PERNYATAAN . ... i
ABSTRAK ... ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... v
DAFTAR ISI ... ... ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... .. 8
C. Tujuan dan Kegunaan ... .. 8
D. Kerangka Berfikir ... .. 10
E. Asumsi ... .. 12
F. Hipotesis Penelitian... .. 13
BAB II LANDASAN TEORI A. . Mutu ... 15
1. Konsep Mutu (Kualitas) ... ... 15
2. Dimensi Kualitas ... ... 20
3. Dimensi Kualitas Jasa ... .. 21
4. Mutu Sekolah ... ... 28
B. . Prestasi Belajar Siswa ... ... 31
1. Hakikat Belajar ... . 31
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... . 33
3. Usaha ke arah peningkatan Prestasi Belajar ... 33
C. . Kinerja Kepala Sekolah ... ... 39
1. Konsep Kepemimpinan ... . 41
D. Kinerja Guru ... 54
1. Guru dalam Proses Pembelajaran ... 56
2. Pengembangan Preofesional Guru ... 65
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru ... .. 70
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. . Jenis Penelitian ... 74
B. . Pola Dasar Penelitian ... 74
C. . Populasi dan Penentuan Sampel ... 76
1. Populasi ... 76
2. ... Sample ... 77
D. Definisi Operasional ... 78
1. Mutu Prestasi belajar (Y) ... ... 79
2. Kinerja Kepala Sekolah (X1) ... 79
3. Kinerja Guru (X2) ... ... 79
E. .. Instrumen Penelitian ... 80
1. Pengujian Instrumen ... 82
2. Uji Coba Instrumen ... 85
F. .. Teknik Pengumpulan Data ... 88
G. . Teknik Analisis Data ... 89
1. Uji Persyaratan Analisis ... 89
2. Pengolahan dan Analisis Data ... 91
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. . Deskripsi Hasil Penelitian ………... 101
1. Kinerja Kepala Sekolah ……….……… 101
2. Kinerja Guru ……….... 103
3. Mutu Prestai Belajar ………. 105
B. . Analisis Data ……… 107
1. Uji Persyaratan Analisis ……… 107
2. Pengujian Hipotesis ……….. 111
b. Pengaruh Kinerja Guru (X2) Terhadap Mutu Prestasi Belajar (Y)
………... 117
c. Saling Pengaruh Mempengaruhi antara Kinerja Kepala Sekolah (X1) dan
kinerja guru (X2) ……… 122
d. Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah (X1) dan Kinerja Guru (X2) Secara Bersama-sama Terhadap Mutu Prestasi Belajar (Y)
………...………… 128
C. Pembahasan ……….. 133
1. Kondisi Umum Kinerja Kepala Sekolah, Kinerja Guru dan Mutu Prestasi
Belajar……… ………. 133
2. Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah terhadap Mutu Prestasi belajar ……... 137 3. Pengaruh Kinerja Guru terhadap Mutu Prestasi Belajar
…………... 138 4. Saling Pengaruh Mempengaruhi antara Kinerja Kepala Sekolah dan Kinerja
Guru ... 139 5. Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah dan Kinerja Guru secara bersama-sama
terhadap Mutu Prestasi Belajar ... 140
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan ... 142 B. Implikasi ... 143 C. Rekomendasi ... 144
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pemerintah menetapkan visi pendidikan nasional yaitu terwujudnya
sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk
memberdayakan semua warga negara Indonesia agar berkembang menjadi
manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan
zaman yang selalu berubah. Visi pendidikan nasional selanjutnya dijabarkan
dalam misi pendidikan nasional, yaitu:
1. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh kesempatan pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia; 2. Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara
utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar;
3. Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral;
4. Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar yang bersifat nasional dan global;
5. Memberdayakan peran serta masyarakat dalam menyelenggarakan pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia.
(Kumpulan undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang pendidikan 2007:45)
Berdasarkan visi dan misi pendidikan nasional tersebut, pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam
rangka mewujudkan visi dan menjalankan misi pendidikan nasional,
diperlukan suatu acuan dasar (benchmark) oleh setiap penyelenggara dan
satuan pendidikan, yang antara lain meliputi kriteria dan kriteria minimal
berbagai aspek yang terkait dengan penyelenggaraan pendidikan.
Terkait dengan itu, terdapat tujuh kriteria penyelenggaraan
pendidikan yang harus menjadi pedoman agar tujuan dapat terwujud seperti
yang terdapat dalam kumpulan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah
RI tentang pendidikan (2007: 198) sebagai berikut:
1) pendidikan yang berisi muatan yang seimbang dan holistik;
2) proses pembelajaran yang demokratis, mendidik, memotivasi, mendorong kreativitas, dan dialogis;
3) hasil pendidikan yang bermutu dan terukur;
4) berkembangnya profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan; 5) tersedianya sarana dan prasarana belajar yang memungkinkan
berkembangnya potensi peserta didik secara optimal;
6) berkembangnya pengelolaan pendidikan yang memberdayakan satuan pendidikan; dan
7) terlaksananya evaluasi, akreditasi, dan sertifikasi yang berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan secara berkelanjutan.
Indikator mutu pendidikan secara sistem meliputi komponen
input, proses, dan output. Komponen input meliputi kurikulum, tenaga
pendidik dan kependidikan, siswa, bahan ajar, alat bantu pembelajaran,
teknologi, ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan, kondisi
lingkungan fisik maupun psikis, managemen sekolah, serta kendali
mutu. Adapun komponen proses mencakup peningkatan efektivitas
3
pada standar kompetensi lulusan harus di atas standar nasional serta
berkeunggulan dalam penggunaan bahasa Inggris, penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi serta memiliki prestasi dalam kompetisi bertaraf
internasional, berkolaborasi, serta melanjutkan pendidikan pada perguruan
tinggi bertaraf internasional.
Agar kualitas pendidikan itu sesuai dengan apa yang seharusnya dan
yang diharapkan oleh masyarakat maka perlu ada suatu standar atau acuan,
sehingga setiap sekolah secara bertahap dapat mencapai standar yang telah
ditentukan. Acuan tersebut harus bersifat nasional dan upaya pembinaan
sekolah diarahkan untuk mencapai standar nasional. Apabila sekolah telah
mampu mencapai standar nasional, selanjutnya dapat dikembangkan untuk
mencapai standar internasional. Dengan kata lain, standar nasional pendidikan
adalah target minimal yang harus dicapai dalam peningkatan mutu
pendidikan.
Dalam upaya untuk memperoleh hasil pendidikan yang bermutu,
sekolah sebagai penyelenggara pendidikan dituntut melakukan pengelolaan
pendidikan yang bermutu pula. Cara-cara lama dalam pengelolaan pendidikan
yang kurang memperhatikan faktor mutu dan kurang memperhatikan
prinsip-prinsip pendidikan yang seharusnya ditegakkan, perlu segera diperbaiki
untuk menuju penyelenggaraan pendidikan yang berwawasan mutu dan
keunggulan. Mutu yang baik hanya bisa dihasilkan oleh sekolah yang
memiliki sistem manajemen mutu yang handal, yang mampu membangun
dibutuhkan sebuah pedoman sistem kerja yang baku atau manajemen mutu
yang menjamin proses Continuous Quality Improvement (CQI) yang berdaya
guna dan berhasil guna.
Kinerja dapat diartikan sebagai pencapaian hasil kerja sesuai dengan
aturan dan standar yang berlaku pada masing-masing organisasi dalam hal ini
sekolah. Anwar Prabu Mangkunegara (2000:67) menyatakan bahwa: “Kinerja
(prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai
oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya”.
Kepala sekolah adalah pimpinan yang menjalankan perannya dalam
memimpin sekolah sebagai lembaga pendidikan, dan berperan sebagai
pimpinan pendidikan. Secara umum pimpinan pendidikan dapat diartikan
sebagai kepemimpinan yang diterapkan dalam bidang pendidikan, pengertian
dari kepemimpinan itu sendiri pada dasarnya mempunyai sifat yang umum
dan hal itu juga dapat berlaku dalam bidang pendidikan. Secara lebih khusus
bila diterapkan pada organisasi pendidikan seperti sekolah, maka
kepemimpinan pendidikan dalam tataran organisasi sekolah akan berkaitan
dengan kepemimpinan kepala sekolah (school leader/principal), hal ini
disebabkan kepala sekolah merupakan orang yang punya otoritas dalam
mengelola sekolah guna mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Penguasaan isi materi pembelajaran, ketrampilan dan keinovatifan
masih sangat diperlukan dalam upaya peningkatan kualitas pendidik. Hal ini
5
tugasnya. Pengembangan dan peningkatan kualitas kinerja guru menjadi
inovatif akan mendorong pada proses pembelajaran yang inovatif pula,
sehingga para siswa pun akan menjadi orang yang mampu menyesuaikan diri
secara terus menerus dengan lingkungan yang berubah cepat.
Sementara itu, dengan merujuk pada pendapat Pullias dan Young,
Mannan serta Yelon dan Weinstain, Mulyasa (2005:87) mengidentifikasi
peran guru sebagai berikut, yaitu: pendidik, pengajar, pelatih, penasehat,
pembaharu (innovator), model dan teladan, pribadi, penelti, pendorong
kreativitas, pembangkit pandangan, pekerja rutin, pemindah kemah, pembawa
cerita, actor, emancipator, evaluator, pengawet, dan kulminator. Masuknya
peran innovator di atas menggambarkan bahwa guru tidak cukup hanya
menjalankan tugasnya secara rutin, namun pembaharuan/inovasi menjadi
tuntutan yang harus terus menerus dikembangkan. Hal ini sejalan dengan
pendapat Mohammad Surya (2004:5-6), bahwa:
Tantangan globalisasi dalam tingkatan operasional pendidikan menuntut peningkatan kualitas guru sebagai pelaku pendidikan yang berada di front terdepan melalui interaksinya dengan peserta didik. Untuk itu guru harus profesional dalam menjalankan tugasnya. Dan profesionalisme guru akan tercermin dalam perwujudan yang secara ideal akan terlihat dalam lima hal berikut:
1. Guru memiliki semangat juang yang tinggi disertai kualitas keimanan dan ketaqwaan yang mantap
2. Guru yang mampu mewujudkan dirinya dalam keterkaitan dan padanan dengan tuntutan lingkungan dan perkembangan iptek
3. Guru yang memiliki kualitas kompetensi pribadi dan profesional yang memadai disertai etos kerja yang kuat
4. Guru yang memiliki kualitas kesejahteraan yang memadai 5. Guru yang kreatif dan berwawasan masa depan
Berkaitan dengan posisi guru dalam berbagi kebijakan pendidikan,
mengembangkan pembelajaran bermutu. Shuman dan Sykes dalam
Hammond (1999:xii) menyatakan bahwa:
. . . the teacher must be the key. The literature on effective school is
meaningless, debates over educational policy are moot, if the primary agents of instruction are incapable of performing their function well . . . it seem unlikely that increasing the financial rewards of teaching alone will suffice, though it is certainly necessary. The character of the work will have to change in order to attract and hold the more highly trained, talented, and committed teacher required for 1980s and beyond.
Kondisi yang demikian, jelas menuntut guru sebagai fihak yang terlibat dalam
proses pendidikan di sekolah untuk selalu berupaya menjalankan tugasnya
secara dinamis dan inovatif sesuai dengan perkembangan dan tuntutan
perubahan. Tuntutan masyarakat akan kualitas pendidikan selalu berimplikasi
pada tuntutan akan perlunya guru yang berkualitas istimewa yang dapat
membantu memenuhi kebutuhan peserta didik dengan pengetahuan yang terus
berkembang makin kompleks dan keterampilan (Hammond, 2006:4).
Pelaksanaan peran dan tugas guru yang monoton sesuai dengan kebiasaan
yang ada jelas akan menjadikan proses pendidikan selalu ketinggalan,
sehingga peran institusi sekolah sebagai lembaga pendidikan yang penting di
masyarakat akan mengalami kemerosotan karena tidak memberi kepuasan
pada stakeholder pendidikan yang tuntutannya cenderung makin meningkat.
Keadaan tersebut menunjukkan pentingnya upaya-upaya untuk
mengembangkan kinerja guru dari kinerja yang bersifat rutin ke arah kinerja
yang inovatif.
Kinerja bukan sesuatu yang berdiri sendiri, dia dipengaruhi oleh
7
berkaitan dengan supra sistem sekolah yakni otoritas yang secara herarkhis
berada diatasnya, serta kondisi sekolah yang mengitarinya. Supra sistem ini
jelas akan berpengaruh pada kualitas kinerja guru. Sedangkan faktor internal
berkaitan dengan karakteristik personal guru seperti tingkat kreativitas yang
pada dasarnya berkaitan dengan dimensi kapasitas dan kondisi individu,
disamping itu dalam melaksanakan peran dan tugasnya sebagai guru,
interaksinya dengan lingkungan sekolah, seperti kepemimpinan, budaya, serta
sistem dan kebijakan sekolah juga akan menentukan pada perwujudan kinerja
guru yang akan mendasari pola hubungan pribadinya dengan organisasi
sekolah.
Fenomena di lapangan, khususnya di MTs Negeri Kota Tangerang
menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa tidak mengalami peningkatan
(stagnan) terutama untuk mata pelajaran yang di UN kan yang terdiri dari 4
mata pelajaran yaitu: Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematiaka dan
Ilmu pengetahuan Alam (IPA). Kondisi ini tidak terlepas dari kinerja guru
yang kurang optimal, kurang dinamis, kurang kreatif, tidak inovatif cenderung
statis dan kinerja kepala sekolah yang tidak terprogram dan kurang kreatif.
Untuk itu penulis merasa perlu mengadakan penelitian tentang Pengaruh
Kinerja Kepala Sekolah dan Kinerja Guru terhadap Mutu Prestasi
Belajar (Studi Tentang Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah dan Kinerja
Guru terhadap Mutu Prestasi Belajar Siswa di MTs Negeri Kota
B. Rumusan Masalah
Pokok permasalahan yang akan diteliti adalah mengenai keterkaitan
antara Mutu Prestasi Belajar untuk mata pelajaran yang di UN kan yang
terdiri dari 4 mata pelajaran yaitu: Bahasa Indonesia, bahasa Inggris,
Matematika dan ilmu pengetahuan Alam (IPA) dengan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, dengan dibatasi pada faktor Kineja Kepala Sekolah dan
Kinerja Guru. Adapun permasalahan yang ingin dikaji dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Bagaimana Kinerja Kepala Sekolah, Kineja Guru dan Mutu Prestasi
Belajar di MTs Negeri Kota Tangerang?
2. Sejauhmana pengaruh Kinerja Kepala Sekolah terhadap Mutu Prestasi
Belajar di MTs Negeri Kota Tangerang?
3. Sejauhmana pengaruh Kinerja Guru terhadap Mutu Prestasi Belajar di
MTs Negeri Kota Tangerang?
4. Sejauhmana saling pengaruh-mempengaruhi antara Kinerja Kepala
Sekolah dan Kinerja Guru di MTs Negeri Kota Tangerang?
5. Sejauhmana pengaruh Kinerja Kepala Sekolah dan Kinerja Guru secara
bersama-sama terhadap Mutu Prestasi Belajar di MTs Negeri Kota
Tangerang?
C. Tujuan dan Kegunaan
1. Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan
9
a) Untuk mengetahui bagaimana Kinerja Kepala Sekolah, Kineja Guru
dan Mutu Prestasi Belajar di MTs Negeri Kota Tangerang.
b) Untuk mengetahui sejauhmana Kinerja Kepala Sekolah berpengaruh
terhadap Mutu Prestasi Belajar di MTs Negeri Kota Tangerang.
c) Untuk mengetahui sejauhmana Kinerja Guru berpengaruh terhadap
Mutu Prestasi Belajar di MTs Negeri Kota Tangerang.
d) Untuk mengetahui sejauhmana saling pengaruh-mempengaruhi antara
Kinerja Kepala Sekolah dan Kinerja Guru di MTs Negeri Kota
Tangerang.
e) Untuk mengetahui sejauhmana Kinerja Kepala Sekolah dan Kinerja
Guru secara bersama-sama berpengaruh terhadap Mutu Prestasi
Belajar di MTs Negeri Kota Tangerang.
2. Kegunaan
a) Dari segi akademik.
Ingin mengungkap dan mengkaji secara empiris tentang sebagian
faktor-faktor yang mempengaruhi mutu prestasi belajar, dimana hasil
penelitiannya nanti diharapkan dapat berguna, baik dari segi teoritis
maupun dari segi praktis. Untuk itu penelitian ini diharapkan dapat
memberikan sumbangan berdasarkan bukti-bukti empiris tentang
bagaimana mutu prestasi belajar di sekolah dipengaruhi oleh faktor
individu yang melatarbelakanginya, dan juga dipengaruhi oleh faktor
kepala sekolah dan guru yang dalam penelitian ini terdiri dari Kinerja
b) Dari segi praktis.
Penelitian ini nanti diharapkan dapat memberi masukan bagi
pihak-pihak yang berwenang sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan
kebijakan dalam mengembangkan kinerja Kepala Sekolah dan Kinerja
Guru. Dengan melalui ketepatan dalam rekrutmen Kepala Sekolah,
serta pembinaannya dalam upaya mengembangkan kinerja Kepala
Sekolah, serta kebijakan manajemen sekolah untuk mendorong
terciptanya kinerja yang kondusif, kreatrif dan dinamis, sebagai upaya
peningkatan mutu prestasi belajar yang menjadi tuntutan dewasa ini,
dapat terlaksana dalam tataran teknis pendidikan, yakni pembelajaran.
D. Kerangka Berfikir
Mutu prestasi belajar tidak dapat dilepaskan dari komponen sistem
pendukungnya seperti siswa sebagai raw input; kurikulum, sarana dan
prasarana, media/bahan belajar, pendidik, manajemen, dan biaya sebagai
instrumental input; serta lingkungan belajar sebagai environmental input.
Kualitas proses dan hasil pendidikan hanya akan dapat dicapai jika mendapat
dukungan penuh dari setiap komponen sistem pendukungnya.
Diantara sekian banyak komponen Mutu pendidikan, pendidik (guru)
merupakan aspek utama yang memberikan andil cukup besar dalam
menentukan Mutu Pendidikan khususnya kualitas proses dan hasil belajar
siswa. Suyanto dan Hisyam (2000:27) menyebutkan bahwa ” guru memang
merupakan salah satu komponen mikro sistem mutu pendidikan yang sangat
11
luas, khususnya dalam mutu pendidikan persekolahan”. Dalam hal ini mutu
presta belajar yang dimaksud adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan
yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari
aktivitas dalam belajar di sekolah khusus untuk mata pelajaran yang di UN
kan yang terdiri dari 4 (empat) mata pelajaran yaitu: Bahasa Indonesia,
Bahasa Inggris, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
Suatu pengajaran akan sangat tergantung pada kemampuan mengajar
guru, maka kegiatan mengajar menaruh perhatian utama pada kompetensi
profesional guru yang pada gilirannya akan meningkatkan proses belajar
mengajar dan kualitas mutu pendidikan akan direfleksikan pada peningkatan
mutu prestasi belajar siswa. Dengan demikian kepala sekolah secara otomatis
akan mampu mengidentifikasi para guru, yang bermasalah atau yang kurang
profesional dalam melaksanakan tugas, sehingga pada akhirnya diketahui titik
kelemahan yang menghambat pencapaian tujuan pendidikan untuk
selanjutnya dicarikan solusinya bagi peningkatan mutu prestasi belajar
dilingkungan MTs Negeri Kota Tangerang khususnya pada mata pelajaran
yang di UN kan yaitu: Bahasa indonesia, Bahasa Inggria, Matematika dan
Secara konseptual paradigma pikir penelitian dapat digambarkan
sebagai berikut:
Gambar 1.1 Kerangka Pikir
E. Asumsi
Dalam penelitian ini asumsi yang mendasari dari kerangka penelitian
dapat dikemukakan sebagai beriktu:
1. Kepala sekolah sebagai pimpinan lembaga pendidikan formal mempunyai
tugas dan tanggungjawab untuk mengelola sebagai sumber daya yang
dimiliki untuk mencapai tujuan pendidikan. Upaya untuk memberdayakan Kinerja
- Kinerja kepala sekolah
tidak terprogram - Kepala sekolah kurang
kreatif
- Visi dan misi kepala sekolah tidak jelas - Kinerja Guru kurang
optimal
- Kinerja Guru kurang dinamis, cenderung statis
- Mutu pendidikan kurang berkembang - Prestasi siswa tidak
mengalami peningkatan
13
segala sumber daya yang dimiliki oleh sekolah mencapai tujuan sekolah
inilah yang dinamakan dengan manajemen pendidikan di MTs Negeri
Kota Tangerang, yang merupakan bagian dari administrasi pendidikan
secara keseluruhan.
2. Setiap orang pada dasarnya merupakan agen perubahan, dan guru sebagai
pendidik mempunyai tanggung jawab untuk melakukan perubahan
tersebut dalam melaksanakan peran dan tugasnya di sekolah.
” Guru bukan hanya sebagai pengajar materi yang mengisi kognitif siswa, tetapi juga sebagai pendidik yang mampu membimbing dan mengembangkan siswa sesuai dengan bakat masing-masing”. (Martinus Yamin dan Maisah, 2010:36)
3. Guru profesional adalah guru yang mengedepankan mutu dan kualitas
pelayanan dan produknya, layanan guru harus memenuhi standarisasi
kebutuhan masyarakat, bangsa dan pengguna serta memaksimalkan
kemampuan peserta didik berdasar potensi dan kecakapan yang dimiliki
masing-masing individu.
4. Mutu Prestasi Belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mutu
prestasi belajar pada mata pelajaran yang di UN kan yang terdiri dari 4
mata pelajaran yaitau: Bahasa Indinesia, Bahasa Inggri, Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
F. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, dapat dirancang hipotesis
penelitian sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh positif dan signifikan dari Kinerja Kepala Sekolah
2. Terdapat pengaruh positif dan signifikan dari KinerjaGuru terhadap Mutu
Prestasi Belajar di MTs Negeri Kota Tangerang.
3. Terdapat saling pengaruh mempengaruhi antara Kinerja Kepala Sekolah
dan Kinerja Guru di MTs Negeri kota Tangerang
4. Terdapat pengaruh positif dan signifikan Kinerja Kepala Sekolah dan
Kinerja Guru secara bersama-sama terhadap Mutu Prestasi Belajar di
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, karena menggunakan data yang tidak
mengalami perlakuan khusus dalam pengumpulan data (bersifat alamiah,
bukan buatan), maka penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian survey
(Sugiyono, 2008:12). Penelitian survey menurut Sangarimbun dan Effendi
(1989:3) adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi
dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok.
Menurut Alreck dan Settle (1995:456) mengatakan bahwa:
A research technique where information requirement are specified, a population is identified, a sample selected and systematically questioned, and the results analyzed, generalized to the population, and reported to meet the information needs.
Servey adalah merupakan teknik/metode penelitian yang dimaksudkan untuk
memperoleh informasi dari suatu sampel dalam suatu populasi untuk
kemudian dianalisis guna memperoleh generalisasi atas populai dimana
sampel itu diambil/ditarik.
B. Pola Dasar Penelitian
Pola hubungan antara variabel yang akan diteliti disebut sebagai pola
dasar penelitian. Jadi pola dasar penelitian dalam hal ini diartikan sebagai
pola pikir yang menunjukkan hubungan antara variable yang akan diteliti
yang sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu
hipotesis, jenis dan jumlah hipotesis, dan teknik analisis statistik yang akan
digunakan. Berdasarkan hal ini maka bentuk-bentuk pola dasar atau model
penelitian kuantitatif khusunya untuk penelitian survey seperti gambar 3.1
berikut (Sugiyono, 2008:65-66).
Gambar 3.1 Pola dasar penelitian
X1 : Kinerja Kepala Sekolah
X2 : Kinerja Guru
Y : Mutu Prestasi Belajar
Pola dasar penelitian atau pola hubungan antar variabel penelitian
pada dasarnya merupakan rencana studi/penelitian yang menggambarkan
prosedur dalam menjawab pertanyaan masalah penelitian. Menurut Stelltiz
dalam Umar (2003:90) terdapat tiga jenis desain penelitian yaitu: desain
eksploratoris, desain deskriptif, dan desain kausal. Desain eksploratoris
merupakan desain penelitian untuk menjajagi dan mencari ide-ide atau
hubungan-hubungan yang baru atas persoalan-persoalan yang relatif baru.
Desain deskriptif merupakan desain penelitian yang bertujuan menguraikan
sifat atau karakteristik suatu gejala atau masalah tertentu, dan desain kausal
X1
X2
76
merupakan desain penelitian yang bertujuan untuk menganalisis
hubungan-hubungan atau pengaruh antar variabel.
Dengan mengacu pada masalah penelitian serta jenis desain penelitian,
maka desain penelitian ini adalah desain kausal, dimana kajiannya
dimaksudkan untuk menganalisis hubungan/pengaruh antar variabel yaitu
Mutu Prestasi Belajar (Y), Kinerja Kepala Sekolah (X1) dan Kinerja Guru
(X2).
C. Populasi dan Penentuan Sampel
1. Populaasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala sekolah dan guru
di Madrasah Tsanwiyah Negeri kota Tangerang Banten. Penyebarannya
seperti terlihat dalam tabel berkut:
Tabel 3.1a
Populasi Penelitian
Di MTs Negeri Kota Tangerang
No Nama sekolah
Populasi
Jumlah
Kepala sekolah Guru
1. MTs Negeri Tangerang 1 52 53
2. MTs Negeri Benda 1 51 52
3. MTs Negeri Cipondoh 1 45 46
2. Sampel
Teknik yang digunakan untuk menentukan sample dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan teknik simple random sampling yaitu cara
pengambilan sample dari anggota populasi dengan cara acak tanpa
memperhatikan strata atau tingkatan dalam anggota populasi tersebut. (Akdon
2008:100).
Roscoe dalam bukunya yang berjudul Research Methods for Busines
(Sugiyono, 2008:131-132) memberikan saran-saran tentang ukuran sampel
untuk penelitian seperti berikut ini:
1) Ukuran sample yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500.
2) Bila sampel dibagi dalam kategori (misalnya: pria-wanita, pegawai negeri-swasta dan lain-lain), maka jumlah anggota sampel setiap kategori minimal 30.
3) Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan
multivariate (korelasi atau regresi ganda misalnya), maka
jumlah anggota sampel minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti. Misalnya variable penelitiannya ada 5 (independent
dan dependent), maka jumlah anggota sample = 10 x 5 = 50.
4) Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka jumlah anggota sample masing-masing kelompok antara 10 sampai dengan 20.
Karena jumlah variabel dalam penelitian ini ada 3 (tiga) variabel,
yaitu 2 (dua) variabel bebas (independent) dan 1 (satu) variable terikat
(dependent), maka penulis menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini
adalah 45 sampel. Pengambilan sampel sebanyak 45 ini diambil secara acak
(random) dan proporsional pada kepala sekolah dan guru-guru yang tersebar
78
Tabel 3.1b
Penentuan Jumlah Sampel
Di MTs Negeri Kota Tangerang
No Nama Sekolah Jumlah Sampel
Jumlah Kepala sekolah Guru
1. MTs Negeri Tangerang 1 17 18
2. MTs Negeri Benda 1 14 15
3. MTs Negeri Cipondoh 1 11 12
Jumlah 3 42 45
D. Definisi Operasional
Dalam penelitian ini variabel-variabel yang telah dikaji terdiri dari tiga
variabel, yaitu Mutu Prestasi Belajar (Y), Kinerja Kepala Sekolah (X1) dan
Kinerja Guru (X2). Dari masing-masing variabel tersebut dikelompokkan ke
dalam dua jenis variabel, yaitu variabel bebas (independent variable) yang
terdiri dari variabel X1 dan X2, dan variabel terikat (dependent variable) yang
terdiri dari variabel Y.
Dalam kaitannya dengan pelaksanaan penelitian, maka
variabel-variabel tersebut perlu dijabarkan ke dalam bentuk operasional guna
melakukan pengukuran bagi kepentingan analisis. Untuk itu berikut ini akan
dikemukakan operasional dari variabel tersebut serta penjabarannya ke dalam
1. Mutu Prestasi Belajar (Y)
Mutu prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan
yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari
aktivitas dalam belajar di sekolah. Dengan indikator input, proses, output
dan outcome. Dalam penelitian ini, mutu prestasi belajar untuk mata
pelajaran yang di UN kan yang terdiri dari 4 mata pelajaran yaitu Bahasa
Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA).
2. Kinerja Kepala Sekolah (X1)
Kinerja Kepala Sekolah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
kemampuan kepala sekolah dalam mempimpin organisasi sekolah.
Kepemimpinan dapat menentukan arah atau tujuan yang dikehendaki, dan
dengan cara bagaimana arah atau tujuan tersebut dapat dicapai. Berkenaan
dengan hal tersebut indikator kinerja kepala sekolah sebagai berikut:
a. Supportif (memberi semangat/dukungan),
b. Collegalial (kerjasama/pertemanan),
c. Intimate (intim/akrab/kepedulian),
d. Directive (mengendalikan/ mengarahkan),
e. Kondusif (sejuk dan menyenangkan),
f. Compact (kompak).
2. Kinerja Guru(X2)
Penelitian ini akan memotret variabel kinerja guru, yang dimaksud dengan
80
saat menjalankan tugas dan kewajibannya dalam bidang pengajaran
berdasarkan rumusan subvariabel dan indikator-indikator kinerja guru
yang dikembangkan dan dimodifikasi. Berkenaan dengan hal tersebut
indikator-indikator kinerja guru sebagai berikut.
a. Kemampuan : - Penguasaan materi
- Penguasaan metode
b. Prakarsa/inisiatif : - Berfikir positif
- Mewujudkan kreativitas
- Pencapaian prestasi
c. Ketepatan waktu : - Waktu kedatangan
- Waktu pulang
d. Kualitas hasil kerja : - Pemahaman siswa
- Kepuasan siswa
- Prestasi siswa
e. Komunikasi : - Penguasaan keadaaan kelas
- Mutu penyampaian materi
E. Instrumen Penelitian
Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus
ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan
instrumen penelitian. Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang
digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono,
Instrumen penelitan dalam bidang pendidikan sering disusun sendiri,
termasuk menguji validitas dan reliabilitasnya. Instrumen dalam penelitian ini
ada tiga, yaitu instrument untuk mengukur kinerja kepala sekolah, kinerja
guru dan mutu prestasi belajar.
Sesuai dengan karakteristik penelitian dengan pendekatan kuantitatif,
penyusunan instrumen penelitian sebagai alat untuk mengumpulkan data
menjadi hal yang penting yang akan menentukan pada kualitas hasil
penelitian. Dalam hubungan ini alat pengumpul data, khususnya angket,
dimaksudkan untuk mengukur variabel-variabel penelitian sehingga dapat
diperoleh data kuantitatif untuk kemudian dilakukan analisis dengan
menggunakan formula statistik yang relevan dengan tujuan penelitian.
Untuk lebih jelasnya instrumen penelitian ini disusun dalam bentuk
kisi-kisi sebagai berikut.
Tabel 3.2
Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Variabel Dimensi Indikator No.
Item
•Berfikir akademis, mendengarkan kritik
82
Compact (kompak) •kebersamaan 13,14,
15,16 Kinerja Guru
(X2)
Kemampuan •Menguasai materi
•Penguasaan metode
1,2,3,4
Prakarsa/inisiatif •Berpikir positif
•Mewujudkan kreatifitas
•Pencapaian prestasi
5,6,7,8
Ketepatan waktu •Waktu kedatangan
•Waktu pulang
9,10,11
Kualitas hasil kerja •Pemahaman siswa
•Kepuasan siswa
•Prestasi siswa
12,13,1 4
Komunikasi •Penguasaan keadaan kelas
•Mutu penyampaian materi
15,16
Mutu Prestasi Belajar (Y)
Input •Selektif 1,2,3,4
Proses •Pengambilan
keputusan,pengelolaan
Out come • Kemampuan siswa 14,15.1
6
1. Pengujian Instrumen
a) Uji Validitas
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen
tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur
(Sugiyono, 2005:267). Validitas instrumen dalam penelitian ini
diawali dengan validitas konstrak (construct validity) dan validitas isi
dapat digunakan pendapat dari ahli (judment experts). Dalam hal ini
setelah instrumen dikonstruksi tentang isi dan aspek-aspek yang akan
diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya
dikonsultasikan dengan para ahli. Para ahli diminta pendapatnya
tentang instrumen yang telah disusun. Mungkin para ahli akan
memberi keputusan: instrumen dapat digunakan tanpa perbaikan, ada
perbaikan, dan mungkin dirombak total. Jumlah tenaga ahli yang
digunakan minimal tiga orang dan umumnya mereka yang telah
bergelar doktor sesuai dengan lingkup yang diteliti (Sugiyono,
2008:177).
Setelah pengujian validitas konstrak dan validitas isi dari ahli dan
berdasarkan pengalaman selesai, maka diteruskan dengan uji validitas
empirik (empirical-validity) di lapangan, yaitu dengan
mengkorelasikan antar skor item instrumen dalam suatu faktor, dan
mengkorelasikan skor faktor dengan skor total, dengan menggunakan
rumus Pearson Product Moment:
Ha : instrumen soal valid.
Ho : instrumen soal tidak valid
α = 0,05 atau 5%
84
b) Uji Reliabilitas
Instrumen yang reliabel berarti instrumen yang bila digunakan
beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan
data yang sama (Sugiyono, 2005:267). Pengujian reliabilitas instrumen
dapat dilakukan secara eksternal maupun internal. Secara eksternal
dapat dilakukan dengan test-retestb (stability), equivalent, dan
gabungan keduanya. Secara internal reliabilitas instrumen dapat diuji
dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen
dengan teknik tertentu (Sugiyono, 2005:273).
Untuk menguji reliabilitas instrumen dalam penelitian, dapat
digunakan Teknik Belah Dua (split half) yang dianalis dengan rumus
Spearman Brown. Untuk keperluan itu, maka butir-butir instrumen
dibelah menjadi dua kelompok, yaitu kelompok instrumen nomor
ganjil dan kelompok instrumen nomot genap. Selanjutnya skor total
antara kelompok ganjil dan kelompok genap dicari korelasinya dengan
menggunakan rumus Pearson Product Moment:
Kemudian hasil korelasi tersebut dimasukkan dalam rumus Spearman
Brown:
11 (Sugiyono, 2008:190)
Riduwan dan Sunarto (2007:348) mengatakan:
Reriabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah dianggap baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Reiliabel artinya dapat dipercaya juga dapat diandalkan. Pengujian reliabilitas dapat dilakukan secara eksternal (stability/test retest,
equivalent atau gabungan keduanya) dan secara internal
(analisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen).
Dalam analisis ini apabila item dikatakan valid pasti rerliabel
(Riduwan dan Sunarto, 2007:353).
2. Uji Coba Instrumen
Untuk melakukan uji coba instrumen secara empirik dalam penelitian ini
dilakukan pada 20 responden yang terdiri dari kepala sekolah dan
guru-guru MTs Negeri di Kota Tangerang yang diambil secara acak. Dan
hasilnya sebagaimana ditemukan pada tabel berikut:
Tabel 3.3
Uji validitas empirik instrumen
Kinerja Kepala Sekolah (X1)
No. Koefisien T T
Keputusan Item
Pertanyaan Korelasi (hitung) (tabel)
1 0,89 8,18 1,73 valid
2 0,89 8,48 1,73 valid
3 0,95 12,30 1,73 valid
4 0,86 7,09 1,73 valid
5 0,94 11,87 1,73 valid
6 0,86 7,19 1,73 valid
7 0,95 12,30 1,73 valid
8 0,94 11,35 1,73 valid
9 0,95 12,30 1,73 valid
10 0,92 9,79 1,73 valid
11 0,86 7,29 1,73 valid
12 0,95 12,30 1,73 valid
13 0,86 7,09 1,73 valid
14 0,95 12,30 1,73 valid
15 0,86 7,19 1,73 valid
86
Dari Tabel 3.4 di atas, ternyata dari 16 item soal yang diujicobakan secara
empirik, insturmen penelitian (angket) Kinerja Kepala Sekolah semuanya
terbukti valid. Sehingga semua item soal yang sudah diujicobakan akan
dipakai dalam penelitian ini (Perhitungan selengkapnya lihat lampiran
3.4).
Selanjutnya dilakukan uji reliabilitas instrument (angket) Kinerja Kepala
Sekolah (X1) dengan menggunakan teknik belah-dua (split-half). Dan
hasilnya menunjukkan bahwa r-hitung > r-tabel (0,99 > 0,46), yang berarti
instrument angket Kinerja Kepala Sekolah reliable (Perhitungan
selengkapnya lihar lampiran 3.3).
Tabel 3.4
Uji validitas empirik instrumen
Kinerja Guru (X2)
No. Koefisien T t
Keputusan Item
Pertanyaan Korelasi (hitung) (tabel)
1 0,86 7,17 1,73 valid
2 0,85 6,72 1,73 valid
3 0,88 8,05 1,73 valid
4 0,83 6,33 1,73 valid
5 0,91 9,08 1,73 valid
6 0,83 6,26 1,73 valid
7 0,83 6,25 1,73 valid
8 0,87 7,50 1,73 valid
9 0,92 9,78 1,73 valid
10 0,93 11,16 1,73 valid
11 0,74 4,62 1,73 valid
12 0,93 11,16 1,73 valid
13 0,90 8,82 1,73 valid
14 0,93 11,16 1,73 valid
15 0,90 8,94 1,73 valid
Berdasarkan Tabel 3.3 di atas, ternyata dari 16 item soal yang
diujicobakan secara empirik, insturmen penelitian (angket) Kinerja Guru
semuanya terbukti valid. Sehingga semua item soal yang sudah
diujicobakan akan dipakai dalam penelitian ini (Perhitungan selengkapnya
lihat lampiran 3.3).
Selanjutnya dilakukan uji reliabilitas instrument (angket) Kinerja Guru
(X2) dengan menggunakan teknik belah-dua (split-half). Dan hasilnya
menunjukkan bahwa r-hitung > r-tabel (0,99 > 0,46), yang berarti
instrument angket Kinerja Guru reliable (Perhitungan selengkapnya lihat
lampiran 3.4).
Tabel 3.5
Uji validitas empirik instrumen
Mutu Prestasi Belajar (Y)
No. Koefisien t t
Keputusan Item
Pertanyaan Korelasi (hitung) (tabel)
1 0,85 6,95 1,73 valid
2 0,80 5,69 1,73 valid
3 0,88 7,94 1,73 valid
4 0,94 12,23 1,73 valid
5 0,91 9,33 1,73 valid
6 0,95 13,38 1,73 valid
7 0,88 7,86 1,73 valid
8 0,91 9,33 1,73 valid
9 0,85 6,95 1,73 valid
10 0,97 16,68 1,73 valid
11 0,90 8,52 1,73 valid
12 0,95 13,38 1,73 valid
13 0,95 13,38 1,73 valid
14 0,95 13,38 1,73 valid
15 0,94 11,54 1,73 valid
88
Melihat Tabel 3.5 di atas, ternyata dari 16 item soal yang diujicobakan
secara empirik, insturmen penelitian (angket) Mutu Prestasi belajar
semuanya terbukti valid. Sehingga semua item soal yang sudah
diujicobakan akan dipakai dalam penelitian ini (Perhitungan selengkapnya
lihat lampiran 3.5).
Selanjutnya dilakukan uji reliabilitas instrument (angket) Mutu Prestasi
belajar (Y) dengan menggunakan teknik belah-dua (split-half). Dan
hasilnya menunjukkan bahwa r-hitung > r-tabel (0,99 > 0,46), yang berarti
instrument angket Mutu Prestasi belajar reliable (Perhitungan
selengkapnya lihar lampiran 3.5).
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan suatu cara yang dilakukan untuk
memperoleh data yang diperlukan untuk kepentingan penelitian. Adapun
teknik pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah angket,
wawancara, observasi dan studi dokumentasi.
1. Angket
Angket merupakan daftar pertanyaan-pertanyaan tertulis untuk
memperoleh data yang disebarkan kepada seluruh responden yang
menjadi sampel dalam penelitian.
2. Wawancara
Wawancara merupakan suatu teknik pemerolehan data melalui tanya
jawab dengan pihak yang ada hubungannya dengan permasalahan yang
pejabat yang membidangi MTsN di Kota Tangerang. Wawancara ini
dimaksudkan untuk menambah pemahaman tentang masalah yang
menjadi fokus dalam penelitian ini.
3. Observasi
Yaitu teknik pemerolehan data melalui pengamatan langsung kepada
obyek penelitian. Dalam penelitian ini observasi dilakukan kepada semua
MTs Negeri di Kota Tangerang untuk lebih menambah pemahaman
tentang masalah yang menjadi fokus penelitian.
4. Studi Dokumentasi
Merupakan cara pemerolehan data melalui bukti-bukti atau dokumen
tertulis yang berkaitan dengan masalah penelitian. Dokumen-dokumen
yang menjadi sumber data diperoleh dari MTsN dan Mapenda Kota
Tangerang.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Uji Persyaratan Analisis
a) Uji Normalitas
Uji normalitas data ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah data
yang dikumpulkan berdistribusi normal atau tidak. Apabila ternyata
datanya berdistribusi normal maka olah data yang digunakan adalah
dengan statistik parametris, dan apabila datanya tidak normal, maka
90
Salah satu asumsi dari analisis regresi adalah linieritas. Maksudnya
apakah garis regresi antar variabel independent dan variabel dipendent
membentuk garis linier atau tidak. Kalau tidak linier maka analisis
regresi tidak dapat dilanjutkan (Sugiyono, 2008:265).
Adapun untuk menguji linieritas hubungan antar variabel dengan
menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Merumuskan Hipotesis, yaitu:
Ho : hubungan antar variabel berpola tidak llinier
Ha : hubungan antar variabel berpola linier
2) Mencari Jumlah Kuadrat Error (JKE), dengan rumus:
3) Mencari Jumlah Kuadrat Tuna Cocok (JKTC), dengan rumus:
4) Mencari Rata-rata Jumlah Kuadrat Tuna Cocok (RJKTC), dengan
5) Mencari Rata-rata Jumlah Kuadrat Error (RJKE), dengan rumus:
6) Mencari Nilai F(hitung), dengan rumus:
7) Mencari Nilai F (tabel), dengan rumus:
8) Menentukan keputusan pengujian linieritas, dengan ketentuan:
Jika, F (hitung) > F (tabel), maka Ho diterima dan Ha ditolak,
berarti linier, dan
Jika, F (hitung) < F (tabel), maka Ha diterima dan Ho ditolak,
berarti tidak linier (Riduwan, 2007:104).
2. Pengolahan dan Analisis Data
a) Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data adalah merupakan cara yang
ditetapkan dan dilakukan oleh peneliti dalam mengkaji data yang
diperoleh sehingga menjadi informasi yang dapat digunakan dalam
mewujudkan tujuan penelitian. Hal tersebut senada dengan pendapat
Surakhmad (1985:109) yang mengemukakan bahwa :
Mengolah data adalah usaha yang konkrit yang membuat data itu ”berbicara”, sebab betatapun besarnya jumlah dan tingginya nilai data yang terkumpul (sebagai hasil fase pelaksanaan pengumpulan data), apabila tidak disusun dalam satu organisasi dan diolah menurut sistematik yang baik, niscaya data itu tetap mempunyai bahan-bahan yang ”membisu seribu bahasa”.
92
Langkah-langkah pengolahan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Penyeleksian data yang diperoleh dari angket sehingga dapat
diyakinkan bahwa data yang diperoleh layak untuk diolah sesuai
dengan kriteria yang telah ditetapkan.
2) Pembobotan nilai untuk setiap kemungkinan jawaban pada setiap
item variabel penelitian dengan menggunakan skala penilaian yang
telah ditentukan.
3) Menghitung skor rata-rata dari setiap variabel untuk mengetahui
kecenderungan umum jawaban responden terhadap variabel
penelitian.
4) Mencari kecenderungan skor rata-rata setiap variabel dengan
rumus sebagai berikut :
responden
5) Mengkonsultasikan rata-rata dengan tabel konsultasi hasil
perhitungan sebagai berikut :
Penentuan kualifikasi penafsiran dan rentang nilai dari
konsultasi hasil perhitungan didasarkan dari pengembangan nilai skala
pengembangan tersebut maka diperoleh tabel konsultasi hasil
perhitungan kecenderungan rata-rata sebagai berikut :
Tabel 3. 6
Tabel Konsultasi Hasil Perhitungan Kecenderungan Skor Rata-Rata
RENTANG NILAI KRITERIA
4,01 – 5,00
(X1) terhadap Mutu Prestasi Belajar (Y)
Pertama kali yang harus dilakukan adalah menguji korelasi antar
variabel, dengan merumuskan hipotesis sebagai berikut:
Ho : tidak ada hubungan antara kinerja kepala sekolah dengan mutu
prestasi belajar.
Ha : ada hubungan antara kinerja kepala sekolah dengan mutu
prestasi belajar.
Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan rumus:
Dan dilanjutkan uji signifikansi dengan menggunakan rumus:
94
Kemudian nilai t-hitung dibandingkan dengan nilai t-tabel dengan
derajat kebebasan, dk = n-2 dan derajat kesalahan 5%, dengan
ketentuan:
Ho: diterima, jika nilai t-hitung lebih kecil dari nilai t-tabel dan
Ha: diterima, jika nilai t-hitung lebih besar dari nilai t-tabel.
Analisa selanjutnya adalah menghitung persamaan regresinya.
Persamaan regresi dapat digunakan untuk melakukan prediksi
seberapa tinggi nilai variabel dependen bila nilai variabel independen
dimanipulasi atau dirubah-rubah (Sugiyono, 2008:261).
Adapun persamaan regresi yang dimaksud adalah:
Dimana,
Y = nilai yang diprediksikan
a = konstanta
b = koefisien regresi
X = nilai variabel independen
Kemudian menentukan koefisien determinasi dengan mencari nilai
r 2, untuk menentukan prosentasi pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen (Sugiyono, 2005:250).
c) Untuk menguji hipotesis ada pengaruh Kinerja Guru (X2) terhadap
Mutu Prestasi belajar (Y)
Pertama kali yang yang dilakukan adalah menguji korelasi antar
variabel, dengan merumuskan hipotesis sebagai berikut:
Ho : tidak ada hubungan antara kinerja guru dengan mutu prestasi
belajar.
Ha : ada hubungan antara kinerja guru dengan mutu prestasi belajar.
Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan rumus:
(Sugiyono, 2008:259)
Dan dilanjutkan uji signifikansi dengan menggunakan rumus:
(Sugiyono, 2008:259)
Kemudian nilai t-hitung dibandingkan dengan nilai t-tabel dengan
derajat kebebasan, dk = n-2 dan derajat kesalahan 5%, dengan
ketentuan:
Ho: diterima, jika nilai t-hitung lebih kecil dari nilai t-tabel dan
Ha: diterima, jika nilai t-hitung lebih besar dari nilai t-tabel.
) ( ) ( x2 y2
xy rxy
Σ Σ
Σ =
2 1
2
r n r t
96
Analisa selanjutnya adalah menghitung persamaan regresinya.
Persamaan regresi dapat digunakan untuk melakukan prediksi
seberapa tinggi nilai variabel dependen bila nilai variabel independen
dimanipulasi atau dirubah-rubah (Sugiyono, 2008:261). Adapun
persamaan regresi yang dimaksud adalah:
Dimana,
Y = nilai yang diprediksikan
a = konstanta
b = koefisien regresi
X = nilai variabel independen
Untuk mencari nilai a dan b pada persamaan regresi, dengan
menggunakan rumus:
(Sugiyono, 2005:245)
Kemudian menentukan koefisien determinasi dengan mencari nilai
r2, untuk menentukan prosentasi pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen (Sugiyono, 2005:250).
d) Untuk menguji hipotesis adanya saling pengaruh mempengaruhi
antara Kinerja Kepala Sekolah (X1) dan Kinerja Guru (X2)
Pertama kali yang harus dilakukan adalah menguji korelasi antar
variabel, dengan merumuskan hipotesis sebagai berikut:
Ho : tidak ada hubungan antara kinerja kepala sekolah dengan kinerja
guru.
Ha : ada hubungan antara kinerja kepala sekolah dengan kinerja guru.
Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan rumus:
(Sugiyono, 2008:259)
Dan dilanjutkan uji signifikansi dengan menggunakan rumus:
(Sugiyono, 2008:259)
Kemudian nilai t-hitung dibandingkan dengan nilai t-tabel dengan
derajat kebebasan, dk = n-2 dan derajat kesalahan 5%, dengan
ketentuan:
Ho: diterima, jika nilai t-hitung lebih kecil dari nilai t-tabel dan
Ha: diterima, jika nilai t-hitung lebih besar dari nilai t-tabel.
Analisa selanjutnya adalah menghitung persamaan regresinya.
Persamaan regresi dapat digunakan untuk melakukan prediksi
seberapa tinggi nilai variabel dependen bila nilai variabel independen
dimanipulasi atau dirubah-rubah (Sugiyono, 2008:261). Adapun
persamaan regresi yang dimaksud adalah:
) ( ) ( x2 y2
xy rxy
Σ Σ
Σ =
2 1
2
r n r t
98
Dimana,
Y = nilai yang diprediksikan
a = konstanta
b = koefisien regresi
X = nilai variabel independen
Untuk mencari nilai a dan b pada persamaan regresi, dengan
menggunakan rumus:
(Sugiyono, 2005:245)
Kemudian menentukan koefisien determinasi dengan mencari nilai
r 2, untuk menentukan prosentasi pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen (Sugiyono, 2005:250).
e) Untuk menguji hipotesis ada pengaruh Kinerja Kepala Sekolah
(X1) dan Kinerja Guru (X2) secara bersama-sama terhadap Mutu
Prestasi Belajar (Y).
Pertama kali yang harus dilakukan adalah menguji korelasi antar
variabel, dengan merumuskan hipotesis sebagai berikut:
Ho : tidak ada hubungan antara kinerja kepala sekolah dan kinerja
guru secara bersama-sama dengan mutu prestasi belajar.
Ha : ada hubungan antara kinerja kepala sekolah dan kinerja guru
secara bersama-sama dengan mutu prestasi belajar.
Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan rumus:
Dan dilanjutkan uji signifikansi dengan menggunakan rumus:
Dimana,
R : koefisien korelasi ganda
k : jumlah variable independen
n : jumlah sampel
(Sugiyono, 2008:266)
Kemudian nilai F-hitung dibandingkan dengan nilai F-tabel dengan
derajat kebebasan, dk pembilang = k dan dk penyebut = (n-k-1) dan
100
Ho: diterima, jika nilai F-hitung lebih kecil dari nilai F-tabel dan
Ha: diterima, jika nilai F-hitung lebih besar dari nilai F-tabel.
Analisa selanjutnya adalah menghitung persamaan regresi ganda.
Persamaan regresi ganda ini dapat digunakan untuk melakukan
prediksi seberapa tinggi nilai variabel dependen bila nilai kedua
variabel independen secara bersama-sama dimanipulasi atau
dirubah-rubah (Sugiyono, 2008:267). Adapun persamaan regresi ganda yang
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengkaji
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi Mutu Prestasi belajar dengan fokus
pada Kinerja Kepala Sekolah dan Kinerja Guru, yang mengambil lokasi di
Kota Tangerang dengan obyek penelitiannya adalah Kepala sekolah dan guru
Madrasah Tsanawiyah Negeri. Dari hasil penelitian di lapangan dan analisis
data, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Kinerja kepala sekolah dan Guru MTs Negeri di Kota Tangerang
tergolong cukup, dan Mutu Prestasi Belajar MTs Negeri di Kota
Tangerang tergolong cukup.
2. Kinerja Kepala Sekolah MTs Negeri di Kota Tangerang berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Mutu Prestasi Belajar MTs Negeri di Kota
Tangerang.
3. Kinerja Guru MTs Negeri di KotaTangerang berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Mutu Prestasi Belajar MTs Negeri di Kota Tangerang.
4. Kinerja Kepala Sekolah dan Guru di MTs Negeri Kota Tangerang saling
berpengaruh positif dan signifikan.
5. Kinerja Kepala Sekolah dan Guru di MTs Negeri Kota Tangerang
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Mutu Prestasi Belajar di MTs
143
B. Implikasi
Dengan mengacu pada hasil penelitian dan kesimpulan sebagaimana
di kemukakan di atas, terdapat beberapa implikasi yang perlu dicermati dalam
upaya meningkatkan kualitas pendidikan melalui peningkatan kinerja guru.
Hal ini dikarenakan tantangan yang diakibatkan oleh perubahan yang cepat di
era global, dimana kemampuan daya saing bangsa pada akhirnya akan
ditentukan oleh kemampuan SDM bangsa untuk mampu bersaing. Guru
sebagai perancang masa depan anak sudah barang tentu dituntut untuk
mendidik siswa ke arah yang demikian, dan hal ini hanya dapat dilakukan
secara efektif apabila guru melaksanakan peran dan tugasnya dengan baik.
1. Upaya untuk meningkatkan dan mengembangkan kinerja guru agar
ditempatkan dalam konteks organisasi sekolah secara keseluruhan. Hal ini
dimaksudkan agar peningkatan dan pengembangan kinerja guru
merupakan bagian yang terintegrasi dengan program sekolah, sehingga
pengembangannya dapat berkesinambungan, karena mendapat dukungan
dari organisasi.
2. Mutu Prestasi Belajar apabila berhasil dikembangkan secara terus
menerus akan membantu dalam keberhasilan pengembangan inovasi
pendidikan dalam tataran teknis melalui pelaksanaan peran dan tugas guru
dalam proses pembelajaran. Untuk itu diperlukan upaya untuk
mengintegrasikan berbagai perkembangan baru dan kebijakan baru dalam
bidang pendidikan/pembelajaran dengan tataran institusi organisasi dan
seluruh anggota organisasi sekolah. Hal itu berarti bahwa pengembangan
manajemen sekolah perlu didorong untuk dapat menciptakan kondisi yang
kondusif bagi perkembangannya sikap kreatif guru yang pada gilirannya
kreatif ini akan berdampak pada kinerja guru yang lebih baik. Kebijakan
baru pemerintah untuk mendorong peningkatan kualitas pendidikan dapat
terintegrasi dengan manajeman pendidikan di sekolah. Dengan
terintegrasinya hal tersebut, maka organisasi sekolah akan terdorong untuk
melakukan pembelajaran dari mulai tataran individu sampai pada tataran
organisasi. Dan apabila hal ini dapat terwujud, maka kinerja kepala
sekolah akan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari Kinerja Guru.
C. Rekomendasi.
Berdasarkan hasil penelitian, kesimpulan dan implikasi sebagaimana
dikemukakan terdahulu, maka berikut ini akan dikemukakan beberapa
rekomendasi:
1. Untuk MTs Negeri (Kepala Sekolah); (a) Kepala sekolah perlu
mengembangkan kegiatan yang dapat mendorong pada peningkatan
kompetensi/kemampuan guru baik yang langsung terkait dengan proses
pembelajaran, maupun yang kompetensi lain yang dapat menunjang pada
peningkatan kualitas pembelajaran sebagai bagian dari pengembangan
profesional guru; (b) Kepala sekolah perlu mendorong tercapainya
lingkungan sekolah yang terbuka terhadap berbagai perubahan yang
terjadi di masyarakat. Hal ini akan mendorong pada pemerolehan
145
transfer of learning melalui pelaksanaan pembelajaran yang inovatif di
kelas, yang pada akhirnya melalui pembelajaran bersama di sekolah hal
tersebut akan berpengaruh pada seluruh guru yang menjadi anggota
organisasi sekolah. Dan dalam kontek ini peran kepala sekolah akan
menentukan pada terjadinya pembelajaran organisasi yang bila hal
tersebut berlangsung secara berkesinambungan akan menjadikan sekolah
sebagai organisasi pembelajar (learning schoolI).
2. Untuk Kementerian Agama (Mapenda); (a) Perlu upaya/kebijakan yang
dapat memperkuat manajemen sekolah agar posisi kepala sekolah
menjadi suatu profesi tersendiri, bukan hanya sekedar guru yang diberi
tugas tambahan. Dengan kepala sekolah menjadi profesi yang khusus,
maka rekrutmen kepala sekolah akan lebih menitikberatkan pada
kompetensi/kemampuan manajerial dan kepemimpinan, serta
pengembangan profesinya akan lebih mengacu pada penguatan
menajemen dan kepemimpinan pendidikan kepala sekolah; (b)
Menggiatkan kembali pengembangan manajemen berbasis sekolah agar
sekolah menjadi makin mandiri dalam menjalankan peran dan fungsinya
di masyarakat. Oleh karena itu berbagai pengaturan yang cenderung
mengurangi inisiatif sekolah melakukan kegiatan yang produktif bagi
peningkatan kualitas pendidikan secara bertahap perlu dikurangi, sehingga
kepala sekolah mempunyai kebebasan yang cukup untuk berekspresi
dalam menjalankan kepemimpinan di sekoloh; (c) Seiring dengan
pendidikan sarjana serta penilaian akan kompetensi guru, yang kemudian
diiringi dengan tambahan kompensasi dengan diberikannya tunjangan
profesi, maka Kementerian Agama (Mapenda) perlu mengembangkan
manajeman kinerja yang dapat mendorong pada peningkatan dan
pengembangan kinerja guru secara berkesinambungan. Hal ini
dimaksudkan agar tambahan/peningkatan financial reward melalui
tunjangan profesi dapat terkait dengan meningkatnya kinerja guru ke arah
yang lebih baik dan inovatif.
3. Untuk penelitian lebih lanjut; Perlu peningkatan lebih jauh dan mendalam
tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kreativitas dan Mutu
Prestasi Belajar dengan pendekatan yang berbeda, misalnya pendekatan
kualitatif, agar dapat diketahui secara lebih cermat dan mendalam tentang
faktor penentu dari Mutu Prestasi Belajar. Dan untuk pendekatan yang
sama, yakni kuantitatif, pengukuran variabel secara substantif bukan
didasarkan persepsi atas suatu kondisi, perlu dikembangkan untuk
DAFTAR PUSTAKA
Alma B, (2008), Kewirausahaan untuk Mahasiswa dan Umum, Bandung: Alfabeta.
_______, (2009). Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung: Alfabeta.
_______, dkk (2009). Guru Profesional Menguasai Metode dan Terampil
Mengajar. Bandung: Alfabeta
Abin, Syamsuddin (2002). Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda
Alreck, Pamela L., & Robert R. Sttle, (1995). The Survey Research Hand Book, Chicago, Irwin.
Arcaro, Jarome S. (2005). Pendidikan Berbasis Mutu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arikunto S. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Atmosudirdjo, Prajudi. (1982). Administrasi dan Manajemen Umum, Jakarta:Ghalia Indonesia.
Barth, Rooland S. (1990). Improving shool from within. San Fransisco: Jossey – Bass.
Cuttance, Peter, (ed) (2001). Shool Innovation, Pathway to the Knowlwdge
society, Department of Education Australia, www.dest.govt.au (7
November 2009)
Danim S., (2009). Manajemen dan Kepemimpinan Transformasional Kepala
Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
_________. (2010). Kepemimpinan Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Davis, Stephen. Et.al (2005) School Leadership Study, Developing Successful
Principal, the Wallace foundation, Standford Educational Leadership
Institute, www.srnlead.org. (6 November 2009)
Departemen Agama RI. (2007). Kumpulan Undang-Undang dan Peraturan
Depdiknas Dirjen Dikdasmen Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. (1983).
Pedoman Pengembangan Sekolah Standar Nasional.
Depdiknas Dirjen Dikti Direktorat Ketenagakerjaan. (2007). Pedoman
Penyusunan Usulan dan Laporan Pengembangan Inovasi Pembelajaran di Sekolah Tahun 2007.
Depdiknas Dirjen Dikti Direktorat Ketenagakerjaan. (2007). Pedoman
Penyusunan Usulan dan Laporan Pengembangan dan Peningkatan Kualitas Pembelajaran LPTK (PPKP) Tahun Anggaran 2007.
Depdiknas Dirjen Dikdasmen Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. (2004).
Pedoman Pengembangan Sekolah Standar Nasional.
Depdiknas. (2005). Rencana Strategis Departeman Pendidikan Nasional
2005-2009.
Djamarah, Saiful, (2002). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Enoch, Jusuf. (1992). Dasar-dasar Perencanaan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Fullan, Michael, & Suzanne Stiegelbaver (1991). The New Meaning of
Educational Change, New York: Teahcer College Press.
Goleman, Daniel. (2006). The Socially Intelegent Leader, www. ASCD.org (7 November 2009)
Hoy, Wayne K., Cecil G. Miskel, (2001). Educational Administration 6th Edition, New York, McGraw Hill co.
Hammond, Linda Darling, & Gary Sykes. (1999). Teaching as the Learning
Profession, Handbook of Policy and Practice. San Francisco : Jossey –
Bass. .
_______, John Bransford. (2005). Preparing Teachers for A Changing World
What Tachers School Learn and Be Able to do. San Francisco: Jossey –
Bass.
_______ (2006). Powerful Teacher Education, Lessons from Examplary
Programs, San Francisco: Jossey – Bass.
_______, Artur E. Wise, Stephen P. Klein. (1999),. A License to Teach Raising
House, Ernest R,. (1974) The Politics of Educational Innovation. McCutchan Publishing Corporation.
Lueccke & Katz. (2003). www.en.wikipedia.com, (21 Maret 2010)
Locke, Edwin A., (1997). Esensi Kepemimpinan, Terj. Aris Ananda, Jakarta: Spektrum
Margioli, (2004). Profesional Development. Virgenia: ASCD.
Mitchel, T.R. dan Larson (1987). People and Organization; An Introduction to
Organizational Behavior. Singapure: Mc Graw Hill Inc.
Morris, Wayne (2006). Creativity, Its Place in Education, www.jpb.com (5 Juni 2009).
Margioli, Gabriel Diaz. (2000). Profesional Development. Virgenia: ASCD.
McCall, Jack. (1994). The Principal’s Edge. Princeston Junction-New Jersey, Eye on Education Inc.
McShane, Steven L., Mary Ann Von Gilnow (2005). Organzitional Behavior, New York, McGraw Hill
Mulyasa, E .(2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi, Remaja Rosda, Bandung.
_________, (2004). Menjadi Kepala Sekolah Profesional, dalam konteks
Menyukseskan MBS dan KBK. Bandund: Rosdakarya.
_________,(2010). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran
Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Pierce, John L., John W Newstorm (2006). Leader and The Leadership Process, New York, MicGraw Hill.
Quible, Zane K. (2005). Administrative Office Management. Pearson Prentice.
Razik, Taher A., Swanson, Austin D. (1995). Fundamental Concepts of
Educational leadership and Management, New Jersey. Prentice Hall.
Riduwan dan Sunarto. (2007). Pengantar Statistika, untuk Penelitian Pendidikan,
Sosial, Ekonomi Komunikasi, dan Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Ruky, Ahmad S. (2001). Sistem Manajemen Kinerja, Jakarta: Gramedia.