SKRIPSI
Oleh:
FINDRI PRIYANGGANI 0712015029/FE/M
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL `VETERAN` JAWA TIMUR
PELANGGAN KLI NIK KECANTIKAN “ALAMANDA” DI SURABAYA
Disusun Oleh :
FINDRI PRIYANGGANI 0712015029 / FE / EM
Telah diper tahankan dihadapan dan diter ima oleh Tim Penguji Skr ipsi Pr ogram Studi Manajemen Fakultas Ekonomi
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur Pada tanggal 05 Oktober 2012
Pembimbing Utama Tim Penguji :
Ketua
Dr a. Ec. Hj. Nur Mahmudah, MS Dr a. Ec. Malicha
Sekr etar is
Dr . Muhadjir Anwar , MM
Anggota
Dr a. Ec. Kustini, MSi
Mengetahui, Dekan fakultas Ekonomi
Univer sitas pembangunan Nasional “Veter an” J awa Timur
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas
segala rahmat dan hidayah-Nya yang telah diberikan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul “
PENGARUH DIMENSI
RELATIONSHIP
MARKETING
TERHADAP
LOYALITAS
KONSUMEN
KLINIK
KECANTIKAN
“ALAMANDA”
DI
SURABAYA
”Skipsi ini disusun guna melengkapi salah satu persyaratan untuk
memperolaeh gelar Sarjana Ekonomi jurusan Manajemen Universitas
Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur.
Disamping itu penulis menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya atsa segala bimbingan, nasehat, dorongan serta fasilitas yang diberikan
oleh :
1. Bapak Prof.Dr.Teguh Sudarto, MS, selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “ VETERAN” Jawa Timur.
2. Bapak DR.Dhani Ichsanudin Nur, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “ VETERAN” Jawa Timur.
3. Bapak DR.Muhadjir Anwar, MS selaku Kajur Manajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Ibu Dra.Ec.HJ. Nur Mahmudah, MS selaku dosen pembimbing yang telah
5. Untuk kedua orang tua, kakak dan adikku terima kasih atas dukungan yang
diberikan sehingga terselesaikannya penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini, masih jauh dari
sempurna baik materi maupun bahasanya, oleh karena itu sangat diharapkan
adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini
sangat penulis harapkan.
September 2012
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... iii
DAFTAR TABEL... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... vi
DAFTAR GAMBAR... ... ... ... ... ... ... ... ... ... vii
DAFTAR LAMPIRAN... ... ... ... ... ... ... ... ... ... viii
ABSTRAKSI... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... ... ... ... ... ... 1
1.2.Perumusan Masalah ... ... ... ... ... 5
1.3.Tujuan Penelitian ... ... ... ... ... ... 5
1.4.Manfaat Penelitian ... ... ... ... ... ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Penelitian Terdahulu ... ... ... ... ... 7
2.2.Landasan Teori ... ... ... ... ... ... 9
2.2.1.Relationship Marketing ... ... ... ... ... 9
2.2.2.Kepercayaan (Trust) ... ... ... ... ... 11
2.2.3.Komitmen ... ... ... ... ... ... ... 13
2.2.4.Loyalitas ... ... ... ... ... ... ... 14
2.2.3.Pengaruh Relationship Marketing terhadap Loyalitas pelanggan (customer loyality) ... ... ... ... ... ... 19
2.4.Hipotesis ... ... ... ... ... ... ... 20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1.Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... ... 21
3.2.Teknik Penentuan Sampel ... ... ... ... ... 23
3.3.Teknik Pengumpulan Data ... ... ... ... 24
3.3.1. Jenis dan Sumber Data ... ... ... ... 24
3.3.2. Pengumpulan Data ... ... ... ... ... 25
3.4.Teknik Analisis Data ... ... ... ... 25
3.4.1. Inner Model... ... ... ... ... ... .. 27
3.4.2. Outer Model ... ... ... ... ... ... 27
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... ... ... ... .... 30
4.1.1.Sejarah Singkat Klinik Alamanda ... ... ... 30
4.1.2.Jasa Yang Dihasilkan Badan Usaha ... ... ... 30
4.1.3.Tujuan, Visi dan Misi Badan Usaha ... ... ... 31
4.1.4.Struktur Klinik kecantikan ... ... ... ... ... 34
4.1.5.Job Description ... ... ... ... ... ... 34
4.1.6.Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... ... ... ... 36
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... ... ... ... ... 37
4.2.1.Karakteristik responden ... ... ... ... ... 37
4.2.2.Hasil analisis dan uji hipotesis ... ... ... ... 44
4.2.2.1. Hasil uji outlier ... ... ... ... ... 44
4.2.2.3. Uji Validitas ... ... ... ... ... ... 48
4.2.2.4. Realibitas ... ... ... ... ... ... 49
4.2.2.5. Inner Model (Pengujian Model Struktural) ... ... 50
4.3. Pembahasan... ... ... ... ... ... 52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.Kesimpulan ... ... ... ... ... ... .... 55
DAFTAR GAMBAR
Gambar hal:
Gambar 1: Struktur klinik kecantikan Klinik “Alamanda” di Surabaya... 34
DAFTAR TABEL
Table hal:
Tabel 1a: Data jumlah pelanggan dan pendapatan pertahun periode tahun 2005–
2008... 2
Tabel 1b: Data pendapatan pertahun periode tahun 2005–2008... 2
Tabel 2. Karakteristik responden berdasarkan jenis perawatan ... ... 37
Tabel 3. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir responden... ... ... ... ... ... ... 37
Tabel 4. Karakteristik responden berdasarkan umur responden... ... 38
Tabel 5. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan responden... ... 38
Tabel 6 : Distribusi frekuensi tanggapan responden tentang indikator pertalian... ... ... ... ... ... ... ... 39
Tabel 7 : Distribusi frekuensi tanggapan responden tentang indikator emphaty... ... ... ... ... ... ... ... 40
Tabel 8 : Distribusi frekuensi tanggapan responden tentang indikator timbal balik... ... ... ... ... ... ... ... 41
Tabel 9 : Distribusi frekuensi tanggapan responden tentang indikator kepercayaan... ... ... ... ... ... ... 42
Tabel 10 : Distribusi frekuensi tanggapan responden tentang indikator loyalitas pelanggan... ... ... ... ... ... ... 43
Tabel 11: hasil uji outlier ... ... ... ... ... ... ... 45
Tabel 12: hasil uji outlier lanjutan ... ... ... ... ... 46
Tabel 13: hasil uji outlier loading 47Tabel 14: hasil uji validitas ... ... 48
Tabel 15: hasil uji outer weight ... ... ... ... ... ... 49
Tabel 16: hasil uji reliabilitas ... ... ... ... ... ... 50
Tabel 17: hasil uji inner model R-square ... ... ... ... ... 50
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran :
1. Kuisioner
2. Rekap jawaban responden
ABSTRAKSI
PENGARUH DIMENSI RELATIONSHIP MARKETING
TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN KLINIK KECANTIKAN
“ALAMANDA” DI SURABAYA
Dalam upaya meningkatkan relationship antara salon dengan pelanggan klinik kecantikan “Alamanda”, salah satu langkah yang dapat dilakukan aadalah bagaimana menciptakan loyalitas pada pelanggan yang telah ada, sehingga dengan adanya loyalitas pelanggan maka memungkinkan akan adanya usaha dari pelanggan yang loyal untuk mulai mengenalkan klinik kecantikan “Alamanda” tempat melakukan perawatan wajah kepada orang lain yang belum menggunakan jasa klinik kecantikan “Alamanda” untuk jasa perawatan muka dan salon kecantikan. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah “Untuk menganalisis pengaruh relationship merketing terhadap loyalitas pelanggan klinik kecantikan Alamanda di Surabaya”.
Populasi dalam penelitian ini adalah pelanggan klinik kecantikan Alamanda di Surabaya sebanyak 540 orang. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 160 orang pelanggan klinik kecantikan Alamanda di Surabaya. Adapun teknik sampel yang dipergunakan adalah Purposive sampling
yaitu sampel berdasarkan tujuan yaitu pelanggan yang memiliki kriteria wanita dengan usia 20th s/d 45th, telah menjadi pelanggan + 1th, telah melakukan perawatan wajah, whitening dan peremajaan kulit. Alasan sampel tersebut karena pada usia 20th s/d 45th merupakan rata-rata usia pelanggan wanita yang mengalami permasalahan keluhan kulit wajah (jerawat, flek hitam, wajah kusam). Menjadi pelanggan + 1th karena dianggap loyal. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis PLS.
Berdasarkan hasil uji hipotesis terlihat bahwa “Realtionship Marketing berpengaruh terhadap Loyalitas pelanggan”. Hal ini mengandung arti bahwa relationship marketing yang dilakukan kepada pelanggan memberikan dampak langsung kepada pelanggan untuk tetap loyal kepada perusahaan dan tetap menggunakan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Trend dapat menyebabkan terjadi perubahan pada segmen pasar yang
ada. Misalnya, beberapa waktu terakhir ini banyak berdiri salon-salon pusat
perawatan tubuh. Banyaknya salon-salon pusat perawatan tubuh sangat
mungkin disebabkan karena a melihat segmen pasar tersebut cukup atau
semakin potensial beberapa waktu terakhir. Semakin kompleksnya salon
kecantikan dan perawatan tubuh membuat suatu perusahaan yang akan
memasarkan produk layanannya perlu lebih memahami pelanggan. Dengan
hanya menggunakan pendekatan demografis seringkali menyebabkan
kegiatan pemasaran tidak dapat memberikan hasil yang optimal atau lebih
parah lagi menyebabkan kegagalan. Oleh sebab itu perusahaan perlu
melakukan lebih dari sekedar pendekatan demografi, dengan kata lain, perlu
diketahui lebih jauh apa yang ada di benak pelanggan. Salah satu strategi
yang dapat menunjang keberhasilan bisnis dalam jenis usaha salon pusat
perawatan adalah berusaha menawarkan bentuk kepercayaan pelanggan dan
komitment.
Perkembangan dunia usaha saat ini menghadapi suatu persaingan yang
harus dihadapi. Persaingan yang dikarenakan dengan kondisi ekonomi yang
tidak menentu menyebabkan para pelaku ekonomi harus bisa menunjukkan
dibidang jasa. Seiring dengan meningkatnya tingkat hidup masyarakat, maka
kebutuhan masyarakat terhadap barang juga akan semakin meningkat. Hal ini
semakin membawa pengaruh terhadap keputusan dalam memilih barang yang
akan beli ataupun dalam menentukan tempat perbelanjaan yang anggap paling
sesuai dan benar-benar dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan.
Klinik kecantikan “Alamanda” di Surabaya merupakan salah satu
perusahaan salon kecantikan dan perawatan tubuh yang berdiri + 1997, pada
akhir periode tahun 2008 sampai dengan 2011 diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 1a: Data jumlah pelanggan dan pendapatan pertahun periode tahun
Sedangkan data pendapatan yang diperoleh dari perusahaan adalah sebagai
berikut:
Tabel 1b: Data pendapatan pertahun periode tahun 2005–2008.
Periode 2009 580.800.000,00 -8,68 2010 600.000.000,00 3,31 2011 552.000.000,00 -8,00 Sumber: Internal perusahaan
sebagai berikut: tahun 2008-2009 turun sebanyak 8,68%, tahun 2009-2010
naik sebesar 3,31% sedangakan tahun 2010-2011 jumlah pelanggan turun lagi
sebesar 8%. Penurunan jumlah pelanggan menunjukkan bahwa relationship
pelanggan dengan perusahaan mengalami penurunan. Dalam upaya
meningkatkan relationship antara salon dengan pelanggan klinik kecantikan
“Alamanda”, salah satu langkah yang dapat dilakukan aadalah bagaimana
menciptakan loyalitas pada pelanggan yang telah ada, sehingga dengan adanya
loyalitas pelanggan maka memungkinkan akan adanya usaha dari pelanggan
yang loyal untuk mulai mengenalkan klinik kecantikan “Alamanda” tempat
melakukan perawatan wajah kepada orang lain yang belum menggunakan jasa
klinik kecantikan “Alamanda” untuk jasa perawatan muka dan salon
kecantikan. Karena apabila pelanggan atau konsumen merasa bahwa kualitas
layanan yang diterimanya baik atau sesuai harapan, maka akan merasa puas,
percaya dan mempunyai komitmen menjadi pelanggan yang loyal. Pelanggan
yang puas, percaya dan berkomitmen terhadap barang / jasa,maka akan
dengan mudah membentuk niatnya dalam membeli ulang dan
berkecenderungan akan mempersering pembelian barang / jasa, serta semakin
loyal terhadap barang / jasa tersebut. Pada akhirnya terbentuklah hubungan
jangka panjang antara konsumen dengan pelanggan (Setiawan, 2007). Ini
berarti loyalitas selalu berkaitan dengan preferensi pelanggan dan pembelian
aktual. Dalam pendekatan perilaku, perlu dibedakan antara loyalitas dan
perilaku beli ulang. Perilaku beli ulang dapat diartikan sebagai perilaku
tanpa menyertakan aspek perasaan dan pemilikan di dalamnya. Sebaliknya
loyalitas mengandung aspek kesukaan pelanggan pada suatu produk/jasa. Ini
berarti bahwa aspek sikap tercakup di dalamnya. Loyalitas berkembang
mengikuti tiga tahap, yaitu kognitif, afektif, dan konatif. Biasanya pelanggan
menjadi setia lebih dulu pada aspek kognitifnya, kemudian pada aspek afektif,
dan akhirnya pada aspek konatif. Ketiga aspek tersebut biasanya sejalan,
meskipun tidak semua kasus mengalami hal yang sama. Wulf, Schroeder dan
Labocci dalam Setiawan (2007) mendefinisikan loyalitas pelanggan adalah
besarnya konsumsi dan frekuensi pembelian yang dilakukan oleh seorang
pelanggan terhadap suatu perusahaan (toko retail). O’Shaughnessy (1992)
dalam Setiawan (2007) juga menyatakan bahwa hal penting dari loyalitas
adalah kepercayaan, kesediaan untuk bertindak tanpa segera menghitung
biaya-biaya dan keuntungankeuntungan. Selain itu loyalitas juga memberikan
keuntungan yang sangat besar bagi perusahaan, karena mempengaruhi pola
pembelian pelanggan dan rekomendasi gratis yang diberikan pelanggan
kepada orang lain (Geok, 1999) dalam Setiawan (2007). Kepercayaan adalah
variabel kunci dalam pengembangan keinginan untuk menjaga sebuah
hubungan jangka panjang serta komitmen untuk tetap menggunakan jasa
klinik kecantikan “Alamanda”. Dapat disimpulkan bahwa kepercayaan dapat
menimbulkan komitmen untuk membina hubungan jangka panjang atau dalam
hal ini adalah ketergantungan atas suatu, yang akhirnya dapat menyebabkan
dari nilai, harus dapat memberi keuntungan bagi pemakai produk/jasa dalam
arti dapat memberi kepuasan seperti kepuasan terhadap kualitas produk/jasa
(secara rasional) dan secara emosional (trust /kepercayaan). Selain itu, sebuah
organisasi untuk bisa bertahan dalam persaingan harus dapat berupaya untuk
menghadirkan komitmen yang tinggi atau hubungan jangka panjang dengan
pemakai produk/jasa agar pemakai produk/jasa loyal terhadap produk/jasa
tersebut.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
penelitian ini diberi tujuan “Pengaruh relationship marketing terhadap
Loyalitas pelanggan klinik kecantikan Alamanda di Surabaya”.
1.2.Perumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan diatas, maka perumusan masalah yang
diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “ Apakah Relationshp
marketing mempengaruhi loyalitas pelanggan klinik kecantikan Alamanda di
Surabaya?.
1.3.Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah “Untuk menganalisis pengaruh
relationship merketing terhadap loyalitas pelanggan klinik kecantikan
1.4.Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa
pihak antara lain:
a. Bagi perusahaan kiranya penelitian ini dapat memberikan informasi
tentang manfaat dengan loyalitas, bagaimana meningkatkan kepercayaan
pelanggan klinik kecantikan “Alamanda” .
b. Bagi Universitas penelitian ini dipergunakan sebagai tambahan referensi
di perpustakaan.
c. Bagi pembaca diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat
sebagai tambahan referensi bagi penelitian selanjutnya khususnya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Japutra, A(2009) dengan judul : “Pengaruh kepuasan, kepercayaan dan
komitmen terhadap loyalitas masyarakat telekomunikasi”. Penelitian
menggunakan sampel mahasiswa karena mahasiswa sering berpindah-pindah
dari operator jasa telekomunikasi yang lain. Metode sampel yang digunakan
adalah nonprobabilty sampling dengan tehnik judgement sampling karena
pertimbangan peneliti berdasarkan kemudahan penelitian untuk memperoleh
sampel sesuai dengan kriteria dan sampel yang dipilih daapt menjawab
kuisioner dengan lebih baik. Sampel yang dipilih adalah mahasiswa
perguruan tinggi yang terletak di Jakarta. Alat analisis yang dipergunakan
adalah SEM AMOS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
a) Kepuasan berpengaruh positif terhadap kepercayaan pelanggan kartu pra
bayar XL bebas
b) Kepuasan berpengaruh positif terhadap loyalitas pelanggan kartu pra
bayar XL bebas.
c) Kepercayaan berpengaruh positif terhadap komitmen pelanggan kartu pra
d) Komitmen berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan kartu pra bayar XL
bebas.
e) Kepercayaan berpengaruh positif terhadap loyalitas pelanggan kartu pra
bayar XL bebas
2. Kandampuly & Kim (2011) dengan judul “ Menjelajahi Loyalitas Pelanggan
dalam Pemulihan Layanan: Hubungan antara Persepsi Keadilan, Komitmen,
Kepercayaan, dan Loyalitas”. Penelitian ini memperlihatkan loyalitas
merupakan fungsi dari persepsi pelanggan kepercayaan dan komitmen serta
kualitas layanan. Penelitian ini mengusulkan dan menguji model integratif
loyalitas pelanggan berikut pemulihan layanan dalam konteks teori
pertukaran sosial. Secara khusus, artikel ini berpendapat bahwa persepsi
keadilan (distributif, prosedural, dan keadilan interaksional) dalam
mempengaruhi pemulihan layanan pelanggan komitmen
kepercayaan-terhadap layanan pertemuan, yang pada gilirannya mempengaruhi loyalitas
pelanggan. Pelanggan 'kepercayaan dan komitmen dalam penyedia layanan
yang diusulkan untuk menengahi hubungan antara keadilan
dirasakanlayanan pemulihan upaya dan niat loyalitas berikutnya. Akhirnya,
penulis membahas penting teoritis dan manajerial implikasi untuk industri
2.2.Landasan Teori
2.2.1. Relationship Marketing
Dalam disiplin ilmu pemasaran, terminologi “relationship
marketing” pertama kali diperkenalkan oleh Berry dalam Yudi (2002)
dalam Prabowo (2008)yang terkandung dalam Relationship Marketing
telah lama diperkenalkan dan dikaji. Definisi relationship marketing telah
dikemukakan oleh berbagai pihak dengan penekanan dan konteks yang
berbeda-beda. Maksud dari arti relationship marketing dalam area
pemasaran jasa oleh Berry dalam yudi (2002) diartikan sebagai menarik,
memelihara, dan meningkatkan hubungan dengan pelanggan. Dalam
definisi tersebut, yang terpenting adalah bahwa menarik pelanggan baru
harus dipandang sebagai “langkah antara” dalam proses pemasaran.
Sedangkan menguatkan hubungan, merubah konsumen yang acuh menjadi
loyal dan melayani pelanggan sebagai klien harus menjadi pertimbangan
penting bagi kegiatan pemasaran.
Gronroos menambahkan perspektif partnerships dengan bukan
pelanggan (nonconsumer partnership). Sehingga dengan perspektif
tersebut definisi RM berkembang menjadi “membangun, memelihara dan
meningkatkan hubungan dengan pelanggan dan pihak lain yang
berhubungan, untuk mendapatkan laba, sehingga tujuan masing-masing
pihak dapat dipenuhi secara memuaskan” (Berry 1995, Gronroos 1993,
dalam Yudi (2002) dalam Prabowo (2008). Merupakan penciptaan kondisi
mempunyai komitmen pada merek dan bermaksud melakukan pembelian
kembali. RelationshipMarketing diukur dari beberapa faktor antara lain
(You Oliver (1999) dalam Prabowo (2008)).
1. Pertalian yaitu merupakan usaha untuk menciptakan kepercayaan pada
perusahaan/organisasi dan usaha untuk membangun hubungan yang
erat dengan pihak lain. Faktor ini tercemin dari empat item, yaitu;
membangun hubungan, menciptakan kepercayaan, menjaga hubungan,
mengaja kerjasama.
2. Emphaty, merupakan pendekatan untuk memahami pelanggan secara
baik melalui kemampuan untuk menangkap atau memahami sudut
pandang orang lain (Golis (1993) dalam Prabowo (2008)). Faktor ini
meliputi tiga item, yaitu: memahami keinginan pelanggan, menjaga
perasaan, situasi sudut pandang.
3. Timbal Balik adalah usaha untuk memberikan kompensasi atau timbal
balik atas apa yang telah diberikan atau yang diterima perusahaan
(You Oliver (1999) dalam Prabowo (2008)). Faktor ini terdiri dari tiga
item, yaitu : kesesuaian harga, memberikan kompensasi, kesesuaian
produk.
4. Kepercayaan adalah keyakinan konsumen atas kualitas dan keandalan
pihak tertentu. (You Oliver 1999). Faktor ini terdiri empat item, yaitu :
kepercayaan konsumen, pengetahuan konsumen, keyakinan dan
2.2.2. Kepercayaan (Trust)
Keercayaan penting bagi perusahan karena sebuah perusahaan tidak
dapat membangun hubungan yang sebenarnya tanpa adanya kepercayaan.
Kepercayaan adalah hal yang sangat penting, khususnya bagi
perusahaan-perusahaan penyedia jasa, karenaa menjanjikan masyarakat atas pembelian
produk yang tidak dapat dilihat, dimana masyarakat membayar sebelum
merasakannya. Selanjutnya pembahasan dilanjutkan mengenai hubungan
berdasarkan kepercayaan beserta semua komponen-komponen yag ada
didalam model tersebut.
Worchel (1979) seperti dikutip oleh Lau dan Lee (1999) dalam
Darsono (2008) mendefinisikan trust sebagai kesediaan (willingness)
individu untuk menggantungkan dirinya pada pihak lain dengan resiko
tertentu. Moorman, Deshpande, dan Zaltman (1993) mendefinisikan trust
sebagai kesediaan (willingness) individu untuk menggantungkan dirinya
pada pihak lain yang terlibat dalam pertukaran karena individu mempunyai
keyakinan (confidence) kepada pihak lain tersebut. Dua pendapat tersebut
menekankan unsur kesediaan (willingness) dan keyakinan (confidence)
dalam trust.
Selanjutnya Morgan dan Hunt (1994) dalam Darsono (2008) juga
berpendapat bahwa ketika satu pihak mempunyai keyakinan (confidence)
bahwa pihak lain yang terlibat dalam pertukaran mempunyai reliabilitas
dan integritas, maka dapat dikatakan ada trust. Lewis dan Weigert (1985)
mendefinisikan trust sebagai “confidence in the face of risk”. Boon dan
Holmes (1991) dalam Darsono (2008) mendefinisikan trust sebagai “a
state involving confident positive expectations about another’s motives
with respect to oneself in risky situation.” Tiga pendapat tersebut
menekankan pentingnya unsur confidence dalam trust. Berdasarkan
pendapat tersebut di atas, dapat dilihat ada perbedaan pendapat tentang
definisi trust. Perbedaannya terletak pada absennya unsur kesediaan
(willingness) dalam pendapat Morgan dan Hunt; Lewis dan Weigert; Boon
dan Holmes. Kelompok pendapat pertama, khususnya Moorman,
Deshpande, dan Zaltman (1993) dalam Darsono (2008) menganggap
bahwa willingness yang merupakan behavioral intention adalah sisi
penting dari trust. Sedangkan, Morgan dan Hunt (2006) berpendapat
bahwa willingness to act (kesediaan untuk melakukan tindakan) adalah
sesuatu yang sifatnya implisit dalam trust. Jika individu mempunyai
confidence, maka ada willingness. Sebaliknya, jika individu tidak
mempunyai confidence, maka tidak ada willingness. Oleh karena itu,
memasukkan unsur willingness dalam definisi trust akan menyebabkan
redundansi. Seperti halnya behavioral intention yang dipandang sebagai
outcome dari attitude, tidak dipandang sebagai bagian dari definisi attitude
(Fishbein dan Ajzen, 1975 seperti dikutip oleh Morgan dan Hunt, 2006).
Jadi, willingness to rely seharusnya dipandang sebagai outcome atau
Peneliti mengadposi pendapat Morgan dan Hunt (2006), karena
peneliti berpendapat memasukkan unsur willingness dalam definisi trust in
a brand akan mengakibatkan redundansi, sehingga trust dapat
dikonseptualisasikan sebagai “when a consumer has confidence in a
brand’s reliability and integrity”.
2.2.3. Komitmen
Komitmen didefinisikan oleh Moorman, Zalthman, dan Despande
(1992 : 316) dan Zulganef dalam Setiawan (2007), hubungan antara sikap
terhadap bukti fisik, proses dan karyawan dengan kualitas keterhubungan,
serta perannya dalam menimbulkan niat ulang membeli dan loyalitas,
menyebutkan sebagai hasrat (desire) untuk mempertahankan
keterhubungan dalam jangka panjang (enduring desire). Dalam hal ini
ditekankan bahwa komitmen adalah unsur perilaku sebagi upaya untuk
mempertahankan dan menjaga hubungan jangka panjang antara kedua
belah pihak agar hubungan ini lebih bermakna. Tidak akan terjadi suatu
komitmen kalau salah satu atau kedua belah pihak merasa bahwa
hubungannya tidak menguntungkan. Dengan perkataan lain komitmen
berarti di dalamnya terdapat suatu hubungan yang berharga yang perlu
dipertahankan terus, dimana masing-masing pihak bersedia bekerja sama
untuk mempertahankan hubungan ini.
Gunlach, Achroln dan Mentzer (1995) dalam Setiawan (2007),
merupakan niat untuk mempertahankan keterbukaan jangka panjang. Hal
ini terlihat juga dalam penelitian Pritchard, Havits, dan Howard (1999)
dalam Setiawan (2007) yang berhasil mengungkapkan bahwa konsekuensi
dari adanya komitmen adalah loyalitas. Demikian pula hasil penelitian
Moorman, Zaltman, dan Despande yang memperlihatkan bahwa perilaku
penggunaan jasa informasi hasil penelitian dipengaruhi secara langsung
oleh komitmen pengguna (user) untuk tetap melakukan suatu
keterhubungan, sehingga komitmen akan mempunyai konsekuensi
terhadap loyalitas. Komitmen dalam hubungan penyedia jasa dan
pelanggan didefinisikan sebagai suatu janji yang diungkapkan baik secara
eksplisit maupun implicit dan kontinyuitas dengan mitranya (Dweyer et
al., 1987 : 19) dalam Setiawan (2007).
2.2.4. Loyalitas
Pelanggan sebagai mitra pemasar memiliki peran central untuk
berkelangsungan bisnis. Loyalitas pelanggan menjadi sangat penting
bahkan dapat dijadikan dasar untuk pengembangan keunggulan
kompetetitif yang berkelanjutan (Dick dan Basu, 1994 dalam
Dharmamesta, 2002). Seorang pelanggan yang loyal akan menjadi asset
yang sangat bernilai bagi organisasi. Dipertahankannya pelanggan yang
loyal dapat mengurangi usaha mencari pelanggan baru, memberikan
dinamakan loyalitas pelanggan. Yang dimaksud dengan obyek tertentu
tersebut adalah produk atau toko tertentu.
Loyalitas adalah respon perilaku/pembelian yang yang bersifat bias
dan terungkap secara terus menerus oleh pengambil keputusan dengan
memperhatikan satu atau lebih alternative dari sejumlah sejenis dan
merupakan fungsi proses psikologis. Namun perlu ditekankan bahwa hal
tersebut berbeda dengan perilaku beli ulang, loyalitas pelanggan
menyertakan aspek perasaan didalamnya (Dharmmesta,1999).
Orientasi perusahaan masa depan mengalami pergeseran dari
pendekatan konvensional ke arah pendekatan kontemporer (Bhote,1996)
dalam Dharmawanti (2006). Pendekatan konvensional menekankan
kepuasan pelanggan sedangkan pendekatan kontemporer berfokus pada
loyalitas pelanggan, retensi pelanggan, zero defections, dan lifelong
customer. Menurut Schnaars dalam dalam Dharmawanti (2006) ada empat
macam kemungkinan hubungan antara kepuasan pelanggan dengan
loyalitas pelanggan : failures, forced loyalty, defectors, dan successes,
sehingga kepuasan tidak lagi menjadi variabel intervening terhadap
loyalitas pelanggan.
Menurut Griffin (1996) dalam Dharmawanti (2006), pelanggan
yang loyal adalah a yangsangat puas dengan produk atau jasa tertentu
sehingga mempunyai antusiasme untuk memperkenalkannya kepada
Menurut Oliver (1993)dalam Valenzeula (2009) loyalitas adalah
kecenderungan perilaku dan sikap untuk setia pada penjual dalam jangka
panjang. Di sisi lain sikap loyalitas ditunjukkan dari aspek-aspek seperti
niat untuk melakukan pembelian kembali dan omendasikan perusahaan
kepada pelanggan potensial lainnya. Sedangkan menurut Mowen dan
Minor dalam Mardalis, Akhmad (2005) mendefinisikan loyalitas adalah
suatu kondisi di mana pelanggan mempunyai sikap positif terhadap suatu ,
mempunyai komitmen pada tersebut, dan bermaksud meneruskan
pembeliannya di masa mendatang. Dari pengertian di atas dapat diketahui
bahwa seorang pelanggan yang setia adalah pelanggan yang melakukan
pembelian secara berulang-ulang pada perusahaan yang sama, membeli
lini produk dan produk yang ditawarkan yang ditawarkan oleh perusahaan
yang sama, memberitahukan pada orang lain kepuasan yang didapat dari
perusahaan dan menunjukkan kekebalan terhadap tawaran dari perusahaan
pesaing.
Pelanggan yang puas akan melakukan bisnis lebih banyak dan lebih
sering. a juga omendasikan perusahaan atau kepada kerabat dan
teman-temannya. Hubungan antara penjualan, pelayanan, kepuasan dan profit
bersifat langsung. Semakin puas seorang pelanggan, semakin banyak uang
yang dibelanjakannya. Variabel laten loyal merupakan bentuk dari
perilaku pelanggan, khususnya sebagai variable yang menjelaskan tentang
pendekatan sikap dan perilaku. Pengukuran Sikap (Attitudinal
Measurements), dilakukan terhadap konsistensi pembelian dan pembelian
ulang. Seperti yang dikemukan oleh Morgan dan Hunt (1998) dalam
Valenzeula (2009) bahwa konstruk kunci dari relationship marketing
adalah hubungan antara kepercayaan dengan komitmen. Komitmen
pelanggan untuk tetap berhubungan dengan perusahaan karena adanya
keyakinan atau kepercayaan kepada perusahaan sehingga akan mela-kukan
pembelian ulang.
Loyalitas terhadap produk/jasa perusahaan didefenisikan sebagai
sikap menyenangi (favorable) terhadap sesuatu , yang direpresentasikan
dalam pembelian yang konsisten terhadap itu sepanpanjang waktu. Kedua
pengukuran tersebut merupakan ha-sil dari proses psychological or
emotional attachment. Di sisi lain, Gale, (1997) dalam Paliati (2009)
mengatakan bahwa tingkat loyalitas pelanggan dipengaruhi oleh persepsi
pelanggan terhadap nilai yang ditawarkan oleh perusahaan. Hasil dari
sebuah evaluasi pelanggan individual, terhadap suatu produk atau jasa
dapat memenuhi harapannya atau mampu memuas-kannya, maka di masa
datang akan terjadi pembelian ulang.
Menurut Parasuraman, et.al. (1998) dalam Paliati (2008) bahwa
pelanggan membentuk suatu harapan terhadap nilai dan bertindak,
berdasarkan hal itu. Dan a memperhitungkan atau mengevaluasi
penawaran mana yang akan memberikan nilai tertinggi. Penawaran yang
kemungkinan pelanggan membeli kembali. Pengukuran perilaku
(Behavioral measurements), pendekatan ini merupakan hasil dari proses
psychology. Perilaku pelanggan yang merasa puas atas kinerja perusahaan
akan menyampaikan rasa puasnya itu kepada orang lain (disebut sebagai
pengaruh dari mulut kemulut atau worth of mouth communication).
Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa loyalitas
pelanggan adalah kecenderungan pelanggan untuk menggunakan suatu
jasa perusahaan tertentu dengan tingkat konsistensi yang tinggi. Menurut
Griffin (1996), pelanggan yang loyal adalah a yangsangat puas dengan
produk atau jasa tertentu sehingga mempunyai antusiasme untuk
memperkenalkannya kepada siapapun yang a kenal. Menurut Griffin
(1996) dalam Dharmayanti (2006) karakteristik pelanggan yang loyal
antara lain:
1. Melakukan pembelian secara teratur
2. Membeli diluar lini produk atau jasa
3. Menolak produk atau jasa dari perusahaan lain
4. Kebal terhadap daya tarik pesaing
5. Menarik pelanggan baru untuk perusahaan
2.2.3. Pengaruh Relationship Marketing terhadap Loyalitas pelanggan
(customer loyality)
Penelitian mengenai pengaruh persepsi RM terhadap komitmen
pelanggan dan loyalitas dapat ditelusur dari penelitian yang dilakukan Too,
Souchon dan Thirkell (2000). Persepsi Relationship Marketing, Komitmen
Pelanggan dan Loyalitas Pelanggan: Kajian dalam Pemasaran Retail
mengkaji dan menguji model konseptual dari proses di mana implementasi
RM dapat meningkatkan loyalitas. Yang artinya ada pengaruh antara persepsi
RM terhadap komitmen pelanggan, dan dari komitmen pelanggan kepada
loyalitas pelanggan. Selanjutnya penelitian Wulandari menemukan hasil
bahwa relationship marketing berpengaruh langsung terhadap loyalitas
pelanggan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Zaid (2006) juga
menunjukkan hasil bahwa relationship marketing memiliki pengaruh
langsung terhadap loyalitas nasabah Bank Rakyat Indonesia di Sulawesi
2.3. Kerangka Konseptual
2.4. Hipotesis
Hipotesis sebagai pendugaan sementara dalam penelitian ini adalah:
“Diduga Relationshp marketing mempengaruhi loyalitas pelanggan klinik
kecantikan Alamanda di Surabaya”.
Relationship marketing (X) Pertalian
(X1)
Emphaty (X2)
LOYALITAS
(Y)
Timbal balik (X3)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
1. Loyalitas
Loyalitas pelanggan menunjukkan keputusan seseorang untuk tetap
menggunakan jasa / menjadi pelanggan klinik kecantikan dan perawatan
kulit “Alamanda”. Menurut Griffin (1996) dalam Dharmayanti (2006)
indikator loyalitas pelanggan antara lain:
a. Melakukan pembelian secara teratur (Z1).
b. Membeli diluar lini produk atau jasa (Z2).
c. Menolak produk atau jasa dari perusahaan lain (Z3).
d. Kebal terhadap daya tarik pesaing (Z4).
e. Menarik pelanggan baru untuk perusahaan (Z5).
f. Kelemahan atau kekurangan akan diberitahukan kepada perusahaan
(Z6).
2. Relationship mar keting (Y)
Adalah suatu upaya dari klinik kecantikan dan perawatan kulit
“Alamanda” dalam menarik, memelihara, dan meningkatkan hubungan
dengan pelanggan. RelationshipMarketing diukur dari beberapa faktor antara
a. Pertalian yaitu merupakan usaha untuk menciptakan kepercayaan pada
perusahaan/organisasi dan usaha untuk membangun hubungan yang erat
dengan pihak lain. Faktor ini tercemin dari empat item, yaitu:
1. Membangun hubungan
2. Menciptakan kepercayaan
3. Menjaga hubungan
4. Mengaja kerjasama.
b. Emphaty, merupakan pendekatan untuk memahami pelanggan secara baik
melalui kemampuan untuk menangkap atau memahami sudut pandang
orang lain (Golis (1993) dalam Prabowo (2008)). Faktor ini meliputi tiga
item, yaitu:
1. Memahami keinginan pelanggan
2. Menjaga perasaan
3. Situasi sudut pandang.
c. Timbal Balik adalah usaha untuk memberikan kompensasi atau timbal
balik atas apa yang telah diberikan atau yang diterima perusahaan (You
Oliver (1999) dalam Prabowo (2008)). Faktor ini terdiri dari tiga item,
yaitu :
1. Kesesuaian harga
2. Memberikan kompensasi
3. Kesesuaian produk.
1. Kepercayaan konsumen
2. Pengetahuan konsumen
3. Keyakinan dan manfaat
4. Keyakinan akan kualitas.
Pengukuran dari keduapuluh indikator tersebut adalah skala interval
dengan pengukuran skala linkert 1 sampai 5. Skala ini disusun dalam suatu
garis kontinu dengan jawaban sangat positifnya terletak disebelah kanan
(sangat setuju), jawaban sangat negatifnya disebelah kiri (sangat tidak setuju),
atau sebaliknya. Skala data yang digunakan adalah skala interval 1 sampai 5,
digambarkan sebagai berikut:
1 2 3 4 5 STS TS C S SA
3.2.Teknik Penentuan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah kelompok subyek/obyek yang memiliki ciri-ciri atau
karakteristik-karakteristik tertentu yang berbeda dengan kelompok
subyek/obyek yang lain (Sumarsono,2002:44). Yang menjadi populasi
dalam penelitian ini adalah pelanggan klinik kecantikan Alamanda di
Surabaya sebanyak 540 orang.
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri dan
Menurut Ferdinand (2002:48) dalam pedoman ukuran sampel yang
dipergunakan adalah
1. 100–200 sampel untuk teknik maximum likelihood estimation.
2. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi. Pedomannya
adalah 5-10 kali jumlah parameter yang diestimasi.
Bila terdapat 20 indikator, besarnya adalah 100-200, artinya minimal
sampel yang dipergunakan adalah 100 orang dan maksimal sampel yang
dipergunakan adalah 200 orang. Sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah 160 orang pelanggan klinik kecantikan Alamanda di Surabaya.
Adapun teknik sampel yang dipergunakan adalah Purposive sampling
yaitu sampel berdasarkan tujuan yaitu pelanggan yang memiliki kriteria
wanita dengan usia 20th s/d 45th, telah menjadi pelanggan + 1th, telah
melakukan perawatan kulit wajah dan tubuh.
3.3.Teknik Pengumpulan Data
3.3.1. J enis dan Sumber Data
Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data
primer. Jenis data primer yaitu jenis yang diperoleh secara eksternal
dengan jalan penyebaran quisioner atau survey secara langsung
3.3.2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan riset lapangan
yaitu kegiatan penelitian dengan tujuan langsung ke obyek penelitian
dengan:
a. Observasi, yaitu cara pengumpulan data dengan jalan pengamatan
secara langsung terhadap obyek yang diselidiki mengadakan pencatatan
seperlunya.
b. Kuesioner, yaitu cara pengumpulan data dengan jalan memberikan
pertanyaan-pertanyaan tertulis yang dibagikan kepada para responden.
c. Interview, yaitu cara pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan
wawancara secara langsung terhadap responden untuk mengetahui
pendapata secara langsung.
3.4.Teknik Analisis Data
SEM yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan
Partial Least Square (PLS)(Ghozali,2006). PLS merupakan salah satu metode
untuk melaksanakan model Structural Equation Modelling (SEM). Untuk
tujuan penelitian ini metode ini dirasa lebih baik dibandingkan software SEM
yang lain, misalnya AMOS dan LISREL. Model PLS ini digunakan pada saat
dasar teori perancangan model lemah dan indikator pengukuran tidak
memenuhi model pengukuran yang ideal. PLS dapat digunakan dengan
jumlah sampel yang tidak besar dan dapat diterapkan pada semua skala data
PLS selain dapat digunakan sebagai konfirmasi teori juga dapat
digunakan untuk membangun hubungan yang belum ada landasan teorinya
atau untuk pengujian preposisi. PLS juga merupakan pendekatan yang lebih
tepat untuk tujuan prediksi, hal ini terutama pada kondisi dimana indikator
bersifat formatif, atau ketika penelitian ini masih tidak pasti karena variabel
seharusnya termasuk pada sebuah model atau berhubungan diantara variabel
dengan model atau berhubungan diantara variabel dengan model
miss-specified akan menghasilkan perkiraan inferior varians sesuai yang
dijelaskan PLS. Missing variables dan miss-specification lain hanya
memiliki sedikit efek estimasi yang dibuat oleh PLS (Ghozali, 2006).
Estimasi parameter yang didapat dengan PLS dapat dikategorikan menjadi
tiga. Pertama, adalah weight estimate yang digunakan untuk menciptakan
skor variabel laten. Kedua, mencerminkan estimasi jalur (path estimate) yang
menghubungkan variabel laten dan antar variabel laten dan indikatornya
(loading). Ketiga, berkaitan dengan means dan lokasi parameter (nilai
konstanta regresi) untuk indikator dan variabel laten. Untuk memperoleh
ketiga estimasi ini, PLS menggunakan proses iterasi 3 tahap dan setiap tahap
iterasi menghasilkan estimasi. Tahap pertama, menghasilkan weight
estimate, tahap kedua menghasilkan estimasi untuk inner model dan outer
model, dan tahap ketiga menghasilkan estimasi means dan lokasi (Ghozali,
terdiri dari 2 model, yaitu inner model dan outer model.
3.5.1 Inner Model
Inner model (inner relation, structural model dan substantive theory)
menggambarkan hubungan antara variabel laten berdasarkan pada
teori substantif.
Model struktural dievaluasi dengan menggunakan R-square untuk
konstruk
dependen, Stone-GeisserQ-square test untuk predictive relevance
dan uji t serta
signifikansi dari koefisien parameter jalur struktural.
3.4.1. Inner Model
Inner model (inner relation, structural model dan substantive theory)
menggambarkan hubungan antara variabel laten berdasarkan pada teori
substantif. Model struktural dievaluasi dengan menggunakan R-square untuk
konstruk dependen, Stone-GeisserQ-square test untuk predictive relevance
dan uji t serta signifikansi dari koefisien parameter jalur struktural.
Dalam menilai model dengan PLS dimulai dengan melihat R-square
untuk setiap variabel laten dependen. Interpretasinya sama dengan interpretasi
pada regresi. Perubahan nilai R-square dapat digunakan untuk menilai
pengaruh variabel laten independen tertentu terhadap variabel laten dependen
apakah mempunyai pengaruh yang substantif (Ghozali, 2006). Di samping
prediktif relevansi untuk model konstruktif. Qsquare mengukur seberapa
baik nilai observasi dihasilkan oleh model dan juga estimasi parameternya.
3.4.2. Outer Model
Convergent validity dari model pengukuran dengan model reflektif
indikator dinilai berdasarkan korelasi antara item score/component score
dengan construct score yang dihitung dengan PLS. Ukuran reflektif
dikatakan tinggi jika berkorelasi lebih dari 0,70 dengan konstruk yang ingin
diukur. Namun demikian untuk penelitian tahap awal dari pengembangan
skala pengukuran nilai loading 0,50 sampai 0,60 dianggap cukup (Chin,
1998 dalam Ghozali, 2006). Discriminant validity dari model pengukuran
dengan reflektif indikator dinilai berdasarkan cross loading pengukuran
dengan konstruk. Jika korelasi konstruk dengan item pengukuran lebih besar
daripada ukuran konstruk lainnya, maka akan menunjukkan bahwa konstruk
laten memprediksi ukuran pada blok yang lebih baik daripada ukuran blok
lainnya. Metode lain untuk menilai discriminant validity adalah
membandingkan nilai square root of Average Variance Extracted (AVE)
setiap konstruk dengan korelasi antara konstruk lainnya dalam model. Jika
nilai akar AVE setiap konstruk lebih besar daripada nilai korelasi antar
konstruk dengan konstruk lainnya dalam model, maka dikatakan memiliki
nilai discriminant validity yang baik. Pengukuran ini dapat digunakan untuk
nilai AVE harus lebih besar 0,50 (Fornnel dan Larcker, 1981 dalam Ghozali,
2006). Composite reability yang mengukur suatu konstruk dapat dievaluasi
dengan dua macam ukuran yaitu internal consistency dan Cronbach’s Alpha
BAB IV
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1.Deskr ipsi Obyek Penelitian
4.1.1. Sejar ah Singkat Klinik Alamanda
Klinik “Alamanda” pertama kali didirikan di kawasan Jl.Manyar
Kartika Surabaya, pada awalnya hanya salon kecantikan yang melayani
pusat perawatan kecantikan untuk pria dan wanita. Seiring dengan
perkembangan jaman, diamana semakin banyak berdiri klinik perawatan
kulit wajah dan tubuh, maka Klinik “Alamanda” yang awalnya adalah
salon kecantikan merubah badan usahanya dengan memfokuskan pada
klinik kesehatan kulit. Klinik kecantikan didirikan di Surabaya karena ibu
Tjandra Meli Widjojo sebagai pemilik klinik kecantikan adalah penduduk
asli Surabaya dan juga karena lokasi yang memungkinkan sebagai pasar
konsumsi. Bentuk hukum dari Klinik “Alamanda” adalah salon klinik
kecantikan dengan nomer akte pendirian 27/Ka.wil.13/IK/IUI/II/08.
4.1.2. J asa Yang Dihasilkan Badan Usaha
Jasa yang dihasilkan oleh klinik kecantikan adalah jasa perawatan
dan klinik kecantikan, sedangkan aktivitas jasa perusahaan adalah
melayani perawatan keantikan dan kulit kepada pelanggan. Sedang proses
jasa di klinik kecantikannya bersifat tidak terus-menerus dimana jasa akan
4.1.3. Tujuan, Visi dan Misi Badan Usaha
Setiap klinik kecantikan didalam melaksanakan usahanya tentu
mempunyai tujuan tertentu yang akan dicapai. Tujuan tersebut merupakan
pedoman bagi klinik kecantikan dalam menjalankan aktivitas dan
kebijaksanaan manajemennya, dengan demikian maka klinik kecantikan
harus mengidentifikasikan tujuannya secara jelas dan terpenting. Adapun
tujuan Klinik “Alamanda” dikelompokkan dalam dua (2) kelompok yaitu
tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Untuk lebih jelasnya
akan dikemukakan sebagai berikut:
1. Tujuan jangka pendek
Tujuan jangka pendek adalah tujuan yang ingin dicapai oleh
perusahan dalam jangka waktu kurang dari satu tahun. Tujuan jangka
pendek ini merupakan jembatan keberhasilan dalam mencapai tujuan
jangka panjang. Adapun tujuan jangka pendek perusahan adalah
sebagai berikut:
a) Meningkatkan pendapatan. Setiap klinik kecantikan akan selalu
berusaha meningkatkan pendapatannya. Pendapatan yang
meningkat menyebabkan profit diharapkan akan naik.
b) Mengefektifkan pelaksanaan pengembangan jasa dan
pengembagan klinik kecantikan. Dengan adanya pelaksanaan
pengembangan jasa dan pengembagan klinik kecantikan yang
dengan klinik kecantikan lain yang sejenis dan dapat
mempertahankan kelangsungan hidup klinik kecantikan.
c) Mempertahankan posisi klinik kecantikan terhadap pesaing
Dalam hal ini klinik kecantikan akan berusaha mempertahankan
posisinya seperti saat ini dan dimungkinkan untuk lebih baik
daripada pesaingnya. Untuk mempertahankan posisi klinik
kecantikan terhadap pesaing, klinik kecantikan harus mendapatkan
kepercayaan dimasyarakat dan menjada agar jangan sampai
kepercayaan ini hilang.
2. Tujuan jangka panjang
a) Mencapai optimal profit. Salah satu tujuan klinik kecantikan adalah
memperoleh keuntungan seoptimal mungkin dengan biaya yang
seminimal mungkin atau dengan kata lain memperoleh keuntungan
sebesar-besarnya.
b) Mengadakan ekspansi atau perluasan usaha. Yang dimaksud
dengan ekspansi disini yaitu meliputi dua pengerti yang bersifat
intern dan eksteren. Eskpansi intern dapat diarikan berupa
perluasan didalam klinik kecantikan itu sendiri, misalnya
menambah luas bangunan, sedangkan ekspansi entern dapat
diartikan misalnya membuka pengembagan klinik kecantikan yang
baru atau meningkatkan lagi pengembagan klinik kecantikan yang
Visi :
Berorientasi pada laba dengan memberdayakan SDM melalui keahlian
yang optimal.
Misi :
1. Melindungi merk klinik kecantikan dengan tetap menjaga
kredibilitas, pelayanan yang berkualitas, produk kecantikan yang
berkualitas dan harga untuk tiap jasa yang bersaing agar tetap
unggul dibanding dengan pesaing.
2. Meningkatkan keahlian dan pengetahuan para pegawai dengan
memberi kesempatan untuk pelatihan, kursus-kursus dan lain-lain.
3. Membuat inovasi-inovasi jasa baru yang berpijak pada fungsi dan
kualitas agar tetap diminati oleh pelanggan.
4. Meningkatkan taraf ekonomi bagi karyawan dengan harapan klinik
4.1.4 Struktur Klinik kecantikan
Gambar 1: Struktur klinik kecantikan Klinik “Alamanda” di Surabaya:
Sumber: internal klinik kecantikan.
4.1.5 Job Description
Adapun tugas dan tanggung jawab masing-masing bagian adalah
sebagai berikut:
1. Pimpinan
Adapun tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut:
1) Bertanggung jawab atas jalannya klinik kecantikan dan atas semua
kewajiban financial atau tansaksi yang mempunyai hubungan dengan
aktivitas operasional klinik kecantikan, baik yang kedalam klinik
kecantikan maupu keluar klinik kecantikan.
2) Mambuat dan menentukan kebijaksanaan yang akan diambil oleh klinik
kecantikan dalam menjalankan aktivitasnya setiap hari Pimpinan
Finance M Personalia Beauty Cief Personnal Doctor Scurity
Kasir Crew
beautycant
3) Mengawasi jalannya operasi klinik kecantikan serta mengambil
tindakan positif, prefentif, maupun kolektif terhadap
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi atau mungkin akan terjadi yang akan
bersifat merugikan klinik kecantikan.
2.Keuangan
Bagian ini terdiri atas: staff keuangan dan karyawan administrasi
keuangan, bagian ini memiliki tugas dan tanggung jawab antara lain
sebagai berikut:
1) Memegang keuangan klinik kecantikan
2) Mengetahui berkurang atau bertambahnya keuangan klinik kecantikan
3) Bertanggung jawab terhadap keuangan klinik kecantikan
4) Menggaji karyawan
3. Staff marketing
4. Staff personalia.
Bagian ini memiliki tugas dan tanggung jawab antara lain sebagai
berikut:
1) Mencatat daftar nama karyawan
2) Mencatat seluruh kebutuhan tenaga kerja yang diperlukan oleh klinik
kecantikan, baik dalam bidang jasa dan tenaga kerja pada bidang
yang diperlukan
3) Mengadakan seleksi dan penempatan tenaga kerja yang sesuai
5. Karyawan front office klinik kecantikan, terdiri atas kasir, customer
service, kasir dan beautychant, tugasnya adalah sebagai berikut:
1) Menjaga kelancaran selama proses jasa di klinik kecantikan dari mulai
dari penerimaan pelanggan hingga proses perawatan.
2) Bertanggung jawab atas kualitas dan kuantitas jasa akhir klinik
kecantikan yang dihasilkan
3) Bertanggung jawab terhadap pelayanan terhadap pelanggan
4) Bertanggung jawab terhadap pencatatan data pelanggan.
4.1.6 Tenaga Kerja dan J am Kerja
Klinik “Alamanda” dalam melaksanakan kegiatannya memakai tenaga
kerja atau karyawan sebanyak 60 orang, yang terdiri dari 45 orang tenaga
kerja wanita dan 15 orang tenaga kerja pria. Dan seluruhnya adalah
karyawan tetap. Jam kerja yang dipakai klinik kecantikan dengan
memperhatikan perundang-undangan yang berlaku serta kebutuhan klinik
kecantikan, waktu kerja diatur sebagai berikut: 7 (tujuh) jam sehari dan 40
(empat puluh) jam sebulan, 6 (enam) hari kerja atau 8 (delapan) jam sehari
4.2.Deskr ipsi Hasil Penelitian
4.2.1. Karakteristik responden
1. Jenis perawatan apa yang sering anda lakukan di Klinik “Alamanda”
Tabel 1. Karakteristik responden berdasarkan jenis perawatan Jenis perawatan frekuensi %
Perawatan wajah 65 41
Peremajaan kulit 45 28
Whitening 40 25
Lain-lain 10 6
Total 160 100
Sumber: Kuisioner, diolah
Dari tabel diatas tampak bahwa terdapat 41% menggunakan jasa
perawatan wajah di klinik kecantikan Alamanda, 45% melakukan jasa
peremajaan kulit, 40% pelanggan menggunakan jasa Whitening dan
sisanya sebanyak 10% pelanggan menggunakan jasa lainnya. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa terbanyak siswa menggunakan jasa klinik
kecantikan Alamanda untuk perawatan wajah, peremajaan kulit dan
whitening.l
2. Pendidikan responden saat ini :
Tabel 2. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan responden
Pendidikan terakhir frekuensi %
Lain-lain 0 0
SMA_sederajat 65 41
Perguruan tinggi 95 59
Total 160 100
Sumber: Kuisioner, diolah
Dari tabel terlihat bahwa 59% responden memiliki pendidikan
jenjang pendidian tersebut dalam mengambil keputusan untuk
menggunakan jasa klinik kecantikan Alamanda.
3. Kategori umur responden saat ini adalah :
Tabel 3. Karakteristik responden berdasarkan umur responden
Umur frekuensi %
> 50th 20 13
35th-50th 65 41
Kurang dari 35th 75 47
Total 160 100
Sumber: Kuisioner, diolah
Jika dilihat dari kriteria umur responden maka terbanyak menggunakan
jasa klinik kecantikan Alamanda adalah dalam usia kurang dari 35th
disusul dengan usia 35th-50th sebanyak 41% sisanya hanya 13% yang
berusia > 50th. Hal ini menunjukkan bahwa peminat dari jasa klinik
kecantikan Alamanda adalah usia muda dan tua.
4. Pekerjaan responden saat ini adalah:
Tabel 4. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan responden
Pekerjaan frekuensi %
PNS/POLRI 45 28
Swasta 35 22
Wiraswasta 25 16
lain-lain 55 34
Total 160 100
Sumber: Kuisioner, diolah
Jika dilihat dari jenis pekerjaan responden yang menggunakan jasa
klinik kecantikan Alamanda terbanyak adalah berprofesi lain lain
sebanyak 34%, selanjutnya berprofesi PNS/POLRI sebanyak 28%,
4.2.2. Diskripsi jawaban responden
e. Pertalian yaitu merupakan usaha untuk menciptakan kepercayaan pada
perusahaan/organisasi dan usaha untuk membangun hubungan yang erat
dengan pihak lain.
hubungan maka sebagian besar yaitu 79,4% responden memberikan
pernyataan yang positif yaitu mengarah kearah sangat setuju, 8,1%
menjawab netral dan 35,6% menjawab kurang setuju.
Dalam upaya menciptakan kepercayaan maka sebagian besar yaitu
80,6% responden memberikan pernyataan yang positif yaitu mengarah
kearah sangat setuju, 13,8% menjawab netral dan 5,6% menjawab kurang
setuju.
Dalam upaya menjaga hubungan maka sebagian besar yaitu 84,4%
responden memberikan pernyataan yang positif yaitu mengarah kearah
Dalam upaya menjaga kerja sama maka sebagian besar yaitu 82,5%
responden memberikan pernyataan yang positif yaitu mengarah kearah
sangat setuju, 9,4% menjawab netral dan 8,1% menjawab kurang setuju.
f. Emphaty, merupakan pendekatan untuk memahami pelanggan secara baik
melalui kemampuan untuk menangkap atau memahami sudut pandang
orang lain.
Tabel 6 : Distribusi frekuensi tanggapan responden tentang indikator emphaty
Dalam upaya memahami keinginan maka sebagian besar yaitu
81,9% responden memberikan pernyataan yang positif yaitu mengarah
kearah sangat setuju, 8,1% menjawab netral dan 10% menjawab kurang
setuju.
Dalam upaya menjaga perasaan pelanggan maka sebagian besar
yaitu 83,5% responden memberikan pernyataan yang positif yaitu
mengarah kearah sangat setuju, 12,5% menjawab netral dan 3,8%
Dalam upaya situasi sudut pandang maka sebagian besar yaitu
82,6% responden memberikan pernyataan yang positif yaitu mengarah
kearah sangat setuju, 11,9% menjawab netral dan 5,6% menjawab kurang
setuju.
g. Timbal Balik adalah usaha untuk memberikan kompensasi atau timbal
balik atas apa yang telah diberikan atau yang diterima perusahaan
Tabel 7 : Distribusi frekuensi tanggapan responden tentang indikator
Dalam upaya menjaga kesesuaian harga maka sebagian besar yaitu
83,5% responden memberikan pernyataan yang positif yaitu mengarah
kearah sangat setuju, 8,1% menjawab netral dan 6,9% menjawab kurang
setuju.
Dalam upaya memberikan kompensasi pada pelanggan maka
sebagian besar yaitu 85,6% responden memberikan pernyataan yang
positif yaitu mengarah kearah sangat setuju, 13,3% menjawab netral dan
6,9% menjawab kurang setuju.
Dalam upaya menjaga kesesuaian produk maka sebagian besar
mengarah kearah sangat setuju, 10,6% menjawab netral dan 6,3%
menjawab kurang setuju.
h. Kepercayaan adalah keyakinan pelanggan atas kualitas dan keandalan
pihak tertentu.
Tabel 8 : Distribusi frekuensi tanggapan responden tentang indikator kepercayaan
Dalam upaya menjaga kepercayaan pelanggan maka sebagian besar
yaitu 87,5% responden memberikan pernyataan yang positif yaitu
mengarah kearah sangat setuju, 5,6% menjawab netral dan 6,8%
menjawab kurang setuju.
Dalam upaya meningkatkan pengetahuan pelanggan maka sebagian
besar yaitu 89% responden memberikan pernyataan yang positif yaitu
mengarah kearah sangat setuju, 7,5% menjawab netral dan 7,4%
menjawab kurang setuju.
Dalam upaya menjaga keyakinan dan manfaat maka sebagian besar
yaitu 86,8% responden memberikan pernyataan yang positif yaitu
mengarah kearah sangat setuju, 5% menjawab netral dan 8,9% menjawab
Dalam upaya menjaga keyakinan akan kualitas jasa maka sebagian
besar yaitu 82,5% responden memberikan pernyataan yang positif yaitu
mengarah kearah sangat setuju, 8,1% menjawab netral dan 9,4%
menjawab kurang setuju.
i. Loyalitas pelanggan menunjukkan keputusan seseorang untuk tetap
menggunakan jasa / menjadi pelanggan klinik kecantikan dan perawatan
kulit “Alamanda”.
Tabel 9 : Distribusi frekuensi tanggapan responden tentang indikator loyalitas pelanggan
Dalam upaya melakukan pembelian secara teratur maka sebagian
besar yaitu 80,6% responden memberikan pernyataan yang positif yaitu
mengarah kearah sangat setuju, 13,8% menjawab netral dan 5,6%
menjawab kurang setuju.
Dalam upaya melakukan membeli diluar produk atau jasa maka
sebagian besar yaitu 81,2% responden memberikan pernyataan yang
Dalam upaya menolak produk atau jasa dari perusahaan lain maka
sebagian besar yaitu 84,1% responden memberikan pernyataan yang
positif yaitu mengarah kearah sangat setuju, 14,4% menjawab netral dan
1,2% menjawab kurang setuju.
Dalam upaya kebal terhadap daya tarik pesaing maka sebagian besar
yaitu 84,4% responden memberikan pernyataan yang positif yaitu
mengarah kearah sangat setuju, 15,6% menjawab netral.
Dalam upaya menarik pelanggan baru untuk perusahaan maka
sebagian besar yaitu 83,8% responden memberikan pernyataan yang
positif yaitu mengarah kearah sangat setuju, 10% menjawab netral dan
6,2% menjawab kurang setuju.
Dalam upaya Kelemahan atau kekurangan akan diberitahukan
kepada perusahaan maka sebagian besar yaitu 81,9% responden
memberikan pernyataan yang positif yaitu mengarah kearah sangat setuju,
18,1% menjawab netral.
.
4.2.3. Hasil analisis dan uji hipotesis
4.2.3.1.Hasil uji outlier
Outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik
yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan
muncul dalam bentuk nilai ekstrim untuk sebuah variabel tunggal atau
dianalisis menunjukkan tidak ada outliers pada tingkat univariate, tetapi
observasi itu dapat menjadi outliers bila sudah saling dikombinasikan.
Jarak antara Mahalanobis untuk tiap-tiap observasi dapat dihitung dan
akan menunjukkan sebuah observasi dari rata-rata semua variabel dalam
sebuah ruang multidimensional (Hair.dkk, 1998; Tabachnick & Fidel,
1996). Uji terhadap outliers multivariate dilakukan dengan menggunakan
jarak Mahalanobis pada tingkat p < 1%. Jarak Mahalanobis itu dievaluasi
dengan menggunakan χ² (chi kuadrat) pada derajat bebas sebesar jumlah
variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil pengujian Terdapat
outlier apabila Mahal. Distance Maximum > Prob. & Jumlah Indikator
[=CHIINV(0,001;20) : dicari melalui Excel] = 45,314.
Tabel 10: hasil uji outlier
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 12.2337 165.3264 80.5000 31.48828 160
Std. Predicted Value -2.168 2.694 .000 1.000 160
Standard Error of Predicted
Value 7.806 20.203 12.855 2.867 160
Adjusted Predicted Value 6.0549 180.6972 80.2942 32.03329 160
Residual -7.32425E1 70.57371 .00000 33.98757 160
Std. Residual -2.015 1.941 .000 .935 160
Stud. Residual -2.120 2.064 .003 1.003 160
Deleted Residual -8.11348E1 85.14112 .20579 39.20933 160
Stud. Deleted Residual -2.147 2.089 .002 1.008 160
Mahal. Distance 6.339 48.118 19.875 9.274 160
Cook's Distance .000 .067 .007 .011 160
Centered Leverage Value .040 .303 .125 .058 160
a. Dependent Variable: DATA
Terdapat outlier karena nilai Mahal.Distance maksimum = 48,118 >
45,314, yaitu sejumlah 2 case No.115 dan 128 sehingga dieliminasi.
Selanjutnya dilakukan pengujian uji outlier kedua sebagai berikut:
Tabel 11: hasil uji outlier lanjutan
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 9.3365 160.4325 79.9810 31.54205 158
Std. Predicted Value -2.240 2.551 .000 1.000 158
Standard Error of Predicted
Value 7.863 19.658 12.975 2.811 158
Adjusted Predicted Value 2.0894 165.3419 79.7222 31.94978 158
Residual -7.14866E1 72.81911 .00000 34.01306 158
Std. Residual -1.963 2.000 .000 .934 158
Stud. Residual -2.068 2.139 .003 1.003 158
Deleted Residual -7.92757E1 86.41461 .25885 39.31304 158
Stud. Deleted Residual -2.093 2.168 .003 1.009 158
Mahal. Distance 6.329 44.767 19.873 8.922 158
Cook's Distance .000 .067 .008 .011 158
Centered Leverage Value .040 .285 .127 .057 158
a. Dependent Variable: DATA Sumber: hasil analisis data PLS
Berdasarkan hasil pengujian kedua diperoleh hasil bahwa nilai Mahal.
Distance Maximum 44,767 yang lebih KECIL dari 45,314 berarti tidak
terdapat outlier pada data tersebut, oleh karena itu data ini mempunyai
4.2.3.2.Outer Loading (Model Pengukuran dan Uji Validitas)
Tabel 12: hasil uji outlier loading
Sumber: hasil analisis data PLS
Berdasarkan pada tabel outer loading di atas, dimensi/indikator untuk
Reflektif pada Variabel Loyalitas yaitu indikator Loyal1 dan Loyal2
memiliki loading lebih dari 0,50 dan atau signifikan (lebih dari nilai Z
pada α = 0,05(5%) = 1,96 ), sehingga dimensi/indikator tersebut
meruapkan pengukur/pembentuk dari variabel.
Hasil estimasi telah memenuhi Convergen vailidity . Sedang indikator
Loyal3, Loyal4, Loyal5 dan Loyal6 memiliki loading kurang dari 0,50 dan
atau signifikan (lebih dari nilai Z pada α = 0,05(5%) = 1,96 ), sehingga
dimensi/indikator tersebut kurang menjadi pengukur/pembentuk dari
4.2.3.3.Uji Validitas
Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah
indikator dalam menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran atas apa yang
seharusnya diukur, karena indikator multidimensi, maka uji validitas dari
setiap latent variable / construct akan diuji dengan melihat loading factor
dari hubungan antara setiap observed variable dan latent variable. Hasil
analisis tampak pada tabel di bawah ini.
Tabel 13: hasil uji validitas
Average variance
extracted (AVE) Keterangan
Relationship marketing 0.470 Tidak valid
Loyalitas 0.251 Tidak Valid
Sumber: hasil analisis data PLS
Sedang dilihat nilai Discriminant validity dapat dilihat dari nilain
Avarage variance extracted (AVE) untuk setiap konstruk(variabel).
Dipersyaratkan model yang baik apabila nilai AVE masing-masing
konstruk lebih besar dari 0,5. Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai
AVE untuk konstruk (variabel) Relationship marketing, kepercayaan
pelanggan dan loyalitas pelanggan memiliki nilai lebihn besar dari 0,5,
sehingga valid.
Variabel dengan indikator formatif (Variabel Realtionship
Marketing) tidak dapat dianalisis dengan melihat convergen validity dan
composite reliability. Oleh karena variabel dengan indikator formatif pada
dari koefisien regresi tersebut. Jadi dilihat nilai outer weight
masing-masing indikator dan nilai signifikansinya.
results for outer weights
Tabel 14: hasil uji outer weight
original sample
Sumber: hasil analisis data PLS
Hasil pengujian pada tabel outer weight menunjukkann bahwa
indikator/dimensi Pertalian, Emphasty, Keprcayaan dan Timbal Balik
signifikan karena nilain T-Statictic lebih besar dari 1,96 ( nilai Z pada α =
0,05(5%) = 1,96), Jadi dapat disimpulkan bahwa indikator/dimensi
Pertalian, Emphasty, Keprcayaan dan Timbal Balik adalah dan sebagai
pengukur dari variabel kepuasan kerja
4.2.3.4.Realibitas
Seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa Cronbach’s