• Tidak ada hasil yang ditemukan

6 PROFIL KABUPATEN SAMPANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "6 PROFIL KABUPATEN SAMPANG"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

6.1. Kondisi Umum 6.1.1. Profil Geografi 6.1.1.1.Administrasi

Kabupaten Sampang terletak pada 113008’ –113039’ Bujur Timur dan 06005’ 07013’ Lintang Selatan, dengan luas wilayah 1.233,33 Km2. Batas wilayah Kabupaten Sampang adalah sebagai berikut :

• Sebelah Utara : Laut Jawa;

• Sebelah Timur : Kabupaten Pamekasan;

• Sebelah Selatan : Selat Madura;

• Sebelah Barat : Kabupaten Bangkalan.

Sebelum diterapkannya otonomi daerah, Kabupaten Sampang terdiri atas 12 Kecamatan. Sejak dikeluarkan Perda No. 2 tahun 2003 tentang Pembentukan Kecamatan Pangarengan dan Perda No. 3 tahun 2003 tentang Pembentukan Kecamatan Karangpenang, Kabupaten Sampang mekar menjadi 14 Kecamatan dengan 6 kelurahan (di Kecamatan Sampang) dan 180 desa, sebagaimana dijelaskan tabel berikut.

Tabel 6.1. Luas Wilayah Administrasi Kabupaten Sampang No Kecamatan Desa Luas (Km2) Proporsi (%)

1. Omben 116.31 9.43 2. Kedungdung 123.084 9.98 3. Robatal 80.64 6.54 4. Jrengik 65.35 5.3 5. Ketapang 125.28 10.16 6. Torjun 44.19 3.58 7. Pangarengan 42.7 3.46 8. Karangpenang 84.25 6.83 9. Tambelangan 89.97 7.3 10. Camplong 69.94 5.67 11. Sreseh 71.95 5.83 12. Sampang 70.01 5.68 13. Sokobanah 108.51 8.8

6

(2)

No Kecamatan Desa Luas (Km2) Proporsi (%)

14. Banyuates 141.03 11.44

Sumber : Kecamatan Dalam Angka Tahun 2013 (BPS Kab Sampang)

Terdapat satu pulau di wilayah selatan yang relatif padat (tahun 2002 : 8.487 jiwa/Km2) dibandingkan kepadatan rata-rata di Kabupaten Sampang. Sebanyak 14.004 jiwa (dalam 3.638 KK) bermukim di Pulau Mandangin atau Pulau Kambing dimaksud. Dari Pelabuhan Tanglok, jarak menuju pulau seluas 1,650 Km2 adalah ± 0,5 jam menggunakan perahu.

Gambar 4.1. Peta Administrasi Wilayah

6.1.1.2.Topografi

Kelerengan wilayah Kabupaten Sampang bervariasi antara datar, bergelombang, curam dan sangat curam. Klasifikasi kelerengan tanah secara lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 6.2.

(3)

Tabel 6.2 Kelerengan Tanah Kabupaten Sampang N o Kecamatan Kelerengan (Ha) Datar (0-2%) Bergelombang (3-15 %) Curam (16-0%) Sangat Curam (>40%) 1. Sreseh 2.721,00 4.474,00 - - 2. Torjun 2.615,00 1.725,50 78,50 - 3. Pangarengan 2.595,63 1.674,37 - - 4. Sampang 5.849,63 985,75 165,62 - 5. Camplong 5,099,00 1.866,00 28,00 - 6. Omben 3,530,93 5,308,92 2.739,80 51,35 7. Kedungdung 3.370,60 7.576,40 1.148,00 213,00 8. Jrengik 3.349,00 2.240,00 493,00 453,00 9. Tambelangan 3.411,50 4.565,00 708,50 321,00 10 . Banyuates 2.823,50 9,407,50 1.892,00 - 11. Robatal 301,50 7.364,50 398,00 - 12 . Karangpenang 81,50 7.400,50 943,00 - 13. Ketapang 1.173,28 5.580,70 5.399,04 374,98 14 . Sokobanah 863,57 7.638,00 1.253,47 1.085,96 Jumlah 37.785,64 64.807,14 15.246,93 2.490,29

(4)

Gambar 6.2. Peta Topografi Wilayah

Pada daerah tropis, ketinggian wilayah merupakan unsur penting yang menentukan persediaan fisik tanah. Dengan adanya perbedaan tinggi akan menentukan perbedaan suhu yang berperan dalam menentukan jenis tanaman yang cocok untuk diusahakan. Disamping itu ketinggian juga erat hubungannya dengan unsur kemampuan tanah yang lain, misalnya lereng dan drainase. Persebaran topografi di Kabupaten Sampang dapat dilihat pada Gambar 6.2.

6.1.1.3.Geologi

Berdasarkan geologinya, Kabupaten Sampang terdiri atas 5 macam batuan yaitu, alluvium, pliosen fasies sedimen, plistosen fasies sedimen, pliosen fasies batu gamping, dan mioses fasies sedimen. Jenis geologi alluvium dan mioses fasies sedimen banyak digunakan oleh masyarakat untuk tegalan dan sawah, serta sebagian kecil jenis batuan plistosen fasies

(5)

sedimen yang seluruhnya untuk tegalan. Persebaran kondisi geologi di Kabupaten Sampang dapat dilihat pada Gambar 6.3.

Gambar 6.3 Peta Geologi Wilayah

6.1.1.4.Kondisi Tanah

Kondisi tanah dibagi menjadi dua yaitu jenis tanah serta kedalaman efektif tanah. Dilihat dari jenis tanah yang ada di Kabupaten Sampang, bagian yang terluas adalah tanah dari jenis Komplek Mediteran Grumosol, Regosol dan Litosol yakni seluas 54.335 Ha. Diikuti oleh jenis tanah alluvial hidromorf dengan luas sekitar 10.720 Ha. Sementara untuk proporsi jenis tanah terendah adalah jenis grumosol kelabu yang hanya terdapat di Kecamatan Sampang dan Kecamatan Camplong, dengan luasan 2.125 Ha. Persebaran jenis tanah di Kabupaten Sampang dapat dilihat pada Gambar 6.4.

(6)

Gambar 6.4 Peta Jenis Tanah

Kedalaman efektif tanah di wilayah Kabupaten Sampang dapat diklasifikasikan dalam 5 (lima) kategori, yaitu : < 30 Cm, 30 - 60 Cm, 60 - 90 Cm, 90 - 120 Cm dan > 120 Cm. Pada Tabel 4.3. dibawah ini dapat diketahui bahwa kedalaman efektif tanah di Kabupaten Sampang didominasi oleh tanah yang mempunyai kedalaman efektif tanah > 120 Cm, yakni seluas 74.796 Ha atau 60,65 %. Tanah dengan kedalaman efektif tanah terendah adalah sebanyak 986 Ha atau sekitar 0,79 % dari seluruh luas wilayah Kabupaten Sampang yang mencapai 123.330 Ha.

(7)

Tabel 6.3 Kedalaman Efektif Tanah

No Kecamatan Kedalaman Efektif Tanah (Ha)

< 30 Cm 30 - 60 Cm 60 - 90 Cm 90 - 120 Cm > 120 Cm 1. Sreseh - - 422,00 334,00 6.439,00 2. Torjun 50,00 - - 1.015,00 3.354,00 3. Pangarengan 76,00 - - 708,00 3.486,00 4. Sampang 87,00 95,00 - 415,00 6.404,00 5. Camplong 82,00 352,00 - 2.279,00 4.280,00 6. Omben 223,00 197,00 - 7.707,00 3,504,00 7. Kedungdung 133,00 28,00 - 10.799,00 1.348,00 8. Jrengik 604,00 - - 559,00 5.372,00 9. Tambelangan 358,00 165,00 29,00 1.888,00 6.877,00 10. Banyuates 687,00 693,00 180,00 5.375,00 7.188,00 11. Robatal - - - 2.150,00 5.914,00 12. Karangpenang - - - 2.648,00 5.777,00 13. Ketapang 975,00 846,00 120,00 3.307,00 7.280,00 14. Sokobanah 1.384,00 1.329,00 235,00 - 7.893,00 Jumlah 4.659,00 3.705,00 986,00 39.184,00 74.796,00

Sumber : Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kab. Sampang 6.1.1.5.Klimatologi

Seperti daerah di Indonesia pada umumnya Kabupaten Sampang mempunyai iklim tropis yang ditandai dengan adanya 2 (dua) musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan berlangsung antara bulan Oktober sampai dengan bulan April dan musim kemarau berlangsung antara bulan April sampai dengan bulan Oktober.

Rata-rata curah hujan di Kabupaten Sampang adalah sekitar 91,78 mm/tahun, sedangkan rata-rata jumlah hari-hari hujan mencapai 6,47 hh/tahun. Berdasarkan data yang ada curah hujan tertinggi terdapat di Kecamatan Kedungdung yakni 173,58 mm/tahun, sedangkan curah hujan terendah terdapat di Kecamatan Sreseh.

6.1.1.6.Kemampuan Tanah

Kemampuan tanah sangat berpengaruh terutama untuk menentukan jenis-jenis penggunaan yang ada di atasnya. Kemampuan tanah dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Kedalaman Efektif Tanah

Kedalaman efektif tanah di Kabupaten Sampang adalah sebagai berikut :

a. Kedalaman lebih dari 90 cm mencapai luasan 113.980 ha (92,42% dari seluruh luasan wilayah);

(8)

b. Kedalaman antara 60 – 90 cm mencapai luasan 986 ha (0,80 % dari seluruh luasan wilayah);

c. Kedalaman antara 30 – 60 cm mencapai luasan 3.705 ha (3,00% dari total luasan wilayah);

d. Kedalaman efektif tanah kurang dari 30 cm mencapai luasan 4.659 ha (3,78% dari total luasan wilayah).

2. Drainase Tanah

Kondisi drainase tanah di Kabupaten Sampang dapat digambarkan sebagai berikut : a. Wilayah yang tidak tergenang seluas 113.887 Ha atau 92,67 % dari luas wilayah; b. Wilayah yang tergenang periodik seluas 543 Ha atau 0,44 % dari luas wilayah; c. Wilayah yang selalu tergenang menerus seluas 8.457 Ha atau 6,89 % dari luas

wilayah.

Dapat disimpulkan bahwa umumnya wilayah Kabupaten Sampang merupakan wilayah yang tidak pernah tergenang air secara periodik.

3. Tekstur tanah

Keadaan tekstur tanah di Kabupaten Sampang dapat digambarkan sebagai berikut : a. Tanah bertekstur halus seluas 12.960 Ha atau 10,55 % dari luas wilayah

keseluruhan Kabupaten Sampang;

b. Tanah bertekstur sedang seluas 108.934 atau 88,64 % dari luas wilayah keseluruhan Kabupaten Sampang;

c. Tanah bertekstur kasar seluas 993 Ha atau 0,81 % dari luas wilayah Kabupaten Sampang.

Dari gambaran diatas dapat disimpulkan bahwa pada umumnya Kabupaten Sampang memiliki tekstur tanah sedang.

6.1.1.7.Hidrologi

Hidrologi di Kabupaten Sampang meliputi air permukaan dan air tanah yang penggunaannya didominasi untuk pelayanan irigasi. Air permukaan terdiri atas sungai, waduk dan embung.

Keadaan hidrologi di wilayah Kabupaten Sampang adalah sebagai berikut : 1. Sungai

(9)

a. Kabupaten Sampang Selatan

Di Kabupaten Sampang Selatan terdapat 25 Sungai, yaitu: Sungai Pangetokan, Sungai Legung, Sungai Kalah, Sungai Tambak Batoh, Sungai Taddan, Sungai Gunung Maddah, Sungai Sampang, Sungai Kamoning, Sungai Madungan, Sungai Gelurang, Sungai Gulbung, Sungai Lampenang, Sungai Cangkreman, Sungai Bakung, Sungai Pangandingan, Sungai Cangkremaan, Sungai Cangkokan, Sungai Pangarengan, Sungai Kepang, Sungai Klampis, Sungai Dampol, Sungai Sumber Koneng, Sungai Kati, Sungai Pelut, Sungai Jelgung.

b. Kabupaten Sampang Utara

Di Kabupaten Sampang Utara terdapat 9 Sungai, yaitu : Sungai Pajagan, Sungai Dempo Abang, Sungai Sumber Bira, Sungai Sewaan, Sungai Sodung, Sungai Mading, Sungai Rabian, Sungai Brambang dan Sungai Sumber Lanjang.

Pola aliran Sungai yang terdapat di Kabupaten Sampang yang merupakan sumber air permukaan mengikuti pola aliran Sungai sejajar teranyam (brainded), berkelok putus

(Anastromik), cakar ayam bersifat tetap, sementara dan berkala. Untuk panjang

Sungai yang ada tersebut berkisar antara 0,7 - 22 Km, dimana untuk Sungai terpanjang adalah Sungai Sodung dengan panjang  22 Km dan Sungai yang terpendek adalah Sungai Kalah dengan panjang  0,7 Km.

2. Waduk

Waduk di Kabupaten Sampang terdiri atas : a. Waduk Klampis

Waduk Klampis terletak di Desa Kramat Kecamatan Kedungdung, merupakan waduk terbesar di Kabupaten Sampang dengan tujuan utama sebagai penyediaan air irigasi untuk areal sawah seluas 2.603 Ha.

b. Waduk Nipah

Waduk Nipah terletak di Desa Montor Kecamatan Banyuates dengan rencana luas areal irigasi 1.150 Ha. Pembebasan tanah di mulai pada tahun 1982. Pekerjaan konstruksi (bendungan utama) dilaksanakan mulai tahun 2004.

3. Embung

(10)

Embung menyimpan air di musim hujan kemudian dimanfaatkan pada musim kemarau guna memenuhi kebutuhan air baku penduduk, disamping untuk kepentingan sehari-hari juga kebutuhan tanaman palawija. Potensi embung di Kabupaten Sampang terdapat pada Kabupaten Sampang bagian tengah yaitu meliputi Kecamatan Kedungdung, Robatal, Karangpenang dan Kecamatan Omben. 4. Air Tanah

Kedalaman air tanah di Kabupaten Sampang secara rata-rata dapat mencapai 75 m, dengan demikian tingkat kedalaman air tanah di Kabupaten Sampang dikategorikan dalam kelas dalam. Berdasarkan data yang telah dikumpulkan kedalaman air tanah yang paling dalam adalah Kecamatan Sokobanah yakni sedalam 100 m, sedangkan kedalaman air tanah terendah terletak di Kecamatan Sampang dengan kedalaman 60 m.

(11)

Tabel 6.4 Kedalaman Air Tanah Di Kabupaten Sampang

No Kecamatan Desa Kedalaman Air Tanah (m)

1. Sreseh tidak ada data

2. Torjun Tanahmerah, Kara 75 - 85

3. Pangarengan tidak ada data

4. Sampang Pangelen 60

5. Camplong Banjar Tabulu 70

6. Omben Sogian, Meteng,

Madulang 80 - 100

7. Kedungdung tidak ada data

8. Jrengik Buker, Bancelok 100

9. Tambelangan tidak ada data

10. Banyuates tidak ada data

11. Robatal tidak ada data

12. Karangpenang tidak ada data

13. Ketapang Pao Pale Laok 75

Karang Anyar 90

14. Sokobanah Tamberu Laok 100

Sumber : Dinas Pengairan Kabupaten Sampang 6.1.2. Profil Demografi

6.1.2.1.Jumlah Penduduk

Data kependudukan umumnya diperoleh melalui sensus penduduk, registrasi penduduk dan survey penduduk. Sensus Penduduk adalah pengumpulan data penduduk yang dilakukan menyeluruh setiap 10 tahun sekali dilakukan oleh BPS. Hasil sensus penduduk selain bermanfaat untuk mengetahui jumlah penduduk pada waktu tertentu, juga berguna sebagai data utama proyeksi penduduk pada tahun sesudahnya. Registrasi penduduk adalah kegiatan pencatatan rutin tentang kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk, biasanya dilakukan pada pertengahan dan akhir tahun. Survey penduduk merupakan pengumpulan data penduduk dengan teknik sampel seperti: Survei Sosial Ekonomi Nasional dilakukan oleh BPS. Data Kependudukan yang disajikan dalam publikasi ini adalah dari hasil pengolahan data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas).

Jumlah pertumbuhan penduduk di Kabupaten Sampang hasil registrasi penduduk yang dilakukan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, dapat diuraikan sebagaimana ditunjukkan pada tabel sebagai berikut

(12)

Tabel 6.5 Jumlah Penduduk Kabupaten Sampang

No Kecamatan Luas Terbangun (Ha) Penduduk Tahun 2014 Keterangan Jumlah (jiwa) Kepadatan (Jiwa/Ha) 1 Sreseh 1439 35.303 245,33 Pedesaan 2 Torjun 884 35.542 402,06 Pedesaan

3 Sampang 854 117.227 1.372,68 Perkotaan dan

Pedesaan 4 Camplong 1400 81.722 583,73 Pedesaan 5 Omben 1398 77.157 551,91 Pedesaan 6 Kedungdung 3236 86.277 266,62 Pedesaan 7 Jrengik 2462 33.476 135,97 Pedesaan 8 Tambelangan 1307 52.306 400,20 Pedesaan 9 Banyuates 1799 73.625 409,26 Pedesaan 10 Robatal 2825 54.140 191,65 Pedesaan 11 Sokobanah 1611 64.251 398,83 Pedesaan 12 Ketapang 1685 84.223 499,84 Pedesaan 13 Pangarengan 2506 20.484 81,74 Pedesaan 14 Karangpenang 2170 67.549 311,29 Pedesaan Jumlah 25.576 883.282 5.851

Sumber : RTRW Kabupaten Sampang

Tabel 6.6 Proyeksi Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Sampang Tahun 2015-2019 No Kecamatan Penduduk Tahun 2014 Pertumbuhan Jumlah Penduduk 2015 2016 2017 2018 2019 1 Sreseh 35.303 1,39% 36.291 36.796 37.307 37.826 38.351 2 Torjun 35.542 1,39% 36.537 37.045 37.560 38.082 38.611 3 Sampang 117.227 1,39% 120.509 122.184 123.882 125.604 127.350 4 Camplong 81.722 1,39% 84.010 85.177 86.361 87.562 88.779 5 Omben 77.157 1,39% 79.317 80.419 81.537 82.671 83.820 6 Kedungdung 86.277 1,39% 88.692 89.925 91.175 92.442 93.727 7 Jrengik 33.476 1,39% 34.413 34.891 35.376 35.868 36.367 8 Tambelangan 52.306 1,39% 53.770 54.518 55.275 56.044 56.823 9 Banyuates 73.625 1,39% 75.686 76.738 77.805 78.886 79.983 10 Robatal 54.140 1,39% 55.656 56.429 57.214 58.009 58.815

(13)

No Kecamatan Penduduk Tahun 2014 Pertumbuhan Jumlah Penduduk 2015 2016 2017 2018 2019 11 Sokobanah 64.251 1,39% 66.050 66.968 67.899 68.842 69.799 12 Ketapang 84.223 1,39% 86.581 87.784 89.004 90.242 91.496 13 Pangarengan 20.484 1,39% 21.057 21.350 21.647 21.948 22.253 14 Karangpenang 67.549 1,39% 69.440 70.405 71.384 72.376 73.382 Jumlah 883.282 908.008 920.629 933.426 946.401 959.556

Sumber : RTRW Kabupaten Sampang

Dari tabel terlihat bahwa kecamatan yang memiliki pertumbuhan penduduk tertinggi adalah kecamatan Sampang, urutan no 2 adalah Kecamatan Kedundung dan urutan no 3 adalah Kecamatan Ketapang

Sama halnya dengan hasil proyeksi jumlah penduduk, karena pertumbuhan jumlah rumah tangga dan pertumbuhan tingkat kepadatan penduduk memiliki trend pertumbuhan prositif, maka hasil proyeksi jumlah rumah tangga dan tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Sampang lima tahun kedepan cenderung meningkat untuk setiap tahunnya. Pada tahun 2013, jumlah rumah tangga di Kabupaten Sampang berjumlah 889.683 rumah tangga dan akan meningkat menjadi 903.039 rumah tangga pada tahun 2014. Tahun 2015 diperkirakan akan terjadi peningkatan menjadi sekitar 917.668 rumah tangga. Pada tahun 2016 jumlah rumah tangga di Kabupaten Sampang diperkirakan berjumlah 931.800 rumah tangga dan meningkat menjadi sekitar 946.150 jiwa pada tahun 2017.

Sedangkan untuk Perkembangan kepadatan penduduk pada tahun 2013 rata- rata kepadatan penduduk di Kabupaten Sampang sekitar 3.507 jiwa/ Km2. Pada tahun 2014, tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Sampang siperkirakan sekitar 3.562 jiwa/ Km2 dan akan meningkat menjadi sekitar 3.617 jiwa/ Km2 pada tahun 2016. Tahun 2016 kepadatan penduduk di Kabupaten Sampang diperkirakan sekitar 3.673 jiwa/ Km2. Sedangkan pada tahun akhir proyeksi, diperkirakan tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Sampang berkisar sekitar 3.730 jiwa/ Km2.

Ditinjau berdasarkan struktur usia, pada tahun 2014 sekitar 66 % penduduk Kabupaten Sampang merupakan penduduk usia produktif dalam rentang usia 15 sampai dengan 64 tahun. Penduduk usia produktif ini di satu sisi bersifat potensial. Namun di sisi lain hal tersebut menciptakan tantangan untuk dapat mengakomodir penduduk usia proktif,

(14)

seperti misalnya penyediaan lapangan pekerjaan, sekolah menengah atas, perguruan tinggi, termasuk sarana didalamnya sarana dan prasarana sanitasi yang memadai. Untuk penduduk usia nonproduktif, persentase penduduk nonproduktif Kabupaten Sampang pada tahun 2014 yaitu sekitar 34 % dengan komposisi usia 30 % berada dalam rentang usia 0 sampai dengan 14 tahun dan 4 % sisanya berusia diatas 65 tahun. Seperti halnya penduduk usia produktif, penduduk usia non produktif ini juga memerlukan dukungan sarana prasarana yang dapat mengakomodir kegiatan penduduk dalam struktur usia tersebut.

6.1.3. Profil Ekonomi

Gambaran perekonomian Kabupaten Sampang yang dipaparkan meliputi besaran produk domestik total maupun per kapita berdasarkan harga berlaku dan harga konstan, struktur serta pertumbuhan ekonomi.

6.1.3.1.Perkembangan PDRB Kabupaten Sampang Atas Dasar Harga Berlaku

Besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) total Kabupaten Sampang berdasarkan harga berlaku dari tahun 2008 hingga 2014 meningkat signifikan. Pada tahun 2008, PDRB kabupaten sebesar 1,8 trilyun dan meningkat menjadi 3,5 trilyun pada tahun 2014. Dengan jumlah penduduk sebesar 792.198 pada tahun 2014, PDRB per kapita Kabupaten Sampang tahun tersebut sebesar 4,42 juta. Walaupun demikian, jika dibandingkan dengan kabupaten lain di Madura, PDRB Kabupaten Sampang relatif lebih kecil.

Tabel 6.7 Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Sampang atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008-2014 (Juta Rupiah) Lapangan Usaha 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 1.Pertanian 972.282,32 1.077.179,25 1.196.141,10 1.323.399,71 1.426.670,34 1.620.091,76 1.813.817,57 2. Pertambangan & Penggalian 162.721,88 178.273,20 203.910,40 213.834,47 223.281,15 242.543,22 281.748,72 3. Industri Pengolahan 17.008,73 18.855,59 20.695,58 23.141,58 25.715,84 29.945,82 32.781,69

4.Listrik, Gas, &

Air Bersih 9.038,97 15.384,47 18.385,20 22.869,28 28.515,92 33.059,23 37.806,53

5.Bangunan 62.630,03 67.050,68 74.104,92 81.251,97 88.000,13 94.798,41 97.594,96

6.Perdagangan Hotel &

(15)

Lapangan Usaha 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 7. Pengangkutan & Komunikasi 78.399,76 49.253,43 54.224,40 62.331,22 70.989,49 82.654,61 91.914,42 8.Keu., Persewaan & Jasa Perusahaan 65.008,98 75.459,59 84.272,19 91.687,96 102.882,98 112.894,13 123.540,04 9.Jasa-Jasa 204.452,36 229.821,91 258.067,04 276.707,59 310.128,56 350.907,14 414.934,71 PDRB dengan Migas 1.803.731,49 2.009.948,99 2.243.789,85 2.450.428,43 2.709.437,93 3.075.944,66 3.504.488,02 PDRB tanpa Migas 1.803.731,49 2.009.948,99 2.243.789,85 2.450.428,43 2.709.437,93 3.075.944,66 3.504.488,02 Sumber : BPS, berbagai tahun diolah

6.1.3.2.Perkembangan PDRB Kabupaten Sampang atas Dasar Harga Konstan

Berdasarkan harga konstan tahun 2008 dapat dilihat bahwa PDRB meningkat menjadi sebesar 2,18 trilyun pada tahun 2014, dari angka 1,8 trilyun di tahun 2000. Ini berarti, selama 6 tahun terakhir pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sampang sebesar 21,13%, atau rata-rata sebesar 3,2% per tahun. Pertumbuhan terbesar adalah di tahun 2004, yaitu sebesar 4%.

Dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata kabupaten lain di Madura, pertumbuhan erkonomi Kabupaten Sampang relatif kecil. Pada tahun 2012 hingga 2014, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bangkalan masing-masing 4,56%, 4,75% dan 4,59%. Pertumbuhan Propinsi Jawa Timur untuk tahun-tahun yang sama sebesar 5,83%, 5,84% dan 5,80%. Sementara itu, pertumbuhan Kabupaten Sampang hanya berkisar 3,9 – 4%. Secara kumulatif dan dalam jangka waktu lama, pertumbuhan yang selalu lebih lambat dibandingkan dengan daerah lainnya akan menyebabkan perekonomian Kabupaten Sampang jauh berada di bawah daerah lainnya.

Tabel 6.8 Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Sampang Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008-2014 (Juta Rupiah) Lapangan Usaha 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 1.Pertanian 972.282,32 987.687,34 1.012.126,80 1.048.271,33 1.073.361,18 1.104.244,71 1.135.183,15 2. Pertambangan & Penggalian 162.721,88 158.965,55 158.996,90 159.659,92 161.675,58 163.034,06 164.077,48

(16)

Lapangan

Usaha 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

3.Industri

Pengolahan 17.008,73 17.467,54 17.657,17 18.260,11 19.173,90 20.080,21 21.096,38

4.Listrik, Gas, &

Air Bersih 9.038,97 13.073,46 13.956,73 14.835,34 16.701,61 18.058,84 19.456,59 5. Bangunan 62.630,03 62.425,30 62.683,79 63.134,64 54.501,57 65.417,93 66.510,41 6.Perdagangan Hotel & Restoran 267.566,30 279.627,64 240.716,44 304.983,93 335.649,75 366.380,48 397.332,15 7.Pengangkutan & Komunikasi 78.399,76 44.758,16 46.464,11 48.770,45 51.232,11 52.892,64 55.046,75 8.Keu., Persewaan & Jasa Perusahaan 65.008,98 68.056,36 70.382,71 71.156,65 75.863,70 78.387,20 81.256,17 9.Jasa-Jasa 204.452,36 210.228,20 214.419,75 216.218,59 223.492,46 238.983,88 244.872,76 PDRB dengan Migas 1.803.731,49 1.842.289,42 1.886.435,72 1.945.290,96 2.021.651,86 2.101.432,86 2.184.831,84 PDRB tanpa Migas 1.803.731,49 1.842.289,42 1.886.435,72 1.945.290,96 2.021.651,86 2.101.432,86 2.184.831,84 Sumber : BPS, berbagai tahun diolah

6.1.3.3.Struktur Perekonomian

Jika dilihat per sektor (lapangan usaha), pertumbuhan rata-rata per tahun yang tinggi terlihat di sektor listrik, gas, dan air bersih. Sementara itu, dua sektor dengan pertumbuhan rata-rata terendah adalah pada sektor bangunan dan pertambangan.

Tabel 6.9 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sampang Tahun 2009 – 2014 (%) Lapangan Usaha 2009 2010 2011 2012 2013 2014

1. Pertanian 1,6 2,5 3,6 2,4 2,9 2,8

2. Pertambangan & Penggalian -2,3 0,0 0,4 1,3 0,8 0,6

3. Industri Pengolahan 2,7 1,1 3,4 5,0 4,7 5,1

4. Listrik, Gas, & Air Bersih 44,6 6,8 6,3 12,6 8,1 7,7

5. Bangunan -0,3 0,4 0,7 -13,7 20,0 1,7

6. Perdagangan Hotel & Restoran 4,5 -13,9 26,7 10,1 9,2 8,4

7. Pengangkutan & Komunikasi -42,9 3,8 5,0 5,0 3,2 4,1

8. Keu., Persewaan & Jasa Perusahaan 4,7 3,4 1,1 6,6 3,3 3,7

(17)

Lapangan Usaha 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Total 2,1 2,4 3,1 3,9 3,9 4,0

Sumber : BPS, berbagai tahun diolah

Struktur perekonomian Kabupaten Sampang dapat dilihat melalui kontribusi masing-masing lapangan usaha (sektor) terhadap PDRB Kabupaten Sampang. Pada tahun 2009 - 2014, struktur perekonomian masih didominasi oleh sektor pertanian. Meski terjadi penurunan kontribusi dari tahun 2009, namun tidak terlalu besar, dan kontribusi sektor ini masih di atas 50%. Sektor lain yang memberikan kontribusi cukup besar terhadap PDRB adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran, yaitu sebesar 14,8% (tahun 2009) dan 17,4% (tahun 2014), dan sektor ‘jasa-jasa’ masing-masing sebesar 11,3% (tahun 2009) dan 11,8% (tahun 2014).

Jika dilihat dari prosen perubahan kontribusi sektor dari tahun 2009 - 2014, terlihat bahwa hanya sektor Listrik – Gas - Air, Perdagangan-Hotel-Restoran, dan jasa-jasa saja yang meningkat. Sementara itu, sektor-sektor lain cenderung mengalami penurunan.

Tabel 6.10 Perkembangan Distribusi Prosentase Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Sampang Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2008-2014 (%)

Lapangan Usaha 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 % Perubahan

1. Pertanian 53,9 53,6 53,3 54,0 52,7 52,7 51,8 -0,04

2. Pertambangan &

Penggalian 9,0 8,9 9,1 8,7 8,2 7,9 8,0 -0,11

3. Industri

Pengolahan 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 1,0 0,9 -0,01

4. Listrik, Gas, & Air

Bersih 0,5 0,8 0,8 0,9 1,1 1,1 1,1 1,15

5. Bangunan 3,5 3,3 3,3 3,3 3,2 3,1 2,8 -0,20

6. Perdagangan

Hotel & Restoran 14,8 14,9 14,9 15,1 16,0 16,5 17,4 0,17

7. Pengangkutan &

Komunikasi 4,3 2,5 2,4 2,5 2,6 2,7 2,6 -0,40

8. Keu., Persewaan

& Jasa Perusahaan 3,6 3,8 3,8 3,7 3,8 3,7 3,5 -0,02

9. Jasa-Jasa 11,3 11,4 11,5 11,3 11,4 11,4 11,8 0,04

Sumber : BPS, berbagai tahun diolah

Masih besarnya kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB di Kabupaten Sampang ini menunjukkan bahwa transformasi struktural perekonomian masih belum tampak nyata. Transformasi struktural perekonomian ditandai oleh semakin rendahnya kontribusi sektor primer (pertanian dan pertambangan) dan meningkatnya kontribusi sektor sekunder dan

(18)

tersier. Sebagai contoh adalah perubahan struktur perekonomian Jawa Timur, yang bisa dikatakan sebagai kondisi rata-rata seluruh kabupaten di Jawa Timur, kontribusi dominan terhadap PDRB Propinsi justru pada perdagangan-hotel-restoran dan industri pengolahan. Pada tahun 2014, persentase kedua sektor tersebut masing-masing 30,14% dan 26,84%, sementara sektor pertanian hanya berkontribusi sebesar 17,13%. Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Sampang relatif tertinggal dalam melakukan transformasi struktural perekonomian dibandingkan kabupaten-kabupaten lain di Jawa Timur.

6.1.3.4.Perdagangan

Jumlah usaha perdagangan di Kabupaten Sampang yang ditandai dengan penerbitan Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) meningkat dari tahun ke tahun. Dari tahun 2011-2014, rata-rata SIUP yang diterbitkan sebanyak 340 per tahun. Umumnya (75%) usaha perdagangan di Kabupaten Sampang adalah usaha perdagangan kecil.

Kabupaten Sampang juga telah melakukan ekspor beberapa komoditi non migas. Di tahun 2014, tercatat telah ada ekspor jagung, mente, cabe jamu, udang, teri, kulit sapi dan kambing, serta batik tulis. Total nilai ekspor komoditi non migas tersebut mencapai Rp. 3,87 milyar.

6.1.3.5.Belanja Daerah

Realisasi penerimaan Kabupaten Sampang adalah pada tahun 2010 adalah 101% atau senilai Rp.05.379.342,04 sedangkan untuk realisasi pengeluaran adalah 90,13% atau senilai 814.952.403,93.

Tabel 6.11 Rencana dan Realisasi Penerimaan Daerah menurut Jenis Penerimaan di Kabupaten Sampang Tahun 2014

Jenis Penerimaan Rencana Realisasi % Realisasi 1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) 35.798.141,70 36.396.342,48 101,67 2. Pendapatan Dana Perimbangan 578.804.691,14 592.023.897,87 102,28

3. Pinjaman Daerah - - -

4. Transfer Pemerintah Provinsi 116.529.736,

35 113.213.855,29 97,15 5. Bagian lain Penerimaan yang

Sah 66.130.047,60 63.745.246,40 96,39

Jumlah 797.262.616,80 805.379.342,04 101,02

(19)

Tabel 6.12 Rencana dan Realisasi Pengeluaran Daerah menurut Jenis Penerimaan di Kabupaten Sampang Tahun 2014

Jenis Penerimaan Rencana Realisasi % Realisasi 1. Pengeluaran Aparatur

Pemerintah

538.308.022,41 509.684.403,93 94,68

2. Belanja Modal 257.247.406,34 211.812.573,32 82,34

3. Pengeluaran Pelayanan Publik 74.515.903,40 62.122.158,72 83,37

4. Belanja Tidak Terduga 2.600.000,00 1.902.350,00 73,17

5. Transfer/Bantuan 30.665.207,00 28.586.071,70 93,22

6. Belanja Lainnya 864.560,61 844.846,26 97,72

Jumlah 904.201.099,76 814.952.403,93 90,13

Sumber : Kabupaten Sampang Dalam Angka

6.1.4. Profil Sosial Budaya

Aspek sosial dan budaya berasal dari nilai-nilai tradisi yang diwariskan oleh leluhur dan nilai-nilai keagamaan. Nilai-nilai filosofi Madura tetap dimiliki dan diyakini oleh masyarakat Sampang dalam kehidupan keseharian yang berpadu dengan nilai keislaman yang merupakan aspek dan budaya yang menjadi perhatian penting.

6.1.4.1.Agama

Agama merupakan aspek sosial budaya yang paling tampak dalam kehidupan keseharian masyarakat Madura, yang meresap pada setiap aspek kehidupan mulai tingkat domestik hingga tingkat publik, dari rumah tangga hingga ranah politik.

Penduduk Sampang mayoritas memeluk agama Islam (855,104 orang), hanya sebagian kecil yang memeluk agama lain, yakni 252 Kristen/Protestan, Katolik 106, dan 16 orang Hindu (BPS 2014). Homogenitas keagamaan ini turut mendorong adanya identitas keagamaan masyarakat Madura yang “Religius dan Islami”.

Ormas dan Lembaga Kemasyarakatan yang berhubungan dengan keislaman di Sampang secara umum tidak begitu tumbuh, akan tetapi sangat kuat dan bersifat massif. Organisasi masyarakat yang berkembang adalah NU, Muhammadiyah dan PERSIS. Di antara tiga ormas tersebut yang paling besar adalah NU yang memiliki hirarki kepengurusan sampai di tingkat ranting (desa) berikut kekuatan badan otonom dan lembaga. Hal ini didukung adaptasi sebuah agama dengan kebudayaan masyarakat setempat yang bisa mengakomodir

(20)

Karakter keislaman dan budaya masyarakat Sampang berciri dengan sistem pendidikan pesantren yang sangat mengakar dalam kehidupan mereka. Data BPS 2014 mencatat terdapat 303 pesantren dengan 39.397 orang santri laki-laki dan 28.804 orang santri perempuan, laki-laki 374 ustadz dan 346 ustadzah (ustadz perempuan). Data ini semakin memperkuat bahwa pesantren sebagai lembaga pendidikan yang sangat berpengaruh pada kehidupan masyarakat Sampang.

Pesantren terbagi dalam 3 kategori, yakni pesantren modern dengan kategori yang menyediakan pendidikan formal dengan manajemen moderen. Kedua, pesantren semi modern dengan sistem terbuka yang tidak mengadakan sekolah sendiri tetapi membolehkan santri untuk sekolah di luar, atau jika pun mengadakan sekolah hanya pada tingkat sekolah dasar. Selanjutnya, yang ketiga adalah pesantren salaf, pesantren yang mempertahankan tradisi lama pesantren, yakni hanya mengkaji ilmu-ilmu agama dengan kitab-kitab kuning, dalam hal ini pihak pesantren tidak menyediakan sekolah atau pendidikan formal yang lain.

Pilihan selain pesantren adalah madrasah diniyah, madrasah diniyah diadakan di desa, anak-anak usia SD baik yang sekolah resmi atau madrasah yang dilaksakan oleh swasta, pada sore hari mereka sekolah diniyah lengkap dengan hirarki kelas juga. Bahkan malam hari mereka tetap ke masjid atau musolla untuk menguatkan kemampuan mengajinya. Besar minat pendidikan pada Madrasah diniyah telah mengalahkan jumlah pedidikan di SD. Perbandingannya, SD berjumlah 481 sedangkan Madrasah Diniyah telah mencapai 876 sekolah. Dari jumlah ini semakin menunjukkan kekuatan Madarasah diniyah dalam sistem pendidikan di Sampang.

Sistem Madrasah Diniyah masih dikelola dengan sangat sederhana, sehingga kurang dilihat sebagai kekuatan. Selama ini Madrasah Diniyah dilihat sebelah mata kekuatannya dalam proses pendidikan siswa di Sampang. Padahal madrasah diniyah pun memiliki potensi pendukung dalam pembangunan Sampang.

6.1.4.2.Nilai-nilai ke-Madura-an

Nilai-nilai yang berkembang pada masyarakat Madura (Sampang) dipaparkan secara singkat di bawah ini.

(21)

A. Hirarki Ketaatan dan Sistem Politik Sosial

Salah satu nilai yang dijunjung adalah “bupak, babuh, guru, ratoh” (ibu dan bapak, sesepuh guru (pemimpin agama) dan ratu (pemimpin formal) misalnya, menunjukan sistem penghormatan dan penghargaan pada orang tua biologis, orang tua spiritual dan pemimpin formal. Ibu merupakan orang pertama yang harus dihormati dalam struktur masyarakat Madura. Hal ini juga seiring dengan ajaran keislaman, bahwa ibu punya derajat yang sangat tinggi. Bapak adalah sosok seorang pemimpin dalam keluarga inti dan keluarga besar dalam sebuah tatanan kekerabatan dalam tatanan tanian lanjang (sebuah tatanan kekerabatan masyarakat yang terkelompok dalam satu halaman besar). Selanjutnya, babuh, adalah sesepuh atau orang yang dituakan (tokoh), mendapat posisi ketiga dalam hirarki masyarakat Madura.

Guru, dalam konteks masyarakat Madura adalah guru agama maupun guru sekolah umum. Dalam hal guru, pada masyarakat Madura lebih utama guru agama, yaitu kyai sebagai orang yang mengajarkan ilmu-ilmu agama untuk bekal hidup dunia dan akhirat. Hirarki selanjutnya adalah ratoh, dalam konteks masyarakat adalah sosok yang memerintah atau bertanggungjawab akan peraturan dan pengaturan tatanan pemerintahan. Satuan terkecil dalam masyarakat adalah di tingkat desa adalah klebun atau kepala desa dan bupati di tingkat Kabupaten.

B. Etos Kerja Nelayan

Filosofi yang sangat kuat dalam kehidupan orang Madura adalah “Abantal ombak, asapoh

angen, apajung iman” ( : berbantal ombak atau gelombang berselimut angin, berpayung

iman) bagi masyarakat Madura terutama masyarakat pesisir adalah semangat dan etos kerja yang tinggi. Nilai-nilai ini tetap didasari iman, sehingga semangat kerja yang tinggi dan menyatunya manusia dengan alam ini tetap didasari oleh keimanan yang kuat. Semangat kerja keras dan bersahabat dengan kerasnya alam ini menjadi poin potensi semangat kerja untuk mendukung tujuan pembangunan. Nilai ini menggambarkan bagaimana Islam masuk dan menyebar melalui daerah pesisir.

C. Prestise dan Eksistensi Diri

”Atembhang pote mata ango’an pote tolang” (dari pada putih mata lebih baik putih tulang), artinya “dari pada malu lebih baik mati”. Makna ungkapan ini adalah tentang nilai

(22)

dan prinsip harga diri orang Madura yang sangat kuat, terutama dalam membela kerabat dan hak milik. Hal ini pula yang membuahkan semangat “tegas, lugas, apa adanya dan ksatria” menjadi implikasi nilai ini. Potensi ini bisa digunakan dalam mendukung pembangunan, misalnya untuk tetap tegas, lugas dan ditambah kemampuan SDM yang sudah mumpuni.

D. Semangat Kedisiplinan dan Kosistenan dalam Etika Sosial

Nilai dan prinsip “Ngeco’ Tengka Lanjang Tobat” (kesalahan dalam sebuah tindakan yang menyangkut etika sosial, tindak penyelesaiannya sangat rumit). Bagi orang Sampang, etika sosial atau tata prilaku (kesopanan) sangat diutamakan, sehingga harus menggunakan etika tersebut. Adat kesopanan dan tatacara berprilaku dalam masyarakat sangat tinggi nilainya. Melalui nilai ini, setiap tindakan masyarakat diawasi, karena setiap kesalahan akan berdampak buruk yang panjang bagi keberadaan orang Sampang.

6.1.4.3.Kelembagaan Sosial

Terdapat kelembagaan sosial yang menjadi muara setiap tindakan masyarakat Sampang dalam bermasyarakat yang dapat menjadi wadah dalam pembangunan jangka menengah ke depan. Kelembagaan ini terdiri dari : institusi lama dan institusi baru.

A. Institusi Lama

Insitusi lama dalam sistem kelembagaan sosial masyarakat Sampang adalah Remoh, Bajing dan Blater, Klebun, Tos-atos, Ajegen, Racok Bumi, Mamacah, Arebet Pekarangan, Paguyuban Sapi Sono dan Kerapan Sapi, dan Rokat Tasek.

1. Remoh

Remoh adalah tradisi lama yang masih dipraktikkan oleh orang Sampang, yakni

mekanisme meminta bantuan kepada warga lainnya dalam bentuk tanggap -seni-pertunjukan, sebagai proses kepedulian terhadap kelompok masyarakatnya di bidang ekonomi. Warga lain akan memberikan sumbangan uang bagi salah satu warga yang mengadakan untuk diberikan kepada tuan rumah, nantinya mereka yang mengundang juga harus membalas jika diundang balik.

Hasil remoh --kalau dulu-- untuk membantu memenuhi kebutuhan ekonomi, sekarang sering digunakan untuk menebus orang yang dipenjara karena carok, hal

(23)

ini dilakukan karena carok bagi orang Madura bukan tindakan kriminal belaka tetapi juga ada nilai martabat dan prestise orang Madura.

Dalam remoh ini sering diikuti oleh kesenian tradisional seperti kijungan (nyanyian oleh sinden).

2. Kelompok Bajing dan Blater

Bajing atau Bajingan adalah sebuah nama yang disematkan pada orang Madura

yang memiliki kekuatan fisik dan mempunyai keberanian untuk melakukan hal-hal yang membahayakan nyawa.

Blater, ia adalah Bajing yang memiliki karakter konsistensi dalam ucapan dan

tindakan. Blater ini pada masyarakat Sampang sangat kuat dan biasanya ikut menentukan keputusan-keputusan politik pada level apapun di Madura.

3. Klebun (Kepala Desa)

Klebun (kepala desa) adalah institusi kekuasaan paling dekat dengan masyarakat

desa, sehingga kekuasaan ini sangat menentukan pembangunan desa di Madura. Di Sampang kekuasaan klebun sangat kuat, hal ini sering membuat rumah klebun menjadi balai desa. Dengan alasan pelayanan 24 jam, sehingga warga dapat datang kapanpun untuk mendapat penyelesaian permasalahan.

4. Tos-otos

Tos-otos adalah sebuah tradisi kerjasama bergiliran untuk menggarap lahan

pertanian. Bagi masyarakat Sampang, tos-otos merupakan bentuk solidaritas petani untuk mengurangi beban kerja untuk menggarap lahan pertanian, sehingga dapat menghemat biaya untuk ongkos pekerja. Tos-otos dapat memperkuat hubungan kemasyarakatan dan kesamaan, kesetaraan kebutuhan, sehingga kecemburuan sosial dapat dihindari dengan kebersamaan ini.

5. Ajaghan

Tradisi ini dilakukan pada masyarakat Sampang untuk bergotong royong dalam mengerjakan rumah, terkadang untuk tujuan lainnya. Aktivitas ini dilakukan dengan sukarela, terutama jika yang dikerjakan model rumah sederhana ala Madura.

(24)

6. Racok Bumi (Sedekah Bumi)

Ritual sedekah bumi ini sebagai bentuk syukur atas keberhasilan dalam panen padi bagi masyarakat petani. Sedekah bumi biasanya dilakukan oleh sekelompok masyarakat terbatas pada kelompok masyarakat di tingkat kerabat tanean lanjang (lingkungan pemukiman).

Dalam perayaannya terdapat sajian makanan, yakni nasi dengan dua macam beras (beras merah dan beras putih) dengan masakan lauk dari hewan ternak sendiri (ayam, itik dll). Dalam prosesnya mereka mengucapakan doa-doa dengan harapan hasil panennya terus bertambah. Tradisi ini masih banyak dikerjakan oleh masyarakat Sampang terutama daereah-daerah pertanian yang subur.

7. Mamacah

Mamacah adalah sebuah tradisi lisan orang Madura yang berisi tentang

petuah-petuah dan sejarah keislaman, tetapi dibaca dengan bahasa kuno dengan tulisan pego.

Mamacah ini memiliki fungsi pendidikan bagi masyarakat Sampang. Keadaannya

kini, mamacah tidak lagi memiliki kelompok sebagai payung secara khusus, dan minat masyarakat mulai bergeser.

8. Nilai tradisi “Arabet Pekarangan”

Nilai ini dimiliki oleh masyarakat untuk bisa memanfaatkan dengan baik lahan tidur yang ditumbuhi dengan tumbuhan secara alami. Meski pada kenyataannya masyarakat (dalam merawat itu) masih sebatas membersihkan dan melihara, belum menanami dengan penuh kesadaran. Akan tetapi nilai ini bisa digunakan sebagai bentuk penyadaran dan kepedulian terhadap lingkungan. Setidaknya untuk menggeser paradigma bahwa alam ini diciptakan untuk dimanfaatkan saja, contoh eksploitasi batu-batu bukit, pasir laut dll.

9. Paguyuban Sapi Sono dan Kerapan Sapi

Salah satu identitas budaya orang Madura adalah tradisi Kerapan Sapi dan Sapi Sono’. Meski pada perkembangannya tradisi ini semakin berkurang peminatnya, paguyuban tradisi Sapi tetap ada, sebagai bentuk jaringan antar kabupaten di Madura.

(25)

Karena citra yang kurang bagus dan besarnya biaya dalam tradisi Kerapan Sapi, maka banyak orang memilih sapi menjadi pertunjukan Sapi Sono’. Dalam pertunjukkan Sapi Sono’ lebih mengandalkan kecantikan sapi dan bagaimana sapi untuk bisa mengi kuti irama dari musik yang ada.

Paguyuban ini semakin banyak, meski biasanya mereka tetap orang-orang yang masih mencintai Kerapan Sapi. Sapi Sono’ juga diikuti oleh pertunjukan lain, seperti musik saonen dan tayob. Hal ini kurang bisa diterima oleh masyarakat Sampang, meski tetap ada.

10.Rokat Tasek (Petik Laut)

Rokat Tasek adalah sebuah ritual atau bentuk syukur oleh nelayan atas

diberikannya rizqi dari Allah. Bagi masyarakat nelayan, rokat tasek ini dilaksanakan untuk mendapat berkah agar hasil tangkapan mereka semakin banyak dan terus mengalir, maka hampir setiap tahun diadakan.

Prosesi Rokat Tasek saat ini mulai bergeser karena kuatnya pengaruh Islam dalam masyarakat. Bila pada mulanya terdapat prosesi larung atau korban kepala sapi atau makanan ke laut, kini digantikan dengan pengajian dan selamat di balai desa. Dalam acara rokat ini hampir seluruh nelayan ikut dalam prosesi selamatan di balai desa. Dengan dipimpin seorang tokoh agama dan dikuti oleh masyarakat yang ada. B. Institusi Baru

Insitusi baru dalam sistem kelembagaan sosial masyarakat Sampang adalah Posyandu dan Karang Taruna.

1. Posyandu

Pos Pelayanan Terpadu digunakan oleh masyarakat untuk melihat perkembangan kesehatan ibu dan anak, sekaligus untuk informasi kesehatan, merupakan program yang paling mampu menyentuh masyarakat. Posyandu terus berkembang dari tahun ke tahun. Pada tahun 2007 Posyandu berjumlah 847 dengan kader 2.541 dan jumlah pengunjung 65.838 orang (Sampang Dalam Angka).

2. Karang Taruna

Keberadaan karang taruna di Sampang belum berfungsi secara maksimal, meski hampir setiap desa terpampang struktur Karang Taruna. Optimalisasi 187 Karang

(26)

Taruna sebagai lembaga kepemudaan ini tentu harus diusahakan dengan lebih kuat lagi. Sub-aspek sosial dan budaya ke tiga ini memiliki peran yang cukup penting yang dapat menjadi potensi pendukung dalam pembangunan Sampang.

6.2. Kondisi Prasarana Bidang PU/CK 6.2.1. Penyediaan Air Bersih

Penyedia air bersih di Kabupaten Sampang adalah PDAM hanya mampu memberikan pelayanan sebesar 0,38 % atau 102.037 jiwa untuk daerah perkotaan dan 423.420 jiwa atau 0,44 % untuk wilayah pedesaan. Kapasitas air bersih di kawasan perkotaan adalah sebesar 140 liter/detik, sedangkan untuk pedesaan adalah sebesar 95 liter/detik. Tingkat kebocoran air di daerah perkotaan sebanyak 56 % dan di daerah pedesaan sebanyak 60 %. Jumlah distribusi PDAM di Kabupaten Sampang adalah sebesar 269 liter/detik, jumlah air yang diproduksi dan yang didistribusikan adalah sebanyak 4.024.088 m3, sementara itu jumlah air

yang terjual adalah sebesar 2.218.096 m3 atau 55,12 %.

Dari tahun 2009 s/d tahun 2014 pemanfaatan PDAM menunjukkan trend pertumbuhan pelanggan sebesar 175% dan pertumbuhan air yang disalurkan sebesar 137%. Ini mengindikasikan adanya pertumbuhan atas permintaan, kebutuhan dan pemenuhan kebutuhan akan air bersih. Pertumbuhan pelanggan lebih besar ketimbang penyalurannya. Dimana pasokan air bersih dari PDAM sangat terbatas dan belum mampu menjangkau semua wilayah di Kabupaten Sampang.

Jumlah pelanggan air PDAM di Kabupaten Sampang pada tahun 2012 adalah sebanyak 10.360 sambungan dengan rincian perumahan/rumah tangga sebesar 9.889 buah, perdagangan usaha sebanyak 276 buah, industri sebesar 4 buah, dan pelayanan masyarakat sebanyak 191 buah.

Data terbaru dari PDAM Kabupaten Sumenep diketahui bahwa jumlah pelanggan pada tahun 2014 adalah 10.907 dengan rincian sebagai berikut :

1. Sosial : Umum 22

: Khusus 164

2. Non Niaga : Rumah Tangga 10.148

: Pemerintah 201

3. Niaga : Kecil 267

(27)

4. Industri : Kecil 5

: Besar -

Banyaknya pelanggan PDAM di Kabupaten Sampang secara terperinci dapat dilihat pada Tabel 6.16.

Tabel 6.13 Banyaknya Pelanggan PDAM dan Air yang Disalurkan Tahun Pelanggan Air yang Disalurkan Nilai

2005 9582 2.129.881 2.033.296 2006 10.286 2.392.388 2.299.347 2007 10.347 2.414.955 3.315.100 2008 10.651 2.226.557 3.375.387 2009 11.562 2.636.806 3.656.700 2010 10.248 2.174.474 4.610.985 2011 10.117 2.299.552 4.455.427 2012 10.360 2.218.095 5.301.528 2013 10.419 2.270.677 6.059.070 2014 10.807 2.341.061 6.814.455

Masyarakat Kabupaten Sampang yang tidak terjangkau jaringan air bersih PDAM Trunojoyo lebih banyak menggunakan sumur gali dan mata air, sebagian lagi menggunakan sumur pompa submersable bantuan dari Proyek Pengembangan Air Tanah (P2AT) Wilayah Madura dan APBD Kabupaten Sampang.

Tabel 6.14 Jumlah Rumah Tangga berdasarkan Penggunaan Air Bersih di Kabupaten Sampang Tahun 2014

No Kecamatan Ledeng / PDAM Sumur pompa Perigi / Sumur Sungai / Danau Mata Air Lain-lain 1. Sreseh - - 6,171 - - 1,088 2. Torjun 1,358 1,226 6,313 925 - - 3. Pangarengan 113 585 3,838 - - 779 4. Sampang 8,417 286 16,027 - - 895 5. Camplong 1,258 - 17,699 - - - 6. Omben 581 585 10,425 164 390 - 7. Kedungdung 147 - 8,411 - - 61 8. Jrengik 243 211 4,357 1,059 2,036 - 9. Tambelangan 309 22 1,241 4,843 2,131 - 10. Banyuates 197 - 14,118 - 1,126 - 11. Robatal - - 9,969 1,057 874 11,846 12. Karang Penang 86 3 182 - 13. Ketapang 553 - 18,702 - 231 -

(28)

No Kecamatan Ledeng / PDAM Sumur pompa Perigi / Sumur Sungai / Danau Mata Air Lain-lain 14. Sokobanah 553 189 15,201 - - - Total 13,815 3,107 132,654 8,048 6,788 14,669

Sumber : Kompilasi Data dari Kecamatan Dalam Angka

Dari data diatas dapat diketahui bahwa masih terdapat 2 kecamatan yang belum terlayani oleh PDAM ataupun jaringan perpipaan. Dua kecamatan tersebut antara lain Kecamatan Sreseh dan Kecamatan Robatal. Dari tabel tersebut juga bisa dijelaskan bahwa sebagian besar rumah tangga di Kabupaten Sampang mencukupi kebutuhan air bersihnya yang diperoleh dari sumur/perigi. Sedangkan sebagian kecil menggunakan sumur pompa dalam mencukupi kebutuhan akan air bersihnya.

6.2.2. Persampahan

Sistem persampahan di Kabupaten Sampang dilakukan dengan 2 (dua) sistem pembuangan yaitu secara tradisional dan dikelola secara khusus oleh Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sampang. Pengelolaan sampah yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Sampang hanya melayani beberapa Kecamatan yaitu Kecamatan Sampang dan Kecamatan Ketapang.

Pembuangan sampah secara tradisional, yakni melalui pemusnahan sampah, dengan cara menimbun sampah di pekarangan rumah, membakar atau juga membuang sampah di tanah-Iahan kosong yang ada maupun dibuang di sungai.

Berdasarkan data dari Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sampang, Sampai dengan tahun 2008 Kabupaten Sampang baru mempunyai 2 unit Tempat Pembuangan Akhir (TPA), dimana luas secara keseluruhan adalah sebanyak 4,5 Ha. Untuk meningkatkan pelayanan persampahan, selain terdapat TPA Kabupaten Sampang juga mempunyai beberapa tempat pembuangan sementara, tercatat pada tahun 2013 terdapat 18 unit TPS. Sedangkan untuk transfer deponya tercatat sebanyak 1 unit dengan luas sebesar 0,05 Ha pada tahun 2013.

(29)

Tabel 6.15 Tempat Pembuangan Sampah Kabupaten Sampang No U r a i a n Satuan 2010 2011 2012 2013 2014 1. TPA a. Jumlah Unit 2 2 2 2 - b. Luas Ha 4,5 4,5 4,5 4,5 - 2. TPS a. Jumlah Unit 13 13 14 18 - b. Luas Ha 3. Transfer Depo a. Jumlah Unit 2 1 1 1 - b. Luas Ha 0,1 0,05 0,05 0,05 -

Sumber : Badan Lingkungan Hidup Keterangan : (-) data tidak tersedia

Terdapat beberapa sarana angkutan yang digunakan sebagai sarana pengangkut sampah, yaitu pick up, dump truck besar, dump truck kecil, dan arm roll besar. Tercatat pada tahun 2013 jumlah pick up yang digunakan sebagai sarana pengangkut sampah adalah sebanyak 1 unit dengan kapasitas 2 m3 dan setiap harinya mempunyai 1 kali ritasi. Dump truck

besar terdapat 5 unit dengan kapasitas 4 m3, setiap harinya beroperasi sebanyak 1 kali ritasi.

Dump truck kecil adalah sebanyak 4 unit dengan kapasitas 4 m3. Sedangkan untuk arm roll

besar Kabupaten Sampang mempunyai 5 unit dengan kapasitas 6 m3 dan beroperasi

sebanyak 1 kali rotasi.

6.2.3. Sanitasi

Sedangkan mengenai sanitasi atau pembuangan limbah yang dihasilkan oleh manusia baik limbah padat maupun limbah cair di Kabupaten Sampang, saat ini menggunakan beberapa cara :

1. Dibuang ke jamban maupun saluran yang ada

Sebagian masyarakat Kabupaten Sampang memiliki jamban keluarga sehingga mereka membuang limbahnya langsung ke jamban dan saluran yang mereka miliki. 2. Dibuang langsung ke badan sungai maupun laut

Ada sebagian masyarakat yang masih membuang limbah padat maupun limbah cair yang dihasilkan oleh manusia maupun rumah tangga langsung ke badan air (sungai), dimana sungai tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mandi dan mencuci.

(30)

6.2.4. Drainase

Pada tabel dibawah ini diketahui bahwa pada tahun 2014 jaringan drainase yang ada di Kabupaten Sampang adalah sepanjang 38.986,5 m terbagi atas jaringan drainase primer sepanjang 3.025 m, jaringan sekunder 11.081,5 m dan jaringan tersier sepanjang 24.880 m. Sedangkan pada tahun 2012 jaringan drainase sepanjang 37.007 m dan tahun 2005 sepanjang 33.365 m.

Tabel 6.16 Jaringan Drainase Kabupaten Sampang U r a i a n Satuan 2012 2013 2014

Jaringan Drainase m 33.365 37.077 38.986,5

a. Primer m 3.025 3.025 3.025

b. Sekunder m 9.980 10.131 11.081,5

c. Tersier m 20.360 23.921 24.880

Sumber : Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kab. Sampang

Penyebab utama timbulnya genangan di wilayah Kabupaten Sampang dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Kondisi alam, meliputi kondisi topografi di wilayah permukiman yang relatif datar serta besarnya curah hujan yang turun.

b. Terjadinya pendangkalan pada bagian hilir sungai/saluran karena endapan dari sebelah hulu saluran

c. Tidak terpeliharanya saluran, sedimentasi tinggi sehingga kecepatan aliran dan kapasitas saluran mengecil. sampah kedalam saluran

d. Pembangunan permukiman dan gedung diatas peil banjir kota, yang tidak diikuti dengan pemikiran pengaliran air akibat hujan.

e. Membuat bangunan dalam garis sempadan sungai, sehingga menimbulkan penyempitan saluran.

6.2.5. Pengembangan Permukiman

Dalam pembahasan perkembangan kawasan permukiman, Akan dibahas terlebih dahulu perkembangan lahan untuk fungsi pekarangan (pekarangan tanah untuk bangunan dan halaman). Hal ini dapat dipahami mengingat bahwa areal permukiman merupakan bagian dari lahan pekarangan (kawasan terbangun –Built Up Area).

(31)

Perkembangan fungsi pekarangan sebagai kawasan terbangun akan berkembang sejalan dengan meningkatnya kegiatan manusia. Beberapa pembukaan lahan baru untuk ruang kegiatan manusia. Serta pengalihan fungsi ruang/kawasan tertentu mengindikasikan adanya gejala tersebut. Fungsi pekarangan sebagai kawasan terbangun di wilayah Kabupaten Sampang mencapai 12.153,938 Ha atau 9,88% dari total luasan wilayah. Perkembangan lahan pekarangan di Kabupaten Sampang hingga tahun 2008 mengalami perubahan yang relatif kecil yaitu rata–rata 1,65 %/tahun. Pengembangan permukiman di wilayah perencanaan terdiri dari dua pola, antara lain :

1. Pola Pemukiman Pedesaan

Pola pemukiman pedesaan yang terletak di wilayah perdesaan merupakan permukiman tradisional yang tetap eksis untuk kurun waktu yang lama. Perkembangan pemukiman perdesaan sangat lambat, tidak direncanakan dan tumbuh secara alami.

2. Pola Pemukiman Perkotaan

Pemukiman perkotaan terletak diwilayah kota (Urban) atau pinggiran (Sub–Urban). Perkembangan kawasan pemukiman di perkotaan berjalan dengan sangat cepat (Instan), terencana ataupun tidak dan cenderung mempunyai kepadatan tinggi. Perkembangan kawasan pemukiman yang paling cepat terjadi pada daerah–daerah perkotaan (khususnya pusat kota), pusat–pusat kegiatan (ekonomi, industri, sosial budaya) dan lain–lain. Sampai dengan tahun 2008 terjadi pembangunan perumahan di wilayah perkotaan yang di pacu dengan cepat, oleh pihak–pihak Pemerintah dan para pengembang swasta.

Secara umum kawasan permukiman di Kabupaten Sampang, berdasarkan penyediaan wilayah permukimannya dapat dibedakan menjadi :

a. Kawasan permukiman yang dibangun oleh pengembang (developer)

b. Kawasan permukiman yang dibangun secara mandiri oleh masyarakat. Kawasan ini umumnya berupa kampung, serta permukiman formal yang cenderung memiliki kapling lebih luas serta kawasan permukiman pedesaan.

c. Kawasan permukiman yang diperkirakan akan tumbuh sebagai akibat adanya perkembangan wilayah, sentra ekonomi, industri dan infrastruktur, diantaranya adalah :

(32)

• Kawasan permukiman yang timbul karena pertumbuhan dan perkembangan kota, seperti Kota Sampang, Ketapang, Camplong.

• Kawasan permukiman yang timbul karena pengembangan Jalan lintas utara dan selatan yang melintasi Kecamatan Banyuates, Ketapang, Sokobanah (lintas utara), Sreseh, Pengarengan, Torjun, Sampang, Camplong (Lintas Selatan).

• Kawasan permukiman yang timbul karena pembangunan kawasan industri di Kecamatan Banyuates.

• Kawasan permukiman yang timbul karena pembangunan pelabuhan regional di Kecamatan Camplong.

Gambar

Tabel 6.1. Luas Wilayah Administrasi Kabupaten Sampang  No  Kecamatan Desa  Luas (Km 2 )  Proporsi (%)
Gambar 4.1. Peta Administrasi Wilayah
Tabel 6.2 Kelerengan Tanah Kabupaten Sampang  N o  Kecamatan  Kelerengan (Ha) Datar  (0-2%)  Bergelombang (3-15 %)  Curam  (16-0%)  Sangat Curam (&gt;40%)  1
Gambar 6.2. Peta Topografi Wilayah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini di latar belakangi oleh budaya matrilineal yang sangat kuat di masyarakat Sumatera Barat yang tampak dari kehidupan sosial budaya masyarakat

Berjalin kelindannya antara Islam dan budaya Madura adalah sebuah kenyataan yang menggejala hingga kini pada pada yang akan datang pada pelbagai aspek

Kelima, Peningkatan Kualitas Kehidupan Sosial yang Berlandaskan Agama dan Budaya Daerah, yang harus menjadi landasan utama pembangunan di Kabupaten Kaimana, baik dalam

Globalisasi mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam hidup dan kehidupan manusia dalam berbagai aspek kehidupan, baik aspek ekonomi, politik, budaya, sosial,

Jika dalam masyarakat agama sudah tidak dianggap memegang peran yang penting, dapat dipastikan kehidupan sosial masyarakat tersebut akan mengalami dekadensi moral

Masyarakat agama Konghucu yang tinggal di desa Catur merupakan kelompok masyarakat beragama yang sangat unik karena menganut budaya Cina dan budaya Bali dalam kehidupan sosial religius

Ruang lingkup biologi meliputi semua aspek kehidupan, mulai tingkat molekuler hingga ekosistem

Pengaruh aspek sosial ekonomi, agama, budaya, suku bangsa, dan gender terhadap