• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM BIMBINGAN MELALUI STRATEGI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN PENYESUAIAN DIRI SISWA : Studi Deskriptif pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Tasikmalaya Tahun Ajaran 2013/2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROGRAM BIMBINGAN MELALUI STRATEGI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN PENYESUAIAN DIRI SISWA : Studi Deskriptif pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Tasikmalaya Tahun Ajaran 2013/2014."

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

No.141/S/PPB/2013

PROGRAM BIMBINGAN MELALUI STRATEGI KELOMPOK

UNTUK MENINGKATKAN PENYESUAIAN DIRI SISWA

(Studi Deskriptif Terhadap Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Tasikmalaya Tahun Ajaran 2013/2014)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh

SITA AULIA ROSYA

0907221

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

No.141/S/PPB/2013

Hak Cipta

Program Bimbingan Melalui Strategi

Kelompok Untuk Meningkatkan

Penyesuaian Diri Siswa

(Studi Deskriptif Terhadap Siswa Kelas X

SMA Negeri 1 Tasikmalaya Tahun Ajaran 2013/2014)

Oleh Sita Aulia Rosya

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Sita Aulia Rosya 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

No.141/S/PPB/2013

SITA AULIA ROSYA 0907221

PROGRAM BIMBINGAN MELALUI STRATEGI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN PENYESUAIAN DIRI SISWA (Studi Deskriptif terhadap Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Tasikmalaya

Tahun Ajaran 2013/2014)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I

Dr. Nani M. Sugandhi, M.Pd. NIP. 19570830 198101 2 001

Pembimbing II

Dra. Setiawati, M.Pd. NIP. 19621112 198610 2 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FakultasI lmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

ABSTRAK

Sita Aulia Rosya. (2013). Program Bimbingan melalui Strategi Kelompok untuk Meningkatkan Penyesuaian Diri Siswa. (Studi Deskriptif pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Tasikmalaya Tahun Ajaran 2013/2014.)

Penelitian ini didasari dengan adanya fenomena maladjustment atau pola-pola perilaku yang keliru yang dilakukan oleh remaja akhir-akhir ini. Seperti perilaku tidak bertanggung jawab dan mengabaikan pelajaran, sikap sangat agresif dan sangat yakin pada diri sendiri, perasaan tidak aman, dan perasaan menyerah. Terjadinya pembiaran terhadap kenakalan yang mengarah pada pembentukan identitas negatif dapat menjadi masalah yang relatif berat bagi keluarga, sekolah, maupun bagi individu itu sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran umum penyesuaian diri siswa kelas X SMA Negeri 1 Tasikmalaya Tahun Ajaran 2013/2014. Sampel dalam penelitian ini yaitu siswa kelas X SMA Negeri 1 Tasikmalaya Tahun Ajaran 2013/2014. Pendekatan yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode penelitian deskriptif dan alat pengungkap data menggunakan angket berbentuk skala. Hasil penelitian menggambarkan persentase ketercapaian skor gambaran umum penyesuaian diri siswa pada kategori sedang, dan gambaran per aspek penyesuaian diri pada kategori sedang. Rekomendasi ditujukan kepada peneliti selanjutnya agar menggunakan lebih dari satu alat pengungkap data agar memperoleh data yang lebih akurat, dan memberikan intervensi kepada siswa agar lebih terlihat peningkatan penyesuaian diri siswa dengan berpedoman kepada program bimbingan melalui strategi kelompok yang telah disusun, ataupun menggunakan pendekatan / teknik yang lain.

(5)

ABSTRACT

Sita Aulia Rosya. (2013). Counseling Program Through Group Strategy To Improve Students’ Adjustment. (A Descriptive Study towards Grade X Students in SMA Negeri 1 Tasikmalaya Year 2013-2014).

This research is motivated by the phenomena of maladjustment or mischievous behavioral patterns of teenagers recently, such as irresponsibility, not paying attention during the learning process, being aggressive and overconfident, insecurity, and desperateness. The negligence towards mischievousness that can lead into the establishment of negative identity can be a serious problem for family, school, and each individual itself. This research aims to find out a general

overview of students’ adjustment in grade X in SMA Negeri 1 Tasikmalaya Year

2013/2014. The sample of this research was grade X students in SMA Negeri 1 Tasikmalaya Year 2013/2014. This research employed quantitative research design descriptive in nature, while questionnaire was used to obtain the data. The

results showed that the general overview of students’ adjustment was in average

level, and the overview of each aspect of students’ adjustment was also in average

level. The recommendations are addressed to future researchers to employ more than one instrument to obtain the data in order to get more accurate data, and to give intervention to students based on counseling program through group strategy

or other technique, thus, the improvement of students’ adjustment can be

obviously noticed.

(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined. UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI ... v DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR GAMBAR ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR GRAFIK ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR BAGAN ... Error! Bookmark not defined. BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Latar Belakang

Masalah...Error! Bookmark not defined.

B. Identifikasi dan Rumusan

Masalah...Error! Bookmark not defined. C. Tujuan

Penelitian...Error! Bookmark not defined.

D. Manfaat

Penelitian...Error! Bookmark not defined.

E. Metode

Penelitian...Error! Bookmark not defined.

F. Struktur Organisasi

Penulisan...Error! Bookmark not defined.

BAB II TEORI PENYESUAIAN DIRI DAN PROGRAM BIMBINGAN

MELALUI STRATEGI KELOMPOK .. Error! Bookmark not defined. A. Penyesuaian

(7)

B. Program Bimbingan melalui Strategi Kelompok...

BAB III METODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined. A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel

Penelitian...Error! Bookmark not defined. B. Pendekatan dan Metode

Penelitian...Error! Bookmark not defined.

E. Proses Pengembangan Instrumen... Error! Bookmark not defined.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Hasil

(8)

B. Pembahasan Hasil

Penelitian...Error! Bookmark not defined.

C. Keterbatasan Penelitian...79 BAB V KESIMPULAN ... Error! Bookmark not defined.

A.

Kesimpulan...Er ror! Bookmark not defined.

B.

Rekomendasi...Err or! Bookmark not defined.

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia sebagai makhluk sosial setiap saat akan membutuhkan orang lain. Dalam berinteraksi sosial setiap orang membutuhkan kemampuan menyesuaian diri dengan lingkungan. Penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya kesehatan jiwa/mental individu. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Schneiders (1964) bahwa penyesuaian diri adalah:

A process, involving both mental and behavioral responses, by which an individual strives to cope successfully with inner, needs, tensions, frustration, and conflicts, and to effect a degree of harmony between these inner demands and those imposed on him by objective world in which the lives”.

Dan selaras dengan pendapat Lazarus (Desmita, 2011) bahwa penyesuaian diri yang sehat lebih merujuk pada konsep “sehatnya” kehidupan pribadi seseorang, baik dalam hubungannya dengan diri sendiri, dengan orang lain maupun dengan lingkungan sekitarnya. Banyak individu yang menderita dan tidak mampu mencapai kebahagian dalam hidupnya, karena ketidakmampuannya menyesuaikan diri, baik dengan kehidupan keluarga, sekolah, pekerjaan, dan dalam masyarakat pada umumnya. Terutama penyesuaian diri pada masa remaja dalam menjalani transisi kehidupan, salah satunya adalah transisi sekolah sangat dibutuhkan. Menurut Hurlock (1980) “pada masa remaja penyesuaian diri dengan standar kelompok merupakan hal yang sangat penting bagi dirinya dibandingkan dengan nilai-nilai individualitasnya” sehingga secara tidak sadar mereka telah terpengaruh dan meniru kelompok tersebut dan berpengaruh terhadap kepribadian dan budi pekerti mereka.

(10)

sosial dan psikologis (Blyth dkk, 1983; Eccles dan Midgely, 1990 dalam Santrock, 2002). Perubahan tersebut meliputi masa pubertas dan hal-hal yang berkaitan dengan citra tubuh, meningkatnya tanggung jawab dan kemandirian, perubahan dari struktur kelas yang kecil dan akrab menjadi struktur kelas yang lebih besar dan impersonal, peningkatan jumlah guru dan teman, serta meningkatnya fokus pada prestasi. Selain itu, siswa baru di sekolah seringkali bermasalah karena bergeser dari posisi atas atau senior di sekolah menengah pertama ke posisi bawah atau junior di sekolah yang baru atau disebut sebagai

top-dog phenomenon.

Transisi remaja dari sekolah lanjutan pertama ke sekolah lanjutan atas tidak diulas secara khusus oleh para ahli (Santrock, 2002; Bandura, 1997; Newman, 1981). Meskipun demikian transisi tersebut merupakan hal yang penting untuk diteliti, khususnya transisi remaja dari sekolah menengah pertama regular ke ssekolah lanjutan atas favorit atau unggulan. Transisi ke sekolah lanjutan atas favorit atau unggulan penting untuk diteliti karena sekolah lanjutan atas favorit atau unggulan merupakan model sekolah yang memiliki tuntutan yang lebih tinggi jika dibanding sekolah menengah regular. Transisi remaja ke sekolah lanjutan atas favorit atau unggulan menghadapkan remaja pada perubahan-perubahan dan tuntutan-tuntutan baru. Perubahan tersebut adalah lingkungan sekolah yang baru, pengajar dan teman baru, aturan dan irama kehidupan sekolah yang lebih disiplin,beban belajar yang lebih besar, penerapan kurikulum sekolah yang baru yaitu kurikulum 2013, serta perubahan lain sebagai akibat jauh dari orang tua untuk remaja yang memilih hidup sendiri dikarenakan peminat sekolah unggulan berasal dari berbagai daerah. Sementara tuntutan yang harus dihadapi siswa adalah tuntutan dalam bidang akademik, kemandirian, kedisiplinan, dan tanggung jawab. Perubahan-perubahan tersebut dapat menimbulkan stres atau perilaku

maladaptif pada masa awal sekolah. Siswa yang tidak mampu menyesuaikan diri

(11)

apapun sering mengalami kesulitan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, sebagaimana dikemukakannya bahwa:

Jika remaja berpindah, meninggalkan teman-teman, dan naik kelas atau pindah sekolah, dapat menyebabkan kecemasan besar. Hasil transisi untuk beberapa siswa dalam kesulitan akademik, masalah sosial / emosional, penurunan konsep diri, motivasi yang buruk, dan penurunan kehadiran. Ketika siswa masuk sekolah, mereka dihadapkan oleh standar perilaku, harapan guru, dan tekanan sosial untuk cocok dengan rekan-rekan mereka.

Dalam psikologi klinis, sering ditemui pernyataan para ahli yang

menyebutkan bahwa “Kelainan-kelainan kepribadian tidak lain adalah

kelainan-kelainan penyesuaian diri.” Dan “Remaja yang kurang berhasil dalam menyelaraskan diri dengan dirinya sendiri maupun dengan lingkungan seringkali membuat pola-pola perilaku yang keliru atau disebut dengan maladjustment” (Zakiyah, dkk., 2010). Perilaku maladjustment seperti tidak bertanggung jawab dan mengabaikan pelajaran, sikap sangat agresif dan sangat yakin pada diri sendiri, perasaan tidak aman, dan perasaan menyerah. Terjadinya pembiaran terhadap kenakalan yang mengarah pada pembentukan identitas negatif dapat menjadi masalah yang relatif berat bagi keluarga, sekolah, maupun bagi individu itu sendiri (Setiowati, 2009).

Selain perilaku maladjustment yang dilakukan oleh remaja dikarenakan oleh transisi sekolah, fakor lain yang berpengaruh terhadap ketidakmampuan menyesuaikan diri pada remaja adalah transisi yang terjadi pada diri remaja itu sendiri. Semua perubahan yang terjadi di dalam diri pada masa remaja menuntut seseorang untuk melakukan penyesuaian di dalam dirinya, menerima perubahan bagi dirinya, dan membentuk “sense of self” yang baru tentang siapa dirinya untuk

mempersiapkan diri menghadapi masa depan (Agustiani, 2009).

(12)

storm&stress, dimana terjadi pergolakan emosi yang diiringi dengan pertumbuhan

fisik dan pertumbuhan psikis yang bervariasi. Pada fase pubertas ini juga remaja mengalami perubahan dalam sistem kerja hormon dalam tubuhnya dan hal ini memberi dampak baik pada bentuk fisik (terutama organ-organ seksual) dan psikis terutama emosi. Perubahan emosi yang terjadi pada remaja menyebabkan remaja pada umumnya memiliki kondisi emosi yang labil, dan ketegangan emosi meningkat sehingga remaja juga cenderung memiliki emosi yang negatif (Hurlock 1980). Perubahan emosi ini bisa menyebabkan penyesuaian diri yang tidak baik, sesuai dengan pendapat Fromm dan Gilmore (Desmita, 2009), bahwa ada empat aspek kepribadian dalam penyesuaian diri yang sehat antara lain: Kematangan emosional; Kematangan intelektual; Kematangan sosial; dan Tanggung jawab.

Perilaku menyimpang yang mencerminkan rendahnya kecerdasan emosi yang dimiliki remaja akibat tidak bisa menyesuaikan diri bisa menjadi tambah parah. Mereka tidak lagi sekadar terlibat dalam aktivitas nakal seperti membolos sekolah, merokok, minum-minuman keras, atau menggoda lawan jenisnya, tetapi tak jarang mereka terlibat dalam aksi tawuran layaknya preman atau terlibat dalam penggunaan NAPZA, terjerumus dalam kehidupan seksual pra-nikah, dan berbagai bentuk perilaku menyimpang lainnya. Hal ini sesuai dengan data statistik yang menunjukkan bahwa di hampir semua bagian dunia, dengan pengecualian di Amerika Serikat, tingkat kenakalan remaja meningkat pada 1990-an. Di Eropa Barat, salah satu dari beberapa daerah yang datanya tersedia, penangkapan anak-anak nakal dan pelanggar di bawah umur meningkat rata-rata sekitar 50 persen antara pertengahan 1980-an dan 1990-an. Negara-negara dalam masa transisi juga telah menyaksikan kenaikan tingkat kenakalan yang dramatis, sejak tahun 1995, tingkat kenakalan remaja di banyak negara di Eropa Timur dan Common wealth of Independent States telah meningkat lebih dari 30 persen (World YOUTH Report, 2003).

(13)

(Sarwono, 2006) terhadap 210 pelajar dari lima SLTA di Jakarta dan tiga SLTA di kota Bogor, yang menggambarkan bahwa sebanyak 81.4% dari responden pernah berkelahi dalam satu tahun terakhir. Dan setelah digali lebih jauh, faktor penyebab utamanya adalah karena faktor teman dan lingkungan mereka. Dan dari penelitian

Ma’rifa dan Pratiwi (2010) di SMA Negeri 1 Menganti Gresik, hasilnya

ditemukan bahwa terdapat 7 siswa kelas X-4 mempunyai kemampuan penyesuaian diri di sekolahnya dalam tingkatan rendah. Enam siswa yang memiliki penyesuaian diri rendah terhadap teman sebaya di kelas VII G SMP Negeri 1 Ngadirojo, Pacitan (Pidiana dan Nursalim, 2011). Dan 6 siswa kelas VIII SMP Negeri 14 Surabaya yang memiliki tingkat keterampilan komunikasi antar pribadi yang rendah (Junaedi dan Nursalim, 2011). Serta hasil penelitian Setianingsih, dkk. (2006) menemukan bahwa tuntutan situasi sosial akan dapat dipenuhi oleh remaja bila ia memiliki kemampuan untuk memahami berbagai situasi sosial dan kemudian menentukan perilaku yang sesuai dan tepat dalam situasi sosial tertentu, yang biasa disebut dengan kemampuan penyesuaian sosial.

Hartinah (2008) mengatakan bahwa sekolah dapat mempengaruhi kehidupan intelektual, sosial, dan moral pada siswa-siswanya, karena hasil pendidikan yang diterima dijadikan sebagai bekal bagi proses penyesuaian diri di masyarakat. Oleh karena itu, sekolah seharusnya dapat dirancang menjadi miniatur lingkungan kehidupan sosial di masyarakat. Dan kontribusi layanan bimbingan dan konseling menjadi salah satu faktor suksesnya program sekolah untuk meningkatkan perkembangan siswa dengan optimal.

(14)

program bimbingan dan konseling, siswa dapat memperoleh layanan yang sesuai dengan kebutuhannya dan pemberian pelayanan lebih teratur dan memadai.

Adapun komponen program BK menurut Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal (Depdiknas, 2008) terdiri dari Layanan Dasar. Layanan Rersponsif, Perencanaan Individual dan Dukungan Sistem. Dan dari berbagai komponen program tersebut penelitian kali ini berfokus kepada bimbingan melalui strategi kelompok untuk meningkatkan penyesuaian diri siswa. Melalui program bimbingan dengan strategi kelompok diharapkan dapat meningkatkan penyesuaian diri siswa sesuai dengan pendapat Shertzer dan Stone (Romlah, 2001) mendefinisikan bimbingan kelompok adalah kegiatan layanan dari guru pembimbing untuk membantu siswa agar dapat mengambil keputusan yang tepat berkenaan dengan permasalahan tertentu, serta mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri konseli dengan melalui kegiatan pemberian informasi yang berisi perkembangan pemahaman diri dan pemahaman mengenai orang lain sehingga mereka dapat mengembangkan diri semaksimal mungkin, lebih mengenal diri dan dapat menyesuaikan diri. Adapun tujuan bimbingan kelompok yaitu: mampu berbicara di depan orang banyak; mampu mengeluarkan pendapat, ide, saran, tanggapan, perasaan dan lain sebagainya kepada orang banyak; belajar menghargai pendapat orang lain; bertanggung jawab atas pendapat yang dikemukakannya; mampu mengendalikan diri dan menahan emosi (gejolak kejiwaan yang bersifat negatif); dapat bertenggang rasa; dan menjadi akrab satu sama lainnya (Prayitno, 1995).

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok merupakan media pengembangan diri untuk dapat menyesuaikan diri dengan anggota kelompok lain dan lingkungan sekitarnya. Keadaan yang demikian memungkinkan siswa untuk bisa melatih diri dan mengembangkan dirinya dalam memahami dirinya sendiri, orang lain dan lingkungannya. Dan diharapkan nantinya siswa yang kurang mampu menyesuaikan diri dapat menyesuaikan diri dengan baik.

(15)

hakekatnya konseling kelompok adalah suatu proses antar pribadi yang dinamis, terpusat pada pikiran dan perilaku yang disadari, dibina dalam suatu kelompok kecil mengungkapkan diri kepada sesama anggota dan konselor, dimana komunikasi antar pribadi tersebut dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pemahaman dan penerimaan diri terhadap nilai-nilai kehidupan dan segala tujuan hidup serta untuk belajar perilaku tertentu ke arah yang lebih baik dari sebelumnya (Winkel, 2004).

Berdasarkan hasil wawancara awal yang dilakukan kepada guru BK di SMA Negeri 1 Tasikmalaya dan studi dokumentasi terhadap program layanan bimbingan dan konseling di SMA Negeri 1 Tasikmalaya, didapatkan hasil bahwa belum terdapat program yang khusus untuk meningkatkan penyesuaian diri siswa. Sedangkan permasalahan penyesuaian diri siswa di SMA Negeri 1 Tasikmalaya cukup membutuhkan perhatian lebih pada tahun ajaran 2013/2014 ini dikarenakan berbagai hal termasuk perubahan kurikulum yang digunakan sekolah.

Dan berdasarkan fenomena yang didapatkan di SMA Negeri 1 Tasikmalaya

tersebut, maka penelitian berfokus pada penyusunan “Program Bimbingan

melalui Strategi Kelompok untuk Meningkatkan Penyesuaian Diri Siswa” (Studi

Deskriptif terhadap Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Tasikmalaya Tahun Ajaran 2013/2014).

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

(16)

sekolah. Siswa yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan merasa mendapat tekanan, yang menyebabkan stres dan siswa memiliki kecenderungan untuk melakukan penyesuaian yang menyimpang.

Individu yang memiliki penyesuaian diri yang baik mempunyai kemampuan untuk mereaksi kebutuhan atau tuntutan lingkungannya secara matang, sehat dan efisien, sehingga dapat memecahkan konflik-konflik mental frustasi, tanpa mengembangkan tingkah laku simtomatik seperti rasa cemas, khawatir dan takut (Yusuf, 2004). Sedangkan remaja yang kurang berhasil dalam menyelaraskan diri dengan dirinya sendiri maupun dengan lingkungan seringkali membuat pola-pola perilaku yang keliru atau disebut dengan

maladjustment” (Zakiyah, dkk., 2010). Perilaku maladjustment seperti tidak

bertanggung jawab dan mengabaikan pelajaran, sikap sangat agresif dan sangat yakin pada diri sendiri, perasaan tidak aman, dan perasaan menyerah.

Perilaku menyimpang yang mencerminkan rendahnya kecerdasan emosi yang dimiliki remaja akibat tidak bisa menyesuaikan diri bisa menjadi tambah parah. Seperti halnya fenomena-fenomena yang telah dipaparkan di atas, fenomena serupa juga terjadi di SMA Negeri 1 Tasikmalaya. Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa transisi dari SMP ke SMA di alami oleh siswa-siswi kelas X. Dan dari hasil observasi dan wawancara awal kepada guru BK ditemukan beberapa fakta dan indikasi bahwa para siswa tersebut sangat membutuhkan bantuan untuk dapat menyesuaikan diri di lingkungan sekolah, terutama bagi para siswa yang berasal dari SMP biasa.

(17)

yang diikuti sehingga tidak sempat mengerjakan tugas, serta masih banyak yang merasa sulit bekerja sama dalam situasi kelompok. Hal tersebut diidentifikasi oleh guru BK, ternyata penyebabnya bermacam-macam. Sebagian besar dikarenakan oleh minimnya sosialisasi system kurikulum yang baru sebelum kurikulum tersebut diberlakukan; karena kebanyakan siswa berasal dari sekolah menengah pertama biasa yang mempunyai jadwal pelajaran dan beban tugas yang tidak terlalu banyak; siswa yang berasal dari daerah kecil dan dari keluarga sederhana merasa minder karena sekolah di kota dan berteman dengan siswa-siswa yang berasal dari keluarga-keluarga terpandang dan kaya; tidak terbiasa dengan meningkatnya tanggung jawab, kemandirian serta kedisiplinan; keberadaan beberapa siswa di sekolah ini bukan keinginan sendiri; sebagian mengalami perubahan dari struktur kelas yang kecil dan akrab menjadi struktur kelas yang lebih besar dan impersonal; peningkatan jumlah guru dan teman; dan meningkatnya fokus pada prestasi.

Fenomena tersebut perlu memperoleh penelitian lebih lanjut, perhatian khusus, dan penanganan dari semua bagian sekolah, termasuk bimbingan dan konseling. Sesuai dengan pendapat Heyrungen (Kertamuda&Herdiansyah,

2009), “keberhasilan dalam beradaptasi pada tahun pertama dapat

memprediksikan keberhasilan akademik”. Dan sebaliknya sesuai dengan pendapat Kenny & Ricc (Kertamuda&Herdiansyah, 2009), bahwa “kegagalan dalam hal beradaptasi dengan lingkungan baru dapat menyebabkan gangguan psikologi, dan perasaan rendah diri pada individu yang bersangkutan”. Selain bermanfaat khusus untuk subjek penelitian, juga pembahasan peneilitian ini dapat bermanfaat untuk penanganan kasus yang sama dalam dunia pendidikan.

2. Rumusan Masalah

(18)

kegiatan layanan dari guru pembimbing untuk membantu siswa agar dapat mengambil keputusan yang tepat berkenaan dengan permasalahan tertentu, serta mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri konseli dengan melalui kegiatan pemberian informasi yang berisi perkembangan pemahaman diri dan pemahaman mengenai orang lain sehingga mereka dapat mengembangkan diri semaksimal mungkin, lebih mengenal diri dan dapat menyesuaikan diri.

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut, maka pertanyaan umum penelitian adalah sebagai berikut: “Bagaimanakah program bimbingan melalui strategi kelompok yang tepat untuk meningkatkan penyesuaian diri siswa?”

Adapun rumusan masalah dijabarkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Seperti apa gambaran penyesuaian diri siswa kelas X SMA Negeri 1 Tasikmalaya tahun ajaran 2013/2014?

2. Seperti apa program bimbingan melalui strategi kelompok untuk meningkatkan penyesuaian diri siswa kelas X SMA Negeri 1 Tasikmalaya tahun ajaran 2013/2014?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan umum penelitian adalah untuk merumuskan program bimbingan melalui strategi kelompok yang tepat untuk meningkatkan penyesuaian diri siswa kelas X SMA Negeri 1 Tasikmalaya tahun ajaran 2013/2014. Adapun tujuan khusus dari penelitian adalah untuk memperoleh data empiris mengenai:

1. Gambaran penyesuaian diri siswa kelas X SMA Negeri 1 Tasikmalaya tahun ajaran 2013/2014;

(19)

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini memberikan sejumlah manfaat baik secara teoritis maupun praktis.

1. Secara teoritis

Hasil penelitian ini memperkaya dan menguatkan teori tentang penyesuaian diri dan bimbingan kelompok. Hasil penelitian ini juga dapat menjadi rujukan untuk pengembangan teori penyesuaian diri dan bimbingan kelompok di sekolah.

2. Secara praktis

a. Bagi sekolah, khususnya guru BK.

Penelitian ini dapat menjadi rujukan dalam mengembangkan program layanan bimbingan kelompok terutama untuk meningkatkan penyesuaian diri siswa.

b. Bagi prodi BK.

Penelitian ini dapat menjadi salah satu kekayaan hasil penelitian sebagai pengembangan keilmuan di dunia akademik.

c. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat menjadi rujukan untuk memperkuat pada kajian teoritis.

E. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan untuk memperoleh data profil yang mempengaruhi penyesuaian diri siswa kelas X SMA Negeri 1 Tasikmalaya yang dilihat melalui data numerikal atau angka yang diperoleh secara statistik.

2. Metode Penelitian

(20)

3. Populasi

Populasi data yang akan diteliti adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Tasikmalaya.

4. Sampel

Menurut Arikunto dan Furchan, sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Adapun acuan yang dijadikan sampel, diambil dari populasi siswa kelas X SMA Negeri 1 Tasikmalaya, dengan menggunakan asumsi yang telah direkomendasikan dan setelah dilakukan need assessment. Adapun teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling atau pengambilan sampel secara acak sehingga populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel tanpa memperhatikan strata dalam kelompok.

5. Instrumen Penelitian

Adapun instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah menggunakan angket. Angket yang digunakan merupakan angket tertutup, sehingga responden tinggal memilih jawaban yang telah disediakan, bentuknya sama dengan kuesioner pilihan ganda. Skala yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pola skala Likert yaitu skala yang menghendaki 5 alternatif jawaban. Namun dalam skala ini alternatif R (ragu-ragu) dihindarkan atau tidak digunakan untuk menghindari jawaban ragu-ragu, yang biasanya paling diminati oleh siswa pada saat menjawab pertanyaan. Oleh karena itu peneliti menggunakan skala penyesuaian diri dengan 4 alternatif jawaban, alasannya yaitu untuk menghindari jawaban ragu-ragu, sehingga objek yang akan memilih jawaban pasti yaitu sesuai dengan kondisi objek.

.

F. Struktur Organisasi Penulisan

Penyusunan skripsi ini terdiri atas lima bab. Adapun uraian mengenai isi dari penulisan setiap babnya adalah sebagai berikut:

(21)

manfaat penelitian mengenai program bimbingan melalui strategi kelompok untuk meningkatkan penyesuaian diri siswa kelas X di SMA Negeri 1 Tasikmalaya

Selanjutnya dalam BAB II Teori mengenai Penyesuaian Diri dan Program Bimbingan melalui Strategi Kelompok. Bab ini berfungsi sebagai landasan teoritik dalam menyusun pertanyaan penelitian dan tujuan mengenai program bimbingan melalui strategi kelompok untuk meningkatkan penyesuaian diri siswa kelas X di SMA Negeri 1 Tasikmalaya.

Kemudian BAB III Metode Penelitian, berisi tentang penjabaran secara rinci mengenai lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan dan analisis data.

Selanjutnya BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi tentang dua hal utama, yaitu pengolahan atau analisis data (untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian) dan pembahasan atau analisis temuan (untuk mendiskusikan hasil temuan yang dikaitkan dengan dasar teoritik yang telah dibahas dalam BAB II).

(22)

38

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian

1. Lokasi Penelitian

(23)

39

2. Subjek Populasi/Sampel Penelitian

Populasi data yang akan diteliti adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Tasikmalaya. Pertimbangan dalam menentukan populasi penelitian adalah sebagai berikut:

a. Menurut Hurlock (1980) “pada masa remaja penyesuaian diri dengan standar kelompok merupakan hal yang sangat penting bagi dirinya dibandingkan dengan nilai-nilai individualitasnya.

b. Pada dasarnya transisi siswa dari sekolah dasar ke sekolah menengah pertama adalah pengalaman normatif bagi semua siswa, tetapi hal tersebut dapat menimbulkan stres. Stres tersebut timbul karena transisi berlangsung pada suatu masa ketika banyak perubahan pada individu yaitu fisik, sosial dan psikologis (Blyth dkk, 1983; Eccles dan Midgely, 1990 dalam Santrock, 2002).

c. Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh guru BK SMA Negeri 1 Tasik, menunjukkan 41% siswa kelas X-3 di SMA Negeri 1 Tasikmalaya tahun ajaran 2009/2010 mengalami kesulitan dalam penyesuaian sosial.

Adapun acuan yang dijadikan sampel, diambil dari populasi siswa kelas X SMA Negeri 1 Tasikmalaya, dengan menggunakan asumsi yang telah direkomendasikan dan setelah dilakukan need assessment. Adapun teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling atau pengambilan sampel secara acak tanpa memperhatikan strata dalam kelompok sehingga populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel (Sugiyono, 2011).

Diambil secara random

Gambar 3.1

Teknik Simple Random Sampling

Sampel yang representatif Populasi

(24)

40

Jika jumlah populasi siswa kelas X SMA Negeri 1 Tasikmalaya adalah 380 orang, maka sampel yang harus diambil dengan menggunakan penentuan jumlah sampel yang dikembangkan oleh Isaac dan Michael (Sugiyono, 2011) untuk tingkat kesalahan 1%, 5%, dan 10% adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Jumlah Sampel dengan Taraf Kesalahan yang Bervariasi

Taraf Kesalahan Taraf Kepercayaan Jumlah Sampel

1% 99% 242

5% 95% 182

10% 90% 158

Adapun jumlah subjek penelitian adalah 242 orang, dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3.2

Data Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Tasikmalaya No. Kelas Jumlah Siswa

1 X IPA 3 32

2 X IPA 4 36

3 X IPA 6 35

4 X IPA 7 36

5 X IPS 1 24

6 X IPS 2 29

7 X IPS 3 27

8 X IPS 4 28

Jumlah 247

B. Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Sugiyono (2010) menyatakan bahwa kuantitatif merupakan metode ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah, yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis.

(25)

41

ini menuntut penggunaan angka mulai dari pengumpulan data, penafsiran hingga penampilan hasilnya.

Metode penelitian menggunakan metode deskriptif, berfungsi mendeskripsikan profil penyesuaian diri siswa kelas X SMA Negeri 1 Tasikmalaya sebagai dasar pembuatan program bimbingan.

C. Definisi Operasional Variabel

1. Penyesuaian Diri

Penyesuaian diri merupakan suatu proses dinamis yang bertujuan untuk mengubah perilaku setiap siswa agar terjadi hubungan yang lebih sesuai antara diri individu dengan lingkungannya. Penyesuaian diri dalam penelitian ini diukur dengan skala penyesuaian diri. Skala tersebut terdiri dari beberapa aspek dan indikator. Adapun empat aspek kepribadian dalam penyesuaian diri yang sehat antara lain:

1) Kematangan emosional, yang mencakup: a) Kemantapan suasana kehidupan emosional

b) Kemantapan suasana kehidupan kebersamaan dengan orang lain c) Kemampuan untuk santai, gembira dan menyatakan kejengkelan d) Kemampuan menyatakan diri sendiri

2) Kematangan intelektual, yang mencakup:

a) Kemampuan mencapai wawasan diri sendiri

b) Kemampuan memahami orang lain dan keragamannya c) Kemampuan mengambil keputusan

d) Keterbukaan dalam mengenal lingkungan 3) Kematangan sosial, yang mencakup:

a) Keterlibatan dalam partisipasi sosial b) Kesediaan kerjasama

c) Kemampuan kepemimpinan d) Kemampuan toleransi

4) Tanggung jawab, yang mencakup:

(26)

42

b) Melakukan perencanaan dan melaksanakannya secara fleksibel c) Kemampuan empati, bersahabat dalam hubungan interpersonal d) Kesadaran akan etika dan hidup jujur

2. Program Bimbingan melalui Strategi Kelompok

Program bimbingan melalui strategi kelompok dalam penelitian ini merujuk pada rencana menyeluruh dari aktivitas suatu lembaga atau unit yang berisi layanan-layanan bimbingan dan konseling melalui strategi kelompok yang terencana beserta waktu pelaksanaan dan pelaksananya.

Strategi kelompok merupakan bagian dari layanan dasar dan layanan responsif, dan strategi kelompok yang digunakan dalam program bimbingan kali ini yaitu bimbingan klasikal, bimbingan kelompok dan konseling kelompok.

(27)

43

D. Instrumen Penelitian

Adapun instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah menggunakan angket. Angket yang digunakan merupakan angket tertutup, sehingga responden tinggal memilih jawaban yang telah disediakan, bentuknya sama dengan kuesioner pilihan ganda. Skala yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pola skala Likert yaitu skala yang menghendaki 5 alternatif jawaban. Namun dalam skala ini alternatif R (ragu-ragu) dihindarkan atau tidak digunakan untuk menghindari jawaban ragu-ragu, yang biasanya paling diminati oleh siswa pada saat menjawab pertanyaan. Oleh karena itu peneliti menggunakan skala penyesuaian diri dengan 4 alternatif jawaban, alasannya yaitu untuk menghindari jawaban ragu-ragu, sehingga objek yang akan memilih jawaban pasti yaitu sesuai dengan kondisi objek.

Penyusunan butir pertanyaan dalam skala ini dikelompokkan menjadi butir-butir favourable dan butir-butir-butir-butir unfavourable, dibuat dalam 4 alternatif jawaban. `Pertanyaan dalam skala yang mendukung kecenderungan favourable yaitu pertanyaan dibelikan pada subjek berdasarkan jawaban yang dipilih yaitu: Sangat sesuai (SS) skor 4. Sesuai (S) skor 3. Tidak sesuai (TS) skor 2, Sangat tidak sesuai (STS) skor 1. Sedangkan pertanyaan yang unfavourable adalah: Sangat sesuai (SS) skor 1. Sesuai (S) skor 2. Tidak sesuai (TS) skor 3. Sangat tidak sesuai (STS) skor 4.

1. Kisi-kisi Instrumen

Angket ini disusun dan dikembangkan berdasarkan empat aspek kepribadian dalam penyesuaian diri yang sehat menurut Fromm dan Gilmore (Desmita, 2009), antara lain: Kematangan emosional, Kematangan intelektual, Kematangan sosial, dan Tanggung jawab. Untuk lebih rincinya, indikator-indikator siswa dapat menyesuaikan diri adalah sebagai berikut:

1) Kematangan emosional, yang mencakup:

a) Kemantapan suasana kehidupan emosional

(28)

44

2) Kematangan intelektual, yang mencakup:

a) Kemampuan mencapai wawasan diri sendiri

b) Kemampuan memahami orang lain dan keragamannya c) Kemampuan mengambil keputusan

d) Keterbukaan dalam mengenal lingkungan 3) Kematangan sosial, yang mencakup:

a) Keterlibatan dalam partisipasi sosial b) Kesediaan kerjasama

c) Kemampuan kepemimpinan d) Kemampuan toleransi

4) Tanggung jawab, yang mencakup:

a) Kemampuan produktif dalam mengembangkan diri

b) Melakukan perencanaan dan melaksanakannya secara fleksibel c) Kemampuan empati, bersahabat dalam hubungan interpersonal d) Kesadaran akan etika dan hidup jujur

(29)

45 c. Kemampuan kepemimpinan 45,46 47,48 4 d. Kemampuan toleransi 49,50 51,52 4

d. Kesadaran akan etika dan hidup jujur

Dalam memudahkan keperluan analisis penelitian ini, maka jawaban responden diberi skor. Adapun pola penyekoran tersebut yaitu:

Tabel 3.4

Pola Skor Opsi Alternatif Respons

Pernyataan Skor Empat Alternatif Respons

SS S TS STS

Positif 4 3 2 1

(30)

46

Keterangan:

SS : Sangat sesuai S : Sesuai TS : Tidak sesuai STS : Sangat tidak sesuai

E. Proses Pengembangan Instrumen

1. Uji Kelayakan Instrumen

Sebelum angket penyesuaian diri digunakan pada sampel penelitian yang sesungguhnya, terlebih dahulu dilakukan validasi baik secara internal (judgement instrumen) melalui pakar/dosen Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia maupun secara empirik melalui uji coba lapangan pada objek terbatas, kemudian dihitung validitas dan reliabilitasnya. Pada item yang tidak valid/tidak reliabel akan dikoreksi/diganti bergantung pada kadar validitas dan reliabilitasnya. Kemudian uji keterbacaan juga penting dilakukan untuk melihat keterpahaman siswa mengenai isi dari instrumen. Kegiatan uji keterbacaan ini dilakukan kepada siswa X MIPA 7 SMA N 5 Tasikmalaya. Sebelum angket tersebut diuji cobakan, langkah yang dilakukan adalah melakukan judgement yaitu uji kelayakan angket penelitian oleh dosen penguji kelayakan yang berkompeten dan memahami bidang garapan oleh peneliti. Selain itu juga untuk melihat kesesuaian antara isi rumusan setiap pernyataan dengan indikator nilai yang diukur oleh butir pernyataan berdasarkan variabelnya.Uji kelayakan instrument (judgement) dilakukan oleh beberapa dosen PPB FIP UPI, yaitu Prof. Dr. Juntika Nuriksan, M.Pd., H. Nandang Budiman, S.Pd., M.Si., dan Eka Sakti Yudha, M.Pd.

(31)

47

Tabel 3.5

Hasil Uji Kelayakan Instrumen Penyesuaian Diri No. item

Dibuang -

Direvisi 3, 4, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 16, 23, 24, 28, 31, 35, 36, 39, 40, 41, 43, 44, 47,48, 55, 59, 60, 63, 65, 66, 71, 72, 73, 75

Ditambah -

Pernyataan-pernyataan yang termasuk pada kelompok kurang memadai (perlu direvisi) disebabkan oleh beberapa hal berikut ini, yaitu : a) kalimat pernyataan kurang jelas, b) kalimat pernyataan yang belum spesifik, dan c) pernyataan yang berulang dan memiliki makna yang sama.

Adapun kisi-kisi instrumen setelah uji kelayakan instrumen dapat dilihat pada tabel 3.6 berikut.

Tabel 3.6

(32)

48 g. Kemampuan kepemimpinan 45,46 47,48 4 h. Kemampuan toleransi 49,50 51,52 4

j. Kesadaran akan etika dan hidup jujur mengenai kemampuan penyesuaian diri siswa diuji keterbacaannya kepada 36 siswa kelas X MIPA 7 SMA N 5 Tasikmalaya. SMA N 5 Tasikmalaya dipilih sebagai sekolah uji coba karena memiliki kriteria kemampuan sosial yang hampir sama dengan siswa di SMA N 1 Tasikmalaya. Data uji keterbacaan ini dihitung dengan menggunakan uji validitas dan realibilitas.

a. Uji Validitas

Uji validitas penting dilakukan untuk mengetahui kelayakan dari sebuah instrumen untuk digunakan. Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Valid dalam Bahasa Indonesia disebut

dengan istilah “sahih”. Dalam penelitian ini uji validitas akan dilakukan guna mengetahui kesahihan butir-butir item instrumen. Pengujian validitas item pada penelitian ini diolah secara statistik dengan memanfaatkan layanan SPSS

(33)

49

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas suatu instrumen penelitian menunjukan bahwa instrumen yang digunakan dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut dapat dikatakan baik apabila memberikan data dengan ajeg sesuai dengan kenyataan (Arikunto, 2005).

Untuk mengetahui tingkat reliabilitas instrumen, data uji coba diolah secara statistik dengan memanfaatkan layanan SPSS 20.0 for Windows.

Sebagai tolak ukur koefisien reliabilitasnya, digunakan kriteria dari Guilford (Arikunto, 2005), yaitu :

0,91 – 1,00 : Derajat keterandalannya sangat tinggi 0,71 – 0,90 : Derajat keterandalannya tinggi 0,41 – 0,70 : Derajat keterandalannya sedang 0,21 – 0,40 : Derajat keterandalannya rendah

< 0,21 : Derajat keterandalannya sangat rendah

Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas

Instrumen Penyesuaian Diri Siswa

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha

N of Items

,729 77

(34)

50 Tasikmalaya, maka kisi-kisi angket yang akan diujikan kepada siswa kelas X SMA N 1 Tasikmalaya adalah sebagai berikut:

Tabel 3.9

Kisi-Kisi Instrumen Skala Penyesuaian Diri Siswa (Setelah Uji Validitas)

c. Kemampuan untuk santai, gembira dan menyatakan kejengkelan

3 - 1

d. Kemampuan menyatakan diri sendiri 4 5,6 3 e. Kemampuan mengatasi stres dan

kecemasan

7 8 2

2. Kematangan intelektual

a. Kemampuan mencapai wawasan diri sendiri

9 10, 11

3 b. Kemampuan memahami orang lain

dan keragamannya

12 13 2 c. Kemampuan mengambil keputusan 14,

15

(35)

51

a. Keterlibatan dalam partisipasi sosial 19, 29 d. Kesadaran akan etika dan hidup

jujur

Prosedur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Perumusan masalah, yaitu diawali dengan pengajuan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang jawabannya harus dicari di lapangan dengan melakukan studi pendahuluan ke lokasi penelitian, yaitu SMA Negeri 1 Tasikmalaya. 2. Menentukan prosedur pengumpulan data.

3. Menyebarkan instrumen kepada siswa kelas X.

4. Melaksanakan pengolahan dan penganalisisan data. Kemudian pembahasan dan mengambil kesimpulan mengenai program bimbingan melalui strategi kelompok untuk meningkatkan penyesuaian diri siswa.

G. Teknik Pengumpulan Data

(36)

52

Tasikmalaya untuk mengetahui gambaran penyesuaian diri siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mempersiapkan kelengkapan instrumen dan petunjuk pengerjaan instrumen 2. Mengecek kesiapan siswa untuk mengisi instrumen

3. Membacakan petunjuk pengerjaan instrumen dan mempersilahkan siswa untuk mengisi instrumen yang disediakan

4. Mengumpulkan instrumen dan mengecek kelengkapan pengisian instrumen (identitas siswa dan jawaban siswa)

H. Analisis Data

1. Verifikasi Data

Verifikasi data dilakukan untuk memeriksa data yang sudah diperoleh. Hal ini dilakukan untuk menyeleksi data yang layak untuk diolah dan tidak diolah. Tahapan verifikasi data yang dilakukan yaitu sebagai berikut:

a. Mengecek jumlah instrumen yang akan disebar, kemudian jumlah instrumen yang sudah terkumpul harus sesuai dengan instrumen yang disebar kepada sampel penelitian.

b. Merekap data yang diperoleh dari sampel dengan memberikan penyekoran data sesuai dengan pedoman penyekoran yang telah ditentukan.

2. Pengolahan Data

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengolahan data adalah untuk mengukur bagaimana gambaran umum penyesuaian diri siswa kelas X di SMA Negeri 1 Tasikmalaya Tahun Ajaran 2013/2014, yang selanjutnya akan dikembangkan menjadi program hipotetik bimbingan melalui strategi kelompok untuk meningkatkan siswa.

(37)

53

Tabel 3.10

Kategori Penyesuaian Diri

Kategori Rentang

Tinggi z > 1

Sedang -1 > z < 1

Rendah z < -1

Adapun tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Menentukan skor masing-masing siswa

b. menghitung rata-rata dari keseluruhan skor siswa

c. Menghitung simpangan baku dari keseluruhan skor siswa d. Menghitung skor z masing-masing siswa, dengan rumus:

Keterangan: x = skor

x = rata-rata skor s = simpangan baku

Interpretasi dari setiap kategori penyesuaian diri siswa adalah sebagai berikut :

Tabel 3.11

Interpretasi Skor Kategori Penyesuaian Diri

Kategori Rentang Interpretasi

Tinggi z > 1

(38)

54

Sedang -1 > z < 1

Siswa pada kategori sedang, cukup mampu untuk menyelaraskan kesatuan fisik dan psikis individu untuk mengatasi tuntutan baik yang berasal dari dalam diri maupun dari lingkungannya dengan indikasi memiliki kematangan emosional, kematangan intelektual, kematangan sosial, dan tanggung jawab.

Rendah z < -1

Siswa pada kategori rendah, belum mampu untuk menyelaraskan kesatuan fisik dan psikis individu untuk mengatasi tuntutan baik yang berasal dari dalam diri maupun dari lingkungannya dengan indikasi memiliki kematangan emosional, kematangan intelektual, kematangan sosial, dan tanggung jawab.

I. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, dan pelaporan yang isinya sebagai berikut.

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menyusun proposal penelitian dan mempresentasikannya dalam mata kuliah Metode Riset

b. Menyerahkan proposal penelitian yang telah disahkan oleh dosen metode riset bimbingan dan konseling kepada Ketua Dewan Skripsi, calon dosen pembimbing serta Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan untuk mendapatkan persetujuan dan pengesahan;

c. Membuat SK (Surat Ketetapan) Pengangkatan Dosen Pembimbing dan Surat Izin Melaksanakan Penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan meliputi:

a. Mengajukan izin ke sekolah tempat penelitian

b. Menyusun kisi-kisi instrumen dan menimbangnya kepada dosen ahli (judgement experts)

(39)

55

d. Menyebar instrumen kepada subjek penelitian e. Mengolah dan menganalisis data

f. Merancang program bimbingan pribadi sosial dan menimbangnya kepada dosen ahli dan praktisi di sekolah.

3. Tahap Pelaporan

Tahap pelaporan merupakan tahap akhir penelitian, meliputi: a. Penyempurnaan penyusunan laporan akhir penelitian b. Penelitian diujikan pada ujian sidang sarjana

(40)

81

BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Gambaran umum penyesuaian diri siswa kelas X SMA Negeri 1 Tasikmalaya Tahun Ajaran 2013/2014 pada umumnya berada pada kategori sedang (65,45%). Artinya sebagian siswa sudah memiliki kemampuan untuk menyelaraskan kesatuan fisik dan psikis individu untuk mengatasi tuntutan baik yang berasal dari dalam diri maupun dari lingkungannya dengan indikasi memiliki 1) kematangan emosional, 2) kematangan intelektual, 3) kematangan sosial, dan 4) tanggung jawab. Namun beberapa siswa lain masih berada pada kategori rendah dengan tingkat pencapaian dari tiap aspek berada pada kategori sedang. Dan dilihat dari nilai terendah terbanyak dari setiap aspek, kematangan intelektual merupakan aspek yang paling banyak frekuensi siswanya yang berada dalam kategori rendah. Berdasarkan data yang diperoleh tersebut, maka dikembangkan program bimbingan melalui strategi kelompok untuk meningkatkan penyesuaian diri siswa. Hal ini bertujuan agar siswa terfasilitasi secara optimal dalam meningkatkan penyesuaian diri.

Program bimbingan yang disusun meliputi rasional program, deskripsi kebutuhan, visi dan misi, tujuan program, komponen program, rancangan operasionl, pengembangan tema, dan evaluasi. Pengembangan materi dalam program disesuaikan dengan hasil analisis kebutuhan siswa kelas X SMA Negeri 1 Tasikmalaya Tahun Ajaran 2013/2014, yaitu secara keseluruhan setiap aspek dan beberapa indikator penyesuaian diri. Materi program tersebut selanjutnya diberikan melalui layanan dasar dan layanan responsif.

B. Rekomendasi

(41)

82

Melalui adanya rekomendasi, diharapkan dapat menjadi perbaikan dan pertimbangan bagi pihak-pihak yang terkait.

1. Kepala Sekolah

Pimpinan sekolah hendaknya menyusun dan mendukung rancangan upaya peningkatan penyesuaian diri siswa. Lingkungan sekolah yang kondusif dapat membantu siswa dalam meningkatkan penyesuaian diri.

2. Guru Bimbingan dan Konseling

a. Berdasarkan gambaran umum penyesuaian diri siswa kelas X, guru BK dapat memfasilitasi siswa terkait informasi dan layanan yang bertujuan untuk meningkatkan penyesuaian diri.

b. Hasil penelitian menjadi salah satu bahan rujukan evaluasi bagi pengembangan program bimbingan dan konseling selanjutnya.

c. Guru BK hendaknya bekerja sama dengan pihak sekolah lain (kepala sekolah, wali kelas, guru mata pelajaran) dalam upaya peningkatan penyesuaian diri melalui strategi yang tepat, terencana dan terstruktur dalam pengembangan program bimbingan dan konseling.

3. Peneliti Selanjutnya

Keterbatasan proses dan hasil penelitian ini tidak dapat dipisahkan dari keterbatasan penyusun skripsi dalam mengelola kegiatan penelitian. Oleh karena itu kepada peneliti selanjutnya direkomendasikan untuk:

a. Hendaknya menggunakan lebih dari satu alat pengungkap data agar memperoleh data yang lebih akurat.

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Agustiani, Hendrianti. (2009). Psikologi Perkembangan Pendekatan Ekologi

Kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri Pada Remaja.

Bandung: PT. Refika Aditama.

Arikunto, S. (2005). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Bandura, A. (1997). Self Efficacy, The Exercise of Control. New York : Freeman and Company.

Chaplin, J.P. (2002). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: P.T. Grafindo Persada.

Davies, Leah. (2010). Helping Children Cope with School Transitions. [Online]. Dirujuk dari:http://www.kellybear.com/TeacherArticles/TeacherTip38.html. pada 10 Oktober 2012.

Depdiknas. (2008). Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan

Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Bandung:

Jurusan BK UPI.

Desmita. (2011). Psikologi Perkembangan. Bandung : Remaja Rosda Karya.

Gunarsa, Singgih D. (1991). Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Hartinah. S. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Refika Aditama.

Hurlock, E. (1973). Adolescent Development. New York: Mc Grow Hill Book Company.

(43)

________. (1999). Perkembangan Anak. Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Ipah Saripah. (2006). Program Bimbingan untuk Mengembangkan Perilaku

Prososial Anak”. Tesis pada Program Pasca Sarjana UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Junaedi, Hadi & Mochamad Nursalim. (2011). “Penerapan Strategi Modeling Partisipan untuk Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Antar Pribadi Siswa”. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Universitas Negeri Surabaya, 12(1), 5-8.

Kertamuda, F. & Herdiansyah, H. (2009). “Pengaruh Strategi Coping Terhadap Penyesuaian Diri Mahasiswa Baru”. Jurnal Universitas Paramadina. 6 (1),

13.

Lazarus, Richard S. (1976). Patterns Of Adjustment (third edition). Kogakusha: McGraw-Hill, Inc.

________________. (1969). Personality And Adjusment. Englewood Cliffs: Pretince Hall.

Pidiana & Nursalim. (2011). Penerapan Strategi Modeling Partisipan untuk Meningkatkan Penyesuaian Diri Terhadap Teman Sebaya. Jurnal Psikologi

Pendidikan dan Bimbingan, Universitas Negeri Surabaya. 12 (2), 3-4.

Makmun, Abin Syamsuddin. (2003). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Rosda Karya Remaja.

Mappiare, Andi. (1993). Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.

_____________. (2006). Kamus Istilah Konseling dan Terapi. Jakarta: PT. Rajafindo Persada.

(44)

Jurnal Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Universitas Negeri Surabaya, pp 1-6.

Muqodas, I. (2011). Efektivitas Model Service Quality Untuk Meningkatkan

Kualitas Layanan Bimbingan dan Konseling. Tesis pada Program Studi

Bimbingan dan Konseling UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Muro, JJ, & Kottman. (1995). Guidance and Counseling in Elementary and

Middle Schools. United State of America: Web Brown Communication inc.

Natawidjaja, R. (1988). Peran Guru dalam Bimbingan di Sekolah. Bandung: Abardin.

Newman, P.R., Newman, B.M. (1981). Living : The Process of Adjustment. Illinois: The Dorsey Press.

Nurihsan, J. (2003). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Bandung: Mutiara.

Prayitno. (1995). Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan

Profil). Jakarta: Ghalia Indonesia.

Romlah, Tatiek. (2001). Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok. Malang: Universitas Negeri Malang.

Santrock, John W. (2002). Remaja. Jakarta: Erlangga.

Saripah, I. (2006). Program Bimbingan untuk Mengembangkan Perilaku

Prososial Anak. Tesis pada Program Pascasarjana UPI Bandung. Tidak

diterbitkan.

Sarwono, S.W. (2006). Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

(45)

Setianingsih, dkk. (2006). “Hubungan Antara Penyesuaian Sosial dan Kemampuan Menyelesaikan Masalah Dengan Kecenderungan Perilaku Delinkuen Pada Remaja”. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro, 3 (1),

33.

Setiowati, Erni Agustina. (2009). “Keterlibatan dalam Geng: Masalah Personal, Keluarga, dan Sekolah”. Proyeksi, 4 (2), 108.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Supriatna. (2011). Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi. Jakarta: Rajawali Pers.

Willis, Sofyan S. (2012). Problema Remaja dan Pemecahannya. Bandung: Angkasa.

Winkel. (2004). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia.

World YOUTH Report. (2003). World YOUTH Report, The Global Situation of

Young People. New York: United Nations Reproduction Section.

Yusuf, Syamsu LN & Juntika Nurihsan. (2008). Landasan Bimbingan dan

Konseling. Bandung : PT Remaja Rosda Karya.

Yusuf, S. (2004). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

_______. (2009). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Zakiyah, dkk. (2010). “Hubungan Antara Penyesuaian Diri Dengan Prokrastinasi Akademik Siswa Sekolah Berasrama SMP N 3 Peterongan Jombang”.

Gambar

Gambar 3.1 Simple Random Sampling
Tabel 3.1 Jumlah Sampel dengan Taraf Kesalahan yang Bervariasi
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Penyesuaian Diri
Tabel 3.4 Pola Skor Opsi Alternatif Respons
+5

Referensi

Dokumen terkait

Direktur Pembinaan Program Ketenagalistrikan menyampaikan surat permintaan status dokumen draft RUPTL 2017-2026 kepada Direktur Perencanaan Korporat PLN Februari 23 Dirut

OGC specification has a discrepancy between kml:north/south element description and associated type/default value such that the default value is not in the valid range and violates

Penulisan Ilmiah ini menjelaskan perancangan program perpustakaan berdasarkan hasil riset yang diperoleh dari perpustakaan SMAK 5 BPK Penabur, dimana program yang dibuat dapat

Demikian penyampaian pengumuman tersebut, agar saudara mengetahui dan atas perhatian saudara dalam pengadaan langsung tersebut kami ucapkan

Ada pengaruh antara motivasi dengan kepuasan kerja rekam medik dan bidang pelayanan RSUD Banjarbaru, kemudian diketahui bahwa responden yang menilai motivasi kurang baik tujuh

Penentuan shio dalam program sederhana ini dilakukan dengan pertama kali dengan menginput tanggal, bulan dan tahun kelahiran kemudian dilakuakn perhitungan dengan cara

diri pada hal/ perilaku yang akan dijadikan objek observasi.4. Mengidentifikasi dengan jelas, kemudian

Jadi, perangkat transmisi Uplink berfungsi sebagai pemroses suara dan gambar televisi dari studio televisi ataupun sinyal baseband dari sentral Telekomunikasi untuk dijadikan