• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PEMBELAJARAN MAGANG BERBASIS HUBUNGAN KEKERABATAN DALAM MENINGKATKAN KEMANDIRIAN WARGA BELAJAR :Studi Pada Kelompok Perajin Besi Reparasi Badan Kendaraan Asal Kecamatan Panjalu Kabupaten Ciamis.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MODEL PEMBELAJARAN MAGANG BERBASIS HUBUNGAN KEKERABATAN DALAM MENINGKATKAN KEMANDIRIAN WARGA BELAJAR :Studi Pada Kelompok Perajin Besi Reparasi Badan Kendaraan Asal Kecamatan Panjalu Kabupaten Ciamis."

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masalah klasik dalam dunia pendidikan adalah terjadinya ketidaksesuaian antara output pendidikan dengan tuntutan kebutuhan masyarakat, khususnya tuntutan lapangan kerja yang tersedia. Implikasi ketidaksesuaian tersebut, warga belajar kurang memahami tentang dunia kerja, baik sebagai pegawai instansi pemerintah, swasta, ataupun sebagai wiraswasta mandiri. Di sisi lain, dampak krisis ekonomi yang terjadi sejak Juli 1997 masih terus berlangsung, sehingga output dari lembaga pendidikan yang masih berorientasi pada pekerjaan sebagai pegawai suatu instansi, dinilai tidak tepat, karena lembaga-lembaga ekonomi produktif hingga saat ini masih mengalami kemandegan bahkan kebangkrutan. Sehubungan dengan terjadinya kemandegan tersebut, orientasi pendidikan kearah pembentukan wiraswasta yang inovatif dan kreatif, adalah keniscayaan yang sesuai dengan tuntutan perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Perubahan dalam masyarakat tersebut, menuntut kesiapan dan kesediaan pemecahan masalah bersama antara pemerintah dan seluruh anggota masyarakat secara sinergis.

Pembangunan nasional menuju masyarakat yang adil dan sejahtera, pemerintah hendaknya mampu merumuskan kebijakan yang produktif untuk menumbuhkan kegiatan ekonomi, diantaranya pengembangan usaha-usaha kecil serta mampu menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat, terutama bagi anggota masyarakat kelas menengah dan bawah. Pengalaman pembangunan

(2)

nasional kita telah membuktikan bahwa pembentukan kelompok usaha konglomerasi ternyata sangat rentan terhadap pengaruh krisis ekonomi global, dan kelompok usaha yang sanggup bertahan adalah pada level skala menengah dan kecil atau disebut dengan kelompok usaha perajin. Usaha dengan skala kecil dapat diletakkan sebagai bagian dari struktur perekonomian nasional serta berperan sebagai penghubung antara sektor tradisional dengan industri modern. Dalam kedudukannya usaha tersebut, melalui kemampuannya membentuk nilai tambah ekonomi, usaha kecil secara kumulatif akan mampu menunjang laju pertumbuhan ekonomi nasional.

Dengan laju pertumbuhan jumlah penduduk yang terus meningkat, populasi penduduk berdasarkan hasi sensus BPS Tahun 1999, penduduk Jawa Barat setelah Banten memisahkan diri, berjumlah 34.555.622 jiwa, dan dalam tahun 2002 penduduk meningkat jadi 35.500.611 jiwa, dengan kepadatan penduduk 1.022 jiwa per Km2, sedangkan laju pertumbuhan penduduk dalam dasawarsa 1990-2000 mencapai 2,17%, dan dalam tahun 2003 jumlah penduduk bertambah menjadi 38.059.540 jiwa dengan kepadatan penduduk rata-rata 1.064 jiwa per Km2. Peningkatan jumlah penduduk tersebut tidak diimbangi oleh penyediaan lapangan kerja, maka industri kecil, industri rumah tangga dan industri kerajinan, dapat dipandang sebagai potensi sumber daya pembangunan yang harus segera mendapat perhatian, sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi baik proses maupun hasil pembangunan nasional.

(3)

data BPS, Survey Sosial Ekonomi Daerah 2006, sampai akhir tahun 2006 jumlah angkatan kerja sebanyak 17.340.593 dan yang terserap pada lapangan kerja sebanyak 15.441.639 (89,05%), sedangakan yang tidak terserap di lapangan kerja sebanyak 1.898.594 orang. Krisis ekonomi yang berkepanjangan mengakibatkan meningkatnya jumlah warga masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan, bahkan menurut data terakhir Biro Pusat Statistik 2001, penduduk miskin Indonesia telah mencapai angka 60 persen.

Keberadaan jenis-jenis usaha dalam sekala kecil atau disebut juga dengan istilah wiraswasta dalam mengisi pembangunan ini, relatif lebih aman dari dampak krisis ekonomi global, seperti yang dikemukakan oleh Suryadi dkk. (1999:24) bahwa :

Jumlah usaha kecil yang berstatus berusaha sendiri, dalam krisis ekonomi sekarang ini dengan cepat bertambah jumlahnya, baik secara absolut maupun persentase, yaitu dari 19,9 persen pada bulan Februari 1997 menjadi 23,6 persen pada Februari 1998.

Hasil temuan Suryadi sebagaimana tersebut di atas, jelas menunjukkan bahwa sektor usaha dengan skala kecil, baik dalam bentuk industri kecil, industri rumah tangga dan industri kerajinan, mempunyai andil yang cukup besar dalam rangka ketahanan pembangunan nasional. Pengembangan potensi-potensi yang ada di daerah menjadi sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan yang berakhir pada penerapan strategi pola-pola kebijakan pembangunan nasional.

(4)

persaingan bebas yang disebabkan oleh globalisasi, seperti yang dikemukakan oleh Kartasasmita (1996: 263-264) bahwa :

Hal yang ingin dicegah adalah bahwa bangsa Indonesia hanyut tanpa kendali dalam arus globalisasi itu dan tenggelam di dalamnya dan bahwa proses globalisasi akan berwujud sebagai proses dehumanisasi. Pada waktu yang bersamaan, bangsa Indonesia juga menghadapi tantangan untuk mengejar ketertinggalan dari bangsa-bangsa lain yang lebih maju.

Pernyataan Kartasasmita diatas mengindikasikan bahwa tantangan yang dihadapi oleh seluruh bangsa Indonesia, sangat signifikan untuk diamati dan dipecahkan dengan cermat termasuk di dalamnya para wiraswasta dengan skala kecil. Peningkatan kualitas hidup bagi warga masyarakat adalah dengan memacu kemampuan diri melalui belajar. Orientasi belajar untuk menjadi pegawai harus segera berubah menjadi belajar untuk meningkatkan kemampuan berusaha mandiri.

(5)

berkenaan dengan keadaan lingkungan masyarakat sesuai dengan perkembangan tingkat tuntutannya, dan dapat diatasi melalui kemauan dan kemampuan untuk melakukan proses belajar.

Tantangan terhadap peran pendidikan dalam rangka memenuhi tuntutan dinamika masyarakat terasa semakin luas, dan tidak mampu untuk dipecahkan hanya dengan mengandalkan jalur pendidikan sekolah (formal) yang relatif banyak keterbatasannya. Ketebatasan pendidikan formal menyangkut berbagai hal, diantaranya keterbatasan daya tampung, pembiayaan yang harus disediakan, waktu penyelenggaraan, standarisasi yang belum menyentuh kebutuhan langsung lapangan kerja, dan sebagainya. Peran pendidikan dalam upaya memenuhi tuntutan di atas, adalah dengan jalur pendidikan luar sekolah (nonformal), sebagaimana ditegaskan oleh Sudjana (2000:74) bahwa :

... pendidikan luar sekolah mempunyai peranan untuk membantu pendidikan sekolah dan masyarakat dalam upaya pemecahan masalah tersebut. Peranan pendidikan luar sekolah yang dapat ditampilkan dalam pemecahan masalah pendidikan sekolah adalah sebagai pelengkap, penambah, dan pengganti pendidikan sekolah.

Berbagai kelebihan yang terdapat dalam penyelenggaraan pendidikan luar sekolah, sebagaimana digambarkan oleh Sudjana (2000:15) bahwa :

(6)

Fleksibilitas pendidikan luar sekolah mampu memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik yang tidak diperoleh dalam kurikulum sekolah yang selalu dibakukan menurut ukuran minimal nasional. Padahal kebutuhan dalam kehidupan sangatlah bervariasi sesuai dinamika masyarakat yang terus berkembang setiap waktu, dan bersamaan dengan itu menuntut sesegera mungkin langkah pemenuhan kebutuhan. Di samping uapaya pemenuhan kebutuhan, keterbatasan daya tampung sekolah dengan berbagai alasannya, mengakibatkan masih banyaknya usia sekolah yang tidak bisa mengikuti pendidikan di jalur pendidikan sekolah, maka peran pendidikan luar sekolah sebagai pengganti dituntut mampu menyediakan kesempatan belajar tanpa membedakan usia dan latar belakang sosio ekonomi. Ahmed (1975 : 75) menjelaskan bahwa keuntungan dari program pendidikan adalah :

The relationship of learning process to the educational benefits is not generally direct and immediate; this is an obvious source of difficulty in establishing a cost benefit relationship. The direct output of an educational activity is made up of learning achievements, such as increased knowledge, skills, understanding, and changed attitudes. The ultimate benefits of education are derived only when learning outputs are put to effective use.

(7)

Manfaat-manfaat yang paling besar dari pendidikan terlihat apabila keluaran pembelajaran digunakan secara efektif. Keuntungan (benefit) pendidikan melalui proses pembelajaran dari berbagai program yang dilaksanakan, dapat dilihat sebagaimana gambar di bawah ini :

!

" # $ #

% &

$ # '

& # # &

& %

$ ( "

& )

" !

) & # & & " # "

# # & & & & & ) * $ # ! ( & " # &

& & $ #

" &

& )

+

!

" # $ #

# #

, # #- & #- ./

& #

# #

# &

&

# & ) # ,# # ' - ) # ) &

# # - # & - & &

( - #

& $ # -&

- #

-/

& )

THE SOCIAL-ECONOMIC CONTEXT

(8)

Pendidikan luar sekolah juga memiliki asas pendidikan sepanjang hayat (lifelong education) yang dilakukan melalui belajar sepanjang hayat (lifelong learning), karena pada hakekatnya kegiatan belajar untuk memperoleh, memperbaharui dan meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang telah dimiliki untuk terus menerus menyesuaikan dengan perubahan sepanjang kehidupan.

Salah satu bentuk pembelajaran dalam pendidikan luar sekolah yang langsung menyentuh kebutuhan belajar warga belajar adalah bentuk pembelajaran magang. Magang sebagai salah satu model pembelajaran dalam pendidikan luar sekolah dapat dikatakan kegiatan pembelajaran tertua dalam kerangka sejarah perkembangan kegiatan pembelajaran dalam pendidikan luar sekolah. Bentuk-bentuk pelaksanaan pendidikan dalam pendidikan luar sekolah yang utama menurut S. Faisal (1981) adalah: "(1) kursus-kursus, (2) belajar bersama di dalam kelompok-kelompok belajar atau Kejar, (3) Magang atau ngernet; (4) belajar individual-mandiri, seperti di Perpustakaan; (5) penyuluhan-penyuluhan".

(9)

terjangkau 375.169 orang saja (2,08 %), dan dari jumlah tersebut yang mampu bekerja secara mandiri masih kurang dari 35%.

Gambaran data dari Pusat Studi Tenaga Kerja dan Pembangunan (Tajuk Rencana Harian Umum Pikiran Rakyat, 19 Februari 2002, halaman 8) menunjukkan bahwa angka pengangguran tahun 2001 jumlahnya 40,2 juta orang, artinya sekitar 20% dari jumlah penduduk. Tahun 2002 jumlah tenaga kerja produktif sebagai penganggur 42 juta orang. Tahun 2004 pengangguran di Indonesia diperkirakan akan berjumlah 45,2 juta orang, diantaranya 2,56 juta pengangguran kerah putih. Data yang dikemukakan di atas, memberikan suatu gambaran, bahwa sumber daya manusia usia produktif masih merupakan beban bagi masyarakat. Pendidikan yang telah diperolehnya tidak mampu memberikan bekal kemampuan meningkatkan kemandirian untuk melakukan suatu usaha bagi kehidupannya.

Hasil studi pendahuluan yang telah peneliti lakukan terhadap Karakteristik Kelompok Perajin Besi Tahun 2007, yang berusaha di Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Tasik, dan Kabupaten Cirebon, menunjukkan bahwa mereka berasal dari daerah yang sama yaitu bebeberapa desa di lingkungan Kecamatan Panjalu Kabupaten Ciamis. Hasil pendalaman data yang diperoleh melalui studi pendahuluan tersebut, dapat digambarkan sebagai berikut :

(10)

sekali, bahkan mereka tidak tahu kapan jenis usaha ini dilakukan oleh para pendahulunya.

2. Alasan mobilisasi mereka menjadi penduduk urban, sebagai akibat dari keadaan lingkungan geografis yang kurang mendukung dalam usaha pertanian, pada umumnya daerah Panjalu memliki tanah yang kurang subur untuk ditanami jenis tanaman musiman, dan hanya cocok untuk jenis tanaman keras jangka panjang, sehingga mereka merasa sulit untuk menyandarkan penghidupan terhadap hasil pertanian.

3. Kehadiran mereka ke suatu daerah usaha (urban), diperoleh data bahwa kedatanggannya melalui 2 (dua) cara : a) Diajak langsung oleh Perajin karena memerlukan tenaga tambahan; b) Dititipkan oleh orang tuanya/kerabatnya kepada Perajin untuk dapat dibina (dibelajarkan) hingga ia mempunyai penghasilan (kemandirian).

4. Keanggotaan mereka dalam kelompok usaha, diperoleh data bahwa pada setiap kelompok Perajin ditemukan adanya hubungan kekerabatan.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di atas, dapat dijelaskan bahwa proses pembelajaran dalam Pendidikan Luar Sekolah, memiliki fleksibilitas yang tinggi dan dapat dilakukan dalam berbagai pengaruh lingkungan. Soedomo (1989: 50-52), mengemukakan bahwa :

(11)

(empat musim atau dua musim), temperatur, curah hujan dan sebagainya. Masing-masing daerah tertentu dihuni komunitas-komunitas tertentu pula yang berbeda kebutuhan dan adat istiadatnya.

Berdasarkan data hasil studi pendahuluan yang telah peneliti lakukan, dapat dijelaskan bahwa dalam Pendidikan Luar Sekolah, pembelajaran ini dikategorikan sebagai bentuk pembelajaran magang. Bentuk pembelajaran magang yang dilakukan oleh para Perajin Besi sebagaimana diuraikan di atas, diketahui bahwa mereka saling membelajarkan dibatasi oleh adanya hubungan keluarga (kekerabatan).

(12)

(2,08%), dan dari persentase itu peserta yang mampu bekerja secara mandiri kurang dari 35% saja.

Permasalahan lain yang masih banyak ditemui dalam penyelenggaraan magang di masyarakat, diantaranya relevansi keahlian yang dikembangkan dengan kebutuhan lapangan kerja masih rendah, kontribusi pihak-pihak yang membutuhkan tenaga kerja masih minim, kemampuan dan kesiapan pengelola sebagai institusi penyelenggara masih sangat kurang, termasuk di dalamnya komponen-komponen pembelajaran seperti kesiapan kurikulum, strategi pembelajaran, keahlian tutor (permagang), sumber belajar, sarana dan fasilitas, dan sebagainya. Selain permasalahan yang menyangkut penyelenggaraan magang, juga belum adanya standarisasi keahlian dan keprofesionalan di bidang pendidikan luar sekolah. Beberapa ahli mengemukakan bahwa, berbagai kelemahan dalam pentahapan program pembelajaran dalam bentuk magang, pelatihan dan praktik profesional serta program teori dengan pengalaman magang yang terpadu tidak seperti yang diharapkan (Blauch, 1962), sedangkan Brubacker (1962), Argyris dan Schon (1974) menyatakan bahwa pola magang yang dikembangkan saat ini cenderung hanya mengantarkan warga belajar kepada penerapan teori, dan hal tersebut berbeda dengan penerapan pola magang pada masa-masa sebelumnya (Prihartono, 1999 : 3).

(13)

Kenyataan tersebut cukup beralasan, karena konsepsi program pembelajaran magang yang berpusat pada warga belajar (student centered) yang mengutamakan aktivitas warga belajar sebagai pemagang, dan memberikan kesempatan kepada warga belajar untuk mengarahkan diri sendiri aktifitas belajarnya (self directed learning) (Manz and Manz, 1991 : 11), serta pemahaman dan pengembangan konsep learning while earning, yang seharusnya terintegrasi dalam kurikulum dan proses pembelajaran sebagai konsepsi normatif dari program pembelajaran magang, ternyata belum diaktualisasikan secara benar.

Berdasarkan studi pendahuluan, aspek lain yang juga merupakan permasalahan dalam model pembelajaran magang saat ini, adalah strategi tutor (permagang) dalam melaksanakan proses pembelajaran yang tidak sepenuhnya terbuka untuk menularkan keahliannya, sehingga warga belajar (pemagang) dalam memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang sifatnya khusus, harus melakukan metode trial and error dengan memakan waktu yang cukup lama, dan tingkat kesabaran serta keuletan yang cukup tinggi.

(14)

B. Identifikasi Masalah

Kajian hasil studi pendahuluan terhadap aktifitas usaha yang dilakukan oleh Perajin Besi Reparasi Badan Kendaraan asal Kecamatan Panjalu Kabupaten Ciamis, memiliki karakteristik tersendiri di lihat dari segi bentuk-bentuk pembelajaran dalam konteks pendidikan luar sekolah yang dikenal saat ini.

Karakteristik yang dapat diidentifikasi dari Perajin Besi tersebut adalah, mereka melakukan usaha berkelompok dengan anggota-anggota sebagai pegawainya direkrut dari kalangan keluarga mereka sendiri. Karakteristik khas lainnya adalah, diantara para anggota yang telah memiliki keahlian sebagai perajin besi, mereka memisahkan diri dari kelompok induknya dan membuka usaha pada bidang yang sama dan kemudian berperan menjadi mitra berusaha. Sebagai perajin besi yang baru memisahkan diri dari kelompok induknya tadi dan berusaha mandiri, ia pun merekrut anggota-anggota baru yang berperan sebagai pegawai, juga berasal dari anggota keluarga sendiri dan kerabat dari pihak isterinya apabila ia sudah menikah. Proses pembentukan kelompok-kelompok usaha ini terus berkembang dengan proses pengulangan sebagaimana kelompok-kelompok sebelumnya. Berdasarkan kajian teoretis dalam konteks pendidikan luar sekolah, bentuk pembelajaran yang dilakukan oleh kelompok Perajin Besi Reparasi Badan Kendaraan asal Kecamatan Panjalu Kabupaten Ciamis, dikenal dengan istilah magang (apprenticce).

(15)

1) persentase lulusan program magang cenderung tidak mampu mandiri, dan selalu ingin bekerja pada orang lain menjadi buruh; 2) kurikulum disusun hanya mengacu pada perolehan keterampilan semata, tidak memperhatikan nilai-nilai normatif, adaptif dan produktif; 3) pembelajaran magang tidak memperhatikan penanaman nilai kewiraswastaan; 4) penyusunan program pembelajaran tidak melibatkan warga belajar. Prihartono (1999 : 3) menunjukkan bawah terdapat beberapa ahli yang mengemukakan bahwa, berbagai kelemahan dalam pentahapan program pembelajaran dalam bentuk magang, pelatihan dan praktik profesional serta program teori dengan pengalaman magang yang terpadu tidak seperti yang diharapkan Blauch (1962), sedangkan Brubacker (1962), Argyris dan Schon (1974) menyatakan bahwa pola magang yang dikembangkan saat ini cenderung hanya mengantarkan warga belajar kepada penerapan teori, dan hal tersebut berbeda dengan penerapan pola magang pada masa-masa sebelumnya.

(16)

dikembangkan oleh masyarakat, karena bentuk pembelajaran magang dipandang mampu memberikan solusi untuk penghidupan dan peningkatan taraf hidup. Beberapa hasil penelitian lain memberikan temuan positif terhadap peran magang dalam meningkatkan taraf sosial ekonomi warga belajar, yang diperkuat oleh hasil penelitian McHugh dan Stevens (1989) dalam Kamil (2001 : 25) yang menyimpulkan bahwa “latihan yang dilakukan secara kombinasi akan memperkuat employability seseorang dan mengakibatkan peningkatan penghasilan”.

Aktifitas yang dilakukan oleh Perajin Besi Reparasi Badan Kendaraan asal Kecamatan Panjalu Kabupaten Ciamis, merupakan suatu fenomena pembelajaran yang perlu dikaji lebih lanjut. Bentuk pembelajaran yang dilakukan oleh perajin besi tersebut, sekilas tidak ada bedanya dengan pembelajaran-pembelajaran lainnya, ditinjau dari aspek komponen-komponen sistem pembelajaran. Kekhususan bentuk pembelajaran magang yang dilakukan oleh perajin besi tersebut, dalam proses penyelenggaraannya tidak melibatkan orang luar dari lingkungan keluarga atau kerabatnya. Seluruh anggota dalam satu kelompok usaha dengan masing-masing peran sebagai pemilik dan pegawainya dibatasi oleh ikatan hubungan keluarga / kerabat. Pemilik berperan sebagai tutor yang telah memiliki keahlian secara penuh dalam bidang pekerjaannya, melakukan proses pembelajaran terhadap para anggota pegawainya yang berperan sebagai warga belajar.

(17)

"Magang mencakup tujuan, bahan yang disampaikan, orang yang berpengalaman, orang yang belum berpengalaman, perabot atau perkakas yang digunakan, waktu dan lingkungan". Komponen-komponen yang tercakup dalam pembelajaran sistem magang merupakan satu kesatuan yang terintegrasi secara sinergis, sehingga masing-masing komponen harus dirumuskan dengan lengkap dan sesuai dengan konteks pembelajarannya.

Mengacu pada hasil studi pendahuluan, dapat diidentifikasi bahwa penyelenggaraan pembelajaran magang yang dilakukan oleh Perajin Besi Reparasi Badan Kendaraan asal Kecamatan Panjalu Kabupaten Ciamis, yang dibatasi oleh adanya hubungan keluarga / kekerabatan, mampu meningkatkan kemandirian warga belajarnya. Sehubungan dengan temuan awal sebagaimana diuraikan di atas, maka penelitian ini akan melakukan penelahaan yang mendalam mengenai model pembelajaran magang berbasis hubungan kekerabatan dalam meningkatkan kemandirian.

C. Fokus Penelitian

(18)

belajarnya, adalah model pembelajaran yang dilakukan secara konsepsional dan didasari oleh tanggung jawab keberlanjutan (sustainable) usaha.

Bertolak dari pemikiran dan asumsi di atas, maka fokus penelitian ini adalah : bagaimana model pembelajaran magang berbasis hubungan kekerabatan dalam meningkatkan kemandirian warga belajar ? Secara rinci fokus penelitian tersebut dapat diuraikan ke dalam pertanyaan penelitian, adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana model pembelajaran magang berbasis hubungan kekerabatan pada Perajin Besi Bidang Reparasi Badan Kendaraan asal Kecamatan Panjalu Kabupaten Ciamis ?

2. Bagaimana formulasi model pembelajaran magang berbasis hubungan kekerabatan?

3. Bagaimana implementasi model pembelajaran magang berbasis hubungan kekerabatan ?

4. Bagaimana efektifitas model pembelajaran magang berbasis hubungan kekerabatan?

D. Definisi Operasional

Terdapat beberapa istilah dalam penelitian ini yang perlu dijelaskan lebih lanjut agar tidak terjadi kesalahan pemaknaan tentang hal-hal yang dimaksudkan, yaitu :

(19)

John M. Echol, yaitu pekerjaan sebagai magang atau masa belajar suatu keahlian. Sementara jika dilihat dalam Kamus Peter Salim dinyatakan sebagai apprenticed, aprrenticing, apprentices, yang artinya memperkerjakan dan membimbing, atau bekerja sambil belajar. Magang sebagai suatu kegiatan belajar pendidikan luar sekolah yang artinya belajar sambil bekerja. Menurut Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) Jayagiri Lembang Bandung (1990), bahwa magang adalah "proses belajar di mana seseorang memperoleh dan menguasai keterampilan dengan jalan melibatkan diri dalam proses pekerjaan tanpa atau dengan petunjuk orang yang sudah terampil dalam pekerjaan".

2. Kekerabatan adalah hubungan keluarga yang tidak terbatas pada keluarga batih (inti) semata, namun sebagaimana dijelaskan oleh Koentjaraningrat (2004:319-323) bahwa :

Bagi orang Sunda sebutan kekerabatan bagi kerabat pihak laki-laki tidak berbeda dengan sebutan kekerabatan bagi pihak perempuan. Apabila kita melihat istilah kekerabatan orang Sunda, maka tampak istilah-istilah yang dipergunakan untuk dua generasi ke atas dan ke bawah dilihat dari sudut Ego adalah berbeda, sedangkan sejak generai ketiga ke atas maupun ke bawah istilahnya sama, ialah prinsip polarity diabaikan.

(20)

yang menghitungkan hubungan kekerabatan melalui orang laki-laki maupun perempuan.

Dalam penelitian ini, istilah kekerabatan yang dimaksudkan adalah adanya hubungan garis keluarga antara tutor dengan warga belajar, yang bersifat bilateral yaitu hubungan ikatan keluarga baik keluarga inti secara vertikal dan horizontal, maupun keluarga jauh (dari pihak isteri).

3. Pemagang adalah warga belajar atau peserta didik dalam program magang yaitu orang yang belajar sambil bekerja pada lembaga ekonomi produktif. 4. Permagang yaitu orang yang berpengalaman, orang yang dimagangi, atau

dalam hal ini orang yang berperan sebagai sumber belajar.

5. Kelompok Perajin Besi adalah sekelompok orang-orang yang mengikatkan dirinya dalam suatu usaha bersama dengan ikatan kekerabatan. Mereka terdiri atas kerabat keluarga yang terdiri atas 3 sampai 6 orang yang berusaha sebagai perajin besi.

(21)

Learner’s Dictionary of Current English, Oxford University Press, London, 1981, oleh AS. Hornby, menjelaskan bahwa kemandirian dimulai dari kata character adalah:

a. (of a person, community, race, etc) mental or moral nature; mental or moral qualities that make one person, race, etc different from others. Diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia adalah keadaan moral atau mental seseorang, masyarakat, bangsa dan sebagainya; kualitas mental atau moral yang membentuk seseorang, bangsa, dan sebagainya, berbeda dari yang lain.

b. Moral Strength (kekuatan akhlak atau daya bathin). Di dalam kamus ini pun tertulis contoh sebuah kalimat: Should character building be the chief aim education? (apakah pembentukan atau pembangunan akhlak menjadi tujuan utama pendidikan?).

(22)

sendiri persoalan hidup dan kehidupannya, sehingga dia termotivasi untuk berinisiatif, berkreasi, berinovasi, proaktif dan bekerja keras.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memperoleh rumusan model pembelajaran magang berbasis hubungan kekerabatan dalam meningkatkan kemandirian. Secara khusus tujuan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Memperoleh data empirik tentang model pembelajaran magang berbasis hubungan kekerabatan pada Perajin Besi Bidang Reparasi Badan Kendaraan asal Kecamatan Panjalu Kabupaten Ciamis.

2. Memperoleh rumusan formulasi model pembelajaran magang berbasis hubungan kekerabatan.

3. Memperoleh data tentang implementasi model pembelajaran magang berbasis hubungan kekerabatan.

4. Memperoleh data tentang tingkat efektifitas model pembelajaran magang berbasis hubungan kekerabatan.

F. Kegunaan Penelitian

(23)

pembelajaran magang yang berbasis hubungan kekerabatan dalam meningkatkan kemandirian warga belajar.

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran magang yang berbasis hubungan kekerabatan bagi masyarakat, dalam upaya pengembangan usaha sektor informal, guna meningkatkan kemandirian warga belajar sebagai bagian pelaku ekonomi.

G. Kerangka Berfikir Penelitian

Kerangka berpikir dalam penelitian ini dibangun melalui sejumlah komponen yang menjadi satu kesatuan atau sistem pembelajaran dalam konteks Pendidikan Luar Sekolah. Komponen tersebut menurut Sudjana (2000 : 34) mencakup raw input, instrumental input, environmental input, proses, output, other input, dan outcomes.

(24)

pembelajaran, bimbingan dan atau latihan, serta evaluasi. Kegiatan pembelajaran lebih mengutamakan peranan tutor untuk membantu warga belajar, dengan memanfaatkan berbagai sumber, pengalaman manusia sumber, dan lingkungan sekitar. Komponen proses pembelajaran magang menggambarkan tentang bagaimana suatu model pembelajaran disusun. Karakteristik utama dalam proses pembelajaran, diantaranya adalah : rumusan tujuan pembelajaran, materi, pusat sumber belajar, waktu, praktik kerja (pengalaman lapangan), tutor, dan fasilitas yang digunakan. Output, adalah warga belajar (pemagang) diharapkan terjadi peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap kewirausahaan. Outcomes; kemandirian warga belajar (pemagang) diharapkan dapat membentuk dan mengelola usaha secara mandiri, atau bekerja pada kelompok usaha sejenis. Other input, merupakan masukan lain yang turut memberikan penguat terhadap hasil yang dicapai dalam proses pembelajaran magang, sehingga dampak hasil belajar warga belajar benar-benar mampu memberikan perubahan nyata untuk penghidupan.

(25)

Gambar 1.2: Kerangka Berfikir Penelitian

Permasalahan

Karakteristik Warga Belajar

Hasil Analisis

Input Proses Output Outcomes

Nilai Kekerabatan

(26)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Mengacu kepada fokus penelitian yang telah dirumuskan, yaitu bagaimana model pembelajaran magang berbasis hubungan kekerabatan dalam meningkatan kemandirian warga belajar pada Perajin Besi Reparasi Badan Kendaraan asal Kecamatan Panjalu Kabupaten Ciamis ? Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) pendekatan, yaitu pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kualitatif digunakan dalam upaya mendeskripsikan penyelenggaraan model pembelajaran magang Perajin Besi Reparasi Badan Kendaraan asal Kecamatan Panjalu Kabupaten Ciamis yang dilakukan selama ini, sedangkan pendekatan kuantitatif digunakan untuk keperluan mengukur tingkat efektifitas rancangan model konseptual yang telah disusun berdasarkan hasil analisis dari studi kualitatif.

Penggunaan pendekatan kualitatif dengan metode research and development, sebagaimana dikemukakan oleh Borg & Gall (1989:624), bahwa “Educational Research and Development (R&D) is a process used to develop and validated educatial products“. Berkaitan dengan rumusan pengertian research and development tersebut, lebih lanjut Borg & Gall (1989) menjelaskan bahwa yang dimaksud produk pendidikan tidak hanya objek – objek material, seperti buku teks, film untuk pengajaran, dan sebagainya; tetapi juga termasuk bangunan prosedur dan proses, seperti metode mengajar, atau metode pengorganiasian

(27)

pengajaran. Wujudnya dapat berupa tujuan belajar, metode, kurikulum, evaluasi, baik perangkat keras, lunak, maupun cara atau prosedurnya. Dengan demikian tujuan akhir dari research and development pendidikan adalah lahirnya produk baru atau perbaikan terhadap produk lama untuk meningkatkan kemampuan kerja pendidikan. Dengan model baru itu proses dan hasil pendidikan menjadi lebih efektif dan efisien, sesuai dengan tuntutan kebutuhan dan perkembangan masyarakat.

Secara konseptual, prosedur metode research and development Borg & Gall (1989: 784-785) mengemukakan ada sepuluh langkah umum yang harus ditempuh, yaitu:

1. Research and information collecting. Dalam langkah ini peneliti lakukan studi literatur dan studi lapangan. Studi lapangan ini mencakup observasi dan wawancara dengan para perajin besi asal kecamatan Panjalu Kabupaten Ciamis yang berada di Kota Bandung, terutama pada kelompok-kelompok yang akan dijadikan sebagai subyek penelitian.

(28)

3. Develop preliminary form of product. Pada langkah ini peneliti mengembangkan bentuk permulaan dari produk yang akan dihasilkan dan menguraikan secara operasional setiap komponen yang dipadukan, termasuk langkah-langkah penerapannya.

4. Preliminary field testing. Setelah terwujud bentuk model permulaan, peneliti selanjutnya melakukan ujicoba lapangan awal dalam skala terbatas. Pada langkah ini pengumpulan dan analisis data dilakukan dengan cara wawancara, observasi dan studi dokumentasi.

5. Main product revision. Langkah ini peneliti melakukan perbaikan berdasarkan hasil diskusi, pembimbingan, dan pengkajian sehingga diperoleh draft produk (model) utama yang siap diujicobakan.

6. Main field testing. Langkah ini merupakan ujicoba yang melibatkan semua komponen dalam pembelajaran magang. Pengumpulan data dilakukan secara kuantitatif, terutama dilakukan terhadap kinerja sebelum dan sesudah penerapan model pembelajaran. Hasil yang diperoleh dari ujicoba ini dalam bentuk evaluasi terhadap pencapaian hasil ujicoba, dengan demikian pada umumnya langkah ini menggunakan rancangan ”pretest and posttest two group design”, Borg & Gall (1989).

(29)

8. Operational field testing. Langkah ini adalah untuk menentukan apakah suatu model yang dikembangkan benar-benar siap digunakan tanpa harus dilakukan pengarahan atau pendampingan oleh peneliti/pengembang model.

9. Final product revision. Langkah ini merupakan perbaikan akhir terhadap model yang dikembangkan guna menghasilkan produk akhir (model final). 10.Dissemination and implementation. Pada langkah akhir dilakukan

penyebarluasan produk/model yang dikembangkan kepada khalayak/masyarakat luas, terutama dalam bidang pendidikan. Langkah pokok dalam fase ini adalah mengkomunikasikan dan mensosialisasikan temuan penelitian, baik dalam bentuk seminar hasil penelitian, publikasi pada jurnal, maupun pemaparan kepada stakeholders yang terkait dengan temuan penelitian.

Penggunaan pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini, sebagaimana telah diutarakan di muka, hanya digunakan untuk pengukuran tingkat efektifitas pada tahap uji coba rancangan model konseptual pembelajaran magang berbasis hubungan kekerabatan Perajin Besi Bidang Reparasi Badan Kendaraan.

B. Tahapan Pelaksanaan Penelitian

(30)

1. Tahap Studi Pendahuluan

Pada tahap awal, peneliti melakukan studi literatur, observasi, dan wawancara. Studi lapangan dimaksudkan untuk mengumpulkan data-data yang sesuai dengan upaya menjawab fokus penelitian. Pada tahap ini pula peneliti melakukan telaah tentang gambaran umum kegiatan sehari-hari perajin besi dalam melakukan proses pembelajaran. Observasi dan wawancara dalam rangka pengumpulan data ini secara langsung diarahkan pada sejumlah komponen-komponen pembelajaran magang, yang mencakup : kurikulum yang digunakan, peran tutor (permagang), karakteristik warga belajar (pemagang), kondisi dan penggunaan fasilitas pembelajar, dan pelaksanaan praktik kerja. Komponen lain hasil temuan dari studi terdahulu tentang karakteristik perajin besi, peneliti juga mendalami tentang aspek yang diprediksi berpengaruh, yaitu kekerabatan. Data-data yang telah terkumpul melalui studi pendahuluan ini, kemudian dianalisis untuk keperluan merumuskan model faktual pembelajaran magang.

2. Tahap Pengembangan dan Uji Kelayakan Model Konseptual

Pada tahap ini dilakukan pengembangan model berdasarkan hasil analisis studi pendahuluan, dengan langkah-langkah sebagai berikut :

(31)

waktu, praktik kerja, kegiatan usaha, tutor, sarana dan fasilitas belajar, dan lain-lain.

b. Mengembangkan rumusan rancangan model pembelajaran magang berbasis hubungan kekerabatan dalam bentuk desain atau program pembelajaran. Aspek yang dikaji dan dikembangkan meliputi kurikulum, tutor, integrasi nilai-nilai kekerabatan dalam proses pembelajaran, dan pola evaluasi. Selanjutnya pengembangan indikator-indikator kemandirian warga belajar meliputi; pengetahuan, keterampilan, sikap.

c. Melakukan uji kelayakan (validasi) terhadap rancangan model pembelajaran magang berbasis hubungan kekerabatan, dengan melibatkan unsur praktisi dan unsur akademisi. Validasi teoritik dilakukan dengan menggunakan teknik DIE (Description, Interpretation, and Evaluation technique) dan kolokium (colloquium ).

1) Validasi model dengan menggunakan DIE (Description, Interpretation,

and Evaluation technique).

Validasi model oleh para praktisi dan akademisi, peneliti lakukan dengan menggunakan DIE (Description, Interpretation, and Evaluation technique). Menurut Sudjana (2004:115-116) bahwa DIE (Description, Interpretation, and Evaluation technique) adalah suatu teknik yang digunakan:

(32)

Dalam kaitan ini, konsep DIE tersebut peneliti adopsi dengan tujuan bahwa rancangan yang telah dirumuskan berupa model konseptual, dapat dicermati oleh para ahli dan praktisi melalui telaah konseptual sehingga dapat diterapkan dalam tataran implementasi (applicable) pada kondisi yang diharapkan, sebagaimana dikemukakan oleh Sudjana (2004 : 115) bahwa operasionalisasi teknik tersebut mencakup :

”(1) deskripsi, yaitu upaya menggambarkan fakta yang terlihat dalam gambar/model (description : what I see, and only an observeb fact, (2) interpretasi, yaitu memikirkan apa yang dilihat (interpretation : what I think about what I see), dan (3) evaluasi, yaitu merasakan nilai positif dan atau negatif dari apa yang saya pikirkan (evaluation : what I feel about what I think).

Berdasarkan teknik DIE ini, para ahli dan praktisi Pendidikan Luar Sekolah dengan keahlian dan pengalaman praktik di lapangan dipandang mampu menganalisis model konseptual sehingga berbagai faktor yang diprediksi dapat menghambat penerapan model akan segera diketahui untuk kemudian dilakukan revisi pada bagian-bagian tertentu.

(33)

2) Validasi model dengan menggunakan kolokium (colloquium ).

Pada penelitian ini validasi model konseptual juga diperdalam melalui kegiatan kolokium (colloquium ) /colloquy , yaitu suatu kegiatan ”... untuk membahas permasalahan yang dihadapi melalui pengajuan permasalahan kepada nara sumber”, Abdulhak (1995 : 61). Keuntungan menggunakan validasi model konseptual dengan kolokium (colloquium ) karena penyelenggaraan teknik ini melibatkan berbagai ahli. Pelaksanaan kolokium (colloquium )dalam rangka validasi model konseptual ini, peneliti selenggarakan di Kampus Uninus pada hari Sabtu 7 Juni 2008 dengan mengundang 3 (tiga) orang ahli di bidang manajemen dan pendidikan luar sekolah (dari Program Pascasarjana Uninus) dan para praktisi PLS dari KBM Konengsari Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat, UPTD SKB Kabupaten Sumedang yang berlokasi di Tanjungsari, dan UPTD SKB Kota Bandung, yang beralamat di Jalan Caringin (Jln. Kopo) Kota Bandung.

(34)

peneliti mengungkapkan kembali hasil revisi pada forum kolokium guna mendapat koreksi dan persetujuan dari seluruh peserta pertemuan.

3. Tahap Uji Coba

Tahap uji coba ini dilakukan dalam rangka menguji model konseptual yang telah dirumuskan yaitu model pembelajaran magang berbasis kekerabatan untuk meingkatkan kemandirian warga belajar perajin besi. Tujuan uji coba ini untuk mengetahui kelayakan dan keefektifan model yang dikembangkan terhadap kemandirian warga belajar. Pelaksanaan uji coba dilakukan dengan rancangan “non-equivalent control group”, dengan alasan bahwa peneliti kesulitan untuk melakukan desain murni (sungguhan) dengan keadaan jumlah pemagang pada kelompok-kelompok magang tidak banyak. Alasan lain sebaran kelompok magang juga sangat luas, sehingga kemungkinan dilakukannya penyatuan (mixing) atas dua kelompok belajar magang, sangat sulit. Dengan demikian desain penelitian eksperimental semu yang digunakan dalam uji coba ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

A O1 X O2

--- B O1 - O2

[image:34.595.112.513.244.678.2]

(35)

Pelaksanaan uji coba ini dilakukan dalam kerangka uji kelayakan draft model pembelajaran magang untuk kemudian melakukan perbaikan-perbaikan dengan harapan dapat melahirkan model yang applicable (layak terap) sekaligus terjadinya peningkatan kemandirian warga belajar. Proses uji coba dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

(36)

eksperimen semu, 10 individu untuk setiap kelompok yang dibandingkan sudah cukup memadai.

b) Pelaksanaan pembelajaran. Pada tahap pelaksanaan ini dan pemagangan kegiatan ini dilakukan dengan tahapan melakukan evaluasi awal (pretest), pelaksanaan pembelajaran dengan menyajikan dua kelompok materi yaitu; keterampilan ngelas pintu mobil.

c) Pemantauan. Kegiatan ini dilakukan dengan tahapan menyusun alat observasi, melaksanakan orientasi, melaksanakan pemantauan, menelaah hasil pemantauan dan menyimpulkan.

d) Refleksi, setelah kegiatan dilakukan pada masing-masing tahapan; pembelajaran dan pemagangan, dilakukan refleksi. Tahapan kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh data berkenaan dengan proses dan hasil uji coba.

e) Evaluasi. Evaluasi ini dilakukan terhadap warga belajar dan tutor, dan selenggarakan pada awal dan akhir kegiatan pembelajaran.

4. Tahap Revisi Model Pembelajaran dan Laporan Penelitian

(37)

dilakukan revisi, sehingga pada akhirnya menghasilkan rancangan pembelajaran magang berbasis kekerabatan yang direkomendasikan untuk digunakan atau diterapkan sesuai dengan karakteristik kelompok sasaran.

Penyusunan laporan, penulisan draft laporan (disertasi) dilakukan secara bertahap setelah tahapan pralapangan, lapangan, dan analisis data dilakukan. Penulisan laporan ini merupakan tahapan yang bergulir terus menerus selama penelitian dilakukan. Proses penyusunan laporan penelitian, peneliti selalu melakukan konsultasi kepada para pembimbing (promotor). Setelah penulisan laporan hasil penelitian berupa draft disertasi selesai dilakukan, peneliti mengkonsultasikan kembali kepada para pembimbing. Di dalam proses konsultasi, para pembimbing terus memberikan masukan, saran perbaikan yang sangat bermanfaat untuk menyempurnakan draft disertasi.

Gambaran secara garis besar berkenaan dengan keseluruhan proses penelitian dan pengembangan seperti pada bagan 3.2. Langkah penelitian dan pengembangan yang dilakukan meliputi; studi pendahuluan, perumusan model konseptual, validasi model konseptual, revisi model konseptual, pelaksanaan uji coba, penyempurnaan model konseptual sehingga menjadi model akhir atau model final.

(38)

Gambar 3.2 : Alur Penelitian

C. Lokasi, Populasi, Subyek Penelitian, dan Kelompok Uji Coba

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Bandung pada Perajin Besi Bidang Reparasi Badan Kendaraan asal Kecamatan Panjalu Kabupaten Ciamis.

2. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah Perajin Besi asal Kecamatan Panjalu Kabupaten Ciamis yang berada di kota dan kabupaten wilayah Provinsi Jawa

!

" #$

% & %

' ( ' ' $

)

* # %

+ %# $

,

* - '

.

/ #

+ %# $

( % 0

* - '

(39)

Barat. Ragam pekerjaan besi yang dilakukan oleh para perajin tersebut, berdasarkan hasil studi tentang Karakteristik Perajin Besi Asal Kecamatan Panjalu Kabupaten Ciamis pada tahun 2007, mereka terbagi ke dalam kelompok-kelompok. Kelompok-kelompok pekerjaan pengrajin besi dimaksud dapat dikategorikan menjadi 5 (lima) kelompok Perajin Besi, yaitu :

a. Kelompok Perajin Besi Rongsokan Alat-alat rumah tangga,

b. Kelompok Perajin Besi Rongsokan Alat-alat Berat (rongsokan kapal laut, rongsokan kereta api, dsb.),

c. Kelompok Perajin Besi Alat-alat Berat (Mesin-mesin bekas), d. Kelompok Perajin Besi Bahan Rangka Beton dan Plat, dan e. Kelompok Perajin Besi Reparasi Badan Kendaraan.

(40)
[image:40.595.113.514.207.629.2]

Tabel 3.1

WILAYAH PENYEBARAN PERAJIN BESI ASAL KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

DI PROPINSI JAWA BARAT (Seluruh Kategori Bidang Kerajinan Besi)

No Daerah Tempat Berusaha Jumlah Kelompok Binaan Nama Ketua Paguyuban 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

Pasar Jatayu Kulon (Kota Bandung). Pasar Jatayu Timur (kota Bandung). Wilayah By-Pass (Kota Bandung). Wilayah Jalan Bogor (Kota Bandung). Banceuy (Kota Bandung).

Wil. Gedebage (Kota Bandung). Kebon Sirih (Kota Bandung). Ujungberung (Kota Bandung). Pasar Cicalengka (Kab.Bandung). Wil. Pasar Lembang (Kab. Bandung). Wilayah Cimahi (Kota Cimahi). Pasar Pronggol (Kota Cirebon). Pasar Penggung (Kota Cirebon). Wil. Pesenaian (Kota Cirebon). Pasar Padayungan (Kab. Tasik). Pasar Cikurubuk (Kab. Tasik) Pasar Pancasila (Kab. Tasik).

Wilayah Pertigaan (Kab. Majalengka). By-Pass (Kab. Sumedang).

Wil. Rawa Panjang (Bekasi).

Wil. Jln PangeranAsogiri (Kota Bogor) Wil. Jln. Tanah Baru (Kota Bogor) Wil. Jln. POMAD (Kab. Bogor)

13 10 21 16 24 8 10 16 6 9 19 12 7 7 11 6 6 6 5 17 12 10 4

H. Djadja Acil H. Udin H. Yoyo

H. Dede Sulaeman Ikin / Djadja H. Maman Ir. Sukandar H. Ading Endang Beni Suryana Dede Dian H. Aan Enceng Maman Soleh Tolib Ujang Dana Isa Sanjaya Usep H. Oteng Aceng Rahmat Dadang

Jumlah 265

Sumber : Kantor Kecamatan Panjalu Kabupaten Ciamis (7 Mei 2007).

(41)
[image:41.595.115.512.183.600.2]

pekerjaannya. Pada penelusuran data ini peneliti fokuskan pada kelompok perajin besi bidang reparasi badan kendaraan, dengan hasi sebagai berikut :

Tabel 3.2

KEADAAN KELOMPOK PERAJIN BESI BIDANG REPARASI BADAN KENDARAAN ASAL KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

DI KOTA BANDUNG

No Daerah Tempat Berusaha Jumlah Kelompok Perajin Besi Jumlah Kelompok Reparasi Badan Kendaraan 1 2 3 4 5 6 7 8

Pasar Jatayu Kulon (Kota Bandung). Pasar Jatayu Timur (kota Bandung). Wilayah By-Pass (Kota Bandung). Wilayah Jalan Bogor (Kota Bandung). Banceuy (Kota Bandung).

Wil. Gedebage (Kota Bandung). Kebon Sirih (Kota Bandung). Ujungberung (Kota Bandung).

13 10 21 16 24 8 10 16 6 4 11 2 4 7 4 10

Jumlah 118 48

Sumber : Data Ketua Paguyuban Perajin Besi Asal Kecamatan Panjalu Kab. Ciamis (Jln. Jatayu Timur) yang berusaha di Kota Bandung (14 Mei 2007).

(42)
[image:42.595.114.514.247.609.2]

reparasi badan kendaraan yang melakukan pemagangan tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 3.3

KEADAAN KELOMPOK PERAJIN BESI BIDANG REPARASI BADAN KENDARAAN ASAL KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

YANG MELAKUKAN PEMAGANGAN

No Daerah Tempat Berusaha Jumlah Kelompok Reparasi Badan Kendaraan Jumlah Kelompok Perajin Yang Melakukan Pemagangan 1 2 3 4 5 6 7 8

Pasar Jatayu Kulon (Kota Bandung). Pasar Jatayu Timur (kota Bandung). Wilayah By-Pass (Kota Bandung). Wilayah Jalan Bogor (Kota Bandung). Banceuy (Kota Bandung).

Wil. Gedebage (Kota Bandung). Kebon Sirih (Kota Bandung). Ujungberung (Kota Bandung).

6 4 11 2 4 7 4 10 6 4 8 2 4 7 4 10

Jumlah 48 45

Sumber : Data Ketua Paguyuban dan Data Ketua Kelompok Perajin Besi Bidang Reparasi Badan Kendaraan (Jln. Jatayu Timur) asal Kec. Panjalu Kab. Ciamis (14-17 Mei 2007).

Hasil penelusuran keberadaan perajin besi bidang reparasi badan kendaraan asal Kecamatan Panjalu Kabupaten Ciamis, diperoleh data bahwa tradisi pemagangan dalam melakukan pekerjaaannya hampir di atas 94%.

(43)
[image:43.595.112.513.224.635.2]

Tabel 3.4

KEADAAN KELOMPOK PERAJIN BESI BIDANG REPARASI BADAN KENDARAAN ASAL KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

YANG MELAKUKAN PEMAGANGAN BERBASIS HUBUNGAN KEKERABATAN

No Daerah Tempat Berusaha

Jumlah Kelompok Perajin Yang

Melakukan Pemagangan

Jumlah Kelompok Perajin Yang Melakukan

Pemagangan Berdasarkan Hubungan

Kekerabatan

! " ! #$

%$ $& $ $& ' !

() &$ * *

' 1 0 0

Sumber : Data Ketua Paguyuban dan Data Ketua Kelompok Perajin Besi Bidang Reparasi Badan Kendaraan (Jln. Jatayu Timur) asal Kec. Panjalu Kab. Ciamis (14- 17Mei 2007)

(44)
[image:44.595.114.514.219.613.2]

Tabel 3.5

KEADAAN ANGGOTA TIAP KELOMPOK PERAJIN BESI BIDANG REPARASI BADAN KENDARAAN

ASAL KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS YANG MELAKUKAN PEMAGANGAN

BERBASIS HUBUNGAN KEKERABATAN

% 1 $ 1

' 1 + '

& 2

+ 2

' 1 + '

! " ! #$

%$ $& $ $& ' !

() &$ *

3,30303 3. 3 3 3. 3"4353,3 3 303

03 3,3636 3,35303 3,3

0303,30 363,363 303 3 3 3

' 1 0 )",

Sumber : Data Ketua Paguyuban dan Data Ketua Kelompok Perajin Besi Bidang Reparasi Badan Kendaraan (Jln. Jatayu Timur) asal Kec. Panjalu Kab. Ciamis (14- 117 Mei 2007).

Jumlah anggota pemagang pada setiap kelompok perajin besi bidang reparasi badan kendaraan asal Kecamatan Panjalu Kabupaten Ciamis dengan basis hubungan kekerabatan, hanya dalam jumlah terbatas yaitu berkisar antara 3 (tiga) sampai dengan 10 (sepuluh) orang. Hasil observasi dan wawancara terhadap ketua kelompok yang bertindak sebagai tutor, anggota pemagang dibatasi hanya pada anggota keluarga dan kerabat saja dengan berbagai pertimbangan.

3. Subyek Penelitian

(45)

karakteristik yang sama, baik dari segi pengelompokkan pekerjaan, perekrutan pekerja (warga belajar), maupun model pembelajarannya.

Sehubungan dengan adanya kesamaan karakteistik para Perajin Besi Bidang Reparasi Badan Kendaraan asal Kecamatan Panjalu Kabupaten Ciamis, maka dalam penetapan subyek penelitian ini, peneliti menggunakan teknik random, dan peneliti tetapkan sebagai subyek penelitian adalah Perajin Besi Bidang Reparasi Badan Kendaraan asal Kecamatan Panjalu Kabupaten Ciamis, yang berada di Kota Bandung. Pertimbangan penetapan jenis subyek penelitian ini didasarkan kepada praktik jenis pekerjaan ini lebih memerlukan keterampilan dan ketelitian yang tinggi sesuai dengan karakteristik masing-masing pabrikan dan permintaan konsumen.

Subyek penelitian yang dijadikan sebagai kasus studi guna pendeskripsian data bahan analisis, dengan merujuk kepada hasil studi pendahuluan tentang karakteristik para perajain besi, maka peneliti menetapkan kelompok Perajin Besi “Karya Bakti” yang dikelola oleh Bapak Aceng yang berada di wilayah Jalan Sukarno-Hatta bagian Timur, tepatnya berlokasi di Jalan Raya Panyileukan, Kota Bandung.

Alasan penetapan subyek penelitian ini didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan, diantaranya :

1) Kelompok-Kelompok Perajin Besi Asal Kecamatan Panjalu berdasarkan studi pendahuluan, memiliki karakteristik yang sama;

(46)

3) Kelompok Perajin Besi yang dikelola Bapak Aceng, saat ini (penelitian dilakukan) memiliki warga belajar di atas 10 (sepuluh) orang dengan karakteristik pembelajaran sesuai dengan karakteristik penelitian yang sedang dilakukan;

4) Kelompok Perajin Besi yang dikelola Bapak Aceng, peneliti telah saling mengenal lebih dari 7 (tujuh) tahun), sehingga proses penelitian berlangsung tanpa ada kecurigaan;

5) Lokasi Kelompok Perajin Besi yang dikelola Bapak Aceng, berada dalam jangkauan peneliti, sehingga setiap saat memerlukan data dapat dengan segera diperoleh.

4. Kelompok Uji Coba

(47)

kesetaraan kedua kelompok tersebut dapat dijaga. Persyaratan-persyaratan karakteristik tersebut adalah :

1) Kelompok Ekspeimen (Kelompok “A”), dibentuk dengan persyaratan karakteristik perekrutan sebagai berikut :

a) Tutor telah membuka usaha mandiri minimal selama 3(tiga) tahun;

b) Tutor memiliki latar belakang pendidikan formal, yaitu tamat SD/MI sampai dengan SMP (Tsanawiyah);

c) Tutor dengan warga belajar memiliki hubungan kekerabatan bilateral, baik secara vertikal maupun horizontal;

d) Tutor memiliki keahlian di bidang reparasi badan kendaraan; e) Warga belajar berusia antara 19 sampai dengan 40 tahun;

f) Warga belajar memiliki latar belakang pendidikan formal, yaitu tamat SD/MI sampai dengan SMP (Tsanawiyah);

g) Warga belajar belum memiliki pekerjaan tetap;

h) Warga belajar bersedia tinggal di wilayah Kota Bandung.

2) Kelompok Kontrol (Kelompok “B”), dibentuk dengan persyaratan karakteristik perekrutan sebagai berikut :

a) Tutor telah membuka usaha mandiri minimal selama 3(tiga) tahun;

(48)

c) Tutor dengan warga belajar tidak memiliki hubungan kekerabatan bilateral, baik secara vertikal maupun horizontal;

d) Tutor memiliki keahlian di bidang reparasi badan kendaraan; e) Warga belajar berusia antara 19 sampai dengan 40 tahun;

f) Warga belajar memiliki latar belakang pendidikan formal, yaitu tamat SD/MI sampai dengan SMP (Tsanawiyah);

g) Warga belajar belum memiliki pekerjaan tetap;

h) Warga belajar bersedia tinggal di wilayah Kota Bandung.

[image:48.595.113.514.237.616.2]

Pembentukan Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol berdasarkan persyaratan tersebut di atas, adalah sebagai berikut :

Tabel 3.6 Kelompok Uji Coba

% % + '

1 3

% ' # 27

' ' 1

+ , - .

/ ) )

$ 0 $

-1 # & 2 3 ! 1

/ 2 3 ! 1

* *

! *

Sumber : Penetapan Kelompok ini didiskusikan dengan Bapak Aceng, pemilik Bengkel Las Ketok dan Duco yang beralamat di Jalan Raya Bumi Panyileukan Kota Bandung, (22 Mei 2007).

(49)

peneliti dengan keanggotaan 10 (sepuluh) warga belajar dan terdapat kaitan kekerabatan. Sedangkan Kelompok B, dibentuk dengan peran sebagai Tutor adalah Bapak Djadja, beliau juga berasal dari Kecamatan Panjalu Kabupaten Ciamis, dan merekrut warga belajar sebanyak 10 (sepuluh) orang, dan diantara mereka tidak ada kaitan keluarga (kekerabatan).

D. Pengembangan Instrumen Penelitian

(50)
[image:50.595.115.533.240.756.2]

Komponen-komponen sebagaimana diuraikan di atas, selanjutnya dapat dirinci ke dalam kisi-kisi penelitian untuk menggambarkan analisis hingga diperoleh rincian indikator untuk setiap komponen. Adapun rincian indikator atas komponen-varabel dimaksud, dapat digambarkan dalam kisi-kisi penelitian sebagai berikut:

Tabel 3.7 KISI-KISI

KOMPONEN PEMBELAJARAN MAGANG DAN KOMPONEN KEKERABATAN

Tujuan Komponen Sub-komponen Indikator

Alat Pengumpul

Data

Resp

1 2 3 4 5 6

Mendeskripsikan proses pembelajaran magang Perajin Besi Asal Kecamatan Panjalu Kabupaten Ciamis yang dilakukan saat ini

a. Kurikulum 1)Tujuan

2) Materi

3)Sumber belajar

4)Waktu 5)Praktek kerja

- Tujuan dirumuskan bersama. - Tujuan dapat dipahami

(a)Sesuai dengan kemampuan (b)Materi diorganisasikan (a)Faktor pribadi (b)Faktor kemampuan (a)Pengaturan waktu (a)Orientasi (b) Manfaat

1.Observasi 2.Wawancara

Tutor WB

b. Tutor 1) Kemampuan mengelola - Keahlian - Pembinaan - Evaluasi 1. Observasi 2. Wawancara Tutor WB c. Warga belajar

1) Latar blkng pendidikan. 2) Minat.

3) Kemampuan.

4) Motif berprestasi

- Pendidikan Sekolah - Pendidikan Luar Sekolah (a)Ketertarikan pd pekerjaan (b)Kesiapan belajar (a)Mampu memahami materi (b)Mampu melaksanakan (a)Aktivitas tingkah laku (b)Kesiapan untuk mandiri

1. Observasi 2. Wawancara

Tutor WB

d. Fasilitas - Ketersediaan - Penggunaan - Pemeliharaan

(a)Tersedianya alat-alat (b)Ijin penggunaan alat (c)Kemampuan memelihara

1. Observasi 2. Wawancara

(51)

1 2 3 4 5 6 e. Kemandirian 1)Pengetahuan 2)Keterampilan 3)Sikap - Disiplin

- Dasar-dasar keterampilan - Hubungan pribadi (a)Kreatifitas (b)kompetisi

(a)jeli melihat permasalahan, (b)berani menghadapi masalah, (c)punya gagasan dalam

menghadapi masalah, (d)optimisme, (e)ulet, 1. Observasi 2. Wawancara WB

f. Kekerabatan 1)adanya garis keluarga,

2)adanya fungsi ekonomi, 3)adanya tempat

tinggal yang sama. 4)Tanggung

jawab

5)Paguyuban

(a)Hubungan keluarga inti (b)Hubungan keluarga dekat (c)Hubungan keluarga jauh /

kerabat.

(d)Adanya jaminan secara ekonomi

(e)Ketersediaan tempat tinggal.

(f)Kesediaan bekerja. (g)Kesadaran meneruskan

pekerjaan

(h)Adanya perkumpulan warga (i) Adanya pembinaan

perkumpulan.

1. Observasi 2. Wawancara

Tutor WB

E. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

1. Teknik pengumpulan data

(52)

2. Proses pengumpulan data

Sesuai dengan rancangan dan pendekatan penelitian terutama dalam pengumpulan data, maka ketiga teknik pengumpulan data, baik pengamatan, wawancara, dan studi dokumentasi dilakukan secara simultan atau pengamatan akan merupakan kegiatan awal pengumpulan data diikuti dengan wawancara dan studi dokumentasi atau sebalikna.

3. Pengorganisasian data

Pengorganisasian data akan meliputi pengerjaan memilah dan mengelompokkan data berdasarkan klarifikasi data, baik dalam bentuk ungkapan (hasil wawancara) maupun interaksi yang ditampilkan (hasil pengamatan) akan dicatat dan dikode sesuai dengan topik atau tema yang ditunjukan data tersebut. Adapun langkah pengorganisasian data akan dilakukan dengan : (1) memeriksa dan memberi nomor urut data; (2) membaca dan mengembangkan pengkodean; (3) mencari atau menemukan pola atau topik; (4) penyimpanan data ke dalam bentuk kartu–kartu dan dihimpun dalam map, file atau rekaman–rekaman audiovisual dengan pengkodean baik warna maupun label sendiri.

4. Pengolahan data

(53)

teknik pengkodean, data yang diperkirakan kurang konsisten akan dicek ulang untuk mencari relevansinya, sedangkan data yang dianggap tidak relevan akan diabaikan.

Khusus untuk kegiatan ujicoba, hasil ujicoba penerapan draft model dianalisis dengan pendekatan kuantitatif dan pendekatan analisis deskriptif kualitatif. Pengujian tingkat keefektifan penerapan rancangan pembelajaran magang berbasis kekerabatan, digunakan perhitungan statistik dengan membandingkan antara hasil evaluasi awal dan hasil evaluasi akhir penerapan rancangan pembelajaran. Uji statistik yang digunakan adalah uji Wilcoxon, Sidney Siegel, 1997 (93-101), Sudjana, 2002 (450-454), Furqon, 2002 (243-247), menurut Furqon (2002:243) uji Wilcoxon adalah Uji tanda, semata-mata hanya memanfaatkan informasi tentang arah di dalam pasangan-pasangannya atau tanda tambah dan kurang dari selisih antara pasangan amatannya. Sudjana, (2002:450), mengemukakan bahwa ”dalam uji Wilcoxon bukan saja tanda yang diperhatikan, tetapi juga nilai selisih (X-Y)”.

5. Analisis data

(54)

Pekerjaan analisis data dalam hal ini adalah mengartikan, mengurutkan, mengelompokan, memberikan kode, dan mengkategorikannya.

Proses analisa data sudah mulai sejak pengumpulan data dilakukan dan dikerjakan secara intensif, sesudah meningggalkan lapangan. Beberapa ahli seperti Nasution, (1996) mengatakan bahwa penelitian kualitatif sangat dianjurkan agar analisis data dan penafsirannya secepatnya dilakukan oleh peneliti, tidak menunggu sampai data itu menjadi dianggap memadai karena data sifatnya dinamis atau berkembang, hanya yang terpenting adanya kesesuaian data dengan tujuan penelitian.

Dalam penelitian ini penulis menganalisis data sesuai dengan cara yang dikemukan oleh Nasution, (1996) yaitu: “reduksi data, display data, dan mengambil kesimpulan (verifikasi)”.

a. Reduksi data adalah membuat abstraks atau merangkum data dalam suatu laporan yang lebih sistematis yang difokuskan pada hal-hal yang inti atau penting. Data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan, dan juga mempermudah peneliti untuk mencari kembali data yang diperlukan.

b. Display data dilakukan untuk mempermudah melihat gambaran penelitian secara menyeluruh atau bagian-bagian tertentu dari hasil penelitian. Display data disajikan dalam berbagai macamtabel, alur atau bagan.

(55)

hubungan, persamaan, hal-hal yang sering timbul, hipotesis dan sebagainya. Kesimpulan ini mula-mula masih sangat tentatif dan kabur. Agar diperoleh kesimpulan yang lebih mantap, kesimpulan senantiasa diverifikasi selama penelitian berlangsung”. Pada kesimpulan juga disajikan temuan-temuan sebagai hasil penelitian.

(56)

yang diperoleh dari satu sumber dengan pendekatan yang berbeda. Triangulasi data dilakukan untuk memeriksa keabsahan data. Hal ini dilakukan dengan cara mendapatkan data yang sama digunakan pola pertanyaan yang berbeda menggunakan wawancara, observasi, dan studi dokumentasi, atau untuk mendapatkan data yang sama tapi sumber yang berbeda. Peneliti mendiskusikan data yang telah dikumpulkan kepada orang lain, hal ini dilakukan dengan mengkonsultasikan data kepada subjek penelitian para ahli, mereka yang telah terlibat di dalam penelitian yang sejenis. Peneliti melakukan”member chek” data yang telah dikumpulkan, hal ini dilakukan dengan memeriksa kembali data yang telah dikumpulkan kepada subjek penelitian, untuk mendapatkan keyakinan akan kebenaran data yang diperoleh sebelumnya.

(57)
[image:57.595.111.508.247.626.2]

Analisis data ini dilakukan secara berulang untuk menjawab pertanyaan – pertanyaan fokus yang telah dirumuskan dalam penelitian ini. Sehubungan dengan al tersebut, model analisis data yang digunakan adalah analisis generalisasi dan interpretasi, McMillan (2001:505) dengan alur sebagai berikut :

(58)

Penelitian tentang model pembelajaran magang berbasis hubungan kekerabatan pada Perajin Besi Asal Kecamatan Panjalu Kabupaten Ciamis, dengan rumusan tujuan penelitian sebagai berikut : 1. Mendeskripsikan model pembelajaran magang Perajin Besi Bidang Reparasi Badan Kendaraan asal Kecamatan Panjalu Kabupaten Ciamis yang berbasis hubungan kekerabatan : a. Memperoleh data empirik tentang kondisi awal penyelenggaraan proses pembelajaran magang Perajin Besi Bidang Reparasi Badan Kendaraan yang dilakukan saat ini; b. Memperoleh deskripsi empirik hasil analisis SWOT terhadap penyelenggaraan proses pembelajaran magang Perajin Besi Bidang Reparasi Badan Kendaraan yang dilakukan saat ini. 2. Mendeskripsikan formulasi model pembelajaran magang Perajin Besi Bidang Reparasi Badan Kendaraan yang berbasis hubungan kekerabatan, : a. Memperoleh rancangan model pembelajaran magang berbasis hubungan kekerabatan dalam meningkatkan kemandirian warga belajar; b. Memperoleh rumusan pengelolaan rancangan model pembelajaran magang berbasis hubungan kekerabatan dalam meningkatkan kemandirian warga belajar; c. Mengetahui hasil uji kelayakan rancangan model konseptual pembelajaran magang berbasis hubungan kekerabatan dalam meningkatkan kemandirian warga belajar. 3. Memperoleh model pembelajaran magang berbasis hubungan kekerabatan pada Perajin Besi dalam meningkatkan kemandirian warga belajar, : a. Memperoleh

(59)

data tentang persyaratan implementasi model pembelajaran magang berbasis hubungan kekerabatan pada Perajin Besi dalam meningkatkan kemandirian warga belajar; b. Mengetahui hambatan dalam implemntasi model pembelajaran magang berbasis hubungan kekerabatan pada Perajin Besi dalam meningkatkan kemandirian warga belajar. 4. Mengetahui efektifitas model pembelajaran magang berbasis hubungan kekerabatan pada Perajin Besi dalam meningkatkan kemandirian warga belajar, : a. Memperoleh data tentang tingkat keefektifan model pembelajaran magang berbasis hubungan kekerabatan pada Perajin Besi dalam meningkatkan kemandirian warga belajar; b. Memperoleh data tentang faktor pendukung dan penghambat model pembelajaran magang berbasis hubungan kekerabatan pada Perajin Besi dalam meningkatkan kemandirian warga belajar.

Kesimpulan yang dapat dikemukakan dari hasil pengkajian data yang diperoleh, baik berupa data analisis lapangan maupun hasil analisis penghitungan statistik dengan menggunakan uji Wilcoxon dengan bantuan komputer Program SPSS 15.0 for Windows, adalah sebagai berikut :

Pertama, penyelenggaraan magang Perajin Besi Reparasi Badan

(60)

(sistemik), sehingga transferisasi keahlian berlangsung relatif singkat dalam meningkatkan kemandirian.

Kedua, formulasi model pembelajaran magang berbasis hubungan

kekerabatan dalam meningkatkan kemandirian warga belajar Perajin Besi Reparasi Badan Kendaraan, dapat dibangun dengan mendasarkan pada hasil telaah empirik pada kegiatan pembelajaran yang dilakukan para perajin besi selama ini, dengan penyempurnaan dibantu oleh para ahli baik dari kalangan akademisi mapun dari kalangan praktisi di bidang pendidikan luar sekolah.

Ketiga, model pembelajaran magang berbasis hubungan kekerabatan

pada Perajin Besi Reparasi Badan Kendaraan setelah diujicobakan terbukti dapat diimplementasikan pada tataran praktik dengan memperhatikan kondisi-kondisi yang telah ditetapkan.

.Keempat, tingkat keefektifan model pembelajaran magang berbasis hubungan kekerabatan, telah terbukti adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam meningkatkan kemandirian warga belajar, baik kemandirian dalam belajar maupun kemandirian dalam melakukan usaha.

B. Implikasi

(61)

teori yang melandasinya, baik dalam rangka mendukung, mengukuhkan maupun mengoreksi teori. Implikasi praktis berkenaan dengan sumbangannya pada perbaikan penyelenggaraan program pendidikan luar sekolah (nonformal) khususnya pembelajaran dan kegiatan usaha pada Perajin Besi.

Mengacu pada pembahasan temuan penelitian, terdapat beberapa implikasi, baik secara teoretis maupun praktis terhadap penelitian lainnya, adalah sebagai berikut :

1. Implikasi Teoretis

Analisis terhadap hasil penelitian menunjukkan bahwa, kurkulum pembelajaran dan pengelolaan pembelajaran yang didasari oleh nilai-nilai kekerabatan pada perajin besi, mampu meningkatkan kemandirian. Pada konteks magang yang selama ini dikenal dan merupakan salah satu bentuk pembelajaran dalam Pendidikan Luar Sekolah, terbukti mampu meningkatkan kemandirian warga belajar. Kemandirian warga belajar mencakup mampu meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap

(62)

Secara teoretis hasil-hasil penelitian ini sangat relevan dengan teori-teori kurikulum pembelajaran khususnya kurikulum pembelajaran Pendidikan Luar Sekolah. Konsepsi yang relevan dengan temuan hasil penelitian ini, adalah konsep inovatif pembelajaran Pendidikan Luar Sekolah terutama tentang konsepsi student centered, student active learning, participatory dan teori-teori andragogi. Teori-teori tersebut secara konsepsional menunjukkan relevansi yang nyata dengan hasil-hasil penelitian ini terutama pada komponen-komponen kurikulum yang mencakup tujuan, materi, pelaksanaan pembelajaran, praktik kerja dan evaluasi hasil, serta unsur-unsur yang tercakup dalam komponen kemandirian.

2. Implikasi Praktis

Penelitian ini telah membuktikan bahwa model pembelajaran magang kekerabatan Perajin Besi dapat meningkatkan kemandirian warga belajar. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, memiliki implikasi praktis bahwa pembelajaran magang kekerabatan sebagai salah satu bentuk pembelajaran dalam pendidikan luar sekolah, mampu membelajarkan warga belajar dalam rangka meningkatkan kemandirian. Implikasi tersebut didasarkan kepada hasil temuan penelitian sebagai berikut :

(63)

terbukti memberikan situasi keakraban bagi warga belajar untuk memperoleh bantuan bimbingan kapanpun diperlukan.

b. Komponen tutor sebagai permagang untuk menerapkan rancangan model pembelajaran magang kekerabatan, memiliki riwayat pekerjaan yang diperoleh secara turun temurun dan hanya menekuni satu bidang pekerjaan kerajinan. Oleh karena itu konsentrasi tutor menekuni kerajinan tersebut dijadikan sebagai mata pencaharian tetap, di samping kebanyakan penduduk pada daerah tersebut juga menekuni pekerjaan yang sama. c. Komponen warga belajar sebagai pemagang direkrut dari anggota

keluarga sendiri, baik keluarga dekat (batih/inti) maupun keluarga jauh (kerabat). Warga belajar yang yang direkrut memiliki latar belakang pendidikan formal dan atau non-nformal, sebagai wawasan dasar untuk memahami ruang lingkup pembelajaran. Latar belakang pendidikan formal minimal rata-rata telah lulus Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah, sedangkan latar belakang pendidikan non-formal tidak dijadikan patokan untuk memulai pembelajaran magang kekerabatan ini.

(64)

e. Aspek kekerabatan tutor sebagai permagang dengan warga belajar sebagai pemagang, merupakan landasan dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Aspek kekerabatan tersebut mampu membentuk

Gambar

Gambar 1.1 :   Interaction between an Educational Program   and Its        Socioeconomic Context, Ahmed, M
Gambar 1.2:  Kerangka Berfikir Penelitian
Gambar 3.1 :   Rancangan Penelitian Eksperimental Semu
Tabel 3.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan. Melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan

BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL ANALISIS MODEL PEMBELAJARAN KLAUSA RELATIF BAHASA INDONESIA DENGAN TEKNIK REKURSIF-DIAGRAM. DI FKIP UNINUS BANDUNG

PENINGKATAN ECOLITERACY SISWA D ALAM PENGHIJAUAN TERAS SEKOLAH MELALUI TEKNIK PEMBELAJARAN TAND UR PAD A PEMBELAJARAN IPS D I KELAS IV SD NEGERI 2 BOJONG KOTA

Agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik, perlu disusun suatu sistem khususnya dalam peningkatan pelayanan peminjaman buku yang baik pula. Maka dibuatlah suatu sistem

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR : 1 TAHUN 2015. TANGGAL : 8

14 PT Asuransi Bangun Askrida 15 PT Asuransi Umum Bca 16 PT Berdikari Insurance 17 PT Bess Central Insurance 18 PT Asuransi Bhakti Bhayangkara 19 PT Asuransi Bina Dana

Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan Struktural (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu.. DAFTAR