• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Risiko Produksi Anggrek Potong (Dendrobium sp) Kelompok Tani Mekar Sari Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Risiko Produksi Anggrek Potong (Dendrobium sp) Kelompok Tani Mekar Sari Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS RISIKO PRODUKSI ANGGREK POTONG (

Dendrobium sp.

)

KELOMPOK TANI MEKAR SARI KECAMATAN GUNUNG SINDUR

KABUPATEN BOGOR

BOYD THORIQUL ABRAR

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Risiko Produksi Anggrek Potong (Dendrobium sp) Kelompok Tani Mekar Sari Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor adalah benar karya saya denganarahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

BOYD THORIQUL ABRAR. Analisis Risiko Produksi Anggrek Potong (Dendrobium sp) Kelompok Tani Mekar Sari Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh RATNA WINANDI.

Anggrek merupakan tanaman hias yang mempunyai nilai ekspor tertinggi dan peluang untuk dikembangkan, terutama anggrek jenisDendrobium sp. Salah satu kelompok tani yang memproduksi anggrek potong jenis Dendrobium sp. adalah Mekar Sari. Usaha ini ternyata mengandung risiko bisnis, yaitu risiko produksi. Risiko tersebut muncul akibat adanya fluktuasi produksi dan kondisi cuaca yang tidak menentu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengindikasi sumber risiko produksi beserta peluangnya, dampaknya dan strategi alternatif untuk menangani. Identifikasi tersebut menggunakan alat analisis deskriptif menghasilkan bahwa risiko produksi pada anggrek potong Dendrobium sp adalah cuaca, hama, penyakit, dan tenaga kerja. Hasil yang diperoleh menggunakan alat analisis Z-score dari yang terbesar adalah cuaca, tenaga kerja, hama, dan penyakit. Dampak yang ditimbulkan berdasarkan alat analisis VaR dari yang terbesar adalah cuaca, hama, penyakit, dan tenaga kerja. Strategi Preventif dapat diterapkan pada sumber risiko cuaca, tenaga kerja, dan hama, sedangkan strategi mitigasi dapat diterapkan pada sumber risiko cuaca.

Kata Kunci : Dendrobium sp, risiko produksi , Z-score, Value at Risk

ABSTRACT

BOYD THORIQUL ABRAR. Risk Production Analysis of Cut Orchids (Dendrobium sp) in Mekar Sari Farmer Group Gunung Sindur Bogor. Supervised by RATNA WINANDI.

Orchid ispotential floriculture commodity to export, especially forDendrobium sp. This kind of orchid is cultivated by Mekar Sari farmes group in Gunung Sindur. The cultivation susceptible of the risk of business, that is production risk. This Fluctuation production and wheater conditions make value of risk. The purpose of this research are to indicated the source of production risk, probability analysi, implication and alternative strategic for handling it. Identification of production risk in Dendrobium sp. use descriptive analysis resulted such as risk of weather, pests, disease, and labor. The Result of probability analysis use Z-score method from highest to smallest are risk of weather, labor, pests, and disease. Implication analysis use VaR method from highest to smallest are risk of weather, pests, disease, and labor. Preventive strategic conducted for risk of weather, pests, and labor, while Mitigation Strategic conducted for risks of weather.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

ANALISIS RISIKO PRODUKSI ANGGREK POTONG (

Dendrobium sp.

)

KELOMPOK TANI MEKAR SARI KECAMATAN GUNUNG SINDUR

KABUPATEN BOGOR

BOYD THORIQUL ABRAR

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi :Analisis Risiko Produksi Anggrek Potong (Dendrobium sp) Kelompok Tani Mekar Sari Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten

Bogor

Nama : Boyd Thoriqul Abrar NIM : H34100029

Disetujui oleh

Dr Ir Ratna Winandi, MS Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Dwi Rachmina, MSi Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2013 ini ialah risiko produksi, dengan judul Analisis Risiko Produksi Anggrek Potong (Dendrobium sp) Kelompok Tani Mekarsari Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor.

Pertama penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua, yaitu Lilik Subiyandi S Pdi dan Sri Pujiyati serta kedua kakak penulis yaitu Betty Khusnul Solikha dan Happy Lukman Hakim. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Ratna Winandi MSselaku dosen pembimbing. Ucapan terimakasih kepada Bapak Muslih selaku ketua Poktan Mekar Sari dan segenap pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada seluruh Dosen dan staff Departemen Agribisnis atas segala doa dan bantuannya, serta sahabat saya Carmin yang telah banyak membantu, Dina Mailina, Fairus, Putri Ariefa, Andina, Andika Khairani, Dewi Annisa, Dwi Setyawati, Rizkiyan Fajaresa, Febby Kurniawati, Ayumi, Sabila, Sri Yulianti, Erlangga, Fauziyah Adzimatinur dan Aldesta Nurikaserta teman-teman BEM FEM IPB yang telah memberi semangat dan motivasi. Ucapan terimakasih juga penulis ucapkan kepada adik-adik yaitu Dody Sutrio Darmawan dan Fauziah Nur Annisa yang telah memberi banyak inspirasi. Selain itu ucapan terimakasih kepada yayasan Tanoto (Tanoto Foundation) yang telah memberikan beasiswa sehingga penulis merasa terbantu selama menempuh perkuliahan serta semua teman teman Agribisnis IPB.

Semoga skrispsi ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 6

Manfaat Penelitian 6

Ruang Lingkup Penelitian 7

TINJAUAN PUSTAKA 7

KERANGKA PEMIKIRAN 10

METODE 16

Lokasi dan Waktu Penelitian 16

Sumber dan Jenis Data 17

Metode Pengumpulan Data 17

Metode Pengolahan Data 18

HASIL DAN PEMBAHASAN 20

Gambaran Umum Kelompok Tani 20

Analisis Sumber Risiko Produksi 25

Analisis Dampak Risiko Produksi 30

Analisis Peta Risiko 31

Analisis Strategi Penanganan Risiko Produksi 32

SIMPULAN DAN SARAN 34

Simpulan 34

Saran 35

DAFTAR PUSTAKA 35

LAMPIRAN 37

(10)

DAFTAR TABEL

1 Nilai PDB hortikultura berdasarkan harga berlaku pada tahun

2006-2010 1

2 Volume dan nilai ekspor-impor tanaman hias tahun 2012 2 3 Produktivitas tanaman anggrek di Indonesia tahun 2010-2012 3 4 Wilayah sentra dan produksi tanaman anggrek tahun 2012 3 5 Sentra produksi tanaman hias unggulan di Jawa Barat tahun 2012 4 6 Probabilitas risiko dari sumber risiko produksi 28

7 Hasil perhitungan probabilitas sumber risiko 29

8 Dampak risiko pada masing -masing sumber risiko produksi 30

9 Hasil perhitungan dampak risiko 30

DAFTAR GAMBAR

1 Presentase permintaan jenis anggrek yang ada di Indonesia tahun 2010 2 2 Data produksi bunga potong anggrek pada salah satu anggota Kelompok

Tani Mekar Sari pada periode Januari 2013- Januari 2014 5

3 Peta risiko 13

4 Kerangka Pemikiran Operasional 16

5 Kegiatan SL GAP dari penyuluh dan Upt Pertanian 21

6 Struktur organisasi Kelompok Tani Mekar Sari 22

7 Mesin penyemprotan fungisida dan insektisida 22

8 Pembenihan dalam kompot 23

9 Bunga anggrek yang mati karena kelebihan air 26

10 Bunga anggrek terkena serangan larva kumbang gajah 26

11 Serangan tungau merah pada bunga anggrek 27

12 Penyakit kutu busuk pada bunga anggrek 27

13 Kesalahan tenaga kerja pada saat pemanenan 28

14 Peta risiko produksi bunga anggrek Kelompok Tani Mekar Sari 32 15 Peta risiko setelah strategi preventif diterapkan 33 16 Peta risiko setelah strategi mitigasi diterapkan 34

DAFTAR LAMPIRAN

1 Perhitungan probabilitas sumber risiko 37

2 Perhitungan dampak risiko 38

3 Data kegagalan produksi bunga anggrek 39

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara agraris.Sektor petanian dalam perekonomian Indonesia memiliki kontribusi yang sangat besar.Pertanian bukan hanya berbicara tentang padi dan sawah. Pertanian mempunyai arti luas yang mana terdiri bukan hanya pangan. Sektor pertanian terbagi menjadi enam sub sektor, yaitu subsektor hortikultura, subsektor kehutanan, subsketor perikanan, subsektor perkebunan, subsektor peternakan, dan subsektor tanaman pangan.

Salah satu subsektor pertanian yang menjadi unggulan adalah hortikultura yang terdiri dari tanaman obat, sayur-sayuran, buah-buahan, dan tanaman hias.Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang berkontribusi dengan baik dalam produk domestik bruto (PDB) seperti terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Nilai PDB hortikultura berdasarkan harga berlaku pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2010

Sumber : Ditjen Hortikultura Departemen Pertanian, 2012 (data diolah)

Tabel 1 menjelaskan bahwa kontribusi hortikultura pada nilai PDB nasional secara rata-rata mengalami peningkatan dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010. Pada tahun 2006 kontribusi hortikultura terhadap PDB nasional adalah sebesar Rp. 68.639 milyar dan mengalami peningkatan sebesar 11.88 persen menjadi Rp. 76.795 milyar pada tahun 2007. Hal yang juga terjadi pada tahun 2008 mengalami peningkatan sebesar 9.65 persen menjadi Rp. 84.203 milyar.Pada tahun 2009 kontribusi hortikultura terhadap nilai PDB nasional masih mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 4.91 persen menjadi Rp. 88.334 milyar.Sedangkan pada tahun 2010 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya sebesar 2 persen menjadi Rp. 86.565 milyar.Namun kontribusi hortikultura terhadap nilai PDB nasional secara keseluruhan mengalami peningkatan rata-rata sebesar 6.11 persen dari tahun 2006 sampai dengan 2010.Hal tersebut membuktikan bahwa subsektor pertanian hortikultura masih dapat dikembangkan.

Tanaman hias merupakan salah satu komoditi dari subsektor hortikultura yang mengandung nilai estetika yang menjadi tren tersendiri.Tanaman hias mempunyai peluang yang baik untuk dikembangkan.Hal tersebut dapat dilihat

Komoditas Nilai PDB (Milyar Rupiah)

2006 2007 2008 2009 2010

Buah-buahan 35.448 42.362 47.060 48.437 45.482

Sayuran 24.694 25.587 28.205 30.506 31.244

Biofarmaka 3.762 4.106 3.853 3.897 6.174

Tanaman Hias 4.734 4.741 5.085 5.494 3.665

(12)

2

pada Tabel 2 yang menunjukkan volume dan nilai ekspor-impor tanaman hias pada tahun 2012.

Tabel 2 Volume dan nilai ekspor-impor tanaman hias tahun 2012

No Jenis

Tanaman

Volume (Ton) Nilai (US$)

Impor Eskpor Impor Eskpor

1 Anggrek 4.30 57.61 49 272 668 956

2 Krisan 8.00 50.92 228800 1 031 511

3 Mawar 0.29 43.27 9 328 528 027

4 Tanaman

hias lainnya

12 893.43 6 341.24 9 710 077 16 584 580 Total 12 906.02 6 493.04 9 997 477 18 813 074

Sumber : Ditjen Hortikultura Departemen Pertanian, 2012 (data diolah)

Tabel 2 menjelaskan bahwa tanaman anggrek menempati urutan pertama dalam volume ekspor pada tahun 2012 sebesar 57.61 ton, dan menempati urutan kedua pada nilai ekspor yaitu sebesar US$ 668 956. Hal tersebut membuktikan bahwa tanaman anggrek masih mempunyai peluang untuk terus dikembangkan.

Tanaman anggrek telah dikenal lama oleh masyarakat luas.Terdapat 15 000 sampai 20000 spesies anggrek dengan 900 genus dan tersebar di 750 negara, diantaranya Dendrobium, OncidiumGolden Shower, Catleya dan Vanda serta anggrek lainnya (Sutiyoso dan Sarwono, 2001). Sekitar 25 persen yaitu 5000 jenis anggrek tersebar di Indonesia. Indonesia merupakan daerah yang bergunung-gunung dan terletak di daerah tropika, dengan curah hujan tinggi, cukup kaya akan jenis-jenis anggrek.

Menurut Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian pada tahun 2010, jenis-jenis anggrek dengan permintaan tertinggi di pasar adalah Dendrobium(34 persen), OncidiumGolden Shower (26 persen), Catleya (20 persen) dan Vanda (17 persen) serta anggrek lainnya (3 persen).Gambar 1 menjelaskan posisi permintaan anggrek jenis Dendrobium sp. dibandingkan dengan jenis lain.

Gambar 1 Presentase permintaan jenis anggrek yang ada di Indonesia tahun 2010

Dendrobium, 34 %

Oncidium Golden shower, 26% Catleya, 20%

Vanda douglas, 17%

(13)

3 Perkembangan luas panen dan produksi komoditas tanaman dan bunga anggrek di beberapa provinsi di Indonesia cenderung mengalami peningkatan dari tahun 2010 hingga tahun 2012.Dalam periode tahun 2010 hingga tahun 2012 produktivitas anggrek di Jawa Barat mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 produktivitas anggrek di Jawa Barat sebesar 7.79 tangkai/m2 dan mengalami peningkatan yang drastis pada tahun 2012 sebesar 21.81 tangkai/m2 seperti terlihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Produktivitas tanaman anggrek di Indonesia tahun 2010-2012

Provinsinsi 2010

(Tangkai/m2)

2011 (Tangkai/m2)

2012 (Tangkai/m2)

Sumatera Utara 10.02 12.43 19.77

Sumatera Barat 19.20 13.26 11.76

Sumatera Selatan 3.95 11.74 2.98

DKI Jakarta 7.60 4.58 5.46

Jawa Barat 7.79 11.73 21.81

Jawa Tengah 5.46 16.26 18.85

DI Yogyakarta 4.96 4.83 8.66

Jawa Timur 6.60 3.81 3.69

Banten 7.82 6.68 8.88

B a l i 6.26 3.85 4.00

Kalimantan Timur 19.95 7.14 5.68

Sulawesi Utara 7.44 6.96 8.65

Sulawesi Barat 13.46 10.21 3.29

Papua 4.66 9.29 7.42

Indonesia 7.68 7.96 12.84

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2012 (diolah)

Kabupaten Bogor merupakan salah kabupaten yang ada di Jawa Barat dan telah menjadi salah satu sentra produksi anggrek serta produsen anggrek terbesar di Indonesia.Seperti terlihat pada Tabel 4 bahwa pada tahun 2012 jumlah produksi bunga anggrek di Kabupaten Bogor sebanyak 2 659 782 tangkai.

Tabel 4 Wilayah sentra dan produksi tanaman anggrek tahun 2012

Kabupaten/Kota Produksi (tangkai)

Bogor 2 659 782

Bandung 801 770

Kota Depok 337 097

Kota Bogor 151 200

Bandung 66 999

Sumber : Dinas Pertanian Jawa Barat, 2012 (diolah)

(14)

4

tersebut membuktikan bahwa Kabupaten Bogor menduduki peringkat pertama dalam produksi bunga anggrek lebih tepatnya di Kecamatan Gunung Sindur.

Tabel 5Sentra produksi tanaman hias unggulan di Jawa Barat tahun 2012 Tanaman Hias Kabupaten/

Sumber : Dinas Pertanian Jawa Barat, 2012 (diolah)

Kecamatan Gunung Sindur menjadi salah satu sentra produksi anggrek terbesar yang ada di Kabupaten Bogor, salah satunya di Desa Cibinong.Desa ini berada di daerah dataran rendah dengan iklim yang cukup panas, sehingga cocok untuk budidaya anggrek jenis Dendrobium.Desa Cibinong mempunyai kelompok tani bunga anggrek yang cukup besar dan menjadi salah satu produsen anggrek yaitu Kelompok Tani Mekar Sari.Poktan Mekar Sari berdiri pada tahun 2004.Poktan ini memproduksi jenis anggrek hias dan anggrek potong. Bunga anggrek yang diproduksi oleh Poktan Mekar Sari kemudian dipasarkan ke Pasar Rawa Belong sebagai pasar utama untuk kemudian diolah, kepada para perangkai bunga, maupun ke pedagang lainnya untuk dijual kembali. Harga yang dihadapi oleh petani anggrek tidak mengalami fluktuasi. Karena harga anggrek cenderung stabil setiap tahunnya.Permintaan pada petani anggrek Mekar Sari mengalami surplus.Namun petani mengalami permasalahan pada produksi yang kurang memenuhi permintaan.Oleh karena itu petani anggrek Mekar Sari mengalami risiko produksi.Maka perlu adanya penelitian untuk menganalisis risiko produksi yang ada di Poktan Mekar Sari.

Perumusan Masalah

(15)

5 akhirnya menyebabkan fluktuasi pendapatan petani. Indikasi tersebut juga dapat dilihat dari fluktuasi produksi bunga anggrek Poktan Mekar Sari (Gambar 2).

Gambar 2 Data produksi bunga potong anggrek pada ketuaKelompok Tani Mekar Sari pada periode Januari 2013 sampai dengan Januari 2014. Produksi per ikat.

Grafik di atas menjelaskan produksi bunga anggrek potong Poktan Mekar Sari mengalami fluktuasi pada periode Januari 2013 – Januari 2014.Produksi tertinggi diperoleh pada bulan Juli 2013 yaitu sebanyak 43 ikat.Sedangkan produksi terendah pada bulan Januari 2014 yaitu sebanyak 10 ikat.

Produktivitas anggrek pada tahun 1989 adalah 2.39 tangkai per tanaman dan tahun 2000 meningkat menjadi 3.43 tangkai per tanaman. Bila potensi genetik anggrek dapat dicapai, maka peningkatan produksi secara perhitungan dapat mencapai 2-3 kali lipat produksi yang dicapai saat ini.Proyeksi produksi tahun 2010, produktivitas anggrek diharapkan mencapai 8-10 tangkai per tanaman1.Tetapi terdapat perbedaan dengan yang terjadi pada produktivitas bunga potong anggrek Poktan Mekar Sari yaitu hanya sekitar 4-8 tangkai per tanaman.

Panen bunga potong anggrek pada Kelompok Tani Mekar Sari dilakukan setiap seminggu sekali.Namun terdapat pebedaan antara angka atau jumlah yang diharapkan saat panen dengan jumlah aktual saat panen. Pada kondisi normal dan bagus, poktan ini dapat menghasilkan bunga potong sebanyak kurang lebih 8 ikat per panen per petani, dimana setiap ikatnya terdiri dari 50 batang. Dengan demikian terdapat angka kegagalan dalam panen yang mengindikasikan adanya risiko produksi.

Selain berdasarkan data di atas, pengaruh cuaca dan karakteristik anggrek yang sangat berkaitan menjadi salah satu dasar penelitian kali ini.Anggrek sangat rentan terhadap cuaca terutama hujan yang tidak menentu. Anggrek Dendrobium tumbuh dilingkungan panas, sehingga dengan adanya air yang berlebihan, dalam hal ini datangnya hujan, membuat anggrek tipe ini menjadi sulit tumbuh.Curah hujan di Bogor diprediksi akan mencapai 100 milimeter per hari dalam kurun

1

(16)

6

waktu Desember 2013 sampai Januari 20142. Tingginya curah hujan di Bogor sebagai akibat dari tekanan udara yang rendah di daerah Sumatera serta hujan tropis di barat daya Jawa dan Australia dan akan terjadi sampai akhir Februari 2014. Curah hujan di Bogor sampai sebelum 13 Januari 2014 sudah mencapai 380 milimeter. Padahal diprediksi curah hujan di Bogor dalam satu bulan mencapai 400-600 milimeter3. Keadaan seperti ini sangat menganggu pertumbuhan bunga anggrek. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis risiko produksi pada bunga potong anggrek Kelompok Tani Mekar Sari.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka rumusan malasah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Apa saja sumber risiko yang dihadapai berkaitan dengan produksi bunga potong anggrek pada Kelompok Tani Mekar Sari?

2) Berapa besar risiko yang terjadi pada produksi bunga potong anggrek di Kelompok Tani Mekar Sari?

3) Bagaimana strategi untuk mengelola risiko produksi yang terjadi di Kelompok Tani Mekar Sari?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1) Mengidentifikasi sumber risiko yang dihadapi berkaitan dengan produksi bunga potong anggrek pada Kelompok Tani Mekar Sari.

2) Menganalisis besarnya risiko yang terjadi pada produksi bunga potong anggrek di Kelompok Tani Mekar Sari.

3) Menganalisis strategi untuk mengelola risiko produksi yang terjadi di Kelompok Tani Mekar Sari.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari adanya penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Bagi peneliti, penelitian ini sebagai penerapan atau aplikasi dari ilmu yang telah didapatkan selama kuliah dan melatih kemampuan peneliti dalam analisis bisnis terutama dalam bidang risiko produksi serta sebagai bentuk kepedulian peneliti terhadap ekonomi pertanian.

2) Bagi kelompok tani, penelitian ini sebagai masukan atau saran serta bahan pertimbangan bagi pengambil keputusan yang ada di kelompok tani dalam menghadapi risiko produksi.

3) Bagi pembaca, penelitian dapat bermanfaat sebagai penambah informasi dan referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

2

Khafifah, Nur. 2013. Curah hujan di Bogor meningkat, BMKG minta warga Jakarta waspada banjir. [internet].(diunduh pada 16 November 2013). Tersedia pada : http://news.detik.com

3

(17)

7

Ruang Lingkup Penelitian

Fokus pada penelitian ini adalah sumber risiko produksi bunga potong anggrek, besarnya risiko produksi, dan strategi pengelolaan risiko produksi bunga potong anggrek Kelompok Tani Mekar Sari, Desa Cibinong, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor. Data produksi yang digunakan adalah data yang diperoleh secara langsung pada bulan Januari 2014 sampai Februari 2014 pada anggrek yang mempunyai umur yang sama yaitu 6 tahun pada luas 20 m2dimana tanaman akan berbunga setiap tiga minggu, serta data sekunder sebagai acuan pada bulan Januari 2013 sampai Januari 2014. Data yang diambil adalah saat masa panen pada bunga anggrek potong. Jadi risiko produksi yang dicari adalah berdasarkan hasil semasa panen.

TINJAUAN PUSTAKA

Karkteristik Bunga Anggrek

Anggrek adalah nama umum untuk semua tumbuhan famili Orchiadaceae (keluarga anggrek-anggrekan). Terdapat 15 000 sampai 20000 spesies anggrek dengan 900 genus dan tersebar di 750 negara, diantaranya Dendrobium, OncidiumGolden Shower, Catleya dan Vanda serta anggrek lainnya. Seperti sudah dijelaskan pada pendahuluan, anggrek Dendrobiummerupakan anggrek dengan permintaan tertinggi diantara yang lainnya.

Anggrek bukanlah tumbuhan parasit, karena bunga anggrek tidak merugikan inangnya.Dendrobiummerupakan jenis aggrek epifit.Akar yahng dimiliki oleh anggrek ini adalah jenis akar yang lunak, mudah patah, ujungnya meruncing, lengket, dan licin saat dipegang. Batangnya mempunyai pertumbuhan yang terbatas dan tidak memilik batang utama yang mana dapat mengeluarkan tangkai baru dari sisi-sisi batangnya. Daun dari anggrek jenis ini berbentuk lebar yang membuat anggrek ini cepat berbunga. Peluang usaha agribisnis anggrek Dendrobium masih lebar. Anggrek jenis ini mudah dirawat, modal awal tidak terlalu besar, harga jual anggrek ini cukup terjangkau sehingga banyak yang ingin membelinya. Anggrek Dendrobium selain sebagai tanaman hias juga dapat sebagai bunga potong. Selain itu harga jual bunga nggrek relatif stabil sehingga pebisnis tidak akan mengalami fluktuasi harga yang tajam4.

Kebutuhan cahaya anggrek jenis ini tergolong tinggi. Pada umumnya kebutuhan cahaya Dendrobium sekitar 35-65 persen. Selain cahaya, kelembapan udara bagi anggrek sangat perlu diperhatikan. Pada umumnya semua anggrek membutuhkan kelembapan udara yang cukup tinggi, yaitu sekitar 50 – 80 persen pada siang hari dan 50-60 persen pada musim berbunga. Tanaman anggrek akan tumbuh dengan baik jika kebutuhan airnya tercukupi. Banyaknya penyiraman dan frekuensi penyiraman anggrek tergantung pada cuaca, jenis, ukuran tanaman, serta keadaan lingkungan. Untuk Dendrobiumsendiri membutuhkan air yang lebih

4

(18)

8

sedikit dibandingkan dengan yang lain, karena anggrek jenis ini tumbuh di bawah cahaya matahari langsung (Sutiyoso dan Sarwono, 2001)

Kelompok Tani

Kelompok tani adalah salah satu bentuk kelembagaan yang ada dalam agribisnis. Definisi mengenai kelompok tani menurut Peraturan Menteri Pertanian Nomor 273/Kpts/Ot.160/4/2007 adalah kumpulan petani atau peternak atau pekebun yang terbentuk karena adanya rasa kesamaan dalam hal kepentingan, kondisi lingkungan baik sosial, ekonomi maupun sumber daya, keakraban untuk meningkatkan serta mengembangkan usaha anggota. Bisa dikatakan bahwa kelompok tani ini dibentuk dari, oleh dan untuk petani.Fungsi atau peran kelompok tani antara adalah sebagai kelas belajar, kerjasama dan unit produksi5.

Kelompok tani dewasa ini mulai digencarkan oleh pemerintah karena dirasa mulai menunjukkan kebermanfaatan dalam peningkatan pendapatan petani maupun modal yang didapatkan.Menurut Putri dan Hidayat (2006), penelitian yang dilakukan pada Kelompok Tani Wanita Sri Sejati 2, menunjukkan bahwa kelompok ini mempunyai struktur modal sosial yang cukup tinggi.Hal tersebut didukung dengan adanya partisipasi anggota yang tinggi.

Pengaruh adanya kelompok tani terhadap produksi juga disampaikan oleh Septian (2010) mengenai peran kelembagaan kelompok tani terhadap produksi dan pendapatan petani ganyong di Desa Sindanglaya Kecamatan Sukamantri Kabupaten Ciamis. Menurut Septian (2010), petani ganyong yang ada di desa ini masih terbagi menjadi petani anggota dan petani non anggota. Terdapat perbedaan antara petani anggota dan petani non anggota dalam hal produksi. Petani yang menjadi anggota kelompok tani mampu menghasilkan sebanyak 23,567.73 Kg ganyong, sedangkan petani non anggota sebanyak 23,419.67 Kg. Pendapatan yang didapatkan oleh petani anggota lebih tinggi dibandingkan dengan non anggota. Pengaruh adanya keanggotaan petani dalam kelompok tani mampu meningkatkan pendapatan yang dapat dilihat dari R/C rasio atas biaya tunai sebesar 1.98 dan R/C rasio atas biaya total sebesar 1.41.Sedangkan untuk petani non anggota memperoleh R/C atas rasio biaya tunai sebesar 1.89 dan R/C rasio atas biaya total sebesar 1.14.

Penelitian Risiko Produksi

Sebagai rujukan untuk penelitian kali ini maka diperlukan adanya tinjauan pustaka atau tinjauan penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian tentang risiko produksi. Penelitian yang akan dijadikan rujukan adalah penelitian yang dilakukan oleh Wisdya (2009) yang menganalisis risiko produksi bunga Anggrek Phalaenopsis pada PT, Ekakarya Graha Flora di Cikampek Kabupaten Karawang, Dewiana (2011) mengenai analisis risiko produksi tanaman hias bromelia pada Ciapus Bromel di Tamansari Kabupaten Bogor, dan Nasti (2013)

5

(19)

9 menganalisis tentang risiko produksi bunga krisan potong pada perusahaan Natalia Nursery di Desa Tenjolaya Kabupaten Bogor, serta Putri (2013) tentang analisis risiko produksi jamur tiram putih di Kampung Kukupu, Kelurahan Cibadak, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor.

Wisdya (2009) menyatakan bahwa risiko produki pada anggrek Phalaenopsis pada PT. Ekakarya Graha Flora dengan teknik seedling dan mericlone disebabkan oleh beberapa sumber yaitu cuaca yang lebih disebabkan oleh curah hujan, serangan hama dan penyakit, dan kontaminasi serta kerusakan mekanis. Pada penelitian ini, Wisdya (2009) menggunakan alat analisis seperti variance, standar deviation, dan Coefficient Variation serta Expected Return.Selain itu Wisdya (2009) juga menggunakan alat analisis portofolio atau diversifikasi untuk mendapatkan kombinasi antara kedua teknik penanaman untuk meminimalkan risiko. Metode analisis tersebut tersebut juga sama dengan yang dilakukan oleh Nasti (2013) mengenai risiko produksi bunga krisan potong pada perusahaan Natalia Nursery di Desa Tenjolaya Kabupaten Bogor. Namun perbedaan dari kedua penelitian diatas adalah Nasti (2013) menyatakan sumber dari risiko produksi bunga krisan potong adalah cuaca dan iklim, hama, penyakit, serta tenaga kerja. Dalam mengelola risiko pun kedua penelitian ini berbeda. Wisdya (2009) hanya menggunakan metode analisis deskriptif untuk pengelolaan risiko produksi pada anggrek Phalaenopsis sedangkan Nasti (2013) menggunakan metode Expert Opinion melalui pendekatan Dhelpy serta peta risiko dalam penentuan posisi risiko.

Dewiana (2011) menganalisis mengenai risiko produksi tanaman hias bromelia pada Ciapus Bromel. Berdasarkan penelitian tersebut sumber dari risiko produksi tanaman hias bromelia adalah hama, penyakit, kesalahan mekanis, dan intensitas cahaya. Penelitian ini menggunakan alat analisis yang sama dengan Wisdya (2009) dan Nasti (2013) dalam mengukur probabilitas dan dampak risiko yang ditimbulkan oleh sumber-sumber risiko. Dalam penentuan posisi risiko, Dewiana (2011) menggunakan metode peta risiko, sama dengan yang dilakukan oleh Nasti (2013).

Putri (2013) dalam jamur tiram putih di Kampung Kukupu, menyatakan bahwa risiko produksi ditimbulkan oleh kegagalan sterilisasi baglog (pengukusan), penyakit, dan perubahan suhu. Dalam pengukurannya Putri (2013) menggunakan alat analisis z-score dan VaR. Berbeda dengan ketiga penelitian sebelumnya yang tidak menggunakan z-score dan VaR. Dalam penentuan posisi risiko, Putri (2013) menggunakan metode peta risiko.

Dalam pengelolaan risiko Dewiana (2011), Nasti (2013), dan Putri (2013) menggunakan strategi preventif dan mitigasi serta pengalihan risiko.Sedangkan yang dilakukan oleh Wisdya (2009) hanya dengan metode analisis deskriptif dalam mengelola risiko.

Terdapat perbedaan dan persamaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini.Perbedaan dan persamaan terlihat pada komoditi dan tempat penelitian serta alat analisis yang digunakan. Pada penelitian kali ini akan dilakukan pada komoditi anggrek Dendrobium yang terdapat pada Kelompok Tani Mekar Sari di Desa Cibinong, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor serta alat analisis yang digunakan adalah z-score, VaR dan Peta Risiko.

(20)

10

dilihat satu per satu berapa bunga yang mati dan apa penyebabnya. Sedangkan teknik pengambilan data yang terdapat pada penelitian yang telah diulas adalah hasil wawancara kepada pemilik usaha baik petani maupun pengusaha.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Risiko

Risiko merupakan suatu peluang terjadinya situasi yang dapat dikendalikan atau diramalkan oleh pembuat keputusan.Dengan adanya risiko mengharuskan manajer mengambil tindakan yang cermat atas kemungkinan-kemungkinan dan peluang-peluang atas terjadinya kemungkinan tersebut.Karena risiko dapat membuat perusahaan menjadi rugi jika manajer tidak memahami manajemen risiko dengan baik.Risiko juga erat kaitannya dengan ketidakpastian (uncertainty).Keduanya mempunyai kemiripan, yaitu sama-sama dapat menimbulkan kerugian, dan keduanya juga mempunyai perbedaan.Ketidakpastiaan lebih cenderung kepada suatu keadaan yang tidak dapat dikontrol oleh manajer (uncontolled) yang biasanya datang dari luar perusahaan. Seperti yang dikatakan oleh Kountur (2008) bahwaketidakpastian itu sendiri terjadi akibat kurangnya atau tidak tersedianya informasi menyangkut apa yang akan terjadi. Ketidakpastian dapat menimbulkan kerugian atau keuntungan.Selain itu Kountur (2008) juga berpendapat mengenai risiko bahwa secara sederhana risiko diartikan sebagai kemungkinan kejadian yang merugikan. Ada tiga unsur penting dari suatu yang dianggap risiko, yaitu merupakan suatu kejadian; kejadian tersebut masih merupakan kemungkinan, bisa saja terjadi bisa saja tidak terjadi; dan jika sampai terjadi, akan menimbulkan kerugian. Jika salah satu dari kriteria tidak terpenuhi, maka pernyataan itu bukan merupakan risiko.

Fahmi (2010), risiko adalah suatu keadaan yang tidak pasti tentang sesuatu yang akan terjadi nantinya dengan keputusan yang diambil berdasarkan berbagai pertimbangan pada saat ini. Hal tersebut juga mengandung suatu yang mungkin terjadi di masa mendatang. Siahaan (2007) menyebutkan bahwa risiko erat kaitannya dengan kemungkinan terjadinya sutau kerugian. Artinya bahwa penggunaan kata kemungkinan tersebut sudah menunjukkan adanya ketidakpastian.Ketidakpastian itu merupakan kondisi yang menyebabkan tumbuhnya risiko.

Terdapat berbagai jenis risiko yang dihadapi manajer dalam mengelola perusahaannya. Harwood, et al. (1999) menyebutkan bahwa terdapat lima jenis risiko yang dapat dihadapi oleh pelaku usaha, antara lain :

1. Risiko Produksi (Yield Risk)

Risiko produksi terjadi karena sektor pertanian dipengaruhi oleh banyak hal yang tidak terkendali seperti cuaca, curah hujan yang tidak mencukupi atau justru kelebihan, perubahan suhu yang ekstrim, hujan es, hama dan penyakit. Teknologi memainkan peranan penting dalam risiko pertanian, misalnya dalam pemunculan varietas baru atau teknik produksi dalam meningkatkan efisiensi.

(21)

11 Risiko pasar atau harga mencerminkan suatu risiko yang berkaitan dengan perubahan harga output atau input pada waktu proses produksi. Dalam bidang pertanian, produksi merupakan suatu proses yang panjang. Selain itu, risiko pasar juga dipengaruhi oleh penurunan jumlah permintaan terhadap output perusahaan, mutu produk yang tidak sesuai, persaingan antar sesama produsen, kegagalan strategi pemasaran, dan kelemahan daya tahan tawar perusahaan dibandingkan pembeli.

3. Risiko Kelembagaan (Institusional Risk)

Risiko kelembagaan muncul sebagai akibat dari perubahan kebijakan atau peraturan yang mempengaruhi pertanian.Sebagai contoh, perubahan dalam peraturan pemerintah tentang penggunaan pestisida untuk tanaman atau obat-obatan untuk ternak, keputusan negara asing dalam membatasi impor dari tanaman tertentu.Risiko kelembagaan lainnya mungkin timbul dari perubahan kebijakan yang mempengaruhi pembuangan kotoran hewan, pembatasa dalam praktek konservasi atau penggunaan lahan, atau perubahan kebijakan pajak penghasilan atau kebijakan kredit.

4. Risiko Sumber Daya Manusia (Personal Risk)

Risiko sumber daya manusia dapat muncul sebagai akibat dari kematian tenaga kerja, perceraian, cedera, kesahatan yang buruk. Selain itu, perubahan tujuan individu yang terlibat dalam perusahaan akan memiliki efek yang signifikan dalam kinerja operasi perusahaan dalam jangka panjang. Risiko aset misalnya pencurian, kebakaran, kerusakan, juga dapat terjadi.

5. Risiko Keuangan (Financial Risk)

Risiko keuangan berbeda dengan risiko usaha yang sudah dijelaskan sebelumnya.Risiko ini erat kaitannya dendan fluktuasi suku bunga pinjaman modal, kenaikan upah minimum regional (UMR), hutang piutang yang macet, dan aliran uang yang rendah.

Risiko juga dapat dibagi menurut sudut pandang yang berbeda. Kountur (2008) membaginya menjadi empat, yaitu :

1. Sudut Pandang Akibat

Risiko menurut sudut pandang ini dibagi menjadi dua, yaitu risiko spekulatif dan risiko murni.Risiko spekulatif adalah risiko yang dapat menimbulkan kerugian bahkan dapat menimbulkan keuntungan.Risiko murni adalah risiko yang akibatnya tidak mungkin mendapatkan keuntungan, hanyalah kerugian. Seperti yang dinyatakan oleh Siahaan (2007) risiko murni terjadi apabila ada ketidakpastian dan pasti menimbulkan kerugian sedangkan risiko spekulatif merupakan ketidakpastian yang terjadi antara keuntungan dan kerugian yang didapatkan.

2. Sudut Pandang Penyebab

Risiko menurut sudut pandang ini dibagi menjadi dua, yaitu risiko keuangan dan risiko operasional.Risiko keuangan merupakan jenis risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor keuangan seperti perubahan harga, perubahan mata uang, dan perubahan tingkat suku bunga.Risiko Operasional merupakan jenis risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor opersional seperti faktor manusia, teknologim dan alam.

3. Sudut Pandang Aktivitas

(22)

12

bank.Selain itu, orang menghadapi risiko dalam melakukan aktivitas perjalanan disebut dengan risiko perjalanan.

4. Sudut Pandang Kejadian yang Terjadi

Pada sudut pandang ini, menyatakan bahwa risiko dapat dikelola dengan baik jika dinyatakan berdasarkan kejadiannya. Dengan begitu maka dapat diketahui cara-cara apa yang akan dilakukan untuk mengelola risiko tersebut.

Strategi Pengelolaan Risiko

Membuat keputusan dalam sebuah manajemen adalah suatu hal yang penting, karena akan menentukan apa yang akan terjadi setelahnya. Manajemen risiko erat kaitannya dengan decision making atau membuat keputusan. Petani terkadang terlalu mudah untuk membuat keputusan untuk melindungi aset dan dirinya tanpa mengetahui apa yang akan terjadi di keesokan harinya. Manajemen risiko muncul untuk mengurangi kemungkinan terjadinya hasil yang buruk akibat keputusan yang telah diambil. Petani juga harus mengetahui bagiamana cara membuat keputusan yang baik dalam sebuah kegiatan manajemen. Kahan (2008) mencoba menjelaskan bagaimana cara membuat keputusan yang baik bagi petani. Langkah yang harus dilakukan oleh petani dalam membuat keputusan yang baik adalah merancang maksud dan tujuan, kemudia mencari peluang untuk mempertemukan maksud dan tujuan, mengevaluasi peluang dan alternatif, memilih peluang dan alternatif, merencanakan dan mengimplementasikan peluang dan alternatif yang telah dipilih, dan yang terakhir adalah mengevaluasi dan refleksi peluang dan alternatif yang telah dipilih.

Kesuksesan sebuah perusahaan dapat ditentukan pada aspek kemampuan manjemen dalam menggunakan berbagai sumberdaya yang ada untuk meraih tujuan perusahaan.Salah satunya dalam menggunakan sumberdaya untuk mengelola risiko.Dengan pengelolaan risiko yang baik, maka dapat meminimalkan kerugian akibat risiko tersebut. Kahan (2008) menyatakan bahwa para petani yang ingin mencoba mengelola risiko, harus mengikuti langkah-langkah berikut; mereka harus mengidentifikasi kemungkinan sumber risiko, menyadari akan kemungkinan hasil, memutuskan alternatif strategi yang tersedia, menilai konsekuensi dari setiap hasil yang mungkin, mengevaluasitrade offantara biaya risikodankeuntunganyang dapat dibuat.

Fahmi (2010) menjelaskan lebih dalam mengenai langkah-langkah dalam melaksanakan manajemen risiko, yaitu dimulai dari identifikasi risiko, mengidentifikasi bentuk-bentuk risiko seperti ciri-ciri dan faktor atau sumber risiko, menempatkan ukuran-ukuran risiko dengan cara mengolah data-data yang didapat secara kuantitatif, menempatkan alternatif-alternatif dengan mengolah lebih lanjut data secara kualitatif maupun kuantitatif serta pengaruh yang akan timbul jika keputusan diambil, menganalisis setiap alternatif dimana akan diketahui efek yang akan ditimbulkan, memtuskan satu alternatif, melaksanakan alternatif yang dipilih yang ditandai dengan perusahaan yang mengeluarkan Surat Keputusan beserta rincian biaya yang telah disetujui, mengontrol alternatif yang dipilih tersebut oleh pihak manajemen secara maksimal, dan mengevaluasi jalannya alternatif yang dipilih dengan melaporkan hasil dari alternatif yang telah dilaksanakan dari pihak manajemen ke pihak perusahaan.

(23)

13 risiko apa saja yang dihadapi perusahaan. Selanjutnya mengukur risiko-risiko yang telah teridentifikasi untuk mengetahui seberapa besar kemungkinan terjadinya risiko dan seberapa besar konsekuensi dari risiko tersebut.Langkah berikutnya adalah dengan menangani risiko-risiko tersebut yang selanjutnya dilakukan mengevaluasi untuk sejauh mana manajemen risiko telah diterapkan.

Sebelum adanya keputusan untuk menggunakan strategi dalam menangani risiko, alangkah lebih baiknya petani memetakan terlebih dahulu sumber-sumber risiko ke dalam peta risiko. Peta risiko adalah gambaran tentang posisi risiko pada suatu pea dari dua sumbu yaitu sumbu vertikal menggambarkan probabilitas dan sumbu horizontal menggambarkan dampak.(Kountur, 2008). Fungsi dari peta risiko adalah mengetahui dimana letak sumber risiko, dengan begitu dapat diketahui sumber risiko mana yang mempunyai probabilitas dan dampak yang besar. Semakin ke arah kiri atas maka dampak dan probabilitas semakin besar,

Menurut Kountur (2008), probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu kemungkinan besar dan kemungkinan kecil. Demikian juga dampak risiko dapat dibagi menjadi dua yaitu dampak besar dan dampak kecil. Batas antara probabilitas atau kemungkinan besar dan kecilnya terjadinya risiko ditentukan oleh manajemen, namun pada umumnya risiko-risiko yang probabilitas terjadinya 20 persen atau lebih besar dianggap sebagai kemungkinan besar, sedangkan di bawah 20 persen dianggap sebagai kemungkinan kecil.

(24)

14

Menurut Kountur (2008), strategi pengelolaan risiko dapat dibedakan menjadi dua, yaitu strategi preventif dan strategi mitigasi. Pemilihan strategi tersebut dapat dilihat berdasarkan peta risiko yang telah dihitung sebelumnya. 1. Preventif

Strategi preventif dilakukan untuk menghindari risiko apabila probabilitas risiko besar.Strategi ini secara tidak langsung membuat risiko itu tidak ada. Preventif dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya : (a) Membuat (memperbaiki) sistem dan prosedur; (b) Mengembangkan sumberdaya manusia; (c) Memasang atau memperbaiki fasilitas fisik.

2. Mitigasi

Strategi mitigasi bertujuan untuk memperkecil dampak atau kerugian yang ditimbulkan dari risiko yang ada.Strategi mitigasi dilakukan untuk menangani risiko yang memiliki dampak yang besar. Berikut cara yang termasuk dalam strategi mitigasi adalah :

a. Diversifikasi

Diversifikasi adalah cara menempatkan aset atau harta [ada beberapa tempat, sehingga jika salah satu tempat terkena musibah tidak akan menghabiskan semua aset yang dimiliki. Diversifikasi merupakan salah satu cara pengelolaan risiko yang paling efektif dalam mengurangi dampak risiko.

b. Penggabungan

Penggabungan juga disebut dengan merger adalah cara dalam mengelola risiko yang menekankan pada kegiatan penggabungan dengan pihak perusahaan lain.

c. Pengalihan Risiko

Pengalihan risiko atau risk transfer merupakan salah satu cara dalam pengelolaan risiko dengan mengalihkan dampak risiko ke pihak lain. Tujuan dari pengalihan ini adalah jika terjadi kerugian, pihak lainlah yang menanggung kerugian. Terdapat beberapa cara untuk pengalihan risiko antara lain : asuransi, hedging, leasing, dan outsourcing.

Pengalihan risiko dengan cara asuransi mempunyai tujuan agar asset perusahaan yang memiliki dampak risiko yang besar dapat terhindar dari kerugian jika suatu waktu terjadi hal yang tidak diinginkan, sehingga kerugian tersebut akan ditanggu oleh pihak asuransi sesuai dengan kontrak perjanjian yang telah disepakati. Menurut Kasidi (2010), asuransi mempunyai tujuan sebagai pemerataan beban kerugian yang dibayar dengan dana yang disumbangkan oleh anggota kelompok. Walaupun demikian asuransi bukanlah sebagai alat untuk pemerataan kerugian, namun sebagai alat pencegahan kerugian.

(25)

15

Kerangka Pemikiran Operasional

Kelompok Tani Mekar Sari merupakan sebuah kelompok tani yang bergerak dibidang hortikultura khususnya budi daya bunga anggrek potong.Kelompok ini mempunyai lahan seluas 3.64 Ha.Dalam menjalankan usahanya, kelompok ini menghadapi risiko, terutama risiko produksi.Salah satu kendala yang dihadapi oleh poktan ini adalah kelebihan permintaan.Hal tersebut menjadi indikasi bahwa terdapat permasalahan pada bagian produksi.Setelah diamati, ternyata salah satu penyebab dari masalah produksi adalah adanya fluktuasi produksi bunga anggrek setiap bulannya.Dimana terdapat empat kali panen per bulan.Dengan adanya fluktuasi tersebut membuat pendapatan dari poktan ini juga mengalami fluktuasi.Hal itu menjadi indikasi adanya risiko produksi.Selain itu, risiko produksi dapat dilihat dari adanya perbedaan angka harapan saat panen dengan angka aktual saat panen.Perbedaan tersebut merupakan kesenjangan atau gap yang menjadi dasar dalam analisis risiko produksi pada penelitian kali ini. Sisi lain yang dilihat adalah faktor cuaca yang tidak menentu pada bulan Desember 2013 sampai Februari 2014 dimana curah hujan di Bogor tinggi. Hal tersebut dapat membuat bunga anggrek akan mati atau tidak mau tumbuh karena terlalu banyak air yang diserap. Selain itu anggrek jenis Dendrobium sangat membutuhkan banyak panas hingga 65 persen, terutama pada saat masa dewasa sampai pembungaan secara rutin.

(26)

16

Gambar 4 Kerangka pemikiran operasional

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada budidaya bunga anggrek potong milik Kelompok Tani Mekar Sari yang diketuai oleh Bapak Muslih di Desa Cibinong, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor.Pemilihan tempat penelitian kali ini dilakukan secara purposive atau secara sengaja.Kelompok Tani Mekar Sari merupakan salah satu kelompok tani yang bergerak di bidang budidaya bunga anggrek potong.Namun dalam berjalannya usaha, poktan ini mengalami fluktuasi

Kelompok Tani Mekar Sari, Desa Cibinong, Kecamatan Gunung

Sindur, Kabupaten Bogor

Fluktuasi Produksi Bunga Potong Anggrek dan Hujan yang tinggi

Mengidentifikasi Sumber – Sumber Risiko Produksi

Idenifikasi Probabilitas dari Sumber-sumber

Risiko Produksi Idenifikasi Dampak dari

Sumber-sumber Risiko Produksi

Peta Risiko

Strategi Pengelolaan Risiko yang Dapat Diterapkan di Kelompok Tani Mekar Sari

Indikasi Adanya Risiko Produksi

Pengamatan dan PenghitunganL

angsung pada saat Panen

Alat Analisis Z-score Alat Analisis

(27)

17 produksi yang menjadi indikasi adanya risiko produksi.Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari – Februari 2014.

Sumber dan Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif.Data kualitatif merupakan data bukan angka yang bersangkutan dengan gambaran umum poktan, kondisi poktan, serta perkembangan poktan.Data kuantitatif merupakan data yang berupa angka, misanya jumlah produksi, jumlah kegagalan panen, harga produk, angka penjualan, luas lahan, dan biaya produksi.

Kedua jenis data diatas diperoleh dari data primer dan data sekunder.Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber yang dikaji. Cara memperoleh data primer bisa dengan cara pengamatan, penghitungan langsung, wawancara dan kuisioner yang dilakukan pada 15 petani anggota Kelompok Tani Mekar Sari. Data primer dengan wawancara misalnya yang berkaitan dengan kondisi kelompok tani, proses produksi, dan kendala yang dihadapi selama proses produksi yaitu adanya angka kegagalan pada proses produksi. Sedangkan data primer yang diperoleh dari kuisioner adalah jumlah produksi, asset petani, input petani, biaya produksi dan data pengamatan atau observasi misalnya dalam mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi yang dilakukan selama waktu penelitian.Data sekunder adalah data yang sudah ada sebelum penelitian atau yang sudah tertulis, misalnya jumlah produksi per bulan pada tahun sebelumnya. Selain itu dibutuhkan data sekunder lain yaitu untuk memperkuat penelitian ini, misalnya data produksi wilayah, kontribusi hortikultura terhadap PDB nasional, dan lain sebagainya sebag ai literatur dan baha pustaka yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Direktorat Jendral Hortikultura, Departemen Pertanian, dan penelitian sebelumnya.

Metode Pengumpulan Data

Risiko produksi yang diamati dan diteliti pada penelitian kali ini adalah pada masa panen. Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian kali adalah :

1. Teknik pengamatan dan penghitungan langsung. Pengamatan yang dilakukan adalah dengan mengamati langsung proses pembudidayaan bunga anggrek potong pada Kelompok Tani Mekar Sari sehingga didapatkan data yang diperlukan untuk analisis risiko produksi, misalnya angka kegagalan dan sumber risiko. Pengamatan dilakukan secara berkala tergantung kondisi petani. Waktu yang digunakan untuk pengamatan adalah sesuai perjanjian antara peneliti dan petani. Hal yang diamati dikebun adalah bunga yang rusak, kemudian dihitung berapa banyak dan apa penyebabnya.

(28)

18

3. Teknik kuisioner yaitu pengisian kuesioner dilakukan kepadaresponden yang telah ditentukan, seperti ketua poktan dan para petani anggrek.

4. Teknik studi pustaka yang berkaitan dengan penelitian secara sekunder sebagai literatur untuk memperkuat penelitian ini. Seperti data produksi wilayah dan kontribusi komoditas hortikultura terhadap PDB nasional.

Metode Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dalam penelitian kali ini adalah secara kualitatif dan kuantitatif.Pengolahan data secara kualitatif dilakukan dengan analisis deskriptif untuk menjelaskan gambaran umum atau kondisi kelompok tani dan strategi pengelolaan risiko.Sedangkan pengolahan data secara kuantitatif dilakukan dengan penghitungan analisis risiko dengan bantuan perangkat lunak Ms Excel.Pengolahan data dimulai dari identifikasi sumber-sumber risiko, menghitung kemungkinan terjadinya risiko dan dilanjutkan dengan dampak risiko.Penghitungan probabilitas risiko dilakukan dengan menghitung nilai standar atau z-score.Penghitungan dampak risiko dilakukan dengan metode Value at Risk (VaR).Setelah probabilitas dan dampak risiko terhitung, kemudian dimasukkan dalam peta risiko untuk mendapatkan strategi pengelolaan risiko. Langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Menghitung rata-rata kejadian beresiko dengan cara sebagai berikut : �= ��

� �=1

Dimana :

X = Nilai rata-rata dari kejadian berisiko dari masing-masing sumber yaitu cuaca, hama, penyakit, atau tenaga kerja.

Xi = Nilai per periode per petani dari kejadian berisikodari masing-masing sumber yaitu cuaca, hama, penyakit, atau tenaga kerja.

n = Jumlah data (30 observasi yang berasal dari 15 petani dengan masing-masing petani dua kali periode)

2. Menghitung nilai standar deviasi dari kejadian berisiko

= (�� − �)

� �=1

� −1

Dimana :

S = Standar deviasi dari masing-masing kejadian berisiko dari masing-masing sumber

Xi = Nilai per periode (setiap petani) dari kejadian berisikodari masing-masing sumber yaitu cuaca, hama, penyakit, atau tenaga kerja.

X = Nilai rata-rata dari kejadian berisikodari masing-masing sumber yaitu cuaca, hama, penyakit, atau tenaga kerja.

(29)

19 3. Menghitung Z-score

=�� − � Dimana :

Z = Nilai Z-score dari sumber risiko cuaca, hama, penyakit, atau tenaga kerja Xi = Batas risiko yang dianggap masih dalam taraf normal yaitu 70 untuk

cuaca, 25 untuk hama, 25 untuk penyakit, dan 5 untuk tenaga kerja X = Nilai rata-rata kejadian berisikodari masing-masing sumber yaitu cuaca,

hama, penyakit, atau tenaga kerja. S = Standar deviasi dari kejadian berisiko 4. Nilai Probabilitas terjadinya risiko produksi

Setelah nilai Z-score diperoleh, kemudian dapat dicari kemungkinan atau probabilitas terjadinya risiko produksi yang diperoleh dari tabel distribusi Z (normal) sehingga diketahui persen kemungkinan terjadinya keadaan dimana produksi bunga anggrek potong mendatangkan kerugian.

5. Analisis dampak risiko

Setelah menghitung probabilitas terjadinya risiko produksi dari masing-masing sumber yang menyebabkan risiko produksi, selanjutnya adalah menghitung dampak risiko.Metode yang digunakan dalam penghitungan dampak risiko adalah Value at Risk (VaR).VaR adalah metode yang digunakan dalam mengukur kerugian terbesar yang mungkin ditimbulkan oleh suatu kejadian berisiko dalam rentang waktu tertentu dengan tingkat kepercayaan tertentu.Data yang diperlukan dalam pengolahan ini adalah penerimaa atau penjualan panen bunga anggrek potong selama dua periode panen pada 15 petani.Kejadian yang dianggap merugikan berupa penurunan produksi sebagai akibat dari terjadinya sumber-sumber risiko. Rumus dalam menghitung VaR adalah :

� =�+ ( ) � Dimana :

VaR = Dampak kerugian yang ditimbulkan oleh sumber cuaca, hama, penyakit atau tanaga kerja.

X = Nilai rata-rata kerugian akibat kejadian berisikodari masing-masing sumber yaitu cuaca, hama, penyakit, atau tenaga kerja.

Z = Nilai Z yang diambil dari tabel distribusi normal dengan alfa 5 persen yaitu 1,645

S = Standar deviasi kerugian akibat kejadian berisiko

n = Banyaknya kejadian berisiko (30 observasi yang berasal dari 15 petani dengan masing-masing petani dua kali periode)

6. Pemetaan dan strategi penangan risiko.

(30)

20

Melalui proses diskusi dengan anggota kelompok tani maka didapatkan batas untuk probabilitas adalah 32 persen dan dampak sebesar Rp 110 000.00.

Setelah menggambarkan peta risiko dapat diketahui untuk menyusun strategi dalam menangani sumber risiko tersebut. Sumber risiko yang berada di kuadran I dan kuadran II dapat ditangani dengan menggunakan strategi preventif yang bersifat mencegah. Sumber risiko yang berada di kuadran II dan IV dapat ditangani dengan strategi mitigasi yang bersifat menangani risiko yang telah terjadi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Kelompok Tani Mekar Sari Profil Kelompok Tani Mekar Sari

Kelompok Tani Mekar Sari berada di Kampung Cibinong, Desa Cibinong, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor.Poktan ini berdiri pada tahun 2004 yang sekarang diketuai oleh Bapak Muslih dengan jumlah anggota saat ini sebanyak 15 orang.Dahulu Mekar Sari merupakan usaha keluarga.Namun karena beliau melihatt potensi dan kemauan serta minat para petani tetangga, maka beliau berinisiatif untuk membentuk sebuah kelompok tani yang sekarang dinamakan Mekar Sari. Kelompok Tani Mekar Sari mempunyai lahan dengan luas total 3,63 Ha, dimana lahan yang digunakan untuk bunga anggrek potong adalah 2,49 Ha, sedangkan sisanya untuk tanaman hias dan anggrek hias.

(31)

21 Untuk mempermudah dalam menjalankan usahanya maka poktan Mekar Sari mempunyai bauran pemasaran sebagaimana produknya adalah bunga anggrek potong dan hias, dengan harga Rp3000/tangkai atau Rp150000/ikat untuk bungan potong dan Rp15000 – Rp17500 untuk bunga hias sesuai dengan jenis dan ukuran bunga. Untuk tempat usaha, poktan ini berada di Kampung Cibinong Desa Cibinong Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor dimana produksi dan penjualannya ditempat yang sama. Sedangkan untuk promosi poktan Mekar Sari lebih banyak memanfaatkan acara-acara yang diadakan oleh pemerintah seperti pameran, bazar, dan workshop.

Sumber Daya Manusia

Kelompok tani Mekar Sari terdiri dari 15 anggota dimana tidak semua anggota aktif dalam kelompok.Namun mereka selalu dapat berkumpul lengkap walau hanya satu bulan sekali.Sebagai saran belajar dan untuk meningkatkan kualitas, terdapat pelatihan Sekolah Lapang good agricultural procedure (SL GAP)dari pemerintah sejak 2013 lalu, dimana diharapkan kelompok ini menjadi percontohan bagi poktan lain. Selain itu poktan ini selalu diawasi dan didampingi oleh penyuluh dan UPT Pertanian dari Kecamatan Gunung Sindur.

Gambar 5 Kegiatan SL GAP dari penyuluh dan UPT Pertanian

(32)

22

Gambar 6Struktur Organisasi Kelompok Tani Mekar Sari. hubungan langsung, --- hubungan tidak langsung.

Penyediaan Input Bunga Anggrek Potong

Agribisnis adalah suatu cara tersendiri pemandang pertanian sebagai suatu sistem. Sistem tersebut dimulai dari hulu yaitu penyediaan input bagi petani mulai dari tempat penanaman atau kebun, bangunan, mesin, infrastruktur lainnya,pembibitan, dan pemeliharaan. Anggrek membutuhkan kebun khusus yang terbuat dari tiang dan paranett atau kebun yang tertutupi oleh jaring-jaring.Besar biaya pembuatannya adalah Rp25 000 000/100 m2.Untuk bangunan, selain rumah pemilik kebun adalah tempat untuk pemyimpanan barang-barang atau gudang yang berukuran kurang lebih 3 x 3 m2. Dalam pemeliharaan bunga anggrek atau pada proses pemupukan dibutuhkan mesin untuk membantu penyemprotan dan pemrosesan waktu pemupukan atau pemberian insektisida atau fungisida. Mesin yang digunakan mmepunyai umur pakai 3 tahun dengan harga Rp1 500 000.

Gambar 7 Mesin untuk penyemprotan fungisida dan insektisida

Bibit dapat diperoleh dari Desa Pengasinan dengan harga Rp 30 000/botol yang berisi 70 bibit.Untuk pemeliharaannya dibagi menjadi pemupukan dan pemberian insektisida serta fungisida. Banyak pupuk yang diperlukan untuk

Ketua

Kelompok tani Upt pertanian Penyuluh

Bendahara Sekretaris

(33)

23 800m2 adalah 750 gr dengan harga Rp 70 000/kg. Pemeliharaan kebun dapat menghabiskan 400 ml dalam sekali penyemprotan dengan harga Rp 85 000 sekali penyemprotan. Selain itu poktan juga sering mendapatkan bantuan dari pemerintah, seperti bantuan bibit sebanyak 300 bibit untuk setiap petani, motor angkut, pupuk, dan lain-lainnya yang tidak berupa dana bantuan.

Produksi Bunga Anggrek Potong

Budidaya bunga anggrek tidaklah mudah dan cepat.Bunga anggrek tumbuhtidak boleh ditanam pada saat musim hujan.Anggrek Dendrobium akan berbunga setiap 3 minggu sampai 1 bulan dari bakal bunga sampai bunga mekar. Setelah bunga mekar ia akan dipetik untuk dipanen. Bunga anggrek dendrobium dapat tumbuh pada ketinggian 0-650 mdpl dan pada suhu 260C –300C dengan kelembapan udara 65-75 persen 6 .Perawatan dan pembudidayaannya harus dilakukan secara hati-hati.Karena anggrek adalah salah satu tanaman yang sensitif. Proses budidaya terdiri dari pembenihan, pemupukan, pengairan, penyiangan, pengendalian OPT dan pemanenan (Direktorat Jendral Bina Produksi Hortikultura, 2008).

a. Pembenihan

Gambar 8 Pembenihan dalam kompot

Pembenihan dibagi menjadi dua proses, yaitu pembenihan dalam kompot dan pembenihan dalam pot tunggal.

 Pembenihan dalam kompot

Pembenihan yang dimaksud adalah dalam satu pot ukuran 15-18 cm terdapat 20-25 planlet atau benih yang sudah sehat, steril, siap tanam dan sudah diseleski bedasarkan ukuran, kesuburan, dan varietasnya.Kompot ditanam pada rak dengan naungan 70-80 persen dengan kelembapan tinggi dan terlinfung dari hujan secara langsung.

Penyiraman dilakukan dengan sistem pengkabutan pada saat tanaman berumur 1-2 minggu setelah tanam, pemupukan benih dilakukan setiap 2 kali dalam seminggu dengan larutan NPK dengan dosis setengah dari dosis yang tertera dalam label.Penyemprotan dilakukan dengan pemberian fungisida

6

(34)

24

sebanyak satu kali dalam seminggu dengan dosis setengah dari yang tertera dalam label.Benih yang rusak diambil dengan pinset lalu dibakar.Pemeliharaan benih dalam kompot sampai panen sekitar 5-6 bulan dengan ukuran benih sekitar 8 cm.

 Pembenihan dalam pot tunggal

Pembenihan yang dimaksud adalah dalam satu pot hanya terdapat satu benih yang siap tanam yang dikelompokkan menurut keseragaman.Media tanam yang digunakan berupa arang dan batang pakis.Tanaman yang ditanam posisinya harus berdiri tegak, akar harus menyentuh dasar pot.Tangkai tanaman utama diikat pada kawat penopang. Naungan net yang dibutuhkan adalah dengan tingkat kerapatan sekitar 70 persen, namun ada juga yang hanya membutuhkan hanya 55-65 persen. b. Pemupukan

Pemupukan yang dilakukan oleh poktan yaitu setiap pagi dan sore hari yaitu antara pukul 6 pagi sampai 8 pagi atau pukul 4 sore sampai 6 sore. Pupuk yang digunakan adalah pupuk makro NPK dan mikro yaitu B, Fe, Zn, Ca, Co, Cu, Mg, Mn, Mo, dan S. Pemberian pupuk ini berbeda dari bibit sampai tumbuhan dewasa. Tanaman anggrek pada fase bibit dalam kompot menggunakan pupuk N lebih tinggin dibandingkan kandungan P dan K karena setiap pupuk mempunyai kandungan NPK yang berbeda seperti 25 : 5 : 20 , 20 : 15 : 15, atau 30 : 10 : 10. Pada fase pertumbuhan dosis yang diberikan adalah 0.5 dari dosis yang dianjurkan.Kemudian dari remaja sampai dengan dewasa menggunakan perbandingan kandungan NPK yang rata. Fase dewasa sampai dengan tanaman itu berbunga, pupuk yang diberikan adalah pupuk yang mempunyai kandungan P yang lebih banyak daripada N dan K seperti 10 : 40 : 15.

c. Pengairan

Penyiraman atau pengairan harus dilakukan dengan memperhatika kondisi cuaca, varietas, dan fase pertumbuhan dengan air yang mempunyai Ph 5,5 – 6,5 pada pagi hari atau sore hari.

d. Penyiangan

Penyiangan mempunyai tujuan untuk mengurangi persaingan penyerapan unsur hara dan air, memperbaiki sirkulasi udara serta mengurangtu serangan hama penyakit dengan menghilangkan tumbuhan liar sebagai inang atau sumber penyakit atau infeksi dimana penyiangan ini dilakukan minimal 2 minggu sekali. e. Pengendalian OPT

Inti dari kegiatan ini adalah mengendalikan segala macam organisme atau hama yang dapat merusak tamanam dengan sistem pengendalian hama terpadu (PHT) yang diusahakan tidak menganggu tanaman utama. Gulma dan tumbuhan liar yang telah dicabut dalam satu lubang dan dibenam.

f. Pemanenan

(35)

25 samauntuk semua anggota poktan. Untuk umur tanaman sebagian besar adalah sama atau sesuai dengan tahun keanggotaan. Pemberian bibit oleh ketua poktan adalah ketika anggota kelompok masuk kedalam keanggotaan kelompok dimana antara 6-7 tahun.

g. Pemasaran

Setelah dilakukan pemanenan dan bunga sudah diikat kemudian dikumpulkan ke pedagang pengumpul.Setelah itu oleh pedagang pengumpul dibawa ke pasar Rawabelong yaitu pusat bunga terutama bunga anggrek di daerah Tangerang.Selain itu ada juga bunga yang dijual langsung ke perangkai bunga atau floris.Permintaan yang tetap terjadi dari pasar Rawabelong. Secara terperinci saluran pemasaran bunga anggrek potong dari Kelompok Tani Mekar Sari adalah :

Saluran 1 : Petanikonsumen

Saluran 2 : Petanipedagang pengumpul lokalkonsumen

Saluran 3 : Petanipedagang pengumpul lokalpedagang besar (Rawa Belong)konsumen

Saluran 4 : Petanipedagang pengumpul lokalfloriskonsumen

Saluran 5 : Petanipedagang pengumpul lokalpedagang besar (Rawa Belong)floriskonsumen

Saluran 6 : Petanipedagang pengumpul lokalpedagang besar luar daerahkonsumen

Analisis Sumber Risiko Produksi Identifikasi Sumber Risiko

Terdapat berbagai sumber yang menyebabkan terjadinya risiko produksi bunga anggrek dendrobium. Sumber gagal panen yang menjadi sumber risiko yang terdapat di poktan Mekar Sari adalah datang dari cuaca atau perubahan cuaca yang tidak menentu dalam hal ini hujan yang terus menerus, hama, penyakit, dan tenaga kerja yang kurang disiplin. Hal serupa juga disampaikan oleh Direktorat Jendral Bina Produksi Hortikultura (2008).

a. Cuaca yang tidak menentu

Anggrek Dendrobium sp.dibudidaya di daerah dengan curah hujan rendah dan panas yang cukup. Dengan begitu jika terjadi hujan yang terus menerus tanaman akan kelebihan air dan tidak dapat berbunga atau pun bakal bunga akan mati atau tidak jadi. Pada bulan Desember 2013 sampai Februari 2014 hujan di wilayah Bogor sangat tinggi, bahkan hampir tiap hari. Waktu terparah adalah pada bulan Januari 2014.Poktan hanya bisa memproduksi 1- 5 ikat per minggu, bahkan ada yang hampir tidak panen.Sumber risiko ini mempunyai probabilitas sebesar 43.64 persen. Hal tersebut membuat poktan mendapatkan kerugian dengan Value at Risk sebesar Rp 261 769.00 .

(36)

26

proses fotosintesis, yang mana proses fotosintesis membutuhkan panas matahari yang tidak sedikit bagi bunga anggrek.

Gambar 9 Bunga anggrek yang mati karena kelebihan air b. Hama

Sumber risiko juga datang dari hama. Hama yang menyerang sangat beragam, mulai dari hama yang ukuran kecil sampai besar. Akibat yang ditimbulkannya juga bermacam-macam.Sumber risiko hama mempunyai probabilitas sebesar 32.28 persen serta dampak sebesar Rp 104 642.00. Hama ini dapat juga muncul akibat pemberian pestisida, fungisida, maupun insektisida yang tidak pas, hilang terbawa hujan, maupun dosis yang kurang. Hama yang menyerang di poktan ini antara lain sebagai berikut :

1. Keong (Bekicot)

Hama tipe ini sangat mudah berkembang disaat musim penghujan. Bekicot menyerang dengan cara menyerap sari makanan. Akibat yang muncul adalah pertumbuhan tanaman maupun bunga akan terhambat.

2. Kumbang Gajah

(37)

27 Serangan hama ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu serangan larva dan serangan dewasa. Serangan larva hanya membuat daun layu dan menguning serta menghambat laju air dari daun ke tangkai bunga.Sedangkan serangan dewasa dapat langsung menyebabkan kematian.Namun pada poktan Mekar Sari sebagian besar mendapatkan serangan larva kumbang gajah.

3. Tungau Merah

Serangan hama tungau merah menyebabkan daun mengkerut, layu, garis-garis putih yang lama kelamaan menjadi kecokelatan dan gugur. Hal tersebut menyebabkan pertumbuhan bunga terhambat karena unsur hara yang dihasilkan fotosintesis kurang memenuhi, sehingga bunga tidak berbunga dengan sempurna bahkan mati.

Gambar 11 Serangan tungau merah pada bunga anggrek

c. Penyakit

Penyakit juga menjadi salah satu sumber risiko produksi. Banyak penyakit yang dapat timbul pada bunga anggrek Dendrobium sp. Namun pada proses budidaya bunga anggrek di poktan Mekar Sari hanya menderita penyakit busuk pucuk yang mempunyai probabilitas sebesar 16.85 persen dan dampak sebesar Rp 58 079.00 . Penyakit busuk pucuk disebabkan oleh cendawan Phytopthora sp. Gejala yang ditimbulkan adalah pucuk ujung bulb menguning dan pangkal pucuk agak basah. Sehingga bulb mati dan bunga tidak akan tumbuh.

(38)

28

d. Tenaga Kerja

Sebenarnya sumber risiko yang timbul akibat tenaga kerja tidak lagi diharapkan oleh poktan.Karena ketua poktan beranggapan bahwa semua tenaga kerja maupun anggota poktan sudah terlatih baik dalam budidaya, pemanenan, pemasaran dan lainnya. Tetapi dalam kenyataan tenaga kerja maupun anggota masih melakukan kesalahan dengan besar probabilitas 34.09 persen serta dampak sebesar Rp 14 129.00 , misalnya dalam pemotongan saat panen, tersenggol saat melakukan pengecekkan maupun pemupukan, sehingga tanaman tidak dapat tumbuh sempurna bahkan pemetikan dini yang menyebabkan bunga tersebut tidak dapat dijual.

Gambar 13 Kesalahan tenaga kerja pada saat pemanenan

Probabilitas Sumber Risiko Produksi

Sumber risiko produksi yang telah teridentifikasi adalah cuaca yang tidak menentu dalam hal ini hujan dengan intensitas tinggi, hama, penyakit, dan tenaga kerja. Setelah sumber teridentifikasi, langkah selanjutnya adalah menganalisis probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko yang diakibatkan oleh masing-masing sumber. Data yang digunakan adalah data yang diperolah selama turun lapang yaitu pada bulan Januari 2014 sampai akhir bulan Februari 2014 dengan cara pengamatan langsung, menghitung langsung dan wawancara langsung dengan petani. Pengamatan dilakukan setiap petani turun ke kebun.Data yang didapat adalah berapa tangkai bunga yang tidak terjual atau tidak tumbuh atau mati akibat dari masing masing sumber risiko.Setelah itu diolah dengan alat analisis Z-score. Nilai Z yang diperoleh akan menghasilkan nilai kemungkinan atau probabilitas dari masing-masing sumber. Perhitungan analisis probabilitas secara detil dapat dilihat pada Lampiran 1 sedangkan hasil perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Probabilitasrisiko dari sumber risiko produksi

Sumber Risiko Produksi Probabilitas (%)

Cuaca 43.64

Hama 32.28

Penyakit 16.85

(39)

29 Tabel 6 menjelaskan bahwa probabilitas risiko dari sumber risiko produksi dari keempat sumber mempunyai kemungkinan yang berbeda-beda.Perbedaan itu tergantung dari akibat yang ditimbulkannya baik berupa nilai kerugian maupun jumlah tangkai bunga yang tidak terjual atau mati. Cara menghitung agar memperoleh nilai probabilitas dari masing – masing sumber adalah menghitung total bunga yang mati menurut sumbernya, misalnya saja pada cuaca bunga yang layu adalah 2 288 tangkai dari 15 petani dimana masing-masing petani mmepunyai dua kali periode sehingga diperoleh rata-rata 76.27 tangkai (2 288 tangkai dibagi dengan 30). Menentukan batas normal adalah hal yang harus diketahui oleh pemilik kebun, dalam hal ini adalah 70 untuk cuaca. Kemudian dengan bantuan rumus yang sudah dijelaskan pada Bab 4 diperoleh standar deviasi untuk cuaca adalah 36.592. Selanjutnya dengan rumus Z-score serta bantuan perangkat lunak Ms. Excel akan mendapatkan nilai Z-score, peluang atau probabilitas yang secara detail untuk semua sumber dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Hasilperhitungan probabilitas sumber risiko

Sumber

Gambar

Gambar 1  Presentase permintaan jenis anggrek yang ada di Indonesia tahun
Tabel 3  Produktivitas tanaman anggrek di Indonesia tahun 2010-2012
Tabel 5Sentra produksi tanaman hias unggulan di Jawa Barat tahun 2012
Gambar 4  Kerangka pemikiran operasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

IGAD dalam hal ini telah berhasil membawa kedua belah pihak untuk melakukan pembicaraan damai di bawah mediasi IGAD.IGAD dalam hal ini memberikan pandangan bahwa

Mulyani Djojomihardjo (Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga) Rosie Kameo (Universitas Kristen Satya Waeana Salatiga).. I Made Markus (Universitas Pelita

Evaluasi atau penilaian proses pembelajaran diselenggarakan dengan cara : a. membandingkan proses pembelajaran yang dilaksanakan pendidik dengan standar proses; b.

[r]

Filing Sistem Kearsipan yang Digunakan Dalam Menyimpan Arsip Dinamis Inaktif di Bagian Pengolahan dan Akusisi Kantor Arsip Daerah

Berdasarkan hasil uji lab yang telah dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dapat disimpulkan bahwa modul

Sehubungan dengan Dokumen Penawaran Saudara untuk pelelangan pekerjaan tersebut di atas, bersama ini POKJA DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA.I mengundang Saudara untuk

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti akan mengadakan penelitian dengan judul “ Peningkatan Kemampuan Bekerjasama Dalam Belajar Mengenal Lambang