No. Daftar FPIPS : 1515/UN.40.2.3/PL/2013
PENGARUH UNSUR KARAKTER KEMILITERAN JEPANG TERHADAP GIYUGUN DI SUMATERA TAHUN 1942-1945 DAN
DAMPAKNYA TERHADAP PEMBENTUKAN BKR/TKR TAHUN 1945-1950
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Sejarah
Oleh : Utami Iskanti 0800959
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2013
PENGARUH UNSUR KARAKTER KEMILITERAN JEPANG TERHADAP GIYUGUN DI SUMATERA TAHUN 1942-1945 DAN
DAMPAKNYA TERHADAP PEMBENTUKAN BKR/TKR TAHUN 1945-1950
Oleh
Utami iskanti
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Utami Iskanti 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Mei 2013
dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
LEMBAR PENGESAHAN
UTAMI ISKANTI
PENGARUH UNSUR KARAKTER KEMILITERAN JEPANG
TERHADAP GIYUGUN DI SUMATERA TAHUN 1942-1945 DAN DAMPAKNYA TERHADAP PEMBENTUKAN BKR/TKR
TAHUN 1945-1950
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
PEMBIMBING:
Pembimbing I
Dr. Nana Supriatna, M.Ed NIP. 19611014 198601 1 001
Pembimbing II
Drs. Tarunasena Ma’mur
NIP. 19680828 199802 1 001
Mengetahui
Utami Iskanti , 2013
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Pengaruh unsur karakter kemiliteran jepang terhadap giyugun di Sumatera tahun 1942-1945 dan dampaknya terhadap pembentukan
BKR/TKR tahun 1945-1950”. Berisi mengenai gambaran pengaruh militer
Jepang ketika berada di Indonesia terhadap pembentukan watak dan karakter pemuda Indonesia. Permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah tentang
bagaimana pengaruh unsur karakter kemiliteran jepang terhadap giyugun di
sumatera tahun 1942-1945 dan dampaknya terhadap pembentukan BKR/TKR tahun 1945-1950. Permasalahan pokok tersebut kemudian diuraikan kembali dalam beberapa pertanyaan penelitian diantaranya, yaitu: 1) Bagaimana unsur
karakter kemiliteran Jepang yang diterapkan dalam Giyugun di Sumatera tahun
1942-1945? 2) Bagaimana karakter Giyugun di Sumatera tahun 1942-1945 yang
mendapat pendidikan dari militer Jepang? 3) Adakah dampak dari semangat Giyugun di Sumatera tahun 1942-1945 dalam pembentukan BKR/TKR tahun 1945-1950? Penulisan ini menggunakan metode historis dengan melakukan empat langkah penelitian yaitu heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Sedangkan untuk pengumpulan data penulis melakukan teknik studi literatur yaitu mengkaji sumber-sumber yang relevan dengan kajian penulis.
Pada masa penjajahan Jepang di Indonesia, Sumatera dijadikan sebagai daerah inti oleh Jepang. Jika dilihat dari luas wilayahnya, Sumatera lebih luas dibandingkan dengan Jawa. Jepang mempunyai tujuan membagi kepentingan wilayah-wilayah tersebut baik dalam bidang militer maupun politik-ekonomi. Jepang mengutamakan Sumatera dalam bidang ekonomi yaitu dalam mencari pasokan sumber daya alam seperti minyak bumi, timah, karet, batu bara dan bauksit lebih ditekankan untuk menunjang industri perang. Selain itu, pemuda Indonesia dijadikan sebagai prajurit sukarela yang dididik dengan tradisi militer yang dimiliki oleh Jepang. Pemerintah pendudukan Jepang mengeluarkan kebijakan untuk membentuk tentara sukarela yang bertujuan untuk membantu balatentara Jepang dalam mempertahankan kawasan pendudukan dari serangan balasan Sekutu.
ABSTRACT
This minithesis titled “the effect of japan military characteristic to giyugun at
Sumatera in 1942-1945 and the cause to creation BKR/TKR in 1945-1950”.
Consist about the reflection effect of japan military in Indonesia as the effect of character and attitude of Indonesian youth. The main problem in this research is
about how the effect of japan military characteristic to giyugun at Sumatera in
1942-1945 and the cause to creation BKR/TKR in 1945-1950 . This main problem also being explained into some question : 1) how the japan military
characteristic which is applicated for Giyugun at Sumatera in 1942-1945? 2) how
Giyugun characteristic at Sumatera in 1942-1945 which is trained by Japan
military? 3) is there any cause from Giyugun spirit at Sumatera in 1942-1945 to
the creation BKR/TKR in 1945-1950? This written using historical method with four step researching that is heuristic, critics, interpretation and historiografy. Meanwhile for the data collect the writer is using study literature technique or investigate sources which is relevant with the study of writer.
When the Japanese military periods at Indonesia, Sumatera become the main area by Japanese military government. If we look its wide area, Sumatera has wider than Java island. The japanese government has an aim to divide these area in military section even in politic-economy section. The Japanese government making Sumatera become the center in economy section, they prove it by searching the natural resources such as oil, tin,rubber, coal and bauxite to provide Japanese military at war industrial. Beside it, Indonesian youth formed as voluntary soldier who trained with military tradition which has by Japanese military. The Japanese military government publish a tactical governancy to create the voluntary soldier to support the Japanese military in an event to struggle the area Japanese military from the alliance forces attack.
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR BAGAN ... vii
DAFTAR TABEL ... viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Manfaat atau Signifikasi Penelitian ... 6
1.5 Metode dan Teknik Penelitian ... 7
a.Metode Penelitian ... 7
b.Teknik Penelitian ... 8
1.6 Struktur Organisasi Skripsi ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Mengenai Konsep Indoktrinasi ... 12
2.2 Kajian Mengenai Konsep Propaganda ... 14
2.3 Kajian mengenai Konsep Ekspansi ... 19
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Persiapan Penelitian ... 24
3.1.1 Pengajuan dan Penentuan Tema Penelitian ... 24
3.1.2 Penyusunan Rancangan Penelitian ... 25
3.1.3 Proses Bimbingan ... 25
3.2.2 Kritik Sumber ... 28
3.2.3 Interpretasi ( Penafsiran Sumber) ... 31
3.2.4 Historiografi ( Penulisan Hasil Penelitian) ... 33
BAB IV PENGARUH UNSUR KARAKTER KEMILITERAN JEPANG TERHADAP GIYUGUN DI SUMATERA TAHUN 1942-1945 DAN DAMPAKNYA TERHADAP PEMBENTUKAN BKR/TKR TAHUN 1945-1950 4.1Karakter Kemiliteran Jepang di Sumatera (1942-1945) ... 35
4.1.1Awal Kedatangan Jepang di Sumatera ... 35
4.1.2Budaya Militer Jepang ... 40
4.2Karakter Giyugun Di Sumatera (1942-1945)... 44
4.2.1 Pembentukan Giyugun di Sumatera ... 44
4.2.2 Pembentukan Mental Prajurit Giyugun ... 54
4.3 Dampak Dari Semangat Giyugun Dalam Pembentukan BKR/TKR (1945-1950) ... 58
BAB V KESIMPULAN dan SARAN ... 68 DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Penelitian
Karakter disiplin sangat penting dalam menunjang kemajuan dan keamanan suatu bangsa.Dalam kehidupan militer, disiplin merupakan faktor utama yang selalu diterapkan kepada setiap prajuritnya.Hal tersebut dikarenakan militer merupakan badan keamanan bagi masyarakat dan pusat pertahanan negara, sebagaimana dikemukakan bahwa “… fungsi militer di dalam negara adalah melakukan “pertahanan, hal ini diperlukan untuk menjaga kemungkinan serangan dari luar.
Untuk itu negara dilengkapi dengan alat-alat pertahanan” (Budiardjo,2008:56).
Lingkungan tugas militer diutamakan di medan perang, oleh karena itu militer dilatih dan dituntut untuk bersikap tegas dan disiplin. Para pemimpinnya harus mampu bertindak tegas dan berani karena yang dipimpin adalah pasukan bersenjata yang siap untuk menghadapi peperangan.
Utami Iskanti , 2013
Ketika Indonesia ingin terbebas dari belenggu penjajahan, Jepang mulai muncul dan menduduki negara Indonesia.Jepang merupakan salah satu negara yang mengutamakan kedisiplinan dalam militernya.Disiplin selalu diterapkan kepada para prajuritnya karena Jepang menganggap bahwa disiplin lebih penting dibandingkan dengan teknologi yang ada dalam bidang kemiliteran. Ketika ada seorang prajurit yang melakukan pelanggaran kedisiplinan, maka akan diberikan sanksi hukum sesuai dengan peraturan yang ada. Hal tersebut berlaku bagi siapa saja dan tidak ada yang dikecualikan.Tradisi kemiliteran yang dimiliki oleh Jepang tersebut telah menjadikan Jepang kuat dan mampu untuk menjadi negara yang besar.Kekuatan militer yang dimiliki Jepang tersebut telah mengantarkannya terlibat dalam Perang Pasifik melawan Sekutu, Hal tersebut dikarenakan adanya keinginan Jepang untuk membentuk Negara Asia Timur Raya.Dalam usaha untuk membangun suatu imperium di Asia, Jepang dengan kekuatan pasukan militernya secara tiba-tiba menyerbu ke Asia Tenggara dan menyerang Pearl Harbour yaitu pangkalan terbesar angkatan laut Amerika di Pasifik hingga akhirnya meletuslah Perang Pasifik (Notosusanto, 1993:1).
Dalam gerakannya ke Selatan tersebut, Jepang juga menyerbu ke Indonesia yang ketika itu sedang dikuasai oleh Sekutu.Demikian juga ketika Jepang masuk ke Indonesia, kekuatan pasukan militer Jepanglah yang telah berhasil mengusir Sekutu dari Indonesia.Jepang mulai menduduki Indonesia di wilayah Sumatra di bawah pengendalian Departemen Pemerintahan Militer (Gunseibu) Tentara ke-25, wilayah tersebut dianggap penting bagi Jepang. Zed (2004:47) menyatakan bahwa:
Jawa, guna mengaburkan citra nasionalisme Indonesia yang telah terbentuk jauh sebelumnya. Kedua, erat kaitannya dengan ini, Dari sudut strategi militer Jepang pada masa PD (Perang Dunia) II, ancaman serangan musuh (sekutu) yang paling rawan diperkirakan akan muncul dari arah barat (ceylon, kini Srilanka). Tumpuan pertahanan tentara pendudukan, karenanya, harus terletak di seputar Sumatra dan Selat Malaka. Dengan sendirinya Sumatera dan Semenanjung Malaya menjadi vital. Selain itu, wilayah Sumatra juga kaya akan sumber daya alam yang dibutuhkan dalam perang. Ketiga, Sumatra memiliki sumber alam yang kaya, yang diperlukan Jepang untuk ekonomi perangnya pada masa PD II (1939-1945). Terutama bahan bakar minyak, timah dan karet yang diperlukan untuk industri perang di dalam negerinya, disamping untuk mobilitas mesin perang di daerah pendudukan.
Berlangsungnya Perang Pasifik telah membuat kekuatan angkatan militer Jepang menjadi lemah karena serangan balik dari pihak Sekutu yang begitu besar dan lebih kuat.Jepang mulai tersudut dalam perang di Pasifik terutama pertempuran yang terjadi di Laut Karang dan Guadalcanal. Hal tersebut menimbulkan kekhawatiran bagi Jepang akan terjadinya serangan terhadap negara-negara yang dikuasainya, termasuk Indonesia. Agar dapat menahan serangan Sekutu tersebut maka Jepang mengambil keputusan untuk memberikan kesempatan kepada rakyat Indonesia untuk dapat menduduki bagian-bagian dalam pemerintahan, selain itu Jepang juga merasa bahwa perlunya dibentuk kekuatan pertahanan militer di daerah jajahan karena tenaga bantuan dari negaranya sudah berkurang.Dengan adanya faktor tersebut maka Jepang mengeluarkan kebijakan untuk membentuk tentara sukarela di Indonesia untuk membantu pertahanan dan kekuatan Jepang, tentara sukarela tersebut di antaranya
Heiho, PETA, dan Giyugun(Notosusanto, 1993:29).
Jepang mulai melancarkan rencananya untuk membentuk tentara sukarela
Indonesia pada tahun 1943, di Sumatra “proyek latihan militer Jepang yang akan
dilaksanakan itu diberi nama Jepang Giyugun (giyu= sukarelawan, gun=korps
tentara) …” (Zed, 2004: 53). Program pendidikan militer Jepang berlandaskan dua
Utami Iskanti , 2013
Jepang yang berakar dalam tradisi Bushido (harfiah Bushido artinya “jalan
Pejuang”)“ (Zed, 2004:69), Semangat jauh lebih penting daripada teknologi di dalam
persenjataan militer. Nilai-nilai yang terdapat dalam ajaran Bushido adalah mengenai
bagaimana cara kita agar bersikap total dalam mengerjakan segala hal di kehidupan
kita. Semangat Bushido telah membangun karakter para prajurit Giyugun agar mau
bekerja keras, disiplin, pantang menyerah dan kepercayaan diri hingga akhirnya akan melahirkan nasionalisme yang begitu besar terhadap para prajuritnya.Yang kedua adalah disiplin yang mutlak dibutuhkan dan tidak boleh bertentangan dengan
nilai-nilai lain seperti nilai-nilai-nilai-nilai Islam.Para prajuritGiyugun digembleng dan dilatih untuk
mempraktekkan sikap disiplin model Jepang. (Pusat Sejarah ABRI, 1988:181).
Jepang yang pada awalnya membentuk pendidikan militer Giyugun hanya
untuk kepentingannya sendiri, tetapi ternyata telah memberikan kontribusi yang besar bagi Indonesia.Program-program pendidikan militer Jepang banyak memberikan
dampak bagi Giyugun di Sumatera.Giyugun merupakan tempat digemblengnya
prajurit dalam suatu tempat kehidupan yang keras dan tidak kenal kompromi. Pelajaran langsung yang diperoleh bangsa Indonesia melalui pendidikan kemiliteran Jepang adalah rasa tanggung jawab yang tinggi dalam rangka pertahanan Indonesia. Pembinaan mental yang ditanamkan oleh Jepang dititikberatkan kepada rasa benci terhadap bangsa Barat, dengan demikian rasa kebangsaan nasional Indonesia dapat terbentuk.Oleh karena itu pembentukan kemiliteran Jepang merupakan suatu faktor yang penting di dalam Sejarah nasional Indonesia karena telah mempercepat proses kemerdekaan (Pusat Sejarah ABRI, 1988:217).
lebih jauh, ternyata Jepang telah memberikan warisan karakter kemiliteran yang dapat dimanfaatkan oleh militer Indonesia dalam lahirnya tentara kebangsaanyang kokoh pada masa kemerdekaan Indonesia. Hal tersebut membuat penulis tertarik untuk lebih
mengkaji dan merumuskan penelitian ini dengan judul:“Pengaruh Unsur Karakter
Kemiliteran Jepang Terhadap Giyugun Di Sumatera Tahun 1942-1945 Dan Dampaknya Terhadap Pembentukan BKR/TKR Tahun 1945-1950”.
1.2Identifikasi dan Perumusan Masalah
Masalah utama yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah tentang
“BagaimanaPengaruh Unsur Karakter Kemiliteran Jepang Terhadap Giyugun Di
Sumatera Tahun 1942-1945 Dan Dampaknya Terhadap Pembentukan BKR/TKR
Tahun 1945-1950”.
Peneliti membatasi beberapa rumusan masalah yang diuraikan dalam beberapa pertanyaan sehingga terarah sesuai dengan masalah pokok, yaitu:
1. Bagaimana unsur karakter kemiliteran Jepang yang diterapkan dalam
Giyugun di Sumatera tahun 1942-1945?
2. Bagaimana karakter Giyugundi Sumatera tahun 1942-1945 yang mendapat
pendidikan darimiliter Jepang ?
3. Adakah dampak dari semangat Giyugun di Sumatera tahun 1942-1945
dalam pembentukan BKR/TKR tahun 1945-1950?
1.3 Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memaparkan tentang
“BagaimanaPengaruh Unsur Karakter Kemiliteran Jepang Terhadap Giyugun Di
Sumatera Tahun 1942-1945 Dan Dampaknya Terhadap Pembentukan BKR/TKR
Utami Iskanti , 2013
Tujuan penelitian dapat mengarahkan peneliti untuk mencapai sasaran yang diharapkan. Berdasarkan rumusan dan batasan masalah yang sudah dirancang oleh penulis, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan unsur karakter kemiliteran Jepang yang diterapkan
dalam Giyugun di Sumatera tahun 1942-1945.
2. Mendeskripsikan karakter Giyugun di Sumatera tahun 1942-1945 yang
mendapat pendidikan darimiliter Jepang.
3. Mengidentifikasi dampak dari semangat Giyugun di Sumatera tahun
1942-1945 dalam pembentukan BKR/TKR tahun 1945-1950.
I.4 Manfaat atau Signifikasi Penelitian
Manfaat Penelitian adalah upaya yang ingin dicapai dari suatu penelitian dengan maksud memberikan solusi serta saran bagi pihak yang terkait dengan suatu penelitian.Adapun manfaat yang diharapkan setelah dilakukannya penelitian
mengenai “Pengaruh Unsur Karakter Kemiliteran Jepang Terhadap Giyugun Di
Sumatera Tahun 1942-1945 Dan Dampaknya Terhadap Pembentukan BKR/TKR
Tahun 1945-1950”adalah sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, dapat menghasilkan sebuah karya ilmiah sebagai bentuk
aplikasi atas semua yang didapat selama perkuliahan untuk menarik sebuah kesimpulan dari permasalahan yang ditemukan.
2. Bagi Mahasiswa, karya ilmiah ini dapat menambah wawasan tentang
asal-usul militer di Sumatera yang berperan dalam pembentukan Tentara
Nasional Indonesia (TNI) dan sebagai jajaran militer untuk
3. Dengan mengkaji mengenai tentara Giyugun di Sumatera ini diharapkan
dapat memperkaya pengetahuan tentang karakter kemiliteran Giyugun di
Sumatera yang merupakan hasil dari pendidikan militer Jepang.
4. Bagi Keilmuan Sejarah, karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan
materi tambahan khususnya mengenai sejarah pendudukan Jepang di Indonesia serta unsur-unsur karakter yang beragam dalam bidang kemiliteran.
I.5 Metode dan Teknik Penelitian a. Metode Penelitian
Metode adalah suatu prosedur, proses atau teknik yang sistematis dalam penyidikan suatu disiplin ilmu tertentu untuk mendapatkan objek (bahan-bahan) yang diteliti. (Sjamsuddin, 2007 : 13) Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis.Secara umum metode sejarah bisa diartikan sebagai cara atau upaya yang ditempuh oleh para peneliti sejarah melalui beberapa tahapan tertentu dari mulai pencarian sumber, kritik sumber, penginterpretasian fakta untuk kemudian hasilnya dituliskan hingga menjadi suatu bentuk penulisan sejarah.
Sesuai dengan kepentingan penulis dalam melakukan penelitian, tahapan metode sejarah seperti yang dijelaskan dalam buku karya Ismaun (2005: 48-50) adalah sebagai berikut:
1. Heuristik
Utami Iskanti , 2013
lisan.Sumber sejarah yang penulis pergunakan disini berupa sumber tertulis terdiri dari buku, jurnal, makalah, internet dan lain sebagainya. Sumber tertulis tersebut penulis peroleh dari perpustakaan dan kantor kearsipan atau instansi terkait yang menurut penulis relevan dengan permasalahan penelitian.
2. Kritik Sumber
Kritik yaitu memilah dan menyaring keotentikan sumber-sumber yang telah ditemukan.Pada tahap ini penulis melakukan pengkajian terhadap
sumber-sumber yang didapat untuk mendapatkan kebenaran
sumber.Penulis berupaya untuk menilai apakah sumber yang berkaitan
dengan kemiliteran Giyugun di Sumatera dan BKR/TKR layak untuk
digunakan atau tidak. Pelaksanaan kritik dilakukan untuk memperoleh fakta sejarah secara akurat dan relevan dengan tema yang telah ditentukan oleh penulis.
3. Interpretasi
Interpretasi yaitu memaknai atau memberikan penafsiran terhadap fakta-fakta yang diperoleh dengan cara menghubungkan satu sama lainnya. Penulis mencoba menafsirkan keterangan-keterangan yang diperoleh dari
sumber-sumber yang berhubungan dengan Giyugun danBKR/TKR
sertamenghubungkan satu dengan yang lainnya.Penafsiran yang dilakukan di antaranya meliputi tentang pengaruh unsur-unsur karakter
militer yang diberikan Jepang terhadap Giyugun di Sumatera dan
dampaknya terhadap pembentukan BKR/TKR Indonesia.
Historiografi yaitu tahap akhir dalam penulisan sejarah. Pada tahapan ini penulis menyajikan hasil temuannya dengan cara menyusun dalam bentuk tulisan dengan jelas dengan gaya bahasa yang sederhana menggunakan tata bahasa penulisan yang baik dan benar.
b. Teknik Penelitian
Teknik yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan mengambil teknik studi kepustakaan dan studi dokumentasi.Studi kepustakaan merupakan proses mengumpulkan sumber dalam bentuk tulisan atau lebih dikenal sebagai sumber tertulis. Dalam hal ini penulis berupaya mencari, membaca dan mengkaji
sumber-sumber yang berhubungan dengan militer Indonesia dan mengenai tentara Giyugun di
Sumatera. Adapun sumber-sumber yang dimaksud berupa buku, dokumen, artikel, jurnal dan internet.Studi dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik.Studi dokumentasi ini digunakan penulis dengan mengumpulkan berupa data-data atau foto-foto untuk menjelaskan kondisi yang nyata di lapangan.
1.6 Struktur Organisasi Skripsi
Sistematika dari hasil penelitian akan disusun kedalam lima bab yang terdiri dari :
Bab I Pendahuluan. Bab ini berisi uraian mengenai latar belakang masalah yang menjadi alasan penulis sehingga tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
pengaruh unsur karakter militer Jepang yang diwariskan kepada Giyugun di Sumatera
[image:18.612.110.530.242.577.2]Utami Iskanti , 2013
pembatasan masalah sehingga permasalah dapat dikaji dalam penulisan skripsi. Pada bagian akhir dari bab ini akan dimuat tentang metode dan teknik penelitian yang dilakukan oleh penulis, juga sistematika penulisan yang akan menjadi kerangka dan pedoman penulisan skripsi.
Bab II Kajian Pustaka. dipaparkan mengenai sumber-sumber yang digunakan sebagai referensi yang dianggap relevan dan berkaitan dengan permasalahan yang
dikaji mengenai kemiliteran Giyugun di Sumatera dan mengenai BKR/TKR.
Bab III Metode Penelitian. Pada bab ini penulis menguraikan mengenai serangkaian kegiatan serta cara-cara yang ditempuh dalam melakukan penelitian guna mendapatkan sumber yang relevan dengan permasalahan yang sedang dikaji oleh penulis. Di antaranya heuristik yaitu proses pengumpulan data-data yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini. Setelah heuristik dilakukan kritik yaitu proses pengolahan data-data yang telah didapatkan dari langkah sebelumnya sehingga data yang diperoleh adalah data yang reliabel dan otentik, lalu interpretasi yaitu penafsiran sejarawan terhadap data-data yang telah disaring, dan tahap akhir yaitu historiografi yaitu penyajian penelitian dalam bentuk tulisan yang enak dibaca dan mudah dimengerti.
Bab IV Pembahasan. Pada bab ini penulis akan mendeskripsikan
mengenai.karakter kemiliteran Jepang yang diterapkan dalam Giyugun di Sumatera
tahun 1942-1945. Dijelaskan pula mengenai karakter Giyugun di Sumatera tahun
1942-1945 yang mendapat pendidikan dari militer Jepang, dan pembahasan yang
terakhir yaitu Menganalisisdampak dari semangat Giyugun di Sumatera tahun
1942-1945 dalam pembentukan BKR/TKR tahun 1942-1945-1950.
Utami Iskanti , 2013
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini peneliti akan memaparkan tentang metode penelitian yang digunakan dalam mengkaji berbagai permasalahan yang berkaitan dengan skripsi
yang berjudul Pengaruh Unsur Karakter Kemiliteran Jepang Terhadap Giyugun Di
Sumatera Tahun 1942-1945 Dan Dampaknya Terhadap Pembentukan BKR/TKR
Tahun 1945-1950. Sebagaimana yang telah diuraikan pada Bab I, dalam penelitian ini
penulis menggunakan metode penelitian historis. Adapun yang dimaksud dengan metode historis adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau (Gottschalk, 2008: 39).
Langkah-langkah yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan penelitian sejarah ini sebagaimana dijelaskan oleh Ismaun (2005:48), yaitu:
1. Heuristik yaitu tahap pengumpulan sumber-sumber sejarah yang
dianggap relevan dengan topik yang dipilih. Cara yang dilakukan adalah mencari dan mengumpulkan sumber berupa buku-buku yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji.
2. Kritik yaitu memilah dan menyaring keotentikan sumber-sumber yang
telah ditemukan.
3. Interpretasi yaitu memaknai atau memberikan penafsiran terhadap
fakta-fakta yang diperoleh dengan cara menghubungkan satu sama lainnya.
4. Historiografi yaitu tahap akhir dalam penulisan sejarah. Pada tahapan ini
penulis menyajikan hasil temuannya pada tiga tahap sebelumnya. Setelah melakukan beberapa tahapan seperti menentukan tema penelitian, mencari dan mengumpulkan sumber sejarah, menilai dan menafsirkan sumber tersebut, maka hasil dari penelitian dituangkan dalam sebuah karya tulis dan setelah itu tahapan historiografi yang merupakan proses penyusunan hasil penelitian.
yang ditempuh dalam metode ini adalah mengumpulkan sumber, menganalisis, dan menyajikannya dalam bentuk karya tulis ilmiah.
Selain menggunakan metode, dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan sebuah pendekatan untuk membantu menggambarkan peristiwa yang menjadi topik kajian dari penulis.Adapun pendekatan yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan interdisipliner. Pendekatan interdisipliner merupakan pendekatan dengan meminjam konsep pada ilmu-ilmu sosial lain. Penelitian ini menekankan pada disiplin ilmu antropologi, politik dan sejarah.Dari disiplin antropologi tersebut penulis menggunakan konsep indoktrinasi yang digunakan untuk memahami bagaimana upaya Jepang menanamkan
ajaran Bushido terhadap pemuda Indonesia. Dari disiplin politik penulis
menggunakan konsep propaganda yang digunakan untuk memahami cara-cara Jepang dalam menarik simpati dari rakyat Indonesia agar mau mengikuti semua keinginan Jepang. Sedangkan dari disiplin sejarah penulis menggunakan konsep ekspansi dimana konsep tersebut digunakan untuk memahami mengenai latar belakang jepang menduduki wilayah Indonesia, yaitu karena keterlibatannya dalam perang dunia II.
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan tahapan penelitian yang dikemukakan oleh Gray (Sjamsuddin, 2007:89) yaitu:
1. Memilih satu topik yang sesuai
2. Mengusut semua evidensi (bukti) yang relevan dengan topik
3. Membuat catatan tentang itu, apa saja yang diangap penting dan relevan
dengan topik yang ditemukan ketika penelitian sedang berlangsung
4. Mengevaluasi secara kritis semua evidensi yang telah dikumpulkan (kritik
sumber)
5. Menyusun hasil-hasil penelitian (catatan fakta-fakta) ke dalam suatu pola
Utami Iskanti , 2013
6. Menyajikan dalam suatu cara yang dapat menarik perhatian dan
mengkomunikasikannya kepada para pembaca sehingga dapat dimengerti sejelas mungkin.
Selanjutnya, langkah-langkah penelitian tersebut peneliti bagi ke dalam tiga bagian pembahasan, yaitu persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, dan laporan penelitian.
3.1. Persiapan Penelitian
Pada tahap ini terdapat beberapa hal yang ditentukan oleh peneliti sebelum melakukan penelitian, diantaranya sebagai berikut :
3.1.1. Pengajuan dan Penentuan Tema Penelitian
Penentuan tema penelitian diawali dengan mengajukan rencana judul kepada Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi (TPPS) Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang diketuai oleh Drs. Ayi Budi Santosa M. Si.Pada
awalnya, penulis mengajukan judul Pengaruh Unsur-Unsur Karakter Pendidikan
KemiliteranJepang Terhadap Giyugun Di Sumatera Tahun 1942-1945. Ketertarikan peneliti terhadap tema tersebut karena penulis membaca salah satu jurnal sejarah
dengan judul artikel Giyugun: Tentara Sumatera Gemblengan Jepang, 1942-1945.
Peneliti baru mengetahui bahwa Giyugun tersebut merupakan pusat pendidikan
militer pertama yang ada di Sumatera.Dengan adanya Giyugun tersebut maka
Pengajuan judul skripsi ke-TPPS dilakukan pada awal Januari 2012, yang kemudian ditindaklanjuti dengan penyusunan proposal penelitian. Adapun isi dari proposal tersebut antara lain:
1. Judul
2. Latar Belakang Masalah
3. Rumusan dan Batasan Masalah
4. Tujuan Penelitian
5. Manfaat Penelitian
6. Metode dan Teknik Penelitian
7. Tinjauan Pustaka
8. Sistematika Penulisan
9. Daftar Pustaka
3.1.2. Penyusunan Rancangan Penelitian
Utami Iskanti , 2013
Hasil dari seminar proposal skripsi tersebut diantaranya adalah perubahan
pada rumusan masalah, serta manfaat penelitian.Perubahan tersebut harus dilakukan
agar memudahkan penulis dalam penulisan skripsi ke depannya.
3.1.3. Proses Bimbingan
Konsultasi atau proses bimbingan dalam penulisan skripsi dilaksanakan dengan dua orang dosen pembimbing yang memiliki kompetensi sesuai dengan tema permasalahan yang penulis kaji. Berdasarkan ketetapan yang diputuskan dalam seminar proposal pra-rancangan penelitian skripsi, dalam kegiatan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, ditetapkan yakni Dr. Nana Supriatna, M.ed.sebagai dosen pembimbing I dan Bapak Drs. Tarunasena Ma’mur sebagai dosen pembimbing II. Dengan arahan dan bimbingan dari dosen pembimbing, peneliti dapat berkonsultasi dan berdiskusi mengenai permasalahan yang sedang dikaji sebagai bahan skripsi dalam penelitian skripsi ini. Dengan melakukan konsultasi dan diskusi dengan dosen pembimbing, peneliti memperoleh solusi ketika mendapatkan hambatan dan kendala yang ditemui saat melaksanakan penelitian untuk kepentingan penelitian skripsi ini
3.2. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian merupakan faktor terpenting dari proses penyusunan skripsi ini. Pada tahap ini peneliti menempuh beberapa tahapan seperti heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Adapun langkah-langkah yang ditempuh oleh peneliti dalam pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut :
3.2.1. Heuristik (Pengumpulan Sumber)
Dalam proses pengumpulan sumber, peneliti menggunakan sumber tertulis sebagai rujukan.Sumber tulisan yang penulis gunakan berupa buku-buku dan arsip-arsip. Heuristik yang dikemukakan oleh Tosh (Sjamsuddin, 2007: 95) yaitu
bahwa sumber-sumber sejarah merupakan bahan-bahan mentah (raw materials)
sejarah yang mencakup segala macam evidensi yang telah ditinggalkan oleh manusia yang menunjukkan segala aktivitas mereka di masa lalu yang berupa kata-kata yang tertulis atau kata-kata yang diucapkan (lisan). Kegiatan heuristik dimaksudkan sebagai usaha mencari dan menemukan sumber sejarah. Proses pencarian sumber-sumber tersebut ialah dengan mengunjungi berbagai perpustakaan. Perpustakaan yang pertama kali dikunjungi oleh penulis ialah perpustakaan yang berada di wilayah Bandung. Perpustakaan yang dikunjungi oleh penulis, diantaranya ialah:
a. Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia. Di perpustakaan ini
penulis menemukan beberapa sumber literatur berupa buku. Buku-buku
tersebut berjudul Perjuangan Kemerdekaan: Sumatra Barat Dalam
RevolusiNasional Indonesia, 1945-1950 karya Audrey kahin, buku Perjuangan Rakyat: Revolusi dan Hancurnya Kerajaan diSumatra karya
Anthony Reid, buku Sejarah Daerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh
Utami Iskanti , 2013
b. Perpustakaan TNI-AD (Disjarah TNI-AD). Di perpustakaan ini penulis
menemukan banyak sumber buku, diantaranya buku yang berjudul Tentara Gemblengan Jepang karya Joyce C. Lebra, buku Tentara PETA pada masa Djepang di Indonesia karya Nugroho Notosusanto, buku PETA, Tentara Sukarela Pembela Tanah Air di Jawa dan Sumatera
(1996) karya Purbo S. Suwondo, buku PETA, Cikal-Bakal TNI yang
disusun oleh Nina H. Lubis, dkk, buku IkhtisarSejarah Perang
Kemerdekaan Di Sumatra (1945-1949) yang diterbitkan oleh Pusat
Sejarah ABRI, bukuSejarah TNI. 5 Jilid yang ditervitkan oleh Pusat
Sejarah ABRI, buku Tentara Nasional Indonesia, Djilid 1 karya A. H.
Nasution.
c. Perpustakaan Museum Konferensi Asia Afrika. Di perpustakaan ini
penulis menemukan satu buku yaitu yang berjudul Pendudukan Jepang di
Indonesia karya Dr. L. De. Jong.
d. Toko buku Palasari. Di sini penulis menemukan sebuah buku yang
berjudul Giyugun: Cikal Bakal Tentara Nasional Indonesia karya
Mestika Zed
e. Toko buku Togamas. Di sini penulis menemukan buku yang berjudul
Bushido Shoshinsu, Spirit Hidup SAMURAI karya Taira Shigesuke.
Selain dari perpustakaan, peneliti juga meminjam beberapa buku dari teman sejurusannya.Peneliti juga menggunakan buku koleksi yang penulis miliki,
diantaranya yaitu buku Sejarah Nasional Indonesia VI karya Nugroho Notosusanto,
dkk.Selain itu peneliti juga memiliki sebuah Jurnal Pendidikaan Sejarah yang di
dalamnya terdapat artikel berjudul Giyugun: Tentara Sumatera Gemblengan Jepang,
3.2.2 Kritik Sumber
Setelah upaya pencarian dan pengumpulan sumber dilakukan, peneliti selanjutnya melakukan langkah berikutnya yaitu kritik terhadap sumber-sumber sejarah yang digunakan sebagai bahan penulisan skripsi ini.Kritik sumber sangat penting dilakukan karena dalam mencari kebenaran, sejarawan harus dapat membedakan mana yang benar dan mana yang tidak benar (Sjamsuddin, 2007: 131). Kritik terhadap sumber ini dibagi menjadi dua, yaitu kritik eksternal dan kritik internal.
3.2.2.1 Kritik Eksternal
Kritik eksternal merupakan suatu cara untuk melakukan pengujian terhadap aspek-aspek luar dari sumber sejarah yang digunakan, baik itu sumber tertulis maupun sumber lisan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh (Sjamsuddin, 2007: 134) kritik eksternal dimaksudkan sebagai kritik atas asal usul dari sumber, suatu pemeriksaan atas catatan-catatan atau peninggalan itu sendiri untuk mendapatkan semua informasi yang mungkin, dan untuk mengetahui apakah pada suatu waktu sejak asal mulanya sumber itu telah diubah oleh orang-orang tertentu atau tidak
Merujuk kepada pendapat Sjamsuddin tersebut, kritik eksternal lebih ditekankan kepada sumber primer.Tetapi pada tahap heuristik sebelumnya penulis tidak menemukan sumber primer.Maka dari itu, kritik eksternal di sini ditujukan kepada sumber sekunder yang penulis dapatkan.Oleh karena itu sumber yang penulis gunakan sampai saat ini hanyalah sumber tertulis berupa buku yang berkaitan dengan pengaruh kemiliteran Jepang di Indonesia.
Utami Iskanti , 2013
1. Buku Giyugun: Cikal Bakal Tentara Nasional Indonesia karya Mestika
Zed. Buku ini diterbitkan tahun 2005 sebagai cetakan pertama. Sebagai buku kekinian, kondisi fisik buku ini layak untuk dibaca dan dapat menjadi sumber utama untuk tema penelitian ini. Buku ini menggunakan kertas putih dan tulisan yang dapat dibaca dengan jelas karena sudah menggunakan ejaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kemudian penulis yang menulis tulisan buku ini pun merupakan tokoh atau ahli dalam ilmu kesejarahan dan juga penduduk asli Sumatera.
2. Buku selanjutnya yaitu buku Perjuangan Kemerdekaan: Sumatera Barat
Dalam RevolusiNasional Indonesia, 1945-1950 karya Audrey Kahin, buku ini diterbitkan tahun 1997. Kondisi fisik buku ini layak untuk dibaca, sampul buku juga masih terlihat bagus dan rapi. Buku ini menggunakan kertas putih dan tulisan yang dapat dibaca dengan jelas karena sudah menggunakan ejaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
3. Buku selanjutnya yaitu buku Tentara PETA pada masa Djepang di
Indonesia karya Nugroho Notosusanto, buku ini diterbitkan tahun 1979. Kondisi buku ini masih sangat bagus walaupun usianya sudah mulai tua tetapi isinya masih jelas dan layak untuk dibaca, selain itu juga buku ini memang sudah menggunakan kertas putih. Penulis buku ini merupakan tokoh yang ahli dalam bidang kesejarahan, terlihat dari beberapa buku yang telah diterbitkan.
3.2.2.2 Kritik Internal
Kritik internal merupakan kebalikan dari kritik eksternal.Kritik internal
merupakan penilaian atau evaluasi terhadap aspek “dalam”, yaitu isi dari sumber
peneliti dengan melakukan konfirmasi dan membandingkan berbagai informasi dalam suatu sumber dengan sumber yang lain yang membahas masalah yang serupa.
Sebagai contoh peneliti melakukan perbandingan isi dari buku Giyugun: Cikal
Bakal Tentara Nasional Indonesia karya Mestika Zed dan buku Perjuangan Kemerdekaan: Sumatera Barat Dalam RevolusiNasional Indonesia, 1945-1950 karya Audrey Kahin. Kedua penulis ini sepakat bahwa invasi Jepang di Indonesia difokuskan di wilayah Sumatera.Zed menjelaskan bahwa pulau Sumatera merupakan titik pusat perlintasan antara Timur dan Barat di kawasan Asia Tenggara. Agar hubungan tersebut dapat terputus maka Jepang harus menguasai wilayah Sumatera dan memusatkan pertahanannya di sekitar Selat Malaka ( Sumatera dan Malaya). Jepang juga khawatir akan adanya serangan balik dari Sekutu yang diperkirakan muncul dari arah Barat (Cylon, kini Srilanka), oleh karena itu pertahanan harus terletak di seputar wilayah Sumatera. Selain itu Sumatera memiliki kekayaan sumber daya alam berlimpah yang dibutuhkan untuk menunjang ekonomi perang.Untuk dapat memperkuat dan membantu pertahanan di daerah-daerah pendudukan, Jepang membentuk sebuah tentara cadangan dari pemuda daerah yaitu pusat pelatihan Giyugun.Senada dengan Zed, Kahin menjelaskan bahwa Jepang memusatkan awal invasinya di Sumatera dimaksudkan untuk menggagalkan usaha Sekutu untuk merusak instalasi minyak di daerah tersebut.Fokus utama pendudukan Jepang di Sumatera adalah untuk memanfaatkan sumber daya alam yang berlimpah secara efisien dalam kebutuhan perang. Untuk dapat membantu pertahanan tentara Jepang di kawasan pendudukan dari serangan Sekutu, maka Jepang membentuk tentara
Sukarela di wilayah tersebut yang dikenal dengan namaGiyugun.
3.2.3 Interpretasi (Penafsiran Sumber)
Utami Iskanti , 2013
terhadap fakta-fakta yang diperolah dari sumber tulisan. “... fakta-fakta tersebut
dihubungkan satu dengan yang lainnya, sehingga setiap fakta tidak berdiri sendiri dan menjadi sebuah rangkaian peristiwa yang saling berhubungan. Untuk kemudian
diolah dan dikritisi sehingga akan membentuk cerita baru dalam sebuah karya ilmiah”
(Sjamsuddin, 2007: 158).
Dalam melakukan interpretasi, peneliti menggunakan pendekatan
interdisipliner.Pendekatan ini merupakan pendekatan dalam ilmu sejarah dengan menggunakan bantuan dari berbagai disiplin ilmu yang serumpun (ilmu-ilmu sosial).Beberapa disiplin ilmu sosial yang dipakai sebagai ilmu bantu dalam pembahasan di antaranya antropologi, politik dan sejarah. Dari ketiga ilmu tersebut, peneliti menggunakan beberapa konsep seperti indoktrinasi, propaganda dan ekspansi.
Konsep indoktrinasi digunakan oleh peneliti untuk melakukan penafsiran mengenai sejarah pendidikan Jepang secara utuh di Indonesia. Indoktrinasi diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan untuk membuat orang lain dapat percaya kepada nilai-nilai atau paham yang telah ditanamkan. Pada masa pendudukannya di
Indonesia, Jepang membentuk pusat pelatihan Giyugun di Sumatera.Pendidikan
militer yang diajarkan oleh Jepang kepada rakyat Sumatera telah mampu membentuk watak dan kepribadian para pemuda di Sumatera dan membentuk budaya militer yang khas. Dalam proses pendidikannya Jepang menanamkan rasa benci terhadap bangsa Barat dan menumbuhkan rasa nasionalisme yang tinggi sehingga semangat pemuda Indonesia menjadi menggebu-gebu dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Hal tersebut diperkuat dengan ditanamkannya semangat Bushido terhadap pemuda
sebagai proses mempengaruhi perilaku individu atau kelompok sehingga nantinya akan menjadi kebiasaan pada diri individu atau kelompok tersebut. Sejak awal kedatangannya di Indonesia, Jepang telah mengemukakan slogan-slogan mengenai bantuan untuk kemerdekaan Indonesia, mulai dari slogan gerakan 3A sampai dengan pembentukan organisasi-organisasi militer. Pembentukan pusat pelatihan Giyugun di Sumatera juga merupakan hasil dari propaganda yang dilakukan oleh kemiliteran
Jepang, dibentuknya pusat pelatihan Giyugunsemata-mata hanya untuk memperkuat
pertahanan wilayah pendudukan. Dengan konsep ekspansi, peneliti ingin mengkaji mengenai tujuan Jepang datang ke Indonesia. Ekspansi diartikan sebagai kegiatan perluasan wilayah suatu negara dengan menguasai daerah-daerah lain. Kedatangan Jepang di Indonesia dilakukan dengan tujuan untuk dapat menguasai wilayah Indonesia beserta seluruh sumber daya alam dan sumber daya manusianya. Sebagai negara industri, Jepang membutuhkan banyak pasokan sumber daya alam untuk kebutuhan industrinya. Disamping ingin menguasai sumber daya alam yang ada di wilayah pendudukan, Jepang juga menjadikan wilayah pendudukan tersebut sebagai daerah pemasaran industrinya.
Peneliti melakukan penafsiran terhadap rakyat Indonesia dari awal kedatangan Jepang hingga kemerdekaan Indonesia. Kedatangan Jepang ke Indonesia semata-semata adalah untuk melakukan perluasan wilayah, hal tersebut dikarenakan Jepang telah menjadi negara industri yang besar dan merasa perlu untuk menguasai wilayah lain dengan tujuan industrinya. Dalam tujuannya tersebut Jepang memberikan slogan-slogan yang dilakukan untuk dapat menarik kepercayaan rakyat di wilayah
pendudukan, salah satu slogannya adalah membentuk organisasi militer. Giyugun
merupakan organisai militer yang dibentuk Jepang dalam usahanya untuk
mendapatkan tentara militer yang kuat di wilayah pendudukan, Giyugun tersebut
medapatkan pendidikan militer layaknya yang dimiliki oleh militer Jepang, yaitu
Utami Iskanti , 2013
nasinalisme yang tinggi dan keinginan yang besar untuk dapat mencapai kemerdekaan Indonesia.
3.2.4 Historiografi ( Penulisan Hasil Penelitian)
Tahap akhir dari proses penelitian ini adalah menulis hasil penelitian atau historigrafi. Tahap ini merupakan kegiatan akhir dalam penelitian setelah peneliti mengumpulkan sumber, menilai dan menafsirkan sumber. Dalam tahap historiografi ini penulis menggunakan daya pikir kritis dan analisisnya untuk menjelaskan segala hal yang ada dalam penelitiannya, seperti yang diungkapkan oleh (Sjamsuddin, 2007: 15) yaitu:
Ketika sejarawan memasuki tahap menulis, maka ia mengerahkan seluruh daya pikirannya, bukan saja keterampilan teknis penggunaan kutipan-kutipan dan catatan-catatan, tetapi yang terutama penggunaan pikiran-pikiran kritis dan analisisnya karena pada akhirnya ia harus menghasilkan suatu sintesis dari seluruh hasil penelitiannya atau penemuannya itu dalam suatu penelitian utuh yang disebut historiografi.
Dengan kata lain historiografi merupakan penulisan hasil penelitian yang dilakukan setelah selesai melakukan analisis dan penafsiran terhadap data dan fakta sejarah. Dalam historiografi penulis menceritakan hal-hal yang didapat disertai dengan penafsiran-penafsirannya sehingga hasil dari historiografi berupa rekonstruksi dari peristiwa sejarah.
sesuai dengan panduan penulisan karya ilmiah yang dikeluarkan oleh Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).
Utami Iskanti , 2013
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dipaparkan dalam bab ini merujuk pada jawaban atas permasalahan penelitian yang telah dikaji oleh penulis di dalam bab sebelumnya. Terdapat tigakesimpulan berdasarkan permasalahan yang dibahas, yaitu sebagai berikut:
Pertama, unsur karakter kemiliteran Jepang yang diterapkan dalam Giyugun di Sumatera tahun 1942-1945 merupakan tradisi yang dijunjung tinggi oleh Jepang
secara turun-temurun.Kaum Samurai dianggap sebagai kelas yang paling penting dan
menjadi ciri khas dalam kekuatan militernya.Para Samurai merupakan prajurit yang
mempunyai semangat tinggi dalam kehidupannya.Bushido atau jalan hidup Samurai
merupakan semangat yang dimiliki bangsa Jepang dalam melakukan setiap pekerjaannya, semangat tersebut telah memberikan cerminan atas sebagian besar
karakteristik dan kebiasaan peradaban Jepang.Semangat Bushido menekankan
tentang kesetiaan, keadilan, semangat perang, kehormatan dan pantang
menyerah.Para Samurai selalu menginginkan kemenangan dalam setiap
perang.Mereka lebih baik mati bunuh diri (Hara-Kiri) daripada harus kalah dan
militer tersebut di setiap pelatihan militer yang dibentuk, sehingga semua pusat
pelatihan tersebut memiliki karakter disiplin dan Bushido seperti militer Jepang.
Kedua, karakter Giyugun di Sumatera tahun 1945-1950 merupakan hasil dari pendidikan kemiliteran yang dilatih langsung oleh Jepang selama masa pendudukan
di Indonesia.Sejak dibentuknya pusat pelatihan Giyugun, para perwira
Giyugundiberikan doktrin dan latihan dengan model militer Jepang yang bersifat
keras dalam segi fisik maupun mental.Tentara yang masuk menjadi anggota Giyugun
berasal dari orang-orang Indonesia yang sebelumnya belum pernah memiliki pengalaman militer.Pemuda Sumatera di doktrin dan dilatih oleh Jepang berdasarkan
budaya karakter militer yang mereka miliki (Bushido).Pelatihan pasukan Giyugun
dinilai sangatlah berat dan terasa kejam.Para pelatih dari tentara Jepang memberikan
tekanan yang besar terhadap para anggota Giyugun dengan pelatihan fisik yang
seringkali bisa menyebabkan cedera, kecatatan, maupun kematian. Bahkan ketika
seseorang ingin masuk menjadi anggota Giyugun, maka mereka harus bias mematuhi
peraturan yang dibuat oleh jepang. Apabila ada yang melanggarnya, maka mereka
harus menerima hukuman yang dinilai sangat berat.Semangat Bushidoyang bersifat
keras diberikan kepada prajurit Giyugun bertujuan untuk membentuk watak prajurit
Giyugun yang pemberani, pantang menyerah, cinta tanah air dan memiliki disiplin
tinggi seperti yang dimiliki oleh prajurit Jepang. Seorang prajurit Giyugun harus
selalu waspada dan siap bertempur, sehingga para prajuritnya dilatih untuk dapat menggunakan berbagai senjata. Apabila ada seorang prajurit yang melanggar dan melakukan kesalahan maka akan dihukum dengan seberat-beratnya. Indoktrinasi yang
diberikan kepada prajurit Giyuguntersebut pada akhirnya akan memiliki semangat
tempur yang tinggi, kepercayaan yang tinggi, disiplin tinggi dan memiliki rasa tanggung jawab.
Utami Iskanti , 2013
BKR/TKR merupakan organisasi militer yang dibentuk sendiri oleh pemuda
Indonesia.Prajuritnya berasal dari mantan opsir Giyugun, PETA, Heiho maupun
KNIL.Dalam segi bentuk maupun susunannya, baik susunan persenjataan, kekuatan,
peralatan maupun dalam pimpinannya berbeda dengan Giyugun yang dibentuk oleh
Jepang.BKR cenderung kurang tegas dan disiplin dalam menentukan keputusan dan memberikan hukuman apabila ada prajurit yang melakukan kesalahan.Bentuk hukuman yang diberikan kepada prajurit BKR/TKR apabila melakukan kesalahan
tidaklah seperti hukuman yang ditekankan oleh Jepang kepada Giyugun sehingga
para prajuritnya kurang disiplin dan mematuhi peraturan.Hal tersebut dikarenakan dalam pembentukan BKR tidak ada unsur paksaan dan tekanan seperti pada Giyugun.BKR masih bersifat dualistis, karena merupakan organisasi campuran yang terdiri dari bermacam-macam organisasi militer (kelaskaran) serta organisasi pemuda yang bukan militer. Tetapi para pemimpin BKR/TKR yang merupakan mantan
prajurit Giyugun tersebut berusaha untuk mengajarkan kepada anggotanya mengenai
penyerangan pasukan secara gerilya, dan juga menanamkan semangat yang tinggi dalam membela negara, sehingga semangat nasionalisme dan patriotisme yang tinggi telah menjadi watak dan karakter pemuda Indonesia hingga mencapai kemerdekaan.
1.2Saran
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan rekomendasi bagi berbagai pihak. Khususnya bagi mahasiswa, karya ilmiah ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang asal-usul militer di Sumatera yang berperan dalam pembentukan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan sebagai jajaran militer untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Bagi pembelajaran sejarah di sekolah khususnya pada tingkat Sekolah Menengah Atas, penelitian ini diharapkan dapat menambah materi pmbelajaran sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar (SKKD) kelas XI program IPS semester II yaitu dengan SK menganalisis
pendudukan Jepang dan KD menganalisis proses interaksi Indonesia-Jepang dan dampak
pendudukan militer Jepang terhadap kehidupan masyarakat di Indonesia. Selain itu SKKD
kelas XI program IPA semester I dengan SK menganalisis perjalanan bangsa Indonesia dari negara tradisional, kolonial, pergerakan kebangsaan, hingga terbentuknya negara kebangsaan sampai Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan KD membandingkan perkembangan masyarakat Indonesia di bawah penjajahan: dari masa VOC, Pemerintahan Hindia Belanda, Inggris, sampai Pemerintahan Pendudukan Jepang.
Adapun nilai-nilai yang dapat diambil dari sejarah kemiliteran Giyugun dan
BKR/TKR diantaranya: pertama, semangat nasionalisme tinggi yang dimiliki mantan
prajurit Giyugun di Sumatera dalam perjuangan kemerdekaan bangsa. Kedua, watak
dan karakter militer yang dimiliki oleh Giyugun merupakan hasil dari gemblengan
pendudukan Jepang.Sikap pantang menyerah, kedisiplinan yang tinggi, cinta tanah
Utami Iskanti , 2013
Daftar Pustaka
a. Sumber Buku:
Berg, H. J. V. D. (1952). Dari Panggung Peristiwa Sedjarah Dunia. Jakarta: J. B.
Wolters.
Budiardjo, Prof. M. (2008). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Depdikbud. (1977). Sejarah Daerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh. Jakarta: Proyek
Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah.
Gottschalk, L. (2008). Mengerti Sejarah (Terjemahan: Nugroho Notosusanto). Jakarta:
Universitas Indonesia Press.
Harjono, Dr. Anwar, S. H. (1997). Perjalanan Politik Bangsa: Menoleh Kebelakang
Menatap Masa Depan. Jakarta: Gema Insani Press.
Irsan, A. (2007). Budaya dan Perilaku Politik Jepang di Asia. Jakarta: Grafindo
Khazanah Ilmu.
Ismaun. (2005). Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu dan Wahana Pendidikan. Bandung:
Historia Utama Press.
Jong, Dr. L. De. (1987). Pendudukan Jepang di Indonesia. Jakarta: Kesaint Blanc.
Kahin, A. (1997). Perjuangan Kemerdekaan: Sumatra Barat Dalam Revolusi Nasional
Indonesia, 1945-1950. Terjemahan. Jakarta: MSI [Masyarakat Sejarawan
Indonesia] Cabang Sumatra Barat dan CTP [Coprs Tentara Pelajar] Sumatera
Tengah.
Lebra, J. C. (1988). Tentara Gemblengan Jepang. Terjemahan. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
Nasution, A. H. (1970). Tentara Nasional Indonesia, Djilid 1. Djakarta: Seruling
Masa.
Nurudin. (2008). Komunikasi Propaganda. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Notosusanto, N. (1970). Tentara PETA pada masa Djepang di Indonesia. Jakarta: PT
Gramedia.
Notosusanto, N., et al. (1993). Sejarah Nasional Indonesia VI. Jakarta: Balai Pustaka.
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. (2012). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Pusat Sejarah ABRI. (1988). Ikhtisar Sejarah Perang Kemerdekaan Di Sumatera (1945
1949). Jakarta: Pusjarah ABRI
Rahardjo, P. (1995). Badan Keamanan Rakyat (BKR): Cikal Bakal Tentara Nasional Indonesia. Jakarta: Majalah PETA.
Reid, A. (1987). Perjuangan Rakyat: Revolusi dan Hancurnya Kerajaan di Sumatra.
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Ricklefts, M. C. (2008). Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: PT Serambi Ilmu
Semesta.
Rudy, T. M. (2003). Pengantar Ilmu Politik: Wawasan Pemikiran & Kegunaannya
Bandung: PT Refika Aditama.
Shigesuke, T. (2009). Bushido Shoshinsu: Spirit Hidup Samurai, Filosofi Para
Ksatria. Surabaya: Selasar Surabaya Publishing.
Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.
Soekadijo, R. G. (1987). Antropologi Politik. Jakarta: Erlangga.
Sundhaussen, U. (1986). Politik Militer Indonesia: Menuju Dwifungsi ABRI. Terjemahan.
Jakarta:LP3ES.
Supardan, Dr. H. D., M.Pd. (2007). Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan
Struktural. Jakarta: Bumi Aksara.
Suwondo, P. S. (1996). PETA: Tentara Sukarela Pembela Tanah Air. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
Syam, F. (2007). Pemikiran Politik Barat: Sejarah, Filsafat, Ideologi dan Pengaruhnya
Terhadap Dunia Ke-3. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Zed, M. (2005). Giyugun: Cikal Bakal Tentara Nasional Indonesia. Jakarta: LP3ES.
b. Sumber Internet:
Hasudungan P. S. (2011). BKR-TKR-ABRI. [Online]. Tersedia: http://laklakliklik.
wordpress.com/2011/06/06/bkr-tkr-abri/ [8 Desember 2012].
Hidayanto, Y. (2011). Bushido Spirit. [Online]. Tersedia: Error! Hyperlink reference
not valid. [21Oktober 2012].
Sungaitatang. (2008). Tidak Adanya Tradisi Militer. [Online]. Tersedia: Error!
Hyperlink reference not valid..blogspot.com/2008/12/tidak-adanya-tradisi-militer.html [25
Utami Iskanti , 2013
Wikipedia bahasa Indonesia. (2012). Indoktrinasi. [online]. Error! Hyperlink reference
not valid. [25 November 2012].
Way R. (2011). Prinsip Bushido , Etos Kerja Bangsa Jepang. [Online]. Tersedia:
http://rasimunway.blogspot.com/2011/05/prinsip-bushido-etos-kerja-bangsa.html [21Oktober 2012].
c. Sumber Jurnal:
Zed, M. (2004). ”Giyugun: Tentara Sumatera Gemblengan Jepang, 1942-1945”. Dalam