• Tidak ada hasil yang ditemukan

Induksi pembungaan secara in vitro pada tanaman anggrek cymbidium varietas lovely angel

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Induksi pembungaan secara in vitro pada tanaman anggrek cymbidium varietas lovely angel"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

IND

P

DUKSI

PADA T

V

PRO

IN

PEMBU

TANAMA

VARIETA

Ardhan

OGRAM

FAKU

NSTITUT

UNGAAN

AN ANG

AS LOV

Oleh nariswari

A34304

STUDI

LTAS P

PERTA

2009

N SECA

GGREK

VELY AN

h

Trenggo 040

HORTIKU

ERTANIA

ANIAN BO

9

ARA IN

K

Cymbi

NGEL

ono

ULTURA

AN

OGOR

VITRO

idium

(2)

RINGKASAN

ARDHANARISWARI TRENGGONO. Induksi Pembungaan secara In Vitro

pada Tanaman Anggrek Cymbidium Varietas Lovely Angel. (Dibimbing oleh NI MADE ARMINI WIENDI)

Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh konsentrasi

nitrogen dan fosfor terhadap pembungaan tanaman anggrek Cymbidium varietas

Lovely Angel secara in vitro. Diharapkan diperoleh komposisi media yang

optimum untuk menginduksi pembungaan tanaman anggrek Cymbidium varietas

Lovely Angel secara in vitro. Penelitian in vitro dilaksanakan di Laboratorium

Bioteknologi Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

Pertanian, Institut Pertanian Bogor dari bulan Februari 2008 sampai dengan bulan

September 2008.

Bahan tanaman yang digunakan adalah planlet Cymbidium varietas Lovely

Angel hasil persilangan antara varietas Winter Paradise dan Gardalvin, yang telah

didaftarkan di The Horticulture Society oleh Mukayama pada tahun 1991. Planlet yang digunakan berumur + 2 tahun sejak berkecambah dari biji. Planlet

Cymbidium varietas Lovely Angel tersebut sebelumnya ditanam di media pra perlakuan selama 2 bulan. Media pra perlakuan merupakan modifikasi dari media

Murashige and Skoog (MS) dengan penambahan zat pengatur tumbuh BAP

1.5 mg/l dan NAA 0.5 mg/l serta penambahan sukrosa sebanyak 40 g/l. Media

perlakuan juga merupakan modifikasi MS dengan berbagai kombinasi konsentrasi

nitrogen dan phospor serta penambahan zat pengatur tumbuh BAP 5 mg/l dan

GA3 5 mg/l serta sukrosa 30 g/l.

Penelitian disusun dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok

(RAK) dengan faktorial dua faktor. Faktor pertama adalah nitrogen yang

konsentrasinya terdiri dari 4 taraf {N1 (konsentrasi normal dari komposisi MS),

N2 (1/5 konsentrasi dari komposisi MS), N3 (1/10 konsentrasi dari komposisi

MS), N4 (1/20 konsentrasi dari komposisi MS)} dan faktor kedua adalah fosfor

yang konsentrasinya terdiri dari 2 taraf {P1 (konsentrasi normal dari komposisi

MS), P2 (5 kali konsentrasi dari komposisi MS)}. Sumber nitrogen yang

(3)

sumber fosfor yang digunakan adalah KH2PO4 dari komposisi media MS.

Penelitian terdiri dari 8 kombinasi perlakuan, yaitu N1P1, N2P1, N3P1, N4P1, N1P2,

N2P2, N3P2, N4P2. Setiap perlakuan dibuat menjadi 3 kelompok sehingga terdapat

24 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari 6 planlet sehingga total

terdapat 144 planlet sebagai satuan amatan. Satu botol kultur berisi 1 planlet

Cymbidium varietas Lovely Angel.

Kondisi kultur Cymbidium secara umum cukup baik, namun terdapat kultur

yang terkontaminasi cendawan. Penanaman planlet di media pra perlakuan

meningkatkan jumlah tunas, jumlah daun dan jumlah akar anggrek Cymbidium

varietas Lovely Angel. Kalus tidak terbentuk di media pra perlakuan. Interaksi

nitrogen dan phospor tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah

daun, jumlah tunas dan jumlah akar pada Cymbidium varietas Lovely Angel.

Media kombinasi nitrogen 1/5 konsentrasi dengan fosfor 5 kali konsentrasi

menghasilkan jumlah tunas tertinggi yaitu 11.5 tunas per kultur dan daun tertinggi

yaitu 30.11 helai per kultur. Jumlah akar tertinggi dihasilkan dari media dengan

penambahan nitrogen 1/20 konsentrasi dengan phospor 5 kali konsentrasi, yaitu

6.5 akar per kultur, namun pertumbuhan akar sangat lambat. Planlet yang ditanam

di media dengan konsentrasi nitrogen rendah menyebabkan daun berwarna

kekuningan dan terdapat tunas yang abnormal.

Sampai 20 minggu setelah dikulturkan, planlet Cymbidium belum ada yang

membentuk bunga pada semua perlakuan. Planlet Cymbidium varietas Lovely

Angel belum memasuki fase generatif yang ditunjukkan dengan masih tingginya

pertumbuhan vegetatif planlet. Belum terinduksinya bunga Cymbidium varietas

Lovely Angel secara in vitro diduga disebabkan oleh beberapa hal yaitu planlet masih dalam tahap juvenil sehingga belum mampu berbunga. Pemberian sukrosa

yang kurang tepat karena kebutuhan sukrosa untuk menginduksi pembungaan

secara in vitro berbeda-beda pada tiap-tiap spesies, kurang tepatnya konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) yang diberikan sehingga belum mampu menginduksi

pembungaan secara in vitro. Selain itu, berkurangnya konsentrasi kalium dalam media dan tidak stabilnya suhu serta pencahayaan di ruang kultur diduga

menghambat induksi pembungaan Cymbidium varietas Lovely Angel secara in

(4)

INDUKSI PEMBUNGAAN SECARA IN VITRO PADA

TANAMAN ANGGREK

Cymbidium

VARIETAS LOVELY ANGEL

Skripsi

Sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh

Ardhanariswari Trenggono A34304040

PROGRAM STUDI HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(5)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : INDUKSI PEMBUNGAAN SECARA IN VITRO PADA

TANAMAN ANGGREK Cymbidium VARIETAS LOVELY ANGEL

Nama : Ardhanariswari Trenggono

NRP : A34304040

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr Ni Made Armini Wiendi NIP 131 694 525

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr Ir Didy Sopandie, M.Agr NIP 131 124 019

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pacitan pada tanggal 28 April 1986, dan dibesarkan

di Pacitan, merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Bambang Trenggono

dan Ibu Endang Susiani.

Penulis mengawali pendidikan dasar di SD Negeri Pacitan tahun 1998,

pendidikan menengah pertama di SLTP Negeri 1 Pacitan, dan Pendidikan

menengah atas di SMU Negeri 1 Pacitan tahun 2004. Pada tahun yang sama

penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Hortikultura, Departemen

Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui

jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI).

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa

Taekwondo dan menjabat sebagai bendahara pada tahun 2005/2006 dan tahun

2006/2007. Selain itu penulis juga pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah

dasar Agronomi pada semester ganjil 2007/2008 dan mata kuliah

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan

rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Induksi

Pembungaan Secara In Vitro pada Tanaman Anggrek Cymbidium Varietas Lovely

Angel” ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

memperolah gelar Sarjana Pertanian Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada beberapa pihak yang telah

membantu dalam penyelesaian skripsi ini, antara lain adalah sebagai berikut :

1. Dr Ni Made Armini Wiendi sebagai dosen pembimbing penelitian yang telah

memberikan dukungan, saran dan masukan selama berlangsungnya penelitian

sampai dengan penyusunan skripsi.

2. Anas D. Susila, Phd sebagai dosen pembimbing akademik.

3. Dr Ir Winarso D. Widodo, MS dan Dr Ir Darda Efendi, MS sebagai dosen

penguji

4. Ayah, ibu, adik dan keluarga besar atas perhatian, semangat, dukungan lahir

batin, cinta, do’a dan kasih sayang yang tidak ada habisnya untuk penulis.

5. Ade Darmawansyah atas bantuan, dukungan dan do’anya dalam penelitian dan

penyusunan skripsi ini.

6. Eneng, Irwan, Mbak Nona dan Agus yang merupakan teman seperjuangan

selama penelitian.

7. Kak Asep, Yayu, Indah, Ceko, Kurnia, Dior atas dukungan dan doa kepada

penulis

8. Teman-teman di Wisma Rahayu Ani, Lita, Tina, Ari, Tanti, Lintang, Inggit

atas dukungannya selama penelitian dan penyusunan skripsi.

9. Teman-teman Hortikultura angkatan 41 yang telah memberikan dukungan

kepada penulis.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi yang memerlukannya,

terutama di bidang bioteknologi tanaman.

Bogor, Januari 2009

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Daftar Tabel... ix

Daftar Gambar... xi

PENDAHULUAN Latar Belakang ... ... 1

Tujuan ... 2

Hipotesis ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Cymbidium sp ... 4

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembungaan Anggrek ... 6

Pembungaan In Vitro ... 8

Zat Pengatur Tumbuh ... 9

Nitrogen dan Phospor ... 12

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat ... 14

Bahan dan Alat ... 14

Metode Penelitian ... 15

Pelaksanaan Penelitian ... 16

Pengamatan ... ... 18

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum ... 20

Pertumbuhan Tanaman Anggrek Cymbidium Varietas Lovely Angel di Media Pra Perlakuan ... 23

Pertumbuhan Tanaman Anggrek Cymbidium Varietas Lovely Angel di Media Perlakuan ... 28

Jumlah Tunas ... 28

Jumlah Daun ... 34

Jumlah Akar ... .... 37

Pembentukan Kalus ... 40

Fase Generatif ... 40

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 45

Saran ... 45

DAFTAR PUSTAKA... 46

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Konsentrasi Nitrogen, Fosfor dan Kalium dalam Media Perlakuan

Induksi Pembungaan Anggrek Cymbidium Varietas Loely Angel secara

In Vitro yang Diambil dari Komposisi Media Murashige dan Skoog (MS)... 15

2. l Rekapitulasi Hasil Uji F Pengaruh Nitrogen, Fosfor dan Interaksi Nitrogen dan Fosfor terhadap Jumlah Daun, Jumlah Akar dan Jumlah

Tunas Anggrek Cymbidium Varietas Lovely Angel secara In Vitro

sampai dengan 20 MST... 20

3. Persentase Kontaminasi Kultur Cymbidium Varietas Lovely Angel

Secara In Vitro di Media Pra Perlakuan Sejak Awal Penanaman sampai

dengan Bulan ke-2 setelah Tanam... 21

4. Persentase Kontaminasi Kultur Cymbidium Varietas Lovely Angel

Secara In Vitro Selama Pengamatan di Media Perlakuan Nitrogen

dengan Fosfor sampai dengan 20 MST... 21

5. Rata-rata Jumlah Tunas/Kultur pada Cymbidium Varietas Lovely Angel

Secara In Vitro di Media Pra Perlakuan Sejak Awal Penanaman sampai

dengan Bulan ke-2 setelah Tanam... 24

6. Rata-rata Jumlah Daun/Kultur pada Cymbidium Varietas Lovely Angel

Secara In Vitro di Media Pra Perlakuan Sejak Awal Penanaman sampai dengan Bulan Ke-2 setelah Tanam... 24

7. Rata-rata Jumlah Akar/Kultur pada Cymbidium Varietas Lovely Angel

Secara In Vitro di Media Pra Perlakuan Sejak Awal Penanaman sampai dengan Bulan Ke-2 setelah Tanam... 26

8. Pengaruh Nitrogen terhadap Rata-rata Jumlah Tunas/Kultur pada

Cymbidium Varietas Lovely Angel Secara In Vitro di Media Perlakuan Nitrogen dan Fosfor sampai dengan 20 MST... 30

9. Pengaruh Fosfor terhadap Rata-rata Jumlah Tunas/Kultur Cymbidium

Varietas Lovely Angel Secara In Vitro di Media Perlakuan Nitrogen

(10)

10. Pengaruh Interaksi Nitrogen dan Fosfor terhadap Rata-rata Jumlah

Tunas/Kultur pada Cymbidium Varietas Lovely Angel Secara In Vitro

di Media Perlakuan Nitrogen dan Fosfor sampai dengan 20 MST... 32

11. Pengaruh Nitrogen terhadap Rata-rata Jumlah Daun Cymbidium

Varietas Lovely Angel Secara In Vitro di Media Perlakuan Nitrogen

dan Fosfor sampai dengan 20 MST ... 34

12. Pengaruh Fosfor terhadap Rata-rata Jumlah Daun/Kultur pada

Cymbidium Varietas Lovely Angel Secara In Vitro di Media Perlakuan Nitrogen dan Fosfor sampai dengan 20 MST... 35

13. Pengaruh Interaksi Nitrogen dan Fosfor terhadap Rata-rata Jumlah

Daun Cymbidium Varietas Lovely Angel Secara In Vitro di Media

Kombinasi Perlakuan Nitrogen dan Fosfor sampai dengan 20 MST... 37

14.

Pengaruh Nitrogen terhadap Rata-rata Jumlah Akar/Kultur Cymbidium

Varietas Lovely Angel Secara In Vitro di Media Perlakuan Nitrogen

dan Fosfor sampai dengan 20 MST... 39

15. Pengaruh Fosfor terhadap Rata-rata Jumlah Akar/Kultur pada

Cymbidium Varietas Lovely Angel Secara In Vitro di Media Perlakuan Nitrogen dan Fosfor sampai dengan 20 MST... 39

16. Pengaruh Interaksi Nitrogen dan Fosfor terhadap Rata-rata Jumlah

Akar/Kultur pada Cymbidium Varietas Lovely Angel Secara In Vitro di Media Kombinasi Perlakuan Nitrogen dan Fosfor sampai dengan 20 MST... 40

Lampiran

1. Komposisi Media Murashige and Skoog... 51

2. Analisis Sidik Ragam Hasil Perlakuan Nitrogen (N), Fosfor (P) dan

Kombinasi Nitrogen dengan Fosfor (N*P) terhadap Jumlah Tunas pada

Induksi Pembungaan Tanaman Anggrek Cymbidium Varietas Lovely

Angel secara In Vitro... 52

3. Analisis Sidik Ragam Hasil Perlakuan Nitrogen (N), Fosfor (P) dan

Kombinasi Nitrogen dengan Fosfor (N*P) terhadap Jumlah Tunas pada

Induksi Pembungaan Tanaman Anggrek Cymbidium Varietas Lovely

(11)

4. Analisis Sidik Ragam Hasil Perlakuan Nitrogen (N), Fosfor (P) dan Kombinasi Nitrogen dengan Fosfor (N*P) terhadap Jumlah Tunas pada

Induksi Pembungaan Tanaman Anggrek Cymbidium Varietas Lovely

Angel secara In Vitro... 56

5. Pengaruh Nitrogen terhadap Rata-rata Jumlah Tunas Cymbidium

Varietas Lovely Angel di Media Perlakuan Nitrogen dan Fosfor sampai dengan 20 MST... 58

6. Pengaruh Fosfor terhadap Rata-rata Jumlah Tunas/Kultur pada

Cymbidium Varietas Lovely Angel Secara In Vitro di Media Perlakuan Nitrogen dan Fosfor sampai dengan 20 MST... 58

7. Pengaruh Interaksi Nitrogen dan Fosfor terhadap Rata-rata Jumlah Tunas/Kultur pada Cymbidium Varietas Lovely Angel Secara In Vitro di Media Perlakuan Nitrogen dan Fosfor sampai dengan 20 MST...

58 8. Pengaruh Nitrogen terhadap Rata-rata Jumlah Daun/Kultur pada

Cymbidium Varietas Lovely Angel Secara In Vitro di Media Perlakuan Nitrogen dan Fosfor sampai dengan 20 MST... 59

9. Pengaruh Fosfor terhadap Rata-rata Jumlah Daun/Kultur pada Cymbidium Varietas Lovely Angel Secara In Vitro di Media Perlakuan Nitrogen dan Fosfor sampai dengan 20 MST... 59

10. Pengaruh Nitrogen dan Fosfor terhadap Rata-rata Jumlah Daun/Kultur

pada Cymbidium Varietas Lovely Angel Secara In Vitro di Media

Perlakuan Nitrogen dan Fosfor sampai dengan 20 MST... 60

11. Pengaruh Nitrogen terhadap Rata-rata Jumlah Akar/Kultur pada

Cymbidium Varietas Lovely Angel Secara In Vitro di Media Perlakuan Nitrogen dan Fosfor sampai dengan 20 MST... 60

12. Pengaruh Fosfor terhadap Rata-rata Jumlah Akar/Kultur pada Cymbidium Varietas Lovely Angel Secara In Vitro di Media Perlakuan Nitrogen dan Fosfor sampai dengan 20 MST... 61

13. Pengaruh Nitrogen dan Fosfor terhadap Rata-rata Jumlah Akar/Kultur

pada Cymbidium Varietas Lovely Angel secara In Vitro di Media

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

1. Kontaminasi pada kultur Cymbidium varietas Lovely Angel di media

perlakuan nitrogen dan fosfor... 22

2. Tunas Cymbidium varietas Lovely Angel yang baru muncul. Tunas

muncul pada pangkal batang yang dekat dengan akar (tanda hitam)... 23

3. Planlet Cymbidium varietas Lovely Angel yang mengalami

pencokelatan pada daun di media pra perlakuan setelah disterilisasi dengan sodium hipoklorit 20 % selama 10 menit dan sodium hipoklorit 5 % selama 5 menit (tanda biru)... 25

4. Akar anggrek Cymbidium varietas Lovely Angel yang baru muncul pada

batang dengan warna putih kehijauan (tanda biru)... 27

5. Beberapa bentuk tunas pada planlet Cymbidium varietas Lovely Angel

di media perlakuan nitrogen dan fosfor pada 20 MST ... 29

6. Tunas anggrek Cymbidium varietas Lovely Angel di media perlakuan

nitrogen dan fosfor pada 20 MST; (A) Tunas yang muncul dari ketiak daun (tanda biru), (B) Tunas yang mengalami proliferasi (tanda biru) ... 31

7. Perbandingan jumlah tunas planlet Cymbidium varietas Lovely Angel

yang ditanam pada media perlakuan nitrogen dan fosfor... 33

8.

9.

Perbedaan tunas anggrek Cymbidium varietas Lovely Angel; (A) Daun

planlet yang ditanam pada media dengan konsentrasi nitrogen rendah, daun berwarna kekuningan, (B) Daun planlet yang ditanam pada media dengan konsentrasi nitrogen lebih tinggi, daun berwarna hijau...

(A) Media jernih karena senyawa fenol tidak keluar dari akar planlet Cymbidium varietas Lovely Angel (tanda biru) dan (B) Media berwarna

merah karena senyawa fenol keluar dari akar planlet Cymbidium

varietas Lovely Angel (tanda biru) ... 35

   

38

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Anggrek termasuk ke dalam famili Orchidaceae dan terdiri dari 20 000 –

35 000 spesies tersebar ke dalam 800 genus (Rimando, 2001). Anggrek sebagian

besar ditemukan di New Guinea, Indonesia, Filipina, Thailand, Malaysia,

beberapa daerah di Asia, Meksiko, Afrika dan Amerika Tengah termasuk Costa

Rica, Guatemala, Panama dan Honduras. Daerah pesisir barat Amerika Selatan

seperti Chili, Peru, Ekuador dan Kolumbia memiliki anggrek spesies sedangkan

Hawaii yang merupakan pusat produksi anggrek hanya memiliki sedikit anggrek

spesies. Anggrek termasuk tanaman Monocotyledonae, yaitu tanaman berbunga

yang berkeping tunggal (Hew dan Yong, 1996).

Anggrek Cymbidium pada umumnya terdapat di dataran tinggi (1000 m

dpl.), kecuali jenis-jenis yang menyukai dataran rendah seperti Cymbidium

aloifolium dan Cymbidium finlaysonianum. Di Indonesia, Cymbidium belum terkenal seperti anggrek bulan (Phalaenopsis spp.), tetapi melihat potensinya yang sangat besar, peluang untuk mengembangkan jenis ini masih terbuka lebar,

terlebih lagi Indonesia adalah salah satu pusat keragaman jenis-jenis Cymbidium

(Puspitaningtyas dan Mursidawati, 1999).

Pembungaan merupakan proses perubahan morfologi dan fisiologi yang

kompleks yang dipengaruhi oleh beberapa faktor internal dan eksternal. Kondisi

kultur seperti cahaya, suhu dan kelembaban merupakan faktor yang penting.

Induksi pembungaan dipengaruhi pertumbuhan organ, status nutrisi, rasio karbon

dengan nitrogen, genotip, tipe jaringan, subkultur dan pemotongan akar pada

spesies tanaman yang berbeda (Alex, Rajmohan, John dan Soni, 2008).

Sim, Loh dan Goh (2006) melaporkan bahwa anggrek menjadi komoditas

ekspor sebagai bunga potong di beberapa negara tropis seperti Thailand,

Singapura dan Malaysia sedangkan Hee, Loh dan Yeoh (2007) melaporkan bahwa

meningkatnya popularitas anggrek di Asia, Eropa dan Amerika memegang

peranan penting dalam peningkatan produksi anggrek dunia, namun perbanyakan

(14)

Secara in vivo, famili Orchidaceae biasanya memiliki periode juvenil yang

lama yaitu mencapai 13 tahun, pada anggrek Cymbidium sp. memerlukan waktu

4-7 tahun (Kostenyuk, 1999) dan pada anggrek Dendrobium Madame Thong-In

memerlukan waktu 2-4 tahun (Sim, et al. 2006). Sim, et al. (2006) melaporkan bahwa periode juvenil tanaman anggrek yang cukup lama menjadi permasalahan

bagi pemulia tanaman karena para pemulia tanaman harus menunggu beberapa

tahun untuk menumbuhkan ribuan bibit sebelum mengevaluasi kualitas bunga.

Rojanawong (2006) melaporkan bahwa periode juvenil anggrek yang lama

menyebabkan program pemuliaan tanaman pada anggrek menjadi sangat lambat.

Masa juvenil tanaman anggrek yang memerlukan waktu lama dapat diperpendek

secara signifikan dengan teknik kultur jaringan (Ziv dan Naor, 2006) sehingga

tanaman anggrek dapat berbunga dalam waktu singkat. Hee, et al. (2007)

melaporkan bahwa pemuliaan tanaman pada anggrek meliputi polinasi,

pematangan biji, perkembangan protocorm, pertumbuhan planlet secara in vitro dan pertumbuhan planlet di lapang.

Teknik yang digunakan untuk mempercepat pembungaan anggrek adalah

induksi pembungaan secara in vitro, yaitu teknik yang diawali dengan penanaman eksplan dari jaringan yang bebas hama dan penyakit serta membungakan pada

media pertumbuhan dalam lingkungan yang aseptik (Hew dan Yong, 1996).

Induksi pembungaan pada anggrek kurang dipahami meskipun beberapa usaha

untuk menginduksi pembungaan secara in vitro telah dilaporkan (Kostenyuk,

1999). Berdasarkan penelitian Kostenyuk (1999), anggrek Cymbidium

niveo-marginatum dapat berbunga dalam waktu 90 hari menggunakan teknik induksi

pembungaan secara in vitro dengan pemberian nitrogen konsentrasi rendah dan

fosfor konsentrasi tinggi.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh konsentrasi nitrogen

dan phospor terhadap pembungaan tanaman anggrek Cymbidium varietas Lovely

Angel secara in vitro. Diharapkan diperoleh komposisi media yang optimum

untuk menginduksi pembungaan tanaman anggrek Cymbidium varietas Lovely

(15)

Hipotesis

1. Diduga terdapat pengaruh phospor dalam induksi pembungaan tanaman

anggrek Cymbidium varietas Lovely Angel secara in vitro

2. Diduga terdapat pengaruh nitrogen dalam induksi pembungaan tanaman

anggrek Cymbidium varietas Lovely Angel secara in vitro

3. Diduga terdapat interaksi antara nitrogen dan phospor dalam mempengaruhi

pembungaan tanaman anggrek Cymbidium varietas Lovely Angel secara in

vitro.  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Cymbidium

sp.

Famili Orchidaceae terdiri dari 20 000 – 35 000 spesies dan tersebar dalam

800 genus. Jumlah ini mencapai 10% dari jumlah keseluruhan tanaman yang

menghasilkan bunga (Angiospermae) dalam kingdom Plantae. Beberapa spesies

endemik ditemukan di Filipina. Spesies endemik tersebut digunakan sebagai

tanaman induk untuk persilangan di beberapa negara, tetapi untuk Cymbidium

masih jarang digunakan. Anggrek dapat ditemukan di puncak gunung yang dingin

sampai daerah gurun pasir yang panas, pada batu dan akar mangrove, dekat

habitat perairan dan pada batang atau cabang pohon. Sebagian besar anggrek

tumbuh di daerah tropis yang lembab baik di belahan bumi utara maupun belahan

bumi selatan, terutama di daerah hutan pegunungan (Rimando, 2001).

Bunga anggrek terdiri dari 5 bagian utama yaitu kelopak bunga, mahkota,

benang sari, putik dan bakal buah. Benang sari dan putik membentuk suatu

struktur yang disebut column. Column anggrek tidak mempunyai tepung sari,

tetapi terdapat gumpalan serbuk sari yang disebut polinia. Pada bunga anggrek

terdapat bibir bunga (labellum) yang berwarna lebih cerah yang sering dihinggapi serangga (Gunawan, 1992).

Anggrek Cymbidium merupakan salah satu marga anggrek tertua dalam

sejarah kehidupan manusia. Marga ini sudah dikenal orang sejak ribuan tahun

yang lalu. Di dunia terdapat 44 jenis Cymbidium yang tersebar mulai dari Barat

Daya India, Jepang, Asia Tenggara hingga Australia dan dari 44 jenis ini, 14 di

antaranya terdapat di kawasan Asia Tenggara. Nama Cymbidium diambil dari

bahasa Yunani “Kymbes” yang berarti perahu. Kata ini mengacu pada bibir bunga anggrek (labellum) yang mirip perahu (Puspitaningtyas dan Mursidawati, 1999).

Anggrek Cymbidium pada umumnya terdapat di dataran tinggi (lebih dari

1000 m dpl), kecuali jenis-jenis menyukai dataran rendah seperti Cymbidium

aloifolium dan Cymbidium finlaysonianum. Di Indonesia, Cymbidium belum

(17)

terlebih lagi Indonesia merupakan salah satu pusat keragaman jenis-jenis

Cymbidium (Puspitaningtyas dan Mursidawati, 1999).

Jenis anggrek Cymbidium umumnya merupakan anggrek terrestrial, epifit

atau litofit, dalam beberapa hal tidak jarang ditemukan pula epifit yang tumbuh

sebagai litofit (Puspitaningtyas dan Mursidawati, 1999). Perawakan anggrek

Cymbidium simpodial dengan diameter akar berukuran lebih dari 8 mm yang

dilapisi oleh velamen berwarna putih. Batangnya tegak, biasanya membentuk

umbi semu (pseudobulb) yang bentuknya bulat hingga gepeng. Semakin tua

umurnya, umbi semunya (pseudobulb) semakin banyak. Daun 3-12 tersusun

menggarpu, helai daun kaku dan biasanya dapat bertahan antara 2-4 tahun, ujung

daun umumnya asimetris. Pembungaan tidak bercabang, tegak, menjulang atau

menggantung. Tangkai bunga biasanya tertutup oleh pelepah daun. Jumlah bunga

dalam setiap tangkai bervariasi bahkan dapat mencapai 50 kuntum. Perhiasan

bunga terdiri dari 2 helai mahkota dan 1 kelopak tengah serta 2 kelopak samping,

bibir biasanya menempel pada dasar tugu, pada bagian tengah terdapat 2 tonjolan

halus (callus ridges), tugu bersayap tipis dan sayap makin menebal ke arah

pangkal. Kepala sari membentuk 2 kotak sari (Puspitaningtyas dan Mursidawati,

1999).

Anggrek Cymbidium merupakan tanaman yang tidak menggugurkan

daunnya, berakar kuat dan tebal. Daunnya selalu hijau dan tetap ada selama

beberapa tahun. Bagian basal tanaman merupakan umbi semu yang

menggembung. Ukuran umbi semu bervariasi untuk tiap-tiap spesies dengan

bentuk gada (clavata). Umbi ini tumbuh berdekatan pada rhizome dan pada

tanaman yang sudah tua sering membentuk rumpun yang besar. Pertumbuhan

tunas baru akan terjadi setiap kurang lebih 6 bulan di daerah tropika dan akan

terjadi pula pemisahan rumpun (Herlina, 1986).

Anggrek Cymbidium paling banyak dikembangkan dan paling banyak

tumbuh di daerah beriklim sedang. Cymbidium dapat bertahan pada suhu 50C

pada saat musim dingin dan biasanya ditanam dalam pot besar. Tanaman ini

memerlukan kelembaban dan naungan saat musim panas. Bunga Cymbidium

dapat mencapai panjang 150 cm dengan warna bervariasi, di antaranya warna

(18)

yang bercorak, belang dan berbintik. Saat musim dingin yang ekstrim,

Cymbidium harus dimasukkan dalam ruangan yang diberi cahaya. Cymbidium

tidak akan berbunga sampai mendapatkan suhu yang lebih hangat (Macoboy,

1980).

Menurut Herlina (1986), spesies anggrek Cymbidium digolongkan menjadi

tiga golongan yaitu :

a. Spesies-spesies dengan bunga besar dan sebagian besar tumbuh pada keadaan

lingkungan dengan suhu rendah yaitu : Cymbidium eburneum, Cymbidium

erythrostylum, Cymbidium giganteum, Cymbidium grandiflorum, Cymbidium l’ansoni, Cymbidium insigne, Cymbidium lowianum dan Cymbidium parishii.

b. Spesies-spesies dengan bunga kecil, rangkaian bunga menggantung, tumbuh

pada keadaan suhu sedang. Beberapa contoh di antaranya yaitu : Cymbidium

aloifolium, Cymbidium atropurpureum, Cymbidium devonianum, Cymbidium finlaysonianum dan Cymbidium pendulum.

c. Spesies-spesies miniatur, beberapa contoh di antaranya yaitu : Cymbidium

ensifolium, Cymbidium canaliculatum, Cymbidium faberi, Cymbidium

forrestii, Cymbidium gyokuchin, Cymbidium kanran, Cymbidium hoosai, Cymbidium pumilum, Cymbidium triginum dan Cymbidium virescen.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembungaan Anggrek

Herlina (1986) melaporkan bahwa terdapat beberapa tipe pembungaan

tanaman anggrek. Di daerah tropika, anggrek mempunyai tipe pembungaan

musiman, yaitu musim berbunga lebat atau berbunga sepanjang tahun sedangkan

untuk spesies dan hibrida anggrek dari daerah sedang selalu berbunga teratur atau

tetap.

Di Singapura selama bulan Agustus hingga Oktober sebagian anggrek

lokal berbunga lebat. Dari kenyataan ini dapat dikatakan bahwa pembungaan

tanaman anggrek diatur oleh beberapa faktor lingkungan. Terdapat dua faktor

lingkungan yang mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan tanaman

(19)

Menurut Herlina (1986) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

pembungaan tanaman anggrek yaitu :

1. Fotoperioditas

Beberapa jenis anggrek termasuk dalam golongan tanaman berhari

panjang, tanaman berhari pendek dan tanaman netral sedangkan yang lain

dipengaruhi oleh suhu atau fluktuasi suhu. Tanaman tropis lebih peka terhadap

sedikit perbedaan panjang hari dibandingkan dengan tanaman sub tropis.

2. Intensitas Cahaya

Sebagian besar anggrek tropis merupakan tanaman netral tetapi

dipengaruhi oleh intensitas cahaya. Cahaya merupakan faktor penting untuk

menginduksi pembungaan Cymbidium. Untuk Cymbidium varietas Rozette

diperlukan cahaya 1000 fc, panjang hari 14 jam, suhu 220 C pada siang hari

dan 180 C pada malam hari untuk pembentukan bunga.

3. Suhu

Pada umumnya suhu yang tinggi merangsang vegetatif sedangkan suhu

rendah merangsang generatif. Dilihat dari segi morfologi, tanaman dan bunga

Cymbidium terbagi dalam dua ukuran, yaitu ukuran standar dan ukuran

miniatur. Dari dua macam ukuran ini muncul hibrida-hibrida yang berukuran

di antara keduanya. Kedua jenis Cymbidium tersebut membutuhkan

lingkungan yang berbeda untuk pertumbuhan maupun pembungaannya. Pada

umunya Cymbidium membutuhkan suhu sekitar 320 C pada siang hari dan

suhu 120 C pada malam hari untuk menginduksi bunga.

4. Pengendalian Hormonal

Pada anggrek Aranda kultivar Deborah, pembungaan diatur oleh pengaruh

dominansi apikal. Hal ini ditunjang fakta bahwa dengan pemberian sitokinin

(BA) mengakibatkan produksi rangkaian bunga menjadi ganda. Anti auksin

dan penghambat efektif untuk merangsang pembungaan. Hal ini menunjukkan

bahwa auksin menghambat pembungaan pada tanaman anggrek monopodial.

Sitokinin juga menginduksi pembungaan anggrek hibrida Dendrobium dan

giberelin dilaporkan merangsang pembungaan pada Bletila striata, Cymbidium

(20)

Pembungaan

In Vitro

Pembungaan merupakan proses perubahan morfologi dan fisiologi yang

kompleks yang dipengaruhi oleh beberapa faktor internal dan eksternal. Kondisi

kultur seperti cahaya, suhu dan kelembaban merupakan faktor yang penting.

Induksi pembungaan dipengaruhi pertumbuhan organ, status nutrisi, rasio karbon

dengan nitrogen, genotip, tipe jaringan, subkultur dan pemotongan akar pada

spesies tanaman yang berbeda (Alex, et al., 2008).

Teknik pembungaan in vitro merupakan teknik yang diawali dengan

penanaman eksplan dari jaringan yang bebas hama dan panyakit serta

membungakan pada media pertumbuhan dalam lingkungan yang aseptik. Manfaat

dari pembungaan secara in vitro yaitu dapat memperpendek periode

perkembangbiakan anggrek transgenik, hibrida baru dan kultivar (Hew dan Yong,

1996) sehingga tanaman anggrek dapat berbunga dalam waktu singkat. Induksi

pembungaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya jenis dan konsentrasi

hormon tanaman, vitamin, sumber karbohidrat, suhu, intensitas cahaya, perlakuan

fotoperiodik serta perbedaan bahan organik dan anorganik. Pembungaan tersebut

dihasilkan dari interaksi zat pengatur tumbuh seperti sitokinin, auksin, giberelin,

etilen, asam absisat atau zat-zat lain (Hew dan Yong, 1996).

Dalam induksi pembungaan secara in vitro diperlukan gula sebagai

sumber karbon dalam media untuk induksi dan perkembangan bunga. Scorza

(1982) melaporkan bahwa konsentrasi gula optimal untuk induksi pembungaan

berbeda untuk masing-masing spesies. Glukosa, maltosa, laktosa dan rafinosa

telah berhasil digunakan meskipun sukrosa adalah sumber karbon yang paling

sering digunakan (Hew dan Yong, 1996).

Pada anggrek, beberapa peneliti melaporkan bahwa induksi perkembangan

bunga dengan BAP memerlukan nutrisi yang tepat seperti perimbangan antara

karbohidrat dan nitrogen. Sebagai contoh, BAP menginisiasi pembentukan bunga

pada Doriella Tiny, tetapi apabila terlalu lama ditumbuhkan dalam media yang

mengandung BAP justru akan menghambat perkembangan bunga (Hew dan

(21)

Zat Pengatur Tumbuh

Dalam kultur jaringan, dua golongan zat pengatur tumbuh yang sangat

penting adalah auksin dan sitokinin. Zat pengatur tumbuh ini mempengaruhi

pertumbuhan dan morfogenesis dalam kultur sel, jaringan dan organ. Interaksi dan

perimbangan antara zat pengatur tumbuh yang diberikan dalam media yang

diproduksi oleh sel secara endogen, menentukan arah perkembangan suatu kultur

(Gunawan, 1988).

Auksin digunakan secara luas dalam kultur jaringan untuk merangsang

pertumbuhan kalus, suspensi sel dan organ. Level auksin dalam eksplan,

tergantung dari bagian tanaman yang diambil dan jenis tanamannya. Auksin alami

adalah Indole Acetic Acid (IAA) sedangkan auksin sintetik antara lain NAA, IBA, 2.4-D (Gunawan, 1988).

Scorza (1982) melaporkan bahwa sitokinin diperlukan dalam pembungaan

in vitro. Penelitian in vitro pada organogenesis internode tembakau berperan

penting untuk menjelaskan bahwa dengan adanya aktivitas sitokinin dalam RNA,

sitokinin mengatur organogenesis dengan mempengaruhi biosintesis dari faktor

pertumbuhan lainnya seperti thiamin dan auksin. Selain itu sitokinin berperan

sebagai modulator dalam biosintesis protein. Sitokinin meningkatkan pembungaan

ketika auksin menghambat. Menurut Gunawan (1988) sitokinin adalah turunan

dari adenin. Golongan ini sangat penting dalam pengaturan pembelahan sel dan

morfogenesis. Seperti auksin, terdapat sitokinin yang alamiah dan sintesis.

Sitokinin yang biasa digunakan dalam kultur jaringan antara lain kinetin, zeatin,

2-iP, BAP/BA, PBA dan Thidiazuron.

Penggunaan giberelin dalam kultur jaringan, kadang-kadang membantu

morfogenesis. Tetapi dalam kultur kalus dimana pertumbuhan sudah cepat hanya

dengan auksin dan sitokinin, maka penambahan giberelin sering menghambat.

Pada umumnya giberelin, terutama GA3 menghambat perakaran (Gunawan,

1988).

Beberapa golongan zat pengatur tumbuh telah banyak digunakan untuk

menginduksi pembungaan secara in vitro di antaranya sitokinin, auksin dan

giberelin. Induksi pembungaan Cymbidium niveo-marginatum secara in vitro

(22)

(NAA), 6-Benzylaminopurine (BAP), Banzyladenin (BA), Thidiazuron (TDZ), 2,3,5-Triiodobenzoic acid (TIBA), Paclobutrazol (PBZ) dan giberelin (GA3).

Induksi pembungaan anggrek Cymbidium niveo-marginatum secara in vitro

dengan pemberian BA sebanyak 10 mg/l yang dikombinasikan dengan

pemotongan akar dan perlakuan nitrogen fosfor (nitrogen rendah dan fosfor

tinggi) menghasilkan jumlah bunga paling tinggi dibandingkan perlakuan tanpa

pemberian BA. Pemberian TDZ sebanyak 2.5 mg/l mampu menginduksi bunga

cukup tinggi pada Cymbidium niveo-marginatum secara in vitro tetapi

menyebabkan petumbuhan planlet menjadi jelek dan tangkai bunga cepat menjadi

layu sedangkan pemberian TIBA, NAA dan PBZ pada berbagai konsentrasi justru

menghambat induksi pembungaan anggrek Cymbidium niveo-marginatum secara

in vitro. Pemberian GA3 sebanyak 15 mg/l menghasilkan jumlah bunga lebih

rendah dibandingkan perlakuan tanpa pemberian GA3. Hal ini diduga bahwa

giberelin berinteraksi dengan zat pengatur tumbuh lain dalam menginduksi

pembungaan Cymbidium niveo-marginatum secara in vitro (Kostenyuk, 1999).

Pada induksi pembungaan tanaman zaitun secara in vitro, semakin tinggi

konsentrasi GA3 yang diberikan maka semakin tinggi jumlah bunga yang

dihasilkan(Chaari-Rkhis et al., 2006).

Sim, Loh dan Goh (2006) melaporkan bahwa Dendrobium Madame

Thong-In dapat berbunga secara in vitro pada media KC dengan penambahan BA

4.4 µM (0,99 mg/l) dan tidak berbunga pada media yang tidak mengandung BA.

Hee, Loh dan Yeoh (2007) melaporkan bahwa Dendrobium Chao Praya Smile

dapat berbunga secara in vitro dalam waktu 6 bulan sejak berkecambah dari biji dengan penambahan zat pengatur tumbuh (BA) pada media modifikasi Knudson

C (KC) padat-cair. Pemberian BA 11.1 µM (2.5 mg/l) menghasilkan jumlah

bunga tertinggi sedangkan pemberian BA 22.2 µM (5 mg/l) menghasilkan jumlah

yang lebih rendah pada induksi pembungaan Dendrobium Chao Praya Smile

secara in vitro. Rojanawang (2006) melaporkan bahwa Phalaenopsis Cygnus

“Silky Moon” dapat berbunga secara in vitro pada media Vacint and Went (VW)

yang ditambahkan BA dengan konsentrasi tinggi 66.6 µM (15 mg/l). Induksi

pembungaan Dendrobium Sonia-17 sangat dipengaruhi oleh BA. Planlet

(23)

2.5 mg/l dapat menginduksi bunga. Warna bunga yang dihasilkan secara in vitro

sama dengan bunga yang dihasilkan secara in vivo meskipun ukuran bunga lebih

kecil (Alex et al., 2008).

Induksi pembungaan Dendrobium candidum secara in vitro dilakukan

dengan menanam protocorm ke dalam media modifikasi Murashige and Skoog

(MS) dengan penambahan berbagai jenis zat pengatur tumbuh, di antaranya NAA,

ABA, BA, dan Spermidine. Kombinasi BA 0.5 mg/l dan NAA 1.5 mg/l yang

ditambahkan dalam media MS dapat menstimulasi inisiasi bunga sebanyak

20.3% dengan batang yang tebal tanpa menghasilkan akar. Kombinasi media MS

dengan BA 0.5 mg/l, NAA 1.5 mg/l dan spermidin 0.5 mmol/l meningkatkan

frekuensi pembungaan sampai dengan 36% pada Dendrobium candidum tetapi

peningkatan konsentrasi spermidin menjadi 2 mmol/l justru menurunkan frekuensi

bunga secara drastis. Pada penelitian induksi pembungaan Dendrobium candidum

secara in vitro, pemberian ABA 0.5-1.5 mg/l pada media MS tidak dapat

menghasilkan bunga sehingga harus dilakukan subkultur protocorm ke dalam

media MS dengan penambahan BA 2 mg/l. Setelah protocorm disubkultur ke

dalam media MS dengan penambahan BA 2 mg/l frekuensi bunga meningkat

sampai dengan 82.8 %. Protocorm Dendrobium candidum yang ditanam di MS

dengan penambahan NAA tidak menghasilkan bunga sampai dengan 150 hari

(Guangyuan dan Zhihong, 1997).

Jenis-jenis zat pengatur tumbuh seperti sitokinin, auksin dan giberelin juga

telah berhasil menginduksi pembungaan secara in vitro pada tanaman selain

anggrek. Tisserat (1988) melaporkan bahwa planlet bayam (Amaranthus) pada

media yang ditambahkan NAA 0.03 mg/l, 0.1 mg/l dan 0.3 mg/l memproduksi

bunga sebanyak 14.2%, 28.5% dan 7.1% sedangkan planlet bayam yang ditanam

pada media yang mengandung ABA dan GA3 pada berbagai konsentrasi tidak

memproduksi bunga. Pada penelitian Singh, Jaiswal dan Jaiswal (2000) telah

dilaporkan bahwa tanaman bambu (Dendrocalamus strictus) dapat berbunga

secara in vitro dengan penambahan TDZ 0.5 mg/l sampai dengan 1 mg/l. Wang,

Yuan dan Hong (2002) melaporkan bahwa kombinasi TDZ 0.5 mg/l dan NAA

0.1 mg/l atau zeatin (ZT) 0.5 mg/l dan NAA 0.1mg/l yang ditambahkan pada

(24)

kultivar Orange Parade. Benzylaminopurine (BAP), kinetin (KN) dan zeatin (ZT) pada konsentrasi rendah yaitu 0.1 µM, 0.5 µM dan 1 µM dapat menginduksi

pembungaan kacang tanah (Arachis hypogea) tetapi justru menghambat

pembungaan pada konsentrasi yang lebih tinggi yaitu 5 µM dan 10 µM. Hal ini

menunjukkan bahwa penambahan BAP, KN dan ZN pada media mempengaruhi

induksi pembungaan secara in vitro. Konsentrasi BAP 0.1 µM, KN 1 µM atau ZN

0.5 µM merupakan konsentrasi terbaik untuk menginduksi pembungaan kacang

tanah secara in vitro (Asawaphan, 2005).

Nitrogen dan Fosfor

Nitrogen merupakan unsur pokok dari protein, asam nukleat dan klorofil

serta banyak dibutuhkan dalam pertumbuhan tanaman. Komponen nitrogen terdiri

dari bahan kering protoplasma yang merupakan bahan hidup dari sel tanaman.

Kekurangan nitrogen menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi lambat dan

menyebabkan terjadinya klorosis pada daun (Adams dan Early, 2004).

Fosfor merupakan bagian penting dalam produksi asam nukleat dan

produksi adenosin trifosfat (ATP). Fosfat organik dibutuhkan tanaman untuk

respirasi. Selain itu juga dibutuhkan bagian organ aktif tanaman seperti akar dan

buah (Adams dan Early, 2004).

Nitrogen dan fosfor memiliki peranan penting dalam menginduksi

pembungaan secara in vitro. Penurunan konsentrasi nitrogen sampai dengan

1/25 konsentrasi dan peningkatan konsentrasi fosfor sampai dengan 5 kali

konsentrasi mendorong pembungaan anggrek Cymbidium niveo-marginatum

secara in vitro. Penurunan konsentrasi nitrogen dan peningkatan konsentrasi

fosfor tanpa kombinasi perlakuan lain tidak mampu menginduksi pembungaan

Cymbidium niveo-marginatum secara in vitro. Setelah dilakukan kombinasi

dengan pemotongan akar dan penambahan BA 10 mg/l, anggrek Cymbidium

niveo-marginatum dapat menghasilkan bunga sampai dengan 97.5% (Kostenyuk, 1999). Franklin (2000) melaporkan bahwa penurunan amonium nitrat (NH4NO3)

sampai dengan 8.25 mg/l meningkatkan produksi bunga sempurna pada induksi

pembungaan kacang polong (Pisum sativum) secara in vitro.

Induksi pembungaan secara in vitro juga dipengaruhi oleh tingkat dan

(25)

menghambat pembungaan dan mendorong pertumbuhan vegetatif, sehingga

konsentrasinya harus diturunkan. Penggunaan media MS dengan konsentrasi

setengah atau menurunkan konsentrasi nitrogen meningkatkan pembungaan

secara in vitro pada tanaman Bambusa vulgaris, Dendrocalamus giganteus,

Dendrocalamus strictus, Cymbidium, Doritis, ginseng, dan tomat (Ziv dan Naor,

2006). 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(26)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Tanaman,

Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

Bogor dari bulan Februari 2008 sampai dengan bulan September 2008.

Bahan dan Alat

Bahan tanaman yang digunakan adalah planlet Cymbidium varietas Lovely

Angel hasil persilangan antara varietas Winter Paradise dan Gardalvin, yang telah

didaftarkan di The Horticulture Society oleh Mukayama pada tahun 1991. Planlet yang digunakan berumur + 2 tahun sejak berkecambah dari biji. Planlet

Cymbidium varietas Lovely Angel tersebut sebelumnya ditanam di media pra

perlakuan, yaitu modifikasi dari media Murashige and Skoog (MS)  dengan

penambahan zat pengatur tumbuh BAP 1.5 mg/l dan NAA 0.5 mg/l serta

penambahan sukrosa sebanyak 40 g/l.

Bahan untuk pembuatan media dasar meliputi larutan stok Murashige and

Skoog (MS), Zat Pengatur Tumbuh (Giberelin, NAA dan BAP), agar-agar,

sukrosa, KOH, HCl dan aquades. Media dasar untuk perlakuan pembungaan

merupakan komposisi Murashige dan Skoog (MS) yang dimodifikasi. Komposisi

media dasar MS disajikan pada Tabel Lampiran 1. Bahan sterilisasi yang

digunakan dalam penelitian ini adalah alkohol 70% dan sodium hipoklorit.

Alat yang digunakan dalam pembuatan media antara lain botol kultur

berukuran volume 300 ml, timbangan analitik, labu takar, gelas ukur, tissue, pH

meter, plastik, karet gelang, peralatan masak, magnetic stirrer dan autoclave. Alat

yang digunakan untuk penanaman adalah Laminar Air Flow Cabinet (LAFC),

gunting, pinset, scalpel, cawan petri, bunsen dan korek api. Alat-alat yang

digunakan untuk penyimpanan adalah rak kultur yang dilengkapi dengan lampu

fluorescene dengan intensitas penyinaran 1000 lux.

(27)

Metode Penelitian

Penelitian disusun dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok

(RAK) faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama adalah nitrogen yang

konsentrasinya terdiri dari 4 taraf {N1 (konsentrasi normal dari komposisi MS),

N2 (1/5 konsentrasi dari komposisi MS), N3 (1/10 konsentrasi dari komposisi

MS), N4 (1/20 konsentrasi dari komposisi MS)}, dan faktor kedua adalah fosfor

yang konsentrasinya terdiri dari 2 taraf {P1 (konsentrasi normal dari komposisi

MS), P2 (5 kali konsentrasi dari komposisi MS)}. Sumber nitrogen yang

digunakan adalah NH4NO3 dan KNO3 dari komposisi media MS sedangkan

sumber fosfor yang digunakan adalah KH2PO4 dari komposisi media MS.

Penelitian terdiri dari 8 kombinasi perlakuan, yaitu N1P1, N2P1, N3P1, N4P1, N1P2,

N2P2, N3P2, N4P2. Penempatan botol pada rak kultur diacak pada masing-masing

ulangan. Setiap perlakuan dibuat menjadi 3 kelompok sehingga terdapat 24 satuan

percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari 6 planlet sehingga total terdapat

144 planlet sebagai satuan amatan. Satu botol kultur berisi 1 planlet Cymbidium varietas Lovely Angel.

Tabel 1. Konsentrasi Nitrogen, Fosfor dan Kalium dalam Media Perlakuan

Induksi Pembungaan Anggrek Cymbidium Varietas Loely Angel secara

In Vitro yang Diambil dari Komposisi Media Murashige dan Skoog (MS)

Keterangan : N : Nitrogen P : Fosfor K : Kalium

Perlakuan Total N (mg/l) Total P (mg/l) Total K (mg/l)

MS Konsentrasi Normal 551.86 37.84 784.18

N1P1 551.86 37.84 784.18

N1P2 551.86 189.21 980.86

N2P1 110.37 37.84 196.33

N2P2 110.37 189.21 392.99

N3P1 55.19 37.84 122.85

N3P2 55.19 189.21 319.51

N4P1 27.59 37.84 86.11

(28)

Model statistika yang digunakan sebagai berikut :

Yijk = µ + τi + βj + (τβ)ij + ρk + εijk

Keterangan :

Yijk = nilai pengamatan pengaruh faktor konsentrasi nitrogen ke-i, faktor

konsentrasi fosfor ke-j dan kelompok ke-k

µ = rataan umum

τi = pengaruh konsentrasi nitrogen ke-i (i=1,2,3,4)

βj = pengaruh konsentrasi fosfor ke-j (j=1,2)

(τβ))ij = pengaruh interaksi konsentrasi nitrogen ke-i dengan konsentrasi fosfor

ke-j

ρk = pengaruh kelompok ke-k (1,2,3)

εijk = galat percobaan

Pengolahan data untuk setiap peubah yang diamati dilakukan dengan

menggunakan uji F pada sistem SAS (Statistical Analysis System). Perlakuan yang

berpengaruh nyata pada uji F dilakukan uji lanjut menggunakan Duncan Multiple

Range Test (DMRT) pada taraf 5%.

Pelaksanaan

Persiapan Alat 

Peralatan yang akan digunakan dalam pembuatan media dicuci dengan

deterjen sampai bersih kemudian disterilkan ke dalam autoclave pada suhu

1210C dengan tekanan 0.1 bar selama satu jam. Alat-alat yang perlu disterilkan

yaitu pinset, cawan petri, gagang scalpel, pengaduk, erlenmeyer, botol kultur dan

gelas piala.

Pembuatan Media

Tahap awal dalam pembuatan media adalah pembuatan larutan stok.

Larutan stok berfungsi untuk mempermudah pembuatan media. Media dibuat

dengan memipet larutan stok berdasarkan konsentrasi yang dibutuhkan untuk

membuat 1 liter media, diambil dari komposisi media MS yang disajikan pada

Tabel Lampiran 1. Stok yang dipipet adalah stok A (20 ml/l), stok B (20ml/l), stok

(29)

dan stok myo-inositol (10 ml/l). Setelah semua larotan stok dipipet kemudian

ditambah aquades hingga mencapai 1 liter. Selanjutnya dilakukan pengukuran pH

dengan pH meter hingga mencapai pH 5.8 menggunakan HCl 1 N dan KOH 1 N.

Setelah pH mencapai 5.8, media dimasak dengan campuran agar-agar dan dituang

ke dalam botol kultur ukuran 300 ml kemudian di autoclave selama 20 menit.

Media yang sudah di autoclave disimpan dalam ruangan dengan suhu 200 C.

Media pra perlakuan dibuat dengan penambahan zat pengatur tumbuh

golongan sitokinin (BAP) 1.5 mg/l dan auksin (NAA) 0.5 mg/l serta sukrosa

40 g/l. Media perlakuan merupakan media MS dengan modifikasi jumlah fosfor

dan nitrogen, ditambah sitokinin (BAP) 5 mg/liter, giberelin (GA3) 5 mg/l serta

sukrosa 30 g/liter.

Persiapan Bahan Tanaman

Cymbidium Lovely Angel sebelumnya telah ditanam pada media pra

perlakuan, yaitu modifikasi dari media Murashige dan Skoog (MS)  dengan

penambahan zat pengatur tumbuh BAP 1.5 mg/l dan NAA 0.5 mg/l serta

penambahan sukrosa sebanyak 40 g/l. Planlet Cymbidium varietas Lovely Angel

ditanam di media pra perlakuan terlebih dahulu selama 2 bulan (dari bulan

Februari 2008 sampai dengan bulan Maret 2008) kemudian ditanam di media

perlakuan. Sebelum ditanam dalam media pra perlakuan, planlet disterilisasi

dengan direndam sodium hipoklorit 20 % selama 10 menit dan sodium hipoklorit

5 % selama 5 menit untuk mencegah terjadinya kontaminasi, kemudian dilakukan

sedikit pemotongan akar untuk membantu merangsang pembungaan. Setelah

2 bulan ditanam di media perlakuan, planlet Cymbidium disubkultur ke media

perlakuan untuk menginduksi pembungaan.

Penanaman

Penanaman planlet dilakukan di dalam Laminar Air Flow Cabinet (LAFC)

yang telah disterilkan dengan menyemprot dinding LAFC menggunakan alkohol

70 %. Setelah planlet ditanam dalam media, planlet disimpan dalam rak kultur

dalam ruangan yang bersuhu 250C dengan pemberian cahaya 16 jam/hari.

(30)

pada akar planlet dengan tujuan merangsang pembungaan pada tanaman anggrek

Cymbidium varietas Lovely Angel. Pemotongan akar dilakukan kembali pada saat planlet akan ditanam pada media perlakuan.

Proses Sterilisasi Planlet yang Terkontaminasi

Kultur yang terkontaminasi disterilisasi dengan melakukan perendaman

planlet yang terkontaminasi dalam sodium hipoklorit 5% selama 5 menit

kemudian dibilas dengan air steril dan ditanam di media baru. Apabila cendawan

telah menyerang bagian planlet, maka planlet dibersihkan terlebih dahulu

kemudian disterilisasi dengan sodium hipoklorit.

Penyimpanan

Planlet Cymbidium yang telah ditanam baik dalam media pra perlakuan

maupun media perlakuan disimpan dalam ruang kultur pada suhu 25 + 20C

dengan intensitas penyinaran 1000 lux selama 16 jam/hari.

Pengamatan

Pengamatan saat planlet ditanam dalam media pra perlakuan dilakukan

sebulan sekali. Peubah yang diamati antara lain :

1. Jumlah daun

Daun yang dihitung adalah daun yang telah terbuka penuh, dihitung dari daun

paling bawah sampai dengan daun paling ujung.

2. Jumlah akar

Akar yang dihitung adalah seluruh akar yang muncul pada planlet, dari akar

yang baru muncul sampai dengan akar yang sudah tua.

3. Jumlah anakan

Anakan yang dihitung adalah anakan yang muncul di ketiak daun, di pangkal

batang sampai dengan anakan yang muncul di akar planlet bagian bawah.

4. Ada tidaknya kalus yang terbentuk

5. Persentase kontaminasi

Persentase kontaminasi dihitung dengan rumus

Jumlah Planlet yang Terkontaminasi

× 100% Jumlah Total Planlet

(31)

Pengamatan saat planlet ditanam dalam media perlakuan dilakukan setiap

minggu. Peubah yang diamati antara lain :

1. Jumlah daun

Daun yang dihitung adalah daun yang telah terbuka penuh, dihitung dari daun

paling bawah sampai dengan daun paling ujung.

2. Jumlah akar

Akar yang dihitung adalah seluruh akar yang muncul pada planlet, dari akar

yang baru muncul sampai dengan akar yang sudah tua.

3. Jumlah anakan

Anakan yang dihitung adalah anakan yang muncul di ketiak daun, di pangkal

batang sampai dengan anakan yang muncul di akar planlet bagian bawah.

4. Ada tidaknya kalus yang terbentuk

5. Persentase kontaminasi

Persentase kontaminasi dihitung dengan rumus :

6. Waktu bunga muncul pertama kali

7. Jumlah tangkai bunga

Tangkai yang dihitung adalah tangkai bunga yang muncul pada tiap planlet.

8. Jumlah bunga per tangkai

Bunga yang dihitung adalah jumlah bunga per tangkai pada tiap planlet.

9. Waktu bunga mekar pertama kali

 

 

 

 

 

 

 

Jumlah Planlet yang Terkontaminasi

× 100% Jumlah Total Planlet

(32)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi umum

Perlakuan nitrogen dan fosfor tidak memberikan pengaruh yang nyata

terhadap jumlah daun, jumlah akar dan jumlah tunas anggrek Cymbidium varietas

Lovely Angel secara in vitro. Data pengaruh perlakuan nitrogen dan fosfor

terhadap jumlah daun, akar dan tunas tercantum pada Tabel 2. Perlakuan tersebut

belum menginduksi bunga sampai dengan planlet berumur 20 minggu setelah

ditanam di media perlakuan. Hasil analisis sidik ragam disajikan pada Tabel

[image:32.595.76.517.352.731.2]

Lampiran 1.

Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Uji F Pengaruh Nitrogen, Fosfor dan Interaksi Nitrogen dan Fosfor terhadap Jumlah Daun, Jumlah Akar dan Jumlah

Tunas Anggrek Cymbidium Varietas Lovely Angel secara In Vitro

sampai dengan 20 MST Parameter

Pengamatan

Umur Planlet Minggu ke- (MST)

Perlakuan KK (%)

N P NxP

Jumlah Daun 4 tn tn tn 14.14

8 tn tn tn 12.77

12 tn tn tn 15.58

16 tn tn tn 15.26

20 tn tn tn 14.9

Jumlah Akar 4 tn tn tn 12.18

8 tn tn tn 11.61

12 tn tn tn 11.94

16 tn tn tn 12.25

20 tn tn tn 11.75

Jumlah Tunas 4 tn tn tn 20.65

8 tn tn tn 22.59

12 tn tn tn 26.14

16 tn tn tn 27.9

20 tn tn tn 28.88

Keterangan : tn : Tidak berbeda nyata pada uji F pada taraf 5% N : Konsentrasi nitrogen

P : Konsentrasi fosfor

NxP : Interaksi Nitrogen dan Fosfor

(33)

Planlet dipindahkan dari media pra perlakuan ke media perlakuan tanpa

mengalami pencucian dengan air steril. Persentase kultur terkontaminasi di media

pra perlakuan tinggi, seperti tercantum pada Tabel 3.

Tabel 3. Persentase Kontaminasi Kultur Cymbidium Varietas Lovely Angel

Secara In Vitro di Media Pra Perlakuan Sejak Awal Penanaman sampai

dengan Bulan ke-2 setelah Tanam

Umur Planlet Bulan ke- (BST) Persentase Kontaminasi (%)

0 0

1 0

2 1.38

Keterangan : BST : Bulan Setelah Tanam

Tabel 4 menunjukkan persentase kultur yang terkontaminasi di media

perlakuan. Persentase kultur yang terkontaminasi sangat tinggi. Persentase

kontaminasi tertinggi adalah media N1P1 (nitrogen dan fosfor dengan konsentrasi

normal). Media N4P2 (nitrogen 1/20 konsentrasi dan fosfor 5 kali konsentrasi)

[image:33.595.76.512.505.736.2]

tidak ada yang terkontaminasi sejak 2 MST sampai dengan 20 MST.

Tabel 4. Persentase Kontaminasi Kultur Cymbidium Varietas Lovely Angel

Secara In Vitro Selama Pengamatan di Media Perlakuan Nitrogen

dengan Fosfor sampai dengan 20 MST

Perlakuan Persentase (%) kontaminasi pada minggu ke- (MST)

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 N1P1 5.55 11.11 16.67 33.33 33.33 33.33 33.33 33.33 33.33 33.33 N2P1 0 0.00 5.55 5.55 5.55 5.55 11.11 16.67 22.22 22.22 N3P1 5.55 16.67 16.67 22.22 27.78 33.33 33.33 33.33 33.33 33.33 N4P1 0 0 5.55 5.55 5.55 5.55 16.67 16.67 16.67 16.67 N1P2 11.11 11.11 11.11 11.11 11.11 11.11 11.11 11.11 11.11 11.11 N2P2 0 11.11 11.11 16.67 22.22 22.22 27.78 27.78 27.78 27.78 N3P2 11.11 11.11 11.11 11.11 11.11 11.11 11.11 11.11 11.11 11.11

N4P2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Ketrangan :

N1 : Konsentrasi normal P1 : Konsentrasi normal N2 : 1/5 konsentrasi P2 : 5x konsentrasi N3 : 1/10 konsentrasi

(34)
[image:34.595.120.492.428.629.2]

Ko pada Gam hifa. Cend cendawan terkontam dilakukan cendawan mati kare Gunawan atau bakt cendawan yang dipro Ko Cendawan baik pada kontak den Gambar 1 ontaminasi

mbar 1. Kon

dawan bias

n menyerang

minasi cenda

pemotonga

n tidak meny

ena cendaw

(1988) mel

teri) akhirn

n atau bakte

oduksi oleh

ontaminasi

n masuk ke

saat pengam ngan udara. A . Kontamin perlakuan putih yan cendawan kultur dise ntaminasi ce sanya munc

g planlet. P

awan bahkan

an bagian p

yebar ke sel

wan telah m

laporkan ba

nya mati,

eri atau sec

cendawan

kultur Cy

e dalam bot

matan dan s

.

nasi pada ku n nitrogen d ng menyer n berwarna

ebabkan ol

endawan ter

cul di medi

Pada bebera

n tingkat ko

lanlet yang luruh bagian memenuhi hwa ekspla dapat seba cara tidak atau bakteri ymbidium

tol kultur k

semakin ken

ultur Cymb dan fosfor; rang planle

abu-abu yan

leh cendaw

rsebut diciri

ia tanam, t

apa planlet,

ontaminasin

terkontami

n planlet. Sa

seluruh me

n yang tertu

agai akiba

langsung a

i.

diduga dis

karena pena

ndornya kar

idium varie (A) kontam et (tanda b

ng menyera

wan seperti

ikan dengan

etapi pada

, setelah di

nya semakin

inasi. Hal in

alah satu ku

edia dan m

utup kontam

at langsung

akibat perse

sebabkan f

anganan bo

ret penutup

B etas Lovely

minasi cend biru) dan ( ang media (t

yang disa

n adanya be

beberapa k

isterilisasi m

n tinggi seh

ni bertujuan

ultur Cymbi

menutup pl

minan (cend

g dari sera

enyawaan t

faktor ekst

otol yang ku

sehingga te

(35)

Pertu

Cy dahulu se pembunga untuk me pembunga media pra dipindahk perkemban Tu yang deka yang mem tunas mu penanama

Gambar 2

mbuhan T

A

ymbidium va ebelum dita

aan. Penam

enyediakan

aan. Selain

a perlakuan

kan ke dal

ngan planle

unas baru p

at dengan a

miliki tunas

ulai muncu

an. Hal ini te

2. Tunas Cy muncul p

Tanaman

Angel pad

arietas Love

anam di m

mbahan sukr

sumber

menyediak

n juga ber

lam media

et lebih optim

ada kultur

akar (Gamb

s. Setelah d

ul dan jum

ercantum pa

ymbidium v pada pangk

n Anggrek

da Media

ely Angel d

media perlak

rosa tinggi

karbohidrat

kan sumbe

rfungsi untu

a induksi p

mal.

Jumlah T Cymbidium

bar 2). Pada

ditanam sela

mlahnya se

ada Tabel 5

varietas Lov kal batang ya

k

Cymbidi

Pra Perla

ditanam di m

kuan yang

dalam med

t bagi pla

er karbohid

uk mengad

pembungaa

Tunas m biasanya

a awal pen

ama 1 bula

emakin me

.

vely Angel ang dekat d

ium

Varie

akuan

media pra pe

merupakan

dia pra perl

anlet dalam

drat, penana

daptasikan

an agar pe

muncul dar

anaman, pl

an di media

eningkat s

yang baru dengan akar

etas Love

erlakuan ter

n media in

lakuan berf

m mengin

aman planl

planlet seb

ertumbuhan

ri bagian p

lanlet belum

a pra perla

etelah 2 b

[image:35.595.241.384.456.640.2]
(36)
[image:36.595.105.510.133.214.2]

Tabel 5. Rata-rata Jumlah Tunas/Kultur pada Cymbidium Varietas Lovely Angel

Secara In Vitro di Media Pra Perlakuan Sejak Awal Penanaman sampai

dengan Bulan ke-2 setelah Tanam

Umur Planlet Bulan ke- (BST) Jumlah Tunas/Kultur

0 0

1 0.38

2 1.54

Keterangan : BST : Bulan Setelah Tanam

Tabel 5 menunjukkan rata-rata jumlah tunas per kultur yang mengalami

peningkatan pada 1 BST dan pada 2 BST. Persentase tunas yang mengalami

multiplikasi dalam media pra perlakuan sebanyak 38.25%. Persentase multiplikasi

yang rendah diduga karena adanya NAA yang ditambahkan pada media. Krapiec,

Milaneze dan Machado (2003) melaporkan bahwa pembentukan tunas pada

Cymbidium sp. terhambat dengan penambahan NAA. BAP yang ditambahkan dalam media pra perlakuan berfungsi untuk merangsang pembelahan sel sehingga

memiliki peranan penting dalam menginduksi tunas planlet Cymbidium. Bhadra

dan Hossein (2003) melaporkan bahwa BAP (2.0-2.5 mg/l) yang ditambahkan

pada media MS sangat efektif dalam mendorong multiplikasi tunas pada anggrek

Geodorum densiflorum (Lam.) Schltr.

Jumlah Daun

Jumlah daun Cymbidium varietas Lovely Angel mengalami peningkatan

selama 2 bulan penanaman di media pra perlakuan. Jumlah daun meningkat

[image:36.595.84.514.632.726.2]

seiring dengan peningkatan jumlah tunas, seperti yang tercantum pada Tabel 6.

Tabel 6. Rata-rata Jumlah Daun/Kultur pada Cymbidium Varietas Lovely Angel

Secara In Vitro di Media Pra Perlakuan Sejak Awal Penanaman sampai

dengan Bulan Ke-2 setelah Tanam

Umur Planlet Bulan ke- (BST) Jumlah Daun/Kultur

0 5.14

1 6.21

2 7.62

(37)

Ta

peningkata

penanama

pencokela

tanaman a

sterilan) s

bahwa pa tanaman. dengan ad nutrisi yan membantu melaporka Zygopetal Gamba Jum penanama sukrosa 40

abel 6 menu

an pada 1 b

an planlet d

atan (brown

akibat peren

seperti yang

ada umumny

Setelah 1 B

danya penin

ng cukup da

u planlet

an bahwa

lum interme

ar 3. Plan penc diste sodi

mlah akar p

an di media

0 g/l. Data j

unjukkan ra

bulan setela

di media p

ning) pada ndaman pla

g disajikan

ya bahan-b

BST planlet

ngkatan jum

ari media d

dalam me

pemberian

edium secara

nlet Cymbid

cokelatan p erilisasi den ium hipoklo planlet Cym pra perlaku umlah akar ata-rata jum

ah tanam (B

pra perlaku

beberapa

anlet di dal

n pada Gam

bahan sterili

dapat bereg

mlah daun. H

an adanya p

nginduksi

n BAP 0.2

a in vitro.

dium varie pada daun ngan sodium orit5 % sela

Jumlah a mbidium m

uan yang m

r per kultur

mlah daun p

BST) sampa

uan, planlet

daun yang

lam larutan

mbar 3. Gu

isasi bersifa

generasi den

Hal ini diseb

penambahan

tunas. Na

25 mg/l m

etas Lovely n di medi m hipoklorit ama 5 menit

akar mengalami p

mengandung

disajikan pa

per kultur y

ai dengan 2

menunjuk

g disebabk

n sodium h

unawan (19

fat toksik te

ngan baik y

babkan plan

n BAP dala

agaraju dan

mampu men

y Angel y ia pra pe t 20 % selam

t (tanda biru

peningkatan

g 1.5 mg BA

ada Tabel 7

yang meng BST. Pada kkan tanda-kan matiny hipoklorit (b 988) melapo erhadap jar yang ditunju nlet mendap

am media d

n Mani (2

nginduksi

yang meng erlakuan se

ma 10 meni u)

n selama 2 b

AP + 0.5 m

(38)
[image:38.595.112.511.133.219.2]

Tabel 7. Rata-rata Jumlah Akar/Kultur pada Cymbidium Varietas Lovely Angel

Secara In Vitro di Media Pra Perlakuan Sejak Awal Penanaman sampai

dengan Bulan Ke-2 setelah Tanam

Umur Planlet Bulan ke- (BST) Jumlah Akar/Kultur

0 3.93

1 4.12

2 4.89

Keterangan : BST : Bulan Setelah Tanam

Sebelum ditanam pada media pra perlakuan, akar planlet dipotong sedikit

untuk merangsang pembungaan, namun pemotongan akar menyebabkan

keluarnya senyawa fenol berwarna merah yang memenuhi media pada sebagian

besar planlet. Akar yang mengeluarkan senyawa fenol adalah akar yang berukuran

besar sedangkan akar yang berukuran kecil tidak mengeluarkan fenol yang

dicirikan oleh warna media yang tetap jernih.

Senyawa fenol merupakan senyawa yang bersifat toksik terhadap tanaman,

namun senyawa fenol tidak mengganggu pertumbuhan planlet Cymbidium karena

planlet Cymbidium tetap tumbuh dengan baik. Tidak ada planlet yang mati

meskipun senyawa fenol telah memenuhi media. Hal ini diduga planlet tahan

terhadap sifat toksik dari fenol tersebut sehingga planlet Cymbidium tidak

mengalami kematian.

Auksin berupa NAA yang terdapat dalam media perlakuan berfungsi

untuk menginduksi perakaran sehingga akar planlet Cymbidium tumbuh optimal.

Wattimena, Gunawan, Mattjik, Syamsudin, Armini dan Ernawati (1992)

melaporkan bahwa auksin berfungsi terutama untuk pertumbuhan kalus, suspensi

sel dan pertumbuhan akar. Beberapa peneliti telah menggunakan beberapa jenis

auksin untuk menginduksi perakaran pada anggrek, di antaranya IAA pada

Geodorum densiflorum (Bhadra dan Hossain, 2003), NAA dan IBA pada anggrek

epifit Acampe praemorsa (Roxb.) Blatter and McCann (Nayak, et al., 1996).

Respon tanaman terhadap auksin berbeda pada tiap-tiap tanaman. Perakaran

anggrek epifit Acampe praemorsa (Roxb.) Blatter and McCann secara in vitro

lebih baik pada media MS yang mengandung Indole-3-butyric acid (IBA)

daripada media yang mengandung 1-Napthaleneacetic acid (NAA) dengan

(39)

perakaran pada med mengindu baru pada planlet ata putih kehij Ga Tid media pra diharapkan ditambahk Tokuhara (0.99 mg/l sampai de melaporka akar pada dengan pe

0.1 mg/l T

ZPT yang

kalus pada

. Pada pene

dia MS yang

uksi perakar

kultur Cym au di dekat

ijauan seper

ambar 4. A m b

dak ada pl

a perlakuan

n muncul d

kan dalam m

dan Masah

l) dengan N

engan 73%

an bahwa ka

anggrek Cy

enambahan

TDZ. Tidak

g diberikan

a anggrek C

elitian Bhad

g mengand

an pada ang

mbidium var t pangkal b

rti yang disa

Akar anggre muncul pad biru)

Pe

anlet Cymb

n. Hal ini m

di media p

media pra pe

hiro (2001)

NAA 0.5 µM

% pada ang

alus berhasi

Cymbidium e ZPT 10 m

k terbentukn

dalam med

Cymbidium v

dra dan Ho

dung arang

ggrek Geod

rietas Lovel

bagian bawa

ajikan pada

ek Cymbidi da batang d

embentuka bidium Lov merupakan

pra perlakua

erlakuan ad

melaporkan

M (0.1 mg/l)

ggrek Phal

il diinduksi

ensifolium d mg/l 2.4-Dic nya kalus pa

dia pra perl

varietas Lov

ssain (2003

aktif memb

dorum densif ly Angel bi

ah. Akar ya

Gambar 4.

um varietas dengan war

an Kalus vely Angel

suatu keber

an. Zat pen

dalah BAP 1

n bahwa ko

) dapat men

laenopsis. dari jaringa

dalam medi

chloropheno ada media p

lakuan tidak

vely Angel.

3) penamba

berikan has

iflorum seca asanya mun

ang baru m

s Lovely A rna putih k

yang mem

rhasilan kar

ngatur tumb

1.5 mg/l dan

ombinasi ZP

nginduksi ka

Chang dan

an rhizome,

ia MS seten

oxyacetic a pra perlakua

k mendukun

ahan IAA 1

sil terbaik d

ara in vitro. ncul pada b

muncul berw

Angel yang kehijauan (

mbentuk kal

rena kalus

buh (ZPT)

n NAA 0.5

PT BAP 4.4

alus embrio

n Chang (1

, pseudobul ngah konsen

acid (2.4-D an diduga k

ng pembent mg/l dalam Akar atang warna baru (tanda lus di tidak yang mg/l. 4 µM genik 1998)

lb dan ntrasi

) dan

karena

(40)

Pertumbuhan Tanaman Anggrek

Cymbidium

Varietas Lovely

Angel pada Media Perlakuan

Media perlakuan merupakan media untuk menginduksi pembungaan

planlet Cymbidium varietas Lovely Angel yang berupa kombinasi beberapa

konsentrasi nitrogen dan fosfor. Kostenyuk (1999) melaporkan bahwa tanaman

anggrek Cymbidium niveo-marginatum Makdapat berbunga dalam waktu 3 bulan

di media dengan kandungan nitrogen rendah dan fosfor tinggi. Dalam penelitian

ini, bunga belum terlihat sampai dengan planlet berumur 20 minggu.

Jumlah Tunas

Berdasarkan pengamatan visual, pada beberapa kombinasi perlakuan

terdapat tunas yang abnormal dan terdapat tunas yang bentuknya menyerupai

protocorm like bodies (plb). Disebut tunas yang abnormal karena tunas yang muncul berwarna kuning, pertumbuhan tunas memanjang seperti mengalami

etiolasi dan terdapat pula tunas yang kerdil, yaitu tunas kecil serta menghasilkan

da

Gambar

Tabel 1. Konsentrasi Nitrogen, Fosfor dan Kalium dalam Media Perlakuan Induksi Pembungaan Anggrek Cymbidium Varietas Loely Angel secara In Vitro yang Diambil dari Komposisi Media Murashige dan Skoog (MS)
Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Uji F Pengaruh Nitrogen, Fosfor dan Interaksi Nitrogen dan Fosfor terhadap Jumlah Daun, Jumlah Akar dan Jumlah Tunas Anggrek Cymbidium Varietas Lovely Angel secara In Vitro sampai dengan 20 MST
Tabel 4. Persentase Kontaminasi Kultur Cymbidium Varietas Lovely Angel Secara In Vitro Selama Pengamatan di Media Perlakuan Nitrogen dengan Fosfor sampai dengan 20 MST
Gambar 1. Kontaminperlakuanputih yancendawannasi pada kun nitrogen dng menyern berwarna ultur Cymbdan fosfor; rang planleabu-abu yanidium varie(A) kontamet (tanda bng menyeraetas Lovely minasi cendbiru) dan (ang media (tAngel di mdawan berw(B) kontamtanda hitammedia warna minasi m)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pemberian beberapa konsentrasi larutan colchicine berpengaruh dalam menginduksi mutasi anggrek Phalaenopsis amboinensis secara in vitro terutama pada jumlah daun dan pada

Topik yang saya pilih adalah kultur jaringan anggrek dengan judul penelitian Pengaruh Perlakuan Kolkisin pada Bunga Pasca Penyerbukan dan Planlet In Vitro untuk

Sidik Ragam Pengaruh BAP, 2,4-D, dan Interaksi BAP dan 2,4-D terhadap Rata-rata Jumlah Mata Tunas Kultur Aglaonema Pride of Sumatera Secara In Vitro... Sidik Ragam

yang berjudul “ Kultur Daun Dan Pangkal Batang In Vitro Anggrek Bulan Raksasa ( Phalaenopsis gigantea J.J.Smith) pada Beberapa Media Kultur Jaringan ”.. Pada

Selama tahap kultur in vitro , media MS0 (tanpa ZPT) menunjukkan hasil yang terbaik bagi pertumbuhan eksplan stek buku tunggal krisan varietas Pitaloka. Penambahan kinetin

Kultur jaringan atau dikenal dengan kultur in vitro merupakan teknik memisahkan bagian dari tanaman seperti tunas terminal, tunas aksilar, daun, batang atau embrio

Pembungaan secara in vitro berhasil diinduksi pada tanaman yang diberi perlakuan pemotongan akar serta ditanam pada medium ½ NP yang mengandung 3 mM P dari senyawa KH 2 PO 4

Tanaman umur enam bulan setelah tanam (bst) disubkultur pada medium New Phalaenopsis (NP) dengan konsentrasi Nitrogen (N) setengah dari NP (1/2NP), dengan atau