• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK CINEMATHERAPY UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII DI SMP N 1 X KOTO DIATAS SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK CINEMATHERAPY UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII DI SMP N 1 X KOTO DIATAS SKRIPSI"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK CINEMATHERAPY UNTUK MENINGKATKAN

MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII DI SMP N 1 X KOTO DIATAS

SKRIPSI

Ditulis Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Jurusan Bimbingan dan Konseling

IGA MAI MAWARNI BK. 15300800039

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BATUSANGKAR

(2)
(3)
(4)
(5)

i ABSTRAK

Iga Mai Mawarni, NIM: BK 15300800039 Judul Skripsi: Pengaruh Bimbingan Kelompok dengan Teknik Cinematherapy untuk meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII SMPN 1 X Koto Diatas. Jurusan Bimbingan Dan Konseling, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri Batusangkar, 2019.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya motivasi belajar siswa kelas VIII di SMPN 1 X Koto Diatas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh bimbingan kelompok dengan teknik cinematherapy untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.

Jenis penelitian ini adalah menggunakan metode eksperimen dengan tipe

single subject experiment, dengan sampel penelitian sebanyak 10 orang dengan

cara pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Analis data menggunakan uji-t. Hasil dari penelitian ini yaitu diterima dan dItolak. Artinya bimbingan kelompok dengan teknik cinematherapy berpengaruh signifikan terhadap peningkatan motivasi belajar siswa kelas VIII SMPN 1 X Koto Diatas.

(6)

ii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI

ABSTRAK i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Identifikasi Masalah ...9

C. Batasan Masalah ...10

D. Rumusan Masalah...10

E. Tujuan Penelitian ...10

F. Manfaat Penelitian ...10

BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori ...12

1. Motivasi Belajar ...12

a. Pengertian Motivasi. ...12

b. Pengertian Belajar. ...12

c. Pengertian Motivasi Belajar. ...13

d. Ciri-ciri dan Fungsi Motivasi dalam Belajar. ...14

e. Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar. ...16

f. Upaya dalam Meningkatkan Motivasi Belajar. ...17

2. Bimbingan Kelompok ...18

a. Pengertian Bimbingan Kelompok ...18

b. Tujuan Layanan Bimbingan Kelompok ...20

c. Komponen dalam Layanan Bimbingan Kelompok ...21

d. Azas dalam Layanan Bimbingan Kelompok ...21

e. Materi Layanan Bimbingan Kelompok ...23

3. Cinematherapy. ...24

a. Pengertian Cinematherapy . ...24

b. Manfaat Cinematherapy . ...27

c. Tahapan Pelaksanaan Cinematherapy ...28

d. Kasus-kasus yang Cocok ditangani dengan Cinematherapy ...30

B. keterkaitan Bimbingan Kelompok Teknik Cinematherapy dengan Motivasi Belajar ...31

(7)

iii

C. penelitian yang Relevan ...32

D. kerangka Berfikir ...34

E. Hipotesis ...35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ...36

B. Desain Penelitian ...36

C. Waktu dan Tempat Penelitian ...39

D. Populasi dan Sampel ...40

1. Populasi ...40

2. Sampel ...40

E. Defenisi Operasional ...42

F. Pengembangan Instrumen ...45

G. Teknik Pengumpulan Data ...50

H. Teknik Analisis Data . ...52

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pendahuluan ...55

B. Deskripsi Data Penelitian. ...55

1. Deskripsi Data hasil Pretest ...55

2. Rencana Layanan/ Treatment ...59

3. Pelaksanaan Layanan/ Treatment ...60

4. Deskripsi Data Hasil Posttest ...98

5. Analisis Data ...101

C. Uji Prasyarat Analisis Data...104

D. Pengujian Hipotesis ...106

E. Uji Peningkatan N-Gain ...112

F. Pembahasan . ...115

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...117

B. Saran ...117

(8)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Proses dalam kegiatan belajar merupakan capaian hasil sebuah nilai yang diperoleh oleh siswa dalam belajar. Siswa yang belajar harus memiliki komitmen dan semangatnya dalam belajar. Dalam belajar, harus ada usaha dan semangatnya, tidak putus asa, selalu optimis mencapai hasil yang memuaskan.

Menurut Khodijah (2016:150-151)motivasi adalah “kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu Sedang motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar”.

Berdasarkan hal tersebut dapat dipahami bahwa motivasi belajar itu merupakan kondisi psikologis seseorang yang mendorong seseorang untuk belajar. Berarti belajar itu harus ada dorongan dalam diri seseorang dalam belajar atau kemauan didalam diri untuk belajar. Motivasi itu sangat penting untuk belajar, Karna motivasi itu dorongan seseorang untuk melakukan tindakan. Jika seseorang tidak ada dorongan dalam dirinya untuk belajar, maka belajarnya tidak akan tercapai apa yang diharapkan semestinya. Jika tidak ada motivasi, maka ketika belajar pun seseorang tidak gerak niat untuk belajar, bahkan akan malas dan lesuh untuk melalui proses belajarnya.

Diantara banyak faktor yang mempengaruhi belajar, motivasi dipandang sebagai faktor yang cukup dominan. Meski diakui bahwa intelegensi dan bakat merupakan modal utama dalam usaha mencapai prestasi belajar, namun keduanya tidak akan banyak berarti bila siswa sebagai individu tidak memiliki motivasi untuk berprestasi. Motivasi mempunyai peranan yang strategi dalam aktivitas belajar siswa. Tidak seorang pun yang bisa belajar tanpa motivasi, dan motivasi tidak sekedar untuk diketahui saja, namun harus diimplentasikan dalam kehidupan

(9)

sehari-hari. Berbicara tentang motivasi, sesuatu yang terlintas di pikiran penulis adalah suatu semangat yang ada dalam diri seseorang. Pada hakikatnya dalam setiap pekerjaan yang dilakukan harus adanya keinginan motivasi tinggi.Karna simbol dalam setiap melakukan sesuatu seakan tidak terlepas dari Motivasi untuk maju. Slameto (dalam Emda Amna, 2017:7) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu: “(1) Faktor-faktor intern: faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan, dan (2) Faktor ekstern: faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat”.

Dari kutipan di atas dapat disimpulkan banyak faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa. Dengan demikian motivasi belajar pada diri siswa sangat dipengaruhi oleh adanya rangsangan dari luar dirinya serta kemauan yang muncul pada diri sendiri. Motivasi belajar yang datang dari luar dirinya akan memberikan pengaruh besar terhadap munculnya motivasi instrinsik pada diri siswa.

Varia Winarsih (dalam Emda Amna, 2017:9) mengatakan bahwa pentingnyamotivasi bagi siswa adalah sebagai berikut:

(1) Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir.

(2) Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan dengan teman sebaya.

(3) Mengarahkan kegiatan belajar.

(4) Membesarkan semangat dalam belajar.

(5) Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja yang berkesinambungan.

Dari kutipan diatas dapat dipahami bahwa motivasi itu sangat penting bagi siswa dalam belajar karna menyadarkan kedudukannya dalam belajar, memberikan informasi tentang kedudukan dalam belajar, mengarahkan kegiatan belajarnya, memberikan semangat dalam belajar, mengarahkan atau menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja penuh semangat. Kekuatan-kekuatan dan usaha-usaha dalam belajar memberikan proses yang sangat memuaskan, mengarahkan

(10)

diri ke dalama kegiatan belajar dalam memajukan semanagt diri dalam belajar dan menyadari kekuatan diri dan keleamahan diri dalam belajar.

Menurut Sardiman (2011:73)motivasi belajar adalah “faktor psikis yang bersifat non intelektual Peranannya yang khas adalah hal penumbuh gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar”.

Selanjutnya menurut Rahmah (2015:241) motivasi belajar adalah “keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberi arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai”.

Berdasarkan pendapat diatas dapat dipahami bahwa motivasi belajar adalah faktor psikis yang bersifat non intelektual, peranannya yang khas adalah penumbuh gairah, merasa senang dan semangat untuk mengikuti belajar., dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru untuk membangkitkan motivasi belajar siswa sebagaimana yang dikemukakan oleh Wina Sanjaya (dalam Emda 2017:8) yaitu:

(1) Memperjelas tujuan yang ingin dicapai. Tujuan yang jelas dapat menumbuhkan minat siswa untuk belajar. Semakin jelas tujuan yang ingin dicapai, maka akan semakin kuat motivasi belajar siswa. Oleh sebab itu guru perlu menjelaskan terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai sebelum proses pembelajaran dimulai.

(2) Membangkitkan minat siswa. Siswa akan terdorong untuk belajar, manakala mereka memiliki minat untuk belajar. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan minat siswa diantaranya:

(a) Hubungkan bahan pelajaran yang akan diajarkan dengan kebutuhan siswa.

(b) Sesuaikan materi pelajaran dengan tingkat pengalaman dan kemampuan siswa.

(c) Gunakan berbagai model dan strategi pembelajaran secara bervariasi.

(d) Menciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar. (e) Berilah pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa. (f) Berikan penilaian

(g) Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa. (h) Ciptakan persaingan dan kerjasama.

(11)

Dari kutipan di atas dapat dipahami Berbagai upaya perlu dilakukan guru agar proses pembelajaran berhasil. Guru harus kreatif dan inovatif dalam melakukan tugas pembelajaran, ciptakan suasana yang menyenangkan, berikan pujian yang sewajarnya terhadap keberhasilan siswa, berikan penilaian, dan ciptakan persaingan dan kerjasama. Sesuai dengan kegiatan bimbingan kelompok yaitu mengentaskan masalah secara bersama-sama melalui diskusi dan bertujuan untuk meningkatkan keinginan, kemauan yang tinggi dan memberikan kesempatan secara luas kepada anggota peserta bimbingan untuk berpendapat. Melalui bimbingan kelompok siswa dilatih untuk mengungkapkan apa saja yang membuatnya kurang semangat dalam belajar dan pada akhirnya bisa dituntaskan masalah tersebut.

Adapun yang dimaksud dengan layanan bimbingan kelompok menurut Sukardi (2000:8) ialah:

Layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari narasumber (terutama dari pembimbing/konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupannya sehari-hari baik individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat serta untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

Berdasarkan kutipan diatas dapat diketahui bahwa mkasud dari bimbingan kelompok yang brguna untuk menunjang kehidupan sehari-hari seperti pribadi yang mandiri, mampu mengenali diri sendiri secara bijak atau positif dan dinamis sehingga mampu mengambil keputusan dengan bijak, dan mengarahkan dirinya ke hal yang lebih baik. Bimbingan kelompok itu juga melibatkan beberapa orang untuk mengungkapkan ide, saran dan pendapat dan gagasan kepada anggota kelompok lainnya.

Nurihsan (2009:17) berpendapat bahwa tujuan dari layanan bimbingan kelompok ialah

pemberian informasi yang dimaksud untuk memperbaiki dan

(12)

pemahaman diri dan pemahaman mengenai orang lain, sedangkan perubahan sikap merupakan tujuan yang tidak langsung. Tujuan yang diharapkan dari bimbingan kelompok adalah supaya individu termasuk siswa, memiliki informasi baru yang berguna untuk memaksimalkan perkembangan dirinya dan menyangkut keberaniannya dalam mengemukakan pendapat, berlanjut cara berkomunikasi dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Bimbingan kelompok bisa diberikan dengan tema motivasi belajar, karena menurut Prayitno:

Bimbingan kelompok membahas topik-topik umum, baik “topik tugas” maupun topik bebas”. Topik tugas adalah topik atau pokok bahasan yang datang dari pemimpin kelompok dan “tugaskan” kepada kelompok untuk membahasnya, sedangkan “topik bebas"adalah topik atau pokok bahasan yang datangnya atau dikemukakan secara bebas oleh anggota kelompok. Satu persatu anggota kelompok mengemukakan topik secara bebas, kemudian dipilih mana yang akan dibahas pertama, kedua dan seterusnya. Berdasarkan kutipan di atas dapat dipahami bahwa topik yang dibahas dalam bimbingan kelompok ada topik bebas dan topik tugas. Berdasarkan hal tersebut motivasi belajar dimasukkan kedalam topik tugas. Bimbingan kelompok ini membahas topik tugas yang mana masing-masing anggota kelompok didalamnya juga diberi kersempatan untuk saling mengemukakan pendapat, memberikan saran ataupun ide-ide lainnya dalam permainan, saling menghargai pendapat, menanggapi secara sopan pendapat kepada anggota lainnya, saling menjaga komunikasi sesama anggota kelompok dengan baik dan tidak menyinggung perasaan sesama anggota kelompok untuk menciptakan dinamika kelompok.

Menurut Ningsih, Hidayat, Setiyowati (2016:2) dalam terapis film Solomon, Cinematherapyadalah:

Penggunaan film yang memiliki efek positif pada seseorang kecuali yang memiliki gangguan psikotik Melalui media flm ini, klien dapat menggambarkan lebih mudah terhadap kesedihan, ketenangan dan mampu lebih santai, juga lebih mampu untuk menyampaikan masalahnya, dan menemukan bahwa film mampu memimpin katarsis emosioanal yang dialami klien.

(13)

Dari kutipan diatas dapat dipahami terapis film Gary Solomon,

Chinematherapy adalah penggunaan film yang bersifat positif pada

seseorang kecuali yang memiliki gangguan psikotik. Melalui media film ini, klien dapat menggambarkan lebih mudah terhadap perasaan, ketenangan dan mampu lebih santai, juga lebih mampu untuk menyampaikan masalahnya, dan film mampu memimpin katarsis emosional yang dialami klien. Selain itu Jasmine (2016:6) dalam kesimpulannya bahwa terapi film itu yaitu:

terapi film terbukti berpengaruh untuk meningkatkan swakelola belajar yang dimiliki oleh siswa kelas 8 hal ini terlihat dari hasil peningkatan swakelola belajar yang dialami oleh siswa setelah siswa mendapatkan perlakuan dengan menggunakan film mestakung atau semesta mendukung.

Dapat dipahami bahwa terapi film terbukti berpengaruh untuk meningkatkan swakelola belajar, setelah siswa dapat perlakukan melalui menggunakan film. Selain itruy juga Sutardi Agus (2018:4) menyebut terkait tentang Cinematherapy yaitu:

Dalam pengembangan kemampuan belajar, seperti proses peningkatan motivasi belajar peserta didik, BK di sekolah dapat menerapkan metode metode cinematherapy ini. Karena

cinematherapydirancang untuk membantu klien dapat mengatasi

masalah, memperkuat kualitas pribadi dan klien dituntut untuk mampu menyelesaikan masalah tersebut (klien merasa termotivasi) Dari kutipan diatas dapat dipahami bahwa terapi film dapat mempengaruhi motivaso belajar yang dialami oleh siswa setelah mendapatkan perlakuan dengan menggunakan film. Senada dengan kutipan tersebut dapat ditarik kesimpulan dalam pengembangan kemampuan belajar peserta didik, BK sekolah menerapkan metode

cinematherapy, karena cinematherapy dirancang untuk mengatasi

masalah, memperkuat kualitas pribadi dan klien dituntut untuk mengatasi masalah tersebut atau klien merasa termotivasi.

(14)

Teknik Chinematherapy memiliki kaitan dengan Teknik

Bibiliotherapy namun ada yang membedakannya, Teknik Cinematherapy

hanya menggunakan tontonan video atau flm saja, namun Bibiliotherapy cakupanya luas. Menurut Brdley (2017:287) bahwa Bibiliotherapy bermaksud “memengaruhi kehidupan dengan membantu klien menemukan kesenangan dalam membaca dan melepaskan diri dari stresmental” (hendaya) (Brewster,2008). Salah satu proposisi utama yang mendasari teknik ini adalah klien perlu mampu mengidentifikasikan diri dengan seorang tokoh yang mengalami masalah yang serupa dengan masalah klien. Flm dan video juga dapat digunakan selama bibiliotherapi;teknik ini terbatas pada buku.

Berdasarkan pendapat diatas dapat dipahami bahwa

chinematherapy dan bibiliotherapy memiliki persamaan dan perbedaan

yaitu persamaannya sama-sama bisa menggunakan Video atau flm, sedangkan perbedaannya yaitu chinematherapy hanya flm/tontonan saja sedangkan bibiliotherapy bisa dengan buku bacaan cerita.

Menurut Sapiana (2013:48) Bimbingan kelompok teknik

cinematherapydapat:

memberikan pengaruh atau dapat meningkatkan motivasi belajar siswa karena cinematherapy mempunyai efek yang dapat merangsang nalar siswa dengan melihat sebuah film yang bersifat membentuk pribadi yang dapat memacu siswa agar dapat berkembang melalaui respon dari sebuah cinematherapy yang ditampilkan, selain itu hasil akhir dalam teknik cinematherapy adalah menemukan makna yang tekandung dari tayangan film. Menurut para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok dengan teknik cinematherapy untuk meningkatkan motivasi belajar siswa karena cinematherapy mempunyai efek yang dapat merangsang nalar siswa dengan melihat film yang membentuk pribadi siswa yamng dapat memicu siswa agar dapat mengembangkan respon dari sebuah cinematherapy dengan menemukan makna yang terkandung didalamnya.

(15)

Menurut penelitian Permatasari dan Nursalim (2019:8) berpendapat“bimbingan kelompok dengan teknik cinematherapyuntuk meningkatkan motivasi belajar siswa yaitu media cinema therapy pada bimbingan kelompok dapat meningkatkan motivasi belajar pada siswa kelas VIII SMPN 51 Surabaya”.

Dari kutipan diatas dapat dipahami bahwa bahwa bimbingan kelompok dengan teknik cinematherapy untuk meningkatkan motivasi belajar siswa sangat berpengaruh besar untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Senada dengan itu menurut Sapiana (2013:48) apakah ada pengaruh dari bimbingan kelompok dengan teknik cinematherapy untuk meningkat motivasi siswa adalah:

Bimbingan kelompok teknik cinematherapymemberikan pengaruh atau dapat meningkatkan motivasi belajar siswa karena

cinematherapy mempunyai efek yang dapat merangsang nalar

siswa dengan melihat sebuah film yang bersifat membentuk pribadi yang dapat memacu siswa agar dapat berkembang melalaui respon dari sebuah cinematherapy yang ditampilkan, selain itu hasil akhir dalam teknik cinematherapy adalah menemukan makna yang tekandung dari tayangan film.

Dari kutipan di atas dapat dipahami bahwa bimbingan kelompok dengan teknik cinematherapy untuk meningkatkan motivasi belajar siswa itu memiliki pengaruh atau dapat meningkatkan motivasi belajar siswa karena cinematherapy mempunyai efek yang merangsang nalar siswa yang dapat memacu atau membuat rangsangan atau respon yang dapat membuat siswa berkembang melalui respon dan rangsangan dari sebuah

cinematherapy yang ditampilkan, selain itu hasil akhir dari sebuah cinematherapy adalah menemukan makna yang terkandung dari sebuah

tayangan film.

Sesuai dengan dengan teori yang penulis jelaskan di atas, di lapangan penulis menemukan banyak sekali permasalahan yang terjadi pada remaja terkait dengan kurangnya motivasi belajar siswa. Di Sekolah

(16)

Menengah Pertama (SMP) penulis menemukan bahwasanya banyak siswa dan siswi yang kurang motivasi belajarnya. Banyaknya anak yang lesu dan kurang semangat dan tidak fokus di dalam kelas, dan bahkan banyak anak yang keluar masuk kelas saat proses pembelajaran sedang berlangsung, berbagai alasan yang tidak jelas untuk keluar kelas.

Berdasarkan wawancara yang telah peneliti lakukan saat PPL (praktek pengalaman lapangan) pada tanggal 3 Juni 2019 dengan beberapa siswi di SMP N 1 X Koto Diatas, pada siswa yang beranisial AY dua merasa kurang semangat dan selalu malas setiap kali mengikuti pelajaran, selanjutnya pernyataan dari siswa AN yang selalu merasa tidak tenang dalam kelas dan ingin keluar kelas dengan berbagai banyak alasan. Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan banyak anak yang kurang semangat, dia selalu merasa malas didalam kelas dan bahkan konsentrasinya selalu hilang saat beajar. Selanjunya hasil observasi yang penulis lihat ketika belajar memang banya anak-anak yang sering keluar masuk kelas ketika mengikuti proses belajar mengajar setiap harinya.

Melalui obsevasi dan fenomena tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengungkap motivasi belajar siswa agar dapat ditingkatkan lagi melalui bimbingan kelompok, dengan demikian judul peneitian ini adalah “Pengaruh Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Cinematherapy dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka penulis mengidentifikasikan masalah di atas sebagai berikut:

1. Pengaruh bimbingan kelompok dengan teknik chinematherapy dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VIII SMPN 1 X Koto Diatas.

2. Pengaruh bimbingan kelompok dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VIII di SMPN 1 X Koto Diatas.

(17)

3. Pengaruh rendahnya motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa kelas VIII di SMPN 1 X Koto Diatas.

4. Faktor penyebab rendahnya motivasi belajar siswa kelas VIII di SMPN 1 X Koto Diatas.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas peneliti membatasi masalah yang akan dibahas yaitu “pengaruh bimbingan kelompok dengan teknik cinematherapy dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VIII di SMPN 1 X Koto Diatas”

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh bimbingan kelompok dengan teknik cinematherapy dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VIII di SMPN 1 X Koto Diatas.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini untuk mengetahuiPengaruh bimbingan kelompok dengan teknik cinematherapy dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VIII di SMP N 1 X Koto Diatas.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Penulis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti untuk menambah wawasan, pengetahuan keterampilan, nilai dan sikap (WPKNS) peneliti khususnya mengenai permasalahan yang dialami peserta didik yang mengalami kesulitan belajar serta implikasinya dalam pelayanan BK dan pengetahuan tersebut dapat digunakan sebagai pengembangan potensi peneliti untuk menjadi guru BK sebagai profesi nantinya.

(18)

2. Pembaca

Melalui hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai upaya untuk membekali pembaca dalam meningkatkan motivasi belajar siswa, dan sebagai pencegahan agar peserta didik tidak mengalami kesulitan belajar. Dan penulis berharap hasil penelitian ini akan diterbitkan pada jurnal ilmiah.

(19)

12 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Motivasi Belajar Siswa a. Pengertian Motivasi

Setiap aktivitas manusia pada dasarnya dilandasi oleh adanya dorongan untuk mencapai tujuan atau terpenuhinya kebutuhannya. Keberadaan motivasi ikut mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam belajar. Menurut Hamzah (2008:3) berpendapat motivasi yaitu “berasal dari kata motif yaitu kekuatan yang terdapat dalam diri individu yang menyebabkan individu bertindak dan berbuat”.

Seterusnya menurut (Donal dalam Sardiman 2011:71) menyatakan pengertian motivasi adalah “motivasi sebagai perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feelingdan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan”.

Berdasarkan kutipan diatas dapat dipahami bahwa motivasi adalah kekuatan yang terdapat dalam diri seseorang individu yang menyebabkan individu bertindak dan berbuat dalam mencapai tujuan tertentu. seperti perasaan lemas berubah menjadi semangat, dan malas menjadi rajin. Oleh karena itu motivasi dapat ditanamkan sekaligus dipupuk agar tetap tumbuh dan mampu merangsang siswa untuk mencapai tujuan tertentu. Hal ini dengan rangsangan yang diberikan untuk siswa dapat membangkitkan semangat siswa dalam belajar dan mencapai tujuan tertentu yang diinginkannya.

b. Pengertian Belajar

Banyak para ahli yang mendefenisikan belajar, diantaranya travers yang dikutip oleh Thobroni (2015:18) “belajar merupakan proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku”. Selanjutnya Hamalik (2006:27-28) mengemukakan bahwa belajar adalah “modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman”.

(20)

Kutipan diatas sama-sama berasumsi bahwa individu dikatakan belajar apabila bisa melakukan sebuah penyesuaian tingkah laku. Demi terwujudnya penyesuaian ini maka individu akan mengalami perubahan. Perlu digarisbawahi bahwa tidak semua perubahan itu dikatakan hasil belajar, namun perubahan yang sesungguhnya adalah pengetahuan yang dimiliki oleh individu tersebut.

c. Pengertian Motivasi Belajar

Menurut Sardirman (2011:73) motivasi belajar adalah “faktor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya yang khas adalah hal penumbuh gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar”. Selanjutnya menurut Rahmah (2015:241)motivasi belajar adalah “keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberi arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai”.

Berdasarkan pendapat diatas dapat dipahami bahwa motivasi belajar adalah faktor psikis yang bersifat non intelektual, peranannya yang khas adalah penumbuh gairah, merasa senang dan semangat untuk mengikuti belajar., dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Dorongan yang datang dalam diri siswa terus berusaha untuk mendapatkan apa yang diinginkan dan berjuang dari berbagai kendala yang ditemukan dalam meraih yang dicita-citakan. Peranan yang khas didalam diri dan selalu mendorong diiri dalam menumbuhkan gairah semangat pada diri siswa dan dapat menumbuhkan semanagat dalam belajar dan mencapai hasil yang memuaskan dari usaha yang siswa lakukan tersebut.

(21)

d. Ciri-ciri dan Fungsi Motivasi dalam Belajar

ciri-ciri digunakan untuk menentukan suatu hal. Apabila dikaitkan dengan motivasi maka untuk melihat tinggi atau rendahnya motivasi siswa dalam belajar memerlukan ciri-ciri maupun indikator dari motivasi tersebut, karena berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh Sardiman (2011:81) mengemukakan bahwa motivasi yang ada pada diri seseorang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

(1) tekun menghadapi tugas: dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai.

(2) Ulet menghadapi kesulitan: tidak lekas putus asa.

(3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah. (4) Lebih senang bekerja mandiri.

(5) Cepat bosan pada tugas-tugas rutin: hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif.

(6) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu).

(7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakininya itu.

(8) Senang mencari dan memecahkan masalah-masalah soal-soal.

Kutipan diatas menggambarkan siswa yang memiliki motivasi belajar yang ketika belajar dia memiliki cara belajar yang tekun, ulet dan penuh semangat, mampu mempertahankan pendapatnya, tidak mudah menyerah, senang mencari dan memecahkan masalahnya. Belajar itu bukan lagi paksaan oleh guru, orangtua, melainkan sudah ada tumbuh didalam diriu siswa tersebut dan bisa mengendalikan dirinya untuk maju untuk memperoleh ilmu pengetahuan.

Keberhasilan proses belajar mengajar dipengaruhi oleh motivasi belajar siswa. Guru selaku pendidik perlu mendorong siswa untuk belajar dalam mencapai tujuan. keberadaan motivasi akan mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu. motivasi belajar yang tinggi akan membuat seseorang menjadi gigih dalam bekerja untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Menurut Hamalik (2006:161) fungsi motivasi adalah:

(a) Mendorong timbulnya kelakuan atau perbuatan. Tanpa motivasi tidak akan timbul perbuatan seperti belajar.

(22)

(b) Sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan kepada pencapaian tujuan yang diinginkan.

(c) Sebagai penggerak, artinya besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya pekerjaan.

Dua fungsi motivasi dalam proses pembelajaran yang dikemukakan oleh Wina Sanjaya (dalam Emda Amna, 2017:5) yaitu: (1) Mendorong siswa untuk beraktivitas Perilaku setiap orang disebabkan karena dorongan yang muncul dari dalam yang disebut dengan motivasi. Besar kecilnya semangat seseorang untuk bekerja sangat ditentukan oleh besar kecilnya motivasi orang tersebut. Semangat siswa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru tepat waktu dan ingin mendapatkan nilai yang baik karena siswa memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar. (2) Sebagai pengarah Tingkah laku yang ditunjukkan setiap individu pada dasarnya diarahkan untuk memenuhi kebutuhannya atau untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Berdasarkan pendapat diatas dapat dipahami bahwa motivasi sangat dibutuhkan oleh siswa dalam belajar, karena motivasi belajar berfungsi untuk mendorong timbulnya kelakuan dan perbuatan serta mampu memberikan arahan kepada siswa dalam kegiatan proses belajar, untuk semangat siswa dalam menyelesaikan tugas, serta berusaha mengarahkan tingkah laku yang ditunjukkan setiap individu untuk memenuhi kebutuhannya atau untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Motivasi belajar juga berfungsi sebagai pendorong untuk timbulnya tingkah laku atau perbuatan belajar, pengarah dan penyeleksi perbuatan pengarah pencapaian tujuan belajar, dengan demikian kegiatan belajar berlangsung efisien dan efektif, sehingga siswa menjadi aktif, tekun, ulet, tabah, bergairah, disiplin dan mandiri dalam belajar. Selanjutnya motivasi juga berfungsi mendorong siswa untuk mampu memposisikan diri secara utuh dalam kegiatan belaja, serta melakukan pengendalian terhadap kegiatan-kegiatan yang tidak bermanfaat.

(23)

Motivasi belajar tinggi akan menjadikan siswa berprestasi dalam belajar sedangkan apabila siswa memiliki motivasi belajar rendah akan menyebabkan siswa tidak bergairah, malas, dan enggan untuk belajar sehingga siswa mendapatkan nilai dan prestasi belajar yang kurang memuaskan.

e. Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Perbedaan motivasi belajar pada setiap siswa disebabkan karena faktor yang mempengaruhinya. Ada siswa belajar karna keinginannya sendiri dan rasa ingin tahu untuk mencoba belajar, itu dipengaruhi oleh keinginanya.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi belajar menurut Slameto (1991:91) (dalam Emda 2017:7) yaitu: “(1) Faktor-faktor intern: faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan. (2) Faktor ekstern: faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat”.

Menurut Kompri (dalam Emda 2017:7) motivasi belajar merupakan segi kejiwaan yang mengalami perkembangan, artinya terpengaruh oleh kondisi fisiologis dan kematangan psikologis siswa. Beberapa unsur yang mempengaruhi motivasi dalam belajar yaitu:

(1) Cita-cita dan aspirasi siswa. Cita-cita akan memperkuat motivasi belajar siswa baik intrinsik maupun ekstrinsik.

(2) Kemampuan Siswa Keingnan seorang anak perlu dibarengi dengan kemampuaan dan kecakapan dalam pencapaiannya. (3) Kondisi Siswa Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani

dan rohani. Seorang siswa yang sedang sakit akan menggangu perhatian dalam belajar.

(4) Kondisi Lingkungan Siswa.

Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi siswa. Faktor-faktor tersebut terbagi menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari faktor jasmaniah, psikologis dan kelelahan. Faktor eksternal terdiri dari faktor keluarga, sekolah dan faktor masyarakat. Motivasi belajar merupakan segi kejiwaan yang mengalami perkembangan artinya terpengaruh oleh

(24)

kondisi psikologis dan kematangan psikologis siswa. Beberapa unsur yang mempengaruhi motivasi dalam belajar yaitu cita-cita dan aspirasi, kemampuan atau keinginan seseorang anak perlu dibarengi dengan kemampuan dan kecakapan dalam pencapaiannya, kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani, karena seorang siswa yang sedang sakit akan mengganggu perhatian dalam belajar dan kondisi lingkungan dimana siswa berada juga dapat mempengaruhi pola pikir dan motivasi siswa dalam belajar.

f. Upaya dalam meningkatkan Motivasi Belajar

Tujuan pembelajaran adalah untuk mencapai keberhasilan dengan prestasi yang optimal. Untuk mencapai hasil belajar yang optimal dituntut kreativitas guru dalam membangkitkan motivasi belajar siswa. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru untuk membangkitkan motivasi belajar siswa sebagaimana yang dikemukakan oleh Wina Sanjaya (Emda 2017:8-9) yaitu:

1) Memperjelas tujuan yang ingin dicapai. Tujuan yang jelas dapat menumbuhkan minat siswa untuk belajar. Semakin jelas tujuan yang ingin dicapai, maka akan semakin kuat motivasi belajar siswa. Oleh sebab itu guru perlu menjelaskan terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai sebelum proses pembelajaran dimulai.

2) Membangkitkan minat siswa. Siswa akan terdorong untuk belajar, manakala mereka memiliki minat untuk belajar. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan minat siswa diantaranya:

a) Hubungkan bahan pelajaran yang akan diajarkan dengan kebutuhan siswa.

b) Sesuaikan materi pelajaran dengan tingkat pengalaman dan kemampuan siswa.

c) Gunakan berbagai model dan strategi pembelajaran secara bervariasi. Menciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar

3) Berilah pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa e. Berikan penilaian.

(25)

5) Ciptakan persaingan dan kerjasama. Berbagai upaya perlu dilakukan guru agar proses pembelajaran berhasil. Guru harus kreatif dan inovatif dalam melakukan tugas pembelajaran.

Melalui kutipan di atas dapat dipahami banyak cara yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Memberikan pujian komentar atas keberhasilannya, mengangkat minat dan memberikan nilai adalah bagian dari upaya yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

Uraian mengenai upaya yang dapat dilakukan oleh guru untuk meningkatkan motivasi belajar di atas, dapat dipahgami bahwa untuk meningkatkan motivasi ada beberapa cara mengoptimalkan prinsip-prinsip belajar, mengoptimalkan unsur-unsur dinamis dalam belajar, memperjelas tujuan yang hendak ingin dicapai, membangkitkan minat siswa dalam belajar, memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan siswa dalam belajar, memberikan komentar yang terpuji terhadap hasil kerja siswa dalam belajar, dan ciptakan persaingan dan kerjasama dalam belajar dan berabagai upaya harus dilakukan guru agar prosdes pembelajaran berhasil, guru harus kreatif dean inovatif dalam mengembangkan dan tugas dalm belajar.

2. Bimbingan Kelompok

a. Pengertian Bimbingan Kelompok

Bimbingan kelompok merupakan salah satu layanan dalam bimbingan dan konseling yang diberikan pada sekelompok individu untuk memecahkan masalaj bersama-sama dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Menurut Prayitno (2004:2) layanan bimbingan kelompok adalah:

Layanan yang mengaktifkan dinamika kelompok untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan pribadi, dan/atau pemecahan masalah individu yang menjadi peserta kegiatan kelompok, serta membahas topik-topik umum yang menjadi kepedulian anggota kelompok.

(26)

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa bimbingan kelompok merupakan kegiatan yang dilakukan untuk membahas pemecahan masalah secara bersama-sama dengan memanfaatkan dianmika kelomok. Senada dengan pendapat di atas Tohrin (2007: 170) mengemukakan bahwa layanan bimbingan kelompok merupakan:

Suatu cara memberikan bantuan (bimbingan) kepada individu (siswa) melalui kegiatan kelompok. Dalam layanan bimbingan kelompok, aktifitas dan dinamika kelompok harus diwujudkan untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan atau pemecahan masalah-masalah individu yang menjadi peserta layanan.

Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa layanan bimbingan kelompok merupakan kegiatan pemberian bantuan yang diberikan kepada individu dalam kegiatan kelompok yang memanfaatkan dinamika kelompok. Kegiatan ini berguna untuk membahas topik pembahasan yang berguna dalam pengembangan atau pemecahan masalah individu yang menjadi peserta layanan. Sedangkan menurut Sukardi dan Kusmawati (2008: 78) layanan bimbingan kelompok ini merupakan:

Layanan yang memunkinkan peserta didik (konseli) secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu (tertama dari guru pembimbing/ konselor dan atau membahas secara bersama-sama pokok bahasan (topik) tertentu yang berguna untuk menunjang pemahaman dan kehidupannya sehari-hari dan atau untuk perkembangan dirinya baik sebagai individu maupun sebagai pelajar dan untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan atau tindakan tertentu.

Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa bimbingan kelompok merupakam layanan yang diberikan oleh pembimbing/ atau konselor kepada peserta didik guna untuk membahas bersama-sama pokok bahasan tertentu yang berguna untuk menunjang pemahaman dalam memecahakan masalah peserta layanan dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Selain itu dapat dipahami bahwa bimbingan kelompok dimana peserta layanan terdiri dari sekelompok individu

(27)

yang akan membahas topik yang berguna bagi peserta layanan dan semua peserta ikut serta secara aktif dalam kegiatan diskusi.

b. Tujuan Layanan Bimbingan Kelompok

Bimbingan kelompok memiliki beberapa tujuan yang hendak dicapai. Menurut Prayitno (2004: 3) tujuan Bimbingan kelompok secara khusus adalah

BKP bermaksud membahas topik-topik tertentu yang mengandung permasalahan aktual, hangat, dan menjadi perhatian peserta. Melalui dinamika kelompok yang intensif, pembahasan topik-topik itu mendorong pengembangan perasaan, pikiran, pesepsi, wawasan, dan sikap yang menunjang diwujudkannnya tingkah laku yang lebih efektif. Dalam hal ini kemampuan berkomunikasi verbal maupun nonverbal ditingkatkan.

Berdasarkan kutipan di atas bimbingan kelompok bertujuan untuk membahas topik yang hangat, terkini dan menarik. Selain itu bimbingan kelompok bertujuan membentuk tingkah laku efektif dalam menghadapi permasalahan yang sedang dibahas serta mengembangkan kemampuan berkomunikasi peserta layanan. Selain itu Tohrin (2007: 172) juga mengemukakan bahwa “secara umum layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk pengembangan kemampuan bersosialisasi, khususnya kemampuan berkomunikasi peserta layanan (siswa)”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa tujuan layanan bimbingan kelompok yaitu secra umum, untuk pengembangan kemampuan peserta didik dalm berinteraksi atau bersosialisasi terkhusus pada kemampuan dalam berkomunikasi. Sedangkan secara khususnya tujuan bimbingan kelompok untuk membahas topik permasalahan yang sedang aktual dan pembahasan tersebut akan memberikan kontribusi bagi perkembangan kepribadian, sosial, dan emosi peserta layanan.

(28)

c. Komponen dalam Layanan Bimbingan Kelompok

Pelaksanaan layanan Bimbingan Kelompok dipimpin oleh seorang pemimpin kelompok (konselor) dan diikuti oleh beberapa peserta layanan. Berikut ini penjelasan mengenai komponen tersebut.

1) Pemimpin Kelompok

Pelaksanaan layanan bimbingan kelompok harus dipimpin oleh seorang pemimpin kelompok, pemimpin kelompok menurut Prayitno (2012: 153) adalah:

Konselor yang terlatih dan berwenang menyelenggarakan praktek konseling profesional. Sebagaimana untuk jenis layanan lainnya konselor memiliki keterampilan khusus menyelenggarakan bimbingan kelompok, dalam bimbingan kelompok tugas PK adalah memimpin kelompok yang bernuansa layanan konseling melalui “bahasa” konseling untuk mencapai tujuan-tujuan konseling.

Dapat dipahami bahwa pemimpin kelompok seseorang yang profesional di bidang bimbingan dan konseling. Pemimpin kelompok juga bertugas menjalankan kegiatan bimbingan kelompok agar telaksana dengan sebaik-baiknya dan semestinya agar tercapainya suatu tujuan yamg diinginkan.

d. Asas dalam Layanan Bimbingan Kelompok

Terdapat beberapa azas yang harus diperhatikan dan dipatuhi serta dilaksanakan dalam melakukan layanana bimbingan kelompok. Secara umum, asas-asas dalam layanan bimbingan kelompok menurut prayitno (2012: 162-164) yaitu:

1) Kerahasian

Segala sesuatu yang dibahas dan muncul dalam kegiatan kelompok hendaknya menjadi rahasia kelompok yang hanya boleh diketahui anggota kelompok yang tidak disebarluaskan diluar kelompok. Disini posisi azas kerahasiaan sama posisinya seperti dalam layanan konseling perorangan. PK dengan sungguh-sungguh hendaknya memantapkan azas ini sehingga seluruh hal AK berkomitmen penuh untuk melaksanakannya. 2) Kesukarelaan

(29)

Kesukarelaan AK dimulai sejak awal rencana pembentukkan kelomnpok oleh konselor (PK). Kersukarelaan terus dibina oleh PK mengembangkan syarat-syarat kelompok yang efektif dan penstrukturan dalam Bkp. Dengan kesukarelaan itu, AK akan dapat mewujudkan peran aktif diri mereka masing-masing untuk mencapai tujuan layanan.

3) Azas-azas lain

Dinamika kelompok dalam Bkp semakin intensif dan efektif apabila semua anggota kelompok secara penuh menerapkan azas kegiatan dan keterbukaan. Mereka secara aktif dan terbuka menampilkan diri tanpa rasa takut, malu maupun ragu. Azas kekinian memberikan isi aktual dalam pembahasan yang dilakukan. AK diminta mengemukakan hal-hal yang terjadi dan berlaku sekarang ini. Azas kenormatifan dipraktikan berkenaan dengan cara-cara berkomunikasi dan bertata krama dalam kegiatan kelompok, dan dalam mengemas isi bahasan. Azas keahlian diperlihatkan oleh PK dalam mengolah kegiatan kelompok dalam mengembangkan proses dan isi pembahasan secara keseluruhan.

Berdasarkan Kutipan di atas dapat dipahami bahwa dalam pelaksanaan Bkp terdapat tiga azas yang menjadi landasan pelaksanaan Bkp yaitu asas kerahasiaan maksudnya bahwa apapun yang dibahas dan disampaikan dalam kegiatan bimbingan kelompok hanya diketahui oleh anggota kelompok bimbingan kelompok, tanpa harus diketahui oleh orang lain di luar anggota kelompok bimbingan kelompok. Selanjutnya azas kesukarelaan maksudnya adalah anggota kelompok bimbingan kelompok hendaknya secara sukarela mengikuti kegiatan bimbingan kelompok, tanpa harus ada keterpaksaan dan hati yang kurang senang dalam melakukan kegiatan bimbingan kelompok oleh anggota kelompok tersebut sehingga tujuan dari pelaksanaan Bimbingan Kelompok dapat terlaksana dengan baik dan tercapainya tujuan dari kegiatan itu sendiri.

Asas-asas lain yaitu azas kegiatan dan keterbukaan dimana anggota kelompok bimbingan kelompok diharapkan dapat berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan dan tidak malu-malu dalam penyampaian pendapat ide-idenya. Asas kekinian dimaksudkan agar anggota kelompok bimbingan kelompok menyampaikan dan membahas hal-hal yang bersifat aktual atau kekinian. Azas kenormatifan dimaksudkan agar

(30)

dalam pelaksanaan kegiatan tetap memperhatikan norma dan tata krama dalam berkomunikasi. Sedangkan azas keahlian diperlihatkan oleh pemimpin kelompok (PK) dalam mengelola dan mengontrol jalannya kegiatan agar tujuan kegiatan tercapai dan terlaksana sebagaimana yang telah diharapkan.

e. Materi Layanan Bimbingan Kelompok

Materi-materi yang dapat diberikan dalam layanan Bimbingan Kelompok beragam sesuai dengan kebutuhan dan kesepakatan dari anggota kelompok. Menurut Sukardi (2008: 65) materi layanan bimbingan kelompok yang dapat diberikan yaitu:

1) Pengenalan sikap dan kebiasaan, bakat, minat, dan cita-cita serta penyalurannya.

2) Pengenalan kelemahan diri dan penanggulangannya, kekuatan diri dan pengembangannya.

3) Pengembangan kemampuan berkomunikasi, menerima/ menyampaikan pendapat, bertingkah laku dan hubungan sosial, baik di rumah, sekolah maupun di masyarakat, teman sebaya di sekolah maupun dan luar sekolah dan kondisi/ peraturan sekolah.

4) Sikap dan kebiasaan belajar yang baik, di sekolah dan di rumah sesuai dengan kemampuan pribadi siswa.

5) Pengembangan teknik-teknik penguasaaan ilmu, pengetahuan teknologi, dan kesenian sesuai dengan kondisi fisik, sosial dan budaya.

6) Orientasi dan informasi karir, dunia kerja, dan upaya memperoleh penghasilan.

7) Orientasi dan informasi perguruan tinggi sesuai dengan karier yang hendak dikembangkan.

8) Pengambilan keputusan dan perencanaan masa depan.

Berdasarkan kutipan di atas dapat diketahui bahwa materi layanan bimbingan kelompok sangat beragam dan bervariasi. Materi yang dibahas tergantung kebutuhan kelompok perserta didik layanan saat itu dan sesuai dengan kesepakatan bersama sesama kelompok. Mater-materi yang dibahas menggambarkan permasalahan yang sedang dihadapi oleh anggota kelompok, misalnya masalah kurangnya motivasi belajar siswa.

(31)

3. Teknik Cinematherapy a. Pengertian cinematherapy

Film memiliki pengaruh yang kuat karena dapat sinergis musik, dialog, pencahayaan, sudut karena, dan efek suara memungkinkan film membuka sensor defensif biasa kita. Film akan menarik kita melihat pengalaman, tapi pada saat yang sama sering lebih udah melihat pengalaman di film daripada kehidupan nyata.

Percobaan klasik Bandura dengan boneka Bobo menunjukkan bagaimana imitasi pada film sangat kuat mengubat perilaku. Cerita di dalam film tanpa disadari merupakan cerminan dari kajadian nyata yang ada di sekitar kita atau bahkan terjadi pada diri kita sendiri. Hal ini dapat menggugah emosi kita.

Menurut Solomon (dalam Hidayat, 2018:69) Cinematherapy telah muncul sebagai intervensi berkhasiat bagi semua orang dewasa, remaja dan anak-anak. Dengan melihat dan mendiskusikan film, konseli dan konselor atau guru bimbingan dan kosenling dapat mengakses konten bermakna metaforis untuk proses pekerjaan dan belajar konseli. Pendapat diatas didukung oleh Sharp C. & Wedding D, Boy MA (dalam Yang dan Lee (2005:2) bahwa:

Cinematherapy is a therapeutic technique that involves careful selection and assignment of movies for clients to watch, with follow-up processing of their experiencess during therapy session. Therapists (e.g., counselor , psychologists) have been using movies as a form of therapy for years, and they report that movies have a powerful effect on poeple’s live.(dalam Yang dan Lee (2005:2)

Cinematherapy adalah teknik terapeutik yang melibatkan

pemilihan dan penugasan film secara seksama untuk ditonton klien, dengan menindaklanjuti pemrosesan pengalaman mereka selama sesi terapi. Terapis (misalnya; konselor, psikolog) telah menggunakan film sebagai bentuk terapi selama bertahun-tahun, dan mereka melaporkan bahwa film memiliki efek yang kuat pada kehidupan orang-orang. Hal ini sejalan dengan yang kutipan dalam sebuah jurnal yaitu:

(32)

A form of therapy or self-helf that use movies, particularly videos, as a therapeutic tools. Cinematherapy can be a catalyst for healing and groth for those who are open to learning how movies affect people and to watching certain films with consccious awareness. Cinematherapy allows one to use te effects of imagery, plot, music, etc in fims on the psyche for insight, inspiration, emotional, release or relief and natural change. Used as part of psychotherapy, cinematherapy is an innovative method based on tradisional therapeutic principles.(Hankir, Holloway, Zaman, & Agius,

2015:137)

Cinematherapy adalah suatu bentuk terapi atau swadaya yang

menggunakan film, khususnya video, sebagai alat terapi. Terapi sinematik dapat menjadi katalis untuk penyembuhan dan pertumbuhan bagi mereka yang terbuka untuk mempelajari bagaimana film mempengaruhi orang dan menonton film tertentu dengan kesadaran.

Cinematherapy memungkinkan seseorang untuk menggunakan efek dari

citra, plot, musik dan lain-lain dalam film pada jiwa untuk wawasan, inspirasi, pelepasan emosional atau bantuan dan perubahan alami. Digunakan sebagai bagian dari psikoterapi, cinematherapy adalah metode inovatif berdasarkan prinsip terapi tradisional. Hal ini juga didukung pendapat ahli lain juga mengatakan ”recently, films have also

been used for character building and as a means to make apparent the benefits of virtuous character traits” (Niemiec, dalam Hankir, Holloway,

Zaman, & Agius, 2015: 137).

Dari penjelasan di atas, secara keseluruhan dapat dipahami bahwa

cinematherapy adalah bimbingan yang dilaksanakan oleh konselor

dengan menggunakan film dalam rangka membantu meningkatkan pertumbuhan dan wawasan klien serta penyembuhan bagi mereka yang terbuka untuk mereka dan mengikuti proses pengalaman ini juga membangun karakter serta sebagai sarana membuat jelas karakter yang berbudi luhur dan telah teruji dan benar dapat mempengaruhi kehidupan manusia.

Percobaan menggunakan cinematherapy ini juga telah dilakukan, percobaan klasik Bandura dengan boneka Bobo menunjukkan bagaimana

(33)

imitasi pada film sangat kuat mengubah perilaku. Delapan puluh delan persen dari anak-anak yang menyaksikan video dan model (tokohnya) agresi akan memukul boneka, kemudian meniru perilaku agresif (Bandura, dalam Hidayat, 2018:68). Selain itu penulis juga telah banyak menemukan penelitian-penelitian lain yang membahas cinematherapy untuk mencegah atau mengurangi perilaku agresi dengan model aplikasi yang berbeda-beda, seperti menggunakan bimbingan kelompok dan bimbingan klasikal, selain itu cinematherapy ini juga sudah digunakan oleh banyak ahli, baik di dalam maupun luar negeri.

Menurut Michael (dalam Sapiana, 2014; dalam Sulistyowati, n.d)

cinematherapy adalah proses untuk meningkatkan pertumbuhan dan

wawasan klien. Selain itu penelitian terbaru juga menunjukan bahwa proses pembelajaran dipercepat dan tingkat retensi meningkat bila konten metaforis bermakna (yaitu cerita/film) yang digunakan selama proses pembelajaran (Sulistyowati, n.d). Rahman (2014:211-212) menjelaskan “dua hal dapat dilakukan untuk mengendalikan marah dan agresi, yaitu pengalihan dan katarsis”. Selain menonton pertunjukan musik, film juga mampu memimpin katarsis emosianal yang dialami klien, sehingga makna dalam film tersebut dapat tersampaikan dan membantu meningkatkan perkembangan dan wawasan klien serta mengatasi masalah (Ningsih, Hidayat, Setiyowati, 2016:2).

Selain dua hal di atas, kegunaan cinematherapy ini juga bisa dilihat dari kutipan berikut:

Cinematherapy was purposefull designed to use film or movie to challenge and change the client’s way of thinking and irrational belief system, thereby leading clients to change behavioral patterns. The process includes preparation briefing, implementation, debriefing and follow-up. In contrast a nonstructured session which does not cntain the systematic processing, was used to compare the effectiveness of the structured cinematherapy. (Yang dan Lee,

2005:2)

Pendekatan cinematherapy ini bisa menggunakan layanan bimbingan kelompok, terapi untuk pasangan dan konseling keluarga, dan

(34)

juga bisa dengan layanan konseling kelompok, penelitian yang akan penulis lakukan adalah dalam konseling kelompok kelompok, karena data yang penulis temukan di lapangan siswa dengan tingkat agresivitas yang tinggi tidak sedikit dan juga tidak terlalu banyak hingga memungkinkan berbentuk kelompok.

Pemanfaatan cinematherapy dalam kegiatan berkelompok ini adalah layanan yang diberikan kepada klien, dengan menggunakan media film yang diberikan kepada kelompok untuk dilihat bersama-sama, bertujuan untuk membangkitkan kesadaran siswa terhadap perilaku yang ditampilkan siswa. Ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Hidayat (2018:78) cinematherapy ini sangat cocok sekali dengan efek terapi dari dinamika kelompok. Karena refleksi anggota kelompok tentang respons emosi mereka pada film tersebut adalah komponen tambahan yang memperkaya terapi kelompok ini.

b. Manfaat cinematherapy

Ada beberapa manfaat penting dalam menggunakan

cinematherapysebagai alat terapi. Salah satu keuntungan menurt

McGrath (dalam Ningsih, Hidayat, Setiyowati, 2016:2) adalah: “(1) Film memberikan alternatif cara untuk menciptakan perubahan dalam cara yang tidak mengancam. (2) Film memberi kesempatan klien untuk aman dalam menilai ide-ide dan perilaku alternatif”.

Dua poin yang penting adalah saat pemilihan film yang tepat dan mengikuti pedomancinematherapy. Solomonmengatakan bahwa ide dalam pemilihan film adalah memilih film yang mencerminkan masalah konseli saat ini (Wolz, dalam Ningsih, Hidayat, Setiyowati, 2016:2).

Ide atau gagasan yang dikemukakan dengan cara audio-visual seperti film akan sangat mudah diterima oleh khalayak umum. Media yang baik digunakan dalam pendidikan adalah dengan memanfaatkan membaca, mendengarkan, dan adanya gambar yang mendukung, semua ini telah terangkum dalam sebuah film.

(35)

Dengan menonton film semua indera manusia akan bekerja dalam waktu yang bersamaan, dan tidak hanya mendengar, atau melihat gambar saja, dengan menonton film individu akan mengaktifkan otak untuk bekerja lebih aktif, hal ini akan bagus untuk menyampaikan pesan yang ingin disampaikan, karena akan mudah diterima, diingat dan akan lebih mudah diresapi oleh perasaan.

c. Tahapan pelaksanaan cinematherapy

Dalam pelaksanaannnya cinematherapy memiliki beberapa tahapan yang harus dilaksanakan. Hidayat (2018:73-74) menjelaskan secara rinci tentang tahapan pelaksanaan cinematherapy tersebut meliputi:

1) Proses diagnosis dan asesmen.

Proses diagnosis mencakup menanyakan sejarah atau latar belakang keluarga, konflik apa saja yang sering dialami, yang sering terjadi dalam keluarga konseli, serta mengobservasi bagaimana gaya hidup konseli. Selain itu konselor atau guru bimbingan dan koseling bisa menanyakan beberapa film bagi sangat bermakna bagi konseli atau film yang disukai okeh konseli.

Proses asesmen ini ada untuk membantu konselor atau guru bimbingan dan konseling memahmi sikap, perasaan serta pikiran klien.

2) Proses dalam menghadapi hambatan

Cinematherapy dalam mengatasi hambatan konseli dalam cerita

yang disajikan. Film juga dapat menunjukkan perubahan perilaku dan konseling dapat membayangkan bagaimana cara mengentaskan masalah mereka sendiri.

3) Mengekspresikan emosi atau perasaan

Setelah menonton film konselor atau guru bimbingan dan konseling akan mendorong konseli untuk menyadari respon emosinya. Selanjuntnya akan meminta konseli untuk mengintegrasi

(36)

pengalaman, mengekspresikan emosi atau perasaan, atau mungkin melakukan katarsis.

4) Mengidentifikasi dan memperkuat kekuatan yang ada di dalam diri Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh konselor atau guru bimbingan dan konseling untuk tahapan ini, yaitu:

a) Mengingatkan bahwa setiap orang memiliki kekuatan dalam diri. Banyak konseli berjuang dengan harga diri yang rendah. Mereka tidak menyadari asset dan sarana yang dapat mereka akses, mereka tidak menyadari potensi yang ada dalam dirinya dan menganggap dirinya tidak bisa apa-apa. Konseli in membutuhkan bimbingan untuk mengingat potensi yang telah dilupakan dan menjadikannya peluang sumber daya itu untuk diterapkan dalam dirinya.

b) Memberi harapan dan dorongan

Banyak film yang dimulai dengan bercerita bahwa tokoh utama memiliki permasalahan yang sangat rumit hingga mengalami putus asa akan tetapi bisa berakhir dengan keberhasilan atau kemenangan. Jika konseli dapat mengidentifikasi dirinya dengan kararkter yang terjebak dalam situasi dan masalah yang dialami konseli, dan berbagi kekecawaan sebagai langkah awal yang goyah untuk menuju kebebasan, maka konseli akan memiliki alasan untuk selalu optimis dalam setiap situasi yang ada. Dalam hal ini konselor dan guru bimbingan dan konseling membantu meningkatkan keberanian konseli untuk melakukan yang perlu dilakukan untuk mengubah situasi konseli.

c) Validasi

Dengan menonton film, konseli akan mendapakan pengalaman baru. Konseli dapat mengembangkan kasih sayang terhadap diri serta membantu konseli mendapatkan kekuatan yang baru.

(37)

Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh konselor atau guru bimbingan dan konseling untuk tahapan ini, yaitu:

a) Masalah reframing

Bandler dan Grindler (dalam Hidayat, 2018:75) mengatakan bahwa makna setiap peristiwa memiliki ketergantungan pada “frame” setiap orang mengartikannya. Apabila ada perubahan makna ada akan terhadi perubahan tanggapan dan perilaku. Film sering membingkai fiksi yang merupakan cerita yang ideal untuk reframing masalah klien dan hal ini membantu konseli mampu mengatasi keraguan, produktif dan kritis terhadap masalah sendiri

b) Memberikan metafora terapi

Dengan melihat dan mendiskusikan film, konseli dan konselor atau guru bimbingan dan konseling dapat mengakses konten bermakna metafora. Metafora dalam film dapat membanti konseli melampaui materi sadar dan mengatasi ranah afeksi jiwa. Dengan cara ini konseli telah menambah dampak wawasan kognisinya.

d. Kasus-kasus yang cocok ditangani dengan cinematherapy

Menurut Hidayat (2018:73) ada beberapa permasalahan yang cocok ditangani oleh teknik cinematherapy, yaitu:

1) Harga diri (self esteem) 2) Kesedihan yang mendalam 3) Kemarahan

4) Kecanduan

5) Permasalahan dalam bekerja 6) Komunikasi

7) Hubungan interpersonal 8) Isu-isu dalam keluarga 9) Bimbingan pribadi 10) Kesadaran spiritual.

Salah satu bentuk dari agresivitas adalah kemarahan, kemarahan yang berlebihan bisa menyebabkan seseorang berperilaku agresif, oleh karena

(38)

itu penulis memilih cinematherapy untuk mereduksi agresivitas karena

cinematherapy cocok untuk menangani permasalahan kemarahan, selain

itu alasan lain penulis menggunakan teknik cinematherapy karena sudah ada ahli yang menggunakan teknik cinematherapy untuk mereduksi agresivitas.

Selain yang disebutkan di atas, cinematherapy juga cocok untuk mengatasi seperti permasalahan rendahnya motivasi belajar siswa, perilaku prososial, meningkatkan self efficacy karir, meningkatkan empati siswa, dan lain sebagainya.

B. Keterkaitan Bimbingan Kelompok Cinematherapy dengan Motivasi Belajar

Menurut Sapiana (2013:17) Bimbingan Kelompok teknik

cinematherapy adalah “bimbingan kelompok yang dilaksanakan dengan

menggunakan film-film atau mononton film secara bersama (anggota kelompok), yang bertujuan untuk membangkitkan keinginan atau suatu kesadaran terhadap seseorang dalam rangka mencapai suatu tujuan yang diharapkan”.

Dari teori di atas dapat dipahami bahwa, keterkaitan antara bimbingan kelompok dengan teknik cinematherapy adalah dengan menggunakan film secara bersama anggota kelompok tujauannya dapat membangkitkan keinginan atau suatu kesadaran terhadap seseorang untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkannya.

Menurut Sapiana (2013:21) Hasil akhir dalam teknik cinematherapy adalah

menemukan makna yang tekandung dari tayangan film. Misalnya, terapi film dengan menumbuhkan motivasi adalah film atau movie yang juga berkaitan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Penemuan makna dalam film ini tidak terjadi begitu saja, namun di dalamnya terdapat proses yang pajang seperti yang telah dijabarkan di atas. Makna dalam film tentunya membawa inspirasi bagi penonton dalam hal ini adalah siswa yang menjadi objek dalam peningkatan motivasi belajar. Rasa kepercayan itu tumbuh dari panggilan alam bawah sadar yang menjadikan film untuk

(39)

menginspirasi siswa dalam mengeksplorasi ide-ide dan dapat mempengaruhi atau bahkan mengubah pola mindset menjadi motivasi diri.

Dari teori di atas dapat diapahami, bahwa cinematherapy dapat menumbuhkan semangat meningkatakan motivasi dalam belajar rasa kepercayaan akan tumbuh dalam diri dan akan timbul semangat dalam belajar melalui film yang ia tonton untuk menginspirasi siswa dalam mengesplorasi ide-ide, menemukan makna yang terkandung dari tayangan film misalnya menumbuhkan motivbasi dalam belajar, penemuan makna dalam suatu film tidak terjadi begitu saja, namun didalamnya terdapat proses yang panjang sepertio yang telah dijabarkan di atas. Makna dalam film membawa contoh yang baik yang bisa membuat nalar dan fikiran menjadi objek dalam peningkatan motivasi belajar. Rasa kepercayaan itu tumbuh dalam diri dari panggilan alam bawah sadar yang menjadikan film untuk menginspspirasi siswa dalam mengesplorasi ide-ide yang dapat memmbangkitkan diri siswa yang dapat mempengaruhi atau bahkan dapat mempengaruhi pola mindset menjadi motivasi diri dalam diri siswa tersebut dalam meningkatkan motivasi belajar.

C. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan tentang pengaruh layanan bimbingan karir menggunakan teknik cinematherapy untuk meningkatkan motivasi belajar siswa adalah :

Penelitian oleh Ningsih, Hidayat, dan Setiyowati pada tahun 2016 berjudul “Pengaruh Penggunaan Cinematherapy Terhadap Peningkatan Motivasi Belajar Siswa”. Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan menggunakan teknik Mann Whitney U Test, diperoleh nilai Asymp. Sig sebesar 0.012 yang berarti lebih kecil dari nilai signifikansi α 0.05. Hal ini berarti H0 ditolak dan H1diterima, yaitu terjadinya peningkatan skor motivasi setelah diberikan perlakuan berupa cinematherapy atau terapi film. Disimpulkan bahwa film dapat digunakan untuk membantu meningkatkan motivasi siswa.

(40)

Penelitian oleh Sutardi pada tahun 2018 berjudul efektivitas bimbingan dengan menggunakan teknik cinematherapy untuk meningkatkan motif berprestasi peserta didik. Hasil penelitian Sutardi data statistik pada tabel 4.17 mengindikasikan bahwa program cinematherapy kendati secara empirik berpengaruh signifikan terhadap peningkatan motif berprestasi, namun pengaruhnya itu baru mampu meningkatkan rata-rata 0,26 di rata-rata ideal, yakni 45,26 dengan variasi skor yang masih sangat beragam. Hal ini dapat dimengerti karena program tersebut hanya efektif untuk meningkatkan empat dari sepuluh aspek motif berprestasi.

Dari hasil paparan Ningsih, Hidayat, dan Setiyowati tahun 2016 di atas dapat disimpulkan bahwa perbedaan penelitian tersebut dengan yang dikaji adalah dari cara pelaksanaanya bimbingan kelompoknya, karena penelitian sebelumnya tidak menggunakan layanan bimbingan kelompok.

Dari hasil paparan Sutardi tahun 2018 di atas dapat disimpulkan bahwa perbedaan penelitian tersebut dengan yang dikaji adalah penelitian yang kedua ini bereksperimen tentang motif berprestasi peserta didik sedangkan penelitian yang dikaji sekarang bereksperimen tentang meningkatkan motivasi belajar siswa.

(41)

D. Kerangka Berfikir

Berdasarkan paparan di atas, teori X memperbincangkan tentang bimbingan kelompok teknik cinematherapydan teori Y memperbincangkan tentang meningkatkan motivasi belajar, untuk lebih mudah memahami kerangka berfikir dapat dilihat bagan berikut :

Gambar 2.1

Kerangka berfikir pengaruh bimbingan kelompok teknik

cinematherapydengan Meningkatkan motivasi belajar

Keterangan:

Berdasarkan kerangka berfikir di atas dapat dipahami bahwa bimbingan kelompok dengan teknik cinematherapyyang terdiri dari lima tahap merupakan perlakuan (treatment) yang peneliti lakukan pada subjek penelitian yaitu kelas VIII di SMPN 1 X Koto Diatas. Skema di atas menunjukkan kerangka berfikir peneliti tentang pengaruh variabel X terhadap variabel Y.

Bimbingan Kelompok dengan teknik cinematherapy (X)

Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII di SMPN 1 X

Koto Diatas (Y)

1. Tahap: pembentukan, 2. Tahap peralihan,

3. Tahap kegiatan, (Teknik cinematherapy: memutar flm yang berkaitan dengan motivasi belajar)

4. Tahap penyimpulan, 5. Tahap pengakhiran

1. Motivasi intrinsik 2. Motivasi ekstrinsik

(42)

Data variabel X (cinematherapy), dan data variabel Y (meningkatkan motivasi belajar) akan melihat kedua hubungan variabel.

E. Hipotesis

Berdasarkan pemaparan teoritik di atas, maka rumusan hipotesis atau dugaan sementara pada penelitian ini adalah:

Ho: bimbingan kelompok dengan teknik cinematherapy tidak berpengaruh signifikan terhadap peningkatan motivasi belajar siswa kelas VIII di SMPN 1 X Koto Diatas ( < )

Ha: bimbingan kelompok dengan tekni cinematherapy berpengaruh signifikan terhadap peningkatkan motivasi motivasi belajar siswa VIII di SMPN 1 X Koto Diatas ( > )

Ho: < Ha:

(43)

36 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya, maka metode penelitian yang akan dipakai yaitu metode penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian eksperimen.

Eksperimen menurut Kerlinger dalam Setyanto (2005: 2) adalah sebagai suatu penelitian ilmiah dimana peneliti memanipulasi dan mengontrol satu atau lebih variabel bebas dan melakukan pengamatan terhadap variabel-variabel terikat untuk menemukan variasi yang muncul bersamaan dengan manipulasi terhadap variabel bebas tersebut. Jadi, eksperimen bertujuan untuk mengetahui apa pengaruh variabel X (teknik

chinematherapy) terhadap variabel Y (motivasi belajar) dengan

menggunakan hubungan sebab akibat. Senada dengan diatas,menurut Sukardi, 2003:179) “Metode penelitian eksperimen merupakan metode penelitian yang paling produktif, karena jika penelitian tersebut dilakukan dengan baik dapat menjawab hipotesis yang utama berkaitan dengan hubungan sebab akibat”.

B. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre

Experimental Desaindengan tipe one group pretest-posttet, artinya hanya

kelompok eksperimen saja yang diukur berdasarkan dari treatmentyang diberikan, pelaksanaannya dengan cara memberikan pre-testterlebih dahulu sebelum diberikan tindakan yang diberikan terhadap siswa setelah ini baru diberikan post-testuntuk mengukur seberapa besar pengaruh yang muncul setelah diberikan treatment. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Gambar

Tabel 3.9  Kriteria Indeks Gain
Tabel Frekuensi Kategori Motivasi Belajar Kelompok dengan Teknik  Cinematherapy Sampel pada Saat Posttest
Tabel Aspek Internal Kategori Motivasi Belajar Kelompok  dengan Teknik Cinematherapy Sampel pada Posttest
Tabel frekuensi Aspek Eksternal Kategori Motivasi Belajar  Kelompok Kelompok dengan teknik Cinematherapy Sampel pada
+3

Referensi

Dokumen terkait

Data primer dalam penelitian ini adalah kegiatan bimbingan keagamaan yang dilakukan di Komunitas Difabel Arrizki Rowosari, yang dikumpulkan melalui wawancara

Sampai pada masa kini, setiap ayah manusia yang beriman kepada Yesus dapat merefleksikan dan merepresentasikan ke-Bapa-an TUHAN kepada anak-anak mereka, karena

96 Surakarta sudah berjalan dengan jadwal harian rutin dan mendapat dukungan dari pihak kepala sekolah, guru, peserta didik dan wali murid; dan (2) upaya pihak

Pengaturan style menggunakan CSS tidak terbatas pada sebuah dokumen saja melainkan style yang sama dapat digunakan pada seluruh dokumen HTML yang menyusun sebuah

Perjanjian Bagi hasil adalah suatu perjanjian antara seorang yang berhak atas suatu bidang tanah pertanian dan lain yang di sebut penggarap, berdasarkan per-janjian mana

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip Collaborative Governance dalam tata kelola pemerintahan dalam

Sedangkan komoditas unggulan sektor pertanian yang dapat dikembangkan dalam meningkatkan daya saing ekonomi di Kabupaten Bondowoso adalah komoditas yang berpotensi