• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dewan Redaksi. Vol. 01, No. 1, 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Dewan Redaksi. Vol. 01, No. 1, 2020"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Vol. 01, No. 1, 2020

Dewan Redaksi

Mukhlis Mubarrok Dalimunthe

Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Ar

Jl. Setia Budi, Simpang Selayang, Medan Tuntungan

Medan

https://jurnal.stit

ewan Redaksi

Ketua Penyunting

Rasyidin

Penyunting Pelaksana:

Abdul Aziz Sebayang

Arridha Harahap

Penyunting Ahli:

Mukhlis Mubarrok Dalimunthe

Ahmad Fauzi Ilyas

Zuhair Mubarrak Hazaa

Supriadi

Tarikh Al Hafizh Hasibuan

Hamdan Noor

Fakhrurrazi Ismail

Administrasi

Hesty Asnita Lubis

Ihdina Khairunnisa

Radinal Mukhtar Harahap

Alamat Redaksi

Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Ar-Raudlatul Hasanah, Medan

Jl. Setia Budi, Simpang Selayang, Medan Tuntungan

Medan-Sumatera Utara-Indonesia

20135

https://jurnal.stit-rh.ac.id/index.php/bahsunilmi/index

Raudlatul Hasanah, Medan

Jl. Setia Budi, Simpang Selayang, Medan Tuntungan

(2)
(3)

Vol. 01, No. 1, 2020

Pondok Pesantren:

Simbol Korelasi dan Koneksi Pendidikan dan Peradaban

dalam Narasi Sejarah Islam di Indonesia

Rasyidin

Santri sebagai Remaja:

Kajian Psikologi Pendidikan

Abdul Aziz Sebayang

Dars Naqd:

Strategi Peningkatan Mutu Guru di Pondok Pesantren

Arridha Harahap

Pengembangan Potensi Peserta Didik

Dalam Lembaga Pendiidkan Islam

Studi Manajemen Pondok Pesantren

Supriadi

Wakaf Tunai dan Pemberdayaan Pendidikan Pesantren

Tinjauan Mashlahat

Mukhlis Mubarrok Dalimunthe

Nilai-Nilai Pendidikan Peradaban Pra

Zuhair Mubarrak Hazaa

Al-Suffah Sebagai Embrio Lembaga Pendidikan Islam

Tarikh Al-Hafizh Hasibuan

Daftar Isi

Simbol Korelasi dan Koneksi Pendidikan dan Peradaban

dalam Narasi Sejarah Islam di Indonesia

Kajian Psikologi Pendidikan

Strategi Peningkatan Mutu Guru di Pondok Pesantren

Pengembangan Potensi Peserta Didik

Dalam Lembaga Pendiidkan Islam:

Studi Manajemen Pondok Pesantren

Wakaf Tunai dan Pemberdayaan Pendidikan Pesantren:

Mukhlis Mubarrok Dalimunthe

Peradaban Pra-Islam

Suffah Sebagai Embrio Lembaga Pendidikan Islam

Hafizh Hasibuan

1

13

25

35

43

51

63

(4)

Ilmu Fikih: Sejarah, Tokoh dan Mazhab Utama

73

Fakhrurrazi Ismail

Kitab Hadis di Pesantren:

Biografi Kitab al-Bulugh al-Maram

83

(5)

AL-

UFFAH SEBAGAI EMBRIO

LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM

Tarikh Al-Hafizh Hasibuan

tarikhalhafizh@stit-rh.ac.id

Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Ar-Raudlatul Hasanah, Medan

Abstrak

Rasulullah menjadi manusia terbaik pilihan Allah. Generasinya juga menjadi generasi terbaik. Sistem pendidikan yang secara langsung bersentuhan dengan Rasul maupun generasinya adalah Al-Ṣuffah. Dalam penelusuran terhadap pustaka yang terjangkau,

ditemukan bahwa Al-Ṣuffah menjadi embrio keberadaan lembaga pendidikan Islam.

Sistemnya terdiri dari tujuan pendidikan berupa pembinaan sosial dan politik yang berasaskan nilai tauhid, dengan pendidiknya secara langsung adalah Rasulullah dan peserta didiknya para sahabat pilihan. Metodenya adalah dakwah dan uswatun hasanah dengan kurikulum kelanjutan penanaman tauhid yang telah diawali pada fase Mekkah. Semua itu, dengan sarana dan prasarana yang masih sangat sederhana tetapi terbukti secara jelas menjadi embrio keberadaan lembaga pendidikan Islam masa kini.

Kata kunci: Al-Suffah, Lembaga Pendidikan Islam, Sirah Nabawiyah.

A.

Pendahuluan

ecara mutlak manusia terbaik adalah Rasulullah saw yang dipilih Allah swt menjadi utusan-Nya untuk menerima dan menyampaikan wahyu dan risalah kepada manusia. Maka masa yang mengiringinya, menjadi abad terbaik semasa keberadaan utusan Rabb al-‘ālamīn tersebut mengacu pada hadis yang pernah diungkapkan.1 Kemuliaan

tersebut menjadi keniscayaan dan mendapat pengakuan oleh seluruh manusia, bahkan seorang penulis non muslim Michael H.Hart memberikan pengakuan secara khusus sebagai sepuluh tokoh berpengaruh di dunia dalam bukunya ”The 100; A Ranking of The Most Influential Person In History”, tertera pada daftar bahwa Nabi Muhammad berada pada peringkat pertama.

Kemuliaan Rasulullah saw dan peradaban pada abad yang mengiringinya tidak terlepas dari pencapaian yang diraih yang memunculkan para sahabat yang mengawal peradaban ini dengan sumberdaya manusia dan terdidik:2 Khulafā’ al-Rāsyidīn al-arba’ah,

Khālid bin Walīd, Zubair bin Awwām, Abdurrahman bin ‘Auf, Abu Ubaidah bin Jarrah, ‘Amru bin ‘Ᾱṣ, ‘Abdullah bin ‘Abbas, Zaid bin al-Hāriṩah, Mu’āwiyah bin Abi Sufyān, Salmān al-Fārisy,

1 Hadīṩ ini diriwayatkan oleh Muslim (Bāb Faḍāil al-ṣahābah: 210,211, 212, 214, 215), Abū Dāud (Bāb Sunnah: 9), Ahmad bin Hambal (Bāb Sunnah: 328, 327, 156). Lihat:Wensinck, “Mu’jam al-Mufahras Li alfaẓi al-Hadiṩ al-Nabawy” (Leiden: Maktabah Bril, 1962).h.372

2 Mursal Aziz, “POLITIK PENDIDIKAN PADA MASA NABI MUHAMMAD SAW.,” t.t., 18. h.189

(6)

64 | Tarikh Al Hafizh Hasibuan

Bahsun Ilmy: Jurnal Pendidikan Islam

Hużaifah bin al-yamān dan banyak lagi. Puncaknya, pencapaian tersebut pada peradaban Islam di kota Madinah yang menjelma menjadi salah satu pusat peradaban yang diakui oleh dunia. Peradaban ini tidak akan dapat terwujud kecuali dengan mempersiapkan kaderisasi dan re-generasi sumber daya manusia generasi masa depan dengan sistem pendidikan yang unggul dan pembinaan pendidikan ini berlangsung selama 23 Tahun sejak Rasulullah Saw menerima wahyu tahun 13 sebelum hijrah hingga wafat pada 12 Rabī’ al-Awwal tahun 11 Hijriyyah.3

Mengungkap sistem pendidikan pada masa Rasulullah Saw akan menjadi akan menjadi kajian urgen, karena diyakini akan menjadi solusi dalam menemukan prinsip yang ideal dalam memedomani segala kebijakan pendidikan Rasulullah Saw tersebut yang memiliki hadyun (petunjuk dan arahan) merupakan wahyu dari Allah swt.4 Maka menjadi

keniscayaan sebuah keunggulan dan kejayaan dari peradaban tersebut dapat diraih dengan

menerapkan salah sistem pendidikan berdasarkan hadyun tersebut melalui sebuah lembaga

pendidikan yang diyakini terdapat sistem pendidikan yang diterapkan menjadi wadah untuk menyampaikan tuntunan berupa al-‘Ilm, al-Ilhām wa al-Wahyu terdapat wadah pendidikan tersebut dinamakan al-Ṣuffah di Kota Madīnah.

Merujuk sosial-histori Islam mengenai lembaga-lembaga pendidikan yang telah dimulai oleh Rasulullah saw, banyak pendapat dan teori yang diutarakan para pengamat dan peneliti pada diskursus ini. Diantaranya mengenai pembagian lembaga pendidikan Rasulullah Saw ditinjau dari fase kota Makkah dan Madinah. membahas pendidikan pada Rasulullah Saw dengan mengklasifikasikannya berdasarkan fase kota Mekkah yang inti pendidikan dan pengajaran yang disampaikan ialah seputar aqidah, pengajaran Alquran,

pendidikan ibadah, pendidikan akal dan pendidikan akhlak.5 Sedangkan fase kota Madinah

pendidikan dan pengajaran pada fase ini meliputi ilmu yang lebih luas dan universal baik dari materi agama dan ilmu teknologi seperti: aqidah, ibadah, mu’amalah dan pendidikan jasmani (kesehatan).6

Terkait dengan pengembangan lembaga pendidikan di masa Rasulullah saw, terdapat lembaga-lembaga pendidikan yang telah dirintis, yaitu; Dār al-Arqām adalah lembaga pendidikan Islam pertama, tempat ini merupakan sarana menerima tamu dan hendak bersyahadat memeluk agama Islam, atau hendak berdiskusi seputar urusan agama, dan tempat ini dijadikan basis beribadah sebelum da’wah dilaksanakan dengan terang-terangan.7 Selanjutnya adalah Kuttāb, pada awalnya pendididkan di lembaga ini fokus pada

materi baca tulis, sastra, syair, berhitung, tetapi dengan menyesuaikan Islam, maka

ditambahkan dan disempurnakan menjadi aktifitas baca tulis al-Quran.8 Lembaga

selanjutnya Rasulullah Saw tiba di Madīnah mendirikan Masjid dan menjadikan salah satu

3 Suriadi, “Pendidikan Islam Masa Rasulullah,” Belajea: Jurnal Pendidikan Islam 2 (t.t.).h.141 4 Qs. 53:3

5 Astiati, “Kurikulum Pendidikan Islam Pada Masa Nabi,” 1, 7 (Januari 2015).h.28 6 Astiati.h.32

7 Surawardi, “Sistem dan Kelembagaan Pendidikan Islam Periode Madinah,” Jurnal: Management of Education 1, no. 2 (t.t.).h.97

(7)

Al-Suffah sebagai Embrio Lembaga Pendidikan Islam | 65

Vol.01, No.01, 2020 sudutnya yang disebut al-Ṣuffah9 menjadi lembaga pengajaran dan pendidikan Islam di

halaman samping mesjid Nabawi tersebut, selanjutnya Rasulullah Saw membangun

peradaban dengan persaudaraan dan konsituen sehingga terbangun sebuah daulah

Islamiyyah dan dilanjutkan dengan penaklukan dan da’wah ke seluruh penjuru dunia.

Mengenai penisbatan lembaga pendidikan al-Ṣuffah, disebutkan secara etimologi dalam Mu’jam al-Wasīṭ dengan kriteria maḍmu harf al-Ṣāḍ, dan tasydīdu al-Fāu, bermakna naungan, tanah lapang yang luas dan tinggi dari tanah sekitarnya dan memiliki atap, sedangkan secara terminologi adalah bagian halaman masjid tempat bernaung bagi orang-orang miskin yang membutuhkan, semakin spesifik ialah tempat bernaungnya orang-orang faqir kaum Muhājirīn berlindung di dalamnya dalam perlindungan Rasulullah saw.10 Penyebutan

mereka yang berada pada tempat ini disebut Ahl al-Ṣuffah, mereka dari kalangan sahabat Rasūlullah saw dari Makkah (Muhājirīn) yang tidak memiliki tempat tinggal dan mereka berteduh di halaman Masjid Nabawi, pendapat yang lain mengenai kaum Ahl al-Ṣuffah, Radiman mengutip pendapat Hamka, bahwa kaum ini segolongan sahabat-sahabat Rasūlullah Saw yang menyendiri di satu tempat terpencil di sudut mesjid Nabawi.11

Kajian lembaga pendidikan al-Ṣuffah akan menjadi lebih menarik karena keunggulan lembaga pendidikan berbasis Masjid ini disebut Asari sebagai cikal-bakal lembaga pendidikan masjid yang mempunyai fungsi optimal, sehingga menjadi tren masa itu bahwa di berbagai tempat telah dibangun masjid-masjid yang dilangsungkan pula kegiatan pendidikan dengan kajian agama seperti: tafsir, fiqh, kalam, bahasa Arab, bahkan berkembang pengkajian di dalamnya ilmu universal seperti: astrotomi, ekonomi bahkan

ilmu kedokteran.12 Keberadaan mesjid sebagai lembaga pendidikan optimal hingga menurut

Syalabi yang dikutip oleh Asari bahwa pendidikan di Mesjid-mesjid ini sudah mencapai taraf pendidikan menengah dan tingkat Universitas, menurut hasil observasinya halaqah-halaqah yang dilaksanakan pembahasan yang dihadirkan secara luas dan peserta juga diperbolehkan memilih sesuai dengan level intelektualnya.13

Pada kajian ini akan mendeskripsikan dan mengulas sistem pendidikan Islam yang berada pada lembaga pendidikan al-Ṣuffah dengan pendekatan studi pustaka (library research) sebagai cikal-bakal lembaga pendidikan Islam di masa yang akan datang. pendidikan , dengan harapan dapat memberikan sumbangsih pemikiran yang fundamental memedomani kebijakan pendidikan yang diinisiasi dan di bawah bimbingandan pengawasan Rasulullah

Saw, menurut I’tiqad merupakan bersumber dari bimbingan wahyu Allah Swt. Hal-hal yang

akan diulas pada adalah seputar komponen yang ada pada sistem pendidi

kan pada

lembaga pendidikan pada masa Rasulullah Saw yaitu;

al-Ṣuffah.

9 Mohammad Muchlis Solichin, “PENDIDIKAN ISLAM KLASIK” 3 (2008).h.197

10 Radiman Radiman, “METODE RASULULLAH SAW MENDIDIK AHL ASH-SHUFFAH,” el-Tarbawi 11, no. 2 (Oktober 2018): 143–60, https://doi.org/10.20885/tarbawi.vol11.iss2.art4. h.145

11 Radiman., h.146

12 Hasan Asari, Menyingkap Zaman Keemasan Islam; Kajian atas Lembaga-lembaga Pendidikan (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2017).

(8)

66 | Tarikh Al Hafizh Hasibuan

Bahsun Ilmy: Jurnal Pendidikan Islam

B.

Sistem pendidikan al-

uffah

Teori tentang sistem pendidikan telah banyak dikaji dan diulas, pendapat beberapa ahli tentang hal ini oleh Radiman menyimpulkan pendapat ahli seperti:14 Nata, Aly dan

Langgulung, bahwa sistem pendidikan Islam dan kandungannya terdiri dari enam unsur: 1. Tujuan pendidikan, dalam Islam bertujuan membentuk manusia yang sejati lahir dan batin sesuai dengan fitrah yang Allah Swt tetapkan serta menjadikan manusia sebagai Insān al-Kāmil. 2. Peserta didik, yaitu setiap manusia yang berada pada tahap perkembangan. 3. Pendidik, yaitu setiap orang dewasa yang karena kewajiban dan kesadaran agama, bertanggungjawab atas pendidikan dirinya dan orang lain. 4. Isi pendidikan, yaitu pemahaman menuju sasaran membentuk manusia yang utuh, dalam kerangka kajian yang ilmiah mempertimbangkan dan mengembangkan fungsi unsur manusia rohani, intelektual dan jasmani (tubuh, akal, hati dan ruh). 5. Metode, yaitu bagian unsur lunak dari unsur-unsur pendidikan, berfungsi sebagai alat dan perlengkapan, mempermudah pencapaian pendidikan seperti: perintah, nasihat, dorongan dan larangan. 6. Ruang dan waktu, yaitu di mana dan kapan sebuah pendidikan dilangsungkan.

Mengulas dan mendeskripsikan tentang sistem pendidikan pada lembaga pendidikan al-Ṣuffah yang diyakini sebagai embrio cikal-bakal lembaga pendidikan Islam yang unggul, maka penjelasan di atas menjadi relevansi dalam menentukan sistem pendidikan yang Islami pada lembaga pendidikan binaan Rasūlullah Saw ini.

Tujuan pendidikan pada lembaga pendidikan al-Ṣuffah, menurut Badriah, tujuan pendidikan Rasūlullah Saw pada fase Madinah ialah pembinaan sosial dan politik yang berasaskan nilai tauhid, harapan tauhid akan menjadi pedoman yang merupakan

berdasarkan wahyu yang diturunkan kepada Rasūlullah Saw.15 Secara implisit disampaikan

oleh Taufikurrahman, bahwa ia memaparkan visi, misi dan tujuan pendidikan Nabi pada fase di kota Madinah, visi yang ia rumuskan: “unggul dalam bidang keagamaan, moral,

sosial, ekonomi dan kemasyarakatan serta penerapannya dalam bidang kehidupan”16

sedangkan misi Nabi adalah mengembangkan dan memperluas nilai-nilai ajaran Islam serta mengimplementasikannya dalam tatanan kehidupan, ia rumuskan yang disimpulkan sebagai berikut:17 1. Membimbing kaum muslimin menuju jalan yang diridhoi Allah, 2.

Menyeru dan mendorong kaum muslimin berjihad di jalan Allah, 3. Menanamkan pendidikan akhlak dalam situasi dan kondisi apapun, 4. Menyeru dan mengajak kaum Yahudi dan Nasrani mematuhi dan menjalankan nilai-nilai keislaman (bentuk da’wah dan bukan paksaan), 5. Melaksanakan pendidikan dan da’wah yang relevan.

Dari paparan diatas, bahwa tujuan pendidikan Islam pada lembaga al-Ṣuffah adalah mewujudkan nilai-nilai Islami dalam peradaban kota Madinah yang universal, dan dimplementasikan dengan penerepannya pada tatanan kehidupan yang masyarakatnya

14 Radiman, “METODE RASULULLAH SAW MENDIDIK AHL ASH-SHUFFAH.”h. 7

15 Laelatul Badriah, “Kurikulum Pendidikan Islam Masa Klasik,” LITERASI (Jurnal Ilmu Pendidikan) 6, no. 2 (5 Agustus 2016): 155, https://doi.org/10.21927/literasi.2015.6(2).155-176. h.162

16 Taufikurrahman, “Pendidikan Era Rasulullah di Mekkah dan Madinah,” Jurnal Al-Makrifat 03, no. 01 (April 2018).h.57

(9)

Al-Suffah sebagai Embrio Lembaga Pendidikan Islam | 67

Vol.01, No.01, 2020 merupakan berheterogen latarbelakang agama (Islam, Yahudi dan Nasrani), sosial dan suku, dengan tujuan meraih riḍa Allah Swt, dengan cara menjalankan syari’ah Islam yang kāffah.

Pengajar pada lembaga pendidikan al-Ṣuffah adalah secara langsung diajar oleh Rasūlullah Saw semasa hidupnya.18 Selanjutnya diungkap bahwa pendidik pada lembaga

al-Ṣuffah merupakan intelektual-intelektual yang unggul pada zaman terbaik itu,

diklasifikasikan dengan runut, pada tahap tertinggi atau yang pertama adalah Rasulullah Muhammad saw, kedua, level para ṣahabat diantaranya adalah ‘Abdullah bin Umar, Abdullah bin Mas'ud, 'Abdullah bin Zaid, Salim maula Abu Hudzaifah, Ubay bin Ka'ab, Mu'adz bin Jabal, Abu Ayyub, Abu Bakar, Abu Barzah Al Aslami, Abu Dzarr Abu Hurairah, Abu Salamah, Al Bara', Bilal, Hudzaifah, Ibnu Abbas, Ibnu Syihab, Khudzaifah bin Yaman, Mush'ab bin 'Umair, Ibnu Ummi Maktum, Sa'd bin Abu Waqash, dan Salman, pada tahap ketiga selanjutnya adalah, diri sendiri atau mandiri para sahabat telah terbiasa mendidik dirinya ketika manusia mencapai usia dewasa.19

Menjadi keunggulan abad ini bahwa puncak otoritas keilmuan sebagai pendidik dan pengajar adalah oleh Rasūlullah Saw dan para sahabat yang diberikan otoritas oleh Rasūlullah Saw untuk menyampaikan, memelihara ilmu dan ajaran yang diperoleh dari Rasūlullah Saw, dan selanjutnya sebagaimana yang tertera pada ulasan di atas bahwa pembelajaran mandiri (autodidak) juga relevan, unggul dan masih diakui pada zaman ini.

Peserta didik dalam lembaga pendidikan al-Ṣuffah, al-Samanhudi mengutip dalam

al-Hilyah,banyak pembahasan yang dikaji tentang bertambah dan berkurangnya jumlah ahl

al-Ṣuffah dari waktu ke waktu disebabkan oleh beberapa hal, jika para utusan dan para tamu datang ke tempat mereka jumlah mereka bisa bertambah, dan jika tamu mereka pulang, jumlah di tempat inipun tampak berkurang, mengenai jumlah tetap mereka; menurut Abu Nu’aim dalam kitab Hilyah al-‘ulya, jumlah mereka biasanya adalah kurang dari tujuh puluh orang, delapan puluh orang bahkan puncaknya bisa sampai seratus orang lebih dan

kebanyakan dari mereka adalah Kaum Muhājirīn.20 Menurut Radiman, mereka disebut Ahl

18 Badriah, “Kurikulum Pendidikan Islam Masa Klasik.” h.161

19 Radiman, “METODE RASULULLAH SAW MENDIDIK AHL ASH-SHUFFAH.”,h.12

20 catatan menarik nama-nama ahl al-Ṣuffah yang disebutkan oleh Abu Nu’aim dicantumkan dalam kitab Hilyah al-Auliya’:

١

(

ُﻦْﺑ ُسْوَأ

،ﱡﻲِﻔَﻘﱠـﺜﻟا ٍسْوَأ

٢

(

،َﺔَﺛِرﺎَﺣ ُﻦْﺑ ُءﺎَْﲰَأ

٣

(

،ﱠ ِﱐَﺰُﻤْﻟا ﱠﺮَﻏَْﻷا ﱡ ِﱐَﺰُﻤْﻟا ﱡﺮَﻏَْﻷا

٤

(

،ٍحﺎَﺑَر ُﻦْﺑ ُل َﻼِﺑ

٥

(

ُﻦْﺑ ُءاَﺮَـﺒْﻟا

، ٍﻚِﻟﺎَﻣ

٦

(

،نﺎﺑﻮﺛ

٧

(

،ِكﺎﱠﺤﱠﻀﻟا ُﻦْﺑ ُﺖِﺑﺎَﺜ

٨

(

،َﺔَﻌﻳِدَو ُﻦْﺑ ُﺖِﺑﺎَﺛ

٩

(

،وٍﺮْﻤَﻋ ُﻦْﺑ ُﻒﻴِﻘَﺛ

١٠

(

ْﻨُﺟ

،َةَدﺎَﻨُﺟ ُﻦْﺑ ُبُﺪ

١١

(

،ٍﺪِﻠْﻳَﻮُﺧ ُﻦْﺑ ُﺪَﻫْﺮَﺟ

١٢

(

،ﺔﻗاﺮﺳ ﻦﺑ ﻞﻴﻌﺟ

١٣

(

، ٍﻞﻴَِﲪ ُﻦْﺑ ُﺔَﻳِرﺎَﺟ

١٤

(

،ِنﺎَﻤَﻴْﻟا ُﻦْﺑ ُﺔَﻔْـﻳَﺬُﺣ

١٥

(

ُﻦْﺑ ُﺔَﻔْـﻳَﺬُﺣ

،ٍﺪْﻴَﺳُأ

١٦

(

،ٍﺪْﻳَز ُﻦْﺑ ُﺐﻴِﺒَﺣ

١٧

(

،نﺎﻤﻌﻨﻟا ُﻦْﺑ ُﺔَﺛِرﺎَﺣ

١٨

(

،َﺔَﻠَﻣْﺮَﺣ ُﻦْﺑ ُمِزﺎَﺣ

١٩

(

َﻠَﻈْﻨَﺣ

،ٍﺮِﻣﺎَﻋ ِﰊَأ ُﻦْﺑ ُﺔ

٢٠

(

،وٍﺮْﻤَﻋ ُﻦْﺑ ُجﺎﱠﺠَﺣ

٢١

(

،ٍْﲑَﻤُﻋ ُﻦْﺑ ُﻢَﻜَْﳊا

٢٢

(

، ٍسﺎَﻳِإ ُﻦْﺑ ُﺔَﻠَﻣْﺮَﺣ

٢٣

(

،ترﻻا ﻦﺑ بﺎﺒﺧ

٢٤

(

ُﻦْﺑ ُﺲْﻴَـﻨُﺧ

،َﺔَﻓاَﺬُﺣ

٢٥

(

،ٍﺪْﻳَز ُﻦْﺑ ُﺪِﻟﺎَﺧ

٢٦

(

، ٍﻚِﺗﺎَﻓ ُﻦْﺑ ُْﱘَﺮُﺧ

٢٧

(

، ٍسْوَأ ُﻦْﺑ ُْﱘَﺮُﺧ

٢٨

(

ُﻦْﺑ ُﺐْﻴَـﺒُﺧ

، ٍفﺎَﺴَﻳ

٢٩

(

ُْﲔَﻛُد

،ٍﺪﻴِﻌَﺳ ُﻦْﺑ

٣٠

(

،ِﻦْﻳَدﺎَﺠِﺒْﻟا وُذ ِﷲا ُﺪْﺒَﻋ

٣١

(

،َﺔَﺑﺎَﺒُﻟ ﻮُﺑَأ ُﺔَﻋﺎَﻓِر

٣٢

(

،ٍﻦﻳِزَر ﻮُﺑَأ

٣٣

(

، ِبﺎﱠﻄَْﳋا ُﻦْﺑ ُﺪْﻳَز

٣٤

(

،ﱡﻲِﺳِرﺎَﻔْﻟا ُنﺎَﻤْﻠَﺳ

٣٥

(

، ٍصﺎﱠﻗَو ِﰊَأ ُﻦْﺑ ُﺪْﻌَﺳ

٣٦

(

،ٍﺮِﻣﺎَﻋ ُﻦْﺑ ُﺪﻴِﻌَﺳ

٣٧

(

َأ ُﺔَﻨﻴِﻔَﺳ

،ِﻦَْﲪﱠﺮﻟا ِﺪْﺒَﻋ ﻮُﺑ

٣٨

(

ُﻦْﺑ ُﺪْﻌَﺳ

(10)

68 | Tarikh Al Hafizh Hasibuan

Bahsun Ilmy: Jurnal Pendidikan Islam

al-Ṣuffah, mereka sahabat Rasūlullah Saw dari Makkah (Muhājirīn) yang tidak memiliki tempat tinggal dan mereka berteduh di halaman Masjid Nabawi, ia juga mengutip pendapat Hamka, bahwa kaum ini segolongan sahabat-sahabat Rasūlullah Saw yang menyendiri di satu tempat terpencil di sudut mesjid Nabawi.21

Ulasan di atas mengisyaratkan para peserta didik yang menimba ilmu pada lembaga al-Ṣuffah adalah Ahl al-Ṣuffah mereka terdiri dari orang-orang Muhājirīn dari Mekkah, dan para tamu yang hadir, jumlah mereka tidaklah tetap, biasanya tidak lebih dari tujuh puluh orang dan paling banyak ialah seratusan orang.

Kurikulum dalam lembaga pendidikan al-Ṣuffah, melanjutkan sistem pendidikan di Makkah yaitu penanaman tauhid, tetapi secara umum materi pendidikan yang diajarkan pada periode setelahnya di Madinah yaitu: pendidikan keimanan, pendidikan akhlak, kesehatan jasmani dan pendidikan sosial serta kemasyarakatan, sebagai contoh konkret tentang hal ini, adanya materi kemasyarakatan meliputi ilmu politik, ekonomi dan hukum

، ٍﻚِﻟﺎَﻣ

٣٩

(

،َﺔَﻔْـﻳَﺬُﺣ ِﰊَأ َﱃْﻮَﻣ ٌِﱂﺎَﺳ

٤٠

(

،ﱡﻲِﻌَﺠْﺷَْﻷا ٍﺪْﻴَـﺒُﻋ ُﻦْﺑ ُِﱂﺎَﺳ

٤١

(

،ٍْﲑَﻤُﻋ ُﻦْﺑ ُِﱂﺎَﺳ

٤٢

(

ُﻦْﺑ ُﺐِﺋﺎﱠﺴﻟا

،ٍد ﱠﻼَﺧ

٤٣

(

َﻢﱠﻠَﺳَو ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﷲا ﻰﱠﻠَﺻ ِﷲا ِلﻮُﺳَر َﱃْﻮَﻣ ُناَﺮْﻘُﺷ

،

٤٤

(

،ٍﺪْﻴَﺳُأ ُﻦْﺑ ُداﱠﺪَﺷ

٤٥

(

،َنﺎَﻨِﺳ ُﻦْﺑ ُﺐْﻴَﻬُﺻ

٤٦

(

،َءﺎَﻀْﻴَـﺑ ُﻦْﺑ ُناَﻮْﻔَﺻ

٤٧

(

، ٍﺲْﻴَـﻗ ُﻦْﺑ ُﺔَﻔْﺨِﻃ

٤٨

(

،وٍﺮْﻤَﻋ ُﻦْﺑ ُﺔَﺤْﻠَﻃ

٤٩

(

،ﱡﻲِﺳْوﱠﺪﻟا ﱡيِوﺎَﻔﱡﻄﻟا

٥٠

(

ُﻦْﺑ ِﷲا ُﺪْﺒَﻋ

،ٍدﻮُﻌْﺴَﻣ

٥١

(

،َةَﺮْـﻳَﺮُﻫ ﻮُﺑَأ

٥٢

(

ِﺪْﺒَﻋ ُﻦْﺑ ِﷲا ُﺪْﺒَﻋ

،ﱡﻲِﻣوُﺰْﺨَﻤْﻟا ِﺪَﺳَْﻷا

٥٣

(

،ﱡيِدْزَْﻷا َﺔَﻟاَﻮَﺣ ُﻦْﺑ ِﷲا ُﺪْﺒَﻋ

٥٤

(

ُﺪْﺒَﻋ

،ٍمﻮُﺘْﻜَﻣ ﱢمُأ ُﻦْﺑا ِﷲا

٥٥

(

،ﱡيِرﺎَﺼْﻧَْﻷا ٍماَﺮَﺣ ِﻦْﺑ وِﺮْﻤَﻋ ُﻦْﺑ ِﷲا ُﺪْﺒَﻋ

٥٦

(

، ٍﺲْﻴَـﻧُأ ُﻦْﺑ ِﷲا ُﺪْﺒَﻋ

٥٧

(

ٍﺪْﻳَز ُﻦْﺑ ِﷲا ُﺪْﺒَﻋ

،ﱡِﲏَﻬُْﳉا

٥٨

(

َﻋ

،ﱡيِﺪْﻴَـﺑﱡﺰﻟا ٍءْﺰَﺟ ِﻦْﺑ ِثِرﺎَْﳊا ُﻦْﺑ ِﷲا ُﺪْﺒ

٥٩

(

، ِبﺎﱠﻄَْﳋا ِﻦْﺑ َﺮَﻤُﻋ ُﻦْﺑ ِﷲا ُﺪْﺒَﻋ

٦٠

(

ُﻦْﺑ ِﻦَْﲪﱠﺮﻟا ُﺪْﺒَﻋ

، ٍطْﺮُـﻗ

٦١

(

،وٍﺮْﻤَﻋ ِﻦْﺑ ِْﱪَﺟ ُﻦْﺑ ِﻦَْﲪﱠﺮﻟا ِﺪْﺒَﻋ

٦٢

(

،َناَوْﺰَﻏ ُﻦْﺑ ُﺔَﺒْﺘُﻋ

٦٣

(

ﱡِﲏَﻬُْﳉا ٍﺮِﻣﺎَﻋ ُﻦْﺑ ُﺔَﺒْﻘُﻋ

،

٦٤

(

ُﻦْﺑ ُدﺎﱠﺒَﻋ

،ﱡيِرﺎَﻔِﻐْﻟا ٍﺪِﻟﺎَﺧ

٦٥

(

،ﷲا ﺪﻴﺒﻋ ﻦﺑ ﺮﻣﺎﻋ

٦٦

(

،ﱡ ِﱐَﺰُﻤْﻟا ٍفْﻮَﻋ ُﻦْﺑ وُﺮْﻤَﻋ

٦٧

(

،َﺐِﻠْﻐَـﺗ ُﻦْﺑ وُﺮْﻤَﻋ

٦٨

(

ُﻦْﺑ ُْﱘَﻮُﻋ

،ﱡيِرﺎَﺼْﻧَْﻷا َةَﺪِﻋﺎَﺳ

٦٩

(

،ءادرﺪﻟا ﻮﺑأ ﺮﳝﻮﻋ

٧٠

(

،ﷲا لﻮﺳر ﱄﻮﻣ ﺪﻴﺒﻋ

٧١

(

َْﻷا ٍﻦَﺼِْﳏ ُﻦْﺑ ُﺔَﺷﺎﱠﻜُﻋ

،ﱡيِﺪَﺳ

٧٢

(

،َﺔَﻳِرﺎَﺳ ُﻦْﺑ ُضﺎَﺑْﺮِﻌْﻟا

٧٣

(

،ﱡﻲِﻤَﻌْـﺜَْﳋا ﱟﻲِﺸْﺒُﺣ ُﻦْﺑ ِﷲا ُﺪْﺒَﻋ

٧٤

(

،ﱡﻲِﻤَﻠﱡﺴﻟا ٍﺪْﺒَﻋ ُﻦْﺑ ُﺔَﺒْﺘُﻋ

٧٥

(

،ﱡﻲِﻤَﻠﱡﺴﻟا ِرﱠﺪﱡﻨﻟا ُﻦْﺑ ُﺔَﺒْﺘُﻋ

٧٦

(

،ﱡﻲِﻤَﻠﱡﺴﻟا َﺔَﺴَﺒَﻋ ُﻦْﺑ وُﺮْﻤَﻋ

٧٧

(

، ٍصْﺮُـﻗ ُﻦْﺑ ُةَدﺎَﺒُﻋ

٧٨

(

ْﺑ ُضﺎَﻴِﻋ

،ﱡﻲِﻌِﺷﺎَﺠُﻤْﻟا ٍرﺎَِﲪ ُﻦ

٧٩

(

ٍﺪْﻴَـﺒُﻋ ُﻦْﺑ ُﺔَﻟﺎَﻀَﻓ

،ﱡيِرﺎَﺼْﻧَْﻷا

٨٠

(

،ﱡﻲِﻠْﺠِﻌْﻟا َنﺎﱠﻴَﺣ ُﻦْﺑ ُتاَﺮُـﻓ

٨١

(

، ﱡﻲِﻤَﻠْﺳَْﻷا ٍساَﺮِﻓ ﻮُﺑَأ

٨٢

(

،ﱡ ِﱐَﺰُﻤْﻟا ٍسﺎَﻳِإ ُﻦْﺑ ُةﱠﺮُـﻗ

٨٣

(

ُﻦْﺑ ُزﺎﱠﻨَﻛ

،ِْﲔَﺼُْﳊا

٨٤

(

،وٍﺮْﻤَﻋ ُﻦْﺑ ُﺐْﻌَﻛ

٨٥

(

ﻮُﺑَأ

،َﻢﱠﻠَﺳَو ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﷲا ﻰﱠﻠَﺻ ِﷲا ِلﻮُﺳَر َﱃْﻮَﻣ َﺔَﺸْﺒَﻛ

٨٦

(

، ٍْﲑَﻤُﻋ َﻦْﺑ َﺐَﻌْﺼُﻣ

٨٧

(

،ٍدﺎﱠﺒَﻋ ﻮُﺑَأ َﺔَﺛﺎَﺛُأ ُﻦْﺑ ُﺢَﻄْﺴِﻣ

٨٨

(

،ﱡيِرﺎَﻘْﻟا ِﻊﻴِﺑﱠﺮﻟا ُﻦْﺑ ُدﻮُﻌْﺴَﻣ

٨٩

(

،ُئِرﺎَﻘْﻟا َﺔَﻤﻴِﻠَﺣ ﻮُﺑَأ ٌذﺎَﻌُﻣ

٩٠

(

ُﻦْﺑ ُﺔَﻠِﺛاَو

،ِﻊَﻘْﺳَْﻷا

٩١

(

،ﱡِﲏَﻬُْﳉا ٍﺪَﺒْﻌَﻣ ُﻦْﺑ ُﺔَﺼِﺑاَو

٩٢

(

،َﺔَﺒْﻌُﺷ ِﻦْﺑ ِةَﲑِﻐُﻤْﻟا َﱃْﻮَﻣ ُل َﻼِﻫ

٩٣

(

،َﺔَﻬْـﻴَﻜُﻓ ﻮُﺑَأ ٌرﺎَﺴَﻳ

٩٤

(

ُﲑِﺸَﺑ

،ِﺔَﻴِﺻﺎَﺼَْﳋا ُﻦْﺑا

٩٥

(

، َﻢﱠﻠَﺳَو ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﷲا ﻰﱠﻠَﺻ ِﷲا ِلﻮُﺳَر َﱃْﻮَﻣ َﺔَﺒِﻬْﻳَﻮُﻣ ﻮُﺑَأ

٩٦

(

َﱃْﻮَﻣ ٍﺐﻴِﺴَﻋ ﻮُﺑَأ

ﻰﱠﻠَﺻ ِﷲا ِلﻮُﺳَر

،َﻢﱠﻠَﺳَو ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﷲا

٩٧

(

،ﱡيِدْزَْﻷا ُنﻮُﻌَْﴰ َﺔَﻧﺎَْﳛَر ﻮُﺑَأ

٩٨

(

،ﱡِﲏَﺸُْﳋا َﺔَﺒَﻠْﻌَـﺛ ﻮُﺑَأ

٩٩

(

،ﱡﻲِﻤَﻠْﺳَْﻷا ٍﺐْﻌَﻛ ُﻦْﺑ ُﺔَﻌﻴِﺑَر

١٠٠

(

،ﱡﻲِﻤَﻠْﺳَْﻷا َةَزْﺮَـﺑ ﻮُﺑَأ

١٠١

(

ﱡﻲِﻤَﻠﱡﺴﻟا ِﻢَﻜَْﳊا ُﻦْﺑ ُﺔَﻳِوﺎَﻌُﻣ

lihat:as-Samanhudi, Wafa al-Wafa’, 1, t.t .h.339 -341 21 Radiman., h.146

(11)

Al-Suffah sebagai Embrio Lembaga Pendidikan Islam | 69

Vol.01, No.01, 2020 berdasarkan arahan Rasūlullah Saw.22 Lebih spesifik lagi, menurut Zuhairini yang dikutip

oleh Chaeruddin, pada pendidikan di Madinah ini juga diajarkan materi pendidikan sosial politik dan kewarganegaraan, yang terkandung pada konstitusi Madinah yang disinyalir adalah produk kajian lembaga al-Ṣuffah di Madinah yang meliputi: pendidikan ukhuwwah (persaudaraan), pendidikan kesejahteraan sosial (ketahanan kebutuhan pokok) dan pendidikan kesejahteraan keluarga (pendidikan anak dan mempersiapkan generasi yang shalih dan beradab23)24. Menurut Siregar, kurikulum pada fase Madinah ini berupa upaya

pendidikan oleh Nabi melalui politik; 1. Pembentukan dan pembinaan masyarakat baru menuju kesatuan sosial politik yang lebih islami, 2. Pendidikan Sosial politik dan kewarganegaraan.25 Kurikulum pada fase ini juga dapat dianalisa melalui wahyu, surat atau

ayat yang turun di kota Madinah melalui ayat-ayat yang tergolong panjang mengenai hukum universal yaitu; had, fara’id, sipil, sosial da hukum antar negara.26

Maka, Kurikulum pendidikan al-Ṣuffah, Sumber kurikulum dianalisa melalui wahyu, surat atau ayat yang turun di kota Madinah melalui ayat-ayat yang tergolong panjang mengenai hukum universal yaitu; had, fara’id, sipil, sosial dan hukum antar negara. Secara umum materi pendidikan meliputi: keimanan, pendidikan akhlak, kesehatan jasmani dan pendidikan sosial serta kemasyarakatan, materi kemasyarakatan tersebut meliputi ilmu politik, ekonomi dan hukum berdasarkan arahan Rasūlullah Saw. Pada kurikulum pendidikan sosial politik dan kewarganegaraan, tercermin Konstitusi Madinah diyakini berasal dari produk lembaga al-Ṣuffah di Madinah yang meliputi: pendidikan ukhuwwah (persaudaraan), pendidikan kesejahteraan sosial (ketahanan kebutuhan pokok) dan pendidikan kesejahteraan keluarga (pendidikan anak dan mempersiapkan generasi yang shalih dan beradab).

Metode pembelajaran dalam lembaga pendidikan al-Ṣuffah, dikembangkan oleh Rasūlullah Saw, menurut Taufikurrahman, prinsip umum Rasūlullah Saw dalam menyampaikan da’wah dan pembelajaran berdasarkan hadiṫ beliau: “...permudahlah, dan jangan mempersulit..”27 hal ini merupakan prinsip adab yang fundamental dalam

menyampaikan da’wah. Beberapa bidang keilmuan, nabi menerapkan metode-metode yang relevan dalam pembelajarannya. Bidang keimanan adalah dengan metode tanya-jawab hal tersebut dilakukan agar dapat menyentuh perasaan halus (insting alamiah), dengan bukti-bukti yang rasional, sedangkan pada bidang ibadah, digunakan metode keteladanan ( al-Uswah), pada pendidikan akhlak metode yang digunakan adalah metode kisah-kisah umat terdahulu (Qiṣaṣ al-umam al-māḍiyyah) dan metode yang tidak terlepas dari Rasūlullah Saw

22 Badriah, “Kurikulum Pendidikan Islam Masa Klasik.” h.162

23 Qs.66:6, 4:9 mengenai perintah dan anjuran mempersiapkan anak dan generasi yang mampu bertanggungjawab menghadapi tantangan zaman

24 Chaeruddin B., “Pendidikan Islam Masa Rasulullah SAW,” Jurnal Diskursus Islam 1, no. 3 (Desember 2013).h.431

25 Lina Mayasari Siregar, “Upaya Pendidikan Islam Pada Masa Awal Nabi Muhammad SAW,” Jurnal

Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah 1, no. 1 (24 Agustus 2017): 104–14,

https://doi.org/10.25299/althariqah.2016.vol1(1).622. h.111

26 Miswar, “Praktek Pendidikan Nabi Muhammad SAW,” Ihya’ al-Arabiyyah 5 (10 Januari 2015).h.57 27Hadīṩ ini diriwayatkan oleh Bukhāri (Bāb al-‘ilm: 11), (Bāb al-jihād: 164) ,Muslim (Bāb al-jihād: 5),Abu Dāud (Bāb Adāb: 17), Ahmad bin Hanbal(Bāb Adāb: 1), Lihat:Wensinck, “Mu’jam Mufahras Li alfaẓi al-Hadiṩ al-Nabawy.”h.372

(12)

70 | Tarikh Al Hafizh Hasibuan

Bahsun Ilmy: Jurnal Pendidikan Islam

dan terkadang ditunjuk para sahabatnya untuk melaksanakannya adalah metode ceramah (al-muhāḍarah/al-khiṭābah).28 Beberapa model metode yang aplikasikan oleh Rasūlullah Saw

yaitu 1. Model hiwār, 2. Analogi, 3. Tasybīh atau Amtsal.29

Metode Pendidikan al-Ṣuffah berprinsip dan tercermin dari uswah dan akhlak Rasūlullah Saw yang disampaikan melalui hadiṫ yang sarat akan kemudahan dan saling memudahkan. Metode ini diaplikasikan sesuai dengan bidang atau materi yang akan disampaikan. Sedangkan model metode yang diterapkan pada didikan Rasūlullah Saw dengan pendekatan model Hiwār (debat ilmiah), Analogi dan Tasybīh (pe) atau Tamṩīl (pemodelan).

Sarana dan prasarana dalam lembaga pendidikan al-Ṣuffah berikut; mengenai sarana (dalam KBBI: segala sesuatu yang dapat dipakai dalam mencapai maksud tujuan baik syarat maupun upaya30) dalam pendidikan yang digunakan yaitu halaqah ilmiyyah (perkumpulan

kajian ilmu), khiṭābah (khutbah atau ceramah) dan al-Uswah (teladan), berdasarkan al-Quran

menurut Chaeruddin mengambil ‘ibrah firman Allah Swt: “Sebagimana (Kami telah

menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu al-Kitab dan al-Hikmah (sunnah), serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui”31,

ayat ini tersirat bahwa sarana didik oleh Rasūlullah Saw selanjutnya yaitu: al-Tilāwah (pembacaan al-Quran), al-Tażkiyah (penyucian diri), Ta’līm al-Kitāb (pengajaran al-Quran) dan al-Hikmah (penghayatan sunnah).32

Sarana pendidikan dan pembelajaran di atas dimaknai sebagai sarana karena merupakan alat atau upaya penyampaian, pembelajaran dan penghayatan mengenai materi ajar dan didik Rasūlullah Saw terakomodir dan dicapai dengan proses tersebut, hal ini penting karena upaya-upaya tersebut telah menjadi pedoman acuan yang digunakan sebagai proses menyampaikan segala pesan dalam bentuk wahyu, hadyun (petunjuk) dan ‘ilm tersebut merupakan sarana yang ditunjuki dan direkomendasi oleh Allah Swt melalui al-Quran.

Prasarana (dalam KBBI: segala sesuatu yang merupakan penunjang terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan dsb.)) maka prasarana pendidikan al-Ṣuffah dalam bentuk bangunan yaitu: mesjid Nabawy dan al-Ṣuffah yaitu tempat bernaungnya kegiatan halaqah-halaqah tersebut.33 Kendati hal tersebut, pada lintas sejarah, bahwa

peristiwa-peristiwa besar yang penting dalam sejarah tersebut merupakan prasarana pendidikan dari lembaga pendidikan di Madinah al-Ṣuffah tersebut, yaitu momen peperangan dan dakwah yang diikutsertai Rasūlullah Saw pada kota-kota atau negara yang berhasil ditaklukkan

28 Badriah, “Kurikulum Pendidikan Islam Masa Klasik.” h.181

29 Irjus Indrawan, “Model Pembelajaran Nabi Muhammad SAW (Hiwar , Analogi , Tashbih, dan Amtsal),” Al-Afkar : Jurnal Keislaman & Peradaban 1, no. 2 (27 Desember 2016), https://doi.org/10.28944/afkar.v1i2.43.h.71

30 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, “Kamus Bahasa Indonesia” (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008).h.1268

31 QS.2:151

32 Chaeruddin B., “Pendidikan Islam Masa Rasulullah SAW.”h.428 33 Badriah, “Kurikulum Pendidikan Islam Masa Klasik.” h.163

(13)

Al-Suffah sebagai Embrio Lembaga Pendidikan Islam | 71

Vol.01, No.01, 2020 didukung sarana nasehat dan konsultasi dengan Rasūlullah Saw, termasuk kategori prasarana pendidikan yang dimiliki oleh al-Ṣuffah tersebut, karena dalam situasi, kondisi dan tempat tersebut menjadi prasarana dalam penunjang evaluasi pendidikan, aktualisasi keilmuan dan kepemimpinan yang telah didapat selama menempuh pendidikan di lembaga al-Ṣuffah dibawah bimbingan Rasūlullah Saw di kota Madinah. Sebagai contoh konkret pemberdayaan prasarana kota-kota yang telah ditaklukkan sebagai prasarana pendidikan, telah tersebar beberapa ṣahabat-ṣahabat Nabi yang telah mengaktualisasikan dan

pengabdian keilmuan mereka pada kota-kota tersebut yang merupakan output dari lembaga

pendidikan al-Ṣuffah yaitu:34 1. Abdullah bin Umar di Madinah, 2. Abdullah bin Mas’ud di

kufah, 3. Abdullah bin Abbas di Makkah dan Abdullah bin Amr bin al-‘Ash di Mesir. Sedangkan pada peperangan yang dihadapi para sahabat, mengorbitkan nama-nama panglima perang dan ahli strategi perang seperti: Khālid bin al-Walīd, Ali bin Abī Ṫalib, Amr bin al-‘Ᾱṣ, Abū ‘Ubaidah bin al-Jarrah, Sa’ad bin Abī Waqqas dan banyak lagi.

C. Simpulan

Keterangan di atas menjelaskan bahwa kedudukan Al-Ṣuffah sebagai embrio keberadaan lembaga pendidikan Islam layak untuk dicermati. Hal itu karena ia terdiri dari sistem pendidikan Islam yaitu tujuan pendidikan berupa pembinaan sosial dan politik yang berasaskan nilai tauhid, dengan pendidiknya secara langsung adalah Rasulullah dan peserta didiknya para sahabat pilihan. Metodenya adalah dakwah dan uswatun hasanah dengan kurikulum kelanjutan penanaman tauhid yang telah diawali pada fase Mekkah. Semua itu, dengan sarana dan prasarana yang masih sangat sederhana tetapi terbukti secara jelas menjadi embrio keberadaan lembaga pendidikan Islam masa kini.

D. Daftar Pustaka

Asari, Hasan. Menyingkap Zaman Keemasan Islam; Kajian atas Lembaga-lembaga Pendidikan. Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2017.

as-Samanhudi. Wafa al-Wafa’. 1, t.t.

Astiati. “Kurikulum Pendidikan Islam Pada Masa Nabi,” 1, 7 (Januari 2015).

Aziz, Mursal. “POLITIK PENDIDIKAN PADA MASA NABI MUHAMMAD SAW.,” t.t., 18. Badriah, Laelatul. “Kurikulum Pendidikan Islam Masa Klasik.” LITERASI (Jurnal Ilmu

Pendidikan) 6, no. 2 (5 Agustus 2016): 155.

https://doi.org/10.21927/literasi.2015.6(2).155-176.

Chaeruddin B. “Pendidikan Islam Masa Rasulullah SAW.” Jurnal Diskursus Islam 1, no. 3 (Desember 2013).

Hafiddin, Hamim. “Pendidikan Islam pada Masa Rasulullah” 1, no. 1 (2015): 14.

Indrawan, Irjus. “Model Pembelajaran Nabi Muhammad SAW (Hiwar , Analogi , Tashbih, dan Amtsal).” Al-Afkar : Jurnal Keislaman & Peradaban 1, no. 2 (27 Desember 2016). https://doi.org/10.28944/afkar.v1i2.43.

Miswar. “Praktek Pendidikan Nabi Muhammad SAW.” Ihya’ al-Arabiyyah 5 (10 Januari 2015).

(14)

72 | Tarikh Al Hafizh Hasibuan

Bahsun Ilmy: Jurnal Pendidikan Islam

Radiman, Radiman. “METODE RASULULLAH SAW MENDIDIK AHL ASH-SHUFFAH.”

el-Tarbawi 11, no. 2 (Oktober 2018): 143–60.

https://doi.org/10.20885/tarbawi.vol11.iss2.art4.

Siregar, Lina Mayasari. “Upaya Pendidikan Islam Pada Masa Awal Nabi Muhammad SAW.” Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah 1, no. 1 (24 Agustus 2017): 104–14. https://doi.org/10.25299/althariqah.2016.vol1(1).622.

Solichin, Mohammad Muchlis. “PENDIDIKAN ISLAM KLASIK” 3 (2008).

Surawardi. “Sistem dan Kelembagaan Pendidikan Islam Periode Madinah.” Jurnal:

Management of Education 1, no. 2 (t.t.).

Suriadi. “Pendidikan Islam Masa Rasulullah.” Belajea: Jurnal Pendidikan Islam 2 (t.t.).

Taufikurrahman. “Pendidikan Era Rasulullah di Mekkah dan Madinah.” Jurnal Al-Makrifat 03, no. 01 (April 2018).

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. “Kamus Bahasa Indonesia.” Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008.

Wensinck. “Mu’jam al-

Mufahras Li alfaẓi al-Hadiṩ al-Nabawy.” Leiden: Maktabah Bril,

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Didasarkan kenyataan bahwa disatu pihak jumlah pohon tiap hektar merupakan parameter tegakan yang sangat peka terhadap pengecilan ukuran PUP, sedangkan parameter

Dari hasil uji validitas yang dilakukan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa semua pertanyaan yang ada dalam kuesioner literasi keuangan dan kinerja dapat secara

Ketiga : Panduan Penggunaan Kode, Simbol, Singkatan dan Definisi di Rumah Sakit Paru Jember sebagaimana dimaksud dalam dictum kedua wajib dijadikan acuan dalam

Penanganan AAT yang telah terbentuk, yang berpotensi keluar dari lokasi penambangan, dilakukan untuk mencapai kondisi kualitas air seperti yang disyaratkan dalam peraturan

Pendekatan berpikir kausalitik scaffolding tipe 2a modifikasi berbantuan LKS ini dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah fisika dan

kinerja BAN S/M. Permasalahan yang dirumuskan antara lain: 1) berapa banyak satuan pendidikan yang telah diakreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah

Ini berarti kecepatan membaca dengan menggunakan media kartu kata pada siswa NHODV , 6HNRODK 'DVDU 1HJHUL 3RQWLDQDN %DUDW GDODP NDWHJRUL ³WLQJJL´ Kemampuan membaca lancar