PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN POE
(PREDICT, OBSERVE, EXPLAIN) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP
DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIDIK
(Studi Eksperimen Pada Mata Pelajaran Geografi Kelas X
di SMA Negeri Darmaraja Kabupaten Sumedang)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Geografi
Oleh:
CIPTA SUHUD WIGUNA (1006958)
PRODI MAGISTER PENDIDIKAN GEOGRAFI
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PERNYATAAN
“Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “ PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN POE (PREDICT, OBSERVE, EXPLAIN) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIDIK (Studi Eksperimen Pada Mata Pelajaran Geografi Kelas X di SMA Negeri Darmaraja Kabupaten Sumedang)” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/ sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini”.
Bandung, 22 Januari 2013 Yang membuat Pernyataan
ABSTRAK
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN POE
(PREDICT, OBSERVE, EXPLAIN) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIDIK
(Studi Eksperimen Pada Mata Pelajaran Geografi Kelas X di SMA Negeri Darmaraja Kabupaten Sumedang)
Oleh: Cipta Suhud Wiguna, S.Pd (1006958)
Pembimbing: Prof. Dr. Nursid Sumaatmadja Dr. Epon Ningrum, M.Pd
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya pemahaman konsep, dan kemampuhan berpikir kreatif peserta didik pada pembelajaran geografi. Model pembelajaran POE dapat mengembangkan pemahaman konsep, dan kemampuhan berpikir kreatif, untuk itu dilakukan penelitian penerapan model pembelajaran POE dalam pembelajaran geografi. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi ekperimen dengan Pretest-Posttest, Non-Equivalent Control Group Design. Variabel yang diteliti adalah pemahaman konsep, kemampuan berpikir kreatif peserta didik dan model pembelajaran POE. Sampel terdiri atas dua kelas penelitian, yaitu kelas X5 sebagai kelas eksperimen dan kelas X6 sebagai kelas kontrol. Instrumen yang digunakan untuk pengukuran pemahaman konsep adalah test, dan untuk pengukuran kemampuhan berpikir kreatif adalah LKS, sedangkan untuk pengujian hipotesis menggunakan uji t. Hasil penelitian menunjukan (1). Terdapat perbedaan hasil pre test-post test pemahaman konsep erosi peserta didik pada kelas eksperimen dengan model pembelajaran POE. Artinya hipotesis Ha1
diterima. (2) Terdapat perbedaan hasil pre test-post test pemahaman konsep erosi peserta didik pada kelas kontrol dengan model konvensional. Artinya hipotesis Ha2 diterima. (3) Terdapat perbedaan pemahaman konsep erosi peserta didik pada
kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran POE dengan kelas kontrol yang menggunakan model konvensional. Artinya hipotesis Ha3 diterima.
(4) Terdapat perbedaan kemampuhan berpikir kreatif peserta didik pada kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Artinya hipotesis Ha4 diterima. Dengan
demikian penggunaan model pembelajaran POE berpengaruh terhadap pemahaman konsep dan kemampuhan berpikir kreatif peserta didik. Untuk itu direkomendasikan penggunaan model pembelajaran POE pada pembelajaran geografi. Adapun yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan model pembelajaran POE yaitu guru harus memahami model pembelajaran POE, matang dalam mempersiapkan perangkat pembelajaran, serta senantiasa memantau dan membimbing peserta didik dalam tahapan-tahapan pembelajaran POE.
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 9
C. Tujuan ... 9
D. Signifikansi dan Manfaat Penelitian ... 10
E. Definisi Operasional ... 11
F. Sistematika Penulisan ... 13
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 14
A. Pembelajaran ... 14
1. Pengertian Pembelajaran ... 14
2. Peran Guru dalam Pembelajaran ... 14
B. Model Pembelajaran ... 16
C. Model Pembelajaran POE (Predict, Observe, Explain) ... 18
1. Pengertian dan Teori Pendukung ... 18
2. Prosedur Model POE ... 21
3. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran POE ... 25
D. Pembelajaran Konvensional (Tradisional) ... 27
E. Pemahaman Konsep ... 30
F. Kemampuan Berpikir Kreatif ... 34
G. Alur Pemikiran ... 43
BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 45
A. Metode dan Desain Penelitian ... 45
B. Populasi Dan Sampel ... 46
C. Instrumen Penelitian ... 47
1. Tes Pemahaman Konsep ... 47
a. Validitas ... 49
b. Reliabilitas ... 50
c. Uji Indeks Kesukaran ... 52
d. Daya pembeda ... 53
2. Lembar Kerja Siswa ... 54
D. Analisis Data ... 55
1. Uji Normalitas ... 55
2. Uji Homogenitas ... 56
4. Uji Beda ... 58
5. Pengujian Hipotesis ... 60
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 61
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 61
1. Lokasi SMA Negeri Darmaraja ... 61
2. Sumber Daya ... 62
a. Sarana Belajar ... 62
b. Prasarana Belajar ... 63
c. Tenaga Pendidik dan Kependidikan ... 63
d. Peserta Didik ... 64
3. Kurikulum ... 65
a. Struktur Kurikulum ... 65
b. Muatan Kurikulum ... 66
B. Deskripsi Data Penelitian ... 67
1. Pemahaman Konsep Peserta Didik ... 68
a. Hasil PreTest dan PostTest Pemahaman Konsep Pada Kelas Eksperimen 68 b. Hasil PreTest dan PostTest Pemahaman Konsep Pada Kelas Kontrol ... 71
c. Pemahaman Konsep Peserta Didik Setelah Perlakuan ... 72
2. Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik ... 75
C. Analisis Data ... 78
1. Uji Normalitas ... 78
3. Uji Hipotesis ... 82
a. Uji Hipotesis 1 ... 83
b. Uji Hipotesis 2 ... 84
c. Uji Hipotesis 3 ... 85
d. Uji Hipotesis 4 ... 87
D. Pembahasan ... 88
BAB V HASIL KESIMPULAN DAN SARAN ... 99
A. Kesimpulan ... 99
B. Saran ... 101
DAFTAR PUSTAKA ... ... 103
LAMPIRAN LAMPIRAN ... 107
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Ciri dan Indikator Kemampuhan Berpikir Kreatif ... 38
2.2 Hasil Identifikasi Penilaian Keterampilan Berpikir Kreatif ... 42
3.1 Desain Eksperimen ...……….…….……... 46
3.2 Penentuan Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ……….……... 47
3.3 Kisi-kisi Pemahaman Konsep ...……... 48
3.4 Rekap Uji Validitas, Uji Indeks Kesukaran, dan Uji Daya Beda.…... 54
4.1 Rekapitulasi Jumlah Peserta Didik SMA Negeri Darmaraja ….……... 64
4.2 Hasil Skor Pre Tes, Post Tes , dan N-gain Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen ... 69
4.3 Perbandingan Persentase Skor Rata-rata N-gain pada Setiap Aspek Pemahaman Konsep Kelas eksperimen ... 70
4.4 Hasil Skor Pre Tes, Post Tes , dan N-gain Pemahaman Konsep Kelas Kontrol ... 71
4.5 Perbandingan Persentase Skor Rata-rata N-gain pada Setiap Aspek Pemahaman Konsep Kelas Kontrol ... 72
4.6 Perbandingan Hasil Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 76
4.8 Hasil Uji Normalitas Skor Pre Test dan Post Test Pemahaman Konsep
Erosi Pada Kelas Kontrol ... 79
4.9 Hasil Uji Normalitas N-gain Pemahaman Konsep Erosi
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 79
4.10 Hasil Uji Normalitas Kemampuhan Berpikir Kreatif
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 80
4.11 Hasil Uji Homogenitas Pre Test-Post Test Pemahaman
Konsep Erosi dan N-gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 81
4.12 Hasil Uji Homogenitas Kemampuhan Berpikir Kreatif
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 82
4.13 Hasil Uji Perbedaan Pre Test dan Post Test
Pemahaman Konsep Erosi Pada Kelas Eksperimen ... 83
4.14 Hasil Uji Perbedaan Pre Test dan Post Test
Pemahaman Konsep Erosi Pada Kelas Kontrol ... 84
4.15 Hasil Uji beda Nilai Post Test dan N-gain Pemahaman Konsep
Erosi Antara Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 86
4.16 Hasil Uji beda Skor Kemampuhan Berpikir Kreatif
Antara Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 87
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
4.1 Grafik Perbandingan Nilai Rata-rata Pre Test-Post
Test Pemahaman Konsep Pada Kelas Eksperimen ... 69
4.2 Grafik Perbandingan Nilai Rata-rata Pre Test-Post
Test Pemahaman Konsep Pada Kelas Kontrol ... 71
4.3 Perbandingan Nilai Rata-Rata Pre Test dan Post Test
Pemahaman Konsep Pada Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 73
4.4 Perbandingan nilai rata-rata N-gain Tiap Aspek Pemahaman Konsep
Pada Kelas Kontrol Dan Kelas Eksperimen ... 74
4.5 Perbandingan nilai rata-rata tiap aspek kemampuhan berpikir kreatif (%)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Pengujian Pemahaman Konsep Awal Peserta Didik ... 107
2. Rencana pembelajaran kelas eksperimen dan kelas kontrol …... 111
3. Rencana pembelajaran kelas kontrol …... 111
4. Modul Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 117
5. LKS Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 120
6. Hasil Analisis Butir Soal ... 129
7. Kisi-kisi Soal Pemahaman Konsep (Pre Test dan Post Test) ... 130
8. Soal Pre Test dan Post Test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 131
9. Hasil Pemeriksaan Soal Pre Test dan Post Test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 133
10. Pedoman Pengukuran Kemampuhan Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 134
11. Hasil Pengukuran Kemampuhan Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .... ... 136
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lingkungan sebagai tempat tinggal manusia begitu komplek dengan
berbagi peristiwa dan kegiatan. Hal tersebut memberikan stimulus yang
berbeda-beda, sehingga menuntut manusia untuk memiliki dan mengembangkan
kemampuan mengorganisasikan, serta memberikan kategori berbagai stimulus
yang mereka hadapi tersebut menjadi sebuah konsep.
Konsep difahami sebagai suatu abstraksi yang mewakili objek, kejadian,
kegiatan, atau hubungan yang mewakili atribut yang sama, sehingga konsep
merupakan fondasi dasar berpikir. Jean Piaget menyatakan bahwa dalam proses
belajar, anak akan membangun sendiri skemanya serta konsep-konsep melalui
pengalaman-pengalamannya. Hal tersebut menjadikan pemahaman terhadap
konsep dalam pembelajaran adalah penting karena konsep-konsep merupakan
building block berpikir dan dasar bagi proses-proses mental yang lebih tinggi
untuk merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi (Dahar, 1996: 5).
Prinsip dan generalisasi dalam pemahaman konsep diperlukan serta
berguna dalam mengembangkan potensi intelektual peserta didik. Sebab dengan
adanya konsep dapat menyederhanakan kerumitan lingkungan sehingga dapat
membantu mempelajari sesuatu yang baru, lebih luas, dan lebih maju. Adanya
konsep juga dapat memungkinkan pelaksanaan pengajaran, dan mempelajari dua
2
Dengan demikian pemahaman konsep yang telah dimiliki peserta didik
berfungsi sebagai building block yang dapat dijadikan dasar untuk proses
pembelajaran berikutnya. Apabila peserta didik tidak memahami beberapa
konsep, terlebih konsep-konsep tersebut menjadi prasyarat dalam memahami
konsep lain, maka tujuan pembelajaran tidak akan tercapai atau dapat dikatakan
pembelajaran tidak berhasil.
Pentingnya belajar konsep seperti yang diuraikan di atas memberikan
implikasi bahwa pola pengajaran harus mengantarkan peserta didik untuk dapat
memahami konsep yang diajarkan, karena konsep awal yang telah dimiliki oleh
peserta didik berdasarkan pemahaman terhadap ciri-ciri objek atau fenomena,
dapat digunakan untuk mempelajari sesuatu hal yang lebih luas, dan menentukan
tindakan-tindakan apa yang selanjutnya perlu dikerjakan dalam memecahkan
masalah atau respon terhadap objek atau fenomena yang terjadi.
Sejalan dengan filosofis di atas maka pembelajaran harus dapat
memberikan kesempatan yang lebih bagi peserta didik memahami konsep untuk
meningkatkan keterampilan berpikir pada tingkat yang lebih tinggi. Dengan
belajar konsep akan mengembangkan kemampuhan berpikir peserta didik yang
meliputi jenjang: (C1) pengetahuan, (C2) pemahaman, (C3) aplikasi, (C4) analisa,
(C5) evaluasi, dan (C6) kreatif (Anderson, 2001: 66). Sehingga pengetahuan dan
keterampilan berpikir merupakan suatu kesatuan yang saling menunjang.
Secara umum keterampilan berpikir dikelompokkan menjadi keterampilan
berpikir dasar dan keterampilan berpikir kompleks (Liliasari, 2001: 79). Proses
mengandung sekumpulan proses mental dari yang sederhana menuju yang
kompleks sedangkan proses berpikir kompleks dikenal sebagai proses berpikir
tingkat tinggi (Novak, 1979: 86). Proses berpikir kompleks dapat dikategorikan
dalam 4 kelompok yang meliputi, pemecahan masalah, pembuatan keputusan,
berpikir kritis, dan berpikir kreatif (Costa, 1989: 59).
Pada saat ini, pengembangan kemampuan berpikir kreatif sangat penting.
Kreativitas berkaitan dengan aktualisasi diri. Aktualisasi diri merupakan hal
fundamental yang ada pada setiap manusia, sehingga kreativitas merupakan aspek
penting dalam kehidupan manusia, baik dalam mengembangkan diri maupun
dalam aktivitas sehari-hari. Seseorang akan memiliki keuntungan kompetitif jika
dapat mengembangkan kemampuan untuk memunculkan ide-ide baru sebagai
hasil belajarnya (Adair, 2009: 6).
Geografi sebagai salah satu mata pelajaran, memiliki kontribusi untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik. Pokok-pokok bahasan geografi yang
bersifat teoritis yang digali dari konsep-konsep geografi harus dapat memberikan
pengetahuan praktis bagi peserta didik dalam mengarungi kehidupan
(Sumaatmadja, 1997: 32).
Sesuai dengan pernyataan Piaget di atas, konsep-konsep geografi tersebut
dapat diperoleh dari fenomena-fenomena di permukaan bumi, bersentuhan
langsung dengan dunia nyata, yang dapat dirasakan, dan dilakukan sebagai
kegiatan sehari-hari, membentuk pengalaman. Termasuk didalamnya aktifitas
manusia dalam ruang serta dampak dari aktifitas tersebut, sehingga geografi juga
4
akan memodifikasi, merubah, yang kemudian diadaptasi sebagai kegiatan
manusia.
Geografi juga berkaitan dengan tempat, tidak hanya mengenai fenomena
alam tetapi melalui geografi berusaha untuk memahami sifat dan penyebab
perbedaan-perbedaan dalam pola-pola distribusi manusia. Keterkaitan antara
masyarakat manusia dan lingkungan fisik, dalam ruang dan waktu, dan bagaimana
perbedaan ini terkait dengan budaya masyarakat serta ekonomi (Semple, 2004: 2).
Hal tersebut tentu saja menghasilkan wawasan keruangan bagi individu,
dalam hal ini adalah peserta didik. Peserta didik yang memiliki wawasan
keruangan luas akan mampu mengaktualisaikan dirinya dengan dapat berinteraksi
secara harmonis, mendapatkan kenyamanan hidup, memiliki kemampuan
pengambilan keputusan keruangan, untuk mengelola secara lebih baik dan arif.
Kemampuan berpikir kreatif peserta didik juga harus dapat digali dan
ditingkatkan melalui pembelajaran geografi, sebab butuh kreativitas dalam
memecahkan permasalahan keruangan. Dalam hal ini geografi dapat memberikan
kontribusi dalam mengembangkan kreatifitas peserta didik sebab tindakan kreatif
dari dalam diri seseorang muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam
interaksi dengan lingkungannya. Sebagaimana dinyatakan Hulbeck (dalam
Munandar, 2009: 20) bahwa “crative action is an imposing of one’s own whole
personality on the environtment in an uniqe and characteristic way”. Berdasarkan
uraian di atas maka pemahaman konsep dan pengembangan kemampuan berpikir
Namun pada kenyataannya pembelajaran geografi saat ini masih berjalan
secara konvensional, pendekatan pembelajaran ini pula yang paling disukai oleh
para guru. Berdasarkan observasi awal terhadap guru-guru geografi yang
tergabung dalam MGMP Geografi SMA di Kabupaten Sumedang, hampir 80%
guru masih menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional, dimana guru
mentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik, sedangkan peserta didik lebih
banyak sebagai penerima, dan pada saat proses pembelajaran peserta didik lebih
banyak mendengarkan (Wallace dalam Warpala 2009).
Sebagian besar guru geografi masih menjadikan buku sebagai sumber
belajar yang dominan di dalam proses pembelajaran. Penjelasan guru (verbalisme)
cenderung bias karena tidak disertai dengan contoh-contoh konkrit dan aktual
yang berhubungan dengan materi pelajaran (kontekstual). Akibatnya
pembelajaran geografi sering membosankan dan dirasakan kurang bermakna. Para
peserta didik menganggap belajar geografi identik dengan menghafal baik
nama-nama tempat, istilah, dan pengertian dari suatu fenomena atau proses yang
terkesan hanya memindahkan jawaban dari buku atau LKS, selain itu banyak
peserta didik yang memperoleh nilai geografi kurang memuaskan.
Permasalahan lainnya, geografi dianggap sebagai mata pelajaran yang
tidak menarik oleh peserta didik. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Maryani (2007: 31) yang mengatakan bahwa masalah pembelajaran geografi
di sekolah dianggap tidak menarik untuk dipelajari antara lain karena:
1) Guru kurang memahami tujuan dan hakikat pembelajaran geografi,
6
3) Kualitas pembelajaran yang rendah akibat rendahnya kualitas guru seperti kurangnya kreativitas, wawasan keilmuan rendah, kurang peka terhadap masalah lingkungan, keterbatasan mengakses media informasi, tidak relevannya antara mata ajar dan keahlian guru, terlalu berorientasi pada pencapaian materi, dan sebagainya,
4) Tidak berorientasi pada pemecahan masalah aktual yang terjadi di lingkungan sekitar,
5) Tidak mengefektifkan lingkungan sekitar sebagai laboratorium geografi
Sehingga diharapkan pada saat pembelajaran guru geografi menggunakan
pola pengajaran yang lebih bervariasi dan tidak monoton, agar mampu
merangsang peserta didik untuk terus bereksplorasi dan mengkonstruksi
pengetahuannya (Mulyasa, 2004: 53).
Berdasarkan uraian diatas maka dalam pembelajaran geografi diperlukan
model pembelajaran yang relevan dengan karakteristik mata pelajaran. Model
pembelajaran tersebut harus mampu memberikan pengalaman kepada peserta didik
untuk memahami bagaimana fakta atau konsep tersebut diperoleh, sehingga dapat
meningkatkan pemahaman konsep sekaligus kemampuan berpikir peserta didik.
Model pembelajaran tersebut harus menciptakan suatu proses pembelajaran yang
dapat memasilitasi peserta didik agar mampu memahami masalah, melakukan
identifikasi faktor penyebab, dan merumuskan temuannya dalam bentuk deskripsi
maupun penarikan kesimpulan.
Model itu pula harus dapat menciptakan situasi yang kondusif agar terjadi
konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik. Perlu diingat bahwa pengetahuan
yang diperoleh peserta didik tidak sekedar dihafal secara verbal dari penjelasan
guru tetapi perlu keterlibatan peserta didik secara aktif dalam merekonstruksi
Selanjutnya pembelajaran geografi di sekolah tidak boleh hanya
berorientasi pada hasil belajar dalam bentuk nilai tes atau rapot melainkan harus
memiliki kebermaknaan bagi peserta didik. Fenomena dan proses dalam suatu
ruang tidak cukup dijelaskan dengan hanya menyebutkan nama-nama atau
istilah-istilah fenomena dan proses yang terjadi, tetapi sifat kajian geografi membutuhkan
pemahaman konsep dan kemampuan berpikir untuk melakukan analisis sebab
akibat dan penelusuran faktor penyebab dari sesuatu kejadian dan proses, dengan
contoh yang nyata, sehingga pembelajaran geografi dapat mentransfer karakter
ilmu geografi dalam turut mengembangkan kemampuan peserta didik.
Berdasarkan kajian literatur, salah satu model pembelajaran yang dapat
digunakan untuk meningkatkan pemahaman konsep dan pengembangan
kemampuhan berpikir kreatif adalah model pembelajaran POE (Predict, Observe,
Explain). Model ini termasuk kedalam kelopmpok model pengajaran memproses
informasi model berfikir induktif Joyce (2006). Model POE
(Predict-Observe-Explain) pertama kali diperkenalkan oleh White dan Gunstone pada tahun 1992
dalam bukunya Probing Understanding. Model pembelajaran POE ini memiliki
keunggulan diantaranya untuk menggali serta meningkatkan pemahaman konsep
dan melatih keterampilan berpikir kreatif peserta didik.
Model POE membelajarkan peserta didik dengan membuat prediksi atas
suatu kejadian berdasarkan konsepsi mereka sendiri, kemudian mengobservasi
kejadian tersebut secara nyata, dan yang terakhir menjelaskan hasil pengamatan
mereka serta menjelaskan ketidaksesuaian prediksi mereka dengan keadaan yang
sebanyak-8
banyaknya mengeluarkan apa yang mereka ketahui dan pada akhirnya mereka
mengrekonstruksi serta mengkombinasikan pengetahuan awal mereka dengan
pengetahuan yang baru mereka dapatkan.
Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
eksperimen pembelajaran pada mata pelajaran geografi menggunakan model
pembelajaran POE dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran POE
(Predict, Observe, Explain) Terhadap Pemahaman Konsep dan Kemampuan
Berpikir Kreatif Peserta Didik”. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh
gambaran tentang pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kreatif dengan
penerapan model pembelajaran POE pada mata pelajaran geografi.
Variabel pemahaman konsep yang diamati, terdiri dari tiga kategori, yaitu
menterjemahkan (translation), menafsirkan (interpretation), dan mengekstrapolasi
(extrapolation), serta keterampilan berpikir kreatif yang dibatasi pada aspek
kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), dan penguraian (elaboration).
Materi geografi yang digunakan dalam penelitian ini adalah erosi yang
merupakan pokok bahasan pada kelas X SMA. Pemilihan materi tersebut
dilakukan karena pokok bahasan erosi ini banyak dijumpai dalam kehidupan
sehari-hari peserta didik. Namun tidak jarang peserta didik mengalami kesulitan
dalam memahami fenomena-fenomena yang berkaitan dengan erosi. Selain itu,
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dari materi ini memungkinkan untuk
pengembangan kemampuhan berpikir. Pada penelitian ini untuk memudahkan
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, fenomena-fenomena yang berkaitan
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan
masalah penelitian ini adalah; “Apakah model pembelajaran POE (Predict,
Observe, Explain) dapat meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan
berpikir kreatif peserta didik terhadap konsep erosi?
Supaya pelaksanaan penelitian dapat lebih terfokus maka rumusan
masalah dijabarkan dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan pre test dan post test dalam pemahaman konsep
erosi pada kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran
POE?
2. Apakah terdapat perbedaan pre test dan post test dalam pemahaman konsep
erosi pada kelompok kontrol yang menggunakan model pembelajaran
konvensional?
3. Apakah terdapat perbedaan hasil pemahaman konsep erosi pada kelompok
eksperimen yang menggunakan model pembelajaran POE dengan kelompok
kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional?
4. Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kreatif pada kelompok
eksperimen yang menggunakan model pembelajaran POE dengan kelompok
kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional?
C. Tujuan
Sesuai dengan permasalahan yang diuraikan diatas maka tujuan umum
10
POE terhadap pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kreatif peserta didik,
sedangkan tujuan khususnya adalah sebagai berikut;
1. Mengetahui perbedaan pemahaman konsep pada kelompok eksperimen yang
menggunakan model pembelajaran POE.
2. Mengetahui perbedaan pemahaman konsep pada kelompok kontrol yang
menggunakan model pembelajaran konvensional.
3. Mengetahui perbedaan perbedaan pemahaman konsep pada kelompok
eksperimen yang menggunakan model pembelajaran POE dengan kelompok
kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional.
4. Mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kreatif pada kelompok
eksperimen yang menggunakan model pembelajaran POE dengan kelompok
kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional.
D. Signifikansi dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini merupakan sebuah upaya untuk mengatasi kesulitan yang
dialami peserta didik dalam pembelajaran geografi, dengan melakukan
eksperimen pembelajaran menggunakan model pembelajaran POE yang secara
teoritis serta merujuk pada penelitian sebelumnya memiliki keunggulan dalam
meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan berpikir peserta didik.
Penelitian ini memiliki manfaat baik secara teoretis maupun praktis,
sebagai berikut:
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bukti empiris pengaruh model
2. Dapat dijadikan dasar kajian bagi penelitian berikutnya.
3. Dapat dijadikan alternatif pilihan guru dalam pembelajaran geografi untuk
mengembangkan pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kreatif peserta
didik.
4. Bagi peserta didik memberikan nuansa baru dalam pembelajaran.
E. Definisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya ambivalensi pengertian dan pemaknaan
terhadap beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka diberikan
penjelasan sebagai berikut;
1. Pembelajaran POE (Predict-Observe-Explain)
Model pembelajaran POE (Predict-Observe-Explain) dilakukan melalui
tiga tugas utama, yaitu memprediksi (predict), mengamati (observasi) dan
menjelaskan (explain). (White dan Gunstone, 1992:44). Pada penelitian ini model
POE digunakan untuk mengungkap pemahaman konsep erosi dan kemampuhan
berpikir kreatif peserta didik dengan menuntut peserta didik untuk melakukan tiga
tugas yaitu pertama harus memprediksi suatu kejadian atau peristiwa erosi; kedua,
mengamati kejadian erosi dalam multimedia dan menjelaskan apa yang telah
mereka amati tersebut; dan ketiga, menjelaskan kesesuaian dan ketidaksesuaian
antara apa yang mereka prediksikan dengan hasil pengamatan. Pembelajaran
12
2. Model Pembelajaran Konvensional
Mode pembelajaran konvensional adalah proses pembelajaran yang
dilakukan sebagai mana umumnya guru mengajarkan materi kepada peserta
didiknya. Guru mentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik, sedangkan
peserta didik lebih banyak sebagai penerima (Wallace 1992: 13 dalam Warpala
2009).
Model pembelajaran ini pula yang sering digunakan guru geografi di SMA
Negeri Darmaraja Kabupaten Sumedang yang menjadi tempat penelitian.
Pembelajaran ini didominasi oleh metode ceramah dan tanya jawab, dimana guru
cenderung lebih aktif sebagai sumber informasi bagi peserta didik, dan peserta
didik cenderung pasif dalam menerima informasi. Guru berperan lebih banyak
dalam hal menerangkan materi pelajaran, memberi contoh-contoh penyelesaian
soal, serta menjawab semua permasalahan yang diajukan peserta didik, kemudian
peserta didik diberi tugas untuk mengisi LKS. Pembelajaran dengan model
konvensional diamati pada kelas kontrol.
3. Pemahaman Konsep
Pemahaman konsep merupakan kemampuan menangkap arti dari materi
seperti mampu mengungkapkan suatu materi yang disajikan ke dalam bentuk yang
lebih dipahami, dan memberikan interpretasi dengan kata-kata sendiri. (Bloom,
1978; Baharudin, 1982; Alwi, 2005; Yulaelawati, 2004).
Pemahaman konsep yang diukur terdiri dari tiga kategori, yaitu
Pemahaman konsep peserta didik diukur dengan menggunakan instrumen
pemahaman konsep berupa tes tertulis berbentuk pilihan ganda yang mencakup
indikator-indikator pemahaman konsep tersebut.
4. Kemampuan berpikir Kreatif
Kemampuan berpikir kreatif didefinisikan sebagai kemahiran atau
kecakapan peserta didik dalam menggunakan berbagai operasi mental, yaitu
kelancaran, kelenturan, keaslian, dan pengungkapan idea untuk menghasilkan
sesuatu dalam bentuk barang atau gagasan. Keterampilan berpikir kreatif peserta
didik diperoleh dari penilaian LKS sesuai dengan indikator keterampilan berpikir
kreatif dari Munandar (2009:54) yang dibatasi pada kelancaran (fluency),
keluwesan (flexibility), dan penguraian (elaboration).
F. Sistematika Penulisan
Tesis ini terdiri atas lima bab. Bab I berisi gambaran umum mengenai
penelitian ini, terdiri atas latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan
penelitian, signifikansi dan manfaat penelitian, penjelasan istilah, dan sistematika
penulisan. Bab II menguraikan tentang landasan teoretik mengenai model POE,
pemahaman konsep dan kemampuhan berpikir kreatif, serta posisi teoritik
penelitian ini. Bab III mengupas metodologi penelitian, bab IV memaparkan hasil
penelitian dan analisisnya; temuan dan pembahasan; implikasi, keunggulan dan
keterbatasan penelitian. Bab V berisikan jawaban terhadap masalah yang
45
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode quasi
eksperimen. Dalam bidang pendidikan, suatu eksperimen dimaksudkan untuk
menilai pengaruh suatu tindakan pendidikan terhadap tingkah laku atau menguji
hipotesis tentang ada tidaknya pengaruh. Cresswell (1994:132) menegaskan;
“In this design a popular approach to quasi exsperimental group A and the control B are selected without random assignment. Both groups take a pretest and posttest and only the exsperimental group received the treatment”.
Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diseleksi tanpa penetapan
secara random. Desain eksperimen yang digunakan adalah Pretest-Posttest,
Non-Equivalent Control Group Design, dimana kedua kelompok memperoleh pre test
dan post test, dan hanya kelompok eksperimen yang menerima perlakuan. Pada
penelitian ini kelas eksperimen diberi treatment dengan model pembelajaran POE
(Predict, Observe, Explain), dan kelas yang lain sebagai kelas kontrol dengan
pembelajaran metode konvensional. Variabel yang dilihat dari penerapan
pembelajaran ini adalah peningkatan pemahaman konsep dan kemampuan
berpikir kreatif peserta didik pada kedua kelas, kemudian dibandingkan manakah
yang lebih baik peningkatannya. Desain penelitian lebih jelasnya dapat dilihat
Tabel 3.1. Desain Quasi Eksperimen
Grup Pretes Treatmen Postes
Eksperimen
Kontrol
Y1
Y1
X1
0
Y2
Y2
Keterangan :
Y-1 : Pre Test
Y-2 : Post Test
X1 : Treatmen berupa pembelajaran POE dengan simulasi
0 : Pembelajaran konvensional
B. Populasi Dan Sampel
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri Darmaraja Kabupaten
Sumedang. Populasi dalam penelitian adalah Seluruh Peserta Didik SMA di Kelas
X di SMA Negeri Darmaraja Kabupaten Sumedang, yaitu sebanyak tujuh kelas.
Penentuan sample didasarkan pada karakteristik yang sama atau dipersamakan
yaitu berdasarkan skor nilai ulangan yang telah dilakukan sebelumnya dengan
melihat nilai tertinggi, nilai terendah, dan rata-rata (mean). Karakteristik lainnya
seperti juga guru pengajar, metode, dan materi berdasarkan hasil pengamatan
adalah sama. Karakteristik dari kelas-kelas tersebut kemudian diperbandingkan
untuk melihat karakter yang sama atau dipersamakan, yang kemudian ditentukan
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Penentuan sampel kelas eksperimen
47
Tabel 3.2
Penentuan Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
No Karakteristik Kelas
Sumber: Hasil pengolahan data penulis, 2012.
Berdasarkan pertimbangan data di atas maka sampel pada penelitian ini
adalah kelas X5 dan X6, dimana kelas X5 sebagai kelas eksperimen dan kelas X6
sebagai kelas kontrol.
C. Instrumen Penelitian
Untuk mengumpulkan data pada penelitian kali ini digunakan beberapa
instrumen penelitian, sebagai berikut;
1. Tes Pemahaman Konsep
Tes ini dikontruksi dalam bentuk tes obyektif model selected response
(pilihan ganda). Jumlah pilihan yang diberikan sebanyak lima pilihan (a-e) dan
berjumlah 10 butir soal dengan ketentuan bila jawaban benar maka diberi skor 10
dan jawaban salah diberi skor 0, sehingga jumlah skor total adalah 100. Nilai
akhir merupakan perbandingan skor yang diperoleh dengan skor total dikali 100,
sehingga jumlah skor maksimal jika menjawab semua dengan benar adalah 100,
Semua soal disusun berdasarkan indikator pemahaman konsep, yaitu
menterjemahkan (translation), menafsirkan (interpretation), dan mengekstrapolasi
(extrapolation). Lebih rinci dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut;
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Tes Pemahaman Konsep
No Pemahaman Konsep Bentuk
Soal
Nomor soal
Aspek Indikator
1 Menterjemahkan Menterjemahkan sesuatu dari abstrak ke bentuk yang lebih kongkrit.
PG 1
Menerjemahkan suatu prinsip umum dengan memberikan contoh
PG 4
Kemampuan menerjemahkan konsep kedalam suatu tampilan visual atau sebaliknya
PG 2
2 Menafsirkan Membedakan antara kesimpulan yang diperlukan dengan yang tidak
3. Mengekstrapolasi Menyimpulkan dan menyatakan lebih eksplisit.
Sumber: Hasil pengolahan data penulis, 2012.
Tes pemahaman konsep tersebut dibuat untuk menguji pemahaman konsep
peserta didik terhadap konsep erosi. Pada pelaksanaannya dilakukan dua kali. Tes
awal (pre test) dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik
49
pemahaman konsep erosi peserta didik sebagai hasil penggunaan model
pembelajaran POE (Predict, Observe, Explain). Untuk masing-masing tes ini
peserta didik diberikan waktu 10 menit.
Sebuah tes atau instrumen dapat dikatakan baik sebagai alat ukur, harus
memenuhi prasyarat, yaitu validitas, dan reliabilitasnya (Arikunto, 2003: 57),
maka sebelum diujikan soal-soal tersebut diukur terlebih dahulu tingkat
keabsahannya melalui pengujian validitas, dan reliabilitas yang dilakukan pada uji
pendahuluan. Hasil uji validitas, dan reliabilitas soal kepada satu kelas diluar kelas
kontrol dan kelas eksperimen secara rinci dijelaskan adalah sebagai berikut;
a. Validitas
Validitas dimaksudkan untuk mengukur ketepatan dan kebenaran
instrumen terhadap apa yang hendak diukur. Aspek-aspek yang diukur pada tes
berlandaskan teori yang relevan (construct validity), serta yang diukur
berdasarkan rancangan program yang telah ada. Pada penelitian ini yaitu
kesesuaian dengan Standar Kompetensi dan Kompetesi dasar, Indikator
pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kreatif, kesesuaian dengan tujuan
pembelajaran, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Rumus yang digunakan untuk menentukan nilai validitas instrumen adalah
Korelasi point biserial (rpbis). Penggunaan rumus korelasi point biserial (rpbis)
dalam penentuan nilai validitas karena variabel diukur atas suatu skala interval
atau atas skala rasio dan lainnya atas skala dikotomi dengan perlambangan 1
Adapun rumus korelasi biserial (rbis) adalah sebagai berikut.
x = rata skor total partisipan yang menjawab benar poin butir ke i
t
x = rata-rata skor total semua partisipan
i
p = proporsi jawaban benar
i
q = proporsi jawaban salah
t
S = standar deviasi skor total
Hipotesis statistik yang berlaku pada uji validitas instrumen menggunakan
korelasi point biserial (rpbis) adalah Ho : µ = 0 tidak terdapat hubungan dan Ha : µ
≠ 0 terdapat hubungan. Uji signifikasi korelasi dengan ketentuan derajat kesalahan
5% jika rhitung < rtabel maka Ho diterima dan Ha ditolak, jika rhitung > rtabel maka Ha
diterima. Pengujian validitas pada penelitian ini dilakukan selain pada kelas
eksperimen dan kontrol, sampai tingkat validitas terpenuhi. Berdasarkan hasil
pengujian validitas, diperoleh hasil tiap item soal memiliki nilai yang lebih dari
pada t tabel (0,334) sehingga tiap item butir soal adalah valid. Lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel 3.4.
b. Reliabilitas
Reliabitas merupakan tingkat keterandalan atau tingkat kepercayaan
pengukuran. Intrumen yang digunakan harus mempunyai kriteria reliabel. Untuk
mengetahui reliabilitas suatu instrumen, banyak metode pengujian yang dapat
51
diuji dengan menggunakan KR20 (Kuder-Richardson nomor 20), karena
instrumen berupa tes yang dikotomi (benar 1, salah 0), dimana responden harus
memilih salahsatu dan tidak boleh memilih keduanya. Rumus yang digunakan
untuk menguji reliabilitas instrumen adalah menggunakan sebagai berikut:
r
ii=
∑
Keterangan: rii = Koefesien reliabilitas tes n = Banyaknya butir soal
1 = Bilangan konstan
2
t
S = Varians skor total
i
p = Proporsi jawaban yang benar untuk butir nomor i
i
q = Proporsi jawaban yang salah untuk butir nomor i
piqi = Varians skor butirSumber: Sudijono, Anas 2008
Selanjutnya Sudijono (2008) menyatakan bahwa dalam pemberian
interpretasi terhadap koefesien reliabilitas tes (
r
xy), pada umumnya digunakanpatokan sebagai berikut;
1. Apabila
r
xy≥ 0,70 berarti tes hasil belajar yang sedang diuji reliabilitasnyadinyatakan telah memiliki reliabilitas yang tinggi (reliable).
2. Apabila
r
xy< 0,70 berarti tes hasil belajar yang sedang diuji reliabilitasnyadinyatakan belum memiliki reliabilitas yang tinggi (unreliable).
Sama halnya dengan pengujian validitas, pengujian reliabilitas pada
penelitian ini dilakukan selain pada kelas eksperimen dan kontrol, sampai tingkat
c. Uji Indeks Kesukaran
Soal yang baik adalah butir soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu
sukar. Hal ini karena bila item soal terlalu mudah tidak akan merangsang peserta
didik untuk mempertinggi usaha untuk memecahkannya. Sebaliknya juga bila
butir item soal terlalu sukar akan menyebabkan peserta didik tidak bersemangat
menjawab karena di luar jangkauan kemampuanya.
Tingkat kesukaran butir item soal dinyatakan dalam proporsi perbandingan
antara yang menjawab benar dengan yang menjawab salah seluruh item soal.
Tingkat kesukaran dinyatakan dalam indeks kesukaran yang dilambangkan
dengan huruf (P) singkatan proporsi. Rumus yang digunakan pada menguji indeks
kesukaran butir item soal adalah sebagai berikut:
Klasifikasi untuk menginterpretasi indeks kesukaran butir item soal adalah
sebagai berikut:
Indeks Kesukaran (P) Interpretasi
P = 0,00 Terlalu sukar
Berdasarkan hasil uji pendahuluan diperoleh data indeks kesukaran butir
soal berada pada kategori mudah 40%, sedang 50% dan sukar 10%. Lebih
53
d. Daya pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara
peserta didik yang berkemampuan tinggi dengan peserta didik yang
berkemampuan rendah.
Daya pembeda butir item soal dapat diketahui dengan melihat besar
kecilnya angka indeks diskriminasi butir item soal. Angka indeks diskriminasi
butir item soal adalah angka/bilangan yang menunjukan besar kecilnya daya
pembeda (discriminatory power) yang dimiliki butir item soal yang dilambangkan
dengan huruf (D) singkatan dari diskriminan. Rumus yang digunakan untuk
mengetahui daya pembeda butir item soal adalah sebagai berikut:
kelompokatas kelompokbawah
2
Klasifikasi untuk menginterpetasikan indeks diskiminan adalah sebagai
berikut:
Daya Pembeda (D) Interpretasi
0,70 ≤ D ≤ 1,00 Baik sekali
Berdasarkan hasil uji pendahuluan diperoleh data daya beda butir soal
berada pada kategori cukup 20%, dan baik 10%. Adapun hasil rekapan dari uji
Tabel 3.4
Rekap Uji Validitas, Uji Indeks Kesukaran dan Uji Daya Beda
No.
Option Status Soal Validitas
1 Baik Mudah Baik Dapat diterima Valid
pembelajaran, dengan mengacu pada aspek kreatif, dikembangkan sesuai dengan
model pembelajaran yaitu model pembelajaran POE pada kelas eksperimen dan
model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.
Hasil jawaban pada LKS merupakan sebuah produk berpikir peserta didik
setelah pembelajaran berlangsung. Sehingga berdasarkan jawaban pada LKS
tersebut akan diukur kemampuhan berpikir kreatif peserta didik yang meliputi
kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), dan penguraian (elaboration), yang
55
Jumlah skor maksimal tiap indikator adalah 5 dan minimal 1, sehingga
jumlah skor total adalah 45. Nilai akhir merupakan perbandingan skor yang
diperoleh dengan skor total dikali 100, sehingga jumlah skor maksimal adalah
100, dan skor minimal adalah 20.
D. Analisis Data:
Analisis data dilakukan untuk mendapatkan makna dari data yang telah
dikumpulkan pada penelitian, analisis data dapat dilaksanakan berupa uji
normalitas, homogenitas, beda rata-rata, nilai gain dan uji hipotesis.
1. Uji Normalitas
Tujuan dilakukannya uji normalitas adalah mengetahui apakah suatu
variabel terdistribusi normal. Hal tersebut dilakukan karena dalam pandangan
statistik sifat dan karakteristik populasi adalah terdistribusi secara normal. Data
yang berdistribusi normal berarti memeliki sebaran data yang normal pula
sehingga dengan profil sepertini maka data tersebut dianggap mewakili populasi.
Kondisi data berdistribusi normal menjadi syarat untuk menguji hipotesis
menggunakan statistik parametric, bial tidak berdistribusi normal maka
menggunakan alaisi non parametric.
Normal atau tidaknya suatu variabel dilihat dari mean dan standar deviasi
yang sama. Pada penelitian ini, uji normalitas menggunakan Test of Normality
berdasarkan pada uji Kolmogorov-Smirnov.
Keterangan: X2 = koefisien
= frekuensi yang diperoleh
= frekuensi yang diperkirakan (teoretis)
Sumber: Arikunto, 2003: 220.
Kriteria untuk menentukan data yang telah dianalisis tersebut berdistribusi
normal atau tidak, dengan α = 0,05 dapat dilihat pada tabel berikut:
Nilai Probabilitas (Asymp. Sig)
Keterangan
Asymp. Sig > 0,05 Data Berdistribusi Normal Asymp. Sig < 0,05 Data Berdistribusi Tidak Normal
Sumber: Arikunto, 2003: 235.
Apabila uji Kolmogorov-Smirnov, tidak mencapai angka normalitas maka
dilakukan uji Shapiro-Wilk, bila masih belum mencapai angka normal maka
normalitas data dilakukan dengan melihat nilai kritis z (Skewness) dimana data
dikatakan berdistribusi normal jika nilai Skewness di antara -1 dan +1 (Morgan,
dalam Rokhman 1990: 4). Jika semua tes telah dilakukan dan angka normalitas
belum dicapai maka analisis data menggunakan analisis non parametric.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa dua atau
lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang memiliki variansi yang
sama atau berasal dari populasi yang tidak jauh berbeda keragamannya. Selain itu
uji homogenitas dilakukan untuk mendeteksi agar penyimpangan estimasi tidak
terlalu besar, dan bisa atau tidaknya digabung untuk dianalisis lebih lanjut, maka
homogenitas variansi kelompok-kelompok populasi dari mana sampel diambil,
57
Pada penelitian ini uji homogenitas menggunakan Tes of Homogeneity of
Variance berdasarkan pada uji Levene Test, karena sampel diambil dari 2
kelompok data.
Keterangan: = koefien F
= varians kelompok 1 (besar) = varians kelompok 2 (kecil)
Penetapan data yang telah dianalisis bersifat homogen atau heterogen,
maka ditetapkan kriteria sebagai berikut:
Nilai Probabilitas (Asymp. Sig)
Keterangan
Asymp. Sig ≥0,05 Variansi sample sama (homogen)
Asymp. Sig < 0,05 Variansi sample tidak sama sama (heterogen)
Sumber: Arikunto, 2003: 237.
3. Penentuan N-Gain
Untuk mengetahui perbedaan pemahaman konsep melalui pembelajaran
dihitung berdasarkan skor gain yang ternormalisasi. Uji N-gain ini dilakukan
untuk mengetahui sejauhmana peningkatan hasil belajar peserta didik antara
sebelum dan sesudah pembelajaran. Perbedaan skor tes awal dan tes akhir (gain)
diasumsikan efek dari treatment (Panggabean, 1996: 21).
Gain yang ternormalisasi dicari dengan menggunakan rumus g factor yang
dikembangkan oleh Hake, R. R (Cheng, et al, 2004, dalam Wiyono, 2009:43),
yaitu:
Keterangan: = koefien F
= skor tes akhir; = skor tes awal;
= skor maksimum
= skor minimum
Penetapan Nilai Indeks N-gain, mengacu pada kriteria sebagai berikut
Nilai Indeks N-gain Interpretasi
0,7 IG Tinggi
0,3 IG 0,7 Sedang
IG < 0,3 Rendah
Sumber: Arikunto, 2003: 240.
4. Uji Beda
Uji beda yang digunakan adalah uji t untuk melihat perbedaan skor
sesudah perlakuan antara kelas eksperimen dengan model pembelajaran POE dan
kelas kontrol dengan model pembeajaran Konvensional. Penelitian ini
menggunakan sampel 35 orang siswa, dengan menggunakan pretest dan postest,
sehingga uji t yang digunakan adalah uji t dua sampel berpasangan (paired sample
t test) untuk melihat perbedaan skor sebelum dan sesudah perlakuan, dan uji t dua
sampel independen (independent sample t test) untuk melihat perbedaan skor
sesudah perlakuan antara kelas eksperimen dan kelas Kontrol;
Rumus yang digunakan pada uji t dua sampel berpasangan (paired sample
t test) adalah sebagai berikut;
̅ ̅
59
Keterangan: t = Koefisien t ̅ = Mean sampel 1 ̅ = Mean sampel 2
∑ = Jumlah kuadrat deviasi N = Jumlah sampel
(Arikunto, 2010: 349; Riyanto, 1996: 85).
Sedangkan rumus uji t dua sampel independen (independent sample t test)
adalah sebagai berikut;
̅ ̅
√[∑ ∑ ]
Keterangan : t = Koefisien t
̅ = Mean masing-masing sampel
n = Jumlah kasus pada tiap sampe/ banyaknya objek
∑ X2
= Jumlah deviasi pangkat dua (Arikunto, 2010: 354; Riyanto, 1996: 85).
Hipotesis statistik yang berlaku pada uji t dua sampel berpasangan (paired
sample t test) adalah Ho : µ = 0 tidak terdapat hubungan dan Ha : µ ≠ 0 terdapat
hubungan. Pada pelaksanaannya pengolahan data menggunakan alat bantu
statistik SPSS 17. Dari seluruh hasil keluaran, perhatikan tabel Test Statistics.
Dengan melihat nilai Asymp. Sig. (2-tailed) dapat ditentukan apakah terdapat
perbedaan perolehan nilai Pretest dan Posttest setelah diterapkan metode
pembelajaran POE. Untuk menentukan ada tidaknya perbedaan, maka perlu
diperhatikan kriteria berikut:
1) Jika Asymp. Sig < 0.05, maka terdapat perbedaan yang nyata antara nilai
Pretest dengan Posttest.
5. Pengujian Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian pada bab 1. Hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Hipotesis 1
Ho1 : Tidak terdapat perbedaan pre test dan post test dalam pemahaman
konsep pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran POE
Ha1 : Terdapat perbedaan pre test dan post test dalam pemahaman konsep
pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran POE
b. Hipotesis 2
Ho2 : Tidak terdapat perbedaan pre test dan post test dalam pemahaman
konsep pada kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional
Ha2 : Terdapat perbedaan pre test dan post test dalam pemahaman konsep
pada kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional
c. Hipotesis 3
Ho3 Tidak terdapat perbedaan pemahaman konsep pada kelas eksperimen
yang menggunakan model pembelajaran POE dengan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional
Ha3 Terdapat perbedaan pemahaman konsep pada kelas eksperimen yang
menggunakan model pembelajaran POE dengan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional
d. Hipotesis 4
Ho4 Tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir kreatif pada kelas
eksperimen yang menggunakan model pembelajaran POE dengan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional Ha4 Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kreatif pada kelas
99
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Bertolak dari hasil analisis data, permasalahan penelitian, temuan dan
pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, kesimpulan yang dapat
diungkapkan adalah sebagai berikut:
1. Hasil pemahaman konsep kelas eksperimen dari hasil rata-rata skor pre
test-post test mengalami peningkatan yaitu dari 47,43 menjadi 67,71. Hal tersebut
menunjukan pengaruh penggunaan model pembelajaran POE terhadap
pemahaman konsep pada kelas eksperimen. Berdasarkan hasil uji hipotesis
diperoleh nilai probabilitas 0,000 < nilai α 0,05, sehingga Ha diterima, artinya
terdapat perbedaan yang signifikan skor pre test dan post test dalam
pemahaman konsep pada kelas eksperimen yang menggunakan model
pembelajaran POE.
2. Hasil pemahaman konsep kelas kontrol dari hasil rata-rata skor pre test-post
test mengalami peningkatan yaitu dari 49,43 menjadi 58,57. Hal tersebut
menunjukan pengaruh penggunaan model pembelajaran POE terhadap
pemahaman konsep pada kelas kontrol. Berdasarkan hasil uji hipotesis
diperoleh nilai probabilitas 0,001 < nilai α 0,05, sehingga Ha diterima, artinya
terdapat perbedaan yang signifikan skor pre test dan post test dalam
pemahaman konsep pada kelas kontrol yang menggunakan model
3. Hasil pemahaman konsep antara kelas eksperimen dan kelas kontrol yang
diperoleh dari nilai post test dan N-gain pada kedua kelas penelitian
menunjukan bahwa secara signifikan model pembelajaran POE memberikan
pengaruh yang lebih baik terhadap pemahaman konsep peserta didik
dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional. Secara rinci pada
tiap aspek pemahaman konsep, perbandingan N-gain aspek menterjemahkan,
menafsirkan, dan mengektrapolasi berturut-turut menunjukkan bahwa
pemahaman konsep peserta didik setelah mengikuti pembelajaran dengan
model POE pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada peserta didik pada
kelas kontrol dengan metode konvensional. Berdasarkan uji hipotesis
diperoleh nilai probabilitas Pemahaman Konsep Erosi Post test Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol adalah 0.005, dan nilai probabilitas N-gain
Pemahaman Konsep Erosi Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol adalah
0,003. Sehingga Ha diterima, artinya terdapat perbedaan yang signifikan
pemahaman konsep pada kelas eksperimen yang menggunakan model
pembelajaran POE dan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran
konvensional.
4. Hasil kemampuhan berpikir kreatif peserta didik yang mendapatkan model
pembelajaran POE lebih tinggi dibandingkan dengan yang mendapatkan
model pembelajaran konvensional. Secara berturut-turut dari skor rata-rata
aspek berpikir kreatif yang diamati yaitu kelancaran (fluency), keluwesan
(flexibility), dan penguraian (elaboration) menunjukkan bahwa kemampuhan
101
POE pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada peserta didik pada kelas
kontrol dengan metode konvensional.. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis
menunjukkan bahwa nilai probabilitas 0,000 < nilai α=0,05, sehingga Ha
diterima artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuhan
berpikir kreatif pada kelas eksperimen yang menggunakan model
pembelajaran POE dengan kelas kontrol yang menggunakan model
pembelajaran konvensional. Hal tersebut menunjukan pengaruh model POE
lebih unggul dalam merangsang kemampuhan berpikir kreatif peserta didik,
daripada model konvensional.
B. Saran
Bertolak dari hasil-hasil penelitian pemahaman konsep dan kemampuhan
berpikir kreatif dengan menggunakan model pembelajaran POE, peneliti
memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Proses pembelajaran geografi sebaiknya difokuskan pada pemahaman konsep
dan kemampuhan berpikir kreatif dengan kesempatan kontruksi dan ekplorasi
konsep seluas-luasnya bagi peserta didik .
2. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan model pembelajaran POE,
terdapat kelemahan dalam hal alokasi waktu, kebisanan guru dan peserta
didik, dan objek observasi yang berpengaruh terhadap daya serap peserta
didik, sehingga meskipun peningkatan pemahaman konsep pada kelas
kecil pengaruhnya dalam mencapai hasil belajar peserta didik, maka
disarankan;
a. Guru harus memahami langkah-langkah model pembelajaran POE,
b. Guru harus matang dalam mempersiapkan perangkat pembelajaran
(termasuk mempersiapkan, memilih, dan menggunakan multimedia) dan
menerapkannya secara konsisten.
c. Strategi belajar berkelompok dengan pembagian tugas yang jelas. Tiap
kelompok diberi tugas yang berbeda dengan pengerjaan sebagai
tanggungjawab individu.
d. Guru senantiasa memantau dan membimbing peserta didik dalam
tahapan-tahapan pembelajaran POE.
e. Perlu diteliti kolaborasi antara model pembelajaran POE dengan
observasi lapangan pada matapelajaran geografi, sebagai pembanding
dalam meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuhan berpikir
peserta didik.
3. Kemampuhan berpikir kreatif dapat dilatih melalui model pembelajaran POE
dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan
103
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Adair, John (2009). Berpikir Kreatif, berpikir sukses. Yogyakarta : Penerbit Rumpun.
American Geographical Society. (1994). Geography For Life: National Standards
1994. United State: Departement of Education.
Anderson and Krathwohl. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and
Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. New York: Addison Wesley Longman Inc.
Arikunto, S. (2003). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Bloom, Benjamin S et al. (1979) “Handbook on Formative and Summative Evaluation of Student Learning”.New York: Addison Wesley Longman Inc. Baharudin dan Esa Nur Wahyuni. (2007). Teori Belajar dan Pembelajaran.
Jogjakarta: Ar-ruzz Media
Campbell, D.T, dan Stanley, J.C. (1966). Experimental and Quasi-Experimental
Design for Research. Chicago: Rand McNally College Publishing
Company.
Costa, A. (1989). Developing Minds A Resource Book For Teaching Thinking. Viginia: Association For Supervision and Curriculum Development.
Cresswell, J. W. (2009). Research Design, Pendakatan Kualitatif, Kuantitatif,
dan Mixed. Research Design Qualitative, Quantitative, and Mixed
Approaches (third ed.). Alih bahasa Fawaid, A. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dahar, Ratna.W. (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga.
Dahlan, M.D.(1990), Teori-teori Belajar, Jakarta: Erlangga.
Daldjoeni. (1991). Pengantar Geografi: Untuk Mahasiswa dan Guru Sekolah. Bandung: Alumni.
Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Standar Isi Pendidikan. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional
Dimyati dan Mujiono. (1999). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Djamarah, Syaiful Bahri. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Hamalik, O. (2001). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.
Joyce, Bruce, et al. (2009). Models of Teaching. (Edisi Kedelapan). Jakarta: Pustaka Ilmu.
Kearney, Matthew dan David F. Treagust. (2000). An investigation on the
classroom use of Prediction-Observation-Explanation Computer Task Designed to Elicit and Promote Discussion of student’s conception of Force and Motion. Paper presented at the 2000 National Association for research
in science technical meeting, April 28-31, 2000, New Orleans, LA, USA.
Kearney, et all. (2001). Research in Science Education: Student and Teacher
Perceptions of the Use of Multimedia Supported Predict Observe Explain Tasks to Probe Understanding. Netherlands: Kluwer Academic Publishers
Krathwohl, David R. (2002). A revision of Bloom's Taxonomy: an overview
Theory Into Practice, Volume 41, Number 4. Ohio: College of Education,
The Ohio State University
Lawson, AE. 1980. A theory of Teaching for Conceptual Understanding, Rational
Thought and creativity, in A.E. Lawson (ed). 1980. Aets. Yearbook the Psicology of Teaching for Thinking and Creativity. Ohio: Clearinghouse.
104–149.
Liliasari, dkk. (1999). Pengembangan Model Pembelajaran Materi Subyek untuk
Meningkatkan Keterampilan Berpikir Konseptual Tingkat Tinggi Mahasiswa Calon Guru IPA, Laporan Penelitian, Bandung: FMIPA IKIP
Bandung.
Mabout, Sompong dan Tregust, David F. (2006). The Use of a Predict-Observe-
Explain Sequence in The Laboratory to Improve Students’ Conceptual Understanding of Motion in Tertiary Physics in Thailand. (Makalah
disampaikan pada Konferensi Internasional Pendidikan Sain di Singapura). Singapore: National Institute of Education.
Makmun, Abin Syamsuddin. (2005). Psikologi Kependidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Maryani, Enok. (2007). Pendidikan Geografi. Bandung: Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia.
Munandar, Utami. (2009) Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Mulyasa E (2006). Kurikulum yang disempurnakan, pengembangan standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Ningrum, Epon. (2009). Kompetensi Profesional Guru dalam Konteks Strategi
Pembelajaran. Bina Nusantara. Bandung
Novak, J.D. (1979). Meaningful Reseption Learning As a Basic Rational
105
Nurjanah, A. (2009). Penerapan Model Pembelajaran Predict-Observe-Explain
(POE) untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Tekanan dan Keterampilan Berfikir Kreatif Siswa MTs. Tesis PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan
Panggabean, Luhut P . (1996). Penelitian Pendidikan. Depdikbud. Jurdikfis FPMIPA IKIP Bandung
Pathommapas, Nookorn dan Treagust, David F. (2006). The Impact of a Series of
Predict-Observe-Explain Tasks on Thai University Students’Understanding of Concepts in Electrochemistry. . (Makalah pada Konferensi Internasional
Pendidikan Sain di Singapura). Singapore: National Institute of Education.
Samosir, Heppy. (2010). Model Pembelajaran Predict-Observe-Explain-Write
(POEW) untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Kalor dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA. Tesis PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Seifert, Kelvin. 2007. Manajemen Pembelajaran dan Instruksi Pendidikan. Jogjakarta: Ircisod
Shadiq, Fajar. (2004). Pemecahan Masalah, Penalaran dan Komunikasi. Yogyakarta: Pusat Pengembangan Penataran Guru Matematika.
Semiawan, C. dkk. (1992). Pendekatan keterampilan Proses. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Semple, Stuart Chair. (2004). The Nature of Geography. Canadian Council for Geographic Education
Sugiyono. (2011). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Supriadi, Dedi. (1999). Kreativitas, Kebudayaan, dan Perkembangan
Iptek.Bandung: Alfabeta
Sumaatmadja, Nursid. (1996). Metode Pengajaran Geografi. Jakarta: Bumi Aksara.
Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2010). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.
White, R. & Gunstone, R. (1992). Probing Understanding. Basingstroke UK: Burgess Science Press.
_______________________. (2000). The Science of Toys and Tricks: Discrepant
events as a classroom strategy : Predict-Observe-Explain. Australia: Deakin
University.
Yani, Ahmad. (2010). Pengembangan Model Meaningful Learning Untuk
INTERNET
Cahyotomo, Anom.(2012). Peran Guru dalam Pembelajaran. Tersedia http://anomsblg.wordpress.com/profesi-kependidikan/peran-guru-dalam-pembelajaran/
Joyce, C. (2006). Predict, Observe, Explain (POE). [online]. Tersedia: http://arb.nzcer.org.nz/strategies/poe.php [22 Februari 2012]
Rochmad. 2008. Penggunaan Pola Pikir Induktif-Deduktif Dalam Pembelajaran
Matematika Beracuan Konstruktivisme. Tersedia: http://rochmad-unnes.blogspot.com/2008/01/penggunaan-pola-pikir induktif-deduktif.html
Warpala, I Wayan Sukra. (2009). Pendekatan Pembelajaran Konvensional. Tersedia:
http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/20/pendekatanpembelajaran-konvensional/
Widodo, A. (2006). Taksonomi Bloom dan Pengembangan Butir Soal. Buletin
Puspendik. 3(2), 18-29. Tersedia:
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/1967052719 92031-ARI_WIDODO/2006-Taksonomi_Bloom_dan_alat_evaluasi.pdf
http://blog.uin-malang.ac.id/uchielblog/2011/04/07/teori-belajar-dan pembelajaran-konsep-belajar-dan-pembelajaran/
http://www.m-edukasi.web.id/2012/06/kelebihan-mutimedia-dalam-pembelajaran.html
http://ariasdimultimedia.wordpress.com/2009/03/16/multimedia-dalam-dunia-pendidikan/