• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KINERJA KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA GURU TERHADAP PENINGKATAN MUTU PRESTASI BELAJAR: Studi Tentang Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah Dan Kinerja Guru Terhadap Peningkatan Mutu Prestasi Belajar Di Madrasah Tsanawiyah Negeri Kota Tangerang Banten.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KINERJA KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA GURU TERHADAP PENINGKATAN MUTU PRESTASI BELAJAR: Studi Tentang Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah Dan Kinerja Guru Terhadap Peningkatan Mutu Prestasi Belajar Di Madrasah Tsanawiyah Negeri Kota Tangerang Banten."

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

PERNYATAAN . ... i

ABSTRAK ... ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... ... ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... .. 8

C. Tujuan dan Kegunaan ... .. 8

D. Kerangka Berfikir ... .. 10

E. Asumsi ... .. 12

F. Hipotesis Penelitian... .. 13

BAB II LANDASAN TEORI A. . Mutu ... 15

1. Konsep Mutu (Kualitas) ... ... 15

2. Dimensi Kualitas ... ... 20

3. Dimensi Kualitas Jasa ... .. 21

4. Mutu Sekolah ... ... 28

B. . Prestasi Belajar Siswa ... ... 31

1. Hakikat Belajar ... . 31

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... . 33

3. Usaha ke arah peningkatan Prestasi Belajar ... 33

C. . Kinerja Kepala Sekolah ... ... 39

1. Konsep Kepemimpinan ... . 41

(2)

D. Kinerja Guru ... 54

1. Guru dalam Proses Pembelajaran ... 56

2. Pengembangan Preofesional Guru ... 65

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru ... .. 70

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. . Jenis Penelitian ... 74

B. . Pola Dasar Penelitian ... 74

C. . Populasi dan Penentuan Sampel ... 76

1. Populasi ... 76

2. ... Sample ... 77

D. Definisi Operasional ... 78

1. Mutu Prestasi belajar (Y) ... ... 79

2. Kinerja Kepala Sekolah (X1) ... 79

3. Kinerja Guru (X2) ... ... 79

E. .. Instrumen Penelitian ... 80

1. Pengujian Instrumen ... 82

2. Uji Coba Instrumen ... 85

F. .. Teknik Pengumpulan Data ... 88

G. . Teknik Analisis Data ... 89

1. Uji Persyaratan Analisis ... 89

2. Pengolahan dan Analisis Data ... 91

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. . Deskripsi Hasil Penelitian ………... 101

1. Kinerja Kepala Sekolah ……….……… 101

2. Kinerja Guru ……….... 103

3. Mutu Prestai Belajar ………. 105

B. . Analisis Data ……… 107

1. Uji Persyaratan Analisis ……… 107

2. Pengujian Hipotesis ……….. 111

(3)

b. Pengaruh Kinerja Guru (X2) Terhadap Mutu Prestasi Belajar (Y)

………... 117

c. Saling Pengaruh Mempengaruhi antara Kinerja Kepala Sekolah (X1) dan

kinerja guru (X2) ……… 122

d. Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah (X1) dan Kinerja Guru (X2) Secara Bersama-sama Terhadap Mutu Prestasi Belajar (Y)

………...………… 128

C. Pembahasan ……….. 133

1. Kondisi Umum Kinerja Kepala Sekolah, Kinerja Guru dan Mutu Prestasi

Belajar……… ………. 133

2. Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah terhadap Mutu Prestasi belajar ……... 137 3. Pengaruh Kinerja Guru terhadap Mutu Prestasi Belajar

…………... 138 4. Saling Pengaruh Mempengaruhi antara Kinerja Kepala Sekolah dan Kinerja

Guru ... 139 5. Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah dan Kinerja Guru secara bersama-sama

terhadap Mutu Prestasi Belajar ... 140

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan ... 142 B. Implikasi ... 143 C. Rekomendasi ... 144

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pemerintah menetapkan visi pendidikan nasional yaitu terwujudnya

sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk

memberdayakan semua warga negara Indonesia agar berkembang menjadi

manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan

zaman yang selalu berubah. Visi pendidikan nasional selanjutnya dijabarkan

dalam misi pendidikan nasional, yaitu:

1. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh kesempatan pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia; 2. Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara

utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar;

3. Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral;

4. Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar yang bersifat nasional dan global;

5. Memberdayakan peran serta masyarakat dalam menyelenggarakan pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(Kumpulan undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang pendidikan 2007:45)

Berdasarkan visi dan misi pendidikan nasional tersebut, pendidikan

nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik

(5)

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan

menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam

rangka mewujudkan visi dan menjalankan misi pendidikan nasional,

diperlukan suatu acuan dasar (benchmark) oleh setiap penyelenggara dan

satuan pendidikan, yang antara lain meliputi kriteria dan kriteria minimal

berbagai aspek yang terkait dengan penyelenggaraan pendidikan.

Terkait dengan itu, terdapat tujuh kriteria penyelenggaraan

pendidikan yang harus menjadi pedoman agar tujuan dapat terwujud seperti

yang terdapat dalam kumpulan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah

RI tentang pendidikan (2007: 198) sebagai berikut:

1) pendidikan yang berisi muatan yang seimbang dan holistik;

2) proses pembelajaran yang demokratis, mendidik, memotivasi, mendorong kreativitas, dan dialogis;

3) hasil pendidikan yang bermutu dan terukur;

4) berkembangnya profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan; 5) tersedianya sarana dan prasarana belajar yang memungkinkan

berkembangnya potensi peserta didik secara optimal;

6) berkembangnya pengelolaan pendidikan yang memberdayakan satuan pendidikan; dan

7) terlaksananya evaluasi, akreditasi, dan sertifikasi yang berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan secara berkelanjutan.

Indikator mutu pendidikan secara sistem meliputi komponen

input, proses, dan output. Komponen input meliputi kurikulum, tenaga

pendidik dan kependidikan, siswa, bahan ajar, alat bantu pembelajaran,

teknologi, ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan, kondisi

lingkungan fisik maupun psikis, managemen sekolah, serta kendali

mutu. Adapun komponen proses mencakup peningkatan efektivitas

(6)

3

pada standar kompetensi lulusan harus di atas standar nasional serta

berkeunggulan dalam penggunaan bahasa Inggris, penggunaan teknologi

informasi dan komunikasi serta memiliki prestasi dalam kompetisi bertaraf

internasional, berkolaborasi, serta melanjutkan pendidikan pada perguruan

tinggi bertaraf internasional.

Agar kualitas pendidikan itu sesuai dengan apa yang seharusnya dan

yang diharapkan oleh masyarakat maka perlu ada suatu standar atau acuan,

sehingga setiap sekolah secara bertahap dapat mencapai standar yang telah

ditentukan. Acuan tersebut harus bersifat nasional dan upaya pembinaan

sekolah diarahkan untuk mencapai standar nasional. Apabila sekolah telah

mampu mencapai standar nasional, selanjutnya dapat dikembangkan untuk

mencapai standar internasional. Dengan kata lain, standar nasional pendidikan

adalah target minimal yang harus dicapai dalam peningkatan mutu

pendidikan.

Dalam upaya untuk memperoleh hasil pendidikan yang bermutu,

sekolah sebagai penyelenggara pendidikan dituntut melakukan pengelolaan

pendidikan yang bermutu pula. Cara-cara lama dalam pengelolaan pendidikan

yang kurang memperhatikan faktor mutu dan kurang memperhatikan

prinsip-prinsip pendidikan yang seharusnya ditegakkan, perlu segera diperbaiki

untuk menuju penyelenggaraan pendidikan yang berwawasan mutu dan

keunggulan. Mutu yang baik hanya bisa dihasilkan oleh sekolah yang

memiliki sistem manajemen mutu yang handal, yang mampu membangun

(7)

dibutuhkan sebuah pedoman sistem kerja yang baku atau manajemen mutu

yang menjamin proses Continuous Quality Improvement (CQI) yang berdaya

guna dan berhasil guna.

Kinerja dapat diartikan sebagai pencapaian hasil kerja sesuai dengan

aturan dan standar yang berlaku pada masing-masing organisasi dalam hal ini

sekolah. Anwar Prabu Mangkunegara (2000:67) menyatakan bahwa: “Kinerja

(prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai

oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan

tanggung jawab yang diberikan kepadanya”.

Kepala sekolah adalah pimpinan yang menjalankan perannya dalam

memimpin sekolah sebagai lembaga pendidikan, dan berperan sebagai

pimpinan pendidikan. Secara umum pimpinan pendidikan dapat diartikan

sebagai kepemimpinan yang diterapkan dalam bidang pendidikan, pengertian

dari kepemimpinan itu sendiri pada dasarnya mempunyai sifat yang umum

dan hal itu juga dapat berlaku dalam bidang pendidikan. Secara lebih khusus

bila diterapkan pada organisasi pendidikan seperti sekolah, maka

kepemimpinan pendidikan dalam tataran organisasi sekolah akan berkaitan

dengan kepemimpinan kepala sekolah (school leader/principal), hal ini

disebabkan kepala sekolah merupakan orang yang punya otoritas dalam

mengelola sekolah guna mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Penguasaan isi materi pembelajaran, ketrampilan dan keinovatifan

masih sangat diperlukan dalam upaya peningkatan kualitas pendidik. Hal ini

(8)

5

tugasnya. Pengembangan dan peningkatan kualitas kinerja guru menjadi

inovatif akan mendorong pada proses pembelajaran yang inovatif pula,

sehingga para siswa pun akan menjadi orang yang mampu menyesuaikan diri

secara terus menerus dengan lingkungan yang berubah cepat.

Sementara itu, dengan merujuk pada pendapat Pullias dan Young,

Mannan serta Yelon dan Weinstain, Mulyasa (2005:87) mengidentifikasi

peran guru sebagai berikut, yaitu: pendidik, pengajar, pelatih, penasehat,

pembaharu (innovator), model dan teladan, pribadi, penelti, pendorong

kreativitas, pembangkit pandangan, pekerja rutin, pemindah kemah, pembawa

cerita, actor, emancipator, evaluator, pengawet, dan kulminator. Masuknya

peran innovator di atas menggambarkan bahwa guru tidak cukup hanya

menjalankan tugasnya secara rutin, namun pembaharuan/inovasi menjadi

tuntutan yang harus terus menerus dikembangkan. Hal ini sejalan dengan

pendapat Mohammad Surya (2004:5-6), bahwa:

Tantangan globalisasi dalam tingkatan operasional pendidikan menuntut peningkatan kualitas guru sebagai pelaku pendidikan yang berada di front terdepan melalui interaksinya dengan peserta didik. Untuk itu guru harus profesional dalam menjalankan tugasnya. Dan profesionalisme guru akan tercermin dalam perwujudan yang secara ideal akan terlihat dalam lima hal berikut:

1. Guru memiliki semangat juang yang tinggi disertai kualitas keimanan dan ketaqwaan yang mantap

2. Guru yang mampu mewujudkan dirinya dalam keterkaitan dan padanan dengan tuntutan lingkungan dan perkembangan iptek

3. Guru yang memiliki kualitas kompetensi pribadi dan profesional yang memadai disertai etos kerja yang kuat

4. Guru yang memiliki kualitas kesejahteraan yang memadai 5. Guru yang kreatif dan berwawasan masa depan

Berkaitan dengan posisi guru dalam berbagi kebijakan pendidikan,

(9)

mengembangkan pembelajaran bermutu. Shuman dan Sykes dalam

Hammond (1999:xii) menyatakan bahwa:

. . . the teacher must be the key. The literature on effective school is

meaningless, debates over educational policy are moot, if the primary agents of instruction are incapable of performing their function well . . . it seem unlikely that increasing the financial rewards of teaching alone will suffice, though it is certainly necessary. The character of the work will have to change in order to attract and hold the more highly trained, talented, and committed teacher required for 1980s and beyond.

Kondisi yang demikian, jelas menuntut guru sebagai fihak yang terlibat dalam

proses pendidikan di sekolah untuk selalu berupaya menjalankan tugasnya

secara dinamis dan inovatif sesuai dengan perkembangan dan tuntutan

perubahan. Tuntutan masyarakat akan kualitas pendidikan selalu berimplikasi

pada tuntutan akan perlunya guru yang berkualitas istimewa yang dapat

membantu memenuhi kebutuhan peserta didik dengan pengetahuan yang terus

berkembang makin kompleks dan keterampilan (Hammond, 2006:4).

Pelaksanaan peran dan tugas guru yang monoton sesuai dengan kebiasaan

yang ada jelas akan menjadikan proses pendidikan selalu ketinggalan,

sehingga peran institusi sekolah sebagai lembaga pendidikan yang penting di

masyarakat akan mengalami kemerosotan karena tidak memberi kepuasan

pada stakeholder pendidikan yang tuntutannya cenderung makin meningkat.

Keadaan tersebut menunjukkan pentingnya upaya-upaya untuk

mengembangkan kinerja guru dari kinerja yang bersifat rutin ke arah kinerja

yang inovatif.

Kinerja bukan sesuatu yang berdiri sendiri, dia dipengaruhi oleh

(10)

7

berkaitan dengan supra sistem sekolah yakni otoritas yang secara herarkhis

berada diatasnya, serta kondisi sekolah yang mengitarinya. Supra sistem ini

jelas akan berpengaruh pada kualitas kinerja guru. Sedangkan faktor internal

berkaitan dengan karakteristik personal guru seperti tingkat kreativitas yang

pada dasarnya berkaitan dengan dimensi kapasitas dan kondisi individu,

disamping itu dalam melaksanakan peran dan tugasnya sebagai guru,

interaksinya dengan lingkungan sekolah, seperti kepemimpinan, budaya, serta

sistem dan kebijakan sekolah juga akan menentukan pada perwujudan kinerja

guru yang akan mendasari pola hubungan pribadinya dengan organisasi

sekolah.

Fenomena di lapangan, khususnya di MTs Negeri Kota Tangerang

menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa tidak mengalami peningkatan

(stagnan) terutama untuk mata pelajaran yang di UN kan yang terdiri dari 4

mata pelajaran yaitu: Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematiaka dan

Ilmu pengetahuan Alam (IPA). Kondisi ini tidak terlepas dari kinerja guru

yang kurang optimal, kurang dinamis, kurang kreatif, tidak inovatif cenderung

statis dan kinerja kepala sekolah yang tidak terprogram dan kurang kreatif.

Untuk itu penulis merasa perlu mengadakan penelitian tentang Pengaruh

Kinerja Kepala Sekolah dan Kinerja Guru terhadap Mutu Prestasi

Belajar (Studi Tentang Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah dan Kinerja

Guru terhadap Mutu Prestasi Belajar Siswa di MTs Negeri Kota

(11)

B. Rumusan Masalah

Pokok permasalahan yang akan diteliti adalah mengenai keterkaitan

antara Mutu Prestasi Belajar untuk mata pelajaran yang di UN kan yang

terdiri dari 4 mata pelajaran yaitu: Bahasa Indonesia, bahasa Inggris,

Matematika dan ilmu pengetahuan Alam (IPA) dengan faktor-faktor yang

mempengaruhinya, dengan dibatasi pada faktor Kineja Kepala Sekolah dan

Kinerja Guru. Adapun permasalahan yang ingin dikaji dapat dirumuskan

sebagai berikut:

1. Bagaimana Kinerja Kepala Sekolah, Kineja Guru dan Mutu Prestasi

Belajar di MTs Negeri Kota Tangerang?

2. Sejauhmana pengaruh Kinerja Kepala Sekolah terhadap Mutu Prestasi

Belajar di MTs Negeri Kota Tangerang?

3. Sejauhmana pengaruh Kinerja Guru terhadap Mutu Prestasi Belajar di

MTs Negeri Kota Tangerang?

4. Sejauhmana saling pengaruh-mempengaruhi antara Kinerja Kepala

Sekolah dan Kinerja Guru di MTs Negeri Kota Tangerang?

5. Sejauhmana pengaruh Kinerja Kepala Sekolah dan Kinerja Guru secara

bersama-sama terhadap Mutu Prestasi Belajar di MTs Negeri Kota

Tangerang?

C. Tujuan dan Kegunaan

1. Tujuan

Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan

(12)

9

a) Untuk mengetahui bagaimana Kinerja Kepala Sekolah, Kineja Guru

dan Mutu Prestasi Belajar di MTs Negeri Kota Tangerang.

b) Untuk mengetahui sejauhmana Kinerja Kepala Sekolah berpengaruh

terhadap Mutu Prestasi Belajar di MTs Negeri Kota Tangerang.

c) Untuk mengetahui sejauhmana Kinerja Guru berpengaruh terhadap

Mutu Prestasi Belajar di MTs Negeri Kota Tangerang.

d) Untuk mengetahui sejauhmana saling pengaruh-mempengaruhi antara

Kinerja Kepala Sekolah dan Kinerja Guru di MTs Negeri Kota

Tangerang.

e) Untuk mengetahui sejauhmana Kinerja Kepala Sekolah dan Kinerja

Guru secara bersama-sama berpengaruh terhadap Mutu Prestasi

Belajar di MTs Negeri Kota Tangerang.

2. Kegunaan

a) Dari segi akademik.

Ingin mengungkap dan mengkaji secara empiris tentang sebagian

faktor-faktor yang mempengaruhi mutu prestasi belajar, dimana hasil

penelitiannya nanti diharapkan dapat berguna, baik dari segi teoritis

maupun dari segi praktis. Untuk itu penelitian ini diharapkan dapat

memberikan sumbangan berdasarkan bukti-bukti empiris tentang

bagaimana mutu prestasi belajar di sekolah dipengaruhi oleh faktor

individu yang melatarbelakanginya, dan juga dipengaruhi oleh faktor

kepala sekolah dan guru yang dalam penelitian ini terdiri dari Kinerja

(13)

b) Dari segi praktis.

Penelitian ini nanti diharapkan dapat memberi masukan bagi

pihak-pihak yang berwenang sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan

kebijakan dalam mengembangkan kinerja Kepala Sekolah dan Kinerja

Guru. Dengan melalui ketepatan dalam rekrutmen Kepala Sekolah,

serta pembinaannya dalam upaya mengembangkan kinerja Kepala

Sekolah, serta kebijakan manajemen sekolah untuk mendorong

terciptanya kinerja yang kondusif, kreatrif dan dinamis, sebagai upaya

peningkatan mutu prestasi belajar yang menjadi tuntutan dewasa ini,

dapat terlaksana dalam tataran teknis pendidikan, yakni pembelajaran.

D. Kerangka Berfikir

Mutu prestasi belajar tidak dapat dilepaskan dari komponen sistem

pendukungnya seperti siswa sebagai raw input; kurikulum, sarana dan

prasarana, media/bahan belajar, pendidik, manajemen, dan biaya sebagai

instrumental input; serta lingkungan belajar sebagai environmental input.

Kualitas proses dan hasil pendidikan hanya akan dapat dicapai jika mendapat

dukungan penuh dari setiap komponen sistem pendukungnya.

Diantara sekian banyak komponen Mutu pendidikan, pendidik (guru)

merupakan aspek utama yang memberikan andil cukup besar dalam

menentukan Mutu Pendidikan khususnya kualitas proses dan hasil belajar

siswa. Suyanto dan Hisyam (2000:27) menyebutkan bahwa ” guru memang

merupakan salah satu komponen mikro sistem mutu pendidikan yang sangat

(14)

11

luas, khususnya dalam mutu pendidikan persekolahan”. Dalam hal ini mutu

presta belajar yang dimaksud adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan

yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari

aktivitas dalam belajar di sekolah khusus untuk mata pelajaran yang di UN

kan yang terdiri dari 4 (empat) mata pelajaran yaitu: Bahasa Indonesia,

Bahasa Inggris, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

Suatu pengajaran akan sangat tergantung pada kemampuan mengajar

guru, maka kegiatan mengajar menaruh perhatian utama pada kompetensi

profesional guru yang pada gilirannya akan meningkatkan proses belajar

mengajar dan kualitas mutu pendidikan akan direfleksikan pada peningkatan

mutu prestasi belajar siswa. Dengan demikian kepala sekolah secara otomatis

akan mampu mengidentifikasi para guru, yang bermasalah atau yang kurang

profesional dalam melaksanakan tugas, sehingga pada akhirnya diketahui titik

kelemahan yang menghambat pencapaian tujuan pendidikan untuk

selanjutnya dicarikan solusinya bagi peningkatan mutu prestasi belajar

dilingkungan MTs Negeri Kota Tangerang khususnya pada mata pelajaran

yang di UN kan yaitu: Bahasa indonesia, Bahasa Inggria, Matematika dan

(15)

Secara konseptual paradigma pikir penelitian dapat digambarkan

sebagai berikut:

Gambar 1.1 Kerangka Pikir

E. Asumsi

Dalam penelitian ini asumsi yang mendasari dari kerangka penelitian

dapat dikemukakan sebagai beriktu:

1. Kepala sekolah sebagai pimpinan lembaga pendidikan formal mempunyai

tugas dan tanggungjawab untuk mengelola sebagai sumber daya yang

dimiliki untuk mencapai tujuan pendidikan. Upaya untuk memberdayakan Kinerja

- Kinerja kepala sekolah

tidak terprogram - Kepala sekolah kurang

kreatif

- Visi dan misi kepala sekolah tidak jelas - Kinerja Guru kurang

optimal

- Kinerja Guru kurang dinamis, cenderung statis

- Mutu pendidikan kurang berkembang - Prestasi siswa tidak

mengalami peningkatan

(16)

13

segala sumber daya yang dimiliki oleh sekolah mencapai tujuan sekolah

inilah yang dinamakan dengan manajemen pendidikan di MTs Negeri

Kota Tangerang, yang merupakan bagian dari administrasi pendidikan

secara keseluruhan.

2. Setiap orang pada dasarnya merupakan agen perubahan, dan guru sebagai

pendidik mempunyai tanggung jawab untuk melakukan perubahan

tersebut dalam melaksanakan peran dan tugasnya di sekolah.

” Guru bukan hanya sebagai pengajar materi yang mengisi kognitif siswa, tetapi juga sebagai pendidik yang mampu membimbing dan mengembangkan siswa sesuai dengan bakat masing-masing”. (Martinus Yamin dan Maisah, 2010:36)

3. Guru profesional adalah guru yang mengedepankan mutu dan kualitas

pelayanan dan produknya, layanan guru harus memenuhi standarisasi

kebutuhan masyarakat, bangsa dan pengguna serta memaksimalkan

kemampuan peserta didik berdasar potensi dan kecakapan yang dimiliki

masing-masing individu.

4. Mutu Prestasi Belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mutu

prestasi belajar pada mata pelajaran yang di UN kan yang terdiri dari 4

mata pelajaran yaitau: Bahasa Indinesia, Bahasa Inggri, Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

F. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, dapat dirancang hipotesis

penelitian sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh positif dan signifikan dari Kinerja Kepala Sekolah

(17)

2. Terdapat pengaruh positif dan signifikan dari KinerjaGuru terhadap Mutu

Prestasi Belajar di MTs Negeri Kota Tangerang.

3. Terdapat saling pengaruh mempengaruhi antara Kinerja Kepala Sekolah

dan Kinerja Guru di MTs Negeri kota Tangerang

4. Terdapat pengaruh positif dan signifikan Kinerja Kepala Sekolah dan

Kinerja Guru secara bersama-sama terhadap Mutu Prestasi Belajar di

(18)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, karena menggunakan data yang tidak

mengalami perlakuan khusus dalam pengumpulan data (bersifat alamiah,

bukan buatan), maka penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian survey

(Sugiyono, 2008:12). Penelitian survey menurut Sangarimbun dan Effendi

(1989:3) adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi

dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok.

Menurut Alreck dan Settle (1995:456) mengatakan bahwa:

A research technique where information requirement are specified, a population is identified, a sample selected and systematically questioned, and the results analyzed, generalized to the population, and reported to meet the information needs.

Servey adalah merupakan teknik/metode penelitian yang dimaksudkan untuk

memperoleh informasi dari suatu sampel dalam suatu populasi untuk

kemudian dianalisis guna memperoleh generalisasi atas populai dimana

sampel itu diambil/ditarik.

B. Pola Dasar Penelitian

Pola hubungan antara variabel yang akan diteliti disebut sebagai pola

dasar penelitian. Jadi pola dasar penelitian dalam hal ini diartikan sebagai

pola pikir yang menunjukkan hubungan antara variable yang akan diteliti

yang sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu

(19)

hipotesis, jenis dan jumlah hipotesis, dan teknik analisis statistik yang akan

digunakan. Berdasarkan hal ini maka bentuk-bentuk pola dasar atau model

penelitian kuantitatif khusunya untuk penelitian survey seperti gambar 3.1

berikut (Sugiyono, 2008:65-66).

Gambar 3.1 Pola dasar penelitian

X1 : Kinerja Kepala Sekolah

X2 : Kinerja Guru

Y : Mutu Prestasi Belajar

Pola dasar penelitian atau pola hubungan antar variabel penelitian

pada dasarnya merupakan rencana studi/penelitian yang menggambarkan

prosedur dalam menjawab pertanyaan masalah penelitian. Menurut Stelltiz

dalam Umar (2003:90) terdapat tiga jenis desain penelitian yaitu: desain

eksploratoris, desain deskriptif, dan desain kausal. Desain eksploratoris

merupakan desain penelitian untuk menjajagi dan mencari ide-ide atau

hubungan-hubungan yang baru atas persoalan-persoalan yang relatif baru.

Desain deskriptif merupakan desain penelitian yang bertujuan menguraikan

sifat atau karakteristik suatu gejala atau masalah tertentu, dan desain kausal

X1

X2

(20)

76

merupakan desain penelitian yang bertujuan untuk menganalisis

hubungan-hubungan atau pengaruh antar variabel.

Dengan mengacu pada masalah penelitian serta jenis desain penelitian,

maka desain penelitian ini adalah desain kausal, dimana kajiannya

dimaksudkan untuk menganalisis hubungan/pengaruh antar variabel yaitu

Mutu Prestasi Belajar (Y), Kinerja Kepala Sekolah (X1) dan Kinerja Guru

(X2).

C. Populasi dan Penentuan Sampel

1. Populaasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala sekolah dan guru

di Madrasah Tsanwiyah Negeri kota Tangerang Banten. Penyebarannya

seperti terlihat dalam tabel berkut:

Tabel 3.1a

Populasi Penelitian

Di MTs Negeri Kota Tangerang

No Nama sekolah

Populasi

Jumlah

Kepala sekolah Guru

1. MTs Negeri Tangerang 1 52 53

2. MTs Negeri Benda 1 51 52

3. MTs Negeri Cipondoh 1 45 46

(21)

2. Sampel

Teknik yang digunakan untuk menentukan sample dalam penelitian ini

adalah dengan menggunakan teknik simple random sampling yaitu cara

pengambilan sample dari anggota populasi dengan cara acak tanpa

memperhatikan strata atau tingkatan dalam anggota populasi tersebut. (Akdon

2008:100).

Roscoe dalam bukunya yang berjudul Research Methods for Busines

(Sugiyono, 2008:131-132) memberikan saran-saran tentang ukuran sampel

untuk penelitian seperti berikut ini:

1) Ukuran sample yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500.

2) Bila sampel dibagi dalam kategori (misalnya: pria-wanita, pegawai negeri-swasta dan lain-lain), maka jumlah anggota sampel setiap kategori minimal 30.

3) Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan

multivariate (korelasi atau regresi ganda misalnya), maka

jumlah anggota sampel minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti. Misalnya variable penelitiannya ada 5 (independent

dan dependent), maka jumlah anggota sample = 10 x 5 = 50.

4) Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka jumlah anggota sample masing-masing kelompok antara 10 sampai dengan 20.

Karena jumlah variabel dalam penelitian ini ada 3 (tiga) variabel,

yaitu 2 (dua) variabel bebas (independent) dan 1 (satu) variable terikat

(dependent), maka penulis menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini

adalah 45 sampel. Pengambilan sampel sebanyak 45 ini diambil secara acak

(random) dan proporsional pada kepala sekolah dan guru-guru yang tersebar

(22)

78

Tabel 3.1b

Penentuan Jumlah Sampel

Di MTs Negeri Kota Tangerang

No Nama Sekolah Jumlah Sampel

Jumlah Kepala sekolah Guru

1. MTs Negeri Tangerang 1 17 18

2. MTs Negeri Benda 1 14 15

3. MTs Negeri Cipondoh 1 11 12

Jumlah 3 42 45

D. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini variabel-variabel yang telah dikaji terdiri dari tiga

variabel, yaitu Mutu Prestasi Belajar (Y), Kinerja Kepala Sekolah (X1) dan

Kinerja Guru (X2). Dari masing-masing variabel tersebut dikelompokkan ke

dalam dua jenis variabel, yaitu variabel bebas (independent variable) yang

terdiri dari variabel X1 dan X2, dan variabel terikat (dependent variable) yang

terdiri dari variabel Y.

Dalam kaitannya dengan pelaksanaan penelitian, maka

variabel-variabel tersebut perlu dijabarkan ke dalam bentuk operasional guna

melakukan pengukuran bagi kepentingan analisis. Untuk itu berikut ini akan

dikemukakan operasional dari variabel tersebut serta penjabarannya ke dalam

(23)

1. Mutu Prestasi Belajar (Y)

Mutu prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan

yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari

aktivitas dalam belajar di sekolah. Dengan indikator input, proses, output

dan outcome. Dalam penelitian ini, mutu prestasi belajar untuk mata

pelajaran yang di UN kan yang terdiri dari 4 mata pelajaran yaitu Bahasa

Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

(IPA).

2. Kinerja Kepala Sekolah (X1)

Kinerja Kepala Sekolah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

kemampuan kepala sekolah dalam mempimpin organisasi sekolah.

Kepemimpinan dapat menentukan arah atau tujuan yang dikehendaki, dan

dengan cara bagaimana arah atau tujuan tersebut dapat dicapai. Berkenaan

dengan hal tersebut indikator kinerja kepala sekolah sebagai berikut:

a. Supportif (memberi semangat/dukungan),

b. Collegalial (kerjasama/pertemanan),

c. Intimate (intim/akrab/kepedulian),

d. Directive (mengendalikan/ mengarahkan),

e. Kondusif (sejuk dan menyenangkan),

f. Compact (kompak).

2. Kinerja Guru(X2)

Penelitian ini akan memotret variabel kinerja guru, yang dimaksud dengan

(24)

80

saat menjalankan tugas dan kewajibannya dalam bidang pengajaran

berdasarkan rumusan subvariabel dan indikator-indikator kinerja guru

yang dikembangkan dan dimodifikasi. Berkenaan dengan hal tersebut

indikator-indikator kinerja guru sebagai berikut.

a. Kemampuan : - Penguasaan materi

- Penguasaan metode

b. Prakarsa/inisiatif : - Berfikir positif

- Mewujudkan kreativitas

- Pencapaian prestasi

c. Ketepatan waktu : - Waktu kedatangan

- Waktu pulang

d. Kualitas hasil kerja : - Pemahaman siswa

- Kepuasan siswa

- Prestasi siswa

e. Komunikasi : - Penguasaan keadaaan kelas

- Mutu penyampaian materi

E. Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus

ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan

instrumen penelitian. Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang

digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono,

(25)

Instrumen penelitan dalam bidang pendidikan sering disusun sendiri,

termasuk menguji validitas dan reliabilitasnya. Instrumen dalam penelitian ini

ada tiga, yaitu instrument untuk mengukur kinerja kepala sekolah, kinerja

guru dan mutu prestasi belajar.

Sesuai dengan karakteristik penelitian dengan pendekatan kuantitatif,

penyusunan instrumen penelitian sebagai alat untuk mengumpulkan data

menjadi hal yang penting yang akan menentukan pada kualitas hasil

penelitian. Dalam hubungan ini alat pengumpul data, khususnya angket,

dimaksudkan untuk mengukur variabel-variabel penelitian sehingga dapat

diperoleh data kuantitatif untuk kemudian dilakukan analisis dengan

menggunakan formula statistik yang relevan dengan tujuan penelitian.

Untuk lebih jelasnya instrumen penelitian ini disusun dalam bentuk

kisi-kisi sebagai berikut.

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Variabel Dimensi Indikator No.

Item

•Berfikir akademis, mendengarkan kritik

(26)

82

Compact (kompak) •kebersamaan 13,14,

15,16 Kinerja Guru

(X2)

Kemampuan •Menguasai materi

•Penguasaan metode

1,2,3,4

Prakarsa/inisiatif •Berpikir positif

•Mewujudkan kreatifitas

•Pencapaian prestasi

5,6,7,8

Ketepatan waktu •Waktu kedatangan

•Waktu pulang

9,10,11

Kualitas hasil kerja •Pemahaman siswa

•Kepuasan siswa

•Prestasi siswa

12,13,1 4

Komunikasi •Penguasaan keadaan kelas

•Mutu penyampaian materi

15,16

Mutu Prestasi Belajar (Y)

Input •Selektif 1,2,3,4

Proses •Pengambilan

keputusan,pengelolaan

Out come • Kemampuan siswa 14,15.1

6

1. Pengujian Instrumen

a) Uji Validitas

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk

mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen

tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur

(Sugiyono, 2005:267). Validitas instrumen dalam penelitian ini

diawali dengan validitas konstrak (construct validity) dan validitas isi

(27)

dapat digunakan pendapat dari ahli (judment experts). Dalam hal ini

setelah instrumen dikonstruksi tentang isi dan aspek-aspek yang akan

diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya

dikonsultasikan dengan para ahli. Para ahli diminta pendapatnya

tentang instrumen yang telah disusun. Mungkin para ahli akan

memberi keputusan: instrumen dapat digunakan tanpa perbaikan, ada

perbaikan, dan mungkin dirombak total. Jumlah tenaga ahli yang

digunakan minimal tiga orang dan umumnya mereka yang telah

bergelar doktor sesuai dengan lingkup yang diteliti (Sugiyono,

2008:177).

Setelah pengujian validitas konstrak dan validitas isi dari ahli dan

berdasarkan pengalaman selesai, maka diteruskan dengan uji validitas

empirik (empirical-validity) di lapangan, yaitu dengan

mengkorelasikan antar skor item instrumen dalam suatu faktor, dan

mengkorelasikan skor faktor dengan skor total, dengan menggunakan

rumus Pearson Product Moment:

Ha : instrumen soal valid.

Ho : instrumen soal tidak valid

α = 0,05 atau 5%

(28)

84

b) Uji Reliabilitas

Instrumen yang reliabel berarti instrumen yang bila digunakan

beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan

data yang sama (Sugiyono, 2005:267). Pengujian reliabilitas instrumen

dapat dilakukan secara eksternal maupun internal. Secara eksternal

dapat dilakukan dengan test-retestb (stability), equivalent, dan

gabungan keduanya. Secara internal reliabilitas instrumen dapat diuji

dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen

dengan teknik tertentu (Sugiyono, 2005:273).

Untuk menguji reliabilitas instrumen dalam penelitian, dapat

digunakan Teknik Belah Dua (split half) yang dianalis dengan rumus

Spearman Brown. Untuk keperluan itu, maka butir-butir instrumen

dibelah menjadi dua kelompok, yaitu kelompok instrumen nomor

ganjil dan kelompok instrumen nomot genap. Selanjutnya skor total

antara kelompok ganjil dan kelompok genap dicari korelasinya dengan

menggunakan rumus Pearson Product Moment:

Kemudian hasil korelasi tersebut dimasukkan dalam rumus Spearman

Brown:

11 (Sugiyono, 2008:190)

Riduwan dan Sunarto (2007:348) mengatakan:

(29)

Reriabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah dianggap baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Reiliabel artinya dapat dipercaya juga dapat diandalkan. Pengujian reliabilitas dapat dilakukan secara eksternal (stability/test retest,

equivalent atau gabungan keduanya) dan secara internal

(analisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen).

Dalam analisis ini apabila item dikatakan valid pasti rerliabel

(Riduwan dan Sunarto, 2007:353).

2. Uji Coba Instrumen

Untuk melakukan uji coba instrumen secara empirik dalam penelitian ini

dilakukan pada 20 responden yang terdiri dari kepala sekolah dan

guru-guru MTs Negeri di Kota Tangerang yang diambil secara acak. Dan

hasilnya sebagaimana ditemukan pada tabel berikut:

Tabel 3.3

Uji validitas empirik instrumen

Kinerja Kepala Sekolah (X1)

No. Koefisien T T

Keputusan Item

Pertanyaan Korelasi (hitung) (tabel)

1 0,89 8,18 1,73 valid

2 0,89 8,48 1,73 valid

3 0,95 12,30 1,73 valid

4 0,86 7,09 1,73 valid

5 0,94 11,87 1,73 valid

6 0,86 7,19 1,73 valid

7 0,95 12,30 1,73 valid

8 0,94 11,35 1,73 valid

9 0,95 12,30 1,73 valid

10 0,92 9,79 1,73 valid

11 0,86 7,29 1,73 valid

12 0,95 12,30 1,73 valid

13 0,86 7,09 1,73 valid

14 0,95 12,30 1,73 valid

15 0,86 7,19 1,73 valid

(30)

86

Dari Tabel 3.4 di atas, ternyata dari 16 item soal yang diujicobakan secara

empirik, insturmen penelitian (angket) Kinerja Kepala Sekolah semuanya

terbukti valid. Sehingga semua item soal yang sudah diujicobakan akan

dipakai dalam penelitian ini (Perhitungan selengkapnya lihat lampiran

3.4).

Selanjutnya dilakukan uji reliabilitas instrument (angket) Kinerja Kepala

Sekolah (X1) dengan menggunakan teknik belah-dua (split-half). Dan

hasilnya menunjukkan bahwa r-hitung > r-tabel (0,99 > 0,46), yang berarti

instrument angket Kinerja Kepala Sekolah reliable (Perhitungan

selengkapnya lihar lampiran 3.3).

Tabel 3.4

Uji validitas empirik instrumen

Kinerja Guru (X2)

No. Koefisien T t

Keputusan Item

Pertanyaan Korelasi (hitung) (tabel)

1 0,86 7,17 1,73 valid

2 0,85 6,72 1,73 valid

3 0,88 8,05 1,73 valid

4 0,83 6,33 1,73 valid

5 0,91 9,08 1,73 valid

6 0,83 6,26 1,73 valid

7 0,83 6,25 1,73 valid

8 0,87 7,50 1,73 valid

9 0,92 9,78 1,73 valid

10 0,93 11,16 1,73 valid

11 0,74 4,62 1,73 valid

12 0,93 11,16 1,73 valid

13 0,90 8,82 1,73 valid

14 0,93 11,16 1,73 valid

15 0,90 8,94 1,73 valid

(31)

Berdasarkan Tabel 3.3 di atas, ternyata dari 16 item soal yang

diujicobakan secara empirik, insturmen penelitian (angket) Kinerja Guru

semuanya terbukti valid. Sehingga semua item soal yang sudah

diujicobakan akan dipakai dalam penelitian ini (Perhitungan selengkapnya

lihat lampiran 3.3).

Selanjutnya dilakukan uji reliabilitas instrument (angket) Kinerja Guru

(X2) dengan menggunakan teknik belah-dua (split-half). Dan hasilnya

menunjukkan bahwa r-hitung > r-tabel (0,99 > 0,46), yang berarti

instrument angket Kinerja Guru reliable (Perhitungan selengkapnya lihat

lampiran 3.4).

Tabel 3.5

Uji validitas empirik instrumen

Mutu Prestasi Belajar (Y)

No. Koefisien t t

Keputusan Item

Pertanyaan Korelasi (hitung) (tabel)

1 0,85 6,95 1,73 valid

2 0,80 5,69 1,73 valid

3 0,88 7,94 1,73 valid

4 0,94 12,23 1,73 valid

5 0,91 9,33 1,73 valid

6 0,95 13,38 1,73 valid

7 0,88 7,86 1,73 valid

8 0,91 9,33 1,73 valid

9 0,85 6,95 1,73 valid

10 0,97 16,68 1,73 valid

11 0,90 8,52 1,73 valid

12 0,95 13,38 1,73 valid

13 0,95 13,38 1,73 valid

14 0,95 13,38 1,73 valid

15 0,94 11,54 1,73 valid

(32)

88

Melihat Tabel 3.5 di atas, ternyata dari 16 item soal yang diujicobakan

secara empirik, insturmen penelitian (angket) Mutu Prestasi belajar

semuanya terbukti valid. Sehingga semua item soal yang sudah

diujicobakan akan dipakai dalam penelitian ini (Perhitungan selengkapnya

lihat lampiran 3.5).

Selanjutnya dilakukan uji reliabilitas instrument (angket) Mutu Prestasi

belajar (Y) dengan menggunakan teknik belah-dua (split-half). Dan

hasilnya menunjukkan bahwa r-hitung > r-tabel (0,99 > 0,46), yang berarti

instrument angket Mutu Prestasi belajar reliable (Perhitungan

selengkapnya lihar lampiran 3.5).

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan suatu cara yang dilakukan untuk

memperoleh data yang diperlukan untuk kepentingan penelitian. Adapun

teknik pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah angket,

wawancara, observasi dan studi dokumentasi.

1. Angket

Angket merupakan daftar pertanyaan-pertanyaan tertulis untuk

memperoleh data yang disebarkan kepada seluruh responden yang

menjadi sampel dalam penelitian.

2. Wawancara

Wawancara merupakan suatu teknik pemerolehan data melalui tanya

jawab dengan pihak yang ada hubungannya dengan permasalahan yang

(33)

pejabat yang membidangi MTsN di Kota Tangerang. Wawancara ini

dimaksudkan untuk menambah pemahaman tentang masalah yang

menjadi fokus dalam penelitian ini.

3. Observasi

Yaitu teknik pemerolehan data melalui pengamatan langsung kepada

obyek penelitian. Dalam penelitian ini observasi dilakukan kepada semua

MTs Negeri di Kota Tangerang untuk lebih menambah pemahaman

tentang masalah yang menjadi fokus penelitian.

4. Studi Dokumentasi

Merupakan cara pemerolehan data melalui bukti-bukti atau dokumen

tertulis yang berkaitan dengan masalah penelitian. Dokumen-dokumen

yang menjadi sumber data diperoleh dari MTsN dan Mapenda Kota

Tangerang.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Uji Persyaratan Analisis

a) Uji Normalitas

Uji normalitas data ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah data

yang dikumpulkan berdistribusi normal atau tidak. Apabila ternyata

datanya berdistribusi normal maka olah data yang digunakan adalah

dengan statistik parametris, dan apabila datanya tidak normal, maka

(34)

90

Salah satu asumsi dari analisis regresi adalah linieritas. Maksudnya

apakah garis regresi antar variabel independent dan variabel dipendent

membentuk garis linier atau tidak. Kalau tidak linier maka analisis

regresi tidak dapat dilanjutkan (Sugiyono, 2008:265).

Adapun untuk menguji linieritas hubungan antar variabel dengan

menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Merumuskan Hipotesis, yaitu:

Ho : hubungan antar variabel berpola tidak llinier

Ha : hubungan antar variabel berpola linier

2) Mencari Jumlah Kuadrat Error (JKE), dengan rumus:

3) Mencari Jumlah Kuadrat Tuna Cocok (JKTC), dengan rumus:

4) Mencari Rata-rata Jumlah Kuadrat Tuna Cocok (RJKTC), dengan

(35)

5) Mencari Rata-rata Jumlah Kuadrat Error (RJKE), dengan rumus:

6) Mencari Nilai F(hitung), dengan rumus:

7) Mencari Nilai F (tabel), dengan rumus:

8) Menentukan keputusan pengujian linieritas, dengan ketentuan:

Jika, F (hitung) > F (tabel), maka Ho diterima dan Ha ditolak,

berarti linier, dan

Jika, F (hitung) < F (tabel), maka Ha diterima dan Ho ditolak,

berarti tidak linier (Riduwan, 2007:104).

2. Pengolahan dan Analisis Data

a) Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data adalah merupakan cara yang

ditetapkan dan dilakukan oleh peneliti dalam mengkaji data yang

diperoleh sehingga menjadi informasi yang dapat digunakan dalam

mewujudkan tujuan penelitian. Hal tersebut senada dengan pendapat

Surakhmad (1985:109) yang mengemukakan bahwa :

Mengolah data adalah usaha yang konkrit yang membuat data itu ”berbicara”, sebab betatapun besarnya jumlah dan tingginya nilai data yang terkumpul (sebagai hasil fase pelaksanaan pengumpulan data), apabila tidak disusun dalam satu organisasi dan diolah menurut sistematik yang baik, niscaya data itu tetap mempunyai bahan-bahan yang ”membisu seribu bahasa”.

(36)

92

Langkah-langkah pengolahan data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Penyeleksian data yang diperoleh dari angket sehingga dapat

diyakinkan bahwa data yang diperoleh layak untuk diolah sesuai

dengan kriteria yang telah ditetapkan.

2) Pembobotan nilai untuk setiap kemungkinan jawaban pada setiap

item variabel penelitian dengan menggunakan skala penilaian yang

telah ditentukan.

3) Menghitung skor rata-rata dari setiap variabel untuk mengetahui

kecenderungan umum jawaban responden terhadap variabel

penelitian.

4) Mencari kecenderungan skor rata-rata setiap variabel dengan

rumus sebagai berikut :

responden

5) Mengkonsultasikan rata-rata dengan tabel konsultasi hasil

perhitungan sebagai berikut :

Penentuan kualifikasi penafsiran dan rentang nilai dari

konsultasi hasil perhitungan didasarkan dari pengembangan nilai skala

(37)

pengembangan tersebut maka diperoleh tabel konsultasi hasil

perhitungan kecenderungan rata-rata sebagai berikut :

Tabel 3. 6

Tabel Konsultasi Hasil Perhitungan Kecenderungan Skor Rata-Rata

RENTANG NILAI KRITERIA

4,01 – 5,00

(X1) terhadap Mutu Prestasi Belajar (Y)

Pertama kali yang harus dilakukan adalah menguji korelasi antar

variabel, dengan merumuskan hipotesis sebagai berikut:

Ho : tidak ada hubungan antara kinerja kepala sekolah dengan mutu

prestasi belajar.

Ha : ada hubungan antara kinerja kepala sekolah dengan mutu

prestasi belajar.

Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan rumus:

Dan dilanjutkan uji signifikansi dengan menggunakan rumus:

(38)

94

Kemudian nilai t-hitung dibandingkan dengan nilai t-tabel dengan

derajat kebebasan, dk = n-2 dan derajat kesalahan 5%, dengan

ketentuan:

Ho: diterima, jika nilai t-hitung lebih kecil dari nilai t-tabel dan

Ha: diterima, jika nilai t-hitung lebih besar dari nilai t-tabel.

Analisa selanjutnya adalah menghitung persamaan regresinya.

Persamaan regresi dapat digunakan untuk melakukan prediksi

seberapa tinggi nilai variabel dependen bila nilai variabel independen

dimanipulasi atau dirubah-rubah (Sugiyono, 2008:261).

Adapun persamaan regresi yang dimaksud adalah:

Dimana,

Y = nilai yang diprediksikan

a = konstanta

b = koefisien regresi

X = nilai variabel independen

(39)

Kemudian menentukan koefisien determinasi dengan mencari nilai

r 2, untuk menentukan prosentasi pengaruh variabel independen

terhadap variabel dependen (Sugiyono, 2005:250).

c) Untuk menguji hipotesis ada pengaruh Kinerja Guru (X2) terhadap

Mutu Prestasi belajar (Y)

Pertama kali yang yang dilakukan adalah menguji korelasi antar

variabel, dengan merumuskan hipotesis sebagai berikut:

Ho : tidak ada hubungan antara kinerja guru dengan mutu prestasi

belajar.

Ha : ada hubungan antara kinerja guru dengan mutu prestasi belajar.

Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan rumus:

(Sugiyono, 2008:259)

Dan dilanjutkan uji signifikansi dengan menggunakan rumus:

(Sugiyono, 2008:259)

Kemudian nilai t-hitung dibandingkan dengan nilai t-tabel dengan

derajat kebebasan, dk = n-2 dan derajat kesalahan 5%, dengan

ketentuan:

Ho: diterima, jika nilai t-hitung lebih kecil dari nilai t-tabel dan

Ha: diterima, jika nilai t-hitung lebih besar dari nilai t-tabel.

) ( ) ( x2 y2

xy rxy

Σ Σ

Σ =

2 1

2

r n r t

(40)

96

Analisa selanjutnya adalah menghitung persamaan regresinya.

Persamaan regresi dapat digunakan untuk melakukan prediksi

seberapa tinggi nilai variabel dependen bila nilai variabel independen

dimanipulasi atau dirubah-rubah (Sugiyono, 2008:261). Adapun

persamaan regresi yang dimaksud adalah:

Dimana,

Y = nilai yang diprediksikan

a = konstanta

b = koefisien regresi

X = nilai variabel independen

Untuk mencari nilai a dan b pada persamaan regresi, dengan

menggunakan rumus:

(Sugiyono, 2005:245)

Kemudian menentukan koefisien determinasi dengan mencari nilai

r2, untuk menentukan prosentasi pengaruh variabel independen

terhadap variabel dependen (Sugiyono, 2005:250).

(41)

d) Untuk menguji hipotesis adanya saling pengaruh mempengaruhi

antara Kinerja Kepala Sekolah (X1) dan Kinerja Guru (X2)

Pertama kali yang harus dilakukan adalah menguji korelasi antar

variabel, dengan merumuskan hipotesis sebagai berikut:

Ho : tidak ada hubungan antara kinerja kepala sekolah dengan kinerja

guru.

Ha : ada hubungan antara kinerja kepala sekolah dengan kinerja guru.

Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan rumus:

(Sugiyono, 2008:259)

Dan dilanjutkan uji signifikansi dengan menggunakan rumus:

(Sugiyono, 2008:259)

Kemudian nilai t-hitung dibandingkan dengan nilai t-tabel dengan

derajat kebebasan, dk = n-2 dan derajat kesalahan 5%, dengan

ketentuan:

Ho: diterima, jika nilai t-hitung lebih kecil dari nilai t-tabel dan

Ha: diterima, jika nilai t-hitung lebih besar dari nilai t-tabel.

Analisa selanjutnya adalah menghitung persamaan regresinya.

Persamaan regresi dapat digunakan untuk melakukan prediksi

seberapa tinggi nilai variabel dependen bila nilai variabel independen

dimanipulasi atau dirubah-rubah (Sugiyono, 2008:261). Adapun

persamaan regresi yang dimaksud adalah:

) ( ) ( x2 y2

xy rxy

Σ Σ

Σ =

2 1

2

r n r t

(42)

98

Dimana,

Y = nilai yang diprediksikan

a = konstanta

b = koefisien regresi

X = nilai variabel independen

Untuk mencari nilai a dan b pada persamaan regresi, dengan

menggunakan rumus:

(Sugiyono, 2005:245)

Kemudian menentukan koefisien determinasi dengan mencari nilai

r 2, untuk menentukan prosentasi pengaruh variabel independen

terhadap variabel dependen (Sugiyono, 2005:250).

e) Untuk menguji hipotesis ada pengaruh Kinerja Kepala Sekolah

(X1) dan Kinerja Guru (X2) secara bersama-sama terhadap Mutu

Prestasi Belajar (Y).

Pertama kali yang harus dilakukan adalah menguji korelasi antar

variabel, dengan merumuskan hipotesis sebagai berikut:

Ho : tidak ada hubungan antara kinerja kepala sekolah dan kinerja

guru secara bersama-sama dengan mutu prestasi belajar.

(43)

Ha : ada hubungan antara kinerja kepala sekolah dan kinerja guru

secara bersama-sama dengan mutu prestasi belajar.

Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan rumus:

Dan dilanjutkan uji signifikansi dengan menggunakan rumus:

Dimana,

R : koefisien korelasi ganda

k : jumlah variable independen

n : jumlah sampel

(Sugiyono, 2008:266)

Kemudian nilai F-hitung dibandingkan dengan nilai F-tabel dengan

derajat kebebasan, dk pembilang = k dan dk penyebut = (n-k-1) dan

(44)

100

Ho: diterima, jika nilai F-hitung lebih kecil dari nilai F-tabel dan

Ha: diterima, jika nilai F-hitung lebih besar dari nilai F-tabel.

Analisa selanjutnya adalah menghitung persamaan regresi ganda.

Persamaan regresi ganda ini dapat digunakan untuk melakukan

prediksi seberapa tinggi nilai variabel dependen bila nilai kedua

variabel independen secara bersama-sama dimanipulasi atau

dirubah-rubah (Sugiyono, 2008:267). Adapun persamaan regresi ganda yang

(45)

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengkaji

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi Mutu Prestasi belajar dengan fokus

pada Kinerja Kepala Sekolah dan Kinerja Guru, yang mengambil lokasi di

Kota Tangerang dengan obyek penelitiannya adalah Kepala sekolah dan guru

Madrasah Tsanawiyah Negeri. Dari hasil penelitian di lapangan dan analisis

data, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Kinerja kepala sekolah dan Guru MTs Negeri di Kota Tangerang

tergolong cukup, dan Mutu Prestasi Belajar MTs Negeri di Kota

Tangerang tergolong cukup.

2. Kinerja Kepala Sekolah MTs Negeri di Kota Tangerang berpengaruh

positif dan signifikan terhadap Mutu Prestasi Belajar MTs Negeri di Kota

Tangerang.

3. Kinerja Guru MTs Negeri di KotaTangerang berpengaruh positif dan

signifikan terhadap Mutu Prestasi Belajar MTs Negeri di Kota Tangerang.

4. Kinerja Kepala Sekolah dan Guru di MTs Negeri Kota Tangerang saling

berpengaruh positif dan signifikan.

5. Kinerja Kepala Sekolah dan Guru di MTs Negeri Kota Tangerang

berpengaruh positif dan signifikan terhadap Mutu Prestasi Belajar di MTs

(46)

143

B. Implikasi

Dengan mengacu pada hasil penelitian dan kesimpulan sebagaimana

di kemukakan di atas, terdapat beberapa implikasi yang perlu dicermati dalam

upaya meningkatkan kualitas pendidikan melalui peningkatan kinerja guru.

Hal ini dikarenakan tantangan yang diakibatkan oleh perubahan yang cepat di

era global, dimana kemampuan daya saing bangsa pada akhirnya akan

ditentukan oleh kemampuan SDM bangsa untuk mampu bersaing. Guru

sebagai perancang masa depan anak sudah barang tentu dituntut untuk

mendidik siswa ke arah yang demikian, dan hal ini hanya dapat dilakukan

secara efektif apabila guru melaksanakan peran dan tugasnya dengan baik.

1. Upaya untuk meningkatkan dan mengembangkan kinerja guru agar

ditempatkan dalam konteks organisasi sekolah secara keseluruhan. Hal ini

dimaksudkan agar peningkatan dan pengembangan kinerja guru

merupakan bagian yang terintegrasi dengan program sekolah, sehingga

pengembangannya dapat berkesinambungan, karena mendapat dukungan

dari organisasi.

2. Mutu Prestasi Belajar apabila berhasil dikembangkan secara terus

menerus akan membantu dalam keberhasilan pengembangan inovasi

pendidikan dalam tataran teknis melalui pelaksanaan peran dan tugas guru

dalam proses pembelajaran. Untuk itu diperlukan upaya untuk

mengintegrasikan berbagai perkembangan baru dan kebijakan baru dalam

bidang pendidikan/pembelajaran dengan tataran institusi organisasi dan

(47)

seluruh anggota organisasi sekolah. Hal itu berarti bahwa pengembangan

manajemen sekolah perlu didorong untuk dapat menciptakan kondisi yang

kondusif bagi perkembangannya sikap kreatif guru yang pada gilirannya

kreatif ini akan berdampak pada kinerja guru yang lebih baik. Kebijakan

baru pemerintah untuk mendorong peningkatan kualitas pendidikan dapat

terintegrasi dengan manajeman pendidikan di sekolah. Dengan

terintegrasinya hal tersebut, maka organisasi sekolah akan terdorong untuk

melakukan pembelajaran dari mulai tataran individu sampai pada tataran

organisasi. Dan apabila hal ini dapat terwujud, maka kinerja kepala

sekolah akan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari Kinerja Guru.

C. Rekomendasi.

Berdasarkan hasil penelitian, kesimpulan dan implikasi sebagaimana

dikemukakan terdahulu, maka berikut ini akan dikemukakan beberapa

rekomendasi:

1. Untuk MTs Negeri (Kepala Sekolah); (a) Kepala sekolah perlu

mengembangkan kegiatan yang dapat mendorong pada peningkatan

kompetensi/kemampuan guru baik yang langsung terkait dengan proses

pembelajaran, maupun yang kompetensi lain yang dapat menunjang pada

peningkatan kualitas pembelajaran sebagai bagian dari pengembangan

profesional guru; (b) Kepala sekolah perlu mendorong tercapainya

lingkungan sekolah yang terbuka terhadap berbagai perubahan yang

terjadi di masyarakat. Hal ini akan mendorong pada pemerolehan

(48)

145

transfer of learning melalui pelaksanaan pembelajaran yang inovatif di

kelas, yang pada akhirnya melalui pembelajaran bersama di sekolah hal

tersebut akan berpengaruh pada seluruh guru yang menjadi anggota

organisasi sekolah. Dan dalam kontek ini peran kepala sekolah akan

menentukan pada terjadinya pembelajaran organisasi yang bila hal

tersebut berlangsung secara berkesinambungan akan menjadikan sekolah

sebagai organisasi pembelajar (learning schoolI).

2. Untuk Kementerian Agama (Mapenda); (a) Perlu upaya/kebijakan yang

dapat memperkuat manajemen sekolah agar posisi kepala sekolah

menjadi suatu profesi tersendiri, bukan hanya sekedar guru yang diberi

tugas tambahan. Dengan kepala sekolah menjadi profesi yang khusus,

maka rekrutmen kepala sekolah akan lebih menitikberatkan pada

kompetensi/kemampuan manajerial dan kepemimpinan, serta

pengembangan profesinya akan lebih mengacu pada penguatan

menajemen dan kepemimpinan pendidikan kepala sekolah; (b)

Menggiatkan kembali pengembangan manajemen berbasis sekolah agar

sekolah menjadi makin mandiri dalam menjalankan peran dan fungsinya

di masyarakat. Oleh karena itu berbagai pengaturan yang cenderung

mengurangi inisiatif sekolah melakukan kegiatan yang produktif bagi

peningkatan kualitas pendidikan secara bertahap perlu dikurangi, sehingga

kepala sekolah mempunyai kebebasan yang cukup untuk berekspresi

dalam menjalankan kepemimpinan di sekoloh; (c) Seiring dengan

(49)

pendidikan sarjana serta penilaian akan kompetensi guru, yang kemudian

diiringi dengan tambahan kompensasi dengan diberikannya tunjangan

profesi, maka Kementerian Agama (Mapenda) perlu mengembangkan

manajeman kinerja yang dapat mendorong pada peningkatan dan

pengembangan kinerja guru secara berkesinambungan. Hal ini

dimaksudkan agar tambahan/peningkatan financial reward melalui

tunjangan profesi dapat terkait dengan meningkatnya kinerja guru ke arah

yang lebih baik dan inovatif.

3. Untuk penelitian lebih lanjut; Perlu peningkatan lebih jauh dan mendalam

tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kreativitas dan Mutu

Prestasi Belajar dengan pendekatan yang berbeda, misalnya pendekatan

kualitatif, agar dapat diketahui secara lebih cermat dan mendalam tentang

faktor penentu dari Mutu Prestasi Belajar. Dan untuk pendekatan yang

sama, yakni kuantitatif, pengukuran variabel secara substantif bukan

didasarkan persepsi atas suatu kondisi, perlu dikembangkan untuk

(50)

DAFTAR PUSTAKA

Alma B, (2008), Kewirausahaan untuk Mahasiswa dan Umum, Bandung: Alfabeta.

_______, (2009). Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung: Alfabeta.

_______, dkk (2009). Guru Profesional Menguasai Metode dan Terampil

Mengajar. Bandung: Alfabeta

Abin, Syamsuddin (2002). Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda

Alreck, Pamela L., & Robert R. Sttle, (1995). The Survey Research Hand Book, Chicago, Irwin.

Arcaro, Jarome S. (2005). Pendidikan Berbasis Mutu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto S. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Atmosudirdjo, Prajudi. (1982). Administrasi dan Manajemen Umum, Jakarta:Ghalia Indonesia.

Barth, Rooland S. (1990). Improving shool from within. San Fransisco: Jossey – Bass.

Cuttance, Peter, (ed) (2001). Shool Innovation, Pathway to the Knowlwdge

society, Department of Education Australia, www.dest.govt.au (7

November 2009)

Danim S., (2009). Manajemen dan Kepemimpinan Transformasional Kepala

Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

_________. (2010). Kepemimpinan Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Davis, Stephen. Et.al (2005) School Leadership Study, Developing Successful

Principal, the Wallace foundation, Standford Educational Leadership

Institute, www.srnlead.org. (6 November 2009)

Departemen Agama RI. (2007). Kumpulan Undang-Undang dan Peraturan

(51)

Depdiknas Dirjen Dikdasmen Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. (1983).

Pedoman Pengembangan Sekolah Standar Nasional.

Depdiknas Dirjen Dikti Direktorat Ketenagakerjaan. (2007). Pedoman

Penyusunan Usulan dan Laporan Pengembangan Inovasi Pembelajaran di Sekolah Tahun 2007.

Depdiknas Dirjen Dikti Direktorat Ketenagakerjaan. (2007). Pedoman

Penyusunan Usulan dan Laporan Pengembangan dan Peningkatan Kualitas Pembelajaran LPTK (PPKP) Tahun Anggaran 2007.

Depdiknas Dirjen Dikdasmen Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. (2004).

Pedoman Pengembangan Sekolah Standar Nasional.

Depdiknas. (2005). Rencana Strategis Departeman Pendidikan Nasional

2005-2009.

Djamarah, Saiful, (2002). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Enoch, Jusuf. (1992). Dasar-dasar Perencanaan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Fullan, Michael, & Suzanne Stiegelbaver (1991). The New Meaning of

Educational Change, New York: Teahcer College Press.

Goleman, Daniel. (2006). The Socially Intelegent Leader, www. ASCD.org (7 November 2009)

Hoy, Wayne K., Cecil G. Miskel, (2001). Educational Administration 6th Edition, New York, McGraw Hill co.

Hammond, Linda Darling, & Gary Sykes. (1999). Teaching as the Learning

Profession, Handbook of Policy and Practice. San Francisco : Jossey –

Bass. .

_______, John Bransford. (2005). Preparing Teachers for A Changing World

What Tachers School Learn and Be Able to do. San Francisco: Jossey –

Bass.

_______ (2006). Powerful Teacher Education, Lessons from Examplary

Programs, San Francisco: Jossey – Bass.

_______, Artur E. Wise, Stephen P. Klein. (1999),. A License to Teach Raising

(52)

House, Ernest R,. (1974) The Politics of Educational Innovation. McCutchan Publishing Corporation.

Lueccke & Katz. (2003). www.en.wikipedia.com, (21 Maret 2010)

Locke, Edwin A., (1997). Esensi Kepemimpinan, Terj. Aris Ananda, Jakarta: Spektrum

Margioli, (2004). Profesional Development. Virgenia: ASCD.

Mitchel, T.R. dan Larson (1987). People and Organization; An Introduction to

Organizational Behavior. Singapure: Mc Graw Hill Inc.

Morris, Wayne (2006). Creativity, Its Place in Education, www.jpb.com (5 Juni 2009).

Margioli, Gabriel Diaz. (2000). Profesional Development. Virgenia: ASCD.

McCall, Jack. (1994). The Principal’s Edge. Princeston Junction-New Jersey, Eye on Education Inc.

McShane, Steven L., Mary Ann Von Gilnow (2005). Organzitional Behavior, New York, McGraw Hill

Mulyasa, E .(2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi, Remaja Rosda, Bandung.

_________, (2004). Menjadi Kepala Sekolah Profesional, dalam konteks

Menyukseskan MBS dan KBK. Bandund: Rosdakarya.

_________,(2010). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran

Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Pierce, John L., John W Newstorm (2006). Leader and The Leadership Process, New York, MicGraw Hill.

Quible, Zane K. (2005). Administrative Office Management. Pearson Prentice.

Razik, Taher A., Swanson, Austin D. (1995). Fundamental Concepts of

Educational leadership and Management, New Jersey. Prentice Hall.

Riduwan dan Sunarto. (2007). Pengantar Statistika, untuk Penelitian Pendidikan,

Sosial, Ekonomi Komunikasi, dan Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Ruky, Ahmad S. (2001). Sistem Manajemen Kinerja, Jakarta: Gramedia.

Gambar

Gambar 1.1 Kerangka Pikir
Gambar 3.1 Pola dasar penelitian
Tabel 3.1a
Tabel 3.1b
+6

Referensi

Dokumen terkait

Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah terakhir oleh Peraturan Presiden R.l&#34; Nomor 70 tahun 20'12, para peserta pengadaan diberi kesempatan menyampaikan sanggahan

disimpan pada suatu file dan kemudian mengolah data tersebut dengan menggunakan metode Fast Fourier Transform sehingga didapatkan pola suara yang diinginkan. Setelah

Paba bab 1: Pendahuluan, menguraikan tentang ruang lingkup ilmu ekonomi moneter dan berbagai isu atau pokok bahasan dalam ekonomi moneter, definisi dari uang,

Untuk mendapatkan hasil perbandingan yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan hasilnya penulis melakukan perbandingan terhadap ketiga hal dasar yaitu kecepatan akses

Caranya ambil daun pepaya terus tumbuk sampai halus kemudian campur degan air dan semprotkan ke seluruh permukaan daripada terpal atau campur dgn air kemudian di aduk-aduk

Obat Gatal Kulit Eksim - Bagi anda yang sedang mencari Eksim Basah Dan Obat Herbal Untuk Mengobatinya, anda tidak usah bingung, karna kami De Nature mempunyai Obat Eksim Basah

Selain itu uji hipotesis untuk perbandingan data pretest dan posttest kelas eksperimen didapatkan bahwa harga t-tabel lebih besar dari t-hitung (19,13&gt; 2,000) dengan

Hypnobreastfeeding berpengaruh terhadap sikap Ibu hamil trimester II tentang pemberian asi eklusif dimana ibu setelah dilakukan hypnobreastfeeding memiliki sikap yang lebih