• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penetapan Kadar Kadar Vitamin C dari Buah Melon Secara Volumetri dengan 2,6 – Diklorofenol Indofenol.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penetapan Kadar Kadar Vitamin C dari Buah Melon Secara Volumetri dengan 2,6 – Diklorofenol Indofenol."

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

PENETAPAN KADAR VITAMIN C DARI BUAH MELON

(Cucumis melo) SECARA VOLUMETRI DENGAN

2,6-DIKLOROFENOL INDOFENOL

SKRIPSI

OLEH:

YULIANA

NIM 091524037

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PENGESAHAN SKRIPSI

PENETAPAN KADAR VITAMIN C DARI BUAH MELON

(Cucumis melo) SECARA VOLUMETRI DENGAN

2,6-DIKLOROFENOL INDOFENOL

OLEH: YULIANA NIM 091524037

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal: Juni 2011

Disetujui Oleh:

Pembimbing I Panitia Penguji

Dra. Nurmadjuzita, M.Si., Apt. Dra. Salbiah, M.Si., Apt. NIP 194809041974122001

NIP 194810031987012001

Dra. Salbiah, M.Si., Apt.

NIP 194810031987012001 Disetujui Oleh:

Pembimbing II

Dra. Siti Nurbaya, Apt.

NIP 195008261974122001

Drs. Syafruddin, M.S., Apt.

NIP 194811111976031003 Dra. Sudarmi, M.Si., Apt.

NIP 195409101983032001

Dekan,

(3)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim,

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini, serta Shalawat dan Salam kepada Nabi Allah: Rasulullah Muhammad SAW sebagai suri tauladan dalam kehidupan.

Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dengan judul:“Penetapan Kadar Kadar Vitamin C dari Buah Melon Secara Volumetri dengan 2,6 – Diklorofenol Indofenol”.

Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ayahanda Ali Mukmin dan Ibunda Husnawati yang telah memberikan cinta dan kasih sayang yang tidak ternilai dengan apapun, doa yang tulus serta pengorbanan baik materi maupun non-materi.

2. Ibu Dra. Salbiah, M.Si., Apt., dan bapak Drs. Syafruddin, M.S., Apt., yang telah membimbing dan memberikan petunjuk serta saran-saran selama penelitian hingga selesainya skripsi ini.

3. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan, staf pengajar dan staf administrasi Fakultas Farmasi yang telah mendidik penulis selama masa perkuliahan dan membantu kemudahan administrasi.

(4)

5. Ibu Dra. Sudarmi, M.Si.,Apt., selaku Kepala Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif Farmasi USU yang telah memberikan izin dan fasilitas untuk penulis sehingga dapat mengerjakan dan menyelesaikan penelitian.

6. Kakanda (Lia Husriani) dan adik ku tercinta ( Al- Muzakki, Nawalul Azka dan Al- Muarrif), serta seluruh keluarga yang selalu mendoakan dan memberikan semangat.

7. Spesial untuk sahabat-sahabat ku Baruna, Rini dan Widya serta untuk teman seperjuangan penelitian di laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif Kak Afni, Irma, Sri Ramadhani, Harty, Deni, bang Jaya dan seluruh teman-teman Ekstensi angkatan 2009, terima kasih untuk perhatian, semangat, doa, dan kebersamaannya selama ini.

8. Serta seluruh pihak yang telah ikut membantu penulis namun tidak tercantum namanya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2011 Penulis,

(5)

PENETAPAN KADAR VITAMIN C DARI BUAH MELON (Cucumis

melo) SECARA VOLUMETRI DENGAN 2,6-DIKLOROFENOL

INDOFENOL

ABSTRAK

Melon merupakan salah satu komoditas pertanian unggulan yang dianggap memiliki prospek yang baik dalam pemasarannya. Daya tarik melon mempunyai kharisma tersendiri di kalangan konsumen maupun produsen (petani). Permintaan pasar (konsumen) cenderung terus meningkat dari waktu ke waktu, karena makin digemari oleh berbagai kalangan masyarakat. Selain itu, buah melon juga sangat bermanfaat bagi kesehatan karena zat-zat gizi yang dikandungnya seperti kalsium, fosfor, serat, vitamin A, B dan C. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar vitamin C dari buah melon.

Sampel buah melon yang digunakan berasal dari daerah Deli Serdang di Desa Rambungan Kecamatan Batang Kuis (Sumatera Utara), Calang di Desa Ranto Moreu Kecamatan Panga (NAD), Beureunuen di Desa Tiba Raya Kecamatan Mutiara Timur (NAD) dan melon Rock (Medan). Penetapan kadar vitamin C dilakukan dengan metode volumetri dengan 2,6-diklorofenol indofenol karena larutan 2,6-diklorofenol indofenol selektif terhadap vitamin C.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar vitamin C dari buah melon yang berasal Deli Serdang (29,35 mg/100 g), asal Calang (29,87 mg/100 g), asal Beureunuen (28,83 mg/100 g), dan melon Rock (30,93 mg/100 g). Secara statistika menggunakan Software SPSS diketahui adanya perbedaan kadar vitamin C antara melon yang berasal dari Calang dengan Beureunuen, antara melon Rock dengan melon yang berasal dari Deli Serdang, Calang dan Beureunuen tetapi tidak terdapat perbedaan antara melon yang berasal dari Deli Serdang dengan Calang, antara melon yang berasal dari Deli Serdang dengan Beureunuen. Pada uji validasi metode diperoleh persen recovery sebesar 93,43% dan RSD sebesar 1,54%.

(6)

THE DETERMINATION OF VITAMIN C IN MELON (Cucumis melo) BY VOLUMETRIC WITH 2,6-DICHLOROPHENOL INDOPHENOL

ABSTRACT

Melon is one of a superior agriculture commodity which has a good prospect in its marketing. Melon has a power of attraction among its consumer and producer (farmer). Market demand (consumer) tends to keep increasing time by time, because it is delighted by many people. In addition, melons are also very beneficial for health because the subtance of nutrients such us calcium, phosphorus, fiber vitamins A, B and C. This research aims to detemination of vitamin C of melon.

The samples of melon which were from Desa Rambungan in Batang Kuis subdistrict of Deli Serdang District (North Sumatra Province), Calang in Desa Ranto Moreu of Panga Subdistrict (NAD),Beureunuen in Desa Tiba Raya, a village in Mutiara Timur Subdistrict (NAD), and Rockmelon (Medan). The determination of the level of the vitamin C was established by volumetric method with 2,6-dichlorophenol indophenols because 2,6-dichlorophenol indophenol is selective to vitamin C.

The findings indicate that the level of vitamin C in melon that comes from Deli Serdang (29.35 mg/100 g), Calang (29.87 mg/100 g), Beureunuen (28.83 mg/100 g) and Rockmelon ( 30.93 mg/100 g). Statistically by SPSS Software,

show that there is difference of the rate of the level of vitamin C among melon from Calang with from Beureunuen, among Rockmelon with from Deli Serdang, Calang and Beureunuen, but it is founded out difference of the rate of the level of vitamin C between melon from Deli Serdang with from Calang, from Deli Serdang with from Beureunuen. In validation method test, the percent recovery is 93.43% and RSD is 1.54%.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 3

1.3Hipotesis ... 3

1.4Tujuan Penelitian ... 3

1.5Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Melon ... 5

2.2. Manfaat Buah Melon... 6

2.3 Vitamin ... 8

2.3.1 Vitamin C ... 8

2.3.2 Fungsi Vitamin C ... 10

(8)

2.5 Analisis Kembali Vitamin C yang Ditambahkan

pada Sampel (Analisis Recovery) ... 14

2.6 Analisis Data Secara Statistik ... 14

2.6.1 Penolakan Hasil Pengamatan ... 14

2.6.2 Uji Ketelitian (Presisi) Metode Analisis ... 15

2.6.3 Pengujian Beda Nilai Rata-Rata ... 15

BAB III METODE PENELITIAN ... 16

3.1Waktu dan Tempat Penelitian ... 16

3.2 Identifikasi Tumbuhan ... 16

3.3 Bahan dan Alat ... 16

3.3.1 Sampel ... 16

3.3.2 Bahan ... 16

3.3.3 Alat-Alat ... 17

3.4 Rancangan Penelitian ... 17

3.4.1 Sampel ... 17

3.4.1.1 Pengambilan Sampel ... 17

3.5 Prosedur Penelitian ... 18

3.5.1 Pembuatan Pereaksi ... 18

3.5.2 Perhitungan Kesetaraan Pentiter 2,6-Diklorofenol Indofenol ... 19

3.5.3 Penyiapan Larutan Sampel ... 20

3.5.4 Penetapan Kadar Vitamin C dari Larutan Sampel ... 20

3.5.5 Pembakuan Larutan Iodium 0,05 N ... 20

(9)

3.5.7 Uji Perolehan Kembali (Recovery) ... 22

3.5.8 Analisis Data Secara Statitik ... 23

3.5.8.1 Penolakan Hasil Pengamatan ... 23

3.5.8.2 Uji Ketelitian (presisi) Metode Analisis ... 24

3.5.8.3 Pengjian Beda Nilai Rata-Rata... 25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

4.1 Identifikasi Tumbuhan ... 26

4.2 Penetapan Kadar Vitamin C dari Buah Melon Asal Deli Serdang, Calang, Beureunuen Dan Melon Rock ... 26

4.3 Uji Perolehan Kembali ... 29

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 31

5.1 Kesimpulan ... 31

5.2 Saran ... 31

DAFTAR PUSTAKA ... 32

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Nilai Qkritis Pada Taraf Kepercayaan 95% ... 23 Tabel 2. Hasil Penetapan Kadar Vitamin C dari Buah Melon

asal Deli Serdang, Calang, Bereunuen dan Melon

Rock ... 27 Tabel 3. Uji F Kadar Vitamin C Dari Melon Asal

Deli Serdang, Calang, Beureunuen dan Melon Rock ... 27 Tabel 4. Analisis Beda Nilai Rata-Rata Kadar Vitamin C

Dari Melon Asal Deli Serdang, Calang, Beureunuen

Dan Melon Rock ... 28 Tabel 5. Hasil Uji Perolehan Kembali (Recovery) dari Buah

Melon Asal Deli Serdang (Cucumis melo) suku

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Rumus Bangun Vitamin C………. 9 Gambar 2. Diagram Batang Kadar Vitamin C dari Buah Melon

asal Deli Serdang, Calang, Beureunuen dan

Melon Rock ... 26

Gambar 3. Gambar Melon Asal Deli Serdang, Calang,

Beureunuen dan Melon Rock (Cucumis melo) ... 36 Gambar 4. Gambar Bagian Dalam Melon Asal Deli Serdang ... 36 Gambar 5. Gambar Melon Asal Deli Serdang Setelah

Diblender ... 36 Gambar 6. Gambar Bagian Dalam Melon Asal Calang ... 37 Gambar 7. Gambar Melon Asal Calang Setelah

Diblender ... 37 Gambar 8. Gambar Bagian Dalam Melon Asal Beureunuen ... 37

Gambar 9. Gambar Melon Asal Beureunuen Setelah

Diblender ... 37 Gambar 10. Gambar Bagian Dalam Melon Rock ... 38

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Sertifikat Identifikasi Tumbuhan ... 34

Lampiran 2. Sertifikat Bahan Baku Pembanding ... 35

Lampiran 3. Sampel yang Digunakan ... 36

Lampiran 4. Flowsheet ... 39

Lampiran 5. Data Perhitungan Kesetaraan Larutan 2,6-Diklorofenol Indofenol ... 40

Lampiran 6. Perhitungan Kadar Vitamin C dari Sampel yang Dianalisis ... 43

Lampiran 7. Data Hasil Penetapan Kadar Vitamin C dari Sampel yang Dianalisis ... 44

Lampiran 8. Perhitungan Statistik Kadar Vitamin C dari Sampel yang Dianalisis ... 45

Lampiran 9. Hasil Analisis Statistik ... 49

Lampiran 10. Data Analisis Perolehan Kembali (Recovery) Vitamin C dari Melon (Cucumis melo) Asal Deli Serdang ... 50

Lampiran 11. Contoh Perhitungan Analisis Perolehan Kembali (Recovery) ... 51

Lampiran 12. Data Hasil Penetapan Kadar Vitamin C dari Melon (Cucumis melo) Asal Deli Serdang untuk Recovery ... 52

Lampiran 13. Perhitungan Koefisien Variasi (% RSD) dari Melon (Cucumis melo) asal Deli Serdang ... 53

Lampiran 14. Data Pembakuan Larutan Iodium 0,05 N ... 54

Lampiran 15. Data Penetapan Kadar Vitamin C Baku dengan Metode Iodimetri ... 56

Lampiran 16. Perhitungan Statistik Kadar Vitamin C Baku ... 57

(13)

PENETAPAN KADAR VITAMIN C DARI BUAH MELON (Cucumis

melo) SECARA VOLUMETRI DENGAN 2,6-DIKLOROFENOL

INDOFENOL

ABSTRAK

Melon merupakan salah satu komoditas pertanian unggulan yang dianggap memiliki prospek yang baik dalam pemasarannya. Daya tarik melon mempunyai kharisma tersendiri di kalangan konsumen maupun produsen (petani). Permintaan pasar (konsumen) cenderung terus meningkat dari waktu ke waktu, karena makin digemari oleh berbagai kalangan masyarakat. Selain itu, buah melon juga sangat bermanfaat bagi kesehatan karena zat-zat gizi yang dikandungnya seperti kalsium, fosfor, serat, vitamin A, B dan C. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar vitamin C dari buah melon.

Sampel buah melon yang digunakan berasal dari daerah Deli Serdang di Desa Rambungan Kecamatan Batang Kuis (Sumatera Utara), Calang di Desa Ranto Moreu Kecamatan Panga (NAD), Beureunuen di Desa Tiba Raya Kecamatan Mutiara Timur (NAD) dan melon Rock (Medan). Penetapan kadar vitamin C dilakukan dengan metode volumetri dengan 2,6-diklorofenol indofenol karena larutan 2,6-diklorofenol indofenol selektif terhadap vitamin C.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar vitamin C dari buah melon yang berasal Deli Serdang (29,35 mg/100 g), asal Calang (29,87 mg/100 g), asal Beureunuen (28,83 mg/100 g), dan melon Rock (30,93 mg/100 g). Secara statistika menggunakan Software SPSS diketahui adanya perbedaan kadar vitamin C antara melon yang berasal dari Calang dengan Beureunuen, antara melon Rock dengan melon yang berasal dari Deli Serdang, Calang dan Beureunuen tetapi tidak terdapat perbedaan antara melon yang berasal dari Deli Serdang dengan Calang, antara melon yang berasal dari Deli Serdang dengan Beureunuen. Pada uji validasi metode diperoleh persen recovery sebesar 93,43% dan RSD sebesar 1,54%.

(14)

THE DETERMINATION OF VITAMIN C IN MELON (Cucumis melo) BY VOLUMETRIC WITH 2,6-DICHLOROPHENOL INDOPHENOL

ABSTRACT

Melon is one of a superior agriculture commodity which has a good prospect in its marketing. Melon has a power of attraction among its consumer and producer (farmer). Market demand (consumer) tends to keep increasing time by time, because it is delighted by many people. In addition, melons are also very beneficial for health because the subtance of nutrients such us calcium, phosphorus, fiber vitamins A, B and C. This research aims to detemination of vitamin C of melon.

The samples of melon which were from Desa Rambungan in Batang Kuis subdistrict of Deli Serdang District (North Sumatra Province), Calang in Desa Ranto Moreu of Panga Subdistrict (NAD),Beureunuen in Desa Tiba Raya, a village in Mutiara Timur Subdistrict (NAD), and Rockmelon (Medan). The determination of the level of the vitamin C was established by volumetric method with 2,6-dichlorophenol indophenols because 2,6-dichlorophenol indophenol is selective to vitamin C.

The findings indicate that the level of vitamin C in melon that comes from Deli Serdang (29.35 mg/100 g), Calang (29.87 mg/100 g), Beureunuen (28.83 mg/100 g) and Rockmelon ( 30.93 mg/100 g). Statistically by SPSS Software,

show that there is difference of the rate of the level of vitamin C among melon from Calang with from Beureunuen, among Rockmelon with from Deli Serdang, Calang and Beureunuen, but it is founded out difference of the rate of the level of vitamin C between melon from Deli Serdang with from Calang, from Deli Serdang with from Beureunuen. In validation method test, the percent recovery is 93.43% and RSD is 1.54%.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Melon merupakan salah satu bahan konsumsi buah-buahan yang digemari masyarakat luas. Buah melon umumnya dikonsumsi sebagai buah segar untuk mencuci mulut atau pelepas dahaga. Selain itu buah melon dijadikan pencampur minuman atau dibuat “juice”, bahkan dewasa ini buah melon mulai dijadikan bahan baku industri minuman (Rukmana,1994).

Melon merupakan salah satu jenis tanaman holtikultura yang semakin banyak diminati petani. Berbagai varietas telah dikembangkan, jenis melon berkembang baik bentuk buah, warna kulit buah, warna daging buah, maupun aroma dan citarasanya (Rukmana, 1994).

Buah melon sangat beragam dalam hal ukuran, bentuk buah, rasa, aroma, dan penampakan bagian permukaan buahnya ada yang halus dan ada pula yang memiliki jala (net). Hal ini sangat tergantung pada varietasnya (Samadi, 1995).

(16)

Vitamin C juga dikenal sebagai asam askorbat. Vitamin C dapat ditemukan di alam hampir pada semua tumbuhan terutama sayuran dan buah-buahan, teruatama buah-buahan segar. Karena itu sering disebut Fresh Food Vitamin (Budiyanto, 2004).

Kadar vitamin C sangat dipengaruhi oleh varietas, lingkungan, tempat tumbuh, pemakaian berbagai jenis pupuk, tingkat kematangan buah dan sebagainya (Winarno,1980).

Pada beberapa jenis buah-buahan dan sayuran kondisi lingkungan (tempat tumbuh) juga berpengaruh terhadap kadar vitamin C, terbukti tanaman yang tumbuh di lingkungan dengan penyinaran matahari yang cukup serta kondisi tanah yang sesuai memiliki kadar vitamin C yang lebih tinggi (Sebrell, 1954).

Melon termasuk tumbuhan manja karena tidak seperti tanaman lainnya yang dapat tumbuh disembarang tempat, tanaman melon memerlukan lingkungan yang sesuai agar dapat tumbuh secara optimal, saat ini pertanian melon terus meluas keberbagai daerah termasuk Sumatra seperti di Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) karena mempunyai iklim yang sesuai sebagai derah pertanian melon.

Kadar vitamin C dapat ditentukan dengan beberapa metode seperti titrasi iodimetri (Andarwulan, 1992; Ditjen POM, 1995), titrasi 2,6-diklorofenol indofenol (Andarwulan, 1992; AOAC, 2002; Ditjen POM, 1995) dan secara spektrofotometri ultraviolet (Andarwulan, 1992).

(17)

Beureunuen (NAD) dan melon Rock (Sumatera Utara). Dalam penelitian ini digunakan metode volumetri yaitu titrasi dengan larutan 2,6-diklorofenol indofenol karena selain larutan 2,6-diklorofenol indofenol lebih selektif terhadap vitamin C metode ini merupakan cara yang paling banyak digunakan untuk menentukan kadar vitamin C dalam bahan pangan (Andarwulan, 1992).

1.2 Perumusan Masalah

a. Berapakah kadar vitamin C yang terdapat pada buah melon (Cucumis melo) yang berasal yang berasal dari daerah Deli Serdang, Calang, Beureunuen dan melon Rock?

b. Apakah ada perbedaan kadar vitamin C dari buah melon (Cucumis melo) yang berasal dari daerah Deli Serdang, Calang, Beureunuen dan melon Rock?

1.3 Hipotesis

a. Terdapat kadar vitamin C yang cukup tinggi pada buah melon (Cucumis melo) yang berasal dari daerah Deli Serdang, Calang, Beureunuen dan melon Rock

b. Ada perbedaan kadar vitamin C dari buah melon (Cucumis melo) yang berasal dari daerah Deli Serdang, Calang, Beureunuen dan melon Rock

1.4 Tujuan Penelitian

(18)

b. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan kadar vitamin C dari buah melon (Cucumis melo) yang berasal dari daerah Deli Serdang, Calang, Beureunuen dan melon Rock.

1.5 Manfaat penelitian

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Melon

Melon termasuk keluarga tanaman labu-labuan (Cucurbitaceae). Kedudukan tanaman melon dalam sistematika tumbuhan, diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Sub-divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Cucurbitales Family : Cucurbitaceae Genus : Cucumis

Spesies : Cucumis melo L. (Rukmana, 1994) Tanaman melon mirip dengan tanaman ketimun. Merupakan tanaman semusim dengan akar menyebar tetapi dangkal, menjalar di tanah atau ditambatkan pada lanjaran/turus bambu. Tanaman ini juga mempunyai banyak cabang (Tjahjadi, 1989).

(20)

tanaman melon sebagai pengangkut unsur hara dari dalam tanah ke bagian atas tanaman, tanaman melon sangat peka terhadap air yang menggenang sehingga sistem drainase pada lahan melon harus mendapat perhatian utama (Prajnanta, 1997; Tjahjadi, 1987).

Berdasarkan penampilan kulit buahnya, melon digolongkan menjadi melon tipe berjaring (netted melon) dan tipe tanpa jaring (winter melon).

a. Tipe melon berjaring (netted melon)

Tipe ini mempunyai ciri-ciri kulit buahnya tebal, keras, kasar, berjaring dan tahan lama. Tipe netted melon terdiri dari dua tipe yaitu musk melon (Cucumis melo var. reticulatus) (contoh: melon sky rocket) dan cantaloupe (Cucumis melo var. cantelupensis) (contoh : melon rock).

b. Tipe melon tanpa jaring (winter melon)

Melon tipe ini berkulit buah tipis, halus, mengkilap dan umumnya kurang tahan lama disimpan. Contoh tipe winter melon adalah casaba melon (Cucumis melo var. inodorous) (Contoh: melon Honey Dew) (Rukmana, 1994).

2.2 Manfaat Buah Melon

(21)

ibu-ibu atau gadis-gadis yang biasa peduli dengan sabun kecantikan, saat ini di pasar swalayan telah tersedia sabun kecantikan dengan aroma khas melon (Prajnanta,1997).

Melon menjadi salah satu buah sumber energi karena mengandung kalori, lemak, dan karbohidrat yang cukup tinggi. Kandungan vitamin C pada melon akan mencegah terjadinya sariawan dan meningkatkan ketahanan tubuh terhadap penyakit (Prajnanta,1997).

Di samping lezat, renyah dan menyegarkan, buah melon juga mengandung gizi yang cukup tinggi dan komposisinya lengkap. Kandungan gizi buah melon dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1: Kandungan dan komposisi gizi buah melon per 100 gram bahan Komposisi Gizi Banyaknya(Jumlah)

Energi

(22)

2.3 Vitamin

Vitamin merupakan suatu senyawa organik yang sangat diperlukan tubuh untuk proses metabolisme dan pertumbuhan yang normal. Vitamin-vitamin tidak dapat dibuat oleh tubuh manusia dalam jumlah yang cukup, oleh karena itu harus diperoleh dari bahan pangan yang dikonsumsi. Sebagai perkecualian adalah vitamin D, yang dapat dibuat dalam kulit asalkan kulit mendapat cukup kesempatan kena sinar matahari (Winarno, 2002).

Vitamin dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu vitamin yang dapat larut dalam air dan vitamin yang dapat larut dalam lemak. Jenis vitamin yang larut dalam air adalah vitamin B kompleks dan vitamin C. Vitamin yang dapat larut dalam lemak adalah vitamin A,D,E dan K, serta provitamin A yaitu β-karoten. Bahan makanan yang kaya akan vitamin adalah sayur-sayuran dan buah-buahan (Sudarmadji, 1989).

2.3.1 Vitamin C

(23)

Rumus bangun vitamin C dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini (Ditjen POM, 1995):

Gambar 1.Rumus Bangun Vitamin C

Vitamin C (Asam askorbat) bersifat sangat sensitif terhadap pengaruh-pengaruh luar yang menyebabkan kerusakan seperti suhu, oksigen, enzim, kadar air, dan katalisator logam. Asam askorbat sangat mudah teroksidasi menjadi asam dehidroaskorbat yang masih mempunyai keaktivan sebagai vitamin C. Asam dehidroaskorbat secara kimia sangat labil dan dapat mengalami perubahan lebih lanjut menjadi asam diketogulonat yang tidak memiliki keaktivan vitamin C lagi (Andarwulan, 1992).

(24)

Vitamin C dapat ditemukan di alam hampir pada semua tumbuhan terutama sayuran dan buah-buahan, terutama buah-buahan segar. Karena itu sering disebut Fresh Food Vitamin (Budiyanto, 2004).

Jumlah vitamin C yang terkandung dalam tanaman tergantung pada varietas dari tanaman, pengolahan, suhu, masa pemanenan dan tempat tumbuh (Counsell, 1981).

2.3.2 Fungsi Vitamin C

Salah satu fungsi utama vitamin C berkaitan dengan sintesis kolagen. Kolagen adalah sejenis protein yang merupakan salah satu komponen utama dari jaringan ikat, tulang, gigi, pembuluh darah dan mempercepat proses penyembuhan (Wardlaw, 2003).

Kekurangan asupan vitamin C dapat menyebabkan penyakit sariawan atau skorbut. Bila terjadi pada anak (6-12 bulan), gejala-gejala penyakit skorbut ialah terjadinya pelembekan tenunan kolagen, infeksi, dan demam. Pada anak yang giginya telah keluar, gusi membengkak, empuk dan terjadi pendarahan. Pada orang dewasa skorbut terjadi setelah beberapa bulan menderita kekurangan vitamin C dalam makanannya. Gejalanya ialah pembengkakan dan perdarahan pada gusi, gingivalis, kaki menjadi empuk, anemia dan deformasi tulang. Akibat yang parah dari keadaan ini ialah gigi menjadi goyah dan dapat lepas (Winarno, 2002).

(25)

bermotor dan asap rokok maka penggunaan vitamin C perlu ditingkatkan hingga dua kali lipatnya yaitu 120 mg (Silalahi, 2006).

2.4 Metode Penetapan Kadar Vitamin C

Ada beberapa metode dalam penentuan kadar vitamin C yaitu: a. Metode titrasi iodimetri

Iodium akan mengoksidasi senyawa-senyawa yang mempunyai potensial reduksi yang lebih kecil dibandingkan iodium dimana dalam hal ini potesial reduksi iodum +0,535 volt, karena vitamin C mempunyai potensial reduksi yang lebih kecil ( +0,116 volt) dibandingkan iodium sehingga dapat dilakukan titrasi langsung dengan iodium (Andarwulan, 1992; Rohman, 2007).

Deteksi titik akhir titrasi pada iodimetri ini dilakukan dengan menggunakan indikator amilum yang akan memberikan warna biru kehitaman pada saat tercapainya titik akhir titrasi (Rohman, 2007).

Menurut Andarwulan (1992), metode iodimetri tidak efektif untuk mengukur kandungan vitamin C dalam bahan pangan, karena adanya komponen lain selain vitamin C yang juga bersifat pereduksi. Senyawa-senyawa tersebut mempunyai titik akhir yang sama dengan warna titik akhir titrasi vitamin C dengan iodin.

(26)

b. Metode titrasi 2,6-diklorofenol indofenol

Larutan 2,6-diklorofenol indofenol dalam suasana netral atau basa akan berwarna biru sedangkan dalam suasana asam akan berwarna merah muda. Apabila 2,6-diklorofenol indofenol direduksi oleh asam askorbat maka akan menjadi tidak berwarna, dan bila semua asam askorbat sudah mereduksi 2,6-diklorofenol indofenol maka kelebihan larutan 2,6-2,6-diklorofenol indofenol sedikit saja sudah akan terlihat terjadinya warna merah muda (Sudarmadji, 1989).

Titrasi dan ekstraksi vitamin C harus dilakukan dengan cepat karena banyak faktor yang menyebabkan oksidasi vitamin C misalnya pada saat penyiapan sampel atau penggilingan. Oksidasi ini dapat dicegah dengan menggunakan asam metafosfat, asam asetat, asam trikloroasetat, dan asam oksalat. Penggunaan asam-asam di atas juga berguna untuk mengurangi oksidasi vitamin C oleh enzim-enzim oksidasi yang terdapat dalam jaringan tanaman. Selain itu, larutan asam metafosfat-asetat juga berguna untuk pangan yang mengandung protein karena asam metafosfat dapat memisahkan vitamin C yang terikat dengan protein . Suasana larutan yang asam akan memberikan hasil yang lebih akurat dibandingkan dalam suasana netral atau basa. (Andarwulan, 1992; Counsell, 1981).

(27)

maka perlu dilakukan standarisasi larutan 2,6-diklorofenol indofenol dengan vitamin C standar (Andarwulan, 1992; Ranganna, 2000; Sudarmadji, 1989).

Gambar 4. Reaksi Asam Askorbat dengan 2,6-Diklorofenol Indofenol c. Metode Spektrofotometri Ultraviolet

Metode ini berdasarkan kemampuan vitamin C yang terlarut dalam air untuk menyerap sinar ultraviolet, dengan panjang gelombang maksimum pada 265 nm dan A11 = 556a . Oleh karena vitamin C dalam larutan mudah sekali mengalami kerusakan, maka pengukuran dengan cara ini harus dilakukan secepat mungkin. Untuk memperbaiki hasil pengukuran, sebaiknya ditambahkan senyawa pereduksi yang lebih kuat daripada vitamin C. Hasil terbaik diperoleh dengan menambahkan larutan KCN (sebagai stabilisator) ke dalam larutan vitamin (Andarwulan, 1992; Moffat, 2005).

2.5 Analisis Kembali Vitamin C yang Ditambahkan pada Sampel

(Analisis Recovery)

(28)

Kecermatan (Recovery) ditentukan dengan dua cara yaitu metode simulasi (Spiked – placebo recovery) dan metode penambahan baku (Standard addition method). Dalam metode simulasi, sejumlah analit bahan murni ditambahkan ke dalam campuran bahan pembawa sediaan farmasi (plasebo) lalu campuran tersebut dianalisis dan hasilnya dibandingkan dengan kadar analit yang ditambahkan (kadar analit sebenarnya). Dalam metode penambahan baku dilakukan dengan menambahkan sejumlah analit dengan konsentrasi tertentu pada sampel yang diperiksa, lalu dianalisis dengan metode tersebut. Persen perolehan kembali ditentukan dengan menentukan berapa persen analit yang ditambahkan tadi dapat ditemukan (Harmita, 2004; USP, 2007).

Rumus perhitungan persen Recovery:

% Recovery = B – A X 100 % C

Keterangan: A = Kadar vitamin C sebelum penambahan baku vitamin C B = Kadar vitamin C setelah penambahan baku vitamin C C = Kadar vitamin C baku yang ditambahkan

2.6 Analisis Data Secara Statistik

2.6.1 Penolakan Hasil Pengamatan

(29)

Untuk memastikan hasil yang sangat menyimpang ditolak atau diterima, perlu dilakukan analis is data secara statistika. Pada taraf kepercayaan 95% (α = 0,05), hasil analisis ditolak jika Qhitung > Qtabel (Rohman, 2007).

2.6.2 Uji Ketelitian (Presisi) Metode Analisis

Uji presisi (keseksamaan) adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual yang diterapkan secara berulang pada sampel. Keseksamaan diukur sebagai simpangan baku relatif (Relative Standard Deviation) atau koefisien variasi (Harmita, 2004).

Rumus perhitungan persen RSD (Harmita, 2004):

% RSD = 

X SD

100%

Keterangan: SD = standar deviasi

X = kadar rata-rata sampel

Data hasil perhitungan koefisien variasi (%RSD) dapat dilihat pada Lampiran 13, halaman 53.

2.6.3 Pengujian Beda Nilai Rata-Rata

(30)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar vitamin C dari buah melon secara volumetri dengan 2,6-diklorofenol indofenol.

3.1 Waktu dan tempat penelitian

Penelitian dilakukan di laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif Fakultas Farmasi USU pada bulan Januari 2011 – Maret 2011.

3.2 Identifikasi Tumbuhan

Identifikasi tumbuhan dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Pusat Penelitian Biologi Bogor. Hasil identifikasi tumbuhan dapat dilihat pada Lampiran 1, halaman 34.

3.3 Bahan dan Alat

3.3.1 Sampel

Sampel yang diperiksa dalam penelitian ini adalah buah melon yang berasal dari Deli Serdang(Sumatera Utara), Calang dan Beureunuen (NAD) dan melon Rock. Gambar dapat dilihat pada Lampiran 3, halaman 36.

3.3.2 Bahan

(31)

Kuantitatif), dan asam askorbat Baku Pembanding Farmakope Indonesia (sertifikat bahan baku pembanding dapat dilihat pada Lampiran 2, halaman 35.

3.3.3 Alat-alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah buret 25 ml, mikroburet 5 ml, neraca analitik (Bueco Germany) , pisau (Stainless), blender (Miyako) , kertas saring, statif dan klem, eksikator, oven (Memmert) , pipet ukur 10 ml, pipet volum 1 ml, pipet volum 2 ml, pipet volum 5 ml, botol timbang, dan alat-alat gelas laboratorium.

3.4 Rancangan Penelitian

3.4.1 Sampel

3.4.1.1 Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara sampling purposive yang didasarkan atas pertimbangan bahwa populasi sampel adalah homogen dan sampel yang dianalisis dianggap sebagai sampel yang representatif.

Sampel yang digunakan adalah buah melon yang berasal dari daerah Kab. Deli Serdang (Desa Rambungan, Kecamatan Batang Kuis), Calang (Desa Ranto Moreu, Kecamatan Panga), Beureunuen (Desa Tiba Raya, Kecamatan Mutiara Timur) dan melon Rock (Medan). Sampel yang berasal dari Deli Serdang, Calang dan Beureunuen berasal dari varietas yang sama (sky rocket) sedangkan melon Rock berasal dari varietas yang berbeda. Masing-masing sampel diambil 5 kg, disimpan dan diuji sesuai dengan prosedur penelitian.

(32)

3.5 Prosedur penelitian

3.5.1 Pembuatan Pereaksi

Pembuatan pereaksi berdasarkan Farmakope Indonesia Edisi IV: 1. Larutan 2,6-diklorofenol indofenol

Ditimbang seksama 50 mg natrium 2,6-diklorofenol indofenol P yang telah disimpan dalam eksikator, tambahkan 50 ml larutan NaHCO3, kocok kuat, dan jika sudah terlarut, tambahkan air hingga 200 ml. Saring ke dalam botol bersumbat kaca berwarna coklat.

2. Larutan asam metafosfat-asetat

Dilarutkan 15 g asam metafosfat P dalam 40 ml asam asetat glasial P dan encerkan dengan air secukupnya hingga 500 ml. Simpan di tempat dingin, hanya boleh digunakan dalam 2 hari.

3. Larutan NaHCO3

Dilarutkan 84 mg NaHCO3 dalam 100 ml air. 4. Larutan iodium 0,05 N

Dibuat larutan 4,5 g KI dalam 20 ml air, lalu dilarutkan 1,7 g iodium P ke dalam larutan KI sedikit demi sedikit, encerkan dengan akuades hingga 200 ml. 5. HCl 2 N

Diencerkan 17 ml HCl pekat dalam akuades sampai 100 ml. 6. Metil jingga

Dilarutkan 4,2 mg metil jingga dengan etanol 20% sampai volume 10 ml. 7. Larutan amilum 1% (b/v)

(33)

8. NaOH 1 N

Dilarutkan 4 g NaOH dalam 15 ml air bebas CO2, dinginkan larutan hingga suhu kamar, encerkan dengan air bebas CO2 hingga 100 ml.

9. H2SO4 2 N

Diencerkan 6 ml H2SO4 pekat dalam akuades sampai 100 ml.

3.5.2 Perhitungan Kesetaraan Pentiter 2,6-Diklorofenol Indofenol

Ditimbang seksama 50 mg asam askorbat BPFI, pindahkan ke dalam labu tentukur 100 ml, kemudian dilarutkan dengan larutan asam metafosfat-asetat LP, dicukupkan sampai garis tanda. Dipipet 1 ml, dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan larutan asam metafosfat-asetat 6 ml. Titrasi segera dengan larutan 2,6-diklorofenol indofenol hingga warna merah muda mantap tidak kurang dari 5 detik. Lakukan titrasi blanko menggunakan 7 ml asam metafosfat-asetat dan dititrasi dengan larutan 2,6-diklorofenol indofenol hingga warna merah muda mantap. Kadar larutan baku 2,6-diklorofenol indofenol dinyatakan dengan kesetaraan dalam mg asam askorbat (Ditjen POM, 1995).

Perhitungan kesetaraan dilakukan dengan rumus:

Kesetaraan (mg) Vc = Volume labu tentukur (ml)

(34)

3.5.3 Penyiapan Larutan Sampel

Sampel dikupas dan di buang kulitnya, ditimbang sekitar 500 g lalu dipotong kecil-kecil dan diblender, ditimbang lebih kurang 10 g lalu dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan ditambahkan asam metafosfat-asetat sampai garis tanda, dihomogenkan, kemudian disaring, filtrat pertama dibuang ± 20 ml.

3.5.4 Penetapan Kadar Vitamin C dari Larutan Sampel

Dipipet 2 ml larutan sampel lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer kemudian ditambah 5 ml asam metafosfat-asetat. Dititrasi dengan larutan 2,6-diklorofenol indofenol sampai terbentuk warna merah jambu yang mantap sebagai titik akhir titrasi. Dilakukan penetapan blanko (Ditjen POM, 1995).

Menurut AOAC (2002), kadar vitamin C dapat dihitung dengan rumus:

Kadar vitamin C (mg/g) =

Bs Vp

Vl Vb

Vt

 

 ) Kesetaraan (

Keterangan: Vt : Volume titrasi (ml) Vb : Volume blanko (ml) Vl : Volume labu tentukur (ml) Vp : Volume pemipetan (ml) Bs : Berat sampel (g)

Contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 6, halaman 43.

3.5.5 Pembakuan Larutan Iodium 0,05 N

(35)

encerkan dengan akuades 8 ml, kemudian titrasi dengan larutan iodium menggunakan indikator amilum 1% (b/v) hingga terbentuk warna biru kehitaman (Ditjen POM, 1995).

Normalitas larutan iodium dihitung dengan rumus:

N =

V BE

W

Keterangan:

W = Berat As2O3 (mg) BE = Berat ekivalen As2O3 V = Volume titrasi (ml)

Hasil pembakuan larutan iodium dapat dilihat pada Lampiran 14,halaman 54.

3.5.6 Penetapan Kadar Vitamin C Baku dengan Metode Titrasi Iodimetri

Ditimbang seksama 50 mg vitamin C baku, dilarutkan dalam campuran 12,5 ml air dan 3 ml H2SO4 2 N, ditambah 1 ml larutan amilum 1% (b/v). Dititrasi segera dengan larutan iodium LV hingga terbentuk warna biru kehitaman (Ditjen POM, 1995)

Kadar vitamin C baku dihitung dengan rumus:

% vitamin C =

W N V BE

x 100%

Keterangan:

V = Volume titrasi N = Normalitas iodium

(36)

Hasil perhitungan kadar vitamin C baku dengan metode titrasi iodimetri dapat dilihat pada Lampiran15, halaman 56 dan analisis statistiknya dapat dilihat pada Lampiran 16, halaman 57.

3.5.7 Uji Perolehan Kembali (Recovery)

Akurasi adalah ukuran yang menunjukkan kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Akurasi dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (% recovery) analit yang ditambahkan (Harmita, 2004).

Metode adisi dapat dilakukan dengan menambahkan sejumlah analit dengan konsentrasi tertentu pada sampel yang diperiksa, lalu dianalisis dengan metode tersebut. Persen perolehan kembali ditentukan dengan menentukan berapa persen analit yang ditambahkan tadi dapat ditemukan (Harmita, 2004).

Prosedur uji perolehan kembali (recovery) dengan metode adisi dilakukan sebagai berikut: Dikerjakan dengan prosedur yang sama seperti penetapan kadar vitamin C dalam sampel dengan penambahan vitamin C baku yaitu 3 mg dengan cara sebanyak 30 mg vitamin C baku dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan ditambahkan asam-metafosfat asetat sampai garis tanda (konsenrasi 0,3 mg/100 ml) , lalu di pipet sebanyak 10 ml yang ditambahkan pada sampel yang ditimbang seksama dan dilakukan enam kali pengulangan.

Rumus perhitungan persen recovery (Harmita, 2004):

% Recovery = B – A X 100 % C

(37)

Data hasil analisis perolehan kembali (persen recovery) dapat dilihat pada lampiran 10, halaman 50.

3.5.8 Analisis Data Secara Statistik

3.5.8.1 Penolakan Hasil Pengamatan

Di antara hasil yang diperoleh dari satu seri penetapan kadar terhadap satu macam sampel, ada kalanya terdapat hasil yang sangat menyimpang bila dibandingkan dengan yang lain tanpa diketahui kesalahannya secara pasti sehingga timbul kecenderungan untuk menolak hasil yang sangat menyimpang (Rohman, 2007).

Untuk memastikan hasil yang sangat menyimpang ditolak atau diterima, perlu dilakukan analisis data secara statistika. Pada taraf kepercayaan 95% (α = 0,05), hasil analisis ditolak jika Qhitung > Qtabel (Rohman, 2007).

Untuk menghitung nilai Q digunakan rumus: Qhitung = Nilai yang dicurigai – Nilai yang terdekat

(Nilai tertinggi – Nilai terendah)

Hasil pengujian atau nilai Q yang diperoleh ditinjau terhadap daftar harga Q pada Tabel 2, apabila Qhitng > Qkritis maka data tersebut ditolak.

Tabel 2:Nilai Qkritis pada Taraf Kepercayaan 95%

Banyak Data Nilai Qkritis

4 0,831 5 0,717 6 0,621 7 0,570 8 0,524

(38)

Menurut Wibisono (2005), untuk menentukan kadar vitamin C di dalam sampel dengan taraf kepercayaan 95%, α = 0.05, dk = n-1, dapat digunakan rumus:

μ = X ± t ½ α s/√n Keterangan

µ = Interval kepercayaan X = Kadar rata-rata sampel

t = Harga t tabel sesuai dengan dk = n-1

α = Tingkat kepercayaan s = Standar deviasi

n = Jumlah perlakuan

Contoh perhitungan statistik kadar vitamin C dari sampel yang dianalisis dapat dilihat pada Lampiran 8, halaman 45.

3.5.8.2 Uji Ketelitian (Presisi) Metode Analisis

Uji presisi (keseksamaan) adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual yang diterapkan secara berulang pada sampel. Keseksamaan diukur sebagai simpangan baku relatif (Relative Standard Deviation) atau koefisien variasi (Harmita, 2004).

Rumus perhitungan persen RSD (Harmita, 2004):

% RSD = 

X SD

100%

Keterangan: SD = standar deviasi

X = kadar rata-rata sampel

(39)

3.5.8.3 Pengujian Beda Nilai Rata-Rata

Untuk mengetahui apakah kadar vitamin C berbeda pada tiap sampel, maka dilakukan uji beda rata-rata kadar sampel yang diuji dengan uji F menggunakan software SPSS. Data berbeda secara signifikan jika F hitung > F tabel dan data tidak berbeda secara signifikan jika F hitung < F tabel. Jika data yang diperoleh berbeda secara signifikan, maka dilanjutkan dengan analisis Duncan.

(40)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Tumbuhan

Hasil identifikasi tumbuhan yang dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Pusat Penelitian Biologi Bogor adalah melon sky rocket (Cucumis melo L.) dan melon Rock (Cucumis melo L.) termasuk suku Cucurbitaceae (Hasil identifikasi tumbuhan dapat dilihat pada Lampiran 1, halaman 34.

4.2 Penetapan kadar vitamin C dari buah melon asal Deli Serdang, Calang, Beureunuen dan melon Rock

Hasil penetapan kadar vitamin C dari buah melon yang berasal dari Deli Serdang, Calang, Beureunuen dan melon Rock dapat dilihat pada gambar 5.

(41)

Penetapan kadar vitamin C dilakukan secara volumetri dengan 2,6-diklorofenol indofenol. Data hasil penetapan kadar vitamin C dari melon asal Deli Serdang, Calang, Beureunuen dan melon Rock dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3: Hasil Penetapan Kadar Vitamin C dari buah melon asal Deli Serdang, Calang, Beueunuen dan melon Rock

No Sampel Kadar Vitamin C(mg/100 g) 1. Melon sky rocket asal Deli Serdang 29,35 ± 0,599 2. Melon sky rocket asal Calang 29,86 ± 0,430 Melon sky rocket asal Beueunuen 28,82 ± 0,583

3. Melon Rock 30,90 ± 0,610

Hasil analisis kemudian dilanjutkan dengan pengujian beda nilai rata-rata antar buah melon, yaitu uji F dengan taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui apakah variasi antar populasi sama atau berbeda menggunakan software SPSS. Tabel 4: Uji F kadar vitamin C dari melon asal Deli Serdang, Calang, Beureunuen

dan melon Rock

(42)

Tabel 5: Analisis beda nilai rata-rata kadar vitamin C dari melon asal Deli Serdang, Calang, Beureunuen dan melon Rock.

Duncan

Sampel Melon N Kepercayaan = 0,05

1 2 3 Melon Deli Serdang

Melon Calang

Tabel di atas bertujuan untuk mencari atau menguji kelompok mana yang memiliki perbedaan atau tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan kelompok lainnya. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan kadar vitamin C antara melon asal Deli Serdang dengan melon asal Beureunuen, antara melon asal Deli Serdang dengan melon asal Calang, akan tetapi terdapat perbedaan yang signifikan kadar vitamin C antara melon asal Beureunuen dengan melon asal Calang sedangkan pada melon rock memiliki perbedaan yang signifikan dengan melon asal Deli Serdang, Calang dan Beureunuen.

Secara garis besar, syarat pertumbuhan tanaman melon dipilah menjadi 3 syarat utama yaitu tanah, iklim (suhu, sinar matahari dan angin, ketinggian tempat, curah hujan), air (Prajnanta, 1997).

Berdasarkan syarat tumbuh melon, maka daerah Deli Serdang, Calang dan Beureunuen merupakan daerah yang cocok sebagai daerah pertanian melon karena memenuhi syarat tumbuh melon.

(43)

Pada buah melon rock, kadar vitamin C yang dihasilkan lebih tinggi dari buah melon asal Deli Serdang, Calang dan Beueunuen hal ini dikarenakan melon rock berasal dari varietas yang berbeda dengan melon asal Deli Serdang, Calang dan Beureunuen dimana varietas merupakan salah satu faktor berbedanya kadar vitamin C.

Menurut Counsell (1981), kadar vitamin C tersebar dengan luas dalam tumbuhan, kadar vitamin C ini dapat berbeda-beda dikarenakan beberapa faktor seperti varietas, pengolahan, suhu, masa pemanenan dan yang terakhir adalah tempat tumbuh.

4.3 Uji Perolehan Kembali

Hasil uji perolehan kembali (Recovery) vitamin C dari buah melon asal Deli Serdang dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 6: Hasil Uji Perolehan Kembali dari Buah Melon Asal Deli Serdang (Cucumis melo).

(44)
(45)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil penetapan kadar vitamin C secara volumetri dengan 2,6-diklorofenol indofenol diperoleh kadar vitamin C dari buah melon yang berasal dari Deli Serdang sebesar 29,35 ± 0,60 mg/ 100 g, Calang sebesar 29,87 ± 0,43 mg/100 g, Beureunuen sebesar 28,83 ± 0,58 mg/ 100 g dan melon Rock sebesar 30,93 ± 0,57 mg/100 g.

Terdapat perbedaan kadar vitamin C antara melon yang berasal dari Calang dengan Beureunuen, antara melon Rock dengan melon yang berasal dari Deli Serdang, Calang dan Beureunuen tetapi tidak terdapat perbedaan antara melon yang berasal dari Deli Serdang dengan Calang dan antara melon yang berasal dari Deli Serdang dengan Beureunuen.

5.2 Saran

(46)

DAFTAR PUSTAKA

Andarwulan, N., dan Koswara, S. (1992). Kimia Vitamin. Jakarta: Rajawali Press. Hal. 32 - 35, 235.

Anonim. (2007). The United States Pharmacopoeia 30 – The National Formulary 25. United States Pharmacopoeia Convention, Inc. Electronic version. Budiyanto, A.K.(2004). Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Edisi III.Malang: UMM-Press.

Hal. 52.

Counsell, J.N., dan Hornig, D.H. (1981). Vitamin C. London: Applied Science Publishers. Hal. 123-124.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 1133, 1135, 1164, 1168, 1215-1216.

Harmita.(2004). Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya.

Majalah Ilmu Kefarmasian1 (3). Hal. 118, 119, 121-123.

Horwitz. W. (2002). Official Methods of Analysis of Association of Official Analytical Chemist International Edisi XVII. Maryland USA: AOAC international suite 500. Hal. 16-17.

Khairunnisyah. (2010). Pengaruh Cahaya Matahari Terhadap Kadar Vitamin C pada Bayam (Amaranthus tricolor) dengan Naungan dan Tanpa Naungan. Medan: Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Universitas Sumatera Utara. Hal. 30.

Moffat, A.C., dkk. (2005). Clarke‘s Analysis Of Drug And Poisons. Thirth edition London: Pharmaceutical Press. Electronic version.

Prajnanta, F. (1997). Melon, Pemeliharaan Secara Intensif Kiat Sukses Beragribisnis. Jakarta: penebar Swadaya. Hal. 3, 30.

Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 19, 22.

Rukmana, R. (1994). Budidaya Melon Hibrida. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 11,13-15, 16.

(47)

Silalahi, J. (2006). Makanan Fungsional. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Halaman 52-53.

Silalahi, J. (1985). Some Aspect of Vitamin C Retention in Potato Crisps. The University of New South Wales School of Food Science and Technology. Hal. 5.

Sudarmadji, S. (1989). Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty Press. Halaman 160, 166.

Tjahyadi, N. (1987). Bertanam Melon. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Hal. 17, 19-20.

Wardlaw, G. M. (2003). Contemporary Nutrition Issues and Insight. Boston: Mc Graw Hill. Hal. 274.

Wibisono,Y. (2005). Metode Statistik. Cetakan I. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 399, 451-452.

Winarno, F.G. (1980). Fisiologi Lepas Panen. Bogor: Departemen Teknologi Pertanian IPB. Hal. 13.

(48)
(49)
(50)

Lampiran 3. Sampel yang Digunakan

Gambar 6: Gambar Melon Asal Deli Serdang, Calang, Beureunuen dan Melon Rock (Cucumis melo L.)

Gambar7: Gambar Bagian Dalam Melon Gambar 8: Gambar Melon Asal

(51)

Gambar 9: Bagian Dalam Melon Asal Gambar 10: Melon Asal Calang Calang Setelah Diblender

(52)

(53)

Lampiran 4. Flowsheet

Buah Melon

Dikupas dan dibang kulitnya Ditimbang 500 g

Dipotong kecil-kecil Diblender

Ditimbang sebanyak 10 g

Dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml Ditambah asam metafosfat sampai garis tanda Dihomogenkan

Hasil

Dipipet 2 ml

Dimasukkan ke dalam erlen meyer Ditambahkan 5 ml asam metafosfat Disaring

Dititrasi dengan 2,6-diklorofenol indofenol sampai terbentuk warna merah jambu mantap

(54)

Lampiran 5. Data Perhitungan Kesetaraan Larutan 2,6-Diklorofenol Indofenol

Diklorofenol Indofenol (ml) Blanko (ml) Kesetaraan larutan 2,6-diklorofenol indofenol dapat dihitung dengan rumus:

Kesetaraan = Contoh perhitungan kesetaraan: a) Berat vitamin C = 50,1 mg

Volume larutan vitamin C yang dititrasi = 1 ml Rata rata volume titrasi = 2,97 ml

(55)

1 ml x 50,3 mg x

Volume larutan vitamin C yang dititrasi = 1 ml Rata rata volume titrasi = 3,11 ml

Harga rata-rata dan deviasi

(56)

d3 = x 100% Kr3

0,1692 – 0,1667

= x 100% = 1,4997 % 0,1667

(57)

Lampiran 6. Perhitungan Kadar Vitamin C dari Sampel yang Dianalisis (Vt – Vb) x Kesetaraan x Vl Kadar vitamin C (mg/g sampel) =

Vp x Bs Keterangan:

Vt = volume titrasi (ml) Vb = volume blanko (ml) Vl = volume labu (ml)

Vp = volume larutan sampel yang dititrasi (ml) Bs = berat sampel (g)

Contoh penetapan kadar vitamin C pada melon Sky Rocket asal Deli Serdang: Volume titran = 0,37 ml

Kesetaraan = 0,16945 mg vitamin C Volume labu tentukur = 100 ml

Berat sampel = 10,0582 g Volume blanko = 0,02 ml

(0,37 ml – 0,02 ml) x 0,16945 mg/ml x 100 ml Kadar vitamin C (mg/g bahan) =

2 ml x 10,0582 g = 0,2948 mg/g

(58)

Lampiran 7. Data Hasil Penetapan Kadar Vitamin C dari Sampel yang Dianalisis 1. Hasil Penetapan Kadar Vitamin C dari melon (Cucumis melo (L.)) asal Deli

Serdang

2. Hasil Penetapan Kadar Vitamin C dari melon (Cucumis melo (L.)) asal Calang No. Berat Sampel

3. Hasil Penetapan Kadar Vitamin C dari melon (Cucumis melo (L.)) asal Beureunuen

(59)

Lampiran 8. Perhitungan Statistik Kadar Vitamin C dari Sampel yang Dianalisis A. Melon Asal Deli Serdang

No. Kadar (mg/100 g) Dari 6 data yang diperoleh, data ke-3 adalah data yang paling menyimpang maka dilakukan uji Q.

Qhitung = Nilai yang dicurigai – Nilai yang terdekat

Nilai Qhitung tidak melebihi nilai Q0,95 yaitu 0,621 sehingga semua data diterima.

SD =

(60)

B. Melon Asal Calang Dari 6 data yang diperoleh, data ke-3 adalah data yang paling menyimpang maka dilakukan uji Q.

Qhitung = Nilai yang dicurigai – Nilai yang terdekat

Nilai Qhitung tidak melebihi nilai Q0,95 yaitu 0,621 sehingga semua data diterima.

SD =

Rata-rata kadar vitamin C melon asal Calang pada taraf kepercayaan 95% yaitu:

(61)

C. Melon Asal Beureunuen Dari 6 data yang diperoleh, data ke-4 adalah data yang paling menyimpang maka dilakukan uji Q.

Qhitung = Nilai yang dicurigai – Nilai yang terdekat

Nilai Qhitung tidak melebihi nilai Q0,95 yaitu 0,621 sehingga semua data diterima.

SD =

(62)

D. Melon Rock Dari 6 data yang diperoleh, data ke-5 adalah data yang paling menyimpang maka dilakukan uji Q.

Qhitung = Nilai yang dicurigai – Nilai yang terdekat

Nilai Qhitung tidak melebihi nilai Q0,95 yaitu 0,621 sehingga semua data diterima.

SD =

Rata-rata kadar vitamin C melon Rock pada taraf kepercayaan 95% yaitu:

(63)

Lampiran 9. Hasil analisis Statistik

2. Analisis Beda Nilai Rata-Rata Kadar Vitamin C dari Melon asal Deli Serdang, Calang, Beureunen dan Melon Rock

Sampel Melon N Kepercayaan = 0,05

1 2 3 Melon Deli Serdang

(64)

Lampiran 10. Data Analisis Perolehan Kembali (Recovery) Vitamin C dari Melon (Cucumis melo) asal Deli Serdang

(65)

Lampiran 11. Contoh Perhitungan Analisis Perolehan Kembali (Recovery) Kadar vitamin C rata-rata dari melon Deli Serdang adalah 29,16 mg/100 g sampel. Penambahan sejumlah vitamin C baku dalam sampel dihitung dengan rumus:

(Vt – Vb) x Kesetaraan x Vl Kadar vitamin C (mg/g sampel) =

Vp x Bs

(0,70 ml – 0,02 ml) x 0,16945 mg/ml x 100 ml =

2 ml x 10,0124 g

= 0,5754 mg vitamin C/g sampel = 57,54 mg vitamin C/100 g sampel

Untuk penambahan 3 mg vitamin C baku ke dalam 10,0124 g sampel, maka kadar teoritis vitamin C untuk tiap g sampel:

3 mg

= x 99,39% 10,0124 g

= 0,2978 mg vitamin C/g sampel = 29,78 mg vitamin C/100 g sampel Maka % recovery:

= Kadar vitamin C setelah penambahan baku – kadar vitamin C sebelum penambahan baku x 100%

Kadar vitamin C baku yang ditambahkan 57,54 mg/100 g – 29,16 mg/100 g

= x 100% 29,78 mg/100 g

(66)

Lampiran 12. Data Hasil Penetapan Kadar Vitamin C dari Melon (Cucumis melo) asal Deli Serdang untuk Recovery

(67)

Lampiran 13. Perhitungan Koefisien Variasi (% RSD) dari Melon (Cucumis melo) asal Deli Serdang untuk Recovery

(68)

Lampiran 14. Data Pembakuan Larutan Iodium 0,05 N

Normalitas larutan Iodium dihitung dengan rumus: N =

Contoh perhitungan normalitas iodium:

Volume larutan iodium yang terpakai = 6,15 ml BE = 49,46

Dihitung normalitas setiap penimbangan As2O3, kemudian dihitung harga rata-rata dan deviasi.

(69)

N1 + N3 0,0680 + 0,0654

Nr2 = = = 0,0667 N

2 2

N3 – Nr2

d2 = x 100% Nr2

0,0654 – 0,0667

= x 100% = 1,9490 % 0,0667

N2 + N3 0,0688 + 0,0654

Nr3 = = = 0,0671 N 2 2

N3 – Kr3

d3 = x 100% Kr3

0,0654 – 0,0671

= x 100% = 2,5335 % 0,0671

(70)

Lampiran 15. Data Penetapan Kadar Vitamin C Baku dengan Metode Iodimetri

Normalitas iodium yang digunakan adalah 0,0684 N

Kesetaraan vitamin C dengan larutan iodium 0,1 N adalah tiap ml larutan iodium 0,1 N setara dengan 8,806 mg vitamin C.

% vitamin C = BE = Berat ekivalen W = Berat vitamin C

(71)

Lampiran 16. Perhitungan Statistik Kadar Vitamin C Baku

Dari 6 data yang diperoleh, data ke-6 adalah data yang paling menyimpang maka dilakukan uji Q.

Qhitng =

Nilai Qhitung tidak melebihi nilai Q0,95 yaitu 0,621 sehingga semua data diterima. Rata-rata kadar vitamin C baku pada taraf kepercayaan 95% adalah:

(72)

Gambar

Tabel 1: Kandungan dan komposisi gizi buah melon per 100 gram bahan
Gambar 2. Reaksi Oksidasi Vitamin C (Silalahi, 1985).
Gambar 3. Reaksi antara vitamin C dan Iodin (Rohman, 2007).
Gambar 4. Reaksi Asam Askorbat dengan 2,6-Diklorofenol Indofenol
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sampel buah kedondong yang digunakan adalah buah kedondong Bangkok dan kedondong Kendeng yang diperoleh dari Pasar Sore Padang Bulan Medan.. Penetapan kadar Vitamin C dilakukan

PENETAPAN KADAR VITAMIN C DARI JUS BUAH APEL ( Malus domestica Borkh.) YANG BERWARNA MERAH DAN HIJAU SECARA TITRASI DENGAN 2,6-DIKLOROFENOL.. INDOFENOL PADA BEBERAPA

Penetapan kadar vitamin C yang terdapat dalam jus buah apel merah dan hijau dilakukan dengan metode volumetri dengan 2,6- diklorofenol indofenol, metode ini merupakan

Penetapan kadar Vitamin C dilakukan dengan metode titrasi dengan 2,6-diklorofenol indofenol karena metode ini lebih selektif terhadap vitamin C dan mencegah senyawa pereduksi

Di titrasi dengan larutan 2,6- diklorofenol indofenol sampai terbentuk warna merah jambu Kedondong. Kedondong

vitamin tidak dapat dibuat oleh tubuh manusia dalam jumlah yang cukup, oleh. karena itu harus diperoleh dari bahan pangan yang

Kadar rata-rata-rata dari buah kiwi emas pada campuran daging dan kulit sebelum penambahan vitamin C baku adalah 134,18 mg/100 g sampel. Perhitungan Uji Presisi atau Koefisien

Data Hasil Penetapan Kadar Vitamin C dari Sampel yang Dianalisis. Hasil Penetapan Kadar Vitamin C dari