ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN SETTOUGO
FU- DAN MU- DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG
(Pada Mahasiswa Tingkat III Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang UniversitasPendidikan Indonesia Tahun Ajaran 2012/2013)
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Bahasa Jepang
Oleh
Sany Amalia
0902633
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JEPANG
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN SETTOUGO
FU- DAN MU- DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG
(Pada Mahasiswa Tingkat III Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang UniversitasPendidikan Indonesia Tahun Ajaran 2012/2013)
Oleh Sany Amalia
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
© Sany Amalia 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
LEMBAR PENGESAHAN
Nama : Sany Amalia
NIM : 0902633
Judul Skripsi : Analisis Kesalahan Penggunaan Settougo Fu- dan Mu- Dalam
Kalimat Bahasa Jepang (Pada Mahasiswa
Tingkat III Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang Universitas
Pendidikan Indonesia Tahun Ajaran 2012/2013)
SK Dekan No : 483/UN40.3/DT/2013
Disetujui dan disahkan oleh :
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Ahmad Dahidi, M.A. Dra.Neneng Sutjiati, M.Hum.
NIP. 195802281983031004 NIP. 196011081986012001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang
Dra. Neneng Sutjiati, M.Hum.
ABSTRAK
Analisis Kesalahan Penggunaan Settougo Fu- dan Mu- dalam Kalimat Bahasa Jepang
(Pada Mahasiswa Tingkat III Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI Tahun Ajaran 2012/2013)
Sany Amalia
0902633
Penelitian ini membahas tentang hasil analisis kesalahan mahasiswa dalam penggunaan settougo Fu- dan Mu-. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kesalahan apa saja yang muncul dalam penggunaan settougo Fu- dan Mu- pada mahasiswa tingkat 3 Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Pendidikan Indonesia, untuk mencari penyebab munculnya kesalahan tersebut, dan mencari upaya untuk mengatasi kesulitan tersebut.
Dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif. Untuk memperoleh data, instrumen yang digunakan berupa tes objektif dan tes subjektif. Teknik dalam mengumpulkan data adalah one shoot model, dimana pengambilan data dilakukan dalam satu waktu. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa tingkat III Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI Tahun Ajaran 2013-2013 dengan jumlah 30 orang.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa kesalahan mahasiswa tingkat III dalam penggunaan settougo Fu- dan Mu-, diantaranya yaitu memahami konteks kalimat dan penggunaan settougo Fu- atau Mu- yang tepat dalam menunjukkan fungsi settougo masing-masing dengan persentase sebesar (39,37%), pemahaman penggunaan settougo
Fu- dan Mu- pada sebuah pernyataan dengan persentase kesalahan sebesar (33,8), dan
pemahaman makna settougo Fu- dan Mu- dalam proses menerjemahkan kedalam bahasa Jepang dan bahasa Indonesia dengan persentase (26, 83%). Melihat hasil penelitian tersebut, penulis berpendapat bahwa diperlukan peran serta pengajar untuk membuat metode yang lebih mudah dipahami yang dapat membedakan dengan jelas penggunaan settougo Fu- dan Mu-.
ABSTRACT
Analysis of Errors In Use Settougo Fu- and Mu- in Sentence of Japanese Language toward the Third Year Japanese Language Education Department
Students at FPBS UPI
Sany Amalia
NIM. 0902633
This research discusses about the result of students errors analysis in use settougo
Fu- and Mu-. The purposes of this research are to know any errors which appear in use
settougo Fu- and Mu- to the third year Japanese language education department students
at Indonesia University of Education, to find out the cause from those errors happen, and to find out effort to solve those difficulties.
This research uses descriptive method. Objective and subjective test are used as instruments to get the data. One shoot model is used as technique to collect the data, where data collection is used in one time. While, sample of this research is the third year Japanese language education department students at FPBS UPI in Academic Year 2012-2013 which consist of 30 students.
Based on the result of this research is found that the third year students errors in use settougo Fu- and Mu-, namely: understand about context of sentence and use settougo
Fu- or Mu- which right in showing function of each settougo with the percentage of error
of 39,37%, understanding of use settougo Fu- and Mu- to a statement with the percentage of error of 33,8%, and understanding the meaning of settougo Fu- and Mu- in translate process into Japanese and Indonesian language with the percentage of error of 26,83%. Based on the result of this research, the writer thinks that the role and participation of the teacher is needed to make method that can be understood easily and can distinguish the use of settougo Fu- and Mu- clearly.
日本語 文 け 接頭語 不 無 誤用分析
2012/2013年度 ン ネシ 教育大学言語芸術教育学部日本語教育学科
対す 調査
サニ マ
要旨
本研究 三年生 け 日本語 文接頭語 し 不 無
誤用分析 あ 本研究 学習者 不 無 いう接頭語 表現
使用仕方 う 誤用 現 を分析す 本研究 目的 ン
ネシ 教育大学 う 誤用 あ を知 た あ そ 誤用 原
因を探し 解決す た あ
本研究 方法 スク プ プ法 方法 あ タを 集す
た 客観的 ス 主観的 ス を使用した 対象者 .
年度 ン ネシ 教育大学 日本語教育学科 学習者 あ サ
ンプ 三年生 名 あ
分析した結果 う 誤用 現 明
た す わち 最 多 た 不 無 使用仕方 誤用 文 コ
ン キス 理解 二 接頭語 特集的 技能 使用仕方 応
, % 二番目 表明 け 不 無 使用仕方 理解
, % そし 最 少 く た誤用 不 無 意
味 理解 日本語 ン ネシ 語へ翻訳中 , あ
研究 結果 見 解決法 分 やすく 不 無
使用仕方を 区別 方法を作 た 教師 役割 必要 あ
DAFTAR ISI
F. Definisi Operasional……….. 7
G. Populasi dan Sampel Penelitian………. 8
1. Populasi……… 8
2. Sampel……….. 8
H. Sistematika Penulisan……… 9
BAB II LANDASAN TEORITIS A. Analisis Kesalahan………. 10
1. Teori Analisis Kesalahan………. 10
2. Perbedaan antara Kesalahan dan Kekeliruan………. 13
3. Kesalahan Berbahasa……….. 15
B. Settougo……….. 19
1. Pengertian Settougo………. 19
3. Settougo 不
5. Persamaan Fungsi dan Perbedaan Makna Settougo
不 ・ 無 ……… 29
C. Hasil Penelitian Terdahulu………. 31
BAB III METODE PENELITIAN
1. Teknik Pengumpulan Data Tes……… 47 2. Teknik Pengolahan Data Tes………48 3. Teknik Pengolahan Data Angket………. 49
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Pengambilan Data………... 51
B. Hasil Tes Tertulis……… 52
C. Analisa dan Pembahasan……… 54
1. Kesalahan yang ditemukan dan Faktor Penyebabnya…………. 54
2. Upaya Mengatasi Kesalahan……… 72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan……… 92
B. Saran………... 94
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam klasifikasi kata bahasa Jepang, terdapat salah satunya
bentuk kata depan, atau awalan, atau prefiks, yang biasa disebut dengan
settougo atau setsuji. Di dalam settougo pun terdapat beberapa macam
jenis kata awalan yang memiliki makna hampir sama. Diantaranya
imbuhan 不 (fu), 非 (hi), 未 (mi), 無 (mu), dan lain sebagainya. Dalam
bahasa Jepang, kata yang memiliki makna hampir sama atau bersinonim
disebut dengan ruigigo. Ruigigo adalah beberapa kata yang memiliki
bunyi ucapan yang berbeda namun memiliki makna yang hampir mirip
(Iwabuchi, 1089 : 288-289). Jika tidak ada perbedaan makna lagi di antara
dua sinonim, maka satu akan hilang dari perbendaharaan kata, dan satunya
tinggal. Yang normal dalam hubungan antar sinonim ialah bahwa ada
perbedaan nuansa, dan maknanya boleh disebut “kurang lebih
sama”(J.W.M. Verhaar, 2001 : 394). Dari 13 prefiks yang terdapat dalam
bahasa Jepang, fu- dan mu- merupakan contoh settougo yang memiliki arti
atau makna kurang lebih sama. Contoh kata dari kedua settougo tersebut
adalah :
1. 不自然
2. 無関係
Mukankei = tak berhubungan, tidak relevan
( Timothy J. Vance, 2004)
Dari contoh di atas, dapat terlihat bahwa makna settougo fu- dan
mu- sama-sama menunjukkan penidakan atau penyangkalan. Karena
cukup sering muncul atau familiar dengan lingkungan pembelajar tingkat
menengah khususnya, misalnya kata 不 便(fuben), 無 理 (muri), 無 料
(muryou), dan sebagainya. Oleh karena itu, penulis memutuskan untuk
mengambil kedua jenis settougo ini untuk dijadikan bahan penelitian.
Selain menggunakan settougo tersebut untuk menunjukkan penyangkalan,
ada pula bentuk pola kalimat “…ga arimasen,….dewa arimasen” yang
sebelumnya sudah terlebih dahulu dipelajari oleh para pembelajar sebelum
mengenal bentuk prefiks bahasa Jepang (Settougo). Karena sudah lebih
dahulu mempelajari pola tersebut dalam menyatakan penyangkalan, maka
tidak heran apabila pembelajar cenderung lebih sering menggunakan pola
kalimat tersebut dibandingkan dengan menggunakan settougo jenis fu- dan
mu-. Hal inilah yang menimbulkan rasa keingintahuan berikutnya dari diri
penulis untuk meneliti lebih lanjut mengapa pembelajar lebih cenderung
memilih tidak menggunakan settougo ketika mengungkapkan
penyangkalan. Adakah faktor kesalahan yang kerap ditimbulkan ketika
menggunakan settougo, sehingga menyebabkan pembelajar jarang untuk
menggunakannya. Disamping itu, adanya ketumpangtindihan makna
dapat dikatakan menjadi salah satu faktor yang menyebabkan timbulnya
kesulitan para pembelajar ketika menggunakan kedua jenis settougo
tersebut. Seperti halnya penelitian yang telah dilakukan oleh Ira Inayah
dengan judul “Analisis Penggunaan Settougo Yang Bermakna Negatif
Dalam Bahasa Jepang”, mengemukakan bahwa terdapat persamaan dan
perbedaan makna dari masing- masing settougo yang memiliki makna
negatif. Selain itu, adanya pengaruh interferensi bahasa yang berdampak
pada pemahaman atau pengertian dari bentuk tersebut. Contohnya,
kesalahan penggunaan terjadi karena dalam bahasa Indonesia, semua
bentuk tersebut memiliki kesamaan arti dalam bahasa Indonesia, yaitu
„tidak‟atau „tak‟, „tanpa‟ dan lain sebagainya. Kasus seperti itu pun terjadi
pada lingkungan akademik yang pada dasarnya telah menerima atau
mengetahui materi bentuk penidakan atau penyangkalan. Penelitian ini
perlu ditindak lanjuti mengingat menurut penulis materi settougo ini cukup
sering muncul dalam pembelajaran bahasa Jepang, khususnya ketika
pembelajar berada dalam level intermediate (chukyuu). Tidak jarang pula
settougo muncul dalam tes kemampuan bahasa Jepang atau yang biasa
dikenal dengan nihongo nouryokushiken. Mengingat begitu berperannya
settougo dalam lingkungan pembelajaran bahasa Jepang, ini menjadi salah
satu alasan penulis untuk memilih serta melakukan penelitian lebih lanjut
tentang settougo, khususnya fu- dan mu-.
Di samping itu, apabila kondisi pembelajar yang kerap kali
diabaikan, selain akan merugikan diri pembelajar itu sendiri, tentunya
dikhawatirkan akan merugikan orang lain dalam jumlah yang lebih banyak.
Selain itu, mengingat penggunaan settougo yang biasa atau lazimnya
digunakan dalam bidang percakapan, mengarang, menerjemahkan, dan
sebagainya, tentunya permasalahan ini sangat penting untuk ditanggulangi.
Sebaliknya, apabila masalah ini segera ditangani, salah satu hal positif
yang dapat diterima yaitu hasil pembelajaran bentuk prefiks bahasa Jepang
yang diterapkan pada bidang percakapan, mengarang, menerjemahkan,
bahkan pada nouryokushiken pun memiliki kualitas yang baik, memuaskan,
dan terpercaya.
Untuk menindaklanjuti permasalahan tersebut, penulis merasa
perlu untuk menganalisis lebih lanjut faktor penyebab munculnya
kesalahan penggunaan settougo di kalangan mahasiswa, menganalisis
bentuk kesalahan yang kerap kali muncul, serta upaya untuk mengatasi
kesalahan-kesalahan tersebut. Atas dasar itulah, penulis mengajukan judul
penelitian “Analisis Kesalahan Penggunaan Settougo Fu- dan Mu- Dalam
Kalimat Bahasa Jepang” (Pada Mahasiswa Tingkat III Jurusan Pendidikan
Bahasa Jepang Universitas Pendidikan Indonesia Tahun Ajaran
B. Rumusan Masalah
Bila diuraikan dalam bentuk pertanyaan, maka masalah yang akan dibahas oleh
penulis adalah :
1. Kesalahan apa saja yang kerap muncul pada mahasiswa dalam
menggunakan settougo fu- dan mu-?
2. Apa penyebab munculnya kesalahan tersebut?
3. Bagaimana upaya yang tepat untuk mengatasi kesalahan tersebut?
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka
batasan masalah yang akan dikemukakan dalam penelitian ini adalah :
1. Ragam atau jenis kesalahan yang dilakukan oleh mahasiswa dalam
menggunakan settougo fu- dan mu-.
2. Faktor penyebab kesalahan mahasiswa dalam menggunakan settougo
fu- dan mu-.
3. Solusi untuk mengatasi kesalahan tersebut agar tidak terulang kembali
di kemudian hari.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu :
1. Mengetahui kesalahan apa saja yang sering muncul pada mahasiswa
dalam menggunakan settougo fu- dan mu-.
3. Mengetahui solusi yang tepat untuk mengatasi kesalahan tersebut agar
tidak terulang lagi di masa yang akan datang.
E. Manfaat Penelitian
Hasil dari sebuah penelitian diharapkan akan memberikan manfaat, baik
secara teoritis maupun secara praktis. Berikut ini adalah manfaat teoritis
dan praktis dalam penelitian ini, yaitu :
A. Manfaat Teoritis
1. Dapat bermanfaat dalam dunia pengajaran dan pembelajaran
bahasa Jepang pada umumnya, khususnya dalam menggunakan
kata awalan (prefiks) bahasa Jepang, baik sebagai bahan evaluasi
pembelajaran, materi ajar, dsb.
2. Memberikan informasi tentang penyebab kesalahan dalam
menggunakan settougo fu- dan mu-.
3. Memberikan solusi agar kesalahan tersebut tidak dapat terulang
kembali.
B. Manfaat Praktis
1. Bagi penulis, dapat memperkaya pengetahuan dalam bahasa Jepang,
khususnya pada penggunaan settougo fu- dan mu-.
2. Bagi pengajar, dapat dijadikan referensi bahan pengajaran mengenai
3. Bagi mahasiswa, dapat meningkatkan pemahaman penggunaan
settougo fu- dan mu- serta menghindari kesalahan penggunaannya.
4. Dapat menjadi bahan referensi bagi peneliti selanjutnya untuk
mengkaji lebih mendalam mengenai bentuk settougo fu- dan mu-.
F. Definisi Operasional
a. Analisis Kesalahan
Menurut Ellis (1986 : 296) dalam (Tarigan : 2011 ), analisis kesalahan
adalah suatu prosedur kerja, yang biasa digunakan oleh para peneliti dan guru
bahasa, yang meliputi pengumpulan sampel, pengidentifikasian kesalahan yang
terdapat dalam sampel, penjelasan kesalahan tersebut, pengklasifikasian
kesalahan itu berdasarkan penyebabnya, serta pengevaluasian atau penilaian
taraf keseriusan kesalahan itu .
b. Settougo atau Setsuji
Setsuji „awalan‟ menurut Tokieda Seiki (1955:583) adalah kata yang
tidak digunakan sebagai kata tunggal yang berdiri sendiri dan biasanya
digabungkan dengan kata lain dan diucapkan dalam satu kesatuan yang
ditambahkan pada susunan kata baru.
Sedangkan menurut Yoshida dkk (1978:1162) setsuji „awalan‟ yaitu
kata yang tidak digunakan sebagai kata tunggal biasanya sudah dengan kata
“Kata lain yang melekat di depan sebuah kata, menambah arti,
menegaskan keadaan, mengubah fungsi tata bahasa dan membawa sifat kata”
(Muraishi, 1988 : 1075).
“Salah satu jenis Setsuji, merupakan kata yang selalu digunakan di
depan kata disebut juga settougo. Seperti „sai‟ pada „saikai‟, „mu‟ pada
„muryou‟ dan lain –lain “(Hayashi Shiro, 1933 : 548).
Sementara Shinmura (1998:1499) pengertian dari setsuji „awalan‟
adalah tidak dapat berdiri sendiri, apabila dilekatkan pada kata dasar akan
menunjukkan fungsi dari setsuji „awalan‟, mengubah jenis kata dan menambah
arti.
G. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010 : 173).
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan
Bahasa Jepang Universitas Pendidikan Indonesia.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,
2010: 174).
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah mahasiswa tingkat III
Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Pendidikan Indonesia
H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini dilakukan dengan cara membagi
ke dalam lima bab dengan urutan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN mencakup latar belakang masalah, rumusan
masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, populasi dan sampel
penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORITIS berupa bahasan mengenai teori yang
relevan untuk dijadikan acuan dalam penelitian. Termasuk teori tentang
analisis kesalahan, bentuk settougo fu dan mu, dan beberapa penelitian
terdahulu mengenai kata imbuhan awalan (prefiks) dalam bahasa Jepang
(settougo).
BAB III METODOLOGI PENELITIAN dalam bab ini diuraikan tentang
metode penelitian yang digunakan, instrumen yang digunakan dalam
penelitian, objek penelitian, teknik pengumpulan dan pengolahan data.
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN mencakup analisis
penulis terhadap kesalahan mahasiswa yang dapat dilihat dari hasil tes
instrumen, penyebab munculnya kesalahan, serta pembahasan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN berisi tentang kesimpulan dari
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode
Penelitian dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang dilakukan
berdasarkan pada langkah kerja ilmiah secara teratur, sistematis dan logis dalam
upaya mengkaji, memahami, dan menemukan jawaban dari suatu masalah. Terdapat
dua jenis bidang garapan penelitian, yaitu penelitian kependidikan dan penelitian
non-kependidikan. Penelitian pendidikan merupakan upaya untuk memahami
permasalahan pendidikan serta hal-hal yang lain berhubungan dengannya, melalui
pengumpulan berbagai bukti akurat, dilakukan secara sistematis berdasarkan metode
ilmiah, sehingga diperoleh suatu jawaban untuk memecahkan masalah tersebut
(Sutedi, 2011 : 16).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis kesalahan yang dilakukan
oleh mahasiswa dalam menggunakan imbuhan awalan bahasa Jepang (settougo),
untuk mengetahui faktor penyebab kesalahan tersebut muncul, dan untuk mencari
solusi yang tepat agar kesalahan dalam menggunakan imbuhan awalan bahasa Jepang
(settougo) tidak terulang kembali. Karena analisis kesalahan mahasiswa merupakan
suatu garapan penelitian kependidikan, maka dapat disimpulkan penelitian ini
Sementara itu, objek penelitian bidang kependidikan biasanya menyangkut
penyelenggaraan pendidikan atau pengajaran pada suatu lembaga, yang secara garis
besarnya dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu : (1) program pengajaran, (2) proses
pengajaran, dan (3) hasil belajar (Sutedi, 2011 : 27). Objek kajian dari penelitian ini
adalah hasil pengajaran berupa kesalahan mahasiswa. Disini penulis bermaksud untuk
mengukur tingkat kesalahan mahasiswa terhadap penggunaan imbuhan awalan
bahasa Jepang (settougo).
Dalam sebuah penelitian, metode dapat diartikan sebagai suatu langkah atau
cara dalam memecahkan permasalahan yang ada. Menurut Sutedi (2011 : 53), metode
dapat diartikan sebagai cara atau prosedur yang harus ditempuh untuk menjawab
masalah penelitian. Langkah kerja tersebut bersifat sistematis, mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, dan pengambilan kesimpulan.
Data yang diperoleh berupa data kuantitatif dan kualitatif, yang bersumber
dari mahasiswa tingkat III Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang (JPBJ) Fakultas
Pendidikan Bahasa dan Seni (FPBS) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Tahun
Ajaran 2012/2013 sebanyak 30 orang, yang kemudian disebut responden penelitian.
Data diperoleh dengan menggunakan instrumen berupa soal tes, angket, dan pedoman
wawancara.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik sampling. Sampel adalah
sebagian atau wakil populasi yang ditelitri (Arikunto, 2010 : 174). Dinamakan
kesimpulan penelitian sebagai sesuatu yang berlaku bagi populasi (Arikunto, 2010 :
175).
Oleh karena itu, metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Penelitian
deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan, menjabarkan
suatu fenomena yang terjadi saat ini dengan menggunakan prosedur ilmiah untuk
menjawab permasalahan secara actual. Masalah dalam penelitian deskriptif adalah
masalah-masalah actual yang terjadi pada masa penelitian ini dilakukan. Langkah
kerja dalam penelitian deskriptif adalah memilih dan merumuskan masalah,
menentukan jenis data dan prosedur pengumpulannya, menganalisa data,
menyimpulkan, dan membuat laporan (Sutedi, 2011 : 58)
Menurut (Best, 1982 : 119) dalam Sukardi (2003 :157), penelitian deskriptif
merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi
objek sesuai dengan apa adanya. Dengan metode deskriptif, peneliti memungkinkan
untuk melakukan hubungan antarvariabel, menguji hipotesis, mengembangkan
generalisasi, dan mengembangkan teori yang memiliki validitas universal (West,
1982) dalam Sukardi (2003 : 157). Tujuan utama penelitian deskriptif yaitu
menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek yang
diteliti secara tepat (Sukardi, 2003 : 157). Metode ini dipilih karena penulis hendak
menjabarkan kesalahan mahasiswa terhadap imbuhan awalan bahasa Jepang
B. Teknik Pengumpulan Data 1. Jenis Data
a. Kuantitatif
Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang datanya berupa angka-angka yang
diolah dengan menggunakan metode statistik (Sutedi, 2011: 23).
b. Kualitatif
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang datanya bukan berupa angka-angka
dan tidak perlu diolah dengan menggunakan metode statistik. Data penelitian dapat
berupa kalimat, rekaman atau dalam bentuk yang lainnya. (Sutedi, 2011: 23).
2. Sumber Data
Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data
dapat diperoleh (Arikunto, 2010 : 172).
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan
Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI Tingkat III Tahun Ajaran 2012/2013 yang telah
mengenal atau menggunakan imbuhan awalan Bahasa Jepang (settougo) dalam mata
kuliah hyouki ataupun mata kuliah lainnya.
3. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yaitu alat yang digunakan untuk mengumpulkan atau
menjadi dua, yaitu yang berbentuk tes dan non tes. Instrumen yang berupa tes terdiri
atas tes tulisan, tes lisan, dan tes tindakan. Instrumen non tes dapat berupa angket,
pedoman observasi, pedoman wawancara, skala sosiometri, daftar (checklist) dan
sebagainya (Sutedi, 2011 : 155). Data instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah :
1. Angket
Angket merupakan salah satu instrumen pengumpul data penelitian yang
diberikan kepada responden (manusia dijadikan subjek penelitian). Teknik angket ini
dilakukan dengan cara pengumpulan datanya melalui daftar pertanyaan tertulis yang
disusun dan disebarkan untuk mendapatkan informasi atau keterangan dari responden
(Faisal, 1981 : 2) dalam Sutedi (2011 : 164). Senada dengan yang diungkapkan oleh
Sutedi, menurut Arikunto (2010 : 194), angket atau kuesioner adalah sejumlah
pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden
dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Angket yang
digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup. Angket tertutup yaitu angket
yang alternatif jawabannya sudah disediakan oleh peneliti, sehingga responden tidak
memiliki keleluasaan untuk menyampaikan jawaban dari pertanyaan yang diberikan
kepadanya. Adapun beberapa langkah dalam menyusun instrumen angket,
diantaranya yang dikemukakan oleh Sakai (2005 :53) dalam Sutedi (2011 : 165),
yaitu :
(b) merumuskan dan menetapkan bentuk jawaban yang diharapkan ;
(c) melampaskan bahasa agar mudah dipahami oleh responden ;
(d) merumuskan kategori jawabannya secara lengkap ;
(e) membuat petunjuk atau perintah pengisisan ;
(f) memilih bentuk yang ditetapkan ;
(g) membuat kalimat pengantar ;
(h) uji coba ;
(i) mengolah dan merevisinya;
(j) memperbaiki dan menetapkan bentuknya ; dan
(k) pencetakan dan penggandaan.
2. Pedoman Wawancara
Wawancara sering disebut sebagai angket lisan atau angket langsung, karena data
yang dikumpulkan baik melalui angket maupun melalui wawancara bentuk dan
sumbernya sama (Sutedi, 2011 : 170). Senada dengan Sutedi, dalam Arikunto (2010 :
198), interviu yang sering juga disebut dengan wawancara atau kuesioner lisan,
adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk
memperoleh informasi dari terwawancara (interviewer). Secara fisik, interviu dapat
dibedakan atas interviu terstruktur dan interviu tidak terstruktur. Sementara ditinjau
a. Interviu bebas, inguided interview, dimana pewawancara bebas menanyakan apa
saja, tetapi juga mengingat akan data apa yang akan dikumpulkan. Dalam
pelaksanaannya pewawancara tidak membawa pedoman (ancer-ancer) apa yang
akan ditanyakan. Kebaikan metode ini adalah bahwa responden tidak menyadari
sepenuhnya bahwa ia sedang diinterviu.
b. Interviu terpimpin, guided interview, yaitu interviu yang dilakukan oleh
pewawancara dengan membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci
seperti yang dimaksud dalam interviu terstruktur.
c. Interviu bebas terpimpin, yaitu kombinasi antara interviu bebas dan interviu
terpimpin. (Arikunto, 2010 : 199)
Penulis akan memberikan pertanyaan-pertanyaan secara langsung yang bersifat
konfirmasi terhadap jawaban soal tes responden mengenai penggunaan settougo Fu-
dan Mu-. Dari hasil wawancara ini penulis dapat meilah-milah kesalahan yang
berupa error atau mistake.
3. Tes
Tes merupakan alat ukur yang biasanya digunakan untuk mengukur hasil
belajar siswa setelah selesai satu satuan program pengajaran tertentu (Sutedi 2011 :
157). Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan
untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang
dimiliki oleh individu atau kelompok. Berdasarkan kebutuhan dari penelitian ini yang
awalan bahasa Jepang (settougo) Fu- dan Mu-, maka penulis memilih tes sebagai
berikut :
a. Bagian I (memilih prefiks bahasa Jepang yang tepat pada kata yang
rumpang)
b. Bagian II (memberi tanda benar atau salah pada pernyataan yang
mengandung prefiks bahasa Jepang)
c. Bagian III (menerjemahkan kalimat bahasa Jepang yang mengandung prefiks
bahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia)
d. Bagian III (menerjemahkan kalimat bahasa Indonesia yang mengandung
prefiks bahasa Jepang ke dalam bahasa Jepang)
Bahan sumber pembuatan soal tes ini penulis ambil dari beberapa buku sumber,
diantaranya Prefiks dan Sufiks dalam Bahasa Jepang, Shougaku Kokugo Jiten,
Nihongo Daijiten, Nihongo Hyakka Jiten.
Instrumen penelitian yang berupa tes sebelum digunakan perlu diuji
kelayakannya. Untuk mengukur kelayakan dari instrumen penelitian ini, penulis
menempuh beberapa tahap. Tahap-tahap tersebut merupakan tahap yang sudah lazim
dilewati sebelum tes diberikan kepada subjek penelitian. Melalui tahap-tahap tersebut,
maka akan menghasilkan instrumen penelitian berupa tes yang layak digunakan untuk
menghasilkan data penelitian yang diharapkan dapat menjawab masalah-masalah
penelitian. Adapun tahapan yang diperlukan untuk menghasilkan instrumen
a. Validitas
Instrumen yang baik adalah yang memiliki validitas. Valid artinya dapat
mengukur apa yang hendak diukur dengan baik. Validitas terdiri dari dua macam,
yaitu validitas internal dan validitas external. Dalam hal ini untuk menguji
kevalidan instrument penelitian, penulis menggunakan validitas external yang
dilakukan dengan cara membandingkannya dengan perangkat tes lain.
b. Reliabilitas
Reliabilitas juga merupakan salah satu syarat agar instrument yang berupa tes
bisa teruji kelayakannya. Sifat reliabel, artinya memiliki keajegan atau
keterpercayaan. Intinya suatu alat tes kapanpun dan dimanapun, ketika digunakan
akan memiliki hasil yang relatif sama, kalaupun terdapat perbedaan atau
perubahan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (Sutedi, 2009 : 161).
Untuk menguji reliabilitas dari instrument penelitian yang berupa tes tertulis ini,
penulis menggunakan rumus statistik untuk menghitung uji reliabilitas yang
hasilnya terlampir pada hasil uji coba tes tertulis.
4. Hasil Uji Coba Tes Tertulis
Untuk menguji kelayakan instrumen dengan menggunakan uji validitas dan
reliabilitas terlebih dahulu diperlukan tes tertulis. Uji coba tes tertulis ini dilakukan
pada 15 orang mahasiswa diluar sampel penelitian. Setelah uji coba tes dilaksanakan,
Untuk menguji kevalidan instrumen penelitian, penulis memberikan test dua
kali kepada sampel yang sama. Perangkat tes yang pertama diberikan adalah tes yang
dibuat oleh penulis sebagai uji coba instrumen dan tes kedua yang diberikan adalah
perangkat tes lain yang sudah dianggap standar. Setelah kedua tes diberikan, penulis
menganalisis hasilnya dengan menggunakan rumus t hitung :
Keterangan :
t : nilai t hitung SEM xy : Standar Error Mean X dan Y
Mx : Mean variable X My : Mean variable Y
Sebelum mencari nilai t hitung terlebih dahulu penulis harus mencari nilai
rata-rata (mean) dan standar deviasi dari setiap variable (X dan Y) menggunakan
rumus statistic di bawah ini :
Rumus untuk mencari mean X Rumus untuk mencari mean Y
Rumus untuk mencari standar deviasi X
Rumus untuk mencari standar deviasi Y
Rumus mencari standar error mean kedua variable
Rumus mencari standar error perbedaan mean X dan Y
Setelah dihitung menggunakan cara statistik, penulis memperoleh hasil
sebagai berikut :
Sdy =
√
SEMx =
√
SEMy =
√
N X Y XY x² y²
1 70 68 4760 4900 4624
2 70 68 4760 4900 4624
3 68 67 4556 4624 4489
4 67 66 4422 4489 4356
5 67 65 4355 4489 4225
6 68 66 4488 4624 4356
7 69 67 4623 4761 4489
8 63 61 3843 3969 3721
9 61 59 3599 3721 3481
10 61 59 3599 3721 3481
11 61 60 3660 3721 3600
12 65 58 3770 4225 3364
13 50 49 2450 2500 2401
14 50 46 2300 2500 2116
15 48 45 2160 2304 2025
∑ 938 904 57345 59448 55352
Mean 62,5 60,2 3823 3832,53 3690,13
t hitung 2,14
t tabel 5% 2,04
Tabel 3.1 Tabel Perhitungan Validitas
Nilai t-tabel diperoleh berdasarkan pada tabel nilai t Anas Sudjiono (1992 :
374) dalam Sutedi (2011 : 244), yaitu dengan derajat kebebasan yang nilainya n-1
skala 5% adalah 2,04. Sementara nilai n-1 diperoleh berdasarkan rumus :
Digunakan rumus tersebut dikarenakan data diperoleh dari kelompok yang jumlahnya
sama, oleh karena itu variabelnya adalah 1.
Berdasarkan hasil perhitungan, dapat diketahui bahwa nilai t hitung 2,14 lebih
besar dari nilai t tabel 2,04. Artinya, soal tes tertulis ini valid dan layak digunakan
sebagai instrument penelitian.
Setelah instrument penelitian telah diketahui valid, selanjutnya untuk mencari
angka reliabilitasnya penulis menggunakan reliabilitas ekternal yang dapat dilakukan
dengan cara ekuivalensi. Penulis memberikan tes yang berbeda tetapi materinya sama
kepada sampel penelitian, kemudian dicari angka korelasinya dengan menggunakan
rumus statistik sebagai berikut :
√
Setelah diolah menggunakan hitungan statistik dengan rumus di atas,
diperoleh hasil sebagai berikut :
N X Y XY x² y²
1 70 68 4760 4900 4624
2 70 68 4760 4900 4624
3 68 67 4556 4624 4489
4 67 66 4422 4489 4356
5 67 65 4355 4489 4225
6 68 66 4488 4624 4356
7 69 67 4623 4761 4489
8 63 61 3843 3969 3721
9 61 59 3599 3721 3481
10 61 59 3599 3721 3481
11 61 60 3660 3721 3600
12 65 58 3770 4225 3364
13 50 49 2450 2500 2401
14 50 46 2300 2500 2116
15 48 45 2160 2304 2025
∑ 938 904 57345 59448 55352
rxy 0,98
Keterangan Sangat Tinggi
Berdasarkan hitungan di atas, diperoleh angka korelasi 0,98 yang termasuk ke
dalam kategori sangat tinggi. Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa instrumen
penelitian ini memiliki reliabilitas yang cukup tinggi dan dapat digunakan sebagai
instrument penelitian.
Untuk lebih menguatkan kelayakkan instrumen tes tertulis yang digunakan,
penulis memperoleh expert judgement dari pakar yang berpengalaman.
C. Teknik Analisis Data
1. Teknik pengumpulan data tes
Dalam penelitian ini data diambil dengan cara meminta sampel untuk
mengerjakan tes tertulis. Mereka diharuskan mengisi bagian yang kosong dengan
menggunakan settougo Fu atau Mu dan menerjemahkan kalimat bahasa Indonesia ke
dalam bahasa Jepang, serta menerjemahkan kalimat bahasa Jepang ke dalam bahasa
Indonesia dengan alokasi waktu selama 60 menit. Setelah sampel mengisi tes tertulis,
mereka mengisi angket yang telah tersedia.
Data – data tersebut dikumpulkan dengan cara one shoot model, yaitu model
pendekatan yang menggunakan satu kali pengumpulan data pada satu saat. Adapun
2. Teknik pengolahan data tes
Data yang telah diperoleh kemudian akan diolah, dianalisis, dan
diinterpretasikan. Berikut ini adalah langkah- langkah teknik analisis yang
digunakan :
1. Memeriksa jawaban yang benar dan salah untuk setiap bentuk soal
2. Mengambil data yang berupa kesalahan dari hasil tes tersebut
3. Membuat tabel frekuensi dan persentase dari kesalahan-kesalahan tersebut
4. Menghitung kesalahan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
P : persentase jawaban
f : frekuensi jawaban
x : jumlah responden
5. Setelah didapatkan data yang berupa kesalahan error, selanjutnya penulis
melakukan analisa untuk menjawab seluruh masalah penelitian.
Adapun langkah-langkah analisa data yang dilakukan adalah :
Menyusun tabel frekuensi dan persentase berdasarkan ranking kesalahan
yang paling banyak muncul untuk setiap jawaban yang error sesuai
Menarik kesimpulan kesalahan-kesalahan apa saja yang muncul dalam
penggunaan settougo Fu- dan Mu- sesuai dengan pemahaman tentang
settougo Fu- dan Mu-.
Menguraikan penyebab kesalahan berdasarkan kategori kesalahan
berbahasa, serta memberikan penjelasan penyebab munculnya kesalahan
tersebut berdasarkan penyebab kesalahan dari segi fungsi, makna, dan
konteks kalimat serta penyebab berdasarkan hasil angket dan wawancara.
Memberikan pembahasan secara teoritis pada setiap kesalahan error
sesuai dengan letak kesalahan dan penyebabnya, sehingga dapat
menemukan upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi atau
mengatasi kesalahan tersebut.
6. Menarik kesimpulan sesuai dengan hasil analisis data.
3. Teknik pengolahan data angket
Untuk menghitung data angket dilakukan dengan cara berikut :
1. Mengumpulkan jawaban pada angket
2. Mengklasifikasi jawaban
3. Menghitung frekuensi dan persentase jawaban dari setiap nomor pertanyaan
dengan rumus :
P : prosentase jawaban
f : frekuensi jawaban
x : jumlah responden
4. Menyusun tabel frekuensi dan persentase jawaban tiap-tiap pertanyaan
5. Analisis dan interpretasi jawaban sampel tiap nomor pertanyaan
Jumlah Responden Interpretasi
0 Tidak ada
1-5 Hampir tidak ada
6-25 Sebagian kecil
26-49 Hampir setengahnya
50 Setengahnya
51-75 Lebih dari setengahnya
76-95 Sebagian besar
96-99 Hampir seluruhnya
100 Seluruhnya
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Setelah melakukan koreksi serta analisis kesalahan pada seluruh jawaban
responden yang mewakili mahasiswa tingkat III Jurusan Pendidikan Bahasa
Jepang Tahun Ajaran 2012/2013, berikut dapat disimpulkan hal – hal sebagai
berikut :
1. Kesalahan yang muncul mencakup dari semua aspek. Terdapat 113 kesalahan
dalam soal penggunaan settougo 不 dan 無 pada konteks pemahaman
kalimat dan penggunaan settougo Fu- atau Mu yang tepat dalam
menunjukkan fungsi settougo masing-masing atau setara dengan 39,37%, 97
kesalahan yang diwakili dengan angka persentase 33,80% dalam soal
pemahaman penggunaan settougo Fu- dan Mu- pada sebuah pernyataan,
terakhir pemahaman makna settougo Fu- dan Mu- dalam proses
menerjemahkan sebanyak 77 kesalahan atau setara dengan 26,83%.
2. Berdasarkan hasil analisis pada tes tertulis dan wawancara, faktor penyebab
kesalahan adalah :
a) Responden tidak terlalu memahami fungsi settougo 不 dan 無 .
b) Responden kurang memahami secara mendalam tentang perbedaan
c) Adanya over generalisasi seperti menganggap bahwa setiap kata yang
menggunakan settougo 不 dan 無 menunjukkan arti “tidak”
dalam bahasa Indonesia.
d) Terjadinya transfer bahasa dan kurangnya pemahaman mahasiswa, ketika
menerjemahkan bentuk penyangkalan, baik dari bahasa Jepang ke dalam
bahasa Indonesia, maupun sebaliknya.
Melihat dari hasil angket dan wawancara, hal ini disebabkan oleh beberapa
factor, diantaranya :
a) Terbatasnya buku sumber yang menjelaskan secara rinci mengenai
penggujaan settougo 不 dan 無 .
b) Tidak adanya materi khusus dalam buku pembelajaran mengenai
penggunaan settougo 不 dan 無 .
c) Kurangnya penjelasan dari dosen dalam pembelajaran di kelas mengenai
penggunaan settougo 不 dan 無 .
d) Kurangnya intensitas penggunaan settougo 不 dan 無 dalam
pembelajaran bahasa Jepang, khususnya di dalam kelas.
e) Kurangnya konsentrasi responden dalam menangkap maksud konteks
kalimat.
f) Responden terlalu terburu-buru dalam menentukan jawaban yang tapat
tanpa melihat konteks kalimat.
3. Untuk mengatasi kurangnya kompetensi tersebut, peran serta pengajar sangat
diperlukan. Salah satu cara untuk menanggulangi kurangnya faktor
a) Pengajar memberikan contoh-contoh kalimat settougo 不 dan 無
dengan metode yang mudah dipahami sehingga responden dapat melihat
dengan jelas perbedaan penggunaannya.
b) Memberikan latihan kepada responden dengan membuat kalimat yang
memakai settougo 不 dan 無 .
Selain peran serta pengajar, upaya tersebut tidak akan berhasil apabila
tidak ada motivasi dari responden untuk mempertahankan pemahaman
yang telah diperoleh. Hal yang dapat dilakukan responden diantaranya :
a) Mengaplikasikan settougo 不 dan 無 dalam kegiatan pembelajaran,
misalnya dalam membuat kalimat ketika menulis sebuah karangan.
b) Sering membaca buku-buku penunjang mengenai settougo khususnya. Hal
tersebut berguna agar responden dapat lebih sering menemukan contoh
penggunaan dan penjelasan yang lebih mendetail mengenai settougo 不
dan 無 . Disamping itu juga dapat menambah wawasan pengetahuan
bahasa Jepang.
Selain dilihat dari segi pengajar dan pembelajar, adapula upaya yang dapat
dilakukan oleh keduanya untuk mengatasi kesalahan penggunaan settougo,
yaitu dengan metode pengajaran remedi yang telah dipaparkan pada bab
IV.
B. SARAN
a. Diperlukan adanya penjelasan yang lebih mendalam mengenai
penggunaan settougo 不 dan 無 .
b. Memberikan referensi buku penunjang mengenai settougo 不 dan
無 , khusunya dalam menunjang perkuliahan bunpou atau sakubun.
2. Saran Untuk Pembelajar
a. Senantiasa berupaya menambah wawasan dengan mencari buku atau
sumber lain yang relevan diluar buku handout yang digunakan dalam
perkuliahan.
b. Lebih meningkatkan motivasi belajar, lebih berkonsentrasi pada
perkuliahan, serta senantiasa melakukan pembelajaran mandiri di luar
perkuliahan.
c. Lebih banyak mengaplikasikan penggunaan settougo, salah satunya
adalah 不 dan 無 dengan menggunakannya ketika membuat
kalimat.
3. Saran Untuk Peneliti Selanjutnya
a. Dalam penelitian ini penulis hanya membahas mengenai kesalahan
yang muncul dalam penggunaan settougo Fu- dan Mu-, penyebab
munculnya kesalahan tersebut, serta upaya mengatasi kesalahan
penggunaannya. Untuk penelitian selanjutnya penulis menyarankan
agar meneliti metode yang tepat untuk para pembelajar dalam
b. Masih terdapat beberapa settougo yang dapat dijadikan bahan penelitian
selanjutnya, karena penulis hanya mengambil dua buah settougo, yakni
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, Ira Inayah R. 2009. Analisis Penggunaan Settougo Yang Bermakna Negatif
Dalam Bahasa Jepang. Skripsi S1 pada FPBS UPI Bandung : tidak
diterbitkan
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.
Asano, Tsuruko. 1994. Gaikokujin no Tame no Kihongo Yourei Jiten. Tokyo : Agency for Cultural Affairs (Bunkatei)
Danasasmita, Wawan dan Sudjianto. 1983. Pengantar Tata Bahasa Jepang. Bandung : BSC
Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke Empat. Jakarta : Balai Pustaka.
George, H.V. 1972. Common Errors in Language Learning ; Insight From English.
Massachusetts : Newbury House Publisher.
Guruupu Jamashi. 1998. Nihongo Bunkei Jiten. Kuroshio, Japan.
Haruhiko, Kindaichi. 1989. Nihongo Daijiten. Japan : Kodansha
Haruhiko, Kindaichi. 1979. Nihongo Hyakka Jiten. Japan : Sanseido
Izuhara, Shouji. 1998. Ruigigo Tsukaiwake Jiten. Tokyo : Kenkyuusha
Kiyoshi, Kobayashi, 1981. Kokugo Daijiten. Japan : Shogakukan
Matsumura, Akira. 2001. Nihongo Bunpou Daijiten. Tokyo : Meijishoshin.
Miyaji, Matatsuo dan Nitta, Yoshio. 1995. Nihongo Ruigigo Hyougen No Bunpu
(Shita). Urawa : Kuroshio
Norissh, John. 1983. Language Learners and Theirs Errors. London : The Macmillan
Press.Ogawa, Masao. 1990. Nihongo Kyouiku Jiten. Tokyo : Taishukan Soten.
Suratminto, Lilie, 1996. ―Remedial Class untuk Mahasiswa BIPA Tingkat Tengah
dan Lanjutan‖. Makalah Konferensi Internasional II Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA II) 29 Mei - 1 Juni 1996 di IKIP Padang.
Sudjianto dan Ahmad Dahidi. 2007. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta : Kesaint Blanc.
Sutedi, Dedi. 2009. Penelitian Pendidikan Bahasa Jepang. Bandung : Humaniora.
___________. 2007. Nihongo no Bunpou ; Tata Bahasa Jepang Tingkat Dasar. Bandung : Humaniora Utama Press (HUP).
___________. 2004. Dasar – dasar Linguistik Bahasa Jepang (Nihongo no Kiso).
Bandung : Humaniora.
Tadao, Umesao dkk. 1995. Nihongo Daijiten. Japan : Kodansha
Tarigan, Henry dan Djago Tarigan. 2011. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung : Angkasa.
Verhaar. 2001. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Vance, Timothy. 2004. Prefiks dan Sufiks dalam Bahasa Jepang. Jakarta : Kesaint Blanc