• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas permit to work di job pertamina– Petrochina east java (job p-pej) Tuban rita

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas permit to work di job pertamina– Petrochina east java (job p-pej) Tuban rita"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

LAPORAN TUGAS AKHIR

EFEKTIVITAS PERMIT TO WORK DI JOB PERTAMINA

PETROCHINA EAST JAVA

(JOB P-PEJ) TUBAN

Rita Suryani R.0009082

PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

(3)
(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PERMIT TO WORK DI JOINT OPERATING BODY PERTAMINA – PETROCHINA EAST JAVA TUBAN

Rita Suryani*,Yeremia Rante Ada’*, Seviana Rinawati*

Tujuan : Permit To Work (PTW) merupakan dokumen tertulis sebagai persyaratan

untuk melakukan tugas berbahaya dengan memperhatikan bahaya potensial yang ada serta langkah pencegahan yang harus dilakukan. Sistem izin kerja diberlakukan untuk mengendalikan operasi pekerjaan sehingga benar-benar sesuai dengan prosedur dan persyaratan agar terjamin kesehatan dan keselamatan tenaga kerja maupun aset perusahaan. Tujuan penelitan ini adalah untuk mengetahui Efektivitas Permit To Work di JOB Pertamina-Petrochina East Java.

Metode : Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif yaitu

dengan memberikan gambaran sejelas-jelsnya mengenai obyek penelitian. Data diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan buku-buku referensi tentang Permit To Work (PTW) kemudian dibandingkan dengan Peraturan Menteri tenaga Kerja No.

05/MEN/1996 “Sistem Manajemen K3” pada lampiran II bagian 6 tentang “Keamanan Bekerja Berdasarkan Sistem Manajemen K3”.

Hasil : Efektivitas Permit To Work (PTW) di JOB Pertamina-Petrochina East Java

dengan dikeluarkannya Prosedur Keselamatan Kerja tentang Permit To Work (PTW). Keefektivitasan Permit To Work (PTW) dapat dilihat dari tiga aspek seperti sosialisasi tentang Permit To Work (PTW) baru pada tenaga kerja, perbedaan penerapan PTW lama ke PTW baru dan manfaat PTW baru yang dirasakan oleh tenaga kerja.

Simpulan : Efektivitas Permit To Work (PTW) di JOB Pertamina-Petrochina East

Java sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen K3 pada lampiran II bagian 6. Dengan menerapkan Permit To Work (PTW), JOB Pertamina-Petrochina East dapat mencegah dan meminimalkan kecelakaan kerja yang mungkin terjadi di tempat kerja.

Kata kunci : Permit To Work (PTW).

*

(5)

commit to user KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan rahmatnya yang telah melimpahkan petunjuk, kemudahan dan perlindungan-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini tepat pada waktunya.

Penelitian ini dilaksanakan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dari pendidikan yang penulis tempuh yaitu jurusan Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran UNS dan juga untuk menambah ilmu dan pengalaman kerja yang berhubungan dengan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup. Sesuai pendidikan yang penulisan tempuh maka penulis mengambil judul

EFEKTIVITAS PERMIT TO WORK DI JOB PERTAMINA

PETROCHINA EAST JAVA, TUBAN “.

Penulis juga menyadari bahwa penelitian ini tidak akan berhasil tanpa dukungan dan bantuan dari semua pihak sehingga laporan ini dapat selesai pada waktunya. Tidak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Zainal arifin Adnan dr., SPD-KR-FINASIM selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Putu Suriyasa, dr, MS, PKK, Sp.Ok selaku Ketua Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Sebelas Maret.

3. Bapak Sumardiyono, SKM., M.Kes selaku Ketua Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Sebelas Maret.

4. Ibu Yeremia Rante Ada’,S.Sos.,M.Kes selaku pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan ini.

5. Ibu Seviana Rinawati,S.KM selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan ini.

6. Ibu Cr. Siti Utari, Dra., M.Kes selaku penguji dalam laporan ini.

7. Ibu Yulia Retno S, selaku Safety Inspector sekaligus pembimbing di JOB P-PEJ JOB Pertamina-Petrochina East Java yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

8. Bapak Rakhmad Adi S selaku HSE Departement yang telah membantu penulis dalam pengumpulan data.

9. Bapak Faeshon, Bapak Kastono, Bapak Budiono dari JOB Pertamina-Petrochina East Java yang telah banyak membantu penulis dan teman – teman semua yang ada di Pad A dan Pad B.

10.Tenaga Kerja di bagian Staf JOB Pertamina-Petrochina East Java atas segala ilmu dan pengalamannya yang luar biasa di bidang manajemen K3LH.

(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua kebaikan dan pertolongannya selama penyelesaian laporan ini, amien.

Akhir kata penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya mahasiswa D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

Tuban, 30 Maret 2012

Penulis,

(7)

commit to user DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

BAB III. METODE PENELITIAN... 12

A. Metode Penelitian... 12

B. Lokasi Penelitian ... 12

C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian ... 12

(8)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar.1 : Kerangka Pemikiran ... 11

(9)

commit to user DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Formulir Hot Work – Spark Potential PTW

Lampiran 2. Cold Work Permit

Lampiran 3. Jenis PTW

Lampiran 4. L2RA Worksheet

(10)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Salah satu aspek dalam keselamatan kerja yang harus diperhatikan

adalah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Suatu kejadian atau

peristiwa kecelakaan tentu ada sebabnya. Cara penggolongan sebab-sebab

kecelakaan diberbagai negara tidak sama. Namun ada kesamaan umum , yaitu

bahwa kecelakaan disebabkan oleh dua golongan penyebab yaitu : 1) tindak

perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe human act); 2)

keadaan-keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafe condition). Kecelakaan

kerja yang terjadi disuatu perusahaan akan dapat menimbulkan kerugian: 1)

kerusakan; 2) kekacauan organisasi; 3) keluhan dan kesedihan; 4) kelainan

dan cacat; 5) kematian (Suma’mur, 2009).

Ada bagian-bagian tempat kerja yang mempunyai risiko kecelakaan

lebih besar seperti tempat kerja yang mengolah bahan kimia yang mudah

terbakar, tempat kerja yang mengandung bahan beracun dan berbahaya dan

tempat kerja tertutup. Untuk tempat kerja lainnya, dengan menerapkan

prosedur kerja khusus. Komunikasi penting untuk keselamatan dan kesehatan

tenaga kerja.

Komunikasi lisan memiliki berbagai kelemahan seperti salah dengar,

salah interpretasi, lupa. Ditinjau dari sudut keselamatan kerja keadaan ini

dapat menimbulkan keadaan bahaya. Oleh karena itu dalam keadaan yang

(11)

commit to user

dihilangkan dengan adanya komunikasi secara tertulis, dalam bentuk izin

kerja(work permit).

Adakalanya suatu pekerjaan dibawah pengawasan beberapa bagian

yang masing-masing mempunyai tanggung jawab terpisah. Dalam keadaan

demikian diperlukan sistem izin kerja dalam melaksanakan pekerjaan tertentu,

sehingga pekerjaan yang dilakukan diketahui oleh semua bagian yang

bertanggung jawab dan semua persyaratan keselamatan dalam pelaksanaan

pekerjaan dapat dipenuhi. Sistem izin kerja diperlukan pula pada pekerjaan

perbaikan dan pemeliharaan mesin, pekerjaan penggalian, bekerja dalam tanki

tertutup, pekerjaan yang dapat menimbulkan api didaerah bahan yang mudah

terbakar atau meledak, bekerja dilingkungan alat berat, dan pekerjaan yang

melewati waktu lebih dari stu giliran (shift) kerja.

JOB Pertamina-Petrochina East Java merupakan perusahaan minyak

dimana dalam kegiatan produksi terdapat pekerjaan-pekerjaan yang dapat

menimbulkan kecelakaan kerja seperti pekerjaan menggunakan api

(pemotongan, pengelasan, penggerindaan), bekerja di ketinggian, memasuki

bejana sehingga diperlukan izin kerja.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dilakukan

pengamatan tentang “Efektivitas Permit to Work di JOB Pertamina-Petrochina

(12)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan di atas, maka

dirumuskan masalah sebagai berikut : Bagaimana Efektivitas Permit To Work

(PTW) di JOB Pertamina-Petrochina East Java?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan pelaksanaan magang yang dilakukan penulis di JOB

Pertamina-Petrochina adalah :

1. Untuk menganalisis keefektivitasan Permit To Work di JOB

Pertamina-Petrochina East Java

2. Untuk mendapatkan deskripsi tentang prosedur dan proses dalam

pembuatan Permit To Work yang dibuat di JOB Pertamina-Petrochina East

Java

D. Manfaat Penelitian

Dengan diadakannya kegiatan magang ini diharapkan dapat memberi

manfaat untuk :

1. Bagi Mahasiswa

a. Dapat mengetahui dan menerapkan identifikasi bahaya, penilaian

risiko dan pengendalian bahaya di tempat kerja.

b. Dapat mengetahui dan menerapkan pengelolaan hiperkes di tempat

(13)

commit to user

2. Mendaptakan informasi tentang pelaksanaan sistem izin kerja di JOB

Pertamina-Petrochina East Java.

3. Bagi Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja

a. Menambah kepustakaan untuk pengembangan ilmu khususnya tentang

K3.

b. Peningkatan kualitas pembekalan pengetahuan di bangku perkuliahan

tentang sistem izin kerja.

c. Sebagai referensi untuk menunjang perkuliahan.

4. Bagi Perusahaan

a. Memperoleh masukan yang berhubungan dengan aspek K3.

b. Mendapatkan informasi baru tentang penerapan PTW baru yang

(14)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna

menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan

sendiri maupun untuk masyarakat (Himpunan Peraturan

Perundang-Undangan, 2007).

2. Tempat kerja adalah setiap lokasi fisik dimana kegiatan berkaitan dengan

kerja dilakukan dibawah pengawasan organisasi (Soehatman, 2009).

3. Bahaya

a. Pengertian Bahaya

Bahaya adalah keadaan atau situasi yang potensial dapat

menyebabkan kerugian seperti luka, sakit, kerusakan harta benda,

kerusakan lingkungan kerja, atau kombinasi seluruhnya (Soehatman,

2009).

b. Sumber Bahaya

Umumnya disemua tempat kerja selalu terdapat sumber bahaya yang

dapat mengancam keselamatan maupun kesehatan tenaga kerja.

4. Identifikasi bahaya adalah proses pengenalan adanya suatu bahaya dan

menentukan karakteristiknya (Soehatman, 2009).

5. Sistem Izin Kerja

Ada bagian-bagian tempat kerja yang mempunyai risiko kecelakaan

(15)

commit to user

meledak dan terbakar, tempat kerja yang mengandung bahan beracun dan

berbahaya dan tempet kerja tertutup. Untuk tempat kerja seperti ini perlu

tindakan preventif yang lebih ketat dari tempat kerja lainnya dengan

menerapkan prosedur kerja khusus (Syukri, 1997).

a. Definisi sistem izin kerja

Menurut Syukri (1997), sistem izin kerja pada prinsipnya adalah

suatu dokumen tertulis sebagai persyaratan untuk melaksanakan

pekerjaan berbahaya dengan memperhatikan bahaya potensial yang

ada serta langkah pencegahan yang harus dilakukan.

b. Tujuan sistem izin kerja

Menurut Syukri (1997) tujuan pemberlakuan sistem izin kerja adalah :

1) Supaya pengawas benar-benar mengetahui bahwa pekerjaan

tertentu akan dilaksanakan didalam lokasi yang menjadi tanggung

jawabnya, meliputi tipe pekerjaan dan jumlah tenaga kerja yang

dipekerjakan serta peralatan yang digunakan, sehingga bisa

dilakukan langkah-langkah pencegahan yang perlu dan apabila

timbul keadaan darurat, bisa segera mengambil langkah cepat

untuk mengatasi keadaan.

2) Agar setiap tenaga kerja yang ditugaskan melakukan pekerjaan

berbahaya benar-benar mengetahui risiko bahayanya, dan telah

mengetahui prosedur kerja aman yang harus dilakukan dalam

(16)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

diri yang sesuai, dan semua peralatan yang digunakan

benar-benar aman dan sesuai dengan tipe pekerjaan.

3) Melalui sistem izin kerja diidentifikasi dan dikendalikan

bahaya-bahaya yang mengancam jiwa manusia dan aset perusahaan,

melalui serangkaian pengecekan terhadap lokasi, bahan, proses,

instalasi serta lingkungan kerja dan menentukan kualifikasi orang

yang akan melakukan pekerjaan.

Sistem izin kerja dengan demikian adalah untuk mengendalikan

operasi sehingga benar-benar sesuai dengan prosedur dan

persyaratn agar terjamin keselamatan dan kesehatan tenaga kerja

dan aset perusahaan. Sistem ini juga untuk menghindari

terjadinya kesalahan komunikasi lisan, setiap instriksi dan

persyaratn tenaga kerja dituliskan dalam formulir izin kerja.

Pengawasan dan pengendalian tenaga kerja juga menjadi lebih

mudah sehingga meningkatkan keamanan.

Menurut John (2006) sistem izin kerja yaitu operasi pekerjaan

tertentu memiliki risiko yang lebih tinggi dan membutuhkan kendali yang

ketat. Dalam kondisi seperti ini, kita perlu mengimplementasikan sistem

izin kerja atau permit to work. Prosedur surat izin kerja merupakan sistem

otoritas (pemberian hak) tertulis yang secara formal digunakan untuk

mengendalikan jenis-jenis pekerjaan tertentu yang memiliki potensi

(17)

commit to user

2. Setiap bagian harus ditandatangani oleh orang yang berwenang yang

menerima respon untuk memastikan bahwa pekerjaan dapat dilakukan secara aman.

3. Tidak ada pekerjaan yang tercakup dalam izin ini dapat dilakukan sampai izin

tertulis bahwa aman untuk melakukannya telah diterbitkan.

4. Peralatan yang tercakup dalam izin ini tidak dapat dikembalikan keproduksi

sampai bagian pembatalan (bagian 5) telah menandatangani izin yang dikeluarkan.

Bagian I Deskripsi (a) peralatan (b) lokasi

(c) detail dari pekerjaan yang diperlukan Bagian II Pengukuran Keselamatan

(a) Dengan ini saya menyatakan bahwa tahap berikut telah diambil untuk

memberikan peralatan diatas yang aman untuk bekerja pada : ………

(b) lebih lanjut, saya merekomendasikan bahwa pekerjaan dilakukan tindakan

pencegahan : ……….. Bagian III Penerimaan

Dengan ini saya menyatakan menerima tanggungjawab untuk melaksanakan pekerjaan pada peralatan dijelaskan dalam izin ini untuk bekerja dan akan memastikan akan memastikan bahwa operator di bawah perubahan saya hanya melakukan pekerjaan rinci

Bagian IV Izin

Dengan ini saya menyatakan bahwa izin ini dikeluarkan sekarang ditangguhkan dan bahwa semua mereka yang di bawah biaya saya telah ditarik dan memperingatkan bahwa tidak lagi aman untuk bekerja pada peralatan dan bahwa semua alat, perlengkapan jelas.

Bagian V Pembatalan

Dengan ini izin kerja dibatalkan

Gambar 1 : Contoh Surat Izin Kerja Sumber : John Ridley, 2006

Izin kerja harus dalam bentuk tertulis dan tiap-tiap bagian disahkan

oleh orang yang bertanggungjawab. Bagian penting dari izin kerja ini

(18)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

1. Penjelasan pekerjaan yang akan dilakukan dan tindakan pencegahan

yang harus diimplementasikan sebelum pekerjaan boleh dimulai.

2. Konfirmasi yang menyatakan bahwa tindakan pencegahan sudah

diambil dan pekerjaan aman untuk dimulai

3. Pernyataan bahwa pekerjaan sudah selesai dan peralatan sudah aman

untuk berproduksi kembali.

Dalam melaksanakan prosedur ini hal-hal penting yang perlu diperhatikan

adalah :

1. Ada kejelasan tentang siapa :

a. Yang dapat memberi wewenang disetiap bagian

b. Yang bertanggung jawab untuk menentukan tindakan pencegahan

yang diperlukan

2. Pelatihan yang sesuai dengan instruksi yang memadai sudah diberikan

pada :

a. Pekerjaan yang akan dilakukan

b. Prosedur yang harus dipatuhi sehubungan dengan diterbitkan dan

digunakannya izin kerja tersebut

3. Pekerjaan harus dipantau untuk memastikan prosedur dan metode yang

telah ditetapkan sudah dipatuhi.

Sasaran prosedur tersebut adalah untuk :

1. Meminimalkan risiko cedera atau gangguan kesehatan terhadap tenaga

(19)

commit to user

2. Memastikan otoritas yang sesuai untuk prosedur-prosedur dan

pekerjaan tersebut

3. Menjelaskan kepada tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan yang

diugaskan tersebut : identitas, sifat dan lingkup pekerjaan secara pasti,

bahaya yang dihadapi dan tindakan pencegahan yang diambil, setiap

batasan cakupan pekerjaan atau tambahan waktu yang diperbolehkan.

4. Memastikan bahwa orang yang bertanggung jawab di pabrik atau area

telah menyadari semua pekerjaan yang harus dilakukan.

5. Menyediakan catatan tentang sifat pekerjaan, tindakan pencegahan yang

diambil, dan orang-orang yang terlibat didalamnya.

6. Menyediakan prosedur serah terima (hand back) formal untuk

memastikan bahwa bagian di pabrik yang dipengaruhi oleh pekerjaan

(20)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

B. Kerangka Pemikiran

PERUSAHAAN

IDENTIFIKASI BAHAYA

TENAGA KERJA TEMPAT KERJA

BAHAYA

PERMIT TO WORK

PROSEDUR IZIN KERJA

AMAN

(21)

commit to user BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

yaitu penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa,

kejadian yang terjadi saat sekarang. Penelitian deskriptif memusatkan

perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat

penelitian berlangsung (Surya Dharma, 2008).

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah di Joint Operating Body Pertamina – Petrochina

East Java yang terletak di wilayah Tuban, Jawa Timur.

C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian

Adapun sebagai obyek dari penulisan laporan ini sistem izin kerja di

JOB Pertamina-Petrochina East Java

D. Sumber Data

Data yang diperoleh, dikumpulkan dan dirangkum dalam laporan

pengamatan ini berasal dari sumber sebagai berikut :

1. Data Primer

Data primer didapat dari hasil observasi di tempat kerja dan wawancara

(22)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

2. Data Sekunder

Data sekunder didapat dari data-data yang ada di Departemen Health

Safety and Environment (HSE), buku literatur dan dokumen-dokumen.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai

berikut :

1. Observasi Lapangan

Obyek yang diobservasi adalah lokasi sumber bahaya, aktivitas yang

terdapat risiko K3 dan pengendalian yang telah dilakukan.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan tanya jawab dengan pembimbing lapangan maupun

dengan orang-orang yang berkompeten dibidang K3.

3. Studi Pustaka

Studi pustaka yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari

dokumen-dokumen perusahaan, buku-buku kepustakaan, laporan- laporan

penelitian yang sudah ada serta sumber lain yang berhubungan dengan

Permit To work.

F. Pelaksanaan

1. Persiapan

Pada tahap ini dilakukan :

(23)

commit to user

b. Membaca dan mempelajari kepustakaan yang berhubungan dengan

keselamatan dan kesehatan kerja serta higiene perusahaan.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan meliputi :

a. Penjelasan umum tentang perusahaan tempat diadakannya kegiatan

magang

b. Observasi secara umum terhadap perusahaan.

c. Pengamatan langsung terhadap kondisi lingkungan diperusahaan.

d. Pencarian data pelengkap melalui arsip-arsip perusahaan dan

buku-buku referensi.

3. Tahap Pengolahan Data

Data yang diperoleh disusun sedemikian rupa sehingga dapat digunakan

untuk penulisan laporan.

G. Analisis Data

Data yang sudah diperoleh kemudian dilakukan penyusunan data agar

dapat ditafsirkan untuk selanjutnya ditarik kesimpulan dengan cara

membandingkan dengan peraturan perundangan. Peraturan Perundangan yang

dimaksud adalah Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1996 “Sistem

Manajemen K3” pada Lampiran II bagian 6 tentang “Keamanan Bekerja

(24)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Dalam kegiatan industri JOB Pertamina-Petrochina memberlakukan sistem

izin kerja untuk mengambil langkah kerja yang sesuai dengan standar

keselamatan dan kesehatan kerja. Permit To Work (PTW) memungkinkan

terlaksananya pekerjaan yang aman dan terbebas dari potensi bahaya

akibat sifat pekerjaan tersebut.

Adapun tujuan diberlakukannya permit to work di JOB

Pertamina-Petrochina yaitu :

a. Untuk memberikan pedoman dalam pengendalian pekerjaan pada

tahap persiapan, pelaksanaan dan penyelesain.

b. Sebagai sarana komunikasi antara personil yang terlibat dalam PTW

khususnya Area Authority (pemilik area) dengan Performing

Authority (pelaksana pekerjaan)

c. Memastikan bahwa kondisi bahaya di lokasi kerja telah terkontrol

sehingga dapat memenuhi keselamatan kerja dalam melaksanakan

pekerjaan.

JOB Pertamina-Petrochina mempunyai komitmen yang tinggi untuk

menciptakan dunia kerja yang aman dan sehat melalui keselamatan dan

kesehatan kerja, untuk mewujudkan komitmen tersebut JOB

(25)

commit to user

kerja pada tenaga kerja yang dapat mengakibatkan cedera atau

kelainan-kelainan akibat pekerjaannya.

2. Personel yang berwenang

a. PA (Performing Authority)

Dalam hal ini seorang PA adalah personil yang memimpin atau

mengkoordinasi pelaksanaan pekerjaan, seperti Foreman atau Leader

Maint (Contractor)

Personil yang berwenang sebagai pemimpin ini haruslah dapat

mengadakan koordinasi dengan tenaga kerja lain selama pekerjaan

berlangsung. Dalam pengisian PTW, PA harus tahu potensi bahaya

apa saja yang terjadi sehingga sudah disiapkan alat pelindung diri.

b. AA (Area Authority)

Seorang AA haruslah personel yang mempunyai area dimana

pekerjaan akan dilakukan, dalam hal ini seorang AA adalah

Supervisor Produksi.

Sebelum melakukan pekerjaan AA harus menginspeksi tempat

kerja dan menandatangani PTW. Jika AA memutusan bahwa tempat

kerja tersebut aman maka PA bisa memulai atau melanjutkan

pekerjaan, maka AA memastikan agar tindakan pencegahan dan

prosedur yang tercantum dalam PTW sudah disediakan.

c. SC (Site Controller)

Dalam hai ini Superintendent Produksi yang mempunyai

(26)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

d. PTWC (Permit To Work Controller)

PTWC adalah personil yang bertugas meregistrasi permit yang

diterbitkan. Sebelum melakukan pekerjaan, satu hari sebelumnya PA

melakukan meeting safety permit untuk menentukan jenis pekerjaan

yang akan dilakukan, setelah permit jadi kemudian besok paginya

permit di registrasikan pada PTWC. Dalam hal ini PTWC JOB

Pertamina-Petrochina adalah section Fire, jadi jika pekerjaan akan

dimulai permit harus sudah jadi.

e. AGT (Authorize Gas Tester)

AGT adalah personel yang bertugas melakukan pengukuran gas

ditempat kerja sesuai persyaratan dalam PTW. Sebagai orang yang

berwenang mengidentifikasi gas berbahaya dimana tenaga kerja

melakukan pekerjaaannya harus mampu mengenali potensi bahaya

yang ada ditempat tersebut. Seorang pengetes gas haruslah orang yang

mempunyai kompetensi tentang gas-gas yang berbahaya seperti gas

H2S bagi tenaga kerja.

JOB Pertamina-Petrochina pengetes gas yang berwenang adalah

section H2S, pengetes gas tersebut bekerja selama 24 jam dan selalu

waspada akan bahaya gas H2S jika sewaktu-waktu terjadi kebocoran,

peledakan dan kebakaran.

3. Prosedur Permit To Work

Prosedur dalam pembuatan PTW harus melalui tahap-tahap sebagai

(27)

commit to user

a. Mengidentifikasi & mengklasifikasi pekerjaan yang akan dilakukan :

1) Non PTW : jika pekerjaan dilakukan di areanya sendiri dan tidak

berhubungan dengan departemen lain (PA & AA sama).

2) PTW : jika pekerjaan dilakukan di luar areanya dan

berhubungan dengan departemen/orang lain (PA &AA tidak

sama).

Dalam hal ini PA dan AA harus mengisi formulir PTW sendiri

untuk menentukan jenis pekerjaan apa yang akan dilakukan.

b. Melakukan pre-job meeting untuk menjelaskan pekerjaan yang akan

dilakukan, metode kerja, bahaya dan tindakan pengendaliannya

kepada personel yang akan melakukan pekerjaan. Serta menggunakan

SOP dan JSA yang resmi dan disetujui dalam bekerja.

c. Segi tenaga kerja

1) Mengajukan PTW yang sesuai (Lampiran 4)

2) Melampirkan dokumen pendukung yang sesuai, misalnya:

a) Level 2 Risk Asessment (L2RA)

b) Sertifikat Isolasi Energi

c) Sertifikat Penggalian

d) Surat Ijin Masuk Ruang Terbatas

e) Lay out Plant

d. Segi pemilik area

1) Memeriksa dan menyetujui PTW yang diajukan PA

(28)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

a) Kontinyu : Gas detektor dibawa oleh pekerja

b) Periodik : Pengukuran dilakukan setiap pekerjaan akan

dimulai.

3) Berdiskusi dengan PA tentang rencana kerja dan tindakan

pengendalian pekerjaan.

a) Jika sudah sesuai, menandatangani PTW.

b) Jika belum sesuai, kembali ke langkah c.1.

e. Segi HSE Superintendent

1) Memeriksa semua PTW bersama AA dan PA dalam permit meeting

di sore hari.

2) Mengotorisasi/mengesahkan PTW :

a) Jika tidak setuju dikembalikan ke langkah c.1 .

b) Jika setuju, diserahkan ke PTWC untuk diregister (langkah

f.1.)

f. Segi controller

Meregister PTW & L2RA yang masuk.

1) Jika perlu pengetesan gas, maka ke langkah g.1

2) Jika tidak perlu. lanssuns ke langkah h.1

g. Authorized Gas Test (AGT)

Melakukan pengukuran gas di lokasi kerja sebelum pekerjaan

(29)

commit to user

h. Dari segi tanaga kerja dan crew tenaga kerja

1) Melakukan toolbox meeting untuk menjelaskan pekerjaan yang

akan dilakukan, prosedur kerja, bahaya dan tindakan pengendalian

kepada personel yang akan melakukan pekerjaan.

2) Melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur dan melaksanakan

rekomendasi TRA.

a) Jika pekerjaan sudah selesai atau masa berlaku habis, maka

PTW ditutup.

b) Jika pekerjaan belum selesai, maka PTW dikembalikan dan

dibuka kembali.

i. Dari segi tenaga kerja, pemilik area dan HSE Superintendent

1) Pengesahan permit yang masih berlanjut.

2) Kembali ke langkah f.1

j. Dari segi tenaga kerja

1) Membersihkan tempat kerja

2) Menutup PTW

3) Mengembalikan PTW ke AA dan PTWC

4. Proses Permit To Work

Sebelum memulai pekerjaan seorang tenaga kerja yang akan

melakukan pekerjaan haruslah terlebih dahulu mengajukan proses

permohonan untuk memperoleh izin melakukan pekerjaannya.

Departemen Occupational Health and Safety (OHS) yang berhak

(30)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Proses perizinan tersebut sebagai berikut :

a. Permintaan permit

Permintaan permit dilakukan di departemen OHS, setelah

permintaan permit selanjutnya PA mengidentifikasi pekerjaan.

Deskripsi pekerjaan diisi selengkap-lengkapnya mulai dari tanggal

dilakukannya pekerjaan, lokasi pekerjaan supaya pekerjaan tersebut

dapat diidentifikasi bahayanya dan pengendaliannya. Kemudian

permintaan permit kembali untuk mendapatkan control atau

persetujuan dari AA.

b. Review dan Persetujuan

Sebelum melakukan pekerjaan permit di review terlebih dahulu

dengan melakukan kunjungan lapangan dengan mengidentifikasi

bahaya dan identifikasi risiko apa saja yang ada dan pengendaliannya

disebutkan setelah itu permit dibuat. Untuk bahaya-bahaya lain yang

mempunyai risiko tinggi diperlukan L2RA.

c. Pengesahan Permit

Jika identifikasi risiko dan pengendaliannya sesuai maka bisa

dilakukan pengesahan permit tapi jika tidak sesuai maka permit tidak

bisa dilanjutkan dan harus dilakukan identifikasi lagi. Permit yang

telah disahkan, pekerjaan bisa langsung dijadwalkan. Dalam hal ini

(31)

commit to user

d. Persiapan Equipment/Alat

Setelah pekerjaan selesai dijadwalkan maka langkah

selanjutnya adalah mempersiapkan peralatan untuk pekerjaan tersebut.

e. Permit Terbit

Sebelum permit terbit terlebih dahulu dilakukan kunjungan

lapangan untuk memastikan HIRA sudah ada pengendaliannya

kemudian dilakukan verifikasi lokasi dan verifkasi pengendalian

barulah permit terbit. Setelah permit siap, AA memastikan bahwa PA

mengerti tahap-tahap sebelumnya dimulai dari identifikasi pekerjaan,

permintaan permit, identifikasi bahaya, identifikasi risiko,

pengendalian dan peralatan.

f. Pelaksanaan Pekerjaan

Sebelum pekerjaan dimulai dilakukan pre-job safety meeting

untuk mengkomunikasikan persyaratan keanggotaan team.

Kemudian minta paraf pada anggota tim. Setelah semua clear

pekerjaan bisa dilakukan. Area Authority memonitor kondisi dan

pengendalian.

g. Pekerjaan Selesai

Jika pekerjaan telah selesai dilakukan kunjungan lapangan

kembali untuk memastikan dengan berakhirnya pekerjaan tempat

kerja ditinggalkan dalam kondisi aman barulah penutupan permit.

(32)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

5. Pembagian kuesioner pada tenaga kerja

Untuk mendapatkan data tentang keefektivitasan PTW di JOB

Pertamina-Petrochina, maka dilakukanlah pembagian kuesioner kepada 22

tenaga kerja namun dari 22 kuesioner yang dibagikan hanya 18 kuesioner

yang terkumpul dengan alasan tenaga kerja lupa menempatkan kuisioner

yang dibawanya. Pembagian kuesioner dilakukan sore hari saat meeting

PTW sehingga hasil yang diperoleh sesuai dengan yang dialami

masing-masing responden. Kuesioner tersebut berisi 15 pertanyaan dengan rincian

sebagai berikut :

a. Apakah sudah dilakukan sosialisasi?

b. Adakah perbedaan penerapan PTW lama ke PTW baru?

c. Apakah PTW baru memperlancar pekerjaan?

d. Adakah dampak yang dihasilkan dari perubahan kerja?

e. Apakah wawasan tentang K3 lebih banyak?

f. Apakah mudah menentukan jenis permit yang akan digunakan?

g. Apakah lebih percaya diri?

h. Apakah penetapan waktu dan tempat meeting menimbulkan kendala?

i. Apakah pekerjaan lebih terencana dengan baik?

j. Adakah prosedur sebelum bekerja?

k. Apakah pengajuan permit langsung mendapat persetujuan?

l. Apakah bekerja sesuai SOP?

m. Apakah beban kerja AGT bertambah?

(33)

commit to user

o. Apakah controller lebih teliti?

Dari 15 pertanyaan diatas, keefektivitasan PTW dapat dilihat dari 3

aspek yaitu :

a. Aspek Soaialisasi Permit To Work (PTW)

Tablel 1 :Sosialisasi Permit To Work (PTW) baru No Mendapat sosialisasi F persentase

1 Sudah 17 orang 99 %

2 Belum 1 orang 1 %

Total 18 orang 100 %

Sumber : Kuesioner pada tanggal 21 Maret 2012

Berdasarkan tabel frekuensi di atas didapatkan hasil tentang

sosialisasi PTW baru pada 18 tenaga kerja, terdapat 17 tenaga kerja

(99%) sudah mendapatkan sosialisasi tentang PTW baru sedangkan 1

orang tenaga kerja (1%) belum mendapatkan sosialisasi tentang PTW

baru.

b. Aspek Perbedaan penerapan Permit To Work (PTW) lama ke Permit

To Work (PTW) baru

Tabel 2 : Perbedaan penerapan Permit To Work (PTW) lama ke baru

No Perbedaan yang dirasakan

oleh tenaga kerja F Persentase

1 Ada perbedaan 18 orang 100 %

2 Tidak ada perbedaan 0 orang 0 %

Total 18 orang 100 %

Sumber : Kuesioner pada tanggal 21 Maret 2012

Berdasarkan tabel di atas tentang aspek perbedaan yang dirasakan

(34)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

tenaga kerja (100%) merasakan ada perbedaan setelah penggunaan

PTW baru ini.

c. Aspek Manfaat PTW

Manfaat dari penerapan PTW baru yang dirasakan oleh tenaga

kerja berdasarkan kuesioner yang terkumpul adalah sebagai berikut :

1) Memperlancar Pekerjaan

Sumber : Kuesioner pada tanggal 21 Maret 2012

Berdasarkan tabel di atas, 17 tenaga kerja (99%)

berpendapat bahwa PTW baru bisa memperlancar pekerjaan

sedangkan 1 orang tenaga kerja (1%) berpendapat bahwa PTW

Sumber : Kuesioner pada tanggal 21 Maret 2012

Berdasarkan tabel di atas, hasilnya 18 orang tenaga kerja

(35)

commit to user

Sumber : Kuesioner pada tanggal 21 Maret 2012

Berdasarkan tabel diatas, 18 orang tenaga kerja (100%)

berpendapat bahwa PTW baru menambah wawasan tentang K3.

4) Mudah Menentukan Jenis Permit

Tabel 6 :Manfaat PTW (menentukan jenis PTW)

No Manfaat F Persentase

1 Mudah menentukan 18 orang 100 %

2 Tidak mudah menentukan 0 orang 0 %

total 18 orang 100 %

Sumber : Kuesioner pada tanggal 21 Maret 2012

Berdasarkan tabel di atas, hasilnya 18 orang tenaga kerja

(100%) mudah menentukan jenis permit yang akan digunakan

Sumber : Kuesioner pada tanggal 21 Maret 2012

Berdasarkan tabel di atas, terdapat 17 tenaga kerja (99%)

(36)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

sedangkan 1 orang tenaga kerja (1%) tidak percaya diri

menggunakan PTW baru.

6) Kendala Penetapan waktu dan tempat meeting

Tabel 8 : Manfaat PTW (menimbulkan kendala)

No Menimbulkan kendala

waktu dan tempat F Persentase

1 Ada 0 orang 0 %

2 Tidak ada 18 orang 100 %

Total 18 orang 100 %

Sumber : Kuesioner pada tanggal 21 Maret 2012

Berdasarkan tabel di atas, hasilnya 18 orang tenaga kerja

(100%) merasakan tidak ada kendala dalam penetapan waktu dan

tempat meeting untuk membuat permit yang akan digunakan

kemudian dikoordinasikan dengan departemen lain sebelum

memulai pekerjaan keesokan harinya.

7) Pekerjaan lebih terencana

Tabel 9 : Manfaat PTW (pekerjaan terencana)

No Manfaat F Persentase

1 Lebih terencana 18 orang 100 %

2 Tidak terencana 0 orang 0 %

Total 18 orang 100 %

Sumber : Kuesioner pada tanggal 21 Maret 2012

Berdasarkan tabel di atas, hasilnya 18 orang tenaga kerja

(37)

commit to user

8) Prosedur sebelum bekerja

Tabel 10 : Manfaat PTW (prosedur sebelum bekerja)

No Prosedur sebelum kerja F persentase

1 Ada prosedur 16 orang 98 %

2 Tidak ada prosedur 2 orang 2 %

Total 18 orang 100 %

Sumber : Kuesioner pada tanggal 21 Maret 2012

Berdasarkan tabel di atas, 16 tenaga kerja (98%)

berpendapat bahwa dalam PTW baru ada prosedur yang harus

dilakukan sebelum bekerja namun 2 tenaga kerja (2%)

berpendapat tidak ada prosedur yang harus dilakukan sebelum

bekerja.

9) Persetujuan dalam pengajuan permit

Tabel 11 : Manfaat PTW (persetujuan PTW)

No persetujuan Pengajuan

permit F Persentase

1 Langsung disetujui 1 orang 1 %

2 Tidak langsung 17 orang 99 %

Total 18 orang 100 %

Sumber : Kuesioner pada tanggal 21 Maret 2012

Berdasarkan tabel di atas, terdapat 17 tenaga kerja (99%)

berpendapat bahwa setiap pengajuan permit tidak langsung

mendapat persetujuan namun 1 tenaga kerja (1%) berpendapat

(38)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

10) Bekerja sesuai SOP

Tabel 12 : Manfaat PTW (sesusi SOP)

No Prosedur kerja F Persentase

1 Sesuai SOP 18 orang 100 %

2 Tidak sesuai SOP 0 orang 0 %

Total 18 orang 100 %

Sumber : Kuesioner pada tanggal 21 Maret 2012

Berdasarkan tabel di atas, hasilnya 18 orang tenaga kerja

(100%) bekerja sesuai dengan SOP di perusahaan.

11) Beban kerja AGT

Tabel 13 : Manfaat PTW (beban kerja AGT)

No Beban kerja AGT F Persentase

1 Bertambah 6 orang 6 %

2 Tidak bertambah 12 orang 94 %

Total 18 orang 100 %

Sumber : Kuesioner pada tanggal 21 Maret 2012

Berdasarkan tabel di atas, terdapat 12 tenaga kerja (94%)

berpendapat beban kerja AGT tidak bertambah dengan

berlakunya PTW baru namun 6 tenaga kerja (6%) berpendapat

dengan PTW baru beben kerja AGT menjadi bertambah.

12) Pengukuran gas test sebelum bekerja

Tabel 14 : Manfaat PTW (gas tes)

No Pengukuran gas test F Persentase

1 Ada pengukuran 14 orang 96 %

2 Tidak ada pengukuran 4 orang 4 %

Total 18 orang 100 %

(39)

commit to user

Berdasarkan tabel di atas, terdapat 14 tenaga kerja (96%)

berpendapat ada pengukuran gas tes sebelum bekerja namun 4

tenaga kerja (4%) berpendapat tidak ada pengukuran gas test.

13) Pengecekan permit oleh controller

Tabel 15 : Manfaat PTW (pengecekan controller)

No Teliti dalam pengecekan F Persentase

1 Teliti 17 orang 99 %

2 Tidak teliti 1 orang 1 %

Total 18 orang 100 %

Sumber : Kuesioner pada tanggal 21 Maret 2012

Berdasarkan tabel di atas, terdapat 17 tenaga kerja (99%)

berpendapat controller teliti dalam pengecakan permit sedangkan

1 tenaga kerja (1%) berpendapat controller tidak teliti dalam

pengecekan permit.

B. Pembahasan

1. Permit To Work (PTW)

Kegiatan produksi JOB Pertamina-Petrochina memungkinkan

adanya potensi bahaya yang besar baik dari peralatan kerja maupun

lingkungan kerja, sehingga perlu adanya kebijakan yang mengontrol

keadaan tersebut dengan tujuan untuk mencegah kecelakaan kerja maupun

penyakit akibat kerja yang dapat menimbulkan cedera pada manusia atau

tenaga kerja, rusaknya peralatan kerja dan berdampak terhadap

lingkungan. Sehingga pengendalian yang tepat untuk potensi bahaya

(40)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

kerja tentang surat izin kerja. Izin kerja berlaku untuk semua jenis

pekerjaan yang ada di JOB Pertamina-Petrochina yang sifatnya memiliki

tingkat potensi bahaya dengan risiko tinggi misalnya Hot Work Naked

Flame (pengelasan, pemotongan, penggerindaan, dan penggunaan

abrasive wheels). Penerapan surat izin kerja sesuai dengan Peraturan

Menteri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1996 pada lampiran II bagian 6

Tentang Keamanan Bekerja Berdasarkan Sistem Manajemen K3.

2. Personel yang Berwenang

a. PA (Personal Authority)

Untuk memulai pekerjaan, tenaga kerja harus memiliki izin untuk

melakukan suatu pekerjaan, dimana izin kerja tersebut harus dibuat

sebelumnya untuk mengidentikasi bahaya serta pengendaliannya. Hal

ini sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1996

pada lampiran II bagian 6 disebutkan bahwa : “Dilakukan pengawasan

untuk menjamin bahwa setiap pekerjaan dilaksanakan dengan aman

dan mengikuti prosedur dan petunjuk kerja yang telah ditentukan.”

b. AA (Area Authority)

Sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.

05/MEN/1996 pada lampiran II bagian 6 disebutkan bahwa “Petugas

yang berkompeten telah mengidentifikasi bahaya yang potensial dan

(41)

commit to user

Dalam hal ini Departemen OHS telah menempatkan AA akan berada

di lokasi kerja sampai tempat tersebut dinyatakan aman dari potensi

bahaya.

c. SC (Site Controller)

Sebagai personel yang berwenang mengeluarkan surat izin hot

work naked flame, spark potential, cold work breaking containment,

cold work, confined space dalam hal ini Superintendent yang memiliki

wewenang untuk menandatangani izin kerja sebelum pekerjaan

dilaksanakan dan memastikan bahwa pekerjaan tersebut sudah

direncanakan dengan benar dan control pada PTW sudah dilakukan

pada tim yang mengerjakan mempunyai kompetensi untuk

menyelesaikan pekerjan dengan aman. Hal ini sesuai dengan

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1996 pada lampiran II

bagian 6 tentang Keamanan Bekerja Berdasarkan SMK3 menyebutkan

bahwa “Petugas yang berkompeten telah mengidentifikasi bahaya

yang potensial dan telah menilai resiko-resiko yang timbul dari suatu

proses kerja.”

d. AGT (Authorized Gas Test)

Departemen OHS telah menempatkan safety H2S sebagai pihak

yang berwenang melakukan gas tes awal di lokasi kerja sebelum

pekerjaan dimulai dengan menggunakan gas detector ID. Gas test

dilakukan untuk mendeteksi uap-uap berbahaya, gas-gas beracun,

(42)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Training H2S Safety untuk tenaga kerja di lapangan, karena itu suatu

kemampuan yang harus dimiliki untuk pekerjaannya. Hal ini sesuai

dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1996 pada

lampiran II bagian 6 tentang Keamanan Bekerja Berdasarkan SMK3

menyebutkan bahwa “Petugas yang berkompeten telah

mengidentifikasi bahaya yang potensial dan telah menilai risiko-risiko

yang timbul dari suatu proses kerja.”

3. Prosedur PTW

Dalam pelaksanaannya, prosedur izin kerja di JOB

Pertamina-Petrochina dibuat oleh departemen OHS. Prosedur izin kerja di JOB

Pertamina-Petrochina sudah berjalan dengan baik sehingga tenaga kerja

dapat melaksanakan pekerjannya dengan baik dan berdampak pada

kelancaran pekerjannya. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga

Kerja No. 05/MEN/1996 pada lampiran II bagian 6 disebutkan bahwa

“Petugas yang berkompeten dengan masukan dari tenaga kerja yang

dipersyaratkan untuk melakukan tugas dan prosedur disahkan oleh pejabat

yang ditunjuk.

5. Proses PTW

Sebelum memulai pekerjaan seorang tenaga kerja yang akan

melakukan pekerjaan haruslah terlebih dahulu melakukan pengajuan

permohonan untuk memperoleh izin melakukan pekerjaan. Izin kerja akan

diberikan setelah pengawas memastikan tidak ada bahaya bahan-bahan

(43)

commit to user

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1996 pada lampiran II

bagian 6 disebutkan bahwa “Petugas yang berkompeten telah

mengidentifikasi bahaya yang potensial dan telah menilai risiko-risiko

yang timbul dari suatu proses kerja.”

6. Kuesioner

Berdasarkan 18 kuesioner yang dibagikan pada tenaga kerja untuk

mengetahui keefektivan PTW baru dapat dilihat dari 3 aspek yaitu :

a. Aspek Sosialisasi PTW

Berdasarkan kuesioner yang dibagikan pada tenaga kerja,

hasilnya 17 tenaga kerja (99%) sudah mendapatkan sosialisasi tentang

PTW baru sedangkan 1 (1%) tenaga kerja belum mendapatkan

sosialisasi tentang PTW baru karena sosialisasi dilakukan secara

bertahap pada setiap personil. Adapun sosialisasi PTW baru dilakukan

pada masing-masing bagian sehingga sosialisasi belum merata pada

seluruh tenaga kerja.

Dalam hal ini sosialisasi tentang PTW baru diberikan oleh HSE

Supervisor. Sosialisasi tentang PTW baru mulai dikenalkan pada

tenaga kerja pada tahun 2011.

b. Aspek Perbedaan penerapan PTW baru

Berdasarkan kuesioner yang dibagikan pada tenaga kerja tentang

perbedaan penerapan PTW lama ke PTW baru, 18 orang tenaga kerja

(100%) merasakan ada perbedaan penerapan antara PTW lama ke

(44)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

1) Dalam form PTW baru pengendalian bahaya disebutkan lebih

detail seperti buang sampah pada tempatnya, periksa tempat kerja

dari kemungkinan benda jatuh, periksa peralatan sebelum dipakai.

2) Tenaga kerja lebih disiplin dalam bekerja karena ada proses PTW

yang harus diikuti oleh tenaga kerja. Proses tersebut antara lain :

a) PTW Meeting : Rabu, jam 16.30-selesai.

b) Registrasi PTW : Senin, jam 07.00-08.00

c) Gas tes (jika diperlukan), pre job meeting, pelaksanaan

pekerjaan : jam 08.00-16.30

3) Pekerjaan lebih terkontrol karena bekerja sesuai dengan prosedur

sehingga lebih bertanggung jawab dalam pekerjaan yang sedang

dilakukan.

4) Bekerja sesuai prosedur yang ada dalam form PTW, yaitu :

a) Mendeskripsikan pekerjaan yang akan dilakukan (PA).

b) Mengidentifikasi bahaya dan kontrol (PA dan AA).

c) Pengesahan oleh SC

d) Registrasi oleh PTWC

e) Gas tes oleh AGT

f) Pengembalian permit oleh (PA, AA, SC, PTWC)

g) Penutupan dilakukan di PTW register yang ada di

departemen fire.

Sehingga dari perbedaan penerapan PTW lama ke PTW baru,

(45)

commit to user

Dalam PTW baru ini, AA yang berwenang sehingga harus lebih fokus

pada pekerjaannya beserta prosedurnya.

c. Aspek Manfaat PTW

1) Memperlancar Pekerjaan

Berdasarkan kuesioner yang dibagikan pada tenaga kerja,

17 tenaga kerja (99%) berpendapat bahwa PTW baru bisa

memperlancar pekerjaan karena pekerjaan bisa terkoordinir

dengan baik antara tenaga kerja satu dengan tenaga kerja lain,

tenaga kerja lebih teliti dalam melakukan pekerjaan yang sedang

dikerjakan, tenaga kerja lebih bertanggung jawab atas

pekerjaannya. Namun 1 (1%) tenaga kerja berpendapat dengan

adanya PTW baru tidak memperlancar pekerjaan karena

prosedurnya rumit sehingga tenaga kerja tidak leluasa dalam

bekerja.

2) Perubahan Kerja

Berdasarkan kuesioner yang dibagikan pada tenaga kerja,

18 orang tenaga kerja (100%) merasakan dampak positif dari

adanya penerapan PTW baru yaitu perubahan kerja. Perubahan

tersebut berupa kelengkapan safety lebih terpantau, tenaga kerja

sudah mulai sadar tentang perilaku safety termasuk prosedur yang

(46)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

3) Wawasan tentang K3

Berdasarkan kuesioner yang dibagikan pada tenaga kerja,

18 orang tenaga kerja (100%) dengan penerapan PTW baru dapat

menambah wawasan tentang K3 diantaranya bisa

mengidentifikasi bahaya dan risiko, mendapat ilmu baru tentang

pekerjaan, tenaga kerja tahu dampak dan cara menanggulangi

bahaya.

4) Mudah menentukan jenis permit yang akan digunakan

Berdasarkan kuesioner yang dibagikan pada tenaga kerja,

18 orang tenaga kerja (100%) merasakan bahwa dengan adanya

penerapan PTW baru tenaga kerja lebih mudah menentukan jenis

permit yang akan digunakan karena dalam form PTW baru sudah

disebutkan potensi bahaya yang ada dan dibedakan dengan warna

form permit. Warna form permit beserta jenis pekerjaan :

a) Merah (hot work naked flame) : Menimbulkan api terbuka

atau percikan api dimana pada kondisi normal dapat

menyalakan gas mudah terbakar.

Contoh pekerjaan : pengelasan, pemotongan, penggerindaan.

b) Kuning (hot work spark potensial) : Berpotensi menimbulkan

percikan api pada kondisi tidak normal atau kerusakaa bisa

(47)

commit to user

Contoh pekerjaan : pemakaian spark tool (misal palu besi),

menggunakan peralatan tenaga listrik yang menimbulkan

percikan didaerah berbahaya ( misal bor listrik).

c) Biru (cold work) : tidak menggunakan api, tidak

menimbulkan percikan api.

Contoh pekerjaan : pengecetan (kuas, roller atau spray),

perakitan/pembongkaran scaffolding, bekerja dengan

bahan-bahan berbahan-bahan asbes.

d) Hitam (cold work breaking containment) : Membuka fasilitas

yang berisi fluida untuk perbaikan atau pengetesan.

Contoh pekerjaan : konstruksi, perawatan, perbaikan tempat

operasional dimana membuka fasilitas yang didalamnya

terdapat sumber energi/bahaya dari fluida.

e) Hijau (confined space) : Memasuki ruang tertutup atau

sebagian tertutup yang Memiliki jalan masuk atau keluar

yang terbatas atau dibatasi, berpotensi timbulnya kontaminan

berbahaya (padat, cair atau gas), lubang dengan kedalaman >

1,2 meter.

Contoh pekerjaan : lubang untuk masuk atau keluar terbatas

atau dibatasi, cukup besar bagi seseorang untuk masuk dan

melakukan pekerjaan di dalamnya (tanki penyimpanan,

(48)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

5) Lebih percaya diri

Berdasarkan kuesioner yang dibagikan pada tenaga kerja,

17 orang (99%) berpendapat bahwa adanya penerapan PTW baru

lebih percaya diri dalam melakukan pekerjaan karena tenaga kerja

paham tentang PTW baru, pekerjaan sudah disepakati dalam

meeting permit sehingga tenaga kerja percaya diri dalam bekerja.

Sedangkan 1 orang tenaga kerja (1%) tidak percaya diri dengan

adanya penerapan PTW baru karena tenaga kerja tersebut kurang

memahami prosedur PTW dalam menentukan jenis potensi

bahaya sehingga ragu-ragu dalam melakukan pekerjaan.

6) Penetapan waktu dan tempat meeting

Berdasarkan kuesioner yang dibagikan pada tenaga kerja,

18 orang tenaga kerja (100%) tidak merasakan ada kendala dalam

penetapan waktu dan tempat meeting untuk membuat permit serta

mengkoordinasikan dengan departemen lain sebelum pekerjaan

dimulai. Dengan PTW baru penempatan waktu dan tempat

meeting sudah dijadwalkan waktu dan tempatnya yaitu setiap hari

Rabu pada jam 16.30-selesai, dari hasil meeting semua tenaga

kerja sudah menyepakati permit yang dibuat masing-masing

tenaga kerja.

7) Pekerjaan lebih terencana dengan baik

Berdasarkan kuesioner yang dibagikan pada tenaga kerja,

(49)

commit to user

baru tenaga kerja bisa merencanakan pekerjaannya dengan baik.

Hal ini disebabkan oleh adanya meeting permit pada sore hari,

untuk membuat permit yang akan dikerjakan sehingga besok

paginya bisa langsung melakukan persiapan kerja. Selain itu PTW

baru juga melatih good management planning yaitu melatih

tenaga kerja untuk membuat manajemen perencanaan yang baik

untuk pekerjaannya.

8) Prosedur sebelum bekerja

Berdasarkan kuesioner yang dibagikan pada tenaga kerja,

16 tenaga kerja (98%) berpendapat bahwa adanya PTW baru ada

prosedur sebelum kerja yang diikuti. Prosedur yang harus diikuti

salah satunya gas test oleh AGT, gas test dimaksudkan untuk

melakukan pengecekan gas berbahaya dan beracun yang ada di

area kerja. Gas berbahaya itu adalah H2S karena di JOB

Pertamina-Petrochina H2S belum bisa dihilangkan. Sedangkan 2

orang tenaga kerja (2%) berpendapat dengan PTW baru tidak ada

prosedur yang dilakukan sebelum bekerja karena menyesuaikan

dengan step pekerjaan. Upaya yang dilakukan dengan melakukan

pengecekan permit yang sudah dibuat secara teliti karena ada

daerah tertentu yang membutuhkan pengecakan terlebih dahulu

seperti pengecakan gas beracun H2S yang bisa mematikan tenaga

(50)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

karena jenis pekerjaan yang mengandung risiko tinggi harus

membuat TRA untuk mendeskripsikan jenis pekerjaannya.

9) Persetujuan Pengajuan Permit

Berdasarkan kuesioner yang dibagikan pada tenaga kerja,

tedapat 17 tenaga kerja (99%) berpendapat bahwa dalam PTW

baru ini untuk persetujuan pengajuan permit tidak langsung

mendapat persetujuan karena harus dilihat dulu jenis

pekerjaannya dan tergantung hazard apakah memungkinkan

untuk dikerjakan, situasi tempat kerja dan persetujuan dari AA.

Ada kalanya pekerjaan yang akan dilakukan didiskusikan terlebih

dahulu dengan departemen lain. Sedangkan 1 orang tenaga kerja

(1%) berpendapat dalam PTW baru untuk persetujuan pengajuan

permit langsung mendapat persetujuan karena pekerjaan bersifat

continue 24 jam.

10) Bekerja sesuai SOP

Berdasarkan kuesioner yang dibagikan pada tenaga kerja,

18 orang tenaga kerja (100%) adanya penerapan PTW baru tenaga

kerja bekerja sesuai dengan Standart Operational Procedure

(SOP), hal ini terlihat dari langkah pekerjaan sesuai alur dan

mendapatkan pengawasan langsung dari masing-masing foreman

(51)

commit to user

11) Beban Kerja AGT

Berdasarkan kuesioner yang dibagikan pada tenaga kerja,

terdapat 12 tenaga kerja (94%) berpendapat bahwa dengan

penerapan PTW baru beban kerja AGT tidak bertambah, hal ini

disebabkan oleh pekerjaan yang dilakukan AGT hanya

melakukan pengecekan tempat kerja. Sedangkan 6 orang tenaga

kerja (6%) mengatakan bahwa dengan PTW baru beban kerja

AGT bertambah hal ini dikarenakan tugas AGT di backup oleh

H2S dan Fireman.

12) Gas Test diawal sebelum bekerja

Berdasarkan kuesioner yang dibagikan pada tenaga kerja,

14 tenaga kerja (96%) berpendapat bahwa adanya penerapan

PTW baru ada pengukuran gas test sebelum bekerja. Hal ini

disebabkan oleh prosedur dalam PTW disebutkan tentang gas tes,

namun sebelum dilakukan gas tes terlebih dahulu berkoordinasi

dengan AA karena AA yang mempunyai wewenang atas tempat

kerja. Sedangkan 4 tenaga kerja (4%) berpendapat tidak perlu

dilakukan gas tes sebelum bekerja karena tergantung dari jenis

pekerjaan yang ada dalam permintaan PTW dan permintaan dari

AA.

13) Controller Lebih Teliti

Berdasarkan kuesioner yang dibagikan pada tenaga kerja,

(52)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

pengecekan permit karena controller bertanggung jawab atas

permit yang dibuat tenaga kerja. terdapat 1 tenaga kerja (1%)

berpendapat bahwa controller tidak teliti dalam mengontrol

(53)

commit to user BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Efektivitas Permit To Work (PTW) di JOB Pertamina-Petrochina

mengalami perubahan yang baik ditunjukkan dengan hasil sebagai berikut:

a. Sosialisasi PTW, dengan 17 orang tenaga kerja (99%) sudah mendapat

sosialisasi tentang PTW baru, sedangkan 1 (1%) tenaga kerja belum

mendapatkan sosialisasi tentang PTW baru.

b. Perbedaan penerapan PTW lama ke PTW baru, 18 tenaga kerja

(100%) merasakan dampak positif adanya penerapan PTW lama ke

PTW baru.

c. Manfaat PTW bagi tenaga kerja 98-100% memberikan dampak baik

yang dirasakan tenaga kerja seperti Memperlancar pekerjaan karena

pekerjaan bisa terkoordinir dengan baik antara tenaga kerja satu

dengan tenaga kerja lain, Perubahan kerja berupa kelengkapan safety

lebih terpantau, Menambah wawasan tentang K3 diantaranya bisa

mengidentifikasi bahaya dan risiko, Mudah menentukan jenis permit

yang akan digunakan karena dalam form PTW baru sudah disebutkan

potensi bahaya yang ada dan dibedakan dengan warna form permit,

Lebih percaya diri karena tenaga kerja paham tentang PTW baru,.

Penetapan waktu dan tempat meeting terjadwal, Pekerjaan lebih

terencana dengan baik, ada prosedur sebelum kerja yang diikuti.

(54)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

sesuai SOP, Beban Kerja AGT tidak bertambah, ada pengukuran gas

test sebelum bekerja, Controller Lebih Teliti dalam pengecekan

permit.

2. Prosedur PTW baru antara lain Mengidentifikasi dan mengklasifikasi

pekerjaan yang akan dilakukan, Melakukan pre-job meeting serta

menggunakan SOP dan JSA yang resmi dan disetujui dalam bekerja,

mengajukan PTW yang sesuai, memeriksa dan menyetujui PTW yang

diajukan, memeriksa semua PTW bersama AA dan PA dalam permit

meeting dan meregister PTW & L2RA yang masuk. Sedangkan Proses

PTW antara lain Permintaan permit, review dan Persetujuan, pengesahan

Permit, persiapan Equipment/Alat, dan permit Terbit

B. Saran

1. Sosialisasi diberikan lagi secara keseluruhan pada tenaga kerja tidak hanya

pada setiap personel namun pada semua HSE Departemen sampai semua

tenaga kerja benar-benar memahami tentang PTW baru sehingga tidak

ragu-ragu lagi dalam bekerja.

2. Bagi tenaga kerja yang berpendapat dengan adanya PTW baru tidak

memperlancar pekerjaan, perlu diberi pengarahan secara bertahap tentang

pentingnya mengikuti prosedur PTW demi kelancaran dalam bekerja.

3. Tenaga kerja lebih percaya diri dalam mengidentifikasi bahaya dan risiko

(55)

commit to user

memberikan sosialisasi secara berulang pada tenaga kerja yang belum

paham tentang PTW baru.

4. Tenaga kerja harus mengetahui prosedur sebelum bekerja dengan

melakukan koordinasi pada AA dalam meeting permit karena AA

mempunyai wewenang untuk memutuskan situasi tempat kerja, apakah

memungkinkan untuk dikerjakan.

5. Sebelum melakukan pengajuan permit tenaga kerja harus mengecek ulang

form permit yang dibuat sebelum disetujui oleh SC karena pekerjaan

bersifat continue 24 jam.

6. Tenaga kerja bisa menentukan jenis pekerjaan yang akan dilakukan apakah

diperlukan gas tes atau tidak karena gas tes bisa dilakukan bila di tempat

tersebut terdapat bahaya gas beracun dan berbahaya yang mematikan.

7. Controller lebih teliti dalam melakukan pengecekan permit

masing-masing tenaga kerja karena prosedur dalam form PTW pada tahap gas test

harus disesuaikan dengan identifikasi pekerjaan, apakah perlu dilakukan

pengukuran gas tes atau tidak karena ada daerah tertentu yang

membutuhkan pengecekan terlebih dahulu seperti pengecekan gas-gas

Gambar

Gambar 1 : Contoh Surat Izin Kerja  Sumber : John Ridley, 2006
Gambar 1 : Kerangka Pemikiran
Tablel 1 :Sosialisasi  Permit To Work (PTW) baru No Mendapat sosialisasi F persentase
Tabel 4 : Manfaat PTW No Manfaat
+6

Referensi

Dokumen terkait

Praktek Perorangan Dokter Gigi Spesialis adalah tempat pelayanan kesehatan khusus yang dilaksanakan oleh Dokter Spesialis Gigi. Praktek Dokter Umum Berkelompok adalah

Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem akuntansi adalah merupakan sebuah sistem yang memproses data dan traksaksi guna menyajikan serta menghasilkan

Terima kasih buat kamu yang selalu ada, yang telah menemani hari-hari penulis selama ini yang selalu memberikan waktunya dan memberikan bantuan kepada penulis

Rumusan masalah berdasarkan latar belakang diatas adalah 1). Bagaimana cara agar masyarakat mudah dalam mendapatkan informasi mengenai rute angkutan umum yang beroperasi di

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan fermentasi limbah pertanian dengan suplemen enceng gondok dan probiotik MEP+ terhadap peningkatan populasi BAL

Indonesia merupakan salah satu negara yang masih menggunakan sumber energi fosil sebagai sumber energi utama. Namun ketersediaan sumber energi fosil tersebut pastinya akan habis

Kerjasama pembuatan tank antara Indonesia dan Turki atau disebut joint development medium tank telah dimulai pada 29 Juni 2010 silam setelah Kementerian

Dengan mengoptimasi parameter- parameter elektrodeposisi yakni rapat arus dan penambahan zat aditif asam borat dapat diperoleh suatu endapan kobal dengan kualitas dan