• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN, DIFERENSIASI PRODUK DAN LINGKUNGAN PERSAINGAN TERHADAP LABA PENGUSAHA INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH : Survey Pada Pengusaha Kerupuk Di Kota Cimahi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN, DIFERENSIASI PRODUK DAN LINGKUNGAN PERSAINGAN TERHADAP LABA PENGUSAHA INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH : Survey Pada Pengusaha Kerupuk Di Kota Cimahi."

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

No. Daftar / FPEB / 50 / UN 40.FPEB.1.PL / 2013

PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN,

DIFERENSIASI PRODUK DAN LINGKUNGAN

PERSAINGAN TERHADAP LABA PENGUSAHA

INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH

(Survey Pada Pengusaha Kerupuk Di Kota Cimahi)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Pendidikan Ekonomi

Oleh:

DITYA PRASETYA UTAMI 0802554

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

(2)

PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN, DIFERENSIASI PRODUK DAN LINGKUNGAN PERSAINGAN TERHADAP LABA PENGUSAHA

INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH (Survey Pada Pengusaha Kerupuk Di Kota Cimahi)

Oleh

Ditya Prasetya Utami

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

© Ditya Prasetya Utami 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Februari 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN, DIFERENSIASI PRODUK DAN LINGKUNGAN PERSAINGAN TERHADAP LABA PENGUSAHA

INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH (Survey Pada Pengusaha Kerupuk Di Kota Cimahi)

Skripsi ini disetujui oleh:

Bandung, Februari 2013

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Eeng Ahman, MS Navik Istikomah, SE, MSi

NIP. 196104201987031003 NIP. 19751110 200501 2 002

Mengetahui,

Ketua Program Pendidikan Ekonomi

Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis UPI Bandung

Dr. Ikaputera Waspada, MM.

(4)

ABSTRAK

“Pengaruh Perilaku Kewirausahaan, Diferensiasi Produk Dan Lingkungan Persaingan Terhadap Laba Pengusaha Industri Kecil Dan Menengah

(Survey Pada Pengusaha Kerupuk Di Kota Cimahi)”

di bawah bimbingan Prof. Dr. Eeng Ahman, MS dan Navik Istikomah, SE. MSi

Oleh:

Ditya Prasetya Utami 0802554

Penelitian ini dilatarbelakangi dari masalah menurunnya laba yang diperoleh pengusaha Industri Kecil dan Menengah kerupuk di Kota Cimahi. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah mengungkapkan faktor apa saja yang mempengaruhi penurunan laba. Faktor yang diduga dapat mempengaruhi laba pengusaha Industri Kecil dan Menengah Kerupuk di Kota Cimahi adalah perilaku kewirausahaan, diferensiasi produk dan lingkungan persaingan.

Adapun yang menjadi objek penelitian dalam penelitian ini adalah para pengusaha Industri Kecil dan Menengah Kerupuk di Kota Cimahi. Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik yaitu metode yang menggambarkan dan membahas objek yang diteliti berdasarkan faktor yang ada, yang kegiatannya meliputi pengumpulan data, pengolahan data dan informasi data serta menarik kesimpulan. Penelitian ini melakukan seluruh sampel yang ada dengan dibagi dua klasifikasi yaitu pengusaha yang menjual satu jenis kerupuk dan pengusaha yang menjual berbagai macam jenis kerupuk. Analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan bantuan program SPSS 16.0.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku kewirausahaan, diferensiasi produk dan lingkungan persaingan berpengaruh positif terhadap laba pengusaha Industri Kecil dan Menengah kerupuk di Kota Cimahi. Semakin meningkatnya perilaku kewirausahaan dan tingginya diferensiasi produk, serta lingkungan persaingan yang ada, maka akan meningkatkan laba pengusaha Industri Kecil dan Menengah Kerupuk di Kota Cimahi.

(5)

ABSTRACT

"Influence Behavior Entrepreneurship, Environmental Product Differentiation and Competition Against Industry Profit Small and Medium Entrepreneurs

(Employers Survey On Crackers In Cimahi)"

under the guidance of Prof. Dr. Eeng Ahman, MS and Navik Istikomah, SE. MSi

By:

Ditya Prasetya Utami 0802554

The study is motivated from the problem of reduced profits derived entrepreneurs Small and Medium Industries in Cimahi crackers. Therefore, the aim of this study was to reveal the factors that influence earnings decline. Factors that might impact on profit entrepreneurs Small and Medium Industries in Cimahi Crackers are entrepreneurial behavior, product differentiation and competitive environment.

As for the object of study in this research is the Small and Medium Industry entrepreneurs Crackers in Cimahi. The research method I used in this research is descriptive analytic method is a method that describes and discusses the studied object based on factors which are, whose activities include data collection, data processing and data information and draw conclusions. The research was done with the entire sample was divided into two classifications are entrepreneurs who sell one type of crackers and entrepreneurs who sell various types of crackers. Analysis of the data used is multiple linear regression with

SPSS 16.0.

The results showed that entrepreneurial behavior, product differentiation and competitive environment positive effect on income entrepreneurs Small and Medium Industries in Cimahi crackers. Increasing entrepreneurial behavior and high product differentiation, and competitive environment exists, it will increase the profits of Small and Medium entrepreneurs Crackers in Cimahi.

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ………... i

KATA PENGANTAR ……… ii

UCAPAN TERIMA KASIH ……….. iii

DAFTAR ISI ………...... vii

DAFTAR GAMBAR ………... xi

DAFTAR TABEL ………... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ………... 1

1.2 Rumusan Masalah ………... 11

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ………... 12

1.3.1 Tujuan Penelitian ………... 12

1.3.2 Manfaat Penelitian ………... 12

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori ………... 14

2.1.1 Konsep Industri Kecil dan Menengah ………. 14

2.1.2 Struktur Pasar ………... 22

2.1.3 Laba ……….. 30

2.1.3.1 Pengertian Laba ……… 30

2.1.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laba ……….. 33

2.1.4 Perilaku Kewirausahaan ……….. 34

2.1.4.1 Konsep Perilaku ………... 34

2.1.4.2 Konsep Kewirausahaan ………... 35

2.1.4.3 Konsep Perilaku Kewirausahaan ………. 42

2.1.4.4 Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Laba .. 44

2.1.5 Diferensiasi Produk ……….. 45

2.1.5.1 Konsep Diferensiasi Produk ………... 45

(7)

2.1.6 Lingkungan Persaingan ………... 48

2.1.6.1 Konsep Lingkungan Persaingan ……….. 48

2.1.6.2 Pengaruh Lingkungan Persaingan Terhadap Laba .. 52

2.2 Kajian Empirik Beberapa Hasil Penelitian ………... 54

2.3 Kerangka Pemikiran ………... 56

2.4 Hipotesis Penelitian ………... 64

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ………... 65

3.2 Metode Penelitian ………. 65

3.3 Populasi dan Sampel ………. 66

3.3.1 Populasi ……… 66

3.3.2 Sampel ……….. 66

3.4 Jenis dan Sumber Data ………... 68

3.5 Operasional Variabel ……… 68

3.6 Teknik Pengumpulan Data ………... 69

3.7 Prosedur Pengolahan Data ……… 70

3.8 Pengujian Instrumen Penelitian ……… 71

3.8.1 Uji Validitas ………... 71

3.8.2 Uji Reabilitas ……… 72

3.9 Teknik Analisis Data Dan Pengujian Hipotesis ………... 74

3.9.1 Teknik Analisis Data ……… 74

3.9.2 Pengujian Asumsi Klasik ……… 76

3.9.2.1 Uji Multikolinieritas ……… 76

3.9.2.2 Uji Heteroskedastisitas ……… 77

3.9.2.3 Uji Autokorelasi ………... 79

3.9.3 Pengujian Hipotesis ……… 82

3.9.3.1 Uji t-statistik ……… 82

3.9.3.2 Uji f-statistik ……… 84

(8)

BAB 1V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ……… 86

4.2 Deskripsi Responden Penelitian ………. 88

4.2.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ………. 88

4.2.2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia ………. 89

4.2.3 Gambaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan …. 89 4.2.4 Gambaran Responden Berdasarkan Lama Usaha …………. 92

4.2.5 Gambaran Responden Berdasarkan Tenaga Kerja ……... 93

4.3 Gambaran Umum Variabel Penelitian ……… 94

4.3.1 Variabel Laba ………... 94

4.3.2 Variabel Perilaku Kewirausahaan ……… 97

4.3.3 Variabel Diferensiasi Produk ……… 100

4.3.4 Variabel Lingkungan Persaingan ……….. 102

4.4 Analisis Instrumen Penelitian ………. 103

4.4.1 Uji Validitas ……….. 103

4.4.2 Uji Reabilitas ……… 104

4.5 Hasil Analisis Data ………. 105

4.5.1 Koefisien Korelasi antar variabel-variabel X dan Y ……… 106

4.5.2 Koefisien Korelasi Ganda dan Koefisien Determinasi …… 106

4.5.3 Model Persamaan Regresi ……… 107

4.6 Uji Asumsi Klasik ……… 109

4.6.1 Multikolinieritas ………... 109

4.6.2 Heteroskedastisitas ………... 110

4.6.3 Autokorelasi ………. 111

4.7 Pengujian Hipotesis ………. 112

4.7.1 Uji t (Pengujian Koefisien Regresi Secara Parsial) ……….. 112

4.7.2 Uji f (Pengujian Koefisien Regresi Secara Simultan)……... 114

4.7.3 Uji R2 (Koefisien Determinasi Majemuk) ………... 115

(9)

4.8.1 Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Laba

Pengusaha Industri Kecil dan Menengah ……….

117

4.8.2 Pengaruh Diferensiasi Produk Terhadap Laba Pengusaha Industri Kecil dan Menengah ………

119

4.8.3 Pengaruh Lingkunga Persaingan Terhadap Laba Pengusaha Industri Kecil dan Menengah ……….

121

4.9 Implikasi Pendidikan ………... 122 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ………. 126

5.2 Saran ……… 127

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kurva Keseimbangan Pasar Monopolistik Dalam Jangka Pendek Yang Mengalami Keuntungan ………..

28

Gambar 2.2 Kerugian Yang Dialami Perusahaan Dalam Pasar

Monopolistik ……….…. 29

Gambar 2.3 Keseimbangan Pasar Monopolistik Ketika Mendapatkan Laba

Normal ……… 30

Gambar 2.4 Kekuatan-Kekuatan Yang Mempengaruhi Persaingan Industri . 50 Gambar 2.5 Proses Kemajuan Pembangunan Ekonomi Schumpeter ………. 57

Gambar 2.6 Alur Kerangka Pemikiran ………... 64

Gambar 3.1 Statistika Durbin Watson ………... 82

Gambar 3.2 Uji Hipotesis 1 Arah ………... 83

Gambar 4.1 Distribusi Responden Pengusaha Kerupuk di Kota Cimahi Berdasarkan Jenis Kelamin ……….. 89

Gambar 4.2 Distribusi Responden Pengusaha Kerupuk di Kota Cimahi Berdasarkan Usia ……….. 90

Gambar 4.3 Distribusi Responden Pengusaha Kerupuk di Kota Cimahi Berdasarkan Pendidikan Terakhir ………. 91

Gambar 4.4 Distribusi Responden Pengusaha Kerupuk di Kota Cimahi Berdasarkan Lama Usaha ………... 93

Gambar 4.5 Distribusi Responden Pengusaha Kerupuk di Kota Cimahi Berdasarkan Tenaga Kerja ………. 94

Gambar 4.6 Klasifikasi Laba Pengusaha Kerupuk di Kota Cimahi………… 95

Gambar 4.7 Hasil Heteroskedatisitas Menggunakan Scatter Plot………….. 111

Gambar 4.8 Hasil Uji Autokorelasi ……… 112

Gambar 4.9 Uji T Variabel Perilaku Kewirausahaan ………... 113

Gambar 5.0 Uji T Variabel Diferensiasi Produk ……… 114

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perkembangan Industri Kota Cimahi Tahun 2008-2011 ……… 5 Tabel 1.2 Data Nama Perusahaan dan Jenis Kerupuk di Kota Cimahi ….. 9 Tabel 1.3 Perkembangan Laba Pengusaha Industri Kerupuk

di Kota Cimahi ……….. 9

Tabel 1.4 Rata-Rata Laba Pengusaha Industri Kerupuk di Kota Cimahi ... 10 Tabel 2.1 Karakteristik dan Watak Kewirausahaan ……….. 39 Tabel 2.2 Beberapa Kajian Empiris Hasil Penelitian Terdahulu ……….. 54 Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel ……….. 68 Tabel 3.2 Interpretasi Besar Kecilnya Koefisien Korelasi ……… 73 Tabel 3.3 Uji Statistik Durbin-Watson d ……… 81 Tabel 4.1 Distribusi Responden Pengusaha Kerupuk di Kota Cimahi

Berdasarkan Jenis Kelamin ……… 88 Tabe 4.2 Distribusi Responden Pengusaha Kerupuk di Kota Cimahi

Berdasarkan Usia ……….. 89

Tabel 4.3 Distribusi Responden Pengusaha Kerupuk di Kota Cimahi

Berdasarkan Pendidikan Terakhir ……… 91 Tabel 4.4 Distribusi Responden Pengusaha Kerupuk di Kota Cimahi

Berdasarkan Lama Usaha ………. 93

Tabel 4.5 Distribusi Responden Pengusaha Kerupuk di Kota Cimahi

Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja ………. 94 Tabel 4.6 Klasifikasi Pendapatan Pengusaha Kerupuk di Kota Cimahi … 95 Tabel 4.7 Distribusi Kategori Pendapatan Pengusaha Kerupuk di Kota

Cimahi Berdasarkan Jenis Kerupuk ……….. 96

Tabel 4.8 Nilai Bobot Standar ……… 98

Tabel 4.9 Klasifikasi Bobot Perilaku Kewirausahaan Pengusaha Kerupuk

di Kota Cimahi ………... 99

Tabel 4.10 Klasifikasi Bobot Diferensiasi Produk Pengusaha Kerupuk di

(12)

Tabel 4.11 Klasifikasi Bobot Lingkungan Persaingan Pengusaha Kerupuk di Kota Cimahi ………...

102

Tabel 4.12 Uji Validitas Perilaku Kewirausahaan (X1), Diferensiasi

Produk (X2) dan Lingkungan Persaingan (X3) ………. 103

Tabel 4.13 Uji Reabilitas Perilaku Kewirausahaan (X1), Diferensiasi Produk (X2) dan Lingkungan Persaingan (X3) ………. 104

Tabel 4.14 Koefisien Korelasi Antar Variabel-Variabel X dengan Variabel Y …... 106

Tabel 4.15 Koefisien Korelasi Ganda dan Koefisien Determinasi……….. 107

Tabel 4.16 Nilai Praduga Koefisien Regresi ……… 108

Tabel 4.17 Nilai VIF & Tolerance ………... 110

Tabel 4.18 Hasil Uji t ………... 112

(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang

melakukan pembangunan dalam segala bidang. Salah satu sasaran yang ingin

dicapai dalam pembangunan ekonomi nasional Indonesia adalah meningkatkan

pertumbuhan ekonomi yang tinggi sehingga dapat meningkatkan pendapatan

nasional dan kesempatan kerja serta tercapainya pemerataan pendapatan. Namun

seperti yang kita ketahui hingga kini berbagai upaya pembangunan ekonomi

untuk mewujudkan kebangkitan masih tersendat karena beratnya permasalahan

yang diakibatkan oleh krisis moneter yang melanda pada tahun 1997.

Sebagaimana disadari, krisis moneter tersebut memberikan pengaruh yang sangat

besar terhadap pembangunan saat ini.

Industrialisasi merupakan akar pokok pembangunan nasional dan

pembangunan daerah, yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang maju

dan mandiri. Selain berperan secara stategis untuk mendukung pertumbuhan

ekonomi yang tinggi, industri juga memiliki peran untuk menciptakan lapangan

usaha serta memperluas lapangan pekerjaan, mendorong pembangunan daerah,

serta meningkatkan dan meratakan pendapatan masyarakat dan mengentas

kemiskinan. Namun semenjak terjadinya krisis ekonomi terutama pada saat

pemulihan ekonomi, ada beberapa anggapan bahwa pemerintah kurang

(14)

Seperti yang dikemukakan oleh Mangara Tambunan (2010:2), krisis

moneter merupakan suatu musibah yang mengakibatkan pertumbuhan ekonomi

yang melamban. Oleh karena itu pembangunan ekonomi masih mengalami

ketertinggalan dengan negara lain karena krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia

bukan berakar pada masalah karena kelemahan sektor keuangan / moneter saja,

melainkan pada tidak kuatnya struktur sektor ekonomi itu sendiri dalam

menghadapi tantangan dari luar (external shocks) ataupun tantangan dari dalam

(internal shocks), begitupun halnya dengan industri yang ada di Indonesia.

Perkembangan industri di Indonesia juga tidak terlepas dari berbagai macam

masalah baik itu masalah yang bersifat internal (masalah yang bersumber dari

dalam perusahaan) maupun masalah yang bersifat eksternal (masalah yang

bersumber dari luar perusahaan) sehingga perkembangan industri Indonesia juga

masih tertinggal dengan negara lain.

Menurut Badan Pusat Statistika (BPS) dalam Mangara Tambunan

(2010:78), industri di Indonesia dapat diklasifikasikan berdasarkan jumlah tenaga

kerja yang terdiri dari industri skala besar, menengah dan kecil. Industri skala

besar adalah industri yang memiliki jumlah tenaga kerja sekitar 100 orang atau

lebih, industri menengah adalah industri yang memiliki jumlah pekerja antara 20

sampai dengan 99 orang, sedangkan industri kecil adalah industri yang

mempunyai pekerja antara 5 sampai 19 orang atau bahkan kurang dari 5 orang

yang disebut juga dengan usaha rumah tangga. Dari dominasi jenis industri diatas, Berry, Rodriguez and Sandee (2001) menyatakan bahwa industri yang mampu

(15)

3

dikarenakan Industri Kecil dan Menengah memiliki karakteristik padat karya

dibandingkan dengan industri besar yang memiliki karakteristik padat modal dan

pada saat krisis terjadi, Industri Kecil dan Menengah justru lebih cenderung

kepada menyelamatkan pertumbuhan ekonomi dalam menciptakan lapangan

pekerjaan khususnya melalui penyerapan tenaga kerja dan mengurangi

kemiskinan (Mangara Tambunan, 2010:153). Menyikapi masalah diatas, Tulus

T.H. Tambunan (2002:1) pun mengatakan bahwa :

Di Indonesia peranan IKM, khususnya usaha kecil juga sering dikaitkan dengan upaya-upaya pemerintah untuk mengurangi pengangguran, memerangi kemiskinan dan pemerataan pendapatan. Oleh sebab itu, tidak heran jika kebijakan pengembangan IKM di Indonesia sering dianggap secara tidak langsung sebagai kebijakan penciptaan kesempatan kerja atau kebijakan redistribusi pendapatan.

Industri Kecil dan Menengah merupakan skala usaha yang paling banyak

digeluti oleh masyarakat karena peranannya sangat besar dan dan berarti bagi

kelangsungan hidup masyarakat Indonesia. Pada saat kondisi perekonomian

Indonesia tidak stabil Industri Kecil dan Menengah adalah salah satu alternatif

atau solusi yang paling efektif. Akan tetapi Industri Kecil dan Menengah di

Indonesia masih sangat tertinggal dengan Industri Kecil dan Menengah di

Negara-negara maju. Terutama pada Industri Kecil khususnya masih sangat

terbatas dalam Sumber Daya Manusia (SDM) dan penguasaan teknologi dan

informasi, sebagian besar pekerja dan pengusahanya berpendidikan Sekolah Dasar

(SD), bahkan akses informasi mengenai pasar dan teknologi pun masih sangat

minim. Oleh karena itu untuk mengatasi hal tersebut masih diperlukan perhatian

dan peran pemerintah lebih lanjut untuk memberikan perhatian khusus terhadap

(16)

para pengusaha agar mereka memperoleh pengetahuan lebih untuk

perkembangan industri ke depan.

Terkait penjelasan diatas, pada penelitian ini peneliti tertarik untuk

meneliti Industri Kecil dan Menengah di Kota Cimahi. Peneliti tertarik dengan

objek ini karena berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Cimahi,

jumlah penduduk Kota Cimahi pada tahun 2011 berkisar 612.168 orang dengan

jumlah penduduk laki-laki sebesar 309.552 orang dan jumlah penduduk

perempuan sebesar 302.616 orang, dan berdasarkan data dari Dinas Tenaga Kerja

dan Transmigrasi (Disnakertrans), menyatakan bahwa jumlah angkatan kerja di

Kota Cimahi pada tahun 2011 berjumlah 243.451 orang, sedangkan angkatan

kerja yang mampu ditampung hanya 208.200 orang. Dari hal tersebut dapat

disimpulkan bahwa jumlah pengangguran di Kota Cimahi pada saat itu cukup

tinggi dengan nilai sebesar 35.251 orang.

Selain itu berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi (Disnakertrans) Kota Cimahi tercatat bahwa pada tahun 2011 sekitar

12.000 karyawan di Kota Cimahi mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

Masalah ini terjadi diduga pada tahun 2011 bahwa 60 perusahaan mengalami

krisis keuangan sehingga mengakibatkan gulung tikar dan dipailitkan, karena

dinilai sudah tidak bisa menjalankan roda bisnisnya. Menyikapi peristiwa diatas

bahwa angka pengangguran di Kota Cimahi tahun 2011 semakin meningkat

menjadi 44.251 orang, namun dengan munculnya Industri Kecil Dan Menengah

yang dari tahun ke tahun mengalami peningkatan jumlah pengangguran tersebut

(17)

5

Tabel 1.1

Perkembangan Industri Kota Cimahi Tahun 2008-2011

Sumber: Dinas Koperasi Industri dan Perdagangan (Diskoperindag) Kota Cimah, data diolah

Dari tabel 1.1 diatas, dapat kita lihat perkembangan unit usaha dan nilai

investasi industri kecil dan menengah di Kota Cimahi terus mengalami

peningkatan setiap tahunnya dari tahun 2008-2011. Berdasarkan perkembangan

unit usaha industri kecil dapat kita lihat pada tahun 2009 terjadi peningkatan

112 unit usaha, dengan tingkat pertumbuhannya adalah sebesar 22,4 %.

Begitupun pada tahun 2010 yang meningkat sebanyak 142 unit usaha dengan

pertumbuhannya sebesar 23,2 %. Dan peningkatan berikutnya terjadi pada tahun

2011 meningkat menjadi 191 unit usaha dengan tingkat pertumbuhannya sebesar

25,3 %. Sedangkan perkembangan unit usaha industri menengah pada tahun 2009

terjadi peningkatan sebesar 18 unit usaha, dengan tingkat pertumbuhannya sebesar

32,7 %. Pada tahun 2010 mengalami peningkatan yang sama dengan tahun

sebelumnya sebesar 25 unit usaha dengan tingkat pertumbuhannya sebesar 34,2 %

dan di tahun berikutnya pada tahun 2011 unit usaha industri menengah mengalami

peningkatan menjadi 36 unit usaha dengan tingkat pertumbuhannya sebesar

36,7%.

Industri Kecil 1.754.213.000 2.451.742.000 3.524.716.000 4.415.615.000 Industri Menengah 985.410.000 1.321.571.000 1.854.425.000 1.941.721.000

Industri Besar 152.257.451.000 241.854.721.000 266.571.245.000 381.742.543.000

TOTAL 154.997.074.000 245.628.034.000 271.950.386.000 388.099.879.000 3.Tenaga Kerja

Industri Kecil 2.247 2.856 3.851 5.313

Industri Menengah 521 642 812 1.514

Industri Besar 6.574 8.321 10.254 14.752

(18)

Pertumbuhan nilai investasi industri Kota Cimahi itu sendiri dapat kita

lihat pada tahun 2009 investasi industri kecil mengalami peningkatan sebesar

697.529.000 dengan pertumbuhannya adalah 39,8 %. Pada tahun 2010 nilai

investasi kembali meningkat menjadi 1.072.974.000 dengan tingkat

pertumbuhannya sebesar 43,7 % dilanjut pada tahun 2011 kembali terjadinya

peningkatan menjadi 1.890.899.000 dengan pertumbuhannya sebesar 53,6 %.

Sedangkan investasi pada unit usaha menengah pada tahun 2009 mengalami

peningkatan 336.161.000 dengan pertumbuhan sebesar 34,1 %. Tahun 2010

meningkat menjadi 532.854.000 dengan tingkat pertumbuhannya sebesar 40,3 %

dan pada tahun 2011 meningkat kembali menjadi 890.899.000 dengan tingkat

pertumbuhannya sebesar 50,8 %. Dari meningkatnya tingkat investasi industri di

Kota Cimahi diharapkan kedepannya nilai total investasi pada masing-masing

jenis industri ini dapat terus meningkat dari angka yang saat ini telah dicapai, dan

perkembangan dari industri-industri ini dapat dibantu terutama oleh pihak yang

terkait untuk dapat lebih berkembang lagi.

Begitupun juga dengan tenaga kerja pada industri di Kota Cimahi,

pertumbuhannya terus meningkat sama dengan pertumbuhan unit usaha dan total

investasi yang terjadi. Jumlah tenaga kerja industri kecil pada tahun 2009

mengalami peningkatan sebesar 609 orang dengan tingkat pertumbuhann sebesar

27,1 %. Tahun 2010 hanya sebesar 995 orang yang terserap dengan tingkat

pertumbuhannya sebesar 34,8 %. Dilanjut pada tahun 2011 mengalami

peningkatan yang besar menjadi 1.462 orang dengan tingkat pertumbuhan sebesar

(19)

7

tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 121 dengan pertumbuhan sebesar

23,2 %. Tahun 2010 mengalami peningkatan sebesar 167 dengan pertumbuhannya

sebesar 26,1 %. Dan pada tahun 2011 meningkat kembali menjadi 702 dengan

tingkat pertumbuhannya sebesar 86,4 %. Melihat total tenaga kerja yang mampu

terserap pada tahun 2011 sebesar 20.479 orang, mengingat jumlah pengangguran

di Kota Cimahi pada tahun 2011 sebesar 44.251 orang, dengan munculnya

Industri Kecil dan Menengah yang meningkat setiap tahun maka jumlah

pengangguran berkurang menjadi 37.424 dengan tenaga kerja yang terserap dari

Industri Kecil dan Menengah sebesar 6.827 orang.

Kota Cimahi adalah salah satu kota yang ada di Propinsi Jawa Barat yang

memiliki keunggulan kontribusi terbesar dalam pembangunan ekonomi di bidang

industri pengolahan. Industri pengolahan di Kota Cimahi sangat unggul dalam

bidang pengolahan makanan salah satunya adalah kerupuk. Dengan adanya

industri kerupuk yang muncul di Kota Cimahi, hal ini sangat memberikan peluang

untuk penyerapan tenaga kerja bagi masyarakat sekitar.

Kerupuk merupakan salah satu makanan ringan yang terbuat dari tepung

tapioka dan dicampur dengan bahan olahan rasa seperti udang, ikan, jengkol, dll.

Seperti yang kita ketahui, kerupuk kini sudah bisa dibilang merupakan makanan

pokok yang selalu dicari oleh konsumen sebagai teman hidangan makanan atau

teman camilan di saat makan. Industri Kerupuk yang ada di Kota Cimahi terdiri

dari berbagai macam pengrajin kerupuk baik jenis kerupuk dengan berbagai

(20)

kerupuk belik (kerupuk blek) yang merupakan kerupuk dengan bentuk bulat lilitan

seperti cacing.

Berdasarkan data pra penelitian lapangan industri kerupuk di Kota

Cimahi dari tiap kecamatan yang peneliti ambil, peneliti meneliti 15 pengusaha

kerupuk yang dimana peneliti mengambil 5 pengusaha kerupuk dari

masing-masing kecamatan. Dari 15 pengusaha kerupuk tersebut dapat disimpulkan

bahwa masing-masing pengusaha pada kenyataannya memang berbeda-beda ada

yang memproduksi kerupuk belik (kerupuk blek) atau kerupuk pakan saja yang

dimana untuk jenis kerupuk belik (kerupuk blek) mereka memang membuat /

memproduksi kerupuk itu sendiri, sedangkan untuk jenis kerupuk pakan terbagi

menjadi tiga jenis tipe yaitu ada yang tidak memproduksi kerupuk itu sendiri

yang dimana hanya menggoreng dan mengolah rasa saja namun variasi

kerupuknya lebih banyak, dan adapula yang memang membuat kerupuk pakan

tersebut sendiri namun jenisnya memang paling hanya 1 jenis dalam

memproduksi, dan adapula yang memproduksi kerupuk tersebut sendiri namun

untuk menambah variasi jenis kerupuk menjadi lebih banyak, pengusaha membeli

bahan baku kerupuk mentah tersebut melalui distributor-distributor, lalu

menggoreng dan mengolah rasa sesuai dengan ciri khas perusahaan

masing-masing. Jenis kerupuk pakan yang memang benar-benar diproduksi sendiri di

Kota Cimahi itu sendiri yaitu misalnya kerupuk mie yang mereka buat bentuknya

hampir sama dengan kerupuk belik (kerupuk blek) tapi dengan diberi warna

khasnya yaitu kuning, kerupuk jengkol yaitu kerupuk yang diberikan aroma rasa

(21)

9

kerupuk dorokdok yaitu kerupuk yang dibuat dari kulit sapi, kerupuk tahu yaitu

kerupuk yang berbahan dasar dari tahu, dan kerupuk lain sebagainya. Berikut data

para pengusaha industri kerupuk di Kota Cimahi:

Tabel 1.2

Data Nama Perusahaan dan Jenis Kerupuk di Kota Cimahi

No Nama Perusahaan Jenis Kerupuk 1 Ganda Sari Kerupuk Udang, Kerupuk Jengkol

2 PK Saputra Kerupuk Ikan, Kerupuk Jengkol, Kerupuk Udang, Kerupuk Ikan 3 Rasaku Kerupuk Kakap Mini, Kerupuk Udang, Kerupuk Ikan

4 Taruna Kerupuk Belimbing Kuning (BK), Kerupuk Belimbing Putih (BP) 5 PD Doa Ibu Kerupuk Belik (Kerupuk Blek)

6 Mekar Raya Kerupuk Udang, Kerupuk Jengkol 7 PK Sukasari Kerupuk Belik (Kerupuk Blek) 8 Saluyu Kerupuk Belik (Kerupuk Blek)

9 Binahong Kerupuk Jengkol, Kerupuk Jaat, Kerupuk Uril, Kerupuk Rambak 10 Remaja Mandiri Kerupuk Mie

11 Margana Kerupuk Rambak 12 Vrikitiw Kerupuk Jengkol 13 Sekar Wangi Kerupuk Jengkol

14 Saroja Kerupuk Udang, Kerupuk Jaat, Kerupuk Ikan, Kerupuk Kakap Mini 15 Sinar Ibu Kerupuk Belik (Blek)

Sumber : Pengusaha Kerupuk di Kota Cimahi, pra penelitian, data diolah

Berdasarkan data pra penelitian yang diambil secara acak pada tabel 1.3

diatas, berdasarkan hasil wawancara dengan para pengusaha industri kerupuk di

Kota Cimahi, diperoleh kesimpulan bahwa laba yang diperoleh pada Bulan

Januari 2012-Juni 2012 cenderung mengalami penurunan. Hal tersebut dapat

dilihat kita lihat dalam tabel di bawah ini :

Tabel 1.3

Perkembangan Laba Pengusaha Industri Kerupuk di Kota Cimahi (Periode Januari-Juni 2012)

No Nama Perusahaan

Laba

Januari Februari Maret April Mei Juni 1 Ganda Sari 76.000.000 84.000.000 84.000.000 80.000.000 64.000.000 62.000.000 2 PK Saputra 90.000.000 86.000.000 80.000.000 87.000.000 78.000.000 70.000.000 3 Rasaku 90.000.000 72.000.000 67.000.000 68.000.000 92.000.000 91.000.000 4 Taruns 50.000.000 45.000.000 42.000.000 45.000.000 53.000.000 47.000.000 5 PD Doa Ibu 44.000.000 40.000.000 39.000.000 43.000.000 35.000.000 22.000.000 6 Mekar Raya 88.000.000 77.000.000 77.000.000 78.000.000 75.000.000 70.000.000 7 PK Sukasari 30.000.000 27.000.000 25.000.000 22.000.000 23.000.000 20.000.000 8 Saluyu 20.000.000 14.000.000 18.000.000 13.000.000 16.000.000 15.000.000 9 Binahong 65.000.000 71.000.000 71.000.000 67.000.000 75.000.000 62.000.000 10 Remaja Mandiri 22.000.000 27.000.000 25.000.000 24.000.000 24.000.000 20.000.000 11 Margana 33.000.000 36.000.000 35.000.000 34.000.000 39.000.000 30.000.000 12 Vrikitiw 26.000.000 25.000.000 26.000.000 27.000.000 29.000.000 26.000.000 13 Sekar Wangi 78.000.000 65.000.000 64.000.000 45.000.000 56.000.000 45.000.000 14 Saroja 56.000.000 67.000.000 65.000.000 56.000.000 69.000.000 65.000.000 15 Sinar Ibu 15.000.000 16.000.000 14.000.000 12.000.000 19.000.000 18.000.000

(22)

Adapun rata-rata laba pengusaha kerupuk di Kota Cimahi sebagai berikut :

Tabel 1.4 Rata-Rata Laba

Pengusaha Industri Kerupuk Di Kota Cimahi (Periode Januari-Juni 2012)

Februari 67.466.666 -5,7

Maret 65.466.666 -2,9

April 65.400.000 -0,10

Mei 69.800.000 6,7

Juni 61.533.333 -11,8

Sumber: Pengusaha Kerupuk di Kota Cimahi, pra-penelitian, data diolah

Berdasarkan tabel 1.6 dapat dilihat dengan jelas bahwa permasalahan

yang dihadapi Industri Kecil dan Menengah khususnya industri kerupuk di Kota

Cimahi laba yang diperoleh pengusaha cenderung mengalami penurunan. Pada

bulan Januari laba industri kecil dan menengah kerupuk di Kota Cimahi sebesar

Rp.71.533.333,- kemudian pada bulan Februari labanya mengalami penurunan

sebesar 5,7% lalu pada bulan Maret mengalami penurunan kembali menjadi 2,9%

dilanjut pada bulan April mengalami penurunan kembali sebear 0,10% , pada

bulan berikutnya yaitu bulan Mei sempat mengalami kenaikan sebesar 6,7%

dilanjut pada bulan Juni laba kembali mengalami penurunan sebesar 11,8%.

Pada dasarnya semua pengusaha ingin meningkatkan laba maksimum yang

biasanya dilakukan melalui penjualan produknya. Berdasarkan hasil wawancara

dengan pengusaha, bahwa penurunan laba yang mereka alami rata-rata

disebabkan oleh faktor yaitu akibat kurangnya memiliki sikap inovasi untuk

mengembangkan produknya, karena biasanya dengan adanya pengembangan

produk yang bervariatif akan membuat daya pikat nilai tambah harapan terhadap

(23)

11

mempengaruhi volume penjualan. Oleh karena itu dengan kurangnya inovasi

pengusaha dalam mendiferensiasikan produknya menyebabkan industri ini

rata-rata lemah dalam variasi produk yang ditawarkannya. Berdasarkan data diatas,

dapat disimpulkan bahwa laba itu sendiri sangat dipengaruhi oleh bagaimana

perilaku kewirausahaan yang dimiliki pengusaha, jumlah / variasi produk yang

dihasilkan maupun persaingan yang terjadi. Oleh sebab itu, berdasarkan uraian

diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh

Perilaku Kewirausahaan, Diferensiasi Produk Dan Lingkungan Persaingan Terhadap Laba Pengusaha Industri Kecil Dan Menengah (Survey Pada Pengusaha Kerupuk Di Kota Cimahi)”.

1.2 Rumusan Masalah

Berangkat dari adanya isu diatas, maka dalam penelitian ini dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh perilaku kewirausahaan terhadap laba pengusaha

kerupuk di Kota Cimahi?

2. Bagaimana pengaruh diferensiasi produk terhadap laba pengusaha kerupuk di

Kota Cimahi ?

3. Bagaimana pengaruh lingkungan persaingan terhadap laba pengusaha

kerupuk di Kota Cimahi ?

4. Bagaimana pengaruh perilaku kewirausahaan, diferensiasi produk dan

(24)

1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah diatas, penelitian ini memiliki tujuan

sebagai berikut :

1. Untuk menjelaskan pengaruh perilaku kewirausahaan terhadap laba

pengusaha kerupuk di Kota Cimahi.

2. Untuk menjelaskan pengaruh diferensiasi produk terhadap laba pengusaha

kerupuk di Kota Cimahi.

3. Untuk menjelaskan pengaruh lingkungan persaingan terhadap laba pengusaha

kerupuk di Kota Cimahi.

4. Untuk menjelaskan pengaruh perilaku kewirausahaan, diferensiasi produk dan

lingkungan persaingan terhadap laba pengusaha kerupuk di Kota Cimahi.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, maka hasil penelitian ini

diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

a. Secara praktis, diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi

tambahan dan gambaran pada para pengusaha industri, PEMDA, Dinas KUKM

dan Diskoperindag tentang perilaku kewirausahaan, diferensiasi produk dan

lingkungan persaingan terhadap laba para pengusaha Industri Kecil dan

(25)

13

b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran untuk memperkaya khasanah ilmu ekonomi pada umumnya dan

(26)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah para pengusaha Industri Kecil dan

Menengah kerupuk di Kota Cimahi.Variabel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah variabel bebas (X) meliputi perilaku kewirausahaan (X1), diferensiasi

produk (X2), dan lingkungan persaingan (X3), sedangkan variabel terikat yaitu

laba (Y).

3.2 Metode Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2006:160), metode penelitian adalah suatu

cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data. Oleh karena itu

metode penelitian dapat dikatakan sebagai cara yang dilakukan atau yang diambil

peneliti untuk mengkaji suatu permasalahan yang dihadapi. Oleh karena itu agar

masalah tersebut dapat diselesaikan dengan tepat, sebuah penelitian harus memilih

salah satu metode penelitian yang sesuai.

Berangkat dari permasalahan dan tujuan yang diajukan dalam penelitian

ini yaitu untuk memperoleh penjelasan secara empirik mengenai pengaruh

perilaku kewirausahaan, diferensiasi produk, dan lingkungan persaingan terhadap

Laba Pengusaha Industri Kecil dan Menengah (Studi Kasus Pada Pengusaha

Kerupuk Di Kota Cimahi), metode penelitian yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Metode deskriptif analitik adalah

(27)

66

berdasarkan faktor yang ada, yang kegiatannya meliputi pengumpulan data,

pengolahan data dan informasi data serta menarik kesimpulan (Suharsimi

Arikunto, 2006 :162).

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Menurut Husein Umar (2008:77), populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas objek / subjek yang mempunyai karakteristik tertentu dan

mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.

Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2006:130), populasi adalah keseluruhan

subjek penelitian. Sehingga dapat disimpulkan populasi merupakan keseluruhan

dari karakteristik subjek penelitian yang mempunyai kesempatan untuk dipilih

menjadi anggota sampel.

Populasi dalam penelitian ini adalah para pengusaha kerupuk di Kota

Cimahi yang berjumlah 140 orang (data Dinas Koperasi Industri dan

Perdagangan Kota Cimahi Tahun 2011).

3.3.2 Sampel

Menurut Suharsimi Arikunto (2006:131), sampel adalah sebagian atau

wakil populasi yang diteliti. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan teknik simple random sampling, yang dimana cara pengambilan

(28)

populasi yang ada karena dianggap memiliki karakteristik yang sama

(Riduwan,2010:58).

Karena keterbatasan dana, waktu, dan tenaga maka peneliti mengambil

sampel dari populasi yang ada di Kecamatan Cimahi Tengah, Kecamatan Cimahi

Utara dan Kecamatan Cimahi Selatan di Kota Cimahi untuk menarik sampel maka

digunakan rumus Taro Yamane sebagai berikut :

(Riduwan, 2010:65)

Dimana :

n = ukuran sampel

N = ukuran populasi

d = tingkat kesalahan yang ditolelir sebesar 5 %

Maka :

104

Berdasarkan perhitungan diatas, maka jumlah sampel yang diambil dari

populasi pengusaha industri kerupuk di Kota Cimahi yang berjumlah 140

pengusaha adalah diambil sebanyak 104 pengusaha sebagai sampel.

(29)

68

3.4Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Yang

dimana sumber data primer ini berasal dari data yang langsung diperoleh dari para

pengusaha kerupuk di Kota Cimahi sebagai responden melalui kuisioner atau

angket.

3.5Operasional Variabel

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Teoritis Konsep Empiris Konsep Analitis Skala Variabel Dependen

Laba (Y) Laba / keuntungan total adalah penerimaan total (TR) dikurangi biaya total (TC). Jadi keuntungan total mencapai maksimum apabila didapat selisih yang positif antara TR dengan TC mencapai angka besar (Case and Fair,

(30)

Diferensiasi Produk (X2)

Diferensiasi produk adalah suatu usaha untuk membedakan produk yang dihasilkan oleh perusahaan untuk memberikan daya tarik baik langsung maupun tidak langsung kepada konsumen dibandingkan dengan perusahaan lain yang menghasilkan produk yang sama / sejenis ataupun yang berbeda (Eeng Ahman dan Yana Rohmana, 2007:205)

Usaha untuk membedakan produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang bersaing melalui pengusaha yang ada di sekitar (Porter, 2008:16).

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data untuk memperoleh data tersebut adalah

sebagai berikut :

1. Studi Observasi

Studi observasi adalah dengan cara meneliti secara langsung pengusaha

(31)

70

2. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi secara langsung dengan

tanya jawab lisan kepada para responden yang digunakan sebagai pelengkap

data.

3.Angket

Angket yaitu pengumpulan data melalui penyebaran seperangkat pertanyaan

tertulis kepada responden yang menjadi sample penelitian.

4. Studi Kepustakaan

Studi Kepustakaan adalah usaha pengumpulan data informasi yang

berhubungan dengan teori-teori yang berkaitan dengan masalah-masalah

variabel yang akan diteliti.

3.7Prosedur Pengolahan Data

Setelah diperoleh keterangan dan data yang lengkap mengenai teknik

pengumpulan data diatas, selanjutnya yang diperlukan adalah pengolahan data.

Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :

1. Menyeleksi data yaitu dengan melihat atau memeriksa kesempurnaan dan

kejelasan mengenai benar dan tidaknya penulisan data

2. Mentabulasi data yaitu proses mengubah data menjadi bermakna

3. Analisis data yang berguna untuk mengetahui pengaruh dan hubungan antar

variabel penelitian dengan teknik analisis yang tepat

4. Pengujian hipotesis, dan

(32)

3.8 Pengujian Instrumen Penelitian

Setelah data-data dari angket terkumpul maka perlu dilakukan analisis

kebenarannya melalui uji validitas dan uji reabilitas, agar hasil penelitian tersebut

tidak diragukan kebenarannya.

3.7.1 Uji Validitas

Menurut Suharsimi Arikunto (2006:168), uji validitas adalah suatu ukuran

yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument.

Suatu instrument yang valid atau shahih maka akan mempunyai validitas yang

tinggi. Sebalinya, instrument yang kurang valid memiliki validitas yang rendah.

Sebuah instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang

diinginkan. Sebuah instrument dikatakan valid apabila dapat mengungkap data

dari variabel yang diteliti secara tepat. Dan tinggi rendahnya validitas instrument

menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran

tentang validitas yang dimaksud. Cara menguji validitas Uji validitas dalam

penelitian ini mwnggunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut :

= ∑ ∑ ∑

√{ ∑ ∑ } { ∑ ∑ } (Suharsimi Arikunto, 2006:170)

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi

∑ = jumlah skor tiap item

∑ = jumlah skor total item

∑ = jumlah skor-skor X yang dikuadratkan

(33)

72

∑ jumlah perkalian X dan Y

N = jumlah sampel

Dalam hal ini nilai rxy diartikan sebagai koefisien korelasi sehingga kriterianya

adalah :

rxy < = validitas sangat rendah

0,20 – 0,399 = validitas rendah

0,40 – 0,699 = validitas sedang / cukup

0,70 – 0,899 = validitas tinggi

0,90 – 1,00 = validitas sangat tinggi

Koefisien korelasi yang diperoleh akan dibandingkan dengan t tabel, korelasi nilai

r dengan derajat kebebasan n-2, dimana n adalah jumlah responden dan angka 2

adalah banyaknya variabel bebas. Dan dalam penelitian ini taraf signifikan yang

dipakai adalah = 0,05.

3.7.2Uji Reabilitas

Uji reabilitas adalah suatu pengujian yang menunjuk pada satu pengertian

bahwa sesuatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat

pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik. Instrumen yang baik maka

tidak akan bersifat tendensius atau yang mengarahkan responden untuk memilih

jawaban-jawaban tertentu. Dan instrument yang sudah dapat dipercaya, yang

reliable akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya

memang benar sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kali pun diambil, akan

(34)

yang artinya reabilitas adalah dapat dipercaya dan dapat diandalkan (Suharsimi

Arikunto, 2006:178).

Uji reabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Alpha karena berupa

skor 1-5. Rumus mencari reabilitas instrumen sebagai berikut :

(Suharsimi Arikunto, 2006:196)

Keterangan : r11 = reliabilitas instrument

K = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

∑ = jumlah varians butir

= varians total

Untuk menghitung reabilitas, penulis juga menggunakan Microsoft Excel

2007 yang kemudian diinterpretasikan. Untuk mengetahui interpretasi mengenai

besarnya koefisien korelasi, menurut Suharsimi Arikunto (2006:196) interpretasi

besarnya koefisien korelasi adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2

Interpretasi Besar Kecilnya Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Korelasi Tingkat Hubungan

Antara 0,800 – 1,000 Reabilitas Sangat Tinggi

Antara 0,600 – 0,800 Reabilitas Tinggi

Antara 0,400 – 0,600 Reabilitas Cukup

Antara 0.200 – 0,400 Reabilitas Rendah

Antara 0,000 – 0,200 Reabilitas Sangat Rendah

Sedangkan untuk mencari nilai varians per item menggunakan rumus

varians sebagai berikut :

∑ – ∑ (Suharsimi Arikunto, 2006:196) Jika r1 > r 0,05 = reliabel

(35)

74

Jika r1 > r 0,05 = tidak reliabel

3.9 Teknik Analisis Data Dan Pengujian Hipotesis 3.9.1 Teknik Analisis Data

Untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan, maka dilakukan

pengolahan data. Jenis data yang terkumpul dalam penelitian ini adalah data

ordinal dan interval.

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

mengunakan analisis regresi berganda (multiple regression). Sedangkan alat

analisis yang digunakan yaitu software SPSS 16.0. Dengan demikian, maka data

yang bersifat ordinal pada penelitian ini yaitu variabel perilaku kewirausahaan,

diferensiasi produk dan lingkungan persaingan harus dubah dan ditingkatkan

menjadi data interval melalui MSI Methods of Succesive Interval (MSI). Menurut

Riduwan dan Engkos Kuncoro (2011:58), salah satu kegunaan dari MSI dalam

pengukuran adalah untuk menaikkan pengukuran dari ordinal ke interval lalu

langsung diolah dengan persamaan regresi linier berganda.

Langkah kerja Methods of Succesive Interval (MSI) adalah sebagai berikut:

a. Perhatikan tiap butir pernyataan, misalnya dalam angket.

b. Untuk butir tersebut, tentukan berapa banyak orang yang mendapatkan

(menjawab) skor 1,2,3,4,5 yang disebut frekuensi.

c. Setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya responden dan hasilnya disebut

Proporsi (P).

d. Tentukan Proporsi Kumulatif (PK) dengan cara menjumlah antara proporsi

(36)

e. Dengan menggunakan tabel distribusi normal baku, tentukan nilai Z untuk

setiap kategori.

f. Tentukan nilai densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh dengan

menggunakan tabel ordinat distribusi normal baku.

g. Hitung SV (Scale Value) = Nilai Skala dengan rumus sebagai berikut:

( )( )

h. Menghitung skor hasil tranformasi untuk setiap pilihan jawaban dengan rumus:

SVMin

SV

Y  1

Dimana: K 1

SVMin

Dalam penelitian ini analisis statistik yang digunakan adalah statistik

parametrik yaitu regresi linier berganda. Tujuan analisis regresi linier berganda

adalah untuk mempelajari bagaimana eratnya hubungan serta pengaruh antara

satu atau beberapa variabel bebas dengan variabel terikat dengan model

persamaannya adalah sebagai berikut:

X1 = Perilaku Kewirausahaan

X2 = Diferensiasi Produk

X3 =Lingkungan Persaingan

(37)

76

3.9.2 Pengujian Asumsi Klasik

3.9.2.1 Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah hubungan linier yang sempurna diantara

variabel-variabel bebas dalam model regresi yang dimana keadaan satu atau lebih variabel-variabel

independen dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier dari variabel independen

lainnya. Selain itu multikolinieritas merupakan pengujian untuk mengetahui

apakah terjadi hubungan sempurna antara variabel independen dengan variabel

dependen dalam model regresi (Yana Rohmana, 2010:154).

Cara mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas dapat dilakukan oleh

beberapa cara yaitu (Yana Rohmana, 2010:143):

1. Nilai R2 tinggi (biasanya berkisar 0,8-1,0) tetapi hanya sedikit variabel

independen yang signifikan

2. Adanya korelasi parsial antar variabel independen.

Dengan menghitung koefisien korelasi antar variabel independen apabila

koefisiennya rendah, maka tidak terdapat multikolinieritas, sebaliknya jika

koefisien antar variabel independen (variabel x) itu koefisiennya tinggi maka

diduga terdapat multikolinieritas.

3. Regresi Auxiliary

Dengan melakukan regresi auxiliary ini dapat digunakan untuk mengetahui

hubungan antara dua atau lebih variabel independen yang secara bersama-sama

(misalnya X2 dan X3). Kita harus menjalankan beberapa regresi,

(38)

sebagai variabel dependen dan variabel independen lainnya tetap diperlakukan

sebagai variabel independen.

Dampak atau konsekuensi dari adanya multikolinieritas di dalam regresi

jika kita menggunakan teknik estimasi dengan metode kuadrat terkecil (OLS)

adalah (Yana Rohmana, 2010:142):

1. Estimator masih bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), tetapi

memiliki varian dan kovarian yang besar, sehingga sulit dipakai sebagai alat

estimasi.

2. Koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir.

3. Nilai standar eror setiap koefisien regresi menjadi tidak terhingga.

4. Interval estimasi cenderung lebar dan nilai statistik uji t akan kecil, sehingga

menyebabkan variabel independen tidak signifikan secara statistik dalam

mempengaruhi variabel independen.

5. Jika multikolinieritas tinggi, seseorang akan memperoleh R2 yang tinggi tetapi

tidak satupun atau sangat sedikit koefisien yang ditaksir penting secara

statistik, jadi multikolinieritas yang tinggi membuat tidak mungkin mengisolasi

pengaruh individual dari variabel yang menjelaskan.

3.9.2.2 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui

apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual

suatu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual suatu

(39)

78

sementara itu untuk varians yang berbeda disebut dengan heteroskedastisitas. Dan

model yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas (Husein Umar,

2008:179).

Untuk menguji ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan,

yaitu melalui (Yana Rohmana, 2010:188) :

1. Metode Grafik

2. Metode Park

3. Metode Glesjer

4. Metode Korelasi Spearman

5. Metode Goldfeld-Quandt

6. Metode Breusch-Pagan-Godfrey,dan

7. Metode White

Dalam penelitian ini untuk meneliti heteroskedastisitas peneliti akan

menggunakan metode white. Kriteria dari metode white itu sendiri adalah (Yana

Rohmana, 2010:180):

a. Lakukan estimasi persamaan dan daatkan residualnya.

b. Lakukan regresi pada persamaan berikut yang disebut dengan regresi auxiliry

yang meliputi :

 Regresi auxiliry tanpa perkalian antarvariabel independen (no cross term)

 Regresi auxiliry dengan perkalian antarvariabel independen (cross terms)

c. Uji metode white pada dasarnya didasarkan pada jumlah sampel degree of

freedom sebanyak variabel independen tidak termasuk konstanta dalam regresi

(40)

Nilai hitung statistik chi square (X2) dapat dicari dengan rumus :

Yang ketentuannya adalah :

 Jika nilai chi square hitung (n.R2) lebih besar dari nilai X2 kritis dengan

derajat kepercayaan tertentu (α) maka dinyatakan ada heteroskedastisitas

 Jika nilai chi square hitung (n.R2) lebih kecil dari nilai X2 kritis dengan

derajat kepercayaan tertentu (α) maka tidak ada heteroskedatisitas (berarti

homoskedastisitas).

Ketika model penghitungan diketahui mengandung masalah

heteroskedastisitas maka harus disembuhkan karena walaupun estimator masih

linier dan tidak bias, tapi hal tersebut tidak lagi efisien karena tidak mempunyai

varian minimum. Untuk menghilangkan heteroskedastisitas ini ada beberapa

macam alternatif yang dapat dilakukan, yaitu (Yana Rohmana, 2010:184):

a. Jika varian dan residual diketahui, maka heteroskedastisitas dapat diatasi

dengan metode Weight Least Square (WLS) atau Kuadrat Terkecil Tertimbang.

b. Jika varian tidak diketahui, maka heteroskedastisitas dapat diatasi dengan

Metode White atau metode transformasi.

3.9.2.3 Uji Autokorelasi

Menurut Yana Rohmana (2010:215), uji autokorelasi adalah hubungan

antara residual satu observasi dengan residual dengan observasi lainnya.

Autokorelasi lebih mudah timbul pada data yang bersifat runtut waktu (time

(41)

80

series), karena berdasarkan sifatnya data masa sekarang dipengaruhi oleh data

pada masa-masa sebelumnya.

Beberapa penyebab timbulnya autokorelasi adalah :

1. Terjadinya bias dalam spesifikasi

2. Bentuk fungsi yang dipergunakan tidak tepat

3. Adanya fenomena sarang laba-laba

4. Beda kala (time lags)

5. Adanya kekeliruan memanipulasi data misalnya data tahunan dijadikan data

kuartalan dengan membagi empat

6. Data yang dianalisis tidak bersifat stasioner.

Apabila data yang dianalisis mengandung autokorelasi, maka estimator

yang kita dapatkan memiliki karakteristik yaitu estimator metode kuadrat terksecil

masih linear, estimator metode kuadrat terkecil masih tidak bias dan estimator

metode kuadrat terkecil tidak mempunyai varian yang minimum. Jadi apabila data

mengandung autokorelasi akan bersifat LUE bukan lagi BLUE.

Untuk mengetahui ada atau tidaknya autokorelasi adalah dengan

menggunakan metode Durbin Watson (D-W) dan Uji Breusch-Goldfrey (uji BG)

atau uji lagrange multiplier. Dan beberapa alternatif untuk menghilangkan

masalah timbulnya autokorelasi adalah (Yana Rohmana, 2010:202) :

a. Bila struktur autokorelasi diketahui, dan

b. Bila struktur autokorelasi ( tidak diketahui dapat dilakukan dengan cara:  Bila tinggi : Metode Diferensi Tingkat Pertama

(42)

 Estimasi dengan metode dua langkah Durbin

 Bila tidak diketahui : Metode Cochrane-Orcutt

Pada penelitian ini. penulis menggunakan uji Durbin Watson (DW) untuk

mendeteksi autokorelasi. yaitu dengan cara membandingkan DW statistik dengan

DW tabel. Adapun langkah uji Durbin Watson adalah sebagai berikut :

1. Lakukan regresi OLS dan dapatkan residual e1.

2. Hitung nilai d (Durbin-Watson).

3. Dapatkan nilai kritis dl-du.

4. Pengambilan keputusan :

Jika H0 adalah dua ujung. yaitu bahwa tidak ada serial autokorelasi baik

positif maupun negatif dengan kriteria sebagai berikut :

Tabel 3.3

Uji Statistik Durbin-Watson d

Nilai statistika d Hasil

0 ≤ d ≤ dL Menolak hipotesis nol / ada autokorelasi positif

dL≤ d ≤ du Daerah keragu-raguan / tidak ada keputusan

du ≤ d ≤ 4 - du Menerima hipotesis nol / tidak ada autokorelasi positif atau negatif

4 – du ≤ d ≤ 4 – dL Daerah keragu-raguan / tidak ada keputusan

4 – dL≤ d ≤ 4 Menolak hipotesis nol / ada autokorelasi negatif

Nilai Durbin-Watson menunjukan ada tidaknya autokorelasi baik positif

(43)

82

Gambar 3.1 Statistika Durbin- Watson d Sumber: Yana Rohmana (2010: 195)

3.9.3Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis maka penulis menggunakan uji statistik berupa uji

parsial (uji t), uji simultan (uji f) dan uji koefisien determinasi majemuk(R2).

3.9.3.1 Uji t-statistik

Uji t bertujuan untuk menguji tingkat signifikasi dari setiap variabel bebas

secara parsial terhadap variabel terikat dengan menganggap variabel lain

konstan/tetap. Prosedur uji t pada koefisien regresi parsial berganda sama halnya

dengan prosedur uji koefisien regresi sederhana. Dalam penelitian ini, uji

hipotesis dilakukan melalui uji dua pihak dan uji 1 pihak dengan kriteria jika t

hitung > t tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima.

1. Pengujian hipotesis 2 arah dan 1 arah dapat dirumuskan dengan rumus sebagai

berikut :

Pengujian hipotesis 1 arah

 Ho : β1 ≤ 0, artinya masing-masing variabel Xi tidak memiliki pengaruh

terhadap variabel Y, yang dimana i = 1,2,3 Daerah Menerima H0 atau

kedua-duanya tidak ada autokorelasi

(44)

Daerah

 Ha: β1 > 0, artinya masing-masing variabel Xi memiliki pengaruh terhadap

variabel Y, yang dimana i = 1,2,3. Berikut dapat dilihat gambar uji hipotesis 1

arah :

Gambar 3.2 Uji Hipotesis 1 Arah Sumber: Riduwan (2010:179)

2. Untuk menghitung nilai statsitika t hitung dan mencari nilai t kritis dari tabel

distribusi t pada α dan degree of freedom tertentu, adapun nilai t hitung dapat

dicari dengan rumus sebagai berikut:

 

1

Dimana 1*merupakan nilai pada hipotesis nol, atau secara sederhana t hitung

dapat dihitung dengan rumus : t =

3. Setelah diperoleh t statistik atau t hitung, selanjutnya bandingkan dengan t tabel

dengan α disesuaikan. Adapun cara mencari t tabel dapat digunakan rumus

4. Membandingkan nilai t hitung dengan t kritisnya (t tabel). Keputusan menolak

(45)

84

 Jika nilai t hitung > nilai t tabel maka H0 ditolak atau menerima Ha (variabel

bebas X berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat Y).

 Jika nilai t hitung < nilai t tabel maka H0 diterima atau menolak Ha (variabel

bebas X tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat Y ).

3.9.3.2Uji F-statistik

Pada regresi berganda dimana kita mempunyai lebih dari satu variabel

independen, kita peru mengevaluasi pengaruh semua variabel independen

terhadap variabel dependen dengan uji F. Uji F di dalam regresi berganda dapat

digunakan untuk menguji signifikansi koefisien determinasi R2. Nilai F statistik

dengan demikian dapat digunakan untuk mengevaluasi hipotesis apakah tidak ada

variabel independen yang menjelaskan variasi Y disekitar nilai rata-ratanya

dengan derajat kepercayaan (degree of fredoom) k-1 dan n-k tertentu. Pengujian

hipotesis secara keseluruhan merupakan penggabungan variabel X terhadap

variabel terikat Y untuk diketahui seberapa besar pengaruhnya. Pengujian dapat

dilakukan dengan langkah sebagai berikut (Yana Rohmana, 2010:78):

1. Mencari F hitung dengan formula sebagai

Kriteria Uji F adalah :

 Jika Fhitung < Ftabel maka H0 diterima dan Ha ditolak (keseluruhan variabel

(46)

 Jika Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak dan Ha diterima (keseluruhan variabel

bebas X berpengaruh terhadap variabel terikat Y)

3.9.3.3Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi R2 adalah suatu pengujian yang dilakukan untuk

mengetahui seberapa besar sumbangan variabel independent (X1, X2, dan X3)

terhadap variabel Y, dengan rumus sebagai berikut (Yana Rohmana, 2010:76):

Nilai R2 berkisar antara 0 dan 1 (0 < R2 < 1), dengan ketentuan sebagai berikut :  Jika R2 semakin mendekati angka 1, maka hubungan antara variabel bebas

dengan variabel terikat semakin erat/dekat, atau dengan kata lain model

tersebut dapat dinilai baik.

 Jika R2 semakin menjauhi angka 1, maka hubungan antara variabel bebas

dengan variabel terikat jauh/tidak erat, atau dengan kata lain model tersebut

(47)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis dapat

menarik kesimpulan tentang pengaruh perilaku kewirausahaan, diferensiasi

produk dan lingkungan persaingan terhadap laba usaha dengan survey yaitu pada

pengusaha industri kecil dan menengah kerupuk di Kota Cimahi pada periode

November 2012, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Perilaku kewirausahaan berpengaruh positif terhadap laba Industri Kecil dan

Menengah (IKM) pengusaha kerupuk di Kota Cimahi. Artinya semakin tinggi

perilaku kewirausahaan yang dimiliki oleh pengusaha Industri Kecil dan

Menengah (IKM) khususnya pengusaha kerupuk di Kota Cimahi, maka laba

yang diperoleh pengusaha Industri Kecil dan Menengah (IKM) tersebut akan

semakin besar.

2. Diferensiasi Produk berpengaruh positif terhadap laba Industri Kecil dan

Menengah (IKM) pengusaha kerupuk di Kota Cimahi. Artinya semakin banyak

tingkat diferensiasi yang dilakukan oleh pengusaha, maka akan semakin tinggi

pula laba usaha yang diperoleh pengusaha Industri Kecil dan Menengah (IKM)

khususnya pengusaha kerupuk di Kota Cimahi.

3. Lingkungan persaingan berpengaruh positif terhadap laba Industri Kecil dan

(48)

persaingan yang terjadi di lingkungan sekitar pengusaha, maka akan

berdampak pula pada meningkatnya laba yang akan diperoleh pengusaha.

4. Perilaku kewirausahaan, diferensiasi produk dan lingkungan persaingan secara

simultan berpengaruh positif terhadap laba Industri Kecil dan Menengah (IKM)

khususnya industri kerupuk di Kota Cimahi.

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat penulis uraikan diantaranya adalah :

1. Untuk meningkatkan inovasi, serta memiliki perilaku kewirausahaan yang baik

maka para pengusaha harus lebih memperluas wawasan dengan mencari

informasi dari berbagai informasi dari berbagai sumber baik itu dari buku,

internet, ataupun sumber-sumber lainnya untuk mencari info bagaimana

mengembangkan produk serta apabila ada kesempatan para pengusaha dapat

mengikuti pendidikan informal seperti diklat, pelatihan yang berhubungan

dengan dunia usaha guna memperluas wawasan. Dengan bertambahnya

pengetahuan tentang dunia usaha dan bagaimana jiwa wirausaha yang

seharusnya maka para pengusaha akan cepat tanggap dalam menghadapi

kondisi lingkungan usaha yang selalu berubah setiap saat.

2. Para pengusaha industri kecil menengah khususnya pengusaha kerupuk di Kota

Cimahi perlu perlu memperbanyak diferensiasi produk yang unik dan menarik

supaya dapat meningkatkan permintaan konsumen dalam usaha meningkatkan

(49)

128

membuat variasi corak, kemasan, bahan baku, bentuk rasa dan kualitas pada

produk yang dihasilkan.

3. Sebagai upaya untuk menghadapi persaingan di lingkungan sekitar antar

pengusaha yang semakin ketat, maka para pengusaha harus lebih memotivasi

diri sendiri untuk terus terpacu lagi dalam mengembangkan kegiatan usahanya,

misalnya pengusaha dengan cara tidak menetapkan harga yang lebih mahal

dibandingkan dengan harga produk di tempat lain, menjual produk yang lebih

berinovatif dari pengusaha lainnya, serta pengusaha melakukan

promosi-promosi yang dapat menarik perhatian konsumen untuk terusa berminat

membeli produk yang dihasilkan.

4. Para pengusaha industri kecil dan menengah khususnya industri kerupuk di

Kota Cimahi sebainya lebih memperhatikan dan memahami faktor-faktor yang

mempengaruhi besarnya laba yang diperoleh, baik dari segi perilaku

kewirausahaan, diferensiasi produk maupun lingkungan persaingan ataupun

faktor-faktor lainnya yang diduga dapat mempengaruhi laba usaha dengan cara

memenuhi kebutuhan atau permintaan dari masyarakat, menyesuaikan diri

dengan tuntutan perubahan zaman dan memberikan terobosan-terobosan baru

dalam menyediakan produk yang sesuai dengan keinginan konsumen guna

mempertahankan kelangsungan usaha dan memperoleh penapatan yang tinggi.

5. Pemerintah daerah setempat atau instansi terkait, sebaiknya dapat ikut berperan

untuk membantu kemajuan para pengusaha industri kecil dan menengah

khususnya industri kerupuk di Kota Cimahi baik itu dengan membuat

(50)

mengadakan pelatihan yang diperuntukkan bagi para pengusaha untuk

mendukung peningkatan wawasan atau pengetahuan para pengusaha tentang

(51)

DAFTAR PUSTAKA

SUMBER BUKU

BPS Kota Cimahi. 2011. Kota Cimahi Dalam Angka Tahun 2011. Bandung: BPS

Buchari Alma. 2010. Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta

Case, Fair. 2007. Prinsip-Prinsip Ekonomi. Jakarta: Erlangga

Dinas Koperasi Industri dan Perdagangan. 2011. Data Statistik Perindustrian dan Perdagangan Kota Cimahi Tahun 2011. Diskoperindag-Kota Cimahi

Eeng Ahman dan Yana Rohmana. 2007. Pengantar Teori Ekonomi Mikro. Bandung: Laboratorium Pendidikan Ekonomi dan Koperasi

Husein Umar. 2008. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Thesis. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Mangara Tambunan. 2010. Konstruksi Strategi Industrialisasi. Yogyakarta: Graha Ilmu

Miftah Thoha. 2010. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Rajawali Pers

Mohammad Ali. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia Moderen. Jakarta: Pustaka Amani

Porter, Michael. 2008. Strategi Bersaing Teknik Menganalisis Industri dan Pesaing. Jakarta: Erlangga

Riduwan. 2010. Metode dan Teknik Menyusun Thesis. Bandung: Alfabeta

Riduwan dan Engkos Kuncoro. 2011. Cara Mudah Menggunakan Dan Memaknai Path Analysis (Analisis Jalur). Bandung: Alfabeta

Sadono Sukirno. 2005. Mikro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Samuelson, Paul A. dan William D. Nordhaus. 2003. Ilmu Mikro Ekonomi. Jakarta: PT. Media Global Edukasi

Gambar

Tabel 4.11 Klasifikasi Bobot Lingkungan Persaingan  Pengusaha Kerupuk
Tabel 1.1  Perkembangan Industri Kota Cimahi Tahun 2008-2011
Tabel 1.4 Rata-Rata Laba
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel
+5

Referensi

Dokumen terkait

kadar lipid darah Mus musculus jantan yang diinduksi dengan pakan diet

Seluruh mahasiswa Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara baik junior maupun senior yang telah banyak memberi dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi

layak digunakan sebagai katalis dalam sintesis biodiesel melalui reaksi transesterifikasi menggunakan minyak dedak padi.. Kata kunci : biodiesel, minyak dedak padi, zeolit alam,

berdasarkan seluruh kegiatan penelitian tentang “ Analisis Hasil Praktek Kebaya Pada Peserta Didik SMK Negeri 2 Baleendah” pada peserta didik program.. keahlian tata

sejumlah mobil tangki air / hari minggu kamarin memberikan suplai air kepada 4 pedukuhan diwilayah gunungkidul // bantuan yang menjadi program social bank Indonesia ini /

Dengan terciptanya sistem peminjaman perpustakaan SMU Negeri 109 yang terkomputerisasi diharapkan dapat membantu untuk memudahkan staf perpustakaan dalam melakukan proses

Masalah yang sering terjadi di Penyewaan Mobil ini yaitu dalam hal pencatatan data pemasukan dan secara manual yang sering mengalami kesalahan sehingga dengan menggunakan Visual

“Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Kebe radaan Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kawasan Tujuh Titik Bebas PKL Kota Bandung” ini beserta seluruh