• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM BIMBINGAN TEMAN SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN PENYESUAIAN DIRI SISWA : Penelitian Deskriptif terhadap Siswa Kelas X SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROGRAM BIMBINGAN TEMAN SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN PENYESUAIAN DIRI SISWA : Penelitian Deskriptif terhadap Siswa Kelas X SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

PROGRAM BIMBINGAN TEMAN SEBAYA UNTUK

MENINGKATKAN PENYESUAIAN DIRI SISWA

(PenelitianDeskriptif terhadap Siswa Kelas X SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Oleh

Wangi Citrawargi 0901253

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

PROGRAM BIMBINGAN TEMAN SEBAYA UNTUK

MENINGKATKAN PENYESUAIAN DIRI SISWA

(Penelitian Deskriptif terhadap Siswa Kelas X SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

Oleh

Wangi Citrawargi

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Wangi Citrawargi 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

WANGI CITRAWARGI 0901253

PROGRAM BIMBINGAN TEMAN SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN PENYESUAIAN DIRI SISWA

(Penelitian Deskriptif terhadap Siswa Kelas X SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Syamsu Yusuf LN., M. Pd NIP. 195206201980021001

Pembimbing II

Dr. Ipah Saripah, M. Pd NIP. 197710142001122001

Mengetahui:

Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

ABSTRAK

Wangi Citrawargi. (2013). Program Bimbingan Teman Sebaya untuk Meningkatkan Penyesuaian Diri Siswa (Penelitian Deskriptif terhadap Siswa Kelas X SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013).

Penelitian dilatarbelakangi fenomena penyesuaian diri siswa SMA yang cenderung mengarah pada maladjustment. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SMA Negeri 11 Bandung, terdapat indikasi siswa Kelas X belum mampu menyesuaikan diri secara optimal, sehingga memerlukan program bimbingan teman sebaya untuk meningkatkannya. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif. Data yang diperoleh dalam penelitian dijadikan rumusan program bimbingan teman sebaya untuk meningkatkan penyesuaian diri siswa. Hasil penelitian menunjukkan hampir sebagian siswa Kelas X SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 memiliki penyesuaian diri pada kategori rendah. Program bimbingan teman sebaya dibuat berdasarkan indikator terendah dalam setiap aspeknya. Program yang dibuat masih bersifat hipotetik, oleh sebab itu peneliti selanjutnya direkomendasikan untuk mengujicobakan sehingga diketahui tingkat efektivitas program tersebut.

(5)

ABSTRACT

Wangi Citrawargi. (2013). Peer Guidance Program to Improve Student Self Adjustment (Descriptive Research on Class X students of SMA Negeri 11 Bandung Academic Year 2012/2013).

Abstract: Research background based on self-adjustment phenomenon of high school students are likely to lead to maladjustment. Based on the results of a preliminary research conducted at SMAN 11 Bandung, there are indications of Class X students have not been able to adapt optimally, thus requiring peer guidance program to improve it. The research approach used a quantitative approach with descriptive methods. The data obtained in the research is used as formulation of peer guidance programs to improve student self-adjustment. The results showed almost Class X students of SMA Negeri 11 Bandung Academic Year 2012/2013 have low category of self-adjustment. Peer guidance programs are based on the lowest indicators in every aspect. The created program is still hypothetical, and therefore next researcher is recommended to try this out to known the level of effectiveness of the program.

(6)

DAFTAR ISI A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat/Signifikansi Penelitian ... 7

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 8

BAB II KONSEP PROGRAM BIMBINGAN TEMAN SEBAYA DAN PENYESUAIAN DIRI SISWA A. Program Bimbingan Teman Sebaya ... 9

B. Penyesuaian Diri ... 28

C. Penelitian Terdahulu ... 37

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian... 40

B. Desain dan Metode Penelitian ... 41

C. Definisi Operasional Variabel ... 41

D. Instrumen Penelitian ... 44

E. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 47

F. Teknik Pengumpulan Data ... 50

G. Teknik Analisis Data ... 51

H. Penyusunan Program Bimbingan Teman Sebaya untuk Meningkatkan Penyesuaian Diri Siswa ... 53

I. Prosedur Penelitian ... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 55

B. Pembahasan Penelitian ... 58

C. Rancangan Program Hipotetik Bimbingan Teman Sebaya untuk Meningkatkan Penyesuaian Diri Siswa ... 63

D. Keterbatasan Penelitian ... 84

(7)

B. Rekomendasi ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 87

(8)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Masa kanak-kanak, remaja, dewasa dan berlanjut menjadi orang tua merupakan proses yang dilalui oleh setiap manusia secara berkesinambungan dalam hidupnya. Setiap masa perkembangan memiliki ciri atau karakteristik masing-masing, juga memiliki permasalahan yang berbeda-beda. Masa remaja sering diidentifikasikan dengan masa yang rawan, menimbulkan kekhawatiran bagi para orang tua, dan sering menjadi bahan pembahasan dalam masalah-masalah yang muncul pasa saat ini. Bagi remaja sendiri, masa ini merupakan masa yang sangat menyenangkan, walaupun di sisi lain terdapat remaja yang merasa tidak bahagia dalam menjalani masa remajanya.

Masa remaja adalah masa peralihan yang ditempuh oleh seseorang dari kanak-kanak menuju dewasa. Menurut Yusuf (2004), pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu kemampuan untuk memahami orang lain sebagai individu yang unik, baik menyangkut sifat-sifat pribadi, minat, nilai-nilai maupun perasaanya. Dalam pencapaian tugas perkembangan remaja yaitu mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya baik dengan pria maupun wanita mendorong remaja untuk berperan dan berhubungan dengan lebih akrab terhadap lingkungannya, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, teman sebaya, maupun masyarakat. Kondisi demikian menuntut remaja memiliki kemampuan penyesuaian diri.

(9)

2

pada akhirnya dapat mengaktualisasikan dirinya. Kedua aspek inilah yang tercakup dalam proses penyesuaian diri.

Masa remaja ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat baik dari segi fisik, psikis dan sosialnya. Secara sosial, keterikatan/pengaruh terhadap teman sebaya sangat kuat. Keadaan seperti ini menjadikan remaja memiliki kelompok tersendiri, seolah-olah mereka dengan sesamanya saling memahami, mereka mulai menjauh dari orang tua, karena merasa orang tua kurang memahami dirinya. Remaja lebih memilih memecahkan masalahnya dengan teman sebayanya dari pada dengan orang tua atau gurunya. Masalah yang sangat seriuspun biasanya akan dibahas dengan teman sebayanya. Kedekatan antara teman sebaya dapat mejadi alternatif untuk menfasilitasi layanan bimbingan dan konseling dalam meningkatkan penyesuaian diri siswa.

Penyesuaian diri yang baik akan menjadi salah satu bekal penting karena akan membantu remaja pada saat masuk dalam masyarakat luas. Sebaliknya, remaja yang kurang dapat menyesuaikan diri akan menghambat perkembangan remaja tersebut, menghambat kreativitasnya dalam menjalani masa remajanya dan kurang maksimal dalam berprestasi di sekolah.

Penyesuaian diri merupakan prasyarat penting bagi terciptanya kesehatan mental remaja. Banyak remaja yang menderita dan tidak mampu mencapai kebahagiaan dalam hidupnya karena tidak mampu menyesuaikan diri (Mu’tadin: 2002). Menurut Kartono (1980), semua tingkah laku manusia pada hakikatnya merupakan respon penyesuaian diri. Dengan demikian penyesuaian diri memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia, khususnya pada fase remaja.

(10)

3

Menurut Hurlock (1992), proses penyesuaian diri dapat menimbulkan masalah dan dilema bagi remaja. Di satu sisi remaja dituntut patuh pada orang tua dan guru, di sisi lain mereka dituntut untuk berperilaku conform dengan teman sebaya agar dapat diterima dalam kelompoknya. Di antara kedua tuntutan tersebut sering kali tidak sejalan, akibatnya sering kali timbul konflik antara remaja dengan orang tua atau otoritas yang ada. Apabila dilihat dari hal tersebut, tampaknya penyesuaian diri bukan hal yang mudah untuk dicapai oleh remaja.

Kesulitan siswa dalam penyesuaian diri sering dijumpai di sekolah dan ditampilkan dalam berbagai bentuk perilaku, seperti tidak dapat mengontrol emosi, mencari rasa aman pada berbagai bentuk mekanisme psikologis (seperti rasionalisasi, proyeksi, egosentris, dan sebagainya), merasa kecewa, perasaan rendah diri, mengisolasi diri dan sulit bekerja sama dalam situasi kelompok. Seringkali permasalahan tersebut akhirnya menjadi permasalahan yang biasa dan diangap wajar terjadi di sekolah-sekolah.

Selain itu, terdapat juga beberapa hal yang mengindikasikan adanya penyesuaian diri yang salah dan dianggap membahayakan remaja. Berbagai macam penyesuaian diri yang salah misalnya, perkelahian secara perorangan atau kelompok, mabuk-mabukan, pencurian, penganiayaan dan penyalahgunaan obat-obatan seperti narkotika dan perilaku seksual yang dilakukan di luar pernikahan atau menyimpang menjadi fenomena mengerikan di kalangan remaja.

(11)

4

Hasil survey dan penelitian tersebut menunjukkan adanya penyesuaian diri yang menyimpang pada remaja. Semakin maraknya problema yang dialami remaja merupakan indikasi bahwa remaja banyak mengalami penyesuaian diri yang menyimpang. Hal tersebut dapat menyebabkan dampak yang tidak baik pada diri remaja apabila tidak segera ditangani.

Guru BK/Konselor dapat membantu siswa yang memiliki masalah dalam penyesuaian diri. Sebagaimana yang dipaparkan dalam Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990 tugas konselor atau guru pembimbing adalah membantu siswa dalam rangka menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan perencanaan masa depan. Terdapat berbagai layanan yang dapat digunakan untuk meningkatkan penyesuaian diri siswa, salah satu layanan yang dapat digunakan yaitu dengan bimbingan teman sebaya. Penggunaan layanan bimbingan teman sebaya ini dapat meningkatkan penyesuaian diri siswa.

Layanan bimbingan teman sebaya diharapkan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan remaja dalam pencapaian tugas-tugas perkembangannya, sehingga dapat menghindarkan remaja dari penyesuaian diri yang salah. Salah satu upaya yang harus dilakukan untuk memenuhi tuntutan tersebut adalah adanya peningkatan kualitas bimbingan dan konseling itu sendiri. Peningkatan kualitas bimbingan dan konseling dapat dilakukan melalui penyusunan program bimbingan teman sebaya yang lebih diarahkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Berdasarkan paparan di atas, kedekatan antar teman sebaya dipandang efektif sebagai salah satu bentuk kegiatan dalam penerapan layanan bimbingan dan konseling. Dalam hal ini kedekatan teman sebaya dapat membantu siswa meningkatkan penyesuaian dirinya. Pelaksanaan kegiatan bimbingan teman sebaya (peer guidance), yaitu bimbingan yang dilakukan oleh siswa terhadap siswa lainnya.

(12)

5

yang lebih luas akan menyebabkan perubahan yang positif pada diri individu dan pada gilirannya dapat meningkatkan percaya diri siswa dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Selain itu, dalam kegiatan bimbingan teman sebaya akan terjadinya interaksi antara ketua dengan anggota kelompok atau antara angota dengan anggota kelompok lainnya, sehingga terjadi interaksi yang menimbulkan saling percaya untuk mengungkapkan pendapat, ide-ide dari anggota kelompok yang menimbulkan pemikiran atau pengalaman baru yang dapat memperkuat keyakinan pada diri seseorang bahwa ia mampu.

Bimbingan teman sebaya untuk meningkatkan penyesuaian diri remaja didasarkan pada gambaran mengenai kondisi penyesuaian diri remaja. Dengan demikian bimbingan teman sebaya dirasakan dapat lebih tepat guna dan sasaran untuk meningkatkan penyesuaian diri remaja.

SMA Negeri 11 Bandung merupakan sekolah yang senantiasa meningkatkan kualitas dan kuantitasnya. Oleh karena itu, segala potensi yang ada pada diri siswa terus-menerus dikembangkan, baik intelektualitas maupun penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitarnya. Salah satunya melalui pemberian layanan bimbingan yang ditujukan untuk membantu siswa mengembangkan individu secara utuh dan menyeluruh, yaitu segala aspek tugas perkembangan yang harus dicapai.

(13)

6

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka masalah yang diteliti berjudul “Program Bimbingan Teman Sebaya untuk Meningkatkan

Penyesuaian Diri Siswa”.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Manusia bersifat dinamis, semua aspek berkembang terus menerus sepanjang rentang kehidupannya. Karena itulah, penyesuaian diri juga merupakan proses yang dinamis. Derlega & Janda (1978: 28) mengemukakan “Adjustment is a lifelong process, and people must continue to meet and deal with the stresses

and challenges of life in order to achieve a healthy personality. Proses

penyesuaian diri akan berlangsung terus menerus sepanjang rentang kehidupan manusia.

Derlega & Janda (1978: 28-37) mengungkapkan individu yang memiliki penyesuaian diri yang baik ialah yang mampu: (1) mengamati sesuatu secara realistis; (2) memanfaatkan pengalaman dan merencanakan masa depan; (3) bekerja secara berarti; (4) melakukan hubungan sosial secara akrab; (5) mengekspresikan emosi secara tepat; dan (6) melihat diri secara positif.

Karakteristik penyesuaian diri yang sehat tersebut, tentunya memberikan rasa kebahagiaan bagi remaja. Winarno & Thomas (1980) menggunakan rumusan yang sama untuk istilah kebahagiaan, keseimbangan mental dan penyesuaian diri. Manusia yang bahagia adalah manusia yang memiliki keseimbangan mental yang terbaik dan manusia yang berhasil dalam penyesuaian diri terhadap hidupnya.

(14)

7

Rumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana gambaran umum kemampuan penyesuaian diri siswa Kelas X di SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013?

2. Bagaimana rancangan program bimbingan teman sebaya yang secara hipotetik tepat untuk meningkatkan kemampuan penyesuaian diri siswa Kelas X di SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah sebagai berikut. 1. Tujuan Umum

Secara umum tujuan penelitian adalah memperoleh rumusan program bimbingan teman sebaya yang secara hipotetik tepat untuk meningkatkan kemampuan penyesuaian diri siswa.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian adalah sebagai berikut.

a. Mendeskripsikan gambaran umum kemampuan penyesuaian diri siswa Kelas X di SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.

b. Mendeskripsikan gambaran siswa yang sesuai untuk pembimbing teman sebaya.

c. Mendeskripsikan gambaran mekanisme/prosedur bimbingan teman sebaya yang sesuai dengan kondisi sekolah.

d. Mendeskripsikan gambaran rumusan pelatihan pembimbing teman sebaya.

D. Manfaat/Signifikansi Penelitian

Hasil penelitian diharapkan bermanfaat baik secara teoretis maupun praktis.

1. Secara Teoretis

(15)

8

2. Secara Praktis

a. Bagi guru BK/Konselor, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan layanan bimbingan teman sebaya di SMA, khususnya dalam mengembangkan kemampuan penyesuaian diri siswa.

b. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan dalam penelitian selanjutnya, khususnya dalam meneliti penyesuaian diri di kalangan siswa dan layanan bimbingan teman sebaya yang digunakan.

E. Struktur Organisasi Skripsi

(16)

40

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian adalah SMA Negeri 11 Bandung, dengan pertimbangan dasar di SMA Negeri 11 Bandung tidak terdapat suatu program bimbingan konseling khususnya bimbingan teman sebaya yang secara khusus berfokus untuk mengembangkan kemampuan penyesuaian diri siswa.

Sampel penelitian adalah seluruh siswa Kelas X SMA Negeri 11 Bandung. Pertimbangan penelitian dilakukan di SMA Negeri 11 Bandung di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Siswa kelas X berada dalam rentang usia remaja, yaitu berkisar antara 14-15 tahun sehingga pada masa ini berkembang social cognition, yaitu kemampuan untuk memahami orang lain yang mendorong remaja untuk berperan dan berhubungan lebih akrab terhadap lingkunganya, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, teman sebaya, maupun masyarakat. Kondisi ini menuntut remaja memiliki kemampuan penyesuaian diri yang baik. 2. Siswa kelas X memasuki lingkungan baru sehingga dituntut untuk dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya.

3. SMA Negeri 11 Bandung belum memiliki program bimbingan teman sebaya yang dikhususkan untuk meningkatkan kemampuan penyesuaian diri siswa.

Adapun jumlah siswa dalam penelitian sebanyak 460 orang. Jumlah siswa dalam penelitian dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.1

Distribusi Siswa Kelas X SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013

No Kelas Jumlah

1 X-1 36

2 X-2 35

3 X-3 36

(17)

41

No Kelas Jumlah

6 X-6 36

7 X-7 36

8 X-8 36

9 X-9 36

10 X-10 36

11 X-11 36

12 X-12 33

13 X-13 36

Jumlah 460

B. Desain dan Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian yaitu pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan untuk memperoleh data profil kemampuan penyesuaian diri siswa kelas X SMA Negeri 11 Bandung yang dilihat melalui data numerikal atau angka yang diperoleh secara statistik (analisis statistik).

Metode penelitian menggunakan metode deskriptif (descriptive research), yaitu suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau. Penelitian ini tidak mengadakan manipulasi atau pengubahan pada variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisi apa adanya. Penggambaran kondisi bisa individual atau kelompok, dan menggunakan angka-angka (Sukmadinata, 2009: 54). Penelitian ini berfungsi mendeskripsikan profil kemampuan penyesuaian diri siswa kelas X SMA Negeri 11 Bandung sebagai dasar pembuatan program bimbingan.

C. Definisi Operasional Variabel

(18)

42

efisien, puas, dan sehat (wholesome). Seorang remaja dikatakan memiliki penyesuaian yang baik (well adjustment) apabila dia mampu memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalahnya secara wajar, tidak merugikan diri sendiri dan lingkungannya, serta sesuai dengan norma.

Daradjat (1982: 14) mengemukakan penyesuaian diri adalah kata yang menunjukkan keakraban, pendekatan dan kesatuan kata. Penyesuaian diri dalam ilmu jiwa adalah proses dinamika yang bertujuan untuk mengubah kelakuannya agar terjadi hubungan yang lebih sesuai antara dirinya dengan lingkungannya. Dari pengertian tersebut dapat kita memberikan batasan kepada fakta tersebut dengan kemampuan untuk membuat hubungan-hubungan yang menyenangkan antara manusia dan lingkungannya.

Berdasarkan pendapat Scheneiders, maka penyesuaian diri siswa dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa Kelas X SMA Negeri 11 Bandung dalam upaya mereaksi secara tepat terhadap segala kebutuhan diri, kondisi kepribadian dan realitas serta relasi sosial dalam bentuk terhindar dari emosi berlebihan, terhindar dari mekanisme psikologis, terhindar dari perasaan frustrasi, memiliki pertimbangan dan pengarahan diri yang rasional, memiliki kemampuan untuk belajar, mampu memanfaatkan pengalaman masa lalu, bersikap objektif dan realistik sehingga terbentuk kemampuan penyesuaian diri yang baik.

Dari pendapat-pendapat di atas penyesuaian diri dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menyelaraskan diri sesuai dengan kondisi diri dan tuntutan dari lingkungan sekitar terhadap segala kebutuhan diri maupun lingkungan.

Aspek penyesuaian diri yang diungkap adalah sebagai berikut (Scheneiders, 1964: 430).

a. Terhindar dari ekspresi emosi yang berlebihan, merugikan atau kurang mampu mengontrol diri.

(19)

43

menghadapi sesuatu atau situasi tertentu akan menunjukkan kontrol emosi yang tidak baik dan mengarah pada penyesuaian diri yang buruk.

b. Terhindar dari mekanisme-mekanisme psikologis.

Kejujuran dan keterusterangan terhadap adanya masalah atau konflik yang dihadapi siswa akan lebih terlihat dengan reaksi yang normal dari pada dengan reaksi yang diikuti dengan mekanisme pertahanan diri.

c. Terhindar dari perasaan frustrasi, kecewa karena suatu kegagalan.

Penyesuaian diri yang normal ditandai dengan tidak adanya frustasi yang dapat membuat individu mengalami kesulitan untuk bereaksi secara wajar terhadap situasi atau masalah yang dihadapi dan tidak adanya tingkah laku yang menyimpang.

d. Memiliki pertimbangan dan pengarahan diri yang rasional.

Kemampuan berfikir dan melakukan pertimbangan terhadap masalah atau konflik serta kemampuan mengorganisasikan pikiran, tingkah laku dan perasaan untuk pemecahan masalah dalam kondisi sulit sekali pun menunjukkan penyesuaian normal. Individu yang tidak mampu mempertimbangkan masalah secara rasional akan mengalami kesulitan dalam penyesuaian dirinya.

e. Mampu belajar untuk mengembangkan kualitas dirinya.

Individu dengan penyesuaian diri yang baik adalah individu yang mampu belajar. Proses belajar dilihat dari hasil kemampuan individu tersebut mempelajari pengetahuan yang mendukung apa yang dihadapi, sehingga pengetahuan yang diperoleh dapat mengatasi masalah yang dihadapi. Perkembangan individu dari satu masalah ke masalah yang lain akan membuat individu tersebut akan lebih banyak belajar sehingga akan lebih dapat menyesuaikan diri.

f. Mampu memanfaatkan pengalaman masa lalu.

(20)

44

sebelumnya. Jika individu tidak mampu memanfaatkan pengalaman masa lalu maka individu akan kesulitan dalam menghadapi situasi dan kondisi yang sama.

g. Bersikap objektif dan realistik sehingga mampu menerima kenyataan hidup yang dihadapi secara wajar.

Seseorang yang memiliki penyesuaian diri yang baik adalah seseorang yang mampu menerima keadaan dirinya dan keterbatasan yang dimiliki seseorang sebagaimana keadaan sebenarnya dan yakin terhadap kemampuan dirinya.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data dengan cara melakukan pengukuran (Purwanto, 2010: 183).

1. Jenis Instrumen

Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan berupa angket atau kuesioner (questionnaire), merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya-jawab dengan responden). Instrumen atau alat pengumpulan datanya juga disebut angket berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab atau direspon oleh responden (Sukmadinata, 2009: 219).

2. Jenis Skala

(21)

45

3. Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Kisi-kisi instrumen untuk menggambarkan profil penyesuaian diri dikembangkan berdasarkan konsep dari Schneiders mengenai penyesuaian diri. Instrumen yang dipergunakan dalam penelitian harus melalui tahap uji coba terhadap populasi di luar sampel penelitian, sehingga dapat diketahui kelayakan serta validitas instrumen yang akan dipergunakan untuk penelitian. Penyebaran butir pernyataan tentang penyesuaian diri siswa dijabarkan ke dalam kisi-kisi yang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Penyesuaian Diri (Sebelum Uji Validitas)

2.1Bertanggung jawab atas masalah yang dihadapi

13, 14, 15 16 4

2.2Jujur terhadap setiap masalah yang dihadapi

5.2Memiliki motivasi untuk meningkatkan prestasi belajar

(22)

46

6.2Memiliki sikap optimis untuk melangkah menuju masa depan

Instrumen penyesuaian diri dibuat dalam bentuk pernyataan-pernyataan beserta kemungkinan jawaban. Item pernyataan tentang penyesuaian diri siswa dibuat dalam alternatif respon pernyataan subjek skala empat yaitu: a) Sangat Sesuai (SS); b) Sesuai (S); c) Tidak Sesuai (TS); dan d) Sangat Tidak Sesuai (STS). Secara sederhana setiap opsi alternatif respon mengandung arti dan nilai skor seperti berikut.

Tabel 3.3

Pola Skor Opsi Alternatif Respon

Alternatif Jawaban Skor Jawaban

Positif Negatif

Sangat Sesuai (SS) 4 1

Sesuai (S) 3 2

Tidak Sesuai (TS) 2 3

Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4

5. Penimbang Butir Pernyataan (Judgement Instrumen)

(23)

47

penelitian dilakukan oleh tiga dosen ahli di lingkungan jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan.

Berdasarkan penimbang dari tiga dosen ahli, masing-masing pernyataan dikelompokkan dalam kualifikasi Memadai (M) dan Tidak Memadai (TM). Pernyataan yang berkualifikasi M dapat langsung digunakan untuk menjaring data penelitian. Sementara pernyataan TM terkandung dua kemungkinan yaitu pernyataan tersebut harus direvisi sehingga dapat dikelompokkan dalam kualifikasi M atau pernyataan tersebut harus dibuang.

6. Uji Keterbacaan Item

Uji keterbacaan dilakukan kepada siswa-siswi SMA Negeri 11 Bandung yang tidak diikutsertakan dalam sampel penelitian tetapi memiliki karakteristik yang hampir sama dengan sampel penelitian. Uji keterbacaan item bertujuan untuk mengukur sejauh mana keterbacaan instrumen dengan maksud untuk mengetahui kata-kata yang kurang dipahami, sehingga kalimat dalam pernyataan disederhanakan tanpa mengubah maksud dari pernyataan. Setelah uji keterbacaan maka untuk pernyataan-pernyataan yang tidak dipahami kemudian direvisi sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat dimengerti dan kemudian dilakukan uji validitas dan reliabilitasnya.

E. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

1. Uji Validitas

Validitas item adalah derajat kesesuaian antara satu item dengan item-item yang lainnya dalam suatu perangkat instrumen. Suatu instrumen dapat dikatakan valid artinya instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak di ukur (Sugiyono, 2012:173). Pengujian validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana ketepatan dan kecermatan pernyataan dari alat penelitian dalam menjalankan fungsinya. Semakin tinggi nilai validasi soal menunjukan semakin valid instrument yang akan digunakan.

(24)

48

perhitungan terhadap 54 item pernyataan pada instrumen penyesuaian diri, 48 item pernyataan yang valid dan 6 item pernyataan yang tidak valid. Hasil uji validitas dalam instrumen penyesuaian diri dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.4

Hasil Uji Validitas Instrumen Kemampuan Penyesuaian Diri

Keterangan No Item Jumlah

Valid 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18,

Kisi-kisi instrumen penyesuaian diri setelah dilakukan uji coba dapat dilihat pada Tabel 3.5 sebagai berikut.

Tabel 3.5

Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Penyesuaian Diri (Setelah Uji Validitas)

1.1Bertanggung jawab atas masalah yang dihadapi

11, 12, 13 14 4

1.2Jujur terhadap setiap masalah yang dihadapi sesuai dengan keputusan yang diambil

(25)

49

5.2Memiliki motivasi untuk meningkatkan prestasi

6.2Memiliki sikap optimis untuk melangkah menuju masa depan

Uji reliabilitas merupakan suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat ukur dalam mengukur gejala yang sama. Reliabilitas instrumen ditunjukkan sebagai derajat keajegan (konsistensi) skor yang diperoleh oleh subjek penelitian dengan instrumen yang sama dalam kondisi yang berbeda. Pengolahan reliabilitas instrumen menggunakan metode statistika dengan menggunakan software SPSS 20.0 dan Microsoft Excel 2007. Metode yang digunakan untuk mengukur reliabilitas adalah Alpha Cronbach.

(26)

50

Tabel 3.6

Kriteria Keterandalan (Reliabilitas) Instrumen

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Tinggi

0,80 – 1,000 Sangat Tinggi

(Sugiyono, 2012: 257) Hasil pengolahan data menggunakan SPSS 20.0 For Windows dan Microsoft Excel 2007 untuk memperoleh reliabilitas angket penyesuaian diri dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.7

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penyesuaian Diri

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.813 48

Hasil uji coba instrumen diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,813 dengan tingkat kepercayaan 95 % artinya tingkat korelasi atau derajat keterandalan sangat tinggi, yang menunjukkan instrumen yang digunakan cukup baik dan dipercaya sebagai alat pengumpul data.

F. Teknik Pengumpulan Data

(27)

51

Skala sikap Likert berisi sejumlah pernyataan yang harus dijawab atau direspon oleh responden. Pernyataannya berupa pernyataan tertutup dengan alternatif jawaban yang telah disediakan sehingga responden dapat langsung menjawabnya. Responden tidak bisa memberikan jawaban atau respon lain kecuali yang telah disediakan sebagai alternatif jawaban.

G. Teknik Analisis Data

1. Verifikasi Data

Verifikasi data dilakukan untuk menyeleksi data yang layak untuk diolah. Data yang telah dikumpulkan diperiksa kelengkapan, jumlah, dan ketelitian angket yang telah diisi untuk kemudian diolah lebih lanjut. Hasil verifikasi data menunjukkan semua angket yang telah diisi oleh siswa layak untuk diolah.

2. Analisis data

Langkah selanjutnya setelah seluruh data terkumpul adalah mengolah dan menganalisis data sebagai bahan acuan untuk menyusun program bimbingan teman sebaya untuk meningkatkan penyesuaian diri siswa. Kategorisasi untuk pengelompokan penyesuaian diri terbagi atas tiga kelompok, yaitu tinggi, sedang dan rendah.

Pengelompokkan instrumen penyesuaian diri pada kategori yang telah ditentukan dengan cara mengubah skor mentah menjadi skor baku (Z). Tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut.

a. Menghitung jumlah skor item pada instrument (X).

b. Menghitung rata-rata ( ̅) dan standar deviasi ( ) dari jumlah skor item pada instrument.

c. Menghitung skor Z dengan rumus:

Keterangan:

X = jumlah skor item

̅ = rata-rata S = standar deviasi

(28)

52

d. Memasukkan skor Z ke dalam pengkategorian.

Tabel 3.8

Pengkategorian Kemampuan Penyesuaian Diri Siswa SMA

Skala Skor Kategori

Z > 1 Tinggi

-1 ≤ Z ≤ 1 Sedang

Z < -1 Rendah

Maka pembagian kategori tingkat penyesuaian diri siswa disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 3.9

Deskripsi Kategori Kemampuan Penyesuaian Diri Siswa SMA

Skor Kategori Deskripsi

Z > 1 Tinggi Siswa SMA pada kategori tinggi, telah mencapai keterampilan penyesuaian diri yang optimal. Artinya, siswa mampu terhindar dari emosi berlebihan, terhindar dari mekanisme psikologis, terhindar dari perasaan frustrasi, memiliki pertimbangan dan pengarahan diri yang rasional, memiliki kemampuan untuk belajar, mampu memanfaatkan pengalaman masa lalu, serta bersikap objektif dan realistik. -1 ≤ Z ≤ 1 Sedang Siswa SMA pada kategori sedang, cenderung

mengarah pada penguasaan keterampilan penyesuaian diri yang tinggi. Artinya, siswa mampu menyesuaikan diri dengan baik tetapi belum bisa secara optimal menunjukkan perilaku yang sesuai dengan aspek-aspek penyesuaian diri seperti terhindar dari emosi berlebihan, terhindar dari mekanisme psikologis, terhindar dari perasaan frustrasi, memiliki pertimbangan dan pengarahan diri yang rasional, memiliki kemampuan untuk belajar, mampu memanfaatkan pengalaman masa lalu, serta bersikap objektif dan realistik.

(29)

53

H. Penyusunan Program Bimbingan Teman Sebaya untuk Meningkatkan

Penyesuaian Diri Siswa

Proses penyusunan program bimbingan teman sebaya untuk meningkatkan penyesuaian diri siswa terdiri dari tiga langkah yang diuraikan sebagai berikut.

1. Penyusunan Program

Penyusunan program dilakukan setelah mendapatkan hasil analisis data penelitian mengenai penyesuaian diri siswa. Hasil data analisis penelitian tersebut dijadikan sebagai landasan dasar dalam penyusunan program bimbingan teman sebaya untuk meningkatkan penyesuaian diri siswa.

2. Validasi Program

Langkah berikutnya setelah penyusunan program adalah melakukan validasi program yang dilakukan oleh dosen dari jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan dan Guru Bimbingan dan Konseling SMA Negeri 11 Bandung. Hasil validasi program dijadikan sebagai rujukan dalam proses revisi penyusunan program bimbingan teman sebaya untuk meningkatkan penyesuaian diri siswa.

3. Penyusunan Program Hipotetik setelah Validasi

Tahap berikutnya adalah validasi program yaitu melakukan revisi pada program yang telah diuji validasi. Program yang dihasilkan diharapkan menjadi rekomendasi bagi layanan bimbingan di SMA Negeri 11 Bandung.

I. Prosedur Penelitian

Prosedur dalam pelaksanaan penelitian terdiri dari tiga tahapan, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, dan pelaporan, dengan deskripsi sebagai berikut. 1. Tahap Persiapan Penelitian

a. Studi pendahuluan di SMA Negeri 11 Bandung.

(30)

54

c. Mengurus surat permohonan pengangkatan dosen pembimbing skripsi pada tingkat fakultas, yang telah disahkan oleh dosen pembimbing pilihan dan Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan.

d. Mengajukan permohonan izin penelitian dari jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan. Surat izin penelitian yang telah disahkan kemudian disampaikan pada kepala sekolah SMA Negeri 11 Bandung.

e. Membuat instrumen penyesuaian diri siswa dan meminta pertimbangan kelayakan instrumen pada dosen ahli.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

a. Mengumpulkan data dengan menyebarkan angket penyesuaian diri siswa pada siswa kelas X SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013. b. Melakukan pengolahan dan menganalisis data dari hasil angket

penyesuaian diri siswa yang telah disebarkan. 3. Hasil dan Laporan

a. Pembuatan program bimbingan hipotetik berdasarkan hasil analisis data deskripsi penyesuaian diri siswa. Menentukan program layanan bimbingan yang hendak dicapai dengan merumuskan jenis kegiatan, metode dan teknik yang digunakan, menetapkan personel yang terlibat, serta persiapan fasilitas penunjang kegiatan bimbingan.

b. Uji kelayakan (validasi) program bimbingan hipotetik yang dilaksanakan kepada dosen jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan serta Guru Bimbingan dan Konseling SMA Negeri 11 Bandung.

c. Penyempurnaan program berdasarkan hasil diskusi dan penilaian yang telah dilakukan, sehingga program tersebut layak untuk dilaksanakan. d. Pada tahap akhir penulisan skripsi, dibuat kesimpulan dan rekomendasi

(31)

85

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada siswa Kelas X SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 mengenai program bimbingan teman sebaya untuk meningkatkan penyesuaian diri siswa, dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut.

1. Lebih dari setengahnya siswa Kelas X SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 memiliki penyesuaian diri pada kategori sedang. Artinya siswa mampu menyesuaikan diri dengan baik tetapi belum bisa secara optimal menunjukkan perilaku yang sesuai dengan aspek-aspek penyesuaian diri seperti terhindar dari emosi berlebihan, terhindar dari mekanisme psikologis, terhindar dari perasaan frustrasi, memiliki pertimbangan dan pengarahan diri yang rasional, memiliki kemampuan untuk belajar, mampu memanfaatkan pengalaman masa lalu, serta bersikap objektif dan realistik.

2. Program bimbingan teman sebaya untuk meningkatkan penyesuaian diri siswa Kelas X SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 disusun berdasarkan indikator yang memiliki persentase paling rendah pada setiap aspek penyesuaian diri siswa. Program ini terdiri dari beberapa komponen, di antaranya dasar pemikiran/ rasional, landasan yuridis, tujuan program, standar kompetensi yang dikembangkan, sasaran program, komponen program, personel yang dilibatkan, rencana operasional, sarana dan prasarana, evaluasi dan tindak lanjut.

B. Rekomendasi

1. Guru BK/Konselor

(32)

86

dibuat Guru BK/Konselor perlu memahami konsep penyesuaian diri, bimbingan teman sebaya, dan Guru BK/Konselor perlu memiliki keterampilan dan pemahaman dalam pembentukan konselor teman sebaya.

2. Peneliti Selanjutnya

(33)

87

DAFTAR PUSTAKA

Aminudin, D. (2012). Efektivitas Bimbingan Teman Sebaya Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa. Tesis pada PASCA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Carr, R. A. (1981). Theory and Practice of Peer Counseling. Ottawa: Canada Employment and Immigration Commission.

Chaplin, J. P. (2001). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajawali.

Citaripah, R. (2011). Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Kemampuan Penyesuaian Diri Siswa. Skripsi pada FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Daradjat, Z. (1982). Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung.

Depdiknas. (2007). Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Bandung: PPB UPI.

Derlega, V. J. & Janda, L. H. (1978). Personal Adjustment: The Psychology of Everyday Life. New Jersey: General Learning Press.

Ethington, C. A. (2000). Infuences of the Normative Environment or Peer Groups on Community College student’ Perception of Growth and Development. Research in Higher Education, (41). Human Sciences Press, Inc.

Fahmi, M. (1982). Kesehatan Jiwa dalam Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat. Jakarta: Bulan Bintang.

Fekmi. (2005). Ferdarasi Kesehatan Mental Indonesia (Fekmi). [Online]. Tersedia: http://djapartarantula.blogspot.com/2011/05/begitu.html. [01 November 2012]

Fritz, R. H. (1999). Multicultural Peer Counseling: Counseling the Multicultural Student. Journal of Adolescence. [Online]. Tersedia: http://www.idealibrary.com. [20 April 2013]

Ghufron, N. (2010). Teori-teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-ruzz Media Group. Haeny, I. N. (2010). Program Bimbingan Kelompok untuk Mengembangkan

Penyesuaian Diri Siswa. Tesis: Jurusan Bimbingan dan Konseling UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

(34)

88

Hurlock, E. (1992). Psikologi Perkembangan. (Edisi kelima). Jakarta: Erlangga. Ipah. (2005). Pengembangan Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk

Meningkatkan Penyesuaian Diri Siswa. Skripsi pada FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Kartono, K. (1980). Kesehatan Mental. Bandung: Alumni.

Mappiare, A. (1982). Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.

Marita, Y. (2012). Pengendalian Diri. [Online]. Tersedia: http://maritayulia.blogspot.com/2012/11/pengendalian-diri.html. [28 Juni 2013]

Mu’tadin, Z. (2002). Penyesuaian Diri Remaja. [Online]. Tersedia: http://www.e-psikologi.com/remaja/160802.htm. [01 November 2012]

Ningrum, P. R. (2013). Perceraian Orangtua dan Penyesuaian Diri Remaja. Jurnal Psikologi: Vol. 1, No. 1, 69-79.

Nisfiannoor, M. & Kartika, Y. (2004). Hubungan Antara Regulasi Emosi Dan Penerimaan Kelompok Teman Sebaya Pada Remaja. Jurnal Psikologi: Vol. 2, No. 2, 160-177.

Nurihsan, J. (2003). Proses Pembentukan Teman Sebaya pada Remaja dan Etika Pergaulan serta Dampaknya terhadap Aspek Sosial Remaja. Makalah pada Seminar Remaja Gaul dalam Persfektif Psikologis di Auditorium FPMIPA UPI tanggal 18 Januari 2003.

Prayitno. (1996). Berbagai Upaya Peningkatan Kualitas Guru Pembimbing dan Kontribusinya terhadap Kualitas Pendidikan. Makalah, disajikan pada temu Ilmiah Dosen-dosen Jurusan/Program Studi Bimbingan dan Konseling se Jawa Tengah.

Purwanto. (2010). Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Puspitasari, N. (2008). Hubungan antara Sumber-sumber Self Esteem dengan Perilaku Asertif pada Remaja. Bandung: Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Pendidikan Indonesia.

Rahmayanti. (2012). Pengertian Percaya Diri & Cara Membangun PD. [Online]. Tersedia: http://ooowh.blogspot.com/2012/02/pengertian-percaya-diri-cara-membangun.html. [28 Juni 2013]

(35)

89

Safura, L. & Supriyantini, S. (2006). Hubungan antara Penyesuaian Diri Anak di Sekolah dengan Prestasi Belajar. Psikologia: Vol. 2, No. 1, 25-30.

Santrock, J. W. (2003). Adolensce: Perkembangan Remaja. (Edisi ke enam). Jakarta: Erlangga.

Scheneiders, A. (1964). Personal Adjustment and Mental Healt. New York: Holt Rinehart & Winston.

Sobur, A. (2003). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.

Sofyan, A. (2013). Pentingnya Keterampilan Sosial Pada Anak SMA. [Online]. Tersedia: http://andiaccank.blogspot.com/2011/05/pentingnya-keterampilan-sosial-pada.html. [28 Juni 2013]

Steinberg, L. (1993). Adolescence. New York: Mc Grave-Hill, inc. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suherman, U. (2007). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Madani. Sujarwo. (2011). Efektivitas Bimbingan Teman Sebaya Dalam Meningkatkan

Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa. Tesis pada PASCA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sukmadinata, N. S. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosdakarya. Sunahwa & Warsito, H. (2010). Penggunaan Strategi Self-Management untuk Meningkatkan Penyesuaian Diri di Lingkungan Pesantren. Jurnal Prodi Bimbingan dan Konseling FIP Unesa.

Sunarto & Hartono. (2002). Perkembangan Peserta Didik. Direktorat Jenderal, Pendidikan Tinggi. Jakarta: Depdikbud.

Suryani, A. (2013). Cara Mengatasi Rasa Cemas Berlebihan. [Online]. Tersedia:http://wolipop.detik.com/read/2013/06/24/102628/2281975/1135/ cara-mengatasi-rasa-cemas-berlebihan. [1 Juli 2013]

Suwarjo. (2008). Pedoman Konseling Teman Sebaya untuk Pengembangan Resiliensi. Universitas Yogyakarta.

Tindall & Gray. (1985). Peer Counseling: In-Depth Look at Training Peer Helpers. Muncie Indiana: Accelerated Development Inc.

(36)

90

Widianingsih, R. & Widyarini, M. N. (2009). Dukungan Orangtua dan Penyesuaian Diri Remaja Mantan Pengguna Narkoba. Jurnal Psikologi: Vol. 3, No. 1, 10-15.

Wijaya, N. (2007). Hubungan antara Keyakinan Diri Akademik dengan Penyesuaian Diri Siswa Tahun Pertama Sekolah Asrama SMA Pangudi Luhur van Lith Muntilan. Skripsi: Jurusan Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang: tidak diterbitkan. Winarno & Thomas. (1980). Perkembangan Pribadi dan Keseimbangan Mental.

Bandung: Jemmars.

Winkel. (1985). Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah. Jakarta: Gramedia.

Yusuf, S. (2004). Mental Hygiene. Bandung: Maestro.

Gambar

Tabel 3.1 Distribusi Siswa Kelas X SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Penyesuaian Diri
Tabel 3.3 Pola Skor Opsi Alternatif Respon
Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Penyesuaian Diri
+3

Referensi

Dokumen terkait

Mekanisme secara kimia diawali dahulu dengan mekanise fisika, yaitu pada partikel- partikel adsorbat mendekat ke permukaan adsorban melalui gaya Van der waals atau

Dalam penelitian ini juga membahas faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan lapangan kerja, yaitu jumlah tenaga kerja dan dependensi rasio, serta membahas bagaimana

Indikator kinerja yang ditetapkan untuk men- gukur keberhasilan sasaran Pencegahan yang Terintegrasi terdiri atas tiga indikator, dengan capaian kinerja

The objectives of this study was to answer two research problems: (1) the correlation between students competence in writing narrative texts in Bahasa Indonesia and their

Penegakan hukum HKI di Indonesia terbukti belum efektif yang terlihat dengan beberapa indikator yaitu: (1) masih maraknya peredaran produk bajakan di sekitar kita;

Penentuan shio dalam program sederhana ini dilakukan dengan pertama kali dengan menginput tanggal, bulan dan tahun kelahiran kemudian dilakuakn perhitungan dengan cara

Pengaruh Disiplin Belajar Dan Kebiasaan Belajar Terhadap Prestasi Belajarsiswa Pada Mata Pelajaran Akuntansikelas Xi Ips Di Sma Negeri 13 Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia |

Teguh Prasetyo, SH.,M.Si., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, ditambah seluruh keluarga besar civitas akademika Fakultas Hukum Universitas