• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE HYPNOTEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMBACA PERMULAAN PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR : Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas 2 SD Negeri 1 Sinargalih, Kecamatan Maniis, Kabupaten Purwakarta,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN METODE HYPNOTEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMBACA PERMULAAN PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR : Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas 2 SD Negeri 1 Sinargalih, Kecamatan Maniis, Kabupaten Purwakarta, "

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE HYPNOTEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMBACA PERMULAAN PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

( Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas 2 SD Negeri 1 Sinargalih, Kecamatan Maniis, Kabupaten Purwakarta, Tahun Pelajaran 2012/2013)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Program

Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

OCAH NURHAYATI 0810086

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Ocah Nurhayati, 2013

PENERAPAN METODE HYPNOTEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMBACA PERMULAAN PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

( Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas 2 SD Negeri 1 Sinargalih, Kecamatan Maniis, Kabupaten Purwakarta, Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh :

OCAH NURHAYATI (0810086)

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya kemampuan siswa kelas 2 SD Negeri 1sinargalih dalam membaca permulaan khususnya pada aspek membaca lancar serta lafal dan intonasi. Karena membaca mempunyai andil yang sangat besar dalam kehidupan manusia maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini sehingga kemampuan membaca permulaan siswa kelas 2 SD Negeri 1 Sinargalih dapat meningkat . Salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa kelas 2 SD Negeri 1 Sinargalih yaitu dengan penerapan metode hypnoteaching, karena metode hypnoteaching dapat menurunkan frequensi gelombang otak sehingga peserta didik menjadi rileks dan lebih sugestif dalam menangkap nilai-nilai positif dari sebuah proses pembelajaran, dan diharapakan kemampuan siswa dalam membaca permulaan dapat meningkat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan membaca permulaan siswa kelas 2 SD Negeri 1 sinargalih sebelum menggunakan metode hypnoteaching, mengetahui aktivitas siswa dalam membaca permulaan dengan menggunakan metode hypnoteaching dan mengetahui kemampuan membaca permulaan siswa setelah menggunakan metode hypnoteaching, sehingga hasilnya dapat diketahui, baik sebelum dan sesudah menerapkan metode hypnoteaching.

Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu penelitian yang dilakukan di dalam kelas (sekolah) tempat guru (peneliti) mengajar. Penelitian dilakukan dalam III siklus yang tahapannya meliputi perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Dan data diperoleh dengan cara melakukan observasi, tes hasil belajar dan catatan lapangan. Semua data yang terkumpul dianalisis dan direfleksi untuk dijadikan pedoman dalam setiap tindakan yang akan dilakukan.

Hasil analisis data terungkap dengan metode hypnoteaching siswa menjadi antusias dalam belajar sehingga siswa mampu membaca teks bacaan sederhana dengan lancar serta membaca dengan lafal dan intonasi yang tepat. Setelah diterapkan metode hypnoteaching kemampuan siswa mengalami peningkatan yang signifikan. Ini terbukti dari hasil tes, jumlah siswa yang lulus berdasarkan KKM mengalami peningkatan pada setiap tindakan. Jumlah siswa yang lulus pada siklus I yaitu 16 orang siswa (64%), pada siklus II yaitu 18 orang siswa (72%) dan pada siklus III yaitu 21 orang siswa (84%).

Dengan peningkatan jumlah siswa yang lulus tersebut membuktikan adanya peningkatan kemampuan siswa kelas 2 SD Negeri 1 Sinargalih dalam membaca permulaan setelah penerapan metode hypnoteaching.

(3)

Ocah Nurhayati, 2013

(4)

iv

F. Sistematika Penulisan ………...…………...…… 7

BAB II KAJIAN TEORETIK A. Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar ………...…… 9

1. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD ………..…. . 10

2. Hakekat Pembelajaran Bahasa Indonesia ……….…... 11

3. Ruang Lingkup Pembelajaran Bahasa Indonesia ………...……... 12

B. Membaca Permulaan ………..………...….. 13

1. Pengertian Membaca ………..………..….. 13

2. Pembelajaran Membaca di Sekolah Dasar ………..…………..…. 15

3. Pembelajaran Membaca Permulaan ……..………..…...… 16

3.1 Tujuan Pembelajaran Membaca Permulaan ……..…..…...…. 18

3.2 Cakupan Materi Pembelajaran Membaca Permulaan ……….. 19

3.3 Kompetensi Dasar Membaca Permulaan di Kelas 2 SD ……. 20

C. Metode Hypnoteaching 1. Pengertian Metode ………...…. 20

2. Macam-macam Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD .... 22

3. Metode Hypnoteaching ……….……... 27

(5)

v Ocah Nurhayati, 2013

3.2Manfaat Pembelajaran Hypnoteaching ……….…...… 36

3.3Langkah-langkah Pembelajaran Metode Hypnoteaching …… 39

3.4Langkah-langkah Pembelajaran Hypnoteaching dalam Membaca Permulaan ………...…….… 40

3.5Kelebihan dan Kekurangan Metode Hypnoteaching ……...… 41

3.6Kemungkinan Masalah yang Timbul dan Usaha Mengatasinya dalam Pembelajaran Hypnoteaching ….………... 42

BAB III METODE PENELITIAN

I. Indikator Keberhasilan Siklus ... 63

J. Jadwal Penelitian ……….……….… 63

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Awal Penelitian ………...….…… 64

B. Pelaksanaan dan Hasil Penelitian ………...…………. 73

C. Pembahasan Hasil Penelitian ……… 112

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ………..… 122

B. Saran ……… 124

DAFTAR PUSTAKA

(6)

vi Ocah Nurhayati, 2013

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan landasan utama dalam kehidupan manusia,

karena dengan pendidikan manusia dapat membentuk kehidupan dan jati diri

seutuhnya. Anak adalah amanah Yang Maha Kuasa yang haus akan

pendidikan. Anak ibarat kertas putih yang siap menerima coretan tinta warna

ataupun tinta hitam tergantung yang menuliskannya.

Maka dari itu, kewajiban kita membentuk watak serta kemampuan

anak agar menjadi manusia yang bertaqwa, beriman, berahlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif dan mandiri. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang

tertuang dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas)

No. 20 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa :

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk perkembangan peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu dukungan dari semua komponen

pendidikan seperti peserta didik, kurikulum, sarana prasarana, sumber

belajar, kebijakan pemerintah dan dukungan orang tua murid (masyarakat)

dalam pelaksanannya. Namun, yang sangat penting dari semua komponen di

atas adalah tenaga kependidikan (guru) sebagai pengelola dalam proses

(8)

yang memungkinkan terjadinya perubahan watak dan tingkah laku peserta

didik.

Guru merupakan kunci utama dalam proses pembelajaran yang

menentukan keberhasilan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Karena

seorang guru selain bertugas sebagai pengajar guru juga bertugas sebagai

pendidik dan bertanggung jawab dalam pengelolaan pembelajaran sehingga

dapat mengoptimalkan seluruh potensi yang dimiliki peserta didik. Untuk itu

guru dituntut menguasai materi, mengelola kelas dan melakukan penilaian

baik proses maupun hasil. Juga harus terampil dalam menerapkan strategi dan

metode pembelajaran sehingga proses pembelajaran menjadi aktif, kreatif dan

menyenangkan.

Selain UU Sisdiknas terdapat juga Peraturan Pemerintah RI yaitu No.

19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang menyatakan

bahwa :

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inisiatif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Artinya dalam proses pembelajaran harus sesuai dengan perkembangan dan

psikologis peserta didik, dalam hal ini penyajian bahan ajar dan

konsep-konsep pembelajaran harus mengikutsertakan peserta didik untuk aktif. Baik

secara individual maupun kelompok dengan menggunakan metode

pembelajaran yang relevan dan bervariasi sehingga hasilnya meningkatkan

(9)

Berdasarkan pengamatan dan pengalaman yang berkaitan dengan

pembelajaran di SDN 1 Sinargalih, khusus untuk kelas 2 pada mata pelajaran

Bahasa Indonesia dijumpai permasalahan yang berkaitan dengan kemampuan

siswa dalam membaca permulaan.

Hal itu terjadi karena berbagai faktor, baik yang datang dari luar

maupun dari dalam. Faktor yang datang dari dalam diantaranya kecerdasan,

kesiapan belajar, bakat, minat dan kemauan. Sedangkan faktor yang datang

dari luar diantaranya model penyajian materi pelajaran, suasana belajar dan

kondisi lingkungan baik lingkungan sekolah, keluarga maupun lingkungan

masyarakat.

Sementara yang terlihat selama ini, di SDN 1 Sinargalih untuk kelas 2

setelah naik dari kelas 1 sekitar 65 % membacanya masih belum lancar atau

kebanyakan masih mengeja. Artinya mereka atau siswa akan mengalami

hambatan untuk mengikuti pembelajaran selanjutnya di kelas 2. Sementara

pelajaran di kelas 2 tingkat kesukarannya akan lebih meningkat dibanding

dengan kelas 1. Jadi, pada saat memasuki kelas 2 sekitar 65 % siswa harus

kembali di bimbing benar-benar dalam membaca permulaan, mulai dari

membaca kata, kalimat dan paragraf tanpa harus dieja lagi serta

menuliskannya di buku tulis dengan benar.

Menurut pengamatan penulis siswa sendiri hanya belajar waktu di

sekolah, setelah pulang ke rumah siswa dibiarkan tanpa mendapat perhatian

dan bantuan belajar. Hal itu dapat diketahui dari kemampuan siswa pada

(10)

seperti itu, seorang guru harus bisa mengkonsentrasikan belajar siswa di

sekolah. Sementara waktu yang tersedia di sekolah sangat terbatas, jika

menggunakan pembelajaran yang biasa - biasa saja atau monoton kebanyakan

siswa akan mengalamai kebosanan dan enggan untuk belajar membaca.

Siswa lebih banyak yang suka bermain dan tidak mau belajar khususnya

dalam pelajaran membaca.

Hal ini sangat menuntut kreatifitas guru untuk kreatif dalam proses

pembelajaran dan pengelolaan kelas, sehingga pembelajaran membaca

berlangsung secara kondusif dan menyenangkan bagi semua anak. Karena

kita semua tahu membaca merupakan salah satu dari empat keterampilan

berbahasa yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan. Sebab pada

umumnya dengan kemampuan membaca yang lancar semua peserta didik

mampu menerima pembelajaran dengan baik di setiap mata pelajaran, tidak

hanya dalam pelajaran Bahasa Indonesia tetapi pada pelajaran lainnya.

Melihat kondisi tersebut, maka penulis berusaha mengatasi

permasalahan yang terjadi dengan membuat rencana pelaksanaan

pembelajaran kemudian didiskusikan dengan rekan guru dalam upaya

perbaikan terhadap pengembangan kreatifitas guru dalam mengajar membaca

permulaan. Khususnya dalam memilih strategi dan metode yang tepat untuk

materi pembelajaran membaca permulaan di kelas 2.

Maka dari itu peneliti tertarik untuk mengadakan perbaikan

pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menerapkan

(11)

permulaan untuk siswa kelas 2 SD pada pembelajaran Bahasa Indonesia di

SD Negeri 1 Sinargalih. Kenapa peneliti memilih metode ini, karena

Hypnoteaching merupakan metode pembelajaran yang lebih banyak

menggunakan kata-kata positif atau persuatif yang dapat memotivasi peserta

didik untuk terus belajar dengan cara memasuki dunia bawah sadar peserta

didik tanpa menghilangkan kesadarannya, sehingga peserta didik merasa

rileks dan nyaman dalam pembelajaran.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dan Identifikasi Masalah di atas, maka :

1. Bagaimana kemampuan membaca permulaan siswa kelas 2 pada SD

Negeri 1 Sinargalih sebelum menggunakan metode Hypnoteaching ?

2. Bagaimana aktifitas pembelajaran membaca permulaan siswa kelas 2

pada SD Negeri 1 Sinargalih dengan menggunakan metode

Hypnoteaching ?

3. Bagaimana kemampuan membaca permulaan pada siswa kelas 2 SD

Negeri 1 Sinargalih setelah menerapkan metode Hypnoteaching ?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah sesuai dengan latar

belakang yaitu mencari cara dan jalan keluar yang relevan dalam upaya

meningkatkan kemampuan siswa kelas 2 pada SD Negeri 1 Sinargalih dalam

membaca permulaan pada pembelajaran Bahasa Indonesia agar memperoleh

(12)

Sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui kemampuan membaca permulaan siswa kelas 2 pada SD

Negeri 1 Sinargalih sebelum menggunakan metode Hypnoteaching.

2. Mengetahui aktifitas pembelajaran membaca permulaan siswa kelas 2

SD Negeri 1 Sinargalih dengan menggunakan metode Hypnoteaching.

3. Mengetahui kemampuan membaca permulaan siswa kelas 2 pada SD

Negeri 1 Sinargalih setelah menerapkan metode Hypnoteaching.

D. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini, diharapkan hasilnya dapat bermanfaat bagi

siswa, peneliti maupun lembaga yang terkait dalam usaha perbaikan dan

peningkatan proses pembelajaran.

Manfaat tersebut antara lain :

1. Bagi siswa

a. Menjadikan proses pembelajaran lebih bervareasi sehingga

pembelajaran lebih menyenangkan.

b. Memotivasi siswa untuk mau belajar dalam membaca permulaan.

2. Bagi peneliti

a. Mendapat alternatif dalam upaya perbaikan hasil belajar siswa.

b. Menambah wawasan dan pengetahuan dalam meningkatkan kualitas

pelaksanaan pembelajaran.

c. Mempunyai kepekaan terhadap permasalahan yang terjadi di dalam

kelas dan mempunyai kemampuan untuk mengatasinya.

(13)

Sebagai bahan dasar pertimbangan dalam rangka meningkatkan

mutu pendidikan dan hasil belajar siswa khususnya dalam pembelajaran

Bahasa Indonesia melalui penerapan metode Hypnoteaching.

E. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

dengan menggunakan model siklus, yang dalam setiap langkah pelaksanaan

tindakannya meliputi empat tahap, yaitu: perencanaan (plan), tindakan (act),

pengamatan (observe), dan refleksi (reflect). Dengan dilaksanakan secara

periodik dan siklus-siklus pembelajaran tersebut diharapkan dapat mencapai

tujuan dalam penelitian.

Pada intinya penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki

berbagai persoalan nyata dan praktis dalam peningkatan mutu pembelajaran

di kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa

yang sedang belajar (Arikunto, 2009 : 60).

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah observasi

dan tes hasil belajar. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan

analisis kualitatif dan kuantitatif. Fokus permasalahan dan tujuan penelitian

diolah dengan menggunakan teknis analisis kualitatif, sedangkan untuk

memperoleh gambaran tentang hasil belajar siswa dalam aspek membaca

permulaan sebelum dan sesudah menggunakan metode Hypnoteaching

digunakan teknis analisis kuantitatif.

(14)

Skripsi ini terdiri dari lima bab. Bab I merupakan bab pendahuluan

yang terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penelitian.

Sedangkan bab II merupakan Bab Kajian Teori. Pada Bab ini diuraikan

teori-teori yang relavan dengan masalah yang diteliti. Bab III merupakan bab

Metode penelitian yang terdiri atas jenis penelitian, definisi operasional,

desain penelitian, prosedur penelitian, lokasi dan subjek penelitian, instrumen

penelitian, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data dan jadwal

pelaksanaan penelitian.

Bab IV berisi mengenai hasil penelitian dan pembahasan. Bab ini terdiri

atas deskripsi data awal penelitian, pelaksanaan dan hasil penelitian, serta

pembahasan hasil penelitian. Sedangkan bab V berisi kesimpulan yang

merupakan jawaban dari rumusan masalah yang terdapat pada bab I. Pada

bab ini juga terdapat saran atau rekomendasi yang ditujukan untuk

(15)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Pada penelitian ini digunakan Metode Penelitian Tindakan Kelas

(PTK), karena dikembangkan bersama-sama antara peneliti dan decition

Maker tentang Variabel-variabel yang dapat dimanifulasikan dan segera

digunakan untuk menentukan kebijakan sebagai upaya perbaikan dan

peningkatan kualitas pembelajaran, khususnya pelajaran Bahasa Indonesia di

sekolah dasar pada aspek membaca permulaan.

Menurut Kasbolah (1998/1999 : 13) yang menyatakan bahwa

“Penelitian Tindakan Kelas merupakan salah satu upaya guru atau praktisi

dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan

meningkatkan mutu pembelajaran didalam kelas”.

Artinya Penelitian tindakan kelas merupakan suatu penelitian yang

bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran serta

memberikan penemuan-penemuan yang praktis dengan melakukan tindakan

tertentu untuk mencari solusi atas permasalahan yang diangkat dari kegiatan

pembelajaran sehari-hari di kelas.

Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap

kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan

(16)

Penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk penelitian yang

bersifat reflektif yang dilakukan oleh pelaku dalam masyarakat sosial dan

bertujuan untuk memperbaiki pekerjaannya, memahami pekerjaan ini, serta

situasi di mana pekerjaan ini dilakukan. (Kemmis dan Carr dalam Kasbolah,

1998/1999:13)

Pada intinya penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki

berbagai persoalan nyata dan praktis dalam peningkatan mutu pembelajaran

di kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa

yang sedang belajar. (Arikunto, 1998:60)

Dari beberapa definisi di atas ada persamaan komponen bahwa

penelitian tindakan kelas bersifat reflektif dengan tujuan untuk mengadakan

perbaikan pada pembelajaran sehingga diharapkan kemampuan dan hasil

belajar siswa meningkat.

B. Definisi Opreasional

Untuk menhindari salah paham terhadap pokok-pokok masalah yang

diteliti, berikut ini penulis menjelaskan secara operasional beberapa istilah

yang dipandang perlu untuk diketahui kejelasannya, yaitu :

1. Membaca Permulaan

Membaca merupakan proses mengenali huruf dan kata-kata

kemudian menghubungkannya dengan bunyi sehingga dapat ditarik

(17)

Membaca permulaan merupakan tahapan proses belajar

membaca bagi siswa Sekolah Dasar yang diberikan pada kelas awal yaitu

kelas I dan II.

2. Metode

Metode adalah suatu cara yang digunakan oleh seorang guru untuk

menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik sehingga terjadi

hubungan antara guru dan peserta didik pada saat pembelajaran

berlangsung sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

3. Hypnoteaching

Hypnoteaching adalah metode pembelajaran yang muncul di dunia

pendidikan sebagai salah satu upaya atau jalan keluar sebagai alternatif

yang dapat digunakan guru dalam menyelesaikan permasalahan yang

terjadi didalam kelas. Karena Hypnoteching dapat menurunkan frequensi

gelombang otak sehingga memberikan informasi ke pikiran bawah sadar

peserta didik untuk memahami sebuah nilai dan pemahaman baru.

Jadi, Hypnoteaching merupakan suatu upaya menurunkan frequensi

gelombang otak sehingga peserta didik menjadi relaks dan lebih sugestif

dalam menangkap nilai-nilai positif dari sebuah proses pembelajaran.

C. Desain Penelitian

Penelitian merupakan cara mencari inti permasalahan yang terjadi

(18)

permasalahan tersebut. Hal ini tentunya memerlukan gamabaran atau desain

yang nantinya akan diikuti dalam pelaksanaan penelitian tersebut.

Menurut Sudarsono (Asrori, 2007 : 66), desain penelitian adalah model

atau gambaran bentuk penelitian yang akan diikuti dalam pelaksanaan

penelitian tindakan kelas.

Model penelitian yang akan diikuti dalam penelitian tindakan kelas

adalah siklus yang berbentuk spiral seperti yang dikembangkan olek

Kemmis dan Taggart (Kasbolah, 1998/1999:70) yang dalam setiap langkah

pelaksanaan tindakannya meliputi empat tahap, yaitu perencanaan (plan),

tindakan (act), pengamatan (observe), dan refleksi (reflect). Setelah

dilakukan siklus pertama, kemudian dilanjutkan pada siklus kedua dan siklus

seterusnya.

Penelitian perbaikan pembelajaran dilaksanakan dalam setiap siklus

yang terdiri dari rangkaian langkah-langkah seperti yang digambarkan dalam

bagan. Pada setiap siklus peneliti terlihat langsung secara aktif mengamati

secara cermat setiap kegiatan dan menentukan tindakan perbaikan yang

dianggap tepat untuk meningkatkan pembelajaran bahasa Indonesia dalam

membaca permulaan.

Dari siklus ke siklus berikutnya, kegiatan peneliti pada dasarnya sama,

namun pada setiap tahap tindakan diadakan koreksi dan perbaikan

pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Melalui tahapan di atas, diharapkan proses perbaikan yang

(19)

Ocah Nurhayati, 2013

mengandung beberapa kelemahan berangsur-angsur menuju ke arah yang

lebih baik.

Rencana

Tindakan

Refleksi

Observasi SIKLUS I

Pelaksanaan

Tindakan

Rencana

Tindakan

Rencana

Tindakan Refleksi

Observasi Observasi

SIKLUS III SIKLUS II

Refleksi Pelaksanaan

(20)

Gambar 3.2

Alur Pelaksanaan Tindakan dalam Penelitian Tindakan Kelas

(Kasbolah, 1998/1999 : 70)

D. Prosedur Penelitian

Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mengembangkan

prosedur penelitian tindakan kelas berbentuk siklus (cycle). Tiap siklus

dilakukan sesuai dengan perubahan ke arah peningkatan dan perbaikan

dalam proses pembelajaran.

Pada tahap awal guru sebagai peneliti harus mengetahui keadaan dan

kemampuan siswa melalui observasi. Di dalamnya mencakup keadaan kelas,

perilaku siswa sehari-hari, perhatian terhadap pelajaran, maupun prestasi dan

hasil belajarnya. Keadaan awal ini sangat diperlukan untuk dijadikan dasar

kriteria untuk mengukur ada tidaknya perbaikan dan peningkatan setelah

dilaksanakannya tindakan oleh guru dalam penelitian kelas selama proses

pembelajaran.

Tahap berikutnya, guru sebagai peneliti merancang tindakan yang akan

dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses dan hasil

pembelajaran sebagaimana yang telah dirumuskan dalam hipotesis tindakan.

Misalnya guru ingin mengubah suasana proses pembelajaran yang pasif,

(21)

Selama kegiatan pemberian tindakan kelas berlangsung, guru sebagai

peneliti mengamati perubahan perilaku dan sikap yang terjadi pada diri

siswa serta mencatatnya dengan cermat. Guru juga membuat catatan tentang

tindakan yang dilakukan dan dampak dari tindakan itu terhadap perubahan

perilaku siswa.

Secara rinci tahap-tahap kegiatan penelitian di atas dapat dijelaskan

sebagai berikut:

1. Perencanaan Tindakan

Pada tahap perencanaan tentunya telah melakukan refleksi awal dan

merumuskan masalah yang hendak dicari solusinya. Dimulai dengan

melakukan konfirmasi ide penelitian perbaikan kepada kepala sekolah

dan guru yang selanjutnya melakukan diskusi bersama. Observasi

pelakasanaan perbaikan di kelas dilakukan setelah dicapai kesepakatan

dalam diskusi. Kegiatan selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti adalah

menyusun sekenario perbaikan pembelajaran dan mempersiapkan

alat-alat observasi yang diperlukan dalam melaksanakan penelitian.

Data awal diperoleh dari hasil evaluasi mata pelajaran bahasa

Indonesia yang sudah terdokumentasi dalam daftar nilai siswa dan dari

hasil pengamatan langsung dalam setiap pembelajaran bahasa Indonesia.

Data tersebut dapat membantu peneliti dalam menetapkan kelemahan dan

hambatan siswa dalam belajar bahasa Indonesia yang selanjutnya

difokuskan pada aspek membaca permulaan dengan metode pembelajaran

(22)

memperoleh data awal, peneliti menyusun rencana pembelajaran dari

pokok bahasan tertentu, tetapi belum menerapkan strategi pembelajaran

dengan menggunakan metode pembelajaran hypnoteaching.

Kegiatan selanjutnya peneliti menyusun tindakan dengan metode

pembelajaran hypnoteaching sesuai dengan permasalahan yang telah

dirumuskan sebelumnya. Dalam penelitian ini, peneliti perlu melakukan

hal-hal berikut:

a. Menentukan pokok bahasan yang akan dijadikan bahan penelitian

sesuai dengan program pembelajaran, silabus, dan jadwal pelajaran

sebagaimana biasanya.

b. Menentukan pengalaman belajar yang akan dicapai dalam

pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran

hypnoteaching

c. Mengantisipasi kendala dan permasalahan yang mungkin muncul

dalam peleksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode

pembelajaran hypnoteaching.

d. Penggunaan metode pembelajaran hypnoteaching dalam pembelajaran

diketahui oleh tim observer sesuai dengan siklus yang diperlukan.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini peneliti melaksanakan tindakan sesuai dengan

perencanaan dan langkah-langkah tindakan yang telah dirumuskan pada

tahap sebelumnya. Pada waktu yang sama peneliti melakukan

(23)

untuk mengumpulkan data tanpa mengganggu kegiatan belajar siswa

sebagaimana biasanya, sehingga proses pembelajaran berlangsung secara

wajar.

Jenis tindakan yang dilaksanakan peneliti merupakan hasil

kesepakatan antara peneliti dengan berkolaborasi dengan pihak-pihak

lain dengan tujuan untuk mengadakan inovasi dalam proses

pembelajaran yang diharapkan dari kegiatan tersebut mampu

memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar.

3. Observasi

Kegiatan observasi dilaksanakan antara peneliti atau guru (teman

sejawat) dengan menggunakan pedoman observasi yang telah

dipersiapkan sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk melihat hasil atau

dampak dari tindakan yang dilaksanakan.

Hasil observasi merupakan bahan pertimbangan untuk melakuakan

refleksi dan revisi terhadap rencana dan tindakan yang telah dilakukan

untuk menyusun rencana dan tindakan selanjutnya, yang diharapkan

lebih baik dari tindakan yang telah dilakukan sebelumnya.

4. Refleksi

Segala sesuatu yang ditemukan pada waktu pelaksanaan

pembelajaran ditindaklanjuti dengan kegiatan refleksi dalam bentuk

diskusi bersama antara guru dan peneliti. Tahap ini merupakan kegiatan

kegiatan analsisis-sintesis, interpretasi dan eksplanasi (penjelasan)

(24)

Hasil temuan pada saat tindakan (kegiatan pembelajaran) dilanjutkan

dengan kegiatan refleksi. Berdasarkan hasil refleksi ini akan diketahui

kelemahan dari proses pembelajaran yang sudah dilaksanakan, sehingga

dapat digunakan untuk merevisi proses pembelajaran pada siklus

berikutnya. Hal ini dilakukan agar peneliti lebih tajam dalam melakukan

refleksi dan evaluasi.

Melelui refleksi dan evaluasi yang dihasilkan peneliti dapat melihat

dan mendapati kekurangan yang terjadi dalam proses pembelajaran,

sehingga dapat dijadikan dasar untuk menentukan rencana tindakan

selanjutnya agar kekurangan tersebut dapat diatasi.

E. Lokasi dan subjek penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 1

Sinargalih yang berlokasi di Kampung Pasirwetan Desa Sinargalih

Kecamatan Maniis Kabupaten Purwakarta Provinsi Jawa Barat. Sekolah

ini termasuk sekolah terpencil di Kabupaten Purwakarta yang letaknya

dekat dengan bendungan Cirata.

Perjalanan menuju sekolah ini harus ditempuh dengan kondisi jalan

yang belum di aspal. Untuk pergi ke sekolah bisa menggunakan sepeda

motor, mobil atau dengan jalan kaki. Akan tetapi, bila hujan turun jalan

(25)

Bangunan SD Negeri 1 Sinargalih terdiri dari enam ruangan kelas.

Secara umum kondisi fisik sekolah cukup baik dan halaman sekolah

cukup luas. Bangunan SD Negeri 1 Sinargalih terlampir.

2. Subjek Penelitian

Secara keseluruhan jumlah siswa SD Negeri 1 Sinargalih pada

tahun ajaran 2012/2013 adalah 263 siswa yang terdiri atas 135 orang

siswa laku-laki dan 130 orang siswa perempuan. Dari 263 siswa

tersebut, 50 orang siswa diantaranya adalah siswa kelas II yang terbagi

ke dalam dua rombel yaitu II a dan II b. Yang merupakan subjek

penelitian adalah Kelas II b yang berjumlah 25 orang dengan rincian

14 orang siswa laki-laki dan 11 orang siswa perempuan. Untuk lebih

rinci data siswa SD Negeri 1 Sinargalih Kecamatan Maniis Kabupaten

Purwakarta dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 3.1

Data Siswa SD Negeri 1 Sinargalih Tahun Ajaran 2012/2013

Kelas

Banyak Siswa

Jumlah Laki-laki Perempuan

I 24 20 34

II a 13 12 25

II b 14 11 25

III 31 16 47

(26)

V 15 26 41

VI 21 26 47

Jumlah 135 130 263

(Dokumen SD Negeri 1 Sinargalih Tahun Ajaran 2012/2013)

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data-data

adalah sebagi berikut:

1. Lembar Observasi

Lembar panduan observasi direncanakan dan disusun dengan

cermat serta teliti. Lembar observasi ini digunakan untuk mengamati

dan mengetahui tingkah laku siswa dan guru selama proses

pembelajaran berlangsung. Adapun kegiatan yang diobservasi adalah

kegiatan guru dan siswa ketika dalam proses pembelajaran.

2. Tes Hasil Belajar

Data yang dihimpun dalam penelitian ini adalah hasil evaluasi

berupa tes yang berbentuk nilai yang didapat dari siswa kelas II yang

dijadikan subjek penelitian. Adapun bentuk evaluasi yang diberikan

yaitu berupa tes lisan dan tes tertulis. Instrumen tes hasil belajar dalam

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa khususnya

dalam aspek membaca permulaan sebelum dan sesudah menggunakan

metode pembelajaran hypnoteaching pada setiap siklus penelitian.

Adapun kriteria penilaian yang digunakan yaitu sesuai dengan

(27)

dan intonasi dan kelancaran membaca. Model penilaian yang digunakan

untuk menilai kemampuan membaca permulaan siswa yaitu

berdasarkan petunjuk dari Depdikbud (Mulyati, 2010 : 8.12), yaitu

sebagai berikut:

Tabel 3.2

Pedoman Penilaian Kemampuan Berbahasa Menurut Depdikbud

Rentang nilai Hurup Keterangan

85 – 100 A Sangat Baik

70 – 84 B Baik

55 – 69 C Cukup

40 – 54 D Kurang

< 40 E Sangat Kurang

3. Catatan Lapangan (Field Notes)

Catatan lapangan merupakan hasil temuan peneliti selama proses

pembelajaran yang digunakan untuk mencatat hal-hal atau kejadian

yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung, baik terhadap

guru (peneliti) maupun terhadap siswa. Adapun sifatnya spontan dan

tidak dirancang sebelumnya pada lembar observasi. Data yang

diperoleh melalui catatan lapangan digunakan sebagai masukan dalam

kegiatan atau tindakan berikutnya.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan

(28)

karena penelitian dilakukan setelah mengadakan pengamatan dan

kejadian-kejadian yang menjadi permasalahan didalam kelas.

Tes dilakukan pada akhir kegiatan pembelajaran sehingga dapat

diketahui kemampuan siswa dalam membaca permulaan. Adapun

observasi dilaksanakan pada awal penelitian untuk menentukan

permasalahan yang akan di teliti. Berbagai hal yang ditemukan selama

observasi, dicatat untuk bahan perbaikan dalam setiap tindakan. Selain itu,

observasi dilakukan oleh pengamat untuk mengetahui aktivitas guru dan

siswa dalam proses pembelajaran berlangsung. Untuk proses selanjutnya

dimasukan ke dalam catatan sebagai data untuk dijadikan bahan yang akan

ditindak lanjuti.

Data yang tekumpul melalui kegiatan observasi kemudian

dianalisis dan dilakukan refleksi sebagai masukan dan pedoman dalam

melaksanakan tindakan berikutnya sehingga kemampuan membaca siswa

mengalami peningkatan.

Catatan lapangan merupakan hasil temuan peneliti selama proses

pembelajaran berlangsung. Adapun sifatnya spontan dan tidak dirancang

sebelumnya pada lembar observasi. Data yang diperoleh melalui catatan

lapangan digunakan sebagai masukan dalam kegiatan atau tindakan

berikutnya

H. Teknik Pengolahan Data

Hasil perolehan data dianalisis dengan menggunakan teknik analisis

(29)

berakhirnya seluruh program tindakan sesuai dengan karakteristik fokus

permasalahan dan tujuan penelitian.

Fokus permasalahan dan tujuan penelitian diolah dengan

menggunakan teknik analisis kualitatif untuk menunjukkan dinamika

proses dengan memberikan pemaknaan dan kontekstual, yaitu data tentang

kinerja guru dan aktivitas pembelajaran. Sedangkan untuk memperoleh

gambaran tentang hasil belajar siswa dalam aspek membaca permulaan

sebelum dan sesudah menggunakan metode hypnoteaching digunakan

analisis data yang bersifat kuantitatif.

Untuk mengukur kemampuan siswa terlebih dahulu guru harus

menentukan nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan

pada awal tahun pelajaran . Nilai KKM untuk membaca permulaan guru

menetapkan nilai yaitu 65 untuk siswa di kelas II. KKM ini diperoleh

dengan cara menggunakan rumus KDI (Kompleksitas, Daya dukung dan

Intaks siswa). Kompleksitas dengan kriteria tinggi, sedang dan rendah

nilainya 1, 2 dan 3. Daya dukung dengan kriteria tinggi, sedang dan rendah

nilainya 3, 2 dan 1. Sedangkan intaks siswa dengan kriteria tinggi, sedang

dan rendah nilainya 3, 2 dan 1. Jadi, KKM untuk membaca permulaan

yaitu nilai dari kompleksitas, daya dukung dan intaks siswa dibagi dengan

sembilan.

1. Observasi

Metode observasi dilakukan dan digunakan untuk mengamati

(30)

pembelajaran berlangsung melalui penerapan metode hypnoteaching.

Adapun kegiatan yang termasuk ke dalam pengamatan ini yaitu

konsertasi siswa dalam proses pembelajaran dan kreatifitas guru

dalam penggunaan metode pembelajaran yaitu metode hypnoteaching.

Tabel 3.3

Contoh Lembar Observasi Aktivitas Siswa

No Aktivitas belajar siswa

Skala Keterangan

Komunikasi dan keberanian siswa ketika membaca

4

Aktivitas/kemampuan siswa dalam membaca dengan metode hypnoteaching

5 Kemampuan siswa dalam tes lisan/perbuatan

Tabel 3.4

Contoh Lembar Observasi Aktivitas Guru Dalam Pembelajaran

No Aspek yang diobservasi Kurang Sedang Baik 1 Mengkondisikan siswa untuk siap belajar

2 Menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini 3 Mengadakan apersepsi sebelum pembelajaran

dimulai

4 Menyampaikan materi sesuai dengan metode hypnoteaching

(31)

6 Memberikan contoh membaca lancar

7 Memberikan contoh membaca dengan lafal dan intonasi yang benar

8 Memotivasi siswa dalam pembelajaran membaca permulaan

9 Membimbing siswa membaca teks bacaan 10 Mengevaluasi hasil belajar membaca

11 Menyimpulkan pembelajaran dan memberikan tindak lanjut

dengan mengisi soal pertanyaan yang jawabannya terdapat pada

teks bacaan yang sudah dibaca. Tes lisan maupun tes tertulis

digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam membaca

permulaan dalam aspek membaca lancar dan membaca dengan

lafal dan intonasi yang tepat setelah penerapan metode

hypnoteaching. Dan hasil belajar siswa yang berupa nilai-nilai

digunakan untuk mengukur peningkatkan kemampuan siswa dalam

membaca permulaan setelah penerapan metode hypnoteaching.

b. Post tes

Post tes berupa soal-soal pertanyaan. Soal-soal tersebut isinya

(32)

Hal tersebut bertujuan untuk mengukur kemampuan siswa dalam

membaca permulaan setelah penerapan metode hypnoteaching.

Tabel: 3.5

Contoh Lembar Penilaan Tes Hasil Belajar Siswa

No Nama

dari komponen yang diujikan dalam membaca permulaan. Dan

untuk nilai means (rata-rata kelas) diperoleh dari hasil kerja siswa

(nilai siswa) dibagi oleh jumlah seluruh siswa yang terdapat di

(33)

Untuk mengukur keberhasilan dan kemampuan seorang

siswa, perolehan nilai siswa tersebut harus melampaui nilai KKM

atau paling rendah nilai siswa tersebut sesuai nilai KKM / batas

KKM. Dan secara keseluruhan untuk mengukur keberhasilan guru

dalam menyampaikan pelajaran nilai rata-rata kelas harus melebihi

batas KKM dan meningkat setelah diadakan tes terhadap siswa.

Dalam hal ini tindakan yang dilakukan peneliti disajikan

secara bertahap sesuai dengan siklus yang telah direncanakan serta

jenis dan bentuk tindakan yang telah dilakukan beserta efek yang

ditimbulkannya.

3. Catatan Lapangan

Catatan lapangan dalam proses pembelajaran yaitu digunakan

untuk mencatat hal-hal atau kejadian yang terjadi selama proses

pembelajaran berlangsung, baik terhadap guru (peneliti) maupun

terhadap siswa. Sifat dari catatan lapangan yaitu bersifat spontan dan

tidak dirancang sebelumnya pada lembar observasi. Akan tetapi, data

yang diperoleh melalui catatan lapangan digunakan sebagai masukan

dalam kegiatan atau tindakan berikutnya.

I. Indikator Keberhasilan Siklus

Dalam penelitian ini, permasalahan yang akan ditangani yaitu

tentang membaca permulaan pada aspek membaca lancar dan membaca

(34)

peneliti menetapkan nilai/jumlah siswa yang lulus berdasarkan KKM yang

ditentukan yaitu 21 orang siswa (84%) dari total keseluruhan siswa yang

diteliti yakni 25 orang siswa. Nilai tersebut berlaku untuk semua aspek yang

menjadi permasalahan yaitu membaca lancar dan membaca dengan lafal

serta intonasi yang tepat.

J. Jadwal Penelitian

Jadwal pelaksanaan penelitian pada mata pelajaran Bahasa

Indonesia dalam aspek membaca permulaan di SDN 1 Sinargalih untuk

siswa kelas II.

No Uraian

Tanggal pelaksanaan

Hari Tanggal

1. Siklus I Rabu 07 November 2012

2. Siklus II Kamis 22 November 2012

(35)

122

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan hasil penelitian,

tentang penerapan metode hypnoteaching untuk meningkatkan kemampuan

membaca permulaan pada siswa kelas II SD Negeri 1 Sinargalih pada

pembelajaran Bahasa Indonesia dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Sebelum menggunakan metode hypnoteaching pembelajaran kurang

terarah. Kegiatan membaca hanya sekedar membaca bersama tanpa ada

tahapan-tahapan yang terencana, yang menilai siswa secara pribadi

(individual). Proses pembelajaran kurang maksimal dan siswa cenderung

pasif serta tidak fokus pada pelajaran karena dalam pembelajaran

komunikasi berjalan satu arah hanya dari guru saja. Saat pembelajaran

berlangsung, siswa menunjukan rasa bosan dalam mengikuti pelajaran

membaca. Ini disebabkan karena tidak adanya media dan metode

pembelajaran yang merangsang minat baca siswa di kelas. Dilihat dari

hasil tes pada awal pembelajaran rata-rata nilai yang diperoleh siswa

kurang dari KKM dengan kategori belum berhasil karena tidak melampui

nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Yang dinyatakan berhasil

hanya 13 orang siswa (52%), sedangakan sisanya dinyatakan belum

(36)

2. Dalam proses pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan

metode hypnoteaching siswa terlihat aktif dan bersemangat, sehingga

perhatian dan disiplin siswa meningkat. Aktivitas atau kemampuan

membaca siswa kelas II SD Negeri 1 Sinargalih pada setiap siklus pun

mengalami peningkatan. Siswa tidak lagi takut bertanya dan maju ke

depan kelas untuk membaca saat pembelajaran berlangsung serta

antusias dalam setiap siklus yang disajikan.

3. Kemampuan membaca siswa setelah diterapakan metode hypnoteaching

mengalami peningkatan yang signifikan.

Hal ini dapat terlihat dari aktivitas atau kemampuan siswa saat

melakukan tes lisan ataupun perbuatan. Siswa yang tadinya belum hapal

huruf menjadi hapal dan mampu membaca dengan cara dieja. Siswa yang

asalnya masih mengeja dapat membaca dengan lancar. Dan siswa yang

tadinya membaca datar atau tanpa lafal dan intonasi mampu membaca

dengan lafal dan intonasi yang tepat. Selain itu, disiplin dan perhatian

siswa terhadap pelajaran semakin terfokus serta tumbuh keberanian pada

diri siswa sehingga komunikasi siswa dan guru menjadi lebih baik.

kemampuan siswa saat melakukan tes menjadi meningkat. Hal

tersebut terbukti dari hasil tes pada setiap siklus. Pada siklus I siswa yang

dinyatakan berhasil sebanyak 16 orang siswa (64%) dengan rata-rata

kelas yaitu 67,3. Pada siklus II siswa yang dinyakan berhasil sebanyak 18

orang siswa (72%) dengan rata-rata kelas yaitu 69,6. Dan pada siklus III

(37)

rata-rata kelas yaitu 73. Adanya peningkatan dari siklus I sampai dengan

siklus III menunjukan bahwa dengan menggunakan metode

hypnoteaching dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca

permulaan. Hal ini terjadi karena siswa merasa termotivasi dan senang

dengan pelajaran membaca.

B. Saran

Setelah melakukan penelitian tindakan kelas dalam meningkatkan

kemampuan siswa dalam membaca permulaan, maka ada beberapa

point yang disarankan oleh peneliti agar menjadi proses perbaikan

dalam mencapai keberhasilan pada pembelajaran Bahasa Indonesia di

SD khususnya di kelas rendah. Adapun point yang dimaksud adalah :

1. Guru harus lebih peka terhadap kehidupan siswa di luar sekolah.

Dalam hal ini guru dapat bekerja sama dengan orang tua siswa agar

mengetahui gambaran latar belakang siswa yang memiliki minat

dan kemampuan yang berbeda, sehingga guru dapat mengetahui

masalah perkembangan yang dimiliki oleh masing-masing siswa.

2. Guru hendaknya dapat mengembangakan diri dalam melakukan

pembelajan dikelas, dengan cara mempelajari dan menentukan

metode serta media pembelajaran yang tepat guna membantu

dalam proses pembelajaran membaca khususnya di kelas renadah

(38)

3. Dengan bantuan dan bimbingan orang-orang berkompeten

misalnya guru atau orang tua di rumah sebaiknya siswa terus

berlatih membaca, dengan demikian kemampuan membaca siswa

akan meningkat. Bacaan yang dipilih tidak hanya buku pelajaran

yang disediakan disekolah, akan tetapi bacaan lainnya yang

menarik minat anak untuk berlatih seperti buku-buku bergambar,

buku serial dongeng ataupun majalah anak-anak.

4. Kepala sekolah sebagai pihak yang ikut andil memantau kegiatan

pembelajaran dikelas, hendaknya berupaya memperhatikan

kebutuhan siswa akan hal membaca, misalnya menyediakan

buku-buku bacaan lain selain buku-buku pelajaran sekolah. Dalam hal ini

kepala sekolah sebagai penyelenggara dana BOS (bantuan

Operasional sekolah) di SD mungkin dapat menambah koleksi

buku kelas atau membuat perpustakaan mini di sekolah dengan

berbagai macam buku bacaan yang mnegundang minat baca anak

di sekolah khususnya siswa kelas renadah (kelas II).

5. Orang tua dituntut harus berperan aktif dalam proses peningkatan

kemampuan membaca siswa dengan cara mengawasi anak-anak

mereka dirumah saat belajar dan membantu serta membimbing

anak dalam kegiatan membaca, sehingga ada kerja sama yang baik

antara pihak sekolah dan orang tua dalam peningkatan kemampuan

(39)

6. Kepada peneliti lainnya diharapkan dapat mengkaji kembali

penggunaan metode hypnoteaching dalam pembelajaran yang

serupa dikelas lain. Serta mampu menyajikan penerapan metode

(40)

DAFTAR PUSTAKA

Akhaidah, S. dkk. (1993). Bahasa Indonesia 3. Jakarta : departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Almatin, I. (2010). Dahsyatnya Hypnosis Learning. Yogyakarta : PustakaWidyatama.

Asrori, M. (2008). Psikologi Pembelajran. Bandung : CV Wacana Prima.

Depdiknas. (2003). Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasioanal. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Hajar, I. (2011). Hynoteaching. Semarang : Diva.

Hartati, T, dkk. (2006). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Di Kelas Rendah. Bandung : UPI PRESS.

Hatimah, I, dkk. (2010). Penelitian Pendidikan. Bandung : UPI PRESS.

Hernawan, H, dkk. (2007). Belajar dan Pembelajaran Sekolah Dasar. Bandung : UPI PRESS.

Nirmala, I. (2011). Penerapan Metode Inkuiri Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar Pada Mata Pelajaran Matematika. Skripsi Sarjana Pendidikan UPI Purwakarta : tidak diterbitkan.

Noer, M. (2010). Hypnoteaching for success Learning. Semarang : Pedagogia.

Nurhayati, I. (2011). Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman Siswa di Sekolah Dasar Dengan Tenik Survey, Question, Read, Relite, Review (SQ3R). Skripsi Sarjana Pendidikan UPI Purwakarta : tidak diterbitkan.

Pratiwi, A. (2010). Penerapan Metode SAS Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Membaca Permulaan Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia. Skripsi Sarjana Pendidikan UPI Purwakarta : tidak diterbitkan.

Resmini, N. dan Juanda, D. (2007). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di kelas tinggi. Bandung : UPI PRESS.

Resmini, N, dkk.. (2009). Pembinaan dan Pengembangan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung : UPI PRESS.

(41)

Suhardi dan Sunarti, S. (2010). Sosiologi 3 untuk SMA / MA kelas XII. Jakarta : Pusat perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Suparta, dkk. (2008). Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta : Amissco.

Pusat Layanan Pendidikan. (2011). Hypnoteaching “menginspirasi dan

mencerahkan Pendidikan”. Bandung : PULPEN.

Gambar

Gambar 3.2
Tabel 3.1 Data Siswa SD Negeri 1 Sinargalih Tahun Ajaran 2012/2013
Tabel 3.2 Pedoman Penilaian Kemampuan Berbahasa Menurut Depdikbud
Tabel 3.3 Contoh Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan positif dan signifikan antara: 1) supervisi kepala sekolah dengan kinerja guru, 2) status

Pandangan Siswa terhadap Mata Pelajaran Matematika Penalaran Sebelum Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing .... Pilihan Bentuk Belajar Matematika di

[r]

Set Up Alert Æ ditujukan untuk membantu user dengan memberitahukan artikel-artikel yang baru mengenai keyword yang telah ditentukan oleh user dengan menunjukkan email address

Pada dasarnya proses seleksi dan rekrutmen serta penempatan karyawan sesuai dengan kemampuan dirinya yang dilakukan pada satu perusahaan sangat besar manfaatnya dalam

rangka perbaikan yang lebih baik pada masa yang akan datang. Oleh karena itu judul penelitian diajukan adalah” Pengaruh Perilaku kepemimpinan dan Iklim

Pengumpulan data merupakan kegiatan menggali informasi terkait data dari permasalahan yang diteliti. Dari data yang terkumpul diharapkan mampu memecahkan permasalahan yang

Sebaliknya dengan beroperasinya kedua pembangkit aliran daya tidak bergerak satu arah lagi serta tegangan di sepanjang saluran juga mengalami kenaikan dibanding tanpa adanya