V o l u m e 1 N o m o r 1 J u n i 2 0 1 2 J U R N A L B I S N I S H O S P I T A L I T I I S S N : 2 3 0 2 - 8 3 4 3
ANALISIS LAPORAN LABA RUGI DALAM PERENCANAAN LABA
DEPARTEMEN KAMAR
AGUSTINUS ANANTA PRABOWO
'Program Studi Manajemen Akuntansi Hospitaliti Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Nusa Dua Bali Jl. Dharmawangsa, Kampial, Nusa Dua. Telp (0361) 773537
ABSTRAK
Penyusunan anggaran harus disusun dengan baik dan cermat agar tidak terjadi over budget (tingginya penetapan anggaran) atau low budget (rendahnya penetapan anggaran). Bila terjadi over budget, maka hal itu akan menyebabkan
ketidakpuasan terhadap kinerja perusahaan. Penelitian ini mencoba mengetahui bagaimana dasar penetapan anggaran hotel dan perencanaan laba departemen kamar hotel serta perhitungan-perhitungan lain yang berkaitan dengan titik impas (BreakEven Point) serta tingkat Margin ofSafety (MOS) dan Degree of Operating Leverage (DOL). Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil analisis perhitungan break even point pada departemen kamar terletak pada penjualan sebesar 40.838.510.028,34 kamar yang harus trjual 8806 kamar atau dengan prosentase tingkat hunian sebesar 19% atau 24 kamar setiap hari. Jumlah penjualan kamar yang harus dicapai adalah 31.119 room night. Untuk mencapai GOP, penjualan kamar yang harus dicapai- adalah Rp. 132.811.397.325,11. Margin ofSafety dari perencanaan labanya adalah Rp. 103.490.065.396,46. Sedangkan nilai DOL
adalah sebesar 1,40 kali.
Kata kunci: titik impas (Break Even Point), Margin of Safety (MOS), Degree of
Operating Leverage (DOL)
ABSTRACT
Budgeting must be prepared properly and carefully in order to avoid over-budgeting or low over-budgeting. When over over-budgeting happened, it will lead to dissatisfaction on the performance of the company. The current study tried to find out the basis for setting the budget (budget) for hotels and the profit planning for room division department and other calculations related to the break-even
point (Break Even Point) as well as the level of Margin of Safety (MOS) and the Degree of Operating Leverage (DOL). The results showed that the analysis of the break-even point in the department is ofX hotel was Rp. 40,838,510,028.34.or theroom sale should reach 8806 or the percentage of the occupancy rate was 19%) or 24 rooms per day. Total sales of rooms that must be achieved is 31,119 . room night. To achieve the GOP, the rooms sales had to reach Rp. 132.811.397.325,
U. TheMargin ofSafety (MOS) of the profit planned was Rp. 103,490,065,396.46. While the DOL value is equal to 1.40 times.
Keywords: BreakEven Point (BEP), Margin ofSafety (MOS), Degree of Operating
PENDAHULUAN
Anggaran penjualan (sales budget) merupakan suatu rencana yang disusun secara sistematis selama satu periode yang akan datang, terdapat rencana tentang jenis (kualitas) produk, jumlah (kuantitas) produk, harga produk yang akan dijual, waktu penjualan serta tempat penjualannya. Anggaran penjualan berfungsi sebagai pedoman, alat pengkoordinasian, dan pengawasan kerja. Anggaran penjualan dapat digunakan juga sebagai tolak ukur, pembanding untuk menilai realisasi kegiatan yang telah dilakukan oleh hotel.
Penyusunan anggaran harus disusun dengan baik dan cermat agar tidak terjadi over budget (tingginya penetapan anggaran) atau low
budget (rendahnya penetapan anggaran). Bila over budget terjadi, akan menyebabkan
ketidakpuasan manajemen terhadap kinerja perusahaan. Padahal pendapatan yang dihasilkan telah menutupi seluruh biaya yang dikeluarkan, yaitu telah menghasilkan keuntungan. Demikian pula apabila low
budget terjadi, akan menyebabkan
manajemen merasa cepat puas akan kinerja perusahaan, walaupun pendapatan yang dihasilkan belum cukup menutupi seluruh biaya-biaya yang dikeluarkan, atau belum menghasilkan keuntungan yang maksimal.
Konteks Penelitian
Penelitian ini mengambil setting pada salah satu hotel bintang lima, berada di kawasan BTDC (Bali Tourism Development
Corporation) Nusa Dua. Hotel ini memiliki
124 kamar lengkap dengan fasilitas kolam renang, spa & fitness centre, 3 restaurant, 3
bar, dan fasilitas penunjang yang lainnya.
Pendapatan terbesar hotel diperoleh dari penjualan kamar, diikuti oleh penjualan makanan dan minuman serta penjualan jasa lainnya. Salah satu permasalahan yang
dihadapi hotel tersebut adalah belum tercapainya target laba pada departemen kamar.
Dalam pengambilan keputusan untuk merencanakan laba atau keuntungan diperlukan analisis laporan keuangan. Analisis laporan keuangan bermanfaat dalam pengambilan keputusan bagi manajemen sebab dari laporan keuangan tersebut dapat diprediksi apa yang akan terjadi dimasa mendatang. Laporan keuangan disusun secara berkala, misalnya setiap bulan untuk memantau kemajuan operasionalnya. Salah satu laporan yang dihasilkan oleh Accounting
Department adalah laporan laba rugi yang di
dalamnya terdapat informasi mengenai pendapatan, biaya, dan laba pada periode tersebut.
Data rekapitulasi laporan laba rugi departemen kamar periode 2011 dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1
Rekapitulasi Laba Rugi Departemen Kamar Hotel "X"
Periode Tahun 2011 (dalam rupiah)
Pemuput «n Htparicm Teial Ptadapataa Dtpartmea Kamar
Tolal Biaya
Per-Ptprr Prini A Jioiionei 193.51(.484.625.51 •MH)50.000.00 6.987.783.130.41 (.934.475.601.85 498.160.700.91 340.835.809.77 304111 825.43 181.632.841.49 93.189.249.96 9.320.964.90 660 AC 932JE 89.199.999.96 I 191 761.6 7.28 Z.S67.809.98 179.240 913.785.12 137358.197 J95J3 6897.1161.166.26 7.384.645.481.90 2599.559.04050 330.096.902,00 410947.4 79.00 429.211.67630 64.911.000.00 50.765 295.68 38.226 3 57.42 U 1.716.7*1.548.22 (55.9532 S7.JM.98) (39.234 115.64) (396.942.451.49) (>3< i 1.07) (44.741.758.51) (108.588.850.04) (17.473 817.78) (81 470 780.98) 45.120.798.96 'N' ([6.3)1 160.2?) U » t 75(1.75) 1.715.906.760.86) (58.024.133.236.90) (8.7S) 118747) (12213) 50.58 S u m b e r : Finance Department H o t e l " X " 2 0 1 1 ( d a t a d i o l a h )
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa room departmental income pada tahun 2011 yaitu sebesar Rp.121.216.780.548,22
V o l u m e 1 N o m o r 1 J u n i 2 0 1 2 J U R N A L B I S N I S H O S P I T A L I T I I S S N : 2 3 0 2 - 8 3 4 3
sedangkan yang dianggarkan pada tahun 2011 adalah Rp.179.240.913.785,12 ftiaka terjadi selisih sebesar Rp.58.024.133.236,90 atau 32,37%.
Selain biaya langsung operasional hotel terdapat juga biaya tidak langsung atau
undistributed expenses yang tidak hanya
dibebankan kepada departemen kamar saja, melainkan atas keseluruhan hotel. Biaya-biaya tidak langsung ini harus dialokasikan terlebih dahulu sesuai dengan proporsi masing-masing departemen disesuaikan dengan kontribusi pendapatan yang diberikan, Berikut adalah biaya-biaya tidak langsung di hotel tersebut.
Tabel 2
Biaya-biaya Tidak Langsung Departemen Kamar Hotel "X"
Periode Tahun 2011 (dalam rupiah)
Keterangan Anggaran Aktual Varian Keterangan
Rp R p Rp %
Undistributed Expenses
Administration & General 8.990.522.888 9.525.108.360 (534.585.472) (5,95)
Marketing 11.119.414.73 4 12.124.111.87 1 (1.004.697.137 ) (9,04)
POMEC 21.291.272.62 8 5 15.773.243.99 5.518.028.634 25,92
Total Undistributed
Expenses 41.401.21025 1 37.422.46422 7 3.955.620.856 10,94
S u m b e r : Finance Department H o t e l " X " " 2 0 1 ] ( d a t a d i o l a h )
Berdasarkan dari data Tabel 1 dan Tabel 2, Gross Operation Profit (GOP) pada tahun 2011 dapat dihitung sebagai berikut:
Revenue : Rp. 194.734.871.752,64 Direct Operation Expenses:
Rp. 14.270.570.840.39 (-j
Room Departmental Income (GOI) :
Rp. 180.464.300.912,25
Undistributed Expenses :
Rp. 41.401.210.251.63 (-)
Gross Operation Profit (GOP):
Rp. 139.063.090.660,62
Sehingga persentase GOP terhadap Sales
Budget tahun 2011 adalah :
(%)GOP= „Revenue G Q P x 100% (%)GOP= 139.063.090.660.62
194.734.871.752,64 (%)GOP= 71,41%
GOP pada tahun 2011 sebesar Rp. 139.063.090.660,62 dan GOP terhadap
Sales Budget 2011 dalam persentase adalah
sebesar 71,41% sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Schmidgall (1990):
Revenue less direct operating expenses equals total departmental income, which is the contribution by profit centers to both over head expenses and net income. Total departmental income less undistributed operating expenses equals gross operating profit.
Dapat diterjemahkan bahwa,
"Pendapatan dikurangi dengan biaya langsung operasional sama dengan pendapatan bersih, yaitu kontribusi dari pusat laba terhadap kedua hal tersebut adalah biaya dan pendapatan bersih. Jumlah dari pendapatan bersih dikurangi dengan biaya tidak langsung sama dengan persentase laba operasional".
Berdasarkan pada teori yang dikemukakan Schmidgall (1990) mengenai arti dari besaran GOP yaitu sebagai berikut: GOP < 40% dari Sales Budget artinya
mengalami lower budget,
GOP 40% - 60% dari Sales Budget artinya
GOP > 60% dari Sales Budget artinya mengalami over budget.
Dari hasil perhitungan GOP diatas menunjukan bahwa perencanaan laba tahun 2011 diduga mengalami over budget. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis lebih lanjut dengan menggunakan data rekapitulasi laba rugi departemen kamar tahun 2011 untuk menentukan rencana anggaran penjualan departemen kamar tahun 2012 agar dapat tercapai.
KAJIAN PUSTAKA
Analisis Laporan Keuangan
Menurut Coltman (1987), Financial
statement analysis is a matter ofrelating the various parts of the statement to each other and to the whole, and interpreting the results.
Pendapat Coltman tersebut dapat diterjemahkan sebagai berikut analisis laporan keuangan berkenaan dengan persoalan yang menghubungkan berbagai macam bagian pada laporan satu sama lainnya dan menyeluruh, serta menguraikan hasilnya. Financial Statement menurut Barnstein (1978) analisis laporan keuangan merupakan suatu proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan utama untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa mendatang.
Dari beberapa definisi tersebut, disimpulkan bahwa analisis laporan keu-angan merupakan suatu proses dalam menghubungkan berbagai macam bagian dalam suatu laporan yang satu dengan yang lainnya secara menyeluruh, dalam rangka mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan menentukan prediksi
mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa mendatang.
Perencanaan Laba
Perencanaan laba menurut Kamaruddin (2000) adalah suatu aspek perencanaan yang dengan perencanaan tersebut faktor-faktor yang mempengaruhi laba (harga, volume, biaya, dan sebagainya) dikoordinasikan dan dihubungkan dengan laba untuk mencapai keseimbangan di antara faktor-faktor yang akan menghasilkan produksi pada laba yang paling tinggi. Sedangkan perencanaan laba menurut Matz dan Uzry dalam Sirait dan Wibowo (1992) adalah rencana kerja yang telah diperhitungkan dengan cermat dimana implikasi keuangannya dinyatakan dalam bentuk proyeksi perhitungan rugi-laba, neraca, kas dan modal kerja untuk jangka panjang dan jangka pendek.
Dari kedua definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa perencanaan laba adalah suatu rencana kerja" yang telah diperhitungkan dengan cermat dan berkaitan dengan perencanaan dan pengendalian operasi, perencanaan laba ini ditunjukkan sebagai sasaran akhir dari perusahaan dan berlaku sebagai pedoman untuk mempertahankan arah dan kegiatan yang pasti.
Anggaran
Menurut Munandar (1985) "budget (anggaran) ialah suatu rencana yang disusun secara sistematis yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan. Yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan
datang."
Anggaran menurut Y. Supriyanto
(19&5:227):"" Budgeting menunjukan suatu
proses, sejak dari tahap persiapan yang diperlukan sebelum dimulainya penyusunan rencana, pengumpulan berbagai data dan informasi yang diperlukan. Pembagian tugas
V o l u m e 1 N o m o r 1 J u n i 2 0 1 2 J U R N A L B I S N I S H O S P I T A L I T I I S S N : 2 3 0 2 - 8 3 4 3
perencanaan, penyusunan rencana itu sendiri, implementasi dari rencana tersebut, sampai pada akhirnya tahap pengawasan dan evaluasi dari hasil-hasil pelaksanaan rencana." Sedangkan anggaran menurut Mulyadi (2001) merupakan suatu rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif yang diukur dalam satuan moneter standar dan satuan ukuran yang lain yang mencakup jangka waktu satu tahun.
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa anggaran adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis dan dinyatakan secara kuantitatif dalam satuan moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang.
Analisis Biaya —Volume - Laba
Menurut Kamaruddin (2000) "biaya-volume-laba adalah suatu teknik yang digunakan untuk mengukur hubungan-hubungan fungsional antara faktor-faktor utama yang mempengaruhi laba, dan dipergunakan untuk menentukan struktur laba bagi suatu perusahaan. Menurut Helmkamp (1987) "analisis biaya-volume-laba adalah
"... a managerial accounting technique used to evaluate how costs and profit are affected by changes in the level ofbusiness activity",
atau dalam terjemahan bebasnya analisis biaya-vo/me-laba adalah suatu teknik akuntansi manajemen yang digunakan untuk menilai bagaimana biaya dan laba dipengaruhi oleh perubahan tingkat aktivitas usaha".
Menurut Schmidgall (1986)
"Cost-volume-profit (CVP) analysis is a set of analytical tools used to determinate the revenue required at any desired profit level"',
atau dalam terjemahan bebasnya analisis biaya-volume-laba adalah segala seperangkat alat analisis yang digunakan untuk menentukan pendapatan yang dibutuhkan pada tingkat laba yang diinginkan.
Dasar Perhitungan Break Even Point
Dalam perhitungan analisis break even
point terdapat 2 (dua) cara pendekatan,
yaitu:
a. Pendekatan Teknik Persamaan
Pendekatan ini menggunakan persamaan matematika dalam menentukan besaran titik impas. Menurut Schmidgall (1986:298) secara matematis tingkat break
even point untuk produk tunggal (single producf) dapat ditentukan dengan rumus:
1) Perhitungan break even point atas dasar unit yang terjual dapat dilakukan dengan menggunakan rumus:
Perhitungan break even point atas dasar penjualan dalam rupiah dapat dilakukan dengan menggunakan rumus:
Keterangan:
X = Unit Kamar Terjual F = Total Biaya Tetap V = Biaya Variabel per Unit S = Harga Jual per Unit
Pendekatan Grafis
Mulyadi (1997) menyatakan bahwa perhitungan impas dapat dilakukan dengan menentukan titik pertemuan antara garis penjualan dengan garis biaya dalam suatu grafik. Titik pertemuan antara garis penjualan dengan garis biaya merupakan titik impas. Untuk dapat menentukan titik impas, harus dibuat grafik dengan sumbu datar menunji^ckan volume produksi, sedangkan sumbu tegak menunjukkan pendapatan dan
S u m b e r : M u l y a d i ( 1 9 9 7 : 2 3 9 )
biaya. Pendapat Mulyadi tersebut dapat dinyatakan lebih jelas melalui gambar berikut:
Lebih lanjut Mulyadi (1997) menambahkan bahwa: bentuk garis impas dapat menunjukkan sifat kegiatan perusahaan dan kegiatan apa yang hendak dilakukan oleh perusahaan tersebut. Dalam perusahaan yang biaya tetapnya relatif lebih besar, impas biasanya akan tercapai pada titik volume penjualan yang relatif tinggi. Dalam perusahaan yang biaya tetapnya relatif rendah impas biasanya akan tercapai pada tingkat volume yang relatif rendah.
Tingkat Keamanan (Margin ofSafety)
Sebagai salah satu alat yang paling penting dalam mengukur besarnya risiko adalah margin of safety. Batas keamanan menunjukkan seberapa besar penjualan dapat turun tetapi perusahaan belum menderita rugi atau dalam keadaan impas.
Menurut Sugiri (1999) "Margin of
safety adalah unit yang terjual atau diharapkan
akan dijual di atas titik impas"."Menurut Mulyadi (1997) "Margin of safety adalah selisih antara volume penjualan yang dianggarkan dengan volume penjualan impas"."Supriyono (1999) memberikan definisi "Margin of safety adalah informasi pengendalian yang menunjukkan berapa penjualan yang ditargetkan boleh turun agar perusahaan tidak menderita kerugian".
Margin of safety yang dinyatakan dalam
presentase atas dasar penjualan disebut
margin of safety ratio, yang dihitung dengan
formula sebagai berikut:
A n g g a r a n P e n j u a l a n - P e n j u a l a n Pada T i t i k I m p a s M O S rasio = — _ x l m
A n g g a r a n P e n j u a l a n
Dari ketiga pendapatan di atas, dapat disimpulkan bahwa margin of safety atau MOS dapat memberikan informasi sampai seberapa jauh volume penjualan yang direncanakan tersebut boleh turun agar perusahaan tidak menderita rugi.
Angka margin of safety memberikan petunjuk mengenai maksimum penurunan volume penjualan yang direncanakan tanpa mengakibatkan kerugian. Semakin besar
margin of safety yang dimiliki oleh
perusahaan akan berakibat semakin tingginya tingkat keamanan penjualan karena perusahaan mempunyai batas jarak yang lebih aman untuk tidak menderita kerugian jika penjualan mengalami penurunan.
Rumusan Masalah
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini meliputi, pertama, bagaimanakah dasar penetapan anggaran (budget) hotel pada tahun 2011? Kedua, bagaimanakah perencanaan laba Departemen Kamar Hotel? Ketiga, berapa tingkat penjualan kamar yang harus direalisasikan oleh Departemen Kamar Hotel pada tahun 2012 dan mencapai target yang telah ditetapkan melalui analisis titik impas
(Break Even Point)! Dan keempat, bagaimana
tingkat Margin of Safety (MOS) dan
Degree of Operating Leverage (DOL) Hotel?
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data laporan keuangan pada Sebuah hotel bintang lima di kawasan BTDC. Berdasarkan data laporan keuangan tersebut kemudian dilakukan perhitungan untuk mencari Gross Operating Profit (GOP) terhadap sales budget guna mengetahui informasi bahwa anggaran penjualan Hotel
"1
V o l u m e 1 N o m o r 1 J u n i 2 0 1 2 J U R N A L B I S N I S H O S P I T A L I T I I S S N : 2 3 0 2 - 8 3 4 3
tersebut pada tahun 2011 mengalami over
budget.
Dalam merancang pengoperasian selama satu tahun periode akuntansi, Hotel tersebut menyusun anggaran penjualan dan .biaya operasi yang digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan operasional yang bersangkutan. Proses penyusunan anggaran dilakukan dengan memproyeksi room occupancy atau tingkat hunian kamar per bulan selama satu tahun, kemudian dilanjutkan dengan menentukan
ratio ofaverage room occupancy.
Berdasarkan metode analisis impas penggolongan biaya dibedakan menjadi biaya tetap, biaya variabel, dan biaya semi variabel. Hotel dalam hal ini khususnya departemen kamar belum memisahkan biaya-biaya yang terjadi secara jelas yang terdapat pada data rekapitulasi laba rugi departemen kamar Hotel tersebut pada tahun 2011.
Setelah dilakukan penggolongan dan pengalokasian biaya maka terlihat jelas biaya tetap dan biaya variabel untuk departemen kamar. Pengelompokan biaya tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikift:
Analisis Data Tabel 4.3
Biaya Tetap dan Biaya Variabel Departemen Kamar Hotel "X" Periode Tahun 2011 (dalam rupiah)
Jenis-Jenis Biaya Biaya Tetap Biaya Variabel Jumlah Jenis Biaya Sallary and Wages 6 , 8 9 7 , 0 6 1 , 3 6 6 . 2 6 6 , 8 9 7 , 0 6 1 , 3 6 6 . 2 6 B i a y a T e t a p
Allowance Transportation 4 8 7 , 5 8 4 , 1 1 5 . 6 4 4 8 7 , 5 8 4 , 1 1 5 . 6 4 B i ^ y a T e t a p
L inen 5 2 1 , 0 3 1 , 5 0 0 . 0 0 5 2 1 , 0 3 1 , 5 0 0 . 0 0 B i a y a T e t a p
Glassware and chinaware 5 4 , 8 1 4 , 2 6 6 . 0 0 5 4 , 8 1 4 , 2 6 6 . 0 0 B i a y a T e t a p
Contract Cleaning 7 0 9 , 3 0 5 , 8 1 2 . 7 7 7 0 9 , 3 0 5 , 8 1 2 . 7 7 B i a y a T e t a p
Contract Services 2 0 8 , 6 5 2 , 8 4 1 . 0 3 3 8 6 , 7 2 1 , 4 6 8 . 6 2 5 9 5 , 3 7 4 , 3 0 9 . 6 5 B i a y a S e m i V a r i a b e l
Laundry & Dry Cleaning 3 7 5 , 6 6 4 , 1 2 3 . 1 0 2 5 4 , 6 4 4 , 4 3 0 . 0 4 6 3 0 , 3 0 8 , 5 5 3 . 1 4 B i a y a S e m i V a r i a b e l
Must &Entertainment 3 3 7 , 6 0 8 , 0 0 0 . 0 0 3 3 7 , 6 0 8 , 0 0 0 . 0 0 B i a y a T e t a p
Guest Amenities 2 , 5 9 9 , 5 5 9 , 0 4 0 . 5 0 2 , 5 9 9 , 5 5 9 , 0 4 0 . 5 0 B i a y a V a r i a b e l
VIP Amenities 3 3 0 , 0 9 6 , 9 0 2 . 0 0 3 3 0 , 0 9 6 , 9 0 2 . 0 0 B i a y a V a r i a b e l
Cleaning Supplies & Chemicals 2 2 9 , 6 1 3 , 2 7 1 . 4 8 1 8 1 , 2 3 4 2 0 7 . 5 2 4 1 0 , 8 4 7 , 4 7 9 . 0 0 B i a y a S e m i V a r i a b e l
Paper Print & Stationery 3 7 1 , 3 8 6 , 7 0 5 . 0 8 5 7 , 8 2 4 , 9 7 1 . 4 3 4 2 9 , 2 1 1 , 6 7 6 . 5 0 B i a y a S e m i V a r i a b e l
Guest Newspaper 2 5 , 5 4 5 , 6 2 8 . 5 7 2 0 0 , 8 2 8 , 9 7 1 . 4 3 2 2 6 , 3 7 4 , 6 0 0 . 0 0 B i a y a S e m i V a r i a b e l Uniforms New 2 0 1 , 7 7 8 , 1 0 0 . 0 0 2 0 1 , 7 7 8 , 1 0 0 . 0 0 B i a y a T e t a p Uniforms Cleaning 2 6 , 7 9 4 , 7 8 2 . 6 8 2 6 , 7 9 4 , 7 8 2 . 6 8 B i a y a T e t a p Decorations 5 3 8 , 0 3 1 , 7 7 4 . 3 2 2 0 4 , 1 2 1 , 9 3 8 . 6 8 7 4 2 , 1 5 3 , 7 1 3 . 0 0 B i a y a S e m i V a r i a b e l Tralning Direct 4 4 , 0 7 9 , 2 0 1 . 0 0 4 4 , 0 7 9 , 2 0 1 . 0 0 B i a y a T e t a p Training Allocated 1 5 1 , 8 4 3 , 5 1 4 . 6 0 1 5 1 , 8 4 3 , 5 1 4 . 6 0 B i a y a T e t a p Arrival Drink 6 4 , 9 1 1 , 0 0 0 . 0 0 6 4 , 9 1 1 , 0 0 0 . 0 0 B i a y a V a r i a b e l Reservations - Starlink 5 0 , 7 6 5 , 2 9 5 . 6 8 5 0 , 7 6 5 , 2 9 5 . 6 8 B i a y a V a r i a b e l Reservations - GDS 3 8 , 2 2 6 , 3 5 7 . 4 2 3 8 , 2 2 6 , 3 5 7 . 4 2 B i a y a V a r i a b e l CableTV& Video 1 0 7 , 9 9 9 , 9 9 7 . 6 0 1 0 7 , 9 9 9 , 9 9 7 . 6 0 B i a y a T e t a p
Telephone & Postage 2 6 7 , 5 1 3 , 3 5 1 . 1 2 2 5 2 , 2 4 8 , 7 0 4 . 5 3 5 1 9 , 7 6 2 , 0 5 5 . 6 5 B i a y a S e m i V a r i a b e l
Transportation 5 8 , 8 8 7 , 8 8 1 . 0 0 5 8 , 8 8 7 , 8 8 1 . 0 0 B i a y a V a r i a b e l
M iscellaneous 4 8 , 1 7 7 , 5 3 9 . 1 7 5 6 , 8 5 9 , 7 8 8 . 0 5 1 0 5 , 0 3 7 , 3 2 7 . 2 2 B i a y a S e m i V a r i a b e l
Undistributed Expenses
Administration & General 9 , 5 2 5 , 1 0 8 , 3 6 0 . 0 0 9 , 5 2 5 , 1 0 8 , 3 6 0 . 0 0 B i a y a T e t a p
Marketing 1 2 , 1 2 4 , 1 1 1 , 8 7 1 . 0 0 1 2 , 1 2 4 , 1 1 1 , 8 7 1 . 0 0 B i a y a T e t a p
POMEC 2 . 1 2 7 . 2 5 0 , 1 2 5 . 9 8 1 3 . 6 4 5 . 9 9 3 . 8 6 8 , 8 2 1 5 . 7 7 3 . 2 4 3 . 9 9 4 , 8 0 B i a y a S e m i V a r i a b e l
Total 35,380,956,247.41 18382,924,825.71 53,763,881,073.12
Penerapan Analisis Impas (Break Even Point)
Tingkat penjualan break even dalam rupiah maupun dalam unit yang dinyatakan dalam tingkat hunian kamar dapat dihitung sebagai berikut:
1. Perhitungan Penjualan Break Even Point (BEP) dalam Rupiah
Biaya variabel per unit:
V = Total Biaya Variabel (Variabel Cost) Kamar Terjual (Room Sold) = 18.382.924.825,71 29.659 = Rp 618.809,33 = Rp 618.809 (dibulatkan) BEP= F + V X = 35.380.956.247,41 + 618.809 29^59 = Rp 1.812.734,11 = Rp 1.812.734 (dibulatkan) Berdasarkan hasil perhitungan di atas
diperoleh hasil bahwa harga jual kamar
break even adalah
Rp.1.812.734,-dimana pada harga jual tersebuat hotel tidak memperoleh laba maupun tidak menderita rugi.
2. Perhitungan Penjualan Break Even Point (BEP) dalam Unit
Harga kamar rata-rata (Average Room Rate): ARR = Room Revenue
Room Sold = 137.558.197.395,53 29.659 = Rp 4.637.991,75 = Rp 4.637.992 (dibulatkan) BEP= F S - V = 35.380.956.247,41 4.637.991,75-618.809,33 = 8.805,21 = 8.806 Kamar
Berdasarkan perhitungan di atas, ditentukan pembuktian untuk menentukan penjualan BEP sebagai berikut:
Room Revenue = Rp.40.838.510.028,34 VariableCost = Rp. 5.457.553.780.38 -Contribution Margin = Rp.35.380.956.247,41 FixedCost = Rp.35.380.956.247.41-Profit/loss = Rp. 0
Perhitungan Penjualan BEP dapat dihitung dengan formula sebagai berikut:
CMRw = Total Revenue - Variable Cost
Total Revenue
= 137.558.197.395,53 - 18.382.924.825,71 137.558.197.395,53
= 0,866362564
Revenue BEP = Fixed Cost
CMRw
= 35.380.956.247,41 0,866362564
= Rp. 40.838.510.028,34
= Rp. 40.838.510.028 (dibulatkan) Kebenaran dari perhitungan di atas dapat
dibuktikan sebagai berikut: 22
V o l u m e 1 N o m o r 1 J u n i 2 0 1 2 J U R N A L B I S N I S H O S P I T A L I T I I S S N : 2 3 0 2 - 8 3 4 3 Revenue = Rp.40,838,510,028.34 Variabel Cost % = Rp. 5.457.553.780.38 -Contribution Margin - Rp.35.380.956.247,41 Fixed Cost = Rp.35.380.956.247.41 -Profit/Loss - Rp. 0
Jadi, penjualan break even Hotel "X dalam unit sebanyak 8.806 kamar. Jumlah kamar yang tersedia pada tahun 2011 adalah sebanyak 45,260 kamar. Dengan demikian penjualan break even Hotel "X" dalam unit dapat dicapai pada tingkat hunian kamar, yaitu :
+. . • „™ Jumlah Kamar BEP
Tingkat Hunian BEP = -;—r-r-p = -p- xl00% ° Jumlah Kamar Tersedia = 8.806 x 100%
45.260 = 19.46%
= 19% (dibulatkan)
Jumlah kamar yang harus terjual untuk mencapai penjualan break even adalah sebanyak 124 x 19% = 23,56 kamar atau 24 kamar (dibulatkan). Jadi, untuk tercapainya penjualan break even hotel harus mampu menjual kamar rata-rata 24 kamar setiap harinya.
= Total Revenue - Total Cost
= Rp. 137.558.197.395,53 - Rp.53.763.881.073,12 = Rp. 83.794.316.322,41
Target laba tahun 2012 :
= Rp. 83.794.316.322,41 +(Rp.83.794.316.322,41 x 7%) = Rp. 83.794.316.322,41 + 5.865.602.142,57 = Rp. 89.659.918.464,98
Target laba Rp. 89.659.918.464,98, maka dapat dicari target penjualan kamar yang harus dicapai pada tahun 2012 dengan melakukan penghitungan sebagai berikut: CMRw = Total Revenue - Variable Cost
Total Revenue = 137.558.197.395,53 - 18.382.924.825,71 137.558.197.395,53 = 0,866362564 Revenue BEP: F + In CMRw = 35.380.956.247,41 +89.659.918.464,98 0,866362564 = Rp.144.328.575.511,50 = Rp. 144.328.575.512 (dibulatkan)
Analisis Break Even Point Sebagai Dasar Perencanaan Laba
Setelah mengetahui titik impas (break
even) perusahaan pada periode yang lalu,
maka pihak manajemen dapat menentukan tingkat penjualan yang harus direalisasikan pada periode berikutnya. Pihak manajemen Hotel "X khususnya departemen kamar merencanakan target lapa yang ingin dicapai pada tahun 2012 adalah meningkat 7% dari laba pada tahun 2011, dengan asumsi bahwa biaya tetap pada tahun 2012 tidak berubah. Maka target laba yang harus dicapai pada tahun 2012 adalah :•
Laba tahun 2011 :
Dari perhitungan di atas, maka angka penjualan yang harus dicapai oleh perusahaan jika ingin memperoleh laba meningkat sebesar 7% dari laba tahun sebelumnya adalah Rp.
144.328.575.511,-Selanjutnya dicari jumlah kamar yang harus terjual jika menginginkan laba naik 7% dari tahun sebelumnya dengan perhitungan sebagai berikut: BEP = F + In S-V = 35.380.956.247,41 + 89.659.918.464,98 4.637.991,75-619.809,33 = 31.118,77 = 31.119 kamar/tahun (dibulatkan)
Jumlah kamar yang tersedia tahun 2011 adalah 45,260 kamar, maka tingkat hunian yang harus dicapai adalah sebesar :
103.490.065.496,46
144.328.575.511,50 x 100%
X 100%
Tingkat Hunian Kamar = 31.119 45.260 = 68,77%
= 69% (dibulatkan)
Jumlah kamar yang harus dijual setiap harinya untuk mencapai target laba yang diinginkan pada tahun 2012 adalah sebanyak 124 x 69% = 85,56 kamar atau 86 kamar (dibulatkan).
Analisis Margin ofSafety
Dari analisis impas diperoleh informasi seberapa besar penjualan boleh turun sehingga perusahaan tidak menderita kerugian. Margin ofSafety dinyatakan dalam bentuk persentase yang dapat dihitung dengan data yang telah didapat sebelumnya yaitu penjualan yang direncanakan untuk memperoleh laba naik sebesar 7% dari laba tahun 2011 adalah sebesar Rp.
144.328.575.511,50 dan besarnya tingkat hunian kamar break even sebesar 19% dengan jumlah penjualan yang harus dicapai adalah
sebesar Rp.40.838.510.028,34. Dengan menggunakan data tesebut, maka margin of
safety dapat dihitung sebagai berikut: Margin ofSafety = Anggaran Penjualan - Penjualan Impas
= Rp.l44.328.575.511,50-Rp.40.838.510.028,34 = Rp. 103.490.065.496,46
= Rp. 103.490.065.496,- (dibulatkan) Dan dalam bentuk presentase :
MOS = Anggaran Penjualan-Penjualan Impas Anggaran Penjualan = 144.328.575.511,50 - 40.838.510.028,34 144.328.575.511,50 x 1 0 0 % xl00% 71.70% 72% (dibulatkan) k
Dari perhitungan di atas didapat besarnya batas toleransi penurunan penjualan
(margin of safety) pada tahun 2012 adalah
Rp. 103.490.065.496,- atau sebesar 72%. Perhitungan margin ofsafety jika dinyatakan dalam satuan unit kamar adalah :
= Anggaran penjualan (unit) - Penjualan Impas (unit)
= 31.119 - 8.806
= 22.313 Kamar
Sedangkan dalam tingkat hunian kamar adalah :
= 22.313 45.260 x 100% = 49,30%
= 49% (dibulatkan)
Dengan demikian batas maksimum penurunan penjualan unit kamar tiap harinya adalah 49,30% x 124 = 61.13 atau 61 kamar/ hari (dibulatkan).
Degree of Operating Leverage (DOL)
Degree of operating leverage (DOL)
memberikan ukuran dampak perubahan penjualan terhadap perubahan laba. Dengan parameter ini manajemen akan dengan cepat mengetahui dampak setiap usulan kegiatan yang menyebabkan perubahan penjualan 24
V o l u m e 1 N o m o r 1 J u n i 2 0 1 2 J U R N A L B I S N I S H O S P I T A L I T I I S S N : 2 3 0 2 - 8 3 4 3
terhadap laba bersih dengan menggunakan parameter DOL.
Perhitungan DOL Departemen Kamar Hotel "X" untuk tahun 2012 adalah :
= Laba Kontribusi (CM) Laba Bersih (EBIT)
125.040.874.712,39
89.659.918.464,98 - 43.166.538,61 = 1,40 kali (dibulatkan)
Angka Contribution Margin di dapat dari hasil pengurangan antara revenue naik 7% dari tahun 2011 dengan biaya variabel, sedangkan angka Earning Before Income Tax merupakan Gross Operating Profit yang dicanangkan pada tahun 2012 dikurangi dengan biaya asuransi.
Berdasarkan perhitungan di atas didapat angka DOL sebesar 1,40 kali, dengan demikian dari nilai tersebut dapat dilihat, setiap perubahan pada volume penjualan akan mempengaruhi laba departemen kamar sebesar 1,40 kali. Ini berarti apabila terjadi perubahan X% terhadap penjualan maka akan terjadi perubahan pada laba yang akan diperoleh sebesar (1,40 x X%).
SIMPULAN
Hasil analisis perhitungan break even
point pada departemen kamar Hotel "X
terletak pada penjualan sebesar Rp.40.838.510.028,34 dengan jumlah kamar
yang harus terjual 8.806 kamar atau dengan persentase occupancy sebesar 19% atau 24 kamar setiap harinya. Jika occupancy berada di bawah tingkat penjualan break even point, maka perusahaan akan menderita kerugian.
Penjualan kamar yang harus dicapai departemen kamar pada tahun 2012 adalah Rp. 144.328.575.511,50 dengan penjualan kamar sebanyak 31.119 kamar atau dengan persentase occupancy sebesar 69% atau 86 kamar tiap harinya untuk menghasilkan peningkatan laba sebesar 7% dari laba tahun 2011. Jika penjualan kamar tidak mencapai hasil yang telah ditetapkan maka target laba untuk tahun 2011 tidak dapat tercapai.
Penjualan kamar yang harus dicapai oleh Departemen Kamar Hotel "X untuk mencapai"gro^ operating profit (GOP) 60% pada tahun 2012 adalah sebesar Rp. 132.811.397.325,11 dengan profit sebesar Rp.79.686.838.395,06. Lebih lanjut, Margin
of safety (MOS) dari perencanaan laba
departemen kamar Hotel "X tahun 2012 adalah sebesar Rp. 103.490.065.496,46 atau dengan persentase penurunan penjualan sebesar 72% dari penjualan yang telah dianggarkan.
DAFTAR PUSTAKA
Adams, R.B., Almeida, H. & Ferreira, D. 2005. Powerful CEOs and their Impact on Corporate Performance. Rev.
Financial Study, 18,4.
Bebchuk, L. & Fried, J. 2004. Pay without
Executive Compensation. Harvard
University Press, Cambridge, Mass. Bebchuk, L. & Grinstein, Y. 2005. The
Growth of Executive Pay. Oxford Rev.
Eco. Policy, 21,22.
Daft, R.L., 1998. Management. 4th Edn., Orlando, FL.: The Dryden Press,
Elaurant, S., 2008. Corporate executive salaries-the argument from economic efficiency. Electronic J. Business Ethics
Organisation Stud., 13,2.
Griffin, R.W., 1999. Management. 5th Edn., New York. Houghton Mifflin Company, Hodge, B.J., Anthony, W.P. & Gales, L.M. 1996. Organisation Theory: A Strategic
Approach. 5^ Edn., Englewood Cliffs.:
Prentice-Hall Incorporation,
Ivancevich, J.M., 2004. Human Resource
Management. 9th Edn., New York.
McGraw-Hill/Irwin,