SURABAYA
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar
Sar jana pada FISIP UPN : “Veteran” J awa Timur
Diajukan oleh :
CINDY ROSDIANTI PUTRI
NPM. 0843010121
YAYASAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA
TIMUR
Disusun Oleh :
CINDY ROSDIANTI PUTRI
NPM. 0843010121
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
pada tanggal 13 Juni 2012
Pembimbing Tim Penguji :
1.Ketua
Drs. Sumardjijati, M.Si
NIP. 19620323 199309 2001
Drs. Sumardjijati, M.Si
NIP. 19620323 199309 2001
2.Sekretaris
Drs. Kusnarto, M.Si
NIP. 195808011984021001
3.Anggota
Yuli Candrasari,S.Sos,M.Si
NPT 371079400271
Mengetahui
DEKAN
Segala Puji syukur atas kehadirat ALLAH SWT, atas segala limpahan
karuniah-Nya dan hidayah-Nyakepada penulis sehingga skripsi dengan judul
Opini Remaja Surabaya Pendengar Karaoke Jowo "Karjo" dalam Program Musik
Semangat Pagi di 103,1 Gen Fm Surabaya. dapat penulis susun dan terselesaikan
dengan baik.
Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis mengucapkan terimah kasih
kepada Dra. Sumardjijati, M.Si selaku dosen pembimbing utama yang telah
memberikan bimbingan , nasehat, arahan, serta motivasi kepada penulis dan
penulis juga banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, baik berupa spiritual
dan materil. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. DR. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor UPN “Veteran” Jatim
2. Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si , sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik (FISIP) UPN “Veteran” Jatim
3. Dra. Sumardjijati, M.Si , sebagai Wakil Dekan Studi Ilmu Komunikasi
FISIP UPN “Veteran” Jatim
4. Juwito , S.Sos , M.Si , sebagai Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi
FISIP UPN “Vetreran” Jatim
5. Drs. Syaifuddin Zuhri, M.Si , sebagai Sekretaris Program Studi Ilmu
Komunikasi FISIP UPN “Veteran” Jatim
6. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi maupun Staf Karyawan
yang mampu memahami dan menjalani kehidupan serta dukungan
menjalani semua proses ini dan doa tiada hentinya dari seorang IBU
8. Sahabat-sahabatku JIMBE,AINI,NDUD,ELLY,DIGDO, serta
teman-teman seperjuangan semuanya semangat untuk kalian semua.
GANBATTE
9. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan, untuk segala bentuk
bantuan yang diberikan, penulis ucapkan terima kasih
Penulis menyadari bahwa didalam skripsi ini akan ditemukan banyak
kekurangan. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat
diharapkan demi kesempurnaanSkripsi ini. Dengan segala keterbatasan yang
penulis miliki semoga penelitianSkripsi ini dapat memberikan manfaat dan
menambah pengetahuan bagi semua pihak secara umumnya dan penulis
khususnya.
Surabaya, Mei 2012
Halaman
2.2.1 Radio Siaran Sebagai Media Massa Elektronik ... 21
2.2.2 Kekuatan Radio Siaran ... 22
2.2.3 Kelemahan Radio Siaran ... 24
BAB III . METODE PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional ... 36
3.2 Pengukuran Variabel ... 38
3.3 Opini ... 40
3.4 Program Gen FM ... 40
3.5 Masyarakat Sebagai Khalayak ... 41
3.6 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 42
3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 43
3.7 Metode Analisa Data ... 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian dan Penyajian Data ... 45
4.1.2. Program Karaoke Jowo ... 48
4.2. Penyajian Data dan Analisis Data ... 49
4.2.1. Identitas Responden ... 49
4.3. Frekuensi Mendengar Program Karjo di Gen FM ... 51
4.4. Opini responden mengenai Peserta ... 52
4.5. Arah opini pemirsa (positif, netral, negatif) tentang Program Karaoke Jowo Gen FM. ... 59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 61
5.2 Saran ... 61
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAKSI menyanyikan lagu dengan menggunakan bahasa jawa khas suroboyoan ,lagu-lagu Indonesia dalam bahasa Jawa. Hal ini menimbulkan berbagai opini yang berbeda-beda dikalangan remaja , ada yang positif dan ada pula yang negative. Positif : menimbulkan rasa kedaerahan yang tinggi, membuat semangat. Negatif : menimbulkan kesalah pahaman, tersinggung.Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui opini remaja surabaya pendengar karaoke jowo dalam program musik semangat pagi di 103,1 gen FM surabaya.
Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan menggunakan metode deskriptif untuk menjelaskan opini remaja surabaya pendengar karaoke jowo dalam program musik semangat pagi di 103,1 gen FM surabaya. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Surabaya yang menjadi pendengar radio Gen FM dan berumur 17-25 tahun.
Dari analisis dan pembahasan data yang telah di uraikan pada bab 4 maka diperoleh kesimpulan bahwa berdasarkan teori Stimulus-Organism-Response yang dipakai dalam penelitian ini, responden memiliki opini positif yang beranggapan bahwa dalam penggunaan bahasa kasar tidak di sukai oleh para remaja Surabaya karena penggunaan bahasa tersebut terlalu menyinggung perasaan orang lain Dan dari semua kesimpulan pembahasan diatas bahwa Remaja Surabaya sangat tidak suka dalam pemutaran Program Karaoke Jowo Gen FM karena bahasa yang digunakan terlalu kasar dan sebagian remaja Surabaya tidak bisa menerima dengan baik walaupun acara tersebut dianggap menarik.
1.1. Latar Belakang Masalah
Di jaman yang modern ini manusia saling melakukan komunikasi,
antara manusia yang satu dengan yang lainnya. Komunikasi di jaman
modern ini banyak dikembangkan dengan adanya sarana peralatan yang
canggih sehingga dapat menunjang cara berkomunikasi dengan baik.
Sarana atau media berkomunikasi tersebut, misalnya media massa pers,
televisi, radio, dan lain-lainnya. Dalam hal ini proses komunikasi massa
(peran yang dimainkan) semakin banyak dijadikan sebagai objek studi.
Gejala ini seiring dengan kian meningkatnya peran media massa itu sendiri
sebagai suatu institusi penting dalam masyarakat.
Hal ini bertitik tolak dari asumsi dasar bahwa media memiliki
fungsi penting. Misalnya media televisi yang pada mulanya dipandang
sebagai barang mainan atau sesuatu yang baru, dari pada sebagai
penemuan yang serius atau sesuatu yang memberikan sumbangan terhadap
kehidupan sosial. Keduanya lahir dengan memanfaatkan semua media
yang sudah ada sebelumnya. (Mc Quil, 1991 : 16).
Radio siaran merupakan komponen media komunikasi massa yang
memiliki peran dan hubungan timbal balik dengan sejarah bangsa
membentuk opini serta sosial kontrol. Konsekuensi dari perkembangan
tersebut menuntut radio siaran mengembangkan dan meningkatkan kinerja
secara professional untuk disesuaikan dengan dinamika publik yang
dilayani dalam sajian hiburan, pendidikan, terutama informasi.
Namun kenyataannya berbagai kendala dan hambatan tidak dapat
membendung tumbuh dan kembangnya radio siaran itu sendiri. motivasi
untuk mendirikan radio siaran pun sangat beragam dan tidak semata-mata
melirik peluang bisnis, walau pertumbuhan dan perkembangan radio siaran
swasta di Indonesia tidak terlepas dari berbagai aspek antara lain : historis,
politik, hukum, sosial, ekomoni, budaya, teknologi.
Radio siaran swasta (commercial radio broadcasting) menjadi
sebuah paradigma baru, berangkat dari kondisi yang kurang
menguntungkan dalam kebijakan politis masa lalu, kini radio swasta
menyadari kelemahannya dan berupaya untuk bangkit mengatasi
ketertinggalan. Secara bertahap memasuki babak baru dengan ciri
profesional menuju industri media radio. Bila sebelumnya 2 radio siaran
bertumpu pada fungsi tunggal yaitu hiburan, kini mulai berkembang dalam
beberapa kepentingan yaitu : hiburan, informasi, dan penerangan,
pendidikan, jurnalistik dan komersil.
tidak bisa dibagi dalam 3 kategori :
a. Program Network atau jaringan program, dimana radio induk
berfungsi sebagai pembuat acara yang kemudian disebarkan ke
radio-radio yang menjadi anggota jaringannya.
b. Sales Network atau jaringan penjualan, dimana anggota jaringan yang
satu bisa menawarkan radio yang lain ke calon pemasang iklan.
c. Total Network atau jaringan total dimana sebuah jaringan radio secara
total mengelola radio-radio yang menjadi anggota jaringannya, baik
dari sisi program, sumber daya manusia, hingga ke penjualan.
Dalam salah satu program radio swasta juga memiliki konsep Live
delay. Yang dimaksud Live Delay adalah nama sebuah konsep yang
diciptakan radio swasta dalam mengemas radio siarannya, jadi agar
tercipta out-put yang maksimal, sempurna dan membuat nyaman telinga
yang mendengarkan maka hasil siarannya berupa recording. Delay siaran
mengacu pada praktek sengaja menunda siaran dari hidup material. Jadi,
live delay sama artinya dengan sebuah penundaan singkat sering
digunakan untuk mencegah kecerobohan, atau materi siaran yang tidak
diinginkan lainnya ter-on air kan, termasuk masalah-masalah teknis
malfungsi.
(http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://dict
ini karena sampai dengan tahun 2010 ini, hanya radio-radio yang
tergabung dengan PT. Radio Camar lah yang menggunakan konsep live
delay. Selain itu, yang harus diperhatikan adalah karakteristik radio lokal
dan personal, dimana radio di daerah tertentu memiliki karakter yang
berbeda dengan radio di daerah lain karena pendengar yang dilayani juga
memiliki ketertarikan, kepentingan dan karakter yang berbeda. Dengan
mempertimbangkan nilai berita dan karakteristik radio jaringan, maka
sebuah peristiwa yang menarik di daerah tertentu, belum tentu membuat
menarik masyarakat di kota lain. Selama informasi lokal yang terjadi di
suatu daerah belum menjadi informasi besar skala nasional, maka
pendengar tidak akan tertarik karena informasi itu tidak berkaitan langsung
dengan dirinya.
Secara umum, agar radio di dengar oleh masyarakat maka radio
penyiaran membuat program-program yang menarik. Hal ini tentunya
dapat membantu stasiun-stasiun radio untuk mengambil out-put yang
sesuai dengan kebutuhan pendengar selain program hiburan dan iklan yang
merupakan kunci untuk membangun kelompok pendengar. Landasan yang
diterapkan dalam membuat program-program penyiaran radio adalah
fungsinya, dimana fungsi dari radio adalah :
a. memenuhi rasa ingin tahu (sense of curiority) publik
b. mengembangkan intelektual sosial dengan menawarkan gagasan
d. mencegah terbentuknya masyarakat diam dan skeptis (society of
sadentaries).
Dari banyaknya radio jaringan di Indonesia, salah satunya adalah
PT. Radio Camar yang berada dibawah naungan perusahaan besar
MAHAKA ENTERTAINTMENT tersebut merupakan sebuah induk
perusahaan radio siaran yang mempunyai jaringan radio (radio network)
yang tersebar dibeberapa kota yaitu Jakarta dan Surabaya. Dalam konsep
siarnya, Radio GEN FM Surabaya berada dibawah naungan PT. Radio
Camar, yang wajib menyamakan konsep siaran yaitu live delay. Adapun
radio-radio yang tergabung dengan konsep live delay adalah 103,1 GEN
FM Surabaya, 89,7 GEN FM Jakarta, 101 JAK fm. Persaingan radio di
kota Surabaya yang bersegmen menengah bawah juga mendominasi di
kalangan masyarakat kota Surabaya, beberapa diantaranya juga
menyajikan siaran berbahasa daerah. Namun radio di kota Surabaya
memiliki beberapa kekhasan, karena ada yang mengambil segmen anak
muda seperti Radio Istara, Prambors, Hard Rock, EBS, dan GEN.
Khusus untuk GEN dan M radio adalah radio anak muda yang
ditujukan untuk pendengar pasif karena hampir 90% musik lokal dan 10%
musik mancanegara. Diantara kelima radio tersebut diatas, belum ada
radio yang secara khusus membidik sasaran pendengar kelompok usia
18-34+ tahun (antara 18-34 tahun 6 keatas). Kesulitan mengelola dalam radio
lagu yang dinikmati kelompok sasaran tersebut. Disamping itu, kelompok
masyarakat usia remaja atau anak muda di Indonesia semakin hari semakin
bertumbuh dan semakin banyak. Mereka membutuhkan informasi dan
hiburan yang sesuai dengan kepribadiannya.
Dalam program GEN FM juga menggunakan jaringan program
network yamg dimana dalam penyiarannya menggunakan sistem
pemutaran lagu-lagu yang non-stop dan antara Gen Fm Surabaya,Gen Fm
Jakarta,Gen JAK Fm secara bersama-sama dalam pemutaran lagu-lagunya.
Antara lain, misalnya Semangat Pagi yang memutarkan lagu-lagu
indonesia dan barat yang dimulai pukul 07.00-10.00. dalam program
Semangat Pagi juga mempunyai program khusus yaitu Salah Sambung dan
Karaoke Jowo atau Karjo.
Salah satu program Gen FM Surabaya yang menjadi kontroversi
adalah Program Karaoke Jowo “Karjo” sebuah acara / content siar yang
berupa menyanyikan lagu dengan menggunakan bahasa jawa khas
suroboyoan ,lagu-lagu Indonesia dalam bahasa Jawa. Hal ini menimbulkan
berbagai opini yang berbeda-beda dikalangan remaja , ada yang positif dan
ada pula yang negative. Positif : menimbulkan rasa kedaerahan yang
tinggi, membuat semangat. Negatif : menimbulkan kesalah pahaman,
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka perumusan
masalah dalam upaya penelitian adalah :
“Bagaimana opini remaja Surabaya pendengar Karoeke Jowo dalam di
103,1 Gen FM”.
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui opini remaja Surabaya pendengar Karoeke Jowo
di 103,1 Gen FM.
1.4. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis, penelitian ini berguna dalam menambah wawasan
peneliti untuk berpikir secara kritis dan ilmiah tentang fenomena yang
terrjadi di tengah-tengah masyarakat terhadap suatu progam acara,
serta pengetahuan untuk mengukur opini masyarakat dan menganalisis
melalui teori-teori komunikasi yang sudah ada. Juga diharapkan
penelitian dapat menambah kajian ilmu komunikasi yang berkenaan
dengan studi opini terhadap progam acara televisi sehingga dapat
a. Penulis
Penulis memberikan bahan masukan bagi masyarakat, khususnya
kepada opini remaja Surabaya pendengar Karoeke Jowo di Gen
FM.
b. Televisi
Dalam hal ini penulis memberikan bahan masukan bagi stasiun
televisi yang berkaitan dengan opini mahasiswa terhadap Program
2.1. Landasan Teor i
2.1.1. Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah berkomunikasi dengan massa (audiens
atau khalayak ramai). Massa disini dimaksudkan sebagai para penerima
pesan (komunikan) yang memiliki status sosial dan ekonomi yang
heterogen satu sama lainnya. Pada umumnya proses komunikasi massa
tidak menghasilkan “feed back” (umpan balik) yang langsung, tetapi
tertunda dalam waktu yang relatif. Ciri-ciri massa yaitu, jumlahnya besar,
antara individu tidak ada hubungan atau organisatoris dan memiliki latar
belakang sosial yang berbeda.
Komunikasi massa media televisi ialah proses komunikasi antara
komunikator dengan komunikan (massa) melalui sebuah sarana, yaitu
televisi. Komunikasi massa televisi bersifat periodic. Dalam komunikasi
massa media tersebut, lembaga penyelenggara media komunikasi bukan
secara perorangan, melainkan melibatkan banyak orang dalam organisasi
yang kompleks serta pembiayaan yang besar. Karena media televisi
bersifat transitory (hanya meneruskan), maka pesan-pesan yang
disampaikan melalui media tersebut, hanya dapat didengar tetapi juga
Perkembangan komunikasi massa media televisi, cukup membawa
pengaruh yang besar dalam kehidupan sistem komunikasi massa
Internasional, khususnya terhadap sistem komunikasi massa media cetak
dan radio.
Sejak tahun 1948, arah kecenderungan para pemasang iklan
semakin berubah, dan siaran yang sifatnya hanya bersuara, sampai
kesiaran yang bergerak dan bersuara, ini berarti kerugian besar bagi media
radio.
Komunikasi massa media televisi, pada prakteknya menekankan
para reporter, penulis, dan penganalisis untuk menampilkan bagina-bagian
terpenting dari beritanya. Berita-berita terkenal dari CBS yang
ditampilkan, “Dauglas dengan berita” dapat dijadikan contoh yang baik
dari kelompok kerja itu.
Memasukkan paradigma Lasswell dalam komunikasi massa media
televisi, secara tugas memperlihatkan, bahwa dalam setiap pesan yang
disampaikan televisi, tentu saja mempunyai tujuan khalayak sasaran serta
akan mengakibatkan umpan balik, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Dalam menyampaikan isi pesannya, komunikasi massa media
televisi memiliki sifat-sifat, yaitu Publisitas, Perodisitas, Universitas,
Komunikasi massa itu ditujukan kepada massa dengan melalui
media massa. Maka ciri-ciri komunikasi media massa adalah :
1. Komunikator komunikasi massa bersifat melembaga, berarti bahwa
komunikatornya bertindak atas nama lembaga. Contoh komunikator
media massa adalah wartawan, penyiar radio, reportase televisi,
sutradara film, karena media yang dipergunakan adalah suatu lembaga
dan dalam menyebar luaskan bertindak atas nama lembaga.
2. Pesan yang disampaikan media massa bersifat umum ( public ) karena
ditujukan kepada umum yang mengenal kepentingan umum.
3. Proses komunikasi massa bersifat satu arah yang berarti bahwa tidak
terdapat arus balik dari komunikan terhadap komunikator. Dengan lain
perkataan penyiar televisi atau wartawan tidak mengetahui tanggapan
khalayak yang dijadikan sasarannya. Yang dimaksud dengan tidak
mengetahui dalam keterangan diatas ialah tidak mengetahui waktu
proses komunikasi itu berlangsung.
4. Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen, beragam dalam jenis
usia, jenis kelamin, pendidikan, agama status sosial, status ekonomi,
hobbi dan sebagainya. Selain komunikan komunikasi massa juga
bersifat anonim, tidak dikenal oleh komunikatornya.
5. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan berarti
pendengar radio atau pemirsa televisi secara serempak bersama-sama
dan serentak pada saat yang sama memperhatikan acara yang sama
Berdasarkan pengertian dan ciri-ciri komunikasi menitikberatkan pada
penyampaian pesan melalui media massa, baik cetak maupun elektronik.
Menurut Mc Quail pesan yang disampaikan melalui media massa merupakan
suatu produk dan komoditas yang memiliki nialai tukar secara umum simbolik
yang mengandung nilai kegunaan. Jadi setiap pesan yang ditayangkan stasiun
televisi berada dalam posisi sebagai produk yang ditawarkan dalam rangka
mencapai salah satu tujuan yaitu dikonsumsi khalayak.
Selanjutnya Mc Quail (1991 : 53) mengatakan bahwa media massa
berperan sebagai :
1. Pengalaman yang meluaskan pandangan kita dan memungkinkan kita
mampu memahami apa yang terjadi disekitar diri kita, tanpa campur
tangan pihak lain atau sikap memihak.
2. Juru bahasa yang menjelaskan dan memberi makna terhadap peristiwa
tau hal yang terpisah dan kurang jelas.
3. Pembawa atau penghantar informasi atau pendapat.
4. Jaringan interaktif yang menghubungkan pengirim dengan penerima
melalui berbagai macam umpan balik.
5. Papan penunjuk jalan yang secara aktif menunjukan arah, memberikan
bimbingan atau instruksi.
6. Penyaring yang memilih bagian pengalaman yang perlu diberikan
perhatian khusus dan menyisihkan aspek pengalaman lainnya.
8. Tirai dan penutup yang menutupi kebenaran demi mencapai tujuan
propaganda atau pelarian dari suatu kenyataan.
2.1.2. Media Radio
Radio adalah satu media penyiaran. Penyiaran adalah kegiatan
penyelenggaraan siaran radio maupun televisi, yang diselenggarakan
oleh organisasi penyiaran radio atau televisi. Output dari organisasi
penyiaran adalah siaran. Siaran ditujukan kepada khalayak yang dapat
menerima siaran melalui sarana komunikasi massa yang lahir di dunia
berkat perkembangan teknologi elektronika, yaitu pesawat radio atau
televisi. Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja yang
melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang ke arah
tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata. (DR
Terry, Leslie, 2003:1)
Manajemen penyiaran adalah manajemen yang diterapkan
dalam organisasi penyiaran, yaitu organisasi yang mengelola siaran.
Ini berarti, manajemen penyiran sebagai motor penggerak organisasi
penyiaran dalam usaha pencapaian tujuan bersama melalui
penyelenggaraan siaran. Pada dasarnya proses perencanaan, produksi
dan menyiarkan siaran merupakan proses transformasi yang ada dalam
manajemen memiliki tahapan-tahapan pelaksanaan. Tahapan
manajemen inilah yang harus disinkronkan dengan tahapan proses
yang hendak dicapai. Dalam pengelolaan manajemen penyiaran, tiap
tahap kegiatan sudah ada ketentuan-ketentuan yang harus dilakukan.
Penyimpangan dari ketentuan yang ada berarti penanganan manajemen
tidak profesional lagi dan akibatnya juga akan mempengaruhi output.
Bila ini terjadi, maka pihak khalayak yang tidak lain adalah
konsumen siaran juga turut dirugikan. (Wahyudi, 1994:46)
Menurut Syamsudin, pengertian radio adalah :
“Keseluruhan sistem gelombang suara yang dipancarkan dari
suatu statsiun dan dapat diterima oleh pesawat dari rumah, mobil, dan
sebagainya. Menurut Ardianto. M. Sidan “Radio adalah media elektronik
tertua dan sangat luwes” Dengan diberikan musik , backsound dan
didukung oleh suara atau kata-kata, maka siaran radio akan terasa
menjadi hidup, sehingga akan enak untuk didengar. Walawpun radio
hanya bisa didengar.
Oleh karena itu radio dijuluki sebagai “kekuasaan kelima”. Ada
tiga buah alasan yang menjadi faktor-faktor yang mendukung siaran
radio, antara lain adalah:
1. Radio siaran bersifat langsung. Makna langsung sebagai sifat
radio siaran adalah bahwa suatu pesan yang akan disiarkan
dapat dilakukan tanpa proses yang rumit. Jika dibandingkan
dengan penyiaran pesan melalui surat kabar, brosur, pamflet
atau media cetak lainnya yang selain lama prosesnya juga tidak
2. Radio siaran tidak mengenal jarak dan rintangan. Bagi radio tidak
ada jarak Waktu, begitu suatu pesan diucapkan seorang penyiar
atau orator, pada saat itu juga dapat diterima oleh khalayak. Bagi
radio tidak pula jarak ruang, seberapapun jauhnya sasaran yang
dituju radio dapat mencapainya.
Daerah-daerah yang terbatas oleh gunung, lembah, padang
pasir, ataupun samudera sekalipun tidak menjadi suatu halangan
bagi siaran radio. Suatu pesan yang disiarkan dari suatu tempat di
suatu negara dapat disampaikan secara seketika di tempat lain,
Negara lain dan benua lain.
3. Radio siaran memiliki daya tarik. Sebelum pesawat televisi
muncul sebagai Pelengkap rumah tangga, sekitar tahun lima
puluh-an, pada waktu itu hanya terdapat dua jenis media massa yaitu
surat kabar atau majalah dan radio. Radio mempunyai unsur
daya tarik tersendiri karena ada tiga hal yang menyebabkannya
demikian, antara lain: (a) Kata-kata lisan (spoken words); (b)
music (musik) dan (c) efek suara (sound efect) Itulah ketiga faktor
yang menyebabkan media radio dijuluki sebagai the fifth estate:
bersifat langsung, tidak mengenal jarak dan rintangan, serta
memiliki daya tarik tersendiri bagi peminat radio. Keefektifan
radio siaran semakin didukung pula oleh produk teknologi
mutakhir seperti pemancar system frequency modulation (FM),
kekuatan kelima, memiliki kelebihan dibanding jenis media massa
lainnya. Radio dengan bentuknya yang sederhana mampu
menyajikan beragam informasi serta hiburan. Media dengan
modal suara saja bisa menjangkau ruang-ruang pribadi
manusia. Melalui kepekaan indera manusia, suara ternyata
mampu merubah pemikiran bahkan perilaku pendengarnya.
2.1.2 Fungsi Radio
Siaran radio identik dengan siaran musik, meskipun radio juga
sudah banyak yang merambah ranah informasi (jurnalisme) dengan
meningkatnya siaran. Dengan keterbatasan hanya sebagai media audio
(dengar), kreativitas dalam mempertahankan dan menguatkan eksistensi
siaran radio tidak ada jalan lain, kecuali mengangkat musik dan
jurnalisme sebagai dasar inovasi dan daya tarik radio.
Radio yang senantiasa menjaga mobilitas pendengar untuk
tetap tinggi juga merupakan karakter radio sehingga memungkinkan
munculnya daya tarik tersendiri bagi para pendengar karena radio
dapat didengarkan tanpa harus menghentikan aktivitas yang penting
sekalipun. Hal ini disebabkan, radio merupakan media yang
menghibur dan ditambah lagi dengan pilihan frekuensi yang dapat
dipindah channelnya sehingga pendengar dapat dengan bebas memilih
Sifat-sifat radio siaran, menurut Onong Uchjana Effendy, sebagai
berikut :
1. Auditif
Sifat siaran radio adalah auditif untuk didengar maka isi siaran
yang sampai ditelinga pendengar hanya sepintas saja, hal ini sangat
berbeda dengan sesuatu yang disiarkan melalui media surat kabar,
seperti majalah, koran, dan media lainnya yang dapat dibaca dan
diulang-ulang.
2. Mengandung Gangguan
Setiap komunikasi yang menggunakan saluran bahasa akan
memiliki dua faktor gangguan. Gangguan pertama adalah yang
disebut ‘semantic noise factorr’ dan ‘channel noise factor’
3. Akrab
Radio siaran sifatnya akrab, menjadikan seorang penyiar
seakan-akan berada dikamar pendengar, yang tidak dimiliki oleh media lain.
(Effendy, 1983: 87-89).
2.1.3 Sifat Pendengar Radio
Pada kenyataannya, rekor media publik dirasa belum ada
yang mengalahkan dan belum ada yang mampu menyamai jumlah
pedesaan. Daerah jangkauan media cetak yang muncul setelah
reformasi bergulir, baru sebatas di kota propinsi dan kota kabupaten
yang tergolong besar, sementara radio sudah berada kokoh di
pedesaan dan jumlahnya diprediksi akan terus bertambah.
Menurut Onong Uchjana Effendy, sifat-sifat radio sebagai berikut :
1. Heterogen
Pendengar radio adalah sejumlah orang yang banyak bersifat
heterogen tersebar dimana-mana diberbagai tempat
2. Pribadi
Di karenakan pendengar berbeda dalam heterogen,
terpencar-pencar diberbagai tempat yang pada umumnya dirumah maka isi
pesan akan dapat dimengerti kalau sifatnya pribadi (persoanal).
3. Aktif
Sifat pendengar radio yang aktif telah dibuktikan oleh penelitian
yang dilakukan Wilburschramm, paul lazarsfald, raymond boverr,
ahli-ahli komunikasi Amerika Serikat, mengatakan bahwa
pendengar radio lebih aktif.
4. Selektif
Pendengar radio siaran sifatnya selektif, maksudnya mereka akan
memilih program yang disukainya.
2.1.4 Pesan Komunikasi pada Radio
Pada media radio, pesan yang akan disajikan kepada
pendengar haruslah data sedemikian rupa, karena lambang pada media
radio adalah berupa bahasa lisan.
Di dalam jurnalisme radio diperlukan keterampilan khusus
untuk menuliskan naskah siaran. Bukan hanya itu, keterampilan
menulis di radio juga diperlukan untuk menuliskan naskah iklan,
berita dan lainnya. Menulis untuk
radio memiliki aturan yang berbeda dengan menulis untuk
media cetak. Menulis untuk radio adalah menulis apa yang ingin kita
sampaikan dan untuk didengarkan. Menulis untuk radio, adalah menulis
untuk telinga. Paling tidak terdapat 5 prinsip kunci yang perlu kita
perhatikan untuk menulis naskah program radio.
1. Diucapkan. Naskah radio bukan merupakan bahan bacaan tapi
merupakan bahan ucapan yang akan disampaikan melalui suara
penyiar. Jadi, isi tulisan sebaiknya menggunakan bahasa tutur
yang biasa diucapkan sehari-hari. Dengan menggunakan kosa
kata bahasa lisan, pendengar akan dengan mudah memahami
artinya. Jangan takut untuk menggunakan kata-kata yang sama
(pengulangan kata) asal penempatannya pas dan enak didengar.
Gaya penyampaiannya harus alamiah, bukan dibuat-buat.
2. Bersifat ’sekarang’. Keistimewaan radio adalah kesegeraannya.
menggambarkan sesuatu yang sedang terjadi. Informasi yang
disampaikan melalui radio sebagian besar bersifat langsung,
begitu terjadi sesuatu bisa langsung disampaikan, meski tidak
menutup kemungkinan penyiar menceritakan apa yang
dialaminya diwaktu yang lalu.
3. Pribadi. Sifat radio adalah personal. Meskipun pada waktu
yang bersamaan yang mendengarkan radio jumlahnya bisa ribuan
orang, mereka masing-masing mendengarkan sendiri-sendiri atau
paling tidak dalam kelompok-kelompok kecil. Untuk itu,
sebaiknya dalam naskah radio digunakan sapaan yang pribadi.
Apa yang kita sampaikan bukan untuk masa dalam jumlah
besar seperti saat berpidato, tapi lebih ke perseorangan. Radio
adalah teman bagi pendengarnya, sehingga pada saat penyiar
berbicara harus disampaikan seolah-olah berbicara dengan seorang
teman.
4. Didengar sekali. Sekali disiarkan, siaran radio tidak bisa diulang.
Kecuali untuk program acara yang direkam, itupun baru bisa
diulang jika memang ada jadual siaran ulang. Dengan demikian,
harus disadari bahwa jika pendengar tidak paham dengan apa
yang kita sampaikan, mereka akan mengalami kesulitan untuk
mendengarkan ulang. Ingat, kita hanya memiliki sekali
5. Hanya suara. Suara adalah media kita untuk menyampaikan
informasi kepada pendengar. Untuk itu jangan gunakan
kata-kata yang kabur maknanya. Hindari kata-kata-kata-kata yang bunyinya
berulang agar pendengar tidak bingung. Misalnya: “Bangunan itu
dibangun oleh kontraktor swasta” menjadi “Gedung itu dibangun
oleh kontraktor swasta”. Tomson (1960), melaporkan bahwa
“orang lebih mudah mengingat pesan yang tersusun, walaupun
organisasi pesan tidak kelihatan” (Rakhmat 1992:295).
Bahwa setiap pesan yang akan disampaikan kepada sasaran
haruslah dilakukan persiapan, seperti pada media radio, karena sifatnya
yang audial, ketika menerima pesan-pesan yang disampaikan melalui
pesawat radio tergantung pada jelas tidaknya kata-kata yang diucapkan
penyiar.
2.2. Radio Siar an
2.2.1 Radio Siaran Sebagai Media Massa Elektr onik
Siaran radio identik dengan siaran musik, meskipun radio juga
sudah banyak yang merambah ranah informasi (jurnalisme) dengan
meningkatnya siaran.
Radio adalah buah perkembangan teknologi yang
memungkinkan suara ditransmisikan secara serempak melalui gelombang
Menurut UU Penyiaran No 32 Tahun 2002 BAB I Pasal 1 Ayat 1 ,
Siaran adalah pesan atau rangkaian pesan dalam bentuk suara,
gambar, atau suara dan gambar atau yang berbentuk grafis, karakter, baik
yang bersifat interaktif maupun tidak, yang dapat diterima melalui
perangkat penerima siaran.
Radio siaran adalah untuk “makanan” telinga, untuk didengarkan,
dan hal – hal yang dapat dipahami melalui indera telinga. Oleh
karena itu apa yang disajikan untuk dibaca belum tentu dapat
dimengerti apabila disiarkan melalui radio. Susunan berita untuk surat
kabar tidak akan mencapai tujuannya apabila dibacakan didepan
mikrofon radio. Susunan kata – kata pidato dalam rapat di alun – alun
tidak akan sukses apabila dibacakan di depan corong radio (Effendy,
1991).
2.2.2 Kekuatan Radio Siaran
1. Radio dapat membidik khalayak yang spesifik
Artinya radio memiliki kemampuan untuk berfokus pada kelompok
demografis yang dikehendaki. Selain itu untuk mengubah dan
mempertajam segmen atau ceruk sasaran yang dituju. Radio jauh
lebih fleksibel dibandingkan media komunikais lainnya.
2. Radio bersifat mobile dan portable
Orang bisa menjingjing radio kemana saja. Sumber energinya
penunjang kehidupan lainya. Mulai dari senter, mobil, hingga
handphone. Harga radio relatif jauh lebih murah dibandingkan media
lain.
3. Radio bersifat intrusif Memiliki daya tembus yang tinggi.
Sulit sekali menghindar dari siaran radio, begitu radio dinyalakan.
Radio bisa menembus ruang2 dimana media lain tidak masuk misalnya
di dalam mobil. Walau kini televisi telah menjadi salah satu
asesoris mobil, tetap radio menjadi bagian tak terpisahkan dari mobil.
4. Radio bersifat fleksibel
Dalam arti dapat menciptakan program dengan cepat dan sederhana,
dapat mengirim pesan dengan segera, dapat secepatnya membuat
perubahan.
5. Radio itu sederhana
Sederhana menggoprasikanya, sederhana mengelolanya ( tak
serumit media lain ) dan sederhana isinya. Tidak diperlukan
konsentrasi tinggi untuk menyimak radio.Bahkan, orang bisa
mendengarkan radio sambil menggarap pekerjaan lain.Untuk
mendnegarkan radio, hanya dibutuhkan pendengaran.Mendengarkan
2.2.3 Kelemahan Radio Siar an
1.Radio is aural only
Satu – satunya cara yang diandalkan radio untuk menyampaikan
pesan adalah bunyi (Sound). Radio tidak dilengkapi dengan
kemampuan untuk menyampaikan pesan lewat gambar. Untuk
membayangkan kejadian sesungguhnya, orang pada dasarnya
menggunakan teater imaginasinya sendiri.
2.Radio message are short lived
Yang namanya pesan radio hidupnya hanya sebentar – short lived.
Pesan radio bersifat satu arah, sekilas, dan tidak dapat ditarik lagi
begitu diudarakan. Karena itu menyampaikan pesan melalui radio
bukan pekerjaan main – main. Tetapi harus digunakan dengan
hati-hati dan penuh tanggung jawab.
3.Radio listening is prone to distraction
Mendengarkan radio itu rentan gangguan. Radio berurusan hanya
saru indra saja : pendengaran. Begitu pendengaran terganggu, maka tak
ada lagi cerita radio dalam kehidupan seseorang. Orang juga kerap
mendengarkan radio sambil melakukan pekerjaan lain.Akibatnya,
konsentrasi kerap terpecah.
2.3 Pr ogr am Semangat Pagi Gen FM
Acara ini dikemas untuk menambah semangat, sekaligus
Sobat Gen dari rumah hingga ke tempat tujuan, dengan hiburan utama
berupa musik Indonesia terbaik, informasi yang sarat dengan konten lokal,
canda segar dan ringan, serta interaksi langsung dengan pendengar untuk
menambah warna, wawasan serta kedekatan dalam kegiatan sehari-hari
Sobat Gen.
2.4 Penger tian Remaja
Kata “remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang
berarti to grow atau to grow maturity (Golinko, 1984 dalam Rice, 1990).
Banyak tokoh yang memberikan definisi tentang remaja, seperti DeBrun
(dalam Rice, 1990) mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan
antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Papalia dan Olds (2001)
tidak memberikan pengertian remaja (adolescent) secara eksplisit
melainkan secara implisit melalui pengertian masa remaja (adolescence).
Menurut Papalia dan Olds (2001), masa remaja adalah masa
transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang
pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia
akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun.
Menurut Adams & Gullota (dalam Aaro, 1997), masa remaja
meliputi usia antara 11 hingga 20 tahun. Sedangkan Hurlock (1990)
membagi masa remaja menjadi masa remaja awal (13 hingga 16 atau 17
tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17 tahun hingga 18 tahun). Masa
akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati
masa dewasa.
Papalia & Olds (2001) berpendapat bahwa masa remaja merupakan
masa antara kanak-kanak dan dewasa. Sedangkan Anna Freud (dalam
Hurlock, 1990) berpendapat bahwa pada masa remaja terjadi proses
perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan
perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam hubungan
dengan orangtua dan cita-cita mereka, dimana pembentukan cita-cita
merupakan proses pembentukan orientasi masa depan.
Pada umumnya masa remaja dapat dibagi dalam 2 periode yaitu:
1. Per iode Masa Puber usia 12-18 tahun
a. Masa Pra Pubertas: peralihan dari akhir masa kanak-kanak ke masa
awal pubertas. Cirinya:
1. Anak tidak suka diperlakukan seperti anak kecil lagi
2. Anak mulai bersikap kritis
b. Masa Pubertas usia 14-16 tahun: masa remaja awal. Cirinya:
1. Mulai cemas dan bingung tentang perubahan fisiknya
2. Memperhatikan penampilan
3. Sikapnya tidak menentu/plin-plan
4. Suka berkelompok dengan teman sebaya dan senasib
c. Masa Akhir Pubertas usia 17-18 tahun: peralihan dari masa pubertas
1. Pertumbuhan fisik sudah mulai matang tetapi kedewasaan
psikologisnya belum tercapai sepenuhnya
2. Proses kedewasaan jasmaniah pada remaja putri lebih awal
dari remaja pria
2. Per iode Remaja Adolesen usia 19-21 tahun
Merupakan masa akhir remaja. Beberapa sifat penting pada masa ini
adalah:
1. perhatiannya tertutup pada hal-hal realistis
2. mulai menyadari akan realitas
3. sikapnya mulai jelas tentang hidup
4. mulai nampak bakat dan minatnya
Cir i-cir i Masa Remaja :
Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi
perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Ada
beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja.
1. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa
remaja awal yang dikenal dengan sebagai masa storm & stress.
Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik
terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi
kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa
remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa
ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak
lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan
bertanggung jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan
terbentuk seiring berjalannya waktu, dan akan nampak jelas pada
remaja akhir yang duduk di awal-awal masa kuliah.
2. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai
kematangan seksual. Terkadang perubahan ini membuat remaja
merasa tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri.
Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal
seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi maupun
perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan
proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja.
3. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan
dengan orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang
menarik bagi dirinya dibawa dari masa kanak-kanak digantikan
dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini juga
dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa
remaja, maka remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan
ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting. Perubahan
juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain. Remaja tidak lagi
berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang
4. Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada
masa kanak-kanak menjadi kurang penting karena sudah
mendekati dewasa.
5. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan
yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi
lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan
tersebut, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul
tanggung jawab tersebut.
2.5Opini
Menurut Leonard W. Doob, dalam buku yang berjudul Public
Opinion and Propaganda yang diterbitkan pada tahun 1984, pengertian
opini publik adalah sikap orang-orang mengenai suatu soal, dimana
mereka merupakan anggota dari sebuah masyarakat yang sama.
Dengan demikian maka opini publik itu berhubungan erat dengan
sikap manusia yaitu sikap secara pribadi maupun sebagai anggota
kelompok yang membentuk opini publik itu adalah sikap pribadi seseorang
ataupun sikap kelompoknya, karena itu sikapnya ditentukan oleh
pengalamannya dan dalam kelompoknya itu pula.
Suatu opini publik dianggap kompeten atau mampu memenuhi
syarat opini publik dalam arti khas bila :
a. Fakta yang dipakai sebagai titik tolak dari perumusan opini publik
b. Dalam menggunakan fakta (ataupun keadaan dimana suatu sikap justru
diambil karena tidak adanya fakta), orang yang sampai pada
kesimpulan dan kesepakatan mengenai tindakan yang harus diambil
untuk memecahkan persoalan.
Dengan demikian maka dalam penilaian kompeten tidaknya atau
mampu memenuhi syarat-syarat sebagai opini publik dalam arti khas harus
ditinjau pada, fakta, nilai, opini publik, kompetensi.
Dan dengan sendirinya pembentukan opini publik dibentuk oleh
publik yang selektif, karena itu untuk setiap masalah selalu ada publiknya
sendiri-sendiri.
Dalam hubungan ini Leonard W. Doob, mengemukakan pula
batas-batas kemampuan opini publik antara lain : (Sunarjo, SU. Djoenaesih
1997:27).
1. Perhatian orang terhadap suatu masalah itu sangat tergantung pada
pengetahuan dan pendidikannya masing-masing.
2. Kebijaksanaan tergantung juga dari penilaian serta seleksi publik
terhadap fakta dan nilainya sendiri.
3. Pada kenyataannya bahwa setiap persoalan atau masalah mempunyai
banyak segi sehingga untuk hal-hal yang kompeten yang menimpa
masyarakat luas, opini publik itu sendiri dari banyak publik.
4. Tidak adanya standard ataupun ukuran dalam penyelesaian sesuatu
masalah, lebih-lebih masalah sosial dimana setiap masalah mempunyai
Secara sederhana opini didefinisikan sebagai suatu pernyataan atau
sikap terhadap rangsangan (Stimulus) yang diberikan, kemudian timbul
respon dari komunikan dan setelah itu mengalami proses yang dinamakan
dengan opini. Oleh sebab itu, opini perlu dikaji, dipahami, dan
dipergunakan karena mempunyai kekuatan tersendiri. Opini itu sendiri
tidak mempunyai tingkatan atau strata, namun mempunyai arah yaitu
seperti di bawah ini :
1. Positif, jika responden memberikan pernyataan setuju.
2. Netral, jika responden memberikan pernyataan ragu-ragu.
3. Negatif, jika responden memberikan pernyataan tidak setuju. (Effendy,
1990 : 85).
Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa, opini
merupakan ekspresi tentang sikap (kecenderungan untuk memberikan
respon), terhadap suatu masalah atau situasi tertentu dan dapat berupa
pernyataan yang diucapkan atau tulisan sebagai jawaban yang diucapkan
atau diberi individu terhadap suatu rangsangan atau situasi yang
mengemukakan beberapa pernyataan yang dipermasalahkan.
2.6 Teor i S – O – R
Teori S – O – R sebagai peringatan dari Stimulus – Organism –
Response, ini semula berasal dari psikolog. Kalau kemudian menjadi teori
Ilmu komunikasi adalah sama, yakni manusia yang jiwanya meliputi
komponen-komponen sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi, konasi.
Menurut stimulus respons ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi
khusus terhadap stimulus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan
memperkirakan kesucian antara pesan dan reaksi komunikan.
Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap
adalah, bagaimana merubah sikap komunikan. Dalam proses perubahan
sikap, tampak bahwa sikap dapat dirubah. Hanya jika stimulus yang
menerpa benar-benar melebihi seperti yang semula, jadi unsur-unsur
dalam model ini adalah : (Effendy, 1993 : 154).
a. Pesan (Stimulus – S )
b. Komunikan (Organism – O)
Teori S – O – R, dapat digambarkan sebagai berikut : (Effendy 1993 : 255)
Gambar 2.1 : Teori S – O - R
Dari teori di atas, maka mahasiswa memperoleh pesan dari media
massa elektronik, yang dimana disini adalah televisi yang menayangkan
acara program musik Semangat Pagi di Gen FM merupakan stimulus atau
pesan dan mahasiswa memberikan perhatian, pengertian, penerimaan dari
pesan yang disampaikan tersebut, sehingga akan menghasilkan opini yang
merupakan respon dari Remaja Surabaya setelah mendengarkan acara
program musik Semangat Pagi di Gen FM di radio.
Dengan adanya pengetahuan dan pengertian (kognitif) dari
masyarakat setelah melihat tayangan acara reality show tersebut, maka ia
akan mengerti isi pesan apa yang ada pada tayangan program musik
Semangat Pagi di Gen FM. Setelah melihat kemudian dimengerti oleh
masyarakat, maka kemampuan dari masyarakat sebagai komunikan akan
melanjutkan prosesnya yaitu masyarakat akan mengolahnya dan
menerimanya, sehingga terjadilah kesediaan untuk merubah respon atau
efek.
Stimulus Organism :
- Perhatian - Pengertian - Penerimaan
2.6. Ker angka Berfikir
Salah satu program Gen FM Surabaya yang menjadi kontroversi di
Program Semangat Pagi adalah Program Karaoke Jowo “Karjo” sebuah
acara / content siar yang berupa menyanyikan lagu dengan menggunakan
bahasa jawa khas suroboyoan , yang membahasakan lagu-lagu Indonesia
dalam bahasa Jawa.
Dalam program GEN FM juga menggunakan jaringan program
network yamg dimana dalam penyiarannya menggunakan sistem
pemutaran lagu-lagu yang non-stop dan antara Gen Fm Surabaya,Gen Fm
Jakarta,Gen JAK Fm secara bersama-sama dalam pemutaran lagu-lagunya.
Antara lain, misalnya Semangat Pagi yang memutarkan lagu-lagu
indonesia dan barat yang dimulai pukul 07.00-10.00. dalam program
Semangat Pagi juga mempunyai program khusus yaitu Salah Sambung dan
Karaoke Jowo atau Karjo.
Salah satu program Gen FM Surabaya yang menjadi kontroversi
adalah Program Karaoke Jowo “Karjo” sebuah acara / content siar yang
berupa menyanyikan lagu dengan menggunakan bahasa jawa khas
suroboyoan ,lagu-lagu Indonesia dalam bahasa Jawa. Hal ini menimbulkan
berbagai opini yang berbeda-beda dikalangan remaja , ada yang positif dan
ada pula yang negative. Positif : menimbulkan rasa kedaerahan yang
tinggi, membuat semangat. Negatif : menimbulkan kesalah pahaman,
Model kerangka berfikir yang digunakan peneliti di dalam
penelitian ini tampak pada gambar di bawah ini :
Gambar 2.2: Bagan Kerangka Berpikir Penelitian Opini Remaja Terhadap
Program Semangat Pagi Gen FM Acara Semangat
Pagi di Gen FM a. Karoke Jowo
Remaja
Surabaya OPINI
Positif
Netral
3.1. Definisi Oper asional
Dalam penelitian ini, hubungan antara variabel tidak dibicarakan
oleh peneliti karena dalam penelitian ini hanya ada satu variabel, yaitu
opini. Sehingga dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif
untuk menjelaskan opini remaja pendengar karaoke jowo “karjo” dalam
program musik Semangat Pagi di Gen Fm. Opini didefinisikan sebagai
suatu pernyataan atau sikap terhadap rangsangan (Stimulus) yang
diberikan, kemudian timbul respon dari komunikan dan setelah itu
mengalami proses yang dinamakan dengan opini. Sedangkan secara
operasional opini dapat dikategorisasikan menjadi 3 (tiga) bagian :
a. Positif : Adalah opini yang mendukung atau memberikan
pernyataan yang setuju terhadap acara karaoke jowo
“karjo” dalam program musik Semangat Pagi di Gen
Fm.
b. Netral : Adalah opini yang memberikan pernyataan kurang setuju
atau tidak berpendapat terhadap acara karaoke jowo
“karjo” dalam program musik Semangat Pagi di Gen
c. Negatif : Adalah opini yang bersifat tidak mendukung atau
memberikan pernyataan tidak setuju terhadap acara karaoke jowo “karjo”
dalam program musik Semangat Pagi di Gen Fm.
Dalam hal ini, stimulus (pesan) dari obyek penelitian adalah
acara karaoke jowo “karjo” dalam program musik Semangat Pagi di Gen
Fm. Komponen-komponen acara karaoke jowo “karjo” dalam program
musik Semangat Pagi di Gen Fm. yang menjadi polemik ditengah-tengah
masyarakat antara pro dan kontra terhadap acaranya, meliputi:
1. Acara yang tidak mendidik
2. Menyebarkan pengaruh negatif.
3. Melanggar batas-batas norma yang berlaku dalam masyarakat.
Pendekatan penelitian ini adalah kuantitatif, dengan menggunakan
metode survei dalam melakukan pengumpulan data dengan kuesioner
sebagai instrumen. Jenis survei dalam penelitian ini adalah deskriptif, yaitu
untuk menggambarkan (mendeskripsikan) populasi yang sedang diteliti.
Dalam survei, proses pengumpulan dan analisis data sosial bersifat sangat
terstruktur dan mendetail melalui kuesioner sebagai instrumen utama
untuk mendapatkan informasi dari sejumlah responden yang diasumsikan
3.2. Pengukuran Var iabel
Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan model Skala
Likert (Hasan, 2002 : 72) dijabarkan menjadi indikator variabel yang
kemudian dijadikan titik tolak penyusunan item-item instrument, bisa
berbentuk pernyataan atau pertanyaan yang kemudian harus di jawab oleh
responden. Pengukuran ini menggunakan 4 pilihan jawaban yaitu: sangat
setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS). Dalam
kategorisasi ini, alternatif jawaban “Ragu-ragu” (undecided) ditiadakan,
alasannya, menurut Hadi (1986 : 20) adalah sebagai berikut :
a. Kategori undecided memiliki arti ganda, bisa diartikan belum dapat
memberikan jawaban, netral dan ragu-ragu. Kategori jawaban yang
memiliki arti ganda instrument.
b. Tersedianya jawaban tengah menimbulkan multi interpretable ini tidak
diharapkan dalam kecenderungan menjawab ketengah (central
tendency effect), terutama bagi mereka yang ragu-ragu akan
kecenderungan jawabannya.
c. Disediakan jawaban di tengah akan menghilangkan banyaknya data
penelitian, sehingga mengurangi banyak informasi yang dapat dijaring
responden.
Pada tahap selanjutnya, 4 kategori jawaban diatas akan diberi skor
sesuai dengan jawaban yang harus dipilih oleh responden. Sedangkan
1. Sangat Setuju (SS) : skor 4
2. Setuju (S) : skor 3
3. Tidak Setuju (TS) : skor 2
4. Sangat Tidak Setuju (STS) : skor 1
Skoring dilakukan dengan cara menjumlahkan skor dari setiap item
dari setiap angket, sehingga diperoleh skor total dari setiap pertanyaannya
tersebut untuk masing-masing responden. Selanjutnya, tiap-tiap indikator
untuk opini diukur melalui pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada
kuesioner. Kemudian jawaban yang telah dipilih dari skor dan di total.
Total skor dari setiap kategori, dikategorisasikan kedalam 3 interval, yaitu
negatif, netral, dan positif. Penentuan interval dilakukan dengan
menggunakan range. Range masing-masing kategori ditentukan dengan :
R (r ange) = skor ter tinggi – skor ter endah
J enjang yang diinginkan
Keterangan :
Range : Berdasarkan dari setiap tingkatan
Skor tertinggi : Perkalian antara nilai tertinggi dengan jumlah item
pertanyaan
Skor terendah : Perkalian antara nilai terendah dengan jumlah nilai item
pertanyaan
3.3. Opini
Opini merupakan ekspresi tentang sikap (kecenderungan untuk
memberikan respon), terhadap suatu masalah atau situasi tertentu dan
dapat berupa pernyataan yang diucapkan atau tulisan sebagai jawaban
yang diucapkan atau diberi individu terhadap suatu rangsangan atau situasi
yang mengemukakan beberapa pernyataan yang dipermasalahkan
Opini itu sendiri tidak mempunyai tingkatan atau strata, namun
mempunyai arah yaitu seperti di bawah ini :
1. Positif, jika responden memberikan pernyataan tidak setuju.
2. Netral, jika responden memberikan pernyataan ragu-ragu.
3. Negatif, jika responden memberikan pernyataan setuju.
(Effendy, 1990 : 85).
3.4. Pr ogram Semangat Pagi Gen FM
Salah satu program Gen FM Surabaya yang menjadi kontroversi
adalah Program Karaoke Jowo “Karjo” sebuah acara / content siar yang
berupa menyanyikan lagu dengan menggunakan bahasa jawa khas
suroboyoan , yang membahasakan lagu-lagu Indonesia dalam bahasa
Jawa. Untuk mempermudah dalam penyampaian opini tentang program
semangat pagi, perlu melihat unsur-unsur yang meliputi :
1. Peserta Karjo
Adalah pemilihan peserta karaoke jowo
Adalah lagu yang sedang hits dan terkenal yang dibawakan oleh
artis tersebut.
3. Bahasa Jawa yang digunakan di Lagu Karjo
Adalah penggunaan bahasa jawa yang digunakan di lagu yang
dinyanyikan oleh artis
4. Waktu Pemutaran
Adalah waktu pemutaran Karaoke Jowo.
3.5. Masyar akat Sebagai Khalayak
Secara universal dan sederhana khalayak media dapat diartikan
sebagai sekumpulan orang yang menjadi pembaca, pendengar, penonton dan
masyarakat sebagai media massa atau komponen isinya. Dalam arti yang
lebih ditekankan, khalayak media ini memiliki beberapa karakteristik yaitu
memiliki jumlah yang besar, bersifat heterogen, menyebar dan anonym,
serta mempunyai kelemahan dalam ikatan organisasi sosial sehingga tidak
konsisten dan komposisinya dapat berubah dengan cepat (Mc.Quail, 1994 :
201).
Menurut Winarsa (2005 : 73-74) kontroversi lain dalam studi
mengenai khalayak berkaitan dengan apakah khalayak begitu pasif dan
dapat dengan mudah dipengaruhi secara langsung oleh media ataukah
relative aktif dalam menyusun kualitasnya sendiri. Tegangan ini berkaitan
denagn tingkat pengaruh media terhadap khalayak, dan berhubungan dengan
memasukkannya ke dalam konsepsi khalayak dalam konsepsi khalayak
yang pasif, meskipun tidak semua teori khalayak pasif dapat disebut sebagai
masyarakat massa. Demikian pula sebagian besar teori-teori komunikasi
yang memasukkannya dalam gagasan khalayak aktif, dan meskipun
sebagian besar teori khalayak aktif mengakui keabsahan gagasan komunitas,
teori-teori tersebut tidak semuanya secara langsung menjadikannya sebagai
pedoman.
Riset terhadap khalayak merupakan hal yang sangat perlu
dilakukan. Tujuannya agar pesan yang disampaikan dapat mengena pada
sasaran target sasaran yang kita tuju. Karena itu, riset-riset tentang khalayak
ini bukan hanya dilakukan oleh praktisi public relation saja, tetapi oleh
praktisi lain seperti jurnalistik, broadcasting, pemasar, dan sebagainya.
Dalam bidang pemasaran misalnya, studi tentang khalayak ini salah satunya
bertujuan untuk mengetahui perilaku konsumen guna menentukan
segmentasi pasar (market segmentation) (Kriyantono, 2006 : 330-331).
3.6. Populasi, Sampel dan Tek nik Penar ikan Sampel
3.6.1. Populasi
Populasi yang akan diteliti adalah Remaja Surabaya. Populasi yang
akan diteliti adalah seluruh remaja Surabaya yang memiliki kartu identitas
menetap sementara di kota surabaya yang menjadi pendengar program
musik karaoke jowo “karjo” di 103,1 Gen FM Surabaya dan yang berusia
3.6.2. Sampel dan Teknik Penar ikan Sampel
Metode pengambilan sampel yang digunakan nonpropobability
sampling dengan metode purposive sampling. Dimana nonpropobability
sampling yaitu teknik yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama
bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel
sedangkan sampling purposive yaitu teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2003:61) yaitu Remaja Surabaya.
Dalam penelitian ini untuk lebih akurat, peneliti menyebar
kuesioner ke 100 orang.
3.7. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data untuk penelitian ini, menurut cara
memperolehnya dilakukan dua pendekatan. Pertama dengan melakukan
pengumpulan data primer, kedua dengan pengumpulan data sekunder.
1. Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari responden.
Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan wawancara pada
responden berdasarkan kuesioner.
2. Data sekunder adalah data yang tidak dapat langsung diperoleh dari
lapangan. Data dikumpulkan melalui sumber-sumber informasi kedua
seperti perpustakaan, pusat pengolahan data, internet, dan lain
Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini, kemudian
dimasukkan ke dalam tabulasi data yang selanjutnya dimasukkan ke dalam
tabel frekuensi. Berdasarkan tabel frekuensi tersebut, data kemudian
dianalisis secara deskriptif, sehingga didapatkan suatu hasil penelitian
yang sesuai dengan tujuan analisis.
Dalam penelitian ini data yang akan diolah dengan tahap-tahap :
a. Editing atau Seleksi Angket, yaitu data yang digunakan untuk
mencapai hasil analisa yang baik. Data yang salah disisihkan atau
tidak dipergunakan sehingga data yang diperoleh adalah data valid.
b. Coding yaitu pemberian tanda atau kode agar mudah memberikan
jawaban.
c. Tabulating yaitu menggolongkan data dalam tabel, data-data yang
ada dapat dihubungkan dengan pengurangan terhadap
variabel-variabel yang ada. (Rakhmat, 2002 :134)
Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
F
P = × 100 % N
Keterangan :
P = presentase responden
F = frekuensi responden
Dengan rumus tersebut, maka akan diperoleh prosentase yang
diinginkan dalam kategori tertentu. Hasil perhitungan selanjutnya akan
disajikan dalam tabel agar mudah dibaca dan diinterpresentasikan.
OPINI REMAJ A SURABAYA PENDENGAR KARAOKE
J OWO “KARJ O” DALAM PROGRAM MUSIK
SEMANGAT PAGI DI 103.1 GEN FM
SURABAYA
SKRIPSI
Diajukan oleh :
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
BPS, 2008, Surabaya Dalam Angka 2009, Surabaya
Effendy, Onong uchjana, 1993, Ilmu Komunikasi Teor i dan Pr aktek, Bandung
: Remadja karya
____________________, 2000, Ilmu Teor i dan Filsafat Komunikasi, Bandung
: PT. Citra Aditya Bakti
___________________, 2003, Ilmu Komunikasi Teor i dan Pr aktek, Bandung :
PT .Remaja Rosdakarya
Gerungan, 2000, Psikologi Sosial, Bandung : PT. Refika Adi Tama
Hadi, Sutrisno, 1981, Metodologi Research : PenulisanPaper , Skr ipsi, Thesis,
dan Diserta si, Yogjakarta : Yayasan Penerbit Psikologi UKM
Kuswandi, Wawan, 1996, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi,
Jakarta : Erlangga
Mappiare, Andi, 1982, Psikologi Remaja, Usaha Nasional, Surabaya
MC. Quail, Dennis, 1993, Teor i Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Jakarta :
Erlangga
_______________, 1994, Teor i Komunikasi Massa Suatu Pengantar , Jakarta :
Erlangga
Mulyana, Deddy, 1997, Bercinta dengan televisi, Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya
Nadia, Zunlly, 2005. War ia Laknat atau Kodrat, Yogyakarta : Galang Press
Purwanto, N, M, 1988, Psikologi Pendidikan, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Rakhmad Jalaludin, 1996, Jallaludin, Psikologi Komunikasi, Bandung : Remaja
Rakhmad, Jalaludin, 1997, Metode Penelitian Komunikasi, Jakarta : Lembaga
Penelitian, Pendidikan, Penerangan Ekonomi Dan Sosial (LP3ES)
_________________, 1998, Psikologi Komunikasi, Bandung : Remaja
Rosdakarya
Rakhmad, Jalaludin, 1999, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya
_________________, 2002, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya
Sastro, Darmanto, S, 1992, Televisi Sebagai Media Hiburan Atau Pendidikan :
Duta Wacana University Pers
Singarimbun, Masri, 1987, Metode Penilaian Sur vai, Jakarta : Pusat LP3ES
Indonesia
Non Buku :
www.suaramerdeka.com
www.trans7.co.id
4.1. Gambar an Umum Obyek Penelitian dan Penyajian Data
GEN FM resmi terbentuk sesuai frekuensinya yaitu tanggal 9 bulan
8 (Agustus) tahun 2007. Dibentuk oleh Perusahaan Mahaka Media dengan
membeli frekuensi 98,7 FM. Pada awalnya radio ini mengudara belum
menggunakan nama, dan hanya memutarkan lagu-lagu saja. Setelah
melakukan riset ke pendengar tentang radio seperti apa yang mereka
inginkan yaitu maka tercetuslah nama GEN FM yang merupakan
kependekan dari GENERASI.
Dengan tagline 'Suara Musik Terkini', 98,7 GEN FM akan
menyajikan mayoritas lagu-lagu karya musik anak negeri terkini dengan
gaya khas anak muda usia 18-34 tahun. Sesuai dengan target
pendengarnya, musik yang disajikan merupakan musik hits yang up beat
dan easy listening.
Adrian Syarkawi, President Director 98,7 GEN FM cukup optimis
dengan munculnya 98,7 FM yang menggunakan format Contemporary
Hits Radio, dan berpegang pada format driven. Dengan format seperti ini,
diharapkan dapat memberi warna baru pada dunia radio dan dapat diterima
Berdasarkan hasil riset yang dilakukan kepada para pendengar,
maka GEN FM membentuk image dan segmentasi sesuai yang diinginkan
para pendengarnya. Yaitu sebagai radio anak muda dengan sekmen usia
antara 18-35 tahun namun meluas hingga anak-anak dan dewasa.
Lagu-lagu yang naik atau yang diputar pun bukan sembarangan Lagu-lagu melainkan
lagu-lahu hits yang dipilih pendengar berdasarkan riset yang dilakukan,
hanya lagu yang dipilih diatas 50% yang bisa naik. Sekitar 70% lagu hits
Indonesia dan 30% lagu hits Western.
GEN dan M radio adalah radio anak muda yang ditujukan untuk
pendengar pasif karena hampir 90% musik lokal dan 10% musik
mancanegara. Diantara kelima radio tersebut diatas, belum ada radio yang
secara khusus membidik sasaran pendengar kelompok usia 18-34+ tahun
(antara 18-34 tahun 6 keatas), dengan konsentrasi pendidikan pada tingkat
mahasiswa, laki-laki dan perempuan, kelas status ekonomi sosial (SES)
yaitu B dan C, yang cinta musik Indonesia, berwawasan internasional,
berpikiran merdeka, aktif, dinamis, percaya diri, rendah hati, bertoleransi
tinggi, mandiri, aktif bersosialisasi serta lebih ditujukan kepada pendengar
pasif. Dan point yang berbeda adalah memiliki konten isi informasi dan
musik-musiknya lokal yaitu musik Indonesia terbaik walaupun tergolong