• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penetapan Kadar Vitamin C dari Buah Kedondong (Spondias dulcis Parkinson) Secara Volumetri Dengan 2,6-Diklorofenol Indofenol

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penetapan Kadar Vitamin C dari Buah Kedondong (Spondias dulcis Parkinson) Secara Volumetri Dengan 2,6-Diklorofenol Indofenol"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

PENETAPAN KADAR VITAMIN C DARI BUAH

KEDONDONG (

Spondias dulcis

Parkinson) SECARA

VOLUMETRI DENGAN 2,6-DIKLOROFENOL

INDOFENOL

SKRIPSI

Diajukan un

tuk Melengk

DEWI ISLAMI

NIM 101524082

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PENETAPAN KADAR VITAMIN C DARI BUAH

KEDONDONG (

Spondias dulcis

Parkinson) SECARA

VOLUMETRI DENGAN 2,6-DIKLOROFENOL

INDOFENOL

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

DEWI ISLAMI

NIM 101524082

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

PENETAPAN KADAR VITAMIN C DARI BUAH

KEDONDONG (

Spondias dulcis

Parkinson) SECARA

VOLUMETRI DENGAN 2,6-DIKLOROFENOL

INDOFENOL

OLEH:

DEWI ISLAMI

NIM 101524082

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal: 22 Juni 2013

Disetujui Oleh:

Pembimbing I, Panitia Penguji,

Drs. Syafruddin, M.S., Apt. Drs. Fathur Rahman Harun, M.Si., Apt. NIP 194811111976031003 NIP 195201041980031002

Pembimbing II, Drs. Syafruddin, M.S., Apt.

NIP 194811111976031003

Dra. Herawaty Ginting, M.Si., Apt Dra. Nurmadjuzita, M.Si., Apt. NIP 195112231980032002 NIP 194809041974122001

Dra. Sudarmi, M.Si., Apt. NIP 195409101983032001

Medan, Juli 2013 Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Dekan,

(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah, dan kemudahan kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul Penetapan Kadar Vitamin C dari Buah Kedondong (Spondias dulcis Parkinson) Secara

Volumetri Dengan 2,6-Diklorofenol Indofenol”. Skripsi ini diajukan sebagai

salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Farmasi dari Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan

Fakultas Farmasi USU Medan yang telah memberikan fasilitas sehingga

penulis dapat menyelesaikan pendidikan. Bapak Drs. Syafruddin, M.S., Apt.,

dan Ibu Dra. Herawaty Ginting, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang

telah banyak memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran, tulus dan ikhlas

selama penelitian dan penulisan skripsi ini.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Drs. Fathur

Rahman Harun, M.Si., Apt., Ibu Nurmadjuzita, M.Si., Apt., dan Ibu Dra.

Sudarmi, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan

saran demi kesempurnaan skripsi ini. Serta kepada Ibu Dwi Lestari, M.Si.,

Apt., sebagai dosen penasehat akademik yang telah membimbing penulis

(5)

Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tiada

terhingga khusus kepada kedua orang tua, Ayahanda H. Hodri dan Ibunda

tercinta Hj. Elidawarnis, untuk Kakak dan Adikku tersayang Sabrito, Nila Fitri,

Intan Kumala Sari, Lastri Hapsak, M.Syukron, Wardatul Jannah, atas do’a,

dukungan, motivasi dan perhatian yang tiada hentinya kepada penulis. Serta

teman-teman mahasiswa Fakultas Farmasi USU yang memberikan saran,

arahan, dan masukan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih memiliki banyak

kekurangan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis bersedia

menerima kritik dan saran yang membangun pada skripsi ini. Semoga skripsi

ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 22 Juni 2013

Penulis,

Dewi Islami

(6)

PENETAPAN KADAR VITAMIN C DARI BUAH KEDONDONG

(Spondias dulcis Parkinson) SECARA VOLUMETRI DENGAN

2,6-DIKLOROFENOL INDOFENOL ABSTRAK

Vitamin C adalah salah satu vitamin yang diperlukan oleh tubuh untuk meningkatkan sistem imunitas tubuh. Salah satu sumber dari vitamin C dapat diperoleh dari buah kedondong yang merupakan tanaman buah asli Indonesia dan banyak disukai Masyarakat. Kandungan vitamin C dari buah sangat ditentukan oleh varietas dan tempat tumbuh yang berbeda. Tujuan penelitian ini adalah menentukan kadar vitamin C dari buah kedondong Bangkok dan kedondong Kendeng bagian daging dan bagian kulit.

Sampel buah kedondong yang digunakan adalah buah kedondong Bangkok dan kedondong Kendeng yang diperoleh dari Pasar Sore Padang Bulan Medan. Penetapan kadar Vitamin C dilakukan dengan metode volumetri dengan 2,6-diklorofenol indofenol karena larutan 2,6-diklorofenol indofenol lebih selektif terhadap vitamin C.

Setelah di uji secara statistik maka diperoleh kadar vitamin C yang terdapat pada buah Kedondong Bangkok (Spondias dulcis Parkinson) bagian daging sebesar 31,90 ± 0,81 mg/100 g dan bagian kulit sebesar 23,87 ± 0,89 mg/100 g, Kedondong Kendeng (Spondias dulcis Parkinson) bagian daging sebesar 26,58 ± 1,02 mg/100 g dan bagian kulit sebesar 22,82 ± 0,45 mg/100 g. Hasil uji validasi metode yang dilakukan terhadap sampel buah kedondong Bangkok pada bagian daging diperoleh persen recovery 98,46% dengan RSD 1,00%. Hasil ini menunjukkan bahwa metode ini memiliki ketepatan dan ketelitian yang baik.

(7)

DETERMINATION OF VITAMIN C IN AMBARELLA (Spondias dulcis Parkinson) BY VOLUMETRIC WITH 2.6-DICHLOROPHENOL

INDOPHENOL

ABSTRACT

Vitamin C is a vitamin that is needed by human body to increase immune system. Vitamin C can be obtained from Ambarella, an original fruit from Indonesia and liked by citizens. Vitamin C content from fruit is very determined by its variety and habitat. The purpose of this study is to determined vitamin C content of Bangkok Ambarella and Kendeng Ambarella of its pulp and peel.

The samples used were Bangkok Ambarella and Kendeng Ambarella obtained from Pasar Sore Padang Bulan Medan. Vitamin C content was determined by volumetric method using 2,6-dichlorophenol indophenols solution because 2,6-dichlorophenol indophenol solution is more selective to vitamin C.

From statistical analysis vitamin C content of Bangkok Ambarella (Spondias dulcis Parkinson) pulp was 31.90 ± 0.81 mg/100 g and peel was 23.87 ± 0.89 mg/100 g of Kendeng Ambarella (Spondias dulcis Parkinson) pulp was 26.58 ± 1.02 mg/100 g and peel was 22.82 ± 0.45 mg/100 g. From method validation test of Bangkok Ambarella pulp 98.46% recovery was obtained with 1.00% RSD. This result showed that this method has a good accuration and presicion.

Keywords: Vitamin C, Determination of levels, Vitamin C, 2.6-Dichlorophenol

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 3

1.3Hipotesis ... 3

1.4Tujuan Penelitian ... 3

1.5Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Uraian Tumbuhan... 5

2.1.1 Kedondong ... 5

2.1.2 Sistematika Tumbuhan ... 5

2.1.3 Morfologi Tanaman Kedondong ... 6

(9)

2.1.5 Manfaat Buah kedondong ... 8

2.2 Vitamin ... 8

2.2.1 Vitamin C ... 9

2.2.2 Fungsi Vitamin C ... 11

2.3 Metode Penetapan Kadar Vitamin C ... 12

BAB III METODE PENELITIAN... 15

3.1Waktu dan Tempat Penelitian ... 15

3.2 Bahan dan Alat ... 15

3.2.1 Alat-alat ... 15

3.2.2 Bahan-bahan ... 15

3.3 Pengambilan sampel ... 16

3.4 Prosedur Penelitian ... 16

3.4.1 Pembuatan Pereaksi ... 16

3.4.2 Perhitungan Kesetaraan Pentiter 2,6-Diklorofenol Indofenol ... 17

3.4.3 Penyiapan Larutan Sampel ... 17

3.4.3.1 Kedondong Bagian Daging ... 17

3.4.3.2 Kedondong Bagian kulit ... 18

3.4.4 Penetapan Kadar Vitamin C dari Larutan Sampel ... 18

3.4.5 Uji Perolehan Kembali (Recovery) ... 19

3.4.5.1 Prosedur uji perolehan kembali (recovery) dengan metode adisi Untuk Kedondong Bangkok bagian daging ... 19

(10)

3.5.1 Penolakan Hasil Pengamatan ... 20

3.5.2 Uji Ketelitian (Presisi) Metode Analisis ... 21

3.5.3 Pengujian Beda Nilai Rata-Rata ... 22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23

4.1 Identifikasi Tumbuhan ... 23

4.2 Penetapan kadar vitamin C dari buah Kedondong ………… 23

4.3 Uji Perolehan Kembali ... 26

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 28

5.1 Kesimpulan ... 28

5.2 Saran ... 28

DAFTAR PUSTAKA ... 29

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Nilai Qkritis Pada Taraf Kepercayaan 95% ... 21

Tabel 2. Hasil Penetapan Kadar Vitamin C dari buah Kedondong yang

diperoleh dari Pasar Sore padang Bulan ... 24

Tabel 3. Uji F Kadar Vitamin C Dari buah Kedondong yang diperoleh

dari Pasar Sore Padang Bulan ... 25

Tabel 4. Analisis Beda Nilai Rata-Rata Kadar Vitamin C

Dari buah Kedondong yang diperoleh dari Pasar Sore Padang

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Rumus Bangun Vitamin C ... 9

Gambar 2. Reaksi Perubahan Vitamin C ... 10

Gambar 3. Reaksi antara Vitamin C dan Iodin ... 12

Gambar 4. Reaksi Asam Askorbat dengan 2,6-Diklorofenol

Indofenol ... 14

Gambar 5. Diagram Batang Kadar Vitamin C dari Kedondong ... 24

Gambar 6. Kedondong yang Diperoleh dari Pasar Sore Padang Bulan 33

Gambar 7. Kedondong Bangkok dan Kendeng Bagian Daging ... 33

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Sertifikat Identifikasi Tumbuhan ... 31

Lampiran 2. Sertifikat Bahan Baku Pembanding ... 32

Lampiran 3. Sampel yang Digunakan ... 33

Lampiran 4. Flowsheet ... 35

Lampiran 5. Data Perhitungan Kesetaraan Larutan 2,6-Diklorofenol Indofenol ... 37

Lampiran 6. Perhitungan Kadar Vitamin C dari Sampel yang Dianalisis ... 40

Lampiran 7. Data Hasil Penetapan Kadar Vitamin C dari Sampel yang Dianalisis ... 42

Lampiran 8. Perhitungan Statistik Kadar Vitamin C dari Sampel yang Dianalisis ... 44

Lampiran 9. Contoh Perhitungan Analisis Perolehan Kembali (Recovery) ... 48

Lampiran 10. Data Analisis Perolehan Kembali (Recovery) Vitamin C dari Kedondong Bangkok bagian daging ... 50

Lampiran 11. Perhitungan Koefisien Variasi (% RSD) dari Kedondong Bangkok Bagian Daging ... 51

Lampiran 12. Hasil Analisis Statistik ... ……… 52

Lampiran 13. Tabel Distribusi F ... 53

(14)

PENETAPAN KADAR VITAMIN C DARI BUAH KEDONDONG

(Spondias dulcis Parkinson) SECARA VOLUMETRI DENGAN

2,6-DIKLOROFENOL INDOFENOL ABSTRAK

Vitamin C adalah salah satu vitamin yang diperlukan oleh tubuh untuk meningkatkan sistem imunitas tubuh. Salah satu sumber dari vitamin C dapat diperoleh dari buah kedondong yang merupakan tanaman buah asli Indonesia dan banyak disukai Masyarakat. Kandungan vitamin C dari buah sangat ditentukan oleh varietas dan tempat tumbuh yang berbeda. Tujuan penelitian ini adalah menentukan kadar vitamin C dari buah kedondong Bangkok dan kedondong Kendeng bagian daging dan bagian kulit.

Sampel buah kedondong yang digunakan adalah buah kedondong Bangkok dan kedondong Kendeng yang diperoleh dari Pasar Sore Padang Bulan Medan. Penetapan kadar Vitamin C dilakukan dengan metode volumetri dengan 2,6-diklorofenol indofenol karena larutan 2,6-diklorofenol indofenol lebih selektif terhadap vitamin C.

Setelah di uji secara statistik maka diperoleh kadar vitamin C yang terdapat pada buah Kedondong Bangkok (Spondias dulcis Parkinson) bagian daging sebesar 31,90 ± 0,81 mg/100 g dan bagian kulit sebesar 23,87 ± 0,89 mg/100 g, Kedondong Kendeng (Spondias dulcis Parkinson) bagian daging sebesar 26,58 ± 1,02 mg/100 g dan bagian kulit sebesar 22,82 ± 0,45 mg/100 g. Hasil uji validasi metode yang dilakukan terhadap sampel buah kedondong Bangkok pada bagian daging diperoleh persen recovery 98,46% dengan RSD 1,00%. Hasil ini menunjukkan bahwa metode ini memiliki ketepatan dan ketelitian yang baik.

(15)

DETERMINATION OF VITAMIN C IN AMBARELLA (Spondias dulcis Parkinson) BY VOLUMETRIC WITH 2.6-DICHLOROPHENOL

INDOPHENOL

ABSTRACT

Vitamin C is a vitamin that is needed by human body to increase immune system. Vitamin C can be obtained from Ambarella, an original fruit from Indonesia and liked by citizens. Vitamin C content from fruit is very determined by its variety and habitat. The purpose of this study is to determined vitamin C content of Bangkok Ambarella and Kendeng Ambarella of its pulp and peel.

The samples used were Bangkok Ambarella and Kendeng Ambarella obtained from Pasar Sore Padang Bulan Medan. Vitamin C content was determined by volumetric method using 2,6-dichlorophenol indophenols solution because 2,6-dichlorophenol indophenol solution is more selective to vitamin C.

From statistical analysis vitamin C content of Bangkok Ambarella (Spondias dulcis Parkinson) pulp was 31.90 ± 0.81 mg/100 g and peel was 23.87 ± 0.89 mg/100 g of Kendeng Ambarella (Spondias dulcis Parkinson) pulp was 26.58 ± 1.02 mg/100 g and peel was 22.82 ± 0.45 mg/100 g. From method validation test of Bangkok Ambarella pulp 98.46% recovery was obtained with 1.00% RSD. This result showed that this method has a good accuration and presicion.

Keywords: Vitamin C, Determination of levels, Vitamin C, 2.6-Dichlorophenol

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kedondong (Spondias dulcis Parkinson) merupakan tanaman buah

berupa pohon, dalam bahasa Inggris disebut Ambarella, Otaheite apple, atau

Great hog plum dan di Indonesia disebut kedondong. Tanaman ini telah

tersebar keseluruh daerah tropis (Hakimah, 2010).

Kedondong adalah tanaman buah yang tergolong ke dalam suku

Ancardiaceae, daging buahnya memiliki rasa yang manis, sedikit asam, daging

buah yang tebal, renyah, berbiji kecil dan tidak mengandung banyak serat

(Hakimah, 2010).

Buah kedondong dapat dikonsumsi langsung dalam kondisi segar dan

dapat diolah menjadi rujak, asinan, manisan dan dapat dijadikan selai.

Tumbuhan ini dapat melengkapi kebutuhan vitamin C dan mineral. Kandungan

vitamin C pada buah kedondong kira-kira 30 mg. Jenis kedondong yang sering

dikonsumsi adalah kedondong bangkok, kendeng dan kedondong karimunjawa

(Hakimah, 2010).

Buah kedondong bangkok memiliki buah berbentuk oval, besar,

berdiameter 4-5 cm dan buah kedondong kendeng bentuk buahnya bulat

lonjong berukuran kecil 2-3 cm dan berwarna hijau. Pemilihan buah

(17)

keras. Apabila terlalu matang, maka akan berubah warna menjadi kuning

(Anonim, 2011).

Vitamin adalah senyawa-senyawa organik yang dibutuhkan untuk

pertumbuhan normal dan mempertahankan hidup manusia yang secara alami

tidak mampu untuk mensintesis senyawa-senyawa tersebut tetapi sangat

penting untuk pengaturan metabolisme tubuh (Andarwulan dan Koswara,

1992).

Sumber vitamin C sebagian besar berasal dari sayuran dan

buah-buahan, terutama buah-buah segar. Karena itu vitamin C sering disebut Fresh

Food Vitamin. Buah yang masih mentah lebih banyak mengandung vitamin

C-nya, semakin tua buah semakin berkurang kandungan vitamin C-nya (Winarno,

1984).

Secara umum kadar vitamin C dapat ditentukan dengan beberapa

metode seperti titrasi iodimetri, titrasi 2,6-diklorofenol indofenol dan secara

spektrofotometri ultraviolet (Andarwulan dan Koswara, 1992).

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk menetapkan kadar

vitamin C dari dua varietas buah kedondong, karena penelitian tentang kadar

vitamin C dari dua varietas buah kedondong belum ada. Dalam penelitian ini

digunakan metode volumetri yaitu titrasi dengan larutan 2,6-diklorofenol

indofenol karena larutan 2,6-diklorofenol indofenol lebih selektif terhadap

(18)

1.2 Perumusan Masalah

a. Berapakah kadar vitamin C yang terdapat pada bagian daging dan bagian kulit

buah Kedondong Bangkok dan Kedondong Kendeng (Spondias dulcis

Parkinson) yang diperoleh dari Pasar Sore Padang Bulan?

b. Apakah ada perbedaan kadar vitamin C yang terdapat pada buah Kedondong

Bangkok dan Kedondong Kendeng (Spondias dulcis Parkinson) yang

diperoleh dari Pasar Sore Padang Bulan.

1.3 Hipotesis

a. Terdapat kadar vitamin C yang lebih tinggi pada bagian daging dari pada

bagian kulit buah Kedondong Bangkok dan Kedondong Kendeng (Spondias

dulcis Parkinson) yang diperoleh dari Pasar Sore Padang Bulan.

b. Terdapat perbedaan kadar vitamin C pada buah Kedondong Bangkok dan

Kedondong Kendeng (Spondias dulcis Parkinson) yang diperoleh dari Pasar

Sore Padang Bulan.

1.4 Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui kadar vitamin C dari beberapa varietas buah Kedondong

bagian daging dan bagian kulit buah kedondong Bangkok (Spondias dulcis

Parkinson) dan kedondong kendeng (Spondias dulcis Parkinson) yang

(19)

b. Untuk mengetahui perbedaan kadar vitamin C dari buah kedondong Bangkok

dan Kedondong Kendeng (Spondias dulcis Parkinson) yang diperoleh dari

Pasar Sore Padang Bulan.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah dapat dijadikan sebagai sumber informasi

mengenai kadar vitamin C dari buah Kedondong Bangkok (Spondias dulcis

Parkinson) dan buah Kedondong Kendeng (Spondias dulcis Parkinson) pada

bagian daging dan bagian kulit yang diperoleh dari Pasar Sore Padang Bulan.

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan 2.1.1 Kedondong

Tanaman ini termasuk dalam suku Anacardiaceae, merupakan pohon yang

dapat mencapai ketinggian 40 m. Pada umumnya tumbuhan ini ditanam dengan

menggunakan biji akan mencapai ketinggian 20 m. Pada buah ini terdapat berbagai

manfaat obat dari buah, daun dan kulit batangnya (Hakimah, 2010).

Kandungan utama yang terdapat dalam buah kedondong adalah unsur gula

dalam bentuk sukrosa yang penting sebagai penambahan energi dan vitalitas tubuh.

Begitu juga dengan kandungan serat dan airnya yang cukup tinggi bermanfaat

dalam melancarkan pencernaan serta mencegah dehidrasi (Anonim, 2011).

2.1.2 Sistematika Tumbuhan

Menurut United States Department of Agriculture (1994), klasifikasi lengkap

tanaman kedondong adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Sub kingdom : Tracheobionta

Divisio : Magnoliophtya

Super divisio : Spermatophyta

Class : Dicotyledons

Sub class : Rosidae

(21)

Family : Anacardiaceae

Genus : Spondias

Species : Spondias dulcis Parkinson

2.1.3 Morfologi Tanaman Kedondong

1. Daun

Tumbuhan ini termasuk ke dalam tanaman berdaun majemuk, menyirip,

anak daun lima sampai lima belas, pangkal daun dan ujung daun meruncing,

warna daun hijau, panjang daun 5-8 cm dan lebar 3-6 cm, tepi daunnya rata,

tata letak daun tersebar, permukaan daun licin dan mengkilat (Depkes RI,

1994).

2. Batang

Tumbuhan ini mempunyai batang yang berkayu yang biasanya keras

dan kuat karena sebagian besar terdiri dari kayu tumbuh tegak, dan bercabang,

permukaan batang halus dan berwarna putih kehijauan (Depkes RI, 1994).

3. Akar

Tumbuhan ini berakar tunggang dan berwarna coklat tua (Depkes RI,

1994).

4. Bunga

Tumbuhan ini termasuk bunga majemuk, panjang 2 cm, panjang

kelopak bunganya lebih kurang 5 cm, jumlah benang sari delapan berwarna

kuning, mahkota bunga berjumlah 4-5, warna bunganya berwarna putih

(22)

5. Buah

Berbuah bulat, mempunyai dinding lapisan luar yang tipis seperti kulit,

lapisan dalam yang tebal, lunak, dan berair seringkali dimakan, buah lonjong,

berdaging dan berserat, warna buah hijau kekuningan (Depkes RI, 1994).

6. Biji

Berbiji bulat, berserat kasar, warna biji putih kekuningan (Depkes, RI 1994).

2.1.4 Kandungan Kimia

Kandungan nutrisi dalam buah Kedondong setiap 100 gram, bahan

yang dapat di makan:

No Jenis Zat Gizi Banyaknya Kandungan Zat

1 Sumber kalori 41,00 kalori

2 Protein 1,00 gram

3 Lemak 0,10 gram

4 Karbohidrat 10,30 gram

5 Kalsium 15,00 mg

6 Fosfor 22,00 mg

7 Ferro 2,80 mg

8 Vitamin A 233,00 SI

9 Vitamin B1 0,08 mg

10 Vitamin C 30,00 mg

11 Air 88,00 gram

(23)

2.1.5 Manfaat Buah Kedondong

Kedondong sangat berguna untuk memelihara kesehatan saluran

pencernaan dan dehidrasi. Selain itu, manfaat buah kedondong lainnya adalah

dari rendahnya kandungan lemak, sehingga buah ini cocok sebagai makanan

cemilan diet yang menyegarkan. Apalagi kandungan karbohidrat maupun

proteinnya juga termasuk rendah dan sebagian masyarakat juga ada yang

memanfaatkan buah kedondong untuk mengobati luka bakar pada kulit

(Hakimah, 2010).

Manfaat buah kedondong lainnya adalah dapat dimakan dalam keadaan

segar, tetapi sebagian buah matangnya bisa juga diolah menjadi selai, jeli dan

sari buah. Buah yang masih mentah dapat juga dibuat untuk rujak dan dibuat

acar (Anonim, 2011).

2.2 Vitamin

Vitamin merupakan suatu senyawa organik yang sangat diperlukan

tubuh untuk proses metabolisme dan pertumbuhan yang normal.

Vitamin-vitamin tidak dapat dibuat oleh tubuh manusia dalam jumlah yang cukup, oleh

karena itu harus diperoleh dari bahan pangan yang dikonsumsi (Winarno,

1984).

Vitamin dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu vitamin yang

dapat larut dalam air dan vitamin yang dapat larut dalam lemak. Jenis vitamin

yang larut dalam air adalah vitamin B kompleks dan vitamin C. Vitamin yang

(24)

yaitu β-karoten. Bahan makanan yang kaya akan vitamin adalah sayur-sayuran

dan buah-buahan (Sudarmadji, 1989).

2.2.1 Vitamin C

Vitamin C termasuk golongan vitamin yang larut dalam air. Vitamin C

atau asam askorbat mempunyai berat molekul 176,13 dengan rumus molekul

C6H8O6. Vitamin C dalam bentuk murni merupakan kristal putih, tidak

berwarna, tidak berbau dan mencair pada suhu 190-192°C. Senyawa ini

bersifat reduktor kuat dan mempunyai rasa asam. Vitamin C mudah larut dalam

air (1 g dapat larut sempurna dalam 3 ml air), sedikit larut dalam alkohol (1 g

larut dalam 50 ml alkohol absolut atau 100 ml gliserin) dan tidak larut dalam

benzena, eter, kloroform dan minyak (Andarwulan dan Koswara, 1992).

Rumus bangun vitamin C dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini (Ditjen

POM, 1995):

Gambar 1.Rumus Bangun Vitamin C

Vitamin C (Asam askorbat) bersifat sangat sensitif terhadap

pengaruh-pengaruh luar yang menyebabkan kerusakan seperti suhu, oksigen, enzim,

kadar air, dan katalisator logam. Asam askorbat sangat mudah teroksidasi

(25)

vitamin C. Asam dehidroaskorbat secara kimia sangat labil dan dapat

mengalami perubahan lebih lanjut menjadi asam diketogulonat yang tidak

memiliki keaktifan vitamin C lagi (Andarwulan dan Koswara, 1992).

C

Gambar 2. Reaksi Perubahan Vitamin C (Silalahi, 1985).

Sumber vitamin C adalah sayuran berwarna hijau, buah-buahan (perlu

diketahui, bahwa rasa asam pada buah tidak selalu sejalan dengan kadar

vitamin C dalam buah tersebut, karena rasa asam disebabkan oleh asam-asam

lain yang terdapat dalam buah bersama dengan vitamin C) (Poedjiadi, 1994).

Vitamin C dapat ditemukan di alam hampir pada semua tumbuhan

terutama sayuran dan buah-buahan, terutama buah-buahan segar. Karena itu

sering disebut Fresh Food Vitamin (Budiyanto, 2004).

Jumlah vitamin C yang terkandung dalam tanaman tergantung pada

varietas dari tanaman, pengolahan, suhu, masa pemanenan dan tempat tumbuh

(26)

2.2.2 Fungsi Vitamin C

Fungsi vitamin C didalam tubuh bersangkutan dengan sifat alamiahnya

sebagai antioksidan yang berperan serta di dalam banyak proses metabolisme

yang berlangsung di dalam jaringan tubuh, antioksidan adalah senyawa yang

mempunyai struktur molekul yang dapat memberikan elektronnya kepada

molekul radikal bebas tanpa terganggu sama sekali dan dapat memutus reaksi

berantai dari radikal bebas (Sediaoetama, 2008; Kumalaningsih, 2006).

Kekurangan asupan vitamin C dapat menyebabkan penyakit sariawan

atau skorbut. Bila terjadi pada anak (6-12 bulan), pada anak yang giginya telah

tumbuh, gusi membengkak dan terjadi pendarahan. Pada orang dewasa skorbut

terjadi setelah beberapa bulan menderita kekurangan vitamin C dalam

makanannya. Gejalanya ialah pembengkakan dan perdarahan pada gusi, luka

lambat sembuh sehingga mudah berdarah dan mengalami infeksi berulang.

Akibat yang parah dari keadaan ini ialah gigi menjadi goyah dan dapat lepas

(Winarno, 1984).

Kebutuhan harian vitamin C bagi orang dewasa adalah sekitar 60 mg,

untuk wanita hamil 95 mg, anak-anak 45 mg, dan bayi 35 mg, namun karena

banyaknya polusi di lingkungan antara lain oleh adanya asap-asap kendaraan

bermotor dan asap rokok maka penggunaan vitamin C perlu ditingkatkan

(27)

2.3 Metode Penetapan Kadar Vitamin C

Ada beberapa metode dalam penentuan kadar vitamin C yaitu:

a. Metode titrasi iodimetri

Iodium akan mengoksidasi senyawa-senyawa yang mempunyai

potensial reduksi yang lebih kecil dengan potensial reduksi iodum +0,535 volt,

dalam hal ini vitamin C mempunyai potensial reduksi ( +0,116 volt)

dibandingkan iodium sehingga dapat dilakukan titrasi langsung dengan iodium

(Andarwulan dan Koswara, 1992; Rohman, 2007).

Deteksi titik akhir titrasi pada iodimetri ini dilakukan dengan

menggunakan indikator amilum yang akan memberikan warna biru kehitaman

pada saat tercapainya titik akhir titrasi (Rohman, 2007).

Menurut Andarwulan dan Koswara (1992), metode iodimetri tidak

efektif untuk mengukur kandungan vitamin C dalam bahan pangan, karena

adanya komponen lain selain vitamin C yang juga bersifat pereduksi.

Senyawa-senyawa tersebut mempunyai titik akhir yang sama dengan warna

titik akhir titrasi vitamin C dengan iodin.

C

(28)

b. Metode titrasi 2,6-diklorofenol indofenol

Larutan 2,6-diklorofenol indofenol dalam suasana netral atau basa akan

berwarna biru sedangkan dalam suasana asam akan berwarna merah muda.

Apabila 2,6-diklorofenol indofenol direduksi oleh asam askorbat maka akan

menjadi tidak berwarna, dan bila semua asam askorbat sudah mereduksi

2,6-diklorofenol indofenol maka kelebihan larutan 2,6-2,6-diklorofenol indofenol

sedikit saja sudah akan terlihat terjadinya warna merah muda (Sudarmadji,

1989).

Titrasi vitamin C harus dilakukan dengan cepat karena banyak faktor

yang menyebabkan oksidasi vitamin C misalnya pada saat penyiapan sampel

atau penggilingan. Oksidasi ini dapat dicegah dengan menggunakan asam

metafosfat, asam asetat, asam trikloroasetat, dan asam oksalat. Penggunaan

asam-asam di atas juga berguna untuk mengurangi oksidasi vitamin C oleh

enzim-enzim oksidasi yang terdapat dalam jaringan tanaman. Selain itu, larutan

asam metafosfat-asetat juga berguna untuk pangan yang mengandung protein

karena asam metafosfat dapat memisahkan vitamin C yang terikat dengan

protein . Suasana larutan yang asam akan memberikan hasil yang lebih akurat

dibandingkan dalam suasana netral atau basa (Andarwulan dan Koswara, 1992;

Counsell dan Horning, 1981).

Metode ini pada saat sekarang merupakan cara yang paling banyak

digunakan untuk menentukan kadar vitamin C dalam bahan pangan. Metode ini

lebih baik dibandingkan metode iodimetri karena zat pereduksi lain tidak

(29)

praktis spesifik untuk larutan asam askorbat pada pH 1-3,5. Untuk perhitungan

maka perlu dilakukan standarisasi larutan 2,6-diklorofenol indofenol dengan

vitamin C standar (Andarwulan dan Koswara, 1992; Sudarmadji, 1989).

O

2,6-Diklorofenol Indofenol Asam askorbat 2,6-Diklorofenol Aminofenol Asam dehidroaskorbat

(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui kadar vitamin C dari buah Kedondong secara volumetri

dengan 2,6-diklorofenol indofenol.

3.1 Waktu dan tempat penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara pada bulan Oktober 2012 -

Desember 2012.

3.2 Bahan dan Alat 3.2.1 Alat-alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah buret 50 ml,

mikroburet 5 ml, neraca analitik (Bueco Germany), pisau, blender (National),

kertas saring, statif dan klem, pipet volum 2 ml, pipet volum 5 ml, pipet ukur

10 ml, botol timbang (Pyrex) dan alat-alat gelas laboratorium.

3.2.2 Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini kecuali dinyatakan

lain berkualitas pro analisis dari E.Merck yaitu 2,6-diklorofenol indofenol,

asam metafosfat, asam asetat glasial 96%, natrium bikarbonat, aquadest (PT.

(31)

3.3 Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah sampling purposif

yaitu sampel dipilih sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.

Sampel yang digunakan adalah buah kedondong segar yaitu buah

kedondong Bangkok dan buah kedondong Kendeng yang diperoleh dari Pasar

Sore Padang Bulan Provinsi Sumatera Utara Medan.

3.4 Prosedur Penelitian 3.4.1 Pembuatan Pereaksi

Pembuatan pereaksi berdasarkan Farmakope Indonesia Edisi IV:

1. Larutan 2,6-diklorofenol indofenol

Ditimbang seksama 25 mg natrium 2,6-diklorofenol indofenol P,

tambahkan 25 ml larutan NaHCO3, kocok kuat, dan jika sudah terlarut,

tambahkan aquadest hingga 100 ml. Saring ke dalam botol bersumbat kaca

berwarna coklat.

2. Larutan asam metafosfat-asetat

Dilarutkan 15 g asam metafosfat P dalam 40 ml asam asetat glasial P dan

encerkan dengan aquadest secukupnya hingga 500 ml. Simpan di tempat

dingin, hanya boleh digunakan dalam 2 hari.

3. Larutan NaHCO3 0,084%

(32)

3.4.2 Perhitungan Kesetaraan Pentiter 2,6-Diklorofenol Indofenol

Ditimbang seksama 50 mg asam askorbat BPFI, dan pindahkan ke dalam

labu tentukur 100 ml, kemudian dilarutkan dengan larutan asam

metafosfat-asetat LP, dicukupkan sampai garis tanda. Dipipet 1 ml, dimasukkan ke dalam

erlenmeyer dan ditambahkan larutan asam metafosfat-asetat 6 ml. Kemudian

Titrasi dengan larutan 2,6-diklorofenol indofenol hingga warna merah muda

mantap tidak kurang dari 5 detik. Titrasi blanko dilakukan dengan

menambahkan 7 ml asam metafosfat-asetat dan dititrasi dengan larutan

2,6-diklorofenol indofenol hingga warna merah muda mantap. Kadar larutan baku

2,6-diklorofenol indofenol dinyatakan dengan kesetaraan dalam mg asam

askorbat (Ditjen POM, 1995).

Menurut Horwitz (2002), perhitungan kesetaraan dapat dihitung dengan

rumus:

Keterangan: Va = Volume aliquot (ml) W = Berat vitamin C (mg) Vt = Volume titrasi (ml) Vb = Volume blanko (ml) Vc = Volume labu tentukur (ml)

Contoh perhitungan dan hasil perhitungan dapat dilihat pada Lampiran

5, halaman 37.

3.4.3 Penyiapan Larutan Sampel

3.4.3.1 Larutan Sampel Kedondong bagian Daging

Sampel dibersihkan, kemudian di kupas, dipisahkan bagian daging dan

(33)

kecil-kecil dan ditambahkan 50 ml larutan asam metafosfat-asetat dan

diblender, ditimbang seksama 7 g dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml

dan ditambahkan asam metafosfat-asetat sampai garis tanda, dihomogenkan,

kemudian disaring.

3.4.3.2 Larutan Sampel Kedondong bagian Kulit

Sampel dibersihkan, kemudian di kupas, dipisahkan bagian daging dan

bagian kulit, kemudian bagian kulit ditimbang seksama 125 g lalu dipotong

kecil-kecil dan ditambahkan 50 ml larutan asam metafosfat-asetat dan

diblender, ditimbang seksama 7 g dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml

dan ditambahkan asam metafosfat-asetat sampai garis tanda, dihomogenkan,

kemudian disaring.

3.4.4 Penetapan Kadar Vitamin C dari Larutan Sampel

Dipipet 10 ml larutan sampel lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer

kemudian ditambahkan 5 ml asam metafosfat-asetat. Dititrasi dengan larutan

2,6-diklorofenol indofenol sampai terbentuk warna merah jambu yang mantap

sebagai titik akhir titrasi. Dilakukan penetapan blanko (Ditjen POM, 1995).

Menurut Horwitz (2002), kadar vitamin C dapat dihitung dengan

rumus: Vp : Volume pemipetan (ml) Bs : Berat sampel (g)

(34)

3.4.5 Uji Perolehan Kembali (Recovery)

Akurasi adalah ukuran yang menunjukkan kedekatan hasil analisis

dengan kadar analit yang sebenarnya. Akurasi dinyatakan sebagai persen

perolehan kembali (% recovery) analit yang ditambahkan (Harmita, 2004).

Metode adisi dapat dilakukan dengan menambahkan sejumlah analit

dengan konsentrasi tertentu pada sampel yang diperiksa, lalu dianalisis dengan

metode tersebut. Persen perolehan kembali ditentukan dengan menentukan

berapa persen analit yang ditambahkan tadi dapat ditemukan (Harmita, 2004).

3.4.5.1 Prosedur uji perolehan kembali (recovery) dengan metode adisi untuk kedondong Bangkok bagian daging

a. Larutan Baku Vitamin C

Baku ditimbang 40 mg, dilarutkan kedalam labu tentukur 100 ml

dengan asam metafosfat hingga garis tanda. Maka diperoleh konsentrasi baku

vitamin C = 0,4 mg/ml.

b. Larutan Sampel I

Sampel dibersihkan, kemudian di kupas, dipisahkan bagian daging dan

bagian kulit, bagian daging ditimbang seksama 40 g lalu dipotong kecil-kecil

dan ditambahkan 15 ml larutan baku vitamin C dalam asam metafosfat-asetat

(dengan konsentrasi 0,4 mg/ml) kemudian diblender.

c. Larutan Sampel II

Ditimbang seksama 7 g larutan sampel, kemudian dimasukkan ke

dalam labu tentukur 50 ml dan ditambahkan asam metafosfat-asetat sampai

(35)

d.Penetapan Kadar Vitamin C dalam Sampel

Dipipet 10 ml larutan sampel lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer

kemudian ditambah 5 ml asam metafosfat-asetat. Dititrasi dengan larutan

2,6-diklorofenol indofenol sampai terbentuk warna merah jambu yang mantap

sebagai titik akhir titrasi.

Data hasil analisis perolehan kembali (persen recovery) dapat dilihat

pada Lampiran 10, halaman 50.

3.5. Analisis Data Secara Statistik 3.5.1 Penolakan Hasil Pengamatan

Diantara hasil yang diperoleh dari satu seri penetapan kadar terhadap

satu macam sampel, ada kalanya terdapat hasil yang sangat menyimpang bila

dibandingkan dengan yang lain tanpa diketahui kesalahannya secara pasti

sehingga timbul kecenderungan untuk menolak hasil yang sangat menyimpang

(Rohman, 2007).

Untuk memastikan hasil yang sangat menyimpang ditolak atau

diterima, perlu dilakukan analisis data secara statistika. Pada taraf kepercayaan

95% (α = 0,05), hasil analisis ditolak jika Qhitung > Qtabel (Rohman, 2007).

Untuk menghitung nilai Q digunakan rumus:

Qhitung = Nilai yang dicurigai – Nilai yang terdekat

(Nilai tertinggi – Nilai terendah)

Hasil pengujian atau nilai Q yang diperoleh ditinjau terhadap daftar

(36)

Tabel 1:Nilai Qkritis pada Taraf Kepercayaan 95%

Banyak Data Nilai Qkritis

4 0,831

5 0,717

6 0,621

7 0,570

8 0,524

Menurut Wibisino (2005), untuk menentukan kadar vitamin C di dalam

sampel dengan taraf kepercayaan 95%, α = 0,05, dk = n-1, dapat digunakan

rumus

μ = X ± t (½α, dk) SD/√n

Keterangan :

µ = Interval kepercayaan X = Kadar rata-rata sampel

t = Harga t tabel sesuai dengan dk = n-1

α = Tingkat kepercayaan SD = Standar deviasi n = Jumlah pengulangan

Contoh perhitungan statistik kadar vitamin C dari sampel yang

dianalisis dapat dilihat pada Lampiran 8, halaman 44.

3.5.2 Uji Ketelitian (Presisi) Metode Analisis

Uji presisi (keseksamaan) adalah ukuran yang menunjukkan derajat

kesesuaian antara hasil uji individual yang diterapkan secara berulang pada

sampel. Keseksamaan diukur sebagai simpangan baku relatif (Relative

(37)

Menurut Harmita (2004), rumus perhitungan persen RSD adalah:

% RSD = ×

X SD

100%

Keterangan: SD = standar deviasi

X = kadar rata-rata sampel

Data hasil perhitungan koefisien variasi (%RSD) dapat dilihat pada

Lampiran 11, halaman 51.

3.5.3 Pengujian Beda Nilai Rata-Rata

Untuk mengetahui apakah kadar vitamin C berbeda pada tiap sampel,

maka dilakukan uji beda rata-rata kadar sampel yang diuji dengan uji F

menggunakan software SPSS. Data berbeda secara signifikan jika F hitung > F

tabel dan data tidak berbeda secara signifikan jika F hitung < F tabel. Jika data yang

diperoleh berbeda secara signifikan, maka dilanjutkan dengan analisis Duncan.

(38)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Tumbuhan

Hasil identifikasi tumbuhan yang dilakukan oleh Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia Pusat Penelitian Biologi Bogor adalah Kedondong

Bangkok (Spondias dulcis Parkinson), Kedondong Kendeng (Spondias dulcis

Parkinson). Dari hasil identifikasi, LIPI tidak bisa mengidentifikasi sampel

hingga ke varietas, tetapi LIPI hanya bisa menentukan nama jenis atau spesies

dari sampel tersebut. Adapun ciri-ciri dari kedondong Bangkok memiliki buah

berbentuk oval, besar, berdiameter 4-5 cm dan pada kedondong Kendeng

buahnya bulat lonjong berukuran kecil dan berwarna hijau. Hasil identifikasi

tumbuhan dapat dilihat pada Lampiran 1, halaman 31.

4.2 Penetapan kadar vitamin C dari buah Kedondong

Pada pembuatan larutan sampel bagian kulit lebih halus agar mudah

disaring. Dan pada saat pemblenderan, ditambahkan asam metafosfat, guna

penambahan asam metafosfat yaitu untuk menghindari terjadinya oksidasi

terhadap Vitamin C. Oksidasi dapat terjadi karena adanya pengaruh dari udara,

suhu, dan sinar matahari.

Hasil penetapan kadar vitamin C dari buah kedondong Bangkok

(39)

Kendeng (Spondias dulcis Parkinson) bagian daging dan bagian kulit yang

diperoleh dari Pasar Sore Padang Bulan, dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Diagram Batang Kadar Vitamin C dari Buah Kedondong Bangkok (a = bagian daging, b = bagian kulit),

Kedondong Kendeng (c = bagian daging, d = bagian kulit).

Penetapan kadar vitamin C dilakukan secara volumetri dengan

2,6-Diklorofenol Indofenol. Data hasil penetapan kadar vitamin C dari buah

kedondong bagian daging dan bagian kulit buah kedondong Bangkok

(Spondias dulcis Parkinson) dan kedondong kendeng (Spondias dulcis

Parkinson) yang diperoleh dari Pasar Sore Padang Bulan dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Penetapan Kadar Vitamin C dari buah Kedondong (Spondias dulcis Parkinson) yang diperoleh dari Pasar Sore Padang Bulan

No Sampel Kadar Vitamin C

(mg/100 g)

1 Kedondong Bangkok bagian daging 31,90 ± 0,81

2 Kedondong Bangkok bagian kulit 23,87 ± 0,89

3 Kedondong Kendeng bagian daging 26,58 ± 1,02

(40)

Hasil analisis kemudian dilanjutkan dengan pengujian beda nilai

rata-rata antar buah kedondong, yaitu uji F dengan taraf kepercayaan 95% untuk

mengetahui apakah variasi antar populasi sama atau berbeda menggunakan

software SPSS.

Tabel 3. Uji F kadar vitamin C buah Kedondong (Spondias dulcis Parkinson) yang diperoleh dari Pasar Sore Padang Bulan

Dari Tabel 3 diperoleh Fhitung sebesar 161.084 dan Ftabel sebesar 3,10

dimana Fhitung > Ftabel. Hal ini menunjukkan bahwa kadar vitamin C antara

kedondong bangkok dan kedondong kendeng yang diperoleh dari Pasar Sore

Padang Bulan berbeda secara signifikan. Karena terdapat perbedaan yang

signifikan, maka dilanjutkan dengan analisis Duncan.

Tabel 4. Analisis beda nilai rata-rata kadar vitamin C dari Kedondong yang diperoleh dari Pasar Sore Padang Bulan

(41)

Data yang tertera pada Tabel 4 adalah hasil uji kelompok mana yang

memiliki perbedaan atau tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan

kelompok lainnya. Dari Tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan kadar vitamin C antara kedondong bangkok dan kedondong

kendeng (Spondias dulcis Parkinson) yang diperoleh dari Pasar Sore Padang

Bulan, kadar vitamin C yang tertinggi terdapat pada kedondong bagian daging,

sedangkan kadar vitamin C yang terendah terdapat pada bagian kulit, hal ini

dapat dikarenakan varietas kedondong dan tempat tumbuh yang berbeda,

karena perbedaan varietas dan tempat tumbuh merupakan faktor yang

mempengaruhi kadar vitamin C.

Menurut Counsell dan Horning (1981), kadar vitamin C tersebar

dengan luas dalam tumbuhan, kadar vitamin C ini dapat berbeda-beda

dikarenakan beberapa faktor seperti varietas, pengolahan, suhu, masa

pemanenan dan tempat tumbuh.

4.3 Uji Perolehan Kembali

Hasil uji perolehan kembali (Recovery) vitamin C dari buah Kedondong

Bangkok bagian daging yang diperoleh dari Pasar Sore Padang Bulan dapat

dilihat pada Lampiran 10, halaman 50.

Kedondong Bangkok bagian daging diperoleh persen recovery rata-rata

adalah 98,46%. Kisaran rata-rata hasil uji perolehan kembali yang diizinkan

untuk kadar analit 0,01%-0,1% dalam sampel yang diperiksa adalah

(42)

1,00%. Kisaran yang diizinkan adalah tidak lebih dari 2% (Harmita, 2004).

Dari hasil yang diperoleh tersebut maka dapat disimpulkan bahwa akurasi dan

(43)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

1. Kadar vitamin C pada buah Kedondong Bangkok (Spondias dulcis

Parkinson) bagian daging adalah 31,90 ± 0,81 mg/100 g, Kedondong

Bangkok (Spondias dulcis Parkinson) bagian kulit adalah 23,87 ± 0,89

mg/100 g, Kedondong Kendeng (Spondias dulcis Parkinson) bagian

daging adalah 26,58 ± 1,02 mg/100 g dan Kedondong Kendeng

(Spondias dulcis Parkinson) bagian kulit adalah 22,82 ± 0,45 mg/100 g.

2. Hasil pengujian beda nilai rata-rata secara statistik dengan metode

ANOVA dilanjutkan dengan uji DUNCAN taraf kepercayaan 95%

diperoleh perbedaan yang signifikan rata-rata kadar vitamin C antara

kedondong bangkok dan kedondong kendeng bagian daging dan bagian

kulit.

5.2 Saran

Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk menentukan kadar

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Andarwulan, N., dan Koswara, S. (1992). Kimia Vitamin. Jakarta: Rajawali Press. Hal. 25, 26, 33.

Anonim. (2011). Manfaat Kedondong.

segudang-manfaat-kedondong. Diakses 22 Agustus 2012.

Budiyanto, A.K. (2004). Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Edisi III. Malang: UMM-Press. Hal. 75.

Counsell, J.N., dan Horning, D.H. (1981). Vitamin C. London: Applied Science Publishers. Hal. 123-124.

Depkes RI. (1994). Tanaman Obat Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Hal. 269-270.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 1124, 1133, 1135, 1164, 1168, 1215-1216.

Hakimah, I.A. (2010). 81 Macam Buah Berkhasiat Istimewa. Jawa Tengah: Syura Media Utama. Hal. 91-92.

Harmita, (2004). Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya. Majalah Ilmu Kefarmasian. 1(3): 118-119, 121-123.

Horwitz, W. (2002). Official Methods of Analysis of Association of Official Analytical Chemist International Edisi XVII. Maryland: AOAC International Suite 500. Hal. 16-17.

Kumalaningsih, S. (2006). Antioksidan Alami Cetakan I. Surabaya: Trubus Agrisarana. Hal. 16, 46.

Poedjiadi, A. (1994). Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Hal. 393.

Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 19, 22.

(45)

Silalahi, J. (2006). Makanan Fungsional. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Hal. 52-53.

Silalahi, J. (1985). Some Aspect Of Vitamin C Retention in Potato Crips.

Thesis The University of New South Wales School of Food Science and Technology.

Sudarmadji, S. (1989). Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty Press. Hal. 160, 166.

United States Department of Agriculture (1994). Natural Resources Conservation Service.Diunduhdari gov/java/profile?Symbol=SPDU3. Pada tanggal 30 Agustus 2012

Wibisono, Y. (2005). Metode Statistik. Cetakan I. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 399, 451-452.

(46)
(47)
(48)

Lampiran 3. Sampel yang Digunakan

Gambar 6. Kedondong yang diperoleh dari Pasar Sore Padang Bulan

Kedondong Bangkok dan Kendeng

Gambar 7. Kedondong bangkok dan kendeng bagian daging

Kedondong Bangkok dan Kendeng

Kedondong Bangkok Kedondong Kendeng

(49)
(50)

Lampiran 4. Flowsheet

A. Kedondong bagian Daging

Dibersihkan

Di pisahkan bagian daging dan bagian kulit

Di timbang sekitar 125 g

Di tambahkan 50 ml larutan asam metafosfat asetat

Di blender

Di timbang seksama 7 g

Di masukkan ke labu tentukur 50 ml

Di tambahkan asam metafosfat asetat sampai garis tanda

Di homogenkan dan di saring

Di pipet 10 ml dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer

Ditambahkan 5 ml asam metafosfat asetat

Di titrasi dengan larutan 2,6- diklorofenol indofenol sampai terbentuk warna merah jambu Kedondong

Kedondong bagian daging

Larutan sampel

sampel

(51)

B. Kedondong bagian Kulit

Dibersihkan

Di pisahkan bagian daging dan bagian kulit

Di timbang sekitar 125 g

Di tambahkan 50 ml larutan asam metafosfat asetat

Di blender

Di timbang seksama 7 g

Di masukkan ke labu tentukur

50 ml Di tambahkan asam metafosfat

asetat sampai garis tanda Di homogenkan dan di saring

Di pipet 10 ml dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer

Ditambahkan 5 ml asam metafosfat asetat

Di titrasi dengan larutan 2,6- diklorofenol indofenol sampai terbentuk warna merah jambu Kedondong

Kedondong bagian kulit

Larutan sampel

sampel

(52)

Lampiran 5. Data Perhitungan Kesetaraan Larutan 2,6-Diklorofenol Indofenol

Diklorofenol Indofenol (ml) Blanko (ml)

Kesetaraan larutan 2,6-diklorofenol indofenol dapat dihitung dengan rumus:

Kesetaraan =

Volume larutan vitamin C yang dititrasi = 1 ml

Rata rata volume titrasi = 2,55 ml

Volume larutan vitamin C yang dititrasi = 1 ml

(53)

c) Berat vitamin C = 50,4 mg

Volume larutan vitamin C yang dititrasi = 1 ml

Rata rata volume titrasi = 2,87 ml

Harga rata-rata dan deviasi

(54)

0,1910 – 0,1838

= x 100% = 3,9173 % 0,1838

Kesetaraan vitamin C dengan harga rata rata d terkecil adalah d=

1,8499 %, maka kesetaraan vitamin C yang didapat untuk 1 ml

(55)

Lampiran 6. Perhitungan Kadar Vitamin C dari Sampel yang Dianalisis (Vt – Vb) x Kesetaraan x Vl

Kadar vitamin C (mg/g sampel) =

Vp x Bs

Keterangan:

Vt = volume titrasi (ml) Vb = volume blanko (ml) Vl = volume labu (ml)

Vp = volume larutan sampel yang dititrasi (ml) Bs = berat sampel (g)

Contoh penetapan kadar vitamin C pada Kedondong Bangkok bagian daging

yang diperoleh dari Pasar Sore Padang Bulan Medan:

Berat Sampel = 125,3708 g

Volume Larutan Asam Metafosfat asetat = 50 ml

Jadi berat keseluruhan (larutan sampel) = 175,3708 g/ml

Volume titrasi = 1,680 ml

Kesetaraan = 0,1946 mg vitamin C

Volume labu tentukur = 50 ml

Berat Larutan sampel = 7,0215 g

Berat Sampel = 5,0195

Volume blanko = 0,02 ml

125,3708 g

Berat Sampel = x 7,0215 g

175,3708 g

(56)

( Vt – Vb ) x Kesetaraan Kadar vitamin C dalam Larutan =

Sampel (mg vitamin C/ml) Vp

(1,680 ml – 0,02 ml) x 0,1946 mg/ml =

10 ml

= 0,0323 mg Vitamin C/ml

( Vt – Vb ) x Kesetaraan x Vl Kadar vitamin C dalam Sampel =

Vp x Bs

(1,680 ml – 0,02 ml) x 0,1946 mg/ml x50ml =

10 ml x 5,0195 g

= 0,3217 mg/g

(57)

Lampiran 7. Data Hasil Penetapan Kadar Vitamin C dari Sampel yang Dianalisis

A. Hasil Penetapan Kadar Vitamin C dari Kedondong Bangkok Bagian Daging yang diperoleh dari Pasar Sore Padang Bulan

Berat Sampel : 125,3708 g

Volume Larutan Asam Metafosfat asetat : 50 ml Berat larutan Sampel seluruhnya : 175,3708 g

No

B. Hasil Penetapan Kadar Vitamin C dari Kedondong Bangkok Bagian kulit yang diperoleh dari Pasar Sore Padang Bulan

Berat Sampel : 125,3708 g

Volume Larutan Asam Metafosfat asetat : 50 ml Berat larutan Sampel seluruhnya : 175,3708 g

(58)

C. Hasil Penetapan Kadar Vitamin C dari Kedondong Kendeng Bagian Daging yang diperoleh dari Pasar Sore Padang Bulan

Berat Sampel : 125,3708 g

Volume Larutan Asam Metafosfat asetat : 50 ml

Berat larutan Sampel seluruhnya : 175,3708 g

No

D. Hasil Penetapan Kadar Vitamin C dari Kedondong Kendeng Bagian kulit yang diperoleh dari Pasar Sore Padang Bulan

Berat Sampel : 125,3708 g

Volume Larutan Asam Metafosfat asetat : 50 ml

Berat larutan Sampel seluruhnya : 175,3708 g

(59)

Lampiran 8. Perhitungan Statistik Kadar Vitamin C Sampel yang Dianalisis A. Kedondong Bangkok Bagian Daging

No Kadar(mg/100g) (Xi) (Xi-X) (Xi-X)2

Dari 6 data yang diperoleh, data ke-3 adalah data yang paling menyimpang

maka dilakukan uji Q.

Qhitung = Nilai yang dicurigai – Nilai yang terdekat

Nilai Qhitung tidak melebihi nilai Q0,95 yaitu 0,621 sehingga semua data diterima.

(60)

B. Kedondong Bangkok Bagian Kulit

Dari 6 data yang diperoleh, data ke-6 adalah data yang paling menyimpang

maka dilakukan uji Q.

Qhitung = Nilai yang dicurigai – Nilai yang terdekat

Nilai Qhitung tidak melebihi nilai Q0,95 yaitu 0,621 sehingga semua data

diterima.

Rata-rata kadar vitamin C buah Kedondong Bangkok Bagian Kulit pada taraf

(61)

C. Kedondong Kendeng Bagian Daging

Dari 6 data yang diperoleh, data ke-3 adalah data yang paling menyimpang

maka dilakukan uji Q.

Qhitung = Nilai yang dicurigai – Nilai yang terdekat

Nilai Qhitung tidak melebihi nilai Q0,95 yaitu 0,621 sehingga semua data diterima.

Rata-rata kadar vitamin C buah Kedondong Kendeng Bagian Daging pada taraf

(62)

D. Kedondong Kendeng Bagian Kulit

Dari 6 data yang diperoleh, data ke-6 adalah data yang paling menyimpang

maka dilakukan uji Q.

Qhitung = Nilai yang dicurigai – Nilai yang terdekat

Nilai Qhitung tidak melebihi nilai Q0,95 yaitu 0,621 sehingga semua data

diterima.

(63)

Lampiran 9. Contoh Perhitungan Analisi Perolehan Kembali (Recovery) Contoh Perhitungan Analisis Perolehan Kembali (Recovery) Vitamin C pada

Kedondong Bangkok Bagian Daging yang diperoleh dari Pasar Sore Padang

Bulan:

Berat Sampel = 40,2877 g

Larutan Vitamin C Asam Metafosfat Asetat = 15 ml = 0,4 mg

Berat Sampel Seluruhnya = 55,2877 g

Berat larutan Sampel = 7,0214 g

40,2877

Mengandung Sampel = x7,0214=5,1164 g

55,2877

Rata-rata Kadar Vit.C dalam Sampel = 0,3190 mg

Analit = 5,1164 x 0,3190 = 1,6321 mg

Dilarutkan add 50 ml

1,6321 mg

Konsentrasi Analit = = 0,0326 mg/ml 50 ml

40 mg

Baku yang ditambahkan = = 0,4 mg/ml 100 ml

15

Larutan Vit C baku dalam Asam Metafosfat = x7,0214= 1,9049ml 55,2877

Mengandung Vitamin C = 1,9049 ml x 0,4 mg/ml= 0,7619 mg

0,7619 mg

(64)

Total Larutan Vit C dalam larutan sampel = 0,0326 + 0,0152 = 0,0478 mg/ml

Volume Titrasi = 2,420 ml

1 ml 2,6-Diklorofenol Indofenol setara dengan 0,1946 mg Vitamin C

Konsentrasi pengukuran pada Vitamin C =2,420 ml x 0,1946 = 0,4709/10 ml

= 0,0470 mg/ml

Didapat kembali =HasilPengukuran-konsentrasi Analit

= 0,0470 – 0,0326 = 0,0144 mg/ml

% didapat kembali = 94,73%

0152 , 0

0144 , 0

(65)

Lampiran 10. Perolehan Kembali (Recovery)

Data Analisis Perolehan kembali (Recovery) Vitamin C Buah Kedondong Bangkok Bagian Daging dari Pasar Sore Padang Bulan

Berat Sampel : 40,2877 g

Volume Larutan Asam Metafosfat asetat : 15 ml

Berat Larutan Sampel seluruhnya : 55,2877 g

Keterangan: Berat larutan sampel (g) yang ditimbang dan baku yang ditambahkan digabung dan diencerkan dalam labu 50 ml

(66)

Lampiran 11. Perhitungan Koefisien Variasi (% RSD)

(67)

Lampiran 12. Hasil Analisis Statistik.

(68)
(69)

Gambar

Gambar 1. Rumus Bangun Vitamin C
Gambar 2. Reaksi Perubahan Vitamin C (Silalahi, 1985).
Gambar 3. Reaksi antara vitamin C dan Iodin (Rohman, 2007).
Gambar 4. Reaksi Asam Askorbat dengan 2,6-Diklorofenol Indofenol
+6

Referensi

Dokumen terkait

Diperoleh perbedaan yang signifikan rata-rata kadar vitamin C antara kadar vitamin C dari nanas, pada penyimpanan suhu ruang (27°C) dan dingin (5°C) selama 24, 48 dan 72 jam..

Tabel 1: Analisis beda nilai rata-rata kadar vitamin C dari bawang putih ( Allium sativum L) yang diperoleh dari pasar tradisional Pancur batu, supermarket berastagi,

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan yang signifikan kadar vitamin C antara kiwi hijau pada bagian daging, kiwi emas pada bagian daging, kiwi hijau pada

Penetapan kadar vitamin C yang terdapat dalam jus buah apel merah dan hijau dilakukan dengan metode volumetri dengan 2,6- diklorofenol indofenol, metode ini merupakan

Terdapat kadar vitamin C dalam jumlah tertentu pada jus buah apel ( Malus domestica Borkh.) yang berwarna merah dan hijaua. Terdapat penurunan kadar vitamin C pada jus buah

Penetapan kadar Vitamin C dilakukan dengan metode titrasi dengan 2,6-diklorofenol indofenol karena metode ini lebih selektif terhadap vitamin C dan mencegah senyawa pereduksi

STUDI PENETAPAN KADAR KANDUNGAN VITAMIN C PADA BEBERAPA MACAM BUAH MANGGA (Mangifera indica L.) YANG BEREDAR DI KOTA MEDAN SECARA VOLUMETRI DENGAN 2,6-DIKLOROFENOL

Sampel buah melon yang digunakan berasal dari daerah Deli Serdang di Desa Rambungan Kecamatan Batang Kuis (Sumatera Utara), Calang di Desa Ranto Moreu Kecamatan Panga