No. Daftar / FPEB / 50 / UN 40.FPEB.1.PL / 2013
PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN,
DIFERENSIASI PRODUK DAN LINGKUNGAN
PERSAINGAN TERHADAP LABA PENGUSAHA
INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH
(Survey Pada Pengusaha Kerupuk Di Kota Cimahi)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Pendidikan Ekonomi
Oleh:
DITYA PRASETYA UTAMI 0802554
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN, DIFERENSIASI PRODUK DAN LINGKUNGAN PERSAINGAN TERHADAP LABA PENGUSAHA
INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH (Survey Pada Pengusaha Kerupuk Di Kota Cimahi)
Oleh
Ditya Prasetya Utami
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
© Ditya Prasetya Utami 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Februari 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
LEMBAR PENGESAHAN
PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN, DIFERENSIASI PRODUK DAN LINGKUNGAN PERSAINGAN TERHADAP LABA PENGUSAHA
INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH (Survey Pada Pengusaha Kerupuk Di Kota Cimahi)
Skripsi ini disetujui oleh:
Bandung, Februari 2013
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Eeng Ahman, MS Navik Istikomah, SE, MSi
NIP. 196104201987031003 NIP. 19751110 200501 2 002
Mengetahui,
Ketua Program Pendidikan Ekonomi
Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis UPI Bandung
Dr. Ikaputera Waspada, MM.
ABSTRAK
“Pengaruh Perilaku Kewirausahaan, Diferensiasi Produk Dan Lingkungan Persaingan Terhadap Laba Pengusaha Industri Kecil Dan Menengah
(Survey Pada Pengusaha Kerupuk Di Kota Cimahi)”
di bawah bimbingan Prof. Dr. Eeng Ahman, MS dan Navik Istikomah, SE. MSi
Oleh:
Ditya Prasetya Utami 0802554
Penelitian ini dilatarbelakangi dari masalah menurunnya laba yang diperoleh pengusaha Industri Kecil dan Menengah kerupuk di Kota Cimahi. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah mengungkapkan faktor apa saja yang mempengaruhi penurunan laba. Faktor yang diduga dapat mempengaruhi laba pengusaha Industri Kecil dan Menengah Kerupuk di Kota Cimahi adalah perilaku kewirausahaan, diferensiasi produk dan lingkungan persaingan.
Adapun yang menjadi objek penelitian dalam penelitian ini adalah para pengusaha Industri Kecil dan Menengah Kerupuk di Kota Cimahi. Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik yaitu metode yang menggambarkan dan membahas objek yang diteliti berdasarkan faktor yang ada, yang kegiatannya meliputi pengumpulan data, pengolahan data dan informasi data serta menarik kesimpulan. Penelitian ini melakukan seluruh sampel yang ada dengan dibagi dua klasifikasi yaitu pengusaha yang menjual satu jenis kerupuk dan pengusaha yang menjual berbagai macam jenis kerupuk. Analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan bantuan program SPSS 16.0.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku kewirausahaan, diferensiasi produk dan lingkungan persaingan berpengaruh positif terhadap laba pengusaha Industri Kecil dan Menengah kerupuk di Kota Cimahi. Semakin meningkatnya perilaku kewirausahaan dan tingginya diferensiasi produk, serta lingkungan persaingan yang ada, maka akan meningkatkan laba pengusaha Industri Kecil dan Menengah Kerupuk di Kota Cimahi.
ABSTRACT
"Influence Behavior Entrepreneurship, Environmental Product Differentiation and Competition Against Industry Profit Small and Medium Entrepreneurs
(Employers Survey On Crackers In Cimahi)"
under the guidance of Prof. Dr. Eeng Ahman, MS and Navik Istikomah, SE. MSi
By:
Ditya Prasetya Utami 0802554
The study is motivated from the problem of reduced profits derived entrepreneurs Small and Medium Industries in Cimahi crackers. Therefore, the aim of this study was to reveal the factors that influence earnings decline. Factors that might impact on profit entrepreneurs Small and Medium Industries in Cimahi Crackers are entrepreneurial behavior, product differentiation and competitive environment.
As for the object of study in this research is the Small and Medium Industry entrepreneurs Crackers in Cimahi. The research method I used in this research is descriptive analytic method is a method that describes and discusses the studied object based on factors which are, whose activities include data collection, data processing and data information and draw conclusions. The research was done with the entire sample was divided into two classifications are entrepreneurs who sell one type of crackers and entrepreneurs who sell various types of crackers. Analysis of the data used is multiple linear regression with
SPSS 16.0.
The results showed that entrepreneurial behavior, product differentiation and competitive environment positive effect on income entrepreneurs Small and Medium Industries in Cimahi crackers. Increasing entrepreneurial behavior and high product differentiation, and competitive environment exists, it will increase the profits of Small and Medium entrepreneurs Crackers in Cimahi.
DAFTAR ISI
ABSTRAK ………... i
KATA PENGANTAR ……… ii
UCAPAN TERIMA KASIH ……….. iii
DAFTAR ISI ………...... vii
DAFTAR GAMBAR ………... xi
DAFTAR TABEL ………... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ………... 1
1.2 Rumusan Masalah ………... 11
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ………... 12
1.3.1 Tujuan Penelitian ………... 12
1.3.2 Manfaat Penelitian ………... 12
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori ………... 14
2.1.1 Konsep Industri Kecil dan Menengah ………. 14
2.1.2 Struktur Pasar ………... 22
2.1.3 Laba ……….. 30
2.1.3.1 Pengertian Laba ……… 30
2.1.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laba ……….. 33
2.1.4 Perilaku Kewirausahaan ……….. 34
2.1.4.1 Konsep Perilaku ………... 34
2.1.4.2 Konsep Kewirausahaan ………... 35
2.1.4.3 Konsep Perilaku Kewirausahaan ………. 42
2.1.4.4 Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Laba .. 44
2.1.5 Diferensiasi Produk ……….. 45
2.1.5.1 Konsep Diferensiasi Produk ………... 45
2.1.6 Lingkungan Persaingan ………... 48
2.1.6.1 Konsep Lingkungan Persaingan ……….. 48
2.1.6.2 Pengaruh Lingkungan Persaingan Terhadap Laba .. 52
2.2 Kajian Empirik Beberapa Hasil Penelitian ………... 54
2.3 Kerangka Pemikiran ………... 56
2.4 Hipotesis Penelitian ………... 64
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ………... 65
3.2 Metode Penelitian ………. 65
3.3 Populasi dan Sampel ………. 66
3.3.1 Populasi ……… 66
3.3.2 Sampel ……….. 66
3.4 Jenis dan Sumber Data ………... 68
3.5 Operasional Variabel ……… 68
3.6 Teknik Pengumpulan Data ………... 69
3.7 Prosedur Pengolahan Data ……… 70
3.8 Pengujian Instrumen Penelitian ……… 71
3.8.1 Uji Validitas ………... 71
3.8.2 Uji Reabilitas ……… 72
3.9 Teknik Analisis Data Dan Pengujian Hipotesis ………... 74
3.9.1 Teknik Analisis Data ……… 74
3.9.2 Pengujian Asumsi Klasik ……… 76
3.9.2.1 Uji Multikolinieritas ……… 76
3.9.2.2 Uji Heteroskedastisitas ……… 77
3.9.2.3 Uji Autokorelasi ………... 79
3.9.3 Pengujian Hipotesis ……… 82
3.9.3.1 Uji t-statistik ……… 82
3.9.3.2 Uji f-statistik ……… 84
BAB 1V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ……… 86
4.2 Deskripsi Responden Penelitian ………. 88
4.2.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ………. 88
4.2.2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia ………. 89
4.2.3 Gambaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan …. 89 4.2.4 Gambaran Responden Berdasarkan Lama Usaha …………. 92
4.2.5 Gambaran Responden Berdasarkan Tenaga Kerja ……... 93
4.3 Gambaran Umum Variabel Penelitian ……… 94
4.3.1 Variabel Laba ………... 94
4.3.2 Variabel Perilaku Kewirausahaan ……… 97
4.3.3 Variabel Diferensiasi Produk ……… 100
4.3.4 Variabel Lingkungan Persaingan ……….. 102
4.4 Analisis Instrumen Penelitian ………. 103
4.4.1 Uji Validitas ……….. 103
4.4.2 Uji Reabilitas ……… 104
4.5 Hasil Analisis Data ………. 105
4.5.1 Koefisien Korelasi antar variabel-variabel X dan Y ……… 106
4.5.2 Koefisien Korelasi Ganda dan Koefisien Determinasi …… 106
4.5.3 Model Persamaan Regresi ……… 107
4.6 Uji Asumsi Klasik ……… 109
4.6.1 Multikolinieritas ………... 109
4.6.2 Heteroskedastisitas ………... 110
4.6.3 Autokorelasi ………. 111
4.7 Pengujian Hipotesis ………. 112
4.7.1 Uji t (Pengujian Koefisien Regresi Secara Parsial) ……….. 112
4.7.2 Uji f (Pengujian Koefisien Regresi Secara Simultan)……... 114
4.7.3 Uji R2 (Koefisien Determinasi Majemuk) ………... 115
4.8.1 Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Laba
Pengusaha Industri Kecil dan Menengah ……….
117
4.8.2 Pengaruh Diferensiasi Produk Terhadap Laba Pengusaha Industri Kecil dan Menengah ………
119
4.8.3 Pengaruh Lingkunga Persaingan Terhadap Laba Pengusaha Industri Kecil dan Menengah ……….
121
4.9 Implikasi Pendidikan ………... 122 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ………. 126
5.2 Saran ……… 127
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kurva Keseimbangan Pasar Monopolistik Dalam Jangka Pendek Yang Mengalami Keuntungan ………..
28
Gambar 2.2 Kerugian Yang Dialami Perusahaan Dalam Pasar
Monopolistik ……….…. 29
Gambar 2.3 Keseimbangan Pasar Monopolistik Ketika Mendapatkan Laba
Normal ……… 30
Gambar 2.4 Kekuatan-Kekuatan Yang Mempengaruhi Persaingan Industri . 50 Gambar 2.5 Proses Kemajuan Pembangunan Ekonomi Schumpeter ………. 57
Gambar 2.6 Alur Kerangka Pemikiran ………... 64
Gambar 3.1 Statistika Durbin Watson ………... 82
Gambar 3.2 Uji Hipotesis 1 Arah ………... 83
Gambar 4.1 Distribusi Responden Pengusaha Kerupuk di Kota Cimahi Berdasarkan Jenis Kelamin ……….. 89
Gambar 4.2 Distribusi Responden Pengusaha Kerupuk di Kota Cimahi Berdasarkan Usia ……….. 90
Gambar 4.3 Distribusi Responden Pengusaha Kerupuk di Kota Cimahi Berdasarkan Pendidikan Terakhir ………. 91
Gambar 4.4 Distribusi Responden Pengusaha Kerupuk di Kota Cimahi Berdasarkan Lama Usaha ………... 93
Gambar 4.5 Distribusi Responden Pengusaha Kerupuk di Kota Cimahi Berdasarkan Tenaga Kerja ………. 94
Gambar 4.6 Klasifikasi Laba Pengusaha Kerupuk di Kota Cimahi………… 95
Gambar 4.7 Hasil Heteroskedatisitas Menggunakan Scatter Plot………….. 111
Gambar 4.8 Hasil Uji Autokorelasi ……… 112
Gambar 4.9 Uji T Variabel Perilaku Kewirausahaan ………... 113
Gambar 5.0 Uji T Variabel Diferensiasi Produk ……… 114
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perkembangan Industri Kota Cimahi Tahun 2008-2011 ……… 5 Tabel 1.2 Data Nama Perusahaan dan Jenis Kerupuk di Kota Cimahi ….. 9 Tabel 1.3 Perkembangan Laba Pengusaha Industri Kerupuk
di Kota Cimahi ……….. 9
Tabel 1.4 Rata-Rata Laba Pengusaha Industri Kerupuk di Kota Cimahi ... 10 Tabel 2.1 Karakteristik dan Watak Kewirausahaan ……….. 39 Tabel 2.2 Beberapa Kajian Empiris Hasil Penelitian Terdahulu ……….. 54 Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel ……….. 68 Tabel 3.2 Interpretasi Besar Kecilnya Koefisien Korelasi ……… 73 Tabel 3.3 Uji Statistik Durbin-Watson d ……… 81 Tabel 4.1 Distribusi Responden Pengusaha Kerupuk di Kota Cimahi
Berdasarkan Jenis Kelamin ……… 88 Tabe 4.2 Distribusi Responden Pengusaha Kerupuk di Kota Cimahi
Berdasarkan Usia ……….. 89
Tabel 4.3 Distribusi Responden Pengusaha Kerupuk di Kota Cimahi
Berdasarkan Pendidikan Terakhir ……… 91 Tabel 4.4 Distribusi Responden Pengusaha Kerupuk di Kota Cimahi
Berdasarkan Lama Usaha ………. 93
Tabel 4.5 Distribusi Responden Pengusaha Kerupuk di Kota Cimahi
Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja ………. 94 Tabel 4.6 Klasifikasi Pendapatan Pengusaha Kerupuk di Kota Cimahi … 95 Tabel 4.7 Distribusi Kategori Pendapatan Pengusaha Kerupuk di Kota
Cimahi Berdasarkan Jenis Kerupuk ……….. 96
Tabel 4.8 Nilai Bobot Standar ……… 98
Tabel 4.9 Klasifikasi Bobot Perilaku Kewirausahaan Pengusaha Kerupuk
di Kota Cimahi ………... 99
Tabel 4.10 Klasifikasi Bobot Diferensiasi Produk Pengusaha Kerupuk di
Tabel 4.11 Klasifikasi Bobot Lingkungan Persaingan Pengusaha Kerupuk di Kota Cimahi ………...
102
Tabel 4.12 Uji Validitas Perilaku Kewirausahaan (X1), Diferensiasi
Produk (X2) dan Lingkungan Persaingan (X3) ………. 103
Tabel 4.13 Uji Reabilitas Perilaku Kewirausahaan (X1), Diferensiasi Produk (X2) dan Lingkungan Persaingan (X3) ………. 104
Tabel 4.14 Koefisien Korelasi Antar Variabel-Variabel X dengan Variabel Y …... 106
Tabel 4.15 Koefisien Korelasi Ganda dan Koefisien Determinasi……….. 107
Tabel 4.16 Nilai Praduga Koefisien Regresi ……… 108
Tabel 4.17 Nilai VIF & Tolerance ………... 110
Tabel 4.18 Hasil Uji t ………... 112
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang
melakukan pembangunan dalam segala bidang. Salah satu sasaran yang ingin
dicapai dalam pembangunan ekonomi nasional Indonesia adalah meningkatkan
pertumbuhan ekonomi yang tinggi sehingga dapat meningkatkan pendapatan
nasional dan kesempatan kerja serta tercapainya pemerataan pendapatan. Namun
seperti yang kita ketahui hingga kini berbagai upaya pembangunan ekonomi
untuk mewujudkan kebangkitan masih tersendat karena beratnya permasalahan
yang diakibatkan oleh krisis moneter yang melanda pada tahun 1997.
Sebagaimana disadari, krisis moneter tersebut memberikan pengaruh yang sangat
besar terhadap pembangunan saat ini.
Industrialisasi merupakan akar pokok pembangunan nasional dan
pembangunan daerah, yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang maju
dan mandiri. Selain berperan secara stategis untuk mendukung pertumbuhan
ekonomi yang tinggi, industri juga memiliki peran untuk menciptakan lapangan
usaha serta memperluas lapangan pekerjaan, mendorong pembangunan daerah,
serta meningkatkan dan meratakan pendapatan masyarakat dan mengentas
kemiskinan. Namun semenjak terjadinya krisis ekonomi terutama pada saat
pemulihan ekonomi, ada beberapa anggapan bahwa pemerintah kurang
Seperti yang dikemukakan oleh Mangara Tambunan (2010:2), krisis
moneter merupakan suatu musibah yang mengakibatkan pertumbuhan ekonomi
yang melamban. Oleh karena itu pembangunan ekonomi masih mengalami
ketertinggalan dengan negara lain karena krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia
bukan berakar pada masalah karena kelemahan sektor keuangan / moneter saja,
melainkan pada tidak kuatnya struktur sektor ekonomi itu sendiri dalam
menghadapi tantangan dari luar (external shocks) ataupun tantangan dari dalam
(internal shocks), begitupun halnya dengan industri yang ada di Indonesia.
Perkembangan industri di Indonesia juga tidak terlepas dari berbagai macam
masalah baik itu masalah yang bersifat internal (masalah yang bersumber dari
dalam perusahaan) maupun masalah yang bersifat eksternal (masalah yang
bersumber dari luar perusahaan) sehingga perkembangan industri Indonesia juga
masih tertinggal dengan negara lain.
Menurut Badan Pusat Statistika (BPS) dalam Mangara Tambunan
(2010:78), industri di Indonesia dapat diklasifikasikan berdasarkan jumlah tenaga
kerja yang terdiri dari industri skala besar, menengah dan kecil. Industri skala
besar adalah industri yang memiliki jumlah tenaga kerja sekitar 100 orang atau
lebih, industri menengah adalah industri yang memiliki jumlah pekerja antara 20
sampai dengan 99 orang, sedangkan industri kecil adalah industri yang
mempunyai pekerja antara 5 sampai 19 orang atau bahkan kurang dari 5 orang
yang disebut juga dengan usaha rumah tangga. Dari dominasi jenis industri diatas, Berry, Rodriguez and Sandee (2001) menyatakan bahwa industri yang mampu
3
dikarenakan Industri Kecil dan Menengah memiliki karakteristik padat karya
dibandingkan dengan industri besar yang memiliki karakteristik padat modal dan
pada saat krisis terjadi, Industri Kecil dan Menengah justru lebih cenderung
kepada menyelamatkan pertumbuhan ekonomi dalam menciptakan lapangan
pekerjaan khususnya melalui penyerapan tenaga kerja dan mengurangi
kemiskinan (Mangara Tambunan, 2010:153). Menyikapi masalah diatas, Tulus
T.H. Tambunan (2002:1) pun mengatakan bahwa :
Di Indonesia peranan IKM, khususnya usaha kecil juga sering dikaitkan dengan upaya-upaya pemerintah untuk mengurangi pengangguran, memerangi kemiskinan dan pemerataan pendapatan. Oleh sebab itu, tidak heran jika kebijakan pengembangan IKM di Indonesia sering dianggap secara tidak langsung sebagai kebijakan penciptaan kesempatan kerja atau kebijakan redistribusi pendapatan.
Industri Kecil dan Menengah merupakan skala usaha yang paling banyak
digeluti oleh masyarakat karena peranannya sangat besar dan dan berarti bagi
kelangsungan hidup masyarakat Indonesia. Pada saat kondisi perekonomian
Indonesia tidak stabil Industri Kecil dan Menengah adalah salah satu alternatif
atau solusi yang paling efektif. Akan tetapi Industri Kecil dan Menengah di
Indonesia masih sangat tertinggal dengan Industri Kecil dan Menengah di
Negara-negara maju. Terutama pada Industri Kecil khususnya masih sangat
terbatas dalam Sumber Daya Manusia (SDM) dan penguasaan teknologi dan
informasi, sebagian besar pekerja dan pengusahanya berpendidikan Sekolah Dasar
(SD), bahkan akses informasi mengenai pasar dan teknologi pun masih sangat
minim. Oleh karena itu untuk mengatasi hal tersebut masih diperlukan perhatian
dan peran pemerintah lebih lanjut untuk memberikan perhatian khusus terhadap
para pengusaha agar mereka memperoleh pengetahuan lebih untuk
perkembangan industri ke depan.
Terkait penjelasan diatas, pada penelitian ini peneliti tertarik untuk
meneliti Industri Kecil dan Menengah di Kota Cimahi. Peneliti tertarik dengan
objek ini karena berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Cimahi,
jumlah penduduk Kota Cimahi pada tahun 2011 berkisar 612.168 orang dengan
jumlah penduduk laki-laki sebesar 309.552 orang dan jumlah penduduk
perempuan sebesar 302.616 orang, dan berdasarkan data dari Dinas Tenaga Kerja
dan Transmigrasi (Disnakertrans), menyatakan bahwa jumlah angkatan kerja di
Kota Cimahi pada tahun 2011 berjumlah 243.451 orang, sedangkan angkatan
kerja yang mampu ditampung hanya 208.200 orang. Dari hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa jumlah pengangguran di Kota Cimahi pada saat itu cukup
tinggi dengan nilai sebesar 35.251 orang.
Selain itu berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi (Disnakertrans) Kota Cimahi tercatat bahwa pada tahun 2011 sekitar
12.000 karyawan di Kota Cimahi mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Masalah ini terjadi diduga pada tahun 2011 bahwa 60 perusahaan mengalami
krisis keuangan sehingga mengakibatkan gulung tikar dan dipailitkan, karena
dinilai sudah tidak bisa menjalankan roda bisnisnya. Menyikapi peristiwa diatas
bahwa angka pengangguran di Kota Cimahi tahun 2011 semakin meningkat
menjadi 44.251 orang, namun dengan munculnya Industri Kecil Dan Menengah
yang dari tahun ke tahun mengalami peningkatan jumlah pengangguran tersebut
5
Tabel 1.1
Perkembangan Industri Kota Cimahi Tahun 2008-2011
Sumber: Dinas Koperasi Industri dan Perdagangan (Diskoperindag) Kota Cimah, data diolah
Dari tabel 1.1 diatas, dapat kita lihat perkembangan unit usaha dan nilai
investasi industri kecil dan menengah di Kota Cimahi terus mengalami
peningkatan setiap tahunnya dari tahun 2008-2011. Berdasarkan perkembangan
unit usaha industri kecil dapat kita lihat pada tahun 2009 terjadi peningkatan
112 unit usaha, dengan tingkat pertumbuhannya adalah sebesar 22,4 %.
Begitupun pada tahun 2010 yang meningkat sebanyak 142 unit usaha dengan
pertumbuhannya sebesar 23,2 %. Dan peningkatan berikutnya terjadi pada tahun
2011 meningkat menjadi 191 unit usaha dengan tingkat pertumbuhannya sebesar
25,3 %. Sedangkan perkembangan unit usaha industri menengah pada tahun 2009
terjadi peningkatan sebesar 18 unit usaha, dengan tingkat pertumbuhannya sebesar
32,7 %. Pada tahun 2010 mengalami peningkatan yang sama dengan tahun
sebelumnya sebesar 25 unit usaha dengan tingkat pertumbuhannya sebesar 34,2 %
dan di tahun berikutnya pada tahun 2011 unit usaha industri menengah mengalami
peningkatan menjadi 36 unit usaha dengan tingkat pertumbuhannya sebesar
36,7%.
Industri Kecil 1.754.213.000 2.451.742.000 3.524.716.000 4.415.615.000 Industri Menengah 985.410.000 1.321.571.000 1.854.425.000 1.941.721.000
Industri Besar 152.257.451.000 241.854.721.000 266.571.245.000 381.742.543.000
TOTAL 154.997.074.000 245.628.034.000 271.950.386.000 388.099.879.000 3.Tenaga Kerja
Industri Kecil 2.247 2.856 3.851 5.313
Industri Menengah 521 642 812 1.514
Industri Besar 6.574 8.321 10.254 14.752
Pertumbuhan nilai investasi industri Kota Cimahi itu sendiri dapat kita
lihat pada tahun 2009 investasi industri kecil mengalami peningkatan sebesar
697.529.000 dengan pertumbuhannya adalah 39,8 %. Pada tahun 2010 nilai
investasi kembali meningkat menjadi 1.072.974.000 dengan tingkat
pertumbuhannya sebesar 43,7 % dilanjut pada tahun 2011 kembali terjadinya
peningkatan menjadi 1.890.899.000 dengan pertumbuhannya sebesar 53,6 %.
Sedangkan investasi pada unit usaha menengah pada tahun 2009 mengalami
peningkatan 336.161.000 dengan pertumbuhan sebesar 34,1 %. Tahun 2010
meningkat menjadi 532.854.000 dengan tingkat pertumbuhannya sebesar 40,3 %
dan pada tahun 2011 meningkat kembali menjadi 890.899.000 dengan tingkat
pertumbuhannya sebesar 50,8 %. Dari meningkatnya tingkat investasi industri di
Kota Cimahi diharapkan kedepannya nilai total investasi pada masing-masing
jenis industri ini dapat terus meningkat dari angka yang saat ini telah dicapai, dan
perkembangan dari industri-industri ini dapat dibantu terutama oleh pihak yang
terkait untuk dapat lebih berkembang lagi.
Begitupun juga dengan tenaga kerja pada industri di Kota Cimahi,
pertumbuhannya terus meningkat sama dengan pertumbuhan unit usaha dan total
investasi yang terjadi. Jumlah tenaga kerja industri kecil pada tahun 2009
mengalami peningkatan sebesar 609 orang dengan tingkat pertumbuhann sebesar
27,1 %. Tahun 2010 hanya sebesar 995 orang yang terserap dengan tingkat
pertumbuhannya sebesar 34,8 %. Dilanjut pada tahun 2011 mengalami
peningkatan yang besar menjadi 1.462 orang dengan tingkat pertumbuhan sebesar
7
tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 121 dengan pertumbuhan sebesar
23,2 %. Tahun 2010 mengalami peningkatan sebesar 167 dengan pertumbuhannya
sebesar 26,1 %. Dan pada tahun 2011 meningkat kembali menjadi 702 dengan
tingkat pertumbuhannya sebesar 86,4 %. Melihat total tenaga kerja yang mampu
terserap pada tahun 2011 sebesar 20.479 orang, mengingat jumlah pengangguran
di Kota Cimahi pada tahun 2011 sebesar 44.251 orang, dengan munculnya
Industri Kecil dan Menengah yang meningkat setiap tahun maka jumlah
pengangguran berkurang menjadi 37.424 dengan tenaga kerja yang terserap dari
Industri Kecil dan Menengah sebesar 6.827 orang.
Kota Cimahi adalah salah satu kota yang ada di Propinsi Jawa Barat yang
memiliki keunggulan kontribusi terbesar dalam pembangunan ekonomi di bidang
industri pengolahan. Industri pengolahan di Kota Cimahi sangat unggul dalam
bidang pengolahan makanan salah satunya adalah kerupuk. Dengan adanya
industri kerupuk yang muncul di Kota Cimahi, hal ini sangat memberikan peluang
untuk penyerapan tenaga kerja bagi masyarakat sekitar.
Kerupuk merupakan salah satu makanan ringan yang terbuat dari tepung
tapioka dan dicampur dengan bahan olahan rasa seperti udang, ikan, jengkol, dll.
Seperti yang kita ketahui, kerupuk kini sudah bisa dibilang merupakan makanan
pokok yang selalu dicari oleh konsumen sebagai teman hidangan makanan atau
teman camilan di saat makan. Industri Kerupuk yang ada di Kota Cimahi terdiri
dari berbagai macam pengrajin kerupuk baik jenis kerupuk dengan berbagai
kerupuk belik (kerupuk blek) yang merupakan kerupuk dengan bentuk bulat lilitan
seperti cacing.
Berdasarkan data pra penelitian lapangan industri kerupuk di Kota
Cimahi dari tiap kecamatan yang peneliti ambil, peneliti meneliti 15 pengusaha
kerupuk yang dimana peneliti mengambil 5 pengusaha kerupuk dari
masing-masing kecamatan. Dari 15 pengusaha kerupuk tersebut dapat disimpulkan
bahwa masing-masing pengusaha pada kenyataannya memang berbeda-beda ada
yang memproduksi kerupuk belik (kerupuk blek) atau kerupuk pakan saja yang
dimana untuk jenis kerupuk belik (kerupuk blek) mereka memang membuat /
memproduksi kerupuk itu sendiri, sedangkan untuk jenis kerupuk pakan terbagi
menjadi tiga jenis tipe yaitu ada yang tidak memproduksi kerupuk itu sendiri
yang dimana hanya menggoreng dan mengolah rasa saja namun variasi
kerupuknya lebih banyak, dan adapula yang memang membuat kerupuk pakan
tersebut sendiri namun jenisnya memang paling hanya 1 jenis dalam
memproduksi, dan adapula yang memproduksi kerupuk tersebut sendiri namun
untuk menambah variasi jenis kerupuk menjadi lebih banyak, pengusaha membeli
bahan baku kerupuk mentah tersebut melalui distributor-distributor, lalu
menggoreng dan mengolah rasa sesuai dengan ciri khas perusahaan
masing-masing. Jenis kerupuk pakan yang memang benar-benar diproduksi sendiri di
Kota Cimahi itu sendiri yaitu misalnya kerupuk mie yang mereka buat bentuknya
hampir sama dengan kerupuk belik (kerupuk blek) tapi dengan diberi warna
khasnya yaitu kuning, kerupuk jengkol yaitu kerupuk yang diberikan aroma rasa
9
kerupuk dorokdok yaitu kerupuk yang dibuat dari kulit sapi, kerupuk tahu yaitu
kerupuk yang berbahan dasar dari tahu, dan kerupuk lain sebagainya. Berikut data
para pengusaha industri kerupuk di Kota Cimahi:
Tabel 1.2
Data Nama Perusahaan dan Jenis Kerupuk di Kota Cimahi
No Nama Perusahaan Jenis Kerupuk 1 Ganda Sari Kerupuk Udang, Kerupuk Jengkol
2 PK Saputra Kerupuk Ikan, Kerupuk Jengkol, Kerupuk Udang, Kerupuk Ikan 3 Rasaku Kerupuk Kakap Mini, Kerupuk Udang, Kerupuk Ikan
4 Taruna Kerupuk Belimbing Kuning (BK), Kerupuk Belimbing Putih (BP) 5 PD Doa Ibu Kerupuk Belik (Kerupuk Blek)
6 Mekar Raya Kerupuk Udang, Kerupuk Jengkol 7 PK Sukasari Kerupuk Belik (Kerupuk Blek) 8 Saluyu Kerupuk Belik (Kerupuk Blek)
9 Binahong Kerupuk Jengkol, Kerupuk Jaat, Kerupuk Uril, Kerupuk Rambak 10 Remaja Mandiri Kerupuk Mie
11 Margana Kerupuk Rambak 12 Vrikitiw Kerupuk Jengkol 13 Sekar Wangi Kerupuk Jengkol
14 Saroja Kerupuk Udang, Kerupuk Jaat, Kerupuk Ikan, Kerupuk Kakap Mini 15 Sinar Ibu Kerupuk Belik (Blek)
Sumber : Pengusaha Kerupuk di Kota Cimahi, pra penelitian, data diolah
Berdasarkan data pra penelitian yang diambil secara acak pada tabel 1.3
diatas, berdasarkan hasil wawancara dengan para pengusaha industri kerupuk di
Kota Cimahi, diperoleh kesimpulan bahwa laba yang diperoleh pada Bulan
Januari 2012-Juni 2012 cenderung mengalami penurunan. Hal tersebut dapat
dilihat kita lihat dalam tabel di bawah ini :
Tabel 1.3
Perkembangan Laba Pengusaha Industri Kerupuk di Kota Cimahi (Periode Januari-Juni 2012)
No Nama Perusahaan
Laba
Januari Februari Maret April Mei Juni 1 Ganda Sari 76.000.000 84.000.000 84.000.000 80.000.000 64.000.000 62.000.000 2 PK Saputra 90.000.000 86.000.000 80.000.000 87.000.000 78.000.000 70.000.000 3 Rasaku 90.000.000 72.000.000 67.000.000 68.000.000 92.000.000 91.000.000 4 Taruns 50.000.000 45.000.000 42.000.000 45.000.000 53.000.000 47.000.000 5 PD Doa Ibu 44.000.000 40.000.000 39.000.000 43.000.000 35.000.000 22.000.000 6 Mekar Raya 88.000.000 77.000.000 77.000.000 78.000.000 75.000.000 70.000.000 7 PK Sukasari 30.000.000 27.000.000 25.000.000 22.000.000 23.000.000 20.000.000 8 Saluyu 20.000.000 14.000.000 18.000.000 13.000.000 16.000.000 15.000.000 9 Binahong 65.000.000 71.000.000 71.000.000 67.000.000 75.000.000 62.000.000 10 Remaja Mandiri 22.000.000 27.000.000 25.000.000 24.000.000 24.000.000 20.000.000 11 Margana 33.000.000 36.000.000 35.000.000 34.000.000 39.000.000 30.000.000 12 Vrikitiw 26.000.000 25.000.000 26.000.000 27.000.000 29.000.000 26.000.000 13 Sekar Wangi 78.000.000 65.000.000 64.000.000 45.000.000 56.000.000 45.000.000 14 Saroja 56.000.000 67.000.000 65.000.000 56.000.000 69.000.000 65.000.000 15 Sinar Ibu 15.000.000 16.000.000 14.000.000 12.000.000 19.000.000 18.000.000
Adapun rata-rata laba pengusaha kerupuk di Kota Cimahi sebagai berikut :
Tabel 1.4 Rata-Rata Laba
Pengusaha Industri Kerupuk Di Kota Cimahi (Periode Januari-Juni 2012)
Februari 67.466.666 -5,7
Maret 65.466.666 -2,9
April 65.400.000 -0,10
Mei 69.800.000 6,7
Juni 61.533.333 -11,8
Sumber: Pengusaha Kerupuk di Kota Cimahi, pra-penelitian, data diolah
Berdasarkan tabel 1.6 dapat dilihat dengan jelas bahwa permasalahan
yang dihadapi Industri Kecil dan Menengah khususnya industri kerupuk di Kota
Cimahi laba yang diperoleh pengusaha cenderung mengalami penurunan. Pada
bulan Januari laba industri kecil dan menengah kerupuk di Kota Cimahi sebesar
Rp.71.533.333,- kemudian pada bulan Februari labanya mengalami penurunan
sebesar 5,7% lalu pada bulan Maret mengalami penurunan kembali menjadi 2,9%
dilanjut pada bulan April mengalami penurunan kembali sebear 0,10% , pada
bulan berikutnya yaitu bulan Mei sempat mengalami kenaikan sebesar 6,7%
dilanjut pada bulan Juni laba kembali mengalami penurunan sebesar 11,8%.
Pada dasarnya semua pengusaha ingin meningkatkan laba maksimum yang
biasanya dilakukan melalui penjualan produknya. Berdasarkan hasil wawancara
dengan pengusaha, bahwa penurunan laba yang mereka alami rata-rata
disebabkan oleh faktor yaitu akibat kurangnya memiliki sikap inovasi untuk
mengembangkan produknya, karena biasanya dengan adanya pengembangan
produk yang bervariatif akan membuat daya pikat nilai tambah harapan terhadap
11
mempengaruhi volume penjualan. Oleh karena itu dengan kurangnya inovasi
pengusaha dalam mendiferensiasikan produknya menyebabkan industri ini
rata-rata lemah dalam variasi produk yang ditawarkannya. Berdasarkan data diatas,
dapat disimpulkan bahwa laba itu sendiri sangat dipengaruhi oleh bagaimana
perilaku kewirausahaan yang dimiliki pengusaha, jumlah / variasi produk yang
dihasilkan maupun persaingan yang terjadi. Oleh sebab itu, berdasarkan uraian
diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
Perilaku Kewirausahaan, Diferensiasi Produk Dan Lingkungan Persaingan Terhadap Laba Pengusaha Industri Kecil Dan Menengah (Survey Pada Pengusaha Kerupuk Di Kota Cimahi)”.
1.2 Rumusan Masalah
Berangkat dari adanya isu diatas, maka dalam penelitian ini dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh perilaku kewirausahaan terhadap laba pengusaha
kerupuk di Kota Cimahi?
2. Bagaimana pengaruh diferensiasi produk terhadap laba pengusaha kerupuk di
Kota Cimahi ?
3. Bagaimana pengaruh lingkungan persaingan terhadap laba pengusaha
kerupuk di Kota Cimahi ?
4. Bagaimana pengaruh perilaku kewirausahaan, diferensiasi produk dan
1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah diatas, penelitian ini memiliki tujuan
sebagai berikut :
1. Untuk menjelaskan pengaruh perilaku kewirausahaan terhadap laba
pengusaha kerupuk di Kota Cimahi.
2. Untuk menjelaskan pengaruh diferensiasi produk terhadap laba pengusaha
kerupuk di Kota Cimahi.
3. Untuk menjelaskan pengaruh lingkungan persaingan terhadap laba pengusaha
kerupuk di Kota Cimahi.
4. Untuk menjelaskan pengaruh perilaku kewirausahaan, diferensiasi produk dan
lingkungan persaingan terhadap laba pengusaha kerupuk di Kota Cimahi.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, maka hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
a. Secara praktis, diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi
tambahan dan gambaran pada para pengusaha industri, PEMDA, Dinas KUKM
dan Diskoperindag tentang perilaku kewirausahaan, diferensiasi produk dan
lingkungan persaingan terhadap laba para pengusaha Industri Kecil dan
13
b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran untuk memperkaya khasanah ilmu ekonomi pada umumnya dan
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah para pengusaha Industri Kecil dan
Menengah kerupuk di Kota Cimahi.Variabel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah variabel bebas (X) meliputi perilaku kewirausahaan (X1), diferensiasi
produk (X2), dan lingkungan persaingan (X3), sedangkan variabel terikat yaitu
laba (Y).
3.2 Metode Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:160), metode penelitian adalah suatu
cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data. Oleh karena itu
metode penelitian dapat dikatakan sebagai cara yang dilakukan atau yang diambil
peneliti untuk mengkaji suatu permasalahan yang dihadapi. Oleh karena itu agar
masalah tersebut dapat diselesaikan dengan tepat, sebuah penelitian harus memilih
salah satu metode penelitian yang sesuai.
Berangkat dari permasalahan dan tujuan yang diajukan dalam penelitian
ini yaitu untuk memperoleh penjelasan secara empirik mengenai pengaruh
perilaku kewirausahaan, diferensiasi produk, dan lingkungan persaingan terhadap
Laba Pengusaha Industri Kecil dan Menengah (Studi Kasus Pada Pengusaha
Kerupuk Di Kota Cimahi), metode penelitian yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Metode deskriptif analitik adalah
66
berdasarkan faktor yang ada, yang kegiatannya meliputi pengumpulan data,
pengolahan data dan informasi data serta menarik kesimpulan (Suharsimi
Arikunto, 2006 :162).
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Menurut Husein Umar (2008:77), populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas objek / subjek yang mempunyai karakteristik tertentu dan
mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2006:130), populasi adalah keseluruhan
subjek penelitian. Sehingga dapat disimpulkan populasi merupakan keseluruhan
dari karakteristik subjek penelitian yang mempunyai kesempatan untuk dipilih
menjadi anggota sampel.
Populasi dalam penelitian ini adalah para pengusaha kerupuk di Kota
Cimahi yang berjumlah 140 orang (data Dinas Koperasi Industri dan
Perdagangan Kota Cimahi Tahun 2011).
3.3.2 Sampel
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:131), sampel adalah sebagian atau
wakil populasi yang diteliti. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan teknik simple random sampling, yang dimana cara pengambilan
populasi yang ada karena dianggap memiliki karakteristik yang sama
(Riduwan,2010:58).
Karena keterbatasan dana, waktu, dan tenaga maka peneliti mengambil
sampel dari populasi yang ada di Kecamatan Cimahi Tengah, Kecamatan Cimahi
Utara dan Kecamatan Cimahi Selatan di Kota Cimahi untuk menarik sampel maka
digunakan rumus Taro Yamane sebagai berikut :
(Riduwan, 2010:65)
Dimana :
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
d = tingkat kesalahan yang ditolelir sebesar 5 %
Maka :
104
Berdasarkan perhitungan diatas, maka jumlah sampel yang diambil dari
populasi pengusaha industri kerupuk di Kota Cimahi yang berjumlah 140
pengusaha adalah diambil sebanyak 104 pengusaha sebagai sampel.
68
3.4Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Yang
dimana sumber data primer ini berasal dari data yang langsung diperoleh dari para
pengusaha kerupuk di Kota Cimahi sebagai responden melalui kuisioner atau
angket.
3.5Operasional Variabel
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Variabel Konsep Teoritis Konsep Empiris Konsep Analitis Skala Variabel Dependen
Laba (Y) Laba / keuntungan total adalah penerimaan total (TR) dikurangi biaya total (TC). Jadi keuntungan total mencapai maksimum apabila didapat selisih yang positif antara TR dengan TC mencapai angka besar (Case and Fair,
Diferensiasi Produk (X2)
Diferensiasi produk adalah suatu usaha untuk membedakan produk yang dihasilkan oleh perusahaan untuk memberikan daya tarik baik langsung maupun tidak langsung kepada konsumen dibandingkan dengan perusahaan lain yang menghasilkan produk yang sama / sejenis ataupun yang berbeda (Eeng Ahman dan Yana Rohmana, 2007:205)
Usaha untuk membedakan produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang bersaing melalui pengusaha yang ada di sekitar (Porter, 2008:16).
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data untuk memperoleh data tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Studi Observasi
Studi observasi adalah dengan cara meneliti secara langsung pengusaha
70
2. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi secara langsung dengan
tanya jawab lisan kepada para responden yang digunakan sebagai pelengkap
data.
3.Angket
Angket yaitu pengumpulan data melalui penyebaran seperangkat pertanyaan
tertulis kepada responden yang menjadi sample penelitian.
4. Studi Kepustakaan
Studi Kepustakaan adalah usaha pengumpulan data informasi yang
berhubungan dengan teori-teori yang berkaitan dengan masalah-masalah
variabel yang akan diteliti.
3.7Prosedur Pengolahan Data
Setelah diperoleh keterangan dan data yang lengkap mengenai teknik
pengumpulan data diatas, selanjutnya yang diperlukan adalah pengolahan data.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
1. Menyeleksi data yaitu dengan melihat atau memeriksa kesempurnaan dan
kejelasan mengenai benar dan tidaknya penulisan data
2. Mentabulasi data yaitu proses mengubah data menjadi bermakna
3. Analisis data yang berguna untuk mengetahui pengaruh dan hubungan antar
variabel penelitian dengan teknik analisis yang tepat
4. Pengujian hipotesis, dan
3.8 Pengujian Instrumen Penelitian
Setelah data-data dari angket terkumpul maka perlu dilakukan analisis
kebenarannya melalui uji validitas dan uji reabilitas, agar hasil penelitian tersebut
tidak diragukan kebenarannya.
3.7.1 Uji Validitas
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:168), uji validitas adalah suatu ukuran
yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument.
Suatu instrument yang valid atau shahih maka akan mempunyai validitas yang
tinggi. Sebalinya, instrument yang kurang valid memiliki validitas yang rendah.
Sebuah instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang
diinginkan. Sebuah instrument dikatakan valid apabila dapat mengungkap data
dari variabel yang diteliti secara tepat. Dan tinggi rendahnya validitas instrument
menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran
tentang validitas yang dimaksud. Cara menguji validitas Uji validitas dalam
penelitian ini mwnggunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut :
= ∑ ∑ ∑
√{ ∑ ∑ } { ∑ ∑ } (Suharsimi Arikunto, 2006:170)
Keterangan :
rxy = koefisien korelasi
∑ = jumlah skor tiap item
∑ = jumlah skor total item
∑ = jumlah skor-skor X yang dikuadratkan
72
∑ jumlah perkalian X dan Y
N = jumlah sampel
Dalam hal ini nilai rxy diartikan sebagai koefisien korelasi sehingga kriterianya
adalah :
rxy < = validitas sangat rendah
0,20 – 0,399 = validitas rendah
0,40 – 0,699 = validitas sedang / cukup
0,70 – 0,899 = validitas tinggi
0,90 – 1,00 = validitas sangat tinggi
Koefisien korelasi yang diperoleh akan dibandingkan dengan t tabel, korelasi nilai
r dengan derajat kebebasan n-2, dimana n adalah jumlah responden dan angka 2
adalah banyaknya variabel bebas. Dan dalam penelitian ini taraf signifikan yang
dipakai adalah = 0,05.
3.7.2Uji Reabilitas
Uji reabilitas adalah suatu pengujian yang menunjuk pada satu pengertian
bahwa sesuatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik. Instrumen yang baik maka
tidak akan bersifat tendensius atau yang mengarahkan responden untuk memilih
jawaban-jawaban tertentu. Dan instrument yang sudah dapat dipercaya, yang
reliable akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya
memang benar sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kali pun diambil, akan
yang artinya reabilitas adalah dapat dipercaya dan dapat diandalkan (Suharsimi
Arikunto, 2006:178).
Uji reabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Alpha karena berupa
skor 1-5. Rumus mencari reabilitas instrumen sebagai berikut :
(Suharsimi Arikunto, 2006:196)
Keterangan : r11 = reliabilitas instrument
K = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑ = jumlah varians butir
= varians total
Untuk menghitung reabilitas, penulis juga menggunakan Microsoft Excel
2007 yang kemudian diinterpretasikan. Untuk mengetahui interpretasi mengenai
besarnya koefisien korelasi, menurut Suharsimi Arikunto (2006:196) interpretasi
besarnya koefisien korelasi adalah sebagai berikut :
Tabel 3.2
Interpretasi Besar Kecilnya Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Korelasi Tingkat Hubungan
Antara 0,800 – 1,000 Reabilitas Sangat Tinggi
Antara 0,600 – 0,800 Reabilitas Tinggi
Antara 0,400 – 0,600 Reabilitas Cukup
Antara 0.200 – 0,400 Reabilitas Rendah
Antara 0,000 – 0,200 Reabilitas Sangat Rendah
Sedangkan untuk mencari nilai varians per item menggunakan rumus
varians sebagai berikut :
∑ – ∑ (Suharsimi Arikunto, 2006:196) Jika r1 > r 0,05 = reliabel
74
Jika r1 > r 0,05 = tidak reliabel
3.9 Teknik Analisis Data Dan Pengujian Hipotesis 3.9.1 Teknik Analisis Data
Untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan, maka dilakukan
pengolahan data. Jenis data yang terkumpul dalam penelitian ini adalah data
ordinal dan interval.
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
mengunakan analisis regresi berganda (multiple regression). Sedangkan alat
analisis yang digunakan yaitu software SPSS 16.0. Dengan demikian, maka data
yang bersifat ordinal pada penelitian ini yaitu variabel perilaku kewirausahaan,
diferensiasi produk dan lingkungan persaingan harus dubah dan ditingkatkan
menjadi data interval melalui MSI Methods of Succesive Interval (MSI). Menurut
Riduwan dan Engkos Kuncoro (2011:58), salah satu kegunaan dari MSI dalam
pengukuran adalah untuk menaikkan pengukuran dari ordinal ke interval lalu
langsung diolah dengan persamaan regresi linier berganda.
Langkah kerja Methods of Succesive Interval (MSI) adalah sebagai berikut:
a. Perhatikan tiap butir pernyataan, misalnya dalam angket.
b. Untuk butir tersebut, tentukan berapa banyak orang yang mendapatkan
(menjawab) skor 1,2,3,4,5 yang disebut frekuensi.
c. Setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya responden dan hasilnya disebut
Proporsi (P).
d. Tentukan Proporsi Kumulatif (PK) dengan cara menjumlah antara proporsi
e. Dengan menggunakan tabel distribusi normal baku, tentukan nilai Z untuk
setiap kategori.
f. Tentukan nilai densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh dengan
menggunakan tabel ordinat distribusi normal baku.
g. Hitung SV (Scale Value) = Nilai Skala dengan rumus sebagai berikut:
( )( )
h. Menghitung skor hasil tranformasi untuk setiap pilihan jawaban dengan rumus:
SVMin
SV
Y 1
Dimana: K 1
SVMin
Dalam penelitian ini analisis statistik yang digunakan adalah statistik
parametrik yaitu regresi linier berganda. Tujuan analisis regresi linier berganda
adalah untuk mempelajari bagaimana eratnya hubungan serta pengaruh antara
satu atau beberapa variabel bebas dengan variabel terikat dengan model
persamaannya adalah sebagai berikut:
X1 = Perilaku Kewirausahaan
X2 = Diferensiasi Produk
X3 =Lingkungan Persaingan
76
3.9.2 Pengujian Asumsi Klasik
3.9.2.1 Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah hubungan linier yang sempurna diantara
variabel-variabel bebas dalam model regresi yang dimana keadaan satu atau lebih variabel-variabel
independen dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier dari variabel independen
lainnya. Selain itu multikolinieritas merupakan pengujian untuk mengetahui
apakah terjadi hubungan sempurna antara variabel independen dengan variabel
dependen dalam model regresi (Yana Rohmana, 2010:154).
Cara mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas dapat dilakukan oleh
beberapa cara yaitu (Yana Rohmana, 2010:143):
1. Nilai R2 tinggi (biasanya berkisar 0,8-1,0) tetapi hanya sedikit variabel
independen yang signifikan
2. Adanya korelasi parsial antar variabel independen.
Dengan menghitung koefisien korelasi antar variabel independen apabila
koefisiennya rendah, maka tidak terdapat multikolinieritas, sebaliknya jika
koefisien antar variabel independen (variabel x) itu koefisiennya tinggi maka
diduga terdapat multikolinieritas.
3. Regresi Auxiliary
Dengan melakukan regresi auxiliary ini dapat digunakan untuk mengetahui
hubungan antara dua atau lebih variabel independen yang secara bersama-sama
(misalnya X2 dan X3). Kita harus menjalankan beberapa regresi,
sebagai variabel dependen dan variabel independen lainnya tetap diperlakukan
sebagai variabel independen.
Dampak atau konsekuensi dari adanya multikolinieritas di dalam regresi
jika kita menggunakan teknik estimasi dengan metode kuadrat terkecil (OLS)
adalah (Yana Rohmana, 2010:142):
1. Estimator masih bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), tetapi
memiliki varian dan kovarian yang besar, sehingga sulit dipakai sebagai alat
estimasi.
2. Koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir.
3. Nilai standar eror setiap koefisien regresi menjadi tidak terhingga.
4. Interval estimasi cenderung lebar dan nilai statistik uji t akan kecil, sehingga
menyebabkan variabel independen tidak signifikan secara statistik dalam
mempengaruhi variabel independen.
5. Jika multikolinieritas tinggi, seseorang akan memperoleh R2 yang tinggi tetapi
tidak satupun atau sangat sedikit koefisien yang ditaksir penting secara
statistik, jadi multikolinieritas yang tinggi membuat tidak mungkin mengisolasi
pengaruh individual dari variabel yang menjelaskan.
3.9.2.2 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui
apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual
suatu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual suatu
78
sementara itu untuk varians yang berbeda disebut dengan heteroskedastisitas. Dan
model yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas (Husein Umar,
2008:179).
Untuk menguji ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan,
yaitu melalui (Yana Rohmana, 2010:188) :
1. Metode Grafik
2. Metode Park
3. Metode Glesjer
4. Metode Korelasi Spearman
5. Metode Goldfeld-Quandt
6. Metode Breusch-Pagan-Godfrey,dan
7. Metode White
Dalam penelitian ini untuk meneliti heteroskedastisitas peneliti akan
menggunakan metode white. Kriteria dari metode white itu sendiri adalah (Yana
Rohmana, 2010:180):
a. Lakukan estimasi persamaan dan daatkan residualnya.
b. Lakukan regresi pada persamaan berikut yang disebut dengan regresi auxiliry
yang meliputi :
Regresi auxiliry tanpa perkalian antarvariabel independen (no cross term)
Regresi auxiliry dengan perkalian antarvariabel independen (cross terms)
c. Uji metode white pada dasarnya didasarkan pada jumlah sampel degree of
freedom sebanyak variabel independen tidak termasuk konstanta dalam regresi
Nilai hitung statistik chi square (X2) dapat dicari dengan rumus :
Yang ketentuannya adalah :
Jika nilai chi square hitung (n.R2) lebih besar dari nilai X2 kritis dengan
derajat kepercayaan tertentu (α) maka dinyatakan ada heteroskedastisitas
Jika nilai chi square hitung (n.R2) lebih kecil dari nilai X2 kritis dengan
derajat kepercayaan tertentu (α) maka tidak ada heteroskedatisitas (berarti
homoskedastisitas).
Ketika model penghitungan diketahui mengandung masalah
heteroskedastisitas maka harus disembuhkan karena walaupun estimator masih
linier dan tidak bias, tapi hal tersebut tidak lagi efisien karena tidak mempunyai
varian minimum. Untuk menghilangkan heteroskedastisitas ini ada beberapa
macam alternatif yang dapat dilakukan, yaitu (Yana Rohmana, 2010:184):
a. Jika varian dan residual diketahui, maka heteroskedastisitas dapat diatasi
dengan metode Weight Least Square (WLS) atau Kuadrat Terkecil Tertimbang.
b. Jika varian tidak diketahui, maka heteroskedastisitas dapat diatasi dengan
Metode White atau metode transformasi.
3.9.2.3 Uji Autokorelasi
Menurut Yana Rohmana (2010:215), uji autokorelasi adalah hubungan
antara residual satu observasi dengan residual dengan observasi lainnya.
Autokorelasi lebih mudah timbul pada data yang bersifat runtut waktu (time
80
series), karena berdasarkan sifatnya data masa sekarang dipengaruhi oleh data
pada masa-masa sebelumnya.
Beberapa penyebab timbulnya autokorelasi adalah :
1. Terjadinya bias dalam spesifikasi
2. Bentuk fungsi yang dipergunakan tidak tepat
3. Adanya fenomena sarang laba-laba
4. Beda kala (time lags)
5. Adanya kekeliruan memanipulasi data misalnya data tahunan dijadikan data
kuartalan dengan membagi empat
6. Data yang dianalisis tidak bersifat stasioner.
Apabila data yang dianalisis mengandung autokorelasi, maka estimator
yang kita dapatkan memiliki karakteristik yaitu estimator metode kuadrat terksecil
masih linear, estimator metode kuadrat terkecil masih tidak bias dan estimator
metode kuadrat terkecil tidak mempunyai varian yang minimum. Jadi apabila data
mengandung autokorelasi akan bersifat LUE bukan lagi BLUE.
Untuk mengetahui ada atau tidaknya autokorelasi adalah dengan
menggunakan metode Durbin Watson (D-W) dan Uji Breusch-Goldfrey (uji BG)
atau uji lagrange multiplier. Dan beberapa alternatif untuk menghilangkan
masalah timbulnya autokorelasi adalah (Yana Rohmana, 2010:202) :
a. Bila struktur autokorelasi diketahui, dan
b. Bila struktur autokorelasi ( tidak diketahui dapat dilakukan dengan cara: Bila tinggi : Metode Diferensi Tingkat Pertama
Estimasi dengan metode dua langkah Durbin
Bila tidak diketahui : Metode Cochrane-Orcutt
Pada penelitian ini. penulis menggunakan uji Durbin Watson (DW) untuk
mendeteksi autokorelasi. yaitu dengan cara membandingkan DW statistik dengan
DW tabel. Adapun langkah uji Durbin Watson adalah sebagai berikut :
1. Lakukan regresi OLS dan dapatkan residual e1.
2. Hitung nilai d (Durbin-Watson).
3. Dapatkan nilai kritis dl-du.
4. Pengambilan keputusan :
Jika H0 adalah dua ujung. yaitu bahwa tidak ada serial autokorelasi baik
positif maupun negatif dengan kriteria sebagai berikut :
Tabel 3.3
Uji Statistik Durbin-Watson d
Nilai statistika d Hasil
0 ≤ d ≤ dL Menolak hipotesis nol / ada autokorelasi positif
dL≤ d ≤ du Daerah keragu-raguan / tidak ada keputusan
du ≤ d ≤ 4 - du Menerima hipotesis nol / tidak ada autokorelasi positif atau negatif
4 – du ≤ d ≤ 4 – dL Daerah keragu-raguan / tidak ada keputusan
4 – dL≤ d ≤ 4 Menolak hipotesis nol / ada autokorelasi negatif
Nilai Durbin-Watson menunjukan ada tidaknya autokorelasi baik positif
82
Gambar 3.1 Statistika Durbin- Watson d Sumber: Yana Rohmana (2010: 195)
3.9.3Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis maka penulis menggunakan uji statistik berupa uji
parsial (uji t), uji simultan (uji f) dan uji koefisien determinasi majemuk(R2).
3.9.3.1 Uji t-statistik
Uji t bertujuan untuk menguji tingkat signifikasi dari setiap variabel bebas
secara parsial terhadap variabel terikat dengan menganggap variabel lain
konstan/tetap. Prosedur uji t pada koefisien regresi parsial berganda sama halnya
dengan prosedur uji koefisien regresi sederhana. Dalam penelitian ini, uji
hipotesis dilakukan melalui uji dua pihak dan uji 1 pihak dengan kriteria jika t
hitung > t tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima.
1. Pengujian hipotesis 2 arah dan 1 arah dapat dirumuskan dengan rumus sebagai
berikut :
Pengujian hipotesis 1 arah
Ho : β1 ≤ 0, artinya masing-masing variabel Xi tidak memiliki pengaruh
terhadap variabel Y, yang dimana i = 1,2,3 Daerah Menerima H0 atau
kedua-duanya tidak ada autokorelasi
Daerah
Ha: β1 > 0, artinya masing-masing variabel Xi memiliki pengaruh terhadap
variabel Y, yang dimana i = 1,2,3. Berikut dapat dilihat gambar uji hipotesis 1
arah :
Gambar 3.2 Uji Hipotesis 1 Arah Sumber: Riduwan (2010:179)
2. Untuk menghitung nilai statsitika t hitung dan mencari nilai t kritis dari tabel
distribusi t pada α dan degree of freedom tertentu, adapun nilai t hitung dapat
dicari dengan rumus sebagai berikut:
1Dimana 1*merupakan nilai pada hipotesis nol, atau secara sederhana t hitung
dapat dihitung dengan rumus : t =
3. Setelah diperoleh t statistik atau t hitung, selanjutnya bandingkan dengan t tabel
dengan α disesuaikan. Adapun cara mencari t tabel dapat digunakan rumus
4. Membandingkan nilai t hitung dengan t kritisnya (t tabel). Keputusan menolak
84
Jika nilai t hitung > nilai t tabel maka H0 ditolak atau menerima Ha (variabel
bebas X berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat Y).
Jika nilai t hitung < nilai t tabel maka H0 diterima atau menolak Ha (variabel
bebas X tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat Y ).
3.9.3.2Uji F-statistik
Pada regresi berganda dimana kita mempunyai lebih dari satu variabel
independen, kita peru mengevaluasi pengaruh semua variabel independen
terhadap variabel dependen dengan uji F. Uji F di dalam regresi berganda dapat
digunakan untuk menguji signifikansi koefisien determinasi R2. Nilai F statistik
dengan demikian dapat digunakan untuk mengevaluasi hipotesis apakah tidak ada
variabel independen yang menjelaskan variasi Y disekitar nilai rata-ratanya
dengan derajat kepercayaan (degree of fredoom) k-1 dan n-k tertentu. Pengujian
hipotesis secara keseluruhan merupakan penggabungan variabel X terhadap
variabel terikat Y untuk diketahui seberapa besar pengaruhnya. Pengujian dapat
dilakukan dengan langkah sebagai berikut (Yana Rohmana, 2010:78):
1. Mencari F hitung dengan formula sebagai
∑ ∑ ∑
Kriteria Uji F adalah :
Jika Fhitung < Ftabel maka H0 diterima dan Ha ditolak (keseluruhan variabel
Jika Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak dan Ha diterima (keseluruhan variabel
bebas X berpengaruh terhadap variabel terikat Y)
3.9.3.3Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi R2 adalah suatu pengujian yang dilakukan untuk
mengetahui seberapa besar sumbangan variabel independent (X1, X2, dan X3)
terhadap variabel Y, dengan rumus sebagai berikut (Yana Rohmana, 2010:76):
∑ ∑
Nilai R2 berkisar antara 0 dan 1 (0 < R2 < 1), dengan ketentuan sebagai berikut : Jika R2 semakin mendekati angka 1, maka hubungan antara variabel bebas
dengan variabel terikat semakin erat/dekat, atau dengan kata lain model
tersebut dapat dinilai baik.
Jika R2 semakin menjauhi angka 1, maka hubungan antara variabel bebas
dengan variabel terikat jauh/tidak erat, atau dengan kata lain model tersebut
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis dapat
menarik kesimpulan tentang pengaruh perilaku kewirausahaan, diferensiasi
produk dan lingkungan persaingan terhadap laba usaha dengan survey yaitu pada
pengusaha industri kecil dan menengah kerupuk di Kota Cimahi pada periode
November 2012, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Perilaku kewirausahaan berpengaruh positif terhadap laba Industri Kecil dan
Menengah (IKM) pengusaha kerupuk di Kota Cimahi. Artinya semakin tinggi
perilaku kewirausahaan yang dimiliki oleh pengusaha Industri Kecil dan
Menengah (IKM) khususnya pengusaha kerupuk di Kota Cimahi, maka laba
yang diperoleh pengusaha Industri Kecil dan Menengah (IKM) tersebut akan
semakin besar.
2. Diferensiasi Produk berpengaruh positif terhadap laba Industri Kecil dan
Menengah (IKM) pengusaha kerupuk di Kota Cimahi. Artinya semakin banyak
tingkat diferensiasi yang dilakukan oleh pengusaha, maka akan semakin tinggi
pula laba usaha yang diperoleh pengusaha Industri Kecil dan Menengah (IKM)
khususnya pengusaha kerupuk di Kota Cimahi.
3. Lingkungan persaingan berpengaruh positif terhadap laba Industri Kecil dan
persaingan yang terjadi di lingkungan sekitar pengusaha, maka akan
berdampak pula pada meningkatnya laba yang akan diperoleh pengusaha.
4. Perilaku kewirausahaan, diferensiasi produk dan lingkungan persaingan secara
simultan berpengaruh positif terhadap laba Industri Kecil dan Menengah (IKM)
khususnya industri kerupuk di Kota Cimahi.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis uraikan diantaranya adalah :
1. Untuk meningkatkan inovasi, serta memiliki perilaku kewirausahaan yang baik
maka para pengusaha harus lebih memperluas wawasan dengan mencari
informasi dari berbagai informasi dari berbagai sumber baik itu dari buku,
internet, ataupun sumber-sumber lainnya untuk mencari info bagaimana
mengembangkan produk serta apabila ada kesempatan para pengusaha dapat
mengikuti pendidikan informal seperti diklat, pelatihan yang berhubungan
dengan dunia usaha guna memperluas wawasan. Dengan bertambahnya
pengetahuan tentang dunia usaha dan bagaimana jiwa wirausaha yang
seharusnya maka para pengusaha akan cepat tanggap dalam menghadapi
kondisi lingkungan usaha yang selalu berubah setiap saat.
2. Para pengusaha industri kecil menengah khususnya pengusaha kerupuk di Kota
Cimahi perlu perlu memperbanyak diferensiasi produk yang unik dan menarik
supaya dapat meningkatkan permintaan konsumen dalam usaha meningkatkan
128
membuat variasi corak, kemasan, bahan baku, bentuk rasa dan kualitas pada
produk yang dihasilkan.
3. Sebagai upaya untuk menghadapi persaingan di lingkungan sekitar antar
pengusaha yang semakin ketat, maka para pengusaha harus lebih memotivasi
diri sendiri untuk terus terpacu lagi dalam mengembangkan kegiatan usahanya,
misalnya pengusaha dengan cara tidak menetapkan harga yang lebih mahal
dibandingkan dengan harga produk di tempat lain, menjual produk yang lebih
berinovatif dari pengusaha lainnya, serta pengusaha melakukan
promosi-promosi yang dapat menarik perhatian konsumen untuk terusa berminat
membeli produk yang dihasilkan.
4. Para pengusaha industri kecil dan menengah khususnya industri kerupuk di
Kota Cimahi sebainya lebih memperhatikan dan memahami faktor-faktor yang
mempengaruhi besarnya laba yang diperoleh, baik dari segi perilaku
kewirausahaan, diferensiasi produk maupun lingkungan persaingan ataupun
faktor-faktor lainnya yang diduga dapat mempengaruhi laba usaha dengan cara
memenuhi kebutuhan atau permintaan dari masyarakat, menyesuaikan diri
dengan tuntutan perubahan zaman dan memberikan terobosan-terobosan baru
dalam menyediakan produk yang sesuai dengan keinginan konsumen guna
mempertahankan kelangsungan usaha dan memperoleh penapatan yang tinggi.
5. Pemerintah daerah setempat atau instansi terkait, sebaiknya dapat ikut berperan
untuk membantu kemajuan para pengusaha industri kecil dan menengah
khususnya industri kerupuk di Kota Cimahi baik itu dengan membuat
mengadakan pelatihan yang diperuntukkan bagi para pengusaha untuk
mendukung peningkatan wawasan atau pengetahuan para pengusaha tentang
DAFTAR PUSTAKA
SUMBER BUKU
BPS Kota Cimahi. 2011. Kota Cimahi Dalam Angka Tahun 2011. Bandung: BPS
Buchari Alma. 2010. Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta
Case, Fair. 2007. Prinsip-Prinsip Ekonomi. Jakarta: Erlangga
Dinas Koperasi Industri dan Perdagangan. 2011. Data Statistik Perindustrian dan Perdagangan Kota Cimahi Tahun 2011. Diskoperindag-Kota Cimahi
Eeng Ahman dan Yana Rohmana. 2007. Pengantar Teori Ekonomi Mikro. Bandung: Laboratorium Pendidikan Ekonomi dan Koperasi
Husein Umar. 2008. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Thesis. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Mangara Tambunan. 2010. Konstruksi Strategi Industrialisasi. Yogyakarta: Graha Ilmu
Miftah Thoha. 2010. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Rajawali Pers
Mohammad Ali. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia Moderen. Jakarta: Pustaka Amani
Porter, Michael. 2008. Strategi Bersaing Teknik Menganalisis Industri dan Pesaing. Jakarta: Erlangga
Riduwan. 2010. Metode dan Teknik Menyusun Thesis. Bandung: Alfabeta
Riduwan dan Engkos Kuncoro. 2011. Cara Mudah Menggunakan Dan Memaknai Path Analysis (Analisis Jalur). Bandung: Alfabeta
Sadono Sukirno. 2005. Mikro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Samuelson, Paul A. dan William D. Nordhaus. 2003. Ilmu Mikro Ekonomi. Jakarta: PT. Media Global Edukasi