• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORITIS"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

10

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Laporan Keuangan

Berdasarkan pendapat Slamet Munawir (2007), laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut.

Menurut Sugiyarso dan F. Winarni (2006), laporan keuangan merupakan daftar ringkasan akhir transaksi keuangan organisasi yang menunjukkan semua kegiatan operasional organisasi dan akibatnya selama tahun baku yang bersangkutan.

Menurut Soemarso (2002), pengertian laporan keuangan adalah laporan yang dirancang untuk para pembuat keputusan, terutama di luar perusahaan, mengenai posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan. Laporan keuangan terdiri dari Neraca, Perhitungan Laba-Rugi, dan Laporan perubahan posisi keuangan.

Berdasarkan pendapat Sawir (2005), media yang dapat dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan perusahaan adalah laporan keuangan yang terdiri dari neraca, perhitungan laba-rugi, ikhtisar labaa yang ditahan, dan laporan posisi keuangan. Laporan keuangan adalah proses akhir

(2)

akuntansi. Setiap transaksi dapat diukur dengan nilai uang, dicatat dan diolah sedemikian rupa. Laporan akhir pun disajikan dalam nilai uang.

Menurut pendapat Supangkat (2005), laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses pencatatan, penggabungan dan pengihtisaran semua transaksi yang dilakukan perusahaan dengan seluruh pihak terkait dengan kegiatan usahanya dan peristiwa penting yang terjadi di perusahaan.

Pengertian laporan keuangan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2007) adalah sebagai berikut: laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi Neraca, Laporan Laba-Rugi, Laporan Perubahan Posisi Keuangan (yang disajikan dalam berbagai cara, seperti misalnya, sebagai Laporan Arus Kas atau Laporan Arus Dana), catatan dalam laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa suatu laporan keuangan itu meliputi dua hal pokok, yaitu: Neraca dan Laporan Laba-Rugi. Neraca mencerminkan nilai aktiva, utang dan modal sendiri pada saat tertentu. Laporan Laba-Rugi mencerminkan hasil-hasil yang dicapai selama suatu periode tertentu, biasanya meliputi periode satu tahun.

(3)

2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan

Berdasarkan pendapat Ikatan Akuntansi Indonesia (2007), tujuan laporan keuangan adalah sebagai berikut:

1. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. 2. Laporan keuangan disusun untuk memnuhi kebutuhan bersama oleh

sebagian besar pemakainya, yang secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu.

3. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen atau pertanggung jawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.

2.1.3 Pemakai Laporan Keuangan

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2007), pemakai laporan keuangan meliputi investor, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaganya, dan masyarakat. Mereka menggunakan laporan keuangan umtuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda. Beberapa kebutuhan ini meliputi:

a. Investor

Penanam modal beresiko dan penasehat mereka berkepentingan dengan resiko yang melekat serta hasil pengembangan dari

(4)

investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar deviden

b. Karyawan

Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun, dan kesempatan kerja.

c. Pemberi pinjaman

Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.

d. Pemasok dan kerditor usaha lainnya

Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo.

e. Pelanggan

Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjanag dengan, atau tergantung pada

(5)

perusahaan. f. Pemerintah

Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawah kekuasaanya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan.

g. Masyarakat

Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara. Misalnya perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlidungan kepada penanam modal domestik.

2.1.4 Komponen Laporan Keuangan

Secara umum laporan keuangan terdiri dari beberapa bagian, yaitu: 1. Neraca, adalah laporan keuangan yang memperlihatkan jumlah dan

sifat aktiva, kewajiban dan ekuitas pemilik usaha pada saat tertentu. a. Aktiva, adalah sumber-sumber ekonomi yang dimiliki perusahaan

yang biasanya dinyatakan dalam satuan uang.

b. Kewajiban, adalah utang yang harus dibayar perusahaan dengan uang atau jasa pada suatu saat tertentu di masa yang akan datang.

c. Modal, adalah hak pemilik perusahaan atas kekeayaan perusahaan.

(6)

operasi perusahaan pada suatu periode waktu tertentu. Di dalamnya terdiri dari pendapatan dan beban.

a. Pendapatan, adalah aliran penerimaan kas/harta lain yang diterima dari konsumen sebagai hasil penjualan barang atau pemberian jasa.

b. Beban, adalah harga pokok barang yang dijual dan jasa-jasa yang dikonsumsi untuk menghasilkan pendapatan.

3. Laporan Perubahan Modal, adalah suatu daftar informasi yang menggambarkan tentang perubahan modal pemilik.

4. Laporan Arus Kas, adalah suatu daftar informasi yang melaporkan penerimaan dan pengeluaran kas entitas selama periode tertentu, serta dari mana kas datang dan bagaimana kas tersebut di belanjakan. Didalam laporan ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu: a. Aktivitas operasi, yang berhubungan dengan transaksi-transaksi

yang menghasilkan laba bersih.

b. Aktivitas investasi, yang berkaitan dengan akun-akun dalam aktiva tetap.

c. Aktivitas pendanaan, yang berkaitan dengan akun kewajiban dan ekuitas pemilik.

Berdasarkan pendapat Supangkat (2005), pada dasarnya perusahaan harus membuat tiga macam laporan keuangan, yaitu:

1. Neraca, adalah ringkasan mengenai posisi keuangan pada tanggal tertentu yang menunjukkan Aktiva sama dengan Kewajiban ditambah

(7)

Ekuitas. Aktiva terdiri atas aktiva lancar dan Aktiva tidak lancar, sedangkan Kewajiban terdiri atas kewajiban jangka pendek dan kewajibang jangka panjang.

2. Laporan Laba-Rugi, adalah ringkasan mengenai pendapatan dan biaya yang selisih antara keduanya akan menunjukkakn Laba atau Rugi yang diperoleh perusahaan selama periode tertentu.

3. Laporan Arus Kas, adalah ringkasan mengenai transaksi dalam bentuk kas yang berasal dari tiga macam kegiatan yang dilakukan perusahaan, yaitu kegiatan operasi, kegiatan investasi, dan kegiatan pendanaan.

2.1.5 Pasar Modal

Pasar modal merupakan bagian dari pasar keuangan. Pasar tersebut meliputi: (1) pasar uang (money market). (2) pasar modal (capital market). (3) lembaga pembiayaan lainnya. Pasar keuangan memainkan fungsi yaitu menyediakan mekanisme untuk menentukan harga aset keuangan, membuat aset keuangan lebih likuid dan mengurangi biaya peralihan aset. Dengan demikian pasar modal merupakan konsep yang lebih sempit dari pasar keuangan (capital market). Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pasar modal menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan dalam perekonomian suatu negara. Sehingga dapat dikatakan bahwa kinerja pasar modal merupakan salah satu indikator dari kondisi ekonomi suatu negara. Ini berarti pada saat kondisi ekonomi suatu negara

(8)

sedang mengalami pertumbuhan, maka kinerja pasar modal akan meningkat seiring dengan peningkatan kondisi ekonomi tersebut. Sebaliknya, pada saat kondisi ekonomi sedang menurun, kinerja pasar modal juga akan menurun.

Sunariyah (2007) berpendapat bahwa pasar modal adalah: ”Suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara di bidang keuangan serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar Dalam arti sempit pasar modal adalah suatu pasar (tempat) yang memperdagangkan saham, obligasi, dan jenis surat berharga lainnya dengan menggunakan jasa perantar pedagang”.

2.1.6 Investasi Di Pasar Modal

2.1.6.1 Pengertian Investasi

Pada dasarnya modal diinvestasikan karena satu alasan dasar, yaitu mendapatkan pengembaalian ekonomi masa depan yang mencukupi untuk memulihkn pengeluaran awal (Helfert, 2000). Dengan demikian seseorang akan mengalokasikan dananya untuk investasi dengan harapan akan menerima keuntungan di masa yang akan datang.

Sunariyah (2003) berpendapat tentang investasi bahwa “Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan dimasa-masa yang akan datang”. Jogiyanto (2000)

(9)

mendifinisikan investasi adalah “Penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan didalam produksi yang efisien selama periode waktu tertentu”.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa investasi merupakan penanaman modal atau dana yang digunakan dalam kegiatan ekonomi dengan harapan mendapatkan keuntungan dimasa yang akan datang.

2.1.7 Return On Equity (ROE)

Rentabilitas modal sendiri atau sering juga disebut ROE (Rate of Return on Equity), merupakan perbandingan antara laba sesudah pajak (dikurangi dividen saham preferen, jika ada) dengan ekuitas yang diinvestasikan pemegang saham pada perusahaan. Dimana laba yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas modal sendiri adalah laba usaha setelah dikurangi dengan bunga modal asing dan pajak perseroan atau income tax (EAT). Sedangkan modal yang diperhitungkan hanyalah modal sendiri yang bekerja dalam perusahaan. ROE merupakan indikator yang amat penting bagi para pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersih berkaitan dengan pembayaran deviden. Rasio ini memberitahukan kemampuan menghasilkan laba pada nilai buku investasi pemegang saham dan seringkali digunakan dalam membandingkan dua atau lebih perusahaan dalam industri. Pengembalian ekuitas yang tinggi seringkali merefleksikan penerimaan perusahaan atas kesempatan investasi yang

(10)

kuat dan manajemen biaya yang efektif. Kenaikan dalam rasio ini berarti kenaikan laba bersih dari perusahaan yang bersangkutan. Selanjutnya kenaikan tersebut akan menyebabkan kenaikan harga saham perusahaan.

Return on Equity merupakan rasio dari laporan keuangan yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh return bagi investasi yang dilakukan investor (pemegang saham), atau dapat dikatakan bahwa rasio ini menunjukkan seberapa besar keuntungan yang menjadi hak stakeholders (Brigham, E. F., 1997).

Return on Equity (ROE) merupakan rasio keuangan yang banyak digunakan untuk mengukur kenerja perusahaan, khususnya menyangkut profitabilitas perusahaan. Return on Equity (ROE) untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba atas modalnya sendiri (Darmadji dan Hendy: 2006).

Return on Equity atau tingkat pengembalian ekuitas pemilik mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba yang menjadi hak bagi pemegang saham perusahaan. Rasio ini dipengaruhi oleh besar kecilnya utang perusahaan, apabila proporsi utang perusahaan makin besar maka rasio ini juga akan makin besar.

Menurut Mardiyanto (2009: 196) ROE adalah rasio yang digunakan untuk mengukur keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba bagi para pemegang saham. ROE dianggap sebagai representasi dari kekayaan pemegang saham atau nilai perusahaan.

(11)

Menurut Bodie, Kane and Marcus (2002 ) Return on Equity ( ROE ) yang merupakan perbandingan antara laba bersih dengan ekuitas ini merupakan salah satu dari dua faktor dasar dalam menentukan pertumbuhan tingkat pendapatan perusahaan. Ada dua sisi dalam menggunakan ROE, kadang-kadang diasumsikan bahwa ROE yang akan datang merupakan perkiraan dari ROE yang lalu. Tetapi ROE yang tinggi pada masa yang lalu tidak menjamin ROE yang akan datang masih tetap tinggi. Penurunan ROE merupakan bukti bahwa investasi baru pada perusahaan tersebut menghasilkan ROE yang lebih rendah dari investasi lama. Hal paling penting dari para analis adalah tidak perlu menerima nilai historis sebagai indikator dari nilai yang akan datang.

Menurut Riyadi (2006: 155) Return On Equity (ROE) adalah perbandingan antara laba bersih dengan modal (modal inti) perusahaan. Rasio ini menunjukkan tingkat persentase yang dapat dihasilkan. ROE sangat penting bagi para pemegang saham dan calon investor, karena ROE yang tinggi berarti para pemegang saham akan memperoleh dividen yang tinggi pula dan kenaikan ROE akan menyebabkan kenaikan saham.

Menurut Lestari dan Sugiharto (2007: 196) Return On Equity ROE adalah rasio yang digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari pengelolaan modal yang diinvestasikan oleh pemilik perusahaan. ROE diukur dengan perbandingan antara laba bersih dengan total modal. Angka ROE yang semakin tinggi memberikan indikasi bagi para pemegang saham bahwa tingkat pengembalian investasi makin

(12)

tinggi. Menurut Lestari dan Sugiharto (2007: 196) angka ROE dapat dikatakan baik apabila > 12%.

Return On Equity (ROE) Analisis Return On Equity (ROE) atau sering disebut juga dengan Return On Common Equity. Dalam bahasa Indonesia, istilah ini sering juga diterjemahkan sebagai rentabilitas modal sendiri (Hanafi dan Halim, 2010: 179). ROE merupakan rasio antara laba bersih setelah pajak terhadap penyertaan modal saham sendiri yang berarti juga merupakan untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian (persentase) dari saham sendiri yang ditanamkan dalam bisnis (Widiyanto, 1993: 53).

Return on equity (ROE) menurut Garrison dan Noreen (2001: 789) adalah,“membagi earning after tax (EAT) yang tersedia untuk pemegang saham biasa dengan rata-rata ekuitas yang dimiliki oleh pemegang saham biasa pada tahun tersebut.”

Menurut Sundjaja dan Barlian (2002: 122), “ROE adalah ukuran pengembalian yang diperoleh para pemilik (baik pemegang saham biasa dan saham preferen) atas investasi mereka di perusahaan.”

Menurut Sartono, (2001: 124), “Return on equity adalah rasio yang mengukur kemampuan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan.”

Menurut Tambunan (2007: 179) ROE digunakan untuk mengukur rate of return (tingkat imbalan hasil) ekuitas. Para analis sekuritas dan pemegang saham umumnya sangat memperhatikan rasio ini, semakin

(13)

tinggi ROE yang dihasilkan perusahaan, akan semakin tinggi harga sahamnya.

Menurut Harahap (2008: 156) ROE digunakan untuk mengukur besarnya pengembalian terhadap investasi para pemegang saham. Angka tersebut menunjukkan seberapa baik manajemen memanfaatkan investasi para pemegang saham. ROE diukur dalam satuan persen. Tingkat ROE memiliki hubungan yang positif dengan harga saham, sehingga semakin besar ROE semakin besar pula harga pasar, karena besarnya ROE memberikan indikasi bahwa pengembalian yang akan diterima investor akan tinggi sehingga investor akan tertarik untuk membeli saham tersebut, dan hal itu menyebabkan harga pasar saham cenderung naik.

Return on Equity (ROE) adalah perbandingan antara laba bersih perusahaan dengan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan (Fara Dharmastuti, 2004). ROE merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa banyak keuntungan yang menjadi hak pemilik modal sendiri (saham).

Definisi rentabilitas modal sendiri (ROE) menurut Bambang Riyanto (2001: 44) sebagai berikuts: Return On Equity adalah perbandingan antara jumlah profit yang tersedia bagi pemilik modal sendiri di satu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut di lain pihak. Atau dapat dikatakan bahwa rentabilitas modal sendiri adalah kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan keuntungan.

(14)

Agnes Sawir (2001: 20) mendefinisikan Return on Equity atau Tingkat Pengembalian Ekuitas pemilik sebagai berikut: Adalah rasio yang memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri (Networth) secara efektif mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham.

Sedangkan menurut Lukman Syamsudin (2004: 64) mendefinisikan Return on Equity atau Tingkat Pengembalian Ekuitas Pemilik sebagai berikut: Tingkat pengembalian ekuitas pemilik (ROE) merupakan suatu alat ukur dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan.

J.Fred.Weston dan Thomas E. Copeland (2002: 241) mengatakan bahwa “rentabilitas usaha adalah hasil pengembalian atas ekuitas mengukur pengembalian nilai buku kepada pemilik perusahaan, rasio ini merupakan suatu rasio tujuan akhir.”

Dari beberapa pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat pengembalian ekuitas pemilik (ROE) merupakan suatu alat analisis untuk mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bagi pemilik saham atas modal yang telah mereka investasikan.

(15)

2.1.8 Rumus Tingkat Pengembalian Ekuitas Pemilik atau ROE

Return On Equity atau Tingkat Pengembalian Ekuitas Pemilik merupakan fungsi dari Asset Turn Over, Profit Margin, dan Financial Leverage, yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

ROE =

Rasio tersebut penting bagi para pemilik dan pemegang saham karena rasio tersebut menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola modalnya untuk mendapatkan laba bersih (net income). Perusahaan yang memiliki Return On Equity yang rendah atau bahkan negatif akan terklasifikasikan sebagai perusahaan yang kurang baik dalam menghasilkan incomenya. Kenaikan Return On Equity biasanya diikuti oleh kenaikan harga saham perusahaan tersebut (Mulyono, 1995: 74).

2.1.9 Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Ekuitas

Pemilik (ROE)

1. Net Income

Laba bersih sangat penting bagi kelangsungan usaha suatu perusahaan karena merupakan sumber dana yang diperoleh dari aktivitas operasi perusahaan tersebut. Laba bersih juga seringkali dijadikan sebagai ukuran dalam menilai kinerja suatu perusahaan, hal ini sesuai dengan pernyataan dalam Ikatan Akuntan Indonesia (1999: 94). Penghasilan bersih (laba bersih) seringkali digunakan sebagai ukuran kinerja atau sebagai dasar bagi ukuran yang lain seperti ROE.

Laba Bersih Setelah Pajak

(16)

Unsur-unsur yang langsung berkaitan dengan pengukuran laba adalah penghasilan atau beban.

2. Hutang Perusahaan

Rasio ini dipengaruhi oleh besar kecilnya hutang perusahaan, apabila proporsi hutang perusahaan makin besar maka rasio ini juga akan makin besar. Hal ini dikarenakan jika hutang perusahaan semakin besar maka akan mengurangi pajak terhadap perusahaan maka dapat mengakibatkan meningkatknya laba dari proses operasional, hasil produksi yang meningkat serta pajak yang berkurang sehingga dapat meningkatkan Return On Equity.

2.1.10 Net Profit Margin (NPM)

Net Profit Margin (NPM) merupakan rasio keuangan yang banyak digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham tertentu.

Net Profit Margin (NPM) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur laba bersih dibandingkan dengan penjualan. Net Profit Margin atau sering juga disebut dengan sales margin digunakan untuk melihat berapa perbandingan laba yang bisa dihasilkan dengan penjualan yang dimiliki perusahaan.

Menurut Bastian dan Suhardjono (2006: 299) Net Profit Margin adalah perbandingan antara laba bersih dnegan penjualan. Semakin

(17)

besar NPM maka kinerja perusahaan akan semakin produktif sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Rasio ini menunjukan berapa besar presentase laba bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini, maka dianggap semakin baik kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba yang tinggi.

Jadi NPM adalah indikator seberapa besar laba bersih dari setiap rupiah pendapatan. Net profit margin yang tinggi tidak hanya sekedar menunjukan kekuatan bisnis tetapi juga semangat yang kuat pihak manajemen untuk melakukan kontrol terhadap biaya. Dengan demikian perusahaan tersebut memiliki efisiensi yang tinggi dan juga berarti menunjukan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba yang tinggi dari penjualannya.

Rasio margin laba (profit margin) menurut Sofyan Syafri Harahap (2007: 304) merupakan bagian dari rasio profitabilitas dan menunjukan berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Margin laba dapat ditulis dalam bentuk rumus sebagai berikut :

Menurut Van Horne dan Wachowicz terjemahan Sutojo ( 1997: 156 ) mengemukakan bahwa Net Profit Margin secara umum digunakan untuk mengukur keuntungan berkenaan dengan peningkatan penjualan, pendapatan bersih dari total penjualan.

(18)

merupakan rasio antar laba bersih (net profit) yaitu penjualan sesudah dikurangi dengan seluruh expence termasuk pajak dibandingkan dengan penjualan. Maka semakin tinggi net profit margin maka semakin baik operasi suatu perusahaan.

Dari beberapa pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa net profit margin ( NPM ) merupakan rasio yang mengukur tingkat presentase laba bersih yang diperoleh dari seluruh penjualan untuk menghasilkan keuntungan bagi pemilik saham yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

Net Profit Margin (NPM) = x 100 %

Menurut Bambang Riyanto, Net Profit Margin diartikan sebagai keuntungan netto per rupiah penjualan (2001: 336). Tidak jauh berbeda dengan definisi para ahli sebelumnya, Erich A.Helfert (1997: 74) mengartikan bahwa: “Net profit margin adalah hubungan antara laba bersih setelah pajak dengan penjualan”.

Masih menurut pendapat beliau Net Profit Margin menunjukan kemampuan manajemen perusahaan sampai cukup berhasil memulihkan harga pokok barang dagang atau jasa, beban operasi (termasuk penyusutan) dan biaya pinjaman. Rasio ini juga menunjukan kemampuan manajemen menyisihkan marjin tertentu sebagai kompensasi yang wajar bagi pemilik yang telah menyediakan modalnya dengan suatu resiko.

Laba Bersih Setelah Pajak Penjualan Bersih

(19)

Dari pendapat di atas, Net Profit Margin menunjukan seberapa besar imbal jasa atau kompensasi yang sanggup diberikan perusahaan terhadap investor.

2.1.11 Harga Saham

Harga saham merupakan nilai sekarang dari arus kas yang akan diterima oleh pemilik saham dikemudian hari. Menurut anoraga (2001) harga saham adalah uang yang dikeluarkan untuk memperoleh bukti penyertaan atau pemilikan suatu perusahaan. Harga saham juga dapat diartikan sebagai harga yang dibentuk dari interaksi para penjual dan pembeli saham yang dilatar belakangi oleh harapan mereka terhadap profit perusahaan, untuk itu investor memerlukan informasi yang berkaitan dengan pembentukan saham tersebut dalam mengambil keputusan untuk menjual atau membeli saham.

Harga saham adalah suatu saham yang mempunyai ciri untuk diperjualbelikan di bursa efek yang diukur dengan nilai mata uang (harga) dimana harga saham tersebut akan ditentukan antara kekuatan demand dan supply.

Analisa terhadap nilai saham merupakan langkah mendasar yang harus dilakukan oleh investor sebelum melakukan investasi. Ada dua model yang lazim dipergunakan dalam menganalisa saham, yaitu model fundamental dan model teknikal. Model fundamental, mencoba memperkirakan harga saham dimasa mendatang melalui dua cara

(20)

(Husnan, 1998), yakni: pertama melakukan estimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di waktu mendatang, dan kedua menerapkan hubungan faktor-faktor tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Karena itu untuk melakukan evaluasi dan proyeksi terhadap harga saham, diperlukan informasi tentang kinerja fundamental keuangan perusahaan.

Harga saham merupakan nilai sekarang dari arus kas yang akan diterima oleh pemilik saham dikemudian hari. Surat berharga saham memiliki bermacam-macam bentuk.

Macam-macam saham terbagi berdasarkan peralihan kas, berdasarkan hak tagih dan berdasarkan kinerja itu sendiri.

1. Berdasarkan peralihan kas

a. Saham atas tunjuk (Bearer Stock)

Saham atas tunjuk merupakan jenis saham yang tidak menyertakan nama pemilik dengan tujuan agar saham tersebut dapat dengan mudah dipindahtangankan.

b. Saham atas nama ( Registered Stock)

Berbeda dengan saham atas tunjuk, saham atas nama mencantumkan nama dari pemilik saham pada lembar saham. Saham atas nama juga dapat dipindahtangankan tetapi harus melalui prosedur tertentu.

2. Berdasarkan hak tagih / klaim a. Saham biasa (Common Stock)

(21)

Saham biasa adalah jenis saham yang memiliki hak klaim berdasar laba / rugi yang di peroleh perusahaan. Pemegang saham biasa mendapat prioritas paling akhir dalam pembagian deviden dan penjualan asset perusahaan jika terjadi likuidasi.

b. Saham preferen (Preffered Stock)

Saham preferen adalah saham dengan bagian hasil yang tetap dan apabila perusahaan mengalami kerugian maka pemegang saham preferen akan mendapat prioritas utama dalam pembagian hasil atas penjualan asset.

3. Berdasarkan kinerja perusahaan a. Blue Chip Stock

Saham ini merupakan saham unggulan, karena diterbitkan oleh perusahan yang memiliki kinerja yang bagus, sanggup memberikan deviden secara stabil dan konsisten. Perusahaan yang menerbitkan blue chip stock biasanya perusahaan besar yang telah memiliki pangsa pasar tetap.

b. Income Stock

Saham ini merupakan saham yang memiliki deviden yang progresif atau besarnya deviden yang di bagikan lebih tinggi dari rata-rata deviden tahun sebelumnya.

c. Growth Stock

Merupakan jenis saham yang diterbitkan oleh perusahaan yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi.

(22)

d. Speculative Stock

Saham jenis ini menghasilkan deviden yang tidak tetap, karena perusahaan yang menerbitkan memiliki pendapatan yang berubah-ubah namun memiliki prospek yang bagus di masa yang akan datang.

e. Counter Sylical Stock

Perusahaan yang menerbitkan jenis saham ini adalah jenis perusahaan yang operasionalnya tidak banyak dipengaruhi oleh kondisi ekonomi makro. Perusahaan tersebut biasanya bergerak dalam bidang produksi atau layanan jasa vital.

Menurut Ang (1997) berdasarkan fungsinya nilai dari suatu saham dibedakan menjadi tiga jenis yaitu :

1. Par Value (Nilai Nominal )

Nilai nominal adalah nilai yang tercantum pada saham yang bersangkutan yang berfungsi untuk tujuan akuntansi. Nilai nominal suatu saham harus ada dan dicantumkan pada surat berharga saham dalam mata uang rupiah, bukan dalam bentuk mata uang asing.

2. Base Price (Harga Dasar)

Harga dasar suatu saham erat kaitannya dengan harga pasar suatu suatu saham. Harga dasar dipergunakan didalam perhitungan indeks harga saham.

(23)

3. Market Price (Harga Pasar)

Harga pasar merupakan harga yang paling mudah ditentukan karena harga pasar merupakan harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung. Apabila pasar suatu efek sudah tutup maka harga pasar adalah adalah harga penutupannya (closing price). Jadi harga pasar inilah yang menyatakan naik-turunnya suatu saham.

Menurut Weston dan Brigham (2001), faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham adalah:

1. Laba per lembar saham (Earning Per Share)

Seorang investor yang melakukan investasi pada paerusahaan akan menerima laba atas saham yang dimilikinya. Semakin tinggi laba per lembar saham (EPS) yang diberikan perusahaan akan memberikan pengembalian yang cukup baik. Ini akan mendorong investor untuk melakukan investasi yang lebih besar lagi sehingga harga saham perusahaan akan meningkat.

2. Tingkat Bunga

Tingkat bunga dapat mempengaruhi harga saham dengan cara: a. Mempengaruhi persaingan di pasar modal antara saham dengan

obligasi, apabila suku bunga naik maka investor akan menjual sahamnya untuk ditukarkan dengan obligasi. Hal ini akan menurunkan harga saham. Hal sebaliknya juga akan terjadi apabila tingkat bunga mengalami penurunan.

(24)

b. Mempengaruhi laba perusahaan, hal ini terjadi karena bunga adalah biaya, semakin tinggi suku bunga maka semakin rendah laba perusahaan. Suku bunga juga mempengaruhi kegiatan ekonomi yang juga akan mempengaruhi laba perusahaan.

3. Jumlah Kas Deviden yang Diberikan

Kebijakan pembagian deviden dapat dibagi menjadi dua, yaitu sebagian dibagikan dalam bentuk deviden dan sebagian lagi disisihkan sebagai laba ditahan. Sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham, maka peningkatan pembagian deviden merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kepercayaan dari pemegang saham karena jumlah kas deviden yang besar adalah yang diinginkan oleh investor sehingga harga saham naik.

4. Jumlah laba yang dapat perusahaan

Pada umumnya, investor melakukan investasi pada perusahaan yang mempunyai profit yang cukup baik karena menunujukkan prospek yang cerah sehingga investor tertarik untuk berinvestasi, yang nantinya akan mempengaruhi harga saham perusahaan.

5. Tingkat Resiko dan Pengembalian

Apabila tingkat resiko dan proyeksi laba yang diharapkan perusahaan meningkat maka akan mempengaruhi harga saham perusahaan. Biasanya semakin tinggi resiko maka semakin tinggi pula tingkat pengembalian saham yang diterima.

(25)

2.1.12 Analisa Harga Saham

Terdapat bemacam-macam pendekatan untuk menganalisis saham, namun pada dasarnya semua pendekatan tersebut merupakan salah satu dari dua pendekatan yang umum. Sunariyah (2003) mengatakan untuk menganalisis saham dengan pendekatan tradisional digunakan dua analsis, yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa secara garis besar terdapat dua metode yang digunakan untuk menganalisis saham, yaitu:

1. Analisa fundamental

Menurut Francis (1988): “In preparing their estimate of security’s value, fundamental analysts study the basic financial and economic facts about the company that issues the security. They study the level and trend of the firm’s sales and earnings, the quality of the firm’s products, the firm’scompetitive position in the markets where its products are sold, the firm’s labor relations, the firm’s sources of raw materials. The government rules that apply to the firm, and many other factors that may affect the value of the firm’s common stock”. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa untuk memperkirakan harga saham dapat menggunakan analisa fundamental yang menganalisa kondisi keuangan dan ekonomi perusahaan yang menerbitkan saham tersebut. Analisanya dapat meliputi trend penjualan dan keuntungan perusahaan, kualitas produk, posisi persaingan perusahaan di pasar, hubungan kerja pihak perusahaan dengan karyawan, sumber bahan mentah,

(26)

peraturan-peraturan perusahaan dan beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi nilai saham perusahaan tersebut.

Secara umum untuk menganalisa perusahaan dengan menggunakan analisa fundamental terdiri dari 4 langkah yaitu:

a. Menghitung kondisi ekonomi secara keseluruhan

Kondisi ekonomi dipelajari untuk memperhitungkan jika kondisi ekonomi secara keseluruhan baik untuk pasar saham. variabel ekonomi tersebut, misalnya inflasi, suku bunga, neraca perdagangan, dan demand & supply uang.

b. Menghitung kondisi industri secara keseluruhan

Industri dimana perusahaan berada secara langsung mempengaruhi masa depan perusahaan tersebut. Saham yang lemah dalam industri yang kuat lebih disukai daripada saham yang kuat dalam industri yang lemahl.

c. Menghitung kondisi perusahaan

Menghitung kondisi perusahaan biasanya dilakukan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan. Rasio secara garis besar di bagi dalam 5 kategori utama antara lain, yaitu: profitability (keuntungan), price (harga), liquidity (likuiditas), leverage (dukungan), dan efficiensi (efisiensi).

d. Menghitung nilai saham perusahaan

Seorang fundamental analis dapat memperhitungkan apakah saham suatu perusahaan overvalued, undervalued, atau telah memiliki

(27)

harga yang tepat. Beberapa model penilaian telah disusun untuk membantu di dalam menghitung nilai saham, misalnya model dividen yang menitikberatkan pada nilai saat ini dari pendapatan yang diharapkan, dan model aset yang menitikberatkan pada nilai saat ini dari aset perusahaan.

2. Analisa teknikal

Sunariyah (2003) menjelaskan bahwa analisis teknikal merupakan suatu teknik analisis yang menggunakan data atau catatan mengenai pasar itu sendiri untuk berusaha mengakses permintaan dan penawaran suatu saham tertentu atau pasar secara keseluruhan. Pendekatan analisis ini menggunakan data pasar yang dipublikasikan, seperti: harga saham, volume perdagangan, indeks harga saham gabungan dan individu, serta faktor-faktor lain yang bersifat teknis.

Beberapa kesimpulan menyangkut pendekatan teknikal adalah sebagai berikut:

1. Analisis teknikal didasarkan pada data pasar yang dipublikasikan 2. Fokus analisis teknikal adalah ketepatan waktu. Penekanannya

hanya pada perubahan harga.

3. Teknik analisis berfokus pada faktor-faktor internal melalui analisis pergerakan

(28)

4. Analisis teknikal cenderung berkonsentrasi pada jangka pendek untuk mndeteksi pergerakan harga dalam jangka waktu yang relatif pendek.

2.2 Peneliti Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Rinanti (2009) bertujuan untuk menguji Net Profit Margin (NPM), Return On Assets (ROA), dan Return On Equity (ROE) berpengaruh terhadap Harga Saham. Sampel yang digunakan adalah 11 perusahan dari 45 perusahaan yang tercantum dalam indeks LQ 45 selama periode 2004 – 2008, sehingga total sampel sebanyak 55 perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel NPM, ROA, dan ROE memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap harga saham.

Penelitian yang dilakukan oleh Nurmalasari (2009) bertujuan mengetahui pengaruh rasio profitabilitas terhadap harga saham. Sampel yang digunakan adalah perusahaan emiten yang tercantum dalam indeks LQ 45 selama periode 2005 – 2008. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio profitabilitas yang terdiri dari ROA, ROE, NPM dan EPS memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap harga saham.

Penelitian yang dilakukan oleh Maimunah (2011) untuk menguji pengaruh Retun On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), dan Earning Per Share (EPS) terhadap Harga Saham Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia. Studi pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar

(29)

di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitan menunjukkan bahwa ROA, ROE, dan EPS memilki pengaruh yang signifikan terhada Harga saham dengan tingkat signifikan sebesar 5%.

Penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari (2007) untuk menguji pengaruh rasio keuangan terhadap perubahan harga saham Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia. Studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitan menunjukkan bahwa Return On Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER) dan Debt to Operating Profit (DOP) memilki pengaruh yang signifikan terhada Harga saham dengan tingkat signifikan sebesar 5%.

(30)

2.3 Kerangka Pemikiran

Adapun kerangka pikir dari penelitian ini dijelaskan pada skema sebagai berikuts:

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Return On Equity (ROE) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba bagi para pemegang saham (Mardiyanto, 2009: 196)

Net Profit Margin (NPM) adalah Lukman adalah merupakan rasio antara laba bersih (Net Profit) yaitu penjualan sesudah dikurangi dengan seluruh expense termasuk pajak dibandingkan dengan penjualan Syamsuddin (2007: 62)

Harga saham adalah suatu saham yang mempunyai ciri untuk diperjualbelikan di bursa efek yang diukur dengan nilai mata uang (harga) dimana harga saham tersebut akan ditentukan antara kekuatan demand dan supply.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Return On Equity (ROE): 1. Net Income

2. Modal

Faktor-faktor yang mempengaruhi Net Profit Margin (NPM): 1. Net Income

2. Penjualan

Faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham : 1. Laba Per Lembar Saham (Earning Per Share/EPS) 2. Tingkat bunga

3. Jumlah kas Deviden yang diberikan 4. Jumlah laba yang didapat perusahaan 5. Tingkat resiko dan pengembalian

HARGA SAHAM

PENGUJIAN HIPOTESIS

(31)

2.4 Pengajuan Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, tinjauan teoritis dan kerangka pemikiran di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: Diduga Return On

Equity (ROE) Dan Net Profit Margin diduga berpengaruh positif terhadap Harga Saham pada PT. Mustika Ratu, Tbk”.

Referensi

Dokumen terkait

Menyusun kubus menyerupai stupa, digunakan untuk , mengenalkan warna mengenalkan jumlah motorik halus konsentrasi Harga Rp.45.000,- Menara Balok Digunakan untuk :

Motor penggerak mempunyai fungsi untuk menggerakkan drive roller agar selalu berputar sesuai dengan kecepatan yang diinginkan operator.. Motor penggerak ini pada umumnya

Data Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan untuk mengetahui status gizi dan faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi pada anak-anak sekolah

Dengan adanya sistem pendukung keputusan pemilihan jurusan menggunakan metode PROMETHEE maka calon siswa/siswi SMK Negeri 6 Medan dapat dengan mudah memilih jurusan

Keempat risk level tersebut diakibatkan oleh beberapa faktor seperti jenis kegiatan yang dilakukan untuk memproduksi sebuah link berbeda-beda, menggunakan mesin atau alat yang

(Raise The Red Lantern, 01:01:04-01:01:18) Dari tindakan Yan'er di atas dapat terlihat bahwa Yan'er tidak menyukai kehadiran Song Lian sebagai istri baru Chen Zuoqian dengan

Ujian susulan adalah ujian tengah atau akhir semester yang diselenggarakan setelah jadwal yang telah ditetapkan. Ujian susulan dapat dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut. 1)

bahwa dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, kemandirian daerah, dan memperhatikan pertumbuhan ekonomi masyarakat yang cukup baik serta masih terdapat