• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI (Studi Kasus Pada KPP Pratama Surakarta)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI (Studi Kasus Pada KPP Pratama Surakarta)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN

WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

(Studi Kasus Pada KPP Pratama Surakarta)

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Disusun Oleh : MAWAR WARIH ANTI

B 200 100 019

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2014

(2)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN

WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI (Studi Kasus Pada KPP Pratama Surakarta)

MAWAR WARIH ANTI B 200 100 019

ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penerimaan pajak penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta dan untuk menganalisis faktor apa yang paling dominan mempengaruhi penerimaan pajak penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi. Faktor tersebut adalah Kesadaran Wajib Pajak, Sosialisasi Perpajakan, Pemeriksaan Pajak, Jumlah Wajib Pajak, Jumlah Surat Setoran Pajak, Ekstensifikasi Wajib Pajak, Kepatuhan Wajib Pajak, dan Intensifikasi Pajak.

Populasi dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta. Sampel dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis faktor.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa dari 8 variabel yang diajukan direduksi menjadi 6 variabel yang tersebar dalam 2 faktor. Variabel Pemeriksaan Pajak dan Intensifikasi Pajak dikeluarkan dari model penelitian karena tidak memenuhi kriteria MSA > 0,5. Hasil analisis faktor menunjukkan 2 faktor yang tersebar, ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi. Faktor pertama terdiri dari kesadaran wajib pajak, kepatuhan wajib pajak, dan ekstensifikasi wajib pajak. Faktor kedua terdiri dari jumlah wajib pajak, jumlah surat setoran pajak, dan sosialisasi perpajakan.

Kata Kunci : kesadaran wajib pajak, sosialisasi perpajakan, pemeriksaan pajak, jumlah wajib pajak, jumlah surat setoran pajak, ekstensifikasi wajib pajak, kepatuhan wajib pajak, intensifikasi pajak.

(3)
(4)

1

A. Pendahuluan

Tujuan nasional negara Indonesia yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Upaya untuk mewujudkan tujuan tersebut salah satunya dengan pembangunan. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat (Asri dan Vinola, 2009). Dalam melaksanakan pembangunan nasional masalah pembiayaan menjadi sangat vital. Pembiayaan pembangunan ini direalisasikan ke dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Dalam APBN pemerintah memenuhi kebutuhan dana dengan mengandalkan dua sumber pokok, yaitu sumber dana luar negeri dan sumber dana dalam negeri. Sumber dana luar negeri misalnya hibah (grant), sedangkan sumber dana dalam negeri misalnya penjualan migas dan non migas serta pajak. Untuk menjadi bangsa yang mandiri, pemerintah terus mengoptimalkan sumber dana dalam negeri yaitu yang berasal dari pajak (Asri dan Vinola, 2009).

Dalam perkembangannya pajak merupakan komponen utama penerimaan dalam negeri. Hal ini nampak dari terus meningkatnya proporsi penerimaan terhadap total APBN. Penerimaan pajak pada tahun 2013 diperkirakan Rp 1.193,0 trilyun dari total pendapatan negara dalam negeri dan hibah sebesar Rp 1.525,2 trilyun atau sebesar 78,22 persen (Wibowo, 2013). Hal ini membuktikan sebagaian besar penerimaan-penerimaan negara berasal dari pajak. Mengingat jumlah penduduk yang semakin besar dan pertumbuhan ekonomi yang tetap berlanjut, maka diperkirakan penerimaan pajak masih bisa diharapkan dapat meningkat.

Keberhasilan penerimaan pajak dapat tercapai apabila terdapat beberapa faktor pendukung antara lain (1) tingkat kepatuhan dan disiplin nasional yang tinggi, (2) tersedia jaringan dan akses terhadap informasi serta komunikasi yang efektif (Gunadi, 1997: 1). Jika faktor tersebut meningkat maka akan meningkatkan penerimaan pajak.

(5)

Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak pernah dilakukan oleh (Dina dan Putu, 2009) hasilnya menunjukkan bahwa adanya pengaruh jumlah wajib pajak, jumlah Surat Setoran Pajak (SSP) yang diterima, dan ekstensifikasi wajib pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan orang pribadi. Jika terdapat penambahan jumlah wajib pajak, penambahan Surat Setoran Pajak, dan semakin sering Kantor Pelayanan Pajak melakukan ekstensifikasi Wajib Pajak maka akan meningkatkan penerimaan pajak penghasilan orang pribadi. Penelitian Marisa dan Agus (2013) hasilnya menunjukkan bahwa kesadaran wajib pajak dan pemeriksaan pajak berpengaruh terhadap penerimaan pajak, artinya jika pemeriksaan pajak dilakukan, maka akan meningkatkan jumlah penerimaan pajak dan sosialisasi perpajakan juga berpengaruh terhadap penerimaan pajak penghasilan orang pribadi, artinya jika kegiatan sosialisasi perpajakan dilakukan secara terus-menerus, maka pemahaman wajib pajak terhadap pentingnya membayar pajak akan meningkat sehingga penerimaan pajak penghasilan orang pribadi juga akan meningkat. Suhendra (2010) melakukan penelitian hasilnya menunjukkan adanya pengaruh kepatuhan wajib pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan, hal ini menunjukkan bahwa kepatuhan pajak memiliki pengaruh besar terhadap kinerja penerimaan pajak penghasilan.

Dengan demikian penelitian ini mengambil beberapa variabel tersebut antara lain Sosialisasi Perpajakan, Pemeriksaan Pajak, Jumlah Wajib Pajak, Jumlah Surat Setoran Pajak, Ekstensifikasi Wajib Pajak, Kepatuhan Wajib Pajak, dan Intensifikasi Pajak.

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI (Studi Kasus Pada KPP Pratama Surakarta).

(6)

B. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Pajak dan Fungsinya

Terdapat bermacam-macam batasan atau definisi tentang "pajak" yang dikemukakan oleh para ahli diantaranya adalah (Aris dan Mujiyati, 2011: 1) :

1. Menurut Dr. N. J. Feldmann, pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkan secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum.

2. Prof. Dr. P. J. A. Adriani, pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.

3. Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH, pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Definisi tersebut kemudian dikoreksinya yang berbunyi sebagai berikut: Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada Kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public

saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public

investment.

4. Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., & Brock Horace R, pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung dan proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk menjalankan pemerintahan.

(7)

2. Sistem Pemungutan Pajak

Di Indonesia pernah melaksanakan penerapan beberapa sistem pemungutan pajak, yaitu (Aris dan Mujiyati, 2011: 10) :

1. Official Assesment System

Wewenang pemungutan pajak ada pada fiskus sehingga inisiatif untuk memenuhi kewajiban perpajakan berada pada fiskus. Dalam sistem ini fiskus lebih aktif untuk mencari wajib pajak untuk diberikan NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) sampai pada penetapan jumlah pajak yang terutang melalui penerbitan SKP (Surat Ketetapan Pajak). Dengan demikian keberhasilan pelaksanaan pemungutan pajak tergantung pada peran aktif fiskus.

2. Self Assesment System

Sistem yang memberikan wewenang untuk memenuhi hak dan kewajiban ada pada wajib pajak sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Dalam sistem ini inisiatif untuk melaksanakan kewajiban perpajakan baik menghitung, memperhitungkan, membayar, melaporkan pajak yang dibayar serta mempertanggungjawabkan pajak terutang ada pada wajib pajak. Dengan demikian wajib pajak memberikan kepercayaan penuh untuk melaksanakan kewajiban perpajakan sehingga keberhasilan pemungutan pajak tergantung pada kepatuhan wajib pajak.

3. With Holding System

Pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada pihak ketiga untuk melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku. Dengan sistem ini keberhasilan pemungutan pajak tergantung kedisiplinan pihak ketiga yang ditunjuk untuk melaksanakan kewajiban perpajakan.

Pembukuan dan Syaratnya

Dalam pembukuan, wajib pajak harus memenuhi beberapa syarat pembukuan. Adapun syarat-syarat pembukuan menurut Undang-Undang Perpajakan Nomor 28 Tahun 2007 pasal 28 yaitu :

(8)

1. Harus diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik dan mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya.

2. Harus diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang rupiah, dan disusun dalam bahasa Indonesia atau bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri Keuangan.

3. Pembukuan diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel

akrual atau stelsel kas, apabila ada perubahan terhdap metode pembukuan dan atau tahun buku harus mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak.

4. Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang terutang.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi

1. Sosialisasi Perpajakan

Dalam Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-98/PJ/2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kerja dan Laporan Kegiatan Penyuluhan Perpajakan Unit Vertikal di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak, disebutkan bahwa upaya untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang hak dan kewajiban perpajakannya harus terus dilakukan karena beberapa alasan, antara lain :

a. Program ekstensifikasi yang terus menerus dilakukan Direktorat Jenderal Pajak diperkirakan akan menambah jumlah wajib pajak baru yang membutuhkan sosialisasi/penyuluhan.

b. Tingkat kepatuhan wajib pajak terdaftar masih memiliki ruang yang besar untuk ditingkatkan.

c. Upaya untuk meningkatkan jumlah penerimaan pajak dan

meningkatkan besarnya tax ratio.

(9)

Kegiatan sosialisasi bagi wajib pajak baru bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan kepatuhan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya, khususnya bagi mereka yang meyampaikan Surat Pemberitahuan dan belum melakukan penyetoran pajak untuk yang pertama kali. Sedangkan bagi wajib pajak terdaftar bertujuan untuk menjaga komitmen wajib pajak untuk terus patuh.

3. Jumlah Wajib Pajak

Pada tahun 2013 diharapkan tax ratio jumlah wajib pajak meningkat menjadi 14 % dengan cara meningkatkan jumlah wajib pajak hingga mencapai minimal 30 juta, dengan tingkat kepatuhan rata-rata 70 persen. Jumlah itu terdiri atas 19,8 juta wajib pajak orang pribadi dan 2,2 juta wajib pajak badan, dengan tingkat kepatuhan 52,74 persen, atau hanya sekira 9,33 juta wajib pajak dari 17,69 juta wajib pajak yang terdaftar (Fitra, 2012).

4. Jumlah Surat Setoran Pajak

Menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2013 yang dimaksud dengan Surat Setoran Pajak adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas negara melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan. Pelaksanaan pembayaran pajak dapat dilakukan Kantor Penerima Pembayaran dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) yang dapat diambil di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) terdekat, atau dengan cara lain melalui pembayaran pajak secara elektronik (e-payment).

5. Ekstensifikasi Wajib Pajak

Menurut Marisa dan Agus (2013) ekstensifikasi subyek/obyek pajak adalah kebijakan dibidang perpajakan yang ditujukan untuk meningkatkan penerimaan perpajakan melalui penambahan jumlah subyek pajak dan perluasan obyek pajak. Kebijakan tersebut dilaksanakan secara bersama dan terpadu dalam rangka meningkatkan penerimaan perpajakan. Indah (2005) menyatakan bahwa ekstensifikasi adalah kegiatan yang berkaitan

(10)

dengan penambahan jumlah wajib pajak yang terdaftar dalam administrasi Direktorat Jenderal Pajak.

6. Kepatuhan Wajib Pajak

Menurut Simon James et al (2005) dalam Anggraeni et al. (2013)

kepatuhan pajak (tax compliance) adalah wajib pajak mempunyai

kesediaan untuk memenuhi kewajiban pajaknya sesuai dengan aturan yang berlaku tanpa perlu diadakannya pemeriksaan, investigasi seksama, peringatan ataupun ancaman, dalam penerapan sanksi baik hukum maupun administrasi.

7. Intensifikasi Pajak

Menurut Marisa dan Agus (2013) intensifikasi pemungutan pajak merupakan kebijakan yang ditempuh dengan tujuan agar para wajib pajak membayar sesuai dengan peraturan yang berlaku, sehingga realisasi penerimaan pajak sesuai dengan potensinya, melalui kebijakan ini penerimaan pajak diharapkan meningkat, namun jumlah subjek pajak dan objek pajaknya tidak berubah. Tujuan intensifikasi pajak adalah

mengintensifkan semua usahanya dalam meningkatkan dalam

meningkatkan penerimaan pajak dari sisi ekstensifikasi pajak pemerintah melakukan perubahan ketentuan peraturan untuk memperluas cakupan subyek dan obyek pajak (Vergina dan Ratna, 2013).

C. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif. Menurut Indriantoro (2002: 12) penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menekankan pada pengujin teori-teori melalui pengukuran variabel-variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik.

(11)

2. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang akan diteliti oleh peneliti (Sekaran, 2009: 123). Populasi dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta.

Sampel adalah bagian dari populasi yang terdiri dari elemen-elemen yang diharapkan memiliki karakteristik yang dapat mewakili populasinya (Sekaran, 2009: 123). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Surakarta.

3. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

a. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan yaitu untuk memperoleh teori-teori yang mendukung penelitian ini dengan cara mempelajari, meneliti, mengkaji, serta menelaah literatur-literatur berupa buku, makalah, dan jurnal yang berhubungan dengan topik penelitian. Penulis juga melakukan browsing pada situs-situs terkait untuk memperoleh tambahan literatur, jurnal, dan data lainnya yang diperlukan (Sugiyono, 2010: 193).

b. Dokumentasi (Documentation)

Pengumpulan data dengan mempelajari dokumen-dokumen serta catatan-catatan di bagian yang terkait dengan masalah yang diteliti (Sugiyono, 2010: 194).

D. Hasil Penelitian

Dari hasil uji analisis faktor, pada pengujian Kaiser-Meiyer-Olkin

(KMO) dan Barlett’s Test didapat nilai sebesar 0,577 > 0,5, maka proses analisis dapat dilanjutkan. Untuk nilai MSA pada masing-masing pernyataan atau sub variabel agar analisis dapat dilanjutkan nilai MSA harus > 0,5, sedangkan berdasarkan hasil output SPSS pada tabel 4.10 diketahui bahwa

(12)

variabel Pemeriksaan Pajak memiliki nilai MSA 0,422 (MSA<0,5) yang artinya variabel ini harus dikeluarkan dari analisis karena tidak memenuhi kriteria.

Hal ini berarti variabel Pemeriksaan Pajak bukanlah merupakan faktor yang membentuk Penerimaan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi karena variabel ini memiliki nilai MSA yang lebih kecil dari 0,5, ini tidak sejalan dengan penelitian Marisa dan Agus (2013) yang memberikan kesimpulan bahwa variabel Pemeriksaan Pajak merupakan faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi. Sehingga variabel yang dianalisis berkurang menjadi enam variabel yaitu Sosialisasi Perpajakan, Jumlah Wajib Pajak, Jumlah Surat Setoran Pajak, Ekstensfikasi Wajib Pajak, Kepatuhan Wajib Pajak, dan Intensifikasi Pajak.

Setelah variabel Pemeriksaan Pajak dikeluarkan dari analisis, dilakukan kembali uji Kaiser-Meiyer-Olkin dan Barlett’s Test yang kemudian menghasilkan nilai 0,663 nilai ini lebih besar dari 0,577 dari analisis sebelumnya yang mengikutsertakan variabel Pemeriksaan Pajak. Dan hasil uji MSA ke enam variabel tersebut nilainya sudah diatas 0,5 yaitu untuk variabel sosialisasi perpajakan sebesar 0,753, variabel jumlah wajib pajak sebesar 0,621, variabel jumlah Surat Setoran Pajak (SSP) sebesar 0,521, variabel ekstensifikasi Wajib Pajak sebesar 0,662, variabel kepatuhan Wajib Pajak sebesar 0,572, dan variabel Intensifikasi Pajak sebesar 0,509. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa keenam variabel yang diajukan dalam penelitian ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta.

Berdasarkan hasil pengujian Total Variance Explained diperoleh bahwa dari enam variabel yang dianalisis terbentuk dua faktor. Faktor pertama dengan proporsi kumulatif berkisar antara 60%-70% mampu menjelaskan 37,887% dari keragaman total item-item penelitian, sedangkan faktor kedua dapat menjelaskan 25,085% dari keragaman total. Jadi kumulatif

(13)

kedua faktor terbentuk dapat menerangkan sebesar 62,972% dari total keragaman item-item penelitian.

Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi adalah Sosialisasi Perpajakan, Jumlah Wajib Pajak, Jumlah Surat Setoran Pajak (SSP), Ekstensifikasi Wajib Pajak, Kepatuhan Wajib Pajak, dan Intensifikasi Pajak. Faktor-faktor dibagi menjadi dua faktor yang terbentuk yaitu untuk faktor yang pertama (faktor internal) adalah Ekstensifikasi Pajak dan Kepatuhan Wajib Pajak, sedangkan faktor yang kedua (faktor eksternal) meliputi variabel variabel Sosialisasi Perpajakan, Jumlah Wajib Pajak, Jumlah Surat Setoran Pajak (SSP), dan Intensifikasi Pajak. Dan faktor yang paling dominan yang mempengaruhi penerimaan pajak penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi adalah Kepatuhan Wajib Pajak karena memiliki nilai

loading paling besar atau tertinggi yaitu 0,854.

E. Penutup

1. Kesimpulan

Berdasarkan permasalahan, analisis data, dan pembahasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta dari tahun 2009-2013 dapat disimpulkan bahwa :

a. Berdasarkan hasil Anti-Image Matrices yang terdapat pada Anti-Image Correlation menunjukkan bahwa variabel pemeriksaan pajak (0,422<0,5) bukan merupakan faktor pembentuk penerimaan pajak penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi karena memiliki nilai MSA < 0,5. Sehingga H2 ditolak.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi terdiri dari dua faktor yang terbentuk dengan menggunakan uji kelayakan dengan metode Rotated Component Matrix,

(14)

1) Faktor pertama (faktor internal), terdiri dari ekstensifikasi wajib pajak (0,787>0,5), dan kepatuhan wajib pajak (0,854>0,5). Sehingga H5 dan H6 diterima.

2) Faktor kedua (faktor eksternal), terdiri dari sosialisasi perpajakan (0,504>0,5), jumlah wajib pajak (0,567>0,5), jumlah Surat Setoran Pajak (0,794>0,5), dan Intensifikasi Pajak (0,848>0,5). Sehingga H1, H3, H4 dan H7 diterima.

c. Faktor yang paling dominan mempengaruhi penerimaan pajak penghasilan

Wajib Pajak Orang Pribadi adalah Kepatuhan Wajib Pajak dengan nilai

loading paling besar atau tertinggi yaitu sebesar 0,854.

2. Keterbatasan

Penelitian ini tidak lepas dari keterbatasan-keterbatasan yang dapat menyebabkan hasil penelitian menjadi bias. Keterbatasan penelitian ini antara lain :

a. Penelitian ini hanya memfokuskan delapan variabel yang mempengaruhi penerimaan pajak penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi yaitu Kesadaran Wajib Pajak, Sosialisasi Perpajakan, Pemeriksaan Pajak, Jumlah Wajib Pajak, Jumlah Surat Setoran Pajak (SSP), Ekstensifikasi Wajib Pajak, Kepatuhan Wajib Pajak, dan Intensifikasi Pajak.

b. Jumlah instrumen yang digunakan dalam pengukuran setiap variabel masih sedikit.

c. Penelitian ini hanya menggunakan data selama lima tahun yaitu tahun 2009-2013.

3. Saran

Dari hasil pembahasan penelitian ini penulis dapat memberikan saran antara lain:

a. Untuk penelitian selanjutnya dapat mengembangkan dengan meneliti tidak hanya satu Kantor Pelayanan Pajak saja, perlu ditambah obyek penelitian.

(15)

c. Aparat hendaknya mengkaji beberapa karakteristik Wajib Pajak yang mempengaruhi perilaku masyarakat Wajib Pajak, tidak hanya melihat faktor sosial, budaya, dan ekonomi saja, karena hal tersebut dapat mempengaruhi perilaku wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

F. DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, Intan Yuningtyas, Naili Farida, Saryadi. 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Tengah Satu. Diponegoro Journal Of Social And Politic.

Aris dan Mujiyati. 2011. Perpajakan Kontemporer. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Asri dan Vinola. 2009. Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan

Terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak Yang Dimoderasi Oleh Pemeriksaan Pajak Pada KPP Pratama. SNA XII Palembang.

Cindy dan Yenni. 2013. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan Fiskus, Sanksi Perpajakan, Lingkungan Wajib Pajak Berada terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di Surabaya. Tax Accounting Review, vol 1,1 : 49-54.

Dina dan Putu. 2009. Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah

Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (Studi Kasus di Wilayah Kerja Kantor Pelayanan Pajak Batu). Journal Indonesian Applied Economics, vol 3, 2 : 135-149.

Fitra. 2012. Tax Ratio 2013 Bisa 14 %. http://www.investor.co.id/home/fitra-tax-ratio-2013-bisa-14/44235 (diakses 6 Januari 2013).

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS

19. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gunadi. 1997. Akuntansi Pajak Sesuai dengan Undang-Undang Pajak Baru. Jakarta: PT. Grasindo.

Indah, Sri S, Susilowati, Budiarti. 2005. Analisis Pengaruh Kinerja Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Negara.

JEBA, vol 7, 1 : 57-65.

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi Satu. Yogyakarta: BPFE-UGM. Marisa dan Agus. 2013. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Kegiatan Sosialisasi

(16)

Penghasilan di KPP Pratama Surabaya Sawahan. Tax and Accounting Review, vol 1,1 : 124-135.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013 Tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak.

http://www.ortax.org/ortax/?mod=aturan&page=show&id=15207 (diakses 10 Desember 2013).

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 74/PMK.03/2013 Tentang Kepatuhan Wajib Pajak.

http://www.ortax.org/ortax/?mod=aturan&hlm=21&page=show&id=15027 (diakses 10 Desember 2013).

Prissa. 2013. Pengertian Retribusi, Sumbangan, Bea dan Cukai serta Fungsi Pajak. http://arthaprissa.pun.bz/pengertian-retribusi-sumbangan-bea-dan-c.xhtml (diakses 3 Desember 2013).

Sekaran, Uma. 2009. Metodologi Penelitian untuk Bisnis Buku 1 Edisi 4. Jakarta: Salemba Empat.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis Edisi Lima. Bandung: Alfabeta.

Suhendra, Euphrasia Susy. 2010. Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan Terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan Badan.

Jurnal Ekonomi Bisnis, vol 15.

Supadmi, Ni Luh. 2009. Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Melalui Kualitas Pelayanan. Universitas Udayana Bali.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007. Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Pepajakan.

http://www.ortax.org/ortax/?mod=aturan&page=show&id=12761 (diakses 20 Oktober 2013).

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008. Tentang Pajak Penghasilan. http://www.ortax.org/ortax/?mod=aturan&page=show&id=13430 (diakses 20 Oktober 2013).

Vergina dan Ratna. 2013. Pengaruh Ekstensifikasi dan Intensifikasi Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Palembang Ilir Barat. Jurusan Akuntansi STIE MDP.

Wibowo, Dani. 2013. Selamat Datang APBN-P 2013.

http://ekonomi.kompasiana.com/manajemen/2013/06/21/refresh-selamat-datang-apbn-p-2013-570851.html (diakses 15 Oktober 2013).

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat disusun suatu rumusan masalah sebagai berikut ini: 1) Apakah pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching and

Hasil uji korelasi menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara variabel persepsi bentuk tubuh dengan skor total keluhan penyakit (p&lt;0.05), artinya bahwa

Produksi limbah pertanian berdasarkan nutrien BK, PK, dan TDN ditampilkan pada tabel 9. Kandungan nutrien pada lima belas kecamatan terpilih sangat berpontesi untuk

Buku ini mengupas tentang sistem agribisnis peternakan yang ada di Indonesia mulai dari dasar manajemen, peran manajemen dalam agribisnis, manajemen produksi, keuangan, Sumber daya

There are many methods of language teaching that may be selected for teaching speaking skill, the writer assumed that Contextual Teaching and Learning (CTL) is suitable method for

Pada penelitian ini, ikan diberi pakan yang mengandung probiotik, prebiotik dan sinbiotik yang diduga dapat meningkatkan respon imun dan ketahanan ikan terhadap Streptococcus

PENGARUH BUDIDAYA TANAMAN MENDONG (Fimbristylis globulosa) TERHADAP TINGKAT.. KESEJAHTERAAN PETANI MENDONG DI KECAMATAN MANONJAYA

îòïòïò Ô¿°·- ¾¿¬¿- ø Þ ±«²¼¿®§ ´¿§»® ÷ òòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòò é. îòïòïòïò Ô¿°·- ¾¿¬¿-