbd
h. Mencari F rasio dengan menggunakan rumus:
i. Membandingkan F rasio dengan F tabel dan menentukan
kesimpulan.
j.
Untuk menginterpretasikan kemampuan pelafalan bunyi Z
tersebut menggunakan pedoman sebagai berikut,
Tabel 3.2
Tabel kemampuan melafalkan bunyi Z
Nilai Penafsiran
0-54 Sangat kurang
55-64 Kurang
65-75 Cukup
75-84 Baik
3.4.2 Pengolahan Data Angket
Penulis menganalisis data angket yang terdiri dari 10 butir
pertanyan. Pengolahan data angket dilakukan dengan teknik
proporsional, yaitu melihat persentase jumlah jawaban responden
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menjumlahkan setiap jawaban angket
b. Menyusun frekuensi jawaban
c. Membuat tabel frekuensi
d. Menghitung persentase frekuensi dari setiap jawaban dengan
menggunakan rumus:
P =
Keterangan :
P = persentase frekuensi dari setiap jawaban
f = frekuensi dari setiap jawaban
n = jumlah responden
e. Menginterpretasikan data dan menyimpulkan
Penafsiran data angket dilakukan dengan menggunakan
kategori persentas yang disajikan dibawah ini,
Tabel 3.3
Pedoman Interpretasi Angket
(Dikutip dari Hanidah, dalam Anisa Arianingsih 2011:41)
Persentase Jawaban (%) Kriteria
P=0 Tidak ada seorangpun
0<P<25 Sebagian kecil
25≤P<50 Hampir setengahnya
50<P<75 Sebagian besar
75≤P<100 Hampir seluruhnya
P=100 Seluruhnya
3.4.3 Pengolahan Follow Up interview
Penulis melakukan interview kepada responden setelah mengetahui
hasil dari tes. Follow up interview ini dilakukan unutk mengetahui
penyebab kesalahan yang terjadi yang tidak terjawab lewat angket,
seperti tingkat kegugupan responden ketika dilakukan tes dan lain-lain.
Follow up interview atau wawancara yang dilakukan adalah
wawancara bebas karena tidak terikat sistematika susunan pertanyaan
tertentu namun hanya diarahkan oleh beberapa pedoman wawancara
sehingga pewawancara dapat bebas mengembangkan apa yang akan
ditanyakan nanti.
Sedangkan model pertanyaan yang digunakan pada saat follow up
interview atau wawancara ini adalah model pertanyaan terbuka.
Dengan melakukan hal ini penulis dapat melakukan observasi jawaban
jauh lebih dalam dan leluasa karena tidak terikat pada satu struktur
susunan tertentu.
Penulis akan menjabarkan beberapa proses dari follow up interview
tersebut dengan mendeskripsikan setiap pertanyaan yang di ajukan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini, penulis memberikan kesimpulan dan saran yang berkaitan
dengan permasalahan yang penulis teliti. Kesimpulan yang penulis rumuskan
diperoleh dari hasil analisis dan penafsiran data yang telah diperoleh. Sedangkan,
saran diberikan sebagai bahan pertimbangan agar dapat membantu terlaksananya
kegiatan pengajaran yang lebih baik.
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun segbelumnya
penulis menyimpulkan hal sebagai berikut :
1. Kesalahan pelafalan yang terjadi ketika pengambilan data yaitu para
responden melafalkan bunyi lain ketika membaca bunyi Za, Zu, Ze dan
Zo. Kesalahan yang di temukan adalah responden banyak yang
melafalkan bunyi Z menjadi J dan S. kemampuan mahasiswa dalam
melafalkan bunyi tersebut tergolong sedang.
2. Dilihat dari angket dan hasil data yang diperoleh kesalahan ini terjadi
bukan karena tingkat atau lama nya responden belajar Bahasa Jepang,
tetapi karena bahasa ibu yang digunakan dalam berkomunikasi
sehari-hari.Bahasa yang responden gunakan rata-rata adalah bahasa Indonesia,
Bahasa Sunda, dan sebagian kecil Berbahasa Jawa.bukan hanya karena
bahasa ibu yang digunakan tetapi terburu-buru dalam membaca menjadi
salah satu factor penyebab kesalahan tersebut.
3. Dilihat dari angket dan hasil tes menunjukan ketika mahasiswa membaca
bunyi Za, Zu, Ze dan Zo dalam bentuk kalimat tidak menunjukan
perbedaan yang signifikan antara tingkat I, II, III dan IV, begitu juga
ketika membaca dalam bentuk kata tidak terdapat perbedaan yang
menyimpulkan bahwa lamanya pembelajaran tidak terlalu mempengaruhi
dalam kemampuan pelafalan. Seperti terlihat pada grafik kemampuan di
bawah ini.
Grafik 5.1
Kemampuan mahasiswa dalam pelafalan bunyi Za, Zu, Ze dan Zo
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, maka
penulis menyarankan beberapa hal sebagai berikut:
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan penelitian
selanjutnya jika masih terdapat kekurangan atau muncul kesalahan
lainnya. Karena penelitian ini hanya sebatas memberikan tes membaca
dalam bentuk kalimat dan kosa kata saja dan belum dianalisis lebih
lanjut apabila secara membaca teks atau dokkai dan kemampuan
berbicara langsung menggunakan bahasa Jepang. 60,5
tingkat I tingkat II tingkat III tingkat IV
kalimat
2. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan referensi untuk
penelitian selanjutnya, khususnya penelitian mengenai kemampuan
pelafalan.
3. Penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini banyak sekali kekurangan,
maka diharapkan penelitian selanjutnya juga dapat mengembangkan
penelitian baru dengan materi dengan tingkatan yang lebih tinggi
sehingga aspek kecakapan berbahasa Jepang dapat lebih diteliti dan
Daftar Pustaka
Aslinda dan Leni Syafyahya. (2007). Pengantar Sosiolinguistik. Bandung: Rafika
Aditama
Arianingsih, Anisa. (2011). Analisis Kemampuan Pembelajar Bahasa Jepang
dalam Pelafalan Choo’on.Skripsi pada FPBS UPI: Tidak diterbitkan
Chaer, Abdul. (2007). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta
Dahidi, Ahmad dan Sudjianto. (2007). Pengantar Linguistik Bahasa Jepang.
Jakarta: Kesaint Blanc
Febiano, Reynaldo. (2008). Analisis Kesalahan Pelafalan Bunyi Shi, Tsu dan Zu
dalam Bahasa Jepang pada Mahasiswa Sastra Jepang Semester Delapan Tahun 2008. Tesis Universitas Bina Nusantara: Tidak di terbitkan.
Hadi, Sutrisno. (2006). Metode Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta
Kawase. (1979). Nihongo Hatsuon. Tokyo: Japan Foundation
Kozok, Uli. http://transtoba2.seige.net/?lang=id&go=intro (di akses pada tanggal
7 september 2013)
Marlia. http://st286290.sitekno.com/article/4636/sistem-fonemis-pada-bahasa-
sunda--jenis-vokal-konsonan--by-marlia-spd-mhum.html (diakses pada
tanggal 7 septemer 2013)
Noboru, Oyanagi. (2001). New Approach Japanese Intermediate Course. Tokyo:
Nihongo Kenkyusha
Sudjiono, Anas. (2004). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press
Sutedi, Dedi. (2009). Penelitian Pendidikan Bahasa Jepang. Bandung:
Humaniora
Sutedi, Dedi. (2009). Dasar-dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung:
Humaniora
Taniguchi, Goro. (1999). Kamus Standar Bahasa Jepang-Indonesia. Jakarta: Dian
Rakyat
Tim Penyusun. (2012). Joukyuu Dokkai 2. Bandung: UPI
Tim Penyusun. (2012). Joukyuu Dokkai 1. Bandung: UPI
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. (1996). Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka