• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM BIMBINGAN UNTUK MENGEMBANGKAN KENDALI DIRI SISWA SMA : Studi Deskriptif di SMA BPPI Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2008/2009.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROGRAM BIMBINGAN UNTUK MENGEMBANGKAN KENDALI DIRI SISWA SMA : Studi Deskriptif di SMA BPPI Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2008/2009."

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

Melina Lestari, 2012

Program Bimbingan Untuk...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ii

BAB II KENDALI DIRI DAN PROGRAM BIMBINGAN A. Kendali Diri ……….. 10

B. Program Bimbingan dan Konseling ………..………… 22

C. Program Bimbingan dan Konseling untuk Mengembangkan Kendali Diri Siswa ……… 26

(2)

Melina Lestari, 2012

Program Bimbingan Untuk...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu iii

F. Teknik Analisis Data ……… 65

G. Langkah-langkah Penelitian ………. 69

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ……… 73

B. Pembahasan Hasil Penelitian ………..………. 89 C. Program Bimbingan untuk Mengembangkan Kendali Diri

Siswa Kelas X SMA BPPI Kabupeten Bandung ……… 97

D. Hasil Uji Coba Terbatas ……….. 109

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENASI

A. Kesimpulan ………. 119

B. Rekomendasi ……….. 121

DAFTAR PUSTAKA……….. 124

(3)

Melina Lestari, 2012

Program Bimbingan Untuk...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu iv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Populasi Penelitian ………. 55

Tabel 3.2 Pola Penyekoran Butir Pernyataan Instrumen Kendali Diri ……. 57

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Kendali Diri ……… 57

Tabel 3.4 Contoh Penghitungan Pola Skor Soal No. 5 ……….. 61

Tabel 3.5 Kriteria Koefisien Reliabilitas ……… 65

Tabel 4.1 Gambaran Umum Kendali Diri Siswa ……… 74

Tabel 4.2 Gambaran Kendali Diri Aspek Penguasaan Situasi ……… 75

Tabel 4.3 Gambaran Aspek penguasaan Situasi Per Indikator ………... 76

Tabel 4.4 Gambaran Kendali Diri Aspek Motivasi Bertindak ………. 79

Tabel 4.5 Gambaran Aspek Motivasi Bertindak Per Indikator ……… 80

Tabel 4.6 Gambaran Kendali Diri Aspek Kesediaan Menerima Resiko ……. 83

Tabel 4.7 Gambaran Aspek Kesediaan Menerima Resiko Per Indikator …… 84

Tabel 4.8 Ruang Lingkup Program Bimbingan untuk Mengembangkan Kendali Diri Siswa SMA ……….. 107

Tabel 4.9 Uji Normalitas Kendali Diri Siswa ……….. 111

Tabel 4.10 Uji Homogenitas Kendali Diri Siswa ……….. 112

Tabel 4.11 Hasil Pre Test dan Post Test ……… 113

(4)

Melina Lestari, 2012

Program Bimbingan Untuk...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu v

Tabel 4.13 Paired Samples Correlations ……… 116

Tabel 4.14 Paired Samples T Test ………. 117

DAFTAR GRAFIK Halaman Grafik 4.1 Gambaran Umum Kendali Diri Siswa ……… 74

Grafik 4.2 Gambaran Kendali Diri Aspek Penguasaan Situasi ……….. 76

Grafik 4.3 Gambaran aspek Penguasaan Situasi Per Indikator ……….. 76

Grafik 4.4 Gambaran Kendali Diri Aspek Motivasi Bertindak ……….. 80

Grafik 4.5 Gambaran Aspek Motivasi Bertindak Per Indikator ………. 82

Grafik 4.6 Gambaran Kendali Diri Aspek Kesediaan Menerima Resiko ….. 83

(5)

Melina Lestari, 2012

Program Bimbingan Untuk...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu vi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Tahap-tahap Pengembangan Program Bimbingan

untuk Mengembangkan Kendali Diri Siswa ……… 72

(6)

Melina Lestari, 2012

Program Bimbingan Untuk...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1

BAB I PENDAHULUAN

Permasalahan yang ditemukan dan diteliti, dideskripsikan dalam bab

pendahuluan, yang meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, dan metode penelitian.

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan informasi dapat mempercepat perkembangan demokrasi,

industrialisasi, pendidikan dan perubahan struktur kelas sosial. Situasi ini

memungkinkan individu bebas pengharapan hidup, dan dapat menjadi sumber motivasi

untuk mencapai tingkat kehidupan yang lebih baik, tetapi dapat juga menyebabkan

individu tidak akan pernah merasa puas dengan apa yang telah dicapai. Dengan kata

lain, situsi kehidupan tersebut dapat memungkinkan individu menjadi manusia yang

serakah, yang mungkin berani melakukan perilaku sosial menyimpang, yaitu perilaku

yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat (Calhoun dan

Acocella, terjemahan Satmoko, 1995: 10).

(7)

Melina Lestari, 2012

Program Bimbingan Untuk...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2

keputusan seolah-olah hanya bersumber pada kekuatan pikiran. Kebudayaan yang berisi nilai-nilai dan adat istiadat, kini tidak lagi dijadikan sebagai tuntunan dalam pengambilan keputusan. Nilai-nilai tersebut sudah mengalami pergeseran-pergeseran. Dengan demikian, keputusan individu dalam menentukan pilihan sepenuhnya menjadi tanggung jawab sendiri (Calhoun dan Acocellaterjemahan Satmoko, 1995: 12).

Dunia pendidikan dewasa ini menghadapi berbagai masalah yang kompleks dan

perlu mendapatkan perhatian. Salah satu diantaranya adalah menurunnya tatakrama

kehidupan sosial dan etika moral dalam praktik kehidupan sekolah. Bentuk perilaku

bermasalah di sekolah ditunjukkan dengan perilaku tidak disiplin.

Ketidakdisiplinan terhadap tata tertib sekolah dapat dilihat dari banyaknya kasus

pelanggaran terhadap peraturan sekolah yang dilakukan oleh siswa SMA. Pelanggaran

tersebut dapat dikatakan serius karena telah mengarah pada penyimpangan norma

agama dan norma sosial, seperti perkelahian antar pelajar (tawuran), perkelahian siswa

dengan guru, penggunaan obat-obatan terlarang, membaca atau melihat majalah dan

video porno, berbicara kasar atau kotor, dan lain sebagainya. Perilaku yang tidak

disiplin tersebut mempengaruhi siswa dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan

sekolah maupun masyarakat.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahadiani pada tahun 2004, mengenai

pelanggaran terhadap tata tertib sekolah, dengan populasi siswa kelas 2 salah satu SMA

(8)

Melina Lestari, 2012

Program Bimbingan Untuk...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3

yang tidak disenangi, 78,70% siswa mengejek guru yang memberi nilai kecil, dan

15,74% siswa sering terlambat masuk sekolah.

Lebih mengejutkan, setelah banyak beredarnya video yang berisi perkelahian

antar siswa, khususnya para siswi dari beberapa daerah yang sedang melakukan

perkelahian layaknya siswa lelaki pada umumnya. Seperti yang terjadi di Kupang, dua

geng pelajar wanita terlibat perkelahian satu lawan satu di sebuah SMA, ironisnya

perkelahian ini malah didukung oleh para pelajar pria yang bertindak sebagai wasit

(Seputar Indonesia, 15 Februari 2009). Hal tersebut tentu sangat menghawatirkan

berbagai pihak, karena merupakan pelanggaran berat yang selain tidak sesuai dengan

peraturan sekolah, hukum negara juga agama.

Masalah kedisiplinan siswa di sekolah harus segera diselesaikan karena

frekuensinya cukup besar. Sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Yusuf

(1989: 4) bahwa kedisiplinan siswa merupakan permasalahan yang harus dengan segera

dipecahkan, karena kedisiplinan siswa ini merupakan masalah yang frekuensinya cukup

besar setelah masalah pribadi.

Menurut Schneiders (dalam Yusuf, 2001: 199) karakteristik penyesuaian sosial

remaja di lingkungan sekolah, berupa (1) bersikap respek dan mau menerima peraturan

sekolah, (2) berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan sekolah, (3) menjalin persahabatan

dengan teman-teman di sekolah, (4) bersikap hormat terhadap guru, pemimpin sekolah

(9)

Melina Lestari, 2012

Program Bimbingan Untuk...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4

Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam melakukan

penyesuaian diri terhadap tata tertib sekolah adalah adanya kemampuan pengendalian

diri. Lindgren (1972:266) mengemukakan disiplin sebagai pelatihan untuk memperbaiki

dan menguatkan. Implikasi dari pengertian ini adalah bahwa tujuan disiplin adalah

disiplin diri, dalam arti bahwa tujuan latihan yakni memberi kesempatan kepada

individu untuk melakukan sesuatu berdasarkan pengarahan dan kendali diri. Dalam hal ini kendali diri (self control) mengandung arti sebagai pengaruh seseorang terhadap fisiknya, tingkah laku dan proses-proses psikologisnya serta peraturan tentangfisiknya, tingkah laku dan proses-proses psikologisnya dengan kata lain, sekelompok proses yang mengikat dirinya (Calhoun dan Acocella, terjemahan Satmoko, 1995: 130).

Kemampuan mengendalikan diri ini dapat berbentuk mengendalikan tubuh,

mengendalikan diri terhadap tingkah laku yang impulsif, serta bersikap wajar terhadap

dirinya. Salah satu contoh dari pengendalian tubuh di sekolah adalah sikap atau perilaku

siswa yang bersungguh-sungguh mengikuti perintah guru dalam mata pelajaran olah

raga, sedang untuk pengendalian diri terhadap tingkah laku impulsif dapat dilihat dari

kemampuan siswa menolak ajakan temannya untuk bolos sekolah karena tidak siap

dalam ujian atau alasan lain.Bersikap wajar terhadap diri sendiri dapat dilihat ketika

siswa berhasil dalam suatu ujian, siswa tersebut akan memberikan hadiah untuk dirinya.

Beberapa penelitian membuktikan bahwa individu yang memiliki orientasi letak

kendali internal (kendali diri) lebih berhasil mengarahkan perhatiannya,lebih selektif

(10)

Melina Lestari, 2012

Program Bimbingan Untuk...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

5

Febrianti, 2005). Individu yang memiliki kecenderungan internal (kendali diri) memiliki

level aspirasi yang lebih tinggi, lebih terlibat dengan lingkungan dimana mereka berada,

mandiri, mampu menahan perasaan dan keinginan sesaat demi tujuan jangka panjang,

bertanggung jawab, berdaya juang tinggi, dan tekun.

Selain itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh Melina Lestari (2006: 69)

dengan populasi siswa kelas 2 SMA Pasundan 2 Bandung, menunjukkan bahwa kendali

diri memberi kontribusi positif terhadap kedisiplinan siswa di sekolah sebesar 27,2%.

Studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti menunjukkan bahwa tidak

sedikit siswa SMA BPPI Kabupaten Bandung yang harus dituntut untuk memiliki

disiplin diri, memiliki kecakapan untuk menata diri, tidak terlalu terpengaruh pihak luar,

dan melakukan sesuatu bukan berdasarkan dorongan impulsif. Hal-hal tersebut

merupakan indikator dari rendahnya kendali diri.

Berdasarkan hasil pretest yang telah dilakukan peneliti, secara umum siswa

kelas X SMA BPPI Baleendah Kabupaten Bandung menunjukkan persentase sebesar

57% siswa yang telah dapat mengendalikan dirinya dengan baik, namun tidak sedikit

siswa yang belum dapat mengendalikan dirinya dengan baik yaitu sebesar 43% dan

tidak ada seorang pun yang memiliki kualitas kendali diri yang rendah. Sehingga perlu

diberikan sebuah program untuk meningkatkan kualitas kendali diri siswa kelas X SMA

(11)

Melina Lestari, 2012

Program Bimbingan Untuk...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

6

Siswa SMA yang berada pada masa remaja memiliki tugas perkembangan untuk

mengembangkan kendali diri. Hal ini senada dengan salah satu tugas perkembangan

remaja yang dikemukakan oleh William Kay dalam Yusuf (2001: 72) yaitu memperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri) atas dasar skala nilai, prinsip-prinsip atau falsafah hidup.

Tentu saja remaja butuh bantuan dalam memperkuat kendali dirinya, selain

keluarga, konselor sekolah bertugas membantu mengoptimalkan perkembangan siswa,

termasuk mengembangkan kendali diri. Oleh karena itu penting diberikan program

bimbingan untuk meningkatkan kendali diri siswa di sekolah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang, maka masalah penelitian ini dirumuskan

sebagai berikut: “ Bagaimanakah program layanan bimbingan yang diharapkan dapat

membantu mengembangkan kendali diri siswa kelas X SMA BPPI Kabupaten Bandung

?”. Rumusan masalah ini dapat dijabarkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Seperti apa gambaran tingkat pencapaian kendali diri siswa kelas X SMA BPPI

Kabupaten Bandung?

2. Seperti apa kondisi objektif pelaksanaan program layanan bimbingan dan konseling

yang dapat menunjang pengembangan kendali diri siswa kelas X di SMA BPPI

(12)

Melina Lestari, 2012

Program Bimbingan Untuk...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

7

3. Seperti apakah rumusan program bimbingan untuk mengembangkan kendali diri

siswa kelas X SMA BPPI Kabupaten Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengembangkan program layanan

bimbngan dan konseling yang diharapkan dapat membantu mengembangkan kendali

diri siswa SMA BPPI Kabupaten Bandung. Melalui penelitian ini diharapkan dapat

memperoleh gambaran tentang prinsip, bentuk dan strategi layanan bimbingan dan

konseling di sekolah lanjutan yang mampu mambantu siswa mengembangkan kendali

dirinya, sehingga mampu mengembangkan potensi yang dimiliki.

Untuk memcapai tujuan tersebut, maka ditempuh kegiatan-kegiatan untuk

mencapai tujuan sebagai berikut:

1. Memperoleh gambaran empirik mengenai kendalidiri siswa kelas X SMA BPPI

Kabupaten Bandung.

2. Memperoleh gambaran objektif mengenai pelaksanaan program layanan bimbingan

dan konseling untuk kelas X di SMA BPPI Kabupaten Bandung.

3. Tersusunnya rumusan program bimbingan untuk mengembangkan kendali diri siswa

SMA BPPI Kabupaten Bandung.

(13)

Melina Lestari, 2012

Program Bimbingan Untuk...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

8

Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi bagi pengembangan ilmu

pengetahuan, khususnya mengenai konsep-konsep dasar layanan bimbingan dan

konseling untuk meningkatkan kendali diri siswa SMA.

2. Manfaat Praktis

a. Program layanan bimbingan yang dihasilkan dapat digunakan oleh konselor dalam

membantu siswa untuk mengembangkan kendali dirinya.

b. Bagi sekolah, yaitu diharapkan dapat memberikan masukan pada pihak lembaga

atau sekolah dan konselor sekolah agar dapat menangani masalah atau hal-hal yang

berkaitan dengan kendali diri.

c. Bagi jurusan bimbingan dan konseling, diharapkan dapat memperkaya temuan

tentang bimbingan dan konseling bagi siswa SMA, serta mengembangkan

pendekatan bimbingan dan konseling di sekolah lanjutan.

E. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode

deskriptif yaitu metode untuk meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu

seting kondisi, suatu pemikiran ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang. Tujuan

penelitian ini adalah untuk membuat deskripsi atau gambaran secara sistematis, faktual,

dan akurat mengenai fakta, sifat serta hubungan antara fenomena yang sedang diteliti

(14)

Melina Lestari, 2012

Program Bimbingan Untuk...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

9

merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan sejumlah informasi

mengenai suatu gejala yang ada, yaitu keadaan menurut apa adanya pada saat penelitian

dilakukan”.

Penelitian ini akan mendeskripsikan kondisi objektif tentang: (1) kualitas

kendali diri siswa kelas X SMA BPPI Kabupaten Bandung yang meliputi pengendalian

situasi, motivasi bertindak, dan kesediaan menerima resiko, (2) kondisi objektif layanan

bimbingan dan konseling di SMA BPPI Kabupaten Bandung, (3) merumuskan

pengembangan program bimbingan dan konseling untuk meningkatkan kualitas kendali

diri siswa.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif,

dengan melakukan pencatatan dan penganalisisan data hasil penelitian tentang kendali

(15)

Melina Lestari, 2012

Program Bimbingan Untuk...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 49 BAB III

METODE PENELITIAN

Bagian ini merupakan penjabaran lebih rinci tentang metode penelitian. Bahasan

mengenai metode penelitian memuat beberapa komponen yaitu: metode penelitian,

variabel dan definisi operasional, populasi dan sampel, pengembangan alat pengumpul

data, pengumpulan data, teknik analisis data dan langkah-langkah penelitian.

A. METODE PENELITIAN

Penelitian ini pada akhirnya bertujuan untuk merumuskan program bimbingan

untuk megembangkan kendali diri siswa SMA. Kerangka isi dan komponen program

disusun berdasarkan kajian konsep dan teori kendali diri dan program bimbingan serta

hasil penelitian terdahulu yang relevan, analisis tingkat kendali diri siswa, dan kajian

empiris tentang kondisi actual layanan bimbingan dan konseling yang terkait dengan

pengemndali diri siswa.

Sesuai dengan fokus permasalahan dan tujuan penelitian, Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif yaitu

metode untuk meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu seting kondisi,

(16)

Melina Lestari, 2012

Program Bimbingan Untuk...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 50

adalah untuk membuat deskripsi atau gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat

mengenai fakta, sifat serta hubungan antara fenomena yang sedang diteliti (Nazir, 1988:

63). Selanjutnya Arikunto (1998: 309) menegaskan “Penelitian deskriptif merupakan

penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan sejumlah informasi mengenai suatu

gejala yang ada, yaitu keadaan menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan”.

Penelitian ini akan mendeskripsikan kondisi objektif tentang: (1) kualitas

kendali diri siswa kelas X SMA BPPI Kabupaten Bandung yang meliputi pengendalian

situasi, motivasi bertindak, dan kesediaan menerima resiko, (2) kondisi objektif layanan

bimbingan dan konseling di SMA BPPI Kabupaten Bandung, (3) merumuskan

pengembangan program bimbingan dan konseling untuk meningkatkan kualitas kendali

diri siswa.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif,

dengan melakukan pencatatan dan penganalisisan data hasil penelitian tentang kendali

diri secara eksak dengan menggunakan perhitungan-perhitungan statistik.

B. Variabel dan Definisi Operasional

1. Program Bimbingan

(17)

Melina Lestari, 2012

Program Bimbingan Untuk...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 51

program bimbingan dan konseling yang penyusunannya direncanakan dengan baik dan terperinci akan memberikan banyak keuntungan baik bagi individuyang menerima bantuan, maupun petugas yang memberikan atau menyelenggarakan bimbingan dan konseling.

Pada hakekatnya suatu program meliputi beberapa usur pokok, yakni tujuan tujuan yang hendak dicapai, siapa yang terlibat didalamnya, kegiatan-kegiatan yang hendak dilakukan, sumber-sumber yang dibutuhkan, bagaimana melakukannya dan kapan kegiatan itu dilakukannya. Stephen P.Robins (Hidayat, 2007: 12), menyatakan bahwa “…a program shoul contain all the activities necessary for achieving the objectives, and clarify who should do, what, and when.”

Harold J. Burbach dan Larry E.Deeker (Hidayat,2007: 12) berpendapat bahwa di dalam suatu program hendaknya mencakup lima aspek, yaitu: (a) Specification of the

objectives of the program, (b) Specification of the metods used to reach the objectives,

(c) Identification of the persons to be involved in the program, (d) Identification of the

resources needed, (e) Specification of the times frames when resources needed,

activities are to accur, and outcomes with result.

(18)

Melina Lestari, 2012

Program Bimbingan Untuk...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 52

kemudahan mengontrol dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan bimbingan yang dilakukan, dan (c) terlaksananya program bimbingan secara lancar, efektif dan efisien.

Berdasarkan uraian diatas, program bimbingan dalam penelitian ini adalah program yang digunakan dalam kegiatan bimbingan secara terpadu dalam proses bimbingan dan konseling di sekolah menengah atas (SMA) yang disusun dengan mengacu kepada analisis konseptual tentang kendali diri dan temuan lapangan berkenaan dengan profil kendali diri siswa serta kondisi objektif layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Program ini didasarkan pada aspek kegiatan penting yang perlu dilakukan , yaitu: (1) perencanaan program, (2) pengorganisasian dan administrasi, (3) penentuan sarana yang akan digunakan, (4) koordinasi dan kerjasama, (5) pelaksanaan, (6) evaluasi.

2. Kendali diri

Menurut Calhoun dan Acocella (terjemahan Satmoko, 1995: 130) kendali diri atau self control adalah pengaruh seseorang terhadap fisiknya, tingkah laku dan

proses-proses psikologisnya serta peraturan tentang fisiknya, tingkah laku dan proses-proses psikologisnya. Dengan kata lain, kendali diri adalah sekelompok proses yang mengikat

dirinya.

Selanjutnya Rotter berpendapat bahwa kendali diri merupakan keyakinan yang

(19)

Melina Lestari, 2012

Program Bimbingan Untuk...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 53

dengan Mischel (Pervin, 1984: 410) yang berpendapat bahwa kendali diri mengarah

pada kekuatan individu untuk mengatur atau mengendalikan tindakannya, „menghadapi

situasi terkendali‟.

Pusat kendali internal (internal locus of control) adalah adanya hubungan antara

perilaku dengan penguat (reinforcement) yang didapat, sebagai hubungan sebab akibat.

Orang internal merasa yakin bahwa dirinya memiliki kemampuan dan kebebasan

menentukan perilakunya untuk mengendalikan penguat yang diterimanya Rotter (Rizvi,

1997: 55).

Sukartini (2003: 77) mendefinisikan kendali diri sebagai upaya siswa untuk

mengatur diri dalam berfikir dan bertindak, berdasarkan keyakinannya bahwa segala

yang terjadi atas dirinya merupakan akibat tindakannya sendiri. Dengan kata lain dalam

kendali diri terdapat usaha untuk dapat mengendalikan hal-hal yang terdapat dalam diri

individu.

Indikator-indikator dari kendali diri menurut Sukartini (2003: 77-78) adalah:

a. Penguasaan situasi, yaitu kemampuan memikirkan cara-cara menguasai dan

mengendalikan situasi sekitarnya yang berkaitan dengan peraturan sekolah,

meliputi: dapat memikirkan manfaat, dapat menguasai perasaan, dapat mengatasi

(20)

Melina Lestari, 2012

Program Bimbingan Untuk...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 54

b. Motivasi bertindak, yaitu kemampuan memilih tindakan untuk mengatasi masalah

seputar peraturan sekolah, meliputi: dapat memusatkan perilaku pada tujuan, dapat

merencanakan masa depan, tidak terpengaruh hal-hal negatif dari lingkungan.

c. Kesediaan menerima resiko, yaitu kesanggupan menerima risiko atas tindakan yang

dilakukan, meliputi: bertanggung jawab terhadap perilaku.

Menurut Logue (1995: 24) orang yang mampu mengendalikan diri adalah orang yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Memegang teguh tugas yang berulang meskipun berhadapan dengan berbagai

gangguan.

b. Mengubah perilakunya sendiri sesuai dengan norma yang ada.

c. Tidak menunjuk perilaku yang dipengaruhi oleh kemarahan.

d. Bersikap toleran terhadap stimulus yang berlawanan.

Secara umum kendali diri adalah kemampuan untuk menekan tingkah laku

impulsif. Kendali diri dalam penelitian ini adalah usaha individu untuk mempengaruhi

pola pikir dan perilakunya di dalam lingkungan sekitarnya, berdasarkan aspek

penguasaan situasi, motivasi bertindak dan kesediaan menerima resiko.

(21)

Melina Lestari, 2012

Program Bimbingan Untuk...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 55

Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA BPPI

Baleendah Kabupaten Bandung yang berjumlah 102 siswa laki-laki dan perempuan,

karena dianggap dapat memenuhi karakteristik tujuan penelitian. Selanjutnya

menentukan jumlah sampel yang akan diambil sebagai objek dalam penelitian ini.

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik sampel kelompok atau sesuai dengan

pendapat Arikunto (2002: 112), karena di dalam populasi terdapat kelompok-kelompok

yang bukan kelas atau strata.

Penentuan sampel ditetapkan pada siswa kelas X-1 dengan jumlah 35 siswa.

Ditetapkannya kelas tersebut karena jumlah siswanya yang representatif. Adapun

rincian jumlah populasi dan sampel disajikan dalam table berikut ini;

Tabel 3. 1 Populasi Penelitian

No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

1. X-1 18 17 35

2. X-2 17 17 34

3. X-3 17 17 34

Jumlah 103

(22)

Melina Lestari, 2012

Program Bimbingan Untuk...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 56

Untuk memperoleh data yang akurat tentang profil kendali diri maka dalam

penelitian ini dikembangkan istrumen berbentuk invetori. Selanjutnya agar dalam

mengklasifikasikan variabel yang akan diukur tidak terjadi kesalahan dalam

menentukan analisis data dan langkah-langkah penelitian, maka peneliti menggunakan

skala pengukuran yang sesuai dengan kebutuhan penelitian.

a. Deskripsi

Alat pengumpul data kendali diri berupa inventori berskala. Skala yang digunakan dalam instrumen adalah skala Lickert (skala 5) dengan alternatif jawaban: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Ragu-ragu (R), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS). Instrumen ini dikembangkan sendiri oleh penulis berdasarkan indikator-indikator kendali diri menurut Sukartini (2003: 77-78).

b. Prosedur Penyekoran

Penyekoran inventori yang ditetapkan, yaitu jika pada item pernyataan positif

mendapat jawaban “Sangat Sesuai” maka nomor jawaban tersebut diberi skor 4 (empat),

jika dijawab “Sesuai” maka diberi skor 3 (tiga), jika dijawab “Ragu-ragu” maka diberi

skor 2 (dua), jika dijawab “Tidak Sesuai” maka diberi skor 1 (satu), dan jika dijawab

(23)

Melina Lestari, 2012

Program Bimbingan Untuk...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 57

negatif, jika mendapat jawaban “Sangat Sesuai” maka nomor jawaban tersebut diberi

skor 0 (nol), jika dijawab “Sesuai” maka diberi skor 1(satu), jika dijawab “Ragu-ragu”

maka diberi skor 2 (dua), jika dijawab “Tidak Sesuai” maka diberi skor 3 (tiga), dan

jika dijawab “Sangat Tidak Sesuai” maka diberi skor 4 (empat).

Untuk lebih jelas, pola penyekoran dapat divisualisasikan dalam tabel 3.2

berikut ini:

Tabel 3.2

Pola Penyekoran Butir Pernyataan Instrumen Kendali Diri

Pernyataan Jawaban

Sangat Sesuai

Sesuai Ragu-ragu

Tidak Sesuai Sangat Tidak Sesuai

Positif 4 3 2 1 0

Negatif 0 1 2 3 4

c. Kisi-Kisi

Penyebaran butir pernyataan tentang kendali diri siswa dijabarkan ke dalam

(24)

Melina Lestari, 2012

Program Bimbingan Untuk...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 58 Table 3.3

Kisi-Kisi Instrumen Kendali Diri

No Aspek Indikator No. Butir Pernyataan Jumla

h

+ -

1 Penguasaan situasi 1.1 Dapat memikirkan manfaat.

10,11,41 ,47

42,46 6

1.2 Dapat menguasai perasaan. 13,15,48 ,51

12,14,39, 44,49,50, 52,53,54

13

1.3 Dapat mengatasi masalah. 18,19,21 ,55,57

2 Motivasi bertindak 2.1 Dapat memusatkan perilaku pada tujuan.

Untuk memperoleh alat pengumpul data yang layak dan memenuhi kriteria,

maka penyusunannya harus melalui langkah-langkah berikut :

1. Menyusun kisi-kisi instrumen sesuai dengan variable, dan indikator-indikator.

(25)

Melina Lestari, 2012

Program Bimbingan Untuk...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 59

3. Melakukan judgment terhadap instrumen yang telah dibuat kepada tiga orang dosen.

4. Sebelum melakukan penelitian, maka terlebih dahulu dilakukan uji coba terhadap 40

orang siswa kelas X SMA BPPI Kab. Bandung.

E. Pengumpulan Data

1. Persiapan

a. Pengembangan Instrumen

Instrument dalam penelitian ini dikembangkan dengan merujuk pada kisi-kisi

yang dirancang sendiri oleh penulis. Istrumen disusun dalam bentuk inventori berskala. Skala yang digunakan dalam instrumen adalah skala Lickert (skala 5) dengan alternatif jawaban: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Ragu-ragu (R), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS).

b. Uji coba alat pengumpulan data

Uji coba alat pengumpul data dilakukan terhadap 40 orang siswa kelas XI SMU

Pasundan 2 Bandung. Uji coba instrumen ini meliputi uji bobot nilai skala pernyataan,

uji validitas,uji daya pembeda setiap pernyataan dan uji reliabilitas butir pernyataan.

(26)

Melina Lestari, 2012

Program Bimbingan Untuk...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 60

Alat pengumpul data berupa skala likert dengan alternatif jawaban sangat

sesuai(SS); sesuai(S); ragu-ragu (R); tidak sesuai (TS), sangat tidak sesuai (STS).

Pedoman penyekoran setiap butir pernyataan dilakukan dengan langkah-langkah yang

dikemukakan oleh Suryabrata (1999: 266-271) yaitu:

a. Menghitung frekuensi pemilih terhadap masing-masing alternative jawaban dalam

suatu butir soal.

= F(I)

b. Menghitung proporsi jumlah pemilih terhadap masing-masing alternatif jawaban

dari butir soal tersebut, yatu dengan melakukan penghitungan sebagai berikut:

P(I) = f(I) / N

c. Menghitung harga kumulatif dari proporsi tersebut, sebagai berikut:

Cp(I) = p(I)

Cp(I: I>I) = p(I) + p(I+I)

d. Menghitung harga tengah dari harga kumulatif proporsi, sebagai berikut:

Mcp (I) = cp(I)/2

(27)

Melina Lestari, 2012

Program Bimbingan Untuk...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 61

e. Mencari harga z dalam distribusi normal baku dari harga kumulatif proporsi

tersebut, yaitu dengan menggunakan fungsi NORSINV dalam MS Exel 2002

sebagai berikut:

Z (I) = NORMSINV(mcp(I))

f. Menghilangkan harga z yang negatif dengan menambah setiap harga z dengan harga

absolut dari z dengan nilai negatif terbesar, yaitu:

Z (I)‟ = z (I) + ABS (MIN(Z))

g. Menghilangkan angkan di belakang koma dengan melakukan pembulatan terhadap

harga z‟, sehingga diperoleh nilai empiric (NE) untuk setiap alternatif jawaban

dalam masing-masing botir soal.

NE = ROUND (z (I);0)

Contoh penghitungan untuk butir nomor 5 adalah sebagai berikut (angka dibulatkan ke

dua desimal di belakang koma)

Tabel 3.4

Contoh Penghitungan Pola Skor Soal No. 5

c pilihan f p cp mcp z z’ NE

5 0 0 0,00 0,00 0,00 0.00 0.00 0

1 1 0,03 0,03 0,01 -2,24 1,00 1

(28)

Melina Lestari, 2012

Program Bimbingan Untuk...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 62

3 18 0,45 0,58 0,35 -0,39 2,86 3

4 17 0,43 1,00 0,79 0,80 4,04 4

Setelah dilakukan uji bobot nilai skala pada setiap pernyataan dengan

menggunakan bantuan program Microsoft Excel, maka diperoleh hasil bahwa item yang

dapat langsung dipergunakan yaitu 15 item dan sebanyak 30 item harus direvisi jika

akan dipegunakan dari 60 item.

2). Uji validitas item

Pengujian validitas dilakukan untuk mengetahui tingkat ketepatan tes atau

kesahihan item pernyataan dalam mengukur apa yang diinginkan dan menghasilkan

data yang diharapkan dari setiap variabel.

Untuk mengetahui eratnya hubungan antara variabel X dan variabel Y dengan

syarat variabel tersebut harus berskala ukur minimal interval maka digunakan analisa

koefisien korelasi pearson:

(29)

Melina Lestari, 2012

Program Bimbingan Untuk...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 63 y = jumlah skor total

x2 =jumlah kuadrat skor total

N = jumlah sampel

Dengan menggunakan bantuan program Microsoft Excel, item yang tidak dapat

dipergunakan atau tidak valid yaitu berjumlah 5 item.

3). Uji daya pembeda setiap pernyataan

Pengujian validitas item instrumen dilakukan dengan menggunakan uji daya

pembeda. Dalam melakukan uji daya pembeda terlebih dahulu dilakukan rangking skor

total dari setiap individu untuk memperoleh data 27% klompok individu yang termasuk

kelompok unggul dan 27% kelompok individu yang termasuk kelompok bawah (asor).

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

t =

X = rata-rata kelompok tinggi

R

X = rata-rata kelompok rendah atau bawah

(30)

Melina Lestari, 2012

Program Bimbingan Untuk...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 64

ST2 = simpangan baku kelompok tinggi atau atas

SR2 = simpangan baku kelompok rendah atau bawah

Kriteria pengujian signifikasi intrumen dikatakan signifikan apabila t hitung > t

table dengan ketentuan dk = n1+n2-2.

Pengujian daya pembeda menggunakan bantuan program Microsoft Excel

diperoleh hasil bahwa dari 41 item inventori kendali diri, terdapat 2 item yang tidak

memiliki daya pembeda sehingga item yang dapat digunakan yaitu 38 item. Kriteria

yang digunakan adalah: sebuah pernyataan dianggap mempunyai daya pembeda, bila

memiliki nilai t-hitung dengan tingkat signifikansi antara α = ฀ 0,01 sampai α = 0,05.

4). Uji reliabilitas item

Reliabilitas suatu instrumen penelitian menunjukkan instrumen penelitian dapat

dipercaya sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut dapat dikatakan sudah

baik yaitu instrumen yang dapat dengan ajeg memberikan data sesuai dengan kenyataan

(Arikunto, 2002:86). Untuk menghitung reliabilitas instrumen pemberian layanan

informasi karier dan pengambilan keputusan karier digunakan dengan bantuan

(31)

Melina Lestari, 2012

Program Bimbingan Untuk...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 65

Keterangan :

r11 = Reliabilitas instrumen

k = Banyaknya butir pernyataan atau banyaknya soal

b 2 = Jumlah varians butir

l 2 = Varians total (Arikunto, 2002:171)

Sebagai tolak ukur koefisien reliabilitas untuk kedua instrumen, digunakan

kriteria dari Guilford (Subino, 1987: 115) sebagai berikut :

< 0,20 = tidak ada korelasi

0,20 – 0,40 = korelasi rendah

0,40 – 0,70 = korelasi sedang

0,70 – 0,90 = korelasi tinggi

0,90 – 1,00 = korelasi sangat tinggi

1,00 = korelasi sempurna

Untuk mempertegas kriteria koefisien reliabilitas , maka dibuat tabel sebagai

berikut:

(32)

Melina Lestari, 2012

Program Bimbingan Untuk...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 66

Kriteria Koefisien Reliabilitas No Kriteria Keterangan

1 < 0,20 Tidak ada korelasi

2 0,20 – 0,40 Korelasi rendah

3 0,41 – 0,70 Korelasi sedang

4 0,71 – 0,90 Korelasi tinggi

5 0,91 – 1,00 Korelasi sangat tinggi

6 1,00 Korelasi sempurna

Untuk inventori kendali diri diperoleh harga reliabilitas instrument sebesar 0,67

sehingga dapat di kategorikan sedang.

F. Teknik Analisis Data

Setelah semua asumsi statistik terpenuhi, selanjutnya data hasil penelitian diolah

dan dianalisis sebagai upaya menjawab pertanyaan penelitian.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dengan

langkah-langkah sebagai berikut: 1) Analisis kualitatif yaitu mencatat informasi yang diperoleh,

verivikasi data sesuai kebutuhan, meng-coding dan mengklasifikasikan data, analisis

data yang medukung, membuat kesimpulan untuk dijadikan rumusan program; 2)

Analisis kuantitatif yaitu pengumpulan data dari hasil pengukuran angket setelah

(33)

Melina Lestari, 2012

Program Bimbingan Untuk...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 67

Analisis data kuantitatif berasal dari angket yang berupa skor jawaban

responden per pernyataan maupun secara keseluruhan. Analisis kuantitatif dilakukan

untuk menjawab pertanyaan penelitian. Untuk menjawab bagaimana gambaran umum

kendali diri dan siswa kelas X SMA BPPI Kabupaten Bandung Tahun ajaran

2008/2009?, digunakan cara pengelompokan data menggunakan proses perhitungan

dengan kriteria skor ideal menurut Cece Rakhmat dan M. Solehudin (1988: 77) sebagai

berikut :

ideal  Ζ(SDideal)

Keterangan :

Xideal = Skor maksimal yang mungkin diperoleh siswa jika semua

pernyataan dijawab dengan benar

ideal = 1/2 dari skor ideal

SDideal = 1/3 dari ideal

Z = Luas daerah dari kurva normal (0,61)

Pengelompokan sumber data penelitian ini dibagi dalam tiga kategori yang

didasarkan pada kriteria ideal dengan ketentuan sebagai berikut.

1. Kategori pertama, berada pada luas daerah kurva sebesar 27 % atau sebesar 0, 73

(34)

Melina Lestari, 2012

Program Bimbingan Untuk...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 68

2. Kategori kedua, berada pada luas daerah sebesar 46 % atau letaknya terentang

antara 0, 72 kurva normal dengan Z = -0,61 sampai dengan Z = + 0,61.

3. Kategori ketiga, berada pada luas daerah kurva sebesar 27 % atau 0, 23 kurva

normal dengan Z = - 0,61.

Hasil perhitungan dengan rumus di atas setelah diformulasikan ke dalam

konversi adalah :

X >Xid + 0, 61 sd = Baik atau Tinggi

Xid – 0, 61sd  X  Xid + 0, 61sd = Cukup atau Sedang

X < Xid – 0, 61sd = Kurang atau Rendah

Analisis statistika akan dilanjutkan dengan uji perbedaan dua rata-rata

apabila asumsi terpenuhi, yaitu; adanya normalitas data dan homoginitas varian

dengan rumus sebagai beikut. (Sugiyono, 2007:119)

_ _

X - X

t = _________________________________________

S1² + s2² _ 2 r [S 2] [S1]

(35)

Melina Lestari, 2012

Program Bimbingan Untuk...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 69

Dimana :

X

=

Rara-rata sampel 1

X = Rata-rata sampel 2

S1 = Simpangan baku sampel 1

S2 = Simpangan baku sampel 2

S1² = Varian sampel 1

S2² = Varian sampel 2

r

= Korelasi antara dua sampel

Rumus r pearson:

N ∑XY –(∑X) (∑Y)

r xy = _________________________

{ ∑X² - ∑X ² } {N∑Y² - Y ² }

1. Analisis Kelayakan Program Bimbingan dan Konsling

Bidang-bidang rumusan program hipotetik tentang bimbingan dan konseling

untuk meningkatkan kendali diri siswa SMA yang dianalisis yaitu rambu-rambu

(36)

Melina Lestari, 2012

Program Bimbingan Untuk...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 70

jenis-jenis layanan bimbingan dan konseling, prosedur dan langkah-langkahnya, isi

program bimbingan dan konseling, pendukung sistem, peran konseor dalam bimbingan

dan konseling, dan evaluasi program.

Pengujian dalam menganalisis kelayakan program meliputi:

a. Pengujian rasional program melibatkan pakar konseling.

b. Pengujian keterbacaan program melibatkan konselor dan siswa.

c. Pengujian kepraktisan program dalam diskusi terbatas di SMA BPPI Baleendah.

2. Analisis Kehandalan Program Bimbingan dan Konseling

Analisis kehandalan Program Bimbingan dan Konseling untuk Meningkatkan

Kendali Diri Siswa SMA dilakukan dengan menganalisis indikator kendali diri siswa

sebelum dan setelah mengikuti bimbingan dan konseling dalam pengujian lapangan.

G. Langkah-langkah Penelitian

Sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, penelitian ini dilaksanakan dalam lima

tahap kegiatan, yaitu: tahap 1 persiapan, tahap 2 merancang program hipotetik, tahap 3

uji kelayakan program hipotetik, tahap 4 perbaikan program hipotetik, tahap 5 uji

lapangan program akhir.

(37)

Melina Lestari, 2012

Program Bimbingan Untuk...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 71

1. Tahap Pertama: Persiapan Pengembangan Program

Kegiatan penelitian pada tahap ini meliputi:

a. Kajian konseptual dan analisis penelitian terdahulu,

b. Survey lapangan untuk memperoleh informasi kondisi objektif siswa tentang

motivasi belajar.

c. Mengkaji pendekatan dan strategi bimbingan dan konseling dalam

menerapkan program.

d. Mengkaji dokumen tentang pedoman pelaksanaan konseling di SMA.

2. Tahap Kedua: Merancang Program Hipotetik

Berdasarkan kajian teoritik, hasil-hasil penelitian terdahulu, hasil studi

pendahuluan, analisis kondisi lapangan dan telaah rambu-rambu bimbingan dan

konseling di SMA, disusun Program Bimbingan dan Konseling untuk

meningkatkan kendali diri siswa SMA.

3. Tahap Ketiga: Uji Kelayakan Program Hipotetik

Untuk mendapatkan Program Bimbingan dan Konseling untuk meningkatkan

kendali diri siswa SMA yang memilki kehandalan, terpercaya, dan dapat

digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar, pada tahap ini dilakukan

(38)

Melina Lestari, 2012

Program Bimbingan Untuk...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 72

a. Uji rasional program dengan mengidentifikasi masukan-masukan

konseptual dari para pakar konseling.

b. Uji keterbacaan program oleh pakar konseling.

c. Uji kepraktisan program, dilakukan melalui diskusi terfokus yang

melibatkan pimpinan sekolah, konselor sekolah, dan wali kelas,

bertujuan untuk melihat berbagai dimensi yang seyogyanya

dipetimbangkan dalam pengembangan dan penerapan program

bimbingan belajar untuk memotivasi belajar siswa.

4. Tahap Keempat: Revisi Program Hipotetik

Berdasarkan hasil uji kelayakan program, kegiatan berikutnya adalah:

a. Mengevaluasi dan menginventarisasi hasil uji kelayakan program.

b. Memperbaiki redaksi dan isi program hipotetik.

c. Tersusun program hipotetik yang sudah direvisi.

5. Tahap Kelima: Pengujian Lapangan

Pada tahap ini dilaksanakan uji lapangan Program Bimbingan dan Konseling

untuk meningkatkan kendali diri siswa SMA, meliputi:

a. Menyusun rencana kegiatan uji lapangan.

b. Melaksanakan uji lapangan.

c. Identifikasi pelaksanaan program layanan bimbingan belajar yang

(39)

Melina Lestari, 2012

Program Bimbingan Untuk...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 73

d. Mendeskripsikan hasil pelaksanaan uji lapangan.

Tahap-tahap proses pengembangan Program Bimbingan untuk meningkatkan

kendali diri siswa SMA dapat dilihat dalam bagan alur berikut:

Gambar 3.1

Tahap-tahap Pengembangan Program Bimbingan untuk Mengembangkan Kendali Diri Siswa

Tahap I

1. Kajian konseptual dan analisis penelitian terdahulu.

2. Survey lapangan untuk memperoleh informasi kondisi objektif siswa tentang motivasi belajar.

3. Mengkaji pendekatan dan strategi bimbingan dan konseling dalam menerapkan program.

4. Mengkaji dokumen tentang pedoman pelaksanaan konseling di SMA.

Tahap IV

a. Mengevaluasi dan menginventarisasi hasil uji kelayakan program.

b. Memperbaiki redaksi dan isi program hipotetik. c. Tersusun program hipotetik yang sudah direvisi.

Tahap III

a. Uji rasional program dengan mengidentifikasi masukan-masukan konseptual dari para pakar konseling.

b. Uji keterbacaan program oleh pakar konseling. c. Uji kepraktisan program, dilakukan melalui diskusi

terfokus yang melibatkan pimpinan sekolah, konselor sekolah, dan wali kelas,

(40)

Melina Lestari, 2012

Program Bimbingan Untuk...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

119

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pada bab ini disajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap analisis

temuan penelitian, yang disajikan dalam bentuk kesimpulan penelitian dan

rekomendasi.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengumpulan, pengolahan dan analisis data mengenai kendali

diri dan program bimbingan seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka

kesimpulan yang dapat diambil sebagi berikut:

1. Kualitas kendali diri siswa kelas X SMA BPPI Kabupaten Bandung tahun ajaran

2008/2009 termasuk dalam kategori sedang, dengan kata lain belum semua siswa

dapat mengendalikan dirinya dengan baik. Data tersebut ditafsirkan berdasarkan

persentase yang menunjukkan bahwa sebagian siswa telah dapat mengendalikan

dirinya dengan baik namun jumlah siswa yang kurang dapat mengendalikan diri

dengan baik tidak sediki. Kendali diri siswa dapat dilihat melalui beberapa aspek,

seperti penguasaan situasi, motivasi bertindak, dan kesediaan menerima resiko.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek-aspek kendali diri berada dalam

kategori sedang, artinya sebagian besar siswa belum dapat sepenuhnya

(41)

Melina Lestari, 2012

Program Bimbingan Untuk...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

120

2. Program bimbingan dan konseling yang sudah ada merupakan bagian dari program

pengembangan diri yang berorientasi pada pola 17 Plus. Faktor pendukung

terlaksananya layanan bimbingan dan konseling di SMA BPPI Kabupaten Bandung

adalah: rasio guru pembimbing dan siswa yang tidak berlebih dengan ketentuan

ideal, kepala sekolah yang memberikan perhatian pada bimbingan dan konseling di

sekolah, sekolah menyediakan tempat-tempat yang dapat digunakan untuk

bimbingan kelompok dan kegiatan bimbingan dan konseling lain, minat siswa yang

tinggi terhadap bimbingan dan konseling, dan tersedianya berbagai media untuk

mendukung penyampaian materi bimbingan. Namun faktor pendukung, masih

terdapat beberapa fatkor penghambat terlaksananya layanan bimbingan dan

konseling, antara lain: tidak ada guru pembimbing yang berlatar belakang S1

Bimbingan dan Konseling, ruang layanan bimbingan dan konseling yang belum

memadai, dan tidak nampak adanya anggaran khusus untuk kegiatan bimbingan dan

konseling.

3. Program bimbingan untuk mengembangkan kendali diri siswa SMA yang telah di

susun penulis dibuat melalui beberap tahapan, yaitu: persiapan pengembangan

program, merancang program hipotetik, uji kelayakan program hipotetik, revisi

program hipotetik, uji lapangan dan laporan akhir. Setelah diberikan program

bimbingan untuk mengembangkan kendali diri, kendali diri siswa mengalami

kenaikan kualitas yang signifikan. Sehingga program bimbingan untuk

(42)

Melina Lestari, 2012

Program Bimbingan Untuk...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

121

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian, maka terdapat beberapa rekomendasi untuk

sekolah, konselor sekolah, dan peneliti selanjutnya.

1. Bagi Pihak Sekolah

Penelitian ini dilakukan di lingkungan SMA BPPI Kabupaten Bandung,

khususnya kelas X. Sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan pijakan untuk

memperbaiki kualitas siswa sehingga dapat berkembang dengan seoptimal mungkin.

Karena itu, direkomendasikan kepada pihak sekolah,untuk:

a. Mengidentifikasi kecenderungan kendali diri siswa lebih lanjut, agar dapat

menemukan penyelesaian masalah seputar kendali diri secara efektif.

b. Memperluas jangkauan identifikasi, sehingga dapat diketahui gambaran lebih luas

dan menyeluruh.

c. Memperluas jangkauan pemberian program bimbingan untuk mengembangkan

kendali diri, sehingga dapat meningkatkan kualitas kendali diri secara lebih luas dan

menyeluruh.

d. Menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif agar dapat mengembangkan

kendali diri siswa.

e. Memberikan ruangan layanan bimbingan dan konseling yang memadai sehingga

dapat menunjang optimalisasi kegiatan bimbingan dan konseling.

(43)

Melina Lestari, 2012

Program Bimbingan Untuk...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

122

Gambaran program bimbingan untuk mengembangkan kendali diri siswa X

SMA BPPI Kabupaten Bandung yang dihasilkan penelitian ini di dalamnya merupakan

salah satu potret perkembangan siswa. Bagi guru bimbingan dan konseling di sekolah,

gambaran tersebut dapat dimanfaatkan sebagai timbangan dan optimalisasi dalam:

a. Penggunaan program bimbingan untuk mengembangkan kendali diri siswa

hendaknya diberikan kepada seluruh siswa, mengingat keberhasilannya dalam

meningkatkan kualitas kendali diri siswa.

b. Agar Program Bimbingan untuk Mengembangkan Kendali Diri Siswa dapat lebih

efektif, guru Bimbingan dan Konseling hendaknya mengembangkan diskusi yang

hangat karena siswa suka didengarkan, memberikan pujian (tidak memberikan

labeling negatif) pada siswa, dan memberikan motivasi.

c. Pemberian layanan yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan kondisi aktual yang

terjadi di sekolah.

d. Menyusun kegiatan yang lebih variatif, tidak sekedar menggunakan metode

ceramah dan penugasan kepada siswa.

e. Penggunaan fasilitas sekolah untuk melaksanakan bimbingan kelompok atau

konseling kelompok.

f. Penyusunan program layanan bimbingan yang belum dirumuskan secara khusus

dalam suatu program yang komprehensif.

g. Pelaksanaan evaluasi program bimbingan yang terukur dan sesuai ketentuan yang

(44)

Melina Lestari, 2012

Program Bimbingan Untuk...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

123

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Keterbatasan proses dan hasil penelitian ini tidak dapat dipisahkan dari

keterbatasan penyusunan dalam mengelola kegiatan penelitian. Oleh karena itu, kepada

peneliti selanjutnya diharapkan:

a. Melakukan penelitian serupa dengan menggunakan metode eksperimen.

b. Menambahkan instrumen untuk guru agar hasil penelitian dapat lebih akurat.

c. Penelitian dilaksanakan di SMA BPPI Kabupaten Bandung yang ruang lingkupnya

sangat terbatas. Oleh karena itu penelitian selanjutnya dapat dilakukan lebih luas

untuk memperkuat dan membuktikan kehandalan dan kebermanfaatan hasil

penelitian. Sehingga peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian yang sama,

dengan memperluas lingkup populasi penelitian yang relatif labih besar dangan

objek beberapa sekolah dengan sampel yang lebih besar dapat diketahui mengenai

program bimbingan untuk mengembangkan kendali diri siswa di sekolah pada

umumnya.

d. Melakukan penelitian yang serupa, dengan mencari populasi lain dan relatif

beragam seperti di kalangan mahasiswa atau karyawan sebuah perusahaan.

e. Merumuskan program bimbingan untuk mengembangkan kendali diri siswa SMA

(45)

Melina Lestari, 2012

Program Bimbingan Untuk...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

124

layanan responsif, layanan perencanaan individu dan dukungan sistem. Dan

kesemuanya itu diujicobakan sesuai dengan tahapan yang ada pada bab

(46)

Melina Lestari, 2012

Program Bimbingan Untuk...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

125

DAFTAR PUSTAKA

Alike, Share. (2005). Locus of Control, [Online]. Tersedia:

http://wik.ed.uiuc.edu/index.php/Locus_of_cntrol [13 Januari 2006]

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

____________. (2003). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Calhoun, J. F dan Acocella, J. R. Alih bahasa oleh RS. Satmoko. (1995). Psikologi tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan. Semarang: IKIP Semarang Press.

Crow, Alice. (1972). Educational Psycology. New Jersey: Littlefield, Adams and Co.

Dahar, Ratna Wilis. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Depdikbud, (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga. Jakarta : Balai Pustaka

Furqon. (2001). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Goleman, D. (2007). Kecerdasan Emosional. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Hidayat, R. (2007). Pengembangan Program Layanan Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Penyesuaian Sosial Siswa SMA Negeri 1 Cimalaka Kabupaten Sumedang. Tesis Magister pada SPSUPI Bandung: tidak diterbitkan.

(47)

Melina Lestari, 2012

Program Bimbingan Untuk...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

126

Kartono, Kartini. (1991). Bimbingan bagi Anak dan Remaja yang Bermasalah. Jakarta: Rajawali.

Lestari, M. (2006). Kontribusi Kendali Diri terhadap Kedisiplinan Siswa di Sekolah. Skripsi Sarjana pada FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Lindgren, H.C. (1972). Educational Psycology in the Classroom Fourth Edition. New York: John Wiley and Sons, Inc.

Logue, Alexandra W. (1995). Self-Control Waiting until Tomorrow for What You Want Today. New Jersey: Prentice Hall.

Makmun, Abin Syamsudin. (2003). Psikologi Kependidikan. Bandung: Rosda.

Mearns, Jack. (2005). The Social Learning Theory of Julian B. Rotter, [Online]. Tersedia: http://psych.fullerton.edu/jmearns/rotter.htm [13 Januari 2006]

Messina, J. J and Messina, C. (2005). Developing Self-Control, [Online]. Tersedia:

http://www.coping.org/control/selfcont.htm [28 Januari 2006]

Mulyono, Y. Bambang. (2006). Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja dan Penanggulangannya. Yogyakarta: Kanisius.

Narbuko, C. dan Achmadi, Abu. (2001). Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.

(48)

Melina Lestari, 2012

Program Bimbingan Untuk...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

127

Nurwanti, Erlin. (2004). Pengaruh Kendali Diri dalam Penyesuaian sosial di Sekolah terhadap Prestasi Belajar. Skripsi pada FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Pervin, L.A. (1984). Personality: Theory and Research. New York: John Wiley & Sons, Inc.

Rakhmat, Cece dan Solehuddin, M.. (1988). Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar.

Bandung: FIP IKIP.

Rizvi, A, Prawitasari, J. E, dan Soetjipto, H. P. (1997). “Pusat Kendali dan Efikasi-Diri

sebagai Prediktor terhadap Prokastinasi Akademik Mahasiswa”. Psikologika.

3, (2), 51-63.

Santoso, S.(1999). SPSS Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Santrock, John W. Alih Bahasa oleh: Shinto B. Adelar dan Sherly Saragih. (2006).

Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.

Saripah, I. (2006). “Program BImbingan Untuk Mengembangkan Perilaku Prososial

Anak”. Pedagogia. 4, (2), 129-145.

Sarwono, Sarlito Wirawan . (2002). Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers

Subino. (1987). Konstruksi dan Analisis Tes: Suatu Pengantar kepada Teori Tes dan Pengukuran. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sudjana. (1996). Metoda Statistika.Bandung: Tarsito.

(49)

Melina Lestari, 2012

Program Bimbingan Untuk...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

128

Suherman, Uman. (2007). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bekasi: Madani Production.

Sukartini, Sri Patmah. (2003). Model Konseling Keterampilan Hidup untuk Mengembangkan Dimensi Kendali Pribadi yang Tegar. Disertasi Doktor pada PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Supartini, T. (2005). Program Bimbingan dan Konseling Berbasis Kecerdasan Emosional. Tesis pada SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Suryabrata, S. (1999). Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

UPI (2007). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI

Trihendradi, Cornelius. (2005). SPSS 12 Statistik Inferen Teori Dasar dan Aplikasinya. Yogyakarta: Andi.

Yusuf, Syamsu. (2001). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosda.

__________. (2006). Profil Penyesuaian Emosi Remaja dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan dan Konseling (Studi Deskriptif terhadap Para Siswa Peserta Pelatihan Kader Penanggulangan Narkoba Diknas Jawa Barat Tahun 2003). Mimbar Pendidikan, 1, (25), 32-38.

Yusuf, S dan Nurihsan, AJ. (2006). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung:

Gambar

Gambar 3.1 Tahap-tahap Pengembangan Program Bimbingan
Tabel 3. 1
Tabel 3.2 Pola Penyekoran Butir Pernyataan
Table 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Kendali Diri
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini program bimbingan yang dimaksud adalah program yang disusun secara sistematis, terencana, terarah dan terpadu untuk membantu siswa underachiever

Definisi operasional variabel kompetensi pengetahuan guru bimbingan dan konseling dalam merancang program bimbingan dan konseling komprehensif dalam penelitian yang

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diuraikan simpulan lebih lanjut oleh penulis sebagai berikut: Pelaksanaan pengembangan diri melalui kegiatan bimbingan dan konseling

Untuk memperoleh bangun dan substansi program yang teruji secara rasional konseptual, program bimbingan pribadi-sosial untuk meningkatkan kedisiplinan siswa mendapat

Teknik modeling merupakan teknik yang digunakan dalam strategi bimbingan kelompok yang dilakukan pada penelitian sebagai program pengembangan bimbingan dan konseling

Struktur program bimbingan karir sama dengan struktur program bimbingan konseling pada umumnya yaitu mengacu pada program bimbingan dan konseling komprehensif yang

Berdasarkan pendapat tersebut mendorong keinginan penulis sebagai peneliti untuk melaksanakan penelitian yang terfokus pada kegiatan Penelitian Tindakan dalam Bimbingan

Implementasi layanan bimbingan dan konseling pribadi sosial yang sukses merupakan upaya dan kerja keras seorang guru dalam mengambil peran terhadap proses