• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penetapan kadar vitamin C secara Potensio Autotitrator

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penetapan kadar vitamin C secara Potensio Autotitrator"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI

VALIDASI METODE PENETAPAN KADAR

VITAMIN C DALAM TABLET SECARA ALKALIMETRI

DENGAN POTENSIOMETRI AUTOTITRATOR

Disusun oleh : Kelompok A.4

Anggota : 1. Zakiyah Nurul H K100120030 2. Nurlina Octavia K100120031 3. Nissa Nur Ichsani K100120036 Korektor :

LABORATORIUM ANALISIS FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

(2)

ABSTRAK

Validasi metode penetapan kadar vitamin C dapat dilakukan melalui beberapa tahapan kerja seperti ripitabilitas, linieritas, presisi antara, akurasi dan keseragaman kandungan. Salah satu metode yang digunakan adalah metode alkalimetri secara potensiometri autotitrator. Alkalimetri adalah sebuah teknik yang sederhana dan mudah yang dapat dilakukan untuk mengkuantifikasi vitamin c yang pada dasarnya bersifat asam. Dalam proses titrasinya, digunakan NaOH sebagai titran yang sebelum digunakan telah dibakukan terlebih dahulu dengan Kalium Biftalat. Salah satu kelebihan dari metode potensiometri autotitrator adalah perhitungannya tepat, lebih teliti, hemat tenaga dan lebih mudah pengerjaanya.

ABSTRAC

Validation of the assay method for vitamin c maybe conducted through some stages work by repeatability, linearity, intermediate precision, accuracy, and uniformity of content. One of the methods used is alkalimetri of potensiometri autotitrator. Alkalimetri is a simple and easy technique use to quantification of vitamin c, basically is acid. The process of titration, NaOH as a titran and before used to be standardized first with Potassium Biftalat. On of the advantages from this method is the calculating are right, more accurate, energy-efficient and more easy.

(3)

PENDAHULUAN

A. Fisiko Kimia Obat

Vitamin C (AcidumAscorbicum) BM = 176,13

Pemerian serbuk hablur, putih atau agak kuning, tidak berbau, rasa asam. Oleh karena pengaruh cahaya lambat laun menjadi gelap. Dalam keadaan kering mantab diudara, dalam larutan cepat teroksidasi.

Kelarutan mudah larut dalam air, agak larut dalam etanol (95%) P, praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam eter P dan benzene P.

Suhu lebur lebih kurang 1900.Khasiat dan penggunaan sebagai anti askorbat.

(Depkes RI, 1979) B. Metode - Metode Analisis Yang Digunakan

HPLC Kit

Analisis Vitamin C menggunakan HPLC kit mengikuti metode isokratik pada suhu 300C menggunakan kolom fase terbalik. Kromatogram dicatat dengan UV detektor. Konsentrasi dihitung melalui integrasi dari peak area dengan metode standart eksternal. (Watada A.E, 1982)

Spektrofotometri

Merupakan teknik yang baru dan mudah untuk mengetahui konsentrasi dari vitamin C dalam sayur – sayuran, minuman serta sediaan farmasi. Dalam metode ini vitamin C mereduksi Cu2+ menjadi Cu+, direaksikan dengan neukoproin menjadi Cu neukoproin, diekstraksi dengan n-phenylbenzimidoylthiourea (PBITU) dalam kloroform yang bisa diukur serapannya pada panjang gelombang 460 nm. (Shrivas, et al, 2005)

(4)

Asam askorbat, oleh oksidasi dengan 2-hydroxynaphthaldehyde thiosemicarbazone terhadap katalis Mn (II) atau dengan mengaktifkan efek oksidasi dari rhodamine 6G dengan potassium bromate dengan vanadium. (Matei N, 2006)  Iodometri

Dipipet 50 mL larutan sampel mangga, ditambahkan 6 mL larutan H2SO4 10% dan ditambahkan beberapa tetes larutan amilum 1%, dititrasi dengan larutan I2 standar berwarna biru. (Karinda M, 2013)

Titrimetri

Larutan 2,6-diklorofenol indofenol dalam suasana netral atau basa akan berwarna biru sedang dalam suasana asam akan berwarna merah muda. Asam askorbat akan mereduksi 2,6-diklorofenol indofenol dan kelebihan larutan 2,6-diklorofenol indofenol sedikit saja akan sudah akan terlihat perubahan warna merah. (Matei N, 2006)

C. Dasar Teori

Potensiometri merupakan salah satu cara pemeriksaan fisika kimia yang menggunakan peralatan listrik untuk mengukur potensial elektroda indikatornya. Besarnya elektroda indikator ini tergantung pada konsentrasi ion – ion tertentu dalam larutan. (Gandjar & Rohman, 2007)

Titrasi potensiometri sangat berguna ketika tidak ada indikator yang sesuai untuk menentukan TAT dan ketika daerah titik ekivalen sangat pendek sehingga tidak ada indikator yang cocok. Harga potensial yang diperoleh dapat diubah sedemikian rupa sehingga dapat disajikan dalam nilai pH, PM dan PE. Kurva titrasi yang diperoleh dalam percobaan seringkali serupa dengan kurva teoritis. (Gandjar & Rohman, 2007)

Titik akhir dalam titrasi potensiometri dapat dideteksi dengan menetapkan volume dimana terjadi perubahan potensial yang relatif besar ketika ditambahkan titran. Dalam titrasi secara manual, potensial diukur setelah penambahan titran secara berurutan dan hasil pengamatan digambarkan pada suatu grafik terhadap volume titran untuk diperoleh suatu kurva titrasi. (Basset,1994)

(5)

Pembakuan. Timbang seksama kurang lebih 5 g kalium biftalat P yang sebelumnya telah dihaluskan dan dikeringkan pada suhu 120 selama 2 jam, dan larutkan dalam 75 mL air bebas karbon dioksida P. Tambahakan 2 tetes fenolftalein LP dan titrasi dengan larutan natrium hidroksida hingga terjadi warna merah muda mantab.

(Anonim, 1995) Penetapan kadar vitamin c dengan cara: Lebih kurang 400 mg asam askorbat yang ditimbang seksama, larutkan dalam campuran yang terdiri dari 100 mL air bebas CO2 dan 20 mL asam sulfar encer. Titrasi segera dengan iodium 0,1N menggunakan indikator kanji sampai terbentuk warna biru tetap, tiap mL iodium setara dengan 8,806 mg asam askorbat.

(6)

CARA KERJAPembuatan larutan baku NaOH 0,1 N

Ditimbang 4,001 gram NaOH Dimasukkan kedalam labu ukur 1000 mL

Dilarutkan dengan air bebas CO2 sedikit demi sedikit sampai tanda  Pembakuan larutan baku NaOH 0,1 N

Ditimbang seksama 300 mg kalium biftalat yang sudah dikeringkan Dimasukkan kedalam erlenmeyer

Ditambahkan 75 mL air bebas CO2, dikocok hingga larut, ditambahkan indikator PP Dititrasi dengan larutan baku NaOH 0,1 N hingga warna berubah merah muda  Parameter Ripitabilitas

Ditentukan bobot rata rata tablet, ditimbang sampel 150 mg sebanyak 7 kali Dimasukkan kedalam bekker glass dan dilarutkan dengan 250 mL air bebas CO2 Dinyalakan alat dan disetting alat potensiometer autotitrator kemudian dikalibrasi

Diletakan beker glass pada pengaduk magnetik Disentuhkan alat potensiometer pada larutan sampel Dilakukan titrasi secara otomatis, ditunggu hingga titrasi berhenti

Didapatkan volume kadar, dihitung kembali kadar sesuai dengan cara perhitungan kadar pada titrasi, dihitung RSD (Syarat RSD <2%)

Parameter Presisi Antara

(7)

Ditimbang sampel 150 mg sebanyak 7 kali

Dimasukkan kedalam bekker glass, dilarutkan dengan air bebas CO2 sampai 250 mL Dinyalakan alat dan disetting alat potensiometer autotitrator kemudian dikalibrasi

Diletakan beker glass pada pengaduk magnetik Disentuhkan alat potensiometer pada larutan sampel Dilakukan titrasi secara otomatis, ditunggu hingga titrasi berhenti

Didapatkan volume kadar, dihitung kembali kadar sesuai dengan cara perhitungan kadar pada titrasi

Dihitung RSD dari 7 kadar senyawa dengan kebenaran RSD <2%  Parameter Linieritas

Ditentukan bobot rata rata tablet

Ditimbang sampel sesuai prosedur, dibuat 7 titik dengan range 70%-130% (105 mg, 120 mg, 135 mg, 150 mg, 165 mg, 180 mg, 195 mg)

Dimasukkan kedalam bekker glass dan dilarutkan dengan 250 mL air bebas CO2 Dinyalakan alat dan disetting alat potensiometer autotitrator kemudian dikalibrasi

Diletakan beker glass pada pengaduk magnetik Disentuhkan alat potensiometer pada larutan sampel Dilakukan titrasi secara otomatis, ditunggu hingga titrasi berhenti

Didapatkan volume kadar, dihitung kembali kadar sesuai dengan cara perhitungan kadar pada titrasi

Diolah data dengan regresi linier (mg tablet vs volume titran) syarat keberterimaan jika nilai r > 0,98

(8)

Parameter Akurasi

Ditentukan bobot rata rata tablet

Ditimbang sampel 150 mg sampel sesuai dengan prosedur yang ada Tanpa Penambahan ZA (Sampel 150 mg) Penambahan za 80% (Sampel + 85,71 mg ZA) Penambahan za 100% (Sampel + 107,14 mg ZA) Penambahan za 120% (Sampel + 128, 57 mg ZA) Masing masing dilakukan replikasi 3x

Dicampur ZA yang ditimbang dengan sampel

Dimasukkan kedalam bekker glass dan dilarutkan dengan 250 mL air bebas CO2 Dinyalakan alat dan disetting alat potensiometer autotitrator dan dikalibrasi

Diletakan beker glass pada pengaduk magnetik Disentuhkan alat potensiometer pada larutan sampel Dilakukan titrasi secara otomatis, ditunggu hingga titrasi berhenti

Didapatkan volume kadar, dihitung kembali kadar sesuai dengan cara perhitungan kadar pada titrasi

Parameter Keseragaman Kandungan

Ditimbang 10 tablet vitamin C secara acak, ditimbang satu per satu Dilakukan penetapan kadar per tablet, dihitung RSD (RSD <6%)

o Prosedur Penetapan Kadar

Ditimbang sampel, dilarutkan dengan aqua bebas CO2 sebanyak 250 mL Diletakan diatas pengaduk magnetik

(9)

Dititrasi dengan NaOH, dicatat volume NaOH yang dibutuhkan Dihitung kadar senyawa dalam sampel (% klaim 85-115% ; RSD <6%)

(10)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Percobaan kali ini bertujuan untuk menetapkan kadar vitamin C dan melakukan validasi metode secara alkalimetri dengan potensiometri autotitrator. Penetapan validasi metode ini menggunakan parameter – parameter validasi yang digunakan seperti parameter ripitabilitas, presisi antara, linieritas, akurasi dan keseragaman kandungan.

Dilakukan pembakuan terhadap larutan baku yang digunakan yaitu larutan NaOH yang dibakukan dengan Kalium Biftalat. Normalitas yang didapat sebesar 0,1112 N dengan kadar vitamin c yang diperoleh :

Kadar (%) Kadar (mg/tab)

60,1140 83,8592

59,7366 83,3326

60,1965 83,9741

66,8905 93,3122

Tab 1. Kadar vitamin C dengan larutan NaOH yang dibakukan

Parameter ripitabilitas membuktikan kevalidan dari metode yang digunakan dalam mengkuantifikasi sampel dengan bobot yang sama. Syarat keberterimaannya jika nilai RSD < 2%. Hasil yang didapat dalam praktikum adalah RSD dengan 7 data = 4,1935% dan dengan 6 data = 2,2523%. Kedua RSD yang diperoleh tidak sesuai dengan persyaratan pada parameter ini, namun hasil RSD dengan 6 data lebih mendekati syarat. Hal ini kemungkinan disebabkan karena adanya kadar yang selisihnya menyimpang jauh dari hasil kadar yang lain. Asumsinya, ketika bobot sampel sama maka metode ini akan memberikan kedekatan hasil antara satu sampel dengan sampel yang lainnya.

Data Kadar (%) Rata – rata SD RSD (%)

Sampel 1 71,3101 6 data : 71,8327 7 data : 70,7864 6 data : 1,6179 7 data : 2,9684 6 data : 2,2523 7 data : 4,1935 Sampel 2 73,2406 Sampel 3 73,9238 Sampel 4 73,3172 Sampel 5 71,2966 Sampel 6 68,9077 Sampel 7 64,5089

Tab 2. Hasil validasi metode alkalimetri dengan potensiometri autotitrator untuk Vitamin C pada parameter ripitabilitas

(11)

Parameter presisi antara dilakukan sama seperti pada parameter ripitabilitas, dimana dilakukan pengukuran kadar sampel dengan bobot yang sama namun dilakukan pada hari yang berbeda dengan saat melakukan ripitabilitas. Syarat keberterimaan dari parameter ini juga sama seperti pada ripitabilitas yaitu dengan menghitung %RSD yang besarnya < 2%. Perhitungan nilai RSD juga menggunakan 2 hasil yaitu dari 6 data dan 7 data. RSD dari 6 data = 4,8506% dan dengan 7 data = 5,7276%. Kedua hasil tersebut tidak memenuhi pesyaratan karena nilai RSD yang dihasilkan > 2%, namun hasil dengan 6 data lebih mendekati. Hasil ini sama dengan hasil pada ripitabilitas bahwa kedua hasil tidak memenuhi persyaratan, dapat dikatakan bahwa metode yang divalidasi kurang tepat dalam pengukuran sampel yang bobotnya sama besar.

Data Kadar (%) Rata – rata SD RSD (%)

Sampel 1 70,1908 6 data : 71,5485 7 data : 70,5987 6 data : 3,4705 7 data : 4,0436 6 data : 4,8506 7 data : 5,7276 Sampel 2 75,0357 Sampel 3 64,8999 Sampel 4 67,9835 Sampel 5 67,4149 Sampel 6 73,6558 Sampel 7 75,0101

Tab 3. Hasil validasi metode alkalimetri dengan potensiometri autotitrator untuk Vitamin C pada parameter presisi antara

Hasil dari praktikum diatas dapat dibandingkan dengan hasil yang diproleh dari jurnal. Dalam jurnal yang digunakan didapatkan %RSD sebanyak 3 macam. Dari tiap – tiap RSD tidak ada yang menyimpang dari persyaratan dan rata – ratanya juga memenuhi persyaratan yaitu < 2%. RSD (%) Rata – rata RSD(%) Sampel 1 1,023 1,834 Sampel 2 0,829 Sampel 3 3,651

Tab 4. Hasil validasi metode alkalimetri dengan potensiometri autotitrator untuk Vitamin C pada parameter presisi antara (jurnal)

Parameter linieritas digunakan untuk melihat respon metode terhadap perubahan konsentrasi analit dalam sampel. Data kadar diperoleh dengan regresi linier antara kadar zat vs volume titran sehingga akan didapatkan nilai dari r. Syarat keberterimaannya adalah jika nilai r > 0,98.

(12)

Seri Volume titran Regresi linier 70% 3,8670 mL a = 0,134461624 b = 0,051208226 r = 0,919724733 80% 4,2581 mL 90% 5,0443 mL 100% 5,4209 mL 110% 5,9400 mL 120% 5,3636 mL 130% 7,4640 mL

Tab 5. Hasil validasi metode alkalimetri dengan potensiometri autotitrator untuk Vitamin C pada parameter linieritas

Hasil yang didapat menunjukkan nilai r = 0,9197 yang berarti nilai tersebut tidak memenuhi kriteria dari parameter linieritas. Namun, apabila data pada seri konsentrasi 120% dihilangkan, akan diperoleh harga r = 0,9980 yang berarti nilai tersebut memenuhi kriteria keberterimaan. Alasan mengapa data pada seri 120% tidak digunakan karena pada titik itu volume titrasi mengalami penurunan, sedangkan seharusnya semakin besar konsentrasinya maka volume titran juga semakin banyak. Hasil yang didapat dari jurnal menghasilkan 2 data harga r, yaitu 0,997 dan 0,998. Kedua data tersebut memenuhi kriteria sama seperti pada hasil percobaan.

R Rata – rata r SD

0,997 0,9975 0,011

0,998 0,099

Tab 6. Hasil validasi metode alkalimetri dengan potensiometri autotitrator untuk Vitamin C pada parameter linieritas (jurnal)

Parameter akurasi merupakan parameter yang digunakan untuk melihat kemampuan metode yang divalidasi apakah peka terhadap penambahan kadar zat aktif tertentu kedalam sampel. Syarat keberterimaan dari parameter akurasi ini dilihat dari nilai persen perolehan kembali (% recovery) yang memiliki range antara 98-102%, serta dari harga % recovery tersebut ditentukan nilai RSD nya dengan syarat harga RSD < 1%. Hasil dari praktikum diperoleh rata – rata % recovery dari tiap persen penambahan zat aktif, pada penambahan 80% dan 120% zat aktif diperoleh rata – rata % recovery yang masuk dalam range syarat keberterimaan, namun pada penambahan 100% zat aktif hasil yang didapat melebihi range. Nilai RSD yang didapat sebesar 4,315% yang berarti bahwa harga tersebut melebihi dari persyaratan keberterimaan RSD dari parameter akurasi ini yang seharusnya nilainya < 1%. Hal ini mungkin disebabkan karena tidak stabilnya kadar yang diperoleh pada orientasi dan replikasi, serta terjadinya penurunan kadar dari

(13)

penambahan 100% ZA ke 120% ZA yang seharusnya secara teoritis mengalami kenaikan kadar karena seharusnya semakin banyak jumlah zat aktif yang ditambahkan.

Penambahan Kadar (%b/b) % recovery Rata–rata % recovery RSD Tanpa penambahan ZA Orien : 78,154 Rep.1 : 74,002 Rep.2 :74,163 4,315% 80% ZA Orien : 128,735 Rep.1 : 130,206 Rep.2 : 125,207 Orien : 96,44% Rep.1 : 107,15% Rep.2 : 97,28% 100,29% 100% ZA Orien : 144,452 Rep.1 : 144,714 Rep.2 : 138,618 Orien : 100,52% Rep.1 : 107,84% Rep.2 : 98,29% 102,22% 120% ZA Orien : 157,278 Rep.1 : 154,771 Rep.2 : 149,940 Orien : 100,55% Rep.1 : 102,65% Rep.2 : 96,31% 99,84%

Tab 7. Hasil validasi metode alkalimetri dengan potensiometri autotitrator untuk Vitamin C pada parameter akurasi

Hasil yang didapat berbeda jika dibandingkan dengan hasil akurasi pada validasi metode yang sudah ada yang memenuhi syarat keberterimaan pada parameter akurasi.

(14)

Parameter keseragaman kandungan merupakan tingkat keseragaman kadar zat aktif dalam setiap unit sediaan. Syarat keberterimaan untuk parameter ini adalah nilai RSD < 6% dan range kadar klaim antara 85-115%. Hasil praktikum diperoleh harga RSD 1,94% yang berarti nilai tersebut memenuhi persyaratan parameter ini dan nilai % klaim dari 10 tablet tidak ada yang menyimpang dari rentang yang sudah ditentukan. Rentang hasil % klaim yang didapat pada percobaan antara 102,74 – 108,23 %. Sehingga dapat dikatakan bahwa keseragaman bobotnya baik.

Sampel Kadar (%b/b) % klaim RSD

Tablet 1 72,17 106,30 % 1,94 % Tablet 2 74,14 105,05 % Tablet 3 71,65 103,31 % Tablet 4 75,53 108,23 % Tablet 5 74,45 102,74 % Tablet 6 72,85 103,01 % Tablet 7 73,32 105,28 % Tablet 8 75,67 107,37 % Tablet 9 77,16 106,17 % Tablet 10 77,01 108,19 %

(15)

KESIMPULAN DAN SARAN

KesimpulanSaran

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Basset, J., et al., 1994, Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Gandjar, Ibnu Gholib dan Rohman, Abdul., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Karinda Monalisa, Fatimawali, Gayatri Citraningtyas, 2013, Perbandingan Kadar Vitamin C Mangga Dodol dengan Menggunakan Metode Spektrofotometri UV Vis dan Iodometri, Pharmakon vol. 2 no. 1.

Mursyidi, Ahmad dan Rohman, Abdul., 2008, Volumetri dan Gravimetri, UGM Press, Yogyakarta.

N. Matei, S. Birghilã, S. Dobrina, P. Capota., The 13-th International Symposium “Spectroscopy Theory and Practice”, Nova Gorica, Slovenia, p. 33, 2003. Chem. Pharm. Res, 2011, 3(3):363-37.

Shrivas, K., Agrawal, K., and Patel, D. K., 2005, A Spectrophotometric Determination of Ascorbic Acid, Journal of the Chinese Chemical Society, 2005, 52, 503-506. Watada, A. E., 1982, A High Performance Liquid Chromatography Method for

Determinating Ascorbic Acid Content of Fresh Fruit and Vegetables, HortScience 17(3):334-335.

Referensi

Dokumen terkait

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan kadar vitamin C antara melon asal Deli Serdang dengan melon asal Beureunuen, antara melon asal

Penelitian mengenai penentuan vitamin C pada berbagai macam buah cabai telah dilakukan dengan metoda titrasi potensiometri menggunakan elektroda platina sebagai elektroda

Hasil optimasi yang diperoleh menunjukkan bahwa metode penetapan kadar vitamin C dalam sediaan injeksi secara spektrofotometri visibel dengan agen pengkompleks

Kandungan vitamin C dalam bahan hasil pertanian jumlahnya bermacam-macam dan untuk menentukan kadar vitamin C dalam bahan hasil pertanian dapat dilakukan dengan

Pada percobaan yang telah dilakukan pada pengujian kadar vitamin C pada buah jeruk,yaitu 10 ml air jeruk ditambahkan 5 tetes amilum dan 10 ml aquades , kemudian di titrasi

Dalam sejarahnya, vitamin pernah diduga hanya mempunyai satu tipe, yaitu vitamin B (seperti orang mengenal vitamin.. C atau

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kadar vitamin C pada buah sentul secara spektrofotometri

Data Hasil Penetapan Kadar Vitamin C dari Sampel yang Dianalisis. Hasil Penetapan Kadar Vitamin C dari