• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Jakarta, November PT. Rasicipta Consultama

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. Jakarta, November PT. Rasicipta Consultama"

Copied!
286
0
0

Teks penuh

(1)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmad-Nya sehingga Laporan Akhir ini dapat disusun dengan mempertimbangkan Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan masukan dari stakeholder yang terkait dengan penggunaan Energi dalam transportasi dan lingkungan. Laporan ini disusun untuk memenuhi syarat perjanjian kerjasama akhir Satuan Kerja Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Perhubungan dan PT. Rasicipta Consultama – Jakarta, sebagaimana tertuang dalam Surat Perjanjian Kerjasama Nomor PL.102/27/10-BLT-2010, tanggal 6 April 2010, tentang Studi Pengembangan Statistik Konsumsi Energi Transportasi dan Lingkungan.

Laporan Akhir ini secara garis besar berisi tentang uraian mengenai data hasil survai instansional dan hasil survai lapangan, selain itu laporan ini tetap menguraikan metodologi penelitian dan pendekatan pikir serta kondisi wilayah studi. Secara sistematis konsultan menyusun Laporan Akhir ini menjadi beberapa bab dengan urutan: (1) Pendahuluan, (2) Pendekatan Pola Pikir dan Metodologi Kerja, (3) Hasil Studi Relevan, (4) Analisis Data; (5) Statistik Konsumsi Energi Transportasi dan Lingkungan; dan (6) Kesimpulan dan Saran. Berdasarkan KAK, studi ini dilaksanakan selama 240 hari kalender sejak dikeluarkannya SPMK, yang diselenggarakan di Sekretariat Balitbang Kementerian Perhubungan Jakarta.

Laporan Akhir disempurnakan setelah mendapatkan masukan kritis dari semua pihak yang terkait dengan pengembangan statistik konsumsi energi transportasi dan lingkungan..

Jakarta, November 2010

(2)

Daftar Isi-1

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG ... I-1 1.2. MAKSUD DAN TUJUAN ... I-2 1.3. SASARAN ... I-2 1.4. LINGKUP PEKERJAAN ... I-3 1.5. KELUARAN ... I-3 1.6. LOKASI KEGIATAN ... I-4 1.7. WAKTU PELAKSANAAN ... I-4

BAB II PENDEKATAN KERANGKA PIKIR DAN METODOLOGI STUDI

2.1. PENDEKATAN POLA PIKIR ... II-1 2.1.1. Input Pola Pikir ... II-1 2.1.2. Proses Pola Pikir ... II-4 2.1.3. Output Pola Pikir ... II-5 2.1.4. Outcome dan Impact Pola Pikir ... II-5 2.2. METEDOLOGI KERJA ... II-5 2.2.1. Tahapan Penyusunan metode kerja dan Identifikasi Masalah... II-5 2.2.2. Tahapan SurIVai Data dan Informasi ... II-14 2.2.3. Karakteristik EIValuasi dan Analisis ... II-15 2.2.4. Tahapan Penyusunan Statistik Konsumsi Energi dan Rekomendasi ... II-23

BAB III HASIL STUDI RELEIVAN

3.1. URGENSI PAKET KEBIJAKAN DAN PROGRAM KOMPREHENSIF DALAM PENGHEMATAN BBM TRANSPORTASI (POLICY BRIEF)... III-1 3.1.1. Daya Saing Transportasi Nasional dalam IVolatilitas Perubahan Harga BBM

Dunia ... III-1 3.1.2. Prinsip Dasar dalam Penyelenggaraan Transportasi yang Mampu Mengurangi

(3)

Daftar Isi-2 3.1.3. Kebijakan dan Rencana InIVestasi Komprehensif ... III-3 3.2. PROYEKSI PERTUMBUHAN ENERGI 2010-2050 ... III-5 3.3. STATISTIK KONSUMSI ENERGI SEKTOR TRANSPORTASI DI AMERIKA SERIKAT III-7 3.4. STATISTIK KONSUMSI ENERGI SEKTOR TRANSPORTASI DI UNITED KINGDOM III-16 3.5. STATISTIK KONSUMSI ENERGI SEKTOR TRANSPORTASI DI EROPA PADA

UMUMNYA ... III-20

BAB ANALISIS DATA

4.1. Konsumsi Energi Transportasi ... IV-1 4.1.1. Konsumsi Energi Transportasi Darat ... IV-1 4.1.2. Konsumsi Energi Transportasi Laut ... IV-27 4.1.3. Konsumsi Energi Transportasi Udara ... IV-38 4.1.4. Konsumsi Energi Transportasi Perkeretaapian ... IV-42 4.2. Kondisi Lingkungan Terkait Transportasi ... IV-70 4.2.1. Kondisi Lingkungan di ProVnsi Nangroe Aceh Darussalam ... IV-70 4.2.2. Kondisi Lingkungan di ProVnsi Sumatera Utara ... IV-72 4.2.3. Kondisi Lingkungan di ProVnsi Riau ... IV-78 4.2.4. Kondisi Lingkungan di ProVnsi Sumatera Selatan ... IV-79 4.2.5. Kondisi Lingkungan di ProVnsi DKI Jakarta ... IV-85 4.2.6. Kondisi Lingkungan di ProVnsi Jawa Barat ... IV-90 4.2.7. Kondisi Lingkungan di ProVnsi Jawa Tengah ... IV-96 4.2.8. Kondisi Lingkungan di ProVnsi DI Yogyakarta ... IV-102 4.2.9. Kondisi Lingkungan di ProVnsi Jawa Timur ... IV-107 4.2.10. Kondisi Lingkungan di ProVnsi Kalimantan Timur ... IV-113 4.2.11. Kondisi Lingkungan di ProVnsi Gorontalo ... IV-115 4.2.12. Kondisi Lingkungan di ProVnsi Sulawesi Utara ... IV-116 4.2.12. Kondisi Lingkungan di ProVnsi Papua ... IV-118 BAB V STATISTIK KONSUMSI ENERGI TRASNPORTASI DAN LINGKUNGAN

5.1. Tinjauan Umum ... V-1 5.1.1. Konsep Dasar ... V-2 5.1.2. Pengolahan dan Analisis data ... V-2 5.2. Statistik Energi Transportasi Indonesia ... V-7 5.2.1. Produksi, Impor dan Ekspor Bahan Bakar Minyak di Indonesia ... V-8 5.2.2. Konsumsi Energi dari Sumber Primer Per-Sektor di Indonesia ... V-9 5.2.3. Kebutuhan Domestik untuk Produk Minyak Olahan Per-Sektor di Indonesia ... V-12 5.2.4. Konsumsi Energi oleh Sektor Transportasi di Indonesia ... V-12 5.2.5. Konsumsi Bahan Bakar Per-Moda Transportasi ... V-14

(4)

Daftar Isi-3 5.2.6. Konsumsi Energi Per-Moda Transportasi ... V-14 5.2.7. Konsumsi Gasoline di Indonesia ... V-15 5.3. Statistik Energi Transportasi Darat ... V-17 5.3.1. Konsumsi Bahan Bakar untuk Mobil Penumpang di Indonesia ... V-24 5.3.2. Konsumsi Bahan Bakar untuk Bus di Indonesia ... V-25 5.3.3. Konsumsi Bahan Bakar untuk Truk di Indonesia ... V-28 5.3.4. Konsumsi Bahan bakar untuk Sepeda Motor di Indonesia ... V-29 5.3.5. Intensitas energi pada Moda Pribadi ... V-30 5.3.6. Efisiensi Rata-rata Bahan Bakar pada Mobil Pribadi dan Truk Ringan di Indonesia ... V-31 5.3.7. Intensitas energi pada Bus ... V-32 5.4. Statistik Energi Transportasi Laut ... V-33 5.5. Statistik Energi Transportasi Udara ... V-35 5.5.1. Konsumsi Bahan Bakar Angkutan Udara yang bersertifikasi ... V-38 5.5.2. Intensitas energi pada Angkutan Udara Bersertifikasi ... V-39 5.6. Statistik Energi Transportasi Perkeretaapian ... V-39 5.6.1. Kebutuhan Energi Kereta Api ... V-40 5.6.2. Konsumsi Bahan Bakar Kereta Api Kelas Eksekutif ... V-41 5.6.3. Intensitas Energi pada Pelayanan Jalan Rel Kelas 1 ... V-43 5.7. Emisi Lingkungan Sektor Transportasi ... V-44

5.7.1. Standar Sertifikasi Nasioanal Emisi Pembuangan untuk Kendaraan Ringan yang Baru Diproduksi Berbahan-bakar Bensin dan Solar ... V-50 5.7.2. Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru dan Kendaraan

Bermotor yang sedang Diproduksi (Current Production) dengan Penggerak Motor Bakar Cetus Api Berbahan Bakar Bensin ... V-51 5.7.3. Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru dan Kendaraan

Bermotor yang sedang Diproduksi (Current Production) dengan Penggerak Motor Bakar Penyalaan Kompresi (Diesel) ... V-52 5.7.4. Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru dan Kendaraan

Bermotor yang sedang Diproduksi (Current Production) dengan Penggerak Motor Bakar Cetus Api Berbahan Bakar Gas (LPG/CNG) ... V-54 5.7.5. Perbandingan Emisi dari Kendaraan Berbahan Bakar dengan Solar ... V-55 5.7.6. Jumlah Bahan Bakar Terbuang per Kepala per Tahun ... V-56 5.7.7. Perkembangan Polusi Udara di Wilayah Statistikal Metropolitan ... V-57 5.7.8. Pembagian Tiap Sektor Emisi Karbon Dioksida Indonesia dari Penggunaan Energi . ... V-58 5.7.9 Tumpahan Minyak yang Berdampak bagi Perairan Indonesia ... V-59 5.7.10.Konstruksi Pelindung Kebisingan bagi Jalan Raya ... V-59 5.7.11.Bahan Bakar Terbuang Akibat Kemacetan Lalu Lintas ... V-60

(5)

Daftar Isi-4 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan... VI-1 6.2. Saran ... VI-37

(6)

Daftar Gambar-1

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Pendekatan Pola Pikir ... II-2 Gambar 2.2. Metodologi kerja ... II-7 Gambar 3.1. Konsumsi energi pers ektor di Amerika Serikat ... IIII-8 Gambar 3.2. Konsumsi energi semua sector (total) di Amerika Serikat ... III-9 Gambar 3.3. Konsumsi energi semua sector transportasi diAmerika Serikat ... III-9 Gambar 3.4. Konsumsienergi sector tansportasi per moda di AmerikaSerikat ... III-11 Gambar 3.5. Konsumsienergi sector transportasi di Great Britain ... III-16 Gambar 3.6. Konsumsienergi sector transportasi di UnitedKingdom... III-20 Gambar 3.7. Konsumsi energi oleh 27 negara di Eropa ... III-21 Gambar 3.8. Konsumsi energi oleh 24 negara di Eropa ... III-21 Gambar 3.9. Konsumsi energi oleh 14 negara di Eropa ... III-21 Gambar 4.1. KonsumsiBBM sektor transportasi di NAD ... III-2 Gambar 4.2. Konsumsi BBM sektortransportasi di Sumatera Utara ... IV-3 Gambar 4.3. Konsumsi BBM sector transportasi di Riau ... IV-4 Gambar 4.4. Konsumsi BBM sektortransportasi di Jambi ... IV-4 Gambar 4.5. Konsumsi BBM SektorTransportasi di Sumatera Barat ... IV-6 Gambar 4.6. Konsumsi BBM SektorTransportasi di Sumatera Selatan ... IV-7 Gambar 4.7. Konsumsi BBM SektorTransportasi di Lampung ... IV-8 Gambar 4.8. Konsumsi BBM SektorTransportasi di Bengkulu ... IV-9 Gambar 4.9. Konsumsi BBM SektorTransportasi di Banten ... IV-10 Gambar 4.10. Konsumsi BBM SektorTransportasi di Jawa Barat ... IV-11 Gambar 4.11. Konsumsi BBM SektorTransportasi di DKI Jakarta ... IV-12 Gambar 4.12. Konsumsi BBM SektorTransportasi di Jawa Tengah ... IV-13 Gambar 4.13. Konsumsi BBM SektorTransportasi di DI Yogyakarta ... IV-14 Gambar 4.14. Konsumsi BBM SektorTransportasi di Jawa Timur ... IV-14 Gambar 4.15. Konsumsi BBM SektorTransportasi di Bali ... IV-16

(7)

Daftar Gambar-2 Gambar 4.16. Konsumsi BBM Sektor Transportasi di Nusa Tenggara Barat ... IV-17 Gambar 4.17. Konsumsi BBM Sektor Transportasi di Nusa Tenggara Timur ... IV-18 Gambar 4.18. Konsumsi BBM Sektor Transportasi di Kalimantan Barat ... IV-19 Gambar 4.19. Konsumsi BBM Sektor Transportasi di Kalimantan Tengah ... IV-20 Gambar 4.20. Konsumsi BBM Sektor Transportasi di Kalimantan Selatan ... IV-21 Gambar 4.21. Konsumsi BBM Sektor Transportasi di Kalimantan Timur ... IV-22 Gambar 4.22. Konsumsi BBM Sektor Transportasi di Sulawesi Utara ... IV-23 Gambar 4.23. Konsumsi BBM Sektor Transportasi di Gorontalo ... IV-24 Gambar 4.24. Konsumsi BBM Sektor Transportasi di Sulawesi Selatan ... IV-24 Gambar 4.25. Konsumsi BBM Sektor Transportasi di Maluku Utara ... IV-26 Gambar 4.26. Konsumsi BBM Sektor Transportasi di Papua Barat ... IV-27 Gambar 4.27. Perbandingan Konsumsi Angkutan Laut di Wilayah Pelindo I ... IV-33 Gambar 4.28. Perbandingan Konsumsi Angkutan Laut di Wilayah Pelindo II ... IV-34 Gambar 4.29. Perbandingan Konsumsi Angkutan Laut di Wilayah Pelindo III ... IV-36 Gambar 4.30. Perbandingan Konsumsi Angkutan Laut di Wilayah Pelindo III ... IV-38 Gambar 4.31. Konsumsi Bahan Bakar oleh Transportasi Udara untuk Komersial ... IV-41 Gambar 4.32. Konsumsi Bahan Bakar oleh Transportasi Udara untuk Komersial ... IV-42 Gambar 4.33. Jalur Kereta Api di Pulau Sumatera ... IV-61 Gambar 4.34. Jumlah Energi Yang Dibutuhkan Oleh Kereta Api ... IV-62 Gambar 4.35. Emisi CO2di Propinsi Nangroe Aceh Darussalam (Ton) ... IV-71

Gambar 4.36. Emisi CO2di Propinsi Sumatera Utara ... IV-73

Gambar 4.37. Konsentrasi CO di Tepi Jalan Kota Medan ... IV-74 Gambar 4.38. Konsentrasi SO2 di Tepi Jalan Kota Medan ... IV-74

Gambar 4.39. Konsentrasi HC di Tepi Jalan Kota Medan ... IV-76 Gambar 4.40. Konsentrasi NO2 di Tepi Jalan Kota Medan ... IV-77

Gambar 4.41. Emisi CO2di Propinsi Riau ... IV-79

Gambar 4.42. Emisi CO2di Propinsi Sumatera Selatan ... IV-80

Gambar 4.43. Konsentrasi CO di Tepi Jalan Kota Palembang ... IV-82 Gambar 4.44. Konsentrasi SO2 di Tepi Jalan Kota Palembang ... IV-83

(8)

Daftar Gambar-3 Gambar 4.46. Konsentrasi NO2 di Tepi Jalan Kota Palembang ... IV-84

Gambar 4.47. Emisi CO2di Propinsi DKI Jakarta ... IV-86

Gambar 4.48. Konsentrasi CO di Tepi Jalan Kota Jakarta Pusat ... IV-87 Gambar 4.49. Konsentrasi SO2 di Tepi Jalan Kota Jakarta Pusat ... IV-88

Gambar 4.50. Konsentrasi HC di Tepi Jalan Kota Jakarta Pusat ... IV-89 Gambar 4.51. Konsentrasi NO2 di Tepi Jalan Kota Jakarta Pusat... IV-90

Gambar 4.52. Emisi CO2di Propinsi Jawa Barat ... IV-91

Gambar 4.53. Konsentrasi CO di Tepi Jalan Kota Bandung ... IV-93 Gambar 4.54. KonsentrasiSO2 di Tepi Jalan Kota Bandung ... IV-94

Gambar 4.55. Konsentrasi HC di Tepi Jalan Kota Bandung ... IV-94 Gambar 4.56. Konsentrasi NO2 di Tepi Jalan Kota Bandung ... IV-96

Gambar 4.57. Emisi CO2 di Propinsi Jawa Tengah ... IV-97

Gambar 4.58. Konsentrasi CO di Tepi Jalan Kota Semarang ... IV-98 Gambar 4.59. Konsentrasi SO2 di Tepi Jalan Kota Semarang ... IV-99

Gambar 4.60. Konsentrasi HC di Tepi Jalan Kota Semarang ... IV-100 Gambar 4.61. Konsentrasi NO2 di Tepi Jalan Kota Semarang ... IV-101

Gambar 4.62. Emisi CO2 di Propinsi DI Yogyakarta ... IV-102

Gambar 4.63. Konsentrasi CO di Tepi Jalan Kota Yogyakarta ... IV-104 Gambar 4.64. Konsentrasi SO2 di Tepi Jalan Kota Yogyakarta ... IV-104

Gambar 4.65. Konsentrasi HC di Tepi Jalan Kota Yogyakarta ... IV-106 Gambar 4.66. Konsentrasi NO2 di Tepi Jalan Kota Yogyakarta ... IV-107

Gambar 4.67. Emisi CO2 di Propinsi Jawa Timur ... IV-108

Gambar 4.68. Konsentrasi CO di Tepi Jalan Kota Surabaya ... IV-110 Gambar 4.69. Konsentrasi SO2 di Tepi Jalan Kota Surabaya ... IV-111

Gambar 4.70. Konsentrasi HC di Tepi Jalan Kota Surabaya ... IV-112 Gambar 4.71. Konsentrasi NO2 di Tepi Jalan Kota Surabaya ... IV-113

Gambar 4.72. Emisi CO2 di Propinsi Kalimantan Timur ... IV-114

Gambar 4.73. Emisi CO2 di Propinsi Gorontalo ... IV-116

Gambar 4.74. Emisi CO2 di Propinsi Sulawesi Utara ... IV-117

(9)

Daftar Gambar-4 Gambar 5.1. Skema Sistem Penyediaan Energi ... V-2 Gambar 5.2 Hubungan Konsumsi Bahan Bakar dengan Jumlah Kapal ... V-34 Gambar 5.3 Produksi Angkutan Penumpang Udara 2004-2008 dan Target 2009 ... V-36 Gambar 5.4 Produksi Angkutan Barang Udara 2004-2008 dan Target 2009 ... V-36 Gambar 5.5 Hubungna Konsumsi Bahan Bakar dengan Panjang Lintasan Pelayanan ... V-41 Gambar 5.6 Hasil Regresi Emisi CO, SO2, dan HC ... V-49

(10)

Daftar Tabel - 1

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Kebutuhan BBM Nasional Tahun 1996 - 2002... II-12 Tabel 3.1. Prioritas Kebijakan Transportasi Dalam Rangka Penghematan Energi dan Pengurangan

Subsidi Bahan Bakar ... III-4 Tabel 3.2. Hasil proyeksi kebutuhan energi tahun 2010-20140 ... III-4 Tabel 3.3. Perkiraan kapasitas penyediaan berbagai sumber energi primer fosil dan terbarukan

2010-2040... III-6 Tabel 3.4. Konsumsi energi per sektor di Amerika Serikat (Quadrillion Btu)... III-8 Tabel 3.4. Konsumsi energi sektor transportasi berdasarkan moda di amerika Serikat (Quadrillion

Btu) ... III-10 Tabel 3.6. Konsumsi energi Sektor Transportasi di UK, 2004 ... III-17 Tabel 3.7. Konsumsi energi Sektor Transportasi di UK, 2006 ... III-18 Tabel 3.8. Konsumsi energi Sektor Transportasi di UK, 2007 ... III-19 Tabel 3.9. Konsumsi Energi Sektor Transportasi di Negara Eropa ... III-22 Tabel 4.1. Konsumsi BBM Sektor Transportasi di NAD (dalam kilo liter) ... IV-2 Tabel 4.2. Konsumsi BBM Sektor Transportasi di Sumatera Utara ... IV-3 Tabel 4.3. Konsumsi BBM Sektor Transportasi di Riau ... IV-4 Tabel 4.4. Konsumsi BBM Sektor Transportasi di Jambi ... IV-4 Tabel 4.5. Konsumsi BBM Sektor Transportasi di Sumatera Barat... IV-4 Tabel 4.6. Konsumsi BBM Sektor Transportasi di Sumatera Selatan... IV-6 Tabel 4.7. Konsumsi BBM Sektor Transportasi di Lampung ... IV-7 Tabel 4.8. Konsumsi BBM Sektor Transportasi di Bengkulu ... IV-8 Tabel 4.9. Konsumsi BBM Sektor Transportasi di Banten ... IV-9 Tabel 4.10. Konsumsi BBM Sektor Transportasi di Jawa Barat... IV-11 Tabel 4.11. Konsumsi BBM Sektor Transportasi di DKI Jakarta ... IV-12 Tabel 4.12. Konsumsi BBM Sektor Transportasi di Jawa Tengah... IV-13 Tabel 4.13. Konsumsi BBM Sektor Transportasi di DI Yogyakarta ... IV-14 Tabel 4.14. Konsumsi BBM Sektor Transportasi di Jawa Timur ... IV-14 Tabel 4.15. Konsumsi BBM Sektor Transportasi di Bali ... IV-16 Tabel 4.16. Konsumsi BBM Sektor Transportasi di Nusa Tenggara Barat ... IV-17 Tabel 4.17. Konsumsi BBM Sektor Transportasi di Nusa Tenggara Timur ... IV-18 Tabel 4.18. Konsumsi BBM Sektor Transportasi di Kalimantan Barat ... IV-19 Tabel 4.19. Konsumsi BBM Sektor Transportasi di Kalimantan Tengah ... IV-20 Tabel 4.20. Konsumsi BBM Sektor Transportasi di Kalimantan Tengah ... IV-21 Tabel 4.21. Konsumsi BBM Sektor Transportasi di Kalimantan Timur ... IV-22

(11)

Daftar Tabel - 2 Tabel 4.22. Konsumsi BBM Sektor Transportasi di Sulawesi Utara ... IV-23 Tabel 4.23. Konsumsi BBM Sektor Transportasi di Gorontalo ... IV-24 Tabel 4.24. Konsumsi BBM Sektor Transportasi di Sulawesi Selatan ... IV-24 Tabel 4.25. Konsumsi BBM Sektor Transportasi di Maluku Utara ... IV-26 Tabel 4.26. Konsumsi BBM Sektor Transportasi di Papua ... IV-27 Tabel 4.27. Perkembangan Muatan Angkutan Laut Dalam Negri (Nasional & Asing) Tahun

1988 - 2008 ... IV-28 Tabel 4.28. Perkembangan Muatan Angkutan Laut Luar Negri (Nasional & Asing) Tahun

1988 -2008 ... IV-28 Tabel 4.29. Perkembangan Muatan Angkutan Laut Luar Negeri (Naisonal & Asing) Tahun

1998 – 2008 ... IV-29 Tabel 4.30. Perkembangan Muatan Angkutan Muatan Luar Negeri (Nasional & Asing) tahun

1998 - 2008 ... IV-29 Tabel 4.31. Perkembangan Armada Nasional Tahun 1988 - 2008 ... IV-30 Tabel 4.32. Perkembangan Peusahaan Angkutan laut (Pelayaran, non Pelayaran &

pelayaran Rakyat) Tahun 1988 - 2008 ... IV-30 Tabel 4.33. Perkembangan Armada Charter Asing tahun 1988 - 2008 ... IV-31 Tabel 4.34. Jumlah Pelabuhan yang Dikelola PT. Pelabuhan Indonesia I ... IV-32 Tabel 4.35. Konsumsi bahan bakar oleh transportasi laut wilayah Pelindo I Tahuun 2006

hingga tahun 2009 ... IV-32 Tabel 4.36. Jumlah dan Kelas Pelabuhan yang dikelola PT. Pelabuhan Indonesia II ... IV-33 Tabel 4.37. Konsumsi bahan bakar oleh transportasi laut wilayah pelindo II tahun 2006

hingga tahun 2009 ... IV-34 Tabel 43.8. Jumlah dan kelas pelabuhan yang dikelola PT. Pelabuhan Indonesia II ... IV-34 Tabel 4.39. Konsumsi bahan bakar oleh transportasi laut wilayah pelindo III tahun 2006 –

2009 ... IV-36 Tabel 4.40. Jumlah pelabuhan yang dikelola PT. Pelabuhan Indonesia III ... IV-37 Tabel 4.41. Konsumsi bahan bakar oleh trasnportasi laut wilayah pelindo III tahun 2006 - 2009 ... IV-37 Tabel 4.42. Jenis maskapai di Indonesia dan jumlah armada yang dimiliki Tahun 2009 ... IV-39 Tabel 4.43. Jumlah penumpang dna keberangkatan pesawat transportasi udara di Indonesia ... IV-39 Tabel 4.44. Konsumsi energi oleh maskapai Garuda Indonesia ... IV-40 Tabel 4.45. Jumlah konsumsi bahan bakar oleh transportasi udara untuk komersial ... IV-41 Tabel 4.46. Jenis pelayanan KA Ekonomi Jarak Jauh ... IV-43 Tabel 4.47. Jenis Pelayanan KA Ekonomi Jarak Sedang ... IV-43 Tabel 4.48. Jenis Pelayanan KA Ekonomu Jarak Dekat/Lokal ... IV-44 Tabel 4.49. Jenis Pelayanan KRD Ekonomi... IV-44 Tabel 4.50. Jenis Pelayanan KRL Ekonomi ... IV-44 Tabel 4.51. KA Jarak Jauh ... IV-46

(12)

Daftar Tabel - 3 Tabel 4.52. KA Jarak Sedang ... IV-47 Tabel 4.53. KA Jarak Dekat ... IV-48 Tabel 4.54. KA Ekonomi dan KRD Non Jabodetabek ... IV-41 Tabel 4.55. KRL Jabotabek ... IV-43 Tabel 4.56. Produksi KA Penumpang ... IV-61 Tabel 4.57. Produksi KA Barang ... IV-61 Tabel 4.58. Produksi KM-Lok dan KM-KA ... IV-62 Tabel 4.59. Konsumsi Energi Spesifik Lokomotif ... IV-63 Tabel 4.60. Konsumsi Energi Spesifik untuk KRD dan KRDE ... IV-64 Tabel 4.61. Penggunan HSD Depo Lokomotif untuk Kereta Api di Jawa ... IV-64 Tabel 4.62. Kebutuhan HSD untuk KA di Jawa ... IV-64 Tabel 4.63. Kebutuhan HSD untuk KA di Sumatera Utara ... IV-64 Tabel 4.64. Kebutuhan HSD untuk KA di Sumatera Barat ... IV-64 Tabel 4.65. Kebutuhan HSD untuk KA di Sumatera Selatan ... IV-66 Tabel 4.66. Kebutuhan HSD untuk KA di Jawa ... IV-66 Tabel 4.67. Kebutuhan HSD untuk KA di Sumatera Utara ... IV-66 Tabel 4.68. Kebutuhan HSD untuk KA di Sumatera Selatan ... IV-67 Tabel 4.69. Total Konsumsi HSD PT KA (Persero) ... IV-67 Tabel 4.70. Produksi KRL Jabodetabek Tahun 2009 ... IV-67 Tabel 4.71. Produksi KRL Tahun 2004 - 2008 ... IV-67 Tabel 4.72. Konsumsi Energi KRL Jabodetabek Tahun 2004 - 2008 ... IV-68 Tabel 4.73. Armada KRL non AC ... IV-68 Tabel 4.74. Armada KRL AC ... IV-69 Tabel 4.75. Emisi CO2di ProVnsi Nangroe Aceh Darussalam (Ton) ... IV-71 Tabel 4.76. Emisi CO2di ProVnsi sumatera Utara (Ton) ... IV-72 Tabel 4.77. Konsentrasi CO di Tepi Jalan Kota Medan ... IV-74 Tabel 4.78. Konsentrasi SO2 di tepi Jalan Kota Medan ... IV-74 Tabel 4.79. Konsentrasi HC di Tepi Jalan Kota Medan ... IV-76 Tabel 4.80. Konsentrasi NO2 di Tepi Jalan Kota Medan ... IV-77 Tabel 4.81. Emisi CO2 di ProVnsi Riau ... IV-78 Tabel 4.82. Emisi CO2 di ProVnsi Sumatera Selatan ... IV-80 Tabel 4.83. Konsentrasi CO di Tepi Jalan Kota Palembang ... IV-81 Tabel 4.84. Konsentrasi SO2 di Tepi Jalan Kota Palembang ... IV-82 Tabel 4.85. Konsentrasi HC di Tepi Jalan Kota Palembang ... IV-83 Tabel 4.86. Konsentrasi NO2 di Tepi Jalan Kota Palembang ... IV-84 Tabel 4.87. Emisi CO2 di ProVnsi DKI Jakarta ... IV-84 Tabel 4.88. Konsentrasi CO di Tepi Jalan Kota Jakarta Pusat ... IV-87 Tabel 4.89. Konsentrasi SO2 di Tepi Jalan Kota Jakarta Pusat ... IV-88

(13)

Daftar Tabel - 4 Tabel 4.90. Konsentrasi HC di Tepi Jalan Kota Jakarta Pusat... IV-89 Tabel 4.91. Konsentrasi NO2 di Tepi Jalan Kota Jakarta Pusat ... IV-90 Tabel 4.92. Emisi CO2 di ProVnsi Jawa Barat ... IV-91 Tabel 4.93. Konsentrasi CO di Tepi Jalan Kota Bandung ... IV-92 Tabel 4.94. Konsentrasi SO2 di Tepi Jalan Kota Bandung ... IV-94 Tabel 4.95. Konsentrasi HC di Tepi Kota Bandung ... IV-94 Tabel 4.96. Konsentrasi NO2 di Tepi Jalan Kota Bandung ... IV-94 Tabel 4.97. Emisi CO2 di ProVnsi Jawa Tengah ... IV-97 Tabel 4.98. Konsentrasi CO di Tepi Jalan Kota Semarang ... IV-98 Tabel 4.99. Konsentrasi SO2 di Tepi Jalan Kota Semarang ... IV-99 Tabel 4.100. Konsentrasi HC di Tepi Kota Semarang ... IV-100 Tabel 4.101. Konsentrasi NO2 di Tepi Jalan Kota Semarang ... IV-101 Tabel 4.102. Emisi CO2 di ProVnsi DI Yogyakarta ... IV-102 Tabel 4.103. Konsentrasi CO di Tepi Jalan Kota Yogyakarta ... IV-103 Tabel 4.104. Konsentrasi SO2 di Tepi Jalan Kota Yogyakarta ... IV-104 Tabel 4.105. Konsentrasi HC di Tepi Kota Yogyakarta ... IV-104 Tabel 4.106. Konsentrasi NO2 di Tepi Jalan Kota Yogyakarta ... IV-106 Tabel 4.107. Emisi CO2 di ProVnsi Jawa Timur ... IV-108 Tabel 4.108. Konsentrasi CO di Tepi Jalan Kota Surabaya ... IV-109 Tabel 4.109. Konsentrasi SO2 di Tepi Jalan Kota Surabaya ... IV-110 Tabel 4.110. Konsentrasi HC di Tepi Kota Surabaya ... IV-111 Tabel 4.111. Konsentrasi NO2 di Tepi Jalan Kota Surabaya ... IV-112 Tabel 4.112. Emisi CO2 di ProVnsi Kalimantan Timur ... IV-114 Tabel 4.113. Emisi CO2 di ProVnsi Gorontalo ... IV-114 Tabel 4.114. Emisi CO2 di ProVnsi Sulawesi Utara ... IV-117 Tabel 4.115. Emisi CO2 di ProVnsi Papua ... IV-118 Tabel 5.1. Produksi, Impor, dan Ekspor Bahan Bakar Minyak di Indonesia ... V-8 Tabel 5.2. Konsumsi Energi dari Sumber Primer per Sektor ... V-10 Tabel 5.3. Konsumsi Energi dari Sumber Primer per Sektor (dengan Biomassa) ... V-10 Tabel 5.4. Kebutuhan Domestik untuk Produksi Minyak Olahan per Sektor di Indonesia ... V-12 Tabel 5.4. Konsumsi Energi Sektor Transportasi di Indonesia ... V-13 Tabel 5.6. Konsumsi bahan bakar per moda transportasi ... V-14 Tabel 5.7. Konsumsi Energi per Moda Transportasi ... V-14 Tabel 5.8. Konsumsi Gasoline di Indonesia ... V-14 Tabel 5.9. Jumlah Penduduk dan Panjang Jalan ... V-18 Tabel 5.10. Pasokan Premium dan Jumlah Kendaraan ... V-18 Tabel 5.11. Pasokan Solar dan Jumlah Kendaraan ... V-19 Tabel 5.12. Hasil Analisis Regresi (1) ... V-21

(14)

Daftar Tabel - 5 Tabel 5.13. Hasil Analisis Regresi (2) ... V-22 Tabel 5.14. Hasil Analisis Regresi (3) ... V-23 Tabel 5.14. Jumlah Konsumsi Energi Mobil Penumpang ... V-24 Tabel 5.16. Jumlah Konsumsi Energi Mobil Penumpang ... V-24 Tabel 5.17. Jumlah Konsumsi Energi Bus ... V-27 Tabel 5.18. Konsumsi Bahan Bakar untuk Truk di Indonesia ... V-28 Tabel 5.19. Konsumsi Energi Sepeda Motor di Indonesia ... V-29 Tabel 5.20. Konsumsi Bahan Bakar Moda Laut dan Jumlah Kapal ... V-34 Tabel 5.21. Konsumsi Bahan Bakar Angkutan Udara ... V-38 Tabel 5.22. Konsumsi Energi Moda Kereta Api dan Panjang Lintas Layanan ... V-40 Tabel 5.23. Perbandingan Pemakaian BBM Antar Moda Angkutan ... V-42 Tabel 5.24. Konsumsi Energi dan Emisi CO2 ... V-47 Tabel 5.24. Analisis Emisi CO2 ... V-48 Tabel 5.26. Standar Sertifikasi Nasional Emisi Pembuangan untuk Kendaraan Ringan yang Baru

diproduksi Berbahan Bakar Bensin dan Solar ... V-51 Tabel 5.27. Kendaraan Bermotor Kategori M & N ... V-52 Tabel 5.28. Kendaraan Bermotor Kategori M & N ... V-53 Tabel 5.29. Kendaraan Bermotor Tipe M, N & O ... V-54 Tabel 5.30. Kendaraan Bermotor Kategori M & N ... V-54 Tabel 5.31. Kandungan Karbon dari setiap Bahan Bakar ... V-58 Tabel 5.32. Emisi Karbon Dioksida Indonesia dari Penggunaan Energi per Sektor ... V-59 Tabel 5.33. Bahan Bakar Terbuang oleh sepeda motor akibat Kemacetan Lalu Lintas ... V-61 Tabel 5.34. Bahan Bakar Terbuang oleh kendaraan ringan akibat Kemacetan

Lalu Lintas ... V-62 Tabel 5.35. Bahan Bakar Terbuang oleh kendaraan berat akibat Kemacetan Lalu Lintas V-63

Tabel 6.1. Daftar Data Statistik Konsumsi Energi Transportasi dan Lingkungan dan Program

Aksi ... VI-6 Tabel 6.2. Produksi, Impor, dan Ekspor Bahan Bakar Minyak di Indonesia ... VI-16 Tabel 6.3. Konsumsi Energi dari Sumber Primer per Sektor ... VI-18 Tabel 6.4. Konsumsi Energi dari Sumber Primer per Sektor (dengan Biomassa) ... VI-18 Tabel 6.4. Kebutuhan Domestik untuk Produksi Minyak Olahan per Sektor di Indonesia ... VI-19 Tabel 6.6. Konsumsi Energi Sektor Transportasi di Indonesia ... VI-20 Tabel 6.7. Konsumsi bahan bakar per moda transportasi ... VI-21 Tabel 6.8. Konsumsi Energi per Moda Transportasi ... VI-22 Tabel 6.9. Konsumsi Gasoline di Indonesia ... VI-23 Tabel 6.10. Jumlah Konsumsi Energi Mobil Penumpang ... VI-24 Tabel 6.11. Jumlah Konsumsi Energi Bus ... VI-26 Tabel 6.12. Konsumsi Bahan Bakar untuk Truk di Indonesia ... VI-27

(15)

Daftar Tabel - 6 Tabel 6.13. Konsumsi Energi Sepeda Motor di Indonesia ... VI-28 Tabel 6.14. Konsumsi Bahan Bakar Moda Laut dan Jumlah Kapal ... VI-29 Tabel 6.14. Konsumsi Bahan Bakar Angkutan Udara ... V-30 Tabel 6.16. Standar Sertifikasi Nasional Emisi Pembuangan untuk Kendaraan Ringan yang Baru

Diproduksi Berbahan Bakar Bensin dan Solar ... VI-31 Tabel 6.17. Kendaraan Bermotor Kategori M & N ... VI-31 Tabel 6.18. Kendaraan Bermotor Kategori M & N ... VI-32 Tabel 6.19. Kendaraan Bermotor Tipe M, N & O ... VI-33 Tabel 6.20. Kendaraan Bermotor Kategori M & N ... VI-34 Tabel 6.21. Emisi Karbon Dioksida Indonesia dari Penggunaan Energi per Sektor ... VI-34 Tabel 6.22. Bahan Bakar Terbuang oleh sepeda motor akibat Kemacetan Lalu Lintas .... VI-35 Tabel 6.23. Bahan Bakar Terbuang oleh kendaraan ringan akibat Kemacetan

Lalu Lintas ... VI-36 Tabel 6.24.. Bahan Bakar Terbuang oleh kendaraan berat akibat Kemacetan Lalu Lintas VI-37

(16)

I-1

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Bagi suatu negara seperti Indonesia dengan bentuk negara kepulauan dan memiliki jumlah penduduk yang besar memerlukan pergerakan/transportasi yang tinggi. Pelayanan sektor transportasi merupakan kebutuhan pokok yang sangat penting (vital) bagi masyarakat untuk mendukung terpenuhinya kebutuhan yang paling pokok, yaitu sandang, pangan, dan papan. Peran transportasi itu tidak terlepas dari kebutuhan energi yang 90% berupa bahan bakar minyak (BBM). Konsumsi BBM transportasi di Indonesia cenderung tumbuh 8,6% per tahun, lebih besar dari pertumbuhan konsumsi rumah tangga (3,7%), pembangkit listrik (4,6%) dan sedikit lebih kecil dari pertumbuhan konsumsi industri sebesar 9,1% sedangkan cadangan BBM berbasis fosil (minyak bumi) yang non renewable resources sudah sangat terbatas sebesar 4,7 milyar barel atau hanya cukup untuk 15 tahun lagi apabila tidak ditemukan sumur-sumur minyak baru melalui eksplorasi dan bila tidak dilakukan diversifikasi energi. Konsumsi energi BBM sektor transportasi tersebut didominasi angkutan jalan yang mencapai 88% dari total pemakaian BBM sektor transportasi, utamanya solar dan bensin. Dengan meningkatnya jumlah kendaraan bermotor, dibutuhkan BBM yang cukup dengan kualitas lebih baik, tidak hanya berbasis fosil tetapi juga non fosil yang renewable yaitu berbasis nabati sebagai biofuel atau bioenergi yang ramah lingkungan. Pertumbuhan sektor transportasi diperkirakan masih cukup tinggi di masa yang akan datang, jumlah kendaraan yang bertambah setiap tahun (6–8) % terutama sepeda motor dan munculnya mobil yang semakin murah harganya (misalnya Tata Nano yang diperkirakan akan dipasarkan dengan harga USD 2.000 – 3.000) serta pertumbuhan perjalanan lebih besar dibanding pertumbuhan kendaraan terutama perjalanan yang menggunakan kendaraan pribadi berakibat kepada tingginya laju pertumbuhan permintaan akan BBM. Secara nasional konsumsi energi nasional diproyeksikan mencapai 66,3 juta kiloliter. Sampai dengan tahun 2006 terjadi peningkatan konsumsi BBM sebesar 66,29 juta kiloliter atau 1,02 persen. Kebijakan energi sektor transportasi berpedoman pada kebijakan energi nasional dan memperhatikan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2006 tanggal 25 Januari 2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain. Sedangkan konsep kebijakan transportasi dalam RPJMN 2010-2014 antara lain ditujukan

(17)

I-2 untuk mengembangkan sistem transportasi berkelanjutan (sustainable); mengurangi emisi gas rumah kaca; meningkatkan pengelolaan sistem informasi transportasi; serta meningkatkan ketangguhan terhadap perubahan iklim. Kebijakan untuk mengatasi dampak perubahan iklim tersebut pada tataran kegiatan sektor dan subsektor dipilah dalam wujud mitigasi dan adaptasi. Sedangkan sasaran yang ingin dicapai antara lain: meningkatkan sistem pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan untuk menyeimbangkan antara aspek utilitas dari sumber daya alam dengan aspek perlindungan fungsi-fungsi lingkungan sebagai pendukung sistem kehidupan.

Guna mewujudkan gambaran penggunaan energi transportasi diperlukan suatu basis data yang berkualitas, relevan dan representatif. Kebutuhan pengumpulan dan pengolahan data/informasi berkaitan dengan konsumsi energi sektor transportasi perlu dikembangkan di masa yang akan datang dalam rangka lebih memberikan informasi yang detail dan akurat. Salah satu pengembangan data sebagai acuan adalah dengan menyusun suatu statistik konsumsi energi transportasi. Ketersediaan data yang akurat, mutakhir, dan relevan merupakan bagian dari penetapan suatu kebijakan. Mengingat pentingnya peranan data/informasi tersebut, perlu disusun suatu informasi data statistik yang terstruktur.

Pembangunan transportasi berkelanjutan dilakukan dengan pengembangan teknologi transportasi yang ramah lingkungan, hemat energi, serta meningkatkan kinerja keselamatan dan pelayanan, sehingga pelayanan sektor transportasi dapat dilakukan secara efisien, hal ini sebagai mana diamanatkan dalam KM. 49 Tahun 2008 tentang RPJP Perhubungan Tahun 2005-2025 Bab III butir F poin 9 Dukungan kepada Sektor-sektor lain.

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud studi ini adalah mengadakan kajian dan analisis kebutuhan data dan informasi konsumsi energi transportasi yang memenuhi standar.

Tujuan studi ini adalah menyusun statistik konsumsi energi sektor transportasi untuk digunakan dalam penyelenggaraan pelayanan transportasi yang sejalan dengan kebijakan bidang energi.

1.3. SASARAN

Sasaran output yang harus dicapai dalam studi Pengembangan Statistik Konsumsi Energi Transportasi dan Lingkungan ini adalah tersusunnya statistik konsumsi energi transportasi yang memenuhi standar sejalan dengan kebijakan penyelenggaraan transportasi yang efektif dan efisien.

(18)

I-3

Sasaran outcome yang harus dicapai dalam studi Pengembangan Statistik Konsumsi Energi Transportasi dan Lingkungan, berupa terselenggaranya pelayanan transportasi yang sejalan dengan kebijakan bidang energi..

Sasaran impact yang harus dicapai dalam studi Pengembangan Statistik Konsumsi Energi Transportasi dan Lingkungan adalah terselenggaranya pelayanan transportasi yang efektif dan efisien serta memenuhi standar statistik konsumsi.

1.4. LINGKUP KEGIATAN

Kegiatan studi pengembangan statistik konsumsi energi transportasi dan lingkungan dibatasi hanya dalam lingkup penyiapan data dan informasi yang berkaitan dengan konsumsi energi transportasi dan lingkungan, meliputi :

a. Melakukan inventarisasi pergerakan penumpang dan barang secara nasional untuk setiap moda transportasi yang digunakan.

b. Melakukan identifikasi jenis dan jumlah sarana transportasi saat ini.

c. Melakukan identifikasi konsumsi energi sektor transportasi (setiap moda : motor, bus, truk, kereta api, laut dan udara) saat ini dan kecenderungan di masa yang akan datang. d. Melakukan estimasi konsumsi bahan bakar alternatif.

e. Melakukan identifikasi intensitas dan efisiensi energy transportasi.

f. Melakukan identifikasi permasalahan yang berkaitan dengan penggunaan energi di sektor transportasi.

g. Melakukan analisis potensi penghematan energi yang dapat dilakukan di sektor transportasi dan langkah-langkah dalam melakukan efisiensi penggunaan energi. h. Melakukan analisis konsep dan kebijakan energi sektor transportasi.

i. Menyusun statistik konsumsi energi sektor transportasi

1.5 LOKASI KEGIATAN

Wilayah yang dipilih sebagai lokasi studi kasus untuk pengumpulan data dan informasi mengenai konsumsi energi tranportasi dan lingkungan meliputi 26 (dua puluh enam) wilayah provinsi di Indonesia, yaitu Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu, Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, dan Papua.

(19)

I-4

1.6. KELUARAN

Keluaran yang diharapkan dari pekerjaan ini, meliputi laporan yang berisi tentang :

a. Pemetaan permasalahan dan identifikasi data dan informasi konsumsi energi transportasi di lokasi kajian yang dapat merepresentasikan kondisi secara umum.

b. Data statistik konsumsi energi transportasi yang memenuhi standar sejalan dengan kebijakan penyelenggaraan transportasi yang efektif dan efisien.

1.7. WAKTU PELAKSANAAN

Waktu yang diperlukan untuk melaksanakan studi Pengembangan Statistik Energi Transportasi dan Konsumsi adalah 8 (delapan) bulan atau 240 hari kalender, yang secara garis besar meliputi: (1) proses penyusunan metode kerja; (2) survey data dan inventarisasi data; (3) evaluasi dan analisis; dan (4) penyusunan statistik konsumsi energi dan rekomendasi, dengan keseluruhan tenaga ahli berjumlah 68 MM (Man-Month).

(20)

II

-1

PENDEKATAN POLA PIKIR &

METODOLOGI KERJA

2.1. PENDEKATAN POLA PIKIR

Penyusunan statistik konsumsi energi transportasi dan lingkungan digunakan dalam penyelenggaraan pelayanan transportasi yang sejalan dengan kebijakan bidang energi. Studi ini diharapkan dapat menghasilkan statistik konsumsi energi transportasi dan lingkungan yang memenuhi standar sejalan dengan kebijakan penyelenggaraan transportasi yang efektif dan efisien. Pendekatan pikir dalam studi ini didasarkan pada pengumpulan data statistik yang terstruktur berkaitan dengan konsumsi energi sektor transportasi dalam rangka lebih memberikan informasi yang detail dan akurat. Pendekatan pikir juga dibuat secara komprehensif dan hierarkis agar hasil dari studi ini menjadi lebih aplikatif, informatif, acceptable, akurat dan berkelanjutan. Pendekatan pikir yang diusulkan dalam melaksanakan studi pengembangan statistik konsumsi energi transportasi dan lingkungan dapat dilihat pada gambar 2.1 yang berdasar pada pola sistemik (input – proses – output – outcome – impact).

2.1.1. Input Pola Pikir

Input pada studi ini lebih menitikberatkan pada kegiatan kompilasi data dan informasi secara instansional. Selain itu juga diperjelas dengan melakukan diskusi dan wawancara dengan pihak-pihak terkait. Beberapa data dan informasi penting yang harus dikumpulkan adalah : A. Data Sekunder

a. Buku Statistik Indonesia, merupakan data statistik secara nasional yang menceritakan kondisi di masing-masing provinsi. Diharapkan buku ini akan membantu untuk melihat permasalahan energi transportasi secara nasional.

b. Buku Provinsi/Kabupaten/Kota Dalam Angka, merupakan data statistik yang dapat diperoleh melalui Kantor BPS pada masing-masing wilayah atau melalui website. Data

penting yang diperlukan dari buku ini terutama menyangkut masalah

demografi/kependudukan, data kepemilikan kendaraan, pendapatan regional domestik bruto (PDRB) dan energi.

(21)

II

-2

Gambar 2.1 Kerangka ber pikir penyusunan Pengembangan Statistik Konsumsi Energi

Transportasi dan Lingkungan

INPUT

P

R

OSE

S

OU

T

P

UT

OU

T

C

OM

E

II

M

P

AC

T

Terselenggaranya Pelayanan Transportasi yang Efektif

dan Efisien serta Memenuhi Standar Statistik Konsumsi

Kompilasi Data dan Informasi

1. Data pergerakan penumpang dan barang secara nasional untuk setiap moda transportasi yang digunakan

2. Data jenis dan jumlah sarana transportasi saat ini 3. Data konsumsi energi sektor transportasi

4. Data intensitas dan efisiensi energi transportasi 5. Data provinsi dalam angka

6. Data statistik perhubungan

Sektor Transportasi udara, darat&sungai, perkeretaapian, laut Pemanfaatan

Energi

Pengelolaan

Energi

UU No. 30 tahun 2007 Tentang Energi, Perpres 5/2006 tentang

kebijakan energi nasional, Inpres nomor 1 tahun 2006, KM. 49 tahun 2008 tentang RPJP Perhubungan tahun 2005-2025

Realisasi Konsumsi Energi

Transportasi

Terselenggaranya Pelayanan Transportasi yang Sejalan

dengan Kebijakan Bidang Energi

tidak

ya

Analisis konsep

kebijakan

Analisis potensi penghematan energi transportasi

Statistik Konsumsi Energi Transportasi

Analisis Pergerakan Penumpang dan Barang

Analisis Statistika Data Konsumsi Energi

Analisis Statistika Berganda

Evaluasi Emisi Lingkungan oleh energi

Transportasi

Penyusunan Statistik konsumsi Energi

Transportasi

(22)

II-3 c. Laporan Dinas Perhubungan Dalam Angka, hampir sama dengan buku dalam angka

keluaran BPS, hanya saja ini yang versi Dinas Perhubungan. Isinya tentang transportasi yang ada. Data penting yang diharapkan dapat diperoleh dari buku laporan ini, adalah jumlah kendaraan bermotor pada masing-masing daerah (sama dengan BPS) selama 5 (lima) tahun terakhir, kondisi angkutan umum (bus, kereta, pesawat dan kapal) yang mencakup jumlah penumpang dan barang serta frekuensi pergerakannya, simpul transportasi yang ada di daerah tersebut (stasiun, terminal, pelabuhan dan bandara). d. Jumlah BBM terjual pada masing-masing daerah (provinsi/kota), data ini dapat diperoleh

dari hasil penjualan di SPBU atau PT. Pertamina. Dengan adanya data rata-rata BBM terjual dalam satu wilayah, maka dapat diprediksi kebutuhan BBM untuk waktu mendatang.

e. Data OD Nasional yang menceritakan data pergerakan penumpang dan barang secara nasional untuk setiap moda transportasi yang digunakan. Indikator penting yang dicari adalah besarnya pergerakan orang dan barang.

f. Data jenis dan jumlah sarana transportasi saat ini, indikator yang dicari adalah jenis sarana transportasi untuk lintas darat,laut, dan udara yang ada saat ini. Dan jumlah tiap jenis sarana transportasi.

g. Data konsumsi energi sektor transportasi,yaitu data secara kuantitatif penggunaan konsumsi energi (bahan bakar) untuk sektor transportasi berupa penggunaan bahan bakar untuk sarana transportasi lintas darat,laut dan udara.

h. Estimasi konsumsi bahan bakar alternatif, yaitu data secara kuantitatif mengenai penggunaan energi alternatif untuk sektor transportasi berupa penggunaan bahan bakar alternatif untuk sarana transportasi lintas darat, laut dan udara.

i. Data intensitas dan efisiensi energi transportasi, indikator penting yang dicari adalah tingkat intensitas penggunaan bahan bakar untuk sektor transportasi dan juga tingkat efektifitasnya.

j. Pengalaman negara lain dalam penggunaan energi untuk transportasi. Data yang diperlukan berupa pengembangan dan pemanfaatan energi alternatif di sektor transaportasi dan kemungkinan pengembangannya di Indonesia. Dari data tersebut dapat dibandingkan sampai sejauhmana tingkat penggunaan energi alternatif dapat menggantikan peran bahan bakar fosil terutama bidang transportasi.

(23)

II-4 B. Data Primer

Data primer berupa data yang diperoleh langsung dari lapangan, data ini didapatkan dengan melakukan wawancara, terutama pengguna moda darat terkait dengan tingkat konsumsi energi yang dipergunakan. Teknik pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan kuesioner.

2.1.2. Proses Pola Pikir

Proses pola pikir pada studi ini lebih menitik beratkan pada kegiatan analisis dan evaluasi terhadap kajian teknis pemanfaatan energi dan dampak kegiatan transportasi terhadap ketersediaan energi. Kajian teknis pemanfaatan energi yang perlu dievaluasi agar didapatkan data dan informasi yang akurat, adalah :

a. Tingkat konsumsi energi dan bahan bakar alternatif sektor transportasi dikaitkan dengan pertumbuhan sarana transportasi.

b. Tingkat konsumsi energi dan bahan bakar alternatif sektor transportasi dikaitkan dengan pertumbuhan penduduk.

c. Tingkat konsumsi energi dan bahan bakar alternatif sektor transportasi dikaitkan dengan PDRB wilayah.

Beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan dalam proses analisis disesuaikan dengan kerangka acuan kerja meliputi:

a. Inventarisasi pergerakan penumpang dan barang secara nasional untuk setiap moda transportasi yang digunakan.

b. Identifikasi jenis dan jumlah sarana transportasi saat ini

c. Identifikasi konsumsi energi sektor transportasi (setiap moda : motor, bus, truk, kereta api, laut dan udara) saat ini dan kecenderungan di masa yang akan datang.

d. Estimasi konsumsi bahan bakar alternatif

e. Identifikasi intensitas dan efisiensi energy transportasi.

f. Identifikasi permasalahan yang berkaitan dengan penggunaan energi di sektor transportasi

g. Analisis potensi penghematan energi yang dapat dilakukan di sektor transportasi dan langkah-langkah dalam melakukan efisiensi penggunaan energi

(24)

II-5 2.1.3. Output Pola Pikir

Output Pola Pikir pada studi ini lebih menitik beratkan pada hasil keluaran yang nantinya digunakan untuk menyusun data tentang penggunaan energi sektor transportasi. Kegiatan ini berupa penyusunan statistik konsumsi energi sektor transportasi.

2.1.4. Outcome dan Impact Pola Pikir

Penyusunan studi “Pengembangan Statistik Konsumsi Energi Transportasi dan Lingkungan” diharapkan dapat mendorong terselenggaranya pelayanan transportasi yang sejalan dengan kebijakan bidang energi. Implementasi dari studi ini diharapkan akan berdampak terselenggaranya pelayanan transportasi yang efektif dan efisien serta memenuhi standar statistik konsumsi.

2.2. METODOLOGI KERJA

Metodologi kerja secara lengkap ditunjukkan dalam Gambar 2.2, yang terdiri atas 4 (empat) tahapan penting, yaitu:

1. Tahapan penyusunan metode kerja dan identifikasi masalah 2. Tahapan survei data dan informasi

3. Tahapan evaluasi dan analisis 4. Tahapan rekomendasi

2.2.1. Tahapan Penyusunan Metode Kerja dan Identifikasi Masalah

Tahapan penyusunan metode kerja dan identifikasi masalah lebih menitik beratkan pada telaah dan penelusuran identifikasi masalah yang berkaitan dengan: (1) formulasi legal penyelenggaraan jalan daerah; (2) formulasi kebijakan penyelenggaraan jalan daerah; (3) hasil studi , data dan informasi.

A. Formulasi legal

Formulasi legal mengenai energi sebagai landasan dan batasan dalam melakukan studi ini. Telaah dan penelusuran terhadap formulasi legal terkait studi pengembangan statistik konsumsi energi transportasi dan lingkungan antara lain:

Undang-undang Nomor. 30 Tahun 2007 tentang energi menjelaskan bahwa peranan energi sangat penting artinya bagi peningkatan kegiatan ekonomi dan ketahanan nasional, sehingga pengelolaan energi yang meliputi penyediaan, pemanfaatan, dan pengusahaannya harus dilaksanakan secara berkeadilan, berkelanjutan, rasional, optimal, dan terpadu. Studi ini merupakan sebagian usaha untuk menuju pengelolaan yang energi yang sesuai dengan undang-undang tersebut. Pasal 3 Undang-undang Nomor. 30 Tahun 2007 tentang energi

(25)

II-6 dijelaskan bahwa dalam rangka mendukung pembangunan nasional secara berkelanjutan dan meningkatkan ketahanan energi nasional, maka pengelolaan energi memiliki tujuan antara lain:

1. tercapainya kemandirian pengelolaan energi;

2. terjaminnya ketersediaan energi dalam negeri, baik dari sumber di dalam negeri maupun di luar negeri;

3. terjaminnya pengelolaan sumber daya energi secara optimal, terpadu, dan berkelanjutan; 4. termanfaatkannya energi secara efisien di semua sektor.

Pasal 21 ayat 1 (satu) menjelaskan bahwa Pemanfaatan energi dilakukan berdasarkan asas dengan:

a. mengoptimalkan seluruh potensi sumber daya energi;

b. mempertimbangkan aspek teknologi, sosial, ekonomi, konservasi, dan lingkungan; dan Pasal 21 ayat 2 (dua) menjelaskan bahwa Pemanfaatan energi baru dan energi terbarukan wajib ditingkatkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya.

Peraturan Presiden nomor.5 Tahun 2006 tentang kebijakan energi nasional menjelaskan bahwa untuk menjamin keamanan pasokan energi dalam negeri dan untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan, perlu menetapkan Kebijakan Energi Nasional sebagai pedoman dalam pengelolaan energi nasional. Keterkaitan studi ini dengan Peraturan Presiden nomor 5 Tahun 2006 bahwa studi dapat mendukung pembangunan yang berkelanjutan dengan menginformasikan statistik konsumsi energi yang akurat. Dalam pasal 2 (dua) Peraturan Presiden nomor 5 Tahun 2006 menjelaskan bahwa sasaran kebijakan energi nasional adalah:

1. Tercapainya elastisitas energi lebih kecil dari 1 (satu) pada tahun 2025.

2. Terwujudnya energi (primer) mix yang optimal pada tahun 2025, yaitu peranan masing-masing jenis energi terhadap konsumsi energi nasional, peranan tersebut antara lain: (1) minyak bumi menjadi kurang dari 20% (dua puluh persen); (2) gas bumi menjadi lebih dari 30% (tiga puluh persen); (3) batubara menjadi lebih dari 33% (tiga puluh tiga persen); (4) biofuel menjadi lebih dari 5% (lima persen); (5) panas bumi menjadi lebih dari 5% (lima persen); (6) energi baru dan terbarukan lainnya, khususnya, Biomasa, Nuklir, Tenaga Air Skala Kecil, Tenaga Surya, dan Tenaga Angin menjadi lebih dari 5% (lima persen); (7) Bahan Bakar Lain yang berasal dari pencairan batubara menjadi lebih dari 2% (dua persen).

(26)

II-6 Gambar 2.2. Metodologi kerja

Laporan Pendahuluan Laporan Antara Konsep Laporan Akhir Laporan Akhir

Tahap Persiapan Penyusunan Metode Kerja

dan Identifikasi Masalah

Tahap Survei dan

inventarisasi data Tahap evaluasi dan analisis

Tahap penyusunan statistik konsumsi energi dan rekomendasi Data hasil analisis Diagram dampak konsumsi energi transportasi terhadap kondisi transportasi saat ini dan di masa yang akan datang

PENYUSUNAN

STATISTIK

KONSUMSI

ENERGI

IDENTIFIKASI

MASALAH KONSUMSI

ENERGI

TRANSPORTASI DAN

LINGKUNGAN

Parameter, Faktor, dan Variabel Penting yang Berpengaruh Pengaruh Tata Guna Lahan Kebutuhan BBM Bidang

Transportasi Nasional

Faktor Pengaruh Konsumsi BBM Moda Transportasi Metode Statistika Formulasi Legal: UU 30/2007 tentang energi Perpres 5/2006 tentang kebijakan energi nasional Inpres 1/2006 tentang Biofuel Formulasi Kebijakan: RPJP Perhubungan Tahun 2005-2025 RPJMN 2010-2014

Hasil studi, data dan informasi:

KOMPILASI DATA DAN

INFORMASI

Data statistik: Data Statistik perhubu-ngan Data ekonomi: Potensi ekonomi wilayah dan pendapatan pendduduk (PDRB)

EVALUASI DAN

ANALISIS DATA DAN

INFORMASI

KONSUMSI ENERGI

Analisis teknis: Identifikasi intensitas dan efisiensi energi transportasi.

Identifikasi permasalahan penggunaan energi di sektor transportasi

Analisis konsumsi energi sektor transportasi dan estimasi bahan bakar alternatif

Inventarisasi pergerakan penumpang dan barang secara nasional untuk setiap moda transportasi

Analisis potensi penghematan energi di sektor transportasi dan langkah-langkah efisiensi penggunaan energi

Analisis teknis (lanjutan):

Identifikasi konsumsi energi sektor transportasi saat ini dan kecenderungan di masa yang akan datang.

Analisis konsep dan kebijakan energi sektor transportasi Identifikasi intensitas dan efisiensi energi transportasi.

Data lalulintas dan angkutan Teknis: Data Teknis Jaringan Jalan dan tata guna lahan

Data simpul transportasi Data pergerakan penumpang dan barang untuk semua moda transportasi

Data jumlah&jenis kend. Pribadi &angk. Umum

Data penerbangan & jenis pesawat Data peyeberangan/ pelayaran dan jenis kapal Rekomendasi

:

Tersedianya data-data statistik energi transportasi di masing-masing wilayah dan data statistik kebutuhan energi dari minyak bumi dan kebutuhan energi terbarukan (alternatif) di masa akan datang Terselenggara nya pelayanan transportasi yang sejalan dengan kebijakan bidang energi

(27)

II-8 Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2006 tentang Penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati (biofuel) sebagai bahan bakar lain menjelaskan bahwa perlunya mengambil langkah- langkah untuk melaksanakan percepatan penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati (biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain dan mendorong peningkatan pemanfaatan bahan bakar nabati (biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain di sektor transportasi. .Instruksi ini terkait dengan kondisi energi yang menjadi semakin banyak dibutuhkan tetapi ketersediaannya semakin sedikit. Studi mengenai statistik konsumsi energi ini dapat memberi kontribusi dalam pengaturan pemakaian energi.

B. Formulasi kebijakan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Perhubungan Tahun 2005-2025 Bab III butir F poin 9 Dukungan kepada Sektor-sektor lain. Pembangunan transportasi berkelanjutan dilakukan dengan pengembangan teknologi transportasi yang ramah lingkungan, hemat energi, serta meningkatkan kinerja keselamatan dan pelayanan, sehingga pelayanan sektor transportasi dapat dilakukan secara efisien.

konsep kebijakan transportasi dalam RPJMN 2010-2014 antara lain ditujukan untuk mengembangkan sistem transportasi berkelanjutan (sustainable); mengurangi emisi gas rumah kaca; meningkatkan pengelolaan system informasi transportasi; serta meningkatkan ketangguhan terhadap perubahan iklim. Kebijakan untuk mengatasi dampak perubahan iklim tersebut pada tataran kegiatan sector dan subsector dipilah dalam wujud mitigasi dan adaptasi.

C. Data dan informasi

1. Konsumsi energi transportasi

Sumber energi yang umum digunakan sektor transportasi di Indonesia adalah Bahan Bakar Minyak (BBM). Transportasi berwawasan lingkungan merupakan hal strategis, yaitu tata guna lahan yang diintegrasikan dengan transportasi, hingga meminimalkan biaya transportasi, mereduksi emisi gas buang dan pengurangan konsumsi BBM (Harun Al Rasyid et al, 2003). Energi fosil adalah jenis energi yang tak terbarukan, jenis energi ini dikenal sebagai Bahan Bakar Minyak (BBM). Cadangan BBM terbatas sifatnya, energi tak terbarukan, pada saatnya tidak dapat mencukupi kebutuhan/habis (Dephubdat, 2008). Perlu penghematan konsumsi BBM secara nasional terutama transportasi darat.

Konsumsi energi sektor transportasi biasanya diasosiasikan besarnya konsumsi BBM yang digunakan untuk produksi dan operasi kendaraan bermotor (United Nation Division for

(28)

II-9 Sustainable Development, 2003). Analisis konsumsi BBM transportasi penting dan strategis, sebagai upaya pengelolaan transportasi agar hemat BBM (Haryono Sukarto, 2006), juga bagi pengelolaan perekonomian negara dan pembangunan berkelanjutan.

Sektor transportasi tergantung BBM sekitar 50% dari konsumsi BBM dunia. Transportasi jalan raya mengkonsumsi 80% dari konsumsi transportasi. Tahun 2000, konsumsi BBM sektor transportasi dunia naik 25%, diproyeksikan kenaikkannya 90% sampai tahun 2030. Pertumbuhan ekonomi nasional, menyebabkan meningkatnya kepemilikan dan penggunaan kendaraan bermotor. Kepemilikan kendaraan pribadi meningkat secara tajam dibandingkan dengan kendaraan umum. Transportasi kota yang berkembang pesat adalah transportasi jalan raya dan paling banyak mengkonsumsi BBM, maka sub-sektor transportasi ini perlu mendapat perhatian dalam berbagai kebijakan, perencanaan, dan penelitian transportasi.

2. Parameter, Faktor dan Variabel Penting yang Berpengaruh

Konsumsi BBM untuk transportasi kota jalan raya dipengaruhi oleh faktor utama : karakteristik kendaraan; karakteristik jalan; aspek pengguna kendaraan; pengelolaan yang mengkoordinasikan ketiga unsur tersebut (Dephubdat, 2008).

Menurut Andry Tanara (2003), faktor yang mempengaruhi konsumsi BBM adalah: jumlah penduduk, panjang jalan, jumlah kepemilikan kendaraan, jumlah kendaraan berdasar bahan bakar, pendapatan perkapita. Sedangkan menurut Dail Umamil Asri, Budi Hidayat (2005), kebutuhan BBM dipengaruhi oleh atribut kendaraan, jalan, dan regional pengoperasiannya. Konsumsi BBM juga dipengaruhi oleh: efektifitas pemakaian kendaraan; rata-rata perjalanan per hari; frequensi pemakaian kendaraan; panjang perjalanan; konsumsi bahan bakar/jenis kendaraan. Selain menambah beban lalu lintas, kendaraan umur tua dapat meningkatkan penggunaan BBM.

Menurut Iskandar Abubakar (2001), pemborosan BBM disebabkan: pertambahan jumlah angkutan, tidak adanya angkutan umum yang nyaman dan terjangkau, terutama di kota besar, sehingga mendorong masyarakat menggunakan mobil pribadi, faktor perawatan kendaraan dan cara mengemudi yang benar tidak banyak diterapkan pengguna jalan dan pemilik kendaraan, akhirnya menimbulkan boros energi. Lebih rinci, sistem transportasi kota terhadap konsumsi BBM dipengaruhi oleh faktor-faktor:

1) Struktur kota dan demand: jumlah penduduk, kepadatan penduduk, tata guna lahan, PDRB;

2) Sistem transportasi dan supply : panjang jalan, pola jaringan jalan, pelayanan angkutan umum, kondisi jalan, kecepatan kendaraan, Demand : jumlah kendaraan, panjang perjalanan; dan

(29)

II-10 3) Konsumsi BBM : solar, premium, pertamax, pertamax.

3. Pengaruh Tata Guna Lahan

Menurut Mitchel (2003), pengaruh pola pertumbuhan kota yang berkembang dengan pola struktur konsentrik (pusat kota tunggal) lebih hemat dalam konsumsi BBM dibandingkan dengan struktur kota dengan banyak pusat kota. Tetapi terdapat pandangan konservatif yang mengatakan bahwa tata guna lahan sekarang tidak akan banyak berubah meskipun terjadi perubahan dalam sistem transportasi umum. Kenyataan empiris selalu membuktikan bahwa pola tata guna lahan memiliki korelasi yang kuat dengan transportasi kota karena tata guna lahan menentukan besaran dan distribusi pergerakan yang berpengaruh terhadap gerak perjalanan, moda angkutan yang digunakan dan konsumsi BBM.

Pengaruh tata guna lahan terhadap sistem transportasi kota (konsumsi BBM), tidak hanya terjadi dari jenis penggunaan lahan, tetapi juga dari kepadatan penduduk. Agar integrasi antara tataguna lahan dan trasportasi dapat berjalan dengan baik maka perlu peningkatan akses menuju ke angkutan publik, memperpendek perjalanan dan mengurangi kepemilikan kendaraan (Departement of Urban Affairs Planning, 2002; Ales Sarec, 1998). Peningkatan kepadatan penduduk lebih memungkinkan terjadi mix use. Pada daerah dengan kepadatan penduduk rendah, penggunaan BBM per kapita semakin tinggi, sebaliknya pada daerah dengan kepadatan penduduk tinggi, penggunaan BBM per kapita semakin rendah, (J. Kenworthy, 2002).

Jenis tata guna lahan di daerah perkotaan pada jam-jam tertentu menjadi tujuan dan asal gerakan transportasi dan arahnya akan berbalik pada jam-jam tertentu lain. Semakin beragam tata guna lahan di bagian wilayah kota semakin tinggi interaksi yang terjadi. Sedangkan kawasan pusat kota merupakan daerah padat, dengan jarak perjalanan relatif pendek dan umumnya dapat ditempuh dengan berjalan kaki (tidak tergantung dari kendaraan bermotor), sehingga konsumsi BBM semakin rendah Penggunaan kendaraan pada masyarakat dengan income lebih tinggi, cenderung lebih lama dan lebih banyak dibanding masyarakat lainnya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dari Xiao Luo (2007). Pengaruh tata guna lahan tidak hanya pada jenis dan intensitasnya tetapi juga daya tarik dan daya dorong kegiatan lalu lintas sebagai wujud dari interaksi tata ruang sehingga menjadi daya bangkit lalu lintas. Untuk mengoptimasikan model lahan, maka harus diintegrasikan antara transportasi, tata guna lahan, dan lingkungannya.

(30)

II-11 4. Kebutuhan BBM Bidang Transportasi Nasional

Peran dominan minyak bumi (BBM) dalam memenuhi kebutuhan energi di Indonesia masih tetap besar dengan angka rata-rata di atas 60 % dari total konsumsi energi nasional. Secara sektoral, konsumsi energi di Indonesia yang terbesar adalah pada sektor transportasi, berikutnya adalah sektor industri, dan terakhir adalah sektor rumah tangga. Pada awal Pelita I (tahun 1969 / 1970), sektor rumah tangga merupakan pengguna energi terbesar di Indonesia. Pada perkembangan selanjutnya, sektor transportasi dan sektor industri telah melampaui sektor rumah tangga.

Peningkatan konsumsi energi pada sektor transportasi dan industri yang jauh lebih cepat dari pada sektor sektor rumah tangga disebabkan peningkatan industrialisasi di Indonesia. Peningkatan konsumsi energi ini mengakibatkan konsumsi BBM meningkat dengan pesat pula, terutama pada sektor transportasi. Kebijakan pengendalian harga BBM " pada tingkat yang terjangkau oleh masyarakat banyak " melalui instrumen subsidi telah menempatkan pemerintah pada posisi yang tidak menguntungkan. Krisis ekonomi, yang berdampak pada jatuhnya nilai tukar rupiah dan terpuruknya kemampuan ekonomi pemerintah, menyebabkan subsidi BBM menjadi beban berat dalam RAPBN.

Usaha menuju penghapusan subsidi BBM secara bertahap menghadapi tantangan dampak sosial, politik dan ekonomi yang besar, sehingga pertanyaan yang relevan saat ini bukan lagi perlu tidaknya subsidi BBM dihapus, melainkan bagaimana cara menghapuskan subsidi dengan meminimalkan dampak-dampak negatif yang timbul. Harga energi harus ditempatkan pada tempat yang proporsional, sesuai dengan harga ekonominya. Untuk itu, harga BBM di Indonesia harus memperhatikan:

a. Kepentingan produsen, b. Kepentingan konsumen, c. Kepentingan pemerintah.

Potensi untuk melakukan efisiensi energi di Indonesia, masih sangat terbuka. Indikasi besarnya potensi untuk melakukan efisiensi BBM atau konservasi BBM ada dua, yaitu perkembangan intensitas tingkat konsumsi BBM dan persentase pertumbuhan ekonomi. Apalagi pada waktu sebeluni krisis ekonomi, dimana tingkat pertumbuhan ekonomi mencapai lebih dari 8 % pertahun dan pertumbuhan intensitas konsumsi energi 9 %. Selama krisis ekonomi penurunan konsumsi energi hanya terjadi pada tahun periode 1997 / 1998 akibat nenurunnya kegiatan di semua sektor ekonomi. Pada tahun berikutnya, konsumsi energi kembali meningkat dengan pesat, meskipun pertumbuhan ekonomi masih sangat kecil, seperti terlihat pada Tabel 2.1.

(31)

II-12 Tabel 2.1. Kebutuhan BBM Nasional Tahun 1996 - 2002.

Tahun Kebutuhan BBM (kiloliter)

1996 46.700.000 1997 45.300.000 1998 47.600.000 1999 49.200.000 2000 52.700.000 2001 54.800.000 2002 56.000.000

Sumber: Ditjen Migas 2001

5. Faktor Pengaruh Konsumsi BBM Moda Transportasi

Konsumsi BBM Moda Transportasi dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut diidentifikasi berdasarkan moda transportasi:

Moda Jalan Raya dan Rel

- Rasio penggunaan BBM untuk berbagai tipe kendaraan - Kecepatan perjalanan

- Jarak perjalanan

- Penggunaan AC/non AC - Beban kendaraan dan muatan Moda Laut

- Rasio penggunaan BBM untuk berbagai tipe kapal - Ukuran mesin - Jumlah mesin - Tonage kapal - Kecepatan operasional - Jarak perjalanan Moda Udara

- Rasio penggunaan BBM untuk berbagai tipe pesawat - Ukuran mesin

- Jumlah mesin

- Maximum Take Off Weight (MTOW) - Kecepatan jelajah

(32)

II-13 6. Metoda Statistika

Statistika adalah ilmu yang mempelajari bagaimana merencanakan, mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasi, dan mempresentasikan data. Singkatnya, statistika adalah ilmu yang berkenaan dengan data. Istilah 'statistika' (bahasa Inggris: statistics) berbeda dengan 'statistik' (statistics). Statistika merupakan ilmu yang berkenaan dengan data, sedang statistik adalah data, informasi, atau hasil penerapan algoritma statistika pada suatu data. Dari kumpulan data, statistika dapat digunakan untuk menyimpulkan atau mendeskripsikan data; ini dinamakan statistika deskriptif. Sebagian besar konsep dasar statistika mengasumsikan teori probabilitas. Beberapa istilah statistika antara lain: populasi, sampel, unit sampel, dan probabilitas.

Statistika banyak diterapkan dalam berbagai disiplin ilmu, baik ilmu-ilmu alam (misalnya astronomi dan biologi maupun ilmu-ilmu sosial (termasuk sosiologi dan psikologi), maupun di bidang bisnis, ekonomi, dan industri). Statistika juga digunakan dalam pemerintahan untuk berbagai macam tujuan; sensus penduduk merupakan salah satu prosedur yang paling dikenal. Aplikasi statistika lainnya yang sekarang popular adalah prosedur jajak pendapat atau polling (misalnya dilakukan sebelum pemilihan umum), serta jajak cepat (perhitungan cepat hasil pemilu) atau quick count. Di bidang komputasi, statistika dapat pula diterapkan dalam pengenalan pola maupun kecerdasan buatan.

Dalam mengaplikasikan statistika terhadap permasalahan sains, industri, atau sosial, pertama-tama dimulai dari mempelajari populasi. Makna populasi dalam statistika dapat berarti populasi benda hidup, benda mati, ataupun benda abstrak. Populasi juga dapat berupa pengukuran sebuah proses dalam waktu yang berbeda-beda, yakni dikenal dengan istilah deret waktu. Dalam studi ini berupa populasi pemakai energi transportasi. Melakukan pendataan (pengumpulan data) seluruh populasi dinamakan sensus. Sebuah sensus tentu memerlukan waktu dan biaya yang tinggi. Untuk itu, dalam statistika seringkali dilakukan pengambilan sampel (sampling), yakni sebagian kecil dari populasi, yang dapat mewakili seluruh populasi. Analisis data dari sampel nantinya digunakan untuk menggeneralisasi seluruh populasi. Jika sampel yang diambil cukup representatif, inferensial (pengambilan keputusan) dan simpulan yang dibuat dari sampel dapat digunakan untuk menggambarkan populasi secara keseluruhan. Metode statistika tentang bagaimana cara mengambil sampel yang tepat dinamakan teknik sampling.

Analisis regresi linier berganda ialah suatu alat analisis dalam ilmu statistik yang berguna untuk mengukur hubungan matematis antara lebih dari 2 peubah. Bentuk umum persamaan regresi linier berganda dapat dilihat pada persamaan (1) :

(33)

II-14 2.2.2. Tahapan Survai Data dan Informasi

Pada tahap ini konsultan akan akan melakukan pencarian data dengan metode survei dan forum diskusi. Survei yang dilakukan berdasarkan area random sampling. Survei dilakukan di 26 propinsi di Indonesia, yaitu Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu, Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, dan Papua. Sedangkan analisis yang dilakukan didasarkan pada statistik inferensial.

A. Kebutuhan Data dan Informasi

Data-data yang diperlukan dalam studi terdiri dari data teknis, data ekonomi dan data statistik. Data-data tersebut didapatkan dengan melakukan survei lapangan atau ke instansi terkait.

1. Data Teknis, yaitu:

- Data simpul transportasi (bandara, terminal dan pelabuhan) - Data statistik perhubungan di masing-masing provinsi - Data provinsi dalam angka

- Data jumlah kendaraan pribadi dan angkutan umum - Data penerbangan dan jenis pesawat

- Data penyeberangan/pelayaran dan jenis kapal - Data pergerakan orang dan barang

- Data pelayanan dan jumlah angkutan jalan rel - Data lain yang diperlukan dalam proses studi. 2. Data Ekonomi yaitu data ekonomi wilayah (PDRB). 3. Data Statistik yaitu data statistik perhubungan.

Produk yang dihasilkan pada tahap ini berupa Laporan Antara, yang memuat data hasil survai dan analisis awal.

B. Perancangan Kuesioner Survei

Pada tahap ini akan dilakukan perancangan kuesioner survei yang mudah digunakan dan diterapkan, acceptable, dan merepresentasikan kebutuhan dalam studi ini. Kuesioner adalah daftar pertanyaan operasional yang ditanyakan pada responden terpilih untuk

(34)

II-15 menjawab hipotesis-hipotesis yang dikembangkan sesuai tujuan penelitian. Pertanyaan dalam kuesioner harus dapat mengumpulkan keterangan-keterangan responden yang diperlukan untuk menghasilkan indikator-indikator atau memenuhi rancangan tabulasi yang ingin dikaji. Langkah-langkah perancangan kuesioner adalah:

1. Merumuskan Masalah Penelitian

Persoalan penelitian adalah masalah-masalah yang membuat sesuatu aktifitas tidak berjalan dengan optimal. Masalah adalah ibarat penyakit dalam tubuh sehingga seeorang tidak dapat bekerja secara optimal.

2. Masalah harus diidentifikasi dengan jelas: - Masalah apa yang ingin diteliti ?

- Kenapa masalah itu penting diteliti ?

- Apakah masalah yang diusulkan mempunyai arti praktis ?

3. Mengkonstruksikan Kerangka Teoritis

- Teori memberikan penjelasan atas suatu gejala.

- Teori memberikan jawaban atas pertanyaan mengapa dan bagaimana.

Dalam teori, yaitu kalimat yang menggambarkan suatu gejala atau menyatakan suatu ide (gagasan) tertentu. Dalam konstruksi kerangka teori perlu diketahui teori-teori apa yang digunakan untuk topik atau masalah yang diteliti dan apa yang dijelaskan teori-teori tersebut.

Aspek-aspek penting yang harus ada dalam kuesioner disesuaikan dengan data yang diinginkan dari hasil survei. Aspek-aspek yang harus dicantumkan dalam kuesioner meliputi:

a. Jenis kendaraan yang dipakai oleh responden (sepeda motor, mobil, bus, truk) b. Jarak perjalanan dari tempat asal-tujuan

c. Kebutuhan bahan bakar untuk kegiatan transportasi dalam periode waktu tertentu (harian, mingguan)

d. Rasio antara jarak tempuh dengan konsumsi energi kendaraan yang dipergunakan (km/liter)

e. Pertanyaan mengenai penggunaan angkutan umum dan lain sebagainya. 2.2.3. Tahapan Evaluasi dan Analisis

Pada tahap evaluasi dan analisis menetapkan 3 (tiga) jenis kegiatan yaitu analisis pergerakan penumpang dan barang, analsis statistika dan evaluasi lingkungan.

(35)

II-16 A. Analisis teknis

Analisis teknis terdiri dari beberapa kegiatan yaitu (1) analisis konsumsi energi sektor transportasi dan estimasi bahan bakar alternatif; (2) analisis kebutuhan energi pada masing-masing moda secara nasional; dan (3) analisis potensi penghematan energi yang digunakan. Ketiga analisis ini dilakukan untuk mengetahui jumlah energi yang telah dikonsumsi selama 1 (satu) tahun dan memprediksi kebutuhan energi di massa akan datang serta untuk mengetahui langkah-langkah penghematan energi yang dapat dilakukan.

Sebagaimana disampaikan dalam Kerangka Acuan Kerja, bahwa kegiatan analisis teknis yang perlu dilakukan meliputi:

1. Inventarisasi pergerakan penumpang dan barang secara nasional untuk setiap moda transportasi yang digunakan.

Inventarisasi dilakukan dengan melihat data sekunder dalam beberapa tahun terakhir di masing-masing daerah. Data tersebut kemudian dipergunakan untuk memprediksi pergerakan penumpang dan barang di masa mendatang. Forecasting dilakukan dengan menggunakan persamaan (2) :

s = jumlah maksimum

yt= jumlah penumpang/barang pada tahun ke t yo= jumlah penumpang/barang saat ini

ro=perkembangan

Pemodelan menggunakan prinsip four step model yang umumnya digunakan dalam modelling transport, seperti yang pertama dikembangkan oleh Ortuzar dan Wilumsen (1994), sebagaimana disajikan dalam Gambar 3.2

Secara umum tujuan pemodelan transportasi adalah untuk mengetahui perilaku atau karakteristik sistem transportasi, dalam arti bagaimana keterkaitan yang ada antara komponen-komponen sistem, untuk memprediksi perubahan yang mungkin terjadi pada karakteristik transport demand (misalnya arus lalu lintas) sebagai akibat dari perubahan yang terjadi pada komponen sistem (seperti perubahan tata guna lahan), dan sebagai alat analisis dan evaluasi berbagai alternatif.

Gambar

Gambar 3.4 Konsumsi energi sector tansportasi per moda di Amerika Serikat.
Gambar 3.4 Konsumsi energi sector tansportasi per moda di Amerika Serikat (lanjutan)010002000300040005000600070008000900010000198519901991 1992
Gambar 3.4 Konsumsi energi sector tansportasi per moda di Amerika Serikat (lanjutan)010002000300040005000600070008000900010000199319941995 1996
Gambar 3.4 Konsumsi energi sector tansportasi per moda di Amerika Serikat (lanjutan)010002000300040005000600070008000900010000199719981999 2000
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sistem lahan lembah aluvial, sistem lahan teras,sistem lahan dataran berbukit kecil dan sistem lahan kipas dan lahar (BKN, AMI, TWH, LBS, dan MKO,) dinilai sesuai marginal

Bagi peneliti selanjutnya maka diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi dan memberikan kontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang MSDM,

Selain menggunakan pendekatan permasalahan dengan menganalisis fungsi objektif dealer, Stoll (1978) serta Ho dan Stoll (1981) secara khusus me-model-kan dealer sebagai

Hasil penelitian diperoleh data bahwa sampel sayuran tomat terdapat residu pestisida dengan bahan aktif profenofos sebesar 0,0188 mg/kg, dan pada sampel sayuran

Tahapan kegiatan yang selanjutnya adalah pembelajaran mandiri. Pada pembelajaran mandiri mahasiswa melakukan praktik mengajar dengan ketentuan mengajar satu hari

- Setiap foto rontgen /Imaging harus dikonsultasikan dahulu kepada dokter spesialis radiologi dan dibuat expertisenya/pembacaannya kecuali kalau dokter spesialis Radiologi

Kepada Jemaat yang baru pertama kali mengikuti ibadah dalam Persekutuan GPIB Jemaat “Immanuel” Depok dan memerlukan pelayanan khusus, dapat menghubungi Presbiter

Pelaporan kasus surveilans AIDS yaitu dengan menggunakan formulir dari laporan penderita positif AIDS yang kemudian laporan kasus ini dikirim secepatnya tanpa menunggu suatu periode