• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Penerapan Cuci Tangan Dengan Kepuasan Pasien Diruang Rawat Inap Rumah Sakit Anton Soedjarwo Pontianak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Penerapan Cuci Tangan Dengan Kepuasan Pasien Diruang Rawat Inap Rumah Sakit Anton Soedjarwo Pontianak"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Hubungan Penerapan Cuci Tangan Dengan Kepuasan Pasien Diruang Rawat Inap Rumah Sakit Anton Soedjarwo Pontianak

The Correlation between Hand Washing Practice and Patient’s Satisfaction in In-Patient Ward in Anton Soedjarwo Hospital Pontianak

Herlingga Setya Nugraha* Muhammad Ali Maulana** Fidi Rachmadi*** *Mahasisiwi Program Studi Keperawatan, Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura

Pontianak ** Dosen Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura *** UPT.Pelayanan Kesehatan Paru-Paru Kota Pontianak

Email: herlingga.nugraha@gmail.com ABSTRAK

Latar Belakang: Mencuci tangan adalah bagian dari pencegahan dan pengendalian infeksi dan salah satu indikator kualitas layanan rumah sakit. Kualitas layanan rumah sakit sangat terkait dengan kepuasan pasien, sebagai penerima layanan kesehatan. Namun tindakan mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan masih jarang dilakukan karena kurangnya pengetahuan dan kesadaran dari diri petugas kesehatan khususnyaa perawat itu sendiri. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara penerapan cuci tangan dan kepuasan pasien

Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional, meneliti 35 pasien dan 35 perawat yang dipilih dengan metode purposive sampling. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi cuci tangan dan kuesioner kepuasan pasien yang telah diuji valid sebelumnya. Penelitian ini berlangsung di Rumah Sakit Anton Soedjarwo Pontianak tepatnya diruang rawat inap Tri Brata, VIP dan Esty.

Hasil: Analisis korelasi menggunakan uji Chi Square antara penerapan cuci tangan dan kepuasan pasien menunjukkan p = 1,000 (> 0,05).

Kesimpulan: Tidak ada hubungan yang signifikan antara penerapan cuci tangan dan kepuasan pasien di antara pasien yang dirawat di ruang rawat inap di Rumah Sakit Anton Soedjarwo Pontianak. Diharapkan Komite PPI dapat memberikan penjelasan tentang pelaksanaan cuci tangan menggunakan sabun dan air atau handrub

Kata Kunci: Cuci Tangan, Pencegahan dan Pengendalian Infeksi, Kepuasan Pasien, Mutu Pelayanan Rumah Sakit.

(2)

The Correlation between Hand Washing Practice and Patient’s Satisfaction in

In-Patient Ward in Anton Soedjarwo Hospital Pontianak

Abstract

Background: Hand washing is a part of the infection control and prevention and one of the hospital service quality indicators. The hospital service quality is strongly linked to patient’s satisfaction, as the recipient of healthcare service. But the act of washing hands before and after the action is still rarely done because of the lack of knowledge and awareness of the health workers themselves, especially the nurses themselves.

Aim: This study aims to investigate the correlation between hand washing practice and patient’s satisfaction.

Method: This is a cross-sectional qualitative study, observing 35 patients and 35 staff nurses selected with purposive sampling method. The instruments used were hand washing observation sheets and patient satisfaction questionnaires that had been tested valid previously. This research took place at the Anton Soedjarwo Pontianak Hospital precisely in the inpatient room of Tri Brata, VIP and Esty.

Result: The analysis of correlation used Chi-Square between hand washing practice and patient’s satisfaction shows p = 1,000 (>0.05).

Conclusion: There was no significant correlation between hand washing practice and patient’s satisfaction among patients admitted to in-patient ward in Anton Soedjarwo Hospital Pontianak. It is expected that the PPI Committee can provide an explanation of the implementation of hand washing using soap and water or handrub.

Keywords: Hand washing, infection prevention and control, patient’s satisfaction, hospital service.

PENDAHULUAN

Keselamatan pasien merupakan isu global yang sedang terjadi dan merupakan hal yang penting dikarenakan banyaknya tuntutan atas kesalahan medis atau medical error yang sedang terjadi pada pasien. Undang-undang Rumah Sakit nomor 44 tahun 2009 sudah jelas mengatakan bahwa keselamatan pasien adalah faktor yang harus diutamakan oleh petugas kesehatan dibandingkan faktor yang lain1. Adapun sasaran keselamatan pasien adalah sebagai berikut Ketepatan

identifikasi pasien. Peningkatan Komunikasi yang efektif. Peningkatan Keamanan Obat yang perlu di waspadai. Kepastian Tepat Lokasi, Tepat Prosedur, Tepat Pasien Operasi. Pencegahan dan pengendalian Infeksi dan Pengurangan pasien jatuh2. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi merupakan salah satu dari keenam sasaran dalam Keselamatan Pasien atau Patient Safety. Pengendalian infeksi adalah masalah penting dalam pengaturan klinis untuk kesehatan dan keselamatan pasien.

(3)

Kegiatan pencegahan infeksi Salah satu upaya yang dilaksanakan untuk mencegah terjadinya infeksi nosocomial adalah

pelaksanaan cuci tangan. Kepatuhan perawat dalam

melakukan praktik cuci tangan sangat penting dilakukan karena ketidakpatuhan dapat menimbulkan dampak antara lain: penambahan diagnosa penyakit dan memperpanjang jumlah hari rawat selama di rumah sakit hingga dapat menyebabkan kematian bagi pasien, dapat menularkan kepada orang lain setelah meninggalkan rumah sakit bagi pengunjung, akan menjadi barier (pembawa kuman) yang menularkan kepada pasien lain dan diri sendiri bagi perawat dan menurunkan mutu pelayanan rumah sakit3.

Kurangnya penanganan pada keselamatan pasien dirumah sakit membuat menurunnya rasa kepuasan pasien. Pasien akan merasakan buruknya kualitas dalam pelayanan keselamatan pasien. Kepuasan pasien adalah rasa yang timbul sebagai akibat kinerja pelayanan yang baik dan benar setelah diperolehnya pelayanan kesehatan dan membandingkan

dengan apa yang telah diharapkannya1 . Hasil audit cuci tangan secara

Hand Rub yang diperoleh di Sekretariat Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit Anton Soedjarwo Pontianak didapatkan hasil pada Bulan Februari 2019 pada Momen 1 sebesar 30,00 %, Momen 2 sebesar 12,50 %, Momen 3 sebesar 27,50 %, Momen 4 sebesar 22,50 % dan Momen 5 sebesar 42,50 %. Dari nilai tersebut didapatkan hasil Kategori Kepatuhan Minimal. Lalu secara Hand Wash didapatkan Hasil pada Bulan februari 2019 pada Momen 1 sebesar 30,00 %, Momen 2 sebesar 12,50 %, dari Momen 3 sebesar 27,50 %, Momen ke 4 sebesar 22,50 % dan Momen ke 5 sebesar 42,50 %. Dari Nilai tersebut didapatkan hasil Kepatuhan Kategori Minimal. Dari

hasil audit cuci tangan secara Hand Rub dan Hand Wash didapatkan hasil pada Bulan Februari 2019 pada Momen 1 sebesar 52,50 % pada Momen 2 sebesar 32,50% pada Momen 3 40,00% pada Momen 4 sebesar 97,50 % dan Momen 5 sebesar 90.00%. Dari nilai tersebut didapatkan Kategori Kepatuhan Minimal dan Baik. Pelaksanaan Cuci Tangan di Rumah Sakit Anton Soedjarwo sudah lumayan baik.

Dari beberapa hasil studi pendahuluan di atas dapat disimpulkan bahwa tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi itu sendiri belum terlalu maksimal dengan didukungnya perawat yang belum terlalu maksimal dalam melaksanakan cuci tangan yang belum baik. Masih banyak petugas kesehatan yang belum melaksanakannya dengan baik dan benar. Hal itu dapat memicu penyakit baru terkait dengan penyebaran infeksi dan menambah penyakit pasien itu sendiri. Maka dari itu pasien tidak akan merasa puas akan pelayanan di rumah sakit itu sendiri. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengambil penelitian yang berjudul “Hubungan Penerapan Cuci Tangan dengan Kepuasan Pasien di ruang rawat inap Rumah Sakit Anton Soedjarwo Pontianak”.

METODE

Desain penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif yaitu menggunakan analitik observasional dengan pendekatan cross sectional lalu menggunakan metide total sampling dan jumlah responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 35 pasien dan 35 perawat dengan mengobservasi cuci tangan perawat dan memberikan kuesioner kepuasan kepada pasien4. Instrument yang digunakan adalah lembar observasi cuci tangan perawat dan kuesioner

(4)

kepuasan pasien yang telah diuji valid di Rumah Sakit Kartika Husada Pontianak. Untuk kategori cuci tangan adalah dengan nilai 11 yaitu baik dan nilai kurang dari 11 tidak baik, lalu kategori kepuasan pasien dengan nilai ≥ 58 puas dan ≤58 tidak puas. Analisa data menggunakan analisis statistik di computer. Setelah data terkumpul kemudian dilakukan pemgolahan data menggunakan Uji Chi-Square

HASIL

Tabel 1 Karakteristik Responden berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan. (n=35)

Karakteristik Pasien rawat inap F % Usia Remaja Akhir (17-25 Tahun) 8 22,9 Dewasa Awal (26-35 Tahun) Dewasa Akhir (36-45 Tahun)

Lansia Awal (45-55 tahun) Lansia akhir (55-65 tahun)

5 2 5 15 14,3 5,7 14,3 42,9 Total 35 Jenis Kelamin Laki-laki 21 60 Perempuan 14 40 Total 35 Karakteristik Pasien Rawat Inap F % Pendidikan SD SLTP SLTA Diploma 7 3 16 2 20,0 8,6 45,7 5,7 Sarjana Magister Yang Lain-lain 5 1 1 14,3 2,9 2,9 Total 35 Pekerjaan Tidak bekerja Wiraswasta Petani 11 6 1 31,4 17,1 2,9

Ibu Rumah Tangga PNS/POLRI/TNI Guru Buruh bangunan Yang lain-lain 5 5 1 1 5 14,3 14,3 2,9 2,9 14,3 Total 35

Pada hasil diatas responden usia yang paling terbanyak adalah masa lansia akhir (55-65 tahun) dengan jumah 15 orang. Hal ini dikarenakan pasien golongan umur yang lebih tua cenderung lebih puas dengan pelayanan perawat karena pada usia dewasa akhir pasien tidak meminta pelayanan yang berlebihan kepada perawat sehingga hal ini membuktikan bahwa pasien sudah mampu menilai kualitas pelayanan yang diberikan perawat karena sudah berpengalaman sehingga tidak menuntut pelayanan yang berlebihan5.

Dari hasil penelitian diatas jenis kelamin paling terbanyak adalah laki-laki dengan jumlah 21 orang. Hal ini dikarenakan cara pikir laki-laki dan perempuan kadang tidak sama seiring dengan berkembangannya zaman. (prabowo, 2016). Dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan perempuan dinilai lemah, tidak rasional dan kurang pengalaman 6.

Dari hasil penelitian diatas pendidikan responden terbanyak adalah SLTA dengan jumlah 16 orang. Hal ini dikarenakan biasanya orang yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah jarang memikirkan hal yang diluar nalarnya sehingga hal itu membuat seseorang mudah merasakan kepuasan, sedangkan orang yang berpendidikan tinggi cenderung selalu memenuhi kebutuhannya sehingga mereka cenderung tidak puas 6.

Dari hasil penelitian diatas riwayat pekerjaan terbanyak adalah tidak bekerja yaitu sebanyak 11 orang. Hal ini dikarenakan responden yang tidak bekerja cenderung mudah menerima pelayanan

(5)

dan mudah menerima kepuasan terhadap pelayanan tersebut beda dengan responden yang bekerja cenderung memiliki rasa kepuasan yang tinggi dan memiliki harapan yang tinggi terhadap pelayanan kesehatan 7.

HASIL OBSERVASI CUCI TANGAN

PERAWAT DAN KEPUASAN

PASIEN

Tabel 2 Distribusi hasil observasi cuci tangan perawat (n=35) Observasi cuci tangan F % Baik 21 60 Tidak Baik 14 40

Tabel 3 Distribusi Hasil Kepuasan Pasien (n=35)

Kepuasan pasien F %

Puas 20 57,1

Tidak puas 15 42,9

Dari hasil diatas pelaksanaan cuci tangan yang paling terbanyak adalah 21 orang melaksanakan cuci tangan dengan baik. Penelitian ini menggambarkan cuci tangan perawat sudah baik dan benar sesuai dengan SOP. Perawat disini selalu mencuci tangan baik sebelum dan sesudah tindakan. Untuk fasilitas dan prasarana dalam cuci tangan sudah disediakan dengan baik. Setiap trolly tindakan masing-masing memiliki handrub di setiap sisi trolly. Hal ini dikarenakan faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan perawat melakukan cuci tangan adalah fasilitas cuci tangan, waktu yang digunakan untuk cuci tangan, efek bahan cuci tangan terhadap kulit, dan kurang pengetahuan terhadap standar. Akibat dari perawat tidak melakukan prosedur cuci tangan atau melakukan prosedur cuci tangan tapi tidak benar (tidak sesuai enam langkah dan lima momen) akan menimbulkan penyakit baru seperti

terjadinya infeksi atau dapat terjadinya phlebitis8.

Sejalan dengan penelitian Santri, Dewi dan Nirwati 2016 dimana angka kepatuhan cuci tangan perawat sudah baik dengan presentase angka 60,29 %. Perawat memiliki kontribusi yang cukup besar dalam pencegahan infeksi nosokomial. Perawat adalah salah satu tenaga kesehatan paling rentan dalam penularan infeksi kepada pasien karena selama 24 jam mendampingi pasien. Ketidakpatuhan perawat dalam mencuci tangan juga mempengaruhi tingginya angka penyebab infeksi sehingga kebanyakan pasien cenderung mengalami infeksi selama dirawat dirumah sakit. Menjaga kebersihan tangan saat sebelum dan sesudah tindakan sangat penting untuk mengurangi angka infeksi maka dari itu pelaksanaan cuci tangan di rumah sakit harus lebih baik lagi9.

Dari hasil penelitian diatas hasil kepuasan terbanyak adalah sebanyak 20 orang merasa puas. Pasien merasa puas akan pelayanan keperawatan dirumah sakit itu sendiri, tetapi pasien kurang puas akan penerapan cuci tangan yang dilakukan perawat dirumah sakit dikarenakan pasien jarang melihat perawat untuk cuci tangan. Kebanyakan perawat selalu cuci tangan tetapi tidak didepan pasien. Oleh karena itu akan menimbulkan rasa tidak puas bagi pasien karena tidak melihat langsung bagaimana penerapan cuci tangan itu sendiri. Program pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) di rumah sakit yang merupakan salah satu standar mutu pelayanan rumah sakit. Pengendalian infeksi harus dilaksanakan oleh semua rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya untuk melindungi pasien, petugas kesehatan dan pengunjung dari kejadian infeksi yang tidak diharapkan dengan memperhatikan cost effectiveness yang

(6)

meliputi perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, pendidikan dan pelatihan, serta monitoring dan evaluasi10.

Hal ini sejalan dengan penelitian Salawati (2014) dimana dalam menjaga dan mengurangi angka infeksi yang merupakan sebuah mutu dalam pelayanan dirumah sakit. Jika pasien yang tidak terkena infeksi dirumah sakit, akan menimbulkan suatu kepuasan bagi pasien tersendiri dalam menilai suatu mutu dalam pelayanan dirumah sakit. Salah satu untuk mencegah hal itu adalah dengan mencuci tangan dengan baik dan benar makan akan mengurangi risiko yang terjadi11.

Penelitian dari Masloman, Kandou dan Tilaar (2015) juga sejalan dengan penelitian ini dan mengatakan pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial menjadi syarat untuk akreditasi rumah sakit yang merupakan ukuran kualitas dari pelayanan kesehatan di rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya. Salah satu pelaksanaannya adalah menjaga kebersihan tangan dengan mencuci tangan12.

HASIL BIVARIAT

Tabel 4 hasil uji Chi-Square untuk menganalisis hubungan Penerapan Cuci Tangan perawat dengan Kepuasan Pasien

Observasi cuci tangan F % p value Baik 21 60 Tidak Baik 14 40 1,000 Kepuasan pasien F % Puas 20 57,1 Tidak puas 15 42,9

Dari hasil diatas didapatkan nilai p pada uji chi-square adalah 1,000 dimana nilai tersebut > 0,05 maka hasil dari penelitian ini adalah tidak ada hubungan Penerapan Cuci Tangan dengan Kepuasan Pasien diruang rawat inap Rumah Sakit Anton Soedjarwo Pontianak. Hal ini

dikarenakan pasien jarang melihat cuci tangan yang dilaksanakan oleh perawat. Oleh karena itu kebanyakan pasien tidak tahu langkah-langkah dalam mencuci tangan itu sendiri seperti apa, banyak pasien tidak tahu apakah perawat sudah mencuci tangan atau tidak saat akan melaksanakan tindakan ke pasien itu sendiri, seperti memasang intravena, memasukkan obat, mengganti perban luka dan lain-lain. Oleh karena itu membuat pasien kurang puas dalam pelaksanaan cuci tangan itu sendiri, karena pasien tidak tahu apakah perawat sudah melaksanakan cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan. Tapi ada juga perawat yang melaksanakan cuci tangan didepan pasien saat akan melaksanakan tindakan, walaupun tidak semua perawat dirumah sakit menerapkan hal itu.

Hal ini sejalan dengan penelitian Iswati (2017) dimana hasil penelitian tersebut tidak ada hubungan antara budaya keselamatan pasien dengan kepuasan pasien Kepuasan pelanggan berorientasi pada selisih antara kenyataan yang diterima dengan harapan awal sebelum menerima pelayanan. Kepuasan pasien di tempat penelitian dipengaruhi oleh harapan pasien yang tidak berhubungan langsung dengan keselamatan pasien, sebagai contoh harapan salah seorang responden yang ingin segera sembuh, tetapi ketika ditanya harapan terhadap pelayanan responden menjawab sudah puas terhadap layanan yang ada, tidak menginginkan yang lebih. Padahal yang paling banyak menimbulkan ketidakpuasan adalah pencegahan infeksi. Ketidakpuasan dalam pencegahan risiko infeksi dikarenakan tindakan pencegahan tidak dilakukan di depan pasien dan di dukung tidak adanya handscrub di setiap tempat tidur pasien. Hal ini membuat pasien merasa bahwa tindakan pencegahan infeksi tidak dilakukan dengan

(7)

sungguh-sungguh13.

Penerapan cuci tangan perawat yang baik didukung oleh kesadaran dari perawat itu sendiri dalam melindungi diri dan pasien dari bahan infeksius serta kesadaran dalam menjalankan SOP yang benar. Pencegahan melalui pengendalian infeksi nosokomial di rumah sakit mutlak harus dilaksanakan oleh seluruh jajaran managemen rumah sakit meliputi para dokter, bidan, perawat dan lainlain. Hand Hygiene adalah melakukan cuci tangan: sebelum bersentuhan dengan pasien, sebelum melakukan prosedur bersih/steril, setelah bersentuhan dengan cairan tubuh pasien resiko tinggi, setelah bersentuhan dengan pasien, setelah bersentuhan dengan lingkungan sekitar pasien14. Penelitian Prasetyo (2013) tidak sejalan dengan penelitian ini dikarenakan hasil yang didapatkan ada hubungan keselamatan pasien dengan kepuasan pelangan. Salah satu dari aktivitas keselamatan pasien itu sendiri adalah pencegahan dan pengendalian infeksi yang salah satunya dapat dicegah dengan kebersihan cuci tangan dengan melakukan cuci tangan yang baik dan benar. Kepuasan pasien berkaitan erat dengan sikap dan perilaku petugas kesehatan rumah sakit kepada pasien, mutu pelayanan dan fasilitas yang diterima pasien. Tingginya angka kejadian infeksi nosokomial dapat menyebabkan turunnya kualitas mutu pelayanan medis, sehingga perlu adanya upaya pencegahan dan pengendaliannya.15 Cara paling ampuh untuk mencegah infeksi nosokomial adalah dengan menjalankan Universal Precaution yang salah satunya adalah dengan mencuci tangan pada setiap penanganan pasien di rumah sakit. Mencuci tangan merupakan tindakan yang paling efektif untuk mengontrol infeksi nosokomial (infeksi yang berasal dari rumah sakit) dan didefinisikan sebagai

menggosok seluruh permukaan kedua tangan menggunakan sabun dengan kuat dan bersamaan.16

.

Penelitian ini juga tidak sejalan dengan

Widiasari, Handiyani dan

Novietasari

(2019)

dimana

hasil

penelitian

ini

menunjukkan

ada

hubungan

penerapan

keselamatan

pasien dengan kepuasan pasien. Salah

satu dari keselamatan pasien itu adalah

pencegahan dan pengendalian infeksi.

Upaya

dalam

pencegahan

dan

pengendalian infeksi itu sendiri adalah

dengan mencuci tangan. Mencuci

tangan mengurangi risiko terinfeksi

terjadi karena perawat berperan dalam

mencegah risiko infeksi yang terjadi di

rumah sakit

17

.

Menurut Delima, Andriani dan Gustinawati (2018) Mencuci tangan merupakan prosedur awal yang dilakukan petugas kesehatan dalam memberikan kesehatan. Menurut asumsi peneliti bahwa penerapan cuci tangan five momen dan cuci tangan 6 langkah yang dilakukan secara benar dan sesuai dengan prosedur oleh perawat akan sangat berpengaruh terhadap angka kejadian infeksi nosokomial. Seluruh perawat atau semua yang bersangkutan dengan pasien harus melakukan cuci tangan five momen dan cuci tangan 6 langkah. Terkait Pelayanan Kesehatan (Health Care Associated Infections) yang selanjutnya disingkat HAIs merupakan infeksi yang terjadi pada pasien selama perawatan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dimana ketika masuk tidak ada infeksi dan tidak dalam masa inkubasi, termasuk infeksi dalam rumah sakit tapi muncul setelah pasien pulang, juga infeksi karena pekerjaan pada petugas rumah sakit dan tenaga kesehatan terkait proses pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan18.

(8)

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan tentang hubungan penerapan cuci tangan dengan kepuasan pasien diruang rawat inap di Rumah Sakit Anton Soedjarwo Pontianak maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara penerapan cuci tangan dengan kepuasan pasien diruang rawat inap Rumah Sakit Anton Soedjarwo Pontianak dimana hasil uji Chi Square menunjukkan nilai p 1,000 > 0,05.

Pada penelitian ini hasilnya tidak ada hubungan yang signifikan antara penerapan cuci tangan dengan kepuasan pasien sehingga dapat dilakukan penelitian lebih lanjut dengan melihat gambaran kepatuhan cuci tangan perawat terhadap aktivitas keselamatan pasien dengan pendekatan kuantitaif. Lalu saran untuk Praktisi Kesehatan (perawat) dapat menjadi evaluasi bagi Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit Anton Soedjarwo Pontianak untuk memperbaiki dan mengawasi pelaksanaan cuci tangan sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditetapkan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Toemeandoek, M., Kristanto, E., & Lhumunon , T. (2016). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penerapan Sasaran Keselamatan Pasien (Patient Safety) Pada Perawat Di Ruang Rawat Inap Obstetri Dan Ginekologi Rumah Sakit Umum Pusat Prof. Dr. R.D.Kandou Manado. 2(7) Ejournal health, 1-11.

2. Kemenkes RI. (2015). Pedoman Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety). Jakarta: Kemenkes RI.

3. Dewi, Ria Risti Komala. (2017). Faktor Determinan Kepatuhan

Perawat dalam melakukan Praktik Cuci Tangan di RSUD Ade Muhammad Djoen Sintang. Jurnal Kesehatan Masyarakat Khatulistiwa. 4(3). 233-237 4. Sugiyono. (2017). Metode

Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta 5. Ibrahim, M., Milwati, S.,

Maemunah, N. (2018). Perbedaan Kualitas Pelayanan Perawat dan Kepuasan Pasien diruang UGD dan rawat inap Puskesmas Dau Malang. Nursing News. 3(1). 313-325

6. Setiawan, I., Made, I. (2013). Tingkat Kepuasan terhadap Pelayanan Perawat di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Haji Jakarta. Jurnal FIK UI. 1-9

7. Damapolii, S., Tucunan, A., Maramis, F. (2018). Hubungan antara Mutu Jasa Pelayanan Kesehatan dengan Kepuasan Pasien Rawat inap di RS Bhayangkara TK III Manado. Jurnal Kesmas. 7(5). 1-9

8. Basuki, D., Nofita, M. (2015). Hubungan Kepatuhan Cuci Tangan Enam Langkah Lima Momen Perawat dengan Kejadian Phlebitis di RSUD Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto. Ejournal Stikes Williambooth. 1-7 9. Santri, I., Dewi, F., Nirawati H.

(2016). Perbedaan angka kuman di telapak tangan perawat menurut tingkat pengetahuan dan kepatuhan pelaksanaan cuci tangan di rumah sakit swasta. Berita Kedokteran Masyarakat 33(2). 73-78

10. Fitria, I., Sri, N., Hakim, L. (2016). Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di RSJ Radjiman Wediodiningrat

(9)

Lawang: Apa kabar Pelaporannya. Jurnal Kedokteran Brawijaya. 29(3). 269-272

11. Salawati, Liza. (2014).

Pengendalian Infeksi Nosokomial

diruang Intensive Care Unit

Rumah Sakit. JURNAL

KEDOKTERAN SYIAH KUALA. 12 (1). 47-52

12. Masloman, A., Kandou., Tilaar. (2015). Analisis Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Kamar Operasi RSUD Dr.Sam Ratulangi Tondano. Jikmu. 5(2). 238-249

13. Iswati. (2017). Budaya Keselamatan Pasien dengan Kepuasan Pasien. Adi Husada Nursing Journal. 2(3). 50-54 14. Wulandari, R., Sholikah S.

(2017). Pengetahuan dan Penerapan Five Moments cuci tangan perawat di RSUD Sukoharjo. Gaster. 15(1). 18-27 15. Prasetyo, Anton. (2013).

Hubungan Patient Safety dengan Kepuasan pelanggan diruang rawat inap Rumah Sakit Jiwa Graha Pemda DIY. Naskah Publikasi. 1-25

16. Fajriyah, Nunik. (2015). Pengetahuan mencuci tangan Penunggu Pasien menggunakan lotion antiseptic. Jurnal University Research Coloquium.

557-562

17. Widiasari., Handayani., Novieastari. (2019). Kepuasan Pasien terhadap Penerapan Keselamatan Pasien di Rumah Sakit. Jurnal Keperawatan Indonesia. 22(1). 43-52

18. Delima, M., Andriani, Y., Gustinawati. (2018). Penerapan Cuci Tangan Five Momen dengan

angka kejadian infeksi nosocomial. Jurnal Stikes Perintis Padang. 1(2). 8-16

(10)

Gambar

Tabel  1  Karakteristik  Responden  berdasarkan  usia,  jenis  kelamin,  pendidikan dan pekerjaan

Referensi

Dokumen terkait

Entrasol memiliki 2 (dua) jenis produk untuk tingkatan usia yang berbeda, yang pertama Entrasol Activit untuk usia 19-50 tahun yang memiliki rasa mochacinno dan vanilla latte.

Perusahaan seperti ini biasanya menganggap bahwa biaya yang dikeluarkan hanya akan meningkatkan biaya produksi, akan tetapi dalam jangka panjang perusahaan akan

Hasil uji t diketahui tidak terdapat perbedaan hasil pre-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sehingga dinyatakan bahwa siswa pada kedua kelas tersebut

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian pembahasan yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa strategi Bioedutainment dengan metode simulasi dan permainan Kotak

Untuk menambah pengetahuan penulis tentang bentuk-bentuk perlindungan hukum terhadap hak-hak pengguna jasa laundry pakaian serta pertanggungjawaban pihak pelaku usaha

Berdasarkan hasil survai awal terhadap 25 orang mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2007 Universitas ‘X’ Bandung, sebanyak 11 orang mahasiswa mengeluhkan bahwa mereka

Pemanfaatan SIPD untuk PENYUSUNAN RKPD 2022 Penetapan RKPD Rancangan Akhir RKPD Musrenbang RKPD Rancangan RKPD Rancangan Awal RKPD Persiapan RKPD PASAL 274 UU 23/2014

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) profil pasien rawat inap di Rumah Sakit Sekar Kamulyan Cigugur Kuningan, (2) tingkat kepuasan pasien rawat inap terhadap