• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hilmiyatun Universitas Negeri Mataram ABSTRACT. Keywords:Systemic Functional Linguistics,parataxis, hipotaksis, Lombok Post ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hilmiyatun Universitas Negeri Mataram ABSTRACT. Keywords:Systemic Functional Linguistics,parataxis, hipotaksis, Lombok Post ABSTRAK"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

KLAUSA KOMPLEKS DALAM RUBRIK HUKUM DAN KRIMINAL MEDIA LOMBOK POST: KAJIAN LINGUISTIK FUNGSIONAL SISTEMIK DAN RELEVANSINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA

Hilmiyatun

Universitas Negeri Mataram

ABSTRACT

The target of this research problem is complex clauses in the Criminal Law and Media Rubric Lombok Post: Study of Systemic Functional Linguistics and Its Relevance to Learning Indonesian School (SMA). The aims of the research is to describe the use of complex clauses in the Criminal Law and media Rubric Lombok Post and determine its relevance to learning Indonesian in high school. The theory used in scrutinizing the complex phenomenon of parataxis and hipotaksis clause is theory of Systemic Functional Linguistics (LFS). This research is a qualitative descriptive study. This research data taken from Lombok Post daily newspapers in order to examine the form of complex clauses and hipotaksis parataxis. The data collection method applied in this research is the method of documentation. The results of the research there are five logical semantic relationship and taksis in each part, among others elaboration, extension, double, locutions, and ideas. Furthermore, this study is relevant to be used as teaching materials using curriculum 2013.

Keywords:Systemic Functional Linguistics,parataxis, hipotaksis, Lombok Post

ABSTRAK

Sasar kajian dalam permasalahan penelitian ini adalah Klausa Kompleks dalam Rubrik Hukum dan Kriminal Media Lombok Post: Kajian Linguistik Fungsional Sistemik serta Relevansinya terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA). Tujuan penelitian Ini adalah mendeskripsikan penggunaan klausa kompleks dalam Rubrik Hukum dan Kriminal media Lombok Post serta mengetahui relevansinya terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA. Teori yang digunakan dalam mencermati fenomena klausa kompleks parataksis dan hipotaksis ini menggunakan kajian teori Linguistik Fungsional Sistemik (LFS). Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Data penelitian ini berupa teks yang bersumber dari surat kabar harian Lombok Post guna menelaah klausa kompleks berupa parataksis dan hipotaksis. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu metode dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian ini yakni penggunaan klausa kompleks dalam temuan di surat kabar Lombok Post edisi Oktober-Desember 2014 ini terdapat kelima hubungan logis semantis dan taksis di setiap bagiannya antara lain elaborasi, ekstensi, ganda, lokusi, dan ide. Selanjutnya, penelitian ini relevan untuk digunakan sebagai materi ajar dengan menggunakan kurikulum 2013.

(2)

1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi berperan penting guna pengungkapan pikiran, perasaan, dan gagasan seseorang. Maka, dalam pengungkapan pikiran, perasaan, dangan gagasan tersebut harus disertai dengan bahasa yang baik, sehingga mampu dimengerti oleh lawan tutur. Berkomunikasi dapat dilakukan dengan berbagai cara.Wujud komunikasi tersebut dapat secara lisan ataupun secara tulisan. Komunikasi secara lisan, misalnya dengan berdialog, wawancara, pidato, seminar,

talkshow, dan sebagainya.Sementara,

komunikasi melalui tulisan dapat dilakukan dengan surat, artikel, makalah, jurnal, berita, dan sebagainya. Manusia dalam berinteraksi dan menjalin hubungan social dengan yang lain.

Melalui suatu media kita dapat berhubungan dengan satu sama lain. Bahasa yang digunakan pada surat kabar harus jelas dan tidak mengaburkan informasi karena pengaruhnya akan sangat besar. Selain itu, penulisan berita atau tulisan terkait berita yang disajikan juga harus sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (selanjutnya disingkat EYD) atau kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Selain itu, penggunaan kata penghubung, keterpaduan paragraf, dan kejelasan makna harus tepat karena tidak jarang ditemukan di dalam koran penyajian bahasanya tidak sesuai dengan kaidah yang tepat. Permasalahan yang terjadi di sekolah yaitu ketika siswa ditugaskan menulis atau menyunting teks yang bersumber dari surat kabar atau majalah masih banyak diantara mereka yang bingung bahkan tidak bisa menyelesaikan tugas tersebut dengan benar.

Dalam penelitian ini digunakan teori LFS. Di samping itu, tata bahasa yang berdasarkan LFS relevan dengan semua bidang yang terkait dengan pemakaian

bahasa, karena tujuan pemakaian bahasa menentukan tata bahasa setiap bidang atau disiplin ilmu dalam memahami tentang bahasa tertentu.

Berdasarkan hal- hal yang telah dikemukakan di atas, peneliti tertarik untuk menganalisis klausa kompleks penggunaan parataksis dan hipotaksis dalam media teks koran Lombok Post berdasarkan pendekatan LFS . Dalam penelitian ini, yang dianalisis Klausa Kompleks dalam Rubrik Hukum dan Kriminal Media Lombok Post.Selanjutnya, penelitian ini direlevansikan terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA guna mencari keterkaitannya dan menambah referensi serta wawasan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang bahasa.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan latar belakang di atas, permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah Penggunaan Klausa Kompleks Parataksis dan Hipotaksis dalam Rubrik Hukum dan Kriminal Media Lombok Post: Kajian Linguistik Fungsional Sistemik dan Relevansinya terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Penggunaan Klausa Kompleks Parataksis dan Hipotaksis dalam Rubrik Hukum dan Kriminal Media Lombok Post: Kajian Lingistik Fungsional Sistemik dan Relevansinya terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA.

2. Landasan Teori

Dalam perspektif LFS bahasa adalah sistem arti dan sistem lain (yakni sistem bentuk dan ekspresi) untuk merealisasikan arti tersebut. Kajian ini berdasar dua konsep yang mendasar yang membedakan LFS dari aliran linguistik lain, yaitu (a) bahasa merupakan fenomena sosial yang berwujud sebagai semiotik sosial dan (b) bahasa merupakan teks yang berkonstruktual (saling

(3)

menentukan dan saling merujuk) dengan konteks sosial. Dengan demikian, kajian bahasa tidak terlepas dari konteks sosial.

Hubungan logis semantik menunjukkan makna yang timbul antarklausa. Secara rinci, makna ini menunjukkan makna yang ditimbulkan klausa 2 terhadap klausa 1. Dalam hubungan logis semantik terdapat dua sifat makna timbul yaitu ekspansi dan proyeksi yang masing- masing dapat dirinci meliputi ekspansi antara lain elaborasi yaitu klausa pertama sama dengan makna klausa kedua, ekstensi yaitu klausa pertama bertambah maknanya dengan klausa kedua, dan ganda yaitu klausa pertama berlipat ganda oleh klausa kedua. Selanjutnya, proyeksi merupakan representasi kembali pengalaman linguistik ke pengalaman linguistik lain yang meliputi proyeksi lokusi yaitu proyeksi kata yang secara spesifik dapat dikatakan bahwa satu pengalaman linguistik dipresentasikan oleh kata dan proyeksi ide yaitu makna satu klausa diproyeksikan oleh pengalaman linguistik lain.

Taksis menunjukkan status atau sifat hubungan antarklausa. Taksis terbagi ke dalam dua kategori, parataksis (parataxis) dan hipotaksis (hipotaxis).Taksis adalah Taksis menunjukkan status atau sifat hubungan antarklausa. Taksis terbagi ke dalam dua kategori, parataksis (parataxis) dan hipotaksis (hipotaxis). Parataksis merupakan hubungan antarklausa yang semua klausa berstatus sama atau setara. Dalam tata bahasa tradisional parataksis dikenal dengan kalimat majemuk koordinatif atau setara.

Hipotaksis merupakan hubungan antarklausa yang menunjukkan bahwa dua klausa atau lebih tidak setara atau tidak sama status. Dalam tata bahasa tradisional klausa kompleks hipotaksis dikenal sebagai kalimat majemuk subordinatif atau bertingkat.

3. Metode Kajian

Penelitian ini digunakan penerapan metode kualitatif berbentuk deskriptif. Dalam hal ini, data penelitian ini berupa teks yang bersumber dari rubrik Hukum dan Kriminal surat kabar harian Lombok Postguna mendapatkan klausa yang berupa parataksis dan hipotaksis.Objek penelitian yang terdapat dalam penelitian ini adalah berupa teks wacana tulisan, yakni teks berbentuk klausa yang terdapat pada Rubrik Media Surat Kabar Lombok Post periode Oktober s.d Desember 2014.

Berkaitan dengan penelitian ini, yang menjadi populasinya adalah klausa kompleks parataksis dan hipotaksis dalam koran harian Lombok Pos edisi Oktober s.d Desember 2014. Adapun sampel penelitian ini setiap edisi perbulan diambil 5 topik dalam rubrik yang sudah ditentukan sehingga keseluruhannya terdapat 15 topik dalam edisi Oktober s.d Desember 2014.Teknik penarikan sampel yang peneliti gunakan adalah teknik purposive sampling.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode dokumentasi. Metode dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini untuk menyelidiki benda-benda tertulis yang dalam hal ini berupa teks. Teknik yang dipergunakan dalam pengumpulan data, yakni; teknik baca guna pencermatan dan pemolaan data dan teknik catat guna mendata dan melihat penggunaan parataksis dan hipotaksisnya.

Penelitian ini mencari penggunaan klausa kompleks parataksis dan hipotaksis pada penulisan teks berita dengan kajian LFS. Selanjutnya, data dianalisis menggunakan metode deskripsi, yaitu teknik yang berusaha menggambarkan atau menguraikan berbagai data yang telah ada.Di samping itu, penganalisisan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik deskriptif kualitatif dan mengacu dengan pendapat Miles dan Huberman (dalam Emzir, 2012:129) menyatakan ada

(4)

tiga macam kegiatan/tahapan dalam analisis kualitatif, yaitu: reduksi data, model data, dan tahapan verifikasi.

Penelitian ini menggunakan dua jenis metode penyajian hasil analisis, yaitu metode formal dan metode informal. Dalam metode formal, hasil analisis disajikan dengan menggunakan kaidah kebahasaan yang berbentuk bagan atau diagram, tabel, dan gambar, sedangkan metode informal merupakan hasil analisis yang disajikan dengan kata-kata biasa yang mudah dipahami. Selanjutnya, data yang sudah ditemukan akan disajikan secara deskriptif berdasarkan pendekatan yang digunakan, yaitu LFS.

4. Pembahasan

4.1Penggunaan Klausa Komples

Parataksis dalam Rubrik Hukum dan Kriminal Media Lombok Post

Dua kriteria digunakan untuk menganalisis hubungan antarklausa, yaitu kesalingtergantungan atau taksis dan hubungan logis semantik antarklausa.Taksis terdiri atas parataksis dan hipotaksis dan hubungan logis semantik terdiri atas ekspansi dan proyeksi. Untuk menganalisis terkait penggunaan parataksis dalam media Teks Lombok Post akan dibagi lagi bagiannya mencakupi ekspansi yang dibagi lagi menjadi elaborasi parataksis, ekstensi parataksis, dan ganda parataksis. Proyeksi terdiri dari lokusi parataksis dan ide parataksis. Masing- masing bagiannya akan diuraikan serta dideskripsikan sebagai berikut.

4.1.1 Elaborasi Parataksis

1 ///Selain Mahrip kejati menetapkan tiga tersangka lain//, =2 //yakni pegawai BPN masing- masing berinisial IMD, ZA, dan IB///

Klausa kompleks di atas menggunakan konjungsi yang sama. Hubungan klausa 1 dan klausa 2 dilabeli

dengan (=), karena kedua klausa tersebut memiliki status sama atau setara. Konjungsi yang digunakan untuk menghubungkan antara kedua klausa tersebut adalah yakni.Konjungsi yakni merupakan (makna logis) perbandingan dan (submakna logis) kesamaan yang membentuk hubungan logis semantik yang dapat dipertukarkan makna klausa pertama dengan klausa kedua.

4.1.2 Ekstensi Parataksis

1 /// Tim mengumpulkan data//, +2 //dan keterangan sejumlah pihak terkait pengerjaan tersebut///

Ekstensi parataksis menunjukkan bahwa satu klausa dihubungkan dengan klausa lain. Ekstensi parataksis dilabeli dengan (+). Konjungsi yang digunakan klausa kompleks di atas adalah dan yang memposisikan mengumpulkan data sekaligus mengumpulkan keterangan sejumlah pihak. Konjungsi dan merupakan makna logis (tambahan) dan submakna logis (penambahan). Membentuk hubungan logis semantik yang dapat menambah makna klausa pertama yang mendahuluinya, sehingga maknanya bertambah.

4.1.3 Ganda Parataksis

1 ///Meski angka kerugian negara belum keluar//, 2X //namun pemeriksaan saksi-saksi termasuk tersangka tetap dilakukan///

Hubungan ganda (enhacement) dalam klausa kompleks menunjukkan bahwa klausa kedua atau sekunder memperkuat makna klausa pertama atau primer. Ganda membentuk klausa pertama berlipat ganda oleh klausa kedua. Ganda parataksis dilabeli dengan (X). Konjungsi yang digunakan pada klausa kompleks di atas adalah namun. Konjungsi namun merupakan (makna logis) konsekuensi dan (submakna logis) pengecualian.

(5)

“Kami tetapkan dua orang tersangka, inisialnya BZP dan NF,” kata Juru Bicara Kejati NTB, I Made Sutapa. Lokusi parataksis merupakan pengalaman lingustik diproyeksikan sebgai kata-kata dengan proses verbal dalam klausa pemroyeksi. Dalam tata bahasa tradisional lokusi parataksis setara dengan kalimat langsung. Lokusi parataksis dilabeli dengan dua tanda kutip (“). Proses pemroyeksi yang digunakan adalah berkata.

4.1.5 Ide Parataksis

Jenis proyeksi ide parataksis hampir tidak ada dalam pemakaian bahasa Indonesia. Pemakaian wujud klausa kompleks parataksis sebagai akibat pengaruh bahasa Inggris dan masih terasa sangat aneh. Begitu juga dalam edisi Oktober-Desember 2014 harian Lombok

Post sesuai dengan sampel yang sudah

ditentukan tidak ditemukan ide parataksis.

4.2Penggunaan Klausa Komples

Hipotaksis dalam Rubrik Hukum dan Kriminal Media Lombok Post

Dua kriteria digunakan untuk menganalisis hubungan antar klausa, yaitu kesalingtergantungan atau taksis dan hubungan logis semantik antarklausa.Taksis terdiri atas parataksis dan hipotaksis dan hubungan logis semantik terdiri atas ekspansi dan proyeksi. Untuk menganalisis terkait penggunaan hipotaksis dalam media Teks Lombok Post akan dibagi lagi bagiannya mencakupi ekspansi yang dibagi lagi menjadi elaborasi hipotaksis, ekstensi hipotaksis, dan ganda hipotaksis. Proyeksi terdiri dari lokusi hipotaksis dan ide hipotaksis.

4.2.1 Elaborasi Hipotaksis

1 ///Termasuk dua orang tersangka//, =2 //yang saat ini masih berstatus saksi///

Elaborasi hipotaksis merupakan dua klausa yang tidak sama status (satu

independen atau dapat berdiri sendiri dan satu lagu bergantung kepada klausa itu) dihubungkan dan arti klausa pertama sama dengan klausa kedua. Elaborasi hipotaksis dilabeli dengan (=). Hubungan dalam klausa relatif tidak membatasi dinyatakan oleh (pemarkah) yang.

4.2.2 Ekstensi Hipotaksis

1 ///Nanti saya sampaikan//, +2 //sementara cukup itu (penetapan dua tersangka) saja///

Ekstensi hipotaksis memberikan pengertian bahwa dua klausa yang tidak setara dihubungkan dengan makna klausa kedua menambah makna klausa pertama. Konjungsi yang digunakan adalah sementara. Konjungsi sementara merupakan makna logis (waktu) dan submakna logis (bersamaan).

4.2.3 Ganda Hipotaksis

1 ///Keduanya resmi menyandang status tersangka//, X2 //sejak 19 September lalu///

Klausa kompleks ganda hipotaktik merupakan hubungan klausa berstatus bebas (independent) dan klausa terikat (dependent). Konjungsi sejak digunakan pada klausa kompleks di atas dan membentuk makna logis (waktu) dan submakna logis (bersamaan).

4.2.4 Lokusi Hipotaksis

Ia menjelaskan, pihaknya tidak tinggal diam.

Dalam lokusi hipotaksis pengalaman linguistik diproyeksikan sebagai arti dengan proses verbal dalam klausa pemroyeksi. Pemakai bahasa tidak memroyeksikan kata-kata yang sebenarnya dikata-katakan pemakai bahasa, tetapi menyampaikan arti, makna, atau implikasi dari ucapan pemakai bahasa. Klausa kompleks di atas menggunakan kata

menjelaskan untuk memproyeksikan

(6)

4.2.5 Ide Hipotaksis

Menurut Sutapa, dalam gelar perkara itu diputuskan kasus tersebut ditingkatkan ke penyidikan dan menetapkan dua tersangka.

Proyeksi ide hipotaktik merepresentasikan pengalaman linguistik ke dalam pengalaman linguistik lain sebagai arti dengan kata kerja mental sebagai proses pemroyeksi. Klausa kompleks di atas menunjukkan ide hipotaksis dengan kata kerja mental menurut.

4.3Relevansi Hasil Kajian Penggunaan

Klausa Kompleks terhadap

Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA

Sesuai dengan perumusan masalah, penggunaan klusa kompleks parataksis dan hipotaksis akan direlevansikan dengan pembelajaran bahasa Indonesia di SMA. Dalam hal ini akan dikaitkan dengan menggunakan kurikulum 2013. Sebagaimana diketahui bahwa kurikulum 2013 dalam pembelajaran bahasa Indonesia merupakan kurikulum berbasis pembelajaran teks. Berdasarkan hal tersebut, surat kabar Lombok Post akan dijadikan sebagai objek penelitian sekaligus dijadikan sebagai bahan materi pembelajaran.

Topik berita yang dipilih yakni terkait dengan korupsi.Topik tersebut sengaja peneliti ambil yang bertujuan untuk membentuk karakter peserta didik. Karakter yang kuat akan menjadikan bangsa ini semakin beradab dan menjadi bangsa cerdas. Hal ini sesuai dengan kurikulum 2013, bahwa salah satu kompetensi yang ingin dicapai pada kurikulum 2013 yakni kompetensi lulusan yang berkarakter mulia.

Relevansi kajian penggunaan klausa kompleks parataksis dan hipotaksis dititikberatkan pada aspek analisis kebahasaan.Teknik analisis kebahasaan disajikan dalam bentuk teori tentang LFS, sedangkan hasil kajian diperoleh setelah

melakukan latihan analisis kebahasaan dengan teori LFS tersebut.

5. Penutup

5.1 Simpulan

Setelah melalui tahapan-tahapan dalam penelitian, mulai dari tahapan perumusan masalah hingga pada tahapan analisis dan pembahasan, kemudian dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut.

Penggunaan parataksis dalam temuan di surat kabar Lombok Post edisi Oktober-Desember 2014 ini terdapat kelima hubungan logis semantis dan taksis di setiap bagiannya antara lain elaborasi parataksis, ekstensi parataksis, ganda parataksis, lokusi parataksis, dan ide parataksis. Hanya saja ide parataksis tidak ditemukan, karena jenis proyeksi ide parataksis hampir tidak ada

dalam pemakaian bahasa

Indonesia.Pemakaian wujud klausa kompleks parataksis sebagai akibat pengaruh bahasa Inggris dan masih terasa sangat aneh.

Berdasarkan temuan hasil hipotaksis dalam temuan di surat kabar Lombok Post edisi Oktober-Desember 2014 ini terdapat kelima hubungan logis semantis dan taksis di setiap bagiannya antara lain elaborasi hipotaksis, ekstensi hipotaksis, ganda hipotaksis, lokusi hipotaksis, dan ide hipotaksis.

Bahasa memiliki peran yang sangat krusial dalam berbagai kegiatan atau bidang.Setiap bidang kajian linguistik memiliki tata bahasa tertentu.Pisau bedah yang menggunakan kajian LFS tata bahasanya relevan untuk semua bidang yang terkait dengan pemakaian bahasa.Merelevansikanya dengan menggunakan kurikulum 2013 sangat tepat

(7)

karena LFS berbasis pembelajaran teks, sementara LFS adalah teks.

5.2 Saran

Di mata masyarakat, media massa merupakan sarana komunikasi dalam upaya menyampaikan suatu informasi. Media massa cetak khususnya seperti surat kabar harus bisa menyuguhkan berita yang baik dengan memperhatikan bahasa-bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang tepat. Oleh karena itu, para wartawan harus dituntut berperan aktif dalam mengemas berita atau informasi yang

akan dipublikasikan. Selain itu, pihak-pihak lain diharapkan untuk memberikan kontribusinya, seperti pemerhati atau pakar bahasa untuk memberikan masukan atau kritik yang membangun terhadap penggunaan bahasa surat kabar. Hal ini untuk menghindari penyimpangan dalam menciptakan bahasa yang komunikatif.Di samping itu, peran guru di sekolah begitu penting dalam membina peserta didik sejak dini dalam keterampilan menulis agar dapat mencetak generasi yang terampil dalam berbahasa Indonesia yang baik dan benar.

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan, dkk. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. .2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Anwar, Khaidir. 1990. Fungsi dan Peranan Bahasa: Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Gajah Mada University.

Aminuddin. 2001. Semantik Pengantar Tentang Makna. Bandung: Sinar Baru Algensindo

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (edisi revisi). Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Badara, Aris. 2012. Analisis Wacana: Teori, Metode, dan Penerapannya pada Wacana Media. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Chaer, Abdul. 1995. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.

.2002. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Emzir. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis data. Jakarta: Rajawali Pers.

Flournoy, Michael Don. 1989. Analisa Isi Surat kabar Surat kabar Indonesia. Yogyakarta. Gadjah Mada university Press.

Gustianingsih. 2006. “Analisis Wacana Pada Media Cetak Perspektif Linguistik Fungsional Sistemik” (tesis). Sumatera Utara: Universitas Sumatera Utara

Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

. 2014. Teks dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. Muhammad. 2011. Paradigma Kualitatif Penelitian Bahasa. Yogyakarta: Liebe Book Press Nurdiyani, Netty. 2008. “Konstruksi Parataksis dalam Kalimat Majemuk Bahasa Indonesia”

(tesis). Surakarta: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.

Rahardi, Kunjana. 2010. Kalimat Baku Untuk Menyusun Karya Tulis Ilmiah. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Rivers, J William dkk. 2004. Media Massa dan Masyarakat Modern. Jakarta: Prenada Media. Saragih, Amrin. 2002. Bahasa dalam Konteks Sosial. Medan: FBS Unimed.

(8)

Sugiarto, Sri. 2014. “Teks Pelajaran Siswa Sekolah Dasar (SD) Kelas IV Kurikulum 2013: Kajian Berdasarkan Linguistik Fungsional Sistemik”. Tesis. Mataram: Program Magister Pascasarjana Universitas Mataram.

Setya, Eddy. 2008. “Klausa Kompleks dan Variannya”. Medan: Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

Sobur, Alex. 2004. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan analisis Framing. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Thoir, Nazir dkk. 1989. Analisis Kesalahan Pemakaian Bahasa Indonesia dalam Karya Ilmiah. Udayana: Fakultas Sastra Universitas Udayana.

Tebbel, John. 2000. Karier Jurnalistik. Semarang: Dahara Prize.

Verhaar.J.W.M.2004. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Yusuf, Suhendra. 1994. Teori Terjemah: Pengantar Ke Arah Pendekatan Linguistik dan

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan jadwal yang termuat pada Portal LPSE tersebut telah memasuki tahapan pembukaan dan Evaluasi Penawaran : Administrasi dan Teknis, dan telah

Pembuatan bahan acuan larutan standar bufer untuk kalibrasi pH meter telah dipilih pada penelitian ini mengingat kebutuhan akan bahan acuan ini cukup banyak, sedangkan

Pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning selalu mengusahakan agar siswa terlibat langsung dalam mengidentifikasi, merumuskan masalah,

Skenario 3 : Proyeksi tahun 2030 dengan kondisi pemanfaatan untuk air Irigasi 72 Ha, Air domestik seluruh desa Gunung Ronggo, Purwo Sekar, Gunung Sari dan Tajinan,

Masjid Agung Timur No.. Umi

Kegiatan wawancara ini digunakan untuk memperoleh data mengenai proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SLB E Prayuwana Yogyakarta, berdasarkan segi

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga dapat diselesaikannya skripsi dengan judul “HUBUNGAN BODY IMAGE DENGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT),

Berdasarkan hasil analisa peramalan penjualan Apikator dan Epoxy pada PT Alphatec Engindo pada bulan Mei 2006 dengan menggunakan Moving Average pada preiode 3 bulan, maka hasil