• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara Bentuk Strategi Coping dengan Komitmen Perkawinan pada Pasangan Dewasa Madya Dual Karir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan antara Bentuk Strategi Coping dengan Komitmen Perkawinan pada Pasangan Dewasa Madya Dual Karir"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Komitmen Perkawinan pada Pasangan Dewasa Madya

Dual Karir

Nora Shofia Rahmatika

Muryantinah Mulyo Handayani

Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya

Korespondensi: Nora Shofia rahmatika, Departemen Psikologi Pendidikan dan Perkembangan Fakultas Psikologi

Universitas Airlangga, Jl. Dharmawangsa Dalam Selatan Surabaya 60286, e-mail: norashofia@gmail.com

Abstract.

Keywords: Abstrak.

The aim of this study was to empirically examine the relationship between each type of coping strategies and the three type of marital commitment. The two forms of coping strategy are problem-focused coping and emotion-focused coping. Both forms of coping strategies will be tested in correlation with each type of marital commitment namely personal commitment, moral commitment and structural commitment. This research was conducted on 122 people aged 35-60 years consisted of 58 men and 64 women who had professional job and participate in the full-time pursuit of career and family. Coping strategy and marital commitment questionnaire translated from standardized instrument used as data collection tool. Coping strategies scale reliability was 0.789 and marital commitment scale reliability was 0.909. Analysis indicated that emotion-focused coping has significant correlation with personal commitment ((ρ = 0,221, p = 0,019) and moral commitment (ρ = 0,225, p = 0,017). Emotion-focused coping showed no significant correlation with structural commitment. Problem-focused coping has no significant correlation with the three type of marital commitment. The results of the analysis showed that there is positive significant correlation between emotion-focused coping with personal and moral commitment.

Penelitian ini bertujuan menguji secara empiris hubungan antara bentuk strategi coping dengan tipe-tipe komitmen perkawinan. Strategi coping yang dimaksud adalah problem-focused coping dan emotion-focused coping. Kedua bentuk strategi coping tersebut akan diuji korelasinya dengan ketiga tipe komitmen perkawinan, yaitu komitmen personal, komitmen moral dan komitmen struktural. Penelitian ini dilakukan pada 122 orang berusia 35-60 tahun yang terdiri dari 58 pria dan 64 wanita yang memiliki pekerjaan profesional sekaligus menjalankan peran dalam keluarga. Alat pengumpul data berupa kuesioner skala strategi coping dan skala komitmen yang ditranslasi dari instrumen yang terstandar. Reliabilitas skala strategi coping adalah 0,789 dan reliabilitas skala komitmen perkawinan adalah 0,909. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa emotion-focused coping berhubungan dengan komitmen personal (ρ = 0,221, p = 0,019) dan komitmen moral (ρ = 0,225, p = 0,017). Emotion-focused coping tidak berhubungan dengan komitmen struktural. Problem-focused coping juga tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dengan ketiga tipe komitmen perkawinan. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara

(2)

focused coping dengan komitmen personal dan moral.

Kata Kunci :

Komitmen Perkawinan, Strategi Coping, Pasangan Dual Karir

Selain masalah yang ditimbulkan oleh model Fenomena istri dan suami yang sama-sama dual karir itu sendiri, komitmen pasangan juga bekerja dikenal dengan istilah pasangan dual dapat terpengaruh dari adanya dual karir. karir. Pasangan dapat disebut dual karir jika Diantaranya adalah berkurangnya perasaan kasih memenuhi beberapa karakteristik yaitu kedua sayang dan cinta akibat kesibukan dan intensitas pasangan bekerja dalam lingkup profesional, pertemuan yang terbatas membuat komitmen m e n j a l a n i k a r i r, m e m i l i k i a n a k d a n personal pasangan dapat berkurang. Selain itu, bertanggungjawab dalam pengasuhan (Saraceno, ketika harus berjauhan karena urusan pekerjaan

2007). pasangan mungkin akan dihadapkan pada hal-hal

Peningkatan model keluarga dengan dual yang berbenturan dengan prinsip dan nilai karir terjadi di Indonesia. Hal tersebut terlihat (Lydon, 2002). Jaringan sosial yang luas dan tidak dari meningkatnya jumlah wanita yang bekerja. dapat dikontrol antara pasangan memungkinkan Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2012) pasangan untuk memiliki persepsi bahwa hal-hal di tahun 2010, ada 27,92 % istri yang bekerja pada di luar perkawinannya seperti adanya pria atau kelompok umur 25-44 tahun baik yang tinggal di wanita lain dan pilihan-pilihan lain di luar pedesaan maupun perkotaan. Angka ini perkawinan lebih menarik dan membuatnya mengalami peningkatan sebesar 3,17 % dari berkeinginan mengakhiri perkawinan. Hal 24,75% di tahun 2009 dengan kelompok umur tersebut menjadikan masalah bagi komitmen yang sama. Peningkatan ini juga terjadi pada moral dan struktural pasangan, karena ia menjadi kelompok umur 45-59 tahun, yang awalnya tidak konsisten lagi dengan nilai yang dianut dan berjumlah 6,62% di tahun 2009 menjadi 7,71% di l e b i h m e n g i n g i n k a n h a l - h a l d i l u a r

tahun 2010. perkawinannya.

Dari kelompok usia di atas dapat di lihat Menurut penelitian oleh Knee, Patrick, bahwa peningkatan dual karir mencakup usia Vietor dan Neighbors di tahun 2004, banyaknya dewasa madya, yaitu 35 hingga 60 tahun. Hal ini permasalahan yang dialami oleh pasangan terkait berkaitan dengan tugas perkembangan dewasa dengan rendahnya komitmen dalam hubungan. madya yaitu individu dituntut untuk memperluas Dengan demikian pasangan harus melakukan keterlibatan dan tanggung jawab pribadi serta segala daya dan upaya agar perkawinannya tetap sosial, meneruskan generasi yang dewasa dan bertahan.

berkompeten melalui pengasuhan dan mencapai Dari berbagai faktor yang mempengaruhi kepuasan dalam kehidupan karir (Santrock, komitmen perkawinan, penulis memfokuskan

2002). strategi coping sebagai hal yang disoroti dalam

Model pasangan dual karir memiliki penelitian ini. Beberapa peneliti berpendapat konsekuensi positif dan negatif dalam bahwa kemampuan pasangan dalam pemecahan perkawinan. Konsekuensi positif diantaranya masalah merupakan hal yang penting dalam adalah peran yang lebih egaliter (Hertz, 1986); kelangsungan hubungan perkawinan (Karney & keamanan ekonomi yang lebih terjamin (Rosen- Bradbury, 1995). Hal ini didukung dengan model Grandon, 1999); dan rasa kompetensi yang lebih interaksi komitmen perkawinan oleh Ballard-besar (Roehling-Men, 2003). Konsekuensi negatif Reisch dan Weigel (1999) yang menyatakan dari dual karir diantaranya adalah stressor lebih bahwa strategi pasangan dalam pemecahan besar yang dapat berasal dari sulitnya konflik perkawinan akan membawa pasangan menyeimbangkan urusan pekerjaan dan p a d a ko m i t m e n , ke m u d i a n ko m i t m e n keluarga, waktu untuk berkumpul bersama perkawinan ini akan mendukung munculnya keluarga yang terbatas atau kelelahan baik secara perilaku-perilaku pasangan dalam melakukan fisik maupun psikologis (Bielby, 1992; Barnett, coping.

dkk., 1995; Neault, dkk., 2005; Saraceno, 2007). Berbagai penelitian telah membahas

Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan

(3)

bagaimana strategi coping ini menjadikan komitmen moral, personal dan struktural pada komitmen dalam relasi intim. Menurut pasangan dewasa madya dual karir.

Schnurman-Crook (2001) strategi coping yang

dilakukan individu dapat membuatnya merasa

LANDASAN TEORI

puas terhadap hubungannya dan menilai bahwa

hubungan perkawinannya berkualitas dan layak Dewasa Madya

untuk dipertahankan. Ketika individu merasa Masa dewasa madya adalah periode bahwa perkawinannya berkualitas dan perkembangan yang dimulai pada usia 35 tahun mendukung perkembangan dirinya, individu hingga 45 tahun dan berlangsung hingga berusaha untuk memunculkan perilaku seorang individu berusia 60 tahun (Santrock, memelihara atau menjaga hubungan dan 2002).

menunjukkan pada pasangan usaha terbaiknya

(Reis & Sprecher, 2009). Strategi coping yang Dual Karir

d i l a k u k a n d a l a m r e l a s i p e r k a w i n a n Dual karir adalah pasangan yang terlibat memfasilitasi adanya kepuasan perkawinan dalam pekerjaan profesional dengan kualifikasi yang akhirnya membuat individu semakin ingin keahlian tertentu, menjalani karir sembari tidak mempertahankan hubungan (Perrone, dkk., menunda kehadiran anak atau memiliki anak

2006). dan menjalani kehidupan keluarga (Rapoport

Konstruk komitmen dalam hubungan dan Rapoport, 1971 dalam Schnurman-Crook, interpersonal termasuk kurang banyak diteliti. 2001).

Ketika pasangan ditanya apa yang paling

penting dari sebuah hubungan seringkali Komitmen Perkawinan

komitmen menjadi jawaban pertamanya. K o m i t m e n p e r k a w i n a n a d a l a h Namun, dibandingkan dengan konstruk- pengalaman subjektif dimana suami dan istri konstruk lain dalam literatur, komitmen masih ingin tetap mempertahankan perkawinan baik dianggap sepele dalam penelitian-penelitian dalam masa sulit ataupun masa senang, merasa mengenai hubungan interpersonal yang intim. secara moral harus bertahan, dan merasa Kebanyakan penelitian masih fokus pada terbatasi agar tetap berada dalam perkawinan; kepuasan, penyesuaian dan komunikasi dalam komitmen perkawinan ini terdiri dari tiga tipe hubungan (Stanley & Markman, 1992). yaitu komitmen personal, moral dan struktural

Ditemukan adanya kesenjangan hasil (Johnson, dkk., 1999). penelitian sebelumnya mengenai hubungan

antara strategi coping dengan komitmen StrategiCoping

perkawinan. Penelitian oleh Givertz dan Segrin Strategi coping adalah upaya kognitif dan di tahun 2005 menemukan adanya hubungan perilaku individu dalam mencegah atau positif antara respon konstruktif pasangan mengurangi pengaruh negatif stres, baik melalui strategi coping dengan komitmen i n te r n a l m a u p u n e k s te r n a l te rh a d a p perkawinan. Hubungan ini hanya sebatas kesejahteraan diri, yang melibatkan proses hubungan korelasional dan bukan hubungan penilaian kognitif dan pemilihan strategi yang pengaruh. Sedangkan penelitian oleh Alexander sesuai dengan situasi stres. (Lazarus & Folkman, di (2008) menyatakan bahwa strategi coping 1984; MacNair & Elliott, 1992; Lazarus, 1993). memiliki hubungan pengaruh dengan ketiga Strategi coping ini terdiri dari dua bentuk yaitu

tipe komitmen perkawinan. problem-focused coping dan emotion-focused

Dengan adanya penjelasan mengenai hal coping. Problem-focused coping meliputi

yang dapat memfasilitasi terpeliharanya strategi seperti coping aktif, merencanakan komitmen perkawinan yang salah satunya dapat tindakan, menekankan pada tindakan terwujud dari strategi coping, penulis tertarik penyelesaian masalah, coping menahan diri dan untuk mengetahui hubungan antara kedua mencari dukungan sosial sebagai alasan bentuk strategi coping, yaitu emotion-focused instrumental; emotion-focused coping meliputi

coping dan problem-focused coping dengan m e n c a r i d u k u n g a n s o s i a l e m o s i o n a l , ketiga tipe komitmen perkawinan, yaitu r e i n t e r p r e t a s i p o s i t i f , p e n e r i m a a n ,

(4)

penyangkalan dan beralih ke agama (Carver, memenuhi kriteria uji asumsi statistik

dkk., 1989). parametrik.

METODE PENELITIAN

HASIL PENELITIAN

Variabel independen dalam penelitian ini Berdasarkan analisis data diperoleh hasil adalah dua bentuk strategi coping yaitu b a hwa p ro b l e m - f o c u s e d c o p i n g t i d a k problem-focused coping dan emotion-focused menunjukkan korelasi yang signifikan dengan coping. Variabel dependen dalam penelitian ini ketiga tipe komitmen perkawinan, demikian adalah tiga tipe komitmen perkawinan, yaitu juga dengan korelasi antara emotion-focused komitmen personal, moral dan struktural. coping dengan komitmen struktural dengan

Penelitian ini bertujuan menguji hubungan dengan nilai p (sig.) > 0,05. Korelasi yang kedua bentuk strategi coping dengan ketiga tipe menunjukkan signifikan dengan p (sig.) < 0,05

komitmen perkawinan. adalah korelasi antara emotion-focused coping

Subjek dalam penelitian adalah suami dan dengan komitmen personal yaitu p = 0,019, ρ = istri yang keduanya masih berada dalam rentang 0,221 dan komitmen moral yaitu p = 0,017, ρ = usia 35-60 tahun, terlibat dalam pekerjaan 0,225.

profesional, memiliki minimal satu anak

kandung dan bertanggungjawab dalam

PEMBAHASAN

pengasuhan anak.

Teknik pengambilan sampel dalam Adanya hubungan antara

emotion-penelitian ini jenis nonprobabilitas atau focused coping dengan komitmen personal dan

pengambilan sampel secara tidak acak dengan komitmen moral membuktikan bahwa cara snowball sampling. Cara ini dilakukan penggunaan strategi coping akan menjadikan dengan mengidentifikasi dan memilih hasil yang berbeda jika diaplikasikan dalam responden penelitian melalui sebuah jaringan konteks perkawinan. Hasil penelitian ini relasi sosial (Neuman, 2004). Penulis awalnya mendukung hasil penelitian oleh Schnurman-memilih seorang responden kemudian meminta Crook (2001) bahwa emotion-focused coping responden menunjuk beberapa orang terdekat lebih memiliki hasil positif dalam relasi intim. yang memiliki karakteristik sesuai dengan Penelitian tersebut menyatakan bahwa ketentuan penelitian untuk menjadi responden problem-focused coping tidak menunjukkan

selanjutnya. pengaruh yang signifikan terhadap kualitas

Pengumpulan data dalam penelitian ini perkawinan sedangkan emotion-focused coping menggunakan kuesioner jenis penskalaan justru memiliki pengaruh yang signifikan respon skala Likert. Instrumen yang digunakan terhadap kualitas perkawinan pada pasangan adalah skala komitmen perkawinan yang dual karir.

ditranslasi dari Marital Commitmen Inventory Strategi coping yang digunakan individu oleh Johnson, Caughlin dan Huston (1999), dan dalam relasi intim merupakan bentuk negosiasi skala strategi coping yang telah ditranslasi dari dalam upaya mempertahankan hubungan COPE yang disusun oleh Carver, Scheier dan (Lazarus & Folkman, 1984). Individu dengan Weintraub (1989). Kedua skala yang telah tingkat emotion-focused yang cenderung lebih ditranslasi tersebut selanjutnya dilakukan tinggi akan memiliki komitmen personal yang penghitungan reliabilitas dengan pendekatan tinggi pula. Individu dengan tingkat komitmen Alpha Cronbach dengan bantuan SPSS versi 16 personal tinggi menganggap bahwa perkawinan for Windows. Skala komitmen perkawinan adalah bagian dari identitas personal mereka memiliki reliabilitas 0,909 dengan 42 aitem, (Johnson, dkk., 1999).

sedangkan skala strategi coping memiliki Perkawinan terikat pada nilai-nilai dan reliabilitas 0,789 dengan 27 aitem. rasa diri individu sehingga mereka mungkin Adapun teknik korelasi dalam penelitian merasakan frustasi terhadap diri mereka sendiri ini adalah teknik korelasi Spearman's Rho, daripada pada pasangan ketika ada masalah karena data dalam penelitian ini tidak perkawinan ataupun pekerjaan. Rasa frustasi ini

4

Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan Vol. 1, No. 03, Desember 2012

(5)

menjadikan individu lebih memilih untuk Dimensi mengembalikan pada agama menerima dan mengendalikan emosi agar yang dianut berperan penting terkait dengan perkawinan tetap berjalan harmonis. Individu kehidupan religius individu. Menurut Johnson, juga lebih memilih untuk memahami pasangan Caughlin dan Huston (1999) religiusitas terkait dan membiarkan masalah berlalu daripada dengan komitmen moral seseorang. Strategi berkonfrontasi dengan pasangan untuk seperti pasrah, berharap pada Tuhan dan mendapatkan solusi yang diinginkan. meningkatkan intensitas ibadah membuat Tujuannya adalah untuk tetap memelihara rasa pasangan semakin ingin konsisten terhadap cinta sebagai salah satu fungsi dari komitmen prinsip yang dianut, bahwa perceraian

personal (Johnson, dkk., 1999). melanggar norma agama dan menyalahi

Selain itu, emotion-focused coping dapat konsistensi nilai individu (Johnson, dkk., 1999). mendukung komitmen personal seseorang Selain itu, nilai-nilai religius juga merupakan karena strategi seperti melakukan reinterpretasi prediktor dari kepuasan dalam perkawinan, p o s i t i f a k a n m e m b u a t i n d i v i d u d a n sehingga individu akan semakin berkomitmen pasangannya lebih memfokuskan pada hal-hal pula terhadap perkawinan (Fiese & Tomcho, positif dalam sebuah hubungan daripada terlalu 2001).

banyak fokus pada peristiwa negatif yang terjadi Ha s i l pe n e l i t i a n i n i m e n d u k u n g (Schnurman-Crook, 2001). Pasangan juga akan penelitian sebelumnya yang awalnya dijadikan belajar untuk saling bertoleransi dan acuan dalam melakukan penelitian ini dengan memahami sehingga hal ini akan membuat ditemukan hubungan antara emotion-focused pasangan semakin menyayangi dan merasakan coping dengan komitmen personal dan

kepuasan dalam sebuah hubungan. Rasa puas komitmen moral. Penelitian Alexander (2008) ini adalah hal yang penting bagi individu dalam mengungkapkan bahwa tingkat komitmen mempersepsikan kualitas perkawinannya. personal, moral dan struktural seseorang Ketika individu merasa bahwa hubungan terhadap hubungan dipengaruhi oleh bentuk perkawinannya berkualitas dan mendukung strategi coping yang digunakan.

perkembangan diriya, individu akan berusaha Ketiadaan hubungan antara problem-untuk memunculkan perilaku mempelihara focused coping dengan ketiga tipe komitmen

hubungan (relational maintenance behavior) perkawinan dikarenakan penggunaan strategi dan menunjukkan pada pasangan usaha ini mengharuskan individu melakukan terbaiknya dalam perkawinan (Reis & Sprecher, tindakan aktif dalam penyelesaian masalah. Hal 2009). Penelitian ini mendukung penelitian ini menjadikan individu harus langsung sebelumnya yang dilakukan oleh Perrone, berkonfrontasi dengan pasangan dan terlibat Egosdottir, Webb dan Blalock (2006) yang dalam negosiasi yang koersif serta memaksakan menyatakan bahwa strategi coping yang kehendak untuk mendapatkan pemecahan dilakukan individu dalam relasi intim masalah yang diinginkan. Menurut Schnurman-memfasilitasi adanya kepuasan perkawinan Crook (2001), problem-focused coping pada yang akhirnya membuat individu semakin pasangan dual karir dianggap terlalu berkomitmen terhadap perkawinannya. menghabiskan banyak energi dan menambah Sementara itu penggunaan emotion- stres yang semakin memperparah dampak dari focused coping dalam menentukan komitmen peran beban yang berlebih.

moral terkait dengan nilai-nilai yang dianut Strategi coping bukan satu-satunya faktor individu. Individu dengan komitmen moral yang mempengaruhi komitmen perkawinan yang tinggi akan merasa memiliki tanggung yang dimiliki individu. Ada banyak faktor-faktor jawab yang besar terhadap perkawinan. Mereka lain yang tidak memungkinkan untuk dikontrol akan percaya bahwa tidak ada alternatif selain secara keseluruhan seperti persepsi terhadap tetap bertahan bersama pasangan (Johnson kontrol yang dilakukan pasangan (Stets & dkk., 1999) sehingga lebih cenderung Hammons, 2002), dukungan yang didapat dari menggunakan strategi seperti menerima dan caregiver di masa kecil (Orina, dkk., 2011), mengembalikan permasalahan pada agama investasi yang telah diberikan dalam

(6)

kedekatan dengan pasangan (Alexander, 2008). Karakter individu lainnya juga tidak memungkinan untuk dikontrol seperti sifat berkorban (Stanley, dkk., 2006), religiusitas, pendapatan, kelas sosial, pendidikan dan stabilitas perencanaan hidup (Johnson, dkk., 1999).

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif signifikan antara emotion-focused coping dengan komitmen personal dan komitmen moral. Sementara itu tidak terdapat hubungan signifikan antara emotion-focused coping dengan komitmen struktural dan tidak terdapat hubungan signifikan antara problem-focused coping dengan ketiga tipe komitmen.

D i t i n j a u d a r i ke k u ra n g a n d a l a m penelitian ini, disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk memperhatikan kriteria teoritis dari dual karir sehingga tidak terjadi reduksi ketika diterapkan dalam penelitian. Selain itu pemberian instrumen perlu dipisah antara suami dan istri untuk menghindari peniruan jawaban. Peneliti selanjutnya juga perlu menghindari distorsi komunikasi dalam pemilihan responden jika menggunakan teknik sampel snowball dengan cara memastikan pada setiap responden bahwa informasi sudah tersampaikan sebenar-benarnya.

PUSTAKA ACUAN

=6.

Ballard-Reisch, D. S., & Weigel, D. J. (1999). Communication processes in marital commitment: An integrative approach. Dalam J. M. Adams & W. H. Jones (Eds),

Handbook of interpersonal commitment and relationship stability (hal. 407-424).

New York: Plenum Press.

Bielby, D.D. (1992). Commitment to work and family. Annual Review of Sociology, 18, 281-302.

Carver, C.S., Scheier, M.F., & Weintraub, J.K. (1989). Assessing coping strategies: A theoretically based approach. Journal of

Personality and Social Psychology, 56, 2,

267-283.

Fiese, B. H., & Tomcho, T. J. (2001). Finding meaning in religious practice: The relation between religious holiday rituals and marital satisfaction. Journal of Family

Psychology, 15, 4, 597-609.

Givertz, M., Segrin, C. (2005). Explaining personal and constraint commitment in close relationships: The role of satisfaction, conf lict response, and relational bond. Journal of Social and

Personal Relationship, 22, 757-775.

Hertz, Rosanna. (1986). More equal than others:

Women and men in dual-career

Alexander, A. L. (2008). Relationship resources

marriages. Berkeley: University of

for coping with unfulfilled standards in

California Press. Diunduh pada tanggal dating relationships: Commitment,

2 3 O k t o b e r 2 0 1 2 d a r i satisfaction, and closeness. Journal of

http://ark.cdlib.org/ark:/13030/ft7489p1

Social and Personal Relationship, 25,

725-89/. 747.

Impett, E.A., Beals, K.P., & Peplau, L.A. Testing Badan Pusat Statistik. (2012). Persentase rumah

the investment model of relationship tangga menurut provinsi, jenis kelamin

co m m i t m e n t a n d s t a b i l i t y i n a KRT yang bekerja, dan daerah tempat

longitudinal study of married couples. tinggal, 2009-2010. Badan Pusat Statistik

Current Psychology: Developmental,

[on-line]. Diakses pada tanggal 23 April

Learning, Personality, Social, 20, 4,

312-2 0 1 312-2 d a r i

326. http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php

?tabel=1&daftar=1&id_subjek=40&notab

Johnson, M. P., Caughlin, J. P. & Huston, T. L.

Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan Vol. 1, No. 03, Desember 2012

(7)

(1999). The tripartite nature of marital California: Sage Publications, Inc. commitment: personal, moral and

structural reasons to stay married. Roehling, P. V., & Moen, P. (2003). Dual-earner

Journal of Marriage and The Family, 61, 1, couples. A Sloan Work and Family

160-177. Encyclopedia Entry [on-line]. Diakses

pada tanggal 28 Oktober 2012 dari Karney, B. R., & Bradbury, T. N. (1995). The

psych.ku.edu/dennisk/PF642/Dual-longitudinal course of marital quality and Earner%Couples.htm. stability: A review of theory, method and

research. Psychological Bulletin, 118, 1, 3- Rosen-Grandon, J. R. (1999). Managing Your

34. Dual-Career Family. From Dr.Jane's

Notebook [on-line]. Diakses pada tanggal

Knee, C. R., Patrick, H., Vietor, N. A., & 2 8 O k t o b e r 2 0 1 2 d a r i w w w. d r -Neighbors, C. (2004). Implicit theories of jane.com/chapters/Jane133.htm.

relationship: Moederators of the link

between conflict and commitment. Pers Santrock, J. W. (2002). Life-Span development:

th

Soc Psychol Bull, 30, 617-628. Perkembangan masa hidup (5 ed).

Terjemahan: Achmad Chusairi & Juda Lazarus, R.S., & Folkman, S. (1984). Stress, Damanik. Jakarta: Erlangga.

appraisal, and coping. New York: Springer

Publishing Company. Saraceno, C. (2007). Introduction to the special

issue: Dual-career couples. Zeitschrift für Lazarus, R.S. (1993). Coping theory and Familienforschung, 19, 3.

research: past, present, and future.

Psychosomatic Medicine, 55, 234-247. Schnurman-Crook, A.M. (2001). Marital quality

Lydon, J., Pierce, T., & O'Regan, S. (2002). in dual-career couples: Impact of role Coping with moral commitment to long- ove rl o a d a n d co p i n g re s o u rce s . distance relationships. Journal of Dissertation: Virginia Polytechnic Personality and Social Psychology, 73, 1, Institute and State University.

104-113.

Stanley, S.M., & Markman, H.J. (1992). Assessing Neuman, W.L. (2004). Social research methods: Commitment in Personal Relationships.

Qualitative and quantitative approaches Journal of Marriage and Family, 54, 3,

595-th

(4 ed.). America: Allyn and Bacon. 608.

Orina, M. M., Collins, W. A., Simpsons, J.A., Stanley, S.M., Whitton, S.W., Sadberry, S.W., Salvatore, J. E., Haydon, K. C., & Kim, J. S. Clements, M.L., & Markman, H.J. (2006). (2011). Developmental and dyadic Sacrifice as a predictor of marital perspectives on commitment in adult outcomes. Family Process, 45, 3.

romantic relationships. Psychological

Sciences, 22, 908-915. Stets, J.E., & Hammons, S.A. (2002). Gender,

control, and marital commitment. Perrone, K. M., Egisdottir, S., Webb, L. K., & Journal of Family Issues, 23, 3.

Blalock, R. H. (2006). Work-family interface: Commitment, conflict, coping and satisfaction. Journal of Career

Development, 32, 286-300.

Reis, H. T., & Sprecher, S. (2009). Encyclopedia of

r d

(8)

Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan

Referensi

Dokumen terkait

NO FORMAT SMS KETERANGAN 1 INFO &lt;spasi&gt; PNPM &lt;spasi&gt; BANTUL Format SMS yang digunakan user untuk mendapatkan informasi tentang data apa saja yang

Untuk menggali sebuah informasi yang penting dalam database untuk membantu pengambilan keputusan dalam meminimalisir mahasiswa drop out dibutuhkan suatu teknologi

Dari 1 g α-selulosa yang digunakan dalam proses isolasi melalui proses hidrolisis dan didialisis selama 8 hari dengan menggunakan membran dialisis hanya diperoleh

[r]

Identity in Terms of Sexual Experience. In the context of sexual experience, the researcher analyzed Firdaus based on her internal conflicts that is combined with Freud’s theory of

Secara lebih khusus terkait dengan penerapan pendekatan PMRI pada materi pecahan dikuatkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Adams (2002). Penelitian tersebut

PENGARUH PENGHINDARAN PAJAK DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP BIAYA UTANG (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia..

[r]