• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan alat peraga ˜Baru Baku" pada pembelajaran materi bangun ruang bagi siswa tunarungu kelas IV SD di SLB Wiyata Dharma 1 Sleman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penggunaan alat peraga ˜Baru Baku" pada pembelajaran materi bangun ruang bagi siswa tunarungu kelas IV SD di SLB Wiyata Dharma 1 Sleman"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PENGGUNAAN ALAT PERAGA ‘BARU BAKU’ PADA PEMBELAJARAN MATERI BANGUN RUANG BAGI SISWA TUNARUNGU KELAS IV SD DI SLB WIYATA DHARMA 1 SLEMAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Disusun Oleh: Laurensia Lintang Setyamurti 161414067. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM. FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2020.

(2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRAK Laurensia Lintang Setyamurti. 2020. Penggunaan Alat Peraga ‘Baru Baku’ pada Pembelajaran Materi Bangun Ruang bagi Siswa Tunarungu Kelas IV SD Di SLB Wiyata Dharma 1 Sleman. Skripsi. Program Studi: Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) mengetahui proses pembelajaran dengan menggunakan alat peraga ‘baru baku’ pada pembelajaran materi bangun ruang bagi siswa tunarungu kelas IV SD di SLB Wiyata Dharma (2) mengetahui hasil belajar siswa tunarungu dalam pembelajaran matematika yang menggunakan alat peraga ‘baru baku’ pada pembelajaran materi bangun ruang. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan kuantitatif, peneliti mendeskripsikan kejadian dengan cara mengumpulkan data kualitatif. Sedangkan data hasil belajar siswa yang berupa angka dideskripsikan secara kuantitatif. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara: (1) peneliti melakukan wawancara dengan orang tua untuk mengetahui proses pembelajaran jarak jauh berlangsung (2) peneliti memberikan soal tes hasil belajar siswa. Subyek penelitian adalah 2 orang siswa kelas IV SDLB Wiyata Dharma 1 Sleman tahun ajaran 2019/2020. Peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan alat peraga ‘baru baku’. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) proses pembelajaran dilakukan secara daring. Selama proses pembelajaran siswa terlibat aktif dan pembelajaran dilakukan sepenuhnya dengan bimbingan orang tua. Dalam proses pembelajaran, siswa menonton video pengajaran, kemudian siswa membuat alat peraga dan mengamatinya, lalu mengerjakan soal hasil belajar. (2) hasil belajar siswa menunjukkan hasil yang memuaskan di mana kedua siswa mendapatkan skor 100. Siswa cepat memahami mengenai materi bangun ruang balok dan kubus dan terbantu dengan adanya alat peraga dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan. Kata kunci : Alat Peraga, ‘baru baku’, Bangun Ruang Balok dan Kubus, Siswa Tunarungu. vi.

(3) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRACT Laurensia Lintang Setyamurti. 2020. The Use of Baru Baku as the Teaching Aid in Learning Solid Materials for Deaf, 6th Grade Students Elementary School in SLB Wiyata Dharma 1 Sleman. Thesis. Study Program. Mathematics Education, Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University. The aims of this research were (1) to find out the learning process by using “Baru Baku” teaching aid in learning solid materials for deaf, 6th Grade students elementary school in SLB Wiyata Dharma (2) to find out the learning results of deaf students in learning mathematics by using “Baru Baku” teaching aid in learning solid materials. The research was a descriptive qualitative and quantitative, the researcher described the phenomena by collecting the quantitative data. Meanwhile, the data of learning results of the students which were in forms of numbers were described quantitatively. The data collecting was done by (1) the researcher interviewed the parents to find out how the distance learning process was done, (2) the researcher gave learning outcomes questions. The subjects of this research were 2 6th Grade Students Elementary School in SLB Wiyata Dharma 1 Sleman academic year 2019/2020. The researcher conducted a research by using “Baru Baku” Teaching Aid. The research results showed that (1) the learning process was done online. During the learning process, the students were actively involved and the learning was fully done with parental guidance. In the learning process, the students watched tutorial video, and then the students made teaching aids and observed them, then worked on the learning outcomes questions. (2) the students’ learning results were satisfying since both students got scores of 100. The students understood materials about cuboid and cube quickly, and they were helped by the teaching aid in working on the questions given.. Keywords: Teaching Aid, “Baru Baku”, Cuboid and Cube Geometry, Deaf Students.. vii.

(4) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. KATA PENGANTAR. Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat dan penyertaan-Nya dan kasih sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penggunaan Alat Peraga ‘Baru Baku’ Pada Pembelajaran Materi Bangun Ruang Bagi Siswa Tunarungu Kelas IV SD Di SLB Wiyata Dharma 1 Sleman” ini dengan baik. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Penyusunan skripsi ini dapat tersusun dengan baik berkat dukungan, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S. Pd., M. Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S. Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. 3. Bapak Beni Utomo, M. Sc. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika. 4. Bapak Dewa Putu Wiadnyana Putra, S. Pd., M. Sc. selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran juga memberikan bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 5. Seluruh dosen dan staff sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. 6. Ibu Ispurwani, M. Pd. selaku Kepala Sekolah SLB B Wiyata Dharma 1 Sleman yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian. 7. Ibu Defitasari, S. Pd. selaku guru kelas IV SDLB Wiyata Dharma 1 Sleman yang dengan sabar dan tulus membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.. viii.

(5) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 8. Siswa SDLB Wiyata Dharma 1 Sleman kelas IV beserta orang tua siswa, terima kasih atas kerja samanya dalam membantu pelaksanaan penelitian. 9. Bapak, Ibu, Gabriel, dan Simbah, atas kasih sayang, doa, serta dukungannya selama proses belajar dan penyusunan skripsi ini. 10. Feli, Ika, Ose, Ebet, Golda, Uye, Gandhang, Sisca, Wulan, Delita, Nila, atas dukungan dan semangat yang kalian berikan selama proses belajar dan selama penyusunan skripsi ini dan juga Mas Agung untuk segala perhatiannya. 11. Teman-teman seperbimbingan, Monic, Nanda, Angel, dan Yanuar, atas semangat yang kalian berikan. 12. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, yang telah memberikan bantuan, bimbingan, kritik, dan saran dalam penyusunan skripsi ini. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga berguna dalam perbaikan di masa mendatang. Semoga skripsi ini berguna dan bermanfaat bagi banyak pihak. Terima kasih.. Yogyakarta, 30 Juli 2020. Penulis. ix.

(6) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ............ Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan. LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ...... Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan. ABSTRAK ............................................................................................................. v ABSTRACT .......................................................................................................... vi KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii DAFTAR ISI .......................................................................................................... x DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii BAB I ...................................................................................................................... 1 A. Latar Belakang .........................................................................................1 B. Identifikasi Masalah ................................................................................5 C. Pembatasan Masalah ...............................................................................6 D. Rumusan Masalah ...................................................................................6 E. Tujuan Penelitian .....................................................................................7 F. Batasan Istilah ..........................................................................................7 G. Manfaat Penelitian ...................................................................................8 BAB II .................................................................................................................... 9 A. Pembelajaran Matematika......................................................................9 B. Hasil Belajar ...........................................................................................10 C. Alat Peraga ‘Baru Baku’ .......................................................................14 D. Materi Bangun Ruang Balok dan Kubus ............................................18 E. Tunarungu ..............................................................................................22 F. Klasifikasi Anak Tunarungu ................................................................23 G. Karakteristik Anak Tunarungu ...........................................................25 H. Metode Komunikasi Anak Tunarungu ................................................31 I.. Strategi dan Pembelajaran Anak Tunarungu.....................................33. J.. Penilaian yang Cocok bagi Anak Tunarungu .....................................35. x.

(7) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. K. Penelitian yang Relevan ........................................................................36 L. Kerangka Berpikir .................................................................................37 BAB III ................................................................................................................. 39 A. Jenis Penelitian .......................................................................................39 B. Subjek Penelitian ...................................................................................39 C. Objek Penelitian .....................................................................................40 D. Waktu Dan Tempat Penelitian .............................................................40 E. Jenis Data ................................................................................................40 F. Instrumen Pembelajaran Dan Instrumen Penelitian .........................40 G. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................41 H. Teknik Analisis Data..............................................................................42 I.. Prosedur Pelaksanaan Penelitian .........................................................43. BAB IV ................................................................................................................. 46 A. Deskripsi Proses Pelaksanaan Penelitian.............................................46 B. Penyajian Data Hasil Belajar dan Wawancara...................................53 C. Proses Pembelajaran Jarak Jauh dengan Alat Peraga ‘‘baru baku’’ 58 D. Hasil Belajar Siswa ................................................................................63 E. Hambatan-Hambatan yang Terjadi.....................................................66 BAB V................................................................................................................... 67 A. Kesimpulan .............................................................................................67 B. Saran .......................................................................................................68 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 69. xi.

(8) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR TABEL. Tabel 4. 1 Hasil Belajar Siswa A1 ..................................................................... 53 Tabel 4. 2 Data Hasil Wawancara dengan Orang Tua Siswa A1 ................... 56 Tabel 4. 3 Data Hasil Wawancara dengan Orang Tua Siswa A2 ................... 57. xii.

(9) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR GAMBAR. Gambar 2. 1 Alat Peraga Jaring-Jaring Balok ................................................ 17 Gambar 2. 2 Alat Peraga Jaring-Jaring Kubus ............................................... 17 Gambar 2. 3 Kerangka Balok ............................................................................ 21 Gambar 2. 4 Kerangka Kubus ........................................................................... 21 Gambar 2. 5 Kerangka Berpikir ....................................................................... 38 Gambar 4. 1 Siswa membuat alat peraga ......................................................... 52 Gambar 4. 2 Hasil Alat Peraga .......................................................................... 53 Gambar 4. 3 Soal Nomor 5.e .............................................................................. 64 Gambar 4. 4 Jawaban Siswa Nomor 5.e ........................................................... 64. xiii.

(10) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pembelajaran matematika adalah tentang konsep dan struktur matematika yang terdapat dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep dan struktur matematika di dalamnya. Pelajaran matematika membuat siswa dapat meningkatkan kemampuan berpikir dirinya untuk memecahkan permasalahan-permasalahan sederhana maupun komplek dalam kehidupannya. Matematika merupakan ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri. Dari definisi tersebut maka dapat dikatakan bahwa matematika memuat ilmu dasar dalam kehidupan manusia sehari-harinya dengan kata lain, matematika penting untuk dipelajari baik melalui pelajaran ataupun dari permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Perlu diketahui bahwa tidak semua masyarakat dapat mempelajari matematika dengan mudah. Ada beberapa orang yang merasa kesulitan dalam mempelajari matematika, bukan karena keterbatasan dalam hal memahami materi tetapi juga keterbatasan fisik atau keterbatasan yang lainnya dalam arti luas yang menyebabkan seseorang kesulitan dalam mem-. 1.

(11) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2. pelajari matematika. Seseorang dengan keadaan tersebut biasanya membutuhkan pelayanan yang spesifik terutama dalam dunia pendidikan. Salah satu keterbatasan fisik adalah keterbatasan mendengar. Anak yang memiliki keterbatasan tersebut biasa disebut dengan anak tunarungu. Anak tunarungu memiliki kemampuan verbal lebih rendah dibandingkan dengan anak mendengar sehingga anak tunarungu kesulitan dalam memahami katakata abstrak. Dalam matematika, banyak sekali rumus dan simbol yang penjelasannya atau artinya menggunakan kata-kata abstrak yang pasti sulit dipahami oleh anak tunarungu. Penulis telah melakukan observasi di SDLB Wiyata Dharma 1 Sleman pada kelas IV pada bulan Oktober 2019. Di dalam satu kelas terdapat 5 siswa di mana kelimanya memiliki keterbatasan dalam hal mendengar. Tidak hanya mendengar, ada pula siswa yang memiliki keterbatasan pada hal berbicara dan mental akan tetapi penulis hanya akan fokus pada keterbatasan mendengar. Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan oleh penulis, diketahui bahwa pembelajaran matematika pada jenjang SDLB kelas IV menggunakan tematik sehingga pemilihan tema yang akan dipelajari pada setiap harinya dipilih oleh guru berdasarkan kebutuhan siswa. Dengan begitu, ketika observasi dilakukan, penulis meminta kepada guru untuk memberikan materi mengenai bangun ruang yang akan dijadikan objek penelitian oleh penulis. Penulis memilih materi bangun ruang karena penulis melihat ada masalah pada observasi sebelumnya bahwa siswa kesulitan untuk menggambar. Guru memberikan.

(12) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3. materi mengenai bangun ruang yaitu kubus dan balok. Ketika observasi dilakukan, guru baru memperkenalkan nama dan gambar dari bangun ruang kubus dan balok. Dari hasil observasi dan wawancara dengan guru, setelah materi bangun ruang diberikan, penulis melihat ada beberapa kesulitan yang dialami siswa dalam mempelajari bangun ruang. Kesulitan yang pertama, keterbatasan mendengar juga menjadi kesulitan tersendiri bagi siswa dalam mengenal nama dari suatu bangun ruang dikarenakan pengenalan huruf alphabet yang masih belum lancar. Selama ini siswa mempelajari kata-kata dengan menggunakan bahasa isyarat sehingga kebanyakan hanya kata-kata yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari yang diketahui oleh siswa. Siswa pun juga belum bisa untuk berbicara dengan cukup jelas karena mereka hanya mengikuti bentuk mulut guru atau orang lain dalam berbicara atau biasa disebut dengan bahasa oral. Kesulitan kedua adalah siswa sering lupa terhadap materi-materi yang sebelumnya sudah diajarkan, sehingga butuh beberapa pertemuan bagi siswa untuk memahami satu materi dalam pelajaran matematika. Kesulitan ketiga adalah dalam menggambar. Beberapa siswa masih kesulitan dalam membuat garis lurus meskipun sudah menggunakan penggaris. Hal ini disebabkan karena keterbatasan guru dalam menjelaskan bagaimana bentuk bangun ruang ketika menggunakan bahasa isyarat maupun bahasa oral. Selama pembelajaran dilakukan, guru tidak menggunakan media pembelajaran atau alat peraga yang dapat mempermudah siswa dalam.

(13) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4. mempelajari materi yang diberikan guru. Tanpa menggunakan media pembelajaran, anak beranggapan bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit untuk dipelajari dan dipahami. Di SLDB Wiyata Dharma 1 Sleman, karena keterbatasan alat peraga yang dimiliki, guru hampir tidak pernah menggunakan alat peraga dalam mempelajari matematika padahal jika menggunakan alat peraga, siswa akan lebih bisa tertarik untuk belajar dan mendengarkan penjelasan dari guru, tidak hanya sekedar mencontoh apa yang dilakukan atau dituliskan oleh guru. Dengan melihat beberapa kondisi yang terjadi, berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru di sekolah, peneliti memiliki ide untuk melakukan pembelajaran matematika di SDLB Wiyata Dharma 1 Sleman dengan menggunakan alat peraga berupa bangun ruang balok dan kubus atau disebut ‘baru baku’. ‘Baru baku’ merupakan alat peraga untuk menunjukkan bentuk abstrak dari bangun ruang balok dan kubus yang berupa jarring-jaring balok dan kubus. Anak tunarungu memiliki keterbatasan mendengar sehingga dalam kegiatan sehari-harinya mereka bergantung pada apa yang mereka lihat atau belajar secara visual. Dengan adanya alat peraga ini, anak tunarungu dapat melihat secara nyata bagaimana bentuk bangun ruang kubus dan balok. Anak tunarungu akan lebih memahami bagaimana balok dan kubus terbentuk dan mereka akan lebih memahami bentuk nyata dari balok dan kubus di dalam kehidupan sehari-harinya..

(14) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melihat bagaimana penggunaan alat peraga ‘baru baku’ dalam pembelajaran karena penulis ingin mengetahui bagaimana pembelajaran bagi siswa tunarungu dengan menggunakan alat peraga sebagai media pembelajaran. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, penulis mengambil judul “PENGGUNAAN ALAT PERAGA ‘BARU BAKU’ PADA PEMBELAJARAN MATERI BANGUN RUANG BAGI SISWA TUNARUNGU KELAS IV SD DI SLB WIYATA DHARMA 1 SLEMAN”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, masalah-masalah yang teridentifikasi dalam penelitian sebagai berikut: 1. Siswa kesulitan menangkap penjelasan dari guru karena keterbatasan kosakata yang menyebabkan siswa kurang bisa memahami penjelasan dari guru mengenai istilah abstrak dalam matematika terutama bangun ruang. 2. Pemanfaatan alat peraga tidak maksimal sehingga menyebabkan siswa terlambat dalam berpikir karena siswa hanya sekedar mengikuti contoh yang diajarkan oleh guru..

(15) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6. C. Pembatasan Masalah Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, pembatasan masalah yang akan diteliti antara lain : 1. Pokok bahasan yang akan diteliti adalah materi bangun ruang kubus dan balok. 2. Subyek yang diteliti dalam penelitian ini adalah 2 siswa kelas IV SDLB Wiyata Dharma 1 Sleman semester genap tahun ajaran 2019/2020. 3. Penelitian ini hanya membahas tentang penggunaan alat peraga oleh siswa kelas IV SDLB Wiyata Dharma 1 Sleman semester genap tahun ajaran 2019/2020 khususnya pada materi bangun ruang kubus dan balok. D. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, masalah-masalah yang akan dibahas pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana proses pembelajaran dengan menggunakan alat peraga ‘baru baku’ pada pembelajaran materi bangun ruang bagi siswa tunarungu kelas IV SD di SLB Wiyata Dharma? 2. Bagaimana hasil belajar siswa tunarungu dalam pembelajaran matematika yang menggunakan alat peraga ‘baru baku’ pada pembelajaran materi bangun ruang?.

(16) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7. E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui proses pembelajaran dengan menggunakan alat peraga ‘baru baku’ pada pembelajaran materi bangun ruang bagi siswa tunarungu kelas IV SD di SLB Wiyata Dharma. 2. Mengetahui hasil belajar siswa tunarungu dalam pembelajaran matematika yang menggunakan alat peraga ‘baru baku’ pada pembelajaran materi bangun ruang. F. Batasan Istilah 1. Alat Peraga Matematika Menurut Wijaya & Rusyan (1994) yang dimaksud alat peraga pendidikan adalah media pendidikan berperan sebagai perangsang belajar dan dapat menumbuhkan motivasi belajar sehingga siswa tidak menjadi bosan dalam meraih tujuan-tujuan belajar. 2. Alat Peraga ‘‘baru baku’’ ‘Baru baku’ merupakan alat peraga untuk menunjukkan bentuk abstrak dari bangun ruang balok dan kubus yang berupa jarring-jaring balok dan kubus. 3. Hasil belajar Menurut W. Winkel dalam buku Psikologi Pengajaran (1989: 82), definisi hasil belajar adalah keberhasilan yang dicapai oleh siswa, yakni prestasi belajar siswa di sekolah yang diwujudkan dalam bentuk angka..

(17) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8. 4. Tunarungu Tunarungu berasal dari kata “tuna” yang berarti rusak, cacat dan “rungu” yang berarti pendengaran. Secara sederhana, tunarungu adalah keadaan di mana sesorang mengalami kerusakan atau cacat pada pendengaran yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan belajar karena sulitnya memahami kosakata yang asing dalam kehidupan sehari-harinya. G. Manfaat Penelitian 1. Bagi Universitas Untuk menambah kepustakaan dan sebagai pandangan baru dalam penelitian sejenis. 2. Bagi Guru Menambah wawasan bagi guru dalam menggunakan alat peraga dalam pembelajaran matematika terutama bagi guru dalam menyampaikan materi kepada anak tunarungu. 3. Bagi Peneliti Sebagai calon pendidik, peneliti dapat memiliki wawasan yang lebih luas mengenai dunia pendidikan yang dapat diterapkan ketika menjadi guru di sekolah luar biasa kelak. 4. Bagi Siswa Menambah wawasan bagi siswa khususnya siswa tunarungu mengenai alat peraga bangun ruang balok dan kubus sehingga terbantu dalam belajar..

(18) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Matematika Menurut Bruner dalam Herman Hudoyo (1988), pembelajaran matematika adalah tentang konsep dan struktur matematika yang terdapat dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep dan struktur matematika di dalamnya. Pembelajaran matematika dalam NCTM Standar (1989) harus memiliki arah sebagai berikut : 1. Menggunakan koneksi matematika antar ide matematik. 2. Memahami keterkaitan materi yang satu dengan yang lain sehingga terbangun pemahaman yang menyeluruh. 3. Memperhatikan serta menggunakan matematika dalam konteks di luar matematika yaitu dalam kehidupan sehari-hari. Berkaitan dengan terarahnya pembelajaran matematika, guru memiliki peran dalam mewujudkannya, yaitu dengan menyampaikan ide-ide atau konsep dan struktur matematika kepada siswa dan membantu siswa untuk memahami konsep matematika yang ada. Pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus semestinya berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi yang dirancang berdasarkan kebutuhan guru agar dapat mencapai sasaran berupa pencapaian pengetahuan, keterampilan, sikap dan psikomotor tertentu dari setiap peserta didik.. 9.

(19) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10. B. Hasil Belajar Menurut W. Winkel dalam buku Psikologi Pengajaran (2014), definisi hasil belajar adalah keberhasilan yang dicapai oleh siswa, yakni prestasi belajar siswa di sekolah yang diwujudkan dalam bentuk angka. Menurut Bloom dalam Supriono (2013), definisi hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge. (pengetahuan,. ingatan),. comprehension. (pemahaman,. menjelaskan, meringkas, contoh), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respon), valuing (nilai), organitation. (organisasi),. characterization. (karakterisasi).. Domain. psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual Benjamin S. Bloom dalam Dimyati dan Mudjiono (1999) menyebutkan 6 jenis perilaku ranah kognitif sebagai berikut: •. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip atau metode.. •. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari..

(20) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11. •. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru misalnya menggunakan prinsip.. •. Analisis mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik, misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil.. •. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru, misalnya kemampuan menyusun suatu program.. •. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu, misalnya kemampuan menilai hasil ulangan.. Menurut IDEA atau Individuelswith Disabilities Education Act Amandements yang dibuat pada tahun 1997 dan ditinjau kembali pada tahun 2004, secara umum anak dengan kesulitan belajar khusus adalah anak-anak yang mengalami hambatan/penyimpangan pada satu atau lebih prosesproses psikologis dasar yang mencakup pengertian atau penggunaan Bahasa baik lisan maupun tulisan. Hambatannya dapat berupa ketidakmampuan mendengar, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja, atau berhitung..

(21) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12. Anak dengan kesulitan belajar khusus memiliki beberapa hambatan, di antaranya: 1. Keterampilan dasar. Anak dengan kesulitan belajar biasanya memiliki gangguan dalam proses mempelajari warna atau huruf, tidak memiliki pemahaman yang kuat hubungan antara huruf dengan suara, buruk pada tugas yang berhubungan dengan bunyi, memiliki masalah dalam mengingat fakta dasar matematika. 2. Membaca. Anak-anak ini memiliki kekurangan dalam jumlah perbendaharaan kata dibandingkan anak seusianya, membaca dengan suara keras kurang lancar atau terbata-bata, memiliki masalah. yang. berkelanjutan. atau. terus-menerus. untuk. mendeskripsikan sesuatu. 3. Menulis. Dalam hal menulis, anak-anak ini membuat pembalikan huruf dan diulang-ulang (setelah 9 tahun), sering melakukan kesalahan dalam ejaan termasuk penghilangan konsonan, kesalahan urutan suku kata, menulis lambat atau dengan susah payah, membuat pembalikan nomor. 4. Bahasa lisan. Anak-anak ini memiliki kesulitan menemukan kata yang tepat, mengingat urutan verbal, memiliki kosakata yang terbatas. 5. Perilaku. Anak-anak ini tidak suka membaca atau menghindarinya, memiliki masalah perilaku waktu selama atau sebelum kegiatan membaca dengan membaca signifikan, menolak untuk melakukan.

(22) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13. pekerjaan rumah yang membutuhkan bacaan, tampaknya hanya melihat gambar-gambar di buku cerita dan mengabaikan teks. Anak berkesulitan belajar yang tergolong pra-akademik meliputi: 1. Gangguan motorik dan persepsi, yang mencakup gangguan motorik kasar, penghayatan tubuh, dan motorik halus. 2. Gangguan persepsi meliputi persepsi penglihatan atau persepsi visual, persepsi pendengaran atau persepsi auditoris, persepsi heptik (raba dan gerak atau taktil dan kinestik), dan intelegensi sistem persepsi. Jenis gangguan ini perlu penanganan secara sistematis karena pengaruhnya terhadap perkembangan kognitif yang besar yang bermuara pada terhambatnya prestasi akademik yang dicapai anak. 3. Dispraksia atau sering disebut istilah clumsy merupakan keadaan akibat adanya gangguan dalam intelegensi auditori-motor. Anak tidak mampu melaksanakan gerakan bagian dari tubuh dengan benar walaupun tidak ada kelumpuhan anggota tubuh. Manifestasi dispraksia dapat berbentuk disfasia verbal dan non verbal. Ada beberapa jenis dispraksia, yaitu: a. Dispraksia. ideomotoris,. yang. ditandai. oleh. kurangnya. kemampuan dalam melakukan gerakan praktis sederhana, seperti menggunting, menggosok gigi, atau menggunakan sendok makan. Gerakannya terkesan canggung dan kurang.

(23) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14. luwes. Dispraksia ini merupakan kendala bagi perkembangan bicara. b. Dispraksia ideosional, yang ditandai oleh adanya kemampuan anak melakukan gerakan kompleks tetapi tidak mampu menyelesaikan secara keseluruhan, terutama untuk kondisi lingkungan yang tidak tenang. Kesulitannya terletak pada urutan gerak, anak sering bingung mengalami suatu aktivitas, seperti mengikuti irama musik. c. Dispraksia konstruksional, yang ditandai oleh kondisi anak yang mengalami. kesulitan. dalam. melakukan. gerakan-gerakan. kompleks yang berkaitan dengan bentuk, seperti menyusun balok dan menggambar. Kondisi seperti ini akan mempengaruhi kemampuan anak dalam menulis. d. Dispraksia oral, yang diidentikkan dengan kesulitan anak yang mengalami gangguan perkembangan bahasa yang disebabkan oleh adanya gangguan dalam konsep gerakan motorik di dalam mulut. Anak tampak kurang mampu menirukan gerakan seperti menjulurkan dan menggerakkan lidah, menggembungkan pipi. C. Alat Peraga ‘Baru Baku’ Alat peraga adalah semua atau segala sesuatu yang bisa digunakan dan dapat dimanfaatkan untuk menjelaskan konsep-konsep pembelajaran dari materi yang bersifat abstrak atau kurang jelas menjadi nyata dan jelas sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, serta minat siswa.

(24) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15. yang menjurus ke arah terjadinya proses belajar mengajar. Menurut Wijaya & Rusyan (1994) yang dimaksud alat peraga pendidikan adalah media pendidikan berperan sebagai perangsang belajar dan dapat menumbuhkan motivasi belajar sehingga siswa tidak menjadi bosan dalam meraih tujuantujuan belajar. Tujuan dari adanya alat peraga adalah sebagai berikut: 1. Supaya proses pendidikan lebih efektif dan dapat meningkatkan semangat belajar para siswa. 2. Alat peraga pendidikan dapat memungkinkan lebih sesuai dengan perorangan, di mana siswa belajar dengan banyak sekali kemungkinan, sehingga belajar dapat berlangsung sangat menyenangkan bagi masing-masing individu. 3. Supaya belajar lebih cepat segera bersesuaian antara kelas dan diluar kelas, alat peraga dapat memungkinkan mengajar lebih sistematis dan juga teratur. Alat peraga dalam penelitian ini adalah alat peraga ‘baru baku’ yaitu alat peraga bangun ruang balok dan kubus. Alat peraga ini membantu siswa untuk memahami bentuk abstrak menjadi konkrit. Siswa dapat melihat secara nyata bentuk balok dan kubus, terutama bagi anak tunarungu yang memiliki keterbatasan dalam mendengar. Anak tunarungu memiliki keterbatasan dalam mendengar sehingga jika guru menjelaskan konsep balok dan kubus secara lisan, siswa akan.

(25) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16. mengalami kesulitan dalam memahami karena keterbatasan bahasa dan kosakata. 1. Spesifikasi Alat Peraga Alat peraga ini berupa jaring-jaring balok dan kubus yang nantinya disusun sendiri oleh siswa untuk mengetahui bagaimana proses bangun ruang balok dan kubus terbentuk. Unsur-unsur yang terdapat dalam alat peraga bangun ruang adalah : a. Sisi Sisi adalah bidang yang membentuk suatu bangun ruang. Bidang tersebut bisa berupa bidang datar ataupun bidang lengkung (selimut). b. Rusuk Rusuk adalah garis yang merupakan pertemuan antara dua buah sisi. Garis tersebut bisa berupa garis lurus ataupun garis lengkung..

(26) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17. 2. Gambar Alat Peraga. Gambar 2. 1 Alat Peraga Jaring-Jaring Balok. Gambar 2. 2 Alat Peraga Jaring-Jaring Kubus.

(27) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18. 3. Keistimewaan Alat Peraga Baru Baku Ada beberapa keistimewaan dan karakteristik dari alat peraga baru baku ini yaitu: a. Metode pembelajaran dengan alat peraga baru baku ini adalah daring, sehingga pembelajaran dengan alat peraga baru baku dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja sesuai dengan kebutuhan siswa. b. Metode pembelajaran dengan alat peraga baru baku disertai dengan video pengajaran cara membuat alat peraga. c. Dengan menggunakan metode pembelajaran baru baku ini, orang tua ikut terlibat dalam prosesnya sehingga memberikan kesempatan bagi siswa dan orang tua untuk memiliki waktu belajar bersama. d. Siswa diajak oleh orang tua untuk belajar dan melakukan pembelajaran bersama-sama. D. Materi Bangun Ruang Balok dan Kubus Kurikulum pada anak berkebutuhan khusus dan anak normal sama, akan tetapi pada perencanaannya yang meliputi Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menyesuaikan dengan ketidakmampuan yang diderita oleh anak. Pada penelitian ini materi yang diajarkan adalah bangun ruang balok dan kubus. Ada beberapa perbedaan kompetensi pada anak berkebutuhan khusus dengan anak normal. Perbedaan itu terletak pada kompetensi inti dan kompetensi dasar, dimana untuk anak berkebutuhan.

(28) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19. khusus materi bangun ruang diberikan pada kelas IV, sedangkan untuk anak normal diberikan pada kelas II. Kompetensi pada anak berkebutuhan khusus yang bersangkutan dengan materi ini adalah sebagai berikut. Kompetensi Inti: 4. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah 5. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia Kompetensi Dasar: 3.5. Mengenal bangun datar dan bangun ruang, serta mengelompokkan berdasarkan sifat geometrisnya. 4.5. Menuliskan. nama. bangun. datar. dan. bangun. ruang,. serta. mengelompokkan berdasarkan sifat geometrisnya Balok dan kubus merupakan bangun ruang. Pada materi ini, siswa diajak untuk mengenal bangun ruang balok dan kubus. Kubus adalah bangun ruang tiga dimensi yang dibatasi oleh enam bidang sisi yang kongruen berbentuk bujur sangkar. Balok adalah bangun ruang tiga dimensi yang dibentuk oleh tiga pasang persegi atau persegi panjang, dengan paling tidak satu pasang diantaranya berukuran berbeda..

(29) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20. Berikut ini adalah unsur-unsur pada kubus dan balok. 1. Sisi Sisi adalah daerah yang membatasi bagian luar dengan bagian dalam dari suatu bangun ruang. 2. Rusuk Rusuk adalah perpotongan dua buah bidang yang berupa garis. 3. Titik Sudut Titik sudut merupakan perpotongan tiga buah rusuk. 4. Diagonal Bidang Diagonal bidang adalah garis yang menghubungkan dua buah titik sudut yang saling berhadapan dalam satu bidang. 5. Diagonal Ruang Diagonal Ruang adalah garis yang menghubungkan dua buah titik sudut yang saling berhadapan tak sebidang. 6. Bidang Diagonal Bidang diagonal adalah daerah yang dibatasi oleh dua buah diagonal bidang dan dua buah rusuk yang saling berhadapan, dan membagi ruang menjadi dua bagian..

(30) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21. Gambar 2. 3 Kerangka Balok. Gambar 2. 4 Kerangka Kubus.

(31) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22. E. Tunarungu Tunarungu berasal dari kata “tuna” yang berarti rusak, cacat dan “rungu” yang berarti pendengaran. Secara sederhana, tunarungu adalah keadaan di mana sesorang mengalami kerusakan atau cacat pada pendengaran. Menurut Amin dalam Esthy Wikasanti (2014) mengemukakan bahwa anak tunarungu adalah mereka yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh organ pendengaran yang mengakibatkan hambatan dalam perkembangannya sehingga memerlukan bimbingan pendidikan khusus. Heward & Orlansky dalam Esthy Wikasanti (2014) memberikan batasan ketunarunguan sebagai berikut. a. Tuli (deaf), yaitu kerusakan yang menghambat seseorang untuk menerima rangsangan semua jenis bunyi dan sebagai suatu kondisi di mana suara-suara yang dapat dipahami, termasuk suara pembicaraan tidak mempunyai arti dan maksud-maksud kehidupan sehari-hari. Orang tuli tidak dapat menggunakan pendengarannya untuk dapat mengartikan pembicaraan, walaupun sebagian pembicaraan dapat diterima, baik tanpa maupun dengan alat bantu mendengar..

(32) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23. b. Kurang dengar (hard of hearing), yaitu seseorang kehilangan pendengarannya secara nyata yang memerlukan penyesuaianpenyesuaian khusus. F. Klasifikasi Anak Tunarungu Ketunarunguan dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat kerusakan atau kehilangan kemampuan mendengar dan tempat terjadinya kerusakan. Berdasarkan tingkat kerusakan, dengan menggunakan satuan keras untuk bunyi yaitu decibel (dB), ketunarunguan dibedakan menjadi 5 kelompok sebagai berikut: a. Sangat ringan: 27-40 dB b. Ringan: 41-55 dB c. Sedang: 56-70 dB d. Berat: 71-90 dB e. Ekstrem: 91 dB Selain berdasarkan tingkat kerusakannya, Streng dalam Somad dan Hernawati (1997), klasifikasi yang dikemukakan sebagai berikut: 1. Mild Loses, yaitu kehilangan kemampuan mendengar 20-30 dB, yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Sukar mendengar percakapan yang lemah. b. Menuntut sedikit perhatian khusus dari sistem sekolah tentang kesulitannya. c. Perlu latihan membaca ujaran dan perlu diperhatikan perkembangan penguasaan perbendaharaan kata..

(33) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24. 2. Marginal Loses, yaitu kehilangan kemampuan mendengar 30-40 dB, yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Mengerti percakapan biasa pada jarak satu meter. b. Sulit menangkap percakapan dengan pendengaran pada jarak normal dan kadang-kadang mereka mendapat kesulitan menangkap percakapan kelompok. c. Akan sedikit mengalami kelainan bicara dan perbendaharaan kata yang terbatas. d. Kebutuhan dalam program pendidikan, antara lain belajar membaca, penggunaan alat bantu dengar, latihan bicara, latihan artikulasi, dan perhatian dalam perkembangan perbendaharaan kata. 3. Moderat Loses, yaitu kehilangan kemampuan mendengar 40-60 dB, yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Mereka mengerti percakapan keras pada jarak satu meter. b. Perbendaharaan kata terbatas. 4. Severa Loses, yaitu kehilangan kemampuan mendengar 60-70 dB, yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Masih bisa mendengar suara keras dari jarak yang dekat, misalnya klakson mobil dan lolongan anjing. b. Kebutuhan dalam program pendidikan, antara lain diajar dalam suatu kelas khusus untuk anak-anak tunarungu dan diperlukan.

(34) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25. latihan. membaca. ujaran. serta. pelajaran. yang. dapat. mengembangkan bahasa dan bicara dari guru kelas khusus. 5. Profound Loses, yaitu kehilangan kemampuan mendengar 75 dB ke atas, yang memiliki ciri mendengar suara yang keras pada jarak 1 inci (2,24 cm) atau sama sekali tidak mendengar walaupun menggunakan alat bantu dengar. G. Karakteristik Anak Tunarungu Setiap anak memiliki karakteristiknya masing-masing, begitu pula dengan anak tunarungu. Ada beberapa perbedaan yang terlihat antara anak normal dengan anak tunarungu dikarenakan kondisi yang membuat anak tunarungu mengalami kesulitan dan keterbatasan dalam beradaptasi dengan lingkungannya, sehingga mereka memerlukan perhatian khusus dalam masyarakat. Karakteristik yang khas dari anak tunarungu adalah sebagai berikut: 1. Fisik Jika dilihat secara sekilas, anak tunarungu tidak memiliki kelainan yang jelas dalam hal fisik, tetapi jika diperhatikan lebih detail, terdapat beberapa karakteristik sebagai berikut: a. Cara berjalan kaku dan agak membungkuk bagi anak tunarungu yang. mempunyai. kelainan. atau. kerusakan. pada. alat. keseimbangannya. b. Gerakan mata cepat yang menunjukkan bahwa anak ingin menguasai lingkungan sekitarnya..

(35) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26. c. Gerakan kaki dan tangan yang cepat. d. Pernapasan yang pendek dan agak terganggu. Kelainan pernapasan ini terjadi karena anak tidak terlatih, terutama pada masa meraban yang merupakan masa perkembangan bahasa. 2. Bahasa dan Bicara Perkembangan bahasa berkaitan erat dengan pendengaran karena anak mempelajari bahasa dengan mendengarkan hal-hal di sekitar anak. Gangguan. pendengaran. yang. dialami. anak. tunarungu. tentu. menghambat perkembangan bahasa dan bicaranya. Kondisi tersebut tidak memungkinkan anak tunarungu untuk mengembangkan bahasa melalui pendengaran. Dengan kondisinya tersebut, anak tunarungu memiliki ciri-ciri perkembangan bahasa sebagai berikut: a. Fase motorik yang tidak teratur Pada fase ini, anak melakukan gerakan-gerakan yang tidak teratur, misalnya gerakan tangan dan menangis. Menangis permulaan merupakan gerak refleks bayi yang baru lahir, yang sangat penting bagi perkembangan selanjutnya. Sebab dengan menangis, secara tidak sengaja juga melatih otot-otot bicara, pita suara, dan paru-paru. b. Fase meraban Pada awal fase meraban, tidak terjadi hambatan karena fase ini merupakan kegiatan ilmiah dari pernapasan dan pita suara. Awalnya bayi babbling, lalu ibu menirukannya. Tiruan tersebut terdengar oleh bayi dan ditirukan kembali. Peristiwa inilah yang menjadi.

(36) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27. proses terpenting dalam pembinaan bicara anak. Namun, bagi anak tunarungu proses ini tidak terjadi karena anak tidak bisa mendengar tiruan ibunya, sehingga proses selanjutnya menjadi terhambat. c. Fase penyesuaian diri Suara-suara yang diucapkan orang tua, lalu ditiru oleh bayi, kemudian ditirukan kembali oleh orang tuanya secara terusmenerus. Pada anak tunarungu, proses ini terbatas pada peniruan penglihatan (visual), yaitu gerakan-gerakan atau isyarat-isyarat. Sementara itu, peniruan pendengaran (auditif) tidak terjadi karena anak tidak dapat mendengar suara. Antara bicara dan bahasa serta mendengar ada hal yang berkaitan. Menurut Daniel F. Hallahan dan James M. Kauffman dalam Dwijosumarto (1990), tiga faktor yang saling berkaitan antara ketidakmampuan bahasa dan bicara dengan ketajaman mendengar adalah sebagai berikut: a. Penerima auditori tidak cukup sebagai umpan balik ketika ia membuat suara. b. Penerimaan verbal dari orang dewasa tidak cukup menunjang pendengarannya. c. Tidak mampu mendengar contoh bahasa dari orang mendengar. Ciri khusus anak tunarungu berkenaan dengan kemampuan bahasanya adalah miskin dalam kosakata, sulit memahami kata-kata abstrak, dan sulit mengartikan kata-kata yang mengandung arti kiasan..

(37) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28. Sementara, ciri khusus anak tunarungu berkenaan dengan kemampuan bicaranya adalah nada bicaranya tidak beraturan, bicaranya terputusputus karena penguasaan kosakata yang terbatas, dan dalam berbicara cenderung diikuti oleh gerakan-gerakan tubuh dan sulit menguasai warna serta gaya bahasa. 3. Intelegensi Secara garis besar, intelegensi anak tunarungu diklasifikasikan menjadi tiga sebagai berikut: a. Anak tunarungu dianggap sama dengan anak normal. b. Intelegensi anak tunarungu dianggap lebih rendah daripada anak normal. c. Anak tunarungu mengalami kekurangan potensi intelektual pada segi nonverbal. 4. Kepribadian dan Emosi Perhatian dan penerimaan oleh lingkungan sangat penting bagi perkembangan anak secara positif. Tidak hanya anak normal, anak tunarungu pun juga memiliki hak atas perhatian dan penerimaan oleh lingkungan tempatnya berada. Keterbatasan anak tunarungu membuat mereka hanya dapat menerima ungkapan perhatian, kasih sayang, dan penerimaan melalui kontak visual. Berbeda dengan anak normal yang dapat menerima melalui nada suara juga. Kondisi ini dapat membuat anak tunarungu terganggu dalam perkembangan emosi anak tunarungu yang membuat anak merasa.

(38) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29. terasing dan terisolasi. Ketidakmampuan anak dalam berkomunikasi mengakibatkan kekurangan dalam keseluruhan pengalaman yang sebenarnya merupakan dasar bagi perkembangan, sikap, dan kepribadiannya. Sifat-sifat anak tunarungu yang terbentuk akibat dari kekurangannya adalah sebagai berikut: a. Sifat egosentris yang lebih besar daripada anak normal. Dunia penghayatan anak tunarungu lebih sempit sehingga terarah kepada dirinya sendiri. Bentuk-bentuk sifat egosentris tersebut antara lain: -. Anak sulit menempatkan diri pada cara berpikir dan perasaan orang lain.. -. Dalam berperilaku, anak sulit menyesuaikan diri.. b. Mempunyai perasaan takut akan hidup. c. Sikap ketergantungan kepada orang lain. d. Perhatian yang sulit untuk dialihkan. e. Miskin fantasi f. Sifat yang polos, sederhana, dan tanpa banyak problem. g. Dalam keadaan ekstrem, tanpa banyak nuansa. h. Mudah marah dan cepat tersinggung. i. Kurang mempunyai konsep tentang relasi atau hubungan. 5. Sosial Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki kebutuhan mendasar untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Untuk berinteraksi dengan.

(39) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30. lingkungannya, dibutuhkan kematangan sosial. Menurut Yuke R Siregar dalam Esthy Wikasanti (2014: 18), kematangan sosial dapat dicapai dengan hal-hal berikut: a. Pengetahuan yang cukup mengenai nilai-nilai sosial dan kekhasan dalam masyarakat. b. Mempunyai. kesempatan. yang. banyak. untuk. menerapkan. kemampuannya. c. Mendapatkan kesempatan dalam hubungan sosial. d. Mempunyai dorongan untuk mencari pengalaman. e. Struktur kejiwaan yang sehat yang mendorong motivasi yang baik. Kondisi yang dialami anak tunarungu terkadang membuat mereka diperlakukan berbeda dalam lingkungannya. Hal ini menyebabkan anak tunarungu cenderung merasakan curiga pada lingkungan, tidak aman, dan memiliki kepribadian yang tertutup, kurang percaya diri, menafsirkan sesuatu secara negatif, rendah diri dan merasa disingkirkan, kurang mampu mengontrol diri, dan cenderung mementingkan diri sendiri..

(40) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31. H. Metode Komunikasi Anak Tunarungu Anak tunarungu memiliki cara berkomunikasi yang berbeda dengan anak yang tidak memiliki keterbatasan dalam mendengar. Cara untuk berkomunikasi dengan anak tunarungu adalah sebagai berikut: 1. Metode oral Metode oral adalah cara melatih anak tunarungu untuk berkomunikasi secara lisan (verbal) dengan lingkungan orang mendengar. Partisipasi lingkungan sangat dibutuhkan anak tunarungu untuk berbahasa secara verbal. 2. Metode membaca ujaran Membaca ujaran sering disebut juga dengan membaca bibir (lip reading). Membaca ujaran menggunakan pengamatan visual untuk melihat bentuk dan gerak bibir lawan bicara dalam proses bicara. 3. Metode manual Metode manual adalah cara mengajar atau melatih anak berkomunikasi dengan isyarat atau ejaan jari (finger spinding). Komponen bahasa isyarat adalah sebagai berikut: a. Abjad/ejaan jari (finger spelling), yaitu jenis isyarat yang dibentuk dengan jari-jari tangan untuk menggambarkan abjad atau mengeja huruf dan angka. Secara garis besar, ejaan jari dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu ejaan jari dengan satu tangan, ejaan jari dengan dua tangan, dan ejaan jari campuran dengan satu tangan atau dua tangan..

(41) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32. b. Bahasa tubuh, meliputi keseluruhan ekspresi tubuh, seperti sikap tubuh, ekspresi muka (mimik), pantomimik, dan gesti (gerakan yang dilakukan seseorang secara wajar dan alami. c. Bahasa isyarat asli, yaitu suatu ungkapan manual dalam bentuk isyarat konvensional yang berfungsi sebagai pengganti kata, yang disepakati oleh kelompok atau daerah tertentu. d. Komunikasi total, yaitu upaya mengajarkan komunikasi kepada anak tunarungu dengan menggunakan salah satu modus atau semua cara komunikasi, yaitu penggunaan sistem isyarat, ejaan jari, bicara, baca ujaran, amplifikasi, gesti, pantomimik. Prinsip umum yang harus dipraktikkan ketika berkomunikasi dengan anak tunarungu adalah sebagai berikut: a. Berbicara harus berhadapan dan diusahakan sejajar. b. Harus melihat muka pembicara. c. Jarak harus sesuai dengan daya jangkau penglihatan. d. Bicara wajar dan jangan dibuat-buat. e. Mulut tidak tertutup oleh benda lain. f. Berekspresi dan melodius. g. Cahaya harus cukup terang. h. Mulut tidak tertutup oleh benda lain. i. Artikulasi jelas. j. Kalimat sederhana. k. Pemakaian isyarat harus simultan..

(42) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33. I. Strategi dan Pembelajaran Anak Tunarungu Menurut Esthy Wikasanti (2014), strategi dan pembelajaran yang dilakukan anak tunarungu adalah sebagai berikut. 1. Strategi pembelajaran Strategi pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran anak tunarungu adalah sebagai berikut: a. Strategi individualisasi Merupakan strategi pembelajaran dengan menggunakan program yang sudah disesuaikan dengan kondisi individu, baik karakteristik, kebutuhan, maupun kemampuannya secara individual. b. Strategi kooperatif Merupakan strategi pembelajaran yang menekankan unsur gotong royong atau saling membantu satu sama lain dalam mencapai tujuan pembelajaran. c. Strategi modifikasi perilaku Merupakan strategi pembelajaran yang bertujuan untuk mengubah perilaku anak ke arah yang lebih positif melalui pengondisian dan membantunya lebih produktif sehingga menjadi individu yang mandiri. 2. Media pembelajaran Dalam pembelajaran, media yang tepat bagi anak tunarungu adalah media yang mengandalkan pengamatan visual anak. Penggunaan media audio dan audiovisual juga dapat digunakan bagi anak tunarungu yang.

(43) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34. tergolong kurang dengar atau yang bisa menggunakan alat bantu dengar, walaupun pendengaran masih tetap terbatas. Keterbatasan mendengar yang dimiliki oleh anak tunarungu menyebabkan anak kesulitan dalam memahami kata-kata sehingga perbendaharaan kata yang dimiliki anak tunarungu menjadi sangat terbatas. Oleh karena itu, dalam pembelajaran beberapa alat bantu yang dapat digunakan adalah sebagai berikut. 1. Miniatur benda (bentuk benda sebenarnya dalam ukuran kecil) 2. Finger alphabet (bentuk simbol huruf dengan isyarat jari tangan) 3. Silinder (bentuk-bentuk benda silindris) 4. Kartu kata (kartu yang bertuliskan kata) 5. Kartu kalimat (kartu yang bertuliskan kalimat singkat) 6. Menara segitiga (susunan bentuk segi tiga dengan ukuran berurut dari kecil sampai besar) 7. Menara lingkaran (susunan gelang dari diameter kecil sampai besar) 8. Menara segi empat (susunan bentuk segi empat dengan ukuran berurut dari kecil sampai besar) 9. Peta dinding (peta batas wilayah, batas pulau dan batas Negara yang dapat ditempel di dinding) 10. Model geometri (model-model bentuk benda beraturan) 11. Anatomi telinga (alat bantu menerangkan susunan bagian telinga) 12. Model telinga (model bagian-bagian telinga tiga dimensi) 13. Torso setengah badan (model anatomi tubuh setengah badan).

(44) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35. 14. Puzzle buah-buahan (potongan-potongan bagian dari buah-buahan) 15. Puzzle binatang (puzzle bentuk potongan binatang) 16. Puzzle konstruksi (puzzle bentuk konstruksi/rancang bangun sederhana) 17. Atlas (peta batas wilayah, batas pulau dan batas Negara) 18. Globe (bola dunia yang menggambarkan benua dan batas-batas negara di dunia) 19. Miniatur rumah adat (contoh rumah-rumah adat dalam ukuran kecil tapi proporsional) 20. Miniatur rumah ibadah (contoh rumah-rumah ibadah dalam ukuran kecil tapi proporsional) J. Penilaian yang Cocok bagi Anak Tunarungu Tujuan dan fungsi assesmen menurut Usa Sutisna (1984) antara lain untuk mengetahui tingkat pencapaian siswa terhadap materi yang diberikan serta untuk memberikan umpan balik terhadap guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar serta program perbaikan bagi siswa. Menurut Esthy Wikasanti (2014), kegiatan penilaian bagi anak tunarungu harus memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: 1. Berkesinambungan Penilaian berkesinambungan adalah memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil secara terus-menerus dalam bentuk Ulangan Harian, Ulangan Tengah Semester, Ulangan Akhir Semester, dan Ulangan Kenaikan Kelas..

(45) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36. 2. Menyeluruh Penilaian hasil belajar oleh pendidik mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik. 3. Objektif Penilaian hasil belajar peserta didik hendaknya tidak dipengaruhi oleh subjektivitas penilai, perbedaan latar belakang agama, sosial ekonomi, budaya, bahasa, gender, dan hubungan emosional. 4. Pedagogis Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan, dan pelaksanaan pembelajaran. K. Penelitian yang Relevan Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah : 1. Penelitian yang dilakukan oleh Elisabet Viviana berjudul Efektivitas Penggunaan Alat Peraga Bola Bermuatan pada Materi Operasi Hitung Bilangan Bulat untuk Anak Tunarungu (SLB B) di SLB Yapenas Kelas V SD. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa menggunakan alat peraga dapat meningkatkan hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Persamaan penelitian terdahulu dengan yang saya teliti adalah terletak pada subjek yang sama-sama memiliki keterbatasan mendengar. Perbedaannya yaitu penelitian yang dilakukan sebelumnya untuk melihat keefektifan alat peraga sedangkan peneliti sendiri ingin melihat.

(46) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37. proses pembelajaran dengan menggunakan alat peraga dan juga hasil belajar siswa. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Dian Mega berjudul Penggunaan Puxxle Light pada Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan Luas Persegi dan Persegi. Panjang. di. Sekolah. Luar. Biasa-B. Karnnamanohara,. Yogyakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa menggunakan alat peraga dapat meningkatkan hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Persamaan penelitian terdahulu dengan yang saya teliti adalah terletak pada subjek yang sama-sama memiliki keterbatasan mendengar. Perbedaannya yaitu penelitian yang dilakukan sebelumnya untuk membangun alat peraga yang dapat membantu anak-anak memahami konsep matematika dan sejauh mana konsep matematika dapat dipahami oleh anak dengan bantuan alat peraga sedangkan peneliti sendiri ingin melihat proses pembelajaran dengan menggunakan alat peraga dan juga hasil belajar siswa. L. Kerangka Berpikir Dalam proses pembelajaran tidak jarang ditemukan berbagai kesulitan pemahaman yang dialami oleh siswa dalam mata pelajaran matematika, dalam penelitian ini yang dialami adalah kesulitan dalam materi bangun ruang. Dengan penelitian ini, peneliti akan mengetahui bagaimana proses pembelajaran dengan menggunakan alat peraga bangun ruang serta diharapkan hasil belajar siswa meningkat setelah menggunakan alat peraga bangun ruang..

(47) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38. Kondisi Awal. Tindakan. Kondisi Terakhir. Guru belum menggunakan alat peraga dalam pembelajaran. Guru menggunakan alat peraga dalam pembelajaran. Siswa mengalami kesulitan belajar, hasil belajar rendah. Siswa memahami konsep dan hasil belajar meningkat. Diharapkan dengan menggunakan alat peraga, anak tunarungu dapat memahami bentuk nyata kubus dan balok sehingga hasil belajar meningkat. Gambar 2. 5 Kerangka Berpikir.

(48) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Penelitian. dengan. pendekatan. kualitatif. adalah. penelitian. yang. menggunakan proses berpikir induktif dan setiap prosesnya dianalisis berdasarkan dengan fakta atau kejadian yang diamati dengan menggunakan logika ilmiah. Penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif bertujuan untuk menjelaskan makna dari suatu proses kejadian. Penelitian. kualitatif. digunakan. untuk. menganalisis. kegiatan. pembelajaran berdasarkan hasil wawancara dengan orang tua. Sedangkan penelitian kuantitatif digunakan untuk menunjukkan hasil belajar siswa yang berupa angka. B. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah 2 siswa tunarungu di kelas IV SDLB B Wiyata Dharma 1 Sleman yang terletak di Jalan Magelang Km 17, Margorejo, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.. 39.

(49) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40. C. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah pembelajaran matematika dengan alat peraga balok kubus pada materi bangun ruang untuk anak tunarungu (SLB B) di SDLB Wiyata Dharma 1 Sleman kelas IV. D. Waktu Dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2019/2020 bulan Maret-Juni 2020. 2. Tempat Penelitian ini dilaksanakan di SDLB Wiyata Dharma 1 Sleman. E. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Data Wawancara Data wawancara diperoleh berdasarkan wawancara dengan orang tua siswa. 2. Data Hasil Belajar Siswa Data hasil belajar siswa diperoleh dari hasil belajar siswa. F. Instrumen Pembelajaran Dan Instrumen Penelitian 1. Instrumen Pembelajaran Instrumen pembelajaran dalam hal ini berupa rancangan kegiatan pembelajaran yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)..

(50) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41. 2. Instrumen Penelitian a. Lembar Pengamatan atau Observasi Digunakan. untuk. mengamati. proses. selama. pembelajaran. berlangsung dengan menggunakan alat peraga ‘baru baku’. b. Lembar Wawancara Lembar wawancara digunakan sebagai pedoman dalam wawancara dengan guru untuk mengetahui bagaimana anak tunarungu dalam belajar menggunakan alat peraga ‘baru baku’ dan bagaimana pendapat guru mengenai alat peraga ‘baru baku’. c. Lembar Hasil Belajar Siswa Lembar hasil belajar siswa untuk melihat pengaruh dari penggunaan alat peraga dalam materi bangun ruang. G. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah langkah strategis dalam penelitian. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka penelitian tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Berikut ini adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian. 1. Observasi Observasi atau pengamatan dilakukan untuk mengetahui proses siswa dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga ‘baru baku’..

(51) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42. 2. Tes Tes adalah soal berkaitan dengan materi yang diberikan kepada subjek untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam materi bangun ruang. 3. Wawancara Wawancara adalah pertanyaan yang diberikan kepada guru dengan interaksi secara langsung. Wawancara dilakukan untuk memberikan kepastian mengenai bagaimana sikap siswa selama pembelajaran berlangsung dan bagaimana pendapat guru dalam penggunaan alat peraga ‘baru baku’. H. Teknik Analisis Data Menurut Sugiyono (2009: 244), analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil observasi, kuesioner, dan wawancara dengan mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, menggunakan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari serta membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri atau orang lain. 1. Analisis Data Wawancara Hasil wawancara dianalisis secara kualitatif. Semua isi wawancara ditranskripsi, kemudian diamati kesulitan yang dihadapi siswa, kendala atau kesulitan yang dihadapi oleh guru, penggunaan alat peraga. Semua diamati terus-menerus dan dibandingkan dengan hasil observasi..

(52) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43. 2. Analisis Data Observasi Hasil observasi dari lembar observasi dipindahkan ke dalam bentuk yang lebih rapi, kemudian diamati dan dianalisis setiap nomor. Hasil tersebut dikaitkan dengan hasil wawancara. Semua data disajikan dalam bentuk kualitatif. 3. Analisis Data Tes Hasil Belajar Siswa Tes belajar siswa dilakukan sebanyak satu kali yang terdiri post-test dan dilakukan secara individual. Tes hasil belajar siswa dianalisis dengan menggunakan tabel dan diagram. Cara penilaian post-test adalah sebagai berikut: 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 =. 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ × 100 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙. I. Prosedur Pelaksanaan Penelitian 1. Tahap Persiapan Pada tahapan awal ini, peneliti membuat rancangan mengenai penelitian yang akan dilakukan. Peneliti juga menyiapkan perlengkapan yang akan digunakan dalam penelitian. Berikut ini adalah hal yang disiapkan oleh peneliti: a. Menentukan fokus penelitian. b. Bertemu dengan kepala sekolah dan guru kelas tentang pelaksanaan observasi dan penelitian. c. Melakukan observasi awal untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran anak tunarungu dan belajar berkomunikasi dengan anak tunarungu..

(53) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44. d. Mempersiapkan alat peraga yang akan digunakan untuk penelitian. e. Berkonsultasi dan memperkenalkan alat peraga yang akan digunakan kepada guru kelas. f. Menyiapkan soal tes dengan materi bangun ruang. g. Menyiapkan pedoman wawancara yang akan disampaikan kepada siswa dan guru. 2. Kegiatan Dalam tahap yang kedua ini peneliti mempersiapkan diri untuk mulai menggali dan mengumpulkan data untuk dianalisis dan ditarik kesimpulan mengenai penggunaan alat peraga dalam materi bangun ruang. Kegiatan dalam tahapan ini adalah sebagai berikut: a. Kegiatan Pembelajaran: 1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2) Mempraktekkan penggunaan alat peraga 3) Melakukan evaluasi setelah pembelajaran berlangsung b. Kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui proses pembelajaran siswa dengan alat peraga ‘baru baku’: 1) Mengamati kegiatan dan tingkah laku siswa saat pembelajaran berlangsung. 2) Mengamati respon-respon siswa yang muncul saat pembelajaran berlangsung..

(54) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45. 3. Alat Peraga yang Digunakan Peneliti menggunakan alat peraga ‘baru baku’ (bangun ruang balok kubus) pada materi bangun ruang. Alat peraga di sini terdiri dari: 1) Bangun ruang kubus yang jaring-jaringnya terbentang dan transparan. 2) Bangun ruang balok yang jaring-jaringnya terbentang dan transparan. 4. Pelaksanaan penelitian a. Pelaksanaan. penelitian. dengan. pembelajaran. jarak. jauh. dilaksanakan 1 kali, dengan rincian: -. Langkah awal adalah pembuatan video pengajaran. -. Langkah kedua adalah pemberian materi bangun ruang berupa video pengajaran membuat alat peraga. -. Langkah terakhir adalah pemberian soal tes hasil belajar. b. Pelaksanaan penelitian dibantu oleh orang tua, mengingat susahnya berkomunikasi dengan anak tunarungu. 5. Evaluasi Pembelajaran Evaluasi pembelajaran dilakukan setelah pembuatan alat peraga saat penelitian dilakukan untuk melihat pemahaman siswa akan materi dan menganalisis keefektifan alat peraga sebagai alat bantu belajar. Evaluasi pembelajaran dilakukan dengan memberikan soal hasil belajar..

(55) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB IV PEMBAHASAN. A. Deskripsi Proses Pelaksanaan Penelitian 1. Persiapan Penelitian Penelitian akan dilakukan di SDLB Wiyata Dharma 1 Sleman. Subyek penelitian adalah 2 orang siswa kelas IV SDLB Wiyata Dharma 1 Sleman yang memiliki keterbatasan dalam pendengaran. Dalam penelitian ini peneliti adalah fasilitator yang menyediakan video tutorial cara membuat alat peraga yaitu ‘baru baku’. ‘Baru baku’ adalah alat peraga yang berbentuk bangun ruang balok dan kubus. Peneliti telah melakukan observasi sebelum melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui proses kegiatan pembelajaran di sekolah berlangsung dan melihat model pembelajaran yang digunakan di SDLB Wiyata Dharma 1 Sleman. Dengan adanya observasi diharapkan dapat membantu peneliti dalam merancang pembelajaran dalam penelitian dan juga membantu peneliti untuk mengenal para siswa yang akan menjadi subyek penelitian. Observasi dilakukan pada tanggal 21 Oktober 2019. Dari observasi yang telah dilakukan, diketahui bahwa pemberian materi oleh guru disesuaikan dengan kemampuan siswa. Jadwal pembelajaran juga menyesuaikan dengan kebutuhan siswa hari itu. Pembelajaran matematika bisa saja dilakukan seminggu dua kali.. 46.

(56) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47. Ketika peneliti melakukan observasi, suasana pembelajaran di kelas kondusif jika guru meminta siswa untuk mengerjakan soal. Jika soal sudah selesai dikerjakan, para siswa tidak tenang di tempat duduk dan bermain-main dengan teman sekelasnya, terutama jika menjelang waktu istirahat. Pembelajaran yang terjadi selama observasi cukup baik, karena ketika observasi dilakukan, guru tidak banyak menjelaskan materi akan tetapi guru memberikan latihan soal di papan tulis. Guru menjelaskan secara pribadi menggunakan bahasa oral dan isyarat kepada siswa jika ada siswa yang belum mengerti cara mengerjakan. Guru menjelaskan dengan baik sehingga ketika siswa mengerjakan di papan tulis, siswa dapat menuliskan proses pengerjaan soal dan jawabannya dengan tepat. Selain itu, guru juga memahami persis bagaimana karakter-karakter siswa yang berada di kelas sehingga dapat memperlakukan siswa sesuai karakternya dengan sangat baik. Guru juga terus memberikan motivasi dan dorongan kepada siswa supaya siswa dapat mengerjakan soal yang diberikan hingga selesai. Dari observasi yang telah dilakukan, peneliti melihat karakterkarakter yang dimiliki siswa yang akan menjadi subyek penelitian, yaitu: Siswa pertama adalah anak dengan autisme, sehingga kalau belajar sedikit berbeda konsep akan tetapi dalam intelektualnya baik. Dengan keterbatasannya, siswa terhambat dalam komunikasi dan interaksi dengan teman-temannya. Motivasi belajar cukup baik. Siswa kedua adalah anak dengan gangguan penglihatan yaitu low vision,.

(57) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48. sehingga kesulitan ketika melihat tulisan di papan tulis. Ketika menulis soal, siswa menulis sambil berdiri di depan papan tulis. Walau begitu, siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi. 2. Pelaksanaan Penelitian Mulai bulan Maret 2020, pembelajaran di sekolah-sekolah dilaksanakan secara online atau biasa disebut Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). PJJ dilaksanakan karena adanya penyebaran virus corona atau Corona Virus Disease (COVID-19) yang membahayakan. Pada 17 Maret 2020 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan Surat Edaran (SE) Mendikbud nomor 36962/MPK.A/HK/2020 tentang hal Pembelajaran secara Daring (dalam jaringan) dan Bekerja dari Rumah dalam Rangka Pencegahan Penyebaran Corona Virus Desease (COVID-19). Pada poin 3 dan 4 SE Mendikbud tersebut, berisikan imbauan Kementerian bagi seluruh civitas akademik untuk mengganti pelaksanaan kegiatan yang dihadiri banyak orang dengan menggunakan komunikasi daring termasuk kegiatan pembelajaran di sekolah. Sesuai keputusan sekolah dan juga berdasarkan imbauan pemerintah, SDLB Wiyata Dharma 1 Sleman juga menerapkan pembelajaran jarak jauh. PJJ yang dilaksanakan di SDLB Wiyata Dharma 1 Sleman membutuhkan bimbingan dari orang tua atau wali siswa dikarenakan keterbatasan fisik yang dimiliki oleh siswa. Oleh karena itu, tugas dan materi pembelajaran yang diberikan oleh guru disampaikan melalui orang tua atau wali. Untuk siswa kelas IV, guru menyampaikan materi.

(58) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49. dan tugas melalui grup di aplikasi pesan pada smarthphone yaitu Whats App Messenger (WA). Grup WA ini berisikan orang tua dari siswa kelas IV SDLB Wiyata Dharma 1 Sleman. Dengan adanya kebijakan ini, maka penelitian juga dilakukan menggunakan metode pembelajaran jarak jauh, di mana guru menyampaikan materi pembelajaran dan peneliti menyampaikan soal, video tutorial membuat alat peraga, dan wawancara menggunakan aplikasi WA. Observasi penelitian yang telah direncanakan tidak dapat dilaksanakan, sehingga hasil penelitian hanya berdasarkan data wawancara dan hasil latihan soal yang telah dikumpulkan oleh peneliti. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan proses sebagai berikut: a. Langkah Awal Pada langkah awal ini, peneliti melakukan perubahan pada rencana penelitian karena pelaksanaan penelitian menggunakan pembelajaran jarak jauh. Maka dari itu, peneliti tidak memfasilitasi siswa dengan alat peraga, akan tetapi peneliti mempersiapkan video pengajaran cara membuat alat peraga ‘baru baku’. Video ini diperuntukkan bagi siswa dalam mengetahui langkah-langkah dalam membuat alat peraga ‘baru baku’. Pada tanggal 13 Mei 2020, guru menjadikan peneliti sebagai anggota dari grup WA orang tua siswa kelas IV SDLB Wiyata Dharma 1 Sleman. Hal itu dilakukan untuk mempermudah.

(59) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50. peneliti dalam berhubungan dengan orang tua siswa terkait penelitian yang akan dilakukan. Pada langkah awal ini, peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan dan alasan peneliti mengikuti grup WA orang tua siswa kelas IV SDLB Wiyata Dharma 1 Sleman, yaitu bahwa peneliti akan melakukan penelitian dengan materi balok dan kubus. b. Pemberian Materi Ada. hal. yang. menyebabkan. penelitian. ini. cocok. menggunakan metode alat peraga ‘baru baku’ yaitu karena penelitian ini menggunakan pembelajaran jarak jauh. Dengan menggunakan metode ini, maka siswa dapat melakukan pembelajaran kapan saja dan di mana saja sesuai dengan kebutuhan siswa. Siswa juga dapat mempererat hubungn kekeluargaan dengan orang tua karena metode ini membutuhkan bimbingan dari orang tua dalam belajar, sehingga orang tua juga dapat merasakan pengalaman dalam mengajar anak. Dengan menggunakan alat peraga, siswa belajar dengan menggunakan pengamatan secara visual dan juga dapat meningkatkan fantasi siswa. Akan tetapi, alat peraga ‘baru baku’ ini tidak disesuaikan dengan kebutuhan anak secara individual melainkan dirancang bagi siswa tunarungu secara umum. Pada tanggal 21 Mei 2020, peneliti membagikan video tutorial membuat alat peraga kepada siswa dan soal untuk.

(60) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51. dikerjakan oleh siswa dengan bimbingan orang tua atau wali, dimana video yang dibuat telah diunggah juga di youtube dengan link https://www.youtube.com/watch?v=VTbAK2Od_z4. Sebelum membagikan video, peneliti memberikan langkahlangkah yang harus dilakukan oleh siswa dengan bimbingan orang tua atau wali. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut. 1) Bapak dan Ibu bersama siswa diminta melihat video yang telah dibuat oleh peneliti terlebih dahulu kemudian mengikuti cara membuat alat peraga yang ada di video. 2) Setelah alat peraga jadi, Bapak dan Ibu bisa membantu siswa dalam mengerjakan soal dengan mengamati alat peraga yang sudah dibuat. 3) Hasil pekerjaan soal bisa dikerjakan di kertas kosong dan hasilnya dikirim melalui grup WA atau personal chat dalam bentuk foto bersama hasil alat peraga yang sudah dibuat. c. Pembuatan Alat Peraga dan Pengerjaan Soal Peneliti memberikan waktu cukup lama bagi siswa yaitu mulai tanggal 21 Mei 2020 hingga akhir bulan Juni untuk membuat alat peraga dan mengerjakan soal yang telah diberikan oleh peneliti. Sampai pada akhir bulan Juni 2020, peneliti mendapatkan hasil pekerjaan 2 siswa kelas IV. Selama proses.

(61) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52. pengumpulan data ini, orang tua juga membagikan foto kegiatan anak ketika membuat alat peraga.. Gambar 4. 1 Siswa membuat alat peraga Setelah siswa selesai membuat alat peraga, kemudian siswa mengerjakan soal dengan bantuan orang tua atau wali dan juga dengan memperhatikan alat peraga yang telah dibuat siswa sebelumnya. Peneliti tidak dapat mengetahui secara lengkap proses pembelajaran yang terjadi di rumah yang dilakukan oleh siswa dengan orang tua atau wali. Untuk teknik pengumpulan jawaban. dan. juga. hasil. alat. peraga,. orang. tua. mendokumentasikan hasil jawaban siswa dan juga hasil pekerjaan siswa membuat alat peraga terlebih dahulu lalu mengirimkannya melalui grup WA orang tua..

(62) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53. Gambar 4. 2 Hasil Alat Peraga. B. Penyajian Data Hasil Belajar dan Wawancara Dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan hasil belajar siswa dan hasil wawancara dengan guru yang akan disajikan berikut ini. 1. Data Hasil Belajar Siswa Data hasil belajar siswa yang diperoleh melalui hasil pengerjaan siswa disajikan dalam bentuk tabel dan diagram sebagai berikut. Tabel 4. 1 Hasil Belajar Siswa A1. Siswa 1 Siswa 2. 1 2 3. 4. a. b. 5 c d. 5 5 5. 5. 1. 1. 1. 1. Jumlah Skor e f g Total 1 1 1 27. 5 5 5. 5. 1. 1. 1. 1. 1 1 1. 27. Skor 100 100.

(63) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54. Diagram Hasil Belajar Siswa 6 5 4 3 2 1 0 1. 2. 3. 4. 5.a Siswa 1. 5.b. 5.c. 5.d. 5.e. 5.f. 5.g. Siswa 2. Diagram 4.1 Hasil Belajar Siswa. 2. Data Hasil Wawancara Wawancara dilakukan setelah seluruh proses pembelajaran jarak jauh selesai dilakukan untuk mengetahui proses pembelajaran di rumah berlangsung. Wawancara diperlukan untuk. mengetahui proses. pembelajaran jarak jauh dengan menggunakan alat peraga ‘baru baku’. Wawancara dilakukan kepada orang tua dari kedua siswa dan dilakukan secara daring dengan menggunakan aplikasi WA. Peneliti memberikan pertanyaan kepada orang tua dengan saling berkirim pesan teks. Wawancara dilakukan di hari yang terpisah dan diusahakan tidak mengganggu waktu orang tua selama di rumah sehingga sebelum melakukan wawancara peneliti menanyakan kepada orang tua terlebih dahulu kapan waktu senggang yang dimiliki orang tua untuk dapat menjawab pertanyaan wawancara yang diberikan oleh peneliti..

Gambar

Tabel 4. 1  Hasil Belajar Siswa A1 ....................................................................
Gambar 2. 1 Alat Peraga Jaring-Jaring Balok
Gambar 2. 3 Kerangka Balok
Gambar 2. 5 Kerangka Berpikir Kondisi Awal Tindakan Kondisi Terakhir Guru belum menggunakan alat peraga dalam pembelajaran  Siswa mengalami kesulitan belajar,  hasil belajar rendah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kepada para peserta yang berkeberatan atas penetapan pemenang tersebut, diberi kesempatan untuk mengajukan sanggahan secara elektronik melalui aplikasi SPSE kepada POKJA III – ULP

1) Ketua Pokja AMPUSanitasi Kota Subulussalam 2) Ketua Pokja AMPUSanitasi Kabupaten Bener Meriah 3) Ketua Pokja AMPUSanitasi Kabupaten Simeulue 4) Ketua Pokja

Tiga ratus enam puluh drajat artinya satu lingkaran penuh// Bila fotografer pada umumnya memajang karyanya di dalam bingkai datar/ sosok lelaki Jauhari lain//

PENINGKATAN PEMBELAJARAN MENULIS CERPENMELALUI PENDEKATAN SAINTIFIKDENGAN MEDIA GAMBAR DAN TEKNIK TRANSFORMASI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Hasil penelitian secara parsial menunjukkan bahwa pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, dan kepribadian tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian, sedangkan variabel

Penelitian ini bersifat eksperimental dengan uji fisik yang dilakukan di saluran gelombang 2-D pada Laboratorium dengan membuat beberapa konfigurasi model screen layer

Dan ini tentunya juga membutuhkan biaya budget yang juga harus diperhitungkan dengan menentukan nilai harga dari produk itu sendiri yang sangat diharapkan dan

[r]