• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TERHADAP TANAMAN KEHUTANAN DI DANAU TAO KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA, SUMATERA UTARA SKRIPSI. Oleh:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TERHADAP TANAMAN KEHUTANAN DI DANAU TAO KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA, SUMATERA UTARA SKRIPSI. Oleh:"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN

TERHADAP TANAMAN KEHUTANAN DI DANAU TAO KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA, SUMATERA

UTARA

SKRIPSI

Oleh:

ORIZA SATIFA SIREGAR 131201038

MANAJEMEN HUTAN

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

(2)

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN

TERHADAP TANAMAN KEHUTANAN DI DANAU TAO KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA, SUMATERA

UTARA

Oleh :

ORIZA SATIFA SIREGAR 131201038

MANAJEMEN HUTAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Kehutanan

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

(3)
(4)

ABSTRAK

ORIZA SATIFA SIREGAR: Evaluasi Kesesuaian Lahan Terhadap Tanaman Kehutanan di Danau Tao Kabupaten Padang Lawas Utara Sumatera Utara.

Dibimbing oleh SAMSURI dan DENI ELFIATI.

Proses perencanaan penggunaan lahan dapat memberikan alternatif penggunaan lahan dan batas-batas kemungkinan penggunaannya serta tindakan- tindakan pengelolaan yang diperlukan agar lahan dapat digunakan secara lestari.

Penelitian ini bertujuan mengevaluasi kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk tanaman kehutanan serta memetakan kelas kesesuian lahan aktual dan kesesuaian lahan potensial tanaman (Mangifera indica, Syzygium aromaticum, Durio zibethinus, Acacia mangium,Nephelium lappaceum, Pometia pinnata, Paraserianthes falcataria) di Danau Tao Kabupaten Padang Lawas Utara Sumatera Utara. Evaluasi menggunakan metode spesies matching dengan analisis spasial. Satuan unit lahan berdasarkan analisis spasial terdiri atas 8 unit lahan dan 4 kelas karakteristik lahan. Hasil penelitian menunjukkan kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk tanaman Pometia pinnata pada unit lahan I sampai VIII memiliki kelas kesesuaian lahan sangat sesuai (S1). Untuk kelas kesesuaian lahan potensial tanaman Acacia mangium dan Paraserianthes falcataria pada unit lahan I, II, III, V, VI, VII termasuk sangat sesuai (S1) sedangkan lahan IV dan VIII termasuk kelas cukup sesuai (S2). Kelas kesesuaian lahan potensial untuk tanaman Nephelium lappaceum pada unit lahan I,II, IV,V,VI,VII,VIII termasuk sangat sesuai (S1) sedangkan lahan III termasuk cukup sesuai (S2). Untuk kelas kesesuaian lahan potensial pada tanaman Durio zibethinus di unit lahan I, II, V, VI, VII sangat sesuai (S1) dan untuk lahan III, IV dan VIII termasuk cukup sesuai (S2). Pada kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk tanaman Mangifera indica termasuk tidak sesuai (N) seluas 290,496 ha dan kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial pada tanaman Syzygium aromaticum termasuk kelas kesesuaain lahan cukup sesuai (S2), seluas 290,496 ha.

Kata Kunci: Kesesuaian Lahan, Tanaman Kehutanan, Danau Tao.

(5)

ABTRACT

ORIZA SATIFA SIREGAR: Evaluation of Land Suitability for forestry plants in Lake Tao Padang Lawas Utara district, North Sumatra. Supervised by SAMSURI and DENI ELFIATI.

The land use planning process was used to provide alternative land use

and the possibility land use as well as management activities needed for land use sustainability. This study aims to evaluate the actual and potential land suitability

classes for forestry plant (Mangifera indica, Syzygium aromaticum, Durio zibethinus, Acacia mangium, Nephelium lappaceum, Pometia pinnata, Paraserianthes falcataria) and to map the actual land and potensial land of suitability in Tao Lake Padang Lawas Utara District, North Sumatra. Evaluation use the matching method and the spatial analysis. The land unit based on spatial analysis consists of 8 units land and 4 classes of land characteristics. The research showed that the actual and potential land suitability class for Pometia pinnata on land units I to VIII had the most suitable class (S1). The class of potential land suitability Acacia mangium and Paraserianthes falcataria on land units I, II, III, V, VI, VII are the most suitable (S1) while land units IV and VIII are quite suitable classes (S2). Potential land suitability classes of Nephelium lappaceum on land units I, II, IV, V, VI, VII, VIII are the most suitable (S1) while land units III are quite suitable classes (S2). For potential land suitability classes of Durio zibethinus in land units I, II, V, VI, VII are the most suitable (S1) and for land units III, IV and VIII including quite suitable classes (S2). In the actual and potential land suitability class of. Mangivera indica including unsuitable (N) area of 290,496 ha, actual and potential land suitability classes in Syzygium aromaticum including quite suitable classes (S2), covering an area of 290,496 ha.

Keywords: Land Suitability, Forestry Plants, Lake tao.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Desa Sababangunan Kabupaten Padang Lawas Utara pada tanggal 21 September 1994 dari ayah Jarulan Siregar dan Ibu Ros Mawarni Harahap. Penulis merupakan anak kedua dari 5 bersaudara.

Penulis memulai pendidikan di SD Sababangunan kecamatan Padang Bolak kabupaten Padang Lawas Utara pada tahun 2001 -2007. Penulis melanjudkan pendididkan SMP di SMP N 4 Payakumbuh pada tahun 2007-2010 kemudian melanjudkan pendidikan di SMA N 1 Padang Bolak pada tahun 2010- 2013. Pada tahun 2013, penulis lulus Seleksi Nasional Masuk Perguruan tinggi Negeri (SNMPTN) dan diterima di program studi Kehutanan Fakultas pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Selama menguti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota di Rain forest (RF) dan menjadi sekretaris umum pada periode 2014-2015. Selain itu penulis aktif sebagai anggota di JIMMKI (Jaringan Intelektual Mahasiswa Muslim Indonesia) dan menjadi ketua Bidang JIMKRES (JIMMKI BERKREASI) pada periode 2015-2016.Penulis juga menjadi Praktikan terbaik dalam praktikum Geodesi dan Kartografi pada tahun 2015. Penulis telah mengikuti praktik pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Badan penelitian kehutanan (BPK) Aek Nauli Pada tahun 2016 dan melaksanakan Praktik Lapangan (PKL) di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) pada tahun 2017.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirad Allah SWT atas berkat dan perlindungan-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul

“Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kehutanan di Danau Tao Kabupaten Padang Lawas Utara Sumatera Utara. Sripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program studi Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

- Kedua orang tua atas doa motivasi untuk terus bersemangat menyelesaikan semuanya dengan baik.

- Bapak Dr. Samsuri, S.Hut., M.Si sebagai ketua komisi pembimbing skripsi dan Ibu Dr. Deni Elfiati, S.P., M.P sebagai anggota pembimbing skripsi yang telah banyak membimbing dan memberikan arahan serta masukan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

- Semua staf pengajar dan pegawai di Fakultas Kehutanan, serta semua rekan rekan mahasiswa yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

- Andrians Taroreh, Pangulu Perkasa Sakti, Anton Siregar atas bantuannya selama pengambilan data dilapangan.

- Sahabat dan teman-teman seangkatan (RF, JIMMKI, KAMMI, KEPUTRIAN KEHUTANAN) untuk setiap doa dan semangat yang senantiasa menguatkan penulis selama mengerjakan skripsi.

- Adik-adik kos Taman Kampus Indah II (Mala Kesuma, Desvita Sari, Tiara, Ruri, Husnul ,Citra, Retno, Ama, Yola, Siti) yang dengan setia mendoakan

(8)

memberi semangat motivasi hingga skripsi ini dapat saya selesaikan dengan baik.

Semoga kita selalu dalam perlindungan Allah SWT semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, Agustus 2018

Penulis

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 3

C. Manfaat Penelitian ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Evaluasi Lahan ... 4

B. Karateristik Lahan ... 5

C. Satuan Lahan ... 6

D. Evaluasi Kesesuaian Lahan ... 7

E. Kesesuaian Lahan Aktual ... 11

F. Kesesuaian Lahan Potensial ... 11

G. Aplikasi Sistem Informasi Geografis ... 13

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat ... 15

B. Alat dan Bahan ... 15

C. Prosedur Penelitian... 16

1. Tahap Persiapan Penelitian ... 16

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian di Lapangan ... 16

D. Pengambilan Sampel Tanah. ... 17

1. Analisis Tanah di Laboratorium ... 18

2. Tahap Analisis Klasifikasi ... ... 18

E. Klasifikasi Kesesuaian Lahan ... 19

F. Penyajian Hasil... 20

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

(10)

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 22

B. Peta Satuan Lahan ... 22

C. Kualitas dan Karateristik Lahan ... 24

D. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kehutanan ... 29

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 46

B. Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 47

LAMPIRAN ... 49

(11)

DAFTAR TABEL

No

Halaman

1. Kriteria untuk kelas penentuan kesesuaian lahan... 10

2. Asumsi tingkat perbaikan kualitas lahan aktual untuk menjadi potensial ... 12

3. Kualitas dan karakteristik lahan dalam kriteria evaluasi lahan ... 17

4. Klasifikasi tekstur dan struktur tanah ... 28

5. Hubungan Antara karakteristik kesesuaian lahan dan tingkat pembatas ... 20

6. Luas masing-masing satuan lahan lokasi penelitian ... 23

7. Luas masing-masing kelas kelerengan ... 25

8. Kualitas dan karakteristik lahan ... 27

9. Kesesuaian lahan untuk tanaman kehutanan ... 28

10. Luas kesesuaian lahan tanaman mangga (Mangifera indica) ... 29

11. Luas kesesuaian lahan tanaman cengkeh (Syzygium aromaticum) ... 31

12. Luas kesesuaian lahan untuk durian (Durio zibethinus) ... 34

13. Luas kesesuaian lahan tanaman akasia(Acacia mangium) ... 37

14. Luas kesesuaian lahan tanaman rambutan (Nephelim lappaceu) ... 40

15. Luas kesesuaian lahan tanaman matoa (Pometia pinnata) ... 42

16. Luas kesesuaian lahan tanaman sengon (Paraserienthes falcataria) ... 44

(12)

DAFTAR GAMBAR

No

Halaman

1. Tahapan Kerja Pemetaan Kelas Kesesuaian Lahan ... 14

2. Peta lokasi penelitian... 15

3. Peta Unit lahan lokasi penelitian. ... 23

4. Peta tanah lokasi penelitian ... 24

5. Peta kelerengan lokasi penelitian ... 26

6. Peta kelas kesesuaian lahan mangga di lokasi penelitian ... 30

7. Peta kelas kesesuaian lahan cengkeh di lokasi penelitian ... 32

8. Peta kelas kesesuaian lahan durian di lokasi penelitian ... 35

9. Peta kelas kesesuaian lahan akasia di lokasi penelitian ... 38

10. Peta kelas kesesuaian lahan rambutan di lokasi penelitian ... 41

11. Peta kelas kesesuaian lahan matoa di lokasi penelitian ... 43

12. Peta kelas kesesuaian lahan sengon di lokasi penelitian ... 45

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No

Halaman

1. Data Curah Hujan Lokasi Penilitian ... 49

2. Foto Udara Danau Tao Kabupaten Padang Lawan Utara ... 50

3. Dokumentasi Penelitian ... 51

4. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Durian (Durio zibethinus) ... 52

5. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Rambutan (Nephelium lappaceum) ... 53

6. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Mangga (Mangifera indica) ... 54

7. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Akasia (Acacia mangium) ... 55

8. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Sengon (Paraserianthes falcataria) ... 56

9. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Matoa (Pometia pinnata) ... 57

10. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Cengkeh (Syzygium aromaticum)... 58

(14)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki banyak fungsi penting dalam ekosistem diantaranya adalah sebagai pertumbuhan tanaman habitat bagi jasad tanah, media bagi konstruksi (rekayasa) sistem daur ulang bagi unsur hara dan sisa sisa organik serta sistem bagi pasokan dan penyaringan/

penjernihan air. Dalam kaitannya dengan sumberdaya alam dikenal juga istilah lahan. Lahan merupakan satuan lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, topografi, tanah, hidrologi dan vegetasi dimana pada batas-batas tertentu mempengaruhi kemampuan penggunaan lahan. Setiap tanah mempunyai sifat dan keterbatasan masing-masing yang akan menentukan kapabilitas atau kemampuan sehingga untuk mengembangkannya diperlukan suatu tindakan khusus yang berbeda-beda untuk tiap-tiap jenis tanah (FAO, 1976).

Proses perencanaan penggunaan dapat memberikan alterlatif penggunaan lahan dan batas-batas kemungkinan penggunaannya serta tindakan-tindakan pengelolaan yang diperlukan agar lahan dapat di pergunakan secara lestari.

Evaluasi lahan merupakan salah satu komponen yang penting dalam proses perencanaan penggunaan lahan (land use planning) (FAO, 1976).

Evaluasi kesesuaian lahan perlu dilakukan agar menjadi dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan penggunaan lahan yang sesuai dengan kesesuaiannya. Menurut (Rossiter,1996) dalam Mustafa dkk.,(2008) evaluasi kesesuaian lahan sangat penting dilakukan karena lahan memiliki sifat

(15)

fisik, sosial, ekonomi dan geografi yang bervariasi atau lahan diciptakan tidak sama (Mustafa dkk., 2008).

Danau Tao adalah danau yang berada di desa Batang Onang Baru Kecamatan Batang Onang Kabupaten Padang Lawas Utara. Danau Tao memiliki pesona keindahan alam dengan kontur perbukitan dan hutan yang mengelilingi kawasan Danau. Danau Tao memiliki luas 2 hektar dari luas kawasan 450 Ha.

Pada tahun 2001 Danau Tao disahkan sebagai tempat wisata alam dan padatahun 2014 pengelolaan wisata mulai dikembangkan. Pengembangan wisata alam di Danau Tao memerlukan rencana rehabilitasi lahan dengan penanaman jenis-jenis pohon yang cocok untuk daerah tersebut. Untuk itu perlu dilakukan sebuah perencanaan penggunaan lahan yang sesuai dengan fungsinya dan perlu ada rekomendasi tanaman kehutanan yang sesuai untuk ditanami di Danau Tao sehingga potensi lahan diperoleh secara maksimal serta bermanfaat untuk masyarakat sekitar Danau.

Evaluasi kesesuaian lahan perlu dilakukan terhadap jenis-jenis tanaman kehutanan untuk mengetahui jenis tanaman yang sesuai dan berpotensi dengan baik dalam mengembangkan ekowisata alam di Danau Tao sesuai dengan ketersediaan informasi kriteria kesesuaian lahan tiap-tiap jenis tanaman. Saat ini kondisi Danau Tao yang masih minim terkait hal perencanaan tata guna lahan dan evaluasi lahan menyebabkan Danau Tao tidak banyak memiliki kemajuan dalam hal pengelolaan lahan dan pemanfaatan jasa lingkungan. Sehingga Danau Tao tidak banyak ditumbuhi oleh tanaman pepohonan. Oleh karena itu untuk memaksimalkan penggunaan potensi lahan sekaligus bermanfaat untuk masyarakat setempat maka penelitian ini perlu dilakukan untuk menggali lebih

(16)

dalam informasi kesesuaian lahan yang tepat terhadap beberapa jenis tanaman kehutanan. Sehingga ditemukan jawaban dari kesesuaian lahan di Danau Tao Kabupaten Padang Lawas Utara. Evaluasi kesesuaian lahan dalam penelitian ini hanya dilakukan pada jenis-jenis tanaman kehutanan dan Multi Purpose Tree Species (MPTS).

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dilakukan untuk:

1. Untuk menganalisis kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial tanaman kehutanan di Danau Tao Kabupaten Padang Lawas Utara.

2. Untuk memetakan kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial di Danau Tao Kabupaten Padang Lawas Utara.

C. Manfaat Penelitian

Penelitian ini berguna untuk memberikan pedoman perencanaan penggunaan lahan sesuai dengan kemampuannya, pedoman dan arahan bagi pihak pengelola Danau Tao untuk memilih tanaman kehutanan yang sesuai dan bermanfaat bagi masyarakat sekitar Danau Tao serta tersedianya informasi bagi instansi yang berwenang dalam menentukan kebijakan pembangunan rehabilitasi di daerah setempat.

(17)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Evaluasi Lahan

Lahan mempunyai pengertian yang berbeda dengan tanah (soil) dimana lahan terdiri dari semua kondisi lingkungan fisik yang mempengaruhi potensi penggunaannya sedangkan tanah hanya merupakan satu aspek dari lahan. Konsep lahan meliputi iklim, tanah, hindrologi, bentuk lahan, vegetasi dan fauna, termasuk di dalam akibat yang ditimbulkan oleh aktifitas-aktifitas manusia baik masa lampau maupun masa sekarang. Kualitas lahan merupakan sifat-sifat yang kompleks dari suatu lahan. Masing-masing kualitas lahan mempunyai keragaman yang mempengaruh kesesuaian lahan dalam suatu penggunaan tertentu. Setiap kualitas lahan dapat terdiri dari satu atau lebih karakteristik lahan (FAO, 1976).

Evaluasi lahan adalah suatu proses penilaian sumber daya lahan untuk tujuan tertentu dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara yang sudah teruji. Hasil evaluasi lahan akan memberikan informasi dan/atau arahan penggunaan lahan sesuai dengan keperluan. Evaluasi lahan merupakan salah satu komponen yang penting dalam proses perencanaan penggunaan lahan (land use Planning ) (Ritung dkk., 2007).

Evaluasi lahan merupakan proses penilaian lahan jika diperlukan untuk tujuan tertentu yang meliputi pelaksanaan dan interpretasi survei dan studi bentuk lahan, tanah, vegetasi, iklim dan aspek lahan lainnya agar dapat mengidentifikasi dan membuat perbandingan berbagai penggunaan lahan yang dikembangkan (Arsyad, 2006).

(18)

B. Karakteristik Lahan

Karakteristik lahan merupakan sifat lahan yang dapat di ukur atau diestimasi. Setiap satuan peta lahan/tanah yang di hasilkan dari kegiatan survei atau pemetaan sumber daya lahan dan karakteristik lahan dapat dirincikan dan di uraikan mencakup keadaan fisik lingkungan tanahnya. Data tersebut dapat digunakan untuk keperluan interpretasi dan evaluasi lahan bagi komoditas tertentu. Karakteristik lahan yang digunakan adalah temperatur udara, curah hujan, lama masa kering, kelembaban udara, drainase, tekstur, bahan kasar, kelembaban tanah, ketebalan gambut, kematangan gambut, kapasitas tukar kation liat, kejenuhan basa, pH, H2O, C-organik, salinitas, alkalinitas, kedalaman bahan sulfidik, lereng, bahaya erosi, genangan, bahaya dipermukaan dan singkapan batuan (Djaenudin dkk., 2003).

Karakteristik lahan merupakan atribut dari lahan yang dapat diukur dan diduga secara langsung yang berhubungan dengan penggunaan lahan tertentu, misalnya kemiringan lereng, tekstur tanah, kedalaman efektif, curah hujan dan sebagainya. Keberhasilan banyak ditentukan oleh kesesuaian antara karakteristik lahan dengan persyaratan tumbuh tanaman yang bersangkutan (Arsyad, 1989).

Karakteristik lahan tidak dapat berperan secara sendiri-sendiri akan tetapi merupakan gabungan antara karakteristik secara berkaitan. Kombinasi berbagai karakteristik lahan menentukan(kualitas lahan) yakni bagaimana ketersediaan air, perkembangan akar, peredaran udara, kepekaan terhadap erosi, ketersediaan hara, dan sebagainya (Arsyad, 1989).

Persyaratan tumbuh atau persyaratan lahan diperlukan oleh masing-masing komoditas (pertanian, peternakan, perikanan dan kehutanan) mempunyai batas

(19)

kisaran minimum, optimum dan maksimum dalam menentukan kelas kesesuaian lahan yang dikaitkan dengan kualitas dan karakteristik lahan. Kualitas lahan yang optimum bagi kebutuhan tanaman atau penggunaan lahan tersebut merupakan batasan bagi kelas kesesuaian lahan yang paling sesuai (S1) sedangkan kualitas lahan dibawah optimum merupakan batasan kelas kesesuaian lahan antara kelas yang cukup sesuai (S2) atau sesuai marginal (S3). Selain batasan tersebut merupakan lahan-lahan yang secara fisik tergolong tidak sesuai (N). Semua jenis komoditas termasuk tanaman pertanian dan perikanan berbasis lahan untuk dapat tumbuh atau hidup dan berproduksi memerlukan persyaratan-persyaratan tertentu terdiri atas media perakaran yang di tentukan oleh drainase, tekstur, dan konsistensi tanah, serta kedalaman efektif tanah (Rayes, 2007).

C. Satuan lahan

Satuan lahan homogen merupakan cara pendekatan dalam inventarisasi sumberdaya alam. Pengembangan konsep ini biasanya dikaitkan dengan di pakainya sarana seperti foto udara dan peta tematik untuk pengumpulan data awal.

Dengan menggunakan peta-peta yang tersedia konsep satuan lahan dapat diidentifikasi dengan jelas (dipisah-pisahkan kemudian ditarik batas-batasnya) (Wiradisastra, 1989).

Satuan lahan dapat di bangun dengan tumpang tindihkan (overlay) berbagai parameter lahan yang dapat dipetakan. Pada pendekatan sekarang satuan lahan didefenisikan sebagai area homogen dalam berbagai parameter fisik lahan (tanah, lereng, penggunaan lahan, derajat kerusakan erosi, dan lain lain) yang dapat diidentifikasi langsung di lapangan. Bila salah satu parameter berubah maka satu lahan akan dapat berubah pula. Dalam proses evaluasi lahan satuan lahan

(20)

homogen di anggap sebagai satuan peta (mapping unit) dengan ciri karakteristik atau kualitas lahan yang akan di padankan (matching) dengan persyaratan tumbuh tanaman (Wiradisastra, 1989).

Melihat proses pembentukan satuan lahan homogen dengan cara overlay dari parameter penyusun diatas maka pendekatannya dinamakan pendekatan analisis Arc-gis 10.3 dengan Sistem Informasi Geografis (GIS). GIS terdiri dari set data dan informasi yang telah disusun dalam bentuk peta-peta sumber daya alam. Untuk tujuan analisis dengan menggabungkan berbagai parameter lahan pada suatu evaluasi lahan maka dilakukan tumpang tindih kesamaan sifat yang secara spasial telah terdeliniasi dan dianggap mempunyai sifat yang sesuai dengan jumlah parameter yang ditumpang tindihkan (Wiradisastra, 1989).

D. Evaluasi Kesesuaian Lahan

Lahan merupakan bagian bentang darat (landscape) yang mencakup lingkungan fisik seperti iklim, topografi, vegetasi alami yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan. Satu jenis penggunaan lahan akan berkaitan dengan penggunaan lainnya. Pola kaitan antara satu dengan yang lainnya bergantung dari keadaan fisik, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat (Sitorus dkk., 2006).

Kesesuaian lahan merupakan tingkat kecocokan suatu bidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan (land suitability) merupakan kecocokan (adaptability) suatu lahan untuk tujuan penggunaan tertentu, melalui penentuan nilai (kelas) lahan serta pola tata guna lahan yang dihubungkan dengan potensi wilayah sehingga dapat diusahakan penggunaan lahan yang lebih terarah (Fauzi dkk., 2009).

(21)

Ada tiga metode pendekatan yang digunakan dalam evaluasi kesesuaian lahan yaitu dengan pendekatan pembatas, parametrik dan kombinasi pendekatan pembatas dan parametrik (Sys dkk., 1993).

1. Pendekatan Pembatas

Pendekatan pembatas adalah suatu cara untuk menyatakan kondisi lahan atau karakteristik lahan pada tingkat kelas, dimana metode ini membagi lahan berdasarkan jumlah dan intensitas pembatas lahan. Pembatas lahan adalah penyimpangan dari kondisi optimal karakteristik dan kualitas lahan yang memberikan pengaruh buruk untuk berbagai penggunaan lahan (Sys dkk., 1993).

Metode ini membagi tingkat pembatas suatu lahan ke dalam empat tingkatan sebagai berikut :

a. 0 (tanpa pembatas), digolongkan ke dalam S1 b. 1 (pembatas ringan), digolongkan ke dalam S1 c. 2 (pembatas sedang), digolongkan ke dalam S2 d. 3 (pembatas berat), digolongkan ke dalam S3

e. 4 (pembatas sangat berat), digolongkan ke dalam kelas N1 dan N2 2. Pendekatan Parametrik

Pendekatan parametrik dalam evaluasi kesesuaian lahan adalah pemberian nilai pada tingkat pembatas yang berbeda pada sifat lahan dalam skala normal diberi nilai maksimum 100 hingga nilai minimum 0. Nilai 100 diberikan jika

sifat lahan optimal untuk tipe penggunaan lahan yang dipertimbangkan (Sys dkk., 1993).

Pendekatan parametrik mempunyai berbagai keuntungan yaitu kriteria yang dapat dikuantifikasikan dapat dipilih sehingga memungkinkan data yang

(22)

obyektif: keandalan, kemampuan untuk direproduksikan dan ketepatannya tinggi.

Masalah yang mungkin timbul dalam pendekatan parametrik ialah pemilihan sifat, penarikan batas-batas kelas diperlukan waktu yang mengkuantifikasikan sifat serta kenyataan bahwa masing-masing klasifikasi hanya diperuntukkan bagi penggunaan lahan tertentu (Sys dkk., 1993).

3. Kombinasi Pendekatan Pembatas dan Parametrik

Kombinasi pendekatan parametrik dan pendekatan pembatas sering digunakan untuk menentukan kelas kesesuaian lahan untuk penggunaan tertentu.

Penentuan kelas kesesuaiannya dilakukan dengan cara memberi bobot atau harkat berdasarkan nilai kesetaraan tertentu dan menentukan tingkat pembatas lahan yang dicirikan oleh bobot terkecil (Sys dkk., 1993).

Struktur klasifikasi kesesuaian lahan dapat dibedakan menurut tingkatannya sebagai berikut:

1) Ordo menunjukkan keadaan kesesuaian secara umum. Pada tingkat ordo, kesesuaian lahan dibedakan antara lahan yang tergolong sesuai (S) dan lahan yang tergolong tidak sesuai (N).

2) Klas menunjukkan tingkat kesesuaian dalam tingkat ordo. Pada tingkat kelas, lahan yang tergolong sesuai (S) dibedakan dalam tiga kelas, yaitu:

a. Lahan sangat sesuai (S1) yaitu lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang berarti penggunaan lahan dapat digunakan secara berkelanjutan.

b. Cukup sesuai (S2) lahan yang mempunyai faktor pembatas dan berpengaruh terhadap produktivitasnya serta memerlukan tambahan masukan. Pembatas ini biasanya dapat diatasi petani sendiri.

(23)

c. Sesuai marginal (S3) yaitu lahan yang mempunyai faktor pembatas yang berat dan berpengaruh terhadap produktivitasnya memerlukan tambahan yang lebih banyak daripada lahan yang tergolong S2. Untuk mengatasi faktor pembatas diperlukan modal yang tinggi sehingga perlu adanya bantuan atau campur tangan pemerintah atau pihak swasta.

d. Tidak sesuai (N) yaitu lahan yang mempunyai faktor pembatas yang sangat berat dan sulit diatasi.

3) Sub-klas menunjukkan keadaan tingkatan dalam kelas kesesuaian lahan. Kelas kesesuaian lahan dibedakan menjadi sub kelas berdasarkan kualitas dan karakteristik lahan yang menjadi faktor pembatas terberat

4) Unit menunjukkan tingkatan dalam sub kelas didasarkan pada sifat tambahan yang berpengaruh dalam pengelolaannya. Dalam praktek evaluasi lahan, kesesuaian lahan pada kategori unit ini jarang digunakan.

Berbagai sistem evaluasi lahan dilakukan dengan menggunakan pendekatan yang berbeda seperti sistem perkalian parameter, sistem penjumlahan parameter dan sistem pencocokan (matching) antara kualitas lahan dan karakteristik lahan dengan persyaratan tumbuh tanaman (FAO, 1976). Kelas kesesuaian lahan ditentukan berdasarkan kriteria yang diberikan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kriteria untuk Penentuan Kelas Kesesuaian Lahan Kelas Kesesuaian

Lahan Kriteria

S1: sangat sesuai Unit lahan tidak memiliki pembatas atau hanya memiliki empat pembatas ringan.

S2: cukup sesuai Unit lahan memiliki lebih dari empat pembatas ringan, dan atau memiliki tidak lebih dari tiga pembatas sedang.

S3:sesuai marginal Unit lahan memiliki lebih dari tiga pembatas sedang, dan atau satu pembatas berat.

N: tidak sesuai Unit lahan memiliki lebih dari satu pembatas berat atau sangat berat Sumber : Azis dkk., (2005)

(24)

E. Kesesuaian Lahan Aktual

Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan berdasarkan data sifat biofisik tanah atau sumber daya lahan sebelum lahan tersebut diberikan masukan- masukan yang diperlukan untuk mengatasi kendala. Data biofisik tersebut berupa karakteristik tanah dan iklim yang berhubungan dengan persyaratan tumbuh tanaman yang dievaluasi. Kesesuaian lahan aktual atau kesesuaian lahan pada saat ini (current suitability) atau kelas kesesuaian lahan dalam keadaan alami belum mempertimbangkan usaha perbaikan dan tingkat pengelolaan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala atau faktor-faktor pembatas yang ada di setiap satuan peta. Untuk menentukan kelas kesesuaian lahan aktual mula-mula dilakukan penilaian terhadap masing-masing kualitas lahan berdasar atas karekteristik lahan terjelek selanjutnya kelas kesesuaian lahan ditentukan berdasar atas kualitas lahan terjelek (Ritung dkk., 2007).

F. Kesesuaian Lahan Potensial

Kesesuaian lahan potensial adalah kesesuaian lahan yang akan dicapai setelah dilakukan usaha-usaha perbaikan lahan. Kesesuaian lahan potensial merupakan kondisi yang diharapkan sesudah diberikan masukan sesuai dengan tingkat pengelolaan yang akan diterapkan sehingga dapat diduga tingkat produktivitas dari suatu lahan serta hasil produksi per satuan luasnya. Kesesuaian lahan potensial menggambarkan kesesuaian lahan yang akan dicapai apabila dilakukan usaha-usaha perbaikan. Lahan yang dievaluasi dapat berupa hutan konversi, lahan terlantar (tidak produktif) dan lahan pertanian yang produktivitasnya kurang memuaskan tetapi masih memungkinkan untuk dapat

(25)

ditingkatkan bila komoditasnya diganti dengan tanaman yang lebih sesuai (Ritung dkk., 2007).

Dalam menentukan usaha perbaikan yang dapat dilakukan maka harus diperhatikan karakteristik lahan yang tergabung dalam masing-masing kualitas lahan. Karakteristik lahan dapat dibedakan menjadi karakteristik lahan yang dapat diperbaiki dengan masukan sesuai dengan tingkat pengelolaan (teknologi) yang akan diterapkan dan karakteristik lahan yang tidak dapat diperbaiki dapat di lihat pada Tabel. 2.

Tabel 2. Asumsi tingkat perbaikan kualitas lahan aktual untuk menjadi potensial

No Kualitas dan karateristik lahan

Tingkat pengelolaan Jenis perbaikan Sedang Tinggi

1 Rejim radiasi - - -

2 Rejim suhu - - -

3 Kelembaban udara - - -

4 Ketersediaan air

- Bulan kering + ++ Sistem irigasi/pengairan

- Curah hujan + ++ Sistem irigasi/pengairan

5 Media perakaran

- Drainase + ++ Pembuatan saluran draianse

- Tekstur - - -

- Kedalaman tanah - + Umumnya tidak dapat diperbaiki, kecuali terdapat lapisan padas lunak

- Kematangan gambut - - -

- Ketebalan gambut - - -

6 Retensi hara

- KTK + ++ Penambahan bahan organik

- pH + ++ Pengapuran

7 Ketersediaan hara

- N total + ++ Pemupukan

- P tersedia + ++ Pemupukan

- K dapat ditukar + ++ Pemupukan

8 Bahaya banjir

- Periode + ++ Pembuatan tanggul penahan banjir serta

- Frekuensi + ++ Pembuatan saluran drainase

9 Kegaraman

- Salinitas + ++ Reklamasi

10 Toksisitas

- Kejenuhan Alumanium + ++ Pengapuran

- Kedalaman pirit - + Pengaturan sistem tata air tanah 11 Kemudahan pengolahan - + Pengaturan kelembaban tanah utuk

pengelolaan

12 Potensi mekanisasi - - -

13 Bahaya erosi + ++ Pembuatan teras, penanaman sejajar kontur, penanaman penutup lahan

Sumber : Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007)

Satuan peta yang mempunyai karakteristik lahan yang tidak dapat diperbaiki tidak akan mengalami perubahan kelas kesesuaian lahannya sedangkan

(26)

yang kerakteristik lahannya dapat diperbaiki kelas kesesuaian lahannya dapat berubah menjadi satu atau dua tingkat lebih baik (Hardjowigeno dkk., 2007).

G. Aplikasi Sistem Informasi Geografis untuk Evaluasi Kesesuaian Lahan Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan sistem pengelolaan informasi yang juga menyediakan fasilitas analisis data. Sistem ini sangat bermanfaat dalam perencanaan dan pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) antara lain untuk aplikasi inventarisasi dan monitoring hutan, kebakaran hutan, perencanaan penebangan hutan, rehabilitasi hutan, konservasi Daerah Aliran Sungai (DAS) dan konservasi keragaman hayati.SIG bisa dipakai secara efektif untuk membantu perencanaan dan pengelolaan SDA diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) dengan keterampilan yang memadai (Puntodewo dkk., 2007).

Aplikasi GIS telah digunakan di banyak bidang seperti pertanian, militer, pemasaran minyak tanah, transportasi, lingkungan dan ilmu kehutanan.

Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG) menjadikan pengelolaan sumber daya alam dan pembuatan model terutama model kuantitatif menjadi lebih mudah dan sederhana (Fauzi dkk., 2009).

(27)

Gambar 1. Tahapan Kerja Pemetaan Kelas Kesesuaian Lahan.

Peta Land System

Peta Tutupan dan Penggunaan

Lahan

Laboratorium:

Tekstur tanah, Ph, C-organik, dll

Lapangan:

Pengambilan contoh tanah

Data Primer

Data Sekunder:

Suhu, Curah, hujan, Kemiringan lereng

Peta kelas Kesesuain Lahan Analisis Kelas

Kesesuaian Lahan Analisis

ArcGis 10.3 Overlay

Matching

Kriteria/Syarat Tumbuh Tanaman Peta tanah, Peta

kontur

Peta Satuan Lahan

1. Mangga 2. Cengkeh 3. Rambutan 4. Akasia 5. Durian 6. Matoa 7. Sengon

(28)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 sampai dengan Oktober 2017. Penelitian dilaksanakan di Danau Tao Kabupaten Padang Lawas Utara. Analisis sifat fisik dan kimia tanah dilakukan di Laboratorium Riset dan Teknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Pengelolaan dan analisis data dilakukan di Laboratorium Manajemen Terpadu Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

g

Gambar 2. Peta lokasi penelitian

B. Alat dan Bahan

Bahan dan alat yang digunakan selama penelitian berupa sampel tanah dari

(29)

Kabupaten Padang Lawas Utara dan peta lainnya yang berhubungan dengan penelitian. Peralatan yang digunakan baik di lapangan atau pun di Laboratorium dan perangkat lunak (Software) Arc-Gis 10.3 Perangkat Lunak(Software) GIS yang berguna untuk mengolah peta daerah penelitian. Global Positioning Sistem (GPS) untuk menentukan posisi pengambilan titik sampel di lapangan dan mengukur ketinggian tempat serta seperangkat alat yang digunakan untuk analisis tanah di Laboratorium.

C. Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan Penelitian

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini berupa telaah pustaka pengumpulan data sekunder berupa data suhu dan curah hujan, suhu udara, kelembaban dan sifat fisik area serta telaah peta-peta yang perlukan (peta penggunaan lahan, peta tanah, peta kontur dan peta administrasi) menggunakan serta persiapan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian di Lapangan

Kegiatan pada tahap ini berupa pengumpulan data primer yang meliputi parameter fisik yang dapat diukur di lapangan. Pengambilan sampel tanah untuk dianalisis di laboratorium berupa keasaman tanah dan C-organik. Sifat-sifat lahan (land characteristic) adalah atribut atau keadaan unsur-unsur lahan yang dapat diukur atau diperkirakan seperti tekstur tanah, curah hujan, temperatur dan drainase tanah. Sifat lahan ini menentukan perilaku lahan yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman (Arsyad, 2006). Sifat-sifat lahan (land characteristic) dapat dilihat dari Tabel 3.

(30)

Tabel 3. Kualitas dan Karakteristik Lahan yang digunakan dalam Kriteria Evaluasi Lahan Simbol Kualitas lahan Karakteristik lahan

Tc Temperatur Temperatur

Wa Ketersediaan air Curah hujan(mm) Lamanya masa

kering Kelembaban udara (%) Oa Ketersediaan oksigen Drainase

Rc Media perakaran Drainase Tekstur

Bahan kasar (%) Kedalaman tanah

Nr Retensi hara KTK lempung (me/100 g)

Kejenuhan basa (%) pH H2O

C-organik (%)

Eh Bahaya erosi Lereng (%) Bahaya erosi

Sumber: Azis dkk.,(2005)

Untuk menentukan bahaya banjir dapat ditentukan dengan melakukan wawancara dengan masyarakat. Sedangkan untuk mengetahui tingkat bahaya erosi dapat diketahui berdasarkan persentase perbedaan kelas erosi (Purwowidodo, 1992).

D. Pengambilan Sampel Tanah

Setelah pengamatan di lapangan dilanjutkan dengan pengambilan sampel tanah secara komposit. Sampel tanah diambil harus representatif atau mewakili sehingga analisis yang dilakukan terhadap contoh tanah tersebut mampu memberikan gambaran sifat tanah di lapangan yang sebenarnya. Pengambilan sampel tanah dilakukan dengan metode grid yaitu penentuan titik pengambilan sampel tanah pada peta hasil analisis menggunakan Arc-Gis.

Agar contoh representatif maka contoh tanah dari suatu strata diambil dengan metode zig-zag dimana setiap titik diambil contoh kira-kira 1-2 kg.

Pegambilan sampel tanah dilakukan dengan cara pengeboran pada areal satuan lahan. Dimana satuan lahan yang dipilih berdasarkan peta satuan unit penggunaan lahan. Penentuan nilai karakteristik lahan untuk sampel tanah dilakukan dengan

(31)

menggunakan bor tanah pada kedalaman 0-20 cm. Penentuan sifat kimia tanah dilakukan dengan analisa tanah di Laboratorium (Mukhlis, 2007).

Sifat fisik tanah yang dinilai hanya tekstur tanah. Tekstur tanah dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara fraksi tanah (pasir, debu dan lempung/

sand, silt dan clay). Tekstur tanah relatif tidak berubah tetapi struktur tanah

mudah berubah terutama apabila ada pengolahan tanah. Klasifikasi tekstur dan struktur tanah diuraikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Klasifikasi tekstur dan struktur tanah.

Tekstur tanah Kode Kode Struktur tanah Kode

Sand 3 S Columnar Col

Loamy sand 2 LS Prismatik Pris

Sandy loam 1 SL Blocky Blk

Loam 0 L Nutty Nutt

Silt loam 0 Si L Platty Plat

Silt 2 Si Crumb Cr

Sandy Clay Loam 1 SCL Granular Gr

Clay Loam 1 Cl

Silty Clay Loam 1 SiCL

Sandy clay 2 SC

Clay 2 C

Silty Clay 2 SiC

Sumber: Azis dkk., (2005)

1. Analisis Tanah di Laboratorium

Analisa contoh tanah di Laboratorium meliputi:

a. Penetapan tekstur tanah dengan metoda pipet.

b. Analisis C-Organik tanah menggunakan metoda Walkey and Black.

c. Penetapan KTK dengan metoda pencucian dengan amonium asetat pH7.

d. Penetapan pH Tanah dengan metoda elektrometrik.

e. Penetapan N- total dengan metoda kjeldahl.

2. Tahap Analisis Klasifikasi

Kegiatan pada tahap ini berupa analisis klasfikasi kesesuaian lahan dengan metode matching atau pencocokan data yang telah diperoleh baik dari data

(32)

primer, sekunder, maupun data hasil laboratorium dengan persyaratan penggunaan lahan.

E. Klasifikasi Kesesuaian Lahan

Pada prinsipnya klasifikasi kesesuaian lahan dilaksanakan dengan cara memadukan antara kebutuhan tanaman atau persyaratan tumbuh tanaman dengan karakteristik lahan. Adapun jenis tanaman yang akan dipadukan adalah tanaman Kehutanan. Oleh karena itu klasifikasi ini sering juga disebut species matching.

Kesesuaian lahan adalah kecocokan suatu lahan untuk penggunaan tertentu sebagai contoh lahan sesuai untuk irigasi, tambak, pertanian tanaman tahunan atau pertanian tanaman semusim. Kelas kesesuaian lahan terbagi menjadi empat tingkat yaitu sangat sesuai (S1), sesuai (S2), sesuai marjinal (S3), dan tidak sesuai (N). Hasil akhir dari klasifikasi ditetapkan berdasarkan kelas terjelek dengan memberikan seluruh pembatas/hambatan yang ada. Perubahan klasifikasi menjadi setingkat lebih baik dimungkinkan terjadi apabila seluruh hambatan yang ada dapat diperbaiki. Sub klas pada klasifikasi kesesuaian lahan ini juga mencerminkan jenis penghambat. Ada tujuh jenis penghambat yang dikenal, yaitu e (erosi), w (drainase), s (tekstur tanah), a (keasaman), g (kelerengan), sd (kedalaman tanah) dan c (iklim) (Azis dkk., 2005).

Pada klasifikasi kesesuaian lahan tidak dikenal prioritas penghambat, dengan demikian seluruh hambatan yang ada pada suatu unit lahan akan disebutkan semuanya. Akan tetapi dapat dimengerti bahwa dari hambatan yang disebutkan ada jenis hambatan yang mudah(seperti a, w, e, g dan sd) atau sebaliknya hambatan yang sulit untuk ditangani (c dan s) dengan demikian maka

(33)

hasil akhir dari klasifikasi ditetapkan berdasarkan kelas terjelek dengan memberikan seluruh hambatan yang ada (Azis dkk., 2005).

Perubahan klasifikasi menjadi setingkat lebih baik dimungkinkan terjadi apabila seluruh hambatan yang ada pada unit lahan tersebut dapat diperbaiki.

Untuk itu maka unit lahan yang mempunyai faktor penghambat c dan s sulit untuk diperbaiki keadaannya. Klasifikasi kesesuaian lahan dilakukan dengan melalui sortasi data karakteristik lahan berdasarkan kriteria kesesuaian lahan untuk setiap jenis tanaman (Azis dkk., 2005). Hubungan antara karakteristik kesesuaian lahan dan tingkat pembatas dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Hubungan antara Karakteristik Kesesuaian Lahan dan Tingkat Pembatas Tingkat Pembatas Karakteristik Kesesuaian Lahan 0: no (tidak ada) S1: sangat sesuai

1: slight (ringan) S2: cukup sesuai 2: moderate (sedang) S3: sesuai marginal

3: severe (berat) N: tidak sesuai

4: very severe (sangat berat) Sumber : Azis dkk., (2005)

F. Penyajian Hasil

Data yang diperoleh diinterpretasikan ke dalam kriteria tingkat kesuburan tanah dan diinterpretasikan kedalam kelas kesesuaian lahan menurut (Sysdkk.,1993). Proses evaluasi lahan dilakukan dengan cara mencocokkan (matching) antara karateristik lahan pada setiap lokasi dengan persyaratan tumbuh tanaman. Jenis tanaman kehutanan yang di evaluasi yaitu cengkeh (Syzygium aromaticum), mangga (Mangifera indica), durian (Durio zibethinus), akasia

(Acacia mangium), rambutan (Nephelium lappaceum), matoa (Pometia pinnata), sengon (Paraserianthes falcataria). Pemilihan jenis tanaman kehutanan yang direkomendasikan berdasarkan jenis tanaman yang sering ditanami oleh masyarakat sekitar Danau. Tanaman yang direkomendasikan diharapkan mampu

(34)

menjadi tanaman serbaguna baik sebagai tanaman pelindung maupun tanaman yang bermanfaat untuk masyarakat sekitar Danau.

Data-data hasil analisis tanah dimasukkan ke dalam data base peta sebagai atribut yaitu sifat fisika tanah, sifat kimia tanah, komoditas tanaman yang paling sesuai sehingga diperoleh peta kesesuaian lahan (S1, S2, S3, dan N). Peta kesesuaian lahan kemudian ditumpang tindihkan dengan peta penggunaan lahan, peta tanah, peta kontur dan peta administrasi sehingga diperoleh peta kesesuaian lahan berdasarkan wilayah administrasi.

(35)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Danau Tao adalah danau yang berada di Kecamatan Batang Onang, Kabupaten Padang Lawas Utara. Danau Tao dapat dicapai melalui Palas- Sosospan- Batang Onang dengan waktu tempuh 2 jam dan Paluta-Aek Godang- Batang Onang dengan waktu tempuh yaitu 1 jam.

Hasil analisis data peta luas total kawasan Penelitian seluas 290.492 Ha.

Secara geografis Danau Tao berada pada wilayah yang dibatasi koordinat- koordinat (UTM) yaitu 549,441.388(X) 142,769.661 (Y) (titik ujung Utara- Timur) atau 1’17’40.29” Lintang Utara dan 99’26’42.77” Bujur Timur. Pada bagian barat Danau Tao berbatasan langsung dengan Hutan Lindung Register Nabundong Padang Lawas Utara dan bagian Utara Danau Tao berbatasan dengan hutan Konservasi Register Nabundong sedangkan bagian Timur Danau Tao berbatasan dengan kebun masyarakat sekitar. Keadaan topografi di kawasan penelitian di Danau Tao cenderung datar hingga agak miring dengan kemiringan 0-30% dan berada pada ketinggian 780 meter di atas permukaan laut dengan Jenis tanah Aluvial (Aluvial Coklat). Tipe iklim adalah tipe C dengan curah hujan rata- rata 2000-2500 mm per tahun.

B. Peta Satuan Lahan

Hasil overlay peta penggunaan lahan, peta lereng, peta kontur peta tanah dan diperoleh 8 unit lahan dan 4 kelas kemiringan lahan dengan luasan yang bervariasi. Perbandingan luas unit lahan dapat dilihat pada Tabel 6.

(36)

Tabel 6. Luas masing-masing satuan unit lahan lokasi penelitian.

No. Satuan

Unit Lahan Karateristik Luas

Ha %

1 I Lereng Miring (>8 - >15%) tutupan lahan Tanah terbuka, dan jenis tanah Aluvial.

29,372 10,11 2 II Lereng Datar (0- >3%) tutupan lahan Tanah terbuka, dan jenis

tanah Aluvial.

54,531 16,24 3 III Lereng Landai (>3-8%) tutupan lahan Tanah terbuka dan jenis

tanah Aluvial.

49,072 14,89 4 IV Lereng Agak miring (>15-30%) tutupan lahan Tanah terbuka

dan jenis tanah Aluvial.

25,123 8,64 5 V Lereng Agak Miring (>15- 30%) tutupan lahan Semak belukar

dan jenis tanah Aluvial.

25,878 8,89 6 VI Lereng Datar (0- >3%) tutupan lahan Semak belukar dan jenis

tanah Aluvial.

40,312 13,87 7 VII Lereng landai (>3-8%) tutupan lahan Semak belukar dan jenis

tanah Aluvial.

49,074 16,89 8 VIII Lereng Miring (>8-15%) tutupan lahan Semak belukar dan jenis

tanah Aluvial.

30,421 10,47

Total 290,496 100

Sumber: Hasil Analisis Spasial

Unit lahan yang terluas adalah unit lahan II dengan luas 54,531 ha (6,24%) dan luas unit lahan terkecil adalah unit lahan IV dengan 25,123 ha (8,64%). Peta unit lahan lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Peta satuan Lahan Lokasi Penelitian

(37)

C. Karateristik Lahan

Karateristik lahan di Danau Tao memiliki variasi yang tidak jauh berbeda untuk setiap unit lahannya, hampir seluruh karateristik memiliki kesamaan. Suhu udara di lokasi penelitian 27,5°C. Suhu udara yang relatif sama juga dikarenakan seluruh wilayah di Danau Tao berada pada ketinggian 600-780 m dpl. Curah hujan pada lokasi penelitian sekitar 2303,4 mm/tahun. Karateristik tersebut diperoleh dari data sekunder. Peta tanah lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Peta Tanah Lokasi Penelitian

Jenis tanah di daerah penelitian berdasarkan peta Puslit tanah tahun 2016 adalah jenis tanah Aluvial. Jenis tanah Aluvial merupakan tanah yang dibentuk dari lumpur sungai danau yang mengendap di dataran rendah yang memiliki sifat tanah yang subur dan cocok untuk lahan pertanian. Aluvial ialah tanah muda yang

(38)

berasal dari hasil pengendapan. Sifatnya tergantung dari asalnya yang dibawa oleh sungai.

Media perakaran pada lokasi penelitian terdiri dari tekstur dan drainase yang tidak cukup baik. Danau Tao memiliki tekstur tanah halus sampai agak halus. Tekstur tanah berupa lempung liat berdebu, Liat, lempung liat berdebu dan lempung berdebu (Hardjowigeno dkk., 2007).

Retensi hara yang terdapat pada lokasi penelitian memiliki nilai yang bervariasi. pH tanah lokasi penelitian cenderung netral dan agak asam. KTK lokasi penelitian berkisar rendah hingga tinggi. Lereng merupakan karakteristik lahan yang digunakan untuk menilai kualitas bahaya erosi. Lokasi penelitian di Danau Tao memiliki lereng yang bervariasi mulai dari datar, landai, miring dan agak miring. Luas masing-masing kelas kelerengan dapat dilihat di Tabel 7.

Berdasarkan Tabel 7 luas kelas kelerengan landai >3%-8% merupakan daerah yang paling luas yaitu sekitar 33,786% dari total luas lahan penelitian di Danau tao. Sedangkan luas lahan yang paling kecil adalah kelas kelerengan >15% - 30%

atau agak miring yaitu sekitar 17,557% dari total luas lahan penelitian di Danau Tao. Bahaya erosi lokasi penelitian berkisar rendah hingga sedang. Bahaya banjir di lokasi penelitian relatif tidak ada. Karateristik lahan pada lokasi penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 7 dan pada Gambar 5.

Tabel 7. Luas Masing-masing Kelas Kelerengan

No. Kelas Kelerengan Luas

Ha %

1. 0% - <3% (Datar) 94,843 32,649

2. >3% - 8% (Landai ) 98,146 33,786

3. >8% -15% (Miring) 56,299 19,380

4. >15% - 30%(Agak Miring) 51,001 17,557

Total 290,496 100

Sumber: Hasil analisis Spasial

(39)

Gambar 5. Peta kelerengan lokasi penelitian.

(40)

Hasil pengumpulan data sekunder, data primer dan hasil analisis tanah di laboratorium maka kualitas dan karakteristik lahan dapat diuraikan dalam satu Tabel. Kualitas dan Karakteristik unit lahan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Kualitas dan Karakteristik Unit Lahan.

Karakteristik Lahan

Unit Lahan

I II III IV V VI VII VIII

Temperatur rata-rata

tahunan (ᵒ C) 27,5 27,5 27,5 27,5 27,5 27,5 27,5 27,5

Ketersediaan air (wa)

Kelembaban Nisbi (%) 78 78 78 78 78 78 78 78

Curah Hujan Tahunan (mm)

2302,4 2302,4 2302,4 2302,4 2302,4 2302,4 2302,4 2302,4

Media perakaran (rc)

Tekstur Tanah SiCl CL CL CL SiCL SiC CL CL

Ketersediaan hara(nr) pH Tanah

6,7

6,8

5,7

6,4

6,5

6,8

6,1

6,6

C-Organik (%) 2,2 2,7 0 1,9 1,4 1,0 1,5 2,1

N -Total (%) 0,22 0,28 0,12 0,21 0,30 0,34 0,17 0,11

Kej. Basa (%) 55,2 56,7 55,1 55,9 61,0 57,2 59,1 58,3

KTK (me/100 g) 17,30 15,10 18,90 18,00 15,40 71,00 1,70 11,60

Penyiapan Tanah (lp) Batu dipermukaan (%)

0

0

0

0

0

0

0

0

Singkapan Batuan (%) 0 0 0 0 0 0 0 0

Bahaya Banjir (fh) Lereng (%)

0-3%

<3-8%

<8-15%

15-30%

0-3%

>3-8%

<8-15%

<15-30%

Banjir F0 F0 F0 F0 F0 F0 F0 F0

Keterangan: SiCl : Silty Clay Loam CL : Clay Loam SiC : Silty Clay

(41)

Hasil analisis kesesuaian lahan untuk tanaman kehutanan yang direkomendasikan dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kehutanan.

Keterangan:

S2:Cukup sesuai eh :(bahaya erosi) S1:Sangat sesuai wa: (ketersediaan air) S3: sesuai marginal nr :(retensi hara) N : Tidak Sesuai

Jenis tanaman

Kelas Kesesuain

lahan

Unit Lahan

I II III IV V VI VII VIII

Akasia (Acacaia auricuiformia)

Aktual S2,nr S2, nr,eh S2,eh S3,eh S2,nr, S2,nr,

eh S2,nr S3 ,eh

Potesial S1 S1 S1 S2,eh S1 S1 S1 S2,eh

Rambutan (Nephelim lappaceum)

Aktual S1 S2,nr,eh S3,nr S2,eh S2,nr S2,nr,

eh

S2,nr, eh

S2,nr, eh

Potensial S1 S1 S2,nr S1 S1 S1 S1 S1

Durian (Durio zibethinus)

Aktual S1 S2,nr,eh S3,nr S3,eh S2,nr S2,nr,

eh

S2,nr,

eh S3, eh

Potensial S1 S1 S2,nr S2,eh S1 S1 S1 S2,eh

Cengkeh (Syzygium aromaticum)

Aktual S2,wa S2,wa,nr,eh S2,wa,

nr,eh S3,eh S2,wa, nr

S2,wa, nr,eh

S2,w,

nr,eh S3,eh Potensial S2,wa S2,wa S2,wa S2,eh S2,wa S2,wa S2,wa S2,eh Manggga

(Mangifera indica)

Aktual N,wa N,wa N,wa N,wa N,wa N,wa N,wa N,wa

Potensial N,wa N,wa N,wa N,wa N,wa N,wa N,wa N,wa

Sengon (Paraserianth es falcataria)

Aktual S1 S2,eh S2,eh S3,eh S2,eh S2,eh S2,eh S3,eh

potensial S1 S1 S1 S2,eh S1 S1 S1 S2,eh

Matoa (Pometia pinnata)

Aktual S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1

Potensial S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1

(42)

D. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kehutanan

Kesesuaian lahan tanaman mangga secara aktual dan potensial pada unit lahan I-VIII memiliki kesesuaian lahan tidak sesuai (N) dengan faktor penghambat curah hujan. Faktor curah hujan merupakan faktor alam yang tidak dapat diperbaiki sehingga unit lahan I-VIII memiliki kelas kesesuaian lahan tidak sesuai secara aktual mau pun potensial. Akan tetapi tanaman mangga tetap dapat direkomendasikan untuk ditanaman di lokasi penelitian dengan syarat tanaman mangga yang harus berasal dari varietas unggul yang toleran terhadap kondisis curah hujan >2303.4 m/tahun dan syarat tumbuh lainnya yang sesuai dengan karakteristik dan kualitas lahan di Danau Tao. Perbandingan kelas kesesuaian lahan mangga dapat dilihat pada Tabel 10 dan Gambar 6.

Tabel 10. Luas kesesuaian lahan untuktanaman mangga (Mangifera indica).

NO

Kesesuain Lahan aktual

Kesesuaaian lahan potensial

Luas

Ha %

1 N N 290,496 100

Total 290,496 100

(43)

Gambar 6. Peta Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial Mangga di Danau Tao.

(44)

Tanaman cengkeh secara aktual memiliki kelas kesesuaian lahan cukup sesuai (S2) dan sesuai marginal (S3). Pada unit lahan IV dan VIII cengkeh memiliki kelas kesesuaian lahan sesuai marginal (S3) dengan faktor penghambat bahaya erosi. Faktor penghambat bahaya erosi dapat diperbaiki dengan pembuatan teras penanaman sejajar kontur dan penanaman penutupan lahan. Sehingga secara potensial kelas kesesuaian lahannya meningkat menjadi cukup sesuai (S2). Dan pada unit lahan II, III, VI, VII memiliki kesesuaian lahan cukup sesuai (S2) dengan faktor penghambat curah hujan, bahaya erosi dan ketersediaan unsur hara.

Faktor penghambat curah hujan merupakan faktor alam yang tidak dapat diperbaiki. Sedangkan faktor bahaya erosi dan ketersediaan unsur hara dapat diperbaiki dengan pembuatan teras penanaman sejajar kontur dan penanaman penutup tanah dan penambahan bahan organik.

Namun secara potensial unit lahan II, III, VI, VII tetap memiliki kesesuaian lahan cukup sesuai (S2) dikarenakan faktor curah hujan yang merupakan faktor alam yang tidak dapat diperbaiki. Jadi secara potensial unit lahan I dan V tetap memiliki kelas kesesuaian lahan cukup sesuai (S2). Luas kesesuaian lahan untuk tanaman cengkeh dilihat pada Tabel 11 dan Gambar 7.

Tabel 11. Luas kesesuaian lahan untuk tanaman cengkeh (Syzygium aromaticum).

NO

Kesesuain Lahan aktual

Kesesuaaian lahan potensial

Luas

Ha %

1 S2,wa,nr,eh S2,wa 192,989 61,89

2 S2,wa,nr S2,wa 25,878 8,89

3 S2,wa S2,wa 29,372 10,11

4 S3,eh S2,eh 42,257 19,11

Total 290,496 100

(45)

Gambar 7. Peta Kesesuaian lahan aktual dan potensial tanaman cengkeh di Danau Tao

(46)

Secara aktual durian memiliki kesesuaian lahan sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2) dan sesuai marginal (S3). Unit lahan I secara aktual dan potensial memiliki kelas kesesuaian lahan sangat sesuai (S1) tidak ada faktor penghambat yang mengharuskan untuk melakukan perbaikan lahan.

Pada unit lahan II, VI, VII memiliki kesesuaian lahan cukup sesuai (S2) dengan faktor penghambat ketersediaan hara dan bahaya erosi. Dengan faktor penghambat ketersediaan hara dapat dilakukan perbaikan dengan usaha penambahan bahan organik dan faktor penghambat bahaya erosi secara aktual dapat dilakukan usaha perbaikan yaitu pembuatan teras, penanaman sejajar kontur dan penanaman penutup tanah. Maka unit lahan II, VI, VII secara potensial memiliki kesesuaian lahan sangat sesuai (S1).

Pada unit lahan III memiliki kelas kesesuaian lahan sesuai marginal (S3) dengan faktor penghambat ketersediaan unsur hara. Faktor penghambat ini dapat dilakukan usaha perbaikan dengan pengapuran dan penambahan bahan organik.

Dengan melakukan usaha perbaikan tersebut maka unit laham III secara potensial menjadi kesesuaian lahan cukup sesuai (S2).

Secara aktual unit lahan V memiliki kelas kesesuaian lahan cukup sesuai (S2) dengan faktor penghambat ketersediaan unsur hara. Faktor penghambat ini dapat dilakukan dengan usaha pengapuran dan penambahan bahan organik.

Dengan melakukan perbaikan tersebut maka unit lahan V secara potensial menjadi kesesuaian lahan sangat sesuai (S1).

Sedangkan pada unit lahan IV dan VIII memiliki kelas kesesuaian lahan sesuai marginal (S3) dengan faktor penghambat bahaya erosi. Faktor penghambat bahaya erosi dapat dilakukan perbaikan dengan usaha pembuatan teras,

Gambar

Gambar 1. Tahapan Kerja Pemetaan Kelas Kesesuaian Lahan.Peta Land System Peta Tutupan dan Penggunaan Lahan Laboratorium: Tekstur tanah, Ph, C-organik, dll Lapangan: Pengambilan contoh tanah Data Primer Data Sekunder:
Gambar 2. Peta lokasi penelitian
Tabel 6. Luas masing-masing satuan unit lahan lokasi penelitian.
Gambar 4. Peta Tanah Lokasi Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

untuk tanaman manggis pada SPT 2 yaitu untuk kelas kesesuaian lahan aktual. yaitu S3-wanr dengan faktor pembatas ketersediaan air dan

Hasil penelitian dari evaluasi kesesuaian lahan aktual adalah sebanyak sepuluh lokasi yang tergolong S3 yaitu sesuai marginal dan dua puluh lokasi tergolong N yaitu tidak sesuai,

Secara aktual pada SPT 2 tingkat kesesuaian lahan adalah kurang sesuai S2dengan faktor pembatas ketersediaan air, media perakaran, retensi hara dan bahaya erosi

kesesuaian lahan S3 wa, S3 nr, S2 eh yang berarti satuan lahan ini memiliki batasan untuk budidaya tanaman brokoli pada ketersediaan air (kelas kesesuaian lahan sesuai marginal

Kelas kesesuaian lahan aktual tanaman kacang tanah pada unit lahan 1 adalah S3rfn (sesuai marginal) dengan faktor pembatas utama yakni kedalaman tanah yang tidak dapat

Untuk tanaman kelapa dan cengkeh hasil evaluasi kesesuaian lahan aktual dengan sistem Limitasi Sederhana diperoleh 2 kelas yakni N (tidak sesuai) dan kelas S3 (sesuai

Hasil penelitian dari evaluasi kesesuaian lahan aktual adalah sebanyak sepuluh lokasi yang tergolong S3 yaitu sesuai marginal dan dua puluh lokasi tergolong N yaitu tidak sesuai,

Hasil penelitian menunjukkan kesesuaian lahan untuk pengembangan cengkeh di Kecamatan Bareng tergolong sesuai marginal (S3) pada semua lahan dengan faktor pembatas