• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARTIKEL. UJI EFEKTIFITAS PERASAN BUNGA TAHI AYAM (Tagetes erecta Linn) SEBAGAI INSEKTISIDA TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Anopheles sp

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ARTIKEL. UJI EFEKTIFITAS PERASAN BUNGA TAHI AYAM (Tagetes erecta Linn) SEBAGAI INSEKTISIDA TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Anopheles sp"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ARTIKEL

UJI EFEKTIFITAS PERASAN BUNGA TAHI AYAM (Tagetes erecta Linn) SEBAGAI INSEKTISIDA TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK

Anopheles sp

Meimun Anggriani Nento1), Sunarto Kadir2), Lia Amalia3)

1

Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo

anggrianinento@yahoo.com 2

Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo

sunarto.kadir@yahoo.co.id 3

Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo

lia.amalia29@gmail.com

ABSTRAK

Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh nyamuk dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles sp yang mengandung plasmodium. Salah satu cara pengendalian vektor malaria, yaitu dengan penggunaan insektisida nabati. Sehingga perasan bunga tahi ayam (Tagetes erecta Linn) merupakan salah satu tanaman yang dapat digunakan dalam pengendalian vektor karena berpotensi sebagai insektisida nabati. Rumusan masalah dalam penelitian yaitu apakah perasan bunga tahi ayam (Tagetes erecta Linn) efektif sebagai insektisida terhadap kematian larva nyamuk Anopheles sp dengan konsentrasi 30%, 60% dan 90%. Tujuan penelitian untuk mengetahui efektifitas perasan bunga tahi ayam (Tagetes erecta Linn) sebagai insektisida terhadap kematian larva nyamuk Anopheles sp.

Jenis penelitian adalah Eksperimen Sungguhan dengan rancangan penelitian Rancangan Acak Lengkap (RAL). Sampel penelitian adalah larva nyamuk Anopheles sp instar I, II, III dan IV sejumlah 240 ekor, dengan 3 kali pengulangan dan diamati setelah 24 jam. Analisis data menggunakan Uji One Way Anova.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase rata-rata kematian larva Anopheles sp dalam 3 kali pengulangan setelah 24 jam perlakuan adalah 0% pada kelompok kontrol, sedangkan pada konsentrasi 30%, 60%, dan 90% persentase rata-rata kematian larva berturut-turut adalah 51,5%, 71,5%, dan 100,0%. Disimpulkan bahwa bunga tahi ayam efektif digunakan sebagai insektisida terhadap kematian larva Anopheles sp, dan konsentrasi 90% adalah yang paling efektif. Disarankan kepada masyarakat untuk menggunakan perasan bunga tahi ayam sebagai insektisida nabati dalam membunuh larva dan untuk peneliti selanjutnya agar dapat melakukan studi lanjutan mengenai potensi perasan dan ekstrak dari bunga tahi ayam sebagai insektisida terhadap nyamuk Anopheles sp dewasa.

Kata Kunci: Larva, Anopheles sp, Bunga, Tahi Ayam (Tagetes erecta Linn), Insektisida.

(3)

ABSTRACT

Malaria is a disease caused by mosquito and infected by bite of Anopheles sp larvae that contais plasmodium. One of the malaria vecto control is using, insecticides of concerning plant. Therefore the exract of chiken mole flower (Tagetes erecta Linn) is one of the plants that is used for controlling vector, because it potentially work as the insecticides of concerning plant. The problem of research was whether the extract of chicken mole flower (Tagetes erecta Linn) effective as insecticides, on the death of Anopheles sp with a concentration 30%, 60% and 90%. The aim of this research was to know about the effectiveness of extract chicken mole flower (Tagetes erecta Linn) as insecticides on the death of Anopheles sp larvae.

This research was the true experimental research and using complete Random Plan (RAL). The sample of this research was the Anopheles sp larvae instar I, II, III and IV about 240 mosquitoes, by three times treatment and controlling after 24 hours. The analysis of the data used One Way Anova test.

The results showed that average percentage of the death of the of Anopheles sp larvae in 3 times repeating after 24 hours treatment was 0% on controlling class of group. While on concentration 30%, 60%, and 90% of the average percentage of the death of Anopheles sp larvae was 51, 5%, 71,5%, and 100,0%. It can be concluded that chiken mole flower extract is effective to be used as insecticide on the death Anopheles sp, the most effective concentration was 90%. It is expected to all people to use chiken mole flower as insecticide in killing larvae and do the further research on the potential of the extract chiken mole flower as an insecticides of adult mosquito of Anopheles sp.

Keywords: Larvae, Anopheles sp, chiken Mole Flower (Tagetes erecta Linn), Insecticide.

1. PENDAHULUAN

Nyamuk merupakan salah satu vektor yang dapat menyebabkan penyakit seperti demam berdarah

(Aedes aegypti), malaria

(Anopheles.sp) dan filariasis (Culex.sp) (Jayadipraja, Ishak dan Arsin, 2012). Nyamuk Anopheles sp

merupakan salah satu vektor yang dapat menyebabkan penyakit yaitu penyakit malaria.

Malaria disebabkan oleh parasit protozoa plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk

Anopheles sp betina infektif. Istilah

malaria diambil dari dua kata bahasa Italia, yaitu mal (=buruk) dan area

(=udara) atau udara buruk karena dahulu banyak terdapat di daerah rawa-rawa yang mengeluarkan bau busuk (Prabowo, 2004). Ada empat spesies yang diidentifikasi dari parasit ini menyebabkan malaria pada manusia yaitu Plasmodium vivax, P. falciparum, P. ovale, P.

malariae (WHO dalam Rahman,

Ishak dan Ibrahim, 2013).

Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang masih menghadapi risiko penyakit malaria.

(4)

Sekitar 80% kabupaten/kota di Indonesia menurut Menteri Kesehatan Republik Indonesia masih termasuk dalam kategori endemis malaria. Sehingga malaria masih merupakan salah satu indikator dari target Pembangunan Milenium Development Goals (MDGs), dimana ditargetkan untuk menghentikan penyebaran dan mengurangi kejadian insiden malaria pada tahun 2015 yang dilihat dari indikator menurunnya angka kesakitan dan angka kematian akibat malaria (Mooduto, 2012).

Faktor yang mempengaruhi kejadian malaria yaitu faktor intrinsik yang berasal dari individu (karakteristik masyarakat seperti pendidikan dan pekerjaan, perilaku berupa pengetahuan dan tindakan) dan faktor ekstrinsik yang berasal dari lingkungan (tempat perindukan nyamuk, jarak rumah dengan perindukan nyamuk dan penyemprotan di dalam rumah) (Serumpaet dalam Santi dan Natalia, 2014).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo tahun 2014, bahwa angka kejadian malaria pada tahun 2014 tercatat ada 1.060 kasus malaria yang positif di Provinsi Gorontalo. Dimana di Kota Gorontalo tercatat ada 1 jiwa dengan angka Annual Parasite Incidence

(API) sebesar 0,0, di Kabupaten Gorontalo terdapat 596 jiwa dengan angka Annual Parasite Incidence

1,6, kemudian di Kabupaten Bone Bolango ada 104 jiwa dengan angka

Annual Parasite Incidence 0,6, di Pohuwato ada 169 jiwa dengan angka Annual Parasite Incidence 1,3 dan di Kabupaten Gorontalo Utara ada 22 jiwa dengan angka Annual

Parasite Incidence 0,2 serta di Kabupaten Boalemo sebanyak 168 jiwa dengan angka Annual Parasite Incidence 1,1.

Dan berdasarkan data dari Puskesmas Limboto Barat bahwa angka kejadian malaria pada 3 tahun terakhir tercatat ada 62 kasus, dimana tahun 2012 ada 35 kasus malaria, tahun 2013 ada 15 kasus dan tahun 2014 ada 12 kasus malaria yang positif.

Sehingga upaya untuk pengendalian vektor penyakit dapat dilakukan dengan menggunakan insektisida sintesis maupun alamiah, penggunaan insektisida sangat penting untuk pencegahan malaria. Penggunaan insektisida alami di Indonesia dapat menjadi pilihan tepat, karena Indonesia memiliki beranekaragam tumbuhan yang berpotensi sebagai insektisida alami (Fathonah, 2013). Salah satu tumbuhan yang dapat dijadikan sebagai insektisida alami adalah tanaman tahi ayam (Tagetes erecta Linn). Tanaman tahi ayam (Tagetes erecta Linn) merupakan tumbuhan tropika yang berasal dari Amerika Latin, tetapi tumbuh liar dan mudah didapati di Florida, Amerika Serikat, serta di Indonesia dan negara-negara ASEAN lainnya (Deptan, 2011).

Berdasarkan masalah diatas dan mengingat pentingnya pengendalian terhadap vektor penyakit malaria maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Uji Efektifitas Perasan

Bunga Tahi Ayam (Tagetes erecta Linn) Sebagai Insektisida

Terhadap Kematian Larva

Nyamuk Anopheles sp”.

(5)

2.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Hunggaluwa Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo, dimana lokasi pengambilan sampel berada di Desa Tunggulo Kecamatan Limboto Barat dan di Kelurahan Hunggaluwa Kecamatan Limboto kemudian pengambilan bahan di Desa Bongoime Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango. Waktu penelitian dilakukan pada 15-30 Juni 2015.

2.2. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian True Eksperimen

(Eksperimen sungguhan), dimana Eksperimen sungguhan bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan saling hubungan sebab-akibat dengan cara mengenakan kepada satu atau lebih kelompok eksperimental dengan satu atau lebih kondisi perlakuan dan memperbandingkan hasilnya dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai kondisi perlakuan. Dan rancangan penelitian dalam eksperimen ini menggunakan pendekatan Rancangan Acak Lengkap (RAL).

2.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah larva Anopheles sp instar I, II, III dan IV. Dan sampel yang digunakan adalah sebanyak 240 ekor larva. Dimana masing–masing perlakuan dan kontrol menggunakan sampel sebanyak 20 larva dan dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan.

2.4. Analisis Data

Data dalam penelitian ini di analisis secara statistik dengan menggunakan Uji Anova (Analysis Of Variance) dengan tipe Anova satu arah (One Way Anova) untuk mengetahui ada atau tidak adanya perbedaan jumlah rata-rata kematian nyamuk antar kelompok uji. Setelah itu, data hasil penelitian di analisis dengan menggunakan Uji LSD untuk melihat pasangan nilai mean yang perbedaannya signifikan pada kelompok uji. Sebelum data di analisis dengan menggunakan Uji

One Way Anova terlebih dahulu di uji apakah data yang di peroleh berdistribusi normal dan homogen,

karena syarat untuk menggunakan Uji One Way Anova adalah data harus berdistribusi normal dan homogen.

Untuk mengetahui tingkat kematian rata-rata larva nyamuk

Anopheles sp instar III dan IV dengan berbagai perlakukan perasan bunga tahi ayam (Tagetes erecta Linn) menggunakan rumus persamaan :

n X

X

X = rata-rata tingkat kematian larva nyamuk Anopheles sp

instar I, II, III dan IV pada masing-masing konsentrasi.

X = jumlah total larva nyamuk

Anopheles sp instar I, II, III dan IV yang mati dalam melakukan perlakuan

n

= banyaknya perlakukan Ko nse ntr asi Per asa n (% ) Ju mla h Lar va Tia p Per lak uan

Kematian Larva Tiap Pengulangan Total

PI PII PIII n Rat a-rat a % n % n % n % 0 20 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0 0,0 30 20 12 60,0 1 0 50,0 9 45,0 3 1 10, 3 51, 50 60 20 14 70,0 13 65,0 16 80,0 43 14,3 71,50 90 20 20 100, 0 2 0 100, 0 20 100,0 6 0 20 10 0,0

(6)

Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis statistik uji Anova (Analysis Of Variance) dengan tipe Anova satu

arah (One Way Anova) untuk

mengetahui ada atau tidak adanya perbedaan jumlah rata- rata kematian larva nyamuk antar kelompok uji, jika data yang diperoleh berdistribusi normal (Jamil, Sayono dan Mifbhakhudin, 2010). Pengujian hipotesis menggunakan tingkat kepercayaan 95% atau ∝ = 0,05.

3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Hasil Penelitian

Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini berupa data jumlah larva yang mati setelah diberikan perlakuan dan diamati setelah 24 jam dengan 3 kali pengulangan. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1 Jumlah Kematian Larva Nyamuk Anopheles sp Pada Berbagai Konsentrasi Perasan Bunga Tahi

Ayam dengan 3 Kali

Pengulangan yang di Amati Setelah 24 Jam Perlakuan Keterangan :

P = Pengulangan n = Jumlah kematian Sumber : Data Primer, 2015

Berdasarkan tabel 1 jumlah kematian larva nyamuk Anopheles sp

pada berbagai konsentrasi dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan rata-rata jumlah kematian larva nyamuk Anopheles sp dengan masing-masing konsentrasi perasan bunga tahi ayam 30%, 60% dan 90%. Dimana pada setiap perlakuan menggunakan larva sejumlah 20 ekor larva yang dimasukkan kedalam perasan bunga tahi ayam, dan

dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan serta diamati setelah 24 jam diberikan perlakuan.

Pada konsentrasi 30% perasan bunga tahi ayam jumlah larva yang mati dengan 3 kali pengulangan dan diamati setelah 24 jam diberikan perlakuan yaitu sebanyak 31 ekor dengan rata-rata 10,3 atau persentase sebesar 51,5%. Dimana pada pengulangan pertama jumlah larva yang mati sebanyak 12 ekor dengan persentase sebesar 60,0%, pada pengulangan kedua sebanyak 10 ekor dengan persentase sebesar 50,0%, dan pada pengulangan ketiga sebanyak 9 ekor dengan persentase sebesar 45,0%. Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa konsentrasi 30% perasan bunga tahi ayam sudah dapat mematikan larva lebih dari 50%.

Pada konsentrasi 60% perasan bunga tahi ayam jumlah larva yang mati dengan 3 kali pengulangan dan diamati setelah 24 jam diberikan perlakuan yaitu sebanyak 43 ekor dengan rata-rata 14,3 atau persentase sebesar 71,5%. Dimana pada pengulangan pertama jumlah larva yang mati sebanyak 14 larva dengan persentase sebesar 70,0%, pada pengulangan kedua sebanyak 13 larva dengan persentase sebesar 65,0%, dan pada pengulangan ketiga sebanyak 16 larva dengan persentase sebesar 80,0%. Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa jumlah kematian larva pada konsentrasi 60% perasan bunga tahi ayam mengalami peningkatan dari jumlah larva yang mati pada konsentrasi sebelumnya yaitu lebih dari 70%.

Pada konsentrasi 90% perasan bunga tahi ayam jumlah larva yang

(7)

mati dengan 3 kali pengulangan dan diamati setelah 24 jam diberikan perlakuan yaitu sebanyak 60 ekor dengan rata-rata 20 atau persentase sebesar 100,0%. Dimana pada pengulangan pertama jumlah larva yang mati sebanyak 20 ekor dengan persentase sebesar 100,0%, pada pengulangan kedua sebanyak 20 ekor dengan persentase sebesar 100,0% dan pada pengulangan ketiga sebanyak 20 ekor dengan persentase sebesar 100,0%. Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa jumlah kematian larva pada konsentrasi 90% perasan bunga tahi ayam dapat menyebabkan kematian larva hingga 100,0%, sehingga konsentrasi 90% lebih efektif digunakan sebagai insektisida nabati dalam membunuh larva Anopheles sp.

Dengan demikian, dari hasil yang telah didapatkan menunjukkan bahwa konsentrasi 90% dapat menyebabkan kematian pada larva sejumlah 100,0% dibandingkan dengan konsentrasi 30% dan 60%, sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi yang digunakan maka akan semakin tinggi hasil jumlah kematian larva yang didapatkan.

Gambar 1 Jumlah Kematian Larva Nyamuk Anopheles sp

Pada Berbagai

Konsentrasi Perasan Bunga Tahi Ayam dengan 3 Kali Pengulangan yang di Amati Setelah 24 Jam Perlakuan

Sumber : Data Primer, 2015

Berdasarkan gambar 1 Jumlah kematian larva nyamuk Anopheles sp

pada berbagai konsentrasi dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan jumlah kematian larva nyamuk

Anopheles sp setelah 24 jam

diberikan perlakuan dengan 3 kali pengulangan. Dimana pada setiap konsentrasi berbeda-beda tingkat kematiannya, pada pengulangan I, II dan III dari konsentrasi 0% sampai 90% terjadi peningkatan kematian larva pada setiap konsentrasinya. Sehingga semakin tinggi konsentrasi dalam setiap perlakuan makan akan semakin tinggi tingkat kematian larva.

Gambar 2 Rata-rata Kematian Larva Nyamuk Anopheles sp Pada

Berbagai Konsentrasi 0 51.5 71.5 100 0 20 40 60 80 100 120 0 30 60 90 P re se n tas e Ju m lah L ar va Ny am u k A n o p h ele s sp y an g M at i S et ela h P er la k u an (% )

Konsentrasi Perasan Bunga Tahi Ayam (%) Jumlah Kemati an Larva 0 60 70 100 0 50 65 100 0 45 80 100 0 20 40 60 80 100 120 0% 30% 60% 90% P ro se n tas e Ju m la h L ar va N y am u k A n oph ele s sp y an g M at i S et ela h P er la k u an (% )

Konsentrasi Perasan Bunga Tahi Ayam

I II III

(8)

Perasan Bunga Tahi Ayam dengan 3 Kali Pengulangan yang di Amati Setelah 24 Jam Perlakuan

Sumber : Data Primer, 2015

Berdasarkan gambar 2 rata-rata kematian larva nyamuk Anopheles sp

pada berbagai konsentrasi dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan rata-rata jumlah kematian larva nyamuk Anopheles sp setelah 24 jam diberikan perlakuan dengan 3 kali pengulangan, dimana pada setiap konsentrasi mengalami kenaikan jumlah kematian larva nyamuk

Anopheles sp. Pada konsentrasi 30% rata-rata persentase kematian larva sebesar 51.5%, pada konsentrasi 60% rata-rata persentase kematian larva sebesar 71,5%, dan pada konsentrasi 90% rata-rata persentase kematian larva sebesar 100,0%.

Analisis data

1. Uji Kolmogorov-Smirnov dan Homogenitas Data

Uji Kolmogorov-Smirnov dan Homogenitas Data adalah syarat yang digunakan untuk dapat menganalisis data menggunakan Uji

One Way Anova dalam penelitian ini, karena data yang digunakan harus berdistribusi normal dan homogen. Untuk mengetahui nilai normalitas data yang diuji dalam penelitian ini terdapat pada lampiran 3, dimana nilai dari hasil perhitungan sebesar 0,806 karena nilai probabilitas ≥ ∝ 0,05 sehingga data yang diuji dalam penelitian ini berdistribusi normal. Untuk homogenitas data seperti yang terdapat pada lampiran 3, hasil yang didapatkan bahwa nilai p-valuenya atau sig=0,084, karena nilai probabilitas ≥ ∝ 0,05 sehingga data yang dipakai dalam penelitian ini homogen, maka syarat dari

penggunaan Uji One Way Anova

terpenuhi.

2. Uji One Way Anova

Untuk uji efektifitas perasan bunga tahi ayam sebagai insektisida terhadap larva nyamuk Anopheles sp

dilakukan dengan Uji One Way Anova. Hasil Uji One Way Anova

seperti yang tercantum pada lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung adalah sebesar 45.500 sedangkan F tabel dengan derajat kebebasan pembilang dan penyebut bernilai (5,14) yang berarti F hitung > F tabel, dengan nilai probabilitas sebesar 0,000. Nilai F hitung dan F tabel merupakan nilai yang digunakan untuk membandingkan nilai hasil yang tinggi, jika F hitung > dari F tabel maka Ho di tolak, dan jika F hitung < dari F tabel maka Ho di terima. Karena nilai probabilitas yang dihasilkan dalam penelitian ini < ∝ 0,05 maka H0 ditolak, sehingga

hal ini berarti bahwa perasan bunga tahi ayam (Tagetes erecta Linn) efektif digunakan sebagai insektisida terhadap kematian larva nyamuk

Anopheles sp dengan masing-masing konsentrasi 30%, 60% dan 90%. 3. Uji perbandingan Mean Post

Hoc dengan LSD

Berdasarkan hasil uji perbandingan Mean Post Hoc dan LSD yang tercantum pada lampiran 3, dimana Mean Post Hoc digunakan untuk mengetahui variabel mana yang memiliki perbedaan yang signifikan, sedangkan nilai LSD adalah sebagai acuan dalam menentukan apakah rata-rata dua perlakuan berbeda secara statistik atau tidak. Hasil yang didapatkan bahwa nilai probabilitasnya rata-rata < ∝ 0,05 maka dapat diketahui

(9)

bahwa konsentrasi perasan bunga tahi ayam memberikan pengaruh dan perbandingan terhadap sampel larva nyamuk Anopheles sp yang diberikan perlakuan.

Pembahasan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektifitas perasan bunga tahi ayam (Tagetes erecta Linn) sebagai insektisida terhadap kematian larva nyamuk Anopheles

sp. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada tanggal 15-30 Juni 2015 di Kelurahan Hunggaluwa Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo, dapat diketahui bahwa perasan bunga tahi ayam (Tagetes

erecta Linn) yang digunakan

memiliki pengaruh terhadap kematian larva nyamuk Anopheles sp. Hasil analisis menunjukkan bahwa antar kelompok konsentrasi mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap kematian larva, dimana kenaikan konsentrasi diikuti juga oleh kenaikan jumlah kematian larva.

Penggunaan insektisida nabati (alami) di Indonesia dapat menjadi pilihan yang tepat, karena Indonesia memiliki beranekaragam tumbuhan yang berpotensi sebagai insektisida alami (Fathonah, 2013). Insektisida nabati (alami) tidak mempunyai dampak terhadap lingkungan dan tidak berbahaya bagi manusia, sehingga insektisida alami aman digunakan karena mudah terdegradasi di alam karena tidak meninggalkan residu di tanah, air dan udara (Fathonah, 2013).

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh jumlah kematian larva nyamuk Anopheles sp yang berbeda-beda, sebagaimana

tercantum pada tabel 4.1, dimana pada kelompok kontrol dengan konsentrasi 0% tidak ada larva yang mati sampai pada akhir pengamatan setelah 24 jam. Hal ini membuktikan bahwa aquades tidak mempunyai pengaruh terhadap kematian larva karena aquades tidak mengandung senyawa racun yang dapat menyebabkan kematian pada larva dan karena aquades juga tidak bersifat sebagai insektisida.

Sedangkan pada kelompok perlakuan dengan konsentrasi perasan 30%, 60% dan 90% memiliki pengaruh terhadap kematian larva dengan persentase yang berbeda-beda, dimana pada konsentrasi perasan 30% persentase kematian larva sebesar 51,5%, pada konsentrasi perasan 60% persentase kematian larva sebesar 71,5%, dan pada konsentrasi perasan 90% persentase kematian larva sebesar 100,0%. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan konsentrasi pada masing-masing perlakuan dan juga karena adanya perbedaan tingkat kandungan senyawa kimia pada masing-masing konsentrasi, dimana semakin tinggi konsentrasi maka semakin tinggi pula tingkat kekentalan dan senyawa-senyawa kimia yang terkandung didalamnya. Hal ini berhubungan dengan teori Hutagalung, D, Marsaulina, I dan Naria, E. (2013) dimana Bunga (Tagetes erecta Linn) merupakan salah satu jenis tanaman insektisida hidup pengusir nyamuk, karena tanaman ini memiliki bau yang menyengat dan mengandung berbagai senyawa kimia, cara kerja senyawa-senyawa kimia ini sebagai racun pernapasan dan penghambat cara kerja berbagai enzim dalam

(10)

tubuh larva, sehingga larva gagal tumbuh dan mati.

Untuk membuktikan hipotesa bahwa terdapat perbedaan jumlah larva yang mati akibat pengaruh konsentrasi perasan bunga tahi ayam maka digunakan uji hipotesa Anova. Hasilnya diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,000 ≤ ∝ 0,05. Karena nilai probabilitasnya kurang dari ∝ 0,05 maka H0 ditolak, sedangkan uji

lanjutan LSD dapat diketahui bahwa masing-masing konsentrasi memberikan pengaruh terhadap jumlah kematian larva, yang berarti bahwa perasan bunga tahi ayam efektif digunakan sebagai insektisida nabati terhadap kematian larva nyamuk Anopheles sp, karena dalam tanaman bunga tahi ayam ini mengandung senyawa kimia

Saponin, flavonoid, tagetiin,

terthienyl, helenial dan flavoxanthin

yang dapat membunuh larva, dan juga menandakan bahwa perbedaan tingkat konsentrasi yang digunakan pada setiap perlakuan akan berpengaruh terhadap jumlah kematian larva sehingga jumlah kematian larva yang dihasilkan berbeda-beda. Hal ini diperkuat oleh Hastutiningrum, N. O (2010) yang menjelaskan bahwa semakin tinggi tingkat konsentrasi pada setiap perlakuan maka jumlah larva yang mati akan meningkat.

Perbedaan jumlah larva yang mati pada setiap konsentrasi, selain karena tingkat konsentrasi yang digunakan berbeda-beda pada setiap perlakuan, juga dapat disebabkan oleh faktor lain yaitu karena adanya perbedaan daya tahan tubuh larva, dimana instar larva yang digunakan dalam penelitian ini adalah larva instar I, II, III dan IV, sehingga daya

tahan tubuh larva berbeda-beda pada setiap konsentrasi. Maka jumlah larva yang dihasilkan pada setiap konsentrasi tingkat kematiannya berbeda-beda.

Selain itu juga karena keterbatasan peneliti dalam melakukan penelitian yang tidak mengukur suhu dan kelembaban ruangan yang dapat mempengaruhi kematian larva saat melakukan penelitian. Hal ini juga sesuai dengan dengan teori Hutagalung, D, Marsaulina, I dan Naria, E. (2013) yang menyatakan bahwa suhu dan kelembaban merupakan salah satu kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup nyamuk. Dimana suhu optimum untuk pertumbuhan nyamuk adalah 25-27°C dan pertumbuhan nyamuk akan berhenti sama sekali bila suhu kurang dari 10°C atau lebih dari 40°C. Sedangkan untuk kelembaban umumnya adalah sekitar 70% - 89%. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hutagalung, Marsaulin dan Naria (2013) dengan konsentrasi ekstrak daun kenikir atau yang lebih dikenal dengan tahi ayam 1%, 2%, 3%, 4% dan 5% untuk dijadikan sebagai repellent terhadap nyamuk Aedes spp, didapatkan hasil dengan konsentrasi 5% mampu menolak keberadaan nyamuk sampai 100%, hal ini dikarenakan semakin besar konsentrasi yang diberikan akan semakin besar juga kemampuannya untuk bekerja menolak nyamuk. Sedangkan pada penelitian perasan bunga tahi ayam dengan menggunakan konsentrasi 30%, 60% dan 90%, dimana pada konsentrasi 90% persentase jumlah kematian larva sebesar 100,0%.

(11)

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi yang digunakan pada masing-masing perlakuan pada penelitian akan mempengaruhi persentase rata-rata kematian sampel yang berbeda-beda pada setiap perlakuan.

IV. Penutup Simpulan

Perasan bunga tahi ayam (Tagetes erecta Linn) efektif digunakan sebagai insektisida terhadap kematian larva Anopheles sp dengan masing-masing konsentrasi 30%, 60% dan 90%. Dimana Persentase rata-rata kematian larva pada konsentrasi 30% sebesar 51,5%, pada konsentrasi 60% persentase rata-rata kematian larva sebesar 71,5%, dan pada konsentrasi 90% persentase rata-rata kematian larva sebesar 100%.

Konsentrasi 90% adalah yang paling efektif digunakan sebagai insektisida nabati terhadap kematian larva nyamuk Anopheles sp.

Saran

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan ilmu pengetahuan baru bagi masyarakat untuk menggunakan insektisida yang terbuat dari bahan alami (nabati) yang berada disekitar kita yaitu bunga tahi ayam (Tagetes erecta Linn) dalam mengendalikan/ membunuh larva nyamuk, karena insektisida nabati (alami) ini tidak berdampak terhadap lingkungan dan juga bagi kesehatan.

Diharapkan pada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai potensi perasan dan ekstrak dari bunga tahi

ayam (Tagetes erecta Linn) ini sebagai insektisida terhadap nyamuk

Anopheles sp dewasa.

V. Daftar Pustaka

Deptan, 2011. Tagetes Erecta Berguna Bagi Kita. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara. Medan.

Fathonah, A. K. 2013. Uji Toksisitas Ekstrak Daun dan Biji carica papaya sebagai larvasida Anopheles aconitus. (Skripsi, hal : 1). Jurusan Biologi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Hutagalung, D, Marsaulina, I dan Naria, E. 2013. Pengaruh Ekstrak Daun Kenikir (Tagetes Erecta L.) Sebagai Repellent Tehadap Nyamuk Aedes spp. (Jurnal, hal : 3). Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Jamil, A, Suyono dan Mifbhakhudin. 2010. Efektifitas Daya Tolak Ukur Daun Zodiac Untuk Nyamuk Anopheles sp

(Kajian Variasi Dosis Dan

Waktu Kontak

Laboratorium). (Jurnal, hal : 5-8). Universitas Muhamadiyah Semarang. Jayadipraja, E. A, Ishak, H dan

Arsin, A. A. 2012. Uji Efektifitas Ekstrak Akar Tuba (Derris Elliptica) Terhadap

Mortalitas Larva

Anopheles.sp. (Jurnal, hal : 3). Fakultas Kesehatan

(12)

Masyarakat, Universitas Hasanuddin.

Mooduto, P. M. 2012. Karakteristik Penderita Malaria Di Wilayah Kerja Puskesmas Bongomeme Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo tahun 2009-2011. (Jurnal, hal : 2).

Jurusan Kesehatan

Masyarakat, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo.

Prabowo, A. 2004. Malaria Mencegah dan Mengatasinya. Jakarta: Puspa Swara.

Rahman, R. R, Ishak, H dan Ibrahim, E. 2013. Hubungan

Karakteristik Lingkungan

Breeding Site Dengan

Densitas Larva Anopheles Di Wilayah Kerja Puskesmas Durikumba Kecamatan Karossa Kab. Mamuju Tengah. (Jurnal, hal : 2).

Jurusan Kesehatan

Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin. Santi, A. F dan Natalia, D. 2014.

Hubungan Faktor Individu dan Lingkungan dengan Kejadian Malaria di Desa Sungai Ayak 3 Kecamatan Belitang Hilir, Kabupaten Sekadau. (Jurnal , hal : 2). Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura, Pontianak

Gambar

Gambar 2  Rata-rata  Kematian  Larva  Nyamuk  Anopheles  sp  Pada  Berbagai  Konsentrasi 0 51.5 71.5 100 0204060801001200306090

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini yaitu menguji pengaruh antara variabel rebranding , kualitas layanan terhadap citra merek studi pada pelanggan Majelis Mie Cabang

In summary, this study seeks to (1) examine whether everybody lies (DePaulo et al., 1996), or whether most people report not lying and a few people report lying very frequently

Tujuh dari 10 bidan yang ada pada Puskesmas Tlogowungu dan Puskesmas Sukolilo II tidak mengetahui tentang peran bidan dalam menjalankan praktik, meraka hanya mengetahui

Disamping itu kemampuan dari bakteri untuk hidup pada habitat yang lebih basa dan suhu yang lebih tinggi (suhu optimum diatas 50 0 C) memungkinkan produk enzim xilanase yang

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi ini adalah hasil dari proses penelitian saya yang telah dilakukan sesuai dengan prosedur penelitian yang benar

Karena dukungan dari masyarakat sekitar dan keinginan para pelajar baik dari Ibtidaiyah (SD), maupun dari tingkat Tsanawiyah (SLTP) yang banyak di antara mereka ingin memperdalam

Hasil penelitian ini lebih rendah jika dibandingkan dengan Wilson (2010) yang memperoleh total populasi bakteri oligotrof di lahan gambut Cagar Biosfer GSK-BB yang

Tabell 9-10 Netto driftseiendeler og netto driftskapital over budsjettperioden, fra 2016 til 2025, samt siste år i analyseperioden og første år i konstant vekst. Fri kontantstrøm