PENERAPAN METODE HYPNOTEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMBACA PERMULAAN PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR
( Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas 2 SD Negeri 1 Sinargalih, Kecamatan Maniis, Kabupaten Purwakarta, Tahun Pelajaran 2012/2013)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Program
Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh
OCAH NURHAYATI 0810086
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Ocah Nurhayati, 2013
PENERAPAN METODE HYPNOTEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMBACA PERMULAAN PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR
( Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas 2 SD Negeri 1 Sinargalih, Kecamatan Maniis, Kabupaten Purwakarta, Tahun Pelajaran 2012/2013)
Oleh :
OCAH NURHAYATI (0810086)
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya kemampuan siswa kelas 2 SD Negeri 1sinargalih dalam membaca permulaan khususnya pada aspek membaca lancar serta lafal dan intonasi. Karena membaca mempunyai andil yang sangat besar dalam kehidupan manusia maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini sehingga kemampuan membaca permulaan siswa kelas 2 SD Negeri 1 Sinargalih dapat meningkat . Salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa kelas 2 SD Negeri 1 Sinargalih yaitu dengan penerapan metode hypnoteaching, karena metode hypnoteaching dapat menurunkan frequensi gelombang otak sehingga peserta didik menjadi rileks dan lebih sugestif dalam menangkap nilai-nilai positif dari sebuah proses pembelajaran, dan diharapakan kemampuan siswa dalam membaca permulaan dapat meningkat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan membaca permulaan siswa kelas 2 SD Negeri 1 sinargalih sebelum menggunakan metode hypnoteaching, mengetahui aktivitas siswa dalam membaca permulaan dengan menggunakan metode hypnoteaching dan mengetahui kemampuan membaca permulaan siswa setelah menggunakan metode hypnoteaching, sehingga hasilnya dapat diketahui, baik sebelum dan sesudah menerapkan metode hypnoteaching.
Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu penelitian yang dilakukan di dalam kelas (sekolah) tempat guru (peneliti) mengajar. Penelitian dilakukan dalam III siklus yang tahapannya meliputi perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Dan data diperoleh dengan cara melakukan observasi, tes hasil belajar dan catatan lapangan. Semua data yang terkumpul dianalisis dan direfleksi untuk dijadikan pedoman dalam setiap tindakan yang akan dilakukan.
Hasil analisis data terungkap dengan metode hypnoteaching siswa menjadi antusias dalam belajar sehingga siswa mampu membaca teks bacaan sederhana dengan lancar serta membaca dengan lafal dan intonasi yang tepat. Setelah diterapkan metode hypnoteaching kemampuan siswa mengalami peningkatan yang signifikan. Ini terbukti dari hasil tes, jumlah siswa yang lulus berdasarkan KKM mengalami peningkatan pada setiap tindakan. Jumlah siswa yang lulus pada siklus I yaitu 16 orang siswa (64%), pada siklus II yaitu 18 orang siswa (72%) dan pada siklus III yaitu 21 orang siswa (84%).
Dengan peningkatan jumlah siswa yang lulus tersebut membuktikan adanya peningkatan kemampuan siswa kelas 2 SD Negeri 1 Sinargalih dalam membaca permulaan setelah penerapan metode hypnoteaching.
Ocah Nurhayati, 2013
iv
F. Sistematika Penulisan ………...…………...…… 7
BAB II KAJIAN TEORETIK A. Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar ………...…… 9
1. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD ………..…. . 10
2. Hakekat Pembelajaran Bahasa Indonesia ……….…... 11
3. Ruang Lingkup Pembelajaran Bahasa Indonesia ………...……... 12
B. Membaca Permulaan ………..………...….. 13
1. Pengertian Membaca ………..………..….. 13
2. Pembelajaran Membaca di Sekolah Dasar ………..…………..…. 15
3. Pembelajaran Membaca Permulaan ……..………..…...… 16
3.1 Tujuan Pembelajaran Membaca Permulaan ……..…..…...…. 18
3.2 Cakupan Materi Pembelajaran Membaca Permulaan ……….. 19
3.3 Kompetensi Dasar Membaca Permulaan di Kelas 2 SD ……. 20
C. Metode Hypnoteaching 1. Pengertian Metode ………...…. 20
2. Macam-macam Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD .... 22
3. Metode Hypnoteaching ……….……... 27
v Ocah Nurhayati, 2013
3.2Manfaat Pembelajaran Hypnoteaching ……….…...… 36
3.3Langkah-langkah Pembelajaran Metode Hypnoteaching …… 39
3.4Langkah-langkah Pembelajaran Hypnoteaching dalam Membaca Permulaan ………...…….… 40
3.5Kelebihan dan Kekurangan Metode Hypnoteaching ……...… 41
3.6Kemungkinan Masalah yang Timbul dan Usaha Mengatasinya dalam Pembelajaran Hypnoteaching ….………... 42
BAB III METODE PENELITIAN
I. Indikator Keberhasilan Siklus ... 63
J. Jadwal Penelitian ……….……….… 63
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Awal Penelitian ………...….…… 64
B. Pelaksanaan dan Hasil Penelitian ………...…………. 73
C. Pembahasan Hasil Penelitian ……… 112
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ………..… 122
B. Saran ……… 124
DAFTAR PUSTAKA
vi Ocah Nurhayati, 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan landasan utama dalam kehidupan manusia,
karena dengan pendidikan manusia dapat membentuk kehidupan dan jati diri
seutuhnya. Anak adalah amanah Yang Maha Kuasa yang haus akan
pendidikan. Anak ibarat kertas putih yang siap menerima coretan tinta warna
ataupun tinta hitam tergantung yang menuliskannya.
Maka dari itu, kewajiban kita membentuk watak serta kemampuan
anak agar menjadi manusia yang bertaqwa, beriman, berahlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif dan mandiri. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang
tertuang dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas)
No. 20 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa :
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk perkembangan peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu dukungan dari semua komponen
pendidikan seperti peserta didik, kurikulum, sarana prasarana, sumber
belajar, kebijakan pemerintah dan dukungan orang tua murid (masyarakat)
dalam pelaksanannya. Namun, yang sangat penting dari semua komponen di
atas adalah tenaga kependidikan (guru) sebagai pengelola dalam proses
yang memungkinkan terjadinya perubahan watak dan tingkah laku peserta
didik.
Guru merupakan kunci utama dalam proses pembelajaran yang
menentukan keberhasilan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Karena
seorang guru selain bertugas sebagai pengajar guru juga bertugas sebagai
pendidik dan bertanggung jawab dalam pengelolaan pembelajaran sehingga
dapat mengoptimalkan seluruh potensi yang dimiliki peserta didik. Untuk itu
guru dituntut menguasai materi, mengelola kelas dan melakukan penilaian
baik proses maupun hasil. Juga harus terampil dalam menerapkan strategi dan
metode pembelajaran sehingga proses pembelajaran menjadi aktif, kreatif dan
menyenangkan.
Selain UU Sisdiknas terdapat juga Peraturan Pemerintah RI yaitu No.
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang menyatakan
bahwa :
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inisiatif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Artinya dalam proses pembelajaran harus sesuai dengan perkembangan dan
psikologis peserta didik, dalam hal ini penyajian bahan ajar dan
konsep-konsep pembelajaran harus mengikutsertakan peserta didik untuk aktif. Baik
secara individual maupun kelompok dengan menggunakan metode
pembelajaran yang relevan dan bervariasi sehingga hasilnya meningkatkan
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman yang berkaitan dengan
pembelajaran di SDN 1 Sinargalih, khusus untuk kelas 2 pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia dijumpai permasalahan yang berkaitan dengan kemampuan
siswa dalam membaca permulaan.
Hal itu terjadi karena berbagai faktor, baik yang datang dari luar
maupun dari dalam. Faktor yang datang dari dalam diantaranya kecerdasan,
kesiapan belajar, bakat, minat dan kemauan. Sedangkan faktor yang datang
dari luar diantaranya model penyajian materi pelajaran, suasana belajar dan
kondisi lingkungan baik lingkungan sekolah, keluarga maupun lingkungan
masyarakat.
Sementara yang terlihat selama ini, di SDN 1 Sinargalih untuk kelas 2
setelah naik dari kelas 1 sekitar 65 % membacanya masih belum lancar atau
kebanyakan masih mengeja. Artinya mereka atau siswa akan mengalami
hambatan untuk mengikuti pembelajaran selanjutnya di kelas 2. Sementara
pelajaran di kelas 2 tingkat kesukarannya akan lebih meningkat dibanding
dengan kelas 1. Jadi, pada saat memasuki kelas 2 sekitar 65 % siswa harus
kembali di bimbing benar-benar dalam membaca permulaan, mulai dari
membaca kata, kalimat dan paragraf tanpa harus dieja lagi serta
menuliskannya di buku tulis dengan benar.
Menurut pengamatan penulis siswa sendiri hanya belajar waktu di
sekolah, setelah pulang ke rumah siswa dibiarkan tanpa mendapat perhatian
dan bantuan belajar. Hal itu dapat diketahui dari kemampuan siswa pada
seperti itu, seorang guru harus bisa mengkonsentrasikan belajar siswa di
sekolah. Sementara waktu yang tersedia di sekolah sangat terbatas, jika
menggunakan pembelajaran yang biasa - biasa saja atau monoton kebanyakan
siswa akan mengalamai kebosanan dan enggan untuk belajar membaca.
Siswa lebih banyak yang suka bermain dan tidak mau belajar khususnya
dalam pelajaran membaca.
Hal ini sangat menuntut kreatifitas guru untuk kreatif dalam proses
pembelajaran dan pengelolaan kelas, sehingga pembelajaran membaca
berlangsung secara kondusif dan menyenangkan bagi semua anak. Karena
kita semua tahu membaca merupakan salah satu dari empat keterampilan
berbahasa yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan. Sebab pada
umumnya dengan kemampuan membaca yang lancar semua peserta didik
mampu menerima pembelajaran dengan baik di setiap mata pelajaran, tidak
hanya dalam pelajaran Bahasa Indonesia tetapi pada pelajaran lainnya.
Melihat kondisi tersebut, maka penulis berusaha mengatasi
permasalahan yang terjadi dengan membuat rencana pelaksanaan
pembelajaran kemudian didiskusikan dengan rekan guru dalam upaya
perbaikan terhadap pengembangan kreatifitas guru dalam mengajar membaca
permulaan. Khususnya dalam memilih strategi dan metode yang tepat untuk
materi pembelajaran membaca permulaan di kelas 2.
Maka dari itu peneliti tertarik untuk mengadakan perbaikan
pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menerapkan
permulaan untuk siswa kelas 2 SD pada pembelajaran Bahasa Indonesia di
SD Negeri 1 Sinargalih. Kenapa peneliti memilih metode ini, karena
Hypnoteaching merupakan metode pembelajaran yang lebih banyak
menggunakan kata-kata positif atau persuatif yang dapat memotivasi peserta
didik untuk terus belajar dengan cara memasuki dunia bawah sadar peserta
didik tanpa menghilangkan kesadarannya, sehingga peserta didik merasa
rileks dan nyaman dalam pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dan Identifikasi Masalah di atas, maka :
1. Bagaimana kemampuan membaca permulaan siswa kelas 2 pada SD
Negeri 1 Sinargalih sebelum menggunakan metode Hypnoteaching ?
2. Bagaimana aktifitas pembelajaran membaca permulaan siswa kelas 2
pada SD Negeri 1 Sinargalih dengan menggunakan metode
Hypnoteaching ?
3. Bagaimana kemampuan membaca permulaan pada siswa kelas 2 SD
Negeri 1 Sinargalih setelah menerapkan metode Hypnoteaching ?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah sesuai dengan latar
belakang yaitu mencari cara dan jalan keluar yang relevan dalam upaya
meningkatkan kemampuan siswa kelas 2 pada SD Negeri 1 Sinargalih dalam
membaca permulaan pada pembelajaran Bahasa Indonesia agar memperoleh
Sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui kemampuan membaca permulaan siswa kelas 2 pada SD
Negeri 1 Sinargalih sebelum menggunakan metode Hypnoteaching.
2. Mengetahui aktifitas pembelajaran membaca permulaan siswa kelas 2
SD Negeri 1 Sinargalih dengan menggunakan metode Hypnoteaching.
3. Mengetahui kemampuan membaca permulaan siswa kelas 2 pada SD
Negeri 1 Sinargalih setelah menerapkan metode Hypnoteaching.
D. Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini, diharapkan hasilnya dapat bermanfaat bagi
siswa, peneliti maupun lembaga yang terkait dalam usaha perbaikan dan
peningkatan proses pembelajaran.
Manfaat tersebut antara lain :
1. Bagi siswa
a. Menjadikan proses pembelajaran lebih bervareasi sehingga
pembelajaran lebih menyenangkan.
b. Memotivasi siswa untuk mau belajar dalam membaca permulaan.
2. Bagi peneliti
a. Mendapat alternatif dalam upaya perbaikan hasil belajar siswa.
b. Menambah wawasan dan pengetahuan dalam meningkatkan kualitas
pelaksanaan pembelajaran.
c. Mempunyai kepekaan terhadap permasalahan yang terjadi di dalam
kelas dan mempunyai kemampuan untuk mengatasinya.
Sebagai bahan dasar pertimbangan dalam rangka meningkatkan
mutu pendidikan dan hasil belajar siswa khususnya dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia melalui penerapan metode Hypnoteaching.
E. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dengan menggunakan model siklus, yang dalam setiap langkah pelaksanaan
tindakannya meliputi empat tahap, yaitu: perencanaan (plan), tindakan (act),
pengamatan (observe), dan refleksi (reflect). Dengan dilaksanakan secara
periodik dan siklus-siklus pembelajaran tersebut diharapkan dapat mencapai
tujuan dalam penelitian.
Pada intinya penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki
berbagai persoalan nyata dan praktis dalam peningkatan mutu pembelajaran
di kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa
yang sedang belajar (Arikunto, 2009 : 60).
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah observasi
dan tes hasil belajar. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan
analisis kualitatif dan kuantitatif. Fokus permasalahan dan tujuan penelitian
diolah dengan menggunakan teknis analisis kualitatif, sedangkan untuk
memperoleh gambaran tentang hasil belajar siswa dalam aspek membaca
permulaan sebelum dan sesudah menggunakan metode Hypnoteaching
digunakan teknis analisis kuantitatif.
Skripsi ini terdiri dari lima bab. Bab I merupakan bab pendahuluan
yang terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penelitian.
Sedangkan bab II merupakan Bab Kajian Teori. Pada Bab ini diuraikan
teori-teori yang relavan dengan masalah yang diteliti. Bab III merupakan bab
Metode penelitian yang terdiri atas jenis penelitian, definisi operasional,
desain penelitian, prosedur penelitian, lokasi dan subjek penelitian, instrumen
penelitian, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data dan jadwal
pelaksanaan penelitian.
Bab IV berisi mengenai hasil penelitian dan pembahasan. Bab ini terdiri
atas deskripsi data awal penelitian, pelaksanaan dan hasil penelitian, serta
pembahasan hasil penelitian. Sedangkan bab V berisi kesimpulan yang
merupakan jawaban dari rumusan masalah yang terdapat pada bab I. Pada
bab ini juga terdapat saran atau rekomendasi yang ditujukan untuk
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Pada penelitian ini digunakan Metode Penelitian Tindakan Kelas
(PTK), karena dikembangkan bersama-sama antara peneliti dan decition
Maker tentang Variabel-variabel yang dapat dimanifulasikan dan segera
digunakan untuk menentukan kebijakan sebagai upaya perbaikan dan
peningkatan kualitas pembelajaran, khususnya pelajaran Bahasa Indonesia di
sekolah dasar pada aspek membaca permulaan.
Menurut Kasbolah (1998/1999 : 13) yang menyatakan bahwa
“Penelitian Tindakan Kelas merupakan salah satu upaya guru atau praktisi
dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan
meningkatkan mutu pembelajaran didalam kelas”.
Artinya Penelitian tindakan kelas merupakan suatu penelitian yang
bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran serta
memberikan penemuan-penemuan yang praktis dengan melakukan tindakan
tertentu untuk mencari solusi atas permasalahan yang diangkat dari kegiatan
pembelajaran sehari-hari di kelas.
Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap
kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan
Penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk penelitian yang
bersifat reflektif yang dilakukan oleh pelaku dalam masyarakat sosial dan
bertujuan untuk memperbaiki pekerjaannya, memahami pekerjaan ini, serta
situasi di mana pekerjaan ini dilakukan. (Kemmis dan Carr dalam Kasbolah,
1998/1999:13)
Pada intinya penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki
berbagai persoalan nyata dan praktis dalam peningkatan mutu pembelajaran
di kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa
yang sedang belajar. (Arikunto, 1998:60)
Dari beberapa definisi di atas ada persamaan komponen bahwa
penelitian tindakan kelas bersifat reflektif dengan tujuan untuk mengadakan
perbaikan pada pembelajaran sehingga diharapkan kemampuan dan hasil
belajar siswa meningkat.
B. Definisi Opreasional
Untuk menhindari salah paham terhadap pokok-pokok masalah yang
diteliti, berikut ini penulis menjelaskan secara operasional beberapa istilah
yang dipandang perlu untuk diketahui kejelasannya, yaitu :
1. Membaca Permulaan
Membaca merupakan proses mengenali huruf dan kata-kata
kemudian menghubungkannya dengan bunyi sehingga dapat ditarik
Membaca permulaan merupakan tahapan proses belajar
membaca bagi siswa Sekolah Dasar yang diberikan pada kelas awal yaitu
kelas I dan II.
2. Metode
Metode adalah suatu cara yang digunakan oleh seorang guru untuk
menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik sehingga terjadi
hubungan antara guru dan peserta didik pada saat pembelajaran
berlangsung sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
3. Hypnoteaching
Hypnoteaching adalah metode pembelajaran yang muncul di dunia
pendidikan sebagai salah satu upaya atau jalan keluar sebagai alternatif
yang dapat digunakan guru dalam menyelesaikan permasalahan yang
terjadi didalam kelas. Karena Hypnoteching dapat menurunkan frequensi
gelombang otak sehingga memberikan informasi ke pikiran bawah sadar
peserta didik untuk memahami sebuah nilai dan pemahaman baru.
Jadi, Hypnoteaching merupakan suatu upaya menurunkan frequensi
gelombang otak sehingga peserta didik menjadi relaks dan lebih sugestif
dalam menangkap nilai-nilai positif dari sebuah proses pembelajaran.
C. Desain Penelitian
Penelitian merupakan cara mencari inti permasalahan yang terjadi
permasalahan tersebut. Hal ini tentunya memerlukan gamabaran atau desain
yang nantinya akan diikuti dalam pelaksanaan penelitian tersebut.
Menurut Sudarsono (Asrori, 2007 : 66), desain penelitian adalah model
atau gambaran bentuk penelitian yang akan diikuti dalam pelaksanaan
penelitian tindakan kelas.
Model penelitian yang akan diikuti dalam penelitian tindakan kelas
adalah siklus yang berbentuk spiral seperti yang dikembangkan olek
Kemmis dan Taggart (Kasbolah, 1998/1999:70) yang dalam setiap langkah
pelaksanaan tindakannya meliputi empat tahap, yaitu perencanaan (plan),
tindakan (act), pengamatan (observe), dan refleksi (reflect). Setelah
dilakukan siklus pertama, kemudian dilanjutkan pada siklus kedua dan siklus
seterusnya.
Penelitian perbaikan pembelajaran dilaksanakan dalam setiap siklus
yang terdiri dari rangkaian langkah-langkah seperti yang digambarkan dalam
bagan. Pada setiap siklus peneliti terlihat langsung secara aktif mengamati
secara cermat setiap kegiatan dan menentukan tindakan perbaikan yang
dianggap tepat untuk meningkatkan pembelajaran bahasa Indonesia dalam
membaca permulaan.
Dari siklus ke siklus berikutnya, kegiatan peneliti pada dasarnya sama,
namun pada setiap tahap tindakan diadakan koreksi dan perbaikan
pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Melalui tahapan di atas, diharapkan proses perbaikan yang
Ocah Nurhayati, 2013
mengandung beberapa kelemahan berangsur-angsur menuju ke arah yang
lebih baik.
Rencana
Tindakan
Refleksi
Observasi SIKLUS I
Pelaksanaan
Tindakan
Rencana
Tindakan
Rencana
Tindakan Refleksi
Observasi Observasi
SIKLUS III SIKLUS II
Refleksi Pelaksanaan
Gambar 3.2
Alur Pelaksanaan Tindakan dalam Penelitian Tindakan Kelas
(Kasbolah, 1998/1999 : 70)
D. Prosedur Penelitian
Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mengembangkan
prosedur penelitian tindakan kelas berbentuk siklus (cycle). Tiap siklus
dilakukan sesuai dengan perubahan ke arah peningkatan dan perbaikan
dalam proses pembelajaran.
Pada tahap awal guru sebagai peneliti harus mengetahui keadaan dan
kemampuan siswa melalui observasi. Di dalamnya mencakup keadaan kelas,
perilaku siswa sehari-hari, perhatian terhadap pelajaran, maupun prestasi dan
hasil belajarnya. Keadaan awal ini sangat diperlukan untuk dijadikan dasar
kriteria untuk mengukur ada tidaknya perbaikan dan peningkatan setelah
dilaksanakannya tindakan oleh guru dalam penelitian kelas selama proses
pembelajaran.
Tahap berikutnya, guru sebagai peneliti merancang tindakan yang akan
dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses dan hasil
pembelajaran sebagaimana yang telah dirumuskan dalam hipotesis tindakan.
Misalnya guru ingin mengubah suasana proses pembelajaran yang pasif,
Selama kegiatan pemberian tindakan kelas berlangsung, guru sebagai
peneliti mengamati perubahan perilaku dan sikap yang terjadi pada diri
siswa serta mencatatnya dengan cermat. Guru juga membuat catatan tentang
tindakan yang dilakukan dan dampak dari tindakan itu terhadap perubahan
perilaku siswa.
Secara rinci tahap-tahap kegiatan penelitian di atas dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Perencanaan Tindakan
Pada tahap perencanaan tentunya telah melakukan refleksi awal dan
merumuskan masalah yang hendak dicari solusinya. Dimulai dengan
melakukan konfirmasi ide penelitian perbaikan kepada kepala sekolah
dan guru yang selanjutnya melakukan diskusi bersama. Observasi
pelakasanaan perbaikan di kelas dilakukan setelah dicapai kesepakatan
dalam diskusi. Kegiatan selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti adalah
menyusun sekenario perbaikan pembelajaran dan mempersiapkan
alat-alat observasi yang diperlukan dalam melaksanakan penelitian.
Data awal diperoleh dari hasil evaluasi mata pelajaran bahasa
Indonesia yang sudah terdokumentasi dalam daftar nilai siswa dan dari
hasil pengamatan langsung dalam setiap pembelajaran bahasa Indonesia.
Data tersebut dapat membantu peneliti dalam menetapkan kelemahan dan
hambatan siswa dalam belajar bahasa Indonesia yang selanjutnya
difokuskan pada aspek membaca permulaan dengan metode pembelajaran
memperoleh data awal, peneliti menyusun rencana pembelajaran dari
pokok bahasan tertentu, tetapi belum menerapkan strategi pembelajaran
dengan menggunakan metode pembelajaran hypnoteaching.
Kegiatan selanjutnya peneliti menyusun tindakan dengan metode
pembelajaran hypnoteaching sesuai dengan permasalahan yang telah
dirumuskan sebelumnya. Dalam penelitian ini, peneliti perlu melakukan
hal-hal berikut:
a. Menentukan pokok bahasan yang akan dijadikan bahan penelitian
sesuai dengan program pembelajaran, silabus, dan jadwal pelajaran
sebagaimana biasanya.
b. Menentukan pengalaman belajar yang akan dicapai dalam
pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran
hypnoteaching
c. Mengantisipasi kendala dan permasalahan yang mungkin muncul
dalam peleksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode
pembelajaran hypnoteaching.
d. Penggunaan metode pembelajaran hypnoteaching dalam pembelajaran
diketahui oleh tim observer sesuai dengan siklus yang diperlukan.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini peneliti melaksanakan tindakan sesuai dengan
perencanaan dan langkah-langkah tindakan yang telah dirumuskan pada
tahap sebelumnya. Pada waktu yang sama peneliti melakukan
untuk mengumpulkan data tanpa mengganggu kegiatan belajar siswa
sebagaimana biasanya, sehingga proses pembelajaran berlangsung secara
wajar.
Jenis tindakan yang dilaksanakan peneliti merupakan hasil
kesepakatan antara peneliti dengan berkolaborasi dengan pihak-pihak
lain dengan tujuan untuk mengadakan inovasi dalam proses
pembelajaran yang diharapkan dari kegiatan tersebut mampu
memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar.
3. Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan antara peneliti atau guru (teman
sejawat) dengan menggunakan pedoman observasi yang telah
dipersiapkan sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk melihat hasil atau
dampak dari tindakan yang dilaksanakan.
Hasil observasi merupakan bahan pertimbangan untuk melakuakan
refleksi dan revisi terhadap rencana dan tindakan yang telah dilakukan
untuk menyusun rencana dan tindakan selanjutnya, yang diharapkan
lebih baik dari tindakan yang telah dilakukan sebelumnya.
4. Refleksi
Segala sesuatu yang ditemukan pada waktu pelaksanaan
pembelajaran ditindaklanjuti dengan kegiatan refleksi dalam bentuk
diskusi bersama antara guru dan peneliti. Tahap ini merupakan kegiatan
kegiatan analsisis-sintesis, interpretasi dan eksplanasi (penjelasan)
Hasil temuan pada saat tindakan (kegiatan pembelajaran) dilanjutkan
dengan kegiatan refleksi. Berdasarkan hasil refleksi ini akan diketahui
kelemahan dari proses pembelajaran yang sudah dilaksanakan, sehingga
dapat digunakan untuk merevisi proses pembelajaran pada siklus
berikutnya. Hal ini dilakukan agar peneliti lebih tajam dalam melakukan
refleksi dan evaluasi.
Melelui refleksi dan evaluasi yang dihasilkan peneliti dapat melihat
dan mendapati kekurangan yang terjadi dalam proses pembelajaran,
sehingga dapat dijadikan dasar untuk menentukan rencana tindakan
selanjutnya agar kekurangan tersebut dapat diatasi.
E. Lokasi dan subjek penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 1
Sinargalih yang berlokasi di Kampung Pasirwetan Desa Sinargalih
Kecamatan Maniis Kabupaten Purwakarta Provinsi Jawa Barat. Sekolah
ini termasuk sekolah terpencil di Kabupaten Purwakarta yang letaknya
dekat dengan bendungan Cirata.
Perjalanan menuju sekolah ini harus ditempuh dengan kondisi jalan
yang belum di aspal. Untuk pergi ke sekolah bisa menggunakan sepeda
motor, mobil atau dengan jalan kaki. Akan tetapi, bila hujan turun jalan
Bangunan SD Negeri 1 Sinargalih terdiri dari enam ruangan kelas.
Secara umum kondisi fisik sekolah cukup baik dan halaman sekolah
cukup luas. Bangunan SD Negeri 1 Sinargalih terlampir.
2. Subjek Penelitian
Secara keseluruhan jumlah siswa SD Negeri 1 Sinargalih pada
tahun ajaran 2012/2013 adalah 263 siswa yang terdiri atas 135 orang
siswa laku-laki dan 130 orang siswa perempuan. Dari 263 siswa
tersebut, 50 orang siswa diantaranya adalah siswa kelas II yang terbagi
ke dalam dua rombel yaitu II a dan II b. Yang merupakan subjek
penelitian adalah Kelas II b yang berjumlah 25 orang dengan rincian
14 orang siswa laki-laki dan 11 orang siswa perempuan. Untuk lebih
rinci data siswa SD Negeri 1 Sinargalih Kecamatan Maniis Kabupaten
Purwakarta dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 3.1
Data Siswa SD Negeri 1 Sinargalih Tahun Ajaran 2012/2013
Kelas
Banyak Siswa
Jumlah Laki-laki Perempuan
I 24 20 34
II a 13 12 25
II b 14 11 25
III 31 16 47
V 15 26 41
VI 21 26 47
Jumlah 135 130 263
(Dokumen SD Negeri 1 Sinargalih Tahun Ajaran 2012/2013)
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data-data
adalah sebagi berikut:
1. Lembar Observasi
Lembar panduan observasi direncanakan dan disusun dengan
cermat serta teliti. Lembar observasi ini digunakan untuk mengamati
dan mengetahui tingkah laku siswa dan guru selama proses
pembelajaran berlangsung. Adapun kegiatan yang diobservasi adalah
kegiatan guru dan siswa ketika dalam proses pembelajaran.
2. Tes Hasil Belajar
Data yang dihimpun dalam penelitian ini adalah hasil evaluasi
berupa tes yang berbentuk nilai yang didapat dari siswa kelas II yang
dijadikan subjek penelitian. Adapun bentuk evaluasi yang diberikan
yaitu berupa tes lisan dan tes tertulis. Instrumen tes hasil belajar dalam
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa khususnya
dalam aspek membaca permulaan sebelum dan sesudah menggunakan
metode pembelajaran hypnoteaching pada setiap siklus penelitian.
Adapun kriteria penilaian yang digunakan yaitu sesuai dengan
dan intonasi dan kelancaran membaca. Model penilaian yang digunakan
untuk menilai kemampuan membaca permulaan siswa yaitu
berdasarkan petunjuk dari Depdikbud (Mulyati, 2010 : 8.12), yaitu
sebagai berikut:
Tabel 3.2
Pedoman Penilaian Kemampuan Berbahasa Menurut Depdikbud
Rentang nilai Hurup Keterangan
85 – 100 A Sangat Baik
70 – 84 B Baik
55 – 69 C Cukup
40 – 54 D Kurang
< 40 E Sangat Kurang
3. Catatan Lapangan (Field Notes)
Catatan lapangan merupakan hasil temuan peneliti selama proses
pembelajaran yang digunakan untuk mencatat hal-hal atau kejadian
yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung, baik terhadap
guru (peneliti) maupun terhadap siswa. Adapun sifatnya spontan dan
tidak dirancang sebelumnya pada lembar observasi. Data yang
diperoleh melalui catatan lapangan digunakan sebagai masukan dalam
kegiatan atau tindakan berikutnya.
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan
karena penelitian dilakukan setelah mengadakan pengamatan dan
kejadian-kejadian yang menjadi permasalahan didalam kelas.
Tes dilakukan pada akhir kegiatan pembelajaran sehingga dapat
diketahui kemampuan siswa dalam membaca permulaan. Adapun
observasi dilaksanakan pada awal penelitian untuk menentukan
permasalahan yang akan di teliti. Berbagai hal yang ditemukan selama
observasi, dicatat untuk bahan perbaikan dalam setiap tindakan. Selain itu,
observasi dilakukan oleh pengamat untuk mengetahui aktivitas guru dan
siswa dalam proses pembelajaran berlangsung. Untuk proses selanjutnya
dimasukan ke dalam catatan sebagai data untuk dijadikan bahan yang akan
ditindak lanjuti.
Data yang tekumpul melalui kegiatan observasi kemudian
dianalisis dan dilakukan refleksi sebagai masukan dan pedoman dalam
melaksanakan tindakan berikutnya sehingga kemampuan membaca siswa
mengalami peningkatan.
Catatan lapangan merupakan hasil temuan peneliti selama proses
pembelajaran berlangsung. Adapun sifatnya spontan dan tidak dirancang
sebelumnya pada lembar observasi. Data yang diperoleh melalui catatan
lapangan digunakan sebagai masukan dalam kegiatan atau tindakan
berikutnya
H. Teknik Pengolahan Data
Hasil perolehan data dianalisis dengan menggunakan teknik analisis
berakhirnya seluruh program tindakan sesuai dengan karakteristik fokus
permasalahan dan tujuan penelitian.
Fokus permasalahan dan tujuan penelitian diolah dengan
menggunakan teknik analisis kualitatif untuk menunjukkan dinamika
proses dengan memberikan pemaknaan dan kontekstual, yaitu data tentang
kinerja guru dan aktivitas pembelajaran. Sedangkan untuk memperoleh
gambaran tentang hasil belajar siswa dalam aspek membaca permulaan
sebelum dan sesudah menggunakan metode hypnoteaching digunakan
analisis data yang bersifat kuantitatif.
Untuk mengukur kemampuan siswa terlebih dahulu guru harus
menentukan nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan
pada awal tahun pelajaran . Nilai KKM untuk membaca permulaan guru
menetapkan nilai yaitu 65 untuk siswa di kelas II. KKM ini diperoleh
dengan cara menggunakan rumus KDI (Kompleksitas, Daya dukung dan
Intaks siswa). Kompleksitas dengan kriteria tinggi, sedang dan rendah
nilainya 1, 2 dan 3. Daya dukung dengan kriteria tinggi, sedang dan rendah
nilainya 3, 2 dan 1. Sedangkan intaks siswa dengan kriteria tinggi, sedang
dan rendah nilainya 3, 2 dan 1. Jadi, KKM untuk membaca permulaan
yaitu nilai dari kompleksitas, daya dukung dan intaks siswa dibagi dengan
sembilan.
1. Observasi
Metode observasi dilakukan dan digunakan untuk mengamati
pembelajaran berlangsung melalui penerapan metode hypnoteaching.
Adapun kegiatan yang termasuk ke dalam pengamatan ini yaitu
konsertasi siswa dalam proses pembelajaran dan kreatifitas guru
dalam penggunaan metode pembelajaran yaitu metode hypnoteaching.
Tabel 3.3
Contoh Lembar Observasi Aktivitas Siswa
No Aktivitas belajar siswa
Skala Keterangan
Komunikasi dan keberanian siswa ketika membaca
4
Aktivitas/kemampuan siswa dalam membaca dengan metode hypnoteaching
5 Kemampuan siswa dalam tes lisan/perbuatan
Tabel 3.4
Contoh Lembar Observasi Aktivitas Guru Dalam Pembelajaran
No Aspek yang diobservasi Kurang Sedang Baik 1 Mengkondisikan siswa untuk siap belajar
2 Menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini 3 Mengadakan apersepsi sebelum pembelajaran
dimulai
4 Menyampaikan materi sesuai dengan metode hypnoteaching
6 Memberikan contoh membaca lancar
7 Memberikan contoh membaca dengan lafal dan intonasi yang benar
8 Memotivasi siswa dalam pembelajaran membaca permulaan
9 Membimbing siswa membaca teks bacaan 10 Mengevaluasi hasil belajar membaca
11 Menyimpulkan pembelajaran dan memberikan tindak lanjut
dengan mengisi soal pertanyaan yang jawabannya terdapat pada
teks bacaan yang sudah dibaca. Tes lisan maupun tes tertulis
digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam membaca
permulaan dalam aspek membaca lancar dan membaca dengan
lafal dan intonasi yang tepat setelah penerapan metode
hypnoteaching. Dan hasil belajar siswa yang berupa nilai-nilai
digunakan untuk mengukur peningkatkan kemampuan siswa dalam
membaca permulaan setelah penerapan metode hypnoteaching.
b. Post tes
Post tes berupa soal-soal pertanyaan. Soal-soal tersebut isinya
Hal tersebut bertujuan untuk mengukur kemampuan siswa dalam
membaca permulaan setelah penerapan metode hypnoteaching.
Tabel: 3.5
Contoh Lembar Penilaan Tes Hasil Belajar Siswa
No Nama
dari komponen yang diujikan dalam membaca permulaan. Dan
untuk nilai means (rata-rata kelas) diperoleh dari hasil kerja siswa
(nilai siswa) dibagi oleh jumlah seluruh siswa yang terdapat di
Untuk mengukur keberhasilan dan kemampuan seorang
siswa, perolehan nilai siswa tersebut harus melampaui nilai KKM
atau paling rendah nilai siswa tersebut sesuai nilai KKM / batas
KKM. Dan secara keseluruhan untuk mengukur keberhasilan guru
dalam menyampaikan pelajaran nilai rata-rata kelas harus melebihi
batas KKM dan meningkat setelah diadakan tes terhadap siswa.
Dalam hal ini tindakan yang dilakukan peneliti disajikan
secara bertahap sesuai dengan siklus yang telah direncanakan serta
jenis dan bentuk tindakan yang telah dilakukan beserta efek yang
ditimbulkannya.
3. Catatan Lapangan
Catatan lapangan dalam proses pembelajaran yaitu digunakan
untuk mencatat hal-hal atau kejadian yang terjadi selama proses
pembelajaran berlangsung, baik terhadap guru (peneliti) maupun
terhadap siswa. Sifat dari catatan lapangan yaitu bersifat spontan dan
tidak dirancang sebelumnya pada lembar observasi. Akan tetapi, data
yang diperoleh melalui catatan lapangan digunakan sebagai masukan
dalam kegiatan atau tindakan berikutnya.
I. Indikator Keberhasilan Siklus
Dalam penelitian ini, permasalahan yang akan ditangani yaitu
tentang membaca permulaan pada aspek membaca lancar dan membaca
peneliti menetapkan nilai/jumlah siswa yang lulus berdasarkan KKM yang
ditentukan yaitu 21 orang siswa (84%) dari total keseluruhan siswa yang
diteliti yakni 25 orang siswa. Nilai tersebut berlaku untuk semua aspek yang
menjadi permasalahan yaitu membaca lancar dan membaca dengan lafal
serta intonasi yang tepat.
J. Jadwal Penelitian
Jadwal pelaksanaan penelitian pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia dalam aspek membaca permulaan di SDN 1 Sinargalih untuk
siswa kelas II.
No Uraian
Tanggal pelaksanaan
Hari Tanggal
1. Siklus I Rabu 07 November 2012
2. Siklus II Kamis 22 November 2012
122
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan hasil penelitian,
tentang penerapan metode hypnoteaching untuk meningkatkan kemampuan
membaca permulaan pada siswa kelas II SD Negeri 1 Sinargalih pada
pembelajaran Bahasa Indonesia dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Sebelum menggunakan metode hypnoteaching pembelajaran kurang
terarah. Kegiatan membaca hanya sekedar membaca bersama tanpa ada
tahapan-tahapan yang terencana, yang menilai siswa secara pribadi
(individual). Proses pembelajaran kurang maksimal dan siswa cenderung
pasif serta tidak fokus pada pelajaran karena dalam pembelajaran
komunikasi berjalan satu arah hanya dari guru saja. Saat pembelajaran
berlangsung, siswa menunjukan rasa bosan dalam mengikuti pelajaran
membaca. Ini disebabkan karena tidak adanya media dan metode
pembelajaran yang merangsang minat baca siswa di kelas. Dilihat dari
hasil tes pada awal pembelajaran rata-rata nilai yang diperoleh siswa
kurang dari KKM dengan kategori belum berhasil karena tidak melampui
nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Yang dinyatakan berhasil
hanya 13 orang siswa (52%), sedangakan sisanya dinyatakan belum
2. Dalam proses pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan
metode hypnoteaching siswa terlihat aktif dan bersemangat, sehingga
perhatian dan disiplin siswa meningkat. Aktivitas atau kemampuan
membaca siswa kelas II SD Negeri 1 Sinargalih pada setiap siklus pun
mengalami peningkatan. Siswa tidak lagi takut bertanya dan maju ke
depan kelas untuk membaca saat pembelajaran berlangsung serta
antusias dalam setiap siklus yang disajikan.
3. Kemampuan membaca siswa setelah diterapakan metode hypnoteaching
mengalami peningkatan yang signifikan.
Hal ini dapat terlihat dari aktivitas atau kemampuan siswa saat
melakukan tes lisan ataupun perbuatan. Siswa yang tadinya belum hapal
huruf menjadi hapal dan mampu membaca dengan cara dieja. Siswa yang
asalnya masih mengeja dapat membaca dengan lancar. Dan siswa yang
tadinya membaca datar atau tanpa lafal dan intonasi mampu membaca
dengan lafal dan intonasi yang tepat. Selain itu, disiplin dan perhatian
siswa terhadap pelajaran semakin terfokus serta tumbuh keberanian pada
diri siswa sehingga komunikasi siswa dan guru menjadi lebih baik.
kemampuan siswa saat melakukan tes menjadi meningkat. Hal
tersebut terbukti dari hasil tes pada setiap siklus. Pada siklus I siswa yang
dinyatakan berhasil sebanyak 16 orang siswa (64%) dengan rata-rata
kelas yaitu 67,3. Pada siklus II siswa yang dinyakan berhasil sebanyak 18
orang siswa (72%) dengan rata-rata kelas yaitu 69,6. Dan pada siklus III
rata-rata kelas yaitu 73. Adanya peningkatan dari siklus I sampai dengan
siklus III menunjukan bahwa dengan menggunakan metode
hypnoteaching dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca
permulaan. Hal ini terjadi karena siswa merasa termotivasi dan senang
dengan pelajaran membaca.
B. Saran
Setelah melakukan penelitian tindakan kelas dalam meningkatkan
kemampuan siswa dalam membaca permulaan, maka ada beberapa
point yang disarankan oleh peneliti agar menjadi proses perbaikan
dalam mencapai keberhasilan pada pembelajaran Bahasa Indonesia di
SD khususnya di kelas rendah. Adapun point yang dimaksud adalah :
1. Guru harus lebih peka terhadap kehidupan siswa di luar sekolah.
Dalam hal ini guru dapat bekerja sama dengan orang tua siswa agar
mengetahui gambaran latar belakang siswa yang memiliki minat
dan kemampuan yang berbeda, sehingga guru dapat mengetahui
masalah perkembangan yang dimiliki oleh masing-masing siswa.
2. Guru hendaknya dapat mengembangakan diri dalam melakukan
pembelajan dikelas, dengan cara mempelajari dan menentukan
metode serta media pembelajaran yang tepat guna membantu
dalam proses pembelajaran membaca khususnya di kelas renadah
3. Dengan bantuan dan bimbingan orang-orang berkompeten
misalnya guru atau orang tua di rumah sebaiknya siswa terus
berlatih membaca, dengan demikian kemampuan membaca siswa
akan meningkat. Bacaan yang dipilih tidak hanya buku pelajaran
yang disediakan disekolah, akan tetapi bacaan lainnya yang
menarik minat anak untuk berlatih seperti buku-buku bergambar,
buku serial dongeng ataupun majalah anak-anak.
4. Kepala sekolah sebagai pihak yang ikut andil memantau kegiatan
pembelajaran dikelas, hendaknya berupaya memperhatikan
kebutuhan siswa akan hal membaca, misalnya menyediakan
buku-buku bacaan lain selain buku-buku pelajaran sekolah. Dalam hal ini
kepala sekolah sebagai penyelenggara dana BOS (bantuan
Operasional sekolah) di SD mungkin dapat menambah koleksi
buku kelas atau membuat perpustakaan mini di sekolah dengan
berbagai macam buku bacaan yang mnegundang minat baca anak
di sekolah khususnya siswa kelas renadah (kelas II).
5. Orang tua dituntut harus berperan aktif dalam proses peningkatan
kemampuan membaca siswa dengan cara mengawasi anak-anak
mereka dirumah saat belajar dan membantu serta membimbing
anak dalam kegiatan membaca, sehingga ada kerja sama yang baik
antara pihak sekolah dan orang tua dalam peningkatan kemampuan
6. Kepada peneliti lainnya diharapkan dapat mengkaji kembali
penggunaan metode hypnoteaching dalam pembelajaran yang
serupa dikelas lain. Serta mampu menyajikan penerapan metode
DAFTAR PUSTAKA
Akhaidah, S. dkk. (1993). Bahasa Indonesia 3. Jakarta : departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Almatin, I. (2010). Dahsyatnya Hypnosis Learning. Yogyakarta : PustakaWidyatama.
Asrori, M. (2008). Psikologi Pembelajran. Bandung : CV Wacana Prima.
Depdiknas. (2003). Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasioanal. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Hajar, I. (2011). Hynoteaching. Semarang : Diva.
Hartati, T, dkk. (2006). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Di Kelas Rendah. Bandung : UPI PRESS.
Hatimah, I, dkk. (2010). Penelitian Pendidikan. Bandung : UPI PRESS.
Hernawan, H, dkk. (2007). Belajar dan Pembelajaran Sekolah Dasar. Bandung : UPI PRESS.
Nirmala, I. (2011). Penerapan Metode Inkuiri Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar Pada Mata Pelajaran Matematika. Skripsi Sarjana Pendidikan UPI Purwakarta : tidak diterbitkan.
Noer, M. (2010). Hypnoteaching for success Learning. Semarang : Pedagogia.
Nurhayati, I. (2011). Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman Siswa di Sekolah Dasar Dengan Tenik Survey, Question, Read, Relite, Review (SQ3R). Skripsi Sarjana Pendidikan UPI Purwakarta : tidak diterbitkan.
Pratiwi, A. (2010). Penerapan Metode SAS Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Membaca Permulaan Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia. Skripsi Sarjana Pendidikan UPI Purwakarta : tidak diterbitkan.
Resmini, N. dan Juanda, D. (2007). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di kelas tinggi. Bandung : UPI PRESS.
Resmini, N, dkk.. (2009). Pembinaan dan Pengembangan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung : UPI PRESS.
Suhardi dan Sunarti, S. (2010). Sosiologi 3 untuk SMA / MA kelas XII. Jakarta : Pusat perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Suparta, dkk. (2008). Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta : Amissco.
Pusat Layanan Pendidikan. (2011). Hypnoteaching “menginspirasi dan
mencerahkan Pendidikan”. Bandung : PULPEN.