• Tidak ada hasil yang ditemukan

Apr 16. Jan 16. Mar 16. Feb 16

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Apr 16. Jan 16. Mar 16. Feb 16"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

29

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Al Firdaus Surakarta yang beralamat di Jalan Yosodipuro 56 Surakarta.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Desember 2015 sampai Mei 2016. Berikut jadwal pelaksanaan penelitian:

Jenis Kegiatan Bulan Des ‘15 Jan ‘16 Feb ‘16 Mar ‘16 Apr ‘16 Mei ‘16 1. Persiapan Penelitian a. Mengajukan judul b. Penyusunan proposal c. Perizinan d. Koordinasi dengan kepala sekolah dan guru. e. Penyusunan behavior contract 2. Pelaksanaan Penelitian a. Pelaksanaan eksperimen b. Analisis data hasil

eksperimen 3. Penyusunan

(2)

Laporan/Skripsi a. Penyusunan draf b. Pengetikan skripsi 4. Pelaksanaan Ujian

Skripsi dan Revisi

Gambar 3. 1 Bagan Jadwal Penelitian

Pada Bulan Desember 2015, peneliti mengajukan judul penelitian kepada dosen pembimbing skripsi yang berjumlah dua orang. Setelah mendapatkan persetujuan dari kedua dosen pembimbing, proposal penelitian mulai disusun pada awal Bulan Januari 2016. Proposal penelitian dikonsultasikan pada Pembimbing II untuk mengetahui bagian-bagian yang perlu direvisi. Proposal penelitian yang telah direvisi, kemudian diajukan pada Pembimbing I untuk mendapatkan persetujuan dan beberapa perbaikan yang dianggap perlu. Pada pertengahan Bulan Januari 2016, proposal penelitian telah mendapatkan persetujuan dari kedua dosen pembimbing. Pada minggu terakhir Bulan Januari 2016 peneliti mendapatkan izin menyusun skripsi dari dekan dan izin melakukan penelitian dari universitas. Peneliti mendapatkan bimbingan dalam perbaikan bagian-bagian skripsi mulai dari Bab I sampai III dari dosen pembimbing pada Bulan Februari 2016.

Setelah Bab I sampai III skripsi telah disetujui oleh dosen pembimbing, peneliti melakukan penelitian selama 20 hari di sekolah inklusi pada Bulan Maret hingga April 2016. Sebelum melakukan penelitian di kelas, peneliti berkoordinasi dengan kepala sekolah, koordinator inklusi, dan guru kelas untuk menentukan jadwal kegiatan selama penelitian.

Setelah kegiatan di lapangan selesai, peneliti mengolah dan menganalisis data hasil penelitian pada minggu ketiga Bulan April 2016. Pada minggu keempat Bulan April sampai minggu pertama Bulan Mei 2016, penulis menyusun Bab IV dan V skripsi dengan bimbingan kedua dosen pembimbing. Setelah Bab IV dan V skripsi mendapatkan persetujuan dari kedua dosen pembimbing, lalu dilaksanakan ujian skripsi dan revisi pada minggu kedua hingga keempat Bulan Mei 2016.

(3)

B. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain multiple baseline cross variables. Menurut Sunanto, Takeuchi, dan Tanaka (2005: 74), desain multiple baseline cross variables digunakan jika guru ingin mengubah perilaku menggunakan satu intervensi yang dapat diterapkan untuk dua atau lebih target perilaku. Desain multiple baseline ini digunakan untuk menunjukkan efektivitas suatu tindakan atau perlakuan tanpa kembali ke kondisi baseline (Martin & Pear, 2011: 273).

Penulis memilih desain multiple baseline cross variables karena desain ini dianggap paling cocok untuk mengukur perilaku maladaptif subjek yang sangat variatif. Subjek adalah siswa ADHD dengan karakteristik umum gangguan perhatian, hiperaktivitas dan impulsivitas yang dapat ditunjukkan dengan berbagai macam perilaku mengganggu.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan satu variabel bebas berupa teknik behavior contract untuk mengurangi tiga variabel terikat yang berupa perilaku maladaptif subjek ketika pembelajaran berlangsung, antara lain mengganggu teman secara verbal dan nonverbal, menyela penjelasan guru, dan tidak dapat menahan diri terhadap makanan dan minuman.

C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah seorang siswa ADHD kelas III A SD Al Firdaus Surakarta tahun ajaran 2015/2016. Siswa ADHD secara umum memiliki karakteristik kurang perhatian, impulsif dan hiperaktif. Sehingga peneliti memilih subjek penelitian tersebut karena memenuhi karakteristik kurang perhatian dan impulsif yang tidak dimiliki oleh siswa lain. Dalam penelitian ini, subjek akan mendapatkan intervensi yang berupa penerapan behavior contract pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pencatatan dengan observasi langsung. Mengenai teknik pencatatan

(4)

dengan observasi langsung, Sunanto, dkk. (2005: 20) berpendapat, “Prosedur pencatatan ini adalah kegiatan observasi secara langsung yang dilakukan untuk mencatat data variabel terikat pada saat kejadian atau perilaku terjadi”.

Jenis pencatatan dengan observasi langsung yang digunakan oleh peneliti adalah pencatatan sampel waktu. Pencatatan sampel waktu ini hampir sama dengan pencatatan interval yang membagi periode waktu observasi dalam interval waktu yang lebih kecil. Namun, dalam pencatatan sampel waktu, pengamatan target perilaku terjadi pada tiap akhir interval (Sunanto, 2005: 24).

Data yang akan dikumpulkan oleh peneliti berupa frekuensi munculnya perilaku maladaptif seperti mengganggu teman, baik secara verbal maupun nonverbal, menyela penjelasan guru, dan tidak dapat menahan diri terhadap makanan dan minuman. Data tersebut akan dikumpulkan menggunakan instrumen pencatatan sampel waktu (terlampir). Instrumen pencatatan perilaku disusun oleh peneliti yang didasarkan pada teori dan divalidasi oleh ahli dalam modifikasi perilaku dan ahli pengukuran psikologi.

Pengumpulan data dilakukan sebanyak 20 sesi (hari). Pada setiap sesi, data dikumpulkan dengan menggunakan video kamera selama dua jam pelajaran (kurang lebih 70 menit). Urutan dalam pengumpulan datanya adalah:

1. Baseline ‘mengganggu teman secara verbal dan nonverbal’ sebanyak 4 sesi, intervensi ‘behavior contract’ 16 sesi,

2. Baseline ‘menyela penjelasan guru’ sebanyak 7 sesi, intervensi ‘behavior contract’ 13 sesi, dan

3. Baseline ‘tidak dapat menahan diri terhadap makanan dan minuman’ sebanyak 10 sesi, intervensi ‘behavior contract’ 10 sesi.

Intervensi yang digunakan dalam penelitian ini berupa penerapan atau pemberlakuan behavior contract pada siswa ADHD. Sebelum dimulai intervensi, peneliti menyampaikan isi kontrak yaitu perilaku apa saja yang tidak boleh dilakukan dan masa berlaku kontrak tersebut. Kemudian peneliti dan subjek mendiskusikan sanksi dan penghargaan yang akan didapat atas perilaku subjek. Kontrak perilaku yang telah disetujui lalu ditanda-tangani oleh peneliti, subjek serta guru kelas.

(5)

Dalam pelaksanaannya, intervensi dapat dilaksanakan oleh peneliti dan atau guru kelas. Guru kelas dan guru mata pelajaran berhak memberikan sanksi ketika subjek menunjukkan perilaku yang melanggar kontrak, dan memberikan penghargaan ketika subjek berperilaku sesuai kontrak sampai sesi berakhir. Intervensi yang dilakukan oleh peneliti dan atau guru kelas dapat berupa pemberian motivasi untuk terus berperilaku baik, atau review mengenai perilaku-perilaku subjek yang sesuai dan tidak sesuai dengan behavior contract dan peraturan kelas, juga konsekuensi atau akibat langsung maupun tidak langsung dari setiap perilaku tersebut. Konsekuensi langsung dari perilaku maladaptif subjek dapat berupa mengerjakan tugas tertentu di luar kelas, mengurangi atau menunda snack siang, dan mengurangi waktu istirahat. Sedangkan konsekuensi yang tidak langsung dapat berupa dijauhi teman, tidak diperbolehkan ikut bermain bersama teman, tidak dipinjami alat tulis maupun alat bermain oleh teman, dan lain-lain. Intervensi tersebut dilakukan setelah subjek menunjukkan perilaku yang tidak sesuai dengan kontrak atau pada setiap awal dan akhir sesi intervensi.

Intervensi dengan menggunakan behavior contract ini dianggap cocok untuk mengurangi perilaku maladaptif subjek, karena subjek secara tidak langsung diajak untuk mengevaluasi perilakunya sendiri. Subjek akan memahami perilaku yang boleh dan tidak boleh dilakukan, juga semua konsekuensinya berdasarkan behavior contract. Setelah memahami setiap konsekuensi dari perilakunya, subjek akan berusaha mengendalikan diri untuk berperilaku yang sesuai.

Untuk menjamin validitas data, peneliti menerapkan triangulasi data. Sugiyono (Wibowo, 2013) menjelaskan triangulasi merupakan teknik pengumpulan data yang menggabungkan beberapa teknik pengumpulan data dan sumber data yang dianggap sesuai. Dalam penelitian ini, pengumpulan data tidak hanya menggunakan observasi semata, namun menggunakan wawancara kepada guru kelas, guru pendamping khusus, dan guru mata pelajaran. Metode wawancara ini digunakan untuk mendapatkan data awal perilaku subjek. Dari data awal perilaku subjek, peneliti menentukan tiga perilaku yang akan dijadikan baseline dalam penelitian ini, yaitu mengganggu teman secara verbal dan

(6)

nonverbal, menyela penjelasan guru, dan tidak dapat menahan diri terhadap makanan dan minuman.

E. Validasi Instrumen Penelitian

Untuk menghasilkan data yang akurat, diperlukan instrumen yang akurat pula. Untuk memastikan akurasi suatu instrumen penelitian diperlukan uji validitas instrumen. Sesuai dengan pendapat Somantri dan Muhidin (2006: 49) yang menyebutkan, “Suatu instrumen pengukuran dikatakan valid jika instrumen dapat mengukur sesuatu dengan tepat apa yang hendak diukur. Uji validitas instrumen dilakukan untuk menguji validitas (ketepatan) tiap bulir/item instrumen”.

Arikunto (2002: 145-148) menjelaskan bahwa terdapat dua macam validitas instrumen berdasarkan cara pengujiannya, yaitu validitas eksternal dan validitas internal. Validitas eksternal adalah validitas instrumen berdasarkan fakta empiris yang ada, sedangkan validitas internal adalah validitas instrumen berdasarkan kesesuaian-kesesuaian isi dalam instrumen tersebut.

Sedangkan menurut Sukardi (2012: 123-125), validitas instrumen penelitian dibedakan menjadi empat macam, antara lain: 1. validitas isi yang merupakan validitas instrumen berdasarkan seberapa mampu instrumen tersebut mengukur substansi yang ingin diukur; 2. validitas konstruk yaitu validitas instrumen dapat mengukur suatu konstruk sementara; 3. validitas konkuren dengan cara menghubungkan skor hasil penggunaan suatu instrumen dengan skor lain yang telah ada; dan 4. validitas prediksi yaitu seberapa mampu suatu instrumen memprediksi bagaimana subjek melaksanakan prospek yang telah direncanakan.

Validitas adalah hal yang paling penting pada instrumen penelitian. Sehingga, validitas dari instrumen penelitian perlu dipikirkan dengan cermat sejak awal penyusunannya. Terdapat hal yang dapat melemahkan validitas instrumen penelitian perlu diwaspadai, beberapa di antaranya adalah identifikasi kawasan ukur yang kurang jelas, operasionalisasi konsep kurang tepat, penulisan item yang

(7)

tidak sesuai kaidah, administrasi skala yang tidak cermat, pemberian skor yang tidak teliti, dan interpretasi data yang kurang tepat (Azwar, 2005: 7-10).

Dalam penelitian ini, validitas yang digunakan adalah validitas isi. Validitas isi dari instrumen penelitian ditentukan oleh penilaian para ahli melalui beberapa tahapan, yaitu tahap pengamatan instrumen, tahap koreksi item dalam instrumen, dan tahap pertimbangan bagaimana instrumen menggambarkan cakupan substansi yang akan diukur (Sukardi, 2012: 123). Ahli yang menguji validitas instrumen penelitian ini adalah dua ahli, yaitu ahli dalam bidang penanganan perilaku menyimpang dan ahli pengukuran psikologi.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara urut data-data yang telah didapatkan melalui cara pengorganisasian, penjabaran, penyusunan sintesa, penyusunan pola, pemilihan data yang penting dan akan dipelajari, serta penarikan kesimpulan supaya mudah dipahami (Sugiyono, 2009: 244). Data-data yang telah didapatkan perlu dianalisis dan diinterpretasi, tujuannya supaya mudah diterima dan dipahami oleh diri sendiri juga orang lain.

Menurut Martin dan Pear (2011: 277), analisis data dalam penelitian yang menggunakan desain eksperimental modifikasi perilaku biasanya tidak menggunakan kelompok kontrol dan teknik statistik yang biasa digunakan dalam penelitian di luar area psikologi. Teknik analisis data pada penelitian subjek tunggal dapat menggunakan teknik deskriptif yang sederhana, grafik, atau analisis visual. Langkah-langkah analisis data menurut Sunanto, dkk. (2005: 96-101) meliputi dua tahap, yaitu analisis dalam kondisi dan analisis antar kondisi.

Pada langkah analisis dalam kondisi, hal yang dianalisis adalah perubahan data pada suatu kondisi tertentu, meliputi tingkat stabilitas, kecenderungan arah, dan tingkat perubahan. Setelah suatu kondisi dianalisis, langkah selanjutnya adalah analisis perubahan antar kondisi yang mengharuskan keadaan data yang stabil (Sunanto, dkk., 2005: 96-101).

Untuk melakukan analisis data, terdapat tiga konsep yang harus dipahami oleh peneliti supaya mempermudah proses pemeriksaannya, yaitu level, trend, dan

(8)

variabilitas (Engel & Schutt, 2008: 218). Level adalah bagaimana jumlah target perilaku berubah dari periode baseline hingga periode intervensi. Sedangkan trend adalah bagaimana suatu kecenderungan perilaku target pada periode baseline yang kemudian dibandingkan dengan kecenderungan pada periode intervensi. Variabilitas menunjukkan seberapa banyak perbedaan atau perubahan skor dari baseline hingga intervensi.

Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan analisis data melalui dua tahap, yaitu tahap analisis dalam kondisi, dan tahap analisis antar kondisi. Pada tahap pertama, peneliti akan menganalisis bagaimana stabilitas target perilaku subjek dalam periode baseline. Kemudian dilakukan analisis stabilitas target perilaku dalam periode intervensi. Keduanya menggunakan analisis visual berbentuk grafik. Pada tahap selanjutnya, peneliti akan menganalisis bagaimana target perilaku dari subjek berubah pada saat periode baseline dan periode intervensi dengan menggunakan grafik pula. Sebelum melakukan analisis data, peneliti akan memastikan data yang terkumpul stabil terlebih dahulu.

G. Prosedur Penelitian dan Mekanisme Pemberian Intervensi 1. Prosedur Penelitian

Sunanto, dkk (2005: 72) menjelaskan bagaimana prosedur penelitian berdasarkan desain penelitian multiple baseline secara umum, yaitu:

“... prosedur dasar dimana peneliti mula-mula mengumpulkan data baseline secara simultan pada tiga atau lebih (variabel, kondisi, atau subjek). Setelah data baseline mencapai trend dan level stabil intervensi mulai diberikan kepada (variabel, kondisi, atau subjek) yang pertama. Secara logika, target behavior (variabel, kondisi, atau subjek) yang pertama ini akan berubah, sementara target behavior untuk (variabel, kondisi, atau subjek) yang lain masih tetap stabil seperti keadaan semula. Jika target behavior untuk (variabel, kondisi, atau subjek) yang pertamatelah stabil dan mencapai kriteria tertentu, intervensi kemudian diberikan pada (variabel, kondisi, atau subjek) kedua sambil intervensi untuk (variabel, kondisi, atau subjek) pertama tetap dilanjutkan dan pada (variabel, kondisi, atau subjek) ketiga masih tetap dalam kondisi baseline. Setelah data target behavior (variabel, kondisi, atau subjek) kedua juga sudah mencapai kriteria tertentu dan stabil, intervensi untuk (variabel, kondisi, atau subjek) ketiga mulai diberikan. Demikian

(9)

selanjutnya sampai semua (behavior, kondisi, atau subjek) mendapat intervensi.”

Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data baseline variabel pertama dari tiga variabel, kemudian dilakukan intervensi setelah data baseline pertama mencapai trend dan level stabil. Sementara itu, baseline variabel kedua dan ketiga tetap dalam fase baseline. Jika target perilaku pertama telah mencapai kriteria tertentu, intervensi diberikan pada variabel kedua, sementara variabel ketiga masih dalam pencatatan baseline. Demikian seterusnya hingga variabel ketiga mendapatkan intervensi.

Sebelum melakukan pengumpulan data baseline, peneliti melakukan penelitian pendahuluan. Penelitian pendahuluan ini berupa observasi terhadap siswa-siswa berkebutuhan khusus di sekolah inklusi SD Al Firdaus Surakarta pada saat kegiatan PPL (Praktik Pengalaman Lapangan). Hasil dari observasi tersebut, peneliti menemukan seorang siswa yang sering terlihat melanggar peraturan di kelas III A. Kemudian peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas dan koordinator inklusi di SD Alfirdaus Surakarta. Dari hasil wawancara tersebut, peneliti mengetahui bahwa siswa tersebut merupakan siswa berkebutuhan khusus yang mengalami ADHD. Siswa tersebut kesulitan mengendalikan perilakunya sehingga cenderung kurang adaptif dan sering melanggar peraturan di kelasnya. Perilaku-perilaku tersebut antara lain berupa perilaku mengganggu teman baik secara verbal maupun nonverbal saat pelajaran berlangsung, menyela penjelasan guru saat mengajar, dan kurang dapat mengendalikan diri terhadap stimulus berupa makanan.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara tersebut di atas, peneliti mengkaji penelitian-penelitian terdahulu mengenai cara mengurangi perilaku menyimpang. Kemudian peneliti menemukan bahwa metode behavior contract dapat digunakan untuk mengurangi atau meningkatkan perilaku tertentu yang diharapkan. Peneliti beranggapan bahwa metode behavior contract ini dapat mengurangi perilaku maladaptif dari siswa ADHD. Setelah memutuskan memilih metode tersebut, peneliti menyusun instrumen pencatatan perilaku

(10)

berdasarkan sampel waktu dalam teori penelitian subjek tunggal. Instrumen pencatatan perilaku dikonsultasikan pada dosen pembimbing skripsi dan divalidasi oleh ahli penanganan perilaku dan ahli pengukuran psikologi.

Langkah selanjutnya adalah peneliti mulai melakukan pengumpulan data dengan cara mencatat data baseline dari ketiga variabel, yaitu mengganggu teman secara verbal dan nonverbal, menyela penjelasan guru, dan berusaha mendapatkan atau memakan makanan diam-diam. Ketika baseline pertama telah stabil, peneliti melakukan intervensi untuk variabel pertama tadi sementara variabel kedua dan ketiga masih dalam fase baseline. Jika target perilaku sudah mencapai kriteria tertentu, variabel kedua memasuki fase intervensi sementara variabel ketiga masih dalam fase baseline. Variabel ketiga memasuki fase intervensi setelah variabel kedua mencapai kriteria yang telah ditentukan.

Setelah semua data terkumpul, peneliti melakukan analisis data menggunakan metode analisis visual yang tebagi dalam dua tahap, yaitu analisis dalam kondisi dan analisis antar kondisi. Analisis visual ini dilakukan dengan cara membuat grafik berdasarkan data dari pencatatan perilaku. Pada tahap pertama, analisis dilakukan dalam kondisi baseline variabel pertama, intervensi variabel pertama, baseline variabel kedua, dan seterusnya hingga kondisi intervensi variabel ketiga. Pada tahap selanjutnya, dilakukan analisis antarkondisi dalam satu variabel. Pada setiap variabel, grafik fase baseline dibandingkan dengan grafik fase intervensi. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas dapat mengurangi munculnya target perilaku yang diinginkan.

Dari data-data pencatatan perilaku yang telah dianalisis, peneliti menyusun simpulan mengenai perubahan perilaku yang terjadi karena adanya intervensi. Setelah disimpulkan, peneliti menyusun laporan yang terdiri dari lima bab, yaitu pendahuluan, kajian pustaka, metode penelitian, hasil dan pembahasan, serta simpulan, implikasi dan saran.

Berikut adalah prosedur penelitian yang disajikan secara ringkas dalam bentuk bagan:

(11)

Gambar 3. 2 Bagan Prosedur Penelitian

2. Mekanisme Pemberian Intervensi

Intervensi dalam penelitian ini ditandai dengan penerapan isi behavior contract yang telah disetujui dan ditandatangani oleh peneliti dan subjek. Namun, dalam pelaksanaannya, tindakan atau perlakuan diberikan oleh peneliti dan guru kelas. Tindakan atau perlakuan tersebut berupa nasehat, motivasi, peringatan, hingga pemberian sanksi berdasarkan isi perjanjian. Berikut adalah rincian mekanisme pemberian tindakan atau perlakuan pada fase intervensi: Tabel 3.1 Mekanisme Pemberian Intervensi

No Target

Perilaku

Waktu

Perlakuan Jenis Perlakuan

Pemberi Perlakuan 1 Mengganggu teman secara verbal dan  Sebelum mulai sesi pencatatan Tingkat 1:

 Pemberian motivasi untuk berperilaku baik, tidak

(12)

nonverbal (Fase intervensi-1) (sebelum pelajaran dimulai)

mengganggu teman baik secara verbal maupun nonverbal  Setelah selesai sesi pencatatan (setelah pelajaran selesai) Tingkat 1:  Pemberian penghargaan berupa pujian dan stiker jika subjek tidak mengganggu teman secara verbal dan nonverbal

Tingkat 2:

Diberikan jika saat pelajaran subjek mengganggu teman secara verbal dan nonverbal (tidak mau diingatkan). Perlakuan dapat berupa:

 Pemberian nasehat melalui: - HR Al Bukhari tentang

perintah saling menyayangi - HR Bukhari Muslim

tentang muslim bersaudara - HR Thabrani tentang

larangan marah - HR Bukhari Muslim

tentang berkata baik atau diam, dan sebagainya  Pemberian peringatan keras

(misal: guru akan memanggil orang tua subjek)

Peneliti Guru Kelas  Saat sesi pencatatan Tingkat 2:

Diberikan pada subjek segera

Guru Kelas

(13)

(saat pelajaran ber-langsung)

setelah subjek mengganggu teman baik secara verbal maupun nonverbal saat KBM berlangsung, berupa:

 Pemberian nasehat melalui: - HR Al Bukhari tentang

perintah saling menyayangi - HR Bukhari Muslim

tentang muslim bersaudara - HR Thabrani tentang

larangan marah - HR Bukhari Muslim

tentang berkata baik atau diam, dan sebagainya  Pemberian peringatan keras

dengan cara:

- Guru akan memanggil orang tua subjek

- Guru akan memberikan sanksi sesuai perjanjian yaitu siswa harus

mengerjakan tugas sendiri di luar kelas

Tingkat 3:

Perlakuan ini diberikan jika subjek masih mengganggu teman secara verbal maupun nonverbal, setelah diberi perlakuan tingkat 2 lebih dari 3 kali. Perlakuan berupa:

Guru Kelas

(14)

 Siswa diminta keluar kelas sampai dapat mengendalikan diri untuk tidak mengganggu teman secara verbal maupun nonverbal

 Pemberian sanksi sesuai perjanjian, yaitu siswa mengerjakan tugas sendiri di luar kelas. 2 Menyela penjelasan guru (Fase intervensi-2)  Sebelum mulai pencatatan (sebelum mulai pelajaran Tingkat 1:

 Pemberian motivasi supaya subjek tidak menyela penjelasan guru saat pelajaran berlangsung Peneliti  Setelah pencatatan (setelah pelajaran selesai) Tingkat 1:  Pemberian penghargaan berupa pujian dan bolpen warna jika subjek tidak menyela penjelasan guru Tingkat 2:

Diberikan jika saat pelajaran subjek menyela penjelasan guru (tidak mau diingatkan). Perlakuan dapat berupa:

 Pemberian nasehat melalui: - HR Ahmad dan Hakim

tentang perintah

menghormati yang lebih tua

Peneliti

Guru Kelas

(15)

dan menyayangi yang lebih muda

- HR Al Baihaqi tentang menghormati guru - QS Al Kahfi : 70 tentang

jangan bertanya sebelum diijinkan oleh guru, dan sebagainya

 Pemberian peringatan keras (misal: guru akan memanggil orang tua subjek)

 Pada saat pencatatan (saat pelajaran ber-langsung) Tingkat 2:

Diberikan pada subjek segera setelah subjek menyela penjelasan guru saat KBM berlangsung, berupa:

 Pemberian nasehat melalui: - HR Ahmad dan Hakim

tentang perintah

menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda

- HR Al Baihaqi tentang menghormati guru - QS Al Kahfi : 70 tentang

jangan bertanya sebelum diijinkan oleh guru, dan sebagainya

 Pemberian peringatan keras dengan cara:

Guru Kelas

(16)

- Guru akan memanggil orang tua subjek

- Guru akan memberikan sanksi sesuai perjanjian yaitu jam istirahat siswa akan dikurangi

Tingkat 3:

Perlakuan ini diberikan jika subjek masih menyela

penjelasan guru, setelah diberi perlakuan tingkat 2 lebih dari 3 kali. Perlakuan berupa:

 Siswa diminta keluar kelas sampai dapat mengendalikan diri untuk tidak menyela penjelasan guru

 Pemberian sanksi sesuai perjanjian, yaitu waktu istirahat siswa dikurangi

Guru Kelas 3 Tidak dapat menahan diri terhadap makanan dan minuman (Fase intervensi-3)  Sebelum mulai pencatatan (sebelum pelajaran mulai) Tingkat 1:

 Pemberian motivasi supaya subjek dapat menahan diri terhadap makanan dan minuman saat pelajaran berlangsung Peneliti  Setelah pencatatan (setelah pelajaran Tingkat 1:  Pemberian penghargaan berupa pujian dan kertas gambar jika subjek dapat

(17)

selesai) menahan diri terhadap makanan dan minuman saat pelajaran

Tingkat 2:

Diberikan jika saat pelajaran subjek tidak dapat menahan diri terhadap makanan dan minuman (tidak mau

diingatkan). Perlakuan dapat berupa:

 Pemberian nasehat melalui: - HR Ahmad dan Abu

Dawud tentang larangan makan dan minum berlebihan

- QS Al A’raf : 31 tentang larangan makan dan minum berlebihan

- QS Al Isra : 27 tentang orang yang berbuat tabdzir seperti makan dan minum berlebihan itu saudara syaitan

 Pemberian peringatan keras (misal: guru akan memanggil orang tua subjek)

Guru Kelas  Saat sesi pencatatan (saat pelajaran Tingkat 2:

Diberikan pada subjek segera setelah subjek tidak dapat menahan diri terhadap

Guru Kelas

(18)

ber-langsung)

makanan dan minuman saat KBM berlangsung, berupa:

 Pemberian nasehat melalui: - HR Ahmad dan Abu

Dawud tentang larangan makan dan minum berlebihan

- QS Al A’raf : 31 tentang larangan makan dan minum berlebihan

- QS Al Isra : 27 tentang orang yang berbuat tabdzir seperti makan dan minum berlebihan itu saudara syaitan

 Pemberian peringatan keras dengan cara:

- Guru akan memanggil orang tua subjek

- Guru akan memberikan sanksi sesuai perjanjian yaitu pengurangan atau penundaan pemberian snack siang

Tingkat 3:

Perlakuan ini diberikan jika subjek masih tidak dapat menahan diri terhadap

makanan dan minuman, setelah diberi perlakuan tingkat 2 lebih

Guru Kelas

(19)

dari 3 kali. Perlakuan berupa:  Siswa diminta keluar kelas

sampai dapat mengendalikan diri untuk tidak menyela penjelasan guru

 Pemberian sanksi sesuai perjanjian, yaitu pengurangan atau penundaan pemberian snack siang.

Gambar

Gambar 3. 1 Bagan Jadwal Penelitian
Gambar 3. 2 Bagan Prosedur Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

ini diharapkan memperoleh informasi tentang senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam jeroan Holothuria atra yang dapat menjadi acuan sebagai biota yang

Mekanisme lindung nilai terdiri dari transaksi yang berlawanan antara posisi di pasar fisik dan posisi di pasar berjangka untuk melindungi pihak yang melakukan lindung nilai

Cabang keilmuan yang sistematis memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup

TIM PEMBANGUNAN JEMAAT dibentuk untuk berdampingan dengan Majelis Jemaat Bidang Organisasi dalam upaya menggambarkan dan memahami kebutuhan serta kondisi Jemaat,

Namun untuk kelengkapan dan keutuhan dari masalah yang diteliti, maka akan disempurnakan dengan penggunaan data pelengkap yang berguna untuk melengkapi data pokok dan

Untuk memperkecil pengaruh terbatasnya ukuran bak, maka ukuran model sistem pembumian harus lebih kecil atau sama dengan 1/5 kali ukuran bak Dengan ukuran bak yang tidak kurang

Pada halaman 43 yaitu bagian closing, terdapat ilustrasi seorang remaja laki – laki yang tertidur nyenyak yang merupakan representasi harapan penulis terhadap pembaca setelah

Gambaran jumlah pasien yang dilakukan penandaan lokasi operasi sesuai dengan jenis operasi di Instalasi Bedah Sentral IBS RSUP Dr Sardjito periode 24 November-24