PERBEDAAN KREATIVITAS MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI KELOMPOK DAN
INDIVIDU PADA MATERI TEOREMA PYTHAGORAS DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 TANJUNG MORAWA
T A H U N A J A R A N 2 0 1 4 / 2 0 1 5
Oleh :
Siti Hanijah Br. Saragih NIM 4101111048
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karuniaNya yang memberikan kesehatan, kesempatan, dan kemudahan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.
Skripsi ini berjudul “Perbedaan Kreativitas Matematika Siswa Yang Diajar Dengan Model Pembelajaran Inkuiri Kelompok Dan Individu Pada Materi Teorema Pythagoras di Kelas VIII SMP Negeri 1 Tanjung Morawa T.A 2014/2015.”, disusun untuk melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNIMED.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada : Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran yang membangun kepada penulis sejak penyusunan proposal, penelitian sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr.Bornok Sinaga, M.Pd, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si, Ph.D, dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si, selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan dan saran-saran yang membangun mulai dari rencana penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibu Dr. Izwita Dewi, M.Pd selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan saran-saran perkuliahan. Bapak Prof.Dr. Ibnu Hajar, M.Si selaku Rektor UNIMED, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D selaku Dekan FMIPA UNIMED, Bapak Drs. Edy Surya, M.Si dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si, selaku ketua jurusan dan sekertaris jurusan Matematika FMIPA UNIMED serta Bapak Drs. Zul Amry, M.Si, Ph.D selaku Ketua Prodi Pendidikan Matematika dan seluruh Bapak, Ibu Dosen beserta Staf Pegawai Jurusan Matematika FMIPA UNIMED yang sudah membantu penulis. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Elfian Lubis, S.Pd selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Tanjung Morawa, Ibu Ade Utami, S.Pd, selaku guru bidang studi matematika SMP Negeri 1 Tanjung Morawa, guru, staf, pegawai, dan siswa-siswi SMP Negeri 1 Tanjung Morawa, terima kasih atas segala arahan bantuan dan kerjasama yang diberikan kepada penulis.
yang tidak bisa penulis cantumkan namanya satu persatu namun senantiasa memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan.
Medan, Maret 2015 Penulis,
iii
PERBEDAAN KREATIVITAS MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI KELOMPOK DAN
INDIVIDU PADA MATERI TEOREMA PYTHAGORAS DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 TANJUNG MORAWA
TAHUN AJARAN 2014/2015
SITI HANIJAH BR. SARAGIH (NIM.4101111048)
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan berdasarkan rendahnya kreativitas siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan kreativitas siswa dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri kelompok dan model pembelajaran inkuiri individu di kelas VIII SMP Negeri 1 Tanjung Morawa T.A 2014/2015.
Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Tanjung Morawa T.A 2014/2015 yang terdiri dari 9 kelas paralel. Sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian ini dipilih secara acak, yaitu kelas VIII-1 sebanyak 25 orang sebagai kelas kontrol yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri individu dan kelas VIII-2 sebanyak 25 orang sebagai kelas eksperimen yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri kelompok.
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Sintaks Model Pembelajaran Inkuiri 18
Tabel 3.1. Desain Penelitian 35 Tabel 4.1. Rangkuman Data Selisih Pretest dan Postest Kelas Kontrol 42 Tabel 4.2. Rangkuman Data Selisih Pretest dan Postest Kelas Eksperimen 43 Tabel 4.3. Hasil Uji Normalitas Data Selisih Pretest dan Postest
Kreativitas Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 45 Tabel 4.4. Hasil Uji Homogenitas Varians Data Selisih Pretes dan Posttest
Kreativitas Siswa Kelas Kontrol 45
Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Varians Data Selisih Pretes dan Posttest
Kreativitas Siswa Kelas Eksperimen 46
Tabel 4.6. Rangkuman Uji Hipotesis Kemampuan Awal Siswa 47 Tabel 4.7. Rangkuman Uji Hipotesis Peningkatan Kreativitas Matematika
Pada Masing – Masing Siswa 48
Tabel 4.8. Rangkuman Peningkatan Kreativitas Siswa Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol 50
Tabel 4.9 Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian Kreativitas
Siswa Pada Taraf Signifikan 0,05 50
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1. Skema Prosedur Penelitian 36
1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikaan merupakan sarana dan alat yang tepat dalam membentuk
masyarakat dan bangsa yang dicita-citakan, yaitu masyarakat yang berbudaya dan
dapat menyelesaikan masalah kehidupan yang dihadapinya. Sebab hingga saat ini
dunia pendidikan dipandang sebagai sarana yang efektif untuk melestarikan dan
mewariskan nilai-nilai hidup. Dengan demikian bangsa Indonesia memerlukan
suatu strategi perencanaan pembangunan sumber daya manusianya melalui suatu
sistem pendidikan yang melibatkan pihak pemerintah, masyarakat dan keluarga,
sebab dengan pendidikan diyakini akan dapat mewujudkan tersedianya sumber
daya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing dengan bangsa-bangsa
lainnya dalam era globalisasi.
Perkembangan dalam bidang pendidikan tidak dapat dipisahkan dari
perkembangan bidang pendidikan matematika. Pembelajaran matematika
memiliki fungsi sebagai sarana untuk mengembangkan kemampuan kritis, logis,
kreatif dan bekerja sama yang diperlukan siswa dalam kehidupan modern, karena
matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan
kemampuan berpikir dan beragumentasi, memberikan kontribusi dalam
penyelesaian masalah sehari – hari dan dalam dunia kerja, serta memberikan
dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kebutuhan akan aplikasi matematika saat ini dan masa depan tidak hanya
untuk keperluan sehari-hari, tetapi terutama dalam dunia kerja, dan untuk
mendukung perkembangan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu pendidikan
matematika memiliki sumbangan yang penting untuk perkembangan kemampuan
berpikir kreatif dalam diri setiap individu siswa agar menjadi sumber daya
2
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006
tanggal 23 Mei 2006 tentang standar isi untuk satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah (Siswono, 2008: 2):
Menyebutkan bahwa mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama.
Berdasarkan pernyataan di atas, bahwa mata pelajaran matematika
diperlukan bagi seluruh jenjang pendidikan sekolah, agar peserta didik memiliki
kemampuan yang dapat dibangun seperti kemampuan berpikir logis, analistis,
sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama.
Mengembangkan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis
maupun bekerjasama sudah lama menjadi fokus dan perhatian pendidik
matematika di kelas, karena hal itu berkaitan dengan sifat dan karakteristik
keilmuan matematika. Tetapi fokus dan perhatian pada kemampuan berpikir
kreatif dalam matematika kurang dikembangkan. Padahal kemampuan itu sangat
diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh,
mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang
selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.
Dalam dunia pendidikan, pelajaran matematika di sekolah masih dianggap
merupakan pelajaran yang menakutkan,bagi siswa pada umumnya antara lain
karena pelajaran matematika sangat sukar dan tidak menariksekalipun dalam
banyak kesempatan sering dikatakan bahwa matematika merupakan ilmu yang
sangat berguna bagi kehidupan manusia, termasuk bagi kehidupan sehari-hari,
banyak orang yang belum merasakan manfaat matematika dalam kehidupan
sehari-hari mereka di luar beberapa cabang matematika tertentu yang memberikan
pengetahuan dan keterampilan praktis seperti berhitung, statistika dan geometri.
Berdasarkan permasalahan tersebut, kenyataan yang kini dihadapi adalah
banyak siswa menjadi kurang termotivasi dan bosan dalam mempelajari
matematika. Menurut Uno (2011:158) :
3
siswa. Pengabaian dari kedua faktor ini akan menyebabkan masalah dalam proses belajar mengajar, maka kedua factor ini harus dipahami dan diatasi. Selain itu masalah tersebut juga menyebabkan pendidikan matematika di sekolah kurang memberikan sumbangan yang berarti bagi pendidikan anak secara keseluruhan, baik bagi pengembangan kemampuan berpikir, bagi pembentukan sikap, maupun kepribadian secara keseluruhan.
Dari kutipan di atas, yang menjadi faktor penyebab kebosanan dalam
kegiatan belajar mengajar matematika adalah berasal dari guru dan siswa. Guru
seharusnya membuat kondisi kelas yang dapat meningkatkan keinginan peserta
didik untuk belajar matematika. Dan sebagai siswa, sudah menjadi hal yang wajib
untuk memiliki sikap yang baik dalam proses pembelajaran.
Jika ditinjau dari cara mengajarnya, pada umumnya guru mengajar hanya
menyampaikan apa yang ada di buku paket dan kurang merekomendasi
kemampuan siswanya. Dengan kata lain, guru tidak memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengkonstruk pengetahuan matematika yang akan menjadi
milik siswa itu sendiri. Guru cenderung memaksakan cara berpikir siswa dengan
cara berpikir guru itu sendiri. Dengan kondisi yang lain, tingkat kreativitas siswa
kurang berkembang. Sementara sebagai Negara yang berkembang, Indonesia
sangat membutuhkan tenaga-tenaga kreatif yang mampu memberikan sumbangan
yang bermakna bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi demi
kesejahteraan bangsa ini. Oleh karena itu sepatutnya pendidikan yang
diselenggarakan tertuju pada perkembangan kreativitas peserta didik agar kelak
mampu memenuhi kebutuhan pribadinya, serta kebutuhan masyarakat dan bangsa.
Menurut Harris (Mina, 2006:2):
Banyak pemikiran yang dilakukan dalam pendidikan matematika formal hanya menekankan pada keterampilan analisis, mengajarkan bagaimana siswa memahami klaim-klaim, mengikuti atau menciptakan suatu argument logis, menggambarkan jawaban, mengeliminasi jalur yang tak benar dan fokus pada jalur yang benar. Sedangkan jenis berpikir lain yaitu berpikir kreatif yang fokus pada penggalian ide-ide, memunculkan kemungkinan-kemungkinan, mencari banyak jawaban benar daripada satu jawaban kurang diperhatikan.
Dari kutipan diatas, dapat diketahui bahwa pemikiran yang dilakukan
4
analisis, mengajarkan bagaimana siswa memahami, mengikuti, menciptakan
argument yang logis, menggambarkan jawaban, mengeliminasi jalur yang tak
benar dan fokus pada jalur yang benar. Sedangkan kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru, mencari banyak jawaban, dan penggalian ide-
idea atau yang biasa disebut kreativitas kurang mendapat perhatian dalam dunia
pembelajaran.
Kreativitas sering menjadi topic yang diabaikan dalam pengajaran
matematika. Umumnya orang beranggapan kreativitas dan matematika tidak ada
kaitannya satu sama lain. Guru matematika juga biasanya berpikir bahwa hanya
logika yang paling utama diperlukan dalam matematika, dan bahwa kreativitas
tidak penting dalam belajar matematika.
Tingkat kreativitas anak-anak Indonesia dibandingkan dengan
negara-negara lain berada pada peringkat yang rendah. Informasi ini didasarkan pada
penelitian yang dilakukan oleh Hans Jellen dari Universitas Utah dan Klaus Urban
dari Universitas Hannover. Dari 8 negara yang diteliti, kreativitas anak Indonesia
adalah yang terendah. Apabila hasil penelitian tersebut benar menggambarkan
keadaan yang sesungguhnya mengenai kreativitas anak-anak Indonesia, menurut Supriadi (Mina, 2006:4): “Penyebab rendahnya kreativitas anak-anak Indonesia adalah lingkungan yang kurang menunjang anak-anak tersebut mengekspresikan kreativitasnya, khususnya lingkungan keluarga dan sekolah.”
Dalam pembelajaran matematika di Indonesia umumnya guru memberikan
soal yang terlalu kaku. Siswanya lebih banyak mengerjakan soal yang
diekspresikan dalam bahasa dan symbol matematika, dan jauh dari kehidupan
sehari-hari. Akibatnya siswa menjadi bosan dan menganggap matematika sebagai
pelajaran yang tidak menyenangkan.
Menurut Wahyudi (Mina, 2006:4):
5
hanya berupa penyelesaian soal-soal. Siswa terbiasa dengan pembelajaran yang membuat mereka tidak kreatif hanya meniru penyelesaian soal yang sudah ada.
Berdasarkan uraian di atas, minimnya upaya guru bidang studi untuk
mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematika siswa, berpengaruh
terhadap tingkat kreativitas siswa terhadap matematika. Guru menggunakan
model pembelajaran yang monoton, tidak mampu menggali kemampuan siswa
untuk menggali ide- idenya dalam proses pembelajaran. Akibatnya siswa hanya
mampu meniru apa yang dilakukan oleh guru, seperti dalam penyelesaian soal
latihan.
Dari hasil observasi dan wawancara dengan guru matematika kelas VIII
SMP Negeri 1 Tanjung Morawa, kreativitas belajar siswa masih kurang dalam
pembelajaran, karena masih terdapat beberapa masalah sebagai berikut:
1. Siswa belum berani mengkomunikasikan apa yang ada dipikiran mereka
2. Ketika guru mengajukan pertanyaan, siswa kurang tanggap terhadap
pertanyaan guru
Siswa tampak diam dan kurang bersemangat untuk menjawab pertanyaan.
Hanya beberapa siswa yang antusias menjawab pertanyaan. Saat guru
member kesempatan untuk bertanya, jarang sekali siswa yang mengajukan
pertanyaan.
3. Rendahnya kreativitas ini disebabkan karena kesulitan dalam memahami
materi yang disampaikan, akibatnya siswa hanya mampu meniru jawaban
dari contoh soal yang diberikan.
Hal diatas didukung dari hasil tes yang diberikan peneliti pada saat
observasi di kelas VIII SMP Negeri 1 Tanjung Morawa dengan soal yang menguji
berfikir kreatif siswa. Tes yang diberikan kepada siswa berupa tes diagnostik yang
berbentuk uraian untuk melihat kreativitas matematika siswa. Berikut adalah soal
6
Jika keliling daerah yang dilalui adalah 360 km, maka hitunglah jarak kapal sekarang dengan tempat semula dengan menggunakan lebih dari satu cara.
Hasil yang diperoleh dari tes tersebut sangat jauh dari harapan. Dari 36 siswa yang mengikuti tes hanya 5 orang atau 13,8% dari jumlah siswa yang mampu menjawab soal dan mampu menyelesaikan dengan cara mereka sendiri lebih dari satu cara, selebihnya siswa tersebut hanya mampu menjawab dengan satu cara bahkan ada yang tidak mengetahui cara penyelesaiannya. Dengan demikian bahwa dari hasil tes diagnostik yang dilakukan peneliti menunjukkan
siswa kelas VIII-3 SMP Negeri 1 Tanjung Morawa kurang kreatif dan cenderung
tidak kreatif.
Melihat kurangnya tingkat kreativitas di dalam kelas, serta implikasi
terhadap hasil belajar, maka perlu adanya perhatian lebih pada kemampuan ini
dalam pembelajaran matematika dengan memperbaiki dan menyiapkan
aktivitas-aktivitas belajar yang bermanfaat bagi siswa. Schoenfeld (Mina, 2006:5)
mengatakan bahwa perlu adanya perubahan dalam kurikulum dan pembelajaran
matematika yang melibatkan usaha-usaha baru seperti dalam mencari jawaban
(tidak hanya menghafal prosedur), menggali pola (tidak hanya mengingat),
merumuskan konjektur (tidak hanya mengerjakan latihan).
Salah satu pembelajaran matematika yang dapat meningkatkan partisipasi
siswa dan relative mudah diterapkan dikelas adalah pembelajaran Inkuiri.
Pembelajaran ini dapat merangsang siswa agar lebih aktif mencari serta meneliti
sendiri pemecahan masalah itu. Mencari sumber sendiri, dan mereka belajar
bersama dalam kelompok. Dan siswa mampu mengemukakan pendapatnya dan
merumuskan kesimpulan nantinya.
Trianto (2011:114) mengemukkan bahwa model Inkuiri adalah: “Suatu
pembelajaran Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan
7
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti akan mencoba melakukan
penelitian dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri. Dalam hal ini
peneliti termotivasi untuk mengadakan penelitian dengan judul : “Perbedaan
Kreativitas Matematika Siswa Yang Diajar Dengan Model Pembelajaran Inkuiri Kelompok Dan Individu Pada Materi Teorema Pythagoras di Kelas VIII SMP Negeri 1 Tanjung Morawa T.A 2014/2015.”
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, peneliti mengidentifikasi
berbagai masalah sebagai berikut :
1. Tingkat kreativitas siswa dalam memecahkan masalah matematika masih
rendah..
2. Pembelajaran matematika masih bersifat teacher centred.
3. Respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran matematika masih rendah
4. Siswa menganggap pelajaran matematika merupakan pelajaran yang sulit
dan membosankan
5. Penggunaan model pembelajaran yang dipilih guru kurang tepat.
6. Proses pembelajaran yang kurang menunjang siswa untuk
mengekspresikan kreativitas yang dimiliki oleh siswa.
1.3. Batasan Masalah
Melihat luasnya cakupan masalah, maka peneliti merasa perlu memberikan
batasan terhadap masalah yang akan dikaji. Masalah yang diteliti dalam penelitian
ini adalah: Perbedaan Kreativitas Matematika Siswa Melalui Pembelajaran
8
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah : Apakah kreativitas matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri kelompok lebih tinggi dibandingkan dengan kreativitas matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri individu pada materi teorema pythagoras di kelas VIII SMP Negeri 1 Tanjung Morawa T.A. 2014/2015?
1.5. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah : Untuk mengetahui Apakah kreativitas matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri kelompok lebih tinggi dibandingkan dengan kreativitas matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri individu pada materi teorema pythagoras di kelas VIII SMP Negeri 1 Tanjung Morawa T.A. 2014/2015.
1.6. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian diatas, maka hasil penelitian yang
diharapkan akan memberi manfaat sebagai berikut :
1. Sebagai bahan masukan bagi siswa, bahwa model pembelajaran inkuiri
dapat menyelesaikan permasalahan mengenai kreativitas matematik
2. Sebagai bahan informasi, gambaran serta pertimbangan bagi guru dalam
memilih model pembelajaran yang dapat meningkatkan kreativitas siswa.
3. Memberikan informasi bagi sekolah dan lembaga pendidikan dalam
mengambil kebijakan penerapan inovasi pembelajaran sebagai upaya
55 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data temuan penelitian selama menggunakan model pembelajaran inkuiri kelompok dengan menggunakan inkuiri individu pada kreativitas siswa, diperoleh kesimpulan yang merupakan jawaban atas pertanyaan yang diajukan dalam rumusan masalah. Kesimpulan tersebut sebagai berikut :
Terdapat perbedaan kreativitas antara siswa yang diberi model pembelajaran inkuiri kelompok dengan model pembelajaran inkuiri individu di SMP Negeri 1 Tanjung Morawa T.A 2014/2015 dengan rata-rata kreativitas siswa kelas eksperimen adalah 25,80 dan rata-rata-rata-rata kreativitas siswa kelas kontrol adalah 22,80. Secara deskriptif diperoleh rata-rata kelancaran (fluency) kelas eksperimen sebesar 10,08 sedangkan kelas kontrol sebesar 8,88. Rata-rata keluwesan (flexibility) kelas eksperimen sebesar 9,52 sedangkan kelas kontrol sebesar 7,92. Rata-rata kebaruan (originality) kelas eksperimen sebesar 6,2 sedangkan kelas kontrol sebesar 6,0.
5.2 Saran
1. Kepada guru matematika, model pembelajaran inkuiri kelompok efektif digunakan jika bahan ajar yang akan diberikan cocok untuk dilakukan diskusi oleh kelompok siswa serta waktu yang cukup dan model pembelajaran inkuiri individu efektif bila digunakan pada saat guru ingin mendemonstrasikan suatu teknik atau prosedur, biasanya merupakan suatu teknik atau prosedur tertentu untuk kegiatan praktik.
56
3. Bagi pihak terkait lainnya seperti pihak sekolah diharapkan untuk lebih memperhatikan kelebihan dan kelemahan dari pembelajaran yang digunakan dalam mengajarkan matematika dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Ali dan Ansori . 2004. Kreativitas, Kebudayaan dan Pengembangan Iptek. Bandung: Depdikbud – PT. Alfabeta
Arikunto, S.,(1999), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta Dimyati dan Mudjiono, (2006), Belajar dan Mengajar, Penerbit Rineka Cipta,
Jakarta.
Gulo, W., (2008), Strategi Belajar Mengajar, Grasindo, Jakarta
Istarani, (2012), 58 Model Pembelajaran Inovatif, Media Persada, Medan.
Munandar, U. (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Pertiwi, I. (2014). Meningkatkan kemampuan pemecahan Masalah siswa dengan model Pembelajaran Inkuiri pada matri teorema Pythagoras di kelas VIII SMP Negeri 1 Sunggal. Medan
Rambey. (2008) Upaya meningkatkan hasil belajar dan kreativitas matematika siswa melalui Model Pembelajaran Inkuiri di kelas X SMA Negeri 1 Dolok Batu Nanggan. Medan
Roestiyah, (2008), Strategi Belajar Mengajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Sagala, S, (2009), Konsep dan Makna Pembelajaran, Alfabeta, Bandung.
Sanjaya,W. (2009), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Penerbit Kencana, Jakarta.
Saragih, D. (2013). Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Siswa.Medan:
Tesis UNIMED: Tidak dipublikasikan.
Sardiman, (2009), Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Penerbit Rajawali Pers, Jakarta.
Siswono, T.Y.E.(2008), Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan
dan Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif, Penerbit Unesa University Press
Sudjana., (2005), Metoda Statistika, Tarsito, Bandung.
Trianto, (2011), Mendesain Model Pembeajaran Inovatif Progresif, Penerbit Kencana, Jakarta.
Uno, H, B. (2011), Belajar dengan Pendekatan PAILKEM, Pembelajaran Aktif,
Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif, Menarik, Jakarta: Penerbit Bumi
ii