Melina Lestari, 2012
Program Bimbingan Untuk...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ii
BAB II KENDALI DIRI DAN PROGRAM BIMBINGAN A. Kendali Diri ……….. 10
B. Program Bimbingan dan Konseling ………..………… 22
C. Program Bimbingan dan Konseling untuk Mengembangkan Kendali Diri Siswa ……… 26
Melina Lestari, 2012
Program Bimbingan Untuk...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu iii
F. Teknik Analisis Data ……… 65
G. Langkah-langkah Penelitian ………. 69
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ……… 73
B. Pembahasan Hasil Penelitian ………..………. 89 C. Program Bimbingan untuk Mengembangkan Kendali Diri
Siswa Kelas X SMA BPPI Kabupeten Bandung ……… 97
D. Hasil Uji Coba Terbatas ……….. 109
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENASI
A. Kesimpulan ………. 119
B. Rekomendasi ……….. 121
DAFTAR PUSTAKA……….. 124
Melina Lestari, 2012
Program Bimbingan Untuk...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Populasi Penelitian ………. 55
Tabel 3.2 Pola Penyekoran Butir Pernyataan Instrumen Kendali Diri ……. 57
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Kendali Diri ……… 57
Tabel 3.4 Contoh Penghitungan Pola Skor Soal No. 5 ……….. 61
Tabel 3.5 Kriteria Koefisien Reliabilitas ……… 65
Tabel 4.1 Gambaran Umum Kendali Diri Siswa ……… 74
Tabel 4.2 Gambaran Kendali Diri Aspek Penguasaan Situasi ……… 75
Tabel 4.3 Gambaran Aspek penguasaan Situasi Per Indikator ………... 76
Tabel 4.4 Gambaran Kendali Diri Aspek Motivasi Bertindak ………. 79
Tabel 4.5 Gambaran Aspek Motivasi Bertindak Per Indikator ……… 80
Tabel 4.6 Gambaran Kendali Diri Aspek Kesediaan Menerima Resiko ……. 83
Tabel 4.7 Gambaran Aspek Kesediaan Menerima Resiko Per Indikator …… 84
Tabel 4.8 Ruang Lingkup Program Bimbingan untuk Mengembangkan Kendali Diri Siswa SMA ……….. 107
Tabel 4.9 Uji Normalitas Kendali Diri Siswa ……….. 111
Tabel 4.10 Uji Homogenitas Kendali Diri Siswa ……….. 112
Tabel 4.11 Hasil Pre Test dan Post Test ……… 113
Melina Lestari, 2012
Program Bimbingan Untuk...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu v
Tabel 4.13 Paired Samples Correlations ……… 116
Tabel 4.14 Paired Samples T Test ………. 117
DAFTAR GRAFIK Halaman Grafik 4.1 Gambaran Umum Kendali Diri Siswa ……… 74
Grafik 4.2 Gambaran Kendali Diri Aspek Penguasaan Situasi ……….. 76
Grafik 4.3 Gambaran aspek Penguasaan Situasi Per Indikator ……….. 76
Grafik 4.4 Gambaran Kendali Diri Aspek Motivasi Bertindak ……….. 80
Grafik 4.5 Gambaran Aspek Motivasi Bertindak Per Indikator ………. 82
Grafik 4.6 Gambaran Kendali Diri Aspek Kesediaan Menerima Resiko ….. 83
Melina Lestari, 2012
Program Bimbingan Untuk...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Tahap-tahap Pengembangan Program Bimbingan
untuk Mengembangkan Kendali Diri Siswa ……… 72
Melina Lestari, 2012
Program Bimbingan Untuk...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1
BAB I PENDAHULUAN
Permasalahan yang ditemukan dan diteliti, dideskripsikan dalam bab
pendahuluan, yang meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan metode penelitian.
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan informasi dapat mempercepat perkembangan demokrasi,
industrialisasi, pendidikan dan perubahan struktur kelas sosial. Situasi ini
memungkinkan individu bebas pengharapan hidup, dan dapat menjadi sumber motivasi
untuk mencapai tingkat kehidupan yang lebih baik, tetapi dapat juga menyebabkan
individu tidak akan pernah merasa puas dengan apa yang telah dicapai. Dengan kata
lain, situsi kehidupan tersebut dapat memungkinkan individu menjadi manusia yang
serakah, yang mungkin berani melakukan perilaku sosial menyimpang, yaitu perilaku
yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat (Calhoun dan
Acocella, terjemahan Satmoko, 1995: 10).
Melina Lestari, 2012
Program Bimbingan Untuk...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2
keputusan seolah-olah hanya bersumber pada kekuatan pikiran. Kebudayaan yang berisi nilai-nilai dan adat istiadat, kini tidak lagi dijadikan sebagai tuntunan dalam pengambilan keputusan. Nilai-nilai tersebut sudah mengalami pergeseran-pergeseran. Dengan demikian, keputusan individu dalam menentukan pilihan sepenuhnya menjadi tanggung jawab sendiri (Calhoun dan Acocellaterjemahan Satmoko, 1995: 12).
Dunia pendidikan dewasa ini menghadapi berbagai masalah yang kompleks dan
perlu mendapatkan perhatian. Salah satu diantaranya adalah menurunnya tatakrama
kehidupan sosial dan etika moral dalam praktik kehidupan sekolah. Bentuk perilaku
bermasalah di sekolah ditunjukkan dengan perilaku tidak disiplin.
Ketidakdisiplinan terhadap tata tertib sekolah dapat dilihat dari banyaknya kasus
pelanggaran terhadap peraturan sekolah yang dilakukan oleh siswa SMA. Pelanggaran
tersebut dapat dikatakan serius karena telah mengarah pada penyimpangan norma
agama dan norma sosial, seperti perkelahian antar pelajar (tawuran), perkelahian siswa
dengan guru, penggunaan obat-obatan terlarang, membaca atau melihat majalah dan
video porno, berbicara kasar atau kotor, dan lain sebagainya. Perilaku yang tidak
disiplin tersebut mempengaruhi siswa dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan
sekolah maupun masyarakat.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahadiani pada tahun 2004, mengenai
pelanggaran terhadap tata tertib sekolah, dengan populasi siswa kelas 2 salah satu SMA
Melina Lestari, 2012
Program Bimbingan Untuk...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3
yang tidak disenangi, 78,70% siswa mengejek guru yang memberi nilai kecil, dan
15,74% siswa sering terlambat masuk sekolah.
Lebih mengejutkan, setelah banyak beredarnya video yang berisi perkelahian
antar siswa, khususnya para siswi dari beberapa daerah yang sedang melakukan
perkelahian layaknya siswa lelaki pada umumnya. Seperti yang terjadi di Kupang, dua
geng pelajar wanita terlibat perkelahian satu lawan satu di sebuah SMA, ironisnya
perkelahian ini malah didukung oleh para pelajar pria yang bertindak sebagai wasit
(Seputar Indonesia, 15 Februari 2009). Hal tersebut tentu sangat menghawatirkan
berbagai pihak, karena merupakan pelanggaran berat yang selain tidak sesuai dengan
peraturan sekolah, hukum negara juga agama.
Masalah kedisiplinan siswa di sekolah harus segera diselesaikan karena
frekuensinya cukup besar. Sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Yusuf
(1989: 4) bahwa kedisiplinan siswa merupakan permasalahan yang harus dengan segera
dipecahkan, karena kedisiplinan siswa ini merupakan masalah yang frekuensinya cukup
besar setelah masalah pribadi.
Menurut Schneiders (dalam Yusuf, 2001: 199) karakteristik penyesuaian sosial
remaja di lingkungan sekolah, berupa (1) bersikap respek dan mau menerima peraturan
sekolah, (2) berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan sekolah, (3) menjalin persahabatan
dengan teman-teman di sekolah, (4) bersikap hormat terhadap guru, pemimpin sekolah
Melina Lestari, 2012
Program Bimbingan Untuk...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4
Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam melakukan
penyesuaian diri terhadap tata tertib sekolah adalah adanya kemampuan pengendalian
diri. Lindgren (1972:266) mengemukakan disiplin sebagai pelatihan untuk memperbaiki
dan menguatkan. Implikasi dari pengertian ini adalah bahwa tujuan disiplin adalah
disiplin diri, dalam arti bahwa tujuan latihan yakni memberi kesempatan kepada
individu untuk melakukan sesuatu berdasarkan pengarahan dan kendali diri. Dalam hal ini kendali diri (self control) mengandung arti sebagai pengaruh seseorang terhadap fisiknya, tingkah laku dan proses-proses psikologisnya serta peraturan tentangfisiknya, tingkah laku dan proses-proses psikologisnya dengan kata lain, sekelompok proses yang mengikat dirinya (Calhoun dan Acocella, terjemahan Satmoko, 1995: 130).
Kemampuan mengendalikan diri ini dapat berbentuk mengendalikan tubuh,
mengendalikan diri terhadap tingkah laku yang impulsif, serta bersikap wajar terhadap
dirinya. Salah satu contoh dari pengendalian tubuh di sekolah adalah sikap atau perilaku
siswa yang bersungguh-sungguh mengikuti perintah guru dalam mata pelajaran olah
raga, sedang untuk pengendalian diri terhadap tingkah laku impulsif dapat dilihat dari
kemampuan siswa menolak ajakan temannya untuk bolos sekolah karena tidak siap
dalam ujian atau alasan lain.Bersikap wajar terhadap diri sendiri dapat dilihat ketika
siswa berhasil dalam suatu ujian, siswa tersebut akan memberikan hadiah untuk dirinya.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa individu yang memiliki orientasi letak
kendali internal (kendali diri) lebih berhasil mengarahkan perhatiannya,lebih selektif
Melina Lestari, 2012
Program Bimbingan Untuk...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
5
Febrianti, 2005). Individu yang memiliki kecenderungan internal (kendali diri) memiliki
level aspirasi yang lebih tinggi, lebih terlibat dengan lingkungan dimana mereka berada,
mandiri, mampu menahan perasaan dan keinginan sesaat demi tujuan jangka panjang,
bertanggung jawab, berdaya juang tinggi, dan tekun.
Selain itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh Melina Lestari (2006: 69)
dengan populasi siswa kelas 2 SMA Pasundan 2 Bandung, menunjukkan bahwa kendali
diri memberi kontribusi positif terhadap kedisiplinan siswa di sekolah sebesar 27,2%.
Studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti menunjukkan bahwa tidak
sedikit siswa SMA BPPI Kabupaten Bandung yang harus dituntut untuk memiliki
disiplin diri, memiliki kecakapan untuk menata diri, tidak terlalu terpengaruh pihak luar,
dan melakukan sesuatu bukan berdasarkan dorongan impulsif. Hal-hal tersebut
merupakan indikator dari rendahnya kendali diri.
Berdasarkan hasil pretest yang telah dilakukan peneliti, secara umum siswa
kelas X SMA BPPI Baleendah Kabupaten Bandung menunjukkan persentase sebesar
57% siswa yang telah dapat mengendalikan dirinya dengan baik, namun tidak sedikit
siswa yang belum dapat mengendalikan dirinya dengan baik yaitu sebesar 43% dan
tidak ada seorang pun yang memiliki kualitas kendali diri yang rendah. Sehingga perlu
diberikan sebuah program untuk meningkatkan kualitas kendali diri siswa kelas X SMA
Melina Lestari, 2012
Program Bimbingan Untuk...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
6
Siswa SMA yang berada pada masa remaja memiliki tugas perkembangan untuk
mengembangkan kendali diri. Hal ini senada dengan salah satu tugas perkembangan
remaja yang dikemukakan oleh William Kay dalam Yusuf (2001: 72) yaitu memperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri) atas dasar skala nilai, prinsip-prinsip atau falsafah hidup.
Tentu saja remaja butuh bantuan dalam memperkuat kendali dirinya, selain
keluarga, konselor sekolah bertugas membantu mengoptimalkan perkembangan siswa,
termasuk mengembangkan kendali diri. Oleh karena itu penting diberikan program
bimbingan untuk meningkatkan kendali diri siswa di sekolah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang, maka masalah penelitian ini dirumuskan
sebagai berikut: “ Bagaimanakah program layanan bimbingan yang diharapkan dapat
membantu mengembangkan kendali diri siswa kelas X SMA BPPI Kabupaten Bandung
?”. Rumusan masalah ini dapat dijabarkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Seperti apa gambaran tingkat pencapaian kendali diri siswa kelas X SMA BPPI
Kabupaten Bandung?
2. Seperti apa kondisi objektif pelaksanaan program layanan bimbingan dan konseling
yang dapat menunjang pengembangan kendali diri siswa kelas X di SMA BPPI
Melina Lestari, 2012
Program Bimbingan Untuk...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
7
3. Seperti apakah rumusan program bimbingan untuk mengembangkan kendali diri
siswa kelas X SMA BPPI Kabupaten Bandung?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengembangkan program layanan
bimbngan dan konseling yang diharapkan dapat membantu mengembangkan kendali
diri siswa SMA BPPI Kabupaten Bandung. Melalui penelitian ini diharapkan dapat
memperoleh gambaran tentang prinsip, bentuk dan strategi layanan bimbingan dan
konseling di sekolah lanjutan yang mampu mambantu siswa mengembangkan kendali
dirinya, sehingga mampu mengembangkan potensi yang dimiliki.
Untuk memcapai tujuan tersebut, maka ditempuh kegiatan-kegiatan untuk
mencapai tujuan sebagai berikut:
1. Memperoleh gambaran empirik mengenai kendalidiri siswa kelas X SMA BPPI
Kabupaten Bandung.
2. Memperoleh gambaran objektif mengenai pelaksanaan program layanan bimbingan
dan konseling untuk kelas X di SMA BPPI Kabupaten Bandung.
3. Tersusunnya rumusan program bimbingan untuk mengembangkan kendali diri siswa
SMA BPPI Kabupaten Bandung.
Melina Lestari, 2012
Program Bimbingan Untuk...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
8
Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi bagi pengembangan ilmu
pengetahuan, khususnya mengenai konsep-konsep dasar layanan bimbingan dan
konseling untuk meningkatkan kendali diri siswa SMA.
2. Manfaat Praktis
a. Program layanan bimbingan yang dihasilkan dapat digunakan oleh konselor dalam
membantu siswa untuk mengembangkan kendali dirinya.
b. Bagi sekolah, yaitu diharapkan dapat memberikan masukan pada pihak lembaga
atau sekolah dan konselor sekolah agar dapat menangani masalah atau hal-hal yang
berkaitan dengan kendali diri.
c. Bagi jurusan bimbingan dan konseling, diharapkan dapat memperkaya temuan
tentang bimbingan dan konseling bagi siswa SMA, serta mengembangkan
pendekatan bimbingan dan konseling di sekolah lanjutan.
E. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode
deskriptif yaitu metode untuk meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu
seting kondisi, suatu pemikiran ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang. Tujuan
penelitian ini adalah untuk membuat deskripsi atau gambaran secara sistematis, faktual,
dan akurat mengenai fakta, sifat serta hubungan antara fenomena yang sedang diteliti
Melina Lestari, 2012
Program Bimbingan Untuk...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
9
merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan sejumlah informasi
mengenai suatu gejala yang ada, yaitu keadaan menurut apa adanya pada saat penelitian
dilakukan”.
Penelitian ini akan mendeskripsikan kondisi objektif tentang: (1) kualitas
kendali diri siswa kelas X SMA BPPI Kabupaten Bandung yang meliputi pengendalian
situasi, motivasi bertindak, dan kesediaan menerima resiko, (2) kondisi objektif layanan
bimbingan dan konseling di SMA BPPI Kabupaten Bandung, (3) merumuskan
pengembangan program bimbingan dan konseling untuk meningkatkan kualitas kendali
diri siswa.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif,
dengan melakukan pencatatan dan penganalisisan data hasil penelitian tentang kendali
Melina Lestari, 2012
Program Bimbingan Untuk...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 49 BAB III
METODE PENELITIAN
Bagian ini merupakan penjabaran lebih rinci tentang metode penelitian. Bahasan
mengenai metode penelitian memuat beberapa komponen yaitu: metode penelitian,
variabel dan definisi operasional, populasi dan sampel, pengembangan alat pengumpul
data, pengumpulan data, teknik analisis data dan langkah-langkah penelitian.
A. METODE PENELITIAN
Penelitian ini pada akhirnya bertujuan untuk merumuskan program bimbingan
untuk megembangkan kendali diri siswa SMA. Kerangka isi dan komponen program
disusun berdasarkan kajian konsep dan teori kendali diri dan program bimbingan serta
hasil penelitian terdahulu yang relevan, analisis tingkat kendali diri siswa, dan kajian
empiris tentang kondisi actual layanan bimbingan dan konseling yang terkait dengan
pengemndali diri siswa.
Sesuai dengan fokus permasalahan dan tujuan penelitian, Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif yaitu
metode untuk meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu seting kondisi,
Melina Lestari, 2012
Program Bimbingan Untuk...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 50
adalah untuk membuat deskripsi atau gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat
mengenai fakta, sifat serta hubungan antara fenomena yang sedang diteliti (Nazir, 1988:
63). Selanjutnya Arikunto (1998: 309) menegaskan “Penelitian deskriptif merupakan
penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan sejumlah informasi mengenai suatu
gejala yang ada, yaitu keadaan menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan”.
Penelitian ini akan mendeskripsikan kondisi objektif tentang: (1) kualitas
kendali diri siswa kelas X SMA BPPI Kabupaten Bandung yang meliputi pengendalian
situasi, motivasi bertindak, dan kesediaan menerima resiko, (2) kondisi objektif layanan
bimbingan dan konseling di SMA BPPI Kabupaten Bandung, (3) merumuskan
pengembangan program bimbingan dan konseling untuk meningkatkan kualitas kendali
diri siswa.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif,
dengan melakukan pencatatan dan penganalisisan data hasil penelitian tentang kendali
diri secara eksak dengan menggunakan perhitungan-perhitungan statistik.
B. Variabel dan Definisi Operasional
1. Program Bimbingan
Melina Lestari, 2012
Program Bimbingan Untuk...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 51
program bimbingan dan konseling yang penyusunannya direncanakan dengan baik dan terperinci akan memberikan banyak keuntungan baik bagi individuyang menerima bantuan, maupun petugas yang memberikan atau menyelenggarakan bimbingan dan konseling.
Pada hakekatnya suatu program meliputi beberapa usur pokok, yakni tujuan tujuan yang hendak dicapai, siapa yang terlibat didalamnya, kegiatan-kegiatan yang hendak dilakukan, sumber-sumber yang dibutuhkan, bagaimana melakukannya dan kapan kegiatan itu dilakukannya. Stephen P.Robins (Hidayat, 2007: 12), menyatakan bahwa “…a program shoul contain all the activities necessary for achieving the objectives, and clarify who should do, what, and when.”
Harold J. Burbach dan Larry E.Deeker (Hidayat,2007: 12) berpendapat bahwa di dalam suatu program hendaknya mencakup lima aspek, yaitu: (a) Specification of the
objectives of the program, (b) Specification of the metods used to reach the objectives,
(c) Identification of the persons to be involved in the program, (d) Identification of the
resources needed, (e) Specification of the times frames when resources needed,
activities are to accur, and outcomes with result.
Melina Lestari, 2012
Program Bimbingan Untuk...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 52
kemudahan mengontrol dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan bimbingan yang dilakukan, dan (c) terlaksananya program bimbingan secara lancar, efektif dan efisien.
Berdasarkan uraian diatas, program bimbingan dalam penelitian ini adalah program yang digunakan dalam kegiatan bimbingan secara terpadu dalam proses bimbingan dan konseling di sekolah menengah atas (SMA) yang disusun dengan mengacu kepada analisis konseptual tentang kendali diri dan temuan lapangan berkenaan dengan profil kendali diri siswa serta kondisi objektif layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Program ini didasarkan pada aspek kegiatan penting yang perlu dilakukan , yaitu: (1) perencanaan program, (2) pengorganisasian dan administrasi, (3) penentuan sarana yang akan digunakan, (4) koordinasi dan kerjasama, (5) pelaksanaan, (6) evaluasi.
2. Kendali diri
Menurut Calhoun dan Acocella (terjemahan Satmoko, 1995: 130) kendali diri atau self control adalah pengaruh seseorang terhadap fisiknya, tingkah laku dan
proses-proses psikologisnya serta peraturan tentang fisiknya, tingkah laku dan proses-proses psikologisnya. Dengan kata lain, kendali diri adalah sekelompok proses yang mengikat
dirinya.
Selanjutnya Rotter berpendapat bahwa kendali diri merupakan keyakinan yang
Melina Lestari, 2012
Program Bimbingan Untuk...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 53
dengan Mischel (Pervin, 1984: 410) yang berpendapat bahwa kendali diri mengarah
pada kekuatan individu untuk mengatur atau mengendalikan tindakannya, „menghadapi
situasi terkendali‟.
Pusat kendali internal (internal locus of control) adalah adanya hubungan antara
perilaku dengan penguat (reinforcement) yang didapat, sebagai hubungan sebab akibat.
Orang internal merasa yakin bahwa dirinya memiliki kemampuan dan kebebasan
menentukan perilakunya untuk mengendalikan penguat yang diterimanya Rotter (Rizvi,
1997: 55).
Sukartini (2003: 77) mendefinisikan kendali diri sebagai upaya siswa untuk
mengatur diri dalam berfikir dan bertindak, berdasarkan keyakinannya bahwa segala
yang terjadi atas dirinya merupakan akibat tindakannya sendiri. Dengan kata lain dalam
kendali diri terdapat usaha untuk dapat mengendalikan hal-hal yang terdapat dalam diri
individu.
Indikator-indikator dari kendali diri menurut Sukartini (2003: 77-78) adalah:
a. Penguasaan situasi, yaitu kemampuan memikirkan cara-cara menguasai dan
mengendalikan situasi sekitarnya yang berkaitan dengan peraturan sekolah,
meliputi: dapat memikirkan manfaat, dapat menguasai perasaan, dapat mengatasi
Melina Lestari, 2012
Program Bimbingan Untuk...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 54
b. Motivasi bertindak, yaitu kemampuan memilih tindakan untuk mengatasi masalah
seputar peraturan sekolah, meliputi: dapat memusatkan perilaku pada tujuan, dapat
merencanakan masa depan, tidak terpengaruh hal-hal negatif dari lingkungan.
c. Kesediaan menerima resiko, yaitu kesanggupan menerima risiko atas tindakan yang
dilakukan, meliputi: bertanggung jawab terhadap perilaku.
Menurut Logue (1995: 24) orang yang mampu mengendalikan diri adalah orang yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Memegang teguh tugas yang berulang meskipun berhadapan dengan berbagai
gangguan.
b. Mengubah perilakunya sendiri sesuai dengan norma yang ada.
c. Tidak menunjuk perilaku yang dipengaruhi oleh kemarahan.
d. Bersikap toleran terhadap stimulus yang berlawanan.
Secara umum kendali diri adalah kemampuan untuk menekan tingkah laku
impulsif. Kendali diri dalam penelitian ini adalah usaha individu untuk mempengaruhi
pola pikir dan perilakunya di dalam lingkungan sekitarnya, berdasarkan aspek
penguasaan situasi, motivasi bertindak dan kesediaan menerima resiko.
Melina Lestari, 2012
Program Bimbingan Untuk...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 55
Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA BPPI
Baleendah Kabupaten Bandung yang berjumlah 102 siswa laki-laki dan perempuan,
karena dianggap dapat memenuhi karakteristik tujuan penelitian. Selanjutnya
menentukan jumlah sampel yang akan diambil sebagai objek dalam penelitian ini.
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik sampel kelompok atau sesuai dengan
pendapat Arikunto (2002: 112), karena di dalam populasi terdapat kelompok-kelompok
yang bukan kelas atau strata.
Penentuan sampel ditetapkan pada siswa kelas X-1 dengan jumlah 35 siswa.
Ditetapkannya kelas tersebut karena jumlah siswanya yang representatif. Adapun
rincian jumlah populasi dan sampel disajikan dalam table berikut ini;
Tabel 3. 1 Populasi Penelitian
No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
1. X-1 18 17 35
2. X-2 17 17 34
3. X-3 17 17 34
Jumlah 103
Melina Lestari, 2012
Program Bimbingan Untuk...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 56
Untuk memperoleh data yang akurat tentang profil kendali diri maka dalam
penelitian ini dikembangkan istrumen berbentuk invetori. Selanjutnya agar dalam
mengklasifikasikan variabel yang akan diukur tidak terjadi kesalahan dalam
menentukan analisis data dan langkah-langkah penelitian, maka peneliti menggunakan
skala pengukuran yang sesuai dengan kebutuhan penelitian.
a. Deskripsi
Alat pengumpul data kendali diri berupa inventori berskala. Skala yang digunakan dalam instrumen adalah skala Lickert (skala 5) dengan alternatif jawaban: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Ragu-ragu (R), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS). Instrumen ini dikembangkan sendiri oleh penulis berdasarkan indikator-indikator kendali diri menurut Sukartini (2003: 77-78).
b. Prosedur Penyekoran
Penyekoran inventori yang ditetapkan, yaitu jika pada item pernyataan positif
mendapat jawaban “Sangat Sesuai” maka nomor jawaban tersebut diberi skor 4 (empat),
jika dijawab “Sesuai” maka diberi skor 3 (tiga), jika dijawab “Ragu-ragu” maka diberi
skor 2 (dua), jika dijawab “Tidak Sesuai” maka diberi skor 1 (satu), dan jika dijawab
Melina Lestari, 2012
Program Bimbingan Untuk...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 57
negatif, jika mendapat jawaban “Sangat Sesuai” maka nomor jawaban tersebut diberi
skor 0 (nol), jika dijawab “Sesuai” maka diberi skor 1(satu), jika dijawab “Ragu-ragu”
maka diberi skor 2 (dua), jika dijawab “Tidak Sesuai” maka diberi skor 3 (tiga), dan
jika dijawab “Sangat Tidak Sesuai” maka diberi skor 4 (empat).
Untuk lebih jelas, pola penyekoran dapat divisualisasikan dalam tabel 3.2
berikut ini:
Tabel 3.2
Pola Penyekoran Butir Pernyataan Instrumen Kendali Diri
Pernyataan Jawaban
Sangat Sesuai
Sesuai Ragu-ragu
Tidak Sesuai Sangat Tidak Sesuai
Positif 4 3 2 1 0
Negatif 0 1 2 3 4
c. Kisi-Kisi
Penyebaran butir pernyataan tentang kendali diri siswa dijabarkan ke dalam
Melina Lestari, 2012
Program Bimbingan Untuk...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 58 Table 3.3
Kisi-Kisi Instrumen Kendali Diri
No Aspek Indikator No. Butir Pernyataan Jumla
h
+ -
1 Penguasaan situasi 1.1 Dapat memikirkan manfaat.
10,11,41 ,47
42,46 6
1.2 Dapat menguasai perasaan. 13,15,48 ,51
12,14,39, 44,49,50, 52,53,54
13
1.3 Dapat mengatasi masalah. 18,19,21 ,55,57
2 Motivasi bertindak 2.1 Dapat memusatkan perilaku pada tujuan.
Untuk memperoleh alat pengumpul data yang layak dan memenuhi kriteria,
maka penyusunannya harus melalui langkah-langkah berikut :
1. Menyusun kisi-kisi instrumen sesuai dengan variable, dan indikator-indikator.
Melina Lestari, 2012
Program Bimbingan Untuk...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 59
3. Melakukan judgment terhadap instrumen yang telah dibuat kepada tiga orang dosen.
4. Sebelum melakukan penelitian, maka terlebih dahulu dilakukan uji coba terhadap 40
orang siswa kelas X SMA BPPI Kab. Bandung.
E. Pengumpulan Data
1. Persiapan
a. Pengembangan Instrumen
Instrument dalam penelitian ini dikembangkan dengan merujuk pada kisi-kisi
yang dirancang sendiri oleh penulis. Istrumen disusun dalam bentuk inventori berskala. Skala yang digunakan dalam instrumen adalah skala Lickert (skala 5) dengan alternatif jawaban: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Ragu-ragu (R), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS).
b. Uji coba alat pengumpulan data
Uji coba alat pengumpul data dilakukan terhadap 40 orang siswa kelas XI SMU
Pasundan 2 Bandung. Uji coba instrumen ini meliputi uji bobot nilai skala pernyataan,
uji validitas,uji daya pembeda setiap pernyataan dan uji reliabilitas butir pernyataan.
Melina Lestari, 2012
Program Bimbingan Untuk...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 60
Alat pengumpul data berupa skala likert dengan alternatif jawaban sangat
sesuai(SS); sesuai(S); ragu-ragu (R); tidak sesuai (TS), sangat tidak sesuai (STS).
Pedoman penyekoran setiap butir pernyataan dilakukan dengan langkah-langkah yang
dikemukakan oleh Suryabrata (1999: 266-271) yaitu:
a. Menghitung frekuensi pemilih terhadap masing-masing alternative jawaban dalam
suatu butir soal.
= F(I)
b. Menghitung proporsi jumlah pemilih terhadap masing-masing alternatif jawaban
dari butir soal tersebut, yatu dengan melakukan penghitungan sebagai berikut:
P(I) = f(I) / N
c. Menghitung harga kumulatif dari proporsi tersebut, sebagai berikut:
Cp(I) = p(I)
Cp(I: I>I) = p(I) + p(I+I)
d. Menghitung harga tengah dari harga kumulatif proporsi, sebagai berikut:
Mcp (I) = cp(I)/2
Melina Lestari, 2012
Program Bimbingan Untuk...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 61
e. Mencari harga z dalam distribusi normal baku dari harga kumulatif proporsi
tersebut, yaitu dengan menggunakan fungsi NORSINV dalam MS Exel 2002
sebagai berikut:
Z (I) = NORMSINV(mcp(I))
f. Menghilangkan harga z yang negatif dengan menambah setiap harga z dengan harga
absolut dari z dengan nilai negatif terbesar, yaitu:
Z (I)‟ = z (I) + ABS (MIN(Z))
g. Menghilangkan angkan di belakang koma dengan melakukan pembulatan terhadap
harga z‟, sehingga diperoleh nilai empiric (NE) untuk setiap alternatif jawaban
dalam masing-masing botir soal.
NE = ROUND (z (I);0)
Contoh penghitungan untuk butir nomor 5 adalah sebagai berikut (angka dibulatkan ke
dua desimal di belakang koma)
Tabel 3.4
Contoh Penghitungan Pola Skor Soal No. 5
c pilihan f p cp mcp z z’ NE
5 0 0 0,00 0,00 0,00 0.00 0.00 0
1 1 0,03 0,03 0,01 -2,24 1,00 1
Melina Lestari, 2012
Program Bimbingan Untuk...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 62
3 18 0,45 0,58 0,35 -0,39 2,86 3
4 17 0,43 1,00 0,79 0,80 4,04 4
Setelah dilakukan uji bobot nilai skala pada setiap pernyataan dengan
menggunakan bantuan program Microsoft Excel, maka diperoleh hasil bahwa item yang
dapat langsung dipergunakan yaitu 15 item dan sebanyak 30 item harus direvisi jika
akan dipegunakan dari 60 item.
2). Uji validitas item
Pengujian validitas dilakukan untuk mengetahui tingkat ketepatan tes atau
kesahihan item pernyataan dalam mengukur apa yang diinginkan dan menghasilkan
data yang diharapkan dari setiap variabel.
Untuk mengetahui eratnya hubungan antara variabel X dan variabel Y dengan
syarat variabel tersebut harus berskala ukur minimal interval maka digunakan analisa
koefisien korelasi pearson:
Melina Lestari, 2012
Program Bimbingan Untuk...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 63 y = jumlah skor total
x2 =jumlah kuadrat skor total
N = jumlah sampel
Dengan menggunakan bantuan program Microsoft Excel, item yang tidak dapat
dipergunakan atau tidak valid yaitu berjumlah 5 item.
3). Uji daya pembeda setiap pernyataan
Pengujian validitas item instrumen dilakukan dengan menggunakan uji daya
pembeda. Dalam melakukan uji daya pembeda terlebih dahulu dilakukan rangking skor
total dari setiap individu untuk memperoleh data 27% klompok individu yang termasuk
kelompok unggul dan 27% kelompok individu yang termasuk kelompok bawah (asor).
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
t =
X = rata-rata kelompok tinggi
R
X = rata-rata kelompok rendah atau bawah
Melina Lestari, 2012
Program Bimbingan Untuk...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 64
ST2 = simpangan baku kelompok tinggi atau atas
SR2 = simpangan baku kelompok rendah atau bawah
Kriteria pengujian signifikasi intrumen dikatakan signifikan apabila t hitung > t
table dengan ketentuan dk = n1+n2-2.
Pengujian daya pembeda menggunakan bantuan program Microsoft Excel
diperoleh hasil bahwa dari 41 item inventori kendali diri, terdapat 2 item yang tidak
memiliki daya pembeda sehingga item yang dapat digunakan yaitu 38 item. Kriteria
yang digunakan adalah: sebuah pernyataan dianggap mempunyai daya pembeda, bila
memiliki nilai t-hitung dengan tingkat signifikansi antara α = 0,01 sampai α = 0,05.
4). Uji reliabilitas item
Reliabilitas suatu instrumen penelitian menunjukkan instrumen penelitian dapat
dipercaya sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut dapat dikatakan sudah
baik yaitu instrumen yang dapat dengan ajeg memberikan data sesuai dengan kenyataan
(Arikunto, 2002:86). Untuk menghitung reliabilitas instrumen pemberian layanan
informasi karier dan pengambilan keputusan karier digunakan dengan bantuan
Melina Lestari, 2012
Program Bimbingan Untuk...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 65
Keterangan :
r11 = Reliabilitas instrumen
k = Banyaknya butir pernyataan atau banyaknya soal
b 2 = Jumlah varians butir
l 2 = Varians total (Arikunto, 2002:171)
Sebagai tolak ukur koefisien reliabilitas untuk kedua instrumen, digunakan
kriteria dari Guilford (Subino, 1987: 115) sebagai berikut :
< 0,20 = tidak ada korelasi
0,20 – 0,40 = korelasi rendah
0,40 – 0,70 = korelasi sedang
0,70 – 0,90 = korelasi tinggi
0,90 – 1,00 = korelasi sangat tinggi
1,00 = korelasi sempurna
Untuk mempertegas kriteria koefisien reliabilitas , maka dibuat tabel sebagai
berikut:
Melina Lestari, 2012
Program Bimbingan Untuk...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 66
Kriteria Koefisien Reliabilitas No Kriteria Keterangan
1 < 0,20 Tidak ada korelasi
2 0,20 – 0,40 Korelasi rendah
3 0,41 – 0,70 Korelasi sedang
4 0,71 – 0,90 Korelasi tinggi
5 0,91 – 1,00 Korelasi sangat tinggi
6 1,00 Korelasi sempurna
Untuk inventori kendali diri diperoleh harga reliabilitas instrument sebesar 0,67
sehingga dapat di kategorikan sedang.
F. Teknik Analisis Data
Setelah semua asumsi statistik terpenuhi, selanjutnya data hasil penelitian diolah
dan dianalisis sebagai upaya menjawab pertanyaan penelitian.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dengan
langkah-langkah sebagai berikut: 1) Analisis kualitatif yaitu mencatat informasi yang diperoleh,
verivikasi data sesuai kebutuhan, meng-coding dan mengklasifikasikan data, analisis
data yang medukung, membuat kesimpulan untuk dijadikan rumusan program; 2)
Analisis kuantitatif yaitu pengumpulan data dari hasil pengukuran angket setelah
Melina Lestari, 2012
Program Bimbingan Untuk...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 67
Analisis data kuantitatif berasal dari angket yang berupa skor jawaban
responden per pernyataan maupun secara keseluruhan. Analisis kuantitatif dilakukan
untuk menjawab pertanyaan penelitian. Untuk menjawab bagaimana gambaran umum
kendali diri dan siswa kelas X SMA BPPI Kabupaten Bandung Tahun ajaran
2008/2009?, digunakan cara pengelompokan data menggunakan proses perhitungan
dengan kriteria skor ideal menurut Cece Rakhmat dan M. Solehudin (1988: 77) sebagai
berikut :
ideal Ζ(SDideal)
Keterangan :
Xideal = Skor maksimal yang mungkin diperoleh siswa jika semua
pernyataan dijawab dengan benar
ideal = 1/2 dari skor ideal
SDideal = 1/3 dari ideal
Z = Luas daerah dari kurva normal (0,61)
Pengelompokan sumber data penelitian ini dibagi dalam tiga kategori yang
didasarkan pada kriteria ideal dengan ketentuan sebagai berikut.
1. Kategori pertama, berada pada luas daerah kurva sebesar 27 % atau sebesar 0, 73
Melina Lestari, 2012
Program Bimbingan Untuk...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 68
2. Kategori kedua, berada pada luas daerah sebesar 46 % atau letaknya terentang
antara 0, 72 kurva normal dengan Z = -0,61 sampai dengan Z = + 0,61.
3. Kategori ketiga, berada pada luas daerah kurva sebesar 27 % atau 0, 23 kurva
normal dengan Z = - 0,61.
Hasil perhitungan dengan rumus di atas setelah diformulasikan ke dalam
konversi adalah :
X >Xid + 0, 61 sd = Baik atau Tinggi
Xid – 0, 61sd X Xid + 0, 61sd = Cukup atau Sedang
X < Xid – 0, 61sd = Kurang atau Rendah
Analisis statistika akan dilanjutkan dengan uji perbedaan dua rata-rata
apabila asumsi terpenuhi, yaitu; adanya normalitas data dan homoginitas varian
dengan rumus sebagai beikut. (Sugiyono, 2007:119)
_ _
X - X
t = _________________________________________
S1² + s2² _ 2 r [S 2] [S1]
Melina Lestari, 2012
Program Bimbingan Untuk...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 69
Dimana :
X
=
Rara-rata sampel 1X = Rata-rata sampel 2
S1 = Simpangan baku sampel 1
S2 = Simpangan baku sampel 2
S1² = Varian sampel 1
S2² = Varian sampel 2
r
= Korelasi antara dua sampelRumus r pearson:
N ∑XY –(∑X) (∑Y)
r xy = _________________________
{ ∑X² - ∑X ² } {N∑Y² - Y ² }
1. Analisis Kelayakan Program Bimbingan dan Konsling
Bidang-bidang rumusan program hipotetik tentang bimbingan dan konseling
untuk meningkatkan kendali diri siswa SMA yang dianalisis yaitu rambu-rambu
Melina Lestari, 2012
Program Bimbingan Untuk...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 70
jenis-jenis layanan bimbingan dan konseling, prosedur dan langkah-langkahnya, isi
program bimbingan dan konseling, pendukung sistem, peran konseor dalam bimbingan
dan konseling, dan evaluasi program.
Pengujian dalam menganalisis kelayakan program meliputi:
a. Pengujian rasional program melibatkan pakar konseling.
b. Pengujian keterbacaan program melibatkan konselor dan siswa.
c. Pengujian kepraktisan program dalam diskusi terbatas di SMA BPPI Baleendah.
2. Analisis Kehandalan Program Bimbingan dan Konseling
Analisis kehandalan Program Bimbingan dan Konseling untuk Meningkatkan
Kendali Diri Siswa SMA dilakukan dengan menganalisis indikator kendali diri siswa
sebelum dan setelah mengikuti bimbingan dan konseling dalam pengujian lapangan.
G. Langkah-langkah Penelitian
Sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, penelitian ini dilaksanakan dalam lima
tahap kegiatan, yaitu: tahap 1 persiapan, tahap 2 merancang program hipotetik, tahap 3
uji kelayakan program hipotetik, tahap 4 perbaikan program hipotetik, tahap 5 uji
lapangan program akhir.
Melina Lestari, 2012
Program Bimbingan Untuk...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 71
1. Tahap Pertama: Persiapan Pengembangan Program
Kegiatan penelitian pada tahap ini meliputi:
a. Kajian konseptual dan analisis penelitian terdahulu,
b. Survey lapangan untuk memperoleh informasi kondisi objektif siswa tentang
motivasi belajar.
c. Mengkaji pendekatan dan strategi bimbingan dan konseling dalam
menerapkan program.
d. Mengkaji dokumen tentang pedoman pelaksanaan konseling di SMA.
2. Tahap Kedua: Merancang Program Hipotetik
Berdasarkan kajian teoritik, hasil-hasil penelitian terdahulu, hasil studi
pendahuluan, analisis kondisi lapangan dan telaah rambu-rambu bimbingan dan
konseling di SMA, disusun Program Bimbingan dan Konseling untuk
meningkatkan kendali diri siswa SMA.
3. Tahap Ketiga: Uji Kelayakan Program Hipotetik
Untuk mendapatkan Program Bimbingan dan Konseling untuk meningkatkan
kendali diri siswa SMA yang memilki kehandalan, terpercaya, dan dapat
digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar, pada tahap ini dilakukan
Melina Lestari, 2012
Program Bimbingan Untuk...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 72
a. Uji rasional program dengan mengidentifikasi masukan-masukan
konseptual dari para pakar konseling.
b. Uji keterbacaan program oleh pakar konseling.
c. Uji kepraktisan program, dilakukan melalui diskusi terfokus yang
melibatkan pimpinan sekolah, konselor sekolah, dan wali kelas,
bertujuan untuk melihat berbagai dimensi yang seyogyanya
dipetimbangkan dalam pengembangan dan penerapan program
bimbingan belajar untuk memotivasi belajar siswa.
4. Tahap Keempat: Revisi Program Hipotetik
Berdasarkan hasil uji kelayakan program, kegiatan berikutnya adalah:
a. Mengevaluasi dan menginventarisasi hasil uji kelayakan program.
b. Memperbaiki redaksi dan isi program hipotetik.
c. Tersusun program hipotetik yang sudah direvisi.
5. Tahap Kelima: Pengujian Lapangan
Pada tahap ini dilaksanakan uji lapangan Program Bimbingan dan Konseling
untuk meningkatkan kendali diri siswa SMA, meliputi:
a. Menyusun rencana kegiatan uji lapangan.
b. Melaksanakan uji lapangan.
c. Identifikasi pelaksanaan program layanan bimbingan belajar yang
Melina Lestari, 2012
Program Bimbingan Untuk...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 73
d. Mendeskripsikan hasil pelaksanaan uji lapangan.
Tahap-tahap proses pengembangan Program Bimbingan untuk meningkatkan
kendali diri siswa SMA dapat dilihat dalam bagan alur berikut:
Gambar 3.1
Tahap-tahap Pengembangan Program Bimbingan untuk Mengembangkan Kendali Diri Siswa
Tahap I
1. Kajian konseptual dan analisis penelitian terdahulu.
2. Survey lapangan untuk memperoleh informasi kondisi objektif siswa tentang motivasi belajar.
3. Mengkaji pendekatan dan strategi bimbingan dan konseling dalam menerapkan program.
4. Mengkaji dokumen tentang pedoman pelaksanaan konseling di SMA.
Tahap IV
a. Mengevaluasi dan menginventarisasi hasil uji kelayakan program.
b. Memperbaiki redaksi dan isi program hipotetik. c. Tersusun program hipotetik yang sudah direvisi.
Tahap III
a. Uji rasional program dengan mengidentifikasi masukan-masukan konseptual dari para pakar konseling.
b. Uji keterbacaan program oleh pakar konseling. c. Uji kepraktisan program, dilakukan melalui diskusi
terfokus yang melibatkan pimpinan sekolah, konselor sekolah, dan wali kelas,
Melina Lestari, 2012
Program Bimbingan Untuk...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
119
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Pada bab ini disajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap analisis
temuan penelitian, yang disajikan dalam bentuk kesimpulan penelitian dan
rekomendasi.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengumpulan, pengolahan dan analisis data mengenai kendali
diri dan program bimbingan seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka
kesimpulan yang dapat diambil sebagi berikut:
1. Kualitas kendali diri siswa kelas X SMA BPPI Kabupaten Bandung tahun ajaran
2008/2009 termasuk dalam kategori sedang, dengan kata lain belum semua siswa
dapat mengendalikan dirinya dengan baik. Data tersebut ditafsirkan berdasarkan
persentase yang menunjukkan bahwa sebagian siswa telah dapat mengendalikan
dirinya dengan baik namun jumlah siswa yang kurang dapat mengendalikan diri
dengan baik tidak sediki. Kendali diri siswa dapat dilihat melalui beberapa aspek,
seperti penguasaan situasi, motivasi bertindak, dan kesediaan menerima resiko.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek-aspek kendali diri berada dalam
kategori sedang, artinya sebagian besar siswa belum dapat sepenuhnya
Melina Lestari, 2012
Program Bimbingan Untuk...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
120
2. Program bimbingan dan konseling yang sudah ada merupakan bagian dari program
pengembangan diri yang berorientasi pada pola 17 Plus. Faktor pendukung
terlaksananya layanan bimbingan dan konseling di SMA BPPI Kabupaten Bandung
adalah: rasio guru pembimbing dan siswa yang tidak berlebih dengan ketentuan
ideal, kepala sekolah yang memberikan perhatian pada bimbingan dan konseling di
sekolah, sekolah menyediakan tempat-tempat yang dapat digunakan untuk
bimbingan kelompok dan kegiatan bimbingan dan konseling lain, minat siswa yang
tinggi terhadap bimbingan dan konseling, dan tersedianya berbagai media untuk
mendukung penyampaian materi bimbingan. Namun faktor pendukung, masih
terdapat beberapa fatkor penghambat terlaksananya layanan bimbingan dan
konseling, antara lain: tidak ada guru pembimbing yang berlatar belakang S1
Bimbingan dan Konseling, ruang layanan bimbingan dan konseling yang belum
memadai, dan tidak nampak adanya anggaran khusus untuk kegiatan bimbingan dan
konseling.
3. Program bimbingan untuk mengembangkan kendali diri siswa SMA yang telah di
susun penulis dibuat melalui beberap tahapan, yaitu: persiapan pengembangan
program, merancang program hipotetik, uji kelayakan program hipotetik, revisi
program hipotetik, uji lapangan dan laporan akhir. Setelah diberikan program
bimbingan untuk mengembangkan kendali diri, kendali diri siswa mengalami
kenaikan kualitas yang signifikan. Sehingga program bimbingan untuk
Melina Lestari, 2012
Program Bimbingan Untuk...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
121
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian, maka terdapat beberapa rekomendasi untuk
sekolah, konselor sekolah, dan peneliti selanjutnya.
1. Bagi Pihak Sekolah
Penelitian ini dilakukan di lingkungan SMA BPPI Kabupaten Bandung,
khususnya kelas X. Sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan pijakan untuk
memperbaiki kualitas siswa sehingga dapat berkembang dengan seoptimal mungkin.
Karena itu, direkomendasikan kepada pihak sekolah,untuk:
a. Mengidentifikasi kecenderungan kendali diri siswa lebih lanjut, agar dapat
menemukan penyelesaian masalah seputar kendali diri secara efektif.
b. Memperluas jangkauan identifikasi, sehingga dapat diketahui gambaran lebih luas
dan menyeluruh.
c. Memperluas jangkauan pemberian program bimbingan untuk mengembangkan
kendali diri, sehingga dapat meningkatkan kualitas kendali diri secara lebih luas dan
menyeluruh.
d. Menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif agar dapat mengembangkan
kendali diri siswa.
e. Memberikan ruangan layanan bimbingan dan konseling yang memadai sehingga
dapat menunjang optimalisasi kegiatan bimbingan dan konseling.
Melina Lestari, 2012
Program Bimbingan Untuk...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
122
Gambaran program bimbingan untuk mengembangkan kendali diri siswa X
SMA BPPI Kabupaten Bandung yang dihasilkan penelitian ini di dalamnya merupakan
salah satu potret perkembangan siswa. Bagi guru bimbingan dan konseling di sekolah,
gambaran tersebut dapat dimanfaatkan sebagai timbangan dan optimalisasi dalam:
a. Penggunaan program bimbingan untuk mengembangkan kendali diri siswa
hendaknya diberikan kepada seluruh siswa, mengingat keberhasilannya dalam
meningkatkan kualitas kendali diri siswa.
b. Agar Program Bimbingan untuk Mengembangkan Kendali Diri Siswa dapat lebih
efektif, guru Bimbingan dan Konseling hendaknya mengembangkan diskusi yang
hangat karena siswa suka didengarkan, memberikan pujian (tidak memberikan
labeling negatif) pada siswa, dan memberikan motivasi.
c. Pemberian layanan yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan kondisi aktual yang
terjadi di sekolah.
d. Menyusun kegiatan yang lebih variatif, tidak sekedar menggunakan metode
ceramah dan penugasan kepada siswa.
e. Penggunaan fasilitas sekolah untuk melaksanakan bimbingan kelompok atau
konseling kelompok.
f. Penyusunan program layanan bimbingan yang belum dirumuskan secara khusus
dalam suatu program yang komprehensif.
g. Pelaksanaan evaluasi program bimbingan yang terukur dan sesuai ketentuan yang
Melina Lestari, 2012
Program Bimbingan Untuk...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
123
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Keterbatasan proses dan hasil penelitian ini tidak dapat dipisahkan dari
keterbatasan penyusunan dalam mengelola kegiatan penelitian. Oleh karena itu, kepada
peneliti selanjutnya diharapkan:
a. Melakukan penelitian serupa dengan menggunakan metode eksperimen.
b. Menambahkan instrumen untuk guru agar hasil penelitian dapat lebih akurat.
c. Penelitian dilaksanakan di SMA BPPI Kabupaten Bandung yang ruang lingkupnya
sangat terbatas. Oleh karena itu penelitian selanjutnya dapat dilakukan lebih luas
untuk memperkuat dan membuktikan kehandalan dan kebermanfaatan hasil
penelitian. Sehingga peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian yang sama,
dengan memperluas lingkup populasi penelitian yang relatif labih besar dangan
objek beberapa sekolah dengan sampel yang lebih besar dapat diketahui mengenai
program bimbingan untuk mengembangkan kendali diri siswa di sekolah pada
umumnya.
d. Melakukan penelitian yang serupa, dengan mencari populasi lain dan relatif
beragam seperti di kalangan mahasiswa atau karyawan sebuah perusahaan.
e. Merumuskan program bimbingan untuk mengembangkan kendali diri siswa SMA
Melina Lestari, 2012
Program Bimbingan Untuk...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
124
layanan responsif, layanan perencanaan individu dan dukungan sistem. Dan
kesemuanya itu diujicobakan sesuai dengan tahapan yang ada pada bab
Melina Lestari, 2012
Program Bimbingan Untuk...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
125
DAFTAR PUSTAKA
Alike, Share. (2005). Locus of Control, [Online]. Tersedia:
http://wik.ed.uiuc.edu/index.php/Locus_of_cntrol [13 Januari 2006]
Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
____________. (2003). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Calhoun, J. F dan Acocella, J. R. Alih bahasa oleh RS. Satmoko. (1995). Psikologi tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan. Semarang: IKIP Semarang Press.
Crow, Alice. (1972). Educational Psycology. New Jersey: Littlefield, Adams and Co.
Dahar, Ratna Wilis. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Depdikbud, (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga. Jakarta : Balai Pustaka
Furqon. (2001). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Goleman, D. (2007). Kecerdasan Emosional. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hidayat, R. (2007). Pengembangan Program Layanan Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Penyesuaian Sosial Siswa SMA Negeri 1 Cimalaka Kabupaten Sumedang. Tesis Magister pada SPSUPI Bandung: tidak diterbitkan.
Melina Lestari, 2012
Program Bimbingan Untuk...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
126
Kartono, Kartini. (1991). Bimbingan bagi Anak dan Remaja yang Bermasalah. Jakarta: Rajawali.
Lestari, M. (2006). Kontribusi Kendali Diri terhadap Kedisiplinan Siswa di Sekolah. Skripsi Sarjana pada FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Lindgren, H.C. (1972). Educational Psycology in the Classroom Fourth Edition. New York: John Wiley and Sons, Inc.
Logue, Alexandra W. (1995). Self-Control Waiting until Tomorrow for What You Want Today. New Jersey: Prentice Hall.
Makmun, Abin Syamsudin. (2003). Psikologi Kependidikan. Bandung: Rosda.
Mearns, Jack. (2005). The Social Learning Theory of Julian B. Rotter, [Online]. Tersedia: http://psych.fullerton.edu/jmearns/rotter.htm [13 Januari 2006]
Messina, J. J and Messina, C. (2005). Developing Self-Control, [Online]. Tersedia:
http://www.coping.org/control/selfcont.htm [28 Januari 2006]
Mulyono, Y. Bambang. (2006). Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja dan Penanggulangannya. Yogyakarta: Kanisius.
Narbuko, C. dan Achmadi, Abu. (2001). Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.
Melina Lestari, 2012
Program Bimbingan Untuk...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
127
Nurwanti, Erlin. (2004). Pengaruh Kendali Diri dalam Penyesuaian sosial di Sekolah terhadap Prestasi Belajar. Skripsi pada FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Pervin, L.A. (1984). Personality: Theory and Research. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Rakhmat, Cece dan Solehuddin, M.. (1988). Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar.
Bandung: FIP IKIP.
Rizvi, A, Prawitasari, J. E, dan Soetjipto, H. P. (1997). “Pusat Kendali dan Efikasi-Diri
sebagai Prediktor terhadap Prokastinasi Akademik Mahasiswa”. Psikologika.
3, (2), 51-63.
Santoso, S.(1999). SPSS Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Santrock, John W. Alih Bahasa oleh: Shinto B. Adelar dan Sherly Saragih. (2006).
Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.
Saripah, I. (2006). “Program BImbingan Untuk Mengembangkan Perilaku Prososial
Anak”. Pedagogia. 4, (2), 129-145.
Sarwono, Sarlito Wirawan . (2002). Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers
Subino. (1987). Konstruksi dan Analisis Tes: Suatu Pengantar kepada Teori Tes dan Pengukuran. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sudjana. (1996). Metoda Statistika.Bandung: Tarsito.
Melina Lestari, 2012
Program Bimbingan Untuk...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
128
Suherman, Uman. (2007). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bekasi: Madani Production.
Sukartini, Sri Patmah. (2003). Model Konseling Keterampilan Hidup untuk Mengembangkan Dimensi Kendali Pribadi yang Tegar. Disertasi Doktor pada PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Supartini, T. (2005). Program Bimbingan dan Konseling Berbasis Kecerdasan Emosional. Tesis pada SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Suryabrata, S. (1999). Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
UPI (2007). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI
Trihendradi, Cornelius. (2005). SPSS 12 Statistik Inferen Teori Dasar dan Aplikasinya. Yogyakarta: Andi.
Yusuf, Syamsu. (2001). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosda.
__________. (2006). Profil Penyesuaian Emosi Remaja dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan dan Konseling (Studi Deskriptif terhadap Para Siswa Peserta Pelatihan Kader Penanggulangan Narkoba Diknas Jawa Barat Tahun 2003). Mimbar Pendidikan, 1, (25), 32-38.
Yusuf, S dan Nurihsan, AJ. (2006). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: