PENETAPAN KADAR VITAMIN C DARI BUAH
KEDONDONG (
Spondias dulcis
Parkinson) SECARA
VOLUMETRI DENGAN 2,6-DIKLOROFENOL
INDOFENOL
SKRIPSI
Diajukan un
tuk Melengk
DEWI ISLAMI
NIM 101524082
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PENETAPAN KADAR VITAMIN C DARI BUAH
KEDONDONG (
Spondias dulcis
Parkinson) SECARA
VOLUMETRI DENGAN 2,6-DIKLOROFENOL
INDOFENOL
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
OLEH:
DEWI ISLAMI
NIM 101524082
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PENGESAHAN SKRIPSI
PENETAPAN KADAR VITAMIN C DARI BUAH
KEDONDONG (
Spondias dulcis
Parkinson) SECARA
VOLUMETRI DENGAN 2,6-DIKLOROFENOL
INDOFENOL
OLEH:
DEWI ISLAMI
NIM 101524082
Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Pada Tanggal: 22 Juni 2013
Disetujui Oleh:
Pembimbing I, Panitia Penguji,
Drs. Syafruddin, M.S., Apt. Drs. Fathur Rahman Harun, M.Si., Apt. NIP 194811111976031003 NIP 195201041980031002
Pembimbing II, Drs. Syafruddin, M.S., Apt.
NIP 194811111976031003
Dra. Herawaty Ginting, M.Si., Apt Dra. Nurmadjuzita, M.Si., Apt. NIP 195112231980032002 NIP 194809041974122001
Dra. Sudarmi, M.Si., Apt. NIP 195409101983032001
Medan, Juli 2013 Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara Dekan,
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan kemudahan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul “Penetapan Kadar Vitamin C dari Buah Kedondong (Spondias dulcis Parkinson) Secara
Volumetri Dengan 2,6-Diklorofenol Indofenol”. Skripsi ini diajukan sebagai
salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Farmasi dari Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan
Fakultas Farmasi USU Medan yang telah memberikan fasilitas sehingga
penulis dapat menyelesaikan pendidikan. Bapak Drs. Syafruddin, M.S., Apt.,
dan Ibu Dra. Herawaty Ginting, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang
telah banyak memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran, tulus dan ikhlas
selama penelitian dan penulisan skripsi ini.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Drs. Fathur
Rahman Harun, M.Si., Apt., Ibu Nurmadjuzita, M.Si., Apt., dan Ibu Dra.
Sudarmi, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan
saran demi kesempurnaan skripsi ini. Serta kepada Ibu Dwi Lestari, M.Si.,
Apt., sebagai dosen penasehat akademik yang telah membimbing penulis
Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tiada
terhingga khusus kepada kedua orang tua, Ayahanda H. Hodri dan Ibunda
tercinta Hj. Elidawarnis, untuk Kakak dan Adikku tersayang Sabrito, Nila Fitri,
Intan Kumala Sari, Lastri Hapsak, M.Syukron, Wardatul Jannah, atas do’a,
dukungan, motivasi dan perhatian yang tiada hentinya kepada penulis. Serta
teman-teman mahasiswa Fakultas Farmasi USU yang memberikan saran,
arahan, dan masukan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih memiliki banyak
kekurangan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis bersedia
menerima kritik dan saran yang membangun pada skripsi ini. Semoga skripsi
ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, 22 Juni 2013
Penulis,
Dewi Islami
PENETAPAN KADAR VITAMIN C DARI BUAH KEDONDONG
(Spondias dulcis Parkinson) SECARA VOLUMETRI DENGAN
2,6-DIKLOROFENOL INDOFENOL ABSTRAK
Vitamin C adalah salah satu vitamin yang diperlukan oleh tubuh untuk meningkatkan sistem imunitas tubuh. Salah satu sumber dari vitamin C dapat diperoleh dari buah kedondong yang merupakan tanaman buah asli Indonesia dan banyak disukai Masyarakat. Kandungan vitamin C dari buah sangat ditentukan oleh varietas dan tempat tumbuh yang berbeda. Tujuan penelitian ini adalah menentukan kadar vitamin C dari buah kedondong Bangkok dan kedondong Kendeng bagian daging dan bagian kulit.
Sampel buah kedondong yang digunakan adalah buah kedondong Bangkok dan kedondong Kendeng yang diperoleh dari Pasar Sore Padang Bulan Medan. Penetapan kadar Vitamin C dilakukan dengan metode volumetri dengan 2,6-diklorofenol indofenol karena larutan 2,6-diklorofenol indofenol lebih selektif terhadap vitamin C.
Setelah di uji secara statistik maka diperoleh kadar vitamin C yang terdapat pada buah Kedondong Bangkok (Spondias dulcis Parkinson) bagian daging sebesar 31,90 ± 0,81 mg/100 g dan bagian kulit sebesar 23,87 ± 0,89 mg/100 g, Kedondong Kendeng (Spondias dulcis Parkinson) bagian daging sebesar 26,58 ± 1,02 mg/100 g dan bagian kulit sebesar 22,82 ± 0,45 mg/100 g. Hasil uji validasi metode yang dilakukan terhadap sampel buah kedondong Bangkok pada bagian daging diperoleh persen recovery 98,46% dengan RSD 1,00%. Hasil ini menunjukkan bahwa metode ini memiliki ketepatan dan ketelitian yang baik.
DETERMINATION OF VITAMIN C IN AMBARELLA (Spondias dulcis Parkinson) BY VOLUMETRIC WITH 2.6-DICHLOROPHENOL
INDOPHENOL
ABSTRACT
Vitamin C is a vitamin that is needed by human body to increase immune system. Vitamin C can be obtained from Ambarella, an original fruit from Indonesia and liked by citizens. Vitamin C content from fruit is very determined by its variety and habitat. The purpose of this study is to determined vitamin C content of Bangkok Ambarella and Kendeng Ambarella of its pulp and peel.
The samples used were Bangkok Ambarella and Kendeng Ambarella obtained from Pasar Sore Padang Bulan Medan. Vitamin C content was determined by volumetric method using 2,6-dichlorophenol indophenols solution because 2,6-dichlorophenol indophenol solution is more selective to vitamin C.
From statistical analysis vitamin C content of Bangkok Ambarella (Spondias dulcis Parkinson) pulp was 31.90 ± 0.81 mg/100 g and peel was 23.87 ± 0.89 mg/100 g of Kendeng Ambarella (Spondias dulcis Parkinson) pulp was 26.58 ± 1.02 mg/100 g and peel was 22.82 ± 0.45 mg/100 g. From method validation test of Bangkok Ambarella pulp 98.46% recovery was obtained with 1.00% RSD. This result showed that this method has a good accuration and presicion.
Keywords: Vitamin C, Determination of levels, Vitamin C, 2.6-Dichlorophenol
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
PENGESAHAN SKRIPSI ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang ... 1
1.2Perumusan Masalah ... 3
1.3Hipotesis ... 3
1.4Tujuan Penelitian ... 3
1.5Manfaat Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1 Uraian Tumbuhan... 5
2.1.1 Kedondong ... 5
2.1.2 Sistematika Tumbuhan ... 5
2.1.3 Morfologi Tanaman Kedondong ... 6
2.1.5 Manfaat Buah kedondong ... 8
2.2 Vitamin ... 8
2.2.1 Vitamin C ... 9
2.2.2 Fungsi Vitamin C ... 11
2.3 Metode Penetapan Kadar Vitamin C ... 12
BAB III METODE PENELITIAN... 15
3.1Waktu dan Tempat Penelitian ... 15
3.2 Bahan dan Alat ... 15
3.2.1 Alat-alat ... 15
3.2.2 Bahan-bahan ... 15
3.3 Pengambilan sampel ... 16
3.4 Prosedur Penelitian ... 16
3.4.1 Pembuatan Pereaksi ... 16
3.4.2 Perhitungan Kesetaraan Pentiter 2,6-Diklorofenol Indofenol ... 17
3.4.3 Penyiapan Larutan Sampel ... 17
3.4.3.1 Kedondong Bagian Daging ... 17
3.4.3.2 Kedondong Bagian kulit ... 18
3.4.4 Penetapan Kadar Vitamin C dari Larutan Sampel ... 18
3.4.5 Uji Perolehan Kembali (Recovery) ... 19
3.4.5.1 Prosedur uji perolehan kembali (recovery) dengan metode adisi Untuk Kedondong Bangkok bagian daging ... 19
3.5.1 Penolakan Hasil Pengamatan ... 20
3.5.2 Uji Ketelitian (Presisi) Metode Analisis ... 21
3.5.3 Pengujian Beda Nilai Rata-Rata ... 22
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23
4.1 Identifikasi Tumbuhan ... 23
4.2 Penetapan kadar vitamin C dari buah Kedondong ………… 23
4.3 Uji Perolehan Kembali ... 26
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 28
5.1 Kesimpulan ... 28
5.2 Saran ... 28
DAFTAR PUSTAKA ... 29
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Nilai Qkritis Pada Taraf Kepercayaan 95% ... 21
Tabel 2. Hasil Penetapan Kadar Vitamin C dari buah Kedondong yang
diperoleh dari Pasar Sore padang Bulan ... 24
Tabel 3. Uji F Kadar Vitamin C Dari buah Kedondong yang diperoleh
dari Pasar Sore Padang Bulan ... 25
Tabel 4. Analisis Beda Nilai Rata-Rata Kadar Vitamin C
Dari buah Kedondong yang diperoleh dari Pasar Sore Padang
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Rumus Bangun Vitamin C ... 9
Gambar 2. Reaksi Perubahan Vitamin C ... 10
Gambar 3. Reaksi antara Vitamin C dan Iodin ... 12
Gambar 4. Reaksi Asam Askorbat dengan 2,6-Diklorofenol
Indofenol ... 14
Gambar 5. Diagram Batang Kadar Vitamin C dari Kedondong ... 24
Gambar 6. Kedondong yang Diperoleh dari Pasar Sore Padang Bulan 33
Gambar 7. Kedondong Bangkok dan Kendeng Bagian Daging ... 33
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Sertifikat Identifikasi Tumbuhan ... 31
Lampiran 2. Sertifikat Bahan Baku Pembanding ... 32
Lampiran 3. Sampel yang Digunakan ... 33
Lampiran 4. Flowsheet ... 35
Lampiran 5. Data Perhitungan Kesetaraan Larutan 2,6-Diklorofenol Indofenol ... 37
Lampiran 6. Perhitungan Kadar Vitamin C dari Sampel yang Dianalisis ... 40
Lampiran 7. Data Hasil Penetapan Kadar Vitamin C dari Sampel yang Dianalisis ... 42
Lampiran 8. Perhitungan Statistik Kadar Vitamin C dari Sampel yang Dianalisis ... 44
Lampiran 9. Contoh Perhitungan Analisis Perolehan Kembali (Recovery) ... 48
Lampiran 10. Data Analisis Perolehan Kembali (Recovery) Vitamin C dari Kedondong Bangkok bagian daging ... 50
Lampiran 11. Perhitungan Koefisien Variasi (% RSD) dari Kedondong Bangkok Bagian Daging ... 51
Lampiran 12. Hasil Analisis Statistik ... ……… 52
Lampiran 13. Tabel Distribusi F ... 53
PENETAPAN KADAR VITAMIN C DARI BUAH KEDONDONG
(Spondias dulcis Parkinson) SECARA VOLUMETRI DENGAN
2,6-DIKLOROFENOL INDOFENOL ABSTRAK
Vitamin C adalah salah satu vitamin yang diperlukan oleh tubuh untuk meningkatkan sistem imunitas tubuh. Salah satu sumber dari vitamin C dapat diperoleh dari buah kedondong yang merupakan tanaman buah asli Indonesia dan banyak disukai Masyarakat. Kandungan vitamin C dari buah sangat ditentukan oleh varietas dan tempat tumbuh yang berbeda. Tujuan penelitian ini adalah menentukan kadar vitamin C dari buah kedondong Bangkok dan kedondong Kendeng bagian daging dan bagian kulit.
Sampel buah kedondong yang digunakan adalah buah kedondong Bangkok dan kedondong Kendeng yang diperoleh dari Pasar Sore Padang Bulan Medan. Penetapan kadar Vitamin C dilakukan dengan metode volumetri dengan 2,6-diklorofenol indofenol karena larutan 2,6-diklorofenol indofenol lebih selektif terhadap vitamin C.
Setelah di uji secara statistik maka diperoleh kadar vitamin C yang terdapat pada buah Kedondong Bangkok (Spondias dulcis Parkinson) bagian daging sebesar 31,90 ± 0,81 mg/100 g dan bagian kulit sebesar 23,87 ± 0,89 mg/100 g, Kedondong Kendeng (Spondias dulcis Parkinson) bagian daging sebesar 26,58 ± 1,02 mg/100 g dan bagian kulit sebesar 22,82 ± 0,45 mg/100 g. Hasil uji validasi metode yang dilakukan terhadap sampel buah kedondong Bangkok pada bagian daging diperoleh persen recovery 98,46% dengan RSD 1,00%. Hasil ini menunjukkan bahwa metode ini memiliki ketepatan dan ketelitian yang baik.
DETERMINATION OF VITAMIN C IN AMBARELLA (Spondias dulcis Parkinson) BY VOLUMETRIC WITH 2.6-DICHLOROPHENOL
INDOPHENOL
ABSTRACT
Vitamin C is a vitamin that is needed by human body to increase immune system. Vitamin C can be obtained from Ambarella, an original fruit from Indonesia and liked by citizens. Vitamin C content from fruit is very determined by its variety and habitat. The purpose of this study is to determined vitamin C content of Bangkok Ambarella and Kendeng Ambarella of its pulp and peel.
The samples used were Bangkok Ambarella and Kendeng Ambarella obtained from Pasar Sore Padang Bulan Medan. Vitamin C content was determined by volumetric method using 2,6-dichlorophenol indophenols solution because 2,6-dichlorophenol indophenol solution is more selective to vitamin C.
From statistical analysis vitamin C content of Bangkok Ambarella (Spondias dulcis Parkinson) pulp was 31.90 ± 0.81 mg/100 g and peel was 23.87 ± 0.89 mg/100 g of Kendeng Ambarella (Spondias dulcis Parkinson) pulp was 26.58 ± 1.02 mg/100 g and peel was 22.82 ± 0.45 mg/100 g. From method validation test of Bangkok Ambarella pulp 98.46% recovery was obtained with 1.00% RSD. This result showed that this method has a good accuration and presicion.
Keywords: Vitamin C, Determination of levels, Vitamin C, 2.6-Dichlorophenol
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kedondong (Spondias dulcis Parkinson) merupakan tanaman buah
berupa pohon, dalam bahasa Inggris disebut Ambarella, Otaheite apple, atau
Great hog plum dan di Indonesia disebut kedondong. Tanaman ini telah
tersebar keseluruh daerah tropis (Hakimah, 2010).
Kedondong adalah tanaman buah yang tergolong ke dalam suku
Ancardiaceae, daging buahnya memiliki rasa yang manis, sedikit asam, daging
buah yang tebal, renyah, berbiji kecil dan tidak mengandung banyak serat
(Hakimah, 2010).
Buah kedondong dapat dikonsumsi langsung dalam kondisi segar dan
dapat diolah menjadi rujak, asinan, manisan dan dapat dijadikan selai.
Tumbuhan ini dapat melengkapi kebutuhan vitamin C dan mineral. Kandungan
vitamin C pada buah kedondong kira-kira 30 mg. Jenis kedondong yang sering
dikonsumsi adalah kedondong bangkok, kendeng dan kedondong karimunjawa
(Hakimah, 2010).
Buah kedondong bangkok memiliki buah berbentuk oval, besar,
berdiameter 4-5 cm dan buah kedondong kendeng bentuk buahnya bulat
lonjong berukuran kecil 2-3 cm dan berwarna hijau. Pemilihan buah
keras. Apabila terlalu matang, maka akan berubah warna menjadi kuning
(Anonim, 2011).
Vitamin adalah senyawa-senyawa organik yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan normal dan mempertahankan hidup manusia yang secara alami
tidak mampu untuk mensintesis senyawa-senyawa tersebut tetapi sangat
penting untuk pengaturan metabolisme tubuh (Andarwulan dan Koswara,
1992).
Sumber vitamin C sebagian besar berasal dari sayuran dan
buah-buahan, terutama buah-buah segar. Karena itu vitamin C sering disebut Fresh
Food Vitamin. Buah yang masih mentah lebih banyak mengandung vitamin
C-nya, semakin tua buah semakin berkurang kandungan vitamin C-nya (Winarno,
1984).
Secara umum kadar vitamin C dapat ditentukan dengan beberapa
metode seperti titrasi iodimetri, titrasi 2,6-diklorofenol indofenol dan secara
spektrofotometri ultraviolet (Andarwulan dan Koswara, 1992).
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk menetapkan kadar
vitamin C dari dua varietas buah kedondong, karena penelitian tentang kadar
vitamin C dari dua varietas buah kedondong belum ada. Dalam penelitian ini
digunakan metode volumetri yaitu titrasi dengan larutan 2,6-diklorofenol
indofenol karena larutan 2,6-diklorofenol indofenol lebih selektif terhadap
1.2 Perumusan Masalah
a. Berapakah kadar vitamin C yang terdapat pada bagian daging dan bagian kulit
buah Kedondong Bangkok dan Kedondong Kendeng (Spondias dulcis
Parkinson) yang diperoleh dari Pasar Sore Padang Bulan?
b. Apakah ada perbedaan kadar vitamin C yang terdapat pada buah Kedondong
Bangkok dan Kedondong Kendeng (Spondias dulcis Parkinson) yang
diperoleh dari Pasar Sore Padang Bulan.
1.3 Hipotesis
a. Terdapat kadar vitamin C yang lebih tinggi pada bagian daging dari pada
bagian kulit buah Kedondong Bangkok dan Kedondong Kendeng (Spondias
dulcis Parkinson) yang diperoleh dari Pasar Sore Padang Bulan.
b. Terdapat perbedaan kadar vitamin C pada buah Kedondong Bangkok dan
Kedondong Kendeng (Spondias dulcis Parkinson) yang diperoleh dari Pasar
Sore Padang Bulan.
1.4 Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui kadar vitamin C dari beberapa varietas buah Kedondong
bagian daging dan bagian kulit buah kedondong Bangkok (Spondias dulcis
Parkinson) dan kedondong kendeng (Spondias dulcis Parkinson) yang
b. Untuk mengetahui perbedaan kadar vitamin C dari buah kedondong Bangkok
dan Kedondong Kendeng (Spondias dulcis Parkinson) yang diperoleh dari
Pasar Sore Padang Bulan.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah dapat dijadikan sebagai sumber informasi
mengenai kadar vitamin C dari buah Kedondong Bangkok (Spondias dulcis
Parkinson) dan buah Kedondong Kendeng (Spondias dulcis Parkinson) pada
bagian daging dan bagian kulit yang diperoleh dari Pasar Sore Padang Bulan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Tumbuhan 2.1.1 Kedondong
Tanaman ini termasuk dalam suku Anacardiaceae, merupakan pohon yang
dapat mencapai ketinggian 40 m. Pada umumnya tumbuhan ini ditanam dengan
menggunakan biji akan mencapai ketinggian 20 m. Pada buah ini terdapat berbagai
manfaat obat dari buah, daun dan kulit batangnya (Hakimah, 2010).
Kandungan utama yang terdapat dalam buah kedondong adalah unsur gula
dalam bentuk sukrosa yang penting sebagai penambahan energi dan vitalitas tubuh.
Begitu juga dengan kandungan serat dan airnya yang cukup tinggi bermanfaat
dalam melancarkan pencernaan serta mencegah dehidrasi (Anonim, 2011).
2.1.2 Sistematika Tumbuhan
Menurut United States Department of Agriculture (1994), klasifikasi lengkap
tanaman kedondong adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Tracheobionta
Divisio : Magnoliophtya
Super divisio : Spermatophyta
Class : Dicotyledons
Sub class : Rosidae
Family : Anacardiaceae
Genus : Spondias
Species : Spondias dulcis Parkinson
2.1.3 Morfologi Tanaman Kedondong
1. Daun
Tumbuhan ini termasuk ke dalam tanaman berdaun majemuk, menyirip,
anak daun lima sampai lima belas, pangkal daun dan ujung daun meruncing,
warna daun hijau, panjang daun 5-8 cm dan lebar 3-6 cm, tepi daunnya rata,
tata letak daun tersebar, permukaan daun licin dan mengkilat (Depkes RI,
1994).
2. Batang
Tumbuhan ini mempunyai batang yang berkayu yang biasanya keras
dan kuat karena sebagian besar terdiri dari kayu tumbuh tegak, dan bercabang,
permukaan batang halus dan berwarna putih kehijauan (Depkes RI, 1994).
3. Akar
Tumbuhan ini berakar tunggang dan berwarna coklat tua (Depkes RI,
1994).
4. Bunga
Tumbuhan ini termasuk bunga majemuk, panjang 2 cm, panjang
kelopak bunganya lebih kurang 5 cm, jumlah benang sari delapan berwarna
kuning, mahkota bunga berjumlah 4-5, warna bunganya berwarna putih
5. Buah
Berbuah bulat, mempunyai dinding lapisan luar yang tipis seperti kulit,
lapisan dalam yang tebal, lunak, dan berair seringkali dimakan, buah lonjong,
berdaging dan berserat, warna buah hijau kekuningan (Depkes RI, 1994).
6. Biji
Berbiji bulat, berserat kasar, warna biji putih kekuningan (Depkes, RI 1994).
2.1.4 Kandungan Kimia
Kandungan nutrisi dalam buah Kedondong setiap 100 gram, bahan
yang dapat di makan:
No Jenis Zat Gizi Banyaknya Kandungan Zat
1 Sumber kalori 41,00 kalori
2 Protein 1,00 gram
3 Lemak 0,10 gram
4 Karbohidrat 10,30 gram
5 Kalsium 15,00 mg
6 Fosfor 22,00 mg
7 Ferro 2,80 mg
8 Vitamin A 233,00 SI
9 Vitamin B1 0,08 mg
10 Vitamin C 30,00 mg
11 Air 88,00 gram
2.1.5 Manfaat Buah Kedondong
Kedondong sangat berguna untuk memelihara kesehatan saluran
pencernaan dan dehidrasi. Selain itu, manfaat buah kedondong lainnya adalah
dari rendahnya kandungan lemak, sehingga buah ini cocok sebagai makanan
cemilan diet yang menyegarkan. Apalagi kandungan karbohidrat maupun
proteinnya juga termasuk rendah dan sebagian masyarakat juga ada yang
memanfaatkan buah kedondong untuk mengobati luka bakar pada kulit
(Hakimah, 2010).
Manfaat buah kedondong lainnya adalah dapat dimakan dalam keadaan
segar, tetapi sebagian buah matangnya bisa juga diolah menjadi selai, jeli dan
sari buah. Buah yang masih mentah dapat juga dibuat untuk rujak dan dibuat
acar (Anonim, 2011).
2.2 Vitamin
Vitamin merupakan suatu senyawa organik yang sangat diperlukan
tubuh untuk proses metabolisme dan pertumbuhan yang normal.
Vitamin-vitamin tidak dapat dibuat oleh tubuh manusia dalam jumlah yang cukup, oleh
karena itu harus diperoleh dari bahan pangan yang dikonsumsi (Winarno,
1984).
Vitamin dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu vitamin yang
dapat larut dalam air dan vitamin yang dapat larut dalam lemak. Jenis vitamin
yang larut dalam air adalah vitamin B kompleks dan vitamin C. Vitamin yang
yaitu β-karoten. Bahan makanan yang kaya akan vitamin adalah sayur-sayuran
dan buah-buahan (Sudarmadji, 1989).
2.2.1 Vitamin C
Vitamin C termasuk golongan vitamin yang larut dalam air. Vitamin C
atau asam askorbat mempunyai berat molekul 176,13 dengan rumus molekul
C6H8O6. Vitamin C dalam bentuk murni merupakan kristal putih, tidak
berwarna, tidak berbau dan mencair pada suhu 190-192°C. Senyawa ini
bersifat reduktor kuat dan mempunyai rasa asam. Vitamin C mudah larut dalam
air (1 g dapat larut sempurna dalam 3 ml air), sedikit larut dalam alkohol (1 g
larut dalam 50 ml alkohol absolut atau 100 ml gliserin) dan tidak larut dalam
benzena, eter, kloroform dan minyak (Andarwulan dan Koswara, 1992).
Rumus bangun vitamin C dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini (Ditjen
POM, 1995):
Gambar 1.Rumus Bangun Vitamin C
Vitamin C (Asam askorbat) bersifat sangat sensitif terhadap
pengaruh-pengaruh luar yang menyebabkan kerusakan seperti suhu, oksigen, enzim,
kadar air, dan katalisator logam. Asam askorbat sangat mudah teroksidasi
vitamin C. Asam dehidroaskorbat secara kimia sangat labil dan dapat
mengalami perubahan lebih lanjut menjadi asam diketogulonat yang tidak
memiliki keaktifan vitamin C lagi (Andarwulan dan Koswara, 1992).
C
Gambar 2. Reaksi Perubahan Vitamin C (Silalahi, 1985).
Sumber vitamin C adalah sayuran berwarna hijau, buah-buahan (perlu
diketahui, bahwa rasa asam pada buah tidak selalu sejalan dengan kadar
vitamin C dalam buah tersebut, karena rasa asam disebabkan oleh asam-asam
lain yang terdapat dalam buah bersama dengan vitamin C) (Poedjiadi, 1994).
Vitamin C dapat ditemukan di alam hampir pada semua tumbuhan
terutama sayuran dan buah-buahan, terutama buah-buahan segar. Karena itu
sering disebut Fresh Food Vitamin (Budiyanto, 2004).
Jumlah vitamin C yang terkandung dalam tanaman tergantung pada
varietas dari tanaman, pengolahan, suhu, masa pemanenan dan tempat tumbuh
2.2.2 Fungsi Vitamin C
Fungsi vitamin C didalam tubuh bersangkutan dengan sifat alamiahnya
sebagai antioksidan yang berperan serta di dalam banyak proses metabolisme
yang berlangsung di dalam jaringan tubuh, antioksidan adalah senyawa yang
mempunyai struktur molekul yang dapat memberikan elektronnya kepada
molekul radikal bebas tanpa terganggu sama sekali dan dapat memutus reaksi
berantai dari radikal bebas (Sediaoetama, 2008; Kumalaningsih, 2006).
Kekurangan asupan vitamin C dapat menyebabkan penyakit sariawan
atau skorbut. Bila terjadi pada anak (6-12 bulan), pada anak yang giginya telah
tumbuh, gusi membengkak dan terjadi pendarahan. Pada orang dewasa skorbut
terjadi setelah beberapa bulan menderita kekurangan vitamin C dalam
makanannya. Gejalanya ialah pembengkakan dan perdarahan pada gusi, luka
lambat sembuh sehingga mudah berdarah dan mengalami infeksi berulang.
Akibat yang parah dari keadaan ini ialah gigi menjadi goyah dan dapat lepas
(Winarno, 1984).
Kebutuhan harian vitamin C bagi orang dewasa adalah sekitar 60 mg,
untuk wanita hamil 95 mg, anak-anak 45 mg, dan bayi 35 mg, namun karena
banyaknya polusi di lingkungan antara lain oleh adanya asap-asap kendaraan
bermotor dan asap rokok maka penggunaan vitamin C perlu ditingkatkan
2.3 Metode Penetapan Kadar Vitamin C
Ada beberapa metode dalam penentuan kadar vitamin C yaitu:
a. Metode titrasi iodimetri
Iodium akan mengoksidasi senyawa-senyawa yang mempunyai
potensial reduksi yang lebih kecil dengan potensial reduksi iodum +0,535 volt,
dalam hal ini vitamin C mempunyai potensial reduksi ( +0,116 volt)
dibandingkan iodium sehingga dapat dilakukan titrasi langsung dengan iodium
(Andarwulan dan Koswara, 1992; Rohman, 2007).
Deteksi titik akhir titrasi pada iodimetri ini dilakukan dengan
menggunakan indikator amilum yang akan memberikan warna biru kehitaman
pada saat tercapainya titik akhir titrasi (Rohman, 2007).
Menurut Andarwulan dan Koswara (1992), metode iodimetri tidak
efektif untuk mengukur kandungan vitamin C dalam bahan pangan, karena
adanya komponen lain selain vitamin C yang juga bersifat pereduksi.
Senyawa-senyawa tersebut mempunyai titik akhir yang sama dengan warna
titik akhir titrasi vitamin C dengan iodin.
C
b. Metode titrasi 2,6-diklorofenol indofenol
Larutan 2,6-diklorofenol indofenol dalam suasana netral atau basa akan
berwarna biru sedangkan dalam suasana asam akan berwarna merah muda.
Apabila 2,6-diklorofenol indofenol direduksi oleh asam askorbat maka akan
menjadi tidak berwarna, dan bila semua asam askorbat sudah mereduksi
2,6-diklorofenol indofenol maka kelebihan larutan 2,6-2,6-diklorofenol indofenol
sedikit saja sudah akan terlihat terjadinya warna merah muda (Sudarmadji,
1989).
Titrasi vitamin C harus dilakukan dengan cepat karena banyak faktor
yang menyebabkan oksidasi vitamin C misalnya pada saat penyiapan sampel
atau penggilingan. Oksidasi ini dapat dicegah dengan menggunakan asam
metafosfat, asam asetat, asam trikloroasetat, dan asam oksalat. Penggunaan
asam-asam di atas juga berguna untuk mengurangi oksidasi vitamin C oleh
enzim-enzim oksidasi yang terdapat dalam jaringan tanaman. Selain itu, larutan
asam metafosfat-asetat juga berguna untuk pangan yang mengandung protein
karena asam metafosfat dapat memisahkan vitamin C yang terikat dengan
protein . Suasana larutan yang asam akan memberikan hasil yang lebih akurat
dibandingkan dalam suasana netral atau basa (Andarwulan dan Koswara, 1992;
Counsell dan Horning, 1981).
Metode ini pada saat sekarang merupakan cara yang paling banyak
digunakan untuk menentukan kadar vitamin C dalam bahan pangan. Metode ini
lebih baik dibandingkan metode iodimetri karena zat pereduksi lain tidak
praktis spesifik untuk larutan asam askorbat pada pH 1-3,5. Untuk perhitungan
maka perlu dilakukan standarisasi larutan 2,6-diklorofenol indofenol dengan
vitamin C standar (Andarwulan dan Koswara, 1992; Sudarmadji, 1989).
O
2,6-Diklorofenol Indofenol Asam askorbat 2,6-Diklorofenol Aminofenol Asam dehidroaskorbat
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui kadar vitamin C dari buah Kedondong secara volumetri
dengan 2,6-diklorofenol indofenol.
3.1 Waktu dan tempat penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara pada bulan Oktober 2012 -
Desember 2012.
3.2 Bahan dan Alat 3.2.1 Alat-alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah buret 50 ml,
mikroburet 5 ml, neraca analitik (Bueco Germany), pisau, blender (National),
kertas saring, statif dan klem, pipet volum 2 ml, pipet volum 5 ml, pipet ukur
10 ml, botol timbang (Pyrex) dan alat-alat gelas laboratorium.
3.2.2 Bahan-bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini kecuali dinyatakan
lain berkualitas pro analisis dari E.Merck yaitu 2,6-diklorofenol indofenol,
asam metafosfat, asam asetat glasial 96%, natrium bikarbonat, aquadest (PT.
3.3 Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah sampling purposif
yaitu sampel dipilih sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.
Sampel yang digunakan adalah buah kedondong segar yaitu buah
kedondong Bangkok dan buah kedondong Kendeng yang diperoleh dari Pasar
Sore Padang Bulan Provinsi Sumatera Utara Medan.
3.4 Prosedur Penelitian 3.4.1 Pembuatan Pereaksi
Pembuatan pereaksi berdasarkan Farmakope Indonesia Edisi IV:
1. Larutan 2,6-diklorofenol indofenol
Ditimbang seksama 25 mg natrium 2,6-diklorofenol indofenol P,
tambahkan 25 ml larutan NaHCO3, kocok kuat, dan jika sudah terlarut,
tambahkan aquadest hingga 100 ml. Saring ke dalam botol bersumbat kaca
berwarna coklat.
2. Larutan asam metafosfat-asetat
Dilarutkan 15 g asam metafosfat P dalam 40 ml asam asetat glasial P dan
encerkan dengan aquadest secukupnya hingga 500 ml. Simpan di tempat
dingin, hanya boleh digunakan dalam 2 hari.
3. Larutan NaHCO3 0,084%
3.4.2 Perhitungan Kesetaraan Pentiter 2,6-Diklorofenol Indofenol
Ditimbang seksama 50 mg asam askorbat BPFI, dan pindahkan ke dalam
labu tentukur 100 ml, kemudian dilarutkan dengan larutan asam
metafosfat-asetat LP, dicukupkan sampai garis tanda. Dipipet 1 ml, dimasukkan ke dalam
erlenmeyer dan ditambahkan larutan asam metafosfat-asetat 6 ml. Kemudian
Titrasi dengan larutan 2,6-diklorofenol indofenol hingga warna merah muda
mantap tidak kurang dari 5 detik. Titrasi blanko dilakukan dengan
menambahkan 7 ml asam metafosfat-asetat dan dititrasi dengan larutan
2,6-diklorofenol indofenol hingga warna merah muda mantap. Kadar larutan baku
2,6-diklorofenol indofenol dinyatakan dengan kesetaraan dalam mg asam
askorbat (Ditjen POM, 1995).
Menurut Horwitz (2002), perhitungan kesetaraan dapat dihitung dengan
rumus:
Keterangan: Va = Volume aliquot (ml) W = Berat vitamin C (mg) Vt = Volume titrasi (ml) Vb = Volume blanko (ml) Vc = Volume labu tentukur (ml)
Contoh perhitungan dan hasil perhitungan dapat dilihat pada Lampiran
5, halaman 37.
3.4.3 Penyiapan Larutan Sampel
3.4.3.1 Larutan Sampel Kedondong bagian Daging
Sampel dibersihkan, kemudian di kupas, dipisahkan bagian daging dan
kecil-kecil dan ditambahkan 50 ml larutan asam metafosfat-asetat dan
diblender, ditimbang seksama 7 g dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml
dan ditambahkan asam metafosfat-asetat sampai garis tanda, dihomogenkan,
kemudian disaring.
3.4.3.2 Larutan Sampel Kedondong bagian Kulit
Sampel dibersihkan, kemudian di kupas, dipisahkan bagian daging dan
bagian kulit, kemudian bagian kulit ditimbang seksama 125 g lalu dipotong
kecil-kecil dan ditambahkan 50 ml larutan asam metafosfat-asetat dan
diblender, ditimbang seksama 7 g dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml
dan ditambahkan asam metafosfat-asetat sampai garis tanda, dihomogenkan,
kemudian disaring.
3.4.4 Penetapan Kadar Vitamin C dari Larutan Sampel
Dipipet 10 ml larutan sampel lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer
kemudian ditambahkan 5 ml asam metafosfat-asetat. Dititrasi dengan larutan
2,6-diklorofenol indofenol sampai terbentuk warna merah jambu yang mantap
sebagai titik akhir titrasi. Dilakukan penetapan blanko (Ditjen POM, 1995).
Menurut Horwitz (2002), kadar vitamin C dapat dihitung dengan
rumus: Vp : Volume pemipetan (ml) Bs : Berat sampel (g)
3.4.5 Uji Perolehan Kembali (Recovery)
Akurasi adalah ukuran yang menunjukkan kedekatan hasil analisis
dengan kadar analit yang sebenarnya. Akurasi dinyatakan sebagai persen
perolehan kembali (% recovery) analit yang ditambahkan (Harmita, 2004).
Metode adisi dapat dilakukan dengan menambahkan sejumlah analit
dengan konsentrasi tertentu pada sampel yang diperiksa, lalu dianalisis dengan
metode tersebut. Persen perolehan kembali ditentukan dengan menentukan
berapa persen analit yang ditambahkan tadi dapat ditemukan (Harmita, 2004).
3.4.5.1 Prosedur uji perolehan kembali (recovery) dengan metode adisi untuk kedondong Bangkok bagian daging
a. Larutan Baku Vitamin C
Baku ditimbang 40 mg, dilarutkan kedalam labu tentukur 100 ml
dengan asam metafosfat hingga garis tanda. Maka diperoleh konsentrasi baku
vitamin C = 0,4 mg/ml.
b. Larutan Sampel I
Sampel dibersihkan, kemudian di kupas, dipisahkan bagian daging dan
bagian kulit, bagian daging ditimbang seksama 40 g lalu dipotong kecil-kecil
dan ditambahkan 15 ml larutan baku vitamin C dalam asam metafosfat-asetat
(dengan konsentrasi 0,4 mg/ml) kemudian diblender.
c. Larutan Sampel II
Ditimbang seksama 7 g larutan sampel, kemudian dimasukkan ke
dalam labu tentukur 50 ml dan ditambahkan asam metafosfat-asetat sampai
d.Penetapan Kadar Vitamin C dalam Sampel
Dipipet 10 ml larutan sampel lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer
kemudian ditambah 5 ml asam metafosfat-asetat. Dititrasi dengan larutan
2,6-diklorofenol indofenol sampai terbentuk warna merah jambu yang mantap
sebagai titik akhir titrasi.
Data hasil analisis perolehan kembali (persen recovery) dapat dilihat
pada Lampiran 10, halaman 50.
3.5. Analisis Data Secara Statistik 3.5.1 Penolakan Hasil Pengamatan
Diantara hasil yang diperoleh dari satu seri penetapan kadar terhadap
satu macam sampel, ada kalanya terdapat hasil yang sangat menyimpang bila
dibandingkan dengan yang lain tanpa diketahui kesalahannya secara pasti
sehingga timbul kecenderungan untuk menolak hasil yang sangat menyimpang
(Rohman, 2007).
Untuk memastikan hasil yang sangat menyimpang ditolak atau
diterima, perlu dilakukan analisis data secara statistika. Pada taraf kepercayaan
95% (α = 0,05), hasil analisis ditolak jika Qhitung > Qtabel (Rohman, 2007).
Untuk menghitung nilai Q digunakan rumus:
Qhitung = Nilai yang dicurigai – Nilai yang terdekat
(Nilai tertinggi – Nilai terendah)
Hasil pengujian atau nilai Q yang diperoleh ditinjau terhadap daftar
Tabel 1:Nilai Qkritis pada Taraf Kepercayaan 95%
Banyak Data Nilai Qkritis
4 0,831
5 0,717
6 0,621
7 0,570
8 0,524
Menurut Wibisino (2005), untuk menentukan kadar vitamin C di dalam
sampel dengan taraf kepercayaan 95%, α = 0,05, dk = n-1, dapat digunakan
rumus
μ = X ± t (½α, dk) SD/√n
Keterangan :
µ = Interval kepercayaan X = Kadar rata-rata sampel
t = Harga t tabel sesuai dengan dk = n-1
α = Tingkat kepercayaan SD = Standar deviasi n = Jumlah pengulangan
Contoh perhitungan statistik kadar vitamin C dari sampel yang
dianalisis dapat dilihat pada Lampiran 8, halaman 44.
3.5.2 Uji Ketelitian (Presisi) Metode Analisis
Uji presisi (keseksamaan) adalah ukuran yang menunjukkan derajat
kesesuaian antara hasil uji individual yang diterapkan secara berulang pada
sampel. Keseksamaan diukur sebagai simpangan baku relatif (Relative
Menurut Harmita (2004), rumus perhitungan persen RSD adalah:
% RSD = ×
X SD
100%
Keterangan: SD = standar deviasi
X = kadar rata-rata sampel
Data hasil perhitungan koefisien variasi (%RSD) dapat dilihat pada
Lampiran 11, halaman 51.
3.5.3 Pengujian Beda Nilai Rata-Rata
Untuk mengetahui apakah kadar vitamin C berbeda pada tiap sampel,
maka dilakukan uji beda rata-rata kadar sampel yang diuji dengan uji F
menggunakan software SPSS. Data berbeda secara signifikan jika F hitung > F
tabel dan data tidak berbeda secara signifikan jika F hitung < F tabel. Jika data yang
diperoleh berbeda secara signifikan, maka dilanjutkan dengan analisis Duncan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Identifikasi Tumbuhan
Hasil identifikasi tumbuhan yang dilakukan oleh Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia Pusat Penelitian Biologi Bogor adalah Kedondong
Bangkok (Spondias dulcis Parkinson), Kedondong Kendeng (Spondias dulcis
Parkinson). Dari hasil identifikasi, LIPI tidak bisa mengidentifikasi sampel
hingga ke varietas, tetapi LIPI hanya bisa menentukan nama jenis atau spesies
dari sampel tersebut. Adapun ciri-ciri dari kedondong Bangkok memiliki buah
berbentuk oval, besar, berdiameter 4-5 cm dan pada kedondong Kendeng
buahnya bulat lonjong berukuran kecil dan berwarna hijau. Hasil identifikasi
tumbuhan dapat dilihat pada Lampiran 1, halaman 31.
4.2 Penetapan kadar vitamin C dari buah Kedondong
Pada pembuatan larutan sampel bagian kulit lebih halus agar mudah
disaring. Dan pada saat pemblenderan, ditambahkan asam metafosfat, guna
penambahan asam metafosfat yaitu untuk menghindari terjadinya oksidasi
terhadap Vitamin C. Oksidasi dapat terjadi karena adanya pengaruh dari udara,
suhu, dan sinar matahari.
Hasil penetapan kadar vitamin C dari buah kedondong Bangkok
Kendeng (Spondias dulcis Parkinson) bagian daging dan bagian kulit yang
diperoleh dari Pasar Sore Padang Bulan, dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Diagram Batang Kadar Vitamin C dari Buah Kedondong Bangkok (a = bagian daging, b = bagian kulit),
Kedondong Kendeng (c = bagian daging, d = bagian kulit).
Penetapan kadar vitamin C dilakukan secara volumetri dengan
2,6-Diklorofenol Indofenol. Data hasil penetapan kadar vitamin C dari buah
kedondong bagian daging dan bagian kulit buah kedondong Bangkok
(Spondias dulcis Parkinson) dan kedondong kendeng (Spondias dulcis
Parkinson) yang diperoleh dari Pasar Sore Padang Bulan dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Penetapan Kadar Vitamin C dari buah Kedondong (Spondias dulcis Parkinson) yang diperoleh dari Pasar Sore Padang Bulan
No Sampel Kadar Vitamin C
(mg/100 g)
1 Kedondong Bangkok bagian daging 31,90 ± 0,81
2 Kedondong Bangkok bagian kulit 23,87 ± 0,89
3 Kedondong Kendeng bagian daging 26,58 ± 1,02
Hasil analisis kemudian dilanjutkan dengan pengujian beda nilai
rata-rata antar buah kedondong, yaitu uji F dengan taraf kepercayaan 95% untuk
mengetahui apakah variasi antar populasi sama atau berbeda menggunakan
software SPSS.
Tabel 3. Uji F kadar vitamin C buah Kedondong (Spondias dulcis Parkinson) yang diperoleh dari Pasar Sore Padang Bulan
Dari Tabel 3 diperoleh Fhitung sebesar 161.084 dan Ftabel sebesar 3,10
dimana Fhitung > Ftabel. Hal ini menunjukkan bahwa kadar vitamin C antara
kedondong bangkok dan kedondong kendeng yang diperoleh dari Pasar Sore
Padang Bulan berbeda secara signifikan. Karena terdapat perbedaan yang
signifikan, maka dilanjutkan dengan analisis Duncan.
Tabel 4. Analisis beda nilai rata-rata kadar vitamin C dari Kedondong yang diperoleh dari Pasar Sore Padang Bulan
Data yang tertera pada Tabel 4 adalah hasil uji kelompok mana yang
memiliki perbedaan atau tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan
kelompok lainnya. Dari Tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan kadar vitamin C antara kedondong bangkok dan kedondong
kendeng (Spondias dulcis Parkinson) yang diperoleh dari Pasar Sore Padang
Bulan, kadar vitamin C yang tertinggi terdapat pada kedondong bagian daging,
sedangkan kadar vitamin C yang terendah terdapat pada bagian kulit, hal ini
dapat dikarenakan varietas kedondong dan tempat tumbuh yang berbeda,
karena perbedaan varietas dan tempat tumbuh merupakan faktor yang
mempengaruhi kadar vitamin C.
Menurut Counsell dan Horning (1981), kadar vitamin C tersebar
dengan luas dalam tumbuhan, kadar vitamin C ini dapat berbeda-beda
dikarenakan beberapa faktor seperti varietas, pengolahan, suhu, masa
pemanenan dan tempat tumbuh.
4.3 Uji Perolehan Kembali
Hasil uji perolehan kembali (Recovery) vitamin C dari buah Kedondong
Bangkok bagian daging yang diperoleh dari Pasar Sore Padang Bulan dapat
dilihat pada Lampiran 10, halaman 50.
Kedondong Bangkok bagian daging diperoleh persen recovery rata-rata
adalah 98,46%. Kisaran rata-rata hasil uji perolehan kembali yang diizinkan
untuk kadar analit 0,01%-0,1% dalam sampel yang diperiksa adalah
1,00%. Kisaran yang diizinkan adalah tidak lebih dari 2% (Harmita, 2004).
Dari hasil yang diperoleh tersebut maka dapat disimpulkan bahwa akurasi dan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan
1. Kadar vitamin C pada buah Kedondong Bangkok (Spondias dulcis
Parkinson) bagian daging adalah 31,90 ± 0,81 mg/100 g, Kedondong
Bangkok (Spondias dulcis Parkinson) bagian kulit adalah 23,87 ± 0,89
mg/100 g, Kedondong Kendeng (Spondias dulcis Parkinson) bagian
daging adalah 26,58 ± 1,02 mg/100 g dan Kedondong Kendeng
(Spondias dulcis Parkinson) bagian kulit adalah 22,82 ± 0,45 mg/100 g.
2. Hasil pengujian beda nilai rata-rata secara statistik dengan metode
ANOVA dilanjutkan dengan uji DUNCAN taraf kepercayaan 95%
diperoleh perbedaan yang signifikan rata-rata kadar vitamin C antara
kedondong bangkok dan kedondong kendeng bagian daging dan bagian
kulit.
5.2 Saran
Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk menentukan kadar
DAFTAR PUSTAKA
Andarwulan, N., dan Koswara, S. (1992). Kimia Vitamin. Jakarta: Rajawali Press. Hal. 25, 26, 33.
Anonim. (2011). Manfaat Kedondong.
segudang-manfaat-kedondong. Diakses 22 Agustus 2012.
Budiyanto, A.K. (2004). Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Edisi III. Malang: UMM-Press. Hal. 75.
Counsell, J.N., dan Horning, D.H. (1981). Vitamin C. London: Applied Science Publishers. Hal. 123-124.
Depkes RI. (1994). Tanaman Obat Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Hal. 269-270.
Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 1124, 1133, 1135, 1164, 1168, 1215-1216.
Hakimah, I.A. (2010). 81 Macam Buah Berkhasiat Istimewa. Jawa Tengah: Syura Media Utama. Hal. 91-92.
Harmita, (2004). Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya. Majalah Ilmu Kefarmasian. 1(3): 118-119, 121-123.
Horwitz, W. (2002). Official Methods of Analysis of Association of Official Analytical Chemist International Edisi XVII. Maryland: AOAC International Suite 500. Hal. 16-17.
Kumalaningsih, S. (2006). Antioksidan Alami Cetakan I. Surabaya: Trubus Agrisarana. Hal. 16, 46.
Poedjiadi, A. (1994). Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Hal. 393.
Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 19, 22.
Silalahi, J. (2006). Makanan Fungsional. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Hal. 52-53.
Silalahi, J. (1985). Some Aspect Of Vitamin C Retention in Potato Crips.
Thesis The University of New South Wales School of Food Science and Technology.
Sudarmadji, S. (1989). Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty Press. Hal. 160, 166.
United States Department of Agriculture (1994). Natural Resources Conservation Service.Diunduhdari gov/java/profile?Symbol=SPDU3. Pada tanggal 30 Agustus 2012
Wibisono, Y. (2005). Metode Statistik. Cetakan I. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 399, 451-452.
Lampiran 3. Sampel yang Digunakan
Gambar 6. Kedondong yang diperoleh dari Pasar Sore Padang Bulan
Kedondong Bangkok dan Kendeng
Gambar 7. Kedondong bangkok dan kendeng bagian daging
Kedondong Bangkok dan Kendeng
Kedondong Bangkok Kedondong Kendeng
Lampiran 4. Flowsheet
A. Kedondong bagian Daging
Dibersihkan
Di pisahkan bagian daging dan bagian kulit
Di timbang sekitar 125 g
Di tambahkan 50 ml larutan asam metafosfat asetat
Di blender
Di timbang seksama 7 g
Di masukkan ke labu tentukur 50 ml
Di tambahkan asam metafosfat asetat sampai garis tanda
Di homogenkan dan di saring
Di pipet 10 ml dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer
Ditambahkan 5 ml asam metafosfat asetat
Di titrasi dengan larutan 2,6- diklorofenol indofenol sampai terbentuk warna merah jambu Kedondong
Kedondong bagian daging
Larutan sampel
sampel
B. Kedondong bagian Kulit
Dibersihkan
Di pisahkan bagian daging dan bagian kulit
Di timbang sekitar 125 g
Di tambahkan 50 ml larutan asam metafosfat asetat
Di blender
Di timbang seksama 7 g
Di masukkan ke labu tentukur
50 ml Di tambahkan asam metafosfat
asetat sampai garis tanda Di homogenkan dan di saring
Di pipet 10 ml dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer
Ditambahkan 5 ml asam metafosfat asetat
Di titrasi dengan larutan 2,6- diklorofenol indofenol sampai terbentuk warna merah jambu Kedondong
Kedondong bagian kulit
Larutan sampel
sampel
Lampiran 5. Data Perhitungan Kesetaraan Larutan 2,6-Diklorofenol Indofenol
Diklorofenol Indofenol (ml) Blanko (ml)
Kesetaraan larutan 2,6-diklorofenol indofenol dapat dihitung dengan rumus:
Kesetaraan =
Volume larutan vitamin C yang dititrasi = 1 ml
Rata rata volume titrasi = 2,55 ml
Volume larutan vitamin C yang dititrasi = 1 ml
c) Berat vitamin C = 50,4 mg
Volume larutan vitamin C yang dititrasi = 1 ml
Rata rata volume titrasi = 2,87 ml
Harga rata-rata dan deviasi
0,1910 – 0,1838
= x 100% = 3,9173 % 0,1838
Kesetaraan vitamin C dengan harga rata rata d terkecil adalah d=
1,8499 %, maka kesetaraan vitamin C yang didapat untuk 1 ml
Lampiran 6. Perhitungan Kadar Vitamin C dari Sampel yang Dianalisis (Vt – Vb) x Kesetaraan x Vl
Kadar vitamin C (mg/g sampel) =
Vp x Bs
Keterangan:
Vt = volume titrasi (ml) Vb = volume blanko (ml) Vl = volume labu (ml)
Vp = volume larutan sampel yang dititrasi (ml) Bs = berat sampel (g)
Contoh penetapan kadar vitamin C pada Kedondong Bangkok bagian daging
yang diperoleh dari Pasar Sore Padang Bulan Medan:
Berat Sampel = 125,3708 g
Volume Larutan Asam Metafosfat asetat = 50 ml
Jadi berat keseluruhan (larutan sampel) = 175,3708 g/ml
Volume titrasi = 1,680 ml
Kesetaraan = 0,1946 mg vitamin C
Volume labu tentukur = 50 ml
Berat Larutan sampel = 7,0215 g
Berat Sampel = 5,0195
Volume blanko = 0,02 ml
125,3708 g
Berat Sampel = x 7,0215 g
175,3708 g
( Vt – Vb ) x Kesetaraan Kadar vitamin C dalam Larutan =
Sampel (mg vitamin C/ml) Vp
(1,680 ml – 0,02 ml) x 0,1946 mg/ml =
10 ml
= 0,0323 mg Vitamin C/ml
( Vt – Vb ) x Kesetaraan x Vl Kadar vitamin C dalam Sampel =
Vp x Bs
(1,680 ml – 0,02 ml) x 0,1946 mg/ml x50ml =
10 ml x 5,0195 g
= 0,3217 mg/g
Lampiran 7. Data Hasil Penetapan Kadar Vitamin C dari Sampel yang Dianalisis
A. Hasil Penetapan Kadar Vitamin C dari Kedondong Bangkok Bagian Daging yang diperoleh dari Pasar Sore Padang Bulan
Berat Sampel : 125,3708 g
Volume Larutan Asam Metafosfat asetat : 50 ml Berat larutan Sampel seluruhnya : 175,3708 g
No
B. Hasil Penetapan Kadar Vitamin C dari Kedondong Bangkok Bagian kulit yang diperoleh dari Pasar Sore Padang Bulan
Berat Sampel : 125,3708 g
Volume Larutan Asam Metafosfat asetat : 50 ml Berat larutan Sampel seluruhnya : 175,3708 g
C. Hasil Penetapan Kadar Vitamin C dari Kedondong Kendeng Bagian Daging yang diperoleh dari Pasar Sore Padang Bulan
Berat Sampel : 125,3708 g
Volume Larutan Asam Metafosfat asetat : 50 ml
Berat larutan Sampel seluruhnya : 175,3708 g
No
D. Hasil Penetapan Kadar Vitamin C dari Kedondong Kendeng Bagian kulit yang diperoleh dari Pasar Sore Padang Bulan
Berat Sampel : 125,3708 g
Volume Larutan Asam Metafosfat asetat : 50 ml
Berat larutan Sampel seluruhnya : 175,3708 g
Lampiran 8. Perhitungan Statistik Kadar Vitamin C Sampel yang Dianalisis A. Kedondong Bangkok Bagian Daging
No Kadar(mg/100g) (Xi) (Xi-X) (Xi-X)2
Dari 6 data yang diperoleh, data ke-3 adalah data yang paling menyimpang
maka dilakukan uji Q.
Qhitung = Nilai yang dicurigai – Nilai yang terdekat
Nilai Qhitung tidak melebihi nilai Q0,95 yaitu 0,621 sehingga semua data diterima.
B. Kedondong Bangkok Bagian Kulit
Dari 6 data yang diperoleh, data ke-6 adalah data yang paling menyimpang
maka dilakukan uji Q.
Qhitung = Nilai yang dicurigai – Nilai yang terdekat
Nilai Qhitung tidak melebihi nilai Q0,95 yaitu 0,621 sehingga semua data
diterima.
Rata-rata kadar vitamin C buah Kedondong Bangkok Bagian Kulit pada taraf
C. Kedondong Kendeng Bagian Daging
Dari 6 data yang diperoleh, data ke-3 adalah data yang paling menyimpang
maka dilakukan uji Q.
Qhitung = Nilai yang dicurigai – Nilai yang terdekat
Nilai Qhitung tidak melebihi nilai Q0,95 yaitu 0,621 sehingga semua data diterima.
Rata-rata kadar vitamin C buah Kedondong Kendeng Bagian Daging pada taraf
D. Kedondong Kendeng Bagian Kulit
Dari 6 data yang diperoleh, data ke-6 adalah data yang paling menyimpang
maka dilakukan uji Q.
Qhitung = Nilai yang dicurigai – Nilai yang terdekat
Nilai Qhitung tidak melebihi nilai Q0,95 yaitu 0,621 sehingga semua data
diterima.
Lampiran 9. Contoh Perhitungan Analisi Perolehan Kembali (Recovery) Contoh Perhitungan Analisis Perolehan Kembali (Recovery) Vitamin C pada
Kedondong Bangkok Bagian Daging yang diperoleh dari Pasar Sore Padang
Bulan:
Berat Sampel = 40,2877 g
Larutan Vitamin C Asam Metafosfat Asetat = 15 ml = 0,4 mg
Berat Sampel Seluruhnya = 55,2877 g
Berat larutan Sampel = 7,0214 g
40,2877
Mengandung Sampel = x7,0214=5,1164 g
55,2877
Rata-rata Kadar Vit.C dalam Sampel = 0,3190 mg
Analit = 5,1164 x 0,3190 = 1,6321 mg
Dilarutkan add 50 ml
1,6321 mg
Konsentrasi Analit = = 0,0326 mg/ml 50 ml
40 mg
Baku yang ditambahkan = = 0,4 mg/ml 100 ml
15
Larutan Vit C baku dalam Asam Metafosfat = x7,0214= 1,9049ml 55,2877
Mengandung Vitamin C = 1,9049 ml x 0,4 mg/ml= 0,7619 mg
0,7619 mg
Total Larutan Vit C dalam larutan sampel = 0,0326 + 0,0152 = 0,0478 mg/ml
Volume Titrasi = 2,420 ml
1 ml 2,6-Diklorofenol Indofenol setara dengan 0,1946 mg Vitamin C
Konsentrasi pengukuran pada Vitamin C =2,420 ml x 0,1946 = 0,4709/10 ml
= 0,0470 mg/ml
Didapat kembali =HasilPengukuran-konsentrasi Analit
= 0,0470 – 0,0326 = 0,0144 mg/ml
% didapat kembali = 94,73%
0152 , 0
0144 , 0
Lampiran 10. Perolehan Kembali (Recovery)
Data Analisis Perolehan kembali (Recovery) Vitamin C Buah Kedondong Bangkok Bagian Daging dari Pasar Sore Padang Bulan
Berat Sampel : 40,2877 g
Volume Larutan Asam Metafosfat asetat : 15 ml
Berat Larutan Sampel seluruhnya : 55,2877 g
Keterangan: Berat larutan sampel (g) yang ditimbang dan baku yang ditambahkan digabung dan diencerkan dalam labu 50 ml
Lampiran 11. Perhitungan Koefisien Variasi (% RSD)
Lampiran 12. Hasil Analisis Statistik.