• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

0 | Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara – Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI

Analisis

Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

(2)

1 | Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara – Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

Asumsi makro dalam RAPBN 2011 : target pertumbuhan ekonomi 6,3 persen, laju inflasi 5,3

persen, suku bunga sertifikat Bank Indonesia (SBI) rata-rata 6,5 persen, nilai tukar Rp 9.300 per dollar Amerika Serikat (AS), harga minyak 80 dollar AS per barrel, dan lifting minyak sebesar 970.000 barel per hari.

Pertumbuhan Ekonomi

Secara historis trend pertumbuhan memang mengalami peningkatan sepanjang 2007 – 2010 (semester 1-2). Pertumbuhan tersebut, masih mengandalkan proporsi pengeluaran konsumsi rumah tangga.

Data A.1

Produk Domestik Bruto Indonesia berdasarkan Harga Berlaku, 2007 - Semester I 2010 (dalam trilyun) 3950,9 4951,4 5613,4 3068,6 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 2007 2008 2009 Smt I 2010 PDB

(3)

2 | Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara – Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI

Data A.2

Produk Domestik Bruto Indonesia Triwulanan berdasarkan Harga Berlaku, 2007 - 2010 (dalam milyar rupiah) Sumber: BPS 0 200,000 400,000 600,000 800,000 1,000,000 1,200,000 1,400,000 1,600,000 1,800,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

(4)

3 | Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara – Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI

Data A.3

Produk Domestik Bruto Triwulanan berdasarkan Harga Berlaku, 2007 - 2010 (dalam milyar rupiah)

Sumber: BPS -200,000.0 0.0 200,000.0 400,000.0 600,000.0 800,000.0 1,000,000.0 1,200,000.0 1,400,000.0 1,600,000.0 1,800,000.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2007 2008 2009 2010

Selisih Export - import

Diskrepansi Statistik

Perubahan Inventori

Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (Investasi)

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga

(5)

4 | Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara – Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI

Data A.4

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga triwulanan berdasarkan harga berlaku, 2007 - 2010 (dalam milyar Rupiah)

Sumber: BPS

Pendorong pertumbuhan ekonomi sepanjang 2007 – 2010 (semester 1-2) di dominasi konsumsi swasta yang mencapai +/- 65 persen. Pola Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga untuk

Makanan dan Bukan Makanan relatif seimbang.

Pada 2011 pemerintah akan meningkatkan pembentukan modal tetap domestik bruto, dengan peningkatan pendanaan proyek-proyek infrastruktur. Langkah ini cukup beralasan karena sementara ini pertumbuhan PMTDB Indonesia didominasi oleh pembentukan modal dalam bentuk bangunan/konstruksi. 0.0 100,000.0 200,000.0 300,000.0 400,000.0 500,000.0 600,000.0 700,000.0 800,000.0 900,000.0 1,000,000.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2007 2008 2009 2010

(6)

5 | Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara – Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI

Data A.5

Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto triwulanan berdasarkan harga berlaku, 2007 - 2010 (dalam milyar Rupiah)

Sumber: BPS

Fakta keterbatasan kinerja pemerintah yang secara historis sangat lemah dalam mengelola

dan memanfaatkan APBN sebagai stimulus ekonomi.

Pola konsumsi yang tidak cukup baik dari pengeluaran Konsumsi Pemerintah, tidak sinkron dengan peningkatan jumlah absolut dari tahun ke tahun. Komponen Belanja Pegawai dan Penyusutan barang penerintah masih saja cenderung mengalami peningkatan pada triwulan II dan III. Sementara pada komponen Belanja Barang, trendnya meningkat meskipun pola perubahannya cenderung berfluktuasi. Lonjakan belanja barang umumnya terjadi pada triwulan ke IV dan turun drastis ketika memasuki triwulan I tahun berikutnya.

0 100,000 200,000 300,000 400,000 500,000 600,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II Bangunan Mesin dan Perlengkapan Alat Angkutan Lainnya

(7)

6 | Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara – Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI

Data A.6

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah triwulanan berdasarkan harga berlaku, 2007 - 2010 (dalam milyar Rupiah)

Sumber: BPS 0 20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2007 2008 2009 2010

Belanja Barang

Belanja Pegawai + Penyusutan (NTB)

(8)

7 | Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara – Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI

Selain harus mampu mempertahankan pola konsumsi swasta, untuk sustainable pertumbuhan, pemerintah juga dituntut dapat lebih mendorong sektor ekspor, walau sementara sektor ekspor hanya menyumbang 1,1 persen.

Data A.7

Ekspor dan Impor triwulanan berdasarkan harga berlaku, 2007 - 2010 (dalam milyar Rupiah)

Sumber: BPS

Secara umum, sepanjang 2007 -2010 Indonesia mengalami surplus dalam perdagangan internasional dengan selisih tipis antara ekspor terhadap impor. Pada triwulan ketiga tahun 2008, kinerja ekspor - impor tercatat mengalami penurunan akibat krisis keuangan global.

Secara umum sepanjang 2008 – 2009, Indonesia mampu mempertahankan angka pertumbuhan ekonomi positif di tengah pengaruh krisis keuangan global yang melanda negara

-50,000 0 50,000 100,000 150,000 200,000 250,000 300,000 350,000 400,000 450,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2007 2008 2009 2010

Ekspor Barang dan Jasa Impor Barang dan Jasa Surplus(Defisit)

(9)

8 | Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara – Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI

di regional ASEAN. Hal ini disebabkan dominannya konsumsi domestik sebagai mesin pertumbuhan dan rendahnya ketergantungan Indonesia terhadap perdagangan internasional. Namun ketika krisis mereda dan perekonomian regional kembali bergairah, angka pertumbuhan PDB Indonesia pada triwulan pertama 2010 – meskipun masih stabil - tercatat paling rendah diantara negara-negara ASEAN lainnya yang pertumbuhannya mengalami lonjakan yang relatif signifikan. Pertumbuhan ekonomi regional yang positif ini dapat mendorong permintaan akan produk Indonesia dan meningkatkan peran ekspor dan impor.

Data A.8

Perbandingan Pertumbuhan (%) PDB triwulanan Negara-negara ASEAN, 2008 (Q.II) – 2010 (Q.I)

Sumber: ASEAN In d o n e si a In d o n e si a In d o n e si a In d o n e si a In d o n e si a In d o n e si a In d o n e si a In d o n e si a M a la y si a M a la y si a M a la y si a M a la y si a M a la y si a M a la y si a M a la y si a M a la y si a P h il ip p in e s P h il ip p in e s P h il ip p in e s P h il ip p in e s P h il ip p in e s P h il ip p in e s P h il ip p in e s P h il ip p in e s S in g a p o re S in g a p o re S in g a p o re S in g a p o re S in g a p o re S in g a p o re S in g a p o re S in g a p o re T h a ila n d T h a ila n d T h a il a n d T h a il a n d T h a ila n d T h a il a n d T h a ila n d T h a ila n d Vi e t N a m Vi e t N a m Vi e t N a m Vi e t N a m Vi e t N a m Vi e t N a m Vi e t N a m Vi e t N a m -15.0 -10.0 -5.0 0.0 5.0 10.0 15.0 20.0 II III IV I II III IV I 2008 2009 2010

(10)

9 | Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara – Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI

Investasi

Pada tahun 2009 total nilai realisasi PMDN adalah Rp. 37.799,8 miliar (meningkat 85,63 persen dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai Rp. 20.363,4 miliar) dan nilai PMA adalah US$ 10.815,2 juta (mengalami penurunan sebesar 27,28 persen). Pada triwulan pertama 2010 realisasi investasi PMDN mencapai Rp. 6.690,7 miliar dan PMA mencapai US$ 3.770,2 juta.

Realisasi investasi dari PMDN dan PMA mencukupi sekitar 26,8 persen dari total kebutuhan investasi nominal yang diperkirakan sebesar Rp. 2.243,8 triliun. Sumber investasi lainnya berasal dari kredit perbankan sebesar 17,4 persen, pasar modal 16,7 persen, belanja modal Pemerintah 12,4 persen, dan sumber-sumber investasi lainnya. Pada tahun 2011, laju investasi diperkirakan hanya tumbuh sebesar 10,0 persen, lebih tinggi bila dibandingkan dengan perkiraan realisasinya pada tahun 2010 yang sebesar 8,0 persen.

Data A.9 -10,000.0 20,000.0 30,000.0 40,000.0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Realisasi Investasi PMDN

(Rp. Miliar)

(11)

10 | Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara – Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI

Data A.10

Suku Bunga

Asumsi suku bunga tidak akan mendorong perekonomian. Ini terutama terkait suku bunga yang masih tinggi. Sebab, Untuk mendorong sektor riil, dibutuhkan bunga yang rendah. Dengan kebijakan sekarang dan tahun seperti halnya di tahun 2011 , suku bunga acuan akan tetap tinggi. Ini menjadi tantangan bagi peningkatan sektor riil.

Beberapa kalangan menilai , Bank Indonesia (BI) bisa saja menurunkan suku bunga acuan. Hanya saja itu tidak dilakukan, karena BI ingin menjaga nilai tukar rupiah berada di kisaran 9.000 per dollar AS. Alasannya, BI takut eksportir kita kehilangan daya saing, bila rupiah terus menguat. ( Imam Sugema - Indef, Kompas, 31 Agustus 2010 ).

Nilai Tukar

Nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar sejak awal Januari 2007 sampai awal September 2008 relatif stabil. Sejak Oktober 2008 nilai tukar tersebut menurun secara signifikan dan mencapai puncaknya pada November 2008 hingga menyentuh nilai Rp12.400 per US Dollar. Namun sejak awal 2009 hingga awal 2010, kurs semakin stabil.

-2,000.0 4,000.0 6,000.0 8,000.0 10,000.0 12,000.0 14,000.0 16,000.0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Realisasi Investasi PMA

(US$ Juta)

(12)

11 | Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara – Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI

Inflasi

Inflasi sejak Januari 2007 sampai akhir Juli 2010 berfluktuasi, dimana inflasi paling tinggi terjadi pada tahun 2008 hingga mencapai 11,06 persen. Pada tahun 2009 inflasi menurun secara signifikan pada angka 2,78 persen dan kemudian sampai akhir Juli 2010 naik kembali pada 3,98 persen.

Kurs Tengah BI (US Dollar)

12.400 0 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 14.000 0 1 . S e p 1 0 2 4 . M e i 1 0 0 9 . F e b 1 0 2 7 . O k t 0 9 1 3 . Ju l 0 9 3 1 . M a r 0 9 1 1 . D e s 0 8 2 7 . A u g 0 8 1 6 . M e i 0 8 0 1 . F e b 0 8 0 5 . O k t 0 7 2 8 . Ju n 0 7 1 5 . M a r 0 7 R u p ia h

(13)

12 | Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara – Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI

Di dalam RAPBN tahun 2011 diperkirakan inflasi sebesar 5,3 persen, dimana angka tersebut tidak mengalami perubahan dibandingkan dengan perkiraan inflasi tahun 2010.

Perkiraan inflasi ini didasarkan pada pertimbangan peningkatan kegiatan ekonomi diperkirakan dapat terus diimbangi oleh meningkatnya kapasitas produksi seiring dengan membaiknya investasi. Dengan terjaganya tekanan harga dari sisi permintaan dan penawaran, serta semakin baiknya infrastruktur dan lancarnya distribusi bahan kebutuhan pokok masyarakat, laju inflasi diharapkan dapat dikendalikan.

Produksi Minyak

Data-data trend produksi minyak :

No Tahun Target Lifting Minyak (juta barel/hari) Realisasi Lifting minyak (juta barel/hari) 1 2005 0,999 2 2006 1,000 0,959 3 2007 0,950 0,899 4 2008 0,927 0,931 5 2009 0,960 0,944 6 2010 0,965 7 2011 0,970

(14)

13 | Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara – Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI

Sumber : Data Pokok APBN 2005-2011

Trend Lifting Minyak, 2005-2011 (barel)

999000 959000 899000 931000 944000 965000 970000 840000 860000 880000 900000 920000 940000 960000 980000 1000000 1020000 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Referensi

Dokumen terkait

Desain jalur lalu lintas yang aman dengan pendekatan traffic calming untuk memenuhi kebutuhan tersebut yaitu penyediaan jalur sepeda (dalam hal ini berupa jalur lambat) yang

Memiliki sertifikat pelatihan perbankan syariah dengan materi sekurangnya ketentuan perbankan syariah, produk bank syariah, kegiatan operasional bank syariah dan laporan

Asfiksia merupakan penyebab utama kematian bayi, indikator untuk diagnosis asfiksia pada bayi baru lahir (BBL) dengan penilaian Apgar Score menit pertama kelahiran.

Haba peneutralan bagi tindak balas antara asid hidroklorik dan natrium hidroksida adalah lebih tinggi daripada tindak balas antara asid etanoik dengan

Bahwa dalam pelaksanaan Otonomi Daerah dengan titik berat pada Pemerintah Daerah Kabupaten, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

waktu tertentu. Waktu dihitung sejak awal staf memberikan suatu layanan pada pasien hingga tepat sebelum diberikan layanan yang sama diberikan kepada pasien

Asbuton dapat digunakan sebagai bahan tambah aspal minyak atau campuran beraspal minyak karena Asbuton, terutama Asbuton Kabungka, memiliki bitumen yang relative lebih

usaramoensis dapat diberikan dalam ransum burung puyuh tanpa menurunkan energi metabolis, retensi nitrogen dan efisiensi ransum sehingga dapat digunakan sebagai