• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN SELF EFFICACY SISWA SMP NEGERI 12 PEMATANGSIANTAR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN SELF EFFICACY SISWA SMP NEGERI 12 PEMATANGSIANTAR."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS

DAN SELF EFFICACY SISWA SMP

NEGERI 12 PEMATANGSIANTAR

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program StudiPendidikanMatematika

Disusunoleh :

RICK HUNTER SIMANUNGKALIT NIM: 8136172070

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i ABSTRAK

RICK HUNTER SIMANUNGKALIT. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Self Efficacy Siswa SMP Negeri 12 Pematangsiantar. Tesis. Medan Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Medan. 2015.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui: (1) Bagaimana kualitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan dengan model pembelajaran berdasarkan masalah untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan Self-Efficacy siswa, (2) Bagaimana peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan dan (3) Bagaimana peningkatan Self-Efficacy siswa dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah buku guru, buku siswa, RPP, LAS, instrumen tes kemampuan pemecahan masalah matematis dan angket self efficacy. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 12 Pematangsiantar T.A. 2014/2015, dengan mengambil sampel dua kelas yang berjumlah 70 siswa. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dengan menggunakan model pengembangan Thiagarajan, Semmel dan Semmel, yaitu model 4D yang telah dimodifikasi. Proses pengembangan tersebut terdiri dari empat tahap, yaitu: define, design, develop dan disseminate. Hasil analisis data yang telah diperoleh menunjukkan bahwa kualitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan dengan model pembelajaran berdasarkan masalah pada materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel di kelas VII SMP Negeri 12 Pematangsiantar adalah baik ditinjau dari valid, praktis dan efektif. Terjadi peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis dan Self-Efficacy siswa dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan.

(7)

ii ABSTRACT

RICK HUNTER SIMANUNGKALIT. The Development of Learning to Improve Understanding Problems and Self Efficacy Mathematically Ability of Students at SMP N 12 Pematangsiantar. Thesis. Medan. Mathematics Education Study Program Postgraduate State University of Medan. 2015.

The purpose of this research is to examine: (1) How the quality of teaching subject which developed by problems based learning model that used to improves the mathematicall problems solving ability and self efficacy of student, (2) How the improvement of the mathematicall problems solving ability of student by using teaching subject which developed by problems based learning model and (3) How the improvement of student self efficacy by using teaching subject which developed by problems based learning model. Learning tools is A book, RPP, LAS instrument test result and questionare. Population in this research is all of student class VII SMP Negeri 12 Pematangsiantar T.A. 2014/2015, taking samples from 2 class room which totally there are 70 students. This research equal to research improvement use example Thiagarajan, Semmel and Semmel are modified by 4D model. There are 4 step for development processin: define, design, develop and disseminate. Data analisist result have gotten shoeing that learning tool’s development with problems based learning model at persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel in clas VII SMP Negeri 12 Pematangsiantar is good quality. The mathematicall problems solving ability and self efficacy got improvement.

(8)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan kasihNya sehingga dapat menyusun tesis dengan judul: ”Pengembangan Perangkat Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Self Efficacy Siswa Di Kelas VII SMP Negeri 12 Pematangsiantar.

Tesis ini ditulis dan diajukan guna memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd) Program Studi Pendidikan Matematika di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan (UNIMED). Penelitiaan ini merupakan penelitian pengembangan perangkat pembelajaran matematika dengan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Dalam penyusunan tesis ini, penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segenap ketulusan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada::

1. Ibu. Dr. Izwita Dewi, M.Pd dan Bapak Prof. Dr. Pargaulan Siagian , M.Pd, selaku Dosen Pembimbing I dan II yang telah meluangkan waktu di sela-sela kesibukannya untuk memberikan bimbingan, arahan dan saran-saran yang sangat berarti bagi penulis.

2. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si dan Ibu Ani Minarni, M.Si selaku Dosen Pembanding I, II, dan III yang telah memberikan saran dan bimbingan dalam penyempurnaan tesis ini.

3. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd dan Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd selaku ketua dan sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana UNIMED yang setiap saat memberikan kemudahan, arahan dan nasihat yang sangat berharga bagi penulis.

4. Bapak Dapot Tua Manullang, S.E, M.Si selaku staf pada program studi pendidikan matematika Pascasarjana UNIMED yang telah membantu dan melayani dengan baik dalam hal-hal yang berkaitan dengan pengurusan berkas seminar proposal tesis ini.

5. Direktur, Asisten I, II dan III beserta Staf Program Pascasarjana UNIMED yang telah memberikan bantuan dan kesempatan kepada penulis menyelesaikan proposal tesis ini.

6. Bapak Walman Sihombing, S.Pd selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 12 Pematangsiantar yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan ujicoba dan juga Bapak E. Hasibuan, S.Pd. selaku guru bidang studi Pendidikan Matematika di SMP N 12 Pematangsiantar yang telah sudi dan mau membantu peneliti serta staf tata usaha dan guru-guru yang bertugas di SMP Negeri 12 pematangsiantar.

(9)

iv

8. Renita Br Perangin-angin, S.Pd serta keluarga J. Perangin-angin/R. br Manalu yang selalu memberikan motivasi dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

9. Pimpinan dan kerabat di FKIP Universitas HKBP Nommensen: Drs. Lasman Malau, M.Pd/Dra. Hotnaria Tampubolon, M.Pd, Dr. Hotman Simbolon, M.S, Dr. Firman Pangaribuan, M.Pd, Drs. Manaor P. Sibarani, M.Pd, Drs. Suprapto Manurung, M.S, Aprido B. Simamora, M.Pd, Osco P. Sijabat, M.Pd, Rianita Simamora, M.Pd, Juli A. Sinaga, M.Pd, Yanti M. Marbun, M.Pd, Dr. Luther Tarigan, M.S, Barita Munthe, S.H/P br Simamora, Manuel B. Situmorang, S.Pd, Sorta Lubis, Konta Damanik, Putra dan Beresman Siburian yang selalu memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

10. Rekan-rekan angkatan Dikmat B-3 2013 Program Studi Pendidikan Matematika Hergustison Tamba, Erika Hutabarat, Janter Tambunan, Heryadi Gultom, Wilda I. Lubis, Ismail Hanif Batubara, Triana Gustiulina, Yunita dan juga teman-teman yang tidak dapat disebutkan satupersatu yang telah banyak memberikan bantuan dan dorongan dalam penulisan tesis ini.

Diatas segalanya penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam tesis ini, dan dengan tangan terbuka penulis menerima segala masukan dan saran untuk perbaikan proposal tesis ini.

Medan, September 2015

(10)

v

2.6.Pembelajaran Berdasarkan Masalah... 32

2.7. Pemetaaanantarakomponen/karakteristikpembelajaran

2.10. Tinjauan Materi:PersamaandanPertidaksamaan Linear Satu Variabel ... 49

2.11. KerangkaKonseptual ... 49

(11)

vi

2.11.3 PengembanganPerangkatPembelajaranUntuk MeningkatkanSelf Efficacy Siswa

Melalui Model PembelajaranBerdasarkanMasalah ... 55

2.12. PertanyaanPeneliti ... 57

BAB III METODE PENELITIAN ... 58

3.1.JenisPenelitian ... 58

3. Lembarobservasi guru mengelolapembelajaran ... 74

4. Angketresponsiswaterhadapkomponendan perangkatpembelajaran ... 75

5. TesPemecahanMasalahMatematis ... 76

6. Self Efficacy ... 81

3.6.TeknikAnalisis DataPengukuranKualitasPerangkatPembelajaran ... 82

3.6.1. Analisis Data ValiditasPerangkatPembelajaran ... 83

3.6.2. Analisis Data KepraktisanPerangkatPembelajaran ... 84

3.6.3. Analisis Data KeefektifanPerangkatPembelajaran ... 86

3.7.Analisis Data PeningkatanKemampuanPemecahan MasalahMatematisdanSelf Efficacy... 88

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 90

4.1.DeskripsiHasilPengembanganPerangkatPembelajaran ... 90

4.1.1.DeskripsiHasilTahapPendefinisian (Define) ... 90

a. AnalisisKebutuhan ... 90

b. AnalisisSiswa ... 92

c. AnalisisTugas ... 93

d. AnalisisKonsep... 94

e. SpesifikasiIndikatorHasilBelajar ... 94

4.1.2.DeskripsiHasilTahapPerancangan (Design) ... 95

a. PenyusunanTes ... 95

b. Pemilihan Media ... 96

c. Pemilihan Format ... 96

d. RancanganAwal ... 96

4.1.3.DeskripsiHasilTahapPengembangan (Develop) ... 97

(12)

vii

3. Analisis Data PeningkatanKemampuan

PemecahanMasalahMatematisdanSelf Efficacy ... 118

e. HasilUjicoba II ... 120

1. KepraktisanPerangkatPembelajaran... 121

2. EfektifitasPerangkatPembelajaran ... 130

3. Analisis Data PeningkatanKemampuan PemecahanMasalahMatematisdanSelf Efficacy ... 138

4.2.PembahasanHasilPenelitian ... 140

1. AktivitasAktifSiswa ... 140

2. KemampuanGuru DalamMengelolaPembelajaran ... 141

3. Responsiswaterhadapkomponendankegiatanpembelajaran ... 143

4. KemampuanPemecahanMasalahMatematisSiswa………..143

5. Self Efficacy ... 146

4.3.KeterbatasanPenelitian ... 147

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 149

5.1.Simpulan... 149

5.2. Saran ... 151

DAFTAR PUSTAKA ... 152

(13)

ix

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

2.1. Sintaks Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (MPBM) ...36

2.2. Pemetaan antara Pembelajaran Berdasarkan Masalah terhadap indikator-indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Self Eficacy siswa ...43

3.1. Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ...79

3.2. Rubrik Penilaian Pemecahan Masalah ...80

3.3. Tabel 10-Point scale...82

3.4. Kriteria Interpretasi Nilai r ...83

3.5. Persentase Waktu Ideal Aktivitas Siswa...84

3.6. Tingkat PenguasaanSiswa...96

4.1. Rangkuman Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran oleh Ahli...98

4.2. Rangkuman Hasil Validasi Instrumen Penelitian oleh Ahli...98

4.3. Hasil Angket Keterbacaan LAS ...99

4.4. Hasil Angket Keterbacaan Buku Siswa (BS)...100

4.5. Karakteristik Butir Tes Hasil Belajar ...101

4.6. Kadar Aktivitas Siswa Pada Ujicoba I ...103

4.7. Hasil Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran Pada Ujicoba I ...105

4.8. Hasil Angket Respon Siswa ...112

4.9. Deskripsi Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Kelas VII-2...115

4.10. Tingkat Pencapaian Kemampuan PemecahanMasalah Matematis Siswa Kelas VII-2 Pada Hasil Pretes ...115

4.11. Tingkat Pencapaian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VII-2 Pada Hasil Postes ...116

4.12. Data Angket Self Efficacy ...119

4.13. Data Nilai Gain Ujicoba I Kemampuan Pemecahan Masalah ...119

4.14. Data Angket Self Efficacy ...120

4.15. Kadar Aktivitas Siswa Pada Ujicoba II...121

4.16. Hasil Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran Pada Ujicoba II...125

4.17. Hasil Angket Respon Siswa ...131

4.18. Deskripsi Hasil Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Pada Ujicoba II ...134

4.19. Tingkat Pencapaian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Kelas VII-3 Pada Hasil Pretes ...134

4.20. Tingkat Pencapaian Kemampuan PemecahanMasalah Matematis Siswa Kelas VII-3 Pada Hasil Postes ...135

4.21. Hasil Postes Ketuntasan Hasil Belajar Siswa...138

4.22. Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Pada Ujicoba II ...138

4.23. Data Nilai Gain Ujicoba II Kemampuan Pemecahan Masalah ...139

(14)

viii

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

1.1. Contoh jawaban siswa 1...3

1.2. Contoh jawaban siswa 2...4

3.1. Bagan pengembangan perangkat pembelajaran model 4-D...61

3.2. Bagan Rancangan Penelitian dengan Pretest-postest Group Design...68

4.1. Hasil Analisis Konsep Untuk Materi Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel ... 94

4.2. Kadar Aktivitas Siswa Pada Ujicoba I ...105

4.3. Nilai Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran ...109

4.4. Tingkat Pencapaian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Kelas VII-2 Pada Hasil Postes Ujicoba I...117

4.5. Diagram Persentase Waktu Aktivitas Siswa Pada Saat Ujicoba II ...122

4.6. Nilai Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran ...127

(15)

x

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

I. RPP ... 158

II. Buku Guru ... 208

III. Buku Siswa ... 248

IV. LAS ... 283

V. Tes kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa ... 295

VI. Validasi Instrumen ... 308

VII. Ujicoba I ... 313

A. Validitas Instrumen ... 314

B. Pretes dan Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 316

C. Pretes dan Postes Self Efficacy ... 318

D. Deskripsi Aktivitas Siswa ... 322

E. Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran ... 326

VIII.Ujicoba II ... 328

A. Pretes dan Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 328

B. Pretes dan Postes Self Efficacy ... 330

C. Deskripsi Aktivitas Siswa ... 334

(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam peradaban manusia, sehingga matematika merupakan bidang studi yang selalu diajarkan di setiap jenjang pendidikan sekolah. Esensi pembelajaran matematika di sekolah bertujuan agar siswa memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan intelektual dalam bidang matematika. Pengetahuan, keterampilan dan kemampuan intelektual dari pembelajaran matematika sangat sering dipakai di dalam kehidupan sehari-hari.

Mengingat matematika memegang peranan yang sangat penting dalam keberlangsungan manusia sehingga banyak pakar dan juga praktisi pendidikan matematika selalu berupaya mengembangkan pengetahuan siswa tentang matematika. Berbagai upaya telah dilakukan dalam meningkatkan pengetahuan dan pemahaman siswa tentang matematika, seperti: Perubahan kurikulum matematika, penggunaan metode yang lebih konkrit dan lebih dekat dengan siswa, dan juga pengadaan dan pengembangan media ataupun bahan ajar pendidikan matematika. Seperti pada tahun 2013 yang lalu, sebuah terobosan kurikulum telah dirancang untuk mengembangkan pengetahuan siswa dan pemahaman siswa tentang matematika.

Menurut NCTM (1989) ada 5 kemampuan yang harus dicapai siswa dalam pembelajaran matematika, yaitu:

(17)

2

2. Kemampuan Komunikasi (Communication) 3. Kemampuan Koneksi (Connection)

4. Kemampuan Penalaran (Reasoning)

5. Kemampuan Representase (Representation)

Salah satu kemampuan matematis yang perlu dikembangkan adalah kemampuan pemecahan masalah. Hal ini dikarenakan matematika tidak lepas dari tantangan dan masalah matematis. Husna (2013) mengemukakan bahwa kemampuan pemecahan masalah adalah sesuatu yang sangat penting dimiliki siswa dalam pencapaian kurikulum. Dalam pemecahan masalah siswa didorong dan diberi kesempatan seluas-luasnya untuk berinisiatif dan berpikir sistematis dalam menghadapi suatu masalah dengan menerapkan pengetahuan masalah yang harus dibangun siswa meliputi kemampuan siswa memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah sesuai rencana dan memeriksa kembali prosedur hasil penyelesaian.

(18)

3

tingkatan mulai dari SD sampai SMA. Akan tetapi hal tersebut masih dianggap sebagai bagian yang paling sulit dalam matematika, baik bagi siswa dalam mempelajarinya maupun bagi guru dalam mengajarkannya.

Peneliti mencoba memberikan sebuah masalah matematika yang tidak rutin di SMP Negeri 12 Pematangsiantar mengenai materi persamaan linear satu variabel. Peneliti memberikan masalah yaitu“Andi dan Budi membaca buku yang sama di perpustakaan sekolah. Andi telah selesai membaca 16 halaman pertama,

sedangkan banyak halaman yang belum dibaca Budi adalah sebanyak 50

halaman. Ternyata, banyak halaman yang belum dibaca Andi adalah 3 kali

banyaknya dengan halaman yang telah dibaca Budi. Tentukan banyak halaman

buku yang dibaca oleh Andi dan Budi”. Hasilnya sangat mengecewakan, dari 20 siswa hanya satu orang yang dapat menyelesaikan masalah persamaan linear satu variabel tersebut.

Berikut disajikan beberapa hasil penyelesaian siswa :

(19)

4

Gambar 1.2. Contoh jawaban siswa 2

Berdasarkan hasil jawaban siswa, secara umum dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Siswa tidak memahami masalah, yaitu: apa yang ditanyakan dan data apa yang diberikan (12 siswa dari 20 siswa atau sebesar 60%)

2. Siswa tidak mengetahui teori yang digunakan dalam menyelesaikan soal tersebut (4 siswa dari 20 siswa atau sebesar 40%)

3. Siswa sulit melakukan penyelesaian serta membuktikan bahwa langkah yang digunakan telah benar (3 siswa dari 20 siswa atau sebesar 15%).

(20)

5

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemecahan masalah matematis memegang peranan penting dan perlu ditingkatkan di dalam pembelajaran. Akan tetapi fakta di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa masih rendah.

Selain kemampuan pemecahan masalah matematika siswa, kepercayaan diri (self efficacy) juga mempengaruhi pengetahuan dan pemahaman siswa tentang matematika. Self Efficacy merupakan aspek psikologis yang turut memberikan kontribusi terhadap keberhasilan seorang siswa dalam menyelesaikan tugas dengan baik. Mempunyai percaya diri yang kuat akan membuat seseorang mempunyai motivasi, keberanian, ketekunan dalam melaksanakan tugas yang diberikan, begitu juga sebaliknya. Mempunyai percaya diri yang rendah akan menjauhkan diri dari tugas-tugas yang sulit, cepat menyerah saat menghadapi masalah atau tantangan matematika.

Dari pengamatan peneliti, siswa di SMP Negeri 12 Pematangsiantar memiliki self efficacy siswa yang tergolong rendah. Hal ini dapat terlihat dari: (1) siswa yang pada umumnya pasif yakni menunggu jawaban dari temannya atau dari guru, (2) Siswa tidak percaya diri untuk mengemukakan pendapatnya dan pada umumnya hanya akan menjawab soal ketika ditunjuk guru. Ketika peneliti menanyakan langsung kepada beberapa siswa, mereka mengaku takut salah dan sebagian lagi mengaku bahwa mereka tidak menyukai matematika.

(21)

6

efficacy menunjang kemampuan matematis. Untuk itu perlu dirancang suatu

pembelajaran yang membuat self efficacy siswa menjadi lebih baik dalam pembelajaran matematika dan juga pembelajaran yang meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa.

Dalam hal meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika dan self efficacy siswa maka guru harus menyusun dan merencanakan persiapan yang

baik dan matang. Salah satu bentuk persiapan yang harus disusun guru adalah perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran sangat berperan penting, seperti yang diungkapkan Suparno (2002):

Sebelum guru mengajar (tahap persiapan) seorang guru diharapkan mempersiapkan bahan yang mau diajarkan, mempersiapkan alat-alat peraga/parktikum yang akan digunakan, mempersiapkan pertanyaan dan arahan untuk memancing siswa aktif belajar, mempelajari keadaan siswa, mengerti kelemahan dan kelebihan siswa, serta mempelajari pengetahuan awal siswa, kesemuanya ini akan terurai pelaksanaannya di dalam perangkat pembelajaran.

Sejalan dengan itu, Menurut Brata (Komalasari: 2011) perangkat pembelajaran adalah salah satu wujud persiapan yang dilakukan oleh guru sebelum mereka melakukan proses pembelajaran. Selanjutnya, Suhadi (2007) mengemukakan bahwa “Perangkat pembelajaran adalah sejumlah bahan, alat, media, petunjuk dan pedoman yang akan digunakan dalam proses pembelajaran”.

(22)

7

Perangkat pembelajaran memberi panduan mengenai apa yang harus dilakukan seorang guru di dalam kelas. Memberi panduan dalam mengembangkan tehnik mengajar, (2) Perangkat pembelajaran sebagai tolak ukur, yaitu seorang guru yang profesional harus mengevaluasi perangkat pembelajarannya. Hal ini penting untuk meningkatkan profesionalisme seorang guru, (3) Perangkat pembelajaran sebagai peningkatan profesionalisme, yaitu profesionalisme seorang guru dapat ditingkatkan dengan perangkat pembelajaran artinya perangkat pembelajaran tidak hanya sebagai kelengkapan administrasi saja, tetapi sebagai media peningkatan profesionalisme, seorang guru harus mengembangkan dan menggunakan perangkat pembelajarannya supaya kegiatan proses belajar mengajar dapat berhasil.

Hal di atas sejalan dengan pendapat para ahli yang menyatakan bahwa faktor penting bagi penentu keberhasilan mengajar adalah ide yang jelas tentang pelajaran yang mereka ingin atur dan persiapan (Nikolic & Cabaj (1999)) juga Kyriacou (2009) mengatakan persiapan yang matang diperlukan guna keberhasilan pembelajaran. Bentuk dari persiapan pembelajaran adalah perangkat pembelajaran. Oleh karena itu dalam melaksanakan tugasnya, guru harus menyusun dan mengembangkan perangkat pembelajaran.

(23)

8

penjaminan mutu baik internal maupun eksternal. Dengan penyusunan dan pengembangan perangkat pembelajaran yang baik, harapannya mutu pembelajaran, pengembangan profesi, dan mutu lembaga akan lebih baik.

Pengembangan perangkat pembelajaran harus disesuaikan dengan tingkat pengetahuan dan pengalaman siswa. Disamping itu, pengembangan perangkat pembelajaran harus disesuaikan juga dengan kurikulum yang berlaku pada saat itu. Untuk mengembangkan perangkat pemembelajaran, referensi dapat diperoleh dari berbagai sumber baik itu berupa pengalaman ataupun pengetahuan sendiri, ataupun penggalian informasi dari narasumber ahli maupun narasumber teman sejawat dan referensi juga dapat diperoleh dari buku-buku, media massa, internet, dan lain sebagainya.

(24)

9

Nurjaya (2013) mengemukakan beberapa faktor penyebab guru tidak menyusun dan mengembangkan perangkat pembelajaran, antara lain: (1) para guru mengganggap bahwa perencanaan pembelajaran hanya sekadar persyaratan. Akibatnya, perencanaan pembelajaran dan segenap perangkat pembelajaran tersebut hanya sebatas kelengkapan administrasi dan tidak tahu bahwa alasan penyusunan itu merupakan prosedur standar dari pola kerja seorang akademik, (2) guru masih kebingungan membuat perangkat pembelajaran yang sesuai dengan harapan kurikulum.

Akibat dari keadaan di atas maka perangkat pembelajaran yang dihasilkan para guru sangat jauh dari tuntutan. Banyak guru mengesampingkan kalau mengajar itu merupakan rangkaian sistem mulai dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan refleksi. Disamping itu juga, sering ditemukan perangkat pembelajaran yang digunakan masih terfokus terhadap materi yang terdapat pada kurikulum sehingga siswa cenderung hanya menghafal tanpa memahami konsep dan maknanya. Akibatnya, ketika siswa dihadapkan dengan masalah yang tidak rutin, siswa akan kesulitan dalam menyelesaikannya sehingga siswa akan pasif, dan tidak memiliki keberanian dan kepercayaan diri. Akibat dari pandangan yang keliru di atas penyusunan perangkat pembelajaran hanya sebatas ‘asal buat’. Masalah inilah yang sekarang ini perlu penanganan.

(25)

10

pengetahuan siswa kurang berkembang. Pembelajaran yang berpusat pada guru menyebabkan siswa pasif, hanya menerima materi. Aktivitas pembelajaran akan membuat siswa hanya mengingat dan menghafal. Siswa akan lebih cenderung menghafal rumus-rumus yang ada di dalam buku teks, dan akan kesulitan ketika siswa dihadapkan dengan sebuah tantangan atau persoalan dalam matematika. Siswa cenderung mengingat rumus saja, tanpa mengetahui konsep dan aplikasi dari rumus tersebut. Banyaknya rumus-rumus yang akan dihafal di dalam buku teks akan mengakibatkan siswa cenderung bosan dalam belajar matematika yang berakibat hasil belajar matematika rendah.

(26)

11

menumbuhkan dan mengembangkan berfikir tingkat tinggi dalam situasi-situasi berorientasi masalah, mencakup belajar bagaimana belajar.

Sailah (2007) menyatakan bahwa: ”keterampilan soft skill siswa seperti kemampuan bekerja sama, berkomunikasi, semangat dalam melakukan tugas, mengelola waktu, mengembangkan berfikir logis (keterampilan berfikir memecahkan masalah), dan menanamkan nilai moral, budi pekerti dan akhlak mulia dapat diajarkan dan dilatihkan dengan model pembelajaran berdasarkan masalah”. Dalam pembelajaran berdasarkan masalah siswa mampu mengembangkan keterampilan berfikir dan memecahkan masalah, sehingga siswa itu dengan sendirinya dapat menemukan bagaimana konsep itu terbentuk. Sesuai dengan pendapat Nur (2008) menyatakan bahwa: “pembelajaran berdasarkan masalah (problem-based instruction) dirancang terutama untuk membantu siswa: (1) mengembangkan keterampilan berfikir, memecahkan masalah dan intelektual; (2) belajar peran-peran orang dewasa dengan menghayati peran-peran itu melalui situasi-situasi nyata atau yang disimulasikan; dan (3) belajar mandiri, maupun siswa otonom”.

Mustanan (2010) mengemukakan bahwa Pembelajaran Berdasarkan Masalah adalah model pembelajaran yang: (1) Realistis dengan kehidupan siswa; (2) Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa; (3) Memupuk sifat inkuiri siswa; (4) Retensi konsep jadi kuat; dan (5) Memupuk kemampuan poblem solving. Sejalan dengan pendapat di atas, Tanti (2012) mengemukakan kelebihan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pemanfaatannya adalah sebagai berikut.

(27)

12

2. Meningkatkan motivasi dan kemampuan memecahkan masalah

3. Membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi baru 4. Dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah akan terjadi pembelajaran

bermakna

5. Dalam situasi pendekatan pembelajaran berbasis masalah siswa mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.

6. Pendekatan pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa/mahasiswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.

Berdasarkan pemikiran-pemikiran yang telah diuraikan di atas maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti tentang Pengembangan Perangkat Pembelajaran Menggunakan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah untuk

Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Self Efficacy Siswa di

Kelas VII SMP Negeri 12 Pematangsiantar.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa masih rendah 2. Soal-soal yang dihadapakan pada siswa cenderung soal-soal yang rutin 3. Hasil belajar matematika siswa masih rendah

(28)

13

5. Ketiadaan atau ketidaklengkapan perangkat pembelajaran guru ketika mengajar di kelas

6. Dalam proses pembelajaran matematika, guru masih cenderung menerapkan pembelajaran konvensional yang hanya berfokus kepada guru saja sehingga siswa menjadi pasif.

7. Belum adanya penyususunan dan pengembangan perangkat pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan self efficacy siswa

1.3. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Pengembangan perangkat pembelajaran menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah

2. Kemampuan Pemecahan Masalah matematis siswa masih rendah 3. Self efficacy siswa masih rendah

1.4. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana Kualitas (Valid, Praktis Dan Efektif) Perangkat Pembelajaran yang dikembangkan menggunakan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah pada materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel di SMP Negeri 12 Pematangsiantar?

(29)

14

Pembelajaran Berdasarkan Masalah pada materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel di SMP Negeri 12 Pematangsiantar? 3. Bagaimana peningkatan Self Efficacy siswa dengan menggunakan

pengembangan perangkat pembelajaran dengan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah pada materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel di SMP Negeri 12 Pematangsiantar?

1.5. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah, yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui Kualitas (Valid, Praktis Dan Efektif) Perangkat Pembelajaran yang dikembangkan menggunakan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah pada materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel di SMP Negeri 12 Pematangsiantar

2. Mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dengan menggunakan pengembangan perangkat pembelajaran dengan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah pada materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel di SMP Negeri 12 Pematangsiantar

(30)

15 1.6. Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan penelitian ini, maka diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagaiberikut:

1. Bagi siswa akan memperoleh pengalaman nyata dalam belajar matematika pada materi Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel dengan menggunakan pembelajaran berdasarkan masalah.

2. Sebagai acuan bagi guru-guru matematika yang ingin mengembangkan perangkat pembelajaran dengan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah. 3. Sebagai masukan kepada guru-guru tentang alternatif pembelajaran yang

dapat digunakan dalam pembelajaran.

4. Sebagai masukan bagi segenap pembaca dan pemerhati yang perduli pada peningkatan mutu pendidikan khususnya mutu pendidikan matematika.

5. Peneliti, memberi gambaran tentang pengembangan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dan self efficacy siswa dengan menggunakan pengembangan perangkat pembelajaran dengan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah.

1.7. Defenisi Operasional

(31)

16

2. Pemecahan masalah adalah proses penyelesaian suatu masalah yang metode pemecahannya belum diketahui lebih dahulu, tetapi penyelesaiaannya hendaknya memetakan pengetahuan sebelumnya yang telah dimiliki.

3. Kemampuan pemecahan masalah matematika adalah kemampuan siswa menyelesaikan soal matematika yang tidak rutin dengan menggunakan langkah-langkah penyelesaian yang jelas dan benar. Langkah-langkah penyelesaian yang jelas dan benar mengacu ke langkah pemecahan Polya yaitu: Memahami masalah, merencanakan penyelesaian masalah, melaksanakan rencana penyelesaian masalah dan memeriksa kembali hasil penyelesaian.

4. Self Efficacy adalah keyakinan (beliefs) tentang kemampuan seseorang untuk mengorganisasi dan melaksanakan tindakan guna pencapaian tujuan tertentu. 5. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) adalah suatu model pembelajaran

(32)

149 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengembangan perangkat pembelajaran menggunakan pembelajaran berdasarkan masalah untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan self efficacy siswa, disimpulkan bahwa:

1. Perangkat pembelajaran menggunakan pembelajaran berdasarkan masalah yang dihasilkan telah memnuhi kriteria valid, praktis dan efektif, sehingga dapat diterapkan pada lingkungan yang lebih luas.

a. Valid

Berdasarkan penilaian validator, perangkat pembelajaran yang dikembangkan berupa RPP dengan skor validitas 4,13, Lembar Aktivitas Siswa (LAS) dengan skor validitas 4,17, Buku Guru (BG) skor validitas 4,10, dan Buku Siswa (BS) skor validitas 4,10. Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa rata-rata validator memberikan nilai tingkat validitas baik, hal ini berarti perangkat pembelajaran valid/layak digunakan. Sedangkan untuk tes kemampuan pemecahan masalah matematis dan angket self efficacy validator menyatakan bahwa tes kemampuan pemecahan masalah matematis dan angket self efficacy dapat digunakan. b. Praktis

(33)

150

kategori cukup baik yaitu sebesar 3,02 pada ujicoba I dan kategori baik yaitu sebesar 3,69 pada ujicoba II; (2) Aktivitas siswa selama kegiatan belajar memenuhi kriteria batasan keefektifan. Hal ini berarti bahwa perangkat pembelajaran dapat dikatakan praktis.

c. Efektif

Perangkat pembelajaran yang efektif diukur dari: (1) ketercapaian tujuan pembelajaran atau ketuntasan belajar secara klasikal yaitu 80% siswa yang mengikuti pembelajaran mampu mencapai minimal nilai 2,66 atau B-); (2) minimal 80% dari banyak subjek yang diteliti memberikan respon yang positif terhadap perangkat dan kegiatan pembelajaran.

1. Ketuntasan belajar yang dilakukan pada kegiatan ujicoba I mencapai 72,22%, dan kegiatan ujicoba II mencapai 88,24%.

2. Respon siswa dari hasil angket respon siswa pada ujicoba I dan ujicoba II diperoleh hasil bahwa lebih dari 80% siswa memberikan respon yang positif pada tiap aspek respon terhadap perangkat pembelajaran.

(34)

151

3. Terdapat peningkatan self efficacy siswa dengan menggunakan pengembangan perangkat pembelajaran dengan model pembelajaran berdasarkan masalah. Pada ujicoba I diperoleh peningkatan self efficacy siswa sebesar g=0.68 atau berada pada kategori sedang. Sedangkan pada ujicoba II diperoleh peningkatan self efficacy siswa sebesar g = 0.71 atau berada pada kategori tinggi.

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan penelitian di atas, pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran berdasarkan masalah yang diterapkan pada kegiatan pembelajaran memberikan beberapa hal yang penting untuk diperhatikan. Uuntuk itu peneliti menyarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Perangkat pembelajaran yang dihasilkan ini baru sampai pada tahap pengembangan, belum diimplementasikan secara luas di sekolah-sekolah. Untuk mengetahui efektivitas perangkat pembelajaran menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah dalam berbagai topik pelajaran matematika dan mata pelajaran lain yang sesuai, disarankan pada para guru dan peneliti untuk mengimplementasikan perangkat pembelajaran berdasarkan masalah ini pada ruang lingkup yang lebih luas di sekolah-sekolah.

(35)

152

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Ahmad, D. 2013. Studi Literatur: Pembelajaran Kooperatif Dalam Mengatasi Kecemasan Matematika Dan Mengembangkan Self Efficacy Matematis Siswa. Prosiding.

Akker, J. V. 1999. Principles and Methods of Development Research. Dalam Plomp, T; Nieveen, N; Gustafson, K; Branch, R.M; dan van den Akker, J (eds). Design Approaches and Tools in Education and Training. London: Kluwer Academic Publisher.

Anwar, H. 2008. Teori Vygotsky Tentang Pentingnya Strategi Belajar.

Arends, R. 2008. Learning to Teach, Belajar untuk Mengajar. Edisi Ketujuh. Jilid Satu. (diterjemahkan oleh Soedjipto, Helly, P. dan Soedjipto, Sri, M.) Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bandung: Bumi Aksara. Arnawa, I. 2010. Pengaruh Model Self-Regulated Learning Terhadap Self

Efficacy Siswa SMP Ditinjau Berdasarkan Gender.

Aryati, K. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam Pembelajaran Fisika Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis dan Self Efficacy Siswa SMA. Program Pascasarjana Undiksha Singaraja.

Asmin, M. 2012. Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar. Medan: Larispa Indonesia.

Bandura. 1997. A. Self-efficacy: The exercise of control. New York. W.H. Freeman.

Bandura. 2006. “Guide for Constructing Self- Efficacy Scales” dalam Self efficacy Beliefs of Adolescent. New York: Information Age Publishing.

Borich, G. D. 1994. Observation Skill for Effective Teaching. New York: Mc.Graw Hill Companies.

(36)

153

Djamilah, B. 2009. Mengembangkan keyakinan (belief) siswa terhadap matematika melalui Pembelajaran Berbasis masalah. Universitas Negeri Yogyakarta: Yogyakarta.

Hudojo, H. 1988. Belajar Mengajar Matematika. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan.

Husna, M. 2013. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan Komunikasi matematis siswa Sekolah Menengah Pertama melalui model pembelajaran kooperatif tipe Think-pair-share (TPS). Jurnal Peluang Volume 1, Nomor 2, April 2013, ISSN: 2302-5158.

Intan, I. 2005. Strategi pemberian tugas pengajuan soal (problem posing) pada pembelajaran materi pokok gerak harmonik sederhana, kerja, dan energi: (studi kasus). Tesis: Universitas Negeri Semarang.

Istarani. 2012. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada.

Jailani, J. 2011. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika oleh Pendidik. Yogyakarta: FMIPA UNY.

Karso, Dkk. 1993. Dasar-dasar Pendidikan MIPA. Depdikbud. Jakarta.

Komalasari, K. 2011. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Refika Aditama.

Krulik S., & Rudnick J.A. 1996. The New Source for Teaching Reasoning and Problem Solving in Junior and Senior High School. Boston: Allyn and bacon.

(37)

154

Kyriacou, C. 2009. Effective teaching in schools: Theory and practice. Third edition. United Kingdom: Nelson Thornes.

Latief, M. A. 2009. Penelitian Pengembangan. Malang: Universitas Negeri Malang.

Majid. 2011. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Rosda.

Manara. 2008. Meningkatkan Self Efficacy melalui bimbingan kelompok. Universitas Pendidikan Indonesia.

Marzuki. 2006. Evaluasi Pembelajaran. Kencana Perdana Media Group : Jakarta. Mustaman. 2010. Pembelajaran Berbasis Masalah.

NCTM. 1989. Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics Reston, VA: NCTM.

Nieveen, N. 2007. An Introdution To education Design Research. Dapat dilihat di www.slo.nl/organisatie/international/publications diakses pada tanggal 15 oktober 2014.

Nieveen, N. 2006. “Educational Design Research” dalam Educational Design Research. New York : Routledge.

Nikolic, V. & Cabaj, H. 1999. Am I Teaching Well? Self-evaluation strategis for effective teachers. Toronto: Pippin.

Nur, M. 2008. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: PSMS Unesa.

Nur, M. 2008c. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah (PSMS) Unesa.

Nur, M. A. H. 1987. Teknik separasi dalam analisis pangan [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Nurjaya, I. 2013. Pelatihan Penyusunan Perangkat Pembelajaran Bermuatan Pendidikan Karakter sesuai Amanat Kurikulum 2013 pada Guru-guru Sekolah Dasar Nomor 1 Kapal. Universitas Ganesha Singaraja: Bali.

(38)

155

Polya, G. 1985. How To Solve It 2nd ed Princeton University Press. New Jersey Ruseffendi, E. T. 2006. Pengantar kepada membantu Guru Mengembangkan

Kompetensinya Dalam Pengejaran Matematika Untuk Meningkatkan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Bandung: Tarsito.

Sagala, S. 2003. Konsep Dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung.

Sailah, 2007. Pengembangan Soft Skills di Perguruan Tinggi, Sosialisasi

pengembangan soft skills di Kopertis VII Surabaya. Surabaya.

Sanjaya. W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standart Proses Pendidikan. Kencana Prenada Media. Jakarta.

Schunk, D. H. 1981. “Modelling and Attributional Effect on Children Achievement: A Self Efficacy Analysis”. Journal of Educational Psychology. 73, 93-105.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya.. Jakarta: Rineka Cipta.

Sinaga, B. 2007. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Berdasarkan Masalah Berbasis Budaya Batak (PBMB3). Disertasi. Tidak dipublikasikan. Surabaya: PPs. Unesa.

Suhadi. 2007. Petunjuk Perangkat Pembelajaran. Surakarta: Universitas Muhammadiyah.

Suherman, E. 2003. Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka.

Suherman, E. 2003. Evaluasi Pembelajaran Matematika, Bandung : UPI.

Suparno, P. 2002. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Kanisus: Yogyakarta.

Tanti. 2012. Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah.

Thiagarajan, et all. 1974. Instructional Development for Training Teachers of Exceptional Children. A Sourse Book. Bloomington: Central for Innovation on Teaching The Handicapped.

(39)

156

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu.Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Utari. 2002. Pengembangan Model Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi, Pemecahan Masalah, dan Sikap Positif dalam Matematika. Unimed. Medan.

Gambar

GAMBARHALAMAN
Gambar 1.1. Contoh jawaban siswa 1
Gambar 1.2. Contoh jawaban siswa 2

Referensi

Dokumen terkait

Tahun Pelajaran ……… Bulan Januari s.d Maret 2016 Melaksanakan tugas mengajar dengan beban kerja sebanyak ……… Jam Tatap Muka (JTM) yang terdiri

Bagaimana struktur komunitas lamun (diversitas, frekuensi, densitas, dominansi, Indeks nilai penting) di daerah intertidal pantai Litianak dan pantai Oeseli di Kabupaten Rote

Landasan teori yang digunakan adalah teori Wardaugh (2010), Dalam teori tersebut menjelaskan tentang Pembagian tipe code mixing dibagi menjadi dua bagian,

[r]

tersedia di Kantor Perpustakaan, Kearsipan dan Dokumenstasi Kabupaten Nias Utara memadai dan kurang dengan kebutuhan pengguna serta jumlah buku yang dapat dipinjam juga

Teknik sosiodrama menuntun kualitas tertentu pada siswa, yaitu siswa diharapkan mampu menghayati tokoh-tokoh (peran) atau posisi yang dikehendaki “ keberhasilan

[r]

Fakta bahwa Perancis merupakan negara dengan kapabilitas serangan nuklir tentunya menguatkan argumen bahwa Perancis memang memerlukan untuk mengembangkan sendiri