ISSN: 2089-3884
PENYIMPANGAN GRAMATIKAL DALAM PUISI-PUISI
CHAIRIL ANWAR
Muhamad Faozan Akrom e-mail: nuiakram@yahoo.com ABSTRACT
The deviation of grammatical is intended to give esthetic value in poetry without ignoring the comprehension of principles of Indonesian grammar on general used. This paper aims to understand, analyze, identify and explain the patterns of grammatical deviation from Chairil Anwar’s poems. The method used in this research is the technique of observation by doing documentation for all of parts of poems which are contained grammatical deviation to be analyzed qualitatively. The result of the analysis shows that grammatical deviation in Chairil Anwar’s poems includes deviation of morphological and syntactic principles. Besides that, the patterns of grammatical deviation are also found in Chairil Anwar’s poems.
ABSTRAK
Penyimpangan gramatikal bertujuan untuk memberikan nilai estetis dalam karya puisi tanpa mengesampingkan pemahaman tentang tata bahasa Indonesia. Paper ini bertujuan untuk memahamai, meyelami, dan menidentifikasikan serta menjelaskan pola-pola penyimpangan gramatikal dalam puisi karya Chairil Anwar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi dengan mendokumentasikan semua bagian puisi yang mengandung penyimpangan gramatikal untuk kemudian dianalisis secara kualitatif. Hasil analisis menunjukan bahwa penyimpangan gramatikal dalam puisi karya Chairil Anwar melingkupi penyimpangan kaidah morfologi dan sintaksis. Selain itu juga ditemukan pola penyimpangan grammatikal dalam puisi karya Chairil Anwar.
Kata kunci: penyimpangan, gramatikal, bahasa Indonesia.
A. PENDAHULUAN
Penyimpangan gramatikal merupakan hal yang dikehendaki dalam penulisan puisi. Setidaknya ada tiga hal yang mendasari adanya kelainan gramatikal puisi yaitu (1) adanya lisensi poetika yang diberikan kepada penyair (2) berlakunya estetika penyimpangan, dan (3) pentingnya kreativitas dalam perpuisian (Darwis, 2011: 1). Di
penyair untuk menyalahi kebiasaan berbahasa sehari-hari, termasuk menyalahi kaidah-kaidah gramatika. Menurut Abrams (1971: 133) “poetic license is applied to all the ways in which the poet is held to be free to violate the ordinary norms of speech and of the literal truth”. Oleh karena itu dalam dunia perpuisian juga dikenal adanya estetika penyimpangan, yaitu suatu dorongan untuk senantiasa melakukan penyimpangan dari hal-hal yang sudah dianggap mapan.
Dengan melakukan penyimpangan gramatikal, diharapkan bahasa puisi yang dihasilkan mempunyai nilai keindahan dan kebaruan yang berbeda dengan bahasa yang digunakan secara umum (bahasa publik). Oleh karena itu, penyimpangan gramatikal dalam berpuisi menuntut penulisnya memiliki kreativitas yang tinggi dan pemahaman yang mendalam tentang tatabahasa bahasa Indonesia yang baik dan benar supaya penyimpangan yang dilakukan tetap bisa dinikmati dan dipahami oleh masyarakat pembaca puisi.
Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari buku yang berjudul Aku Ini Binatang Jalang: Koleksi Sajak 1942-1949 Chairil Anwar. Buku tersebut berisi kumpulan puisi karya Chairil Anwar yang disunting oleh Pamusuk Ernerse dan diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2011. Peneliti memilih buku tersebut karena buku ini memuat seluruh puisi karya Chairil Anwar sehingga sangat membantu penelitian tersebut.
Masalah pokok yang akan diteliti dalam paper ini adalah (1) bagaimana wujud penyimpangan gramatikal dalam puisi-puisi karya Chairil Anwar yang meliputi penyimpangan pada tataran morfologi dan sintaksis, (2) Bagaimana bentuk pola penyimpangan gramatikal yang ada pada puisi-puisi tersebut? Masalah pokok ini meliputi beberapa aspek yang merupakan ruang lingkupnya, yaitu kelainan-kelainan konstruksi kata, kelainan-kelainan-kelainan-kelainan konstruksi frasa, kelainan-kelainan konstruksi klausa, upaya-upaya penyederhanaan ungkapan, dan perumusan pola penyimpangan gramatikal.
Dalam puisi-puisi Chairil Anwar terdapat banyak
penyimpangan gramatikal baik pada tingkatan kata, frasa maupun klausa dan kalimat. Namun, penyimpangan tersebut sebagaimana di jelaskan sebelumnya, adalah penyimpangan yang disengaja dengan tujuan memberikan unsur estetik dalam puisi. Kata-kata yang menyalahi gramatikal dalam puisi karya Chairil Anwar juga
sebenarnya pemanfaatan kosakata sehari-hari sebagai inspirasi unsur estetika dalam sebuah puisi (Hasanudin, 2002:86). Penyair lain yang memanfaatkan bahasa sehari-hari sebagai sumber kata-kata puitis adalah Sapardi Djoko Darmono.
Selanjutnya, peneliti melakukan langkah-langkah penelitian sebagai berikut (1) observasi, yaitu membaca seluruh puisi karya Chairil Anwar dengan teliti untuk menemukan data yang
mengandung penyimpangan gramatikal, (2) Dokumentasi,
mengelompokkan data dan selanjutnya diidentifikasikan ke dalam penyimpangan morfologis atau penyimpangan sintaksis, (3) jika penyimpangan tersebut terbukti berpola, maka akan dikategorisasi serta diidentifikasi karakteristik pola-polanya, dan yang terakhir (4) jika ada pola yang saling berkaitan maka akan dikategorikan pola mana yang dapat digabungkan. Langkah-langkah penelitian tersebut bisa dijelaskan dengan diagram di bawah ini:
INPUT OUTPUT
Berbagai jenis penyimpangan gramatikal bisa ditemui dalam puisi-puisi karya Chairil Anwar. Penyimpangan tersebut bisa
DATA:
Tulisan
PROSEDUR ANALISIS:
Mengklasifikasi dan mengidentifikasi konstruksi gramatika yang mengalami penyimpangan gramatikal
berdasarkan tipe dan karakternya serta menguakkan pola yang
mengenai setiap penyimpangan
Tipe-tipe dan pola-pola penyimpangan gramatikal bentuk kata, frasa, klausal bentuk kata, frasa, klausa/kalimat
EVALUASI: membandingkan data
dengan tata bahasa Indonesia yang benar
dikategorikan mulai dari penyimpangan kaidah morfologi seperti dalam salah satu baris dalam puisi yang berjudul Sajak Putih yang berbunyi “sepi menyayi, malam dalam mendoa tiba”. Penyimpangan kaidah gramatikal juga terjadi pada tingkatan frasa yang yang terdapat dalam salah satu baris puisi Yang Terampas dan Yang Putus: aku bisa lagi lepaskan kisah baru padamu. Menurut Darwis (2011:1) kelainan ketatabahasaan dalam puisi ternyata berpola, yang berarti dilakukan sedemikan rupa sebagai realisasi kesanggupan ber(tata)bahasa, bukan akibat kelalaian ataupun ketidakpedulian penyair terhadap kaidah-kaidah tatabahasa bahasa Indonesia.
B. LANDASAN TEORI
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori tentang penyimpangan pola gramatikal yang terdapat dalam karya sastra, pertama kali dicetuskan oleh Jan Mukarovsky, tokoh linguistik aliran Praha yang memperkenalkan Teori Estetika yang tertuang dalam bukunya yang berjudul Aesthetic Function Norms, Values as Social Fact. Menurut Mukarovsky, penyimpangan atau distortion yang ada dalan puisi hanya sejauh merupakan norma sosial, tapi masih dalam batas-batas sistem tanda, karena unit-unit yang menyimpang juga berasal dari sistem bahasa itu juga (Alwasilah 1993: 40-41).
Selain itu, kegramatikalan berkaitan erat dengan
keberterimaan (acceptability). Dalam hal ini terdapat tiga kemungkinan, yaitu aksen bercela (penutur asing) meskipun bermakna, gramatikal, tetapi tidak bermakna, dan gramatikal bermakna tetapi tidak senonoh (Lyons, 1995: 138). Jadi, keberterimaan suatu konstruksi gramatika bisa dilihat dari segi bunyi/lafal (fonologis), dari segi makna (semantis), dari segi tatanan budaya masyarakat (kultural), dan dari segi kaidah tata bahasa (gramatikal). Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dijelaskan bagaimana bentuk penyimpangan yang ada pada puisi Chairil Anwar yang meliputi kegramatikalan kata, frasa dan klausa/kalimat.
C. PEMBAHASAN
1. Penyimpangan Kaidah Morfologi dalam Puisi Chairil Anwar
Sebelum menjelaskan lebih lanjut tentang penyimpangan gramatikal dalam tataran morfologi, peneliti akan menyinggung sedikit terlebih
dahulu tentang pengertian morfologi. Menurut Ramlan (1983: 16-17) morfologi ialah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk bentuk bahasa berupa kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata atau morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatikal maupun fungsi semantik.
Pada umumnya, analisis morfologi dibagi menjadi dua bagian, yaitu morfologi sinkronik dan morfologi diakronik. Morfologi sinkronik menelaah morfem-morfem dalam satu cakupan waktu tertentu, baik waktu lalu ataupun waktu kini. Pada hakekatnya, morfologi sinkronik adalah suatu analisis linear, yang mempertanyakan apa-apa yang merupakan komponen leksikal dan komponen sintaktik kata-kata,
dan bagaimana caranya komponen-komponen tersebut
menambahkan, mengurangi, atau mengatur kembali dirinya di dalam berbagai ragam konteks. Sedangkan morfologi diakronik menelaah sejarah atau asal-usul kata, dan mempermasalahkan mengapa misalnya pemakaian kata kini berbeda dengan pemakaian kata pada masa lalu (Tarigan, 2009:4-5).
Penyimpangan gramatikal yang terjadi pada tataran morfologi dalam penulisan puisi memiliki beberapa tujuan, yaitu (1) bertujuan mendapatkan variasi stilistik bentuk kata yang berkontras dengan yang digunakan masyarakat umum, (2) membentuk rima yang diinginkan, dan (3) bertujuan mendapatkan konstruksi kata yang lebih sederhana yang ringkas dan padat (Darwis, 2011:41). Dalam puisi karya Chairil Anwar banyak terdapat penyimpangan gramatikal yang terjadi pada tataran morfologi. Penyimpangan tersebut meliputi penyimpangan kata berafiks, penyimpangan kata bereduplikasi, dan penyimpangan kata berkomposisi.
a. Penyimpangan Kata Berafiks
Dalam morfologi, pembahasan kata berafiks atau berimbuhan masuk dalam garapan morfologi sinkronik. Dalam penelitian tersebut setidaknya ada sembilan jenis afiks yang terlibat dalam penyimpangan puisi karya Chairil Anwar yaitu (1) sufiks -i, (2) prefiks ber-, (3) prefiks me- (4) prefiks ter-, (5) prefiks meng-, (6) konfiks ke-an, (7) sufiks –ke-an, (8) proklitik ku, (9) enklitik-ku. Contoh-contoh penyimpangan penggunaan afiks dalam puisi Charil Anwar bisa
diketahui dengan memadankan bahasa puisi dengan bentuk asli kata tersebut (bahasa publik) yang sesuai dengan tata bahasa Indonesia yang baik dan benar sebagaimana yang bisa dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 1
Dari data pada tabel di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa bentuk-bentuk dasar yang aslinya diberi prefiks meng – kan dipangkas menjadi meng- saja. Prefiks ter- diganti dengan prefiks ber-, prefiks ber- diganti dengan prefiks me- dan bahkan terjadi penghilangan prefiks seperti pada kata coba dan kerja. Sedangkan pada sufiks terjadi pergantian sufiks –kan menjadi sufiks –i dan penghilangan sufiks –i seperti pada kata menemu. Pada kasus proklitik dan enklitik terjadi reduksi kata aku menjadi ku.
b. Penyimpangan Kata Bereduplikasi
Dalam kajian morfologi, bahasan reduplikasi morfologis masuk dalam ranah morfologi diakronik. Dalam Kamus Linguistik dijelaskan bahwa reduplikasi morfologis ialah pengulangan morfem yang menghasilkan kata; contohnya rumah-rumah (Kridalaksana, 2009:208). Dalam puisi karya Chairil Anwar hanya terdapat sedikit kasus kata bereduplikasi seperti contoh di bawah ini:
No Judul Puisi Bahasa Puisi Bahasa Publik
1 Senja di Pelabuhan Kecil Tipe menghembus Tipe berpaut
Menghembuskan Terpaut 2 Cintaku Jauh di Pulau Tipe berpeluk berpelukan
3 Sajak Putih Tipe meriak
Tipe depanku
beriak didepanku 4 Krawang-Bekasi Tipe padamu
Tipe coba Tipe kerja Tipe tentukan kepadamu mencoba pekerjaan menentukan 5 Prajurit Jaga Malam Tipe jalan
Tipe menemu
berjalan menemui
6 Diponegoro Tipe lawan
Tipe merasai
melawan merasakan
7 Aku Tipe ‘ku mau aku mau
8 Penerimaan Tipe kuterima
Tipe kutahu
aku terima aku tahu
BAHASA PUISI BAHASA PUBLIK
Tipe lari-larian berlari-larian
Tipe selam-berselam saling meyelami
Tipe tulang-tulang tulang-belulang
c. Penyimpangan Kata Berkomposisi
Dalam puisi-puisi Chairil Anwar terdapat banyak sekali kata majemuk yang sebenarnya bisa mengisi kekosongan atau memperluas daya ungkap bahasa Indonesia. Contoh-contoh dari kata berkomposisi dalam puisi Chairil Anwar adalah sebagai berikut: 1) Tipe pucat rumah - - - > rumah bewarna putih
2) Tipe hujan segar - - - > hujan yang deras
3) Tipe sutra senja - - - > sutra berwarna keemasan 4) Tipe waktu jalan - - - > waktu yang berlalu 5) Tipe pedih perih - - - > kepedihan dan keperihan 6) Tipe kolam jiwa - - - > keadaan jiwa (perasaan) 7) Tipe warna pelangi - - - > berwarna-warni
2. Penyimpangan Kaidah Sintaksis dalam Puisi-Puisi Karya Chairil Anwar
Pembahasan sintaksis sebenarnya meliputi tataran frasa, klausa, dan kalimat, namun karena keterbatasan waktu, peneliti membatasi pembahasan dalam penelitian ini hanya sampai pada tataran klausa dan bentuk kalimat sederhana. Penyimpangan sintaksis dalam puisi-puisi karya Chairil Anwar ditandai dengan variasi konstruksi sintaksis yang tidak beraturan yang meliputi urutan sintaksis yang tidak biasa, pelesapan morfem-morfem tertentu dan pembentukan kombinasi-kombinasi baru yang tidak sesuai dengan ketatabahasaan Indonesia.
a. Kelainan-kelainan konstruksi frasa
Ada lima kelainan konstruksi frasa yang ditemukan dalam puisi karya Chairil Anwar, penyimpangan konstruksi tersebut meliputi (1) frasa verbal, (2) frasa nominal, (3) frasa ajektival, (4) frasa adverbial, dan (5) frasa preposisional. Untuk penjelasan yang lebih detail tentang bagaimana bentuk kelainan konstruksi frasa-frasa tersebut, berikut adalah contoh-contohnya:
1) Frasa Verbal
Frasa verbal yaitu frasa endosentris yang berinduk satu yang induknya verba dan modivikatornya berupa partikel modal (Kridalaksana, 2009:66). Banyak frasa dalam puisi-puisi karya Chairil Anwar yang konstruksinya bisa dijadikan contoh penyimpangan frasa verbal, salah satu contohnya adalah frasa yang berbunyi sendiri berjalan. Sepintas tidak ada yang salah dengan susunan kata dalam kata tersebut, setidaknya frasa tersebut masih bisa dimengerti meski sebenarnya mengandung makna yang ambigu. Pada pemakaian bahasa sehari-hari seharusnya frasa tersebut diucapkan sebalikya, yaitu berjalan sendiri sehingga secara tata bahasa Indonesia yang baik dan benar menjadi jelas mana kata yang berfungsi sebagai verba dan kata yang berfungsi sebagai ajektiv. Contoh kelainan konstruksi frasa verbal dalam puisi-puisi karya Chairil Anwar dapat di lihat pada contoh-contoh di bawah ini:
BAHASA PUISI BAHASA PUBLIK
sendiri berjalan berjalan sendiri
di atas menghamba menghamba (yang) di atas di atas ditindas ditindas (yang) di atas hidup harus merasai harus merasakan hidup
di depan sekali tuan menanti tuan menanti di depan
sekali
dari kumpulanya terbuang terbuang dari kumpulanya
tubuhku diam diam tubuhku
cemara menderai menderai cemara
ketawa diadukannya giginya pada giginya diadukannya pada
ketawa
2) Frasa Nominal
Menurut Kridalaksana (2009:65) frasa nominal adalah frasa endosentris yang induknya berupa nomina. Kelainan konstruksi yang terjadi pada frasa nominal juga tidak jauh berbeda dengan terjadi pada frasa verbal, yang membedakan adalah kata inti yang menjadi cirri bahwa frasa tersebut merupakan frasa nominal dengan ditandai penggunaan kata benda sebagai induk kata dalam frasa nominal. Sebagai contoh adalah frasa yang berbunyi hilang ombak dan digarami lautmu. Secara tata bahasa Indonesia yang baku, susunan frasa nominal seperti dua contoh tadi dianggap tidak benar karena
konstruksinya yang terbalik. Susunan yang benar dari dua frasa tersebut ialah ombak (yang) hilang dan lautmu (yang) digarami. Yang harus diperhatikan dalam penulisan frasa nominal ialah peletakan kata benda sebagai induk kata dalam frasa tersebut. Karena jika terjadi kesalahan peletakan induk kata maka makna yang dihasilkan akan berbeda, bahkan bisa berubah menjadi jenis frasa yang lain (bukan frasa nominal lagi). Untuk lebih memahami penyimpangan-penyimpangan frasa nominal dalam puisi-puisi karya Chairil Anwar, berikut ini adalah bentuk-bentuk yang lain dari penyimpangan konstruksi frasa nominal:
BAHASA PUISI BAHASA PUBLIK
mengecil diri diri (yang) mengecil
pucat rumah rumah (yang) pucat
daun-daun hijau dedaunan (yang) berwarna
hijau
memerdu lagu lagu (yang) merdu
ini kali kali ini
menghidup jiwa jiwa (yang) menghidupi
menghembus nyawa nyawa (yang) berhembus
hilang ombak ombak (yang) hilang
lurus kaku pohonan pohonan (yang) lurus kaku
belum buntu malam malam belum buntu
meriak muka muka (yang) meriak
selama kau darah mengalir selama darah kau (yang)
mengalir
digarami lautmu lautmu (yang) digarami
diatas apimu apimu (yang) diatas
Terlucut debu debu (yang) terlucut
3) Frasa Ajektival
Frasa Ajektival adalah frasa yang induknya ada pada kata sifat atau ajektiva dan modifikatornya berupa adverbial. Meski dalam puisi-puisi karya Chairil Anwar jarang terdapat penyipangan frasa ajektival. Namun demikian, peneliti masih menemukan beberapa kasus konstruksi frasa ajektival yang tidak sesuai dengan tata bahasa Indonesia, sebagai berikut:
makin sehati menjadi sangat sehati
jujur yang sebelah sebelah yang jujur
berwangi mimpi mimipi (dengan) indah
menemu malam bertemu (dengan) malam
4) Frasa Adverbial
Contoh dari penyimpangan susunan frasa adverbial adalah sebagai berikut:
belum buntu malam malam belum buntu
lari ke tingkap yang yang lari ke tingkap
5) Frasa Preposisional
Frasa preposisional terbentuk dari gabungan preposisi sebagai kata induk yang berada diawal sebuah frasa. Dalam contoh dibawah ini, tampaknya frasa preposisional tidak menyalahi aturan tata bahasa Indonesia, namun jika diperhatikan lebih lanjut sebenarnya masih ada yang kurang dalam penulisan ketiga contoh frasa di bawah ini. Sebagai contoh, peneliti akan membahas contoh yang ketiga, frasa yang berbunyi kau depanku secara tata bahasa Indonesia adalah frasa yang kurang benar karena tidak mengandung preposisi. Oleh karena itu perlu ditambahkan preposisi sebelum kata depanku dan preposisi yang sesuai adalah di. Dengan demikian frasa baru yang utuh setelah penambahan preposisi di adalah kau di depanku. Jika makna dari frasa tersebut ingin lebih dipertegas maka bisa ditanbahkan kata konjungsi yang sehingga susunannya menjadi kau yang di depanku.
Di bawah ini adalah contoh-contoh kelainan konstruksi frasa preposisional:
dalam diriku di dalam diriku
pada cerita sesuai cerita
kau depanku kau didepanku
b. Kelainan-kelainan konstruksi klausa
Klausa yaitu satuan gramatikal berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri dari subyek dan predikat, dan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat (Kridalaksana, 2009:124). Konstruksi klausa dalam puisi terkadang sangat jauh dari kaidah tata
bahasa Indonesia yang baku sehingga menimbulkan multi tafsir bagi pembacanya. Hal ini memang sengaja di buat dalam penulisan karya puisi sebagai upaya untuk memunculkan nilai estetika yang membedakan bahasa puisi dengan bahasa yang digunakan secara umum. Penyalahan tata bahasa dalam penulisan bisa terjadi dalam beragam kelainan gramatikal, di antaranya adalah kelainan konstruksi klausa. Setelah penulis membaca seluruh puisi-puisi karya Chairil Anwar, penulis dapat menyimpulkan bahwa banyak kelainan konstruksi klausa yang di mulai dengan peletakan kata atau frasa keterangan (K) di awak klausa.
Salah satu contohnya adalah klausa Di teras rumah kini kami berhadapan dari puisi yang berjudul Lagu Biasa. Susunan klausa tersebut jika dijabarkan adalah sebagai berikut:
Di teras rumah kini kami berhadapan /K: keterangan /S: subjek /P: predikat/
Susunan yang benar sesuai tata bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah mendahulukan subjek kemudian predikat dan terakhir dilengkap dengan keterangan, sehingga susunan yang benar adalah sebagai berikut:
Kini kami berhadapan di teras rumah
S/ P /K
Selain contoh diatas ada juga kelainan konstruksi klausa yang melibatkan lima konstituent sekaligus yaitu subjek, predikat, ,objek, pelengkap, dan keterangan. Perhatikan contoh klausa dibawah ini:
Di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar
K/ S/ P /O /Pel
Sedangkan, susunan yang benar dari klausa tersebut ialah: Kukalungkan ole-ole buat si pacar di leher
S/ P /O/ Pel /K
Berikut adalah contoh-contoh lain yang berkaitan dengan kelainan konstruksi klausa yang terdapat dalam puisi-puisi karya Chairil Anwar
Tabel 2
3. Pola penyimpangan gramatikal dalam puisi-puisi karya Chairil Anwar
Menurut Darwis (2011:44) dalam puisi terdapat enam pola tau kaidah penyimpangan gramatikal yang meliputi (1) pola pelesapan, (2) pola variasi urutan, (3) pola variasi sinonim/bentuk, (4) pola analogi, (5) pola inkorporasi, dan (6) pola transposisi. Dalam penggunaannya terkadang ada penggabungan antara satu pola dengan pola yang lain. Misalnya, pola variasi irutan kata dan variasi sinonim/bentuk masing-masing dapat diikuti pola pelesapan dan bisa juga keduanya diterapkan secara serentak.
a. Pola Pelesapan
Pelesapan adalah penghilangan suatu bagian dari sebuah konstruksi (Kridalaksana, 2009:176). Dari puisi karya Chairil Anwar, setidaknya ada empat pola pelesapan yang bisa disimpulkan sebagai beikut:
1) Dilesapkan afiks-afiks tertentu yang penggunaanya terdapat dalam bahasa Indonesia sehari-hari. Adapaun afiks-afiks yang
BAHASA PUISI BAHASA PUBLIK
dalam diriku jika kau datang (K/S/P) jika kau datang dalam diriku (S/P/K) Di teras rumah kini kami berhadapan
(K/S/P)
Kini kami berhadapan di teras rumah (S/P/K)
Tuhan, di pintuMu aku mengetuk (K/S/P)
Tuhan, aku mengetuk pintuMu (S/P/O) Tuhan, aku mengadu kepadaMu (S/P/K)
Ketawa diadukannya giginya pada (O/P/S)
Giginya diadukanya pada ketawa (S/P/O)
dalam dadaku memerdu lagu (K/P/S) Lagu memerdu dalam dadaku (S/P/K) Di hitam matamu (ada) kembang
mawar dan melati (K/(P)/S)
Kembang mawar dan melati (ada) di hitam matamu (S/P/K)
Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar (K/K/S/P)
kapal-kapal kita berlayar di zatmu di zatku (S/P/K/K)
Di masa pembangunan ini tuan hidup kembali (Pel/S/P/K)
Tuan hidup kembali di masa pembangunan ini (S/P/Pel/K) Di leher kukalungkan ole-ole buat si
pacar (K/S/P/O/Pel)
Kukalungkan ole-ole buat si pacar di leher (S/P/O/Pel/K)
sering dilesapkan adalah (1) sufiks -i, (2) prefiks ber-, (3) prefiks me- (4) prefiks men-, (5) konfiks ke-an, (6) sufiks -an. Contoh-contoh bentuk pelesapan dari afiks-afiks tersebut adalah:
[1] mereka yang masuk menemu malam. [menemui]
[2] waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu? [berjalan]
[3] dan aku bisa lagi lepaskan kisah baru padamu. [melepaskan]
[4] kami sudah coba apa yang kami bisa
[5] tapi kerja belum selesai. [pekerjaan]
[6] sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?! [berpelukan] 2) Dilesapkanya morfem atau konstituen ulang dari kata
bereduplikasi seperti kata bertanya-tanya menjadi bertanya dan terbayang-bayang menjadi terbayang.
3) Dilesapkanya morfem-morfem tertentu dari kata majemuk; misalnya
bulat dan telanjang menjadi bulat telanjang
waktu yang berjalan menjadi waktu jalan
4) Dilesapkanya morfem-morfem tertentu pada frasa dan klausa. Pelesapan morfem pada tataran frasa dan klausa terdiri dari beberapa bagian yang meliputi;
a. preposisi: untuk dan sebagai
hidup hanya [ ] menunda kesalahan. [untuk]
ini barisan tak bergenderang-berpalu [ ] kepercayaan tanda menyerbu. [sebagai]
b. konjungsi: dan, yang, bahwa, dan sehingga. Contoh: (1) kita berbaring bulat [ ] telanjang. [dan] (2) sehabis apa [ ] terucap di kelam tadi. [yang]
(3) tapi terasa [ ] aku tidak ‘kan sampai padanya. [bahwa] (4) kami mati muda [ ] yang tinggal tulang diliputi debu.
[sehingga] d. adverbia (aspek): sudah
-> [ ] kami coba apa yang kami bisa. [sudah] e. verba kopula: menjadi
-> dan aku akan [ ] lebih tidak peduli lagi. [menjadi]
Selain pelesapan yang sudah dijelaskan diatas, terdapat juga gejala pemendekan kata dalam puisi yang terdiri atas (1) aphaeresis, misal aku menjadi ‘ku dan akan menjadi ‘kan, (2)
sinkope, seperti cahaya menjadi caya, dan (3) apokope, misalnya oleh-oleh menjadi ole–ole seperti yang ada pada contoh yang sudah dijelaskan sebelumnya.
b. Pola variasi urutan kata
Pada tingkat frasa terdapat kasus DM (diterangkan-menerangkan) menjadi MD( menerangkan-diterangkan). Sedangkan pada tingkat klausa terdapat variasi susunan S/P (subjek-predikat) menjadi P/S (predikat-subjek).
c. Pola variasi sinonim/bentuk
Pola variasi sinonim yang banyak terdapat dalam puisi karya Chairil Anwar adalah bentuk substitusi afiks-afiks yang dinilai mempunyai kemiripan dari segi peran, berikut adalah contohnya:
terpaut menjadi berpaut
beriak manjadi meriak
d. Pola analogi
Bentuk kata analogi dihasilkan dengan teknik tempaan yang diambil dari contoh kata yang sudah ada, misalnya dasar analogi dari kata tempaan semati adalah sehidup atau sebiru.
e. Pola inkorporasi
Pola ini merupakan salah satu cara memadatkan makna dengan meleburkan dua kata atau lebih dari kategori kata yang berlainan melalui pendayagunaan afiks-afiks tertentu (Darwis, 2011:46). Contoh:
melakukan pembenahan berbenah
memberikan hidup menghidup
f. Pola transposisi
Pola tersebut banyak menggunakan nomina sebagai ajektiva dengan bantuan kata yang, lebih atau paling misalnya pemuda-pemuda yang lincah.
D. KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa penyimpangan gramatikal dalam puisi-puisi karya Chairil Anwar
meliputi tataran morfologi dan tataran sintaksis. Pada tataran morfologi, ditemukan penyimpangan kaidah afiksasi, reduplikasi, dan komposisi. Pada kasus penyimpangan tersebut, kaidah valensi morfologi sudah tidak diindahkan lagi. Pada tingkat sintaksis, peneliti menemukan kelainan konstruksi pada tingkat frasa yang meliputi frasa verbal, frasa nominal, frasa ajektival, frasa adverbial, dan frasa preposisional. Sedangkan pada tingkat klausa, ditemukan pergeseran letak konstituen misalnya S/P menjadi P/S.
Penyimpangan gramatikal yang terjadi pada puisi-puisi karya Chairil Anwar masuk dalam enam tipe pola penyimpangan yang terdiri dari (1) pola pelesapan, (2) pola variasi urutan, (3) pola variasi sinonim/bentuk, (4) pola analogi, (5) pola inkorporasi, dan (6) pola transposisi.
Dalam dunia perpuisian, penyimpangan gramatikal dalam bentuk kelainan konstruksi-konstruksi gramatika merupakan bentuk penyimpangan yang dilaukakan secara sengaja sebagai suatu gaya untuk mendapatkan bentuk bahasa yang kreatif, bahasa yang dapat mempertajam dan memperkaya daya makna, serta pemberian nilai estetik dalam bentuk penataan irama atau rima.
E. DAFTAR PUSTAKA
Abrams, M.H.1971. Glossary of literary Terms. New York: Holt, Rinehart, and Winston Inc.
Alwasilah, A. Chaedar. 1993. Beberapa Madzhab dan Dikotomi Teori Linguistik. Bandung: Penerbit Angkasa
Darwis, Muhammad. 2011. Kelainan Ketatabahasaan Dalam Puisi Indonesia: Kajian Stilistika. Makasssar: Unhas
Ernerse, Pamusuk. 2011. Aku Ini Binatang Jalang: Koleksi Sajak 1942-1949 Chairil Anwar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Lyons, J. 1995. Language and Stylistics: An Introduction. London: Cambrigde University Press.
Ramlan, M. 1983. Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV. Karyono
Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Morfologi. Bandung: Penerbit Angkasa.
WS, Hassanudin. 2002. Membaca dan Menilai Sajak: Pengantar Pengkajian dan Interpretasi. Bandung: Penerbit Angkasa.